proposal eri

Upload: eri-mizwar-xf

Post on 14-Oct-2015

68 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Contoh proposal

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja (K-3) merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan timbulnya dampak, baik terhadap tenaga kerja maupun pada masyarakat di lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja dapat digolongkan menjadi golongan fisik, kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis (Sukar, 2003).Umumnya, sekitar 120 juta orang diperkirakan telah mengalami gangguan pendengaran. Di Amerika Serikat pada tahun 1990, sekitar 30 juta orang terpapar dengan tingkat kebisingan di atas 85 dB setiap hari kerjanya, dibandingkan dengan lebih dari sembilan juta orang pada tahun 1981, sebagian besar dari mereka bekerja di produksi dan industri manufaktur. Di Jerman dan negara-negara maju lainnya, sebanyak 4 dari 5 juta pekerja, yang merupakan 12-15% dari semua orang yang dipekerjakan, dihadapkan pada tingkat kebisingan 85 dB, mengakibatkan lebih dari 20% dari pekerja tersebut mengalami gangguan pendengaran (WHO, 2001).Berdasarkan Survey Kesehatan Indera Pendengaran yang dilaksanakan ke delapan provinsi di Indonesia pada tahun 1993-1996 diperoleh prevalensi morbiditas telinga hidung tenggorokan (THT) sebanyak 38,6 persen, morbiditas gangguan telinga 18,5 persen, gangguan pendengaran 16,8 persen dan ketulian 0,4 persen (Indra, 2004).Kebisingan yang menyebabkan gangguan pendengaran (Noise induced hearing loss) adalah gangguan pendengaran permanen akibat kontak yang terlalu lama dengan tingkat kebisingan yang tinggi. Paparan kebisingan yang berlebihan adalah penyebab paling umum gangguan pendengaran (American hearing Research Foundation, 2008).Kurang pendengaran akibat bising terjadi secara perlahan, dalam waktu hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak disadari oleh penderitanya, sehingga pada saat penderita mulai mengeluh kurang pendengaran, biasanya sudah dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan (irreversible). Kondisi seperti ini akan menyebabkan menurunnya derajat kesehatan masyarakat pekerja yang akhirnya mempengaruhi produktivitas tenaga kerja.Tempat- tempat seperti bengkel, tukang las, tempat hiburan, biasanya memiliki intensitas kebisingan yang lebih tinggi yang kadang kala tanpa disadari, menyebabkan gangguan pendengaran bagi para pekerja yang mengabaikan penggunaan alat pelindung telinga atau orang-orang sekitar dengan pemaparan yang lama. Disadari, masih banyak pekerja yang belum mengerti tentang pengaruh kebisingan terhadap pendengaran, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kebisingan yang menyebabkan gangguan pendengaran. Oleh karena itu peneliti memilih penelitian dengan judul, Pengaruh kebisingan terhadap status pendengaran.1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan penelitian yang dapat ditarik adalah :1. Apakah ada perbedaan tajam pendengaran orang yang terpajan kebisingan dengan tidak terpajan kebisingan?

2. Adakah hubungan antara tingkat kebisingan, lama pajanan kebisingan, dan durasi kebisingan terhadap tajam pendengaran?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui Pengaruh kebisingan terhadap status pendengaran.1.3.2 Tujuan Khusus1. Menentukan perbedaan tajam pendengaran orang yang terpajan kebisingan dengan tidak terpajan kebisingan.

2. Mengetahui hubungan antara penurunan tajam pendengaran terhadap tingkat kebisingan, lama terpajan, dan durasi kebisingan.1.3.3 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja, terutama masalah gangguan pendengaran akibat kebisingan khususnya di daerah Banda Aceh.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat, khususnya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.1.4 Hipotesis1.4.1 Hipotesis Nol (Ho )

Terdapat hubungan antara kebisingan dengan status pendengaran.1.4.2 Hipotesis Alternatif (Ha )

Tidak terdapat hubungan antara kebisingan dengan status pendengaran.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Pendengaran2.1.1 Anatomi Telinga dan Mekanisme MendengarTelinga terdiri dari 3 bagian utama, yaitu :

a. Telinga bagian luar

Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (auditory canal), dibatasi oleh membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan menyebabbkan membran timpani bergeser. Semakin tinggi frekuensi getaran cepat pula membran tersebut bergetar begitu juga pula sebaliknya.b. Telinga bagian tengah

