proposal ptk aulya (09-2086)

49
PENERAPAN KOOPERARIF TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) DISERTAI TUTOR SEBAYA (PEER TUTORING) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X.4 SMA NEGERI AMBULU Proposal Skripsi Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Fisika Oleh : Aulya Nanda P rafitasari 090210102086

Upload: na

Post on 10-Nov-2015

238 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

METODOLOGI PENELITIAN

TRANSCRIPT

32

PENERAPAN KOOPERARIF TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) DISERTAI TUTOR SEBAYA (PEER TUTORING) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X.4 SMA NEGERI AMBULU

Proposal Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahMetodologi Penelitian Pendidikan Fisika

Oleh :Aulya Nanda Prafitasari090210102086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAJURUSAN PENDIDIKAN MIPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JEMBER2012

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahFisika bagi siswa, khususnya siswa SMA Negeri Ambulu kelas X.4, tetap dianggap menjadi mata pelajaran paling sulit untuk dipelajari. Anggapan tersebut secara tidak langsung membentuk sugesti tersendiri di pemikiran siswa sehingga merasa tidak mampu sebelum dipelajari dan membuat siswa lebih memilih hafalan rumus daripada mengutamakan pemahamannya. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya ketuntasan hasil belajar fisika dan kurangnya minat siswa kelas X.4 SMA Negeri Ambulu terhadap mata pelajaran fisika. Masalah tersebut diperkuat dengan fakta yang diperoleh melalui wawancara terhadap guru fisika kelas X yang menyebutkan bahwa dari tujuh kelas X yang ada, kelas X.4 adalah kelas yang memiliki nilai rata-rata ujian fisika yang terendah dengan ketuntasan belajar hanya 25% dari 40 siswa. Selanjutnya berdasarkan data angket pada siswa kelas X.4, responden menyebutkan 85% tidak menyukai fisika, dan 92% menyatakan fisika adalah mata pelajaran yang paling sulit dari pelajaran IPA lainnya. Beberapa hal yang menjadi alasan mendasar untuk mengidentifikasi masalah siswa X.4 SMA Negeri Ambulu adalah pembelajaran yang menurut siswa membosankan, yakni Pembelajaran Teacher Center, sehingga diperlukan perubahan pembelajaran yang Student Center agar siswa lebih termotivasi untuk lebih memahami konsep melalui kemampuan dan tekad siswa sendiri. Dalam pembelajaran konvensional, metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah yang membosankan, sehingga diperlukan metode dan model pembelajaran yang lebih inovatif dan menyenangkan namun tetap mengutamakan penguasaan konsep siswa. Selain hal tersebut, hubungan atau chemistery antara guru dan siswa juga sangat berpengaruh, jadi bila guru kurang dekat dengan siswa, maka cenderung para siswa kurang menyukai materi yang diajarkan atau siswa merasa kurang dapat mengungkapan gagasan, pendapat, pemikiran, maupun pertanyaan yang membuat siswa terus saja memendam permasalahan yang menghambat proses pembelajaran pada materi selanjutnya. Sehingga perlu ditawarkan situasi pembelajaran yang lebih bersahabat dengan kepribadian siswa agar tidak malu untuk berpendapat dan bertanya. Untuk itu, melalui pembelajaran tutor sebaya dapat menjadi salah satu solusinya. Dengan Titor Sebaya, permasalahan siswa kurang memahami konsep yang diberikan guru dapat ditanggulangi, hal ini dikarenakan kurang optimalnya transfer informasi dari guru akibat bahasa yang sulit dimengerti oleh siswa, oleh karena itu diperlukan pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami, yakni bahasa tingkat siswa itu sendiri. Kemudian pemahaman materi dalam satu kelas kurang merata, terdapat range yang jauh antara siswa yang mampu dan yang tidak. Sehingga perlu pemerataan, salah satu solusinya adalah pembelajaran dalam kelompok yang heterogen. Siswa kelas X masih terbawa kepribadian SMP yang cenderung menyukai situasi santai tapi serius daripada situasi kaku yang dibangun oleh guru yang konvensional dan kurang inovatif. Sehingga diperlukan pembelajaran yang menarik, dapat memotivasi siswa. Sederhananya, dapat bermain sambil belajar.Untuk menanggulangi permasalahan tersebut diperlukan alternatif solusi suatu model pembelajaran inovatif yang memposisikan guru hanya sebagai fasilitator, sehingga mengkondisikan siswa lebih aktif dalam mencari informasi untuk memperoleh pemahaman konsepnya sendiri. Pembelaran yang digunakan juga harus mampu mengatasi masalah dimana siswa sulit untuk mengungkapkan permasalahannya dalam memahami suatu materi atau persoalan pada gurunya, dapat memotivasi siswa lebih aktif dalam mendapatkan pemahaman konsep dan terdapat kerjasama antar siswa. Pentransferan informasi dirasa lebih effisien apabila dilakukan dengan bahasa dan situasi yang nyaman bagi siswa, yakni pembelajaran yang ditutori oleh teman sebaya dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Sehingga dipilih penerapan Kooperarif TGT (Team Games Tournament) disertai Tutor Sebaya (Peer Tutoring) dalam pembelajaran Fisika sebagai alternatif solusinya.Teams Games Tournament (TGT) sebagai salah satu metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang dapat memotivasi siswa agar dapat lebih aktif sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik, meskipun mereka bekerja dalam bentukan kelompok. Hal ini dikarenakan di dalam Teams Games Tournament (TGT) setiap anggota kelompok berjuang demi kelompoknya agar dapat bersaing memperoleh penghargaan, serta masing-masing anggota kelompok juga saling mendukung sehingga dengan Teams Games Tournament (TGT) dapat terjalin kerjasama dan kolaborasi yang baik dan dapat menghindarkan siswa bersikap pasif dalam kelompok.Tutor sebaya sendiri adalah seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai kriteria menjadi tutor sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsepPerpaduan pembelajaran Tutor Sebaya dengan model TGT akan saling melengkapi dalam proses pembelajaran fisika yang lebih inovatif dan menarik bagi siswa, dimana dalam tutor sebaya akan membantu dalam menemukan konsep, dan TGT akan membantu siswa untuk lebih memahami konsep tersebut. Dengan perpaduan keduanya, diharapkan pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi fisika dapat meningkat, sehingga ketuntasan belajarnya tercapai.Dari permasalahan yang ada dan alternatif solusi yang digunakan, penulis mengambil judul penelitian tindakan kelas Penerapan Kooperarif TGT (Team Games Tournament) disertai Tutor Sebaya (Peer Tutoring) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X.4 SMA Negeri Ambulu

