proposal disertasi
TRANSCRIPT
Abstraksi
Peranan laboratorium pada pendidikan kejuruan merupakan hal
yang sangat penting. Permasalahan adalam masih belum adanya
Model proses pembelajaran yang berbasis ISO yang dikembangkan
untuk menjaminan mutu pelayanan penyelenggaraan agar memuaskan
peserta didik dan guru dalam mengembangkan program
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan dalam
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Suatu pendidikan disebut
bermutu dari segi proses jika proses belajar mengajar efektif dan
peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna dan
ditunjang oleh sumber daya (manusia, dana, sarana, prasarana) yang
wajar. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengevalauasi
pentingnya mutu pendidikan berbasis ISO dikembangkan melalui
prosedur operasional standar yang diterapkan dalam sistem
pembelajaran di laboratorium. Metoda penelitian yang digunakan
model evaluasi CIPP menggunakan metoda deskriptif analitik dengan
pendekatan kualititatif tentang kualitas pembelajaran di laboratorium
diwujudkan pula dengan berbagai peraturan pemerintah seperti pada
PP RI No 19 Tahun 2005 tentang standar pendidikan Nasional dan
Lembaga Penjamin Mutu (LPMP) dan ISO sebagai standar mutu
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Penelitian dilakukan pada
laboratorium SMK di Jawa Barat yang telah mempunyai memiliki
sertifikat ISO 9001:2008 sebagai standar penyelanggaraan Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka peningkatan mutu pendididikan di SMK sebagai
bagian dalam rangka perencanaan pembangunan di Jawa Barat salah
satunya mengarah pada peningkatan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Upaya untuk mewujudkan penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi dapat dilakukan melalui Pendidikan kejuruan.
Pengembangan pendidikan kejuruan di Jawa Barat menurut kepala
dinas kota Bandung Oji Mahroji merencanakan akan mengembangkan
ratio SMK : SMU menjadi 60 % : 40 % (Pikiran Rakyat, 22 Maret
2010). Dan pada saat ini untuk di kota Bandung sudah mencapai
52:48, hal ini juga dikemukan oleh kepala dinas jawa barat Wahyudin
dan Gubenur Jawa Barat Ahmad Heriyawan dalam pidatonya target
jawa Barat pada bulan 5 april 2009 adalah 70:30 untuk tahun 2015.
Dari hasil observasi pendahuluan yang dilakukan ke SMK Negeri 12
Bandung dan SMK Putra Padjadjaran dukungan dari masyarakat yang
ditunjukkan dari animo menyekolahkan anaknya ke SMK terutama
bidang keahlian jaringan komunikasi dan informatika, otomotif cukup
tinggi. Pada peneriman siswa baru sekolah swasta dibawah yayasan
Padjadjaran, sekolah SMA ditutup, Karena hanya 3 orang, dan
masyarakat lebih memilih SMK. Pembelajaran di laboratorium untuk
tujuan peningkatan keterampilan tingkat rendah, hanya mempelajari
pengetahuan bagian permukaan atau pengetahuan dengan tingkat
pemahaman rendah terhadap hubungan antara teori dan praktik. biaya
pelaksanaan yang tinggi, kurang efektifnya pemanfaatan biaya karena
rendahnya perhatian guru dalam pelaksanaan kegiatan, dan tidak
sebandingnya fungsi praktikum terhadap jumlah waktu yang
dicurahkan untuk kegiatan tersebut. Implementasi PP RI No. 19
Tahun 2005 ini telah diwujudkan oleh sekolah-sekolah baik pada
sekolah umum maupun sekolah kejuruan. ISO sebagai standar mutu
penyelenggaraan ini sudah menjadi bagian dari program peningkatan
mutu pendidikan. Kota Bandung sebagai acuan standar pendidikan
kejuruan di Jawa Barat telah memiliki 8 SMK dari 79 SMK Negeri
dan Swasta dari data pokok, dan yang memiliki sertifikat ISO
9001:2008 adalah SMK Negeri 12, SMKN 13, SMKN 7, SMKN 4,
SMKN 6, SMKN 1, SMKN 3, SMKN 9. Pada komitmen ISO adalah
untuk memperkuat. pengeloaan baik internal maupun eksternal.
2
Aktivitas di laboratorium di SMK adalah bagian dari pelaksanaan
implementasi program kejuruan yang diatur sesuai standar yang
berlaku pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam
implentasinya banyak permasalahan yang terjadi terutama dalam
pelayanan yang memenuhi kebutuhan untuk program pengajaran yang
sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada di masyarakat
DUDI. SMK sebagai sekolah yang berbasis pekerjaan, tentunya
harus memiliki standar operasional program pendididikan yang sesuai
dengan standar industri dalam hal prosedur operasional pendidikan
dan pelatihan pada bidang produktif, yang menjadi program kejuruan.
B. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Mengetahui kemampuan guru dalam mengembangkan standar isi dalam
standar nasional pendidikan sebagai acuan dalam penyusunan RPP
sesuai kurikulum pendididkan di SMK.
2. Mengetahui kemampuan guru dalam mengembangkan efesiensi dan
efektivitas sarana prasarana di laboratorium agar fungsional untuk
kehidupan (learning an earning) peserta didik di SMK sejalan
dengan model pembelajaran standar ISO.
3. Mengetahui pengaruh implementasi ISO dalam kenyamanan
peserta didik belajar di laboratorium
4. Mengetahui tanggapan siswa hubungan implemetasi ISO di
sekolah dengan kesiapan siswa dalam prakerin di DUDI.
5. Mengetahui model manajemen pejaminan mutu ISO yang
dikembangkan oleh SMK dalam pengelolaan laboratorium dalam
rencana, dan program untuk meningkatkan hasil belajar
(kompetensi siswa), aktivitas yang menghasilkan lulusan dengan
kualitas yang sesuai dengan DUDI
3
6. Untuk mendapatkan deskripsi pelaksanaan manajemen ISO yang
dilakukan dalam aktivitas model pembelajaran di laboratorium
SMK yang memiliki sertifikat ISO untuk mendekatkan sistem
pembelajaran yang mendekati standar industri
7. Mengetahui pengaruh pembelajaran di laboratorium dengan
komitmen sertifikat standar ISO 9001 : 2008 terhadap standar
kompetensi lulusan peserta didik SMK di Jawa Barat
C. Manfaat Penelitian
Adapun yang ingin diperoleh dari hasil penelitian ini, adalah :
Pertama, untuk mendapatkan model implementasi standar ISO yang
relevan dengan kurikulum SMK yang dapat memenuhi standar dunia
usaha/industri secara langsung berkaitan dengan keadaan real dalam
pekerjaan.
