proposal ibus'05

25
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII A SMP NEGERI 17 BANJARMASIN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Usulan Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian dalam Rangka Penyusunan Skripsi Oleh: Bustanil Arifin NIM A1C105012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

Upload: kang-ichan

Post on 24-Jun-2015

180 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Ibus'05

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA DI KELAS VII A SMP NEGERI 17 BANJARMASIN

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Usulan

Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan

Penelitian dalam Rangka Penyusunan Skripsi

Oleh:

Bustanil Arifin

NIM A1C105012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

OKTOBER 2008

Page 2: Proposal Ibus'05

USULAN

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA DI KELAS VII A SMP NEGERI 17 BANJARMASIN

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Oleh :

Bustanil Arifin

NIM A1C105012

Disetujui oleh pembimbing untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan

skripsi pada tanggal: Oktober 2008

Pembimbing I

H. Iskandar Zulkarnain, M.SiNIP. 131008404

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

H. Karim, M. SiNIP. 131998399

Pembimbing II

Dra. R. Ati Sukmawati, M.KomNIP. 132046791

i

Page 3: Proposal Ibus'05

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian dengan judul ”Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika

di Kelas VII A SMP Negeri 17 Banjarmasin dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Tahun Pelajaran 2008/2009” tepat

pada waktunya.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNLAM Banjarmasin

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

3. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNLAM Banjarmasin

4. H. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku Pembimbing I

5. Dra. R. Ati Sukmawati, M.Kom selaku Pembimbing II

6. Kepala Sekolah, Guru Matematika, dan Staf Tata Usaha SMP Negeri 17

Banjarmasin

7. Semua pihak yang telah membantu

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak memiliki

kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan yang

bersifat menyempurnakan tulisan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi

kita semua. Amien.

Banjarmasin, Oktober 2008

Penulis

ii

Page 4: Proposal Ibus'05

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA DI KELAS VII A SMP NEGERI 17 BANJARMASIN

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

I. Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No. 20, Tahun 2003).

Berdasarkan fungsi pendidikan nasional di atas, maka peran guru menjadi

kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain

mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa

untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

terprogram mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan

prasarana, pelayanan administrasi, dan informasi serta kualitas pembelajaran secara

utuh. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat

belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu

langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik atau metode

mengajar.

Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan

yang dikehendaki dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru

dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih

metode dan pendekatan yang tepat.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor

guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan

keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru

tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah

satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan.

1

Page 5: Proposal Ibus'05

Belajar matematika memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak

didik mudah memahami materi yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai

strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna.

Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan

pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa memuaskan.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru pengajar

mata pelajaran matematika menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas VII A

SMP Negeri 17 Banjarmasin terlihat menurun dan terlihat kurang bergairah dalam

menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias dalam

mengikuti pelajaran. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka secara

klasikal rendah. Dari hasil ulangan blok yang diadakan pada tanggal 16 September

2008 didapat data hanya sebanyak 5,88% (2 orang) siswa saja yang tuntas hasil

belajarnya dari jumlah keseluruhan 34 orang siswa. Peneliti menilai bahwa metode

yang selama ini diterapkan tidak memotivasi mereka untuk lebih aktif dan kreatif

dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal inilah yang diperkirakan menjadi

penyebab utama rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Keadaan ini

hendaknya segera direspon secara positif oleh guru dengan mencari alternatif model

pembelajaran yang efektif, yang membuat siswa mudah memahami materi pelajaran

matematika.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin memberikan suatu alternatif

dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah dengan

pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan

karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan

kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antarsiswa. Di samping

itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan

dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi

siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul

pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat

memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok

bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2

Page 6: Proposal Ibus'05

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru pengajar belum pernah

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sebelumnya. Di samping itu

model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja

sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman.

II. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di kelas VII A SMP Negeri 17

Banjarmasin tahun pelajaran 2008/2009.

III. Pembatasan Masalah

Salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa di kelas VII A

SMP Negeri 17 Banjarmasin tahun pelajaran 2008/2009 pada semester ganjil adalah

memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan

masalah. Standar kompetensi tersebut terdiri dari beberapa kompetensi dasar

diantaranya adalah melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan.

Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya kerancuan pemahaman dan

luasnya pembahasan, maka dibuat pembatasan permasalahan dalam penelitian, yaitu

penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan bilangan pecahan.

IV. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa di

kelas VII A SMP Negeri 17 Banjarmasin pada mata pelajaran matematika dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD).

3

Page 7: Proposal Ibus'05

V. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Guru

(a) membantu guru memperbaiki mutu pendidikan melalui pembelajaran

kooperatif tipe STAD,

(b) sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas,

(c) sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan yang lain.

(2) Siswa

(a) menumbuhkan motivasi belajar siswa,

(b) mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran,

(c) melatih siswa siswa berkolaborasi dengan siswa lain.

