proposal pkmp efek antispermatogenik ditia gilang 2010
TRANSCRIPT
1
PKM 2010/2011
1
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
“Efek Atispermatogenik dan Antifertilitas Piperine yang terkandung di
dalam Infusa Lada Hitam (Piper Nigrum) terhadap Parameter Sperma dan Berat
Organ Reproduksi Mencit Putih (Mus musculus) Jantan”
BIDANG KEGIATAN:
PKMP
Diusulkan oleh:
Ketua Kelompok : Ditia Gilang Shah Putra Rahim (130110060159)
Anggota Kelompok : Indra Permana Surachman (130110060110)
Syahpikal Sahana (130110060061)
Arif Rahman Hakim (130110070170)
Aditya Arbi (130110070079)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2009
2
PKM 2010/2011
2
FORMAT HALAMAN PENGESAHAN USUL PROGRAM KREATIVITAS
MAHASISWA
1. Judul Kegiatan : “Efek Atispermatogenik dan Antifertilitas Piperine
yang terkandung di dalam Infusa Lada Hitam (Piper Nigrum) terhadap
Parameter Sperma dan Berat Organ Reproduksi Mencit Putih (Mus
musculus) Jantan”
2. Bidang Kegiatan : ( ) Kesehatan ( ) Pertanian
( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa
( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora
( ) Pendidikan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama : Ditia Gilang Shah Putra Rahim
b. NIM : 130110060159
c. Jurusan : Kedokteran/Pendidikan Dokter
d. Universitas : Universitas Padjadjaran
e. Alamat Rumah : WISMA GALUH Jln. Lapang Bola-Ciawi
RT.02 RW.06 Cikeruh-Jatinangor
Kabupaten Sumedang
f. No. Tel/HP : 081394304708
g. Alamat Email : [email protected]
4. Anggota pelaksana Kegiatan : 4 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Andri Rezano, dr. Mkes
b. NIP : 19801204 200812 1 001
c. Alamat : Kompleks Polri No.08 Kelurahan Cipedes
Kecamatan Sukajadi Kota Bandung 40162
d. HP/ No. Telepon : 08122103116 / 02291557108
6. Biaya Kegiatan Total
Dikti : Rp. 6.351.000,00
7. Jangka waktu pelaksanaan : 4 bulan
3
PKM 2010/2011
3
Jatinangor, 14 Oktober 2009
Menyetujui,
Ketua Jurusan/Program studi /
Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa
(Januarsih Iwan, dr., MS)
NIP.19510127198012001
Ketua pelaksana Kegiatan
(Ditia Gilang Shah Putra Rahim)
NPM. 130110060159
Pembantu atau Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan
(Trias Nugrahadi, dr. ,Sp. KN)
NIP.196107041991031002
Dosen Pendamping
(Andri Rezano, dr. Mkes)
NIP. 198012042008121001
4
PKM 2010/2011
4
PROPOSAL PENELITIAN
A. JUDUL
“Efek Atispermatogenik dan Antifertilitas Piperine yang terkandung di
dalam Infusa Lada Hitam (Piper Nigrum) terhadap Parameter Sperma dan Berat
Organ Reproduksi Mencit Putih (Mus musculus) Jantan”
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Jumlah populasi penduduk yang semakin bertambah, akan membawa
dampak terhadap berbagai bidang kehidupan seperti menambah kepadatan
penduduk dan kebutuhan akan berbagai sarana dan prasarana umum meningkat
karena tidak sebandingnya jumlah penduduk dengan fasilitas pelayanan umum
yang disediakan pemerintah.
Untuk menanggulangi berbagai masalah kependudukan, pemerintah telah
menggalakan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak tahun 1953
yang diprakarsai oleh sekelompok masyarakat dari kalangan kesehatan. Upaya ini
kemudian berkembang pada tahun 1957 menjadi organisasi masyarakat bernama
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Dengan adanya program
KB, diharapkan angka kenaikan jumlah penduduk dapat terkontrol, sehingga
dapat menghindari dampak negatif yang tidak diinginkan akibat kepadatan
penduduk yang tinggi tersebut. Namun, program KB bukan semata-mata
bertujuan mengatasi masalah kependudukan, tetapi juga perlu untuk
meningkatkan kesehatan dan menerapkan hak reproduksi masyarakat (Sundari,
1994).
Menyadari dampak negatif yang akan timbul dengan banyaknya jumlah
penduduk, maka pemerintah mulai memikirkan cara untuk menekan pertambahan
jumlah penduduk. Namun, pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB)
tersebut tidak akan berhasil tanpa adanya peran aktif dari masyarakat.
Melaksanakan KB adalah fungsi dan tanggung jawab suami istri (Yatim, 1994).
Dari hasil SDKI (Survey Dasar Kesehatan Indonesia) 1997, proporsi perempuan
pasangan usia subur (15-49 tahun) yang menggunakan kontrasepsi naik dari 48%
pada tahun 1987 menjadi 57% pada tahun 1997.
5
PKM 2010/2011
5
Keikutsertaan kaum pria dalam program KB jelas jauh tidak seimbang
dibandingkan dengan kaum wanitanya. Banyak faktor yang menyebabkan kaum
pria kurang aktif, diantaranya karena kompleksnya masalah reproduksi pria.
Selain itu KB kurang dipraktekkan oleh kaum pria karena terbatasnya pilihan
kontrasepsi pria (Tadjudin, 1984). Menyadari hal itu, maka pemerintah melakukan
berbagai upaya untuk memperkenalkan program KB pria kepada seluruh lapisan
masyarakat, misalnya melalui Puskesmas maupun bidan-bidan di desa.
Berbagai kelemahan inilah yang semakin mendorong pencarian alat,
bahan, atau metode kontrasepsi yang paling efektif yaitu harus aman, reversible,
mudah digunakan, cepat kerjanya, cocok untuk akseptor, dan tanpa akibat buruk
bagi potensi seks dan libido.
Tanaman tradisional, selain sudah banyak dikenal masyarakat, mudah
diperoleh, harganya relatif murah, juga pada umumnya mempunyai toksisitas
yang cukup rendah dan efek samping yang minimal (Sutardjadi, 1996).
