propeller komposit
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Propeller Komposit
1/8
S em i n a r N a s i o n a l Te k n i k M e s i n I V
3 0 Ju n i 2 0 0 9 , S u r a b ay a , I n d o n e s ia
42
RANCANGAN ALTERNATIF PROPELLER KOMPOSIT BAGI KAPAL IKAN
TRADISIONAL
Ida Bagus Putu Sukadana1)
, I Wayan Suastawa2)
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali
1,2)
Bukit Jimbaran,Tuban, Badung 80714 Indonesia1,2)
Phone: +62- 361-701981, Fax: +62- 361-701128 1,2) E-mail :
2)
ABSTRAK
Berdasarkan observasi di beberapa daerah pesisir yang merupakan sentra nelayan tradisional,
semua unit kapal ikan jenis payang menggunakan sistem propulsi (penggerak) yang seragam, yang
ditentukan berdasarkan “kebiasaan” bertahun-tahun dan ketersediaannya di pasaran. Propeller
(baling-baling) yang digunakan berdiameter hingga 600 mm terdiri dari 3 daun dan berbahan
logam. Propeller tersebut diproduksi secara massal, dengan desain seragam untuk berbagai jenis
kapal sehingga belum tentu optimal untuk kapal ikan dengan bentuk lambung kapal spesifik.
Material logam juga dikenal rentan terhadap korosi, apalagi untuk propeller yang beroperasi di
dalam air laut. Akibatnya, nelayan seringkali direpotkan dengan penggantian propeller. Maka,
teknologi yang tersedia saat ini memiliki karakteristik kurang mengadopsi teknologi tepat guna.Seiring dengan program pemberdayaan komunitas nelayan tradisional dan isu hemat energi, maka
penyediaan teknologi tepat guna berupa propeller yang murah namun dapat diandalkan menjadi
penting untuk diupayakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prototipe propeller berbahan komposit melalui
serangkaian proses perancangan. Penggunaan material komposit merupakan solusi yang layak
untuk mengakomodasi kriteria propeller murah, tahan korosi, ringan dan mudah direparasi. Aspek
hemat energi dipenuhi dengan mendesain geometri propeller optimal sedemikian rupa sehingga
memiliki efisiensi yang cukup tinggi. Propeller harus mampu dioperasikan pada kisaran putaran
kerja motor induk yang memerlukan konsumsi bahan bakar minimal, sehingga dapat mengurangi
biaya operasional kapal. Bahan propeller komposit jauh lebih ringan daripada bahan logam,
sehingga mampu mengurangi inersianya.
Penelitian dilakukan di Pengambengan, Negara sebagai sentra pelabuhan ikan di Bali.
Pengumpulan data sebagai basis perancangan dialukan dengan observasi terhadap keberadaan
perahu nelayan dan propeller yang digunakan, pencatatan data utama serta wawancara dengan
warga nelayan. Data utama yang diperlukan untuk mendapatkan parameter propeller yang optimal
meliputi kecepatan kapal, spesifikasi motor induk dan sistem transmisinya serta parameter utama
lambung kapal. Optimasi parameter utama propeller dilakukan dengan metode Kuiper berbasiskan
torsi dengan bantuan piranti lunak PROPTIMA-Professional1. Analisa kekuatan daun propeller
kemudian dilakukan dengan Cantilever Beam Method (CBM). Diagram open water propeller
digunakan untuk analisis hidrodinamis, sedangkan prediksi kinerja propeller dilakukan dengan
menerapkan prosedur prognosis kecepatan (speed prognosis).
Hasil rancangan berupa propeller dengan parameter utama diameter (D) = 469 mm, rasio luasan
daun (BAR) = 0,394, rasio kisar (P/D) = 0,784 dan jumlah daun (Z) = 3. Geometri propeller
mengacu Wageningen B-series standar propeller. Analisis dengan CBM menunjukkan tegangan
maksimum terjadi di pangkal bilah propeller (r=0,25R) sebesar 30,3 MPa. Berdasarkan tegangan
maksimum yang terjadi, material komposit yang dipilih adalah berbasis E-Glass fiber dengan
tegangan tarik maksimum yang diijinkan = 69 Mpa. Analisis terhadap kinerja hidrodinamisrancangan propeller menunjukkan efisiensi open water mencapai 0.64 , 20% lebih tinggi daripada
propeller terpasang di kapal. Pada putaran motor maksimum dengan rasio gear 1:3,22 propeller
dapat mendorong kapal dengan kecepatan 8,5 knot.
Kata kunci : propeller, kapal ikan, komposit
1 Proptima-Professional merupakan piranti lunak hasil karya mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 2005
-
8/18/2019 Propeller Komposit
2/8
S em i n a r N a s i o n a l Te k n i k M e s i n I V
3 0 Ju n i 2 0 0 9 , S u r a b ay a , I n d o n e s ia
43
1. PendahuluanAkibat kondisi pemodalannya, komunitas nelayan
tradisional (yang tersebar hampir di sepanjang pantai
Nusantara) lebih mengandalkan teknologi sederhana
dan murah. Berdasarkan survei awal, propeller yangdigunakan pada perahu nelayan tradisional kebanyakan
berbahan besi tuang. Pertimbangannya, harganyarelatif murah. Efek penggunaan propeller murah iniadalah resiko kurang kuat menahan beban, rentan
terhadap benturan dan laju korosi yang lebih cepat.