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa dengan Penerapan Kooperarif TGT (Team Games Tournament) disertai Tutor Sebaya (Peer Tutoring) dalam pembelajaran Fisika Siswa Kelas X.4 SMA Negeri Ambulu?2. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa dengan Penerapan Kooperarif TGT (Team Games Tournament) disertai Tutor Sebaya (Peer Tutoring) dalam pembelajaran Fisika Siswa Kelas X.4 SMA Negeri Ambulu?

C. Tujuan1. Menigkatkan motivasi belajar siswa dengan Penerapan Kooperarif TGT (Team Games Tournament) disertai Tutor Sebaya (Peer Tutoring) dalam pembelajaran Fisika Siswa Kelas X.4 SMA Negeri Ambulu.2. Meningkatkan (menuntaskan) hasil belajar siswa dengan Penerapan Kooperarif TGT (Team Games Tournament) disertai Tutor Sebaya (Peer Tutoring) dalam pembelajaran Fisika Siswa Kelas X.4 SMA Negeri Ambulu.

D. Manfaat Penelitian1. Bagi siswa, Penerapan Pendekantan Tutor Sebaya disertai TGT dalam pembelajaran fisika dapat memberikan tambahan pilihan cara belajar dalam meningkatkan motivasi dan ketuntasan hasil belajar dalam pembelajaran fisika.2. Bagi guru, Penerapan Pendekantan Tutor Sebaya disertai TGT dalam pembelajaran fisika dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan ketuntasan hasil dan motivasi belajar siswa.3. Bagi peneliti, memberikan pengalaman mengajar untuk bekal yang baik sebagai calon pendidik. 4. Bagi lembaga pendidikan dapat digunakan sebagai masukan informasi tentang peningkatan motivasi dan ketuntasan hasil belajar sekaligus sebagai rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan PembelajaranPengertian belajar secara umum adalah perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman. Sedang pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2000:4). Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajaran mempunyai tujuan untuk membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman, dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai/norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa. Pandangan Teori Belajar Kontruktivisme menyatakan bahwa belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Guru adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. Menurut Sardiman (1986:21), dalam kegiatan belajar terdapat beberapa prinsip, diantaranya adalah: (a). Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang sangat penting. (b). Dalam kegiatan belajar selalu ada halangan ataukesulitan. (c). Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan bermacam-macam respon. Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar dan perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, watak, serta penyesuaian diri. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebuah rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik, untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman, 1986:28).

B. Pembelajaran KooperatifPembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. (Nurhadi, dkk, 2004:61). Menurut Abdurahman dan Bintoro, (dalam Nurhadi 2004:61) dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen tersebut adalah :1. Saling ketergantungan positif (Positive Interdependence).Siswa harus merasa bahwa mereka saling bergantung secara positif antara sesama anggota kelompok mereka. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu, kegagalan kelompok adalah kegagalan individu.2. Interaksi tatap muka (Face to Face Interaction) antar siswa.Hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan adanya komunikasi verbal antar siswa. Belajar kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka satu dengan yang lainnya dan berinteraksi secara langsung. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan dalam pemecahan masalah.3. Akuntabilitas individual.Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok meskipun demikian, penelitian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswaterhadap materi pelajaran secara individual.4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.Keterampilan sosial sangat penting dalam belajar kooperatif dan harus diajarkan kepada siswa. Selain itu siswa harus dimotivasi untuk menggunakan keterampilan berinteraksidalam kelompok yang benar sebagai bagian dari proses belajar.Namun, dalam Johnson dan Johnson (1991:61), dijelaskan adanya elemen kelima dalam pembelajaran kooperatif yaitu pembahasan. Artinya setelah pembelajaran kooperatif dilakukan, maka kelompok kemudian membahas bagaimana mereka telah bekerjasama, dan apa yang dapat mereka lakukan untuk dapat menjadi lebih baik ke depannya dalam menjadi kelompok yang dapat bekerja lebih efektif. Kelompok belajar kooperatif memiliki perbedaan dengan kelompok belajar tradisional. Hal ini dijelaskan pada Tabel 2.1Tabel 2.1 Perbandingan Kelompok Belajar Kooperatif dengan KelompokBelajar Tradisional