Beberapa tanaman yang dikenal masyarakat yang mempunyai efek
antifertilitas di antaranya: biji jarak (Ricinus communis), tepung biji saga manis
(Abrus precatorius), daun dan buah kecubung (Datura metel), akar ki encok
(Plumbago zeylanica), buah dan biji labu air atau waluh bodas (Langinaria
sicerarid), biji kapas (Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscus Rosarsinensis).
(BKKBN, 2006).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber Dr.Duke's
Phytochemical and Ethnobotanical Database ditemukan bahwa Piperine yang
terkandung di dalam lada hitam (Piperine nigrum) memiliki efek Antifertilitas. Di
dalam Piper nigrum, terkandung 17,000 - 90,000 ppm Piperine. Artinya
terkandung 17,000-90,000 mg piperine di dalam 1 kg buah Piper nigrum atau 17-
90 gr/kg Piper nigrum.
Selain itu menurut penelitian lain (Shereen Cynthia D'Cruz, et.al, 2008)
juga ditemukan bahwa Piperine ini memiliki efek Apoptosis terhadap Testis
mencit (Mus musculus).
Berdasarkan penelitian diatas, kami akan meneliti lebih jauh efek
antifertilitas senyawa piperine yang terkandung di dalam Infusa Piper nigrum ini
terhadap Parameter sperma dan berat organ reproduksi mencit jantan.
6
PKM 2010/2011
6
C. PERUMUSAN MASALAH
Penggunaan alat kontrasepsi di kalangan pria belum membudaya seperti
halnya pada kaum perempuan. Namun, pemerintah berusaha keras untuk
meningkatkan kesetaraan ini agar populasi penduduk Indonesia dapat kembali
ditekan. Program Keluarga Berencana (KB) yang pernah sukses besar, beberapa
tahun terakhir justru terlihat lesu darah. dengan cara ini diharapkan program KB
dapat bergairah kembali. Selain rendahnya kesadaran serta minat kaum pria untuk
menggunakan kontrasepsi, persoalan lain adalah kenyataan kontrasepsi modern
tak jarang mengundang efek samping. Bahkan, kampanye penggunaan kondom
dirasa kurang mampu mendongkrak minat kaum Adam untuk memakainya,
dengan alasan kurang asyik. Sementara teknik medis masih belum juga diminati.
(BKKBN, 2006).
Telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu tumbuhan yang bersifat
Antifertilitas adalah Lada Hitam (Piper nigrum). Piper nigrum L. yang lebih
dikenal dengan lada hitam memiliki beberapa manfaat dalam bidang kesehatan. Di
dalam kitab Ayuverda, buah tumbuhan ini digunakan sebagai terapi asthma,
bronchitis, batuk, dysentri dan sebagainya. Belakangan ini ditemukan bahwa di
dalam Piper Nigrum terkandung Piperine yang memiliki efek antifertilitas (Dr.
Dukes Phytochemical and Ethnobotanical Database).
Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap:
1. Efek dari bubuk Piper Nigrum pada Parameter sperma dan berat organ
reproduksi mencit jantan.
2. Membandingkan waktu yang diperlukan untuk memberikan efek
antifertilitas terhadap mencit (Mus musculus) jantan dalam dua dosis
yang berbeda.
Pada penelitian sebelumnya (Shereen Cynthia D'Cruz, et. al,
Pondicherry University, India) di dapatkan bahwa pada pemberian
serbuk Piper nigrum sebanyak 10 dan 100 mg/kg/hari selama 30 hari,
telah terjadi apoptosis pada testis mencit percobaan. Selain itu, pada
penelitian tersebut, Piper nigrum dijadikan serbuk dan diberikan secara
langsung kepada mencit. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan
sekarang Piper nigrum diberikan secara Infusa.
7
PKM 2010/2011
7
Penelitian lain (Raghav Kumar Misra & Shio Kumar Singh, 2008)
yang menggunakan dosis 25 mg/kg/hari dan 100 mg/kg/hari masing-
masing selama 20 hari dan 90 hari, menunjukkan bahwa Piper nigrum
baru memberikan perubahan pada organ reproduksi mencit, setelah
diberikan Piper nigrum selama 90 hari. Lalu bagaimana dengan
rentang waktu antara 20 hari hingga 90 hari?
Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian efek Infusa Piper nigrum
terhadap fertilitas mencit (Mus musculus) dengan dosis 25 mg/kg/hari
dan 100mg/kg/hari masing-masing selama 45 hari dan 60 hari.
Waktu diubah untuk mengetahui apakah Piper nigrum ini sudah
memberikan efek terhadap fertilitas setelah 45 hari dan 60 hari
pemberian atau memang harus diberi selama 90 hari baru
menimbulkan efek.
3. Menguji seberapa cepat reversibilitas efek Antifertilitas Piperine di
dalam lada hitam (Piper nigrum) dalam 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu
setelah pemberian perlakuan terakhir.
Gambar 1. Buah segar Piper nigrum Gambar 2. Buah kering Piper nigrum
D. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan mengetahui:
1. Efek Piperine yang terkandung di dalam Piper nigrum terhadap
Parameter sperma dan berat organ reproduksi mencit (Mus musculus)
jantan.
8
PKM 2010/2011
8
2. Waktu optimum yang dibutuhkan untuk memberikan efek Antifertilitas
terhadap mencit putih (Mus musculus) jantan
3. Menguji seberapa cepat reversibilitas efek Antifertilitas Piperine di
dalam lada hitam (Piper nigrum) setelah 1 minggu, 2 minggu, 3
minggu setelah pemberian perlakuan terakhir
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Penelitian ini akan menghasilkan sebuah karya yang bersifat informatif
dan inovatif. Perubahan terhadap Parameter sperma dan berat organ reproduksi
mencit setelah diberi Infusa Piper nigrum ini, nantinya diharapkan akan ada
penelitian lanjutan mengenai efek Piper nigrum ini terhadap manusia. Sehingga,
obat yang berasal dari Piper nigrum ini dapat dipatenkan sebagai alat kontrasepsi
herbal yang mampu menggantikan alat kontrasepsi konvensional yang ada
sekarang ini dengan terciptanya sebuah sediaan baru bagi alat kontrasepsi yang
aman, praktis, dan efektif yang dapat digunakan masyarakat luas.
