proposal pemberian kuis fisika sma kls x
DESCRIPTION
proposal pemberian kuis untuk sma kelas x..........TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas penting dalam
pembangunan sektor pendidikan. Salah satu upaya penentu kebijakan dalam
pendidikan adalah memperbaiki kurikulum pendidikan yang digunakan sebagai acuan
dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan. Kurikulum digunakan saat ini adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan hasil revisi dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Selain berfokus pada pengembangan
seluruh kompetensi peserta didik, KTSP juga mempunyai misi yang dapat
dikembangkan oleh berbagai lembaga pendidikan diantaranya adalah menciptakan
suasana yang kondusif guna menghasilkan peserta didik yang cerdas, terampil, sehat
jasmani dan rohani, kreatif, inovatif dan produktif serta memiliki keunggulan yang
kompetitif dalam meningkatkan kompetensi peserta didik.
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru memegang
peranan penting karena guru akan melaksanakan proses belajar mengajar sebagai
wujud dari implementasi kurikulum. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu
membuat persiapan ataupun perencanaan sebaik mungkin agar keberhasilan
pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan peran penting tersebut, maka seorang guru dalam mengajar di
depan kelas harus memperhatikan bagaimana cara atau strategi belajar mengajar
1
2
sehingga tercipta situasi belajar yang efektif dan efisien sesuai dengan pokok bahasan
materi pelajaran yang akan diajarkan dan memperhatikan keragaman anak didik
dalam proses pembelajaran.
Berbagai fenomena yang telah dilihat sekarang ini banyak sekolah yang hasil
belajar siswanya memperihatinkan. Hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh
proses pembelajaran yang memakai sistem pembelajaran metode konvensional dan
kegiatan pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dan metode
yang digunakan cenderung monoton (hanya memakai satu metode saja) hal tersebut
sangat mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga ini akan menjadi catatan penting
bagi seorang guru terutama dibidang eksakta yang memerlukan perhatian agar siswa
menyenangi pelajaran yang menantang seperti Fisika.
Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mendukung perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi perlu terus dikembangkan. Salah satu cara yang
dapat ditempuh agar fisika terus berkembang adalah dengan menjadikan fisika
sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah. Meskipun fisika merupakan ilmu yang
berperan penting dalam perkembangan IPTEK dan dekat dengan kehidupan sehari-
hari siswa, tetapi fisika masih dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang susah
oleh sebahagian siswa. Hal ini juga terjadi di SMA Negeri 9 Makassar, sebagaimana
yang telah dikemukakan oleh guru bidang studi fisika SMA Negeri 9 Makassar
bahwa, ini terjadi karena model atau metode yang diterapkan guru tidak sesuai
dengan cara belajar siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar fisika rendah
sedangkan pihak sekolah menginginkan nilai ketuntasan itu minimal 68.
3
Hasil belajar siswa yang diperoleh dari guru mata Pelajaran Fisika kelas X di
SMA Negeri 9 Makassar terlihat bahwa rata-rata perolehan nilai siswa pada tahun
2009/2010 adalah 65 dari 42 siswa dengan 16 siswa yang mendapat nilai dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berarti 38% siswa yang tidak tuntas atau
tidak mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan dalam Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 26 orang atau persentase
sekitar 62%. Dari data ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas X
masih tergolong rendah berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh sekolah yaitu 68
Masalah pembelajaran di sekolah adalah banyaknya siswa yang memperoleh
hasil belajar rendah dan kurang menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru. Hal
ini terbukti bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka guru harus berusaha meningkatkan aktivitas, minat dan perhatian siswa
dalam belajar. Selain itu perlu juga diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
baik dalam diri siswa misalnya, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif,
kemampuan afektif, maupun faktor lain, misalnya kurikulum dan proses belajar
mengajar.
