proposal
TRANSCRIPT
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 1/40
PROPOSAL PENELITIAN
PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH DI MA NW AIK AMPAT DESA
SUNTALANGU KECAMATAN SELONG
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
SAUFI ASRI
NPM: 07350127
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 2/40
(STKIP) HAMZANWADI SELONG
2012
ii
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 3/40
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
1. Judul : Pengembangan Model Bahan Ajar Pada Mata
Pelajaran Sejarah di MA NW Aik Ampat Desa
Suntalangu Kecamatan Selong Kabupaten Lombok
Timur.
2. Jenis Penelitian : Penelitian Kualitatif
3. Identitas Penelitian :
a. Nama : SAUFI ASRI
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Npm : 07350127
d. Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
e. Prodi : Pendidikan Sejarah
f. PTS : STKIP HAMZANWADI Selong
4. Jumlah Penelitian : 1 Orang
5. Lokasi Penelitian : MA NW Aik Ampat
6. Lama Penelitian : 3 Bulan7. Biaya Penelitian : 2.000.000,-
Selong, 10 Desember 2011
Proposal ini disetujui oleh
Pembimbing I
M. NURMAN, M.Pd NIS: 330 2911 200
Pembimbing II
MAHRUP, M.Pd NIS : 330 3121 550
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
MUHTASAR, M.Pd
NIS : 330 2911 087
iii
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 4/40
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
telah memberikan Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini dengan judul “Pengembangan Model Bahan Ajar pada
Mata Pelajaran Sejarah di MA NW Aik Ampat Desa Suntalangu Kecamatan Selong
Kabupaten Lombok Timur”
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini, terutama:1. Bapak Drs. H. Muh. Suruji, selaku Ketua STKIP Hamzanwadi Selong.
2. Bapak Dr. Khirjan Nahdi, M.Hum, selaku Pembantu Ketua I.
3. Ibu Umi Dukha, selaku Pembantu Ketua II.
4. Bapak Musipudin, M.Pd, selaku Pembantu Ketua III.
5. Bapak Muhtasar, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah.
6. Bapak Syahrul Amar, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Sejarah.
7. Bapak Muh. Nurman, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I.
8. Bapak Mahrup, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II.
9. Bapak dan Ibu Dosen Sejarah STKIP Hamzanwadi Selong yang telah
memberikan sejumlah ilmu pengetahuannya kepada penulis sampai
terselesaikannya proposal penelitian ini.
Hanya ucapakan terimakasih ini yang penulis bisa sampaikan. Semoga bantuan
dari semua pihak mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa proposal ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan proposal ini. Akhir kata semoga proposal ini bermanfaat bagi semua
pihak. Amin.
Selong, 17 Oktober 2011
Penulis
iv
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 5/40
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................... 6C. Rumusan Masalah......................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................... 9
A. Pengembangan.............................................................................................. 9
B. Bahan Ajar..................................................................................................... 11
C. Pelajaran Sejarah di Sekolah......................................................................... 24
D. Kerangka Berpikir......................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 27
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................... 27
B. Tempat Penelitian.......................................................................................... 27
C. Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 28
D. Analisis Data................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 33
v
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 6/40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang RI
No. 2 tahun 1989 dan “Rancangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional”
yang sah menjadi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003, ditetapkan
pada tanggal 11 Juni 2003 (Depdiknas, 2003), bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebagnsaan.
Dengan demikian pendidikan merupakan komponen penting dalam pembangunan
sumber daya manusia (SDM). Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas
hidup manusia pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia,
mendewasakan, mengubah perilaku serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik
dan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Hal ini disebabkan karena mutu
pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan sumber
daya manusia sehingga dapat dikatakan bahwa masa depan bangsa terletak pada
bagaimana kualitas pendidikan kita masa kini, oleh seba bitu maka peningkatan
mutu sekolah merupakan titik sentral yang strategis untuk menciptakan mutu
pendidikan yang berkualitas, dinamis dan mandiri.
1
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 7/40
Pedidikan adalah proses interaksi bertujuan, interaksi ini terjadi antara
guru dan siswa yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mental
sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan
merupakan satuan tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan
perkembangan (Dimyati, 1996 : 6).
Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tergantung pada dua unsur
yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh peserta didik sejak
lahir, dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan
berkembang (Hamalik, 2003 : 3).
Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih kegiatan
tersebut dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai.
Dalam pelaksanaannya ketiga kegiatan tadi harus berjalan secara serempak dan
terpadu, berkelanjutan, serta serasi dengan perkembangan anak didik serta
lingkungan hidupnya (Munib, 2004 : 29).
Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Seorang guru dalam pendidikan memegang peranan
penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman
teoritis tapi juga harus memiliki kemampuan praktis.
Kedua hal ini sangat penting, karena seorang guru dalam pembelajaran
bukanlah sekedar menyampaikan materi semata, tetapi juga harus berusaha agar
mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan agar mata pelajaran
yang sedang disampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan
mudah dipahami bagi siswa.
