program studi ilmu keolahragaan program … · pengaruh metode latihan continuous circuit dan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT DAN FOOTBALL CIRCUIT
TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (Þ踪O2max)
PEMAIN SEPAKBOLA MAHASISWA DITINJAU DARI
RASIO KERJA-ISTIRAHAT 1:2 DAN 1:3
(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan Oleh
I Komang Sukarata Adnyana
A120809016
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
TESIS
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT DAN FOOTBALL CIRCUIT
TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (Þ踪O2max)
PEMAIN SEPAKBOLA MAHASISWA DITINJAU DARI
RASIO KERJA-ISTIRAHAT 1:2 DAN 1:3
(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha)
Diajukan oleh
I Komang Sukarata Adnyana
A120809016
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tangggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Sugiyanto Nip. 194911081976091001
--------, 2011
Pembimbing II
Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd Nip. 196007271987021001
-------, 2011
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan,
Pascasarjana UNS
Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS
Nip. 194805311976031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT DAN FOOTBALL CIRCUIT
TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (Þ踪O2max)
PEMAIN SEPAKBOLA MAHASISWA DITINJAU DARI
RASIO KERJA-ISTIRAHAT 1:2 DAN 1:3
(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha)
TESIS
Diajukan oleh I Komang Sukarata Adnyana
A120809016
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS ...................
..............
Sekretaris Dr. dr. Kiyatno, PFK, M.Or, AIFO
....................
..............
Anggota Penguji
1. Prof. Dr. Sugiyanto
...................
..............
2. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd ...................
..............
Surakarta, ……......……….2011
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana UNS
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP. 195708201985031004
Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS Nip. 194805311976031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : I Komang Sukarata Adnyana
NIM : A120809016
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Perbedaan Pengaruh
Metode Latihan Continuous Circuit dan Football Circuit terhadap Peningkatan
Volume Oksigen Maksimal (奖踪O2 Max)Pemain Sepakbola Mahasiswa Ditinjau dari
Rasio Kerja-Istirahat 1:2 dan 1:3”, adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan
I Komang Sukarata Adnyana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
“MOTTO”
“BAHAGIALAH Kamu JIKA MAMPU
“MENGALAHKAN” DIRI SENDIRI”
‘Keberhasilan Sejati Seseorang Sebenarnya Adalah Bukan Disaat
Kita Bisa Menaklukan “Lingkungan” Tetapi Disaat
Kita Bisa Menaklukan Diri Sendiri’
(By; Ady 2010-2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
‘KATA PERSEMBAHAN’
Dengan Ketulusan dan Kerendahan Hati, Karya Tulis (TESIS) Ini
Kupersembahkan Kepada:
1. KEDUA ORANG TUAKU TERCINTA ; I MADE YASA DAN NI KETUT NAKTI
2. SAUDARA/SAUDARIKU TERSAYANG ; * NI WAYAN NARIANTI BESERTA KELUARGA
* NI MADE TINI BESERTA KELUARGA
* ADIKKU I KETUT MANDIKA BESERTA KELUARGA
* ADIKKU I WAYAN DIARTA
3. ISTRIKU TERCINTA LUH WEDA WATI ARIANI, S.Pd
4. Teman –teman seperjuangan yang sudah
memberikan semangat dan motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Perbedaan
Pengaruh Metode Latihan Continuous Circuit dan Football Circuit Terhadap
peningkatan volume oksigen maksimal(Þ踪o2max) pemain sepakbola mahasiswa ditinjau
dari rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3”. dalam rangka meneyelesaikan pendidikan
Program Magister. Berkat petunjuk, bimbingan dan arahan dari Prof. Dr. Sugiyanto
dan Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd. Serta bantuan dari berbagai pihak segala
kesulitan dan tantangan dalam proses penyelesaian tesis dapat teratasi. Pada
kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang tiada
terhingga kepada:
1. Prof. Dr. dr. Much. Syamsulhadi, Sp, KJ, (K), selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. I Ketut Sudiana, M.Pd, selaku Rektor Universitas Pendidikan Ganesha,
yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data dalam menyelesaikan
penulisan tesis ini.
3. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd, Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memotivasi penulis
dalam proses menyelesaikan penulisan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.S, Selaku Dekan Fakultas Olahraga dan Kesehatan
yang telah memberikan ijin dalam pengambilan data pada mahasiswa FOK yang
mengambil mata kuliah pembinaan prestasi sepakbola.
6. Prof. Dr. Sugiyanto, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
7. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini.
8. Keluarga tercinta serta orang yang paling dekat dihati yang telah menjadi motivasi
tersendiri bagi penulis untuk meyelesaikan studi Program Pascasarjana di
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Para mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, UNDIKSHA (Uviversitas
Pendidikan Ganesha), yang telah bersedia menjadi sample pengambilan data ini.