Perawatan dan penggantian propeller saat persiapan
melaut adalah pemandangan yang umum di kapal ikan
tradisional. Masyarakat nelayan tradisional memanglebih menyukai hal-hal praktis dan ekonomis, namun
seringnya penggantian propeller justru dapat menjadi
salah satu sumber pemborosan. Propeller berbahan komposit adalah salah satu
alternatif yang patut dipertimbangkan. Dengan
keunggulan rasio kekuatan terhadap berat yang cukup
tinggi, material ini sangat cocok diaplikasikan pada perahu dan kapal-kapal kecil dengan beban propeller
yang relatif rendah. Teknik pembuatan propeller dengan bahan komposit juga tidak serumit teknik yang dipakai
untuk pembuatan propeller berbahan logam, sehingga
dapat mengurangi ongkos produksi. Berdasarkan gagasan tersebut, maka penelitian ini
bertujuan untuk merancang prototipe propeller
berbahan komposit bagi kapal ikan tradisional jenis payang ( purse seine), dengan batasan daya motor
maksimum 30 HP dan kecepatan kapal maksimum 10
knot. Untuk mengakomodasi aspek hemat energi, makarancangan prototipe harus mempertimbangkan
parameter optimum yang menghasilkan efisiensi
propeller maksimum. Dengan demikian, penelitian ini juga menganalis kinerja hidrodinamis prototipe untuk
mengetahui tingkat efisiensi propulsi yang dihasilkan.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaatantara lain pengembangan iptek di bidang propeller
komposit, mengingat teknologi ini belum banyak
dikembangkan dan diterapkan bagi armada kapal diIndonesia, serta pemberdayaan komunitas nelayan
tradisional melalui penyediaan teknologi sederhana danmemperhatikan aspek hemat energi.
Propeller berbahan komposit pada awalnya
ditujukan untuk pesawat terbang (aerofoil) karena
konstruksinya yang sangat ringan dibanding propellerlogam [1]. Karena keunggulannya ini ditambah dengan
sifatnya yang anti korosi, material komposit mulai
dilirik untuk bahan propeller kapal, terutama yang
berukuran kecil [2] hingga untuk kapal niaga [3].Penggunaan material komposit untuk propeller
kapal bukanlah hal yang baru. Salah satu produk propeller kapal berbahan komposit yang telah dikenal
adalah ConturProp berbahan komposit serat karbon [4].Propeller ini dikembangkan oleh AIR Fertigung-
Technologie GmbH sejak tahun 1993 dan mulai
diproduksi massal pada tahun 1995 dengan penggunakebanyakan merupakan kapal pesiar ( yacht ) dan kapal
militer. Daunnya terbuat dari komposit yang dapat
dilepas dari hub-nya yang terbuat dari logam.Pengembangan produk serupa dengan teknik
penyambungan yang hampir sama diproduksi pula oleh
Propulse AB Swedia, Pirhana Amerika dan Composite Marine Propeller Amerika. Semua produk tersebut
ditujukan untuk kapal-kapal pesiar, militer, dan kapalniaga [5]. Belum satu pun desain yang ditemuimengarah khusus untuk kapal nelayan; modern maupun
tradisional. Di Indonesia, teknologi serupa bahkan belum mendapatkan perhatian serius.
Dalam konteks roadmap penelitian terkait, riset
pendahuluan tentang propeller telah diawali dengan pengembangan data propeller bagi kapal cepat [6].
Hasil yang didapatkan berupa data-data karakteristikopen water propeller kapal cepat, yang dapat
dimanfaatkan dalam proses perancangan dan analisiskinerja hidrodinamis propeller kapal cepat. Analisis
spesifik tentang analisis kinerja propeller Wageningen B-series serta aspek vibrasinya juga telah dilakukan [7].
Hasilnya menunjukkan bahwa Propeller seri
Wageningen kurang optimum bagi kapal cepat, namun bagus untuk kapal berkecepatan rendah, seperti kapal
ikan sebagai obyek penelitian ini. Meski berorientasi
kapal cepat, namun metode penggunaan formula polinomial untuk menyatakan karakteristik open water
propeller pada kedua penelitian dapat diterapkan pula
pada desain propeller kapal ikan tradisional. Sehubungan dengan terbatasnya data tahanan
(resistance) kapal ikan tradisional yang sangat
diperlukan dalam tahap awal desain propeller, makasebuah penelitian terkait telah dilakukan [8]. Hasilnya
adalah data-data tahanan kapal ikan tradisional (jenis
payang) pada kondisi beban kapal kosong. Akibatdimensi model yang digunakan dalam penelitian relatif
kecil, maka data tahanan kapal pada kondisi bebankapal penuh yang dihasilkan kurang valid.
Dengan berbasiskan beban kapal kosong tersebut,
sebuah model propeller optimum bagi kapal ikantradisional telah berhasil dirancang [9]. Detil geometri
propeller dibangun dengan mengadopsi profil propeller
standar Wageningen B-Series. Pembahasan mengenaimetode perancangan dari proses optimasi geometri
utama hingga pembuatan detil profil bilah akan dibahas
pada makalah ini.