Tujuan pendidikan nasional adalah mempunyai perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat
2
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 8/40
Indonesia sendiri secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan
sesuai dengan potensinya. Sebagai perwujudan pencapaian tujuan tersebut maka
belajar merupakan suatu proses aktif memerlukan dorongan dan bimbingan kearah
tercapainya tujuan yang dikehendaki (GBHN, 1999: 20). Melalui pendidikan
diharapkan mampu dikembangkan sikap, nilai, moral dan seperangkat
keterampilan hidup bermasyarakat dalam rangkat mempersiapkan warga negara
yang baik dan mampu bermasyarakat. Untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa.
Secara teoritis adalah mudah untuk mempelajari semua metode atau model
yang disarankan oleh para pakar pendidikan dan pakar pembelajaran, akan tetapi
dalam praktek sangat sulit menerapkannya, jika akan dikaitkan dengan kekhususan
mata pelajaran atau mata pelajaran yang masing-masing telah memiliki standar
materi dan tujuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik khususnya dalam mata
pelajaran sejarah, masih sedikit sekali tersedia buku panduan untuk bahan ajar di
kelas. Mata pelajaran sejarah merupakan bagian dari ilmu sosial yang mempunyai
peranan yang sangat penting dalam rangka menumbuhkan rasa nasionalisme,
dalam hal ini sejarah merupakan kajian yang menjelaskan tentang peristiwa pada
masa lampau yang disertai dengan fakta-fakta yang jelas.
Pelajaran sejarah menurut siswa adalah hanyalah mengulang hal yang
sama dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah. Model dan teknik
pembelajarannya juga kurang menarik, biasanya guru memulai pelajarannya
dengan cerita atau membacakan yang telah tertulis didalam buku ajar (Soewarso,
2002 : 2).
3
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 9/40
Salah satu pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru dalam kelas
adalah pembelajaran konvensional, yang bila tidak kemas dengan tidak akan
menarik perhatian siswa, karena cenderung menghapal huruf, nama tokoh, dan
rentetan peristiwa, akibatnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
sangatlah kurang. Pembelajaran konvensional cenderung meminimalkan
keterlibatan siswa sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif oleh
siswa dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut
dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana
belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menari.
Sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman,
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, disinilah tugas guru sejarah
untuk senantiasa meningkatkan keterampilan dan kualitas intelektual didalam
kegiatan pembelajaran, bahkan guru pelajaran sejarah peru tampil disetiap
kesempatan baik sebagai pendidik, pengajar, pelatih, inovator, fasilitator maupun
sebagai dinamisator dengan cara menerapkan model pembelajaran sejarah yang
berkompeten.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model
pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, dimana siswa dapat belajar secara
kooperatif, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, dan
mengemukakan pendapat.
Kondisi fisik MA NW Aik Ampat sudah baik dan memenuhi syarat atau
layak sebagai lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana pada umumnya sudah
lengkap, sehingga kegiatan belajar mengajar di atas berjalan lancar. Hal ini
didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana untuk proses pembelajaran
seperti komputer, TV/audio dan lain-lain.
4
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 10/40
Mata pelajaran sejarah MA NW Aik Ampat masih belum bisa
menumbuhkan minat siswa untuk belajar secara aktif khususnya mata pelajaran
sejarah. Minimnya jam pelajaran sejarah membuat siswa bertambah malas dan
bosan karena harus dipaksa belajar dengan sistem cepat. Berdasarkan observasi
yang dilakukan peneliti, realitas yang terjadi dalam penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar mata pelajaran sejarah, guru memegang kendali penuh di dalam
kelas. Siswa menjadi pendengar yang baik dan pencatat yang tekun tetapi kurang
aktif dalam merespon materi pelajaran yang disampaikan guru.
Dalam kenyataan di sekolah, terdapat kecenderungan daripada pendidik
menggunakan metode ceramah yang lebih menitik beratkan pada peran guru,
sehingga memungkinkan terjadinya bahaya verbalisme yaitu siswa hafal dengan
kata-katanya tanpa memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Melihat kenyataan tersebut maka peran guru sebagai pendidik perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam menyikapi penomena tersebut. Salah satunya
dengan mengembangkan model bahan ajar yang tepat dalam proses pembelajaran
khususnya mata pelajaran sejarah. Model bahan ajar yang dimaksud adalah bahan
ajar dengan menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS) dimana bahan ajar LKS
adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Lembar kegaitan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas
kompetisi dasar yang akan dicapainya. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak
akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi
dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-
tugas yang diberikan keapda peserta didik dapat berupa teoritis dan praktis. Tugas
teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat
5
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 11/40
resume untuk dipersentasikan, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja
laboratorium atau kerja lapangan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul Pengembangan Model Bahan Ajar Pada Mata pelajaran Sejarah di
MA NW Aik Ampat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dapat
teridentifikasi antara lain:
1. Pada pelaksanaan kegiatan belajar siswa kurang aktif dalam merespon
materi pelajaran.