C. Model Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah suatu pembelajaran dimana setelah kehadiran guru, siswa pindah kekelompoknya masing-masing untuk saling membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari materi yang diberikan. Sebagai ganti dari tes tertulis, setiap siswa akan bertemu seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua rekan dari kelompok lain. Tiga siswa dalam setiap turnamen akan saling bersaing. Mereka menjawab satu pertanyaan yang sama, yang telah dibahas bersama-sama dalam kelompoknya. Dengan cara ini setiap siswa berkesempatan menyumbangkan skor sebanyak-banyaknya untuk kelompoknya.1. Unsur-unsur dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGTAdapun unsur-unsur dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT dijelaskan sebagai berikut : a. SintakmatikDalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ada empat tahapan yang perlu ditempuh yaitu :Tahap pertama : Mengajar (teach)Pada tahap ini guru mempresentasikan atau menyampaikan materi yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan, tugas atau kegiatan yang akan dilakukan oleh siswaTahap kedua : Belajar kelompok (team study)Pada tahap ini guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecilyang beranggotakan 5-6 orang. Kemudian siswa melakukan diskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok siswa melakukan diskusi untuk memecahkan masala bersama, salaing memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawabnya.Tahap ketiga : Permainan (games tournament) Pada tahap ini siswa bermain dalam sebuah tournament antar kelompok. Turnamen diikuti oleh anggota masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah sema anggota kelompok telah menguasai materi, dimana materi-materi yang diberikan berhubungan dengan materi yang didiskusikan. Tahap keempat : Penghargaan kelompok (team recognition)Pada tahap ini guru mengumumkan kelompok yang menang dan memberikan penghargaan (reward) atau hadiah kepada pemenang dalam turnamen. Kelompok yang dapat mencapai finis mendapat skor tertinggi dan mendapat penghargaan.b. Sistem sosialDengan model pembelajara kooperatif tipe TGT akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapatbelajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

c. Prinsip reaksiPeran guru dalam model pembelajaran ini adalah membangun ikatan emosianal, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menjalin hubungan dan menyingkrkan segala ancaman dalam proses pembelajaran. Guru juga berperan dalam menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon siswa. d. Sistem pendukungModel pembelajaran ini dalam pelaksanaannya memerlukan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga dapat merubah lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. 2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif tipe TGT melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa hars ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Dengan demikian model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT antara lain :a. Mengandung unsur permainan sehingga cenderung disukai siswa. Permainan yang terdapat dalam model pembelajaran ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga dapat merubah lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.b. Adanya kelompok belajar, dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, serta belajar menerima pendapat orang lain.c. Setiap siswa terlibat dalam games tournament, sehingga setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.Selain kelebihan-kelebihan diatas model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga memiliki kekrangan, yaitu : guru harus selalu mengawasi, memperhatikan, dan membimbing agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan efektif. Jadi, peran guru sangat besar. Agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif, sebaiknya sebelum melaksanakan model pembelajaran ini siswa diberi tugas untuk mempelajari yang akan dipelajari terlebih dahulu.