Terdiri dari yaitu 3 tulang kecil (tulang pendengaran yang halus). Martil landasan-sanggurdi yang berfungsi memperbesar getaran dari membran timpani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea.

c. Telinga bagian dalam

Telinga bagian dalam disebut juga koklea dan berbentuk rumah siput. Cochlea mengandung cairan yang didalamnya terdapat membran basilier dan organ corti yang terdiri dati sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Getaran dari oval window akan diteruskan oleh cairan dalam cochlea, mengantarkan membran basilier. Getaran ini merupakan impuls bagi organ corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui saraf pendengar (Nervus cochlearis) (Buchari, 2007).2.1.2 Fisiologi PendengaranProses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran reissner, yang mendorang endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari bahan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter kedalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 40) di lobus temporalis (Soepardi, 2001).

2.1.3 Gangguan Fisiologi Telinga

Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan gangguan telinga bagian dalam menyebabkan tuli saraf, yang terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea.

Sumbatan tuba eustachius menyebabkan gangguan telingah dan akan menyebabkan tuli konduktif. Gangguan pada vena jugulare berupa aneurisma akan menyebabkan telinga berbunyi sesuai dengan denyut jantung.

Antara inkus dan maleus berjalan cabang n. Fasialis yang disebut korda timpani. Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma mungkin korda timpani terjepit, sehingga timbul gangguan pengecap.

Di dalam telinga tengah terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran. Obat-obat dapat merusak stria vaskularis, sehingga saraf pendengaran rusak, terjadi tuli saraf. Setelah pemakaian obat otostatik seperti streptomisin, akan terdapat gejala gangguan pendengaran berupa tuli saraf dan gangguan keseimbangan.

Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli saraf (sensorineural deafness) serta tuli campur (mixed deaffness). Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Pada tuli saraf (perspektif, sensorineural) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam),nervus VIII atau di pusat pendengaran, sedangkan tuli campur, disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli campur dapat merupakan suatu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan telinga tengah (tuli konduktif). Jadi, jenis ketulian sesuai dengan letak kelainan (Soepardi, 2001).2.1.4 Definisi Gangguan Pendengaran

Gangguan Pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.

Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut.GradasiParameter

Normal: Tidak mengalami kesulitan dalm percakapan biasa (6 meter)

Sedang: Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak > 1,5 m Menengah: Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak > 1,5 m

Berat: Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak > 1,5 m

Sangat Berat: Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak < 1,5 m

Tuli total: Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi

(Buchari, 2007)

Menurut ISO dalam derajat ketulian adalah sebagai berikut (Buchari, 2007) :

1. Jika peningkatan ambang dengar antara 0 25 dB, masih normal

2. Jika peningkatan ambang dengar antara 26 40 dB, disebut tuli ringan

3. Jika peningkatan ambang dengar antara 41 - 60 dB, disebut tuli sedang

4. Jika peningkatan ambang dengar antara 61 - 90 dB, disebut tuli berat

5. Jika peningkatan ambang dengar > 90 dB, disebut tuli sangat berat2.2 Tingkat Kebisingan2.2.1 Definisi Kebisingan

Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin tik/komputer, mesin cetak dan sebagainya. Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan bagian dari kerja kita, tetapi tidak kita inginkan,misalnya bunyi teriakan orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya. Bunyi yang tidak kita inginkan atau tidak dikehendaki inilah yang sering disebut dengan bising atau kebisingan (Notoatmodjo, 2003).Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.(SK Menaker, 1999)Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kwalitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi, dan pola waktu.2.2.2 Jenis Kebisingan

Berdasarkan sifat spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas :

Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar.

Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia jhanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500,1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji sirkuler, katup gas.

Bising terputus-putus (intermiten). Bising disini tidak terjadi secara terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang.

Bising impulsif. Bising ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam.

Bising impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang, misalnya mesin tempa.Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi atas :

a. Bising yang mengganggu (Irritabling noise). Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur.b. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.c. Bunyi yang merusak (damaging / injurious noise). Adalah bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas (NAB). Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran (Buchari, 2007).2.2.3 Pengaruh / Akibat-akibat KebisinganTabel 2.1 Jenis-jenis dari Akibat-akibat Kebisingan

TipeUraian

Akibat-akibat badaniahKehilangan pendengaranPerubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, Perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan.

Akibat-akibat fisiologisRasa tidak nyaman atau stres meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering

Akibat-akibat psikologis Gangguan emosionalKejengkelan, kebingungan

Gangguan gaya hidupGangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dsb.