2. Guru masih menggunakan metode ceramah.
3. Minat siswa untuk belajar mata pelajaran sejarah masih rendah.
4. Bahan ajar yang digunakan guru mata pelajaran sejarah di MA NW Aik
Ampat masih menggunakan model tradisional seperti pemberian catatan,
sehingga membuat siswa jenuh, bosan dan sering mengantuk.
C. Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti,
maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengembangan model bahan ajar pada mata pelajaran
sejarah di MA NW Aik Ampat Desa Suntalangu Kecamatan Selong Kabupaten
Lombok Timur?
2. Apakah jenis bahan ajar yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran
sejarah MA NW Aik Ampat?
6
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 12/40
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pengembangan model bahan ajar pada mata
pelajaran sejarah di MA NW Aik Ampat.
2. Untuk mengetahui jensi bahan ajar yang dikembangkan oleh guru mata
pelajaran sejarah MA NW Aik Ampat.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tentang pengembangan model bahan ajar pada mata
pelajaran sejarah di MA NW Aik Ampat :
1. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam
pengembangan model bahan ajar pada mata pelajaran sejarah.
b. Dijadikan sebagai bahan kajian bagi kepala sekolah dalam pelaksanaan
pengembangan bahan ajar pada mata pelajaran sejarah.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1) Melatih siswa untuk aktif dan kreatif
2) Dengan mengembangkan bahan ajar diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam belajar.
3) Siswa berkesempatan untuk belajar secara mandiri dan
mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
4) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
5) Siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasainya.
b. Manfaat bagi guru
7
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 13/40
1) Sebagai motivasi guru untuk meningkatkan keterampilan
memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi.
2) Dengan mengembangkan bahan ajar dapat meningkatkan
profesionalisme guru.
3) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru
dengan peserta didik.
c. Manfaat bagi sekolah
Dengan mengembangkan model bahan ajar diharapkan dapat melaksanakan
pembelajaran dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai sumber belajar
pada mata pelajaran sejarah.
d. Manfaat bagi lembaga/institusi
Diharapkan dapat berguna bagi lembaga atau institusi terkait dalam rangka
mengembangkan model bahan ajar pada mata pelajaran sejarah.
8
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 14/40
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengembangan
Pengembangan merupakan salah satu cara untuk mengubah potensi
seseorang menjadi kemampuan menjadi nyata. Pengembangan juga diartikan
sebagai proses mendesain untuk pengembangan keterampilan yang perlu demi
aktivitas di masa datang (Siagian, 2002).
Untuk menciptakan guru dan staf yang profesional perlu upaya-upaya
pemberdayaan untuk peningkatan mutu, misalnya dengan pemerataan kesempatan
kepada guru untuk mengikuti pelatihan dan penyetaraan pendidikan guru baik
melalui lembaga-lembaga diklat maupun pendidikan yang diselenggarakan di
universitas atau lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya.
Sekolah (madrasah) yang merupakan organisasi yang terus tumbuh akan
terus pula membutuhkan perhatian yang tertuju pada usaha mempertahankan
kelangsungan hidup. Peningkatan dan sebagai agen perubahan. Salah satu aktivitas
untuk mencapai usaha itu ialah dengan jalan melakukan pengembangan bahan ajar.
Pengembangan ini terutama untuk mencegah pemakaian pengetahuan yang sudah
usang dan pelaksanaan tugas yang ketinggalan zaman (Pidarta, 2004). Sedangkan
tujuan utama program pengembangan menurut Handoko (2001), ada dua, yaitu :
pertama, untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan guru dengan
permintaan jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat
9
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 15/40
meningkatkan efesiensi dan efektifitas guru dalam mencapai sasaran pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Kedua pendapat ahli tersebut pada intinya sama tentang tujuan
pengembangan bahan ajar, yaitu : pertama, untuk meningkatkan keahlian guru
yang disesuaikan dengan kebutuhan aktual sehingga tidak ada lagi gap antara
kecakapan atau kemampuan guru dengan tuntutan jabatan yang disebabkan oleh
penggunaan atau pemakaian pengetahuan yang sudah usang. Kedua, dengan
keahlian yang terus meningkat setelah dikembangkan akan melahirkan guru yang
memiliki kompetensi yang tinggi sehingga kegagalan dalam melaksanakan tugas
pembelajaran dapat dikurangi.
Jenis pengembangan menurut Malayu, (2001) dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu : pengembangan informal dan pengembangan formal.