VI. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :

(1) Kesalahan-kesalahan siswa dalam menjawab setiap soal merupakan indikator

kesulitan dalam memahami konsep bilangan pecahan,

(2) Alat evaluasi yang digunakan memenuhi kriteria alat ukur yang baik,

(3) Hasil tes sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa,

VII. Tinjauan Pustaka

VII.1 Keberhasilan Proses Belajar

Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas mentransfer

materi dan mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun proses

pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan mengemukakan ide-ide

yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif siswa dan senantiasa

kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternatif. Di samping itu, guru juga

dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan diri melalui

proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.

Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa

dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah

4

Page 8: Proposal Ibus'05

satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai tekhnik-tekhnik atau

metode mengajar (Soetardjo, 1998).

Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian

manusia antara lain pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan,

sikap dan keyakinan. Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran siswa

di SMP. Berdasarkan hasil studi intensif yang dilakukan oleh Direktorat Dikmenum

(1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran di SMP cendrung texbook oriented

dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga motivasi belajar siswa

sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cendrung menghafal (Rustana, 2002).

Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki

dalam tingkah laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan

menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode

yang tepat (Nur, 2000).

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor

guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan

keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakekatnya guru

tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah

satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan

(Amiruddin, 1989).

Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi

pembelajaran. Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi juga

metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dan

membimbing siswa belajar. Penyusunan informasi, pilihan strategi pengajaran,

menentukan lingkungan pengajaran menjadi tanggung jawab guru. Pembelajaran

adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat individu

berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.

Proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan cara

penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa

berinteraksi dengan informasi itu (Wartono, 2004).

5

Page 9: Proposal Ibus'05

VII.2 Pembelajaran Kooperatif

VII.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar

dalam kelompok kecil. Dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih

individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama.

Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai

kelompok.

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara

lain: (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup

sepenanggungan bersama”, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) siswa haruslah melihat bahwa semua

anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa haruslah

membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5)

siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga

akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan

dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya, (7) siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif

dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ibrahim, 2000):

(a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya,

(b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah,

(c) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin berbeda-beda,

(d) penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

VII.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya

tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat

6

Page 10: Proposal Ibus'05

bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep

sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif

telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan

norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa

kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan

tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok

bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan

akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih

mendalam.

Pembelajaran kooperatif memiliki efek penting dalam penerimaan yang luas

terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, klas sosial, kemampuan maupun

ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang

berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain

atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk

menghargai satu sama lain.

Tujuan penting selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan

kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam

masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam

organisasi yang saling bergantung satu sama lain (Ibrahim, 2000).

VII.2.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6 langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif. Pelajaran

dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk

belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi. Selanjutnya siswa

dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat

siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.

Fase terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi

tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-

usaha kelompok maupun individu. Secara singkat langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif nampak pada tabel berikut (Corebima dkk., 2002):

7

Page 11: Proposal Ibus'05

Tabel Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku GuruFase 1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3Mengorganisasikan siswaKe dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

VII.2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan pendekatan

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD,

juga mengacu kepada belajar kelompok siswa dimana setiap minggu guru

menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah

menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen,

terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah.

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran

yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu

satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan atau

melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa

diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan (Ibrahim, 2000).

Pengetesan pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru meminta siswa

menjawab kuis tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan

8

Page 12: Proposal Ibus'05

suatu jenis tes obyektif tertulis (paper-and-pencil), sehingga butir-butir itu dapat

diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan. Laporan atau presensi kelompok

dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dan siswa hendaknya diberi

penghargaan perannya secara individual dan hasil kolektif.

Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai

yang diterapkan di luar sistem penilaian harian atau mingguan, konsisten dengan

konsep struktur penghargaan kooperatif, adalah penting bagi guru untuk menghargai

hasil kelompok berupa hasil akhir maupun perilaku kooperatif yang menghasilkan

hasil akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas penilaian ganda ini dapat menyulitkan guru

pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil kelompok

(Corebima dkk., 2002).

VIII.Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas VII A SMP Negeri 17

Banjarmasin pada mata pelajaran matematika.

IX. Metode Penelitian

IX.1 Jenis Penelitian

Ditinjau dari bagaimana penelitian ini dilakukan, maka penelitian ini

termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas,

merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara siklik dalam rangka

memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK bertujuan untuk

memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.

Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama antara

peneliti dengan guru mata pelajaran di lapangan. Peneliti hanya terlibat dalam

perencanaan, observasi, dan refleksi sedangkan pelaksanaan tindakan dilakukan

langsung oleh guru mata pelajaran.

IX.2 Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 17 Banjarmasin kelas VII A dengan

jumlah siswa sebanyak 34 orang. Kelas VII A menjadi pilihan karena penulis prestasi

belajar siswa tergolong rendah dibandingkan dengan kelas VII yang lain. Dari hasil

9

Page 13: Proposal Ibus'05

ulangan blok diperoleh data bahwa siswa yang tuntas belajarnya hanya 2 orang siswa

(5,88%).