Fenomena yang terjadi selama ini bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran
Fisika sangat rendah. Hal ini disebabkan karena siswa menganggap bahwa Fisika
sebagai mata pelajaran yang susah dan sulit untuk dipahami yang akan berimbas
terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Keadaan tersebut harus diperbaiki dengan
cara memperbaharui proses belajar mengajar baik dari segi penyediaan media yang
4
tepat maupun penggunaan metode pembelajaran yang relevan dengan kondisi
sekarang ini sehingga siswa dapat merasa senang mengikuti pelajaran.
Dari pendapat di atas berarti pemilihan metode mengajar yang tepat
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya proses
belajar mengajar fisika.
Seperti yang dijelaskan oleh guru bidang studi fisika SMA Negeri 9 Makassar
bahwa siswa itu dituntut untuk menguasai materi yang telah diajarkan. Jadi salah satu
cara siswa untuk menguasai materi tersebut adalah dengan mengulang
pelajaran/materi yang telah diberikan oleh guru baik di sekolah maupun di rumah.
Untuk memberikan motivasi kepada siswa agar dapat mengulang materi yang telah
diajarkan maka guru hendaknya memberikan salah satu jenis tagihan kepada siswa
yaitu dengan memberikan kuis pada setiap awal pembelajaran jadi, siswa betul-betul
akan mempelajari materi yang telah diberikan karena pada setiap pertemuan akan
diberikan kuis, hal ini akan mendorong siswa atau memotivasi untuk memperhatikan
guru pada saat mengajar dan aktif dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya
dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sardiman (dalam Seven Riandy,
2007:3) motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar. Dengan demikian siswa
akan lebih memahami materi yang akan diajarkan oleh guru. Selain itu kuis yang
diberikan kepada siswa dapat digunakan untuk mendiagnosis bagian-bagian yang
belum dipahami oleh siswa sekaligus untuk mengukur hasil belajar siswa selama
proses belajar mengajar.
5
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul:
“Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Pemberian Kuis Pada Setiap Awal
Pembelajaran Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu “ Pemberian kuis yang bagaimana pada setiap awal
pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri
9 Makassar? “
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah : “ Untuk mengetahui pemberian kuis yang bagaimana pada setiap awal
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA
Negeri 9 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada:
1. Sekolah, dalam hal ini Kepala SMA Negeri 9 Makassar sebagai bahan
pertimbangan dalam pengelolaan proses pembelajaran dan dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam usaha peningkatan kualitas
sekolah.
6
2. Guru, dalam hal ini guru bidang studi fisika di SMA Negeri 9 Makassar
sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan,
dengan memberikan kuis pada setiap awal pembelajaran untuk melihat
hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa, penelitian ini merupakan media siswa untuk lebih memahami
dan mendalami materi pelajaran fisika serta lebih aktif belajar, bersikap
positif, bertanggungjawab dan senang belajar fisika yang pada gilirannya
meningkatkan hasil belajar.
4. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan salah satu cara dengan memberikan kuis pada setiap awal
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata pelajaran
fisika.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Belajar, Mengajar, dan Hasil Belajar
a. Belajar
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan
lingkungannya untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (Winkel dalam Purwanto, 2009:39). Perubahan itu diperoleh melalui usaha atau
bukan karena kematangan, menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan
hasil pengalaman.
Menurut Slameto (2003:2), “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.“
Menurut pandangan Skinner (dalam Dimyati, 2009:9), belajar adalah suatu
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaiknya bila
ia tidak belajar maka responnya menurun.
7
8
Menurut Thorndike (dalam Suciati, 2001:3), belajar adalah proses interaksi
antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon
(yang juga bias berbentuk pikiran, perasaan atau gerakan). Menurut Thorndike
perubahan tingkah laku itu boleh berwujud sesuatu yang kongkrit (dapat diamati) atau
yang non kongkrit atau tidak dapat diamati.
Subino (dalam Purwanto, 2009:43) Pada umumnya tujuan pendidikan dapat
dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu
perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan dalam aspek-
aspek itu menjadi hasil dari proses belajar.
b. Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan
harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa.
Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidak sederhana. Dalam arti
membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam
perbuatan mengajar itu sendiri. Seseorang berpandangan bahwa mengajar hanya
sekedar menyampaikan pelajaran. Selain itu mengajar juga merupakan penanaman
pengetahuan pada peserta didik.
9
Menurut Ali (2008:12), mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam
rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Menurut Sardiman (2010:47), mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha
untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.
Menurut William H. Burton (dalam Ali, 2008:13), berpandangan bahwa,
“Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan,
pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”.
Menurut De Queliy dan Gazali (dalam Slameto, 2003:30), “Mengajar adalah
menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat”.
Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru kurang
memperhatikan bahwa diantara siswa ada perbedaan individual, sehingga
memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua siswa dianggap sama
kemampuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan akan sama pula. Hal itu
bertentangan dengan kenyataan.
Selanjutnya, menurut Gagne dan Brings (dalam Ali, 1987:73) berpendapat
bahwa mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan sesuai tujuan. Hal ini
berarti bahwa upaya guru hanya merupakan serangkaian peristiwa terjadi yang dapat
mempengaruhi siswa belajar. Rangkaian peristiwa tersebut diperbuat guru dengan
harapan dapat memberi kemungkinan terjadinya proses belajar, sehingga kegiatan
pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode
10
pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien dan bermakna. Dalam
hal ini kegiatan pembelajaran mampu mengembangkan dan meningkatkan
kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati,
toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta
meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan membantu
kegiatan belajar kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan potensi intelektual,
emosional dan spritualnya sehingga dapat berkembang secara optimal.
c. Hasil belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan
hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi
yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena
pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang
termasuk pendidikan.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil“ dan “belajar“. Pengertian hasil (product) menunjuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan
yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi
11
barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi
istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam
siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat
perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah
mengalami belajar siswa perilakunya dibandingkan sebelumnya.
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada
individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi
hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi
tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Winkel (dalam Purwanto, 2009:45).
Menurut Arikunto (dalam Ekawarna, 2009:41) yang dimaksud dengan hasil
belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran
yang dilakukan oleh guru, hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka,
huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang, dan sebagainya.
Begitu pula menurut Hamalik (dalam Ekawarna, 2009:41) hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sedangkan menurut Djamarah
(dalam Ekawarna, 2009:42) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-
kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri individu sebagai hasil dari
aktivitas belajar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf. Perubahan
sebagai hasil dari proses belajar juga dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti
12
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang
belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan
diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar
mengusahakan perubahan perilaku dalam domain-domain tersebut sehingga hasil
belajar merupakan perubahan perilaku dalam domain kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Domain-domain dalam perilaku kejiwaan bukanlah kemampuan tunggal.
Untuk kepentingan pengukuran hasil belajar domain-domain disusun secara hirarkhis
dalam tingkat-tingkat mulai dari yang paling rendah dan sederhana hingga yang
paling tinggi dan kompleks. Dalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi
kemampuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam
domain afektif hasil belajar meliputi level: penerimaan, partisipasi, penilaian,
organisasi dan karakterisasi. Sedangkan domain psikomotorik terdiri dari level:
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan
kreativitas.
13
2. Penilaian Melalui Pemberian kuis
Istilah penilaian merupakan kata kerja dari nilai yang bukan lagi istilah baru
bagi insan yang bergerak pada lapangan pendidikan dan pengajaran. Pada akhir suatu
program pendidikan, pengajaran atau pelatihan pada umumnya diadakan penilaian
dengan memberi tes. Tujuannya tiada lain untuk mengetahui apakah suatu program
pendidikan, pengajaran ataupun pelatihan tersebut telah dikuasai oleh peserta atau
belum. Angka atau nilai tertentu biasanya dijadikan patokan untuk menentukan
penguasaan program tersebut. Jika dianggap telah menguasai maka ia dinyatakan
lulus.