Pengembangan secara informal, yaitu guru atas keinginan dan usaha sendiri
melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literature
yang ada hubungannya dengan pembelajaran. Pengembangan secara informal
menunjukkan bahwa guru tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan cara
meningkatkan kemampuannya. Guru sebagai tenaga profesional di tuntut untuk
terus menerus belajar, membaca informasi yang paling baru dan mengembangkan
ide-ide yang kreatif dan mengembangkan bahan ajar, bila hal itu tidak
dilaksanakan, maka mustahil bagi guru untuk dapat mengajar dengan baik. Gairah
dan semangat yang tinggi yang muncul atas inisiatif sendiri dari guru akan
menunjang pada peningkatan kompetensi dan dapat berdampak pada penciptaan
situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Sedangkan
10
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 16/40
pengembangan secara formal adalah guru ditugaskan untuk mengikuti pendidikan
baik yang dilakukan oleh organisasi maupun yang dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan.
Akhirnya kitapun dapat mengambil kesimpulan bahwa pengembangan
bahan ajar merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mencegah pemakaian
pengetahuan yang sudah usang dan pelaksanaan tugas yang sudah ketinggalan
zaman.
B. Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran termasuk dalam
pembelajaran sejarah, karena pelajaran sejarah menurut siswa merupakan pelajaran
yang membosankan dan hanya mengulangi hal yang sama dari tingkat sekolah
dasar sampai tingkat pendidikan menengah, maka dalam pembelajaran ini
memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensi dibandingkan dengan
pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran diperlukan sejumlah
sumber belajar yang sesuai dengan jumlah standar kompetensi yang tercakup di
dalamnya.
Sumber belajar yang utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran
sejarah dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, informasi lepas, atau lingkungan
sekitar seperti lingkungan alam dan lain-lain. Seorang guru yang akan menyusun
materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan
(buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan
mengembangkan bahan ajar. Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan
disket, kaset, atau CD yang berisi cerita atau tayangan yang berkaitan dengan
11
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 17/40
bahan yang akan diajarkan. Guru dalam hal ini dituntut untuk rajin dan kreatif
mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.
Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran tergantung pada
wawan, pengetahuan, pemahaman dan tingkat kreatifitasnya dalam mengelola dan
mengembangkan bahan ajar.
Sebelum mengelola dan mengembangkan bahan ajar. Seorang guru terlebih
dahulu perlu mengetahui beberapa hal, diantaranya:
1. Bahan Ajar (Materi Pembelajaran)
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instruksional materialis) adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah di tentukan. Secara terperinci jenis-
jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip,
prosedur), keterampilan dan sikap atau nilai.
2. Jenis-Jenis Bahan Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan ajar ( printed ) seperti
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,
foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,
piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio
visual ) seprti vide compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif
(interactive teaching material ) seperti CAI (computer assisted instruction),
compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis
web (web based learning materials).
12
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 18/40
a. Bahan ajar cetak ( printed )
Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika
bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan
beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter
Ballstaedt, 1994 yaitu:
1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga
memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta
didik bagian mana yang sedang dipelajari.
2) Biaya untuk pengadaannya realtif sedikit.
3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindahkan
secara mudah.
4) Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas
bagi individu.
5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja.
6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk
melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa dll.
7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang
bernilai besar.
8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
Berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain handout, buku, modul,
poster, brosur dan leaflet.
1) Handout
13
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 19/40
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru
untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasa diambil
dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan mtaeri yang
diajarkan/KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserat didik.
2) Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan
buah pikiran dari pengarangnya. Menurut kamus Oxford halaman 94,
buku diartikan sebagai: book is number of sheet of paper, either printed
or blank, fastened together in a cover , (buku adalah sejumlah lembara
kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilit dan diberi kulit). Buku
sebagai bahan merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan
hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
3) Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar
peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau degan bimbingan
guru, sehingga modul berisi tentang:
- Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)
- Kompetensi yang akan dicapia
- Content atau isi materi
- Informasi pendukung
- Latihan-latihan
- Petunjuk kerja, dapat beruap lembar kerja (LK)
- Evaluasi
14
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 20/40
- Balikan terhadap hasil evaluasi
4) Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya
berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyleesaikan suatu tugas.
5) Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah
yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas
beberapa halaman dan lipat tanpa dijilid.
6) Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat
tapi tidak dimatikan atau dijahit. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus
memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai
satu atau lebih KD.
7) Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/
proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar
wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka
wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan
proporsi yang baik. Wallchart biasanay masuk dalam kategori alat
bantu melaksanakan pembelajaran, namun di dalam hal ini wallchart di
desain sebagai bahan ajar.
8) Foto/gambar
15
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 21/40
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan
dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan
satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat serangkaian
foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya
menguasai satu atau lebih KD.
b. Bahan ajar audio visual
Berbagai jenis bahan ajar audio visual seperti video/film, VCD.
c. Bahan ajar audio diantaranya, radio, kaset, CD audio, PH.
d. Bahan ajar visual seperti foto, gambar, modle/maket.
e. Bahan ajar multimedia seperti CD interaktif, computer based, dan
internet.