Kedua, sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK melalui
proses pembelajaran dan pelatihan di laboratorium
Ketiga untuk menjadi bahan program pengembangan kurikulum pada
jurusan Pendidikan teknik elekro FPTK UPI Bandung sebagai lembaga
pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) untuk di SMK
Keempat diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
SMK dalam mengelola laboratorium untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam melakukan pekerjan pengujian dan kalibrasi yang sesuai
dengan harapan perusahaan dimana siswa yang bersangkutan dapat
bekerja.
D. Urgensi (Keutamaan) Penelitian
4
Pembelajaran di laboratorium merupakan salah satu proses
pembelajaran melalui pendekatan pengalaman, karenanya para perlu
bimbingan kepada siswa dalam melakukan praktikum agar siswa
dapat mengungkapkan percobaan mereka secara kritis dan dapat
menggali kemandirian untuk menemukan sesuatu melalui prosedur
operasional standar (POS), dimana dengan melalui gambar 2 sebagai
siklus pengalaman dalam proses pembelajaran yang diselenggarakan
dilabororatorium
Gambar 1.2. Siklus pengalaman dalam proses pembelajaran
Permasalahan menganggap pentingnya mengembangkan
pembelajaran laboratorium berbasis ISO adalah sebagai jaminan
bahwa mutu pelayanan pengembangan kurikulum yang diberlakukan
telah sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Adapun
kerangka permasalahan dalam penelitian seperti pada gambar 1.1
berikut ini :
5
Pendekatan pembelajaran
praktikum di laboratorium
lebih efektif untuk
memperoleh kemampuan
pengamatan dan keterampilan
Pendekatan pembelajaran teori di
laboratorium kurang efektif untuk
pembelajaran ilmu pengetahuan
faktual, konsep,penelitian ilmiah,
atau keterampilan pemecahan
masalah
Implementasi pendekatan
kualitas pembelajaran
Permasalahan Fakta dilapangan
rendahnya self-initiative, sense of quality dan sense of rensposibilty dalam implementasi
manajemen Kualitas Total (TQM) : ISO
Gambar 1.1, permasalahan Penelitian
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. State of the art
Dalam pelaksanaannya pembelajaran di laboratorium ini Menurut
temuan penelitian tentang belajar melalui kegiatan laboratorium di
dalam pendidikan sains sangat mengejutkan dan tidak memuaskan.
Kegiatan laboratorium sebagai medium untuk belajar pengetahuan
kognitif atau bahkan untuk penguasaan keterampilan psikomotor
menunjukan ketidakefektifan waktu yang tidak baik. Sejumlah
6
Standar output
pendidikan kejuruan
Pengetahuan dan
keterampilan
dan sikap
Penampilan di
bidangnya
Kemampuan
menyebarluas
pengetahuan
Manajemen Kualitas Total
(TQM) : ISO 9001:2008
Model Pembelajaran di
laboratorium SMK
Manajemen sarana dan prasarana
Custumer Satisfication
Masyarakat, DUDI
Standar Nasional
Pendidikan (SNP)
masalah yang mengakibatkan ketidakefektifan tersebut.menyangkut
masalah implementasi dan insentif.
Hasil Penelitian Aprianto (2010) bahwa kendala-kendala
implementasi SMM ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung
menyangkut perubahan sikap, mental, prilaku seluruh unsur yang ada
di sekolah, masih rendahnya self-initiative, sense of quality dan sense
of rensposibilty adalah hal-hal yang menghambat efektifitas
implementasi SMM ISO 9001 : 2008, sedangkan SDM, fasilitas dan
dana tidak menjadi masalah yang sangat krusial atas hasil wawancara
dan pengamatan di lapangan.
Pentingnya penelitian pembelajaran di laboratorium memiliki
standar ini karena penyebab rendahnya mutu pembelajaran praktikum
di laboratorium secara umum kendalanya (Pusat pengembangan
Pendidikan UGM, 2005) adalah :
1. Sering kali praktikum di laboratorium menjadi sebuah kebiasaan
karena siswa mengikuti petunjuk rutin dan tidak menggunakan
kemampuan berpikirnya.
2. Sering kali ada anggapan bahwa proses pembelajaran terjadi
dengan sendirinya jika siswa diberi informasi Hal ini tidak benar,
karena pemahaman secara tuntas dalam proses pembelajaran
diperlukan beberapa faktor antara lain; waktu untuk belajar,
pemikiran, keseriusan, komitmen, dan ekplorasi aktif mahasiswa
untuk memperoleh pengalaman tersebut. Oleh sebab itu praktikum
di laboratorium yang didominasi dengan instruksi oleh
dosen/instruktur akan menyebabkan sedikitnya jumlah siswa yang
mau mengembangkan komitmen, pemikiran, dan eksplorasi
aktifnya (Ramsden,1992).
3. Potensi pembelajaran di laboratorium sangat tergantung pada
program yang disusun (konsep kunci), tetapi tingkat pemahaman
dalam pembelajaran praktikum sering kali terbatas pada
pembelajaran di bagian luar di mana ilmu pengetahuan
ditempatkan di dalam unit isolasi dan tidak terhubung dengan
pembelajaran ilmu yang lainnya.
7
4. Bekal pengetahuan awal (pre-requisite knowledge) sebelum
melakukan praktikum adalah penting oleh karena itu bekal ilmu
pengetahuan sebelumnya yang tidak cukup menyebabkan siswa
sulit mengikuti proses pembelajaran praktikum di laboratorium.
Bila siswa baru saat masuk sekolah memiliki pengertian yang
keliru tentang fenomena ilmiah dan tidak mau menanggalkan pola
pikir lama mereka, serta secara kaku mengikuti tata cara
pembelajaran yang terstruktur, maka hal ini cenderung menambah
kelangsungan ketidakesfisiensian pembelajaran di laboratorium.
Oleh karena itu kebebasan untuk merancang percobaan dan
“menemukan” ilmu pengetahuan baru di laboratorium menjadi
menurun.
Hal lain sebagai penyebab rendahnya kualitas pembelajaran di
laboratorium adalah rendahnya dukungan fasilitas di laboratorium.
Kualitas pembelajaran di laboratorium merupakan penggabungan
antara dukungan dan tantangan, secara skematis dapat digambarkan
sebagai berikut pada
Gambar 1.1. Tingkat dukungan dan tantangan dalam pembelajaran di
Laboratorium (Horabin and Williams, 1992)
8
Sedangkan pada pendidikan kejuruan disyaratkan harus
memiliki standar sarana/prasarana sesuai SNP memiliki laboratorium,
bengkel, atau workshop sebagai bagian terpadu dalam sistem
pembelajaran di SMK. Dari hasil observasi di SMK Negeri maupun
swasta sarana/Prasana laboratorium belum memiliki standar
opersional yang dalam pelaksaanan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan masyrakat DU DI. Menurut hasil penelitian Raswa (2010 :
111) di SMK Negeri 1 Cirebon ternyata kurang berhasil terhadap
keinginan dan harapan (intens) sebelum program pelaksanaan
maupun hasil implementasinya, masih kurang memenuhi apa yang
disyaratkan oleh dokumen standards.