F. KEGUNAAN
Penelitian ini memiliki dua kegunaan, yaitu :
1. Guna Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk
penelitian-penelitian selanjutnya terhadap Piper nigrum.
2. Guna laksana
Menjembatani dan mengarahkan penelitian selanjutnya sehingga pada
akhirnya Piper nigrum dapat dijadikan sebagai alat kontrasepsi pria
yang efektif dan aman serta bersifat reversible apabila digunakan
dengan dosis yang tepat.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Lada Hitam (Piper nigrum l.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
9
PKM 2010/2011
9
Order : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum
Nama daerah : Lada hitam
Pada tahun 2008, Vietnam adalah negara penghasil lada hitam
terbesar didunia (34%). Diikuti oleh Indonesia (9%), India (19%), Brazil
(13%), Malaysia (8%), Sri Lanka (6%), Thailand (4%), dan China (6%).
Lada hitam merupakan tanaman menjalar yang dapat tumbuh
setinggi 4 meter. Daunnya memiliki panjang antara 5-10 cm dan lebarnya
3-6 cm. Bunganya kecil, berkelompok seperti anggur dengan panjang
tangkai hingga 15 cm ketika buahnya matang. Lada hitam tumbuh di tanah
yang lembab dan kaya dengan bahan organik. Tumbuhan ini tumbuh
hingga panjang 40-50 cm untuk kemudian merambat pada pohon lain.
Lada hitam biasanya digunakan baik sebagai bumbu dapur maupun
sebagai obat-obatan. Di dalam kitab Ayuverda, Siddha dan Unani lada
hitam digunakan sebagai obat berbagai penyakit, seperti konstipasi, diare,
nyeri telinga, gangrene, penyakit jantung, hernia, serak, gangguan
pencernaan, gigitan serangga, insomnia, nyeri sendi, penyakit liver,
penyakit paru, oral abcess, sunburn, dan sakit gigi.
Di dalam lada hitam terkandung berbagai senyawa, diantaranya
adalah piperine. Piperine ini dapat meningkatkan absorpsi selenium,
vitamin B, beta-carotene dan curcumin.
Selain Piperine, di dalam lada hitam juga terdapat safrole dalam
jumlah kecil yang dapat bersifat mild carcinogenic. Lada hitam juga harus
dihindari pada pasien yang memiliki tukak ataupun setelah operasi di
daerah abdominal. Karena memiliki efek iritan terhadap usus.
10
PKM 2010/2011
10
Gambar 3 Pohon Piper Gambar 4 buah Piper
2. Piperine
Piperine merupakan senyawa kimia yang besifat Alkaloid. Alkaloid
merupakan suatu molekul nitrogenous organic yang memiliki
pharmacological effect terhadap manusia serta hewan. Alkaloid
merupakan senyawa yang mengandung nitrogen, biasanya merupakan
derivat dari asam amino, rasanya pahit, berbentuk kristal putih (kecuali
nikotin). Selain itu senyawa alkaloid bersifat basa dan umumnya bereaksi
dengan asam membentuk garam yang larut dalam air
(www.friedli.com/herbs/phytochem/alkaloids).
Gambar 5 Struktur bangun Piperine
Di dalam biji lada mengandung beberapa senyawa alkaloid, seperti
piperine, piperanine, piperidine, piperettine. Mengingat kegunaan suatu
senyawa alkaloid yang sangat luas cakupannya, maka diperlukan berbagai
11
PKM 2010/2011
11
pendekatan proses yang memungkinkan untuk diaplikasi dalam produksi
komersial.
Piperine merupakan salah satu senyawa alkaloid yang dapat
dijumpai dalam tanaman lada (Piper sp.). Menurut Dr. Dukes
Phytochemical and Ethnobotanical Database terdapat 17,000 hingga
90,000 ppm Piperine di dalam lada hitam (Piper nigrum).
Rumus molekul dari piperine adalah C17H19NO3 dan memiliki
melting point 128oC – 132
oC.
Piperine merupakan trans-trans stereoisomer dari 1-
piperoylpiperidine. Piperine juga dikenal sebagai (E, E)-1-
piperoylpiperidine dan (E, E)-1-[5-(1, 3-benzodioxol-5-y1)-1-oxo-2, 4-
pentdienyl] piperidine (www.pdrhealth.com).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, di dapat
bahwa Piperine ini dapat mengaktivasi aktivitas Apoptosis pada testis
mencit (Shereen Cynthia D'Cruz, S. Vaithinathan, B. Saradha, P. P.
Mathur, 2008). Selain itu juga ditemukan bahwa, Piper nigrum mampu
menyebabkan perubahan pada organ reproduksi mencit setelah diberi
selama 90 hari (Raghav Kumar Misra & Shio Kumar Singh, 2008)
3. Taksonomi Mencit Putih
Mencit yang digunakan sebagai hewan percobaan, memiliki
taksonomi sebagai berikut
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Sinonim : Tikus putih, tikus laboratorium.
4. Karakteristik
Mus musculus berasal dari daerah Mediteranian sampai Cina, tapi
sekarang sudah didistribusikan ke seluruh dunia dan hidup bersama
manusia melalui hubungan komensalisme.
