proposal peneelitian social capital-pemberdayaan ekonomi perempuan
TRANSCRIPT
A. JUDUL: PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN MELALUI
PEMBERIAN KREDIT MIKRO
B. LATAR BELAKANG
Ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi, banyak usaha-usaha besar yang
dibangga-banggakan justru sebagian besar mengalami kebangkrutan/gulung
tikar dan memberikan beban berat bagi negara dan bangsa. Sebaliknya
usaha kecil yang selama ini dipandang sebelah mata mampu bertahan,
bahkan berkembang. Ternyata, meskipun selama ini usaha kecil sering
dianggap tidak ada perannya bahkan sering digusur, namun mereka mampu
menunjukkan eksistensinya.
Walaupun usaha kecil mempunyai daya juang luar biasa, namun untuk
bertahan hidup dan berkembang perlu diberikan lingkungan berusaha dan
dukungan-dukungan lain untuk meningkatkan daya saing dan daya
tumbuhnya. Untuk itu isu pembinaan dan pengembangan usaha kecil
(termasuk mikro), dan usaha menengah semakin digalakkan. Identifikasi
kebutuhan dan masalah usaha kecil perlu terus dilakukan dalam upaya
meningkatkan daya tumbuh dan daya saingnya.
Wanita potensial untuk melakukan berbagai kegiatan produktif yang
menghasilkan dan dapat membantu ekonomi keluarga, apalagi potensi
tersebut menyebar di berbagai bidang maupun sektor. Wanita sangat
potensial dan memiliki kompetensi dalam pengembangan usaha kecil,
menengah maupun koperasi. Wanita dapat berperan sebagai pelaku bisnis,
pengelola, pembina/ pendamping, ataupun sebagai tenaga kerja. Dengan
potensi tersebut wanita potensial berperan aktif dalam proses recovery
ekonomi yang masih diselimuti berbagai permasalahan ini.
Dalam kondisi demikian kajian dengan tema wanita dan pengembangan
usaha, relevan untuk dibicarakan, khususnya dalam upaya menyiasati
pemulihan ekonomi serta meningkatkan kemandirian dan kemampuan
wanita.
Wanita seringkali menjadi bagian dari kemiskinan. Berdasarkan data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), pada pertengahan tahun 1999 jumlah
orang miskin sebesar 79,4 juta atau sekitar 39,1 persen dari total populasi
dan setengahnya adalah perempuan. Hasil Susenas 1996 dan 1999
menunjukkan rumah tangga miskin yang dikepalai perempuan bertambah
sebesar 45,9 %, dari 0,71 juta menjadi 1,03 juta. Pada tahun 2004 jumlah
penduduk miskin absolut tercatat sebesar 36,1 juta jiwa atau 16,66 % dari
total populasi. Dari jumlah tersebut jika dipisahkan menurut jenis kelamin
ternyata lebih banyak penduduk perempuan miskin dibanding laki-laki.
Rumah tangga miskin yang dikepalai perempuan meningkat menjadi 3,03
juta, dan jumlahnya makin bertambah dari tahun ke tahun. Dari uraian di
atas dapat dikatakan bahwa kemiskinan sangat dekat dengan perempuan.
Berdasar geografi, orang miskin lebih banyak di desa daripada di kota.
Berdasar gender, lebih banyak perempuan miskin dibanding lelaki miskin.
Masalah kemiskinan yang dihadapi oleh masyarakat khsususnya perempuan
sebagian besar diakibatkan oleh kemiskinan struktural. Kemiskinan
struktural ini adalah suatu kondisi di mana sekelompok orang berada di
dalam wilayah kemiskinan, dan tidak ada peluang bagi mereka untuk keluar
dari kemiskinan, bahkan juga anak-anaknya. Mereka terjebak dalam
lingkaran setan kemiskinan, dan bisa dikatakan mengalami “kemiskinan
abadi“. Jika seorang pemulung punya anak, dan dia tidak memiliki biaya
untuk memberikan gizi yang cukup, maka akan berdampak kepada
kecerdasan sang anak, lalu juga tidak punya biaya menyekolahkan anaknya,
maka seakan-akan keluar dari wilayah kemiskinan hanyalah sebuah angan-
angan. Dia akan terjebak ke dalam “kemiskinan abadi”, bahkan sampai ke
anak-anaknya.
Kemiskinan struktural merupakan suatu kemiskinan yang langgeng
disebabkan oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan tersebut tidak
mampu mengakses sumber-sumber sosial ekonomi maupun politik. Oleh
karena itu sangat penting sekali untuk memudahkan akses bagi mereka,
khsususnya bagi kaum perempuan.
Perempuan sebagai satu-satunya pencari nafkah keluarga cenderung terus
bertambah karena migrasi musiman, keluarga berantakan, kematian atau
permanen migran dari “male breadwinner”, yang merupakan alasan dari
tumbuhkembangnya kepala keluarga tunggal.