Untuk mencapai hasil penelitian ini maka kuis merupakan salah satu metode
belajar untuk mendapatkan umpan balik dari siswa. Dalam kamus Inggris Indonesia
kuis artinya menguji, memeriksa, atau perajin cerdas tangkas.
Berbagai macam tugas/karya kegiatan yang harus dilakukan dan ditunjukkan
oleh siswa sebagai manipulasi keterampilan hasil belajar. Dengan demikian, jenis
atau tipe tagihan, dimaksudkan sebagai harapan muncul dan terukur kemampuan
(kompetensi) tertentu dari siswa. Ada beberapa alternatif jenis tagihan yang bisa
digunakan diantaranya adalah pemberian kuis.
Pemberian kuis yang dimaksudkan dalam pengajaran fisika adalah pemberian
soal-soal kepada siswa setelah mengikuti proses pembelajaran sebagai suatu penilaian
atau evaluasi. Secara garis besar penilaian ini dibagi atas dua (1) penilaian proses
belajar-mengajar, (2) penilaian hasil belajar. Pemberian kuis digolongkan sebagai
penilaian proses belajar. Penilaian proses belajar ini dilakukan pada setiap awal
14
pembelajaran kecuali pada pertemuan pertama. Tujuan penilaian proses belajar
mengajar ini adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menguasai materi
yang lalu. Dengan penelitian proses belajar ini secara langsung dapat diketahui siswa
yang belum mengerti atau masih mengalami kesulitan belajar. Pada dasarnya
penilaian proses belajar ini nilainya tidak diambil lain halnya dengan penilaian hasil
belajar yang dikemas dalam bentuk kuis maka soal-soal yang diberikan harus
dikerjakan oleh setiap siswa, tidak boleh bekerja sama sebab merupakan perlombaan
dan waktunya ditentukan.
Berdasarkan Pemberian kuis ini Depdikbud (2005:11) menjelaskan bahwa:
Kuis hanya membutuhkan waktu singkat kurang lebih sepuluh menit dan
menanyakan hal-hal yang prinsip saja dan bentuknya berupa isian singkat.
Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai untuk mengetahui penguasaan
pelajaran yang lalu secara singkat. Apabila ada bagian pelajaran yang belum
dikuasai, sebaiknya guru menjelaskan kembali secara singkat.
Pemberian kuis yang dimaksud dalam penelitian ini, berarti sesuatu yang
wajib diterima dan dilakukan oleh siswa atas perintah guru. Adapun istilah kuis
dalam Badudu (1996:732) adalah pertanyaan-pertanyaan untuk menguji.
Sehubungan dengan pemberian kuis ini menurut Hamzah (dalam Sumarni,
2007:9), menjelaskan bahwa:
Dengan memberikan kuis pada pertemuan-pertemuan tertentu, mahasiswa
diharapkan untuk lebih bersemangat, sungguh-sungguh atau lebih aktif dalam
mengikuti perkuliahan. Pemberian kuis ini diharapkan dapat mendorong
mahasiswa dalam mempersiapkan diri di rumah untuk belajar sebelum masuk
kelas.
Pemberian kuis dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa agar lebih bergairah dan menekuni materi pelajaran fisika selama
15
berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas. Selain dari itu dapat juga dijadikan
sebagai alat ukur untuk meninjau kembali sejauh mana kemampuan siswa dalam
menerima materi pelajaran fisika.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka diharapkan metode pemberian kuis
pada awal pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
B. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik yang telah diberikan di atas maka hipotesis
tindakan penelitian ini sebagai jawaban dari permasalahan yang diajukan adalah
“Jika pada proses pembelajaran fisika digunakan pemberian kuis maka hasil belajar
fisika siswa kelas X SMA Negeri 9 Makassar dapat meningkat”.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Variabel Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa Siswa Kelas X SMA Negeri 9
Makassar dengan memberi kuis di awal pembelajaran.