12
PKM 2010/2011
12
Mus musculus memiliki waktu reproduksi yang mengagumkan,
beranak sepanjang tahun, walaupun tikus liar memiliki waktu reproduksi
selama bulan April sampai bulan September. Siklus birahi selama 4-6 hari,
umur hidup rata-rata 2 tahun, tapi ada juga yang hidup selama 6 tahun, di
alam bebas kebanyakan hidup tidak lebih dari 12 – 18 bulan (Moeloek,
1994)
5. Alat reproduksi
Alat reproduksi mencit jantan (Mus musculus) terdiri dari:
a. Genitalia Interna, terdiri dari:
Testis, Tubulus Seminiferus, Tubulus Rektus, Rete Testis, Vasa
Eferensia, Duktus Epididimis, Vasa Deferensia, Urethra, Kelenjar
Prostat, Vesika Seminalis, Kelenjar Bulbourethral
b. Genitalia Eksterna, terdiri dari:
Penis dan Skrotum
6. Testis mencit
Pada hewan jantan terdapat testis yang terletak dalam rongga
scrotum yang merupakan perluasan kulit ganda dari rongga abdomen di
sebelah bawah atau muka anus. Antara rongga scrotum dan abdomen
terdapat saluran penghubung yang disebut Canalis Inguinalis.
Testis terbentuk dari lengkungan–lengkungan Tubulus seminiferus
yang bergelung, yang dindingnya merupakan tempat pembentukan
spermatozoa dari sel-sel germinativum primitive (spermatogenesis). Kedua
ujung masing-masing lengkungan disalurkan ke dalam duktus di caput
epididimis. Dari sini spermatozoa tersalur melalui korpus epididimis ke
kauda epididimis menuju vas deferens. Saluran ini bersama-sama
pembuluh darah dan saraf pada Canalis inguinalis membentuk Funiculus
spermaticus masuk dalam rongga abdomen.
Kedua vasa deferensia pada akhirnya masuk dasar urethra
membentuk saluran umum urogenitalis melalui penis yang akan
mentransfer sperma ke dalam vagina hewan betina pada saat kopulasi
(Yatim, 1988)
13
PKM 2010/2011
13
Terdapat dua kelenjar yakni glandulae prostate yang terletak di
dasar urethra dan glandulae bulbourethralis atau glandulae cowperi yang
terletak juga pada sekitar urethra pangkal penis. Kedua kelenjar itu
mengeluarkan zat yang sifatnya memudahkan dalam transfer sperma.
Kecuali kedua macam kelenjar tersebut beberapa jenis mamalia memiliki
glandulae seminal dan glandulae inguinale yang terletak pada pangkal
penis; kelenjar itu mengeluarkan getah berbau yang merangsang hewan
betina (Moeloek, 1994)
Testis adalah sepasang gonad yang berada dalam scrotum dan
memiliki kapsul yang terdiri dari dua lapisan yaitu tunika vaginalis atau
lapisan terluar kapsul (berbentuk kantung, terdiri dari selapis sel
mesothelium, berasal dari selaput peritoneum yang ikut terbawa ketika
testis turun ke dalam scrotum), dan tunika albuginea (berupa jaringan ikat
dan sel-sel otot polos). Keduanya dipisahkan oleh lamina basalis yang
tumbuh dari jaringan ikat. Bagian dalam dari tunika albuginea terdapat
tunika vasculosa berupa jaringan ikat renggang yang mengandung jalinan
pembuluh darah serta mempunyai hubungan dengan jaringan interstitial
dalam testis, dan lewat lapisan ini darah keluar masuk testis.
Tunika albuginea menebal di bagian belakang (posterior) testis dan
menjadi landasan bangunan testis sendiri yang disebut mediastinum testis.
Dari mediastinum ini, saluran keluar sementara dari testis berpangkal
(moeloek, 1994).
Pada manusia, testis sendiri terbagi atas kurang lebih 250 kamar
bentuk pyramid yang puncaknya berada di mediastinum. Kamar-kamar ini
disebut lobula testis, dipisahkan satu sama lain oleh sekat jaringan ikat
septula testis. Tiap lobula testis terdiri atas 1-3 tubuli seminiferi (saluran
penghasil mani) yang bergulung-gulung. Di antar tubuli terdapat jaringan
ikat yang disebut jaringan interstitial (Yatim, 1988)
Testis diletakkan ke dasar scrotum oleh suatu ligament yang
merupakan sisa dari gumpalan sel mesenkim pada masa embrio yang
disebut gubernakulum testis.
14
PKM 2010/2011
14
Fungsi testis adalah sebagai alat eksokrin yang menghasilkan sel-
sel spermatozoa. Selain itu, berfungsi juga sebagai alat endokrin yang
menghasilkan hormon testosterone yang berperan dalam proses
spermatogenesis, menentukan sifat seks sekunder, rangsang seks, juga
untuk perkembangan dan pemeliharaan saluran serta kelenjar kelamin
(moeloek, 1994)
Mencit jantan dewasa mempunya testis yang berbentuk bulat
lonjong sebesar kacang tanah dengan ukuran rata-rata 0,9 x 0,5 x 0,5 cm.
Di dalam testis terdapat tubulus seminiferus berupa suatu saluran yang
berlilit-lilit, dan di antaranya terdapat jaringan interstitial yang didalamnya
mengandung sel Leydig (Moeloek, 1994)
Spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus sedangkan di
dalam sel leydig terjadi steroidogenesis (produksi testosterone).
7. Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan suatu proses pembentukan
spermatozoa, mencakup spermasitogenesis dan spermiogenesis (Dorland,
2002). Spermatogenesis ini berlangsung pada epitel germinal di dalam
tubulus seminiferus. Spermatogenesis ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
spermasitogenesis, meiosis, dan spermiogenesis.
Gambar 6 spermatogenesis: proses spermatogenesis (Junqueira,2005)
15
PKM 2010/2011
15
a. Spermatogenesis
Dimulai dengan proliferasi spermatogonia asal yang disebut
spermatogonium tipe A yang berinti lonjong dan nukleus di pinggir,
menjadi spermatogonium tipe B yang berinti bundar dan
bernukleus agak di tengah. Spermatogonium tipe B inilah yang
akan berkembang menjadi spermatosit I (primer). Spermatosit I
berada di lapisan kedua tubulus kearah lumen (Tortora &
Derrickson, 2006).
Pada setiap spermatogonium, salah satu dari pasangan
kromosom membawa informasi genetik yang menentukan seks dari
turunan terakhir. Pasangan ini terdiri dari satu kromosom “X” dan
kromosom “Y”. (Tortora & Derrickson, 2006)
b. Meiosis
Spermatosit I hasil spermasitogenesis ini kemudian
menjauh dari lamina basalis dan sitoplasmanya semakin banyak.