B. Tinjauan Pustaka
1. Kualitas Manajemen Pendidikan Berbasis ISO dalam
Implementasi pembelajaran di laboratorium
Sekolah sebagai unit utama (leading element) adalah
penyelenggara pendidikan yang secara terus menerus harus
meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen
pendidikan dan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berbasis ISO.
Menurut Hari Sudrajat (2004), manajemen ISO berbasis sekolah
dengan pendekatan kualitas total (total quality Management=TQM)
disebut sebagai manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolah (MPMBS). Hal ini sesuai dengan implementasi Kurikulum
KTSP yang saat ini digunakan pada pendidikan kejuruan di SMK.
Ada dua komponen kunci keberhasilan MPMBS yaitu :
9
1. Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan merupakan tujuan
keberhasilan manajemen (Sallis, 1993)
2. Guru merupakan jantungnya proses pendidikan,karena mutu
pendidikan suatu sekolah akan sangat bergantung pada tingkat
profesionalitas atau kompetensi guru (Hari Sudrajat, 2004).
Implementasi pembelajaran di laboratorium merupakan bagian dari
kegiatan pembelajaran pada pendidikan di SMK yang sangat
tergantung pada peranan guru dan kepala sekolah dalam fungsi
manjerial. Keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran di SMK
adalah adanya pembelajaran praktikum yang terintegrasi
pelaksanaannya dengan fungsi-fungsi manajemen terhadap semua
komponen pendidikan di sekolah. Ada 6 (enam) manajemen berbasis
sekolah menurut Hari Sudrajat (2004) yaitu :
• Manajemen kurikulum (program pendidikan)
• Manajamen tenaga kependidikan (personalia)
• Manajemen kesiswaan
• Manajemen sarana prasarana (fasilitas)
• Manajemen keuangan
• Manajemen lingkungan sekolah
Sedangkan konsep kuliatas TQM dalam pembelajaran
laboratorium didasarkan pada standar yang yang terukur berdasarkan
sertifikat ISO 9001:2008, hal ini didasarkan bahwa sekolah adalah
lembaga layanan yang harus menyelenggarakan proses pembelajaran
sesuai dengan standar yang diharapkan custumer. Sebagaimana
10
dikemukakan sallis : “For the purpose of analyzing quality it is more
appropriate to view education as a service industry than as a
production process (Hari Sudrajat, 2004).
2. Prosedur Operasional Standar (POS) pada pembelajaran di
laboratorium dalam Sertifikasi ISO
Prosedur Operasional Standar (POS) pembelajaran yang di
maksud adalah dokumen tertulis atau instruksi merinci semua langkah
yang harus dilaksanakan dan mencatat hasil investigasi secara
terdokumentasikan. Sehingga kebutuhan program pendidikan dan
pelayanan dapat sesuai dengan POS. Seperti konklusif tentative
yang dihimpun oleh Bates (1978) dari reviu beberapa literatur
dikatakan bahwa:
1. Perkuliahan, demonstrasi, dan pengajaran laboratorium memiliki
kefektifan yang sama di dalam mengajarkan konten sains.
2. Pengalaman laboratorium memiliki keunggulan untuk mengajarkan
keterampilan kerja dengan peralatan.
3. Walaupun sebagian besar telah gagal mengasses hasil kegiatan
laboratorium, ukuran kebermaknaan kegiatan laboratorium dapat
dikembangkan dan laboratorium muncul secara signifikan sebagai
area pembelajaran sains yang berbeda dari pemerolehan konsep.
4. Beberapa jenis kegiatan laboratorium yang berorientasi inkuiri
lebih baik dari demonstrasi atau kuliah atau verifikasi untuk
pengajaran proses inkuiri. Bagaimanapun juga, guru perlu lebih
terampil dalam metode mengajar inkuiri. Pelatihan inkuiri
yangkhusus untuk siswa perlu diberikan karena siswa memerlukan
waktu dan bimbingan untuk menjadi nyaman dan dapat mengikuti
metode baru dan harapan.
5. Laboratorium memiliki potensi untuk memberikan efek positif
sikap siswa dan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada
siswa untuk lebih berhasil di dalam sains.
11
6. Penelitian baru dan kontinu tentang peranan pengajaran sains
untuk pengembangan kognitif mungkin perlu dilakukan, juga
strategi pembelajaran sains yang baru dengan kegiatan
laboratorium yang dirancang secara tepat harus menjadi peran
sentral.
Kepentingan pembelajaran di laboratorium dalam pendidikan
kejuruan selain sebagai tempat mengajarkan keterampilan juga
sebagai tempa melatihan keterampilan melakukan pengukuran,
pengujian terhadap berbagai komponen-komponen, dan peralatan
sesuai dengan kurikulum yang direncanakan. Sertifikat ISO jaminan
terlaksananya program pemebelajaran kurikulum di sekolah tersebut
sangatlah penting. Peranan laboratorium menurut Romey (1968)
antara tahun 1918-1960 dan direformasi pada era 1960 seperti
digambarkan pada Gambar 2.3
Perkuliahan Buku teks
KEGIATAN LABORATORIUM
PENYELIDIKAN
Diskusi
Film
Gambar 2.3 Pembelajaran di laboratorium
3. Proses Pembelajaran Di Laboratorium
Laboratorium merupakan ruangan baik tertutup maupun terbuka
yang dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan aktivitas
yang berkaitan dengan fungsi-fungsi pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
Laboratorium di perguruan tinggi adalah sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan praktikum dan penelitian yang mendukung
12
pembelajaran dan pengembangan keilmuan. Laboratorium di tingkat
perguruan tinggi merupakan laboratorium pendidikan dan pengajaran
difokuskan pada pembelajaran bagi mahasiswa S-0; S-1; S-2 dan S-3.
Laboratorium ini terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1. Laboratorium pendidikan dan pengajaran (teaching laboratory)
2. Laboratorium riset (research laboratory)
3. Laboratorium dasar terpadu (basic science laboratory)
4. Laboratorium pengujian (test laboratory)
5. Laboratorium kalibrasi (calibration laboratory)
6. Laboratorium simulasi (simulation laboratory)
7. Bengkel (workshop)
8. Studio gambar (CAD; CAM; Audio visual dan Fotografi)
9. Rumah kaca (green house)
10.Laboratorium lapangan (field laboratory) atau out-door
laboratory
Dalam pendidikan kejuruan kegiatan pembelajaran praktikum
merupakan salah satu proses pembelajaran yang sangat penting untuk
menghasilkan lulusan yang diharapkan dunia usaha dan dunia industri.