Gangguan pendengaranMerintangi kemampuan mendengarkann TV, radio, percakapan, telpon dsb.

(sumber : Osaka Prefecture, 2006)2.2.4 Tuli Akibat Bising

Tuli akibat bising (noise induced hearing loss) adalah tuli yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga. Secara audiologik, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi. Bising yang intensitasnya 85 desibel atau lebih dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran Corti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan adalah alat corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000 Hz sampai dengan 6000 Hz dan yang terberat kerusakan alat Corti untuk resetor bunyi yang berfrekuensi 4000 Hz (Soetirto, 2001).Perubahan ambang batas pendengaran pada kebisingan salah satu penyebabnya adalah kematian sel-sel rambut di telinga. Sel-sel sensorik koklea termasuk sel-sel rambut luar dan dalam yang berfungsi sebagai transduser mechano-listrik dan mekanik mengkonversi stimulus untuk kegiatan saraf. Trauma akustik seperti paparan bising yang intens menyebabkan sel-sel tersebut mati. Kehilangan sel-sel rambut menyebabkan kehilangan pendengaran permanen, penyebab umum yang diperolehdari gangguan pendengaran pada orang dewasa. Memahami sel-sel rambut koklea akustik menanggapi rangsangan berlebihan adalah penting untuk mengeksplorasi strategi pelindung untuk mengurangi kebisingan yang disebabkan gangguan pendengaran (Hu, 2009).2.2.4.1 Penyebab Tuli Akibat Bisinga. Intensitas suaraIntensitas suara diukur dalam desibel (dB). Intensitas tinggi suara menyebabkan lebih banyak kerusakan pada pendengaran. Banyak ahli sepakat bahwa apabila terus-menerus terpapar suara yang intensitasnya lebih dari 85 desibel dapat menjadi berbahaya.b. Frekuensi Tinggi rendah suara diukur dalam frekuensi getaran suara per detik, yang disebut Hertz (Hz). Frekuensi diukur dalam siklus per menit, atau Hertz (Hz). Semakin tinggi nada suara, semakin tinggi frekuensi. Umumnya kebisingan menyebabkan kehilangan pendengaran terjadi di lapangan sekitar 2000-4000 Hz.c. Durasi

Durasi (lamanya paparan terhadap kebisingan) dapat mempengaruhi tingkat kebisingan yang disebabkan gangguan pendengaran. Semakin lama terpapar terhadap suara yang keras, semakin beresiko terhadap gangguan pendengaran.

d. Occupational noiseKebiasaan paparan terhadap kebisingan di atas 85 dB akan menyebabkan kehilangan pendengaran secara bertahap di sejumlah individu, dan suara-suara keras akan mempercepat kerusakan ini. Untuk melindingi telinga, waktu pemaparan dikurangi setengah setiap kenaikan 5 dB rata-rata tingkat kebisingan. Sebagai contoh, paparan terbatas untuk 8 jam per hari pada 90 dB, 4 jam per hari pada 95 dB, dan 2 jam per hari pada 100 dB. Diperbolehkan tertinggi paparan kebisingan untuk dilindungi telinga adalah 115 dB selama 15 menit per hari. Kebisingan di atas 140 dB tidak diizinkan (American Hearing Research Foundation, 2009).2.2.4.2 Gejala Tuli Akibat Bising

kurang pendengaran disertai tinitus (berdenging di telinga) atau tidak. Bila sudah cukup berat disertai keluhan sukar menangkap percakapan dengan kekerasan biasa dan bila sudah lebih berat percakapan yang keras pun sulit dimengerti. Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran dapat menimbulkan reaksi adaptasi, peningkatan ambang sementara dan peningkatan ambang dengar menetap (Soetirto, 2001).2.2.4.3 Pencegahan