2. Variabel penelitian
Pada penelitian ini hanya terdiri atas dua variabel yakni hasil belajar fisika
siswa dan pemberian kuis.
B. Definisi Operasional Variabel.
Untuk memberikan batasan ruang lingkup penelitian serta untuk menghindari
beda penafsiran tentang variabel dalam penelitian, maka dirumuskan definisi
operasional sebagai berikut:
1. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor hasil
tes belajar pada akhir setiap siklus.
2. Pemberian kuis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu
bentuk jenis tagihan yang hanya membutuhkan waktu singkat kurang
16
17
lebih 10 menit yang menanyakan hal-hal yang prinsip saja yang
dilaksanakan pada awal pembelajaran.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 9 Makassar yang terletak di jalan
Karunrung Raya No. 37 Makassar. Subjek penelitian ini adalah siswa pada satu kelas
yaitu Kelas X pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 40
orang. Yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dan peneliti sebagai guru fisika di
kelas tersebut. Karakteristik siswa yang diteliti dalam penelitian ini yakni tujuan
meningkatkan hasil belajar fisika dengan memberikan kuis pada setiap awal
pembelajaran.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
observasi, angket dan tes hasil belajar.
E. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Baik
siklus I maupun siklus II dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Kegiatan-kegiatan
pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I jika masih terdapat sesuatu yang
tidak diharapkan. Pelaksanaan penelitian dilakukan karena adanya permasalahan
yang dialami dalam pembelajaran, kemudian dilakukan perencanaan tindakan untuk
mengatasi permasalahan tersebut, yang dilanjutkan dengan upaya pelaksanaan
18
tindakan dan observasi pelaksanaan. Hasil observasi selanjutnya direfleksi untuk
mengetahui hasil pelaksanaan tindakan.
Rancangan penelitian ini mengikuti model Kemmis dan Mc Taggart (1989)
yang terdiri dari empat komponen utama, yaitu (1) rencana, (2) tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan Tindakan
dan Observasi
Pelaksanaan Tindakan
dan Observasi
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas
Kemmis & Mc Taggart (dalam Ekawarna, 2008:16)
Siklus II
Perencanaan Tindakan Lanjutan
Hasil
Siklus I
Refleksi
Perencanaan tindakan
Hasil
Refleksi
Belum Tercapai
Tercapai
19
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam
pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Gambaran kegiatan siklus I
Pelaksanaan siklus I dilakukan selama 4 minggu sebanyak 4 kali pertemuan
atau 8 jam pelajaran dengan alokasi waktu 8 x 40 menit.
a. Tahap perencanaan tindakan (Planning)
Tahap perencanaan tindakan dalam siklus I, peneliti melakukan kegiatan
sebagai berikut :
1) Menelaah materi pelajaran Fisika kelas X SMA semester ganjil agar dapat
diketahui materi apa yang akan diajarkan.
2) Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai rencana
teknis penelitian.
3) Menentukan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan siklus I
melalui pemberian kuis pada setiap awal pembelajaran.
4) Peneliti melaksanakan diskusi awal dengan guru mata pelajaran Fisika
lainnya di lokasi penelitian, untuk membahas materi yang akan diajarkan
dalam penelitian.
5) Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama proses belajar-mengajar
berlangsung dalam penelitian ini.
20
6) Mengembangkan alat bantu pengajaran (media pembelajaran) yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan.
7) Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
8) Membuat soal-soal kuis yang akan diberikan kepada siswa dalam
pembelajaran.
9) Merancang dan membuat soal, baik soal latihan di kelas maupun soal
tugas pekerjaan rumah.
10) Membuat tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar Fisika siswa
setelah diajar dengan memberikan kuis di awal pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 4 minggu atau 4
kali pertemuan, setiap minggunya 1 kali pertemuan dengan lama waktu setiap
pertemuan (tatap muka) adalah 2 x 40 menit.
