proposal odhi

64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Secara global, pada saat tertentu sekitar 80 juta orang menderita akibat stroke. Menurut WHO setiap tahun, diperkirakan 15 juta orang tersebar diseluruh dunia menderita stroke, dimana kurang lebih 5 juta orang meninggal dan 5 juta orang mengalami cacat permanen (Suryani, 2008). American Heart Association (AHA) menyebutkan bahwa setiap 45 menit ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke. Stroke menduduki peringkat ke-3 setelah penyakit jantung dan kanker. Menurut (Adams et al, 2004) setiap tahunnya 500.000 orang Amerika terserang stroke, 400.000 orang terkena stroke iskemik dan 100.000 orang menderita stroke hemoragik, dengan 1

Upload: shahista-kaur

Post on 01-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting,

dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang

berkembang. Secara global, pada saat tertentu sekitar 80 juta orang menderita

akibat stroke. Menurut WHO setiap tahun, diperkirakan 15 juta orang tersebar

diseluruh dunia menderita stroke, dimana kurang lebih 5 juta orang meninggal dan

5 juta orang mengalami cacat permanen (Suryani, 2008).

American Heart Association (AHA) menyebutkan bahwa setiap 45 menit ada

satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke. Stroke menduduki peringkat

ke-3 setelah penyakit jantung dan kanker. Menurut (Adams et al, 2004) setiap

tahunnya 500.000 orang Amerika terserang stroke, 400.000 orang terkena stroke

iskemik dan 100.000 orang menderita stroke hemoragik, dengan 175.000 orang

diantaranya mengalami kematian. Sedangkan di Inggris terdapat sekitar 250.000

orang yang mengalami stroke.

Menurut Riskesdas Depkes RI 2011, dalam laporannya mendapatkan bahwa di

Indonesia, setiap 1000 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke. Stroke

merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan proporsi 15,4%.

Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke (Depkes

RI, 2011).

1

Menurut Yayasan Stroke Indonesia terdapat kecenderungan meningkatnya

jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Berdasarkan

data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara deramatis seiring usia.

Setiap penambahan usia 10 tahun sejak usia 35 tahun, resiko stroke meningkat

dua kali lipat. Sekitar lima persen orang berusia di atas 65 tahun pernah

mengalami setidaknya satu kali stroke. Berdasarkan data prevalensi hipertensi

sebagai faktor resiko utama yang makin meningkat di Indonesia adalah sekitar

95%, maka para ahli epidemiologi meramalkan bahwa saat ini dan masa yang

akan datang sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang berumur diatas 35 tahun

mempunyai potensi terkena stroke (Yastroki, 2011).

Dari data yang diperoleh di Irina F Neuro BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado, pada tahun 2013 dari bulan Januari – Maret tercatat ada 69 pasien stroke.

Stroke Hemoragik 16 orang dan stroke Iskemik 53 orang (Buku registrasi pasien

Irina F Neuro BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado).

Berdasarkan penelitian oleh Herin Mawarti dan Farid mengenai Pengaruh

Latihan ROM (Range Of Motion) pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada

pasien stroke pada tahun 2013, terbukti adanya pengaruh yang signifikan dari

Latihan ROM pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke

(Mawarti & Farid , 2013).

Penderita stroke dapat mengalami kesulitan saat berjalan karena gangguan

pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak, sehingga kesulitan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Latihan gerak mempercepat penyembuhan pasien

stroke, karena akan mempengaruhi sensasi gerak di otak (Irdawati, 2008).

2

Dari sekian banyak pasien stroke yang dirawat inap, dapat terlihat para pasien

stroke yang mengalami kondisi kelemahan otot sendi. Berdasarkan kondisi

tersebut, saya tertarik untuk melakukan penelitian tentang memberikan Latihan

range of motion (ROM) kepada pasien stroke yang berada di ruang inap Irina F

Neurologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Apakah ada Pengaruh Latihan ROM (Range Of Motion) terhadap kekuatan

otot sendi pasien stroke di BLU RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengaruh Latihan ROM terhadap kekuatan otot sendi

pasien stroke di BLU RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kekuatan otot sendi sebelum latihan ROM dilakukan pada

pasien stroke.

b. Mengetahui kekuatan otot sendi sesudah latihan ROM dilakukan pada

pasien stroke.

c. Mengetahui kemampuan otot sendi sebelum dan sesudah latihan ROM

pada pasien stroke.

3

D. Manfaat Penelitian

1. Perkembangan Ilmu Keperawatan

Bila didalam penelitian ini terbukti ada pengaruh latihan range of motion

terhadap kekuatan otot sendi pada pasien stroke, penelitian ini dapat dijadikan

bahan acuan dalam perkembangan ilmu keperawatan di era globalisasi saat ini.

2. Aplikasi Ilmu Keperawatan

Bila didalam penelitian ini terbukti ada pengaruh latihan range of motion

terhadap kekuatan otot sendi pada pasien stroke, penelitian ini dapat

menambah wawasan bagi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

tebaik kepada pasien khususnya pasien stroke yang berada di Irina F Neuro

BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

3. Penelitian Keperawatan

Dengan hasil penelitian ini dapat menambah bahan referensi dan dapat

memberikan ide-ide baru bagi penelitian keperawatan selanjutnya mengenai

pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot sendi pada pasien stroke.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Stroke

Stroke merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau

tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional

otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali da

intervensi bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab

lain selain penyebab vaskuler (Gofir, 2009).