Menurut Bank Dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan adalah: (a)
kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal; (b) terbatasnya
ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; (c) kebijakan
pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor; (d) adanya perbedaan
kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang
mendukung; (e) adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan
antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern); (f)
rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat;
(g) budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola
sumber daya alam dan lingkunganya; (h) tidak adanya tata pemerintahan
yang bersih dan baik (good governance); (i) pengelolaan sumber daya alam
yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.
Hal itu seperti yang terjadi di Bangladesh, India. Sebuah lembaga yang
bernama Grameen Bank memulai usaha pada tahun 1976, sebagai sebuah
proyek percontohan yang dijalankan Muhammad Yunus merupakan
seorang profesor bidang ekonomi pedesaan di Chittagong University,
Bangladesh tenggara. Proyek itu kemudian membuktikan bahwa pemberian
kredit ke kaum papa bukanlah suatu yang mustahil. Kredit ke kaum papa itu
juga berperan memotong lingkaran kemiskinan, julukan bagi keadaan di
mana kaum miskin tetap miskin karena dia miskin dan demikian terus
berlaku secara turun-temurun tanpa menemukan jalan keluar. Si miskin juga
tetap makin terjerat karena mereka mendapatkan uang dari lintah darat atau
perantara yang menagih komisi tinggi dari si miskin.
Dari hasil pengamatannya selama tahun 1975 s/d 1976 Yunus
menyimpulkan bahwa kemiskinan terjadi bukan karena mereka malas dan
bodoh, tetapi karena masalah mendasar dalam system (kemiskinan
struktural), yaitu mereka tidak memiliki kesempatan terutama karena tidak
mempunyai modal. Untuk meminjam pada bank mereka tidak mempunyai
agunan. Pada pengamatan berikutnya,Yunus mengetahui bahwa ada jaminan
yang lebih berharga dari agunan yaitu social capital. Selain itu ia
berkeyakinan bahwa kelompok miskin mempunyai kemampuan terpendam
untuk mempertahankan hidup dan ini telah dibuktikan dengan eksistensi
mereka dari generasi ke generasi.
Grameen Bank sendiri mengucurkan pinjaman ke sekitar 6,61 juta warga,
sekitar 97 persen adalah wanita. Target bank itu adalah wanita karena
percaya bahwa wanita membuktikan diri sangat hati-hati mengalokasikan
uang di dalam keluarga.
Pemberdayaan adalah terminologi yang paling sering disejajarkan dan
digunakan dalam upaya poverty reduction. Pemberantasan kemiskinan
memerlukan keterlibatan perempuan dalam pembangunan sosial dan
ekonomi, kesempatan yang sama dan partisipasi penuh dan adil antara laki-
laki dan perempuan sebagai agen pembangunan berkelanjutan.
Pemberdayaan merupakan proses peningkatan kapasitas seseorang atau
kelompok dalam menentukan pilihan guna melakukan suatu aksi atau output
yang diinginkan. Pemberdayaan merupakan kombinasi antara dua faktor
yang saling terkait yakni agency dan struktur peluang. Agency yang
dimaksud adalah kemampuan seseorang dalam menentukan pilihan yang
berarti baginya. Sedangkan struktur peluang adalah berbagai aspek yang
membuat seseorang dapat berbuat sesuatu karena kemampuannya untuk
memilih. Dengan demikian, pemberdayaan dapat diartikan sebagai dalam
situasi dimana terdapat ketidakseimbangan relasi kekuasaan, maka
seseorang yang memiliki kapasitas yang memadai mampu melakukan
pilihanpilihan yang efektif serta dapat memperoleh benefit dari berbagai
upaya yang berusaha menekan angka kemiskinan.
Pemberdayaan perempuan yang dicanangkan dalam Millenium Development
Goals untuk mengurangi kemiskinan berwajah perempuan memiliki tiga
dimensi yaitu Human Capability, kemampuan manusia dalam hal
pendidikan, kesehatan dan gizi, dengan menghilangkan gap pendidikan bagi
perempuan dan laki-laki hingga sekolah menengah; Acces to resources and
opportunity, akses terhadap sumber daya dan kesempatan yang mengacu
pada aset ekonomi dan partisipasi politik; dan Security, terutama kerentanan
perempuan terhadap kekerasan.
Pemberdayaan perempuan dapat menekan angka kemiskinan dengan
mengubah dan memperbaiki hidup perempuan. Pemberdayaan perempuan
dapat dilakukan dengan pendekatan pembangunan berbasis hak, bahwa
setiap orang memiliki berbagai hak yang mendasar yang mana setiap negara
wajib untuk memajukan, meningkatkan dan melindungi hak-hak warga
negaranya, untuk hidup layak termasuk untuk tidak hidup dalam
kemiskinan.
Demikian juga di Kabupaten Jember, perempuan memiliki peran yang
sangat besar dalam membantu pengembangan ekonomi keluarga. Hal itu
terlihat dari banyaknya usaha kredit mikro yang dikelola oleh perempuan.
Khususnya di Kecamatan Patrang, banyak ibu-ibu yang mengelola usaha-
usaha kecil.
Oleh karena itu, dalam pengabdian masyarakat ini tim sangat tertarik untuk
mengkaji, merumuskan dan memberikan sosialisasi kepada para ibu-ibu
yang mempunyai usaha kecil.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah berikut:
1. Apakah kendala yang dihadapi oleh para perempuan di Kecamatan Patrang
dalam mengembangkan usahanya?