Spermatosit I mengalami meiosis I, sehingga terbentuk spermatosit
II. Spermatosit II ini kemudian mengalami meiosis II untuk
membentuk spermatid. Pada meisosis I, spermatosit I mengalami
subfase leptoten, zigoten, pakiten, diploten, dan diakinesis dari
profase, disusul metaphase, anaphase, dan telofase.
Pada meiosis II, ia juga menempuh profase, metaphase,
anaphase, dan telofase. Cytokinesis pada meiosis I dan II tidak
membagi sel benih secara lengkap namun terpisah oleh interseluler
bridge. Melalui jembatan ini, berlangsung komunikasi antar sel
bertetangga. Meiosis I menghasilkan spermatosit II yang berinti
lebih gelap yang kemudian mengalami meiosis II untuk
membentuk spermatid yang berinti lonjong runcing, mempunyai
ekor halus dan pendek dalam sitoplasmanya (Tortora &
Derrickson, 2006).
c. Spermiogenesis
Spermiogenesis adalah perkembangan dari spermatid
haploid menjadi sperma. Tidak ada pembelahan sel yang terjadi
16
PKM 2010/2011
16
pada tahap spermiogenesis. Setiap spermatid menjadi satu sel
sperma. Selama proses ini, spermatid berubah menjadi sperma
yang panjang dan ramping, sebuah akrosom membentuk tutup dari
nukleus yang berkondensasi dan memanjang, flagella berkembang,
dan mitokondria membelah. Proses spermatogenesis ini
berlangsung di sel sertoli, ketika sel sertoli terdisposisi karena
adanya kelebihan sitoplasma yang terkelupas, maka sel sertoli
beserta sperma yang ada ikut keluar, proses ini dinamakan
spermiasi. Sperma kemudian masuk ke lumen tubulus semineferus.
Cairan di sekresikan oleh sel sertoli mendorong sperma masuk ke
saluran di testis.
8. Spermatozoa
Spermatozoa merupakan sel germinal jantan matang, yang
merupakan unsur generative semen yang mengadakan fertilisasi ovum dan
mengandung informasi genetik untuk dihantarkan ke zigot oleh yang
jantan.
Menurut strukturnya, spermatozoa dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu yang berflagela dan yang tidak berflagela. Pada hewan
umumnya termasuk kelompok yang berflagela.
Pada manusia, pergerakan dan fertilitas sperma dimungkinkan
karena gerakan flagel melalui medium cairan dengan kecepatan mendekati
1 sampai 4 mm per menit. Lebih jauh lagi, sperma normal cenderung
untuk bergerak lurus daripada gerakan berputar-putar. Aktifitas sperma
lebih meningkat pada medium netral dan sedikit basa seperti yang terdapat
pada semen ejakulasi, tetapi akan sangat ditekan dalam medium yang agak
asam dan medium yang saangat asam dapat mematikan sperma. Aktifitas
sperma akan meningkat dengan peningkatan suhu, demikian juga halnya
kecepatan metabolisme, meyebabkan hidup sperma dapat dipersingkat.
(Guyton, 2006)
Gambar 7 morfologi spermatozoa manusia
17
PKM 2010/2011
17
Bentuk spermatozoa normal pada mencit, memiliki bagian kepala
yang berbentuk sabit, leher yang pendek dan ekor yan halus dan panjang
(Yatim, 1988). Sedangkan pada manusia kepalanya berbentuk bundar.
Spermatozoa dapat berbentuk abnormal baik pada individu fertil maupun
infertil. Hanya saja, ada batas minimum persentase morfologi abnormal
terhadap normal. Menurut Yatim (1994), semen dianggap normal apabila
jumlah spermatozoa yang abnormal hanya 30-40%. Sedangkan literatur
lain menyatakan bahwa batas normal adalah bila jumlah spermatozoa yang
normal lebih besar dari 50%. Jadi, kalau persentase morfologi spermatozoa
abnormal lebih banyak daripada batas-batas tersebut, maka bisa
menyebabkan suatu keadaan infertil.
H. METODE PELAKSANAAN
Penelitian dilakukan secara Eksperimental Prospektif.
1. Alat-alat dan Bahan
Bahan penelitian:
a. Mencit putih (Mus musculus) jantan dewasa (berusia 12-15 minggu)
galur Webster dengan berat 32-34 g sebanyak 30 ekor yang dibagi
menjadi 6 kelompok masing-masing 5 ekor per kelompok
b. Mencit putih (Mus musculus) betina dewasa (berusia 12-15 minggu)
galur Webster dengan berat 32-34 g sebanyak 36 ekor. Dibagi menjadi
6 kelompok, 6 ekor per kelompok. Dimana mulai minggu I hingga
minggu III pemberian terakhir infusa dijodohkan 2 ekor mencit betina
ke 2 ekor mencit jantan di masing-masing kelompok.
c. Zat-zat yang digunakan dalam Penelitian
i. Larutan PBS (Phosphate Buffered Saline) larutan fisiologis
sebagai bahan untuk pertahanan hidup sperma sebelum diperiksa.
ii. Aquadest
iii. Chloroform
iv. Lada hitam
d. Alat penelitian
i. Object glass
ii. Cover slip
18
PKM 2010/2011
18
iii. Kotak mencit ukuran besar
iv. Kotak mencit ukuran kecil (sebagai tempat kawin)
v. Kapas
vi. Makanan mencit
vii. Sonde oral
viii. Alas kotak mencit (sekam jerami)
ix. Botol minuman mencit yang berselang kaca
x. Alat bedah minor
xi. Timbangan milligram
xii. Mikroskop
xiii. Papan fiksasi
xiv. Kompor listrik
xv. Becker glass
2. Bahan Perlakuan dan Cara Pembuatan
Bahan perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah
lada hitam (Piper nigrum) yang didapat dari toko penjualan bumbu dapur.
Sebelum diberikan, Piper nigrum dibuat menjadi bentuk infusa.