D. Pembelajaran dengan Tutor Sebaya (Peer Tutoring) 1. Pengertian Tutor Sebaya (Peer Tutoring) Tutor menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1230) yaitu orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau sejumlah kecil siswa (di rumah, bukan di sekolah). Sedangkan definisi sebaya yaitu seumur, sepermainan, atau sekelas. Dengan demikian, tutor sebaya adalah teman sebaya (seumuran atau sekelas) yang memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau sejumlah kecil siswa. Menurut Dedi Supriyadi (dalam Suherman, 2003:276) mengemukakan, bahwa tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor sebaya adalah seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai kriteria menjadi tutor sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep (Winataputra, 1999:380). Berdasarkan definisi tentang tutor sebaya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah tutor sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pembimbingan atau pelajaran yang diberikan oleh seorang siswa kepada siswa lain, sedangkan mereka (antara pembimbing dan yang dibimbing) adalah teman sekelas atau teman sebangku yang usianya relatif sama. 2. Kriteria Tutor Sebaya Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (a) Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas, (b) Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa, (c) Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik, (d) Memiliki sikap toleransi, tenggang rasa, dan ramah dengan sesama, (e) Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik, (f) Bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab, (g) Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan (Sawali, 2007). 3. Tugas dan Tanggung Jawab Tutor Sebaya Tutor memiliki tugas dan tanggung jawab: (a) Memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi yang dipelajari, (b) Mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis, (c) Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai (Sawali, 2007). 4. Cara Menyiapkan Tutor Sebaya Cara menyiapkan tutor sebaya menurut Suparno (2007:140) yaitu: (a) Guru memberikan petunjuk pada tutor bagaimana mendekati temannya dalam hal memahami materi, (b) Guru menyampaikan pesan kepada tutor-tutor agar tidak selalu membimbing teman yang sama, (c) Guru membantu agar semua siswa dapat menjadi tutor sehingga mereka merasa dapat membantu teman belajar, (d) Tutor sebaiknya bekerja dalam kelompok kecil, campuran siswa berbagai kemampuan (heterogen) akan lebih baik, (e) Guru memonitoring terus kapan tutor maupun siswa yang lain membutuhkan pertolongan. Guru memonitoring tutor sebaya dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok pada saat mereka diskusi di kelas maupun praktikum, (f) Tutor tidak mengetes temannya untuk grade, biarkan hal ini dilakukan guru. 5. Cara Membagi Kelompok yang Heterogen Tutor sebaya merupakan bagian dari Cooperative Learning atau belajar bersama. Dalam metode ini siswa yang kurang mampu dibantu belajar oleh teman-teman sendiri yang lebih mampu dalam suatu kelompok. Bentuknya adalah satu tutor membimbing satu teman, atau satu tutor membimbing beberapa teman dalam kelompok. Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam Cooperative Learning. Menurut Lie (2004:41), kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender (jenis kelamin), latar belakang agama, sosio-ekonomi, etnik, serta kemampuan akademik. Dalam penelitian ini, kelompok heterogen dibentuk atas dasar keanekaragaman gender (jenis kelamin) dan kemampuan akademik, sedangkan keanekaragaman latar belakang agama, sosio-ekonomi, dan etnik dianggap telah terwakilkan dan terpenuhi. Cara membagi kelompok yang heterogen yaitu: a. Observasi untuk mendapatkan data nama siswa, jenis kelamin dan nilai akademik semester sebelumnya. b. Nilai akademik semester ganjil diklasifikasikan ke dalam kategori kemampuan akademik rendah, sedang, dan tinggi dengan kriteria sebagai berikut: nilai < KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) = rendah KKM < nilai rata-rata = sedangnilai > rata-rata = tinggi c. Siswa yang berkemampuan akademik tinggi dijadikan sebagi tutor. d. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, rendah, dan sedang. e. Setiap kelompok terdiri dari campuran siswa perempuan dan siswa laki-laki. 6. Penerapan Pembelajaran dengan Tutor Sebaya Jika pembelajaran dengan tutor sebaya diterapkan, maka langkahnya menurut Suyitno (2004:36) sebagai berikut: a. Materi pelajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi). b. Membagi para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa yang pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya. c. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dipandu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya. d. Memberi mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. e. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang diberikan. f. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan. 7. Keuntungan Pembelajaran dengan Tutor Sebaya Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya, anak-anak diajak untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja. Menurut Suparno (2007:140), beberapa studi menemukan keuntungan dengan tutor sebaya antara lain: a. Tutor sebaya menghilangkan ketakutan yang sering disebabkan oleh perbedaan umur, status, dan latar belakang antara siswa dengan guru. antara siswa biasanya mudah kerja sama dan komunikasi. Sehingga Siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi dan siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.b. Siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan.c. Tutor teman dapat sabar terhadap siswa yang lamban dalam belajar. d. Pelajaran dengan tutor sebaya cukup efektif daripada pelajaran biasa karena siswa yang lemah akan dibantu tepat pada kekurangannya. Siswa yang lemah dapat terus terang memberi tahu tutornya mana yang belum jelas, tanpa malu-malu.e. Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas.f. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran. Adapun kekurangan dari tutor sebaya ini adalah siswa yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi dan kemampuan membantu orang lain. Sawali Tuhusya (2007) menyatakan bahwa tutor adalah murid yang tergolong baik dalam prestasi belajarnya dan mempunyai hubungan social yang baik dengan teman-temannya. Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari metode tutor sebaya. Kekurangan tutor sebaya antara lain: a.Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya. b.Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya. Cara mengatasi kekurangan tutor sebaya tersebut, para tutor dilatih untuk mengajar berdasarkan silabus yang telah ditentukan. Hubungan antara tutor dengan siswa adalah hubungan antar kakak-adik atau antar kawan, kekakuan yang ada pada guru agar dihilangkan. Muntansir (1985:58) menyatakan dalam kegiatan ini tutor dan guru menjadi semacam staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi murid, baik dengan cara satu lawan satu maupun kelompok kecil.