Pembelajaran di laboratorium untuk menghubungkan teori dan
praktek. Pengertian proses pembelajaran di laboratorium dalam
penelitian ini adalah :
a. Laboratorium/workshop/bengkel sebagai wadah tempat, gedung
atau ruangan dan segala macam alat/perlengkapan yang diperlukan
dalam kegiatan ilmiah yang dimaksud sebagai perangkat keras
b. Laboratorium/workshop/bengkel yang merupakan sarana media di
mana dilakukan kegiatan belajar dan mengajar sebagai perangkat
lunak(software) dalam kegiatan ilmiah
c. Laboratorium/workshop/bengkel sebagai pusat kegiatan untuk
menemukan kebenaran ilmiah dan penerapannya.
13
Pada sekolah kejuruan SMK laboratorium lebih dikenal dengan
nama bengkel sebagai sarana pembelajaran praktek. Laboratorium
selain tempat latihan keterampilan diikuti juga dengan kegiatan
penelitian, sedangkan bengkel/workshop hanya untuk latihan
keterampilan saja (Sumber belajar, 2011)
Menurut Muller(1986) penyelenggaraan pendidikan kejuruan
mempunyai 8 prinsip yang harus dipenuhi yaitu : (1) Kesadaran akan
karir, (2) pendidikan kejuruan merupakan pen didikan yang
menyeluruh merupakan bagian dari masyarakat (public system) ; (3)
Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan-
kebutuhan DUDI; (4) Jabatan atau pekerjaan dalam
kelompok/keluarga sebagai salah satu pengembangan kurikulum
pendidikan kejuruan khususnya pada tingkat menengah; (5) Inovasi
merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidikan
kejuruan; (6) Seseorang dipersiapkan untuk dapat miemasuki dunia
kerja melalui pendidikan kejuruan;(7) Keselamatan kerja merupakan
unsur penting dalam pendidikan kejuruan;(8) Pengawasan dan
meningkatkan pengalaman okupasi/pekerjaan dapat diberikan melalui
pendidikan kejuruan. Untuk dapat mengimplementasikan 8 prinsip
kejuruan dalam kegiatan pembelajaran salah satu yang sangat penting
sebagai prasyarat dalam kegiatan pembelajaran adalah adanya
laboratorium yang berfungsi sebagai tempat praktikum, bengkel,
workshop.
14
Untuk peningkatan kualitas dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tanggal 23 Mei 2007
bahan Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar
Dan Menengah tentang Bidang Sarana dan Prasarana adalah :
a. Sekolah/Madrasah menetapkan kebijakan program secara tertulis
mengenai pengelolaan sarana dan prasarana.
b. Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada Standar
Sarana dan Prasarana dalam hal:
1) merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan
prasarana pendidikan;
2) mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan
prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan;
3) melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di
sekolah/madrasah;
4) menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan
sesuai dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing
tingkat;
5) pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan
memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.
c. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta
didik.
Sedangkan kriteria yang harus dimiliki oleh pendidikan
kejuruan adalah: (1) orientasi pada kinerja individu dalam dunia
kerja; (2) jastifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan; (3)
fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan
kognitif; (4) tolak ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah;
(5) kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja; (6) memerlukan
sarana dan prasarana yang memadai; dan (7) adanya dukungan
masyarakat (Finch & Crunkilton, 1984).
4.Implementasi POS Pada MPMBS dalam Sertifikasi ISO
9001:2008
Berdasarkan hasil survei Vloeberghs dan Bellens di Belgia menunjukkan alasan
utama untuk menerapkan ISO 9000 AB (Aprianto, 2010) adalah :
15
a) Untuk meningkatkan image mutu organisasi di pasar.
b) Untuk meningkatkan efisiensi dan pengendalian organisasi.
c) Untuk meningkatkan mutu produk dan jasa.
d) Untuk menggabungkan dan memperluas market share.
e) Karena permintaan dan/atau pertanyaan dari konsumen.
f) Keputusan manajemen perusahaan.
g) Permulaan yang tepat untuk Total Quality Management.
h) Mengurangi resiko pertanggungjawaban produk.
Demikian pula Department of Trade Industry mengatakan fungsi dari ISO 9000
adalah “A set of co-ordinated activities to direct and control an organisation in order
tocontinuosly improve the effectiveness and efficiency of its performance.” Pendapat
lainnya dikemukan oleh Hoyle (2006:109-110) mengatakan bahwa :
ISO 9001 can be used in contractual situations where the customer requires its
suppliers to demonstrate they have the capability to consistently produce
product that meets customer requirements. The theory is that if suppliers can
show they do all the things in ISO 9001, only conforming product would be
shipped to customers. This would (in theory) reduce the need for customers to
verify product on receipt. Third parties can also use the standard to assess the
capability of organizations to provide product that meets customer and
regulatory requirements. Organizations can use ISO 9001 as a model in
designing their management systems providing they also use ISO 9000 and ISO
9004.
Dapat ditarik benang merah dari beberapa uraian di atas, bahwa yang menjadi alasan
memilih penerapan ISO dalam sebuah organisasi oleh berbagai keuntungan :
• Dapat dipergunakan oleh semua organisasi profit maupun non profit.• Mudah diterapkan, bahasanya jelas sehingga mudah dimengerti.• Menyesuaikan dengan proses yang ada pada organisasi• Mendorong penyempurnaan kinerja organisasi.• Berorientasi pada perbaikan/penyempurnaan yang berkelanjutan dan upaya
peningkatan kepuasan pelanggan.• Mudah dipadukan dengan standar sistem manajemen lainnya.
Penerapan prinsip manajemen mutu tidak hanya menyediakan keuntungan secara
langsung terhadap perancangan sistem manajemen mutu, tetapi juga memberikan
kontribusi keuntungan pada pengelolaan biaya dan risiko. Sistem manajemen mutu yang
efektif dapat memastikan bahwa kegiatan-kegiatan dalam hal ini ini pendidikan
16
kejuruan dapat diawasi. Pada sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008, terdapat
delapan prinsip manajemen mutu yang berintegrasi pada klausul- klausul ISO itu
sendiri ( Suardi, 2004 ) :
1. Fokus pada Pelanggan ( Costumer focus )2. Kepemimpinan ( Leadership )3. Keterlibatan Personel ( Involving people )4. Pendekatan Proses ( Process approach )5. Pendekatan Sistem Pengelolaan ( Systems approach )6. Peningkatan Berkesinambungan ( Continuos improvement )7. Pembuatan Keputusan Berdasarkan Fakta ( Factual decision making )8. Hubungan Saling Menguntungkan dengan Mitra Kerja/ Pemasok ( Mutually
beneficial supplier relationships )
Dalam implementasi POS laboratorium di Sekolah menengah
kejuruan yang dimaksud adalah prosedur yang dijalankan pada
kegiatan pembelajaran sebagai bagian implementasi manajemen ISO
9001:2008, seperti halnya dalam Standar Nasional Pendidikan
(SNP) dimana keberadaan tempat praktikum dan fasilitas praktikum
merupakan perangkat yang sangat penting peranannya, karena
perangkat ini sebagai tempat untuk mengembangkan dan mendidik
keterampilan para siswa, sehingga lulusannya mampu bekerja
sesuai pada bidangnya.