Secara umum, tindakan yang dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan
pembelajaran) pada siklus I ini adalah sebagai berikut:
1) Pada pertemuan pertama guru mengajarkan materi dengan rencana
pembelajaran kepada siswa lalu pada akhir pelajaran siswa diberikan PR
dan diberitahukan tentang pemberian kuis dan materi yang akan dipelajari
selanjutnya.
21
2) Pada pertemuan kedua guru memberikan kuis kurang lebih 10 menit pada
setiap awal pembelajaran tentang materi sebelumnya.
3) Pada pertemuan selanjutnya, pelaksanaan pembelajaran sama pada
pertemuan pertama dan kedua.
4) Melakukan observasi pada setiap pertemuan bersama dengan satu orang
observer yakni seorang dari rekan guru bidang studi Fisika. Ada 9
(sembilan) indikator yang menjadi jurnal ketika melakukan observasi
yang meliputi aspek sikap dan kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran. Sembilan indikator tersebut adalah:
a) Kehadiran siswa mengikuti kuis dan pelajaran.
b) Siswa yang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru.
c) Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pemberian materi
pelajaran.
d) Siswa yang aktif pada saat pembahasan contoh soal.
e) Siswa yang menjawab ketika diajukan pertanyaan tentang materi
pelajaran.
f) Siswa yang meminta untuk dijelaskan ulang suatu konsep yang telah
dibahas.
g) Siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis.
h) Siswa yang menjawab dengan benar soal di papan tulis.
i) Siswa yang menanggapi jawaban dari siswa lain.
5) Siswa diberi kesempatan tentang materi yang belum dimengerti.
22
6) Menjelaskan hal yang ditanyakan oleh siswa.
7) Agar siswa lebih memahami konsep yang diberikan, terampil dan kritis
dalam menyelesaikan soal, maka siswa diberi tugas berupa soal latihan
dan dikerjakan di kelas. Selain itu, memberikan pertanyaan-pertanyaan
lisan untuk mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan dapat mereka
pahami dengan baik.
8) Memantau keaktifan dan kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran
berdasarkan pedoman observasi.
9) Mengambil tugas, memeriksa dan memberikan umpan balik.
10) Tugas yang telah diperiksa dikembalikan pada siswa dilengkapi dengan
umpan balik berupa menuliskan jawaban yang benar. Selain itu, soal yang
banyak siswa yang kurang tepat menjawabnya dibahas bersama di dalam
kelas.
11) Memberikan tes diakhir pokok bahasan yang menjadi penutup siklus I.
c. Tahap observasi dan evaluasi (Obersvation and Evaluation)
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Selain itu, memberikan
evaluasi tes hasil belajar setelah 4 kali pertemuan pada siklus I yang telah disediakan,
jenis tes berupa uraian yang terdiri atas item soal yang mewakili seluruh materi yang
telah dibahas. Menganalisis data hasil observasi dan tes untuk mengetahui skor akhir
yang diperoleh siswa setelah mengikuti beberapa kali pertemuan.
23
d. Tahap refleksi (Reflection)
Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam
tahap ini, demikian pula dengan evaluasinya.
Pada tahap ini dilakukan refleksi atau menelaah kembali penelitian ini
berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung.
Melibatkan siswa dalam penelitian dengan meminta tanggapan mereka mengenai
proses pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal apa yang menurut mereka perlu
ditingkatkan, baik segi model pembelajaran yang digunakan maupun teknik penyajian
informasi yang dilakukan oleh peneliti. Mendiskusikan hasil refleksi yang telah
dibuat bersama dengan observer yakni rekan rekan guru mata pelajaran Fisika. Dari
hasil diskusi yang diperoleh, peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat sejauh
mana faktor-faktor yang diselidiki pada data observasi telah tercapai. Hal-hal yang
masih belum berhasil pada siklus ini akan ditindak lanjuti pada siklus II dan hal-hal
yang sudah dianggap benar dipertahankan.