2. Bagaimanakah prospek usaha-usaha yang dilakukan oleh para perempuan
di Kecamatan Patrang Kabupaten Jember?
C. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh para perempuan
di Kecamatan Patrang dalam mengembangkan usahanya.
2. Untuk mengetahui prospek usaha-usaha yang dilakukan oleh para
perempuan di Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
D. MANFAAT
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi khalayak
sasaran sebagai berikut.
1. Dapat memberikan pandangan kepada masyarakat dan mengubah
paradigma berpikir masyarakat khususnya kaum perempuan dalam
mengelola usaha mikro mereka.
2. Dapat memberikan masukan bagi pemerintah, agar lebih memperhatikan
masyarakat dengan usaha mikro dengan kendala-kendala yang dihadapinya.
E. KHALAYAK SASARAN
Khalayak sasaran dalam program pengbdian masyarakat ini adalah, para
ibu-ibu yang memiliki usaha kecil di Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
F. METODE PELAKSANAAN
Program pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
ibu-ibu yang mempunyai usaha mikro, mereka dikumpulkan di salah satu
rumah penduduk setempat. Kemudian tim memberikan sosialisasi dan
pandangan mengenai usaha mikro. Kemudian berdasarkan kesepakatan
masyarakat dibentuklah sebuah kelompok yang bernama “WANITA
MANDIRI”. Dimana peran dari kelompok ini adalah membantu para ibu-
ibu untuk mengakses modal usaha, penguatan jaringan pemasaran dan
mengembangkan usahanya agar lebih maju.
G. PERSONIL KEGIATAN
Personil dari kegiatan ini adalah:
1. Baiq Lily Handayani, S.Sos 19830518 200812 2 001/Sosiologi
2. Dr. Syamsul Maarif, M.Si /Sosiologi
3. Hery Alfian, M.Si /HI
4. Moh. Habib /HI
5. Dien Vidia Rosa, S.Sos 19830320 200812 2 001/Sosiologi
H. DANA KEGIATAN
URAIAN JUMLAH
A. HONORARIUM.
1 Peneliti Utama 1 org/keg @ Rp. 1.500.000,00 Rp. 1.500.000,00
2 Anggota 1 org/keg @ Rp. 1.000.000,00 Rp. 1. 000.000,00
3Tenaga Lapangan 1 org/keg @ Rp. 500.000,00 Rp. 500.000,00
4Tenaga lapangan 1 org/keg @ Rp. 500.000,00 Rp. 500.000,00
5Tenaga lapangan 1 org/keg @ Rp. 500.000,00 Rp. 500.000,00
Jumlah Honorarium Rp. 4.000.000,00 Rp. 4.000.000,00
B. Bahan Habis Pakai
1 Kertas HVS5 rem @ Rp 50.000,00 Rp. 250.000,00 Rp. 250.000,00
2Pengetikan dan print Rp. 1.000.000,00 Rp. 1.000.000,00
Jumlah Bahan Habis Pakai Rp. 1.250.000,00 Rp. 1.250.000,00
C. Biaya Konsumsi
1 Makan pagi
Ketua, anggota
dan tenaga lapangan
@ Rp20.000 x 5 Org x20 Kali Rp. 2.000.000,00 Rp. 2.000.000,00
2 Makan siang
Ketua, anggota
dan tenaga lapangan
@ Rp20.000 x 5 Org x20 Kali Rp. 2.000.000,00 Rp. 2.000.000,00
Jumlah Biaya Konsumsi Rp. 4.000.000,00 Rp. 4.000.000,00
D. Dokumentasi, Sosialisasi. Dan konsumsi peserta penyuluhan dan pelatihan
1 Dokumentasi Rp. 1.000.000.00 Rp. 1.000.000.00
2Sosialisasi di Puger Rp. 3.000.000.00 Rp. 3.000.000.00
3Sosialisasi di Panti Rp. 3.000.000.00 Rp. 3.000.000.00
4Sosialisasi di Silo Rp. 3.000.000.00 Rp. 3.000.000.00
Jumlah Publikasi dan Dokumentasi Rp. 10.000.000.00 Rp. 10.000.000.00
E. Kesekertariatan
1 Laporan Rp. 750.000.00 Rp. 750.000.00
Jumlah Biaya Kesekertariatan Rp. 750.000.00 Rp. 750.000.00
F. Transportasi, Akomodasi, dan Komunikasi
1
Transportasi ke lokasi selama kegiatan
20 kali kunjungan x 5 orang Rp. 8.000.000.00 Rp. 8.000.000.00
2 Komunikasi Biaya Telp. Rp. 2.000.000,00 Rp. 2.000.000,00
Total Transportasi, Akomodasi dan Komunikasi Rp. 10.000.000.00 Rp. 10.000.000.00
Jumlah Total RP. 30.000.000,00
I. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
I.2 Metode Penelitian dan Analisis Data
I.3 Metode Penentuan Informan
3.4 Ruang Lingkup Penelitian