3. Prinsip-Prinsip Dalam Memilih Bahan Ajar
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi : (1)
prinsip relevansi, (2) konsisten, dan (3) kecukupan. Prinsip relevansi artinya
materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip kompetensi
artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa. Misalnya : kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat
macam, maka bahan yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi
tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
akan kurang membantu dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi
16
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 22/40
dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga
yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
4. Langkah-Langkah Dalam Memilih Bahan Ajar
Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus
dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar
menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis
besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (1) mengidentifikasi
aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang menjadi acuan atau rujukan dalam pemilihan bahan ajar, (2)
mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (3) memilih bahan ajar yang
sesuai dan relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
teridentifikasi, (4) memilih sumber bahan ajar.
Secara lengkap langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih
dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu
ditentukan karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar
memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi
pembealajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara
17
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 23/40
terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu : fakta, konsep, prinsip
dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa
nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lembaga, peristiwa sejarah,
nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi
pembelajaran aspek afektif meliputi : pemberian respon, penerimaan
(apresiasi), internalisasi dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik
terdiri dari gerakan awal, semi rutin dan rutin.
b. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah
termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif atau gabungan lebih
dari satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang
akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara
mengajarnya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah
berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
c. Memilih sumber bahan ajar, setelah jenis materi ditentukan langkah
berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran
atau bahan ajar dapat ditemukan dari berbagai sumber seperti buku
pelajaran, internet, majalah dan sebagainya.
5. Langkah-langkah Pembuatan Bahan Ajar
Langkah-langkah pembuatan bahan ajar yaitu menetapkan bentuk
penyajian. Bentuk penyajian dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-
18
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 24/40
bentuk tersebut seperti buku teks, modul, diktat, lembar informasi, atau bahan
ajar sederhana. Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari berbagai
sisi, diantaranya dilihat dari berbagai sisi kekomplekan struktur dan
pekerjaannya. Bentuk buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan dengan
yang lain, begitu pula halnya modul dengan yang lain. Yang paling kurang
kompleksitasnya adalah bahan ajar sederhana sesuai dengan namanya
“sederhana” tentu wujudnya juga sederhana.
Jika bentuk penyajian sudah ditetapkan. Penyusunan bahan ajar
menyusun struktur atau kerangka penyajian. Kerangka-kerangka itu diisi
dengan materi yang telah ditetapkan, kegiatan ini sudah termasuk menderap
(membahasakan, membuat ilustrasi, gambar) bahan ajar. Drap itu (finalisasi)
selanjutnya, guru telah dapat menggunakan bahan ajar tersebut untuk
membelajarkan siswanya.
6. Tujuan Pembuatan Bahan Ajar
a. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar
disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh
b. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
7. Manfaat Bahan Ajar
Ada sejumlah manfaat yang diperoleh apabila seorang guru
mengembangkan bahan ajar diantaranya: (1) diperoleh bahan ajar yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, (2)
tidak lagi tergantung pada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, (3)
bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan
19
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 25/40
berbagai referensi, (4) menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru
dlama menulis bahan ajar, (5) bahan ajar akan mampu membangun komunikasi
pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan lebih
percaya kepada gurunya.
Disamping itu juga, selain kelima manfaat di atas, guru juga dapat
memperoleh manfaat lain, seperti tulisan tersebut dapat diajukan untuk
menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
8. Strategi Dalam Memanfaatkan Bahan Ajar
Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat dua
strategi, yaitu :
a. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru
Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru diantaranya :
1) Strategi urutan penyampaian simultan, yaitu jika guru
menyampaikan materi pembelajaran lebih dari satu, maka menurut
strategi urutan penyampaian simultan, materi keseluruhan disajikan
secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu.
2) Strategi penyampaian suksesif, jika guru harus menyampaikan
materi pembelajaran lebih dari satu, maka menurut strategi urutan
penyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara
mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi
berikutnya secara mendalam pula.
3) Strategi penyampaian fakta, jika guru harus menyajikan materi
pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat,
20
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 26/40
peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol dan
sebagainya).
4) Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep
adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari
konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur,
membedakan, membandingkan, dan lain-lain. Langkah-langkah
mengajarkan mengajarkan konsep adalah : pertama, sajikan konsep,
kedua, berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan
bukan contoh), ketiga, berikan latihan, misalnya berupa tugas untuk
mencari contoh lain, keempat, berikan umpan balik, dan kelima,
berikan tes.
5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, yang
termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum,
dan lain-lain.
6) Strategi penyampaian prosedur. Tujuan mempelajari prosedur
adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur
tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi
pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu
tugas secara urut.
b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran
berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa.
Sebaliknya ditinjau dari siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran
21
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 27/40
berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara
khusus dalam mempelajari materi pembelajaran. Kegiatan siswa dapat
dikelompokkan menjadi empat, diantaranya :
1) Menghapal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu
menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase persis
apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus di hafal
persis apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus
di hafal apa adanya. Sebalik nya ada juga materi pembelajaran yang
tidak harus di hafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan
dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting
siswa paham atau mengerti.