Cara pembuatan infusa lada hitam (Piper nigrum) (Farmakope, 1995):
Biji lada hitam (Piper nigrum) kering dibersihkan dari kotoran.
Biji yang kering ini kemudian di giling hingga halus.
Serbuk lada hitam kering ini kemudian di simpan dalam wadah kering
kedap udara di dalam suhu ruangan.
Serbuk yang telah dihaluskan kemudian ditakar berdasarkan kebutuhan
untuk kemudian dimasukkan ke dalam panci 100 ml air layak minum
Panci tersebut dimasukkan ke dalam panci yang lebih besar yang telah
mendidih airnya (900C) dan ditunggu selama 15 menit sambil sesekali
diaduk
Suspensi tadi disaring untuk diambil sari Piper nigrum
Hasilnya dimasukkan ke dalam botol berwarna coklat dan disimpan di
tempat yang sejuk tidak terkena sinar matahari langsung. Infusa ini
dibuat setiap 5 hari sekali terkecuali bila terjadi perubahan warna atau
bau, infusa segera dibuang dan diganti dengan yang baru.
19
PKM 2010/2011
19
3. Binatang percobaan
Binatang percobaan adalah 30 ekor mencit putih (Mus musculus)
jantan, yang diperoleh dari Biofarma Bandung.
Sebelum perlakuan dimulai, selama satu minggu mencit-mencit ini
dibiarkan tanpa perlakuan dengan maksud agar terjadi adaptasi terhadap
lingkungan yang baru.
Mencit dibagi dalam 2 kelompok kontrol dan 4 kelompok
perlakuan, masing-masing terdiri dari 5 ekor. Mencit di tempatkan pada
kandang yang terbuat dari kotak plastik yang ditutupi dengan kawat. Alas
kandang yang menggunakan sekam padi diganti 2-3 hari sekali. Pada siang
hari, kandang diletakkan dalam ruangan yang terkena sinar matahari dan
cukup ventilasi. Pada malam hari, ruangan disinari dengan cahaya lampu.
Makanan mencit berupa dedak yang dibentuk seperti pelet (bulat),
sedangkan air minum yang diberikan adalah air yang telah dimasak yang
ditempatkan dalam botol gelas dan disambung dengan pipa plastik. Botol
dan pipa gelas dibersihkan minimal sekali dalam seminggu. Makanan dan
botol ini diletakkan pada kawat penutup. Setiap kandang harus dijaga agar
tidak kekurangan makanan dan minuman.
Mencit secara random dikelompokkan kedalam 6 grup ( Grup I dan
IV sebagai kontrol dan Grup II, III, V, VI sebagai kelompok perlakuan)
ditaruh dalam kandang yang terbuat dari polypropilethylen dan
diperlakukan sebagai berikut:
Grup I : kontrol, hanya diberi aquades selama 45 hari
Grup II : diberi P.Nigrum 25 mg/kg berat badan/hari selama 45 hari
Grup III : diberi P.Nigrum 100 mg/kg berat badan/hari selama 45
hari
Grup IV : Kontrol, hanya diberi aquades selama 60 hari
20
PKM 2010/2011
20
Grup V : diberi P Nigrum 25 mg/kg berat badan/hari selama 60 hari
Grup VI : diberi P.Nigrum 100 mg/kg berat badan/hari selama 60
hari
Buah P. nigrum kering berkualitas baik di dapat dari toko swalayan
yang menjual bumbu dapur. Buah kering ini kemudian di giling sampai
halus dan disimpan di dalam wadah kedap udara pada suhu ruangan.
Kemudian bubuk P.Nigrum dibuat dalam bentuk infusa, kemudian
diberikan kepada mencit setiap hari secara oral dengan menggunakan
sonde oral. Pemberian bahan perlakuan ini dilakukan setiap hari dalam
interval waktu yang kurang lebih sama.
Setelah 45 hari, masing-masing 3 ekor diambil dari Grup II dan III
untuk dieutanasia dan dibedah setelah 24 jam perlakuan terakhir untuk
kemudian dilakukan penimbangan terhadap berat organ reproduksinya dan
pengukuran terhadap parameter spermanya.
Sedangkan 2 ekor sisa dari grup II dan III, digunakan sebagai
sampel untuk menguji reversibilitas fertilitas mencit jantan dalam waktu 1
minggu, 2 minggu dan 3 minggu. Caranya adalah dengan memasangkan
masing-masing individu dengan seekor betina dalam masa subur selama
satu malam untuk kemudian diamati apakah terjadi perkawinan dan
selanjutnya diketahui apakah ada kehamilan atau tidak.
Begitu juga dengan kelompok V dan VI, Setelah 60 hari, masing-
masing 3 ekor diambil dari Grup V dan VI untuk dieutanasia dan dibedah
setelah 24 jam perlakuan terakhir untuk kemudian dilakukan penimbangan
terhadap berat organ reproduksinya dan pengukuran terhadap parameter
spermanya.
Sedangkan 2 ekor sisa dari grup V dan VI, digunakan sebagai
sampel untuk menguji reversibilitas fertilitas mencit jantan dalam waktu 1
minggu, 2 minggu dan 3 minggu. Caranya adalah dengan memasangkan
masing-masing individu dengan seekor betina dalam masa subur selama
satu malam untuk kemudian diamati apakah terjadi perkawinan dan
selanjutnya diketahui apakah ada kehamilan atau tidak.
21
PKM 2010/2011
21
4. Cara Kerja
a. Tahap pertama
Buah P. nigrum kering berkualitas baik di dapat dari toko swalayan
yang menjual bumbu dapur. Buah kering ini kemudian di giling sampai
halus dan disimpan di dalam wadah kedap udara pada suhu ruangan.
Kemudian bubuk P.Nigrum dibuat menjadi sediaan infusa sesuai
dengan cara-cara yang telah disebutkan sebelumnya. Kemudian infusa
Piper nigrum ini diberikan kepada mencit setiap hari secara oral dengan
menggunakan alat yang telah ditentukan. Sedangkan kontrol (grup I dan
IV) hanya diberikan aquades sebanyak.
b. Tahap kedua
Timbang berat badan akhir semua tikus yang diberi perlakuan
sesuai dengan durasinya masing-masing setelah 24 jam pemberian
P.nigrum terakhir kali. Kemudian bandingkan dengan kelompok kontrol.