2. Gambaran kegiatan siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada pelaksanaan tindakan I, apabila terdapat hal-
hal yang perlu diperbaiki maka perlu untuk dilakukan siklus II sebagai kelanjutan
dari penyempurnaan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus I.
Siklus II dilaksanakan selama 4 (empat) minggu sebanyak 4 kali pertemuan (8
jam pelajaran). Prosedur kegiatan pada siklus II relatif sama dengan prosedur
kegiatan pada siklus I. Hal-hal yang masih Belum berhasil diperbaiki pada siklus II
24
ini sehingga diharapkan hasil yang siklus II diinginkan dapat tercapai. Adapun
kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan (Planning)
Sebelum memulai pelaksanaan siklus II terlebih dahulu diadakan pengkajian
pada hasil yang telah diperoleh selama siklus I, termasuk tanggapan-tanggapan yang
dikemukakan oleh para siswa yang pada umumnya menginginkan cara pembelajaran
yang sama dengan pembelajaran pada siklus I.
b. Tahap pelaksanaan tindakan (Action)
1) Pada pertemuan pertama guru mengajarkan materi dengan rencana
pembelajaran kepada siswa lalu pada akhir pelajaran siswa diberikan PR
dan diberitahukan tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya.
2) Pada pertemuan kedua guru memberikan kuis kurang lebih 10 menit pada
setiap awal pembelajaran tentang materi sebelumnya.
3) Pada pertemuan selanjutnya, pelaksanaan pembelajaran sama pada
pertemuan pertama dan kedua.
4) Melakukan observasi pada setiap pertemuan bersama dengan satu orang
observer yakni seorang dari rekan guru bidang studi Fisika. Ada 9
(sembilan) indikator yang menjadi jurnal ketika melakukan observasi
yang meliputi aspek sikap dan kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran. Sembilan indikator tersebut adalah:
a) Kehadiran siswa mengikuti kuis dan pelajaran.
25
b) Siswa yang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru.
c) Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pemberian materi
pelajaran.
d) Siswa yang aktif pada saat pembahasan contoh soal.
e) Siswa yang menjawab ketika diajukan pertanyaan tentang materi
pelajaran.
f) Siswa yang meminta untuk dijelaskan ulang suatu konsep yang telah
dibahas.
g) Siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis.
h) Siswa yang menjawab dengan benar soal di papan tulis.
i) Siswa yang menanggapi jawaban dari siswa lain.
12) Siswa diberi kesempatan tentang materi yang belum dimengerti.
13) Menjelaskan hal yang ditanyakan oleh siswa.
14) Agar siswa lebih memahami konsep yang diberikan, terampil dan kritis
dalam menyelesaikan soal, maka siswa diberi tugas berupa soal latihan
dan dikerjakan di kelas. Selain itu, memberikan pertanyaan-pertanyaan
lisan untuk mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan dapat mereka
pahami dengan baik.
15) Memantau keaktifan dan kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran
berdasarkan pedoman observasi.
16) Mengambil tugas, memeriksa dan memberikan umpan balik.
26
17) Tugas yang telah diperiksa dikembalikan pada siswa dilengkapi dengan
umpan balik berupa menuliskan jawaban yang benar. Selain itu, soal yang
banyak siswa yang kurang tepat menjawabnya dibahas bersama di dalam
kelas.
18) Guru menjelaskan materi pokok secara rinci dengan memberikan
motivasi kepada siswa misalnya dalam mengerjakan PR sehingga siswa
terbiasa belajar di rumah.
19) Lebih memperketat pengawasan kepada siswa yang sering melakukan
kegiatan kurang positif di dalam kelas dan memberikan sanksi kepada
siswa yang masih melakukan hal tersebut, seperti mengerjakan soal di
papan tulis.
20) Pelaksanaan atau pemberian kuis diperbanyak.
21) Pemberian contoh soal mulai dari soal yang sederhana sampai pada soal
rumit.
22) Menjelaskan materi dalam bentuk perbaikan dan umpan balik terhadap
soal PR.