a. Kurangi ekspos terhadap kebisingan. Langkah ini terutama penting bagi orang-orang yang bekerja di tempat-tempat yang bising dan yang pergi ke dan dari tempat kerja di kota yang bising lalu lintas. Alat penutup telinga khusus yang melindungi telinga tersedia untuk orang-orang yang bekerja di lingkungan yang bising (seperti di mesin berat). Anda juga dapat mengurangi paparan kebisingan dengan memilih aktivitas rekreasi yang tenang daripada yang berisik.b. Mengembangkan kebiasaan memakai penutup telinga saat akan terkena kebisingan untuk waktu yang lama. Penyumbat telinga ini dapat melindungi telinga hingga 25 dB suara. Anda harus selalu memakai pelindung telinga ketika mengendarai sepeda motor, menghadiri konser, ketika menggunakan peralatan listrik, mesin pemotong rumput atau ketika bepergian dalam kendaraan bermotor keras.c. Gunakan bahan penyerap suara untuk mengurangi kebisingan di rumah dan di tempat kerja. Karet tikar dapat diletakkan di bawah peralatan dapur berisik, komputer printer dan mesin tik untuk mengurangi kebisingan. Tirai, dan karpet juga membantu mengurangi kebisingan dalam ruangan. Double-pane windows dapat mengurangi jumlah suara yang masuk di luar rumah atau tempat kerja.d. Jangan menggunakan beberapa mesin berisik pada waktu yang sama. Usahakan televisi, stereo dan headset volume rendah. Kenyaringan adalah kebiasaan yang dapat rusak.e. Jangan mencoba untuk meredam kebisingan yang tidak diinginkan dengan suara lain. Sebagai contoh, membesarkan volume radio mobil Anda atau headset untuk meredam kebisingan lalu lintas atau membesarkan volume suara televisi sambil menyedot debu.f. Selalu memeriksakan kesehatan telinga Anda. Orang yang beresiko terkena gangguan pendengaran harus selalu memeriksakan telinganya ke Dokter setiap tahun. seseorang berisiko terkena ganggpendengaranuan jika secara teratur terpapar suara keras di tempat kerja atau bermain.(American Academy of Family Physicians, 2009)2.3 Lama Terpajan2.3.1 Nilai Ambang Batas

Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima pekerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A (dBA). Kebisingan yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan dalam tabel di bawah ini.Tabel 2.2 NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN Waktu pemajanan per hari Intensitas Kebisingan dalam dBA

8Jam 85

488

291

194

30Menit 97

15100

7,5103

3,75106

1,88109

0,94112

28,12Detik 115

14,06118

7,03121

3,52124

1,76127

0,88130

0,44133

0,22136

0,11139

Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.Sumber : (SK Menaker, 1999)

BAB III

METODE PENELITIAN3.1 Jenis dan Rancangan PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan pendekatan secara cross sectional untuk melihat hubungan antara tingkat kebisingan dan lama pajanan dengan status pendengaran.

Pada penelitian ini, peneliti akan melihat 2 faktor utama dalam menilai hubungan antara kebisingan terhadap status pendengaran pekerja. Kedua faktor tersebut adalah faktor kebisingan dan faktor status pendengaran pekerja. Dari faktor kebisingan, variabel-variabel yang dapat diukur sebagai variabel bebas (independent variables) adalah, usia pekerja, masa kerja, tingkat kebisingan. Status pendengaran pekerja merupakan variabel terikat (dependent variable).Varibel pada penelitian ini adalah :

a. Variabel terikat: status pendengaranb. Variabel bebas: tingkat kebisingan, lama pajanan, dan durasi kebisingan

Gambar 3.1 Bagan Kerangka KonsepTabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Bebas dan TerikatVariabel penelitianDefininsi operasionalAlat ukurCara ukurHasil ukurSkala ukur

Status pendengaranPenilaian terhadap status pendengaranAudiometriMengukur pendengaran dan mencatat hasilnyaMengalami gangguan atau tidakOrdinal

Tingkat kebisinganTingkat kebisingan yang diukur di tempat bekerjaMenggunakan sound level meterMengukur tingkat kebisingan dan mencatat hasilnyaDalam hitungan desibel (db)

Nominal

Lama pajananLamanya pekerja bekerja di lingkungan kebisingan lebih dari satu tahunCatatan observasiWawancaraDalam hitungan hari, bulan, tahunNominal

Durasi KebisinganLamanya pekerja terpapar kebisingan dalam satu hariCatatan observasiWawancaraDalam hitungan detik/menit/jamNominal

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di sejumlah tempat bengkel las di kota Banda Aceh 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 20 Januari 20 Juni 2010.3.3 Instrumen (Alat Pengumpulan Data)a. Catatan wawancara.

b. Sound level meter untuk mengukur tingkat kebisingan di bengkel las.