E. Penerapan Kooperatif Model TGT (Team Games Turnament) disertai Tutor Sebaya (Peer Tutoring) untuk meningkatkan motivasi dan ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas X.4 SMA Negeri Ambulu.Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. (Arikunto, 2004:58). Sebelum proses pembelajaran, diberikan angket tentang motivasi belajar fisika dalam pembelajaran yang konvensional. Dalam mendapatkan solusi untuk permasalahan yang terjadi di dalam kelas, dipilih penerapan model TGT disertai metode tutor sebaya. Dalam hal ini, keduanya akan saling melengkapi. Kelompok-kelompok kecil yang dibentuk, yakni 4 siswa, di setiap kelompoknya akan diberikan Leader yang memiliki kemampuan akademis lebih tinggi untuk bertanggungjawab sebagai tutor sebaya yang tetap dipantau langsung oleh guru dalam proses pembelajaran. Setiap kelompok harus menyiapkan diri, karena kelompok yang presentasi dan kelompok penanya akan diundi langsung setelah tutoring, setiap jadwalnya.Pada penelitian ini, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT disertai tutor sebaya dalam pembelajaran fisika adalah : a. PersiapanPada awal pembelajaran guru memberikan angket motivasi awal untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran fisika sebelum mendapatkan tindakan kelas. Kemudian membagi siswa menjadi 8 kelompok, yang terdiri dari 4 anggota dan 1 anggota sebagai tutor. Selanjutnya guru menyampaikan materi, tujuan, dan menjelaskan proses pembelajaran yang akan dilakukan, serta memberikan motivasi. Dalam hal ini siswa harus benar-benar memperhatikan bagaimana jalannya proses pembelajaran dan apa yang harus dilakukan agar membantu dalam mengumpulan skor kelompoknya.b. Mengajar (teach)Peran tutor sebaya terdapat dalam proses mengajar untuk anggotanya dalam masing-masing kelompok. Peran guru dalam mengajar akan dilakukan hanya pada tutor sebaya yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dalam kelas pada setiap sub bab yang akan diajarkan, yakni dilakukan dengan menyusun jadwal diluar jam sekolah.c. Belajar Kelompok (teams)Siswa bekerja dalam kelompok yang anggotanya heterogen dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, agama yang berbeda, dengan 1 tutor dari teman sebayanya yang dipilih dari siswa akademis yang baik dalam kelas. Dengan adanya heterogenitas, sehingga dapat memotivasi siswa untuk saling membantu khususnya antara siswa yang berkemampuan kurang dengan siswa yang berkemampuan lebih. Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama kelompoknya. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan permasalahan bersama berdasarkan LKS/ modul yang diberikan oleh guru. Tutor sebaya dalam belajar kelompok disini akan terjadi beberapa kali sesuai sub bab yang akan diajarkan, dan akan dilakukan presentasi tiap-tiap kelompok yang akan diundi pada saat pertemuan. Selain terdapat undian untuk kelompok presentasi, juga ada undian untuk kelompok penanya, sehingga tiap kelompok akan terus memilik tanggungjawab untuk menyiapkan kelompoknya.d. Permainan/ pertandingan (games tournament)Pada turnament terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang sedemikian rupa untuk menguji kemampuan siswa yang diperoleh dari belajar kelompok dan presentasi. Setiap kelompok akan mengirimkan perwakilannya untuk dipertandingkan dengan wakil kelompok lain untuk mengerjakan soal yang telah disiapkan tak kecuali masing-masing tutornya yang juga akan berkompetisi dengan tutor dari kelompok lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa berdasarkan materi yang telah didapatkan baik dari belajar kelompok maupun presentasi.e. Penghargaan kelompok (recognisi)Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi yang akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas. Selanjutnya dilakukan pengujian pemahaman melalui tes individu untuk mengetahui seberapa besar ketuntasan hasil belajar siswa dengan penerapan model TGT disertai tutor sebaya, juga memberikan angket tentang motivasi belajar fisika yang selama proses pembelajaran diharapkan dapat meningkat seiring besarnya tanggungjawab terhadap diri sendiri dan kelompok.Dengan perpaduan TGT dan Tutor Sebaya, diharapkan dapat menigkatkan motivasi dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas X.4 SMA Negeri Ambulu.F. MotivasiWinkel (2007:169) mengartikan kata motif sebagai daya penggerak di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan kata motivasi diartikan sebagai motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat tertentu. Sedangkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Menurut Winkel (2007:194), motivasi belajar di sekolah dibedakan atas 2 bentuk, yaitu: (1) Motivasi ekstrinsik bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar siswa, misalnya dari orang lain. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatukebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri. biarpun orang lain mungkin memegang peranan yang dapat menimbulkan motivasi itu. Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain : a) belajar demi memenuhi kewajiban; b) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; c) belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan; d) belajar demi meningkatkan gengsi sosial; e) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting, misalnya guru dan orang tua; f) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegangatau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang / golongan administratif. (2) Motivasi intrinsik bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari dalam subjek yang belajar; ini dikatakan untuk membedakannya dari motivasi ekstrinsik. Namun dalam terbentuknya motivasi intrinsik, biasanya orang lain juga memegang peranan, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Yang khas dari motivasi intrinsikdan yang membedakannya dengan motivasi ekstrinsik adalah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan adalah belajar.Sementara itu, menurut Sardiman (1986), motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Karena itu, Thomas F. Staton (1978) dalam Sardiman (1986) menyebutkan unsur motivasi sebagai salah satu unsur yang termasuk kdalam faktor psikologis dalam belajar. Faktor-faktor psikologis dalam hal ini adalah motivasi dikatakan memiliki peranan penting untuk memberikan landasan dan kemudahan untuk mencapai tujuan belajar secara optimal. Motivasi sebagai faktor psikologis dipandang sebagai cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudahdan efektif.Motivasi belajar bisa ditandai dengan 4 macam aspek motivasi (Santi, 2008): minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Dari sini peningkatan motivasi belajar bisa ditandai dengan adanya perubahan sikap belajar siswa yang mengarah kepada adanya perhatian dan perhatian yang lebih besar terhadap kegiatan belajar daripada aktivitas belajar sebelumnya. Adanya motivasi belajar yang baik pada diri siswa diharapkan berpengaruh pada pemahaman siswa dan tentunya akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Dengan adanya peningkatan motivasi belajar maka diharapkan prestasi belajar pun meningkat. Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (dalam Hidayati, 2005:16) bahwa intensitas motivasi belajar seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar. Model pembelajaran TGT yng memang berorientasi pada siswa dan disertai dengan adanya game atau perlombaan diyakini mampu untuk mewujudkan suasana yang menyenangkan bagi siswa sehingga jika suasana menyenangkan ini ada dalam pembelajaran maka diharapkan siswa akan termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajarnya pun akan memuaskan.