Seusai masa pemberian bahan perlakuan, mencit dibunuh dengan
cara dimasukkan kedalam becker glass yang telah diberi kapas
bercloroform dan ditutup rapat. Mencit yang telah mati segera diambil dan
ditaruh diatas papan bedah, kemudian dengan menggunakan jarum
dilekatkan dalam posisi terlentang dan kemudian dilakukan pembedahan
dari pangkal penis ke arah proksimal secukupnya (kurang lebih setengah
badan).
Testis, epididmis, seminal vesicle di ambil untuk kemudian
ditimbang beratnya. Kemudian gunakan kelompok kontrol sebagai
pembanding
Saat di eutanasia, 3 ekor tikus dari masing-masing kelompok
secara random diambil, spermatozoa diambil secara random dari caudae
epididimis, pertahankan suhunya menjadi 37oC. Epididimis diambil dan
dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi larutan PBS, kemudian
epididimis ini dihancuran dengan menggunakan gunting mata. Hasil akhir
adalah berupa suspensi epididimis yang mengandung sperma.
22
PKM 2010/2011
22
c. Tahap ketiga (Pemeriksaan Parameter Sperma)
i. Cara pemeriksaan aktivitas dan morfologi sperma
Suspensi sperma dalam larutan PBS diambil dengan pipet
kemudian diteteskan sebanyak satu tetes pada object glass.
Kemudian di tutup dengan cover slip.Setelah itu, dilihat dibawah
mikroskop cahaya tentang aktivitas dan morfologinya.
Kemudian bandingkan sperma kontrol dengan sperma
mencit yang diberi perlakuan.
ii. Cara pemeriksaan jumlah sperma
Suspensi sperma dalam larutan PBS diambil dengan pipet
kemudian diteteskan sebanyak satu tetes pada hemocytometer
neubauer. Sperma ditunggu sampai mati, kemudian dilihat
menggunakan mikroskop cahaya dan dihitung jumlahnya.
Perhitungan berdasarkan jumlah sperma yang terdapat pada 16
kotak mikro bilik hitung, yang setara dengan jumlah sperma per
0,1 mm3.
Rumus untuk menghitung jumlah sperma:
½ x (N1+N2) x 10000 x volume pengenceran = …….
spermatozoa/ml
N= jumlah spermatozoa pada 16 kotak mikro bilik hitung
Neubaeur
Kemudian bandingkan antara kelompok kontrol dengan
kelompok yang mendapat perlakuan.
d. Cara pengujian reversibilitas fertilitas mencit setelah diberi perlakuan
Dua ekor mecit dari masing-masing kelompok, masing-
masingnya kemudian dipasangkan dengan seekor mencit betina yang
berada dalam masa subur.
Sepasang tikus ini dibiarkan dalam satu kandang dalam waktu
satu malam. Keesokan harinya perhatikan apakah terjadi perkawinan
atau tidak. Jika ada perkawinan ditandai dengan adanya vaginal plug
pada mencit.
23
PKM 2010/2011
23
Kemudian biarkan mencit mengalami kehamilan, hingga
kemudian melahirkan.
I. JADWAL KEGIATAN
Penelitian ini dilakukan di bagian Biologi Medik Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan. Dengan
perincian waktu kegiatan sebagai berikut:
Tabel 1 Jadwal Kegiatan
Rencana Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 4
Persiapan kegiatan (minggu I)
Pengumpulan alat dan bahan
(minggu I)
Pengadaptasian mencit (minggu II)
Pemberian perlakuan terhadap
mencit (minggu III-minggu X)
Pemeriksaan parameter sperma
dan berat organ reproduksi mencit
jantan (minggu XI)
Pengujian reversibilitas fertilitas
mencit jantan (minggu XI-XIII)
Analisi data dan pembuatan laporan
akhir (minggu XI-XVI)
24
PKM 2010/2011
24
J. RANCANGAN BIAYA
Tabel 2 Rancangan Biaya
Jenis Bahan Spesifikasi Kemasan Harga Pemesanan + PPN 15% Pembulatan Harga
1. Bahan Habis Pakai : a. Larutan PBS
b. Aquades c. Makanan untuk
hewan percobaan d. Chloroform
e. Lada hitam (Piper
nigrum)
f. Toples
g. Kertas HVS 1 rim
h. Kapas
i. Hewan percobaan
j. Alas kotak mencit
Dedak berbentuk
pelet
Untuk Eutanasia
mencit
Buah kering
Mencit putih jantan dewasa (berusia 12-15
minggu) dengan berat
32-34 g Mencit putih betina dewasa (berusia 12-15 minggu) dengan berat 32-34 g Jerami kering
100 ml 6 L 10 kg 100 ml 1 kg 2 buah Rim 2 pack 30 ekor 36 ekor 20 kg
1 x Rp 200.000,00 = Rp 200.000,00 6 x Rp. 6.000,00 = Rp 36.000,00 10x Rp. 15.000,00 = Rp. 150.000,00 1 x Rp. 50.000,00 = Rp 50.0000,00 1 x Rp. 50.000,00 = Rp. 50.000,00 2 x Rp. 20.000,00 = Rp 20.000,00 1 x Rp. 30.000,00 = Rp. 30.000,00 2 x Rp. 15.000,00 = Rp. 15.000,00 30xRp. 20.000,00 = Rp. 600.000,00 36xRp.25.000,00= Rp. 900.000,00 20xRp. 4.000,00= Rp. 80.000,00
Rp 200.000,00 Rp 36.000,00 Rp 150.000,00
Rp. 50.000,00
Rp. 50.000,00
Rp. 20.000,00
Rp. 30.000,00
Rp. 15.000,00
Rp. 600.000,00 Rp. 900.000,00 Rp. 80.000,00
2. Peralatan Penunjang a. Objek glass
b. Cover slip
c. Sonde oral
d. Botol minuman
mencit
e. Alat bedah minor
- - - - -
2 pack 2 pack 2 bh 8 bh 2 set
2x Rp. 15.000,00 = Rp. 30.000,00 2 x Rp. 10.000,00 = Rp 20.000,00 2 x Rp. 287. 500,00 = Rp575.000 ,00 8 x Rp. 25.000,00 = Rp 200.000,00 2x Rp. 250.000,00 = Rp. 500.000,00
Rp. 30.000,00
Rp. 20.000,00
Rp. 575.000,00
Rp. 200.000,00
Rp. 500.000,00
25
PKM 2010/2011
25
K. DAFTAR PUSTAKA
Concentration of Chemicals in Plants with Antifertility Activity. Dr. Dukes
Phytochemical and Ethnobotanical Database
Shereen Cynthia D'Cruz, S. Vaithinathan, B. Saradha, P. P. Mathur, 2008.