2. Metodologi2.1. Definisi Operasional dan Variabel
Untuk menjelaskan substansi dan arah penelitian,
maka beberapa terminologi yang digunakan dalam penelitian dijelaskan sebagai berikut.
Propeller atau baling-baling adalah salah satu
komponen utama dalam sistem penggerak kapal
yang bekerja secara aksial untuk menghasilkangaya dorong.
Komposit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
material yang tersusun dari serat dan matrik,dimana bahan serat adalah fiberglass dan resin
-
8/18/2019 Propeller Komposit
3/8
S em i n a r N a s i o n a l Te k n i k M e s i n I V
3 0 Ju n i 2 0 0 9 , S u r a b ay a , I n d o n e s ia
44
sebagai matriknya.
Kapal ikan tradisional adalah kapal yang digunakanuntuk menangkap ikan di laut yang memiliki ciri
khas tradisional antara lain lambung berbahan
kayu, sistem propulsi dipasang di geladak(outboard ) dan kapasitas maksimal 25 ton. Jenis
kapal yang diteliti adalah kapal ikan payang.Variabel dan parameter yang terlibat dalam proses penelitian perlu didefinisikan. Variabel terdiri dari
parameter yang diperlukan untuk data input rancanganyang bersifat variabel bebas serta yang dihasilkan
dalam penelitian yang bersifat terikat. Variabel input
meliputi :Kecepatan kapal (Vs) adalah kecepatan maju
maksimum kapal pada kondisi beban kosong
(dalam knot)
Daya motor induk (PB) adalah daya nominal motor penggerak kapal (dalam kW)
Rasio gear box (r) adalah perbandingan antara putaranmotor induk dengan putaran propeller (-)
Tahanan kapal (Rt) adalah hambatan total yang
dialami lambung kapal saat bergerak maju padakecepatan Vs (dalam kN)
Wake fraction (w) adalah koefisien interaksi yang
merupakan fraksi penurunan kecepatan kapal (-)Thrust deduction fraction (t) adalah koefisien interaksi
yang merupakan fraksi penurunan gaya dorong (-)
Variabel luaran terutama adalah beberapa parameter utama propeller, yaitu :
Diameter propeller (D) adalah diameter cakram yang
dibentuk daun propeller saat berputar (m)Jumlah daun (Z) adalah jumlah keseluruhan daun pada
satu unit propeller (-)
Rasio luasan daun (BAR) adalah perbandingan antaraluasan total permukaan daun propeller dengan
luasan cakram propeller (-)Rasio kisar (P/D) adalah perbandingan antara kisar
rata-rata daun propeller terhadap diameternya
Efisiensi propeller ( o) adalah efisiensi propeller padakondisi tanpa buritan kapal (open water ).
2.2. Metode Pengumpulan Data dan Sampelnya
Proses optimasi parameter utama propellermemerlukan data input berupa kecepatan kapal, daya
motor induk, rasio gear box, karakteristik tahanan kapal
dan karakteristik aliran buritan kapal. Tiga data pertamadidapatkan dengan pengumpulan data lapangan yang
akan dilakukan di sentra nelayan pantai Pengambengan,
Negara, Bali. Metode yang digunakan adalah observasi.
Populasi data yang diambil berjumlah 10 kapal berbedadengan kapasitas yang sama. Jenis kapal ikan yang
dipilih adalah kapal payang. Data input kemudian
ditetapkan dengan mengambil nilai rata-rata kecepatankapal dan daya motor induk, sedangkan rasio gear box
ditetapkan dengan mengambil nilai modusnya (karena
besaran ini sangat terikat dengan spesifikasi yang
beredar di lapangan).
Karakteristik tahanan kapal didekati dengan hasil
uji tahanan (resistance test ) yang telah dilakukan pada
penelitian terdahulu [8] sedangkan karakteristik aliran buritan kapal diprediksi dengan metode Holtrop [10].
2.3. Metode Pengolahan Data
Optimasi parameter utama propeller dilakukandengan metode Kuiper (1992) berbasiskan torsi [11]
sebab menggunakan data input daya motor. Asumsi dan batasan yang dipakai pada proses ini adalah :
• Propeller bekerja dalam kondisi kavitasimaksimum 2.5% back cavitation
• Diameter maksimum propeller adalah 70% saratkapal
• Efisiensi transmisi sistem propulsi diasumsikan98%
• Geometri propeller mengacu standarWageningen B-series
Proses optimasi dilakukan dengan bantuan piranti
lunak PROPTIMA-Professional. Program ini
mengadopsi metode optimasi Kuiper yangditerjemahkan ke dalam bahasa pemrograman. Metode
Kuiper pada dasarnya pemutahiran metode grafisdengan penerapan formula polinomial :
K Q = ∑=
⎟ ⎠
⎞⎜⎝
⎛ ⎟ ⎠
⎞⎜⎝
⎛ 47
1
)()(n
v
ut
s
nn
nn
n Z Ao
Ae
D
P J C (1)
K T = ∑=
⎟ ⎠
⎞⎜⎝
⎛ ⎟ ⎠
⎞⎜⎝
⎛ 39
1
)()(n
v
ut
s
nn
nn
n Z Ao
Ae
D
P J C (2)
dimana :
J : koefisien kemajuan (speed of advance)Ae/Ao : rasio luasan daun propeller (BAR)
P/D : rasio kisarZ : jumlah daun propeller
Cn : konstanta regresi dan sn , tn , un , vn adalah pangkat polinomial [12].Detil profil daun propeller dihitung berdasarkan
standar Wageningen B-series dengan input 4 data parameter utama propeller yang telah dihasilkan
melalui proses optimasi. Analisa kekuatan daun
propeller kemudian dilakukan dengan cantilever beam
method (CBM) sebagai langkah awal dalam
menentukan ketebalan minimum daun propeller pada
posisi kritis.
Semua gambar rancangan yang berupa gambarteknik, gambar detail dan gambar kerja, dibuat
berdasarkan metode Holst [13], dibantu dengan
program AUTOCAD 2008 serta gambar model 3D,dibuat dengan program CATIA V5R7.
Untuk memenuhi persyaratan rancangan yang
mengakomodasi aspek hemat energi, maka dilakkan
pula analisis kinerja. Karena pengujian hidrodinamismodel propeller tidak memungkinkan, maka kinerja
propeller dapat diprediksi dengan formula polinomial
yang tersedia, dengan dukungan data kecepatan kapal,tahanan kapal, jumlah daun propeller, rasio kisar serta
rasio luasan daun. Prediksi kinerja propeller dilakukan
dengan menerapkan prosedur prognosis kecepatan
-
8/18/2019 Propeller Komposit
4/8
S em i n a r N a s i o n a l Te k n i k M e s i n I V
3 0 Ju n i 2 0 0 9 , S u r a b ay a , I n d o n e s ia
45
(speed prognosis) [12]. Hasilnya akan memperlihatkan
efisiensi, koefisien thrust, koefisien torsi dan putarankerja propeller pada perubahan kecepatan kapal.
3. Hasil dan Pembahasan3.1. Data Input Optimasi
Sehubungan dengan ditemukannya variasispesifikasi komponen sistem propulsi yang digunakan,maka diperlukan penentuan sebuah nilai untuk masing-
masing parameter yang digunakan sebagai input
perancangan propeller. Nilai variabel input ditentukan
menurut trend data yang frekuensi penggunaannya
paling tinggi. Hasil pengolahannya tercantum padatabel 1.
Data parameter propeller yang selama ini terpasang
di kapal juga diambil sebagai bahan perbandingan hasilrancangan, dengan spesifikasi tercantum pada tabel 2.
Tabel 1. Hasil pengolahan data inputNo Data satuan mod mean SD
1 Kecepatan kapal knot 8 8.50 0.63
2 Daya motor induk HP 30 28,12 2,53 Putaran motor induk rpm 3600 3450 200
4 Rasio gear box - 3,22 2,97 0,28
Ket :
mod : frekuensi data yang paling sering muncul
mean : rata-rataSD : simpangan baku
Tabel 2. Spesifikasi propeller terpasang Parameter Dimensi satuan
25 inchDiameter (D)
635 mm
12 inchKisar (P)
304.8 mm
Rasio kisar (P/D) 0,48 -
Rasio luas daun (BAR) 0,35 -
Berhubung kapal sejenis telah diteliti pada
penelitian terdahulu [8] dimana data parameter badan
kapal telah didapatkan, maka penelitian inimemanfaatkan data tersebut. Data yang dimaksud
adalah :
Sarat kapal (T) = 1,8 m
Panjang kapal = 10,64 m
Tinggi sumbu propeller diatas garis dasar=0,45 m
Input data yang juga sangat mempengaruhi hasil
adalah koefisien interaksi yang merefleksikan aliran
yang memasuki daerah aliran propeller. Data ini berupa
koefisien fraksi aliran (w=wake fraction) dan fraksi
penurunan thrust (t=thrust deduction fraction). Nilaikoefisien tersebut didapatkan dengan pendekatanformula regresi Holtrop [11]. Hasilnya adalah :
w = 0,05
t = 0,0542
3.2. Optimasi Parameter Propeller
Titik desain propeller ditentukan pada rating
maksimum motor (20 kW pada 3600 rpm) berkorelasidengan kecepatan kapal sebesar 10 knot. Strategi ini
dipilih dengan harapan kapal dapat mencapai kecepatan
8 knot dengan motor induk bekerja di bawah ratingmaksimumnya, sehingga dapat memperpanjang umur
pemakaian motor dan menurunkan konsumsi bahan
bakar spesifik.Proses optimasi berbasis torsi dilakukan dengan
bantuan program PROPTIMA Professional. Programmengeluarkan dua hasil dengan kondisi berbeda. Hasilyang pertama mengindikasikan efisiensi propeller
tertinggi yang dapat dicapai pada tahap akhir iterasi pertama. Hasil yang kedua merupakan lanjutan iterasi
pertama, dimana parameter optimum BAR (atau Ae/Ao
pada program) diiterasi kembali dengan koreksiterhadap efek kavitasi. Parameter lainnya dikoreksi
untuk mencapai efisiensi propeller maksimum. Berikut
perbandingan keduanya disajikan dalam bentuk
tabulasi.
Tabel 3. Hasil proses optimasi parameter propeller
Iterasi Z BAR P/D o D(m)Thrust
(kN)
I 3 0.35 0.77 0.645 0.482 2.52II 3 0.394 0.784 0.640 0.469 2.41
Setelah iterasi kedua, rasio luasan bilah propeller
(BAR) harus ditingkatkan dari 0,35 menjadi 0,394 untuk antisipasi terhadap kavitasi. Hal ini
mengakibatkan turunnya diameter optimum dan
efisiensi open water . Pengecilan diameter justru
menguntungkan dari segi material sedangkan penurunan efisiensi dalam hal ini tidak signifikan. Efek
pengecilan diameter adalah turunnya gaya dorong
(thrust ) dari 2,52 kN menjadi 2,41 kN. Berdasarkanhasil penelitian Sukadana dan Husodo [8], pada
kecepatan 10 knot gaya dorong yang diperlukan adalahsebesar 4,7 kN yang harus diatasi oleh dua unit
propulsi. Untuk satu propeller, beban yang harusditanggung adalah 2,35 kN. Dengan demikian, propellerdengan parameter optimum yang dihasilkan pada iterasi
kedua masih memenuhi syarat secara teknis.
Dapat dirangkum bahwa hasil dari proses optimasi
parameter telah menghasilkan propeller denganspesifikasi :
3.3. Pemodelan Daun Propeller
Data parameter utama propeller yang telah
ditetapkan dari proses optimasi selanjutnya
diterjemahkan ke dalam bentuk rancangan detail berupa beberapa gambar. Gambar teknis dibuat untukmengetahui spesifikasi detail bilah propeller, bentuk
profilnya serta visualisasi bentangannya. Untuk
membantu visualisasi geometri aktualnya, diperlukantransformasi ke model 3 dimensi. Untuk membantu
pembuatan, diperlukan gambar pola elemen bilah
( pattern drawing), yang menunjukkan detil ordinat dan
ketebalan 10 posisi profil bilah.Basis utama semua gambar adalah detil dimensi
Z = 3 BAR = 0,394
D = 469 mm P/D = 0,784
-
8/18/2019 Propeller Komposit
5/8
S em i n a r N a s i o n a l Te k n i k M e s i n I V
3 0 Ju n i 2 0 0 9 , S u r a b ay a , I n d o n e s ia
46
setiap profil bilah pada 10 posisi ordinat radius
propeller. Data geometri yang dimaksud diperolehdengan input parameter utama propeller ke dalam
formulasi geometri profil propeller Wageningen B-
series. Hasilnya tercantum pada tabel 4.
Tabel 4. Geometri profil daun propeller
r/R r(mm)
c(mm)
a(mm)
b(mm)
t/D t(mm)
0.2 46.90 100.59 61.96 35.20 0.041 19.04
0.25 58.63 106.71 65.47 37.35 0.038 17.94
0.3 70.35 112.84 68.95 39.49 0.036 16.84
0.4 93.80 123.19 73.79 43.12 0.031 14.63
0.5 117.25 130.58 76.13 46.36 0.027 12.43
0.6 140.70 134.65 75.13 52.38 0.022 10.22
0.7 164.15 133.54 70.24 59.02 0.017 8.02
0.8 187.60 131.01 63.02 62.62 0.012 5.82
0.9 211.05 102.06 40.83 51.03 0.008 3.61
0.95 222.78 72.50 15.50 37.79 0.005 2.51
Keterangan :
r/R : posisi segmental elemen profil daunr : radius setiap profil daun
c : chord, panjang profila : jarak garis generator dari ujung depan profil
b : jarak ketebalan maksimum dari ujung depan profilt : tebal maksimum profil
Tabel 4 hanya menunjukkan ketebalan maksimum
masing-masing profil. Distribusi ketebalan pada titik
lainnya dibuat dengan tabel ordinat bagian muka dan punggung bilah setiap profil yang dimaksud. Dengan
menghubungkan titik-titik ordinat muka dan punggung
bilah, didapatkan bentuk profil yang diinginkan.
Berikut gambar teknik model propeller dengan detil profil per elemen menunjukkan posisinya terhadap garis
generator.
Gambar penampang depan daun propeller diatasmenunjukkan ketebalan profil semakin menipis ke
bagian ujung propeller, dimana bagian pangkal
memiliki ketebalan maksimum. Hal ini dimaksudkanuntuk antisipasi gaya sentrifugal yang bekerja disekitar
0,6R hingga 0,7R. Ketebalan maksimum setiap profil
juga terdistribusi dari arah depan (leading edge) secara
perlahan bergeser ke arah belakang (trailing edge).
Distribusi ini dimaksudkan untuk mendapatkan titik pusat massa bilah mendekati garis sumbu vertikalnya.
Untuk mendapatkan visualisasi prototipe yangsesungguhnya, diperlukan gambar 3 dimensi model.
Gambar ini disusun sesuai dengan konvensi kerangka
acuan yang berlaku, menurut International Towing
Tank Convention 1978 . Sumbu propeller (dan sekaligusmerupakan sumbu porosnya) terletak pada sumbu X
dengan tanda positif mengarah ke haluan kapal. Sumbu
Y terletak pada bidang yang tegak lurus dengan sumbuX dengan tanda positif ke arah lambung kanan
(starboard ), untuk propeller dengan putaran searah jarum jam. Sumbu Y merupakan sumbu vertikal dengantanda positif mengarah ke bawah. Menurut ketentuan
tersebut, maka profil bilah digambar sepanjang sumbu
Y dengan ketebalan mengarah ke sumbu X serta
susunannya per radius terbentang sepanjang sumbu Z.
Prototipe dirancang memiliki distribusi kisar yangkonstan sepanjang kenaikan radius bilahnya. Dengan
demikian, seiring kenaikan radius didapatkan sudut
kisar yang semakin mengecil, sehingga bentuk daun propeller dari pangkal hingga ke ujung terkesan
“terpilin” seperti tampak pada gambar 2.
3.4. Dimensi Boss Propeller
Dimensi bos propeller ditentukan dengan
menerapkan patokan dimensi oleh O’Brien [14].
Dimensi boss akan menentukan massa propellerkeseluruhan sehingga akan berdampak terhadap momen
inersia propeller. Momen inersia dapat mempengaruhi
karakteristik getaran sistem propulsi. Dari sisihidrodinamis, bos dengan dimensi yang terlalu besar
juga akan berdampak negatif terhadap sifat aliran yang
melewati bilah propeller.
Dengan demikian, dimensi bos juga diupayakansekecil mungkin, namun masih memungkinkan
penempatan poros dan bilah propeller. Sesuai dengan
dimensi dan geometri poros propeller yang memilikitaper 1: 10 pada bagian bos, maka bagian dalam bos
juga disesuaikan. Rancangan bos yang ditetapkan
adalah seperti terlihat pada gambar 3.
Gambar 1. Gambar teknik model propeller
Gambar 2. Model 3 dimensi propeller,
menunjukkan detil profil setiap posisi radius serta
erubahan sudut kisarn a
-
8/18/2019 Propeller Komposit
6/8
S em i n a r N a s i o n a l Te k n i k M e s i n I V
3 0 Ju n i 2 0 0 9 , S u r a b ay a , I n d o n e s ia
47
Visualisasi rancangan akhirnya dapat diperkuat
dengan penyajian model 3 dimensi sebagai satu unit propeller. Pada tahap ini posisi sambungan bilah
dengan boss-nya dapat diamati, seperti terlihat pada
gambar 4.
3.5. Analisis Kekuatan Daun Propeller
Analisis kekuatan dilakukan dengan metode yang paling sederhana, cantilever beam method (CBM).
Perhitungan kekuatan hanya dilakukan terhadap elemen
profil 0,25R, sebagai titik yang dianggap paling rawan.Sesuai dengan metode yang diberikan oleh Carlton
[14] hasil yang didapatkan untuk elemen profil 0,25 R
(r = 58,63) dirangkum sebagai berikut.
1. Massa satu bilah propeller = 0,351 kg
2. Modulus tarik penampang elemen = 3187 mm3
3. Gaya sentrifugal propeller = 556,7 N
4. Tegangan tarik maksimum (N/mm2)
a. Komponen akibat gaya dorong = 19,7 b. Komponen akibat torsi propeller = 7,53
c. Komponen akibat momen sentrifugal : 2,67
d. Komponen akibat gaya sentrifugal : 0,42sehingga tegangan maksimum yang bekerja pada
elemen bilah 0,25R = (a+b+c+d) = 30,3 N/mm2.
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwakomponen akibat gaya dorong propeller mendominasi
tegangan elemen bilah pada pangkal, disusul oleh
komponen akibat torsi propeller. Hal ini menunjukkan
kesesuaian dengan hasil analisis terhadap beberapa
propeller yang digunakan pada beberapa tipe kapaldimana secara umum komponen gaya dorong memang
mendominasi. Secara teoritis, hal ini disebabkan oleh
posisi lengan momen gaya ini dari elemen bilah yangdianalisis terjauh yaitu 0.7R, dibandingkan dengan letak
titik berat bilah (0.5R) atau lengan momen torsi
(0.66R).
Komponen gaya sentrifugal dalam kasus inimemiliki kontribusi tegangan yang relatif rendah. Hal
ini dapat disebabkan oleh material yang digunakan berupa komposit memiliki densitas yang cukup rendah
dibandingkan material logam. Mempertimbangkan
tegangan maksimum yang timbul pada pangkal bilah
propeller, maka material yang digunakan adalah
komposit berbahan E-glass fiber yang memiliki
kekuatan tarik maksimum sebesar 69 MPa dengan
densitas 2075 kg/m3.
3.6. Analisis Kinerja Propeller
Propeller dirancang untuk dapat menyediakan gaya
dorong yang cukup untuk mengatasi beban kapal pada
kecepatan yang diinginkan. Di sisi lain, propeller jugadituntut untuk memiliki efisiensi yang cukup tinggi
untuk mendapatkan sistem propulsi yang hemat.Analisis hidrodinamis dapat digunakan untukmengungkap kemampuan ini, melalui analisis
karakteristik open water propeller dan prognosis
kecepatan. Semua proses ini juga dibantu PROPTIMAProfessional.
Analisis dilakukan dengan menggunakan diagramopen water propeller yang didapatkan dari formula
polinomial propeller Wageningen B-series dengan input parameter optimum yang telah didapatkan. Sesuai
dengan tujuan penelitian, maka parameter propeller
yang telah digunakan selama ini juga dijadikan input
sebagai bahan perbandingan. Nilai-nilai numerik yangdihasilkan PROPTIMA selanjutnya ditransfer dalam
bentuk file EXCEL untuk dibuatkan diagram seperti
terlihat pada gambar 5.
Gambar 3.Sketsa dimensi bos propeller
Gambar 4. Visualisasi 3D model propeller
Openwater diagram
(KT)1(10KQ)1
(ETAo)1
(KT)2(10KQ)2
(ETAo)2
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.01 0.12 0.23 0.34 0.45 0.56 0.66 0.77 0.88
J
K T , 1
0 K Q , e
t
ETAo: efisiensi openwater
KT : koefisienthrust
KQ: koefisientorsi
Gambar 5. Diagram karakteristik open water
propeller hasil perancangan (indeks 1) dan
terpasang (indeks 2)
-
8/18/2019 Propeller Komposit
7/8
S em i n a r N a s i o n a l Te k n i k M e s i n I V
3 0 Ju n i 2 0 0 9 , S u r a b ay a , I n d o n e s ia
48
Kurva efisiensi open water menunjukkan bahwa
propeller hasil perancangan memiliki nilai maksimumlebih tinggi daripada propeller terpasang. Efisiensi open
water maksimum propeller hasil perancangan adalah
0.69 yang tercapai pada titik J = 0.68, sedangkan propeller terpasang hanya mampu menghasilkan
efisiensi open water maksimum sebesar0.53
pada titik J = 0.4. Secara teoritis, propeller hasil perancanganmampu memberikan efisiensi 30% lebih tinggi
daripada propeller terpasang.Pada pengoperasian sesungguhnya, yakni pada
kecepatan 10 knot dengan diameter rancangan sebesar
469 mm, maka titik operasi propeller berada pada J =0.55. Jadi, efisiensi aktual yang dihasilkan propeller
rancangan berada di bawah maksimumnya, yaitu
sebesar 0.64. Di sisi lain, propeller terpasang
dioperasikan pada titik J = 0.42. Dengan demikian,analisis terhadap kinerja propeller pada pengoperasian
sebenarnya mengindikasikan bahwa efisiensi openwater propeller hasil perancangan diprediksi 20% lebih tinggi daripada propeller terpasang.
Dengan diameter 35% lebih besar, dapat dipastikan propeller terpasang memiliki kemampuan gaya dorong
(thrust ) yang lebih tinggi daripada propeller hasil
perancangan. Namun, gaya dorong yang lebih tinggiini, terkorelasi pula dengan tenaga/torsi motor yang
lebih besar. Secara teoritis, hal inilah yang
menyebabkan propeller terpasang lebih boros tenaga.Faktanya, dengan diameter sebesar 635 mm semestinya
dioperasikan pada putaran yang lebih rendah (dengan
mengganti gear pereduksi putaran) sehingga didapatkanefisiensi propeller yang lebih tinggi. Namun, menurut
kajian yang telah dilakukan pada penelitian ini, dengan
spesifikasi motor penggerak dan rasio gear yangdigunakan, diameter 635 mm tidak optimum.
Disamping tinjauan terhadap efisiensi, kinerja propeller dalam hal mengakomodasi kecepatan kapal
yang diharapkan juga harus diketahui. Prognosis
kecepatan dilakukan dengan teknik pencarian koefisienK T /J
2 propeller yang setara dengan beban kapal, yaitu
K T /J 2 yang diturunkan dari tahanan kapal pada
kecepatan tertentu. Koefisien K T /J 2 propeller ditentukan
dengan formula polinomial dengan input parameter
optimum.
Output dari PROPTIMA adalah berupa tabulasi.
Untuk memperjelas hasil, disajikan prognosis kecepatandalam bentuk diagram berikut (gambar 6).
Pada gambar 6, PBmotor menyatakan kurva rating
nominal motor penggerak. PB prop merupakan kurva pembebanan propeller terhadap motor dan vs adalah
kurva kecepatan kapal yang diprediksi dapat tercapai.Kurva kecepatan naik secara kontinyu dengan pertambahan putaran motor, dengan peningkatan rata-
rata 0,7 knot untuk setiap kenaikan 250 rpm. Pada putaran maksimum kecepatan kapal yang tercapai
diprediksi sebesar 8,5 knot, masih memenuhi kecepatan
dinas yang umumnya diinginkan yaitu 8 knot. Hanyasaja, sesuai rancangan awal, kecepatan ini semestinya
tercapai pada saat motor dioperasikan di bawah rating
maksimumnya, misalnya 85% daya maksimum.
Kekurangan ini ditengarai disebabkan oleh penentuan putaran propeller yang terlalu tinggi pada titik desain
awal.Di sisi lain, karakteristik pembebanan propeller
terhadap motor menunjukkan performa yang baik. Pada
putaran kerja terendah, propeller hanya menyerap 30%daya motor. Pada putaran maksimum dengan masuknya
beban propeller ternyata daya yang tercapai hanya 85%
daya maksimumnya. Hal ini mengindikasikan pemilihan kisar ( pitch) propeller yang telah cukup baik.
4. KesimpulanBerdasarkan proses perancangan, didapatkan
rancangan propeller dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Diameter : 469 mm2. Jumlah daun : 3
3. Rasio kisar : 0,784
4. Rasio luasan daun : 0,3945. Bentuk profil : Wageningen B-series
Spesifikasi propeller diatas diaplikasikan untuk
kapal dengan sistem propulsi spesifik sebagai berikut :
• Rating maksimum motor : 20 kW pada 3600rpm
• Rasio gear penurun putaran : 1 : 3,22Kajian terhadap kinerja hidrodinamis propeller
menunjukkan hasil :
• Efisiensi propeller yang dirancang adalahsebesar 0,64, 20% lebih tinggi daripada
efisiensi propeller yang selama ini digunakan dikapal ikan obyek penelitian. Pada putaran
maksimum motor induk, propeller diprediksi
dapat menggerakkan kapal dengan kecepatan8,5 knot.
•
Hasil evaluasi sementara terhadap propeller
yang digunakan di kapal selama ini adalah
diameter non-optimum untuk putaran kerja1118 rpm (rasio gear 1:3,22)
4. Ucapan Terima KasihUcapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Politeknik Negeri Bali (PNB) sebagai pihak penyandang dana penelitian dan pembina P3M-PNB
speed prognose
PBmotor
PBprop
vs :
4.2
vs :4.7
vs :
5.3
vs :
6.0
vs :
6.8
vs :
7.7
vs :
8.5
0
5
10
15
20
25
2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500
n (rpm)
PB (kW)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Vs(knot)
Gambar 6. Prognosis kecepatan kapal denganmenggunakan propeller hasil perancangan
-
8/18/2019 Propeller Komposit
8/8
S em i n a r N a s i o n a l Te k n i k M e s i n I V
3 0 Ju n i 2 0 0 9 , S u r a b ay a , I n d o n e s ia
49
atas saran-saran dan masukan selama proses penelitian
ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Terimakasih pula bagi Sdr. Dudik Agus Cahyono; staf PT.
PAL Indonesia dan mantan mahasiswa DIII Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS-ITS); ataskegigihannya menuntaskan dan menyempurnakan
program Proptima-Professional hingga dapatmemberikan sumbangan bagi dunia perkapalan diTanah Air. Semoga kerjasama PNB, PPNS-ITS dan PT.
PAL Indonesia tetap terjalin erat.
5. Daftar Pustaka1. Hakim, A., 2007, Teknologi Material
Komposit. (http://www.forumsains.com/
Teknologi Material Komposit Forum Sains
Indonesia.htm, last visited on Thursday, 03April 2008)
2. Wozniak, C.D, ”Analysis, Fabrication and
Testing of Composite Bladed Propeller for a
Naval Academy Yard Patrol (YP) Craft”,Trident Scholar Report no.341, 2005, USNA
3.
ACMC, 2008, Composites: the Alternative toMetal Propellers,
(http://www.tech.plym.ac.uk/sme/composite
propellers.htm, last visited on Thursday, 03April 2008)
4. A Volonte, 2005, Move out of the “Bronze
Age” and into the “Space Age”,(http://www.compositecarbonfibreprop.com/av
olonte_brochure.htm, last visited on
Wednesday, 11 March 2009)5. Marsh, G., 2004, A New Start for Marine
Propellers,
(http://www.reinforcedplastics.com/features/53/marine/, last visited on Friday, 13 March
2009)
6. Sukadana, I.B.P, “Pengembangan DataKarakteristik Open Water Propeller Kapal
Cepat”, Laporan Penelitian DIK, Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, 20007. Sukadana, I.B.P., “Optimasi Desain Sistem
Propulsi Tipe V pada Kapal Patroli”. ThesisProgram Pasca Sarjana Teknologi Kelautan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya, 2001
8. Sukadana, I.B.P., dan Husodo, A.W.,“ Resistance Test Model Kapal Ikan
Tradisional di Brondong”, Laporan Penelitian
DUE-Like, Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya, Surabaya, 20029. Sukadana, I.B.P, dan Suastawa, IW., “Rancang
Bangun Propeller Komposit pada Kapal IkanTradisional untuk Meningkatkan Efisiensi
Propulsi”, Laporan Penelitian DIPA,Politeknik Negeri Bali, Denpasar, 2008
10. Holtrop, J.A., “Statistical re-Analysis ofResistance and Propulsion Data”, Jurnal
International Shipbuilding Progress, Vol.31,1984
11. Kuiper, G., The Wageningen Propeller
Series, MARIN Publication, Netherland,1992
12. Carlton, J.S., Marine Propellers and
Propulsion, Butterworth-Heinemann Ltd,Oxford, 1994
13. Mannen,J.D.Van, dan Oosanen, P.Van., 1988.“Propeller Design”, Principles of Naval
Architecture 2nd
revision, Volume II, 1988,
hal. 183-21314. O’Brien, T.P., The Design of Marine Screw
Propellers, 3rd
revision, Hutchinson &Co.
Publisher, London, 1969