G. Hasil Belajar Ahli pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang apa yang dimaksud dengan hasil belajar yaitu: 1. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 1990:22). 2. Menurut Hamalik (1990:189), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. 3. Menurut Anni (2004:4), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Untuk mengukur kemampuan pembelajaran di dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut diperlukan adanya pengamatan kinerja (performance) pembelajar sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung, serta mengamati perubahan kinerja yang telah terjadi. Benyamin S. Bloom (dalam Anni, 2004:6) mengusulkan 3 taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu: 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam penelitian ini, ranah kognitif hanya dibatasi empat kategori yaitu: a. Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan (C1) Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan adalah kemampuan untuk mengingat (recall) akan informasi yang telah diterima, misalnya informasi mengenai fakta, konsep, rumus, dan sebagainya. b. Kemampuan kognitif tingkat pemahaman (C2) Kemampuan kognitif tingkat pemahaman adalah kemampuan mental untuk menjelaskan informasi yang telah diketahui dengan bahasa atau ungkapannya sendiri. c. Kemampuan kognitif tingkat penerapan (C3) Kemampuan kognitif tingkat penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah diketahui kedalam situasi atau konteks baru. d. Kemampuan kognitif tingkat analisis (C4) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor lainnya.

2. Ranah Afektif Tujuan pembelajaran ranah afektif berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. 3. Ranah Psikomotorik Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik meliputi peniruan, manipulasi, ketepatan, perangkaian, dan naturalisasi. Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan metode pembelajaran). Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar meliputi tiga ranah yang telah dijelaskan di atas yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar di mana hasil belajar kognitif diukur pada awal dan akhir pembelajaran, sedangkan untuk hasil belajar afektif dan psikomotorik diukur pada proses pembelajaran.

H. Ketuntasan Hasil Belajar SiswaHasil belajar siswa merupakan taraf keberhasilan yang dicapai oleh siswa berupa perubahan tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran fisika berlangsung maupun seteleh mendapatkan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dimana hasil belajar diperoleh dari hasil skor turnamen dan tes individu. Kriteria ketuntasan hasil belajar secara perorangan apabila telah mencapai skor 70. Presentase ketuntasan yaitu perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dengan dengan jumlah seluruh siswa kelas X.4 SMA Negeri Ambulu setelah mencapai 75 %.

I. Kerangka Konseptual Penelitian

Proses belajar mengajar fisika di kelas X.4 SMA Negeri AmbuluPembelajaran Kooperatif tipe TGT disertai Peer TutoringTeachTeam studyGame tournamentPeer Tutoring dalam kelompokmemecahkan masalah & presentasiMengumpulkan skorSuasana belajar aktifMotivasi belajar meningkatHasil belajar meningkat(ketuntasan tercapai)Membentuk Kelompok

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas X.4 SMA Negeri Ambulu. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November s/d Desember 2012.

B. Jenis dan Desain PenelitianJenis pendekatan kualitatif dengan desain penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK berupa proses pengkajian berdaur (cyclical), di mana setiap siklusnya terdiri dari empat komponen pokok yaitu perencanaan planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

C. Subjek PenelitianSubjek penelitian adalah siswa kelas X.4 SMA Negeri Ambulu semester ganjil 2012/2013 yang berjumlah 40 siswa.