Tempat praktikum yang dimaksudkan disini adalah
Laboratorium atau bengkel kerja (workshop) yang lengkap dengan
segala fasilitasnya. Fungsi lain dari laboratorium atau bengkel kerja,
selain untuk mendidik ketrampilan siswa juga berfungsi untuk
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian peranan laboratorium dan
bengkel kerja ini sangat penting sekali dalam menghasilkan lulusan
SMK yang memenuhi harapan masyarakat dan DUDI sebagai
custumer satisficaition, dan untuk pengembangan teknologi dan
rekayasa dalam pendidikan kejuruan di SMK yang dapat mendekati
standar industri baik SNI mupun standar internasional. Menurut
Kepala dinas Pendidikan Jawa Barat Oji mengatakan pengembangan
vokasi saat ini tengah di dukung oleh program Teaching Factory,
dimana seluruh terkait dari hulu ke hilir, termasuk kalangan industri
tengah, menyiapkan pengembangan produksi yang akan menyerap
tenaga kerja lulusan SMK,. Semuanya berupaya mengembangkan
produksi dengan lulusan SMK. (Pikiran Rakyat, 23-3-2010). Dengan
keadaan demikian tentunya sudah saatnya sekolah melengkapi
dengan unit usaha yang memiliki peralatan dan standar kerja setara
17
dengan pabrik sebenarnya, tidak lagi bisa dengan alat praktek
seadanya. Untuk mencapai hal ini diperlukan suatu standar yang
sama antara industri dan sekolah.
Dalam suatu laboratorium atau bengkel kerja (workshop)
merupakan dalam kegiatan pembelajaran merupakan bagian
prasarana/sarana yang harus memiliki standar operasional prosedur
yang dapat menjamin mutu pelayanan akademis sebagai bagian dari
implementasi manajemen ISO yang dimiliki oleh sekolah yang sudah
menerapkan ISO 9001 :2008.
Meningkatnya persaingan ini berpengaruh terhadap penetapan
standar mutu bagi barang dan jasa. Salah satunya standard mutu yang
erat hubungannya dengan sarana prasrana di SMK adalah
laboratorium. Standar ISO 17025:2005 adalah salah satu standar
untuk laboratorium pengujian dan kalibrasi. Tuntutan informasi
teknis dari setiap produk yang diperdagangkan menuntut
laboratorium penguji untuk meningkatkan kompetensi dan
kepercayaan terhadap hasil uji yang absah. Adapun audit dan
sertifikasi ISO 17025:2005 pada dasarnya sama dengan ISO
9001:2000, sedangkan pada ISO 9001:2008 tidak mengevaluasi
kemampuan teknis laboratorium dalam menghasilkan data hasil uji
atau kalibrasi yang absah yang dapat dipercaya. Untuk meyakinkan
bahwa laboratorium tesebut mempunyai kemampuan teknis dalam
menghasilkan data yang akurat dan handal, laboratorium harus
menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium (ISO
17025:2005).
Fokus dari sistem ini adalah dengan memperhatikan persyaratan
kemampuan laboratorium dalam OECD (Organization for Economic
Cooperation Development) dan GLP (Good Laboratorium Practice)
serta ISO 9001:2000 sebagai jaminan mutunya.
18
Dalam pendekatan manajemen kualitas total (TQM) untuk
mengembangkan implementasi Standar Operasional Prosedur dalam
pembelajaran di laboratorium ini meliputi : perencanaan, strategi
pelaksanaan, dan pengelolaan yang dapat memenuhi standar
laboratorium yang di sekolah agar sesuai dengan standar operasional
baku ISO 17025:2005 yang digunakan oleh industri. Dengan
demikian diharapkan custumer sastification TQM (Total Quality
Management) pembelajaran di laboratorium dapat
mengimplentasikan kebutuhan masyarakat dan DUDI sesuai
perkembangan teknologi dan rekayasa.
5. Pengelolaan Laboratorium
Laboratorium adalah sarana yang sangat penting bagi
tereselenggaranya Proses Belajar mengajar (PBM) dan laboratorium
merupakan indikator dari kualitas lulusan, untuk memfungsikan
laboratorium sebagaimana mestinya, artinya laboratorium dapat
berfungsi sebagai, pusat belajar, pusat pengembangan ilmu, pusat
riset/penelitian, dan sebagainya, untuk itu perlu pengelolaan yang
betul-betul baik dan komprehensip antara, pengelola, pemakai dan
yang lain-lainnya. Beberapa kegiatan pengelolaan laboratorium dan
bentuk tugas operasionalnya merupakan tanggung jawab dari
teknisi/laboran, dosen dan ketua laboratorium. Bentuk kegiatan
operasional yang harus dilakukan dan sebagian besar menjadi
tanggung jawab teknisi/laboran diatur dalam Standar Operating
procedure (SOP) atau prosedur operasional standar, Menurut Arief
SOP adalah suatu standar/pedoman tertulis dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
19
organisasi dan merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan
yang harus dilalui dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu. Sedangkan pengertian standar adalah:
1. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan
termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus
semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman,
perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya (PP 102 tahun 2000).
2. Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan
isi dan akhirnya masyarakat mengakui bahwa standar sebagai
model untuk ditiru
3. Standar adalah suatu pernyataan tertulis tentang harapan yang
spesifik.
4. Standar adalah pernyataan tertulis dari suatu harapan-harapan
yang spesifik .
5. Standar adalah suatu patokan pencapaian berbasis pada tingkat
(dr. Yodi Mahendrata).
6. Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan
disepakati bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktek
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Reyers, 1983).
7. Standar adalah nilai-nilai (values) yang tertulis meliputi
peraturan-peraturan dalam mengaplikasi proses-proses kunci,
proses itu sendiri, dan hasil sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
8. Standar adalah menaikkan ketepatan kualitatif atau kuantitatif
yang spesifik dari komponen struktural dalam sistem pelayanan
yang didasarkan pada proses atau hasil suatu harapan
Standar yang berbasis pada sistem manjemen kinerja menegaskan
spesifikasi suatu kinerja antara lain :
a. Spesifik (specific)
b. Terukur (measurable)
c. Tepat (appropriate)
d. Andal (reliable)
e. Tepat waktu (timely)
20
STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) atau PROSEDUR
OPERASIONAL STANDAR (POS)
1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai
tujuan organisasi.