23) Memberikan tes diakhir pokok bahasan yang menjadi penutup siklus II.
c. Tahap observasi dan evaluasi (Observasion and Evaluation)
Secara umum tahap observasi dan evaluasi siklus II pada dasarnya sama
dengan kegiatan observasi dan evaluasi pada siklus I adalah sebagai berikut:
27
1) Mengganti perubahan-perubahan yang terjadi selama pelaksanaan proses
pembelajaran sesuai dengan lembar observasi dan evaluasi yang telah
dibuat.
2) Mengadakan evaluasi berupa tes hasil belajar sebagai tes akhir setelah
melaksanakan pembelajaran, untuk mengetahui tingkah keberhasilan
siswa dalam pembelajaran.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya mengenai pelaksanaan tindakan.
d. Tahap refleksi (Reflection)
Pada tahap analisis dan refleksi, data yang telah diperoleh sebagai hasil
observasi dan evaluasi pada siklus II, selanjutnya dianalisis dan dikaji sebagaimana
pada siklus II, untuk menentukan tingkat keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian
tujuan akhir dari pelaksanaan penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X SMA
Negeri 9 Makassar dengan jumlah 40 orang yang terdiri dari orang siswa
laki-laki dan orang siswa perempuan.
2. Jenis data
Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif berupa hasil catatan harian,
angket, tanggapan dan saran siswa. Data kuantitaif berupa tes hasil belajar.
28
3. Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data disesuaikan dengan data yang diperoleh:
a. Data tentang hasil belajar siswa sambil dengan menggunakan tes hasil
belajar fisika pada setiap siklus.
b. Data tentang kondisi pembelajaran selama tindakan penelitian diambil
dengan catatan harian selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Data tentang tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang
digunakan dengan memberikan pertanyaan tentang metode pengajaran
yang digunakan.
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi dianalisis secara kualitatif.
Sedangkan data hasil belajar Fisika siswa dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan statistik deskriptif yang meliputi skor rata-rata, presentase, stándar
deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum yang dicapai setiap siklus.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar siswa adalah
berdasarkan teknik kategorisasi skala lima. Menurut Depdikbud bahwa skor stándar
umum yang digunakan adalah skala lima yaitu pembagian tingkat penguasaan yang
terbagi atas lima kategori, yaitu :
1. 85-100 dikategorikan “sangat tinggi”
2. 65-84 dikategorikan “tinggi”
3. 55-64 dikategorikan “sedang”
29
4. 35-54 dikategorikan “rendah”
5. 0-34 dikategorikan “sangat rendah”
H. Indikator Keberhasilan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan hasil belajar fisika
peserta didik, maka diadakan penelitian tindakan yang berorientasi pada
pembelajaran dengan melalui pemberian kuis pada setiap awal pembelajaran. Untuk
mengukur peningkatan hasil belajar fisika peserta didik, ditandai dengan
peningkatan skor yang diperoleh peserta didik pada tes setiap akhir siklus dengan
standar ketuntasan secara individual 68 dari skor ideal 100 dan ketuntasan kelas 68%.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2008. Guru dalam Proses Belajar mengajar. Bandung: PT. Sinar
Baru Algesindo
Badudu. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Depdikbud. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarata: Direktorat pendidikan Lanjutan
Pertama.
Djabbar, Asriyani. 2008. Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pemberian
kuis setiap awal pembelajaran pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 3
Sungguminasa. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dimyati dan mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Ekawarna. 2009. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Gaung Persada Press.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka belajar.
Riandi, Seven. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Fsika Siswa kelas XI IPA3 SMA
negeri 3 Makassar Melalui Pemberian Kuis Dalam Pembelajaran. Skripsi.
Universitas negeri Makassar.
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suciati dan Irawan Prasetya. 2001. Teori Belajar Dan Motivasi. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Sumarni. 2006. Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Metode
Pemberian Kuis Di Awal Pembelajaran. Skripsi. FMIPA UNM.
30