3.1 Definisi OperasionalVariabel dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan jenisnya. Kemudian variabel-variabel yang sudah dibedakan tersebut didefinisikan dalam definisi operasional variabel yang bertujuan untuk memperjelas pengertian variabel yang digunakan dalam penelitian ini.Dalam penelitian ini, jenis variabel meliputi variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable).a. Variabel bebas: Model kooperatif tipe Teams Games Tournament disertai Tutor Sebaya (Peer Tutoring)b. Variabel terikat: - Motivasi belajar fisika siswa Ketuntasan hasil belajar fisika siswaAgar penelitian ini mudah dipahami serta tidak terjadi salah pengertian, maka perlu didefinisikan beberapa variabel yang ada dalam penelitian ini.1. Penerapan kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) disertai Tutor Sebaya (Peer Tutoring)Pembelajaran Model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya yang mengambil peran guru dalam tahap Teach dan mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa belajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 2. Motivasi Belajar Fisika SiswaMotivasi belajar bisa ditandai dengan 4 macam aspek motivasi: minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Dari sini peningkatan motivasi belajar bisa ditandai dengan adanya perubahan sikap belajar siswa yang mengarah kepada adanya perhatian dan perhatian yang lebih besar terhadap kegiatan belajar daripada aktivitas belajar sebelumnya. Adanya motivasi belajar yang baik pada diri siswa diharapkan berpengaruh pada pemahaman siswa dan tentunya akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Dengan adanya peningkatan motivasi belajar maka diharapkan prestasi belajarpun meningkat.3. Ketuntasan Hasil Belajar Fisika SiswaHasil belajar siswa merupakan taraf keberhasilan yang dicapai oleh siswa berupa perubahan tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran fisika berlangsung maupun seteleh mendapatkan pengajaran dengan menggunakan model kooperatif TGT (Teams Games Tournament), yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dimana hasil belajar diperoleh dari hasil test yaitu skor turnamen dan tes individu. Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa kelas X.4 SMA Negeri Ambulu adalah sebagi berikut:a. Ketuntasan perorangan, apabila siswa telah mencapai skor 70 dari skor maksimum 100.b. Ketuntasan klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal 75% telah mencapai skor 70 dari skor maksimum 100.

D. Prosedur PenelitianPada Penelitian tindakan kelas, terdapat beberapa siklus sesuai yang diperlukan, dalam penelitian ini dilakukan 1 siklus, dan akan diulang ke siklus berikutnya bila ketuntasan belajar belum tercapai.

Jika berhasil, penelitian ini dilaksanakan dalam satu siklus saja, meliputi:1. Perencanaana) Melaksanakan observasi awal pembelajaran untuk memperoleh data siswa kelas X.4 yang menjadi subjek penelitian. b) Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). c) Menyiapkan angket motivasi belajar siswa sebelum dan setelah kegiatan pembelajaran.d) Menyiapkan Handout dan LKS. soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban.e) Menyiapkan lembar observasif) Membentuk rencana tutor sebaya dan kelompok belajar.2. Tindakana) Pertemuan ke-1 (mengecek kehadiran siswa, pembukaan, memberikan angket, pembentukan kelompok, pemberian angket motivasi awal, menjelaskan sistem pembelajaran yang digunakan, memberi materi pendahuluan, memberi penugasan kelompok dan memotivasi siswa belajar sub pokok selanjutnya untuk pertemuan berikutnya).b) Pertemuan ke-2 (mengecek kehadiran siswa, tutor sebaya menjelaskan materi dalam masing-masing kelompok, presentasi dan tanya jawab 2 kelompok yang dipilih secara acak, mengevaluasi, memberi tugas rumah dan memotivasi siswa belajar sub pokok selanjutnya untuk pertemuan berikutnya).c) Pertemuan ke-3 (mengecek kehadiran siswa, tutor sebaya menjelaskan materi dalam masing-masing kelompok, presentasi dan tanya jawab 2 kelompok sisa yang dipilih secara acak, mengevaluasi, memberi tugas rumah dan memotivasi siswa belajar sub pokok selanjutnya untuk pertemuan berikutnya).d) Pertemuan ke-4 (mengecek kehadiran siswa, tutor sebaya menjelaskan materi dalam masing-masing kelompok, presentasi dan tanya jawab 2 kelompok sisa yang dipilih secara acak, mengevaluasi, memberi tugas rumah dan memotivasi siswa belajar sub pokok selanjutnya untuk pertemuan berikutnya).e) Pertemuan ke-5 (tutor sebaya menjelaskan materi dalam masing-masing kelompok, presentasi dan tanya jawab 2 kelompok sisa yang dipilih secara acak, mengevaluasi keseluruhan dari materi, memberi penghargaan untuk kelompok yang paling baik).f) Pertemuan ke-6 (mengecek kehadiran siswa, menginformasikan kegiatan, melakukan games antar kelompok, mengevaluasi jawaban, memberi penghargaan pada kelompok terbaik).g) Pertemuan ke-7 (mengecek kehadiran siswa, kuis atau ujian materi secara individu, memberi angket).h) Pertemuan ke-8 (mengecek kehadiran siswa, menginformasikan hasil ujian dan angket, evaluasi)3. PengamatanObserver mengambil data dari mengamati dan mencatat kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi terhadap kinerja tutor dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.4. RefleksiPeneliti berkolaborasi dengan guru melihat hasil perencanaan, tindakan dan pengamatan. Atas dasar pengamatan pembelajaran dengan tutor sebaya dan TGT, data yang diperoleh akan dikaji secara kritis peningkatan motivasi belajar melalui angket dan ketuntasan hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, kemudian menarik kesimpulan dan mencari solusi atas permasalahan atau kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan pembelajaran.