Department of Biochemistry & Molecular Biology, School of Life
Sciences, Pondicherry University, India
Raghav Kumar Mishra & Shio Kumar Singh, 2008. Department of Zoology,
Banaras Hindu University, India.
Anonim, 2009. Lada. http://www.id.wikipedia.org (diakses tanggal 11 Oktober
2009)
Anonim, 2009. Piper nigrum. http://www.wikipedia.org (diakses tanggal 11
oktober 2009)
f. Penyewaan alat timbang milligram
g. Penyewaan
mikroskop
h. Papan fiksasi
i. Penyewaan kompor listrik
j. Panci pembuatan
infusa
k. Becker glass
l. Kotak mencit ukuran besar
m. Kotak mencit
ukuran kecil
n. Penyewaan hemocytometer neubauer
Biaya perawatan
1 bh 5 bh 5 bh 1 bh 2 bh 2 bh 6 bh 10 bh 3 bh
1xRp. 100.000,00=Rp. 100.000,00 5xRp. 25.000,00=Rp. 125.000,00 5xRp. 20.000,00= Rp 100.000,00 1xRp. 50.000,00=Rp 50.000,00 2xRp.25.000,00=Rp 50.000,00 2xRp.90.000,00=Rp 90.000,00 6xRp.320.000,00=Rp 180.000,00 10xRp. 15.000,00=Rp. 150.000,00 3xRp. 20.000,00= Rp. 60.000,00
Rp. 100.000,00 Rp.125.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 180.000,00 Rp. 180.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 60.000,00
o. Biaya untuk petugas penjaga mencit
p. Biaya untuk pengujian parameter sperma
3 bulan
3xRp. 200.000,00 Rp. 500.000,00
Rp.600.000,00
Rp. 500.000,00
3.Dokumen dan ATK 4.Transportasi
Rp. 300.000,00 Rp. 500.000,00
Total Rp. 6.351.000,00
26
PKM 2010/2011
26
Dorland, W.A. Newman, 2002. Kamus Kedokteran Dorland., Buku Kedokteran
EGC, edisi 29, Jakarta
Farmakope Indonesia edisi IV. 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. Hal. 9.
Guyton, Arthur C, 2006. Textbook of Medical Physiology, Eleventh edition,
Elsevier Saunders. Pennsylvania
Junqueira,Carlos dan Jose Carneiro. 2005. Basic Histology “text and atlas”.
McGraw-Hill Medical.
Moeloek, N. 1994. Sistem Reproduksi Jantan/Pria. Dalam Syahrun,
M.H.Kamaludin & A. Tjokronegoro: Reproduksi dan Embriologi: Dari
Satu Sel Menjadi Organisme. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Sundari, Sri. 1994. Informasi Gerakan Keluarga Berencana Nasional selama
Pembangunan Jangka Panjang I. Depkes RI. Jakarta
Tadjudin, M.K. 1984. Tujuan Kontrasepsi pada Pria; Oligospermia, Azoospermia,
Asternospermia. Majalah Kedokteran Indonesia, vol. 693 No. 15
Tortora,G.J dan Bryan Derrickson. 2006. Principles of Anatomy and Physiology.
11th
edition. Wiley. USA.
Yatim, W. 1988. Efek Antifertilitas Gossipol dan Gula Berkhlor terhadap Tikus
Wister (Rattus norvegicus) dan Implikasi Prospeknya sebagai
Kontrasepsi Pria. Disertasi Doktor. Bandung: Universitas Padjadjaran, 32
- 42; 61 – 64
Yatim, W. 1994.Reproduksi dan Embryologi. Tarsito, Bandung
L. LAMPIRAN
Nama Dan Biodata Ketua Serta Anggota Kelompok
8. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama : Ditia Gilang Shah Putra Rahim
b. NIM : 130110060159
c. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter
d. Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 7 jam/minggu
9. Anggota pelaksana I
a. Nama : Indra Permana Surachman
b. NIM : 130110060110
27
PKM 2010/2011
27
c. Fakultas/Program Studi : Kedokteran / Pendidikan Dokter
d. Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 7 jam/minggu
10. Anggota pelaksana II
a. Nama : Syahpikal Sahana
b. NIM : 130110060061
c. Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter
d. Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 7 jam/minggu
11. Anggota pelaksana III
a. Nama : Arif Rahman Hakim
b. NIM : 130110070170
c. Fakultas/Program Studi : Kedokteran / Pendidikan Dokter
d. Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 7 jam/minggu
12. Anggota pelaksana IV
a. Nama : Aditya Arbi
b. NIM :130110070079
c. Fakultas/Program Studi : Kedokteran / Pendidikan Dokter
d. Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran
e. Waktu untuk kegiatan PKM :7 jam/minggu
Nama dan Biodata Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Andri Rezano, dr. Mkes
b. Golongan Pangkat dan NIP : 19801204 200812 1 001
c. Jabatan Fungsional : Dosen pada Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
d. Jabatan Struktural : -
e. Fakultas/Program Studi : Kedoteran/Pendidikan Dokter
f. Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran
g. Bidang Keahlian : Master Kesehatan di bidang ilmu
kedokteran dasar, bidang kajian utama mikrobiologi parasitologi
h. Waktu untuk kegiatan PKM : 7 jam/minggu