2) Menggunakan / mengaplikasikan. Materi pembelajaran setelah
dihafal atau dipahami, kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi
dalam proses pembelajaran, siswa perlu memiliki kemampuan untuk
menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah
dipelajari.
3) Menemukan, yang dimaksud penemuan adalah menemukan
cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan
merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi.
4) Memilih, menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksud
dengan memilih adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat
22
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 28/40
sesuatu. Misalnya memilih untuk membaca novel dari pada membaca
tulisan ilmiah.
9. Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar
a. Menentukan cakupan bahan ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran
harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta,
konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif ataukah aspek psikomotorik. Selain
itu perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam
menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan
kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan
beberapa banyak materi-materi yang dimasukkan kedalam suatu materi
pembelajaran. Sedangkan kedalaman materi menyangkut beberapa detail
konsep-konsep yang terkandung didalamnya harus dipelajari dan dikuasai
oleh siswa. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy).
Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu
diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu
materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup
materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus
dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai
sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
b. Menentukan cakupan bahan ajar
23
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 29/40
Urutan penyajian (Sequencing) bahan ajar sangat penting untuk
menentukan urutan, mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang
tepat, jika diantara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan
yang bersifat prasyarat akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya.
C. Pembelajaran Sejarah di Sekolah
Sejarah adalah biografi, setiap manusia mempunyai biografi, begitu pula
manusia pada masa lampau, tetapi yang dipelajari hanya biografi manusia yang
mempunyai peran penting yang tercatat dalam sejarah. Kehidupan orang-orang
yang memegang peranan penting dalam sejarah itulah yang akan ditiru oleh
generasi muda sekarang (Soewarso, 2000 : 26).
Tujuan diajarkannya sejarah di sekolah adalah untuk memperkenalkan
pelajar kepada riwayat perjuangan manusia untuk mencapai kehidupan yang bebas,
bahagia, adil dan makmur, serta menyadarkan pelajar tentang dasar dan tujuan
kehidupan manusia berjuang pada umumnya (Soewarso, 2000 : 31).
Tujuan pelajaran sejarah itulah yang menjadi tujuan bagi setiap manusia di
dunia. Setiap manusia selalu menginginkan kehidupan yang bahagia, adil dan
makmur. Dan manusia sadar bahwa kehidupan itu tidak akan tercapai kalau tidak
diperjuangkan sekuat tenaga, seperti yang telah diketahui oleh manusia pada masa
lampau.
Tujuan pembelajaran sejarah yang ingin dicapai menurut I Gde Widja
adalah untuk mengembangkan tiga aspek (ranah) kemampuan, yaitu : aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik (Widja, 1989 : 27 – 28). Ketiga aspek
kemampuan tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan
24
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 30/40
seperti dalam tujuan akhir pembelajaran sejarah. Konsekuensinya adalah
pengembangan konse-konsep sejarah (aspek kognitif) tidak dilepas dari
pengembangan sikap dan nilai (aspek afektif). Agar konsep dan nilai sejarah
tersebut berkembang secara optimal maka subjek didik memiliki keterampilan
intelektual (aspek psikomotorik) serta terlihat aktif secara fisik, mental dan
emosional dalam pembelajarannya (Semiawan, 1987 : VII).
Pada hakekatnya tujuan pembelajaran sejarah, yaitu untuk
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan tersebut
disesuaikan dengan dasar negara dan kurikulum pendidikan sejarah yang
dilaksanakannya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran sejarah di sekolah adalah untuk meningkatkan dan menyadarkan
generasi muda untuk mengembang dan memahami pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang sesuai dengan keperibadian bangsa Indonesia yang berdasarkan
pancasila.
D. Kerangka Berpikir
Sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data, terlebih dahulu
peneliti melakukan observasi, kajian kepustakaan, dokumentasi dan hasil
peneltiain terdahulu yang berkaitan dengan bidang ini, dimana sebelum terjun ke
lapangan terlebih dahulu peneliti mengkaji bahan-bahan kepustakaan dan hasil
penelitian terdahulu agar peneliti tidak kesulitan mengumpulkan data. Setelah
melakukan kajian pustaka maka peneliti mendapatkan gambaran tentang
bagaimana kerangka berpikir dari penelitian ini dan selanjutnya tersusunlah
kerangka berikir sebagai berikut:
25
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 31/40
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Pengembangan
• Pengembangan model
bahan ajar pada mata
pelajaran sejarah.
Bahan Ajar
• Jenis-jenis bahan ajar
Tujuan
• Untuk mendeskripsikan
pengembangan model
bahan ajar pada mata
pelajaran sejarah MA
NW Aik Ampat.
• Untuk mengetahui jenis
bahan ajar yang
dikembangkan oleh
guru mata pelajaran
sejarah MA NW Aik Ampat.
26
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 32/40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan masalah dan tujuan
penelitian yang diajukan di dalam penelitian ini, pendekatan yang paling sesuai
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan
yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat wajar dan alamiah. Karena
orientasi demikian itulah, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat
kealamiahan. Sehingga pendekatan ini seringkali disebut sebagai pendekatan
naturalistik (Nasution, 1998).
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yaitu penelitian
yang berusaha untuk mengungkapkan keadaan riil pada saat tertentu, sehingga
menjadi keadaan yang lebih lengkap dan lebih baik. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan biasa yang dilakukan dengan cara mengukur keadaan
nyata pada saat studi awal, kemudian dikembangkan dan dilakukan pengukuran
akhir.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Aik Ampat
Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. Adapun alasan penulis memilih
27
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 33/40
Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Aik Ampat sebagai obyek dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Adanya kesediaan pihak sekolah untuk bekerjasama dalam kegiatan
penelitian ini baik dalam memberikan izin peneltiian maupu ndalam
memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
2. Belum adanya penelitian mengenai pengembangan model bahan ajar
pada mata pelajaran di MA NW Aik Ampat.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi
Menurut pendapat para ahli, bahwa observasi menurut Patton (1980:
138) dalam bukunya Lexy J. Moleong menyatakan bahwa hal itu tergantugn
pada jenis dan variasi pendekatan pengamatan yag ndiperankan oleh pengamat
itu sendiri. Menurut Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi batasan
sebagai berikut: “studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial
dan gejala-gejala psikis degnan jalan pengamatan dan pencatatan”. Sedangkan
menurut Arikunto (2006: 156) mengatakan bahwa observasi adalah suatu
aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan
mata.
Adapun macam-macam observasi menurut Moleong (2001: 126-127)
dapat dibedakan menjadi: observasi berperan serta dan observasi tidak
berperan serta.
28
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 34/40
Observasi berperan serta adalah pengamatan secara cermat yang
melibatkan peneliti dengan objek yang diteliti. Jenis-jenis observasi yang
digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu observasi partisipatif (Participant
Observation), observasi yang secara terang-terangan atau secara tidak terang-
terangan (Overt Observation dan Covert Observation) dan obsevasi yang tak
berstruktur (Anstructured Observation) (Arikunto, 2000).
Dari pengamatan berperan serta tersebut diharapkan akan diperoleh
temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Selain itu pengamatan
berperan tersebut akan diperoleh informasi yang mendukung menolak
informasi yang ditemukan lewat teknik wawancara.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi adalah:
a. Menentukan dahulu apa yang akan diobservasi.
b. Menyelidiki tujuan penelitian.
c. Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi harus memilih cara
mana yang dipandang efektif.
d. Membatasi macam tingkat kategori secara tegas.
e. Berlaku sangat cermat dan sangat tertib.
f. Mencatat tiap-tiap gejala yang dicatat dan tidak dipengaruhi oleh situasi
pencatatan karean keadaan atau kondisi waktu pencatatan dapat
berpengaruh pada observer.
g. Mengetahui sebaik-baiknya alat-alat pencatat dan cara penggunaannya
sebelum observasi dilakukan.
29
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 35/40
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
berperan serta, dimana observasi berperan serta adalah pengamatna secara
cermat yang melibatkan peneliti dengan objek yang diteliti.
2. Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara atau interview adalah metode
pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang
responden dengan cara bercakap-cakap secara tatap muka. Menurut Kartono
(1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu percakapan aygn diarahkan
pada suatu masalah tertentu. Menurut Denzin dan Linchon (1994: 353)
interview merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan.
Sedangkan menurut Banister, dkk (1994 dalam Poerwandari, 1998: 72-73)
wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Adapun macam-macam wawancara dapat dibedakan menjadi:
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Terstruktur apabila
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pewawancara dilakukan secara ketat
sesuai daftar pertanyaan yang telah disisipkan, sedangkan tidak terstruktur
apabila pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak menyimpang
dari tujuan wawancara yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara
mendalam, dimana wawancara mendalam adalah percakapan antara dua orang
yaitu antara peneliti dengan informan dengan maksud tertentu.
30
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 36/40
Wawancara mendalam adalah percakapan adalah percakapan antara
dua orang yaitu antara peneliti dengan informasi dengan maksud tertentu.
Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh kontruksi yang terjadi tentang
orang, kejadian, aktivitas organisasi, perasaan, motivasi serta pengetahuan
seseorang (Sonhadji dalam Arifin, 1994). Menurut Nasution (1998), teknik
wawancara terutama dilakukan terhadap pejabat, persepsi, perasaan,
pengetahuan dan pengalaman serta penginderaan seseorang.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam interview (wawancara)
adalah:
a. Menyiapkan daftar pertanyaan yang sesuai dengan pokok masalah yang
akan ditanyakan dalam wawancara, dan mempersiapkan daftar pertanyaan
secara baik dengan memperhatikan enam unsur berita, yaitu 5W+1H.
b. Menuliskan butir-butir pertanyaan yang akan dicari jawabannya,
mungkin secara detail atau secara garis besar sesuai dengan bentuk
interview yang akan dilakukan.
c. Memikirkan ulang atua membahasnya bersama teman berkenaan
dengan butir pertanyaan yang dipersiapkan.
d. Menentukan tema interview dan antisipasi kemungkinan informasi
yang ingin atau dapat diperoleh.
e. Memahami dengan benar partisipan dalam kegiatan interview, sehingga
dapat dijadikan pemandu dalam membuat penafsiran maupun kesimpulan
berkenaan dengan informasi yang diberikan.
31
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 37/40
f. Tidak mengarahkan peratnyaan pada pemberian jawaban (setuju atau
tidak setuju) secara sugestif.
g. Jangan membiarkan partisipan memberikan jawaban secara panjang
lebar yang melampaui batas informasi ataupun topik permasalahan yang
seharusnya dibicarakan.
h. Tidak mengintrupsi jawaban dengan pertanyaan yang berbau
penafsiran, penggalian pendapat secara subjektif, ataupun klarifikasi atas
suatu kesimpulan yang memancing munculnya opini.
i. Menjaga skuensi pembicaraan sesuai dengan urutan permasalahan
ataupun skuensi informasi yang ingin diperoleh.
j. Melaksanakan interview dengan memanfaatkan bahan rekaman,
menciptakan suasana dialogis yang segar, menjauhkan suasana
pembicaraan dari suasana emosional, sehingga mempengaruhi karakteristik
informasi yang seharusnya disampaikan.
D. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif yang dilakukan melalui tiga alur kegiatan sebagaimana yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992), yaitu : (1) reduksi data, (2)
penyajian data, (3) penarikan kesimpulan atau ferifikasi. Ketiga cara tersebut
saling berkaitan dan merupakan alat kegiatan analisis yang memungkinkan data
menjadi bermakna.
32
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 38/40
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian,
penyederhanaan-pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan yang tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 1992).
2. Penyajian Data
Berhubung data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif terdiri dari
kata-kata, kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf, maka penyajian data yang
paling sering digunakan adalah dalam bentuk uraian (teks) naratif yang
panjang. Dengan demikian bisa jadi uraian tersebut terpencar-pencar bagian
demi bagian, tersusun kurang sistematis dan mungkin berlebihan, sehingga
dapat menyebabkan kekeliruan dan kecerobohan dalam mengambil
kesimpulan. Untuk menghindari hal yang demikian, maka informasi yang
bersifat kompleks tersebut harus disusun dalam satu kesatuan bentuk yang
lebih sederhana dan selektif, sehingga mudah dipahami.
3. Membuat Kesimpulan
Kegiatan penting yang ketiga dari analisis data adalah menarik suatu
kesimpulan dan ferifikasi, sejak permulaan pengumpulan data, peneliti
berusaha mencari makna dari data yang diperoleh untuk maksud tersebut.
Peneliti mencari pola-pola penjelasan, proposisi dan sebagainya. Dari data
yang didapat itu, peneliti mencoba mengambil kesimpulan. Mula-mula
kesimpulan tersebut belum jelas, tetapi akhirnya menjadi semakin jelas, lebih
rinci dan mengakar dengan kokoh karena data yang diperoleh semakin banyak
dan mendukung.
33
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 39/40
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. 2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru.
Algensindo.
Arikunto, Suharsimi, 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Sukarta :
Bumi Aksara.
Dimyati M. 1998. Landasan Kependidikan. Jakarta: Dirjen DIKTI, P2LPTK.
Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.
Hamalik, Oemar, 2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
http://AkhmadSudrajat. Wordpress.com/2008/03/04/ Konsep Pengembangan Bahan
Ajar
Moleong, Lexy, J, 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Mukhtar dan Yamin, M, 2002. Sepuluh Kiat Sukses Mengajar di Kelas. Jakarta : PT.
Nimas Multima.
Munib, Achmad, dkk, 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : UNNES Press.
Marbuko, Cholid dan Ahmadi. Abu, H, 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi
Aksara.
Nasukron. 1990. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar . Jakarta: PT.
Bina Aksara.
Nazir, Muh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Cekas Grapindo.
Rianto, Y, 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC, 2003. Penelitian
Kualitatif . Surabaya : SIC.
Soetjipto dan Kosasi, R. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana, N, 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Surahman, Winarno. 1982. Metode Pengajaran Nasional . Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Suryo Subroto, B. 2002. Prosedur Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: CV. Cekas
Gravita.
34
5/17/2018 Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 40/40
Usman, M. U. 2002. Menjadi Guru Profesional . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Yatim Rianto. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif .Unesa Unversitas (UUS)
35