Stroke adalah cedera vaskular akut pada otak. Ini berarti bahwa stroke

adalah suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak.

cedera dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh

darah, sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini

menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai (Feigin, 2007). Otak

yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dari zat makanan menjadi

terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian

sel saraf (neuron) (Pinzon & Asanti, 2010).

Stroke adalah kedaruratan medik. Semakin lambat pertolongan medis

diperoleh akan seemakin banyak kerusakan sel saraf yang terjadi. Penelitian

eksperimen mental menunjukan bahwa setiap menit ada kerusakan 1,9 juta sel

saraf pada stroke yang belum mendapat terapi. Perhimpunan stroke di

5

Amerika Serikat mengungkapkan istilah “brain attack”. Hal ini untuk

menunjukkan bahwa kedaruratan stroke adalah sama dengan serangan

jantung/heart attack (Pinzon & Asanti, 2010).

Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang

disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada

siapa dan kapan saja (Mutaqqin, 2008). Stroke adalah sindrom yang terdiri

dari tanda/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global)

yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala ini

berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian (Ginsberg, 2008).

Namun, seseorang dikatakan mengalami serangan iskemik sesaat (transient

ischemic attack atau TIA) jika semua gejala lenyap dalam 24 jam.

2. Patofisiologi Stroke

Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak

akan menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat

menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat

kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan

defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat

menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.

Setiap defisit lokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana

yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh

darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami

iskemik adalah arteri serevral tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal

6

permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik

otak total yang dapat teratasi.

Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau

emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.

Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat

pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam

waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron.

Area yang mengalami nekrosis disebut infark.

Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan

metabolisme sel-sel neuron, di mana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan

glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan

oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju otak.

Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang

subarakhnoid atau kedalam jaringan otak itu sendiri. Hipertensi

mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah yang

dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar

dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada

pembuluh darah otak.

Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin

trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai

direabsorbsi. Ruptur ulangan merupakan resiko serius yang terjadi sekitar 7-

10 hari setelah perdarahan pertama.

7

Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah ke bagian

tertentu, menimbulkan iskemik fokal, dan infark jaringan otak. hal tersebut

dapat menimbulkan geger otak dan kehilangan kesadaran, peningkatan

tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak

terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma

yang merusak jaringan.

Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat

meningkatkan tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat.

Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi

unkus atau serebellum. Di samping itu, terjadi bradikardia, hipertensi

sistemik, dan gangguan pernapasan.

Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa,

darah dapat mengiritasi pembuluh darah, meningen dan otak. Darah dan

vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya

perfusi serebral. Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4

sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan dan menyebabkan konstriksi

arteri otak. Vasospasme merupakan komplikasi yang mengakibatkan

terjadinya penurunan fokal neurologis, iskemik otak, dan infark (Suratun et

al, 2008).

3. Klasifikasi Stroke

Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke perdarahan

dan stroke iskemik. Dua kategori ini merupakan suatu kondisi yang

berlawanan. Pada stroke hemoragik kranium yang tertutup mengandung darah

8

yang terlalu banyak, sedangkan pada stroke iskemik terjadinya gangguan

ketersediaan darah pada suatu area diotak dengan kebutuhan oksigen dan

nutrisi area tersebut. Setiap kategori dari stroke dapat dibagi menjadi beberapa

subtipe, yang masing-masing mempunyai strategi penanganan yang berbeda

(Gofir, 2009).

a. Stroke Iskemik

Stroke Iskemik disebabkan oleh trombus atau emboli yang menyumbat

aliran darah dalam pembuluh darah serebri. Sekitar 80-85% dari semua stroke

merupakan stroke iskemik (Oman et al, 2008).

Stroke iskemik dapat dibagi lagi berdasarkan lokasi penggumpalan,

yaitu stroke iskemik trombiotik dan iskemik embolik.

1) Stroke Iskemik Trombiotik

Stroke trombiotik ini terjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya

karena aterosklerosis berat. Seringkali, individu mengalami satu

atau lebih serangan iskemik sementara (transient ischemic attack,

TIA) sebelum stroke trombotik yang sebenarnya terjadi (Corwin,

2009).

2) Stroke Iskemik Embolik

Stroke embolik ini merupakan penyumbatan pembuluh darah otak

oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Pada umumnya, emboli

berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat

9

sistem arteri serebri. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala

tibul kurang dari 10-30 detik (Mutaqqin, 2008).

b. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan intraserebrum atau

hematom intraserebrum) atau ke dalam ruangan subaraknoid, yaitu ruang

sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak

(disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling

mematikan, tetapi relatif hanya menyusun sebagian kecil dari stroke total: 10-

15% umtuk perdarahan intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan

subaraknoid (Feigin 2007).

Stroke hemoragik dibagi menjadi dua :

1) Stroke Hemoragik Intraserebral

Perdarahan Intraserebral (PIS) : Perdarahan primer yang berasal

dari pembuluh darah dalam parenkim otak (Dewanto et al, 2009).

2) Stroke Hemoragik Subaraknoid

Perdarahan subaraknoid (PSA) : Keadaan terdapatnya atau

masuknya darah kedalam ruangan subaraknoid karena pecahnya

aneurisma,AVM (arteriovenosus malformation), atau sekunder

dari PIS (Dewanto et al, 2009).