Bagan I. Kelompok Presentasi

Ketentuan :1. Pengundian dilakukan pada saat pembelajaran hari itu.2. Undian kelompok presentasi diikuti oleh semua kelompok yang belum presentasi.3. Undian kelompok penanya diikuti oleh semua kelompok yang masih memiliki kesempatan sebagai kelompok penanya selain kelompok pemateri, dimana masing-masing kelompok memiliki kewajiban dua kali menjadi kelompok penanya.4. Kelompok penanya diwajibkan memberikan 2 pertanyaan untuk kelompok pemateri.5. Kelompok audiens boleh bertanya pada kelompok pemateri setelah pertanyaan dari kelompok penanya diutamakan.

Bagan II. Turnamen TGT

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan DataDalam mengumpulka data diperlukan sebuah instrumen, yakni perangkat pendukung yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang dibutuhkan antara lain: tes tertulis, angket, dokumentasi, dan observasi.

1. Dokumentasi Digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai pendukung dalam penelitian, yakni: Daftar nama dan jumlah siswa; Daftar skor ujian siswa sebelum dan sesudah penelitian; Tes; Foto serta data lain yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian. 2. Observasi Kegiatan observasi terhadap kinerja siswa, dilaksanakan oleh guru mata pelajaran fisika dan observer dari mahasiswa Universitas Jember secara langsung saat kegiatan pembelajaran berlangsung, yakni saat proses presentasi dan turnamen. Lembar observasi dalam penelitian ini mempergunakan sistem skala nilai (rating scale) yang penjenjangannya memakai skala 5. 3. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan skor kemampuan siswa setelah diadakan pembelajaran, yakni: soal dalam turnamen berupa pilihan ganda, dan tes evaluasi individu berupa uraian. 4. AngketAngket berupa pertanyaan mengenai mata pelajaran dan proses belajar fisika yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum dan setelah kegiatan penelitian.

F. Teknik Analisa Data1. Analisis Tes Hasil BelajarUntuk mendapatkan nilai hasil belajar siswa, kurang dari 70 dinyatakan belum tuntas.

2. Analisis Lembar ObservasiUntuk menilai peningkatan psikomotorik siswa dan peningkatan afektif siswa.

85% - 100% = sangat baik 70% - 84% = baik 60% - 69% = cukup 50% - 59% = kurang < 50% = rendah sekali 3. Untuk menentukan besar ketuntasan hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) disertai tutor sebaya (Peer Tutoring) digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:E: persentasi ketuntasan belajar siswan: jumlah siswa yang tuntas belajar atau mencapai 70N: jumlah seluruh siswa

Sedangkan peningkatan hasil belajar didapat dengan membandingkan ketuntasan hasil belajar dari data sebelum penelitian yang dimiliki guru kelas dengan nilai ketuntasan setelah dilakukan penelitian.4. Analisa Tingkat MotivasiTingkat motivasi belajar dianalisis melalui angket secara deskriptif berdasarkan tindakan.% Minat=

% Perhatian=

% konsentrasi=

% Ketekunan=

Sedangkan peningkatan motivasi belajar didapat dengan membandingkan hasil motivasi awal dengan hasil motivasi pada akhir penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anni, C. Tri, Achmad Rifai RC., Eddy Purwanto, dan Daniel Purnomo. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.Arikunto, S. 2004. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.Hamalik, O. 1990. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Citra Aditya Bakti.Hidayati, 2005:16 Sardiman, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.Johnson, D. W. & Johnson, R. T. 1991. Learning Together and alone. New Jersey: Prentice Hall, Inc.Lie, A. 2004. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.Muntasir. 1985. Tutor Sebaya. http://pakdesoja.blog2.plasa.com/archives. [23 April 2012].Nurhadi. Yasin, Burhan. Dan Senduk, A G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang: UM Press.Santi, D. A. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif TGT (Teams Game Tournaments) untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SMP Darul Ulum Agung Malang. Skiripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.Sardiman, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.Sardiman. 2006. Hasil Belajar. http://www.SOE/CL.Network/What is CL. [23 April 2012].Sawali. 2007. Diskusi Kelompok Terbimbing Metode Tutor Sebaya. Online at http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-tutor-sebaya/ [diakses 11/3/2012].Slavin, R.E. 1997. Cooperative Learning. Theory, Research and Practice (Second Edition). America: a. Simun dan Schuster Company.Sudjana, N. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika: Konstruktivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.Tim Penyusun Kamus. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Winataputra, Udin S. 1999. Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Winkel W. S., 1997. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.