2. Protap merupakan tatacara atau tahapan yang harus dilalui dalam
suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang
berwenang atau yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan
dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. (Depkes RI, 1995)
3. POS merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang
harus dialui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
(KARS, 2000)
Tujuan POS
1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/pegawai atau tim
dalam organisasi atau unit kerja.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai terkait.
4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya.
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi
Fungsi :
1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Kapan POS diperlukan
1. POS harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan
2. POS digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan dengan baik
atau tidak
21
3. Uji POS sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja yang dapat
mempengaruhi lingkungan kerja.
Keuntungan adanya POS
1. POS yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat komunikasi dan
pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten
2. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa yang harus
dicapai dalam setiap pekerjaan
3. POS juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa digunakan untuk
mengukur kinerja pegawai.
Implementasi POS dalam pembelajaran di laboratorium dimaksud adalah peran
guru dalam mejalankan kedudukan dan fungsi sebagai guru professional dalam
memanajemen pembelajaran di laboratorium, antara lain :
1. Standar adalah menetapkan norma dan memberi kesempatan
anggota masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimanakah
tingkat pelayanan yang diharapkan/ diinginkan. Karena standar
tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas.
2. Standar untuk menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan
berlaku sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja.
3. Standar dapat memfokuskan pada inti dan tugas penting yang
harus ditunjukkan pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi
lokal.
Untuk Prosedur Operasional Standar (POS) Pembelajaran di
SMK berbasis ISO 9001:2008 mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan (SNP) dalam PERMEN No19 Tahun 2005 yaitu kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. :
1. standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
22
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
2. standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
3. standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4. standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta
pendidikan dalam jabatan.
5. standar sarana dan prasarana adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang
belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.
6. standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7. standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen
dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama
satu tahun; dan
8. standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Adapun metoda penelitian yang akan digunakan berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan akan digunakan model evaluasi
CIPP menggunakan metoda deskriptif analitik dengan pendekatan
kualititatif tentang kualitas pembelajaran di laboratorium seperti
gambar 3.1 berikut :
24
Input evaluation
Standar Nasional
Pendidikan PERMEN
No. 25 Th 2005 dalam
Produk
Model Pembelajaran di
laboratorium
SMK
Contex evaluation
Implementasi ISO
9001:2008 : Manajemen
jaminan mutu (TQM)
Process Evaluation :
Standar Nasional
Pendidikan PERMEN
No. 25 Th 2005
Gambar 3.1. Model Pembelajaran di Laboratorium SMK
A. Desain Penelitian
Untuk menerapkan langkah-langkah penelitian yang akan
dilaksanakan desain paradigma penelitian yang akan digunakan
digambarkan seperti pada gambar 3.2 berikut ini :
25
Analisis program dan
layanan yang adaAnalisis kebutuhan
masyarakat layanan individu,
dan tenaga kerja
Kebutuhan program & Pelayanan
• Kurikulum
• tenaga kependidikan
Guru/personalia
• kesiswaan Sarana/ Prasarana
• keuangan
Sertifikat ISO 9001: 2008
PERMEN No.19
2005 Tentang SNP
1. Standar Isi
2. Standar proses
3. Standar
Kompetensi
4. Standar
pendidikan dan
Tenaga
kepenidikan
5. Standar sarana
dan prasarana
Gambar 3.1. Desain Paradigma Penelitian
Desain paradigma penelitian pada Gambar 3.1 adalah untuk
mendeskripsikan dan menganalisa data dan informasi lapangan sesuai
dengan keadaan sebenarnya tentang Implementasi ISO 9001:2008
dalam pendekatan kajian evaluasi pendidikan berdasarkan UU
26
Iklim Belajar
Custumer Satification
Siswa,orang tua dan
masyarakat
Model Pembelajaran di
Laboratorium SMK berbasis ISO
9001 : 2008
Kualitas Proses Pembelajaran
Hubungan siswa dan guru
Kualitas Siswa lulusan SMK
• Dimensi Individual : Keimanan
& Taqwa Pembentukan watak;
kemendirian; Potensi tumbuh;
Skill dasar; Generalizable skill;
Transferrable skill; Produktivitas;
Ethos• Dimensi Sosial
Leadership/Guru
Laboratorium,
workshop,
bengkel
Sisdiknas No.20 Th 2003 dikatakan bahwa evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian dan penetapan mutu pendidikan
terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang
dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan Pendidikan.
Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan
berbeda dengan penelitian konvensional yang bersifat kuantitatif,
dalam penelitian kualitatif, disain penelitian tidak ditentukan
sebelumnya. Meskipun begitu, menurut Bogdan & Biklen, 1982
dalam Arief Furchan, 1996) fungsi desain tetap sama yaitu digunakan
dalam penelitian untuk menunjukkan rencana penelitian tentang
bagaimana melangkah maju. Lincoln dan Guba (1985)
mengidentifikasi unsur-unsur atau elemen-elemen disain naturalistik,
dan pada penelitian akan dilakukan prosedur langkah-langah sebagai
berikut:
1. Penentuan fokus penelitian (initial focus for inquiry)
Penentuan fokus penelitian dilakukan dengan memilih fokus
atau pokok permasalahan yang dipilih untuk diteliti adalah
implementasi PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
berbasis ISO 9001:2008 pada pembelajaran di laboratorium, dan
memfokuskannya: pada masalah pengelolaan laboratorium secara
umum, kemudian dan spesifik tentang pembelajaran pada teknik
audio dan video. Namun, fokus ini masih dapat berubah. Fokus
sangat penting sebab tidak ada penelitian tanpa fokus, sedangkan sifat
fokus tergantung dari jenis penelitian yang dilaksanakan
menggunakan pendekatan deskriptif dan evaluatif.
27
Fokus penelitian ini adalah masalah pembelajaran di
laboratorium yang terintegrasi dengan prosedur pengelolaan berbasis
standar ISO 9001:2008 yang mengacu pada IEC 7025, untuk evaluasi
fokusnya adalah evaluasi terhadap efektivitas implementasi sertifikat
ISO terhadap kepuasan pelanggan (Satification Custumer), dan untuk
implementasi analisis kebijakan tentang Sertifikasi ISO.
2. Penentuan fase-fase penelitian secara berurutan
Dalam penelitian ditentukan tahap-tahap penelitian, yaitu
bagaimana beranjaknya dari tahap satu ke tahap yang lain dalam
proses yang berbentuk siklus. Tahapan-tahapan tersebut memiliki tiga
fase yaitu :
a) Pertama Tahap orientasi dengan mendapatkan informasi tentang
apa yang penting untuk ditemukan, atau orientasi dan peninjauan.
b) Kedua, tahap eksplorasi dengan menemukan sesuatu secara
eksplorasi terfokus, dan
c) Tahap ketiga, tahap member check dengan mengecek temuan
menurut prosedur yang tepat dan memperoleh laporan akhir.
3. Penentuan instrumentasi.
Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal, melainkan bersifat
internal yaitu peneliti sendiri sebagai instrument (human instrument).
Bentuk-bentuk lain instrument yang digunakan adalah angket,
fieldnote, rekaman, dan video. Penelitian ini secara naturalistik,
evaluasi dan sebagai analisis kebijakan penjaminan mutu
pembelajaran dalam rangka mengetahui sejauh mana kebermanfaat an
ISO dalam pendidikan kejuruan di SMK. Instrument manusia yang
digunakan diorganisasi dalam satu tim, dengan didasarkan pada
28
keuntungan peran, perspektif nilai, disiplin, strategi, metodologi, cek
internal dan saling mendukung.
4. Perencanaan pengumpulan data
Instrumen manusia yang beroperasi dalam situasi yang tidak
ditentukan, di mana peneliti memasuki lapangan yang terbuka,
sehingga tidak mengetahui apa yang tidak diketahui. Untuk itu maka
peneliti mengandalkan teknik-teknik kualitatif, seperti wawancara,
observasi, pengukuran, dokumen, rekaman, dan indikasi non-verbal.
Dalam rekaman data terbagi pada dua dimensi, yaitu fidelitas
dan struktur. Fidelitas mengacu pada kemampuan peneliti untuk
menunjukkan bukti secara nyata dari lapangan(fidelitas tinggi,
misalnya rekaman video atau audio, sedangkan fidelitas kurang,
misalnya catatan lapangan). Sedangkan dimensi struktur meliputi
terstrukturnya wawancara dan observasi.
5. Perencanaan prosedur analisis
Analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan secara
terus-menerus dari awal sampai akhir penelitian. Pengamatan tidak
mungkin tanpa analisis untuk mengembangkan hipotesis dan teori
berdasarkan data yang diperoleh. Analisis data merupakan proses
pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkip-transkip
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain agar peneliti
dapat menyajikan temuannya.
Analisis data melibatkan pengerjaan pengorganisasian,
pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola-pola,
pengungkapan hal-hal yang penting dan penentuanapa yang
dilaporkan. Karena banyaknya model analisis yang diajukan oleh
29
para pakar, maka peneliti hendaknya memilih salah satu modfel yang
dianjurkan oleh para pakar tersebut.
6. Perencanaan logistik.
Perencanaan perlengkapan (logistik) dalam penelitian kualitatif
dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:
(a)mempertimbangkan kebutuhan logistic awal secara keseluruhan
sebelum pelaksanaan proyek; (b)logistik untuk kunjungan lapangan
sebelum, berada di lapangan; (c) logistik untuk sewaktu di lapangan;
(d) logistik untuk kegiatan-kegiatan setelah kunjungan lapangan; dan
(e) perencanaan logistik untuk mengakhiri dan menutup kegiatan.
7. Rencana untuk pemeriksaan keabsahan data
Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi
empat teknik. Pertama, kredibilitas (credibility)yaitu kriteria untuk
memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan.
hasil penelitian agar dapat dipercaya oleh semua pembaca secara
kritis dan dari responden sebagai informan. Untuk hasil penelitian
agar kredibel, digunakan tujuh teknik yang diajukan yaitu:
a) perpanjangan kehadiran peneliti/pengamat (prolonged
engagement),
b) pengamatan terus-menerus (persistent observation),
c) triangulasi (triangulation),
d) diskusi teman sejawat (peer debriefing),
e) analisis kasus negative (negative case analysis),
30
f) pengecekan atas kecukupan referensial (referencial adequacy
checks), dan
g) pengecekan anggota(member checking).
Kedua, transferabilitas (transferability). Kriteria ini digunakan
untuk memenuhi kriteria bahwa hasil penelitian yang dilakukan
dalam konteks (setting) tertentu dapat ditransfer ke subyek lain yang
memiliki tipologi yang sama.
Ketiga, dependabilitas (dependability). Kriteria ini digunakan untuk
menilai ketelitian terhadap kesalahan dalam mengkonseptualisasikan
rencana penelitiannya, pengumpulan data, dan pengintepretasian.
Teknik terbaik yang digunakan adalah dependability audit dengan
meminta dependent dan independent auditor untuk mereview aktifitas
peneliti.
Keempat, konfirmabilitas (confirmability). Merupakan kriteria
untuk menilai mutu hasil penelitian. Dependabilitas ini digunakan
untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuh oleh peneliti dalam
penelitian, maka selanjutnya konfirmabilitas untuk menilai kualitas
hasil penelitian, dengan tekanan pertanyaan apakah data dan
informasi serta interpretasi dan lainnya didukung oleh materi yang
ada dalam audit trail.
B. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan tujua dan metoda penelitian maka teknik
pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian adalah :
1. observasi
Dalam observasi untuk menentukan fokus dimana pada
penelitian ini peneliti mengamati dan mencatat kegiatan di
laboratorium sebagai sumber data. Sedangakan jenis obsevasi yang
digunakan observasi partisifatif dengan langkah-langkah yang
dilakukan secara pasif, moderat, aktif, dan lengkap. Adapun tahap
observasi yang akan dilakukan pada penelitian ini berdasarkan
Spradley (1980) yaitu :
31
Tahap deskripsisi
Memasuki situasi,
SMK
Tahap Reduksi
Menentukan Fokus
laboratorium :
Pengelolaan dan Proses
pembelajaran
Tahap Seleksi
Menguraikan fokus menjadi SOP
komponen pengelolaan untuk
proses pembelajaran
Gambar 3.2. Tahap observasi
2. Wawancara
Menurut Esterberg (2002) dikatakan bahwa “a meeting of two
persons to exchange information and idea throught question and
responses, resulting in communication and joint construction of
meaning about a topic “ (Sugiyono, 2010:231)
Dengan demikian maka wawancara yang akan digunakan pada
penelitian dilakukan sebelum penelitian untuk studi pendahuluan
tentang implementasi ISO 9001:2008 pada SMK Negeri 12 yang akan
digunakan untuk penelitian selanjutnya pada SMK SKKD teknologi
dan rekayasa yang memiliki ISO 9001:2008 di Jawa Barat.
Langkah-langkah wawancara yang digunakan pada penelitian
ini meliputi hal-hal antara lain :
1. Penetapan obyek yang akan diwawancara
2. Penetapan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
3. Mengawali dan membuka walur wawancara
4. Melakukan wawancara
5. Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara
32
6. Menuliskan hasil wawancara pada catatan lapangan (field note)
7. Mengindetifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh.
3. Dokumen
Dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk mendukung
kredibilatas data hasil wawancara, observasi, dan angket. Dalam
dokumen menurut Bogdan ; “ In most tradition of qualitative
research, the phrase personal document is used broadly to refer to
any first person narrative produced by an individual which describes
his ar her own actions, experience” (Sugiyono, 2010:240). Maka
dokumen-dokumen yang akan digunakan pada penelitian berupa
tulisan, gambar dan catatan penting yang terkait obyek penelitian
tentang laboratorium.
4. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat
persepsi kredibilitas data wawancara, observasi, dan dokumentasi.
5. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian ini untuk menguji kredibilatas data
dari teknik pengumpulan data yang telah dilakukan, gabungan teknik
pengumpulan data seperti gambar berikut ini :
6. Penetuan Populasi dan Sampel
Penetapan populasi dan sampel penelitian terkait dengan sumber data.
“Populasi merupkan obyekatau subyek yang berada pada satu
wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkait dengan masalah
33
Observasi
partisipatif
Wawancara
Angket
Dokumentasi
Sumber data
sama
penelitian ( Riduwan, 2005:55). Populasi dalam penelitian ini adalah
SMK pada program keahlian Teknologi dan rekayasa di Jawa Barat
yang telah disertifikasi ISO 9001:2008 yang akan dikaji untuk
menjadi sampel penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adisendjaja, Y. H. 2008. Sains dan Pembelajaran Sains, Bandung:
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Agus Salim 2006.Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta:
Tiara Wacana
Arief file:///C:/Documents and Settings/Ad/Desktop/Data
ISO/Pengertian SOP « standar operasi prosedur.htmFebruari 5,
2008
Barlow, M.L. (1974). The Philosophy for Quality Vocational Education Programs. Washington, DC: American Vocational Assosiation, Inc.
Brannen, Julia. (1997). Memadu Metode Penelitian Kualitatif &
Kuantitatif. Terj, Nuktaf Arfawie Kurde, Imam Safe’I dan
Noorhaidi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cascio, Wayne F. (1991), “Applied Psychology in Personal
Management”, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New
Jersey.
Capra, Fritjof. 2001. Tao of Physics.Menyingkap Paralisme Fisika
Modern dan Mistisisme Timur. Terjemahan Pipit
Maizer.Yogyakarta: Jalasutra.
Capra, Fritjof. 2000 Titik Balik Peradaban Sains, masyarakat dan
Kebangkitan Kebudayaan. Terjemahan M. Thoyibi. Yogyakarta:
Yayasan Benteng Budaya.
Depdiknas RI (2006). Naskah Pengembangan SMK Bertaraf Internasional, Jakarta : Direktorat Pembinaan SMK
34
Depdiknas RI. (2003). Undang- Undang RI. No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas.
Denny, M. and Chennell, F. (1986). Exploring pupils’ views and
feelings about their school science practicals: use letter-writing
and drawing exercises. Educational Studies, 12, 73-86.
Direktorat UMDK, Dit.Jend. Yan.Med.DEPKES RI “Petunjuk
Teknis Penyusunan prosedur Tetap Kegiatan Rumah Sakit
Swadana”, Jakarta 1995
Eissenheimer CG. Improving Quality: Guide to Effective Program .
2nd Ed. Maryland. Aspen Pub; 1997.
Evans, J.R. and Lindsay. W.M (2005). The Management and Control of Quality, Sixth Edition, Singapore, Thomson South Western
Goe Evans, J.R. and Lindsay. W.M (2005). The Management and Control of Quality, Sixth Edition, Singapore, Thomson South Western
Hari Suderajat,(2004), Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi, Bandung : CV Cipta Cekas Grafika
Hofstein, A. and Lunetta, V.N. (1982). The role of the laboratory in
science teaching: neglected aspects of research, Review of
Educational Research, 52, 201-217.
Stc, D.L. and S. Davis (1994). Introduction to Total Quality: Quality, Productivity, Competitiveness. Englewood, Cliffs,N.J: Prentice Hall International, Inc.
Hoyle, David.(2006). ISO 9000 Quality Systems Handbook, Fifth Edition. GreatBritain
Juran, J.M and Godfrey, A.B. ( 1999). Juran’s Quality Handbook (5th Edition), New York, McGraw-Hill
Jacqucline M. Katz & Eleanor Green; “Managing Quality, A Guide
to System-wide Performance Management In Health Care”
Katz JM, Green E. Managing Quality: A Guide to System-Wide
Performance Management in Health Care. 2nd Ed. St. Louis.
Mosby; 1997.
Kerr, J.F. (1964). Practical Works in School Sciences, Leicester:
35
Leicester University Press.
Lili Rasjidi. (1991). Manajemen Riset Antar disiplin, editor.
Bandung: Rosda
Lincoln, Yvonna S & Egon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry.
California: Sage
Lexy J. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remadja Karya
Myrdal, Gunnar. 1969. The political Element in the Development of
Economic Theory. New York: Simon and Schuster.
Mubyarto, Loekman Sutrisno dan Michael Dove. 1984. Nelayan dan
Kemiskinan. Studi Ekonomi dan Antropologi di Dua Desa
Pantai. Jakarta: Rajawali.
Pusat Pengembangan Pusat Pengembangan Pendidikan
UNIVERSITAS GADJAH MADA ,(2005) PEMBELAJARAN
DI LABORATORIUM, Yogyakarta
Sallis, E., (1993). Total Quality Management In Education. London: Kogan Page Ltd.
Scheerens, Jaap (2003). Peningkatan Mutu Sekolah, Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu
Suardi, Rudi (2001). Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, Penerapannya untuk mencapai TQM. Jakarta: PPM.
Sudjana, N. dan Ibrahim, R. (1988). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Bandung.
Symon, Gillian & Catherine Cassell.1998. Qualitative Methods and
Analysis in Organizational Research. A Practical Guide. New
Delhi: Sage
Smith, Adam. 1976. An Inquiry into tThe Wealth of Nations.
Chicago: The University of Chicago.
Tjiptono, F. dan Diana, A., (1996). Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Shulman, L.S. and Tamir, P. (1973) Research on teaching in the
natural sciences. In R.M.W.
Gunstone, R.F. and Champagne, A.B. (1990) Promoting
conceptual change in the laboratory. In The Student Laboratory
and the science curriculum (ed. E. Hegarty-Hazel), pp 159-
182.London: Routledge
36
(http://blog.tp.ac.id/pengertian-laboratorium-sebagai-pusat-sumber-
belajar ).
Sale D. Quality Assurance for Nurses and Other Members of The
Health Care team. 2nd Ed. London. MacMillian; 1996.
Swansburg, A.C (1996). Management and Leadership for Nurse
Managers. Jones and Bartlett Publishers International, London
England.
Yusuf Hilmi Adisendjaja, Kegiatan Praktikum Dalam
Pendidikan Sains Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia
37