10

4. Faktor Resiko Terjadinya Stroke

Pada saat awal serangan stroke, selain menegakkan diagnosis

untuk menentukan terapi stroke, pelacakan faktor-faktor resiko juga

penting untuk prevensi primer sebagai pencegahan perburukan stroke

maupun prevensi sekunder untuk mencegah stroke berulang (Gofir,2009).

Menurut (Wahyu, 2009) Faktor resiko tersebut dikelompokkan

menjadi dua : Pertama, faktor resiko stroke yang tidak dapat diubah yaitu :

a. Usia

b. Jenis Kelamin

c. Riwayat Keluarga

d. Ras atau Etnis

Kedua, faktor resiko stroke yang dapat diubah :

a. Hipertensi

b. Kebiasaan merokok

c. Penyakit dan kelainan irama jantung, dan

d. DM tipe II

5. Komplikasi Stroke

Komplikasi lain terjadi pada pasien yang terpaksa harus terus

berbaring disebabkan parahnya akibat serangan stroke. Ini menimbulkan

masalah-masalah emosional dan fisik, antara lain :

11

a. Dekubitus : luka-luka lecet pada bagian tubuh yang tergencet karena

pasien tidak dapat bergerak, misalnya pinggul, bokong, sendi kaki,

sendi tumit. Untuk menghindariny, pasien harus sering digerakkan atau

diganti posisi tidurnya.

b. Bekuan darah : mudah terjadi pada kaki yang lumpuh; penumpukkan

cairan dan pembengkakan; dan embolisme paru-paru.

c. Pneumonia : disebabkan pasien tidak dapat menelan dengan baik dan

juga tidak dapat batuk. Akibatnya cairan terkumpul di paru-paru yang

bisa menimbulkan infeksi.

d. Kaku pada otot sendi : disebabkan terlalu lama dalam posisi berbaring.

Diperlukan fisioterapi untuk mengurangi kekakuan tersebut.

e. Stress : disebabkan ketidakberdayaan yang dialami pasien yang tentu

saja mengkhawatirkan masa depannya. Untuk itu diperlukan bantuan

psikolog.

f. Nyeri pundak dan dislokasi : keadaan pangkal bahu yang lepas dari

sendinya. Ini disebabkan otot disekitar bahu yang mengontrol sendri

dapat rusak karena gerakan saat berganti pakaian atau sedang ditopang

orang lain. Sebaiknya lengan digendong dengan kain agar tidak dalam

keadaan terkulai (Waluyo, 2009).

B. Tinjauan Umum ROM (Range Of Motion)

1. Pengertian

Range Of Motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan

oleh sendi yang bersangkutan (Suratun et al, 2008)

12

Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi sistem

muskuloskeletal yang terdiri dari tulang-tulang skeletal yang menempel pada

sendi dan otot-otot skeletal yang menempel pada dua tulang sendi untuk

mencapai gerakan masksimum yang dapat dicapai atau dilakukan oleh sendi.

Jenis-jenis ROM sangat banyak dan bervariasi pada masing-masing orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ROM seseorang adalah keturunan, pola

perkembangan, ada atau tidaknya penyakit kronis yang diderita, jenis aktivitas

fisik yang dilakukan, koordinasi gerakan (yang dipengaruhi dari sistem syaraf

pusat (NASS, 2007).

Latihan ROM (Range Of Motion) merupakan istilah baku untuk

menyatakan batas atau batasan gerak sendi yang normal dan sebagai dasar

untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerak

sendi yang abnormal (Mutaqqin, 2008).

2. Jenis – Jenis Latihan ROM

a) Pasif ROM, klien tidak mampu melakukan latihan, tanpa bantuan

orang lain.

b) Aktif-assistif ROM, klien mampu melakukan latihan dengan bantuan

orang lain.

c) Aktif ROM, klien mampu melakukan latihan tanpa bantuan apapun

dari orang lain.

d) Resistif ROM, klien mampu melakukan latihan dan menunjukkan

pergerakkan dengan mampu menahan beban atau memberikan tahanan

yang berlawanan dengan orang lain.

13

3. Tujuan ROM (NASS, 2007).

a) Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot.

b) Memelihara mobilitas persendian.

c) Merangsang sirkulasi darah.

d) Mencegah terjadi kelaian bentuk.

4. Prinsip dasar Latihan ROM (range of motion) yaitu :

a) Latihan dilakukan 5 kali sahari dalam waktu 10 menit dan dilakukan

sebanyak 8 kali latihan (Brunner, 2008).

b) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan

pasien (Heryati, 2008).

c) Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,

diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring (Heryati, 2008).

d) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari,

lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki (Heryati, 2008).

e) ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-

bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit (Heryati, 2008).

f) Dalam melakukan latihan tidak boleh memaksakan sendi melebihi

kemampuannya (Potter & Perry, 2002).

g) Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau

perawatan rutin telah dilakukan (Potter & Perry, 2002).

14

5. Jenis-jenis Latihan ROM (Carpenito, 2009).

a) Latihan ROM pasif

Gerakan otot klien yang dilakukan dengan bantuan orang lain.

b) Latihan ROM aktif

Kontraksi otot secara aktif melawan gaya gravitasi, seperti mengangkat

tungkai dalam posisi lurus.

6. Sendi yang digerakkan

a) ROM Aktif

Gerakan yang dilakukan pasien di seluruh tubuh dari kepala sampai

ujung kaki oleh pasien sendiri secara aktif.

b) ROM Pasif

Gerakan yang tidak mampu dilakukan pasien secara mandiri dan

membutuhkan bantuan perawat atau ahli pada seluruh persendian.

1) Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)

2) Bahu tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, abduksi adduksi,

Rotasi bahu)

3) Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)

4) Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)

5) Jari-jari tangan (fleksi,ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi,

oposisi)

6) Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi

internal/eksternal)

7) Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, Rotasi)

8) Jari kaki (fleksi/ekstensi)

15

7. Gerakan ROM (Potter & Perry, 2012)

Bagian

Tubuh

Tipe Sendi Tipe Gerakan Rentang

(derajat)

Otot-otot Utama

Leher,

Spina

Servikal

Pivital

(putar)

Fleksi : menggerakan dagu

menempel ke dada.

Ekstensi : mengembalikan

kepala ke posisi tegak.

Hiperekstensi : menekuk

kepala ke belakang sejauh

mungkin.

Fleksi lateral : memiringkan

kepala sejauh mungkin ke

arah setiap bahu.

Rotasi : memutar kepala

sejauh mungkin dalam

gerakan sirkuler.

45ᴼ

45ᴼ

10ᴼ

40ᴼ-45ᴼ

180ᴼ

Sternocleidomastoid.

Trapezius.

Trapezius.

Sternocleidomastoid.

Sternocleidomastoid,

Trapezius.

Bahu Ball &

Socket

Fleksi : menaikan lengan

dari posisi di samping tubuh

ke depan ke posisi di atas

kepala.

Ekstensi : mengembalikan

lengan ke posisi di samping

tubuh.

180ᴼ

180ᴼ

Korakobrakhialis,

bisepbrakhialis,

deltoid, pectoralis

mayor.

Lattisimus dorsi,

teres mayor, trisep

brakhii.

Lattisimus dorsi,

16

Hiperekstensi :

menggerakan lengan ke

belakang tubuh, siku tetap

lurus.

Abduksi : menaikan lengan

ke posisi samping di atas

kepala dengan telapak

tangan jauh dari kepala.

Adduksi : menurunkan

lengan ke samping dan

menyilang tubuh sejauh

mungkin.

Rotasi dalam : dengan siku

fleksi, memutar bahu

dengan menggerakkan

lengan sampai ibu jari

menghadap ke dalam dan ke

belakang.

Rotasi luar : dengan siku

fleksi, menggerakan lengan

sampai ibu jari ke atas dan

samping kepala.

Sirkumduksi : menggerakan

lengan dengan lingkaran

45ᴼ-60ᴼ

180ᴼ

320ᴼ

90ᴼ

90ᴼ

360ᴼ

teres mayor, deltoid.

Deltoid,

supraspinatus.

Pektoralis mayor

Pektoralis

mayor,latissimus

dorsi, teres mayor,

subskapularis.

Infraspinatus, teres

mayor, deltoid.

Deltoid,

korakobrankhialis,

latissimus dorsi, teres

mayor.

17

penuh (sirkumduksi adalah

kombinasi semua gerakan

sendi ball-and-socket.

Siku Hinge Fleksi : menekuk siku

hingga lengan bawah

bergerak ke depan sendi

bahu dan tangan sejajar

bahu.

Ekstensi : meluruskan siku

dengan menurunkan tangan.

150ᴼ

150ᴼ

Bisep brakhii,

brakhialis,

brakhioradialis.

Trisep brakhii.

Lengan

bawah

Pivotal

(putar)

Supinasi : memutar lengan

bawah dan tangan sehingga

telapak tangan menghadap

ke atas.

Pronasi : memutar lengan

bawah sehingga telapak

tangan menghadap ke

bawah

70ᴼ-90ᴼ

70ᴼ-90ᴼ

Supinator, bisep

brakhii.

Pronator teres,

pronator quadratus.

Pergelangan

tangan

kondiloid Fleksi : menggerakan

telapak tangan ke sisi bagian

dalam lengan bawah.

Ekstensi : menggerakan jari-

jari sehingga jari-jari,

tangan dan lengan bawah

80ᴼ-90ᴼ

80ᴼ-90ᴼ

Fleksor karpi ulnaris,

fleksor carpi radialis.

Ekstensor, karpi

ulnaris, ekstensor

karpi radialis brevis,

18

berada dalam arah yang

sama.

Hiperekstensi : membawa

permukaan tangan dorsal ke

belakang sejauh mungkin.

Abduksi (fleksi radial) :

menekuk pergelangan

tangan miring (medial) ke

ibu jari.

Adduksi (fleksi ulnar) :

menekuk pergelangan

tangan miring (lateral) ke

arah lima jari.

89ᴼ-90ᴼ

Sampai

30ᴼ

30ᴼ-50ᴼ

ekstensor karpi

radialis longus.

Ekstensor karpi

radialis brevis,

ekstensor karpi

radialis longus,

ekstensor karpi

ulnaris.

Fleksor karpi radialis,

ekstensor karpi

radialis brevis,

ekstensor karpi

radialis longus.

Fleksor karpi ulnaris,

ekstensor carpi

ulnaris.

Jari-jari

Tangan

Condyloid

hinge

Fleksi : membuat

genggaman.

Ekstensi : meluruskan jari-

jari tangan.

Hiperekstensi :

menggerakkan jari-jari

90ᴼ

90ᴼ

30ᴼ-60ᴼ

Lumbrikales,

interosseus volaris,

interosseus dorsalis.

Ekstensor digiti

quinti proprius,

ekstensor digitorum

kommunis, ekstensor

19

tangan kebelakang sejauh

mungkin.

Abduksi : merenggangkan

jari-jari tangan satu dengan

yang lain.

Adduksi : merapatkan

kembali jari-jari tangan.

30ᴼ

30ᴼ

indicis, proprius.

Interosseus dorsalis.

Interosseus volaris.

Ibu Jari Pelana Fleksi : menggerakan ibu

jari menyilang permukaan

telapak tangan.

Ekstensi : menggerakan ibu

jari lurus menjauh dari

tangan.

Abduksi : menjauhkan ibu

jari ke samping (biasa

dilakukan ketika jari-jari

tangan berada abduksi dan

adduksi).

Adduksi : menggerakan ibu

jari kedepan tangan.

Oposisi : menyentuhkan ibu

jari ke setiap jari-jari tangan

pada tangan yang sama.

90ᴼ

90ᴼ

30ᴼ

30ᴼ

Fleksor pollisis

brevis.

Ekstensor pollisis

longus, ekstensor

pollisis brevis.

Abduktor pollisis

brevis.

Adduktor pollisis

obliquus, adduktor

pollisis transversus.

Opponeus pollisis,

opponeus digiti

minimi.

20

Pinggul Baal &

Socket

Fleksi : menggerakan

tungkai ke depan dan atas.

Ekstensi : menggerakan

kembali ke samping tungkai

yang lain.

Hiperekstensi :

menggerakan tungkai ke

belakang tubuh.

Abduksi : menggerakan

tungkai ke samping

menjauhi tubuh.

Adduksi : menggerakan

tungkai kembali ke posisi

medial dan melebihi jika

mungkin.

Rotasi dalam : memutar

kaki dan tungkai ke arah

tungkai lain.

Rotasi luar : memutar kaki

dan tungkai menjauhi

tungkai lain.

90ᴼ-120ᴼ

90ᴼ-120ᴼ

30ᴼ-50ᴼ

30ᴼ-50ᴼ

30ᴼ-50ᴼ

90ᴼ

Psoas mayor, iliakus,

iliopsoas, sartorius.

Gluteus maksimus,

semitendinosus,

semimembranosus.

Gluteus maksimus,

semitendonosus,

semimembranosus.

Gluteus medius,

gluteus minimus.

Adduktor longus,

adduktor levis,

adduktor magnus.

Gluteus medius,

gluteus minimus,

tensor fasciae latae.

Obturatorius,

intermus,

obturatorius internus,

obturatorius

eksternus.

Psoas mayor, gluteus

21

Sirkumduksi : menggerakan

tungkai melingkar.

maksimus, gluteus

maksimus, gluteus

medius, adduktor

magnus.

Lutut Hinge Fleksi : menggerakan tumit

ke arah belakang paha.

Ekstensi : mengembalikan

tungkai ke lantai.

120ᴼ-

130ᴼ

120ᴼ-130

Bisep femoris,

semitendonusus,

semimembranosus,

sartorius.

Rektus femoris,

vastus lateralis,

vastus medialis,

vastus intermedius.

Mata Kaki Hinge Dorsifleksi : menggerakan

kaki sehingga jari-jari kaki

menekuk ke atas.

Plantarfleksi : menggerakan

kaki sehingga jari-jari kaki

menekuk ke bawah.

20ᴼ-30ᴼ

45ᴼ-50ᴼ

Tibialis arterior.

Gastroknemus,

soleus.

Kaki Gliding Inversi : memutar telapak

kaki ke samping dalam

(medial).

Eversi : memutar telapak

kaki ke samping luar

(lateral).

10ᴼ atau

kurang

10ᴼ atau

kurang

Tibalias anterior,

tibialis posterior.

Peroneus longus,

peroneus brevis.

22

Jari-jari

Kaki

Condyloid Fleksi : melengkungkan

jari-jari kaki ke bawah.

Ekstensi : meluruskan jari-

jari kaki

Abduksi : meregangkan jari-

jari kaki satu dengan yang

lain.

Adduksi : merapatkan

kembali bersama-sama.

30ᴼ-60ᴼ

30ᴼ-60ᴼ

15ᴼ atau

kurang

15ᴼ atau

kurang

Fleksor digitorum,

lumbrikalis pedis,

fleksor hallusis

brevis.

Ekstensor digitorum

longus, ekstensor

digitorium brevis,

ekstensor hallusis

longus.

Abduktor hallusis,

interosseus dorsalis.

Adduktor hallusis,

interosseus plantaris.

Tabel 2.1 Gerakan-gerakan Latihan ROM (Potter & Perry, 2012).

C. Tinjauan Umum kekuatan otot sendi

Kekuatan otot adalah kemampuan tubuh untuk mengerahkan daya

maksimal terhadap obejek yang ada diluar tubuh (Lutan, 2002)

Gradasi ukuran kekuatan otot : (Suratun et al, 2008)

Skala (0-5) Karakteristik

0 (zero) Tidak ada kontraksi saat palpasi, paralisis

1 (trace) Terasa adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan

23

2 (poor) Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan

gerakan sendi (range of motion, ROM) secara penuh

3 (fair) Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh

dengan melawan gravitasi, tetapi tidak dapat melawan

tahanan

4 (good) Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat melawan

tahanan yang sedang

5 (normal) Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh dan

dapat melawan gravitasi dan tahanan

Tabel 2.2 Gradasi ukuran kekuatan otot (Suratun et al, 2008).

D. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STROKE. (Nugroho,

2011).

1. Pengkajian fisik (Brunner & Suddarth, 2001) :

a. Biodata

Pengkajian difokuskan pada :

Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi serangan

stroke. Jenis kelamin : laki-laki lebih tinggi 30% di banding wanita.

Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.

b. Keluhan utama

Stroke Hemoragic : klien mengatakan nyeri kepala hebat, mual dan

muntah

24

Stroke non Hemoragic : klien mengatakan tiba-tiba tidak dapat

menggerakkan salah satu anggota tubuhnya saat bangun pagi

Stroke

c. Riwayat penyakit dahulu

Hipertensi, Diabetes melitus

d. Riwayat penyakit sekarang

Stroke

2. Pemeriksaan fisik

Tekanan darah,

3. Pemeriksaan penunjang

Lab, fungsi lumbal (atas indikasi), EKG, Radiologi

4. Terapi

a. Stroke non Hemoragic:

Anti edema, Gliserol 10%, Manitol 15-20%, Antiagregasi, Platelet,

Asetosal, Nootropok, diberikan obat sekunder.

b. Stroke Hemoragic:

Anti edema, Antifibrinolitik, Rebleeding, Antispasme, Antagonis

kalsium, Nootropik.

5. Lama rawatan

a. 2 minggu untuk non hemoragic

b. 3-4 minggu untuk hemoragic, tergantung keadaan.

Diagnosa keperawatan :

25

1. Keterbatasan aktivitas dan merawat diri berhubungan dengan

kelemahan neurumuskuler

DO :

a. Penurunan kesadaran

b. Kehilangan sensai/reflek

c. Kelumpuhan

d. Tekanan darah meningkat

e. Sesak

DS:

a. Sakit kepala, kabur

b. Kesemutan, lemas

Tujuan :

Peningkatan mobilitas sampai dengan maksimal (selama dirawat)

Kriteria:

a. Tampak peningkatan mobilitas

b. Kekuatan otot meningkat

Intervensi:

a. Kaji keterbatasan aktivitas yang dialami.

b. Cegah komplikasi imobilitas : ganti posisi, latihan pernafasan, jaga

kebersihan kulit.

26

c. Ajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak aktif/pasif (ROM)

pada anggota gerak yang sehat bila tidak ada kontra indikasi.

d. Lakukan mobilisasi progresif.

e. Beri dorongan penggunaan anggota gerak yang sakit/lemah jika

memungkinkan. Gunakan lengan yang tidak sakit untuk melatih

lengan yang sakit/lemah.

f. Observasi status penyebab kerusakan mobilitas fisik : tingkat

kerusakan neuromuskuler, kondisi klien akibat peningkatan TIK,

dll.

g. Kolaborasi dengan medis untuk penanganan medis dan fisioterapi.

2. Gangguan menelan berhubungan dengan / kelumpuhan otot-otot

menelan

DO:

a. Penurunan kesadaran

b. Apasia, pelo

c. Sulit menelan

d. Muntah

DS:

a. Leher terasa kaku

b. Susah mengunyah

Tujuan :

Klien dapat menelan tanpa aspirasi (1-3 hari)

27

Kriteria :

a. Reflek menelan baik

b. Tidak terjadi aspirasi saat makan/minum

Intervensi :

1. Kaji kemampuan menelan.

2. Beri posisi setengah duduk dengan kepala agak fleksi untuk

memudahkan proses menelan.

3. Hidangkan makanan lunak dan mudah ditelan.

4. Observasi tanda-tanda aspirasi

5. Ajarkan batuk efektif

6. Sunction kalo perlu

7. Bantu menyuapkan makanan secara perlahan

8. Kolaborasi dokter untuk pemberian terapi.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Hemiperese/hemiplegia

(Padila, 2012).

Tujuan :

Kriteria Hasil :

a. Tidak terjadi kontraktur sendi

Bertambahnya kekuatan otot

b. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi :

a. Ubah posisi klien tiap 2 jam

28

b. Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang

tidak sakit

c. Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang tidak sakit

d. Tinggikan kepala dan tangan

Rasional :

a. Menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi

darah yang jelek pada daerah yang tertekan.

b. Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta

memperbaiki fungsi jantung pernapasan.

c. Otot Volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak

dilatih untuk digerakkan.

4. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak

sekunder terhadap hipoksia, edema otak (Padila, 2012).

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak

mengalami peningkatan intra kranial (TIK):

a. Peningkatan tekanan darah.

b. Nadi melebar.

c. Pernafasan cheyne strokes.

d. Muntah projectile.

e. Sakit kepala hebat.

Intervensi :

a. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK

1. Tekanan darah

29

2. Nadi

3. Gcs

4. Respirasi

5. Keluhan sakit kepala hebat

6. Muntah projectile

7. Pupil unilateral

b. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat kecuali ada kontra

indikasi. Hindari mengubah posisi dengan cepat.

c. Pertahankan lingkungan tenang, sunyi dan pencahayaan redup.

d. Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:

1. Anti hipertensi

2. Anti koagulan

3. Analgetik

4. Vasodilator perifer

Rasional :

a. Deteksi dini peningkatan TIK untuk melakukan tindakan lebih

lanjut.

b. Meninggikan kepala dapat membantu drainage vena untuk

mengurangi kongestive vena.

c. Meningkatkan istirahat dan menurunkan rangsangan menbantu

menurunkan TIK.

d. Menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya trombus,

mengurangi nyeri.

30

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel

DEPENDENT

Variabel

INDEPENDENT

Keterangan:

: Diteliti

: Punya pengaruh

: Tidak diteliti

31

Ada PengaruhLatihan

Range of MotionTidak ada

Pengaruh

- Usia- Jenis Kelamin- Hipertensi- DM tipe II- Komplikasi

Stroke- Stroke berulang

- Tirah baring lama- Dekubitus- Kaku pada otot

sendi

Kekuatan Otot Sendi Pasien

Stroke

B. Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian latihan Range Of Motion dengan

kekuatan otot sendi pada pasien stroke di Irina F Neurologi BLU RSUP

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

H1 : Ada pengaruh pemberian latihan Range Of Motion dengan kekuatan

otot sendi pada pasien stroke di Irina F Neurologi BLU RSUP Prof. Dr. R.

D. Kandou Manado.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent : Latihan ROM (Range Of Motion)

2. Variabel Dependent : Kekuatan otot sendi pasien Stroke

D. Definisi Operasional

N

o

Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Kategori Skala

1 Variabel

Independent :

Latihan Range

Of Motion

Latihan gerak

yang dilakukan

oleh pasien

dengan bantuan

dari peneliti.

Lembar

Observasi

Nominal

2 Variabel

Dependent :

Kekuatan otot

Kekuatan otot

pasien yang

dinilai

berdasarkan

gerakan yang

dapat dilakukan

pasien tersebut

Lembar

Observasi

0 (zero) : Tidak ada

kontraksi saat palpasi,

paralisis

1 (trace) : Terasa

adanya kontraksi otot,

tetapi tidak ada

gerakan

Ordinal

32

dengan

menggunakan

Gradasi ukuran

kekuatan otot.

2 (poor) : Dengan

bantuan atau

menyangga sendi

dapat melakukan

gerakan sendi (range

of motion, ROM)

secara penuh

3 (fair) : Dapat

melakukan gerakan

sendi (ROM) secara

penuh dengan

melawan gravitasi,

tetapi tidak dapat

melawan tahanan

4 (good) : Dapat

melakukan ROM

secara penuh dan

dapat melawan

tahanan yang sedang

5 (normal) : Dapat

melakukan gerakan

sendi ( ROM) secara

penuh dan dapat

melawan gravitasi dan

tahanan

33

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat Kuasi Eksperimen dengan metode Nonequivalent

Control Group Desain. Desain satu kelompok Pre-Post Test, sebelum uji

coba dilakukan pada sebuah kelompok tanpa kelompok kontrol, dilakukan

lebih dahulu penilaian atau pengukuran pada kelompok tersebut.

Selanjutnya dilakukan uji coba kelompok dan setelah uji coba kelompok

tersebut dinilai kembali (Suryanto, 2011).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Irina F Neurologi BLU RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dari tanggal 03 Juni 2013 – 21 Juni

2013.

34

Kekuatan Otot pasien sebelum Latihan Range

Of Motion

Latihan Range Of Motion

Kekuatan Otot pasien setelah Latihan Range

Of Motion

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke yang dirawat di

Irina F Neurologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, dari bulan

Januari 2013 sampai dengan Maret 2013 sebanyak 69 pasien.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami stroke

di Irina F Neurologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Teknik

pengambilan data sampel menggunakan cara Purposive Sampling,

pengambilan sampel yang didasarkan atas pertimbangan peneliti sendiri

dan pada kasus-kasus yang kebetulan dijumpai saja.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a) Seluruh pasien yang sedang dirawat di Irina F Neurologi BLU

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

b) Bersedia menjadi responden

c) Pasien stroke 2-3 hari setelah serangan

2. Kriteria Eksklusi

a) Pasien stroke yang akan rawat jalan

b) Pasien yang dalam kondisi tidak sadar

c) Kelainan sendi (atrofi,ankilosis dan dislokasi)

35

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini adalah

Lembar observasi untuk Latihan range of motion dan kekuatan otot.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

a) Tahap awal penelitian, peneliti mendapatkan surat izin dari bagian

akademik Institusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan

Unsrat untuk dapat mengambil data di BLU RSUP Prof. R. D.

Kandou Manado.

b) Setelah itu peneliti membawa surat izin dari bagian akademik

Institusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Unsrat

kepada kepala bagian pusat pendidikan dan penelitian di BLU

RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado.

c) Setelah surat izin dari kepala bagian pusat pendidikan dan

penelitian di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou keluar, kemudian

surat tersebut di teruskan kepada kepala instalasi atau kepada

kepala ruangan di Irina F Neurologi.

d) Penelitian akan dimulai setelah surat persetujuan diterima oleh

kepala instalasi atau kepala ruangan Irina F Neurologi.

2. Data Sekunder

Data sekunder, penelitian yang diperoleh dari data bagian medical

record BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado.

36

G. Cara penelitian

Setelah mendapatkan persetujuan dari kepala ruangan dan mendapatkan

data-data penelitian di ruang Irina F Neurologi BLU RSUP Prof Dr. R. D.