10. Teman sejawat dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayat-Nya kepada kita semua.
Surakarta, Desember 2011 Penulis
I Komang Sukarata Adnyana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ....................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
ABSTRAK ....................................................................................................... xvii
ABSTRACT ....................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS .................................................. 11
A. Kajian Teori ...................................................................................... 11
1. Karakteristik Permainan Sepakbola ............................................... 11
1) Permainan Sepakbola .......................................................... 11
2) Pergerakan Olahraga Modern serta Karakteristik ............... 12
a. Pergerakan Olahraga Modern ......................................... 12
b. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Gerak ................ 15
3) Volume Oksigen Maksimal (Þ踪O2 max) ............................... 17
4) Sistem Energi ....................................................................... 25
a. ATP (Adenosin Tri Phosphate) ....................................... 25
b. Sistem ATP-PC (Adenosin Tri Phosphate –
PhospoCreatin) ............................................................... 28
c. Sistem LA (Laktid Acid) ................................................. 28
d. Sistem Aerob ................................................................... 29
2. Metode Latihan ............................................................................. 35
1) Latihan ................................................................................ 35
a. Tujuan Latihan ................................................................ 36
b. Batasan Latihan. ............................................................. 38
c. Prinsip-prinsip Dasar Latihan. ....................................... 40
d. Intensitas, Volume, Densitas dan Frekuensi Latihan. .... 44
2) Metode Latihan Sirkuit (Circuit Training) .......................... 58
a. Metode Latihan Sirkuit Berlanjut ................................... 60
b. Metode Latihan Sirkuit Sepakbola ................................. 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
3. Latihan Interval (Interval Training) ............................................... 75
1) Rasio Kerja-istirahat 1:2 ................................................... 88
2) Rasio Kerja-istirahat 1:3 ................................................... 88
B. Penelitian Yang Relevan .................................................................. 89
C. Kerangkan Berpikir .......................................................................... 90
D. Hipotesis ........................................................................................... 94
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 95
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 95
1. Tempat Penelitian ..................................................................... 95
2. Waktu Penelitian ...................................................................... 95
B. Metode Penelitian ............................................................................ 95
C. Variabel Penelitian .......................................................................... 97
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 97
E. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 99
1. Populasi Penelitian ................................................................. 99
2. Sampel Penelitian ..................................................................... 99
F. Kerangka Operasional Penelitian .................................................... 102
G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 103
H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 105
1. Uji Normalitas ........................................................................... 105
2. Uji Homogenitas ........................................................................ 107
3. Uji Hipotesis .............................................................................. 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 111
A. Deskripsi Data .................................................................................. 111
B. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................ 115
1. Uji Normalitas ............................................................................ 115
2. Uji Homogenitas ......................................................................... 116
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 117
1. Pengujian Hipotesis I ................................................................. 119
2. Pengujian Hipotesis II ................................................................ 120
3. Pengujian Hipotesis III ............................................................... 120
D. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 121
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 130
A. Kesimpulan ..................................................................................... 130
B. Implikasi .......................................................................................... 131
C. Saran ............................................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 138
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Maksimum pada Berbagai Durasi
serta Sistem Penyediaan Energi untuk Aktivitas ............................ 25
Tabel 2. Berbagai Substrat untuk Pasok Energi dan Ciri-Cirinya ................ 26
Tabel 3. Kapasitas ATP dan Jumlah Tenaga / Menit dalam Sistem Energi ... 28
Tabel 4. Ukuran Intensitas untuk Latihan Kecepatan dan
Kekuatan .......................................................................... 45
Tabel 5. Lima Daerah Intensitas Untuk Olahraga Siklik .......................... 46
Tabel 6. Empat Daerah Intensitas Berdasarkan Reaksi Denyut
Jantung terhadap Beban Latiha ................................... . 52
Tabel 7. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval
Berdasarkan “Waktu” Latihan ........................................................ 78
Tabel 8. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval
Berdasarkan “Jarak” Latihan ............................................................ 79
Tabel 9. Berbagai Cabang Olahraga, Aktivitas dan Sistem-Sistem Energi
yang Utama ..................................................................................... 81
Tabel 10. Berbagai metode latihan dan Pengembangan Sistem Energi Utama. 82
Tabel 11. Berbagai Metode Latihan dan Penggunaan Sistem Energi Utama
untuk Kegiatan Berbagai Olahraga .................................................. 85
Tabel 12. Prediksi Pulih Asal dan Diet ............................................................ 87
Tabel 13. Rancangan Penelitian 2 X 2............................................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 14 . Reference: The Physical Fitness Specialist Certification Manual,
The Cooper Institute for Aerobics Research, Dallas TX,
Revised 1997 Printed in Advance Fitness Assessment &
Exercise Prescription, 3rd Edition, Vivian H. Heyward ................ ... 104
Tabel 15. Ringkasan ANAVA Rancangan Faktorial 2 X 2................................ 109
Tabel 16. Deskiripsi Data Hasil Tes Kemampuan Volume Oksigen Maksimal
(Þ踪O2 max) Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode
Latihan dan Rasio Kerja-Istirahat........................................................ 111
Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data.................................................. 115
Tabel 18. Ringkasan uji Homogenitas Data........................................................... 116
Tabel 19. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kemampuan Volume Oksigen Maksimal
Berdasarkan Rasio Waktu Kerja-Istirahat pada Metode Latihan
Sirkuit ................................................................................................. 117
Tabel 20. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Metode Latihan Sirkuit
(A1 dan A2) .......................................................................................... 118
Tabel 21. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Rasio Waktu Kerja-Istirahat
(B1 dan B2) .......................................................................................... 118
Tabel 22. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Jalur ...................................... 118
Tabel 23. Ringkasan Hasil Uji Newman-Keul Setelah Analisis Varians .......... 119
Tabel 24. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor A dan B
Terhadap Hasil Volume Oksigen Maksimal (Þ踪O2 max)....................... 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
GAMBAR 1. Penyediaan ATP ........................................................................ 26
GAMBAR 2. Penyediaan ATP ........................................................................ 27
GAMBAR 3. Oksigen Asam Laktat ( Glikolisis Anaerobic) .......................... 29
GAMBAR 4. Kurva Denyut Nadi Laktat ........................................................ 34
GAMBAR 5. Prinsip Beban Bertambah .......................................................... 41
GAMBAR 6. Prinsip Beban Berlebih .............................................................. 42
GAMBAR 7 Efek Latihan. .............................................................................. 43
GAMBAR 8 Sirkuit Berlanjut. ........................................................................ 64
GAMBAR 9 Sirkuit Sepakbola. ...................................................................... 71
GAMBAR 10 Proses Interval Kerja dan Interval Istirahat. ............................. 84
GAMBAR 11. Kerangka Operasional Penelitian ............................................ 102
GAMBAR 12. Teknik Pelaksanaan Multiple Fitness Test............................... 103
GAMBAR 13. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir
Kemampuan Volume Oksigen Maksimal ( Þ踪O2 max ) Tiap
Kelompok Berdasarkan Metode Latihan dan Rasio
Kerja-Istirahat............................................................................ 113
GAMBAR 14. Histogram Nilai Yang Dicapai Dalam Kemampuan Volume
Oksigen Maksimal (Þ踪O2 max) pada Tiap Kelompok Perlakuan.. 114
GAMBAR 15. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Hasil
Volume Oksigen Maksimal (Þ踪O2 max) ....................................... 128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 01. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................... 140
Lampiran 02. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 144
Lampiran 03. Program Latihan ........................................................................ 147
Lampiran 04. Program latihan individu ........................................................... 161
Lampiran 05. Data Hasil Free Test dan Post Test ........................................... 165
Lampiran 06. Sample Penelitian ...................................................................... 167
Lampiran 07. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Oksige Maksimal
(Þ踪O2 max).................................................................................... 169
Lampiran 07. Uji Normalitas Data Dengan Chi Kuadrat ................................ 171
Lampiran 09. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan
Analisis Variansi ...................................................................... 175
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Data Untuk Analis Varians .......................... 176
Lampiran 11. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlett ....................................... 177
Lampiran 12. Analisis Varians ........................................................................ 179
Lampiran 13. Daftar f ...................................................................................... 180
Lampiran 14. Foto Pengambilan Data ............................................................. 181
Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................. 186 Lampiran 16. Surat Pemberian Ijin Penelitian ................................................ 187 Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian ...................................................... 188
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
I Komang Sukarata Adnyana A120809016. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Sirkuit berlanjut dan sirkuit sepakbola terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (Þ踪O2 max) pemain sepakbola mahasiswa ditinjau dari Rasio Waktu Kerja-Istirahat 1:2 dan 1:3. TESIS. Program Pascasarjana UNS, Januari 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dan sirkuit sepakbola (football circuit) terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (Þ踪O2 max) pada pemain pemain sepakbola, (2) perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (Þ踪O2
max) antara latihan sirkuit dengan rasio waktu kerja – istirahat 1:2 dan 1:3 pada pemain sepakbola, dan (3) pengaruh interaksi antara metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerja – istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (Þ踪O2 max) pada pemain sepakbola. Penelitian ini termasuk “eksperimen lapangan” dengan rancangan faktorial 2 X 2. Sampel penelitian sebanyak 40 orang. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok eksperimen yaitu; (1) kelompok eksperimen 1 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit berlanjut dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2, (2) kelompok eksperimen 2 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit berlanjut dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:3, (3) kelompok eksperimen 3 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit sepakbola dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2, (4) kelompok eksperimen 4 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit sepakbola dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:3. Kelompok eksperimen 1 melakukan latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:2 (work relief), kelompok eksperimen 2 melakukan latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:3 (work relief), kelompok eksperimen 3 melakukan latihan sirkuit sepakbola (football circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:2 (work relief), kelompok eksperimen 4 melakukan latihan sirkuit sepakbola (football circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:3 (work relief). Latihan dalam penelitian dilakukan 3 kali setiap minggu, selama 24 kali pertemuan. Data Volume Oksigen Maksimal (Þ踪O2 max) sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis secara statistika dengan menggunakan Analisis Varians 2 jalur pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dan
sirkuit sepakbola (football circuit) terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (Þ踪O2 max). Masing-masing; untuk metode latihan sirkuit berlanjut adalah 2,32 dan untuk metode latihan sirkuit sepakbola adalah 2,715.
2. Ada perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (Þ踪O2 max) pada pemain sepakbola antara rasio kerja-istirahat 1:2 dengan rasio kerja-istirahat 1:3. Masing-masing; untuk rasio waktu kerja-istirahat 1:2 adalah 1,715 dan rasio waktu kerja-istirahat 1:3 adalah 3,32.
3. Tidak ada pengaruh interaksi antara metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerja – istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (Þ踪O2 max) pada pemain sepakbola.
Kata kunci: Latihan Sirkuit, Rasio Waktu Kerja-Istirahat, Þ踪O2 max
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT
I Komang Sukarata Adnyana. A120908016. The Effects of continuous and football circuit training method for The Increase Of Maximal Oxygen Volume (Þ踪O2 max)of students football players observed by 1:2 and 1:3 Resting-Working Ratio. THESIS. Postgraduate Program of The Sebelas Maret University of Surakarta, January 2011.
The aims of the research is to find out: (1) the differences between the effects of continuous circuit training method and football circuit training method on the increase of Maximal Oxygen Volume (Þ踪O2 max) owned by football athletes, (2) the differences increase result of maximal oxygen volume ( Þ踪O2 max) between circuit training with 1:2 resting-working ratio and 1:3 resting-working ratio on the football athletes (3) the effects of interaction between circuit training method and resting-worting ratio on the increase of Maximal Oxygen Volume (Þ踪O2 max) owned by football athletes
The research was categorized as a field experiment with a factor design 2x2. The number of sample involved in the research was 40 people which was divided into 4 groups namely (1) experiment group 1 (10 people) with continuous circuit training method and 1:2 working-resting ratio (2) experiment group 2 (10 people) with continuous circuit training method and 1:3 working-resting ratio (3) Experiment group 3 (10 people) with football circuit training method and 1:2 working-resting ratio (4) experiment group 4 with football circuit training method and 1:3 working-resting ratio
Group experiment 1 did the continuous circuit training with interval of 1:2 work relief. The second group did the same training but was given 1:3 break interval. Group 3 and 4, however, did the football circuit training with 1:2 and 1:3 work relief interval respectively. The training was conducted three times per week, covered in 24 meetings. Thus, the data of Maximal Oxygen Volume (Þ踪O2 max) before and after the treatment was analysed statistically through two way Variant Analysis at 5% significance level. Based on the analysis, a conclusion can be drawn as follows: 1. There is significant difference on the increase of Maximal Oxygen Volume (Þ踪O2
max) as the effects of using the continuous circuit training method and football circuit training method. With the continous circuit training method, the increase of Maximal Oxygen Volume reaches 2,32. On the other hand, with the football circuit training method, the increase reaches 2,715.
2. There is significant difference on the increase of Maximal Oxygen Volume (Þ踪O2 max) of football players as the effects of giving the 1:2 and 1:3 working-resting time ratios. With 1:2 working-resting ratio the increase reaches 1,715 and with 1:3 working-resting ratio the increase reaches 3,32.
3. There is not interaction effects between circuit training methods used and working-resting time ratios given on the increase of Maximal Oxygen Volume (Þ踪O2 max) of football players.
Keywords: Circuit Training, Working-Resting Time Ratios, Þ踪O2 max
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebugaran dan prestasi seorang atlet atau olahragawan sifatnya tidak
statis, tetapi berubah-ubah sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan khususnya
latihan olahraga. Latihan kondisi fisik diperlukan untuk mencapai kebugaran
jasmani dan prestasi, yang disesuaikan dengan tuntutan masing-masing cabang
olahraga yaitu dengan latihan yang direncanakan, sistematik, berjenjang,
meningkat (progresif overload) dan berkelanjutan, untuk mencapai standar yang
telah ditentukan (Bompa, 1999 : 45). Untuk menyusun program latihan fisik yang
tepat dan mencapai sasaran dalam cabang olahraga tertentu, selengkapnya harus
memperhatikan prinsip-prinsip dasar latihan keseluruhan yaitu; (1) beban
berlebih (the overload principle), (2) prinsip beban bertambah (the principle of
progressive ressistance), (3) prinsip latihan beraturan (the principle of arrange
ment of exercise), (4) prinsip kekhususan (the principle of specificity), (5) prinsip
individualisme (the principle of individuality), (6) prinsip pulih asal (reversible
principle), dan (7) prinsip beragam (variety principle). Salah satu prinsip yang
perlu mendapat perhatian khusus yaitu prinsip beban bertambah (the principle of
progressive ressistance). Bompa (1999 : 46) mengatakan pencapaian peningkatan
seorang atlet adalah suatu hasil yang langsung menyangkut jumlah dan mutu
latihan. Dari langkah awal/atlet pemula (inisiasi) sampai pada atlet yang
berkualitas, beban kerja dalam latihan harus meningkat secara berangsur-angsur
menurut kemampuan psikologis dan fisiologis individu. Dalam olahraga, sasaran
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
latihan utama adalah meningkatkan potensi fungsi organ (fisiologis), di dalam
peningkatan beban latihan harus tidak tinggi. Ozalin 1971 dalam Bompa, (1999 :
46 - 47) menyatakan bahwa suatu peningkatan dalam beban harus sekitar 3%
sampai 6% dari suatu kemampuan maksimum atlet.
Olahraga sepakbola merupakan bentuk olahraga yang memerlukan
koordinasi semua organ tubuh, dan kebugaran jasmani yang prima. Kebugaran
jasmani yang prima akan berimplikasi pada kecepatan, kelentukan, keakuratan,
kelincahan, power, dan daya tahan yang prima pula. Teknik bermain sepakbola
merupakan dasar bagi setiap pemain ,diantaranya operan dan tahan bola (passing
and control), menggiring bola (driblling), memainkan bola dengan kepala
(heading), menembakan bola ke gawang (shooting) (Nurhasan 2001: 157-163).
Kondisi fisik pemain dituntut selalu prima. Sepakbola juga memerlukan
pamantapan kondisi lokomotor untuk mendapatkan ketahanan otot. Bahkan sangat
perlu pemantapan kondisi jantung dan pernafasan, kelentukan dan relaksasi yang
dinamis. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan
kebugaran jasmani yang optimal. Unsur yang paling penting pada kebugaran
jasmani adalah daya tahan kardiorespirasi. Konsumsi oksigen maksimal
(�踪O2 max) dipakai sebagai parameter derajat kebugaran jasmani yang menopang
terciptanya koordinasi gerak lain yang diperlukan pada spesifikasi dalam cabang
olahraga sepakbola.
Permainan sepakbola pada saat ini merupakan olahraga yang sangat
populer di dunia termasuk di Indonesia. Untuk dapat bersaing ke tingkat pemain
yang profesional, selain mempunyai teknik yang bagus juga harus mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kebugaran dan kesehatan yang bagus. Pemain sepakbola khususnya di Undiksha
masih belum bisa menunjukan prestasi yang bagus. Ini dapat dilihat dari prestasi
yang mampu dicapai dalam kompetisi baik di tingkat daerah maupun nasional,
serta sedikitnya jumlah pemain yang dapat berkiprah di ajang Liga Nasional.
Dengan mencermati permasalahan tersebut di atas maka sangat di perlukan
pendekatan latihan dan metode latihan yang tepat. Untuk melatih pemain
sepakbola terutama dalam meningkatkan kapasitas aerobik maksimal (�踪O2 max)
yang pada nantinya dapat menopang terciptanya koordinasi gerak lain yang
diperlukan pada spesifikasi dalam cabang olahraga sepakbola seperti; kecepatan,
kelentukan, keakuratan, kelincahan, power, dan daya tahan kardiovaskuler adalah
dengan penerapan pelatihan sirkuit (Circuit Training).
Latihan sirkuit (Circuit Training) merupakan salah satu metode
pengkondisian yang pada mulanya dipelopori oleh Morgan dan Admson pada
tahun 1953 di University of Leeds Inggris (Harsono, 1988 : 227). Latihan sirkuit
(Circuit Training) adalah program dengan berbagai jenis beban kerja yang
dilakukan secara simultan dan terus menerus dengan diselingi istirahat pada
pergantian jenis beban kerja tersebut. Program latihan ini sangat baik, karena
dapat membentuk berbagai kondisi fisik secara serempak. Tetapi beberapa faktor
yang harus diperhatikan ( Hazeldine, 1985 : 18) adalah; (1) antara delapan sampai
lima belas pos yang berbeda yang paling umum. Masing-Masing latihan perlu
memilih untuk potensinya di dalam mengembangkan; kualitas, apakah itu untuk
kebugaran secara umum dan yang berhububungan dengan kekuatan. (2)
pengorganisasian urutan latihan dan jarak pos untuk menekankan pada otot, paru-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
paru dan peredaran sistem yang akan dilatih, (3) banyaknya pos dalam latihan
yang akan digunakan berhubungan dengan alat dan fasilitasnya, sesuai dengan
hasil yang diharapkan (4) latihan yang diberikan harus disesuaikan sedemikian
rupa sehingga mampu untuk melaksanakan pengulangan sebanyak mungkin
dengan kira-kira interval 60 detik dalam tiap pos sehingga menimbulkan
kelelahan yang cukup berarti, (5) dalam pemilihan organisasi waktu istirahat
(interval) sangat penting guna proses pemuliahan proses fisiologis seperti proses
sistem energi sepanjang latihan, (6) sangat memungkinkan menghitung
banyaknya pengulangan yang dilakukan dalam waktu tertentu dengan batasan
waktu yang dilakukan dalam setiap penyelesaian antar set di semua pos, sehingga
membantu monitoring kemajuan dan motivasi dalam pelaksanaan latihan.
Bentuk latihan sirkuit (Circuit Training) memiliki tiga karakteristik yaitu;
1). meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan kebugaran otot. 2). menerapkan
prinsip tahanan progresif. 3). memungkinkan banyak individu berlatih dalam
waktu yang sama, didasarkan pada kemampuan tiap individu, dan memperoleh
latihan maksimal dalam waktu pendek. Pelaksanaan program latihan sirkuit
(Circuit Training) terdiri dari beberapa pos. Dalam penelitian ini akan memakai
latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dengan 10 pos yaitu; 1) vault over the
buck, 2) double-footed jumps over a bench, working forward, 3) two forward rolls
on mats, working forwards, 4) steeplechase jump, 5) sprint ten metres between
two skittles, 6) continuous run up three box, 7) throught voult over the horse, 8)
Crab walk ten matres between two skittles, 9) jump to touchfootball net or
backboard, 10) double footed jumps over three hurdles of suitable height one
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
metre apart ( Hazeldine, 1985 : 25), dan menggunakan latihan sirkuit sepakbola
(football circuit) dengan 12 pos yaitu; 1) sprint and head, 2) throw in, 3)
dribbling, 4) wallbar knee raise, 5) dribbling and return, 6) astride jumps, 7)
abdominal curl, 8) shutlle run, 9) back extention 10)hurdle jump, 11) straight
arm overthrow, 12) leg curl. ( Hazeldine, 1985 : 27-29)
Berdasarkan beberapa kajian ilmiah yang telah diungkapkan secara
teoritis; yaitu latihan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip dasar latihan
(salah satunya prinsip beban bertambah (the principle of progressive ressistance))
dengan memperhatikan interval waktu istirahat. Maka dalam penelitian ini akan
mengkaji pengaruh latihan sirkuit (continuous circuit) dan (football circuit)
dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap peningkatan volume
oksigen maksimal (�踪O2 max) pada pemain sepakbola Undiksha singaraja.
B. Identifikasi Masalah.
Pengembangan metode latihan dan evaluasi berdasarkan metode latihan
yang tepat merupakan perwujudan dari pengembangan dan kemajuan metode
latihan dalam olahraga. Pelatih yang baik adalah pelatih yang tidak hanya
mengacu pada pengalaman pada saat menjadi atlet, tetapi berpedoman dengan
kelemahan-kelemahan yang terjadi dengan dasar ilmiah, sehingga tidak
menghambat peningkatan latihan bahkan merusak penampilan (performance)
atlet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Inovasi dalam bidang metodologi latihan yang mengkaji pada
pengembangan teori dan metodologi serta penemuan baru dalam bentuk hasil
penelitian secara ilmiah yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi adalah perlu mendapat perhatian, sehingga produk yang dihasilkan
dapat dimanfaaatkan untuk kemajuan olahraga.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah-masalah yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap
perkembangan volume oksigen maksimal (�踪O2 max)pada pemain sepakbola.
2. Latihan football circuit dengan dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3
terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max)pada pemain
sepakbola.
3. Seseorang dengan latihan interval yang tidak sama akan memberikan
pengaruh yang berbeda pada peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2
max).
4. Pemberian bentuk latihan dengan prinsip beban bertambah (the principle of
progressive ressistance) yang berbeda dapat mempengaruhi peningkatan
volume oksigen maksimal (�踪O2 max).
5. Cara-cara meningkatkan volume oksigen maksimal (�踪O2 max).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak menimbulkan
penafsiran yang salah, perlu pembatasan penelitian yang menjadikan pusat
penelitian semakin jelas yaitu;
1. Pengaruh latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1: 2 terhadap
peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) pada pemain sepakbola.
2. Pengaruh latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:3 terhadap
peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) pada pemain sepakbola.
3. Pengaruh latihan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 terhadap
peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) pada pemain sepakbola.
4. Pengaruh latihan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:3 terhadap
peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) pada pemain sepakbola.
5. Pengaruh Interaksi latihan continuous circuit dan football circuit dengan rasio
kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal
(�踪O2 max) pada pemain sepakbola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Rumusan Masalah
Prestasi seseorang merupakan perwujudan dari out put suatu proses latihan
yang juga tidak bisa terlepas dari in put proses tersebut. Berkaitan dengan proses
latihan continuous circuit dan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan
1:3 terdapat beberapa permasalah yang berhasil dirumuskan yang perlu dicermati
sebagai berikut;
1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan continuous circuit dan football
circuit terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) pada
pemain sepakbola?
2. Adakah perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max)
pada pemain sepakbola antara metode latihan sirkuit dengan rasio kerja-
istirahat 1:2 dan rasio kerja-istirahat 1:3?
3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan circuit dengan rasio kerja-istirahat
terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) pada pemain
sepakbola?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
E. Tujuan Penelitian
Suatu bentuk kegiatan yang sifatnya ilmiah harus mempunyai tujuan yang
jelas, apalagi dalam kegiatan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan continuous circuit dan
football circuit terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max)
pada pemain sepakbola.
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal
(�踪O2 max) pemain sepak bola antara metode latihan sirkuit dengan rasio
kerja-istirahat 1: 2 dan rasio kerja -istirahat 1:3.
3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara latihan circuit dengan rasio kerja-
istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) pada
pemain sepakbola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
F. Manfaat Penelitian
Keberhasilan suatu hasil karya ilmiah dapat dilihat dari seberapa besar
manfaat yang diberikan untuk dapat dinikmati oleh orang lain (pelaku olahraga).
Semakin besar manfaat yang diberikan semakin berhasil pula hasil karya yang
telah diciptakan. Begitu pula latihan continuous circuit dan football circuit
dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap perkembangan volume oksigen
maksimal (�踪O2 max) pada pemain sepakbola. Metode ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi olahraga dalam metode melatih khususnya dalam meningkatkan volume
oksigen maksimal (�踪O2 max).
Bagi para pelatih akan lebih memudahkan dalam proses melatih untuk
mencapai prestasi, dan bagi proses latihan itu sendiri akan lebih kreatif, inovatif
dan produktif dalam pencapaian kualitas latihan dan hasil latihan yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Karakteristik Permainan Sepakbola
1) Permainan Sepakbola.
Permainan sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh dua regu yang
berlawanan dimana tiap regu yang melakukan permainan di dalam lapangan
terdiri dari 11 orang dan berusaha memasukkan bola sebanyak mungkin ke
gawang lawan, sedangkan pemain pengganti sebanyak-banyaknya maksimal 7
orang, sehingga tiap regu paling banyak terdiri dari 18 orang pemain. Permainan
sepakbola dimainkan di atas lapangan berumput yang sengaja diadakan untuk itu,
baik di lapangan terbuka maupun di ruangan tertutup ( Sudjarwo, dkk. 2005; 4).
Pada hakekatnya, tiap-tiap regu mempunyai kesempatan untuk menyerang dan
memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan sedapat mungkin
untuk tidak kemasukan. Secara garis besar permainan sepak bola dilakukan
dengan mempergunakan empat unsur teknik yang menjadi pokok permainan,
yakni : mengoper dan menghentikan bola (passing and controling), menggiring
bola (dribbling), memainkan bola dengan kepala (heading) serta menembak
(shooting). Keempat unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik
lanjutan yang memungkinkan permainan sepakbola hidup dan bervariasi.
Misalnya, dalam teknik mengoper dan menghentikan bola terdapat beberapa cara
seperti : operan jarak jauh (loong pass), operan jarak dekat (short pass),
menghentikan bola dengan kepala, dengan dada dan kaki dan lain sebagainya.
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sebagai bagian dari cabang olahraga terbuka, sepakbola merupakan jenis
permainan yang tidak dapat diramalkan (unpredictable). Implikasi dari adanya
situasi yang tidak dapat diramalkan (unpredictable) tersebut “memaksa” pemain
yang terlibat dalam permainan ini harus pandai-pandai memilih dan memutuskan
suatu gerakan ketika berada dalam situasi bermain. Pembiasaan menilik pola
gerak yang “paling efektif” diserasikan dengan kemampuan individunya, menjadi
prasyarat memadai. Kemampuan untuk mengambil satu keputusan tersebut
sungguh mungkin akan jadi pemicu keberhasilan, terutama jika didukung oleh
kemampuan berpikir atlet. Pemberian kesempatan untuk “bereksplorasi’ bagi atlet
dalam proses latihan gerak memungkinkan atlet lebih siap untuk mengantisipasi
segala kemungkinan dalam situasi yang serba tak terduga.
2) Pergerakan olahraga modern serta karakteristik perkembangan fisik
dan gerak
a. Pergerakan olahraga modern
Membahas tentang olahraga, maka terdapat sekian banyak karakte-
ristik yang dapat diungkapkan. Pernyataan ini berdasarkan kenyataan
bahwa karakteristik olahraga secara langsung berkaitan dengan ciri-ciri
perilaku manusia dan dengan berbagai macam kegiatannya di masyara-
kat. Memang ada orang yang beranggapan bahwa kegiatan olahraga ter-
pisah dari kehidupan nyata, terlepas dari kepercayaan, nilai- nilai, atau
norma-norma yang melandasi perilaku manusia. Kalau kita telaah secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mendalam, maka kegiatan olahraga merupakan bagian yang tak terpisah
dari semua aspek kehidupan manusia. Dalam pengertian yang lebih
spesifik, pelaksanaan olahraga pada tingkat individual, kelompok,
atau komunitas dipengaruhi langsung oleh aspek biologis, psikis, dan
lingkungan sosial budaya. Karena itu, deskripsi tentang karakteristik
olahraga perlu diungkapkan berdasarkan sudut pandang yang luas. Apalagi
dipandang sebagai suatu kebutuhan hidup.
Rusli Lutan, 1991 dalam Iwan ( 2009; 8) mengatakan, kebutuhan
bergerak yang spesifik yang dilakukan secara sadar dan bertujuan sangat
diperlukan oleh manusia. Gerak itu merupakan keniscayaan dan tergolong
kebutuhan dasar seperti halnya makan dan minum. Karena bergerak, manusia
mampu bertahan hidup dan melalui gerak itulah manusia mencapai beberapa tujuan
seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan sosial. Apabila manusia
menderita kekurangan gerak maka manusia akan mengalami pelbagai kelainan
fisik, mental, atau sosial. Kekurangan gerak yang diderita manusia itu disebut
hipokinesia, atau penyakit kurang gerak. Kurang gerak ini sering timbul karena
ulah manusia itu sendiri. Di sepanjang kehidupannya, manusia selalu berusaha agar
bisa hidup lebih nyaman dan lebih ringan. Dorongan ini menyebabkan
kebudayaan berkembang, terutama teknologi yang maju dengan pesat.
Akibatnya ialah kehidupan manusia menjadi lebih ringan, mudah, dan
nyaman. Namun di sisi lain kehidupan modern yang dikuasai oleh otomatisasi
itu yang mengambil alih penyelesaian tugas atau kerja dengan tenaga manusia
justru membuat manusia menjadi malas untuk bergerak. Hal ini misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
nampak dalam bidang transportasi di darat yakni orang lebih suka naik
kendaraan ketimbang berjalan kaki. Kondisi inilah yang sering menimbulkan
wabah penyakit kurang gerak yang juga dapat dialami olah kaum intelektual
mahasiswa yang hanya sibuk belajar, duduk dan diam tanpa aktivitas
jasmaniah yang memadai.
Bergerak wajib bagi manusia. Pelakunya akan memperoleh manfaat
posisif sedangkan yang tidak bergerak akan memperoleh efek samping yang
akan ditimbulkannya. Namun syarat utama yang perlu diperhatikan ialah
aktivitas jasmaniah itu dilakukan secara teratur, terkendali, dan terarah.
Alasannya ialah karena sebagian gerak manusia, terutama olahraga harus
dipelajari dan dibina dengan memperhatikan berbagai kaidah seperti kebutuhan
dan perkembangan manusia itu sendiri.
Pembentukan gerak yang tak teratur, tak terkendali, dan tak terarah dapat
membahayakan keselamatan manusia. Inilah sisi lain dari pendidikan gerak yang
secara umum disebut pendidikan jasmani. Pendidikan tanpa arah atau salah arah
akan menghasilkan demagogi. Hal ini berlaku bagi pendidikan jasmani. Karena
itu pendidikan jasmani bertujuan membina manusia seutuhnya meliputi aspek
jasmaniah, intelektual, emosional, sosial, dan mental-spiritual melalui peman-
faatan gerak yang teratur, terkendali dan terarah dengan memperhatikan aspek
kemanusiaan.
Gerak manusia berkembang sesuai dengan daya kreasinya. Gerak pada
manusia tidak sekedar aktivitas jasmani tanpa kesadaran, tapi lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Berkaitan dengan uraian di atas,
dapat kita simpulkan bahwa olahraga merupakan salah satu dari puncak kreasi
manusia. Dan melalui kegiatan tersebut, manusia menyempurnakan
pertumbuhan fisik dan psikisnya. Olahraga tidak bisa semata-mata ditelaah dari
aspek biologis, tapi juga dari aspek psikologis. Gerak manusia tidaklah semata-
mata sebagai rangkaian gerak tubuh atau anggota badan dalam ruang dan waktu.
Gejala tersebut tidak cukup ditinjau dari sudut fungsi psikologis tubuh manusia.
Akan tetapi, salah satu tinjauan penting tentang gerak sebagai sari olahraga
adalah tinjauan dari aspek biologis. Para ahli ilmu faal misalnya, memahami
gerak manusia sebagai satu kaitan dari sekelompok fungsi dalam sistem
anatomi. Tubuh manusia membutuhkan pemulihan guna memperoleh
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi (Bompa. 2009; 97 ).
b. Karakteristik perkembangan fisik dan gerak
a) Perkembangan fisik.
Karakteristik individu dalam berkembang dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal, faktor-faktor tersebut sangat beragam dan bervariasi,
sehingga menyebabkan karakteristik fisik yang berbeda-beda pada setiap
individu.
Faktor fisik di dalamnya meliputi proporsi tubuh dan kapasitas fisik
dari anggota-anggota tubuh mempunyai peranan yang sangat besar dalam
upaya mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga. Postur tubuh yang ideal
dan tingkat kesiapan fisik yang baik akan mendukung penguasaan teknik
gerakan yang tinggi oleh para atlet, sehingga faktor fisik menjadi salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
unsur yang harus diperhatikan dalam usaha mengembangkan keterampilan
gerak olahraga, karena kesiapan di dalam belajar gerak dipengaruhi oleh
gabungan faktor biologis, lingkungan dan faktor fisik seseorang (Gallahue
dan ozmun, 1998 : 52)
Sehubungan dengan penelitian penelitian ini, yang akan dilakukan
pada Perguruan Tinggi (dewasa muda yang dimulai dari umur 18 tahun)
(Kathleen M. Hawood, 1986 : 8). Pada masa dewasa muda ini atlet sudah siap
dinyatakan secara fisik untuk menghadapi berbagai gerakan yang akan
dilakukan. Karena siklus perkembangan fisik sebelumnya telah dilalui yaitu;
prenatal, neonate, infancy, adolescence. Perkembangan biologis yang
kompleks terjadi pada masa periodisasi masa remaja (adolescence) yaitu
meliputi percepatan pertumbuhan, perubahan bentuk tubuh, perubahan dalam
komposisi tubuh, kematangan ciri-ciri seks primer dan, perkembangan pada
system pernafasan dan kerja jantung serta perkembangan system syaraf dan
endokrin akan memberikan manfaat terutama dalam memprakarsai perubahan
kapasitas fisiologis (Kathleen M. Hawood, 1986 : 1 -34).
b). Perkembangan gerak.
Seperti halnya peranan kesiapan fisik (cardiovascular), faktor kesiapan
atlet dalam menggerakkan anggota bagian-bagian tubuh sangat diperlukan
dalam menunjang keberhasilan atau prestasi dalam bidang olahraga.
Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa dewasa muda
cendrung diakibatkan karena efek yang ditimbulkan dari aktifitas yang
dilakukan sebelumnya. Pada masa ini sudah terjadi peningkatan yang cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
berarti dalam kemampuan gerak, hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan kemampuan kerja organ fisiologis yang lebih efisien. Sugiyanto
dan Sudjarwo (1994 : 119) mengatakan bahwa; peningkatan kemampuan
gerak tersebut dapat diidentifikasi dalam bentuk, yaitu gerakan yang
dilakukan dengan mekanika tubuh yang efisien, lancar dan terkontrol, serta
pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi dan bertenaga. (Gallahue dan
Ozmun, 1998 : 284 - 293). Sistem kerja cadiovascular adalah salah satu
bagian penting dalam peningkatan kemampuan gerakan yang dilakukan.
Perkembangan gerak bukan merupakan proses statis, tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan tugas-tugas fisik (Gallahue dan Ozmun, 1998 : 60). Dari
uraian ini, maka apabila tugas-tugas fisik yang diberikan mampu mestimulasi
perkembangan gerak dengan memodifikasi metode latihan yang sesuai
dengan kebutuhan atlet pemain sepakbola tentu akan memberikan implikasi
positif terhadap perkembangan gerak atau prestasi mereka.
3) Volume Oksigen Maksimal (VO2 max).
VO2 max adalah kemampuan seseorang untuk menghirup,
mengedarkan dan menggunakan oksigen (O2) selama kegiatan maksimal.
Energi yang dibutuhkan pada saat aktivitas atau berolahraga merupakan
energi yang dihasilkan melalui sistem aerobik. Porsi dari masing-masing
sistem tergantung dari intensitas latihannya (McArdle,1986; 190). Pada saat
melakukan pengerahan tenaga maksimal (melakukan aktivitas fisik atau
latihan fisik dengan intensitas tinggi yang cukup lama hingga lelah), maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
energi yang dikeluarkan persatuan waktu merupakan energi maksimum yang
dikenal sebagai keluaran energi maksimal (Mc Ardle, 1986; 192) Daya
aerobik maksimal lazim disebut VO2 max, yaitu banyaknya ambilan
(konsumsi) oksigen persatuan waktu pada saat tubuh melakukan pengerahan
tenaga maksimum ( Jansen, 1987; Rushall, 1990; Soekarman, 1992 dalam
Iwan. 2009; 66).
Berdasarkan hasil penelitian pada atlet yang berprestasi pada olahraga
daya tinggi, ditemukan VO2 max yang tinggi, yaitu di atas 50 cc
O2/kg.BB/menit atau superior. Kapasitas aerobik maksimal biasanya
dinyatakan sebagai “maksimal oksigen uptake” dan merupakan salah satu
faktor penting untuk menunjang prestasi kerja atau ketahanan fisik seseorang
(Kent. 1994 dalam Iwan 2009; 67). VO2 max merupakan faktor yang dominan
terhadap kemampuan tubuh seseorang. Kemampuan aerobik pada hakekatnya
merupakan gambaran besarnya kemampuan motorik (motoric power) dari
proses aerobik seseorang. Dengan demikian, seseorang akan besar
kemampuannya untuk memikul beban kerja yang berat dan lebih cepat pulih
kesegaran fisiknya sesudah bekerja. Penggunaan oksigen maksimal
merupakan faktor yang menentukan suksesnya penampilan daya tahan, yaitu
pengangkutan dan penggunaan oksigen maksimal oleh otot. Pada titik dimana
pemakaian oksigen maksimal dicapai, maka konsumsi oksigen tidak
meningkat lagi, walaupun beban diperberat, ini disebut penggunaan oksigen
maksimal atau VO2 max (McArdle, 1986; 192).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Oksigen diperlukan untuk oksidasi karbohidrat maupun lemak
menjadi energi yang siap pakai dalam tubuh yaitu Adenosin Tri Pospat
(ATP). Jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh jaringan itu bervariasi
banyak faktor yang mempengaruhinya seperti: jenis kelamin, umur dan
tingkat aktivitas seseorang. Pada keadaan istirahat rata-rata oksigen yang
dikonsumsi itu sekitar 0,2 - 0,3 liter permenit, dan dapat meningkat menjadi
3 - 6 liter permenit saat latihan yang maksimal. Volume oksigen
maksimal yang dapat di-konsumsi oleh jaringan selama melakukan latihan
permenit disebut "oxygen consumption" atau volume oksigen
maksimal atau VO2max., ”V” menunjukkan volume, 02 menyatakan
oksigen, titik di atas huruf "V" menyatakan per satuan waktu biasanya
permenit dan max menyatakan jumlah maksimal oksigen yang dikonsumsi
jaringan (Fox, 1984: 234 - 6).
Pendapat lain menyebutkan volume oksigen maksimal (V02max)
dengan istilah "maximal oxygen uptake" yang diartikan sebagal volume
oksigen maksimal yang dapat ditangkap, diedarkan dan dipakai oleh tubuh
selama aktivitas fisik. Satuan yang dipakai biasanya mililiter perkilogram
berat badan permenit (Bompa, 2009 : 289-292)
Selama otot bekerja akan memerlukan banyak oksigen. Oksigen
dapat dicukupi melalui dua jalan yaitu meningkatkan jumlah darah yang
mengalir ke dalam jaringan (curah dan meningkatkan kapasitas
ekstraksi oksigen). Pada atlet endurance terjadi perubahan biokimia
maupun seluler sehingga meningkatkan ekstraksi oksigen oleh otot. Seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
atlet endurance untuk mencukupi kebutuhan oksigen cukup dengan volume
darah yang sedikit dengan kemampuan ekskstraksi yang tinggi (Fox, 1984:
235-7).
Volume oksigen maksimal juga dipengaruhi oleh komposisi tubuh,
umur maupun jenis kelamin. Pada kedua jenis kelamin V02max mencapai
puncaknya sekitar umur 15 - 20 tahun dan setelah umur 30 tahun mulai
menurun sekitar 10% per dekade. Latihan fisik yang dilakukan secara
teratur dan terprogram dapat meningkatkan V02max sekitar 5% - 20%
(Foss, 1998: 298 - 300). Proses fisiologis yang menggambarkan hubungan
antara V02max dengan curah jantung, pengangkutan oksigen dan ekstraksi
oksigen dirumuskan oleh Fick sebagai berikut;
Keterangan: Q = Curah jantung (cardiac out put). HