proposal manajemen laba
DESCRIPTION
tugas penyusunan proposalTRANSCRIPT
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
1/26
1
1. JUDUL : PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DANUKURAN PERUSAHAAN PADA PRAKTTIK MANAJEMEN LABA DI PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
2. LATAR BELAKANGLaporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada
pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebutdiharapkan dapat memberikan informasi
kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi
dana mereka. Dalampenyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan
adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil. Akuntansi berbasis akrual
mempunyai keunggulan bahwa informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya
berdasarkan akuntansi akrual secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja
ekonomi perusahaan daripada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran
kas terkini (FASB, 1978). Namun, akuntansi akrual juga memiliki kelemahan. Penggunaan dasar
akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metoda akuntansi
selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan metoda
akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan
sebutan manajemen laba atau earnings management.
Aktifitas manajemen banyak sekali dipraktekan pada perusahaan besar, dengan tujuan
menarik para pelaku pasar untuk berinvestasi dalam perusahaan. Pada dasarnya aktifitas tersebut
sangat merugikan bagi perusahaan maupun bagi emiten yang ada dalam perusahaan, karena
informasi yang dipublikasikan hanya bersifat semu yang justru akan mempengaruhi eksistensi
perusahaan di masa depan.
Deteksi atas kemungkinan di lakukannya manajemen laba dalam laporan keuangan
diteliti melalui penggunaan akrual. Jumlah akrual yang tercermin dalam perhitungan laba terdiri
dari discretionary accrual dan non discretionary accrual. Descretionary accrual merupakan
komponen akrual dari manajemen laba yang di lakukan manajer, misalnya dngan cara menaikkan
biaya amortisasi dan depresiasi, mencatat persedian yang sudah usang. Nondiscretionary accrual
merupakan acrual yang diharapkan terjadi seiring dengan berubahnya aktivitas operasional
perusahaan, misalnya beban depresiasi. Sulistyanto, (2008).
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
2/26
2
3. PERUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah:
1) Apakah asimetri informasi memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba ?2) Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba ?3) Apakah kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba ?
4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN4.1.Tujuan penelitian:
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk menguji pengaruh aasimetri informasi terhadap praktik manajemen laba.2. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba.3. Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial perusahaan terhadap praktik
manajemen laba.
4.2.Manfaat PenelitianBerdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat dalam hal:
1. Bagi pengembangan teoretisHasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan teoritis yang
berhubungan dengan penelitian ini serta sebagai informasi bagi peneliti lain yang ingin
mengadakan penelitian yang lebih dalam tentang masalah yang sama.
2. Bagi pengembangan praktikHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian selanjutnya terutama
mengenai pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial
terhadap praktik manajemen laba di perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Serta bagi akademis dan mahasiswa dapat digunakan sebagai informasi dan
sebagai penambah bacaan atau referensi.
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
3/26
3
5. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS5.1.Penelitian Terdahulu
Telah banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang pengaruh asimetri informasi,
ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap praktik manajemen laba di
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Ada beberapa peneliti terdahulu
antara lain Nurul Hasni (2013) yang melakukan penelitian tentang pengaruh aktiva pajak
tangguhan dan ukuran perusahaan dan probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba
pada perusahaan manufaktur di BEI. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) Aktiva
Pajak Tangguhan mempunyai pengaruh signifikan terhadap probabilitas perusahaan
melakukan manajemen laba, (2) Ukuran Perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba, (3) Aktiva Pajak Tangguhan
dan Ukuran Perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap
probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba, (4) modal sendiri dan hutang jangka
panjang mempunyai pengaruh sebesar 37% terhadap profitabilitas sedangkan 63%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
RR. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi (2009) melakukan penelitian tentang
pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini: (1) adalah
perusahaan sedang dan besar, tidak terbukti lebih agresif dalam melakukan manajemen laba
melalui mekanisme pelaporan laba positif, baik untuk menghindari earnings losses maupun
earnings decreases. Seperti halnya Size Hypothesis ,bahwa semakin besar perusahaan akan
cenderung untuk menurunkan praktik manajemen laba, karena perusahaan besar secara politis
lebih mendapat perhatian dari institusi pemerintahan dibandingkan dengan perusahaan kecil.
(2) varaiabel kontrol pertumbuhan penjualan, kinerja laba periode sebelumnya, capital
intencity ratio, status KAP dan Komisaris Independen, tidak terbukti berpengaruh terhadap
probabilitas terjadinya manajemen laba untuk menghindari earnings losses. (3) varaiabel
kontrol pertumbuhan penjualan, kinerja laba periode sebelumnya, capital intencity ratio
berpengaruh sangat signifikan terhadap perilaku pelaporan laba positif untuk bisa
menghindari earnings decreases. Status KAP dan Komisaris Independen tidak berpengaruh
pada perilaku tersebut.
Ni Ketut Muliati (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh asimetri informasi dan
ukuran perusahaan pada praktik manajemen laba di perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) Asimetri informasi berpengaruh
positif pada praktik manajemen laba. Semakin tinggi asimetri informasi semakin tinggi
peluang yang dimiliki manajer untuk melakukan praktik manajemen laba. Dengan demikian
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
4/26
4
hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. (2) Ukuran perusahaan terbukti berpengaruh
negatif pada praktik manajemen laba. Terdapat dua pandangan tentang bentuk hubungan
ukuran perusahaan pada praktik manajemen laba yaitu pandangan pertama yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan praktik manajemen laba seperti
yang dilakukan oleh Halim, dkk. (2005) dan Moses (1997). Pandangan kedua yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba
seperti yang dilakukan oleh Marrakchi (2001) serta Veronica dan Siddharta (2005). Jadi, hasil
pengujian dalam penelitian ini mendukung pandangan yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba, karena perusahaan yang
lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan
perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang
saham dan pihak luar.
Restu Gusti dan Tyas Pramesti malakukan penelitian tentang pengaruh asimetri
informasi, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Hasil dari
penelitian ini adalah (1) semakin besar asimetri informasi yang terjadi maka semakin tinggi
tingkat manajemen laba, (2) semakin besar ukuran perusahan, maka akan semakin rendah
kemungkinan terjadinya manajemen laba, (3) semakin besar jumlah saham yang dimiliki oleh
manajer maka semakin tinggi tingkat manajemen laba, (4) Secara bersamaan setiap
perubahan yang terjadi pada asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan
manajerial mempengaruhi manajemen laba, (5) Berdasarkan nilai Adjust R Square
menunjukkan bahwa 53% manajemen laba dijelaskan oleh variabel-veriabel asimetri
informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial, sedangkan 47% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Prima Santi, Tawakkal, Grace T. Pontoh melakukan penelitian tentang pengaruh adopsi
IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini yang khusus meneliti pada sector perbankan,
diperoleh hasil bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Dengan adanya pemberlakuan IFRS tidak menunjukkan terdapat penurunan manajemen laba.
Hasil analisis uji beda yang dilakukan juga menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat
perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara sebelum dan sesudah adopsi IFRS.
Debby Natalia (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh mekanisme good corporate
governance terhadap praktik earning management badan usaha sector perbankan di BEI tahun
2008-2011. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini yang khusus meneliti pada sector
perbankan, diperoleh hasil bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
5/26
5
manajemen laba. Dengan adanya pemberlakuan IFRS tidak menunjukkan terdapat penurunan
manajemen laba. Hasil analisis uji beda yang dilakukan juga menunjukkan bahwa secara
statistik tidak terdapat perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara sebelum dan
sesudah adopsi IFRS.
Eka Sefiiana melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan good corporate
governance terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang telah go public di
BEI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh simpulan bahwa
Variabel independen dalam peneli tian ini yang diukur menggunakan proporsi komisaris
independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit dapat disimpulkan bahwa
ketiga variabel pengukuran tersebut tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, hal
ini dikarenakan penerapan corporate governance yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan
sampel disebabkan karena untuk pemenuhan regulasi saja. Selain itu, penerapan corporate
governance masih merupakan hal yang baru di Indonesia dan efek dari penerapan corporate
governance tersebut baru dapat dirasakan dalam jangka waktu panjang.
Ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat dalam table berikut ini.
No. PENELITI VARIABEL HASIL PENELITIAN
1 Eka Sefiana Variable dependen:
manajaemen laba
Variable independen:
penerapan good
corporate governance
Variabel independen dalam
peneli tian ini yang diukur
menggunakan proporsi
komisaris independen, ukuran
dewan komisaris dan
keberadaan komite audit dapat
disimpulkan bahwa ketiga
variabel pengukuran tersebut
tidak berpengaruh terhadap
praktik manajemen laba, hal
ini dikarenakan penerapan
corporate governance yang
dilakukan oleh perusahan-
perusahaan sampel disebabkan
karena untuk pemenuhan
regulasi saja. Selain itu,
penerapan corporate
governance masih merupakan
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
6/26
6
hal yang baru di Indonesia dan
efek dari penerapan corporate
governance tersebut baru dapat
dirasakan dalam jangka waktu
panjang.
2 Deby Natalia Variable dependen:
praktik earning
management
Variable independen:
mekanisme good
corporate governance
adopsi IFRS tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen
laba. Dengan adanya
pemberlakuan IFRS tidak
menunjukkan terdapat
penurunan manajemen laba.
Hasil analisis uji beda yang
dilakukan juga menunjukkan
bahwa secara statistik tidak
terdapat perbedaan tingkat
manajemen laba yang
signifikan antara sebelum dan
sesudah adopsi IFRS.
3 Prima Santi, Tawakkal,
Grace T. Pontoh
Variable dependen:
manajemen laba
variable independen:
adopsi IFRS
adopsi IFRS tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen
laba. Dengan adanya
pemberlakuan IFRS tidak
menunjukkan terdapat
penurunan manajemen laba.
Hasil analisis uji beda yang
dilakukan juga menunjukkan
bahwa secara statistik tidak
terdapat perbedaan tingkat
manajemen laba yang
signifikan antara sebelum dan
sesudah adopsi IFRS.
4 Restu Gusti dan Tyas
Pramesti
Variabel dependen:
manajemen laba
(1) semakin besar asimetri
informasi yang terjadi maka
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
7/26
7
Variable independen:
asimetri informasi,
ukuran perusahaan,
kepemilikan manajerial
semakin tinggi tingkat
manajemen laba,
(2) semakin besar ukuran
perusahan, maka akan semakin
rendah kemungkinan
terjadinya manajemen laba, (3)
semakin besar jumlah saham
yang dimiliki oleh manajer
maka semakin tinggi tingkat
manajemen laba,
(4) Secara bersamaan setiap
perubahan yang terjadi pada
asimetri informasi, ukuran
perusahaan dan kepemilikan
manajerial mempengaruhi
manajemen laba,
(5) Berdasarkan nilai Adjust R
Square menunjukkan bahwa
53% manajemen laba
dijelaskan oleh variabel-
veriabel asimetri informasi,
ukuran perusahaan dan
kepemilikan manajerial,
sedangkan 47% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang
tidak termasuk dalam
penelitian ini.
5 Ni Ketut Muliati Variabel dependen:
manajemen laba
Variabel independen:
asimetri informasi dan
ukuran perusahaan
(1) Asimetri informasi
berpengaruh positif pada
praktik manajemen laba.
Semakin tinggi asimetri
informasi semakin tinggi
peluang yang dimiliki manajer
untuk melakukan praktik
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
8/26
8
manajemen laba. Dengan
demikian hipotesis pertama
dalam penelitian ini diterima.
(2) Ukuran perusahaan
terbukti berpengaruh negatif
pada praktik manajemen laba.
Terdapat dua pandangan
tentang bentuk hubungan
ukuran perusahaan pada
praktik manajemen laba yaitu
pandangan pertama yang
menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki hubungan
positif dengan praktik
manajemen laba seperti yang
dilakukan oleh Halim, dkk.
(2005) dan Moses (1997).
Pandangan kedua yang
menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki hubungan
negatif dengan manajemen
laba seperti yang dilakukan
oleh Marrakchi (2001) serta
Veronica dan Siddharta
(2005). Jadi, hasil pengujian
dalam penelitian ini
mendukung pandangan yang
menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki hubungan
negatif dengan manajemen
laba, karena perusahaan yang
lebih besar kurang memiliki
dorongan untuk melakukan
manajemen laba dibandingkan
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
9/26
9
perusahaan-perusahaan kecil
dan perusahaan besar
dipandang lebih kritis oleh
pemegang saham dan pihak
luar.
6 RR. Sri Handayani dan
Agustono Dwi Rachadi
Variabel dependen:
manajemen laba
Variabel independen:
ukuran perusahaan
(1) adalah perusahaan sedang
dan besar, tidak terbukti lebih
agresif dalam melakukan
manajemen laba melalui
mekanisme pelaporan laba
positif, baik untuk
menghindari earnings losses
maupun earnings decreases.
Seperti halnya Size Hypothesis
,bahwa semakin besar
perusahaan akan cenderung
untuk menurunkan praktik
manajemen laba, karena
perusahaan besar secara politis
lebih mendapat perhatian dari
institusi pemerintahan
dibandingkan dengan
perusahaan kecil.
(2) varaiabel kontrol
pertumbuhan penjualan,
kinerja laba periode
sebelumnya, capital intencity
ratio, status KAP dan
Komisaris Independen, tidak
terbukti berpengaruh terhadap
probabilitas terjadinya
manajemen laba untuk
menghindari earnings losses.
(3) varaiabel kontrol
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
10/26
10
pertumbuhan penjualan,
kinerja laba periode
sebelumnya, capital intencity
ratio berpengaruh sangat
signifikan terhadap perilaku
pelaporan laba positif untuk
bisa menghindari earnings
decreases. Status KAP dan
Komisaris Independen tidak
berpengaruh pada perilaku
tersebut.
7 Nurul Hasni Variabel dependen:
manajemen laba
Variabel independen:
aktiva pajak tangguhan
dan ukuran perusahaan
dan probabilitas
perusahaan
(1) Aktiva Pajak Tangguhan
mempunyai pengaruh
signifikan terhadap
probabilitas perusahaan
melakukan manajemen laba,
(2) Ukuran Perusahaan tidak
mempunyai pengaruh
signifikan terhadap
probabilitas perusahaan
melakukan manajemen laba,
(3) Aktiva Pajak Tangguhan
dan Ukuran Perusahaan secara
bersama-sama mempunyai
pengaruh signifikan terhadap
probabilitas perusahaan
melakukan manajemen laba,
(4) modal sendiri dan hutang
jangka panjang mempunyai
pengaruh sebesar 37%
terhadap profitabilitas
sedangkan 63% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
11/26
11
5.2.Tinjauan teoretis5.2.1. Teori Keagenan (agency theory)
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual antara dua atau
lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain
disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision
making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan
suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak
kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal
diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Scott (2000) dalam Ni Ketut Muliati (2011) menyatakan bahwa perusahaan
mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para
manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Dimana
antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan
informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih
banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga
menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki
oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan
keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya. Sedangkan bagi
pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif
tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi
yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor.
Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan
antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan
kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang
selalu meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh
investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Masalah keagenan muncul karena
adanya perilaku oportunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk
memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan
principal. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metoda
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
12/26
12
akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan
mendapatkan bonus dariprincipal.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Ni Ketut Muliati (2011), menyatakan bahwa
jika kedua kelompok (agent dan principal) tersebut adalah orang-orang yang
berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka alasan yang kuat untuk meyakini bahwa
agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Jensen
dan Meckling (1976) mengidentifikasi kos keagenan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) the monitoring expenditure by the principal adalah kos pengawasan yang harus
dikeluarkan oleh pemilik; 2) the bonding cost adalah kos yang harus dikeluarkan
akibat pemonitoran yang harus dikeluarkan prinsipal kepada agen; 3) the residual
loss adalah pengorbanan akibat berkurangnya kemakmuran prinsipal karena
perbedaan keputusan antara prinsipal dan agen.
5.2.2. Manajemen LabaDi kutip dari tesis Ni Ketut Muliati (2011), Scott (2000) membagi cara
pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku
oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak
kompensasi, kontrak utang danpolitical costs (oportunistic Earnings Management).
Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting
(Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu
fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi
kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat
dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham
perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba
(income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Healy dan Wahlen (1999) dalam tesis Ni Ketut Muliati (2011) menyatakan
bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi
manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan
judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah
peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti
perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun,
pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu
manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan
metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
13/26
13
mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki
akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba
merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu
pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut
sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Naim, 2000). Berdasarkan
penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba adalah intervensi
manajemn terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan yang dilakukan oleh
manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang diperkenankan dalam
proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai tujuan/maksud tertentu,
sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.
Menurut Scott (2003: 377) yang dikutip dari Nurul Hasni (2013) terdapat
berbagai motivasi dalam perusahaa dalam hal ini manajer melakukan manajemen
laba yaitu:
a. Bonus Plan,b. Contructive incentivec. Stock price Effect.d. Motivasi politik.e. Taxtion Motivation.f. Change of Chief Executive Officer (CEO) .Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Naim (2000)dalam Ni
Ketut Muliati dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansiCara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap
estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi
kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud,
estimasi biaya garansi, dan lain-lain.
2) Mengubah metoda akuntansiPerubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi,
contoh : merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi
angka tahun ke metoda depresiasi garis lurus.
3) Menggeser perioda biaya atau pendapatan.
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
14/26
14
Contoh rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain:
mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan
sampai pada perioda akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda
pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda
pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang
sudah tak dipakai.
Dikutip dari Ni Ketut Muliati (2011), bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa
earnings atau laba telah dijadikan sebagai suatu target dalam proses penilaian pretasi
usaha suatu departemen secara khusus (manajer) atau perusahaan (organisasi) secara
umum (Gumanti, 2000). Laba dan tingkat keuntungan juga merupakan alat untuk
mengurangi biaya keagenan (agency costs), dari sisi teori keagenan. Misalnya, pada
saat keuntungan dijadikan sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini akan
menciptakan dorongan kepada manajer untuk memanipulasi data keuangan agar
dapat menerima bonus seperti yang diinginkannya. Selain itu, mengingat akan
pentingnya keuntungan atau perolehan secara akuntansi (accounting income) untuk
pembuatan keputusan oleh banyak pihak, misalnya investor.
Richardson (1998) dalam Ni Ketut Muliati (2011) menunjukkan bukti hubungan
antara ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang
diajukan adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi
tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitian
Richardson menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran
ketidakseimbangan informasi (bid-ask spreads dan analyst forecast dispersion) dan
manajemen laba setelah mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi
manajemen laba, seperti variabilitas aliran kas, ukuran, risiko, dan pengungkapan
keuangan perusahaan.
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Ni Ketut Muliati (2011) dapat
dilakukan dengan cara:
1. Taking a BathPola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa datang.
2. Income Minimization
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
15/26
15
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang
tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun
drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
3. Income MaximizationDilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus
yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian hutang.
4. Income SmoothingDilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
5.2.3. Asimetri InformasiDikutip dari tesis Ni Ketut Muliati (2011) asimetri informasi merupakan suatu
keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang
tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menambahkan
bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang
berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk
meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan
prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi
agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang
menyimpang. Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral hazard.
1) adverse selectionAdverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau
lebih yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau
transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain.
Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan
dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan
prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.
2) moral hazardMoral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau
lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha
atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka
dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
16/26
16
lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan
pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan
perusahaan besar.
Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer
(agent) dengan pemegang saham (principal). Asimetri informasi ini timbul ketika
manajer mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dimasa
depan dibanding dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Asimetri
informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas
prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Hal ini
memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba (Jensen dan
Meckling 1976).
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.
Richardson (1998) meneliti hubungan asimetri informasi dan manajemen laba pada
semua perusahaan yang terdaftar di NYSE periode akhir Juni selama 1988-1992.
Hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara magnitut
asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk
memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih
berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat
manajemen laba.
5.2.4. Kepemilikan ManajerialKepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer merupakan salah satu cara untuk
mengurangi kos keagenan dimana kepemilikan manajerial ini dapat mensejajarkan
kepentingan manajer dengan kepentingan pemilik.Kepemilikan manajerial
merupakan besarnya kepemilikan saham yang di miliki oleh manajer. Hasil penelitian
diatas mendukung bukti bahwa kepemilikan manajerial mengurangi dorongan
oportunistik manajer sehingga akan mengurangi manajemen laba. Kepemilikan
seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola.
Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh
pihak manajemen cenderung akan mempengaruhi tindakan manajemen laba (Gideon,
2005).
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
17/26
17
5.2.5. Ukuran PerusahaanDari tesis Ni Ketut Muliati ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: log
total aktiva (Marihot dan Doddy, 2007), log total penjualan (Nuryaman, 2008),
kapitalisasi pasar (Halim, dkk. 2005). Machfoedz (1994) dalam Mardiyah (2001)
menejelaskan bahwa pada dasarnya ukuran perusahan hanya terbagi dalam 3 katagori
yaitu perusahaan besar (large firms), perusahaan sedang (medium firms), perusahaan
kecil (small firms). Penentuan ukuran perusahaan ini adalah bedasarkan kepada total
aktiva perusahaan.
Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang
lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar
terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor,
kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang
akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap
besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan
terhadap masyarakat secara umum.
Sudharmadji (2007:54) ukuran perusahaan (size) adalah indikasi ukuran sebuah
perusahaan yang memperlihatkan pencapaian skala produksi sebuah perusahaan. Size
yang dimiliki perusahaan jika mengalami peningkatan mengidentifikasikan
meningkatkan kinerja perusahaan dari sudut penjualan dan laba.
Husnan (2001: 20) mengungkapkan nilai total assets yang besar tidak selamanya
menunjukkan peningkatan kinerja, adakalanya nilai total assets yang besar terjadi
karena adanya sejumlah assets yang tidak dimanfaatkan secara baik di dalam
perusahaan
Menurut Sujoko dan Ugy Soebiantoro (2007:45) Kebijakan utang perusahaan
dipengaruhi oleh ukuran perusahaan dan terhadap hubungan yang positif antara
ukuran perusahaan dan rasio utang. Ukuran perusahaan juga merupakan faktor yang
mempunyai pengaruh dalam struktur modal suatu perusahaan. Ukuran perusahaan
merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam total aktiva
perusahaan pada neraca akhir tahun. Semakin besar ukuran suatu perusahaan berarti
semakin besar aktiva yang bisa dijadikan jaminan untuk memperoleh utang sehingga
struktur modal meningkat.
Menurut Phalipu (2005) ukuran perusahaan sangat identik dengan besarnya
skala produksi yang dihasilkan sebuah perusahaan dalam satu periode tertentu.
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
18/26
18
Bentuk-bentuk ukuran perusahaan terdiri total nilai penjualan, besarnya nilai
kapitalisasi pasar dan struktur assets yang dimiliki perusahaan. Secara umum bentuk-
bentuk ukuran perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Total Penjualan,2. Kapitalisasi Pasar,3. Total assets,Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dapat dibai kedalam tiga
bentuk yaitu total nilai penjualan, total niali kapitalisasi pasar dan total assets yang
dimiliki perusahaan dalam suatu periode. Semakin besar nilai tiga komponen tersebut
memperlihatkan semakin besarnya ukuran sebuah perusahaan.
Dikutip dari Restu Agusti dan Tyas Pramesti, Mpaata dan Sartono (1970 dalam
Santi (2008) mengatakan bahwa besaran perusahaan / skala perusahaan adalah
ukuran perusahaan yang di tentukan dari jumlah total asset yang dimiliki perusahaan.
Penelitian Defond (1993) dalam Veronica dan Bachtiar (2003) menemukan bahwa
ukuran perusahaan berkorelasi secara positif dengan manajemen laba. Perusahan
besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba,
karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi
ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Selain itu, semakin besar
perusahaan, semakin banyak estimasi dan penilaian yang perlu diterapkan untuk tiap
jenis aktivitas perusahaan yang semakin banyak Santi (2008).
Dalam RR. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi (2011), sebagian besar
peneliti menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi sensitifitas pilotis dan
perilaku manajer dalam melaporkan kinerja keuangannya (Pacecca:1995).
Zimmerman (1983) menyarankan untuk menggunakan proksi ukuran perusahaan
dalam kerangka political cost. Berdasarkan size hypothesis yang dipaparkan oleh
Watt dan Zimmerman (1986), berasumsi bahwa perusahaan besar secara politis, lebih
besar melakukan transfer political cost dalam kerangkapolitic process, dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Lebih lanjut beberapa peneliti berhasil membuktikan bahwa
political process memiliki dampak pada pemilihan prosedur akuntansi oleh
perusahaan yang berukuran besar (Watt dan Zimmerman: 1986).
5.3.Perumusan hipotesis dan kerangka konseptual5.3.1. Perumusan Hipotesis
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.
Richardson (1998) dalam Ni Ketut Muliati (2011) berpendapat bahwa terdapat
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
19/26
19
hubungan yang sistematis antara asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba.
Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi
yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran
kinerja manajer. Fleksibelitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi
dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas
laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa asimetri informasi dapat
mempengaruhi manajemen laba. Teori keagenan (Agency Theory) mengimplikasikan
adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini
adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika
manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang
akan datang dibandingkan pemegang saham danstakeholder lainnya. Jika dikaitkan
dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer
dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna
memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi.
Cristie & Zimmerman (1994) dalam Ni Ketut Muliati (2011) membuktikan
bahwa perusahaan yang melakukan takeover cenderung memilih metoda depresiasi
dan metode pencatatan persediaan, yang dapat meningkatkan laba akuntansi.
Berdasarkan penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa terdapat sikap opportunistic
manajemen dalam kasus ambil alih perusahaan, sekalipun alasan utama pemilihan
metode akuntansi didasarkan pada pertimbangan efisiensi atau pertimbangan
memaksimalkan nilai perusahaan.
Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer
(agent) dengan pemegang saham (principal). Asimetri informasi ini timbul ketika
manajer mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dimasa
depan dibanding dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Asimetri
informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas
prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Hal ini
memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba (Jensen dan
Meckling 1976).
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.
Richardson (1998) meneliti hubungan asimetri informasi dan manajemen laba pada
semua perusahaan yang terdaftar di NYSE periode akhir Juni selama 1988-1992.
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
20/26
20
Hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara magnitut
asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk
memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih
berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat
manajemen laba.
H1: asimetri informasi memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba
Kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer merupakan salah satu cara untuk
mengurangi kos keagenan dimana kepemilikan manajerial ini dapat mensejajarkan
kepentingan manajer dengan kepentingan pemilik.Kepemilikan manajerial
merupakan besarnya kepemilikan saham yang di miliki oleh manajer. Hasil penelitian
diatas mendukung bukti bahwa kepemilikan manajerial mengurangi dorongan
oportunistik manajer sehingga akan mengurangi manajemen laba. Kepemilikan
seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola.
Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh
pihak manajemen cenderung akan mempengaruhi tindakan manajemen laba (Gideon,
2005).
H2: kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba
Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang
lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar
terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor,
kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang
akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap
besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan
terhadap masyarakat secara umum.
Dikutip dari Ni Ketut Muliati (2011), terdapat dua pandangan tentang bentuk
hubungan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Pandangan pertama
menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan manajemen
laba, karena perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks
dibandingkan perusahaan kecil, sehingga lebih memungkinkan untuk melakukan
manajemen laba. Moses (1997) mengemukakan bahwa perusahaan perusahaan
yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba
(salah satu bentuk manajemen laba) dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
21/26
21
memiliki biaya politik lebih besar. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas
perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.
Pandangan kedua menyatakan ukuran perusahaan memiliki hubungan negative
dengan manajemen laba. Marrakchi (2001) dalam Ni Ketut Muliati (2011) di
Amerika Serikat dengan menggunakan data sampel perusahaan industri tahun 1996
menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan
manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk
melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil, karena
perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar.
Perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih besar, sehingga mendapat
tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan pelaporan keuangan yang kredibel.
Veronica dan Siddharta (2005) dalam Ni Ketut Muliati (2011) meneliti di BEJ
(BEI) pada periode pengamatan 1995-1996 dan 1999-2002, menemukan ukuran
perusahaan berhubungan negatif signifikan dengan manajemen laba. Namun, Halim,
dkk. (2005) dengan data LQ 45 di BEJ (BEI) menemukan ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Penelitian Halim memiliki kelemahan
pada jumlah sampel, yang hanya menggunakan 27 emiten sector manufaktur.
Dikutip dari Restu Agusti dan Tyas Pramesti, Mpaata dan Sartono (19970 dalam
Santi (2008) mengatakan bahwa besaran perusahaan / skala perusahaan adalah
ukuran perusahaan yang di tentukan dari jumlah total asset yang dimiliki perusahaan.
Penelitian Defond (1993) dalam Veronica dan Bachtiar (2003) menemukan bahwa
ukuran perusahaan berkorelasi secara positif dengan manajemen laba. Perusahan
besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba,
karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi
ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Selain itu, semakin besar
perusahaan, semakin banyak estimasi dan penilaian yang perlu diterapkan untuk tiap
jenis aktivitas perusahaan yang semakin banyak Santi (2008).
H3: ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
22/26
22
5.3.2. Kerangka Konseptual
ASIMETRI
INFORMASI
UKURAN
PERUSAHAAN
KEPEMILIKAN
MANAJERIAL
MANAJEMEN
LABA
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
23/26
23
6. METODE PENELITIAN6.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Asosiatif.
Penelitian Asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan anara dua
variabel atau lebih. Hubungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal
yaitu hubungan yag bersifat sebab-akibat dimana terdapat variabel yang dipengaruhi (variabel
dependen) dan variabel-variabel yang mempengaruhi (variabel independen), Sugiyono
(2006).