Kandou Manado, maka penelitian akan dilaksanakan. Penelitian akan

dilaksanakan melalui tahap-tahap :

1. Memulai dengan memperkenalkan diri

2. Melakukan survei pendahuluan

3. Menentukan sampel sesuai kriteria Inklusi dan Eksklusi

4. Melakukan observasi awal (pre-test), yaitu mengukur kekuatan otot

pasien dengan lembar observasi Gradasi kekuatan otot

5. Setelah itu dilakukan perlakuan latihan range of motion sebanyak 2

kali sehari dengan rentang waktu latihan 10 menit untuk setiap kali

latihan dan dalam waktu 2 minggu.

6. Kemudian melakukan observasi akhir (post-test), dengan melihat ada

atau tidak pengaruh latihan range of motion terhadap kekuatan otot

pasien

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dari hasil yang telah diisi oleh responden,

kemudian diolah dengan tahap-tahap berikut:

a. Editing

Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengecek kembali data-

data yang telah diisi responden sebagai bahan pelengkapan data yang

masih diperlukan.

37

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

berbentuk angka/bilangan, untuk mempermudah pengolahan data.

c. Cleaning

Merupakan pembersihan data-data yang sudah diambil apakah sudah

benar atau belum.

d. Tabulating

Merupakan pengelompokkan data menurut sifat yang dimiliki sesuai

dengan tujuan penelitian kedalam satu table.

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel dan hasil penelitian,

untuk menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel

yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Untuk melihat adanya pengaruh latihan range of motion terhadap

kekuatan otot sendi pada pasien stroke dilakukan analisis statistik

dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon test dengan komputer

program SPSS versi 16 dengan nilai (α = 0,05).

I. Etika Penelitian

Etika pengolahan data dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

38

Informed Concent akan dibagikan kepada semua responden yang ada.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti terlebih dahulu dan

dampak yang akan terjadi nanti. Peneliti menerima segala keputusan

responden yang memilih menerima atau menolak lembar persetujuan

tersebut.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan menulis

nama responden.

3. Kerahasiaan (Confidentialy)

Seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang

akan dilaporkan pada hasil riset kemudian seluruh data yang tidak

dibutuhkan akan dimusnahkan.

39

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gofir, (2009). Manajemen stroke. Yogyakarta: Pustaka

Cendekia Press.

Adams, et al., (2007). American of Academy of Neurology affirms the

value of this guideline as an Quality of Care Outcomes in Research

Interdisciplinary Working.

Groups. Stroke,;38:16655-1771.

Brunner dan Suddarth, (2008). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:

EGC.

Carpenito, Lynda Jual. (2009). Nursing Care Plans & Documentation.

New York: ISBN.

Corwin, (2009). Buku Saku Patologi. Lippincott Williams & Wilkins,

USA.

Depkes RI, (2011) http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-

release/1703-8-dari-1000-orang-di-indonesia-terkena-stroke.html

di akses tanggal 13 mei 2013 jam 05.20 WITA.

Dewanto et al, (2009). Diagnosa & Tata laksana Penyakit Saraf.

Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.

Ginsberg, Lionel. (2008). Lecture notes neurologi. Jakarta: Erlangga.

Irdawati,(2008). http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmi/article/view/

di akses tanggal 05 mei 2012 jam 08.00 WITA.

40

Lucia Parti Suryani, (2008). Gejala Stroke tidak hanya lumpuh.

http://m.suaramerdeka.com. di akses tanggal 20 mei 2013 jam

10.30 WIB.

Mawarti & Farid, (2013) http://www.google.com/jurnal.undip.ac.id

di akses tanggal 11 mei 2013 jam 00.25 WITA.

Mutaqqin, Arif. (2008). Buku ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan

gangguan sistem musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

North American Spine Society, (2007): http//www// north american spine

society.com

diperoleh tanggal 20 januari 2007.

Oman et al, (2008). Keperawatan Emergency. Jakarta. Hanley & Belfus,

INC.

Philadhelpia, Pennsylvania. USA

Padila, (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta.

Nuha Medika.

PSIK Universitas Sam Ratulangi, (2004). Pengantar penulisan ilmiah.

Potter & Perry, (2002). Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan

praktik. Jakarta: EGC.

Potter & Perry, (2012). Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan

praktik. Jakarta: EGC.

Rizaldy Pinzon, & Laksmi Asanti, (2010). Awas Stroke!. Yogyakarta:

Andi Offset.

Rusli Lutan et al, (2002). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi

41

Pembinaan di sepanjang hayat. Jakarta: Depdiknas

Suratin & Heryati, (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Sistem Musculoskeletal. Jakarta: EGC.

Suratun et al, (2008). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan

Kontrasepsi. Trans Info Media Jakarta.

Suryanto, (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Taufan Nugroho, (2011). Asuhan Keperawatan (maternitas, anak,

bedah, penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Valery Feigin, (2007). Stroke. Jakarta: Buana Ilmu Populer. Kelompok

Gramedia.

Wahyu, Genis. (2009). Stroke hanya menyerang orang tua ?.Yogyakarta:

B. First.

Waluyo. S, (2009). 100 Questions & Answers Stroke.

Jakarta: Gramedia.

Yastroki, (2011) http://www.yastroki.or.id/read.php?id=340

di akses tanggal 07 mei 2013 jam 11.00 WITA.

42