c. Audiometer untuk mengukur gangguan pendengaran.d. Gluko Check untuk tes kadar glukosa.e. Tensimeter untuk mengukur tekanan darah.3.4 Populasi dan Sampel3.4.1 PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja bengkel las yang terpapar kebisingan ditempat kerjanya di Banda Aceh.3.4.2 Kriteria Sampel

Pada penelitian ini kriteria sampel:

a. Pekerja bengkel las di Kawasan Banda Aceh.

b. Umur pekerja 15-40 tahun.c. Tidak mempunyai infeksi telinga, cedera kepala, diabetes melitus dan hipertensi dan mengkonsumsi obat-obatan ototoksik.d. Bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

3.4.3 Cara Pengambilan SampelSampel dipilih secara Simple Random Sampling dari populasi pekerja, karena Bengkel-Bengkel Las tersebar di Banda Aceh, dan dipilih secara acak sederhana.3.5 Cara Pengumpulan DataData didapat dengan:

f. Peneliti melakukan observasi, wawancara, dan pengukuran intensitas kebisingan.

g. Peneliti akan bekerjasama dengan Dr. Azwar, Sp. MK, Sp.THT-KL untuk mengukur gangguan pendengaran dengan menggunakan audiometri pada pekerja bengkel las dan dibandingkan dengan pengukuran pendengaran pada pekerja bank (sebagai kontrol).3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah analisis data bivariat, yaitu analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel, yaitu hubungan antara kebisingan terhadap status pendengaran. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus uji chi kuadrat.DAFTAR PUSTAKAWHO. 2001. Occupational and Community Noise. HYPERLINK. Available from : http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs258/en/ [13 januari 2010]

Soetirto, I,. Bashruddin, J. 2001. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Indra, R. 2004. Kebisingan Terlalu Lama Berakibat Ganggu Pendengaran Permanen. available from : http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=BeritaUtama&topik=7&id=10 [13 januari 2010]Notoadmojo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka.Environmental Pollution Control Center Osaka. Kebisingan dan Getaran, Available from http://www.menlh.go.id/apec_vc/osaka/eastjava/index.html [12 Januari 2010]Buchari. 2007, Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Medan : Universitas Sumatra Utara.American Hearing Research Foundation. 2008. Noise Induce Hearing Loss. Available from : http://www.american-hearing.org/disorders/hearing/noise_induced.html [11 Januari 2010]Hu, B. 2009. Mechanisms of Noise-Induced Hair Cell. Available from : http://www.asha.org/Publications/leader/2009/091103/091103f.htm [12 Januari 2010]Menteri Tenaga Kerja RI. 1999. Nilai Ambang Batas faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI.LAMPIRANLampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan PenelitianNo.Jenis kegiatanBulan IBulan IIBulan III Bulan IVBulan VBulan VI

1.Pengajuan judul

2.Konsultasi proposal

3.Seminar proposal

4.Pengumpulan data

5.Tabulasi data

6.Ujian skripsi

Lampiran 2 : Catatan Wawancara

Nama pekerja :

Umur: Tanggal wawancara: Isi wawancara :

1. Status pendengarana. Apakah sebelum bekerja di bengkel las, Anda telah mengalami gangguan pendengaran?

b. Apakah setelah bekerja, Anda mengalami gejala-gejala gangguan pendengaran seperti telinga berdenging, atau berkurangnya pendengaran dengan intensitas rendah?

c. Apakah Anda sedang mengalami infeksi telinga, cedera kepala, diabetes melitus, dan hipertensi? (dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan)2. Tingkat kebisingan

a. Seberapa bisingkah kebisingan di tempat kerja Anda?

b. Apakah kebisingan mempengaruhi aktivitas kerja Anda?c. Apakah yang Anda rasakan saat kebisingan meningkat?

3. Lama Pajanan

a. Sudah berapa lama Anda bekerja sebagai pekerja bengkel las?

b. Apakah ada perubahan kualitas pendengan sebelum Anda bekerja sebagai pekerja bengkel las dengan setelahnya?c. Apakah ada perubahan kualitas pendengaran selama anda bekerja sebagai pekerja bengkel las?4. Durasi kebisingan

a. Dalam sehari, berapa lama Anda terpajan dengan kebisingan tersebut?

b. Berapa lama Anda mampu untuk bertahan terhadap kebisingan tersebut?

c. Apakah dengan semakin lama anda terpajan mempengaruhi kemampuan pendengaran Anda?Durasi Kebisingan

Gangguan status pendengaran

Lama Pajanan

Tingkat kebisingan

24