6.2.Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni perusahaan perbankan pada
tahun 2005 sampai tahu 2009. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah selama 5
tahun, yakni sejak tahun 2005 hingga tahun 2009. Pemilihan rentang waktu tersebut
didasarkan pada pertimbangan bahwa selama tahun 2005 sampai tahun 2009 kondisi
perekonomian relative stabil.
6.3.Metode Penentuan SampelPopulasi penelitian adalah seluruh perusahaan perbankan publik yang ada di Indonesia
pada tahun 2001 sampai tahun 2008. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
metodapurposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Data laporan keuangan (kecuali laporan perubahan modal) perusahaan tersediaberturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2005 sampai dengan 2009. Laporan
keuangan harus tersedia berturut-turut adalah untuk menghitung manajemen laba.
2. Perusahaan sampel tersebut mempublikasikan laporan keuangan auditan dengantahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
3. Data harga saham tersedia selama perioda estimasi dan pengamatan.6.4.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI untuk
tahun 2005 hingga tahun 2009. Data terbaru menunjukkan jumlah perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI berjumlah 36 perusahaan.
6.5.Analisis Uji HipotesisPengujian hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari uji signifikansi simultan (uji F
statistic) dan uji koefisien determinasi.
a. Uji Regresi SimultanDigunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau
simultan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali:2005).
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
24/26
24
Langkah-langkah pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut:
a. memformulasikan hipotesis
b. menentukan level of significance () yaitu 5%
c. menentukan nilai koefisien determinasi (R2)
d. menentukan F hitung
e. criteria pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai Ftabeldengan Fhitung
b. Uji Koefisien DeterminasiUji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali: 2005). Uji koefisien determinasi
dilihat dari nilai adjusted R2 (koefisien determinasi) yang nilainya terletak antara 0 dan 1
(0 < adjusted R2 < 1)
-
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
25/26
25
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, Restu dan Pramesti, Tyas. Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial terhadap Manajaemen Laba. Fakultas Ekonommi Universitas
Riau.
Boediono, Gideon SB. 2005.Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium
Nasional Akuntansi 8 (Solo).
Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Halim, J, Meiden, C dan Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ45.
Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Handayani, Sri dan Dwi Rachadi, Agustono. 2011. Pengarauh Ukuran perusahaan terhadap
Manajemen Laba. Universitas Diponegoro.
Husnan Suad. 2001. Dasar-Dasar Management Keuangan dan Analisis. Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Jensen, Michael C and Meckling William H. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. October, Vol. 3,
No. 4
Marrakchi S.,Chtourou. Corporate Governance and Earning Management . 2001.
http://paper.ssrn.com.
Moses, Douglas O, 1997, Income Smooting and Incentives: Empirical Using Accounting
Changes, The Accounting Review, Vol.LXII,No.2, April,pp. 259-377).
http://paper.ssrn.com/http://paper.ssrn.com/http://paper.ssrn.com/ -
5/27/2018 Proposal Manajemen Laba
26/26
26
Muliati, N. K. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik
Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
UNIVERSITAS UDAYANA.
Nurul Hasni, Yosi Mulia, Dessy Haryani. 2013. Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan dan Ukuran
Perusahaan dan Probabilitas Perusahaan Melakukan Manajemen Laba pada
Perusahaan Manufaktur di BEI.
Phalipu, healy. 2005. Cooperate F inancial Statement. Grow Hill, Florida.
Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management : Some Evidence.
http/www.ssrn.com.
Sudharmadi, Aris Murdoko. 2007. Pengaruh Likuiditas, Size dan Profitabilitas Terhadap
Voluntary Disclosure. Study Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.Jurnal Manajemen Keuangan Universitas Ghunadarma, Jakarta.
Sugiyono. 2006.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.
Sujoko dan Soebiantoro Ugy. 2007. Pengaruh Kepemilikan Saham, Leverage, factor intern
dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan. Jurnal Ekonomi Manajemen dan
Kewirausahaan Petra, vol 9,no1,maret, hal 41-48.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Edisi pertama.Grasindo;
Jakarta
Veronica, Sylvia dan Bachtiar, Yanivi S. 2004. Good Corporate Governance, Information
Asymmetry, and Earnings Management. Simposium Nasional Akuntansi VII: 60-72.