IX.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009 di

kelas VII A SMP Negeri 17 Banjarmasin. Penelitian berlangsung pada tanggal 27

Oktober-29 November 2008 sebanyak 3 siklus dengan masing-masing siklus 4 kali

pertemuan. Tiap pertemuan berlangsung selama 40 menit.

IX.4 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran matematika

Kelas VII SMP Negeri 17 Banjarmasin yaitu Ibu Hj. Siti Rahmah, S.Pd untuk

mengamati aktivitas siswa dan peneliti selama berlangsungnya tindakan. Perlu

diketahui bahwa yang mengajar atau melaksanakan tindakan adalah guru mata

pelajaran sendiri sedangkan peneliti hanya sebagai perencana tindakan artinya

peneliti membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku,

sebagai pengumpul data, penganalisis data, dan sekaligus pembuat laporan hasil

penelitian.

IX.5 Rencana Tindakan

IX.5.1 Siklus Pertama

Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:

(1) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan instrumen penelitian seperti lembar observasi pengelolaan

pembelajaran kooperatif tipe STAD, kartu soal, dan kunci jawaban,

(2) Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan guru mata pelajaran. Guru mata

pelajaran sebagai pelaksana tindakan. Observer pada penelitian ini adalah teman

sejawat yang bertugas mengisi lembar observasi pengelolaan pembelajaran

kooperatif tipe STAD,

(3) Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti:

media pembelajaran, alat tulis, dan kertas,

(4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama empat kali pertemuan dengan

pendekatan konteks bilangan pecahan,

(5) Mengadakan evaluasi pertama sebagai pengumpulan data,

10

Page 14: Proposal Ibus'05

(6) Mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah diberikan.

IX.5.2 Siklus Kedua

(1) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan instrumen penelitian seperti lembar observasi pengelolaan

pembelajaran kooperatif tipe STAD, kartu soal, dan kunci jawaban,

(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama emapat kali pertemuan dengan

menggunakan konteks bilangan pecahan,

(3) Mengadakan evaluasi kedua sebagai penjaringan data,

(4) Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan pembelajaran yang telah

diberikan.

IX.5.3 Siklus Ketiga

(1) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada sub bahasan

menentukan bilangan pecahan,

(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan,

(3) Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.

IX.6 Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil ulangan harian

siswa pada setiap akhir siklus. Sumber data adalah seluruh siswa yang menjadi subjek

penelitian yaitu kelas VII A SMP Negeri 17 Banjarmasin yang berjumlah 34 orang

siswa yang merupakan sumber data secara klasikal.

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan

instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah

berupa soal tes pilihan ganda.

IX.7 Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan

Data yang diperoleh dari hasil ulangan harian dikumpulkan kemudian

dianalisis melalui perhitungan persentasi, untuk menghitung persentasi digunakan

rumus berikut:

(1) Ketuntasan Individu

11

Page 15: Proposal Ibus'05

(2) Ketuntasan Klasikal

IX.8 Indikator Keberhasilan

Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas (PTK) ini

adalah adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dan memenuhi kriteria belajar

tuntas. Untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam belajar digunakan ketentuan

sebagai berikut (Depdikbud, 1994):

(1) siswa secara individu telah mencapai skor minimal 65% dalam menyelesaikan

soal tes,

(2) secara klasikal ada 85% siswa yang telah mencapai skor 65%.

Prestasi belajar siswa dikatakan baik jika telah menunjukkan adanya

peningkatan hasil ulangan harian dari siklus 1 ke siklus berikutnya.

X. Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, dan Penilai. http://muhlis.files.wordpress.com/2008/05/pyk-ok-suharsimi-arikunto.pdf.

Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung, Yrama Widya.

Dwitagama, Dedi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas – LPM UNJ. http://dedidwitagama.wordpress.com/2007/11/30/penelitian-tindakan-kelas-pm-unj/.

Ghony, Djunaidi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang, UIN-Malang Press.

Tampomas, Husein. 2006. Matematika Plus Kelas VII Semester Pertama. Bogor, Yudhistira.

Ibrahim. 2000. Artikel Pembelajaran Kooperatif. http://worknet.com/kooperatif.html.

Priyoananto, Lulus. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Matematika. http://www.sman3blitar.net/content/view/139/198/.

Rustam & Mundilarto. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional.

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta, Pustaka Book Publisher.

12

Page 16: Proposal Ibus'05

Tim Dosen Skripsi. 2007. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Edisi III, Jurusan Pendidikan MIPA-FKIP-UNLAM, Banjarmasin.

Trimo. 2007. Artikel Penelitian Tindakan Kelas - Sebuah Refleksi Pembangkitan Profesionalisme Guru. http://re-searchengines.com/1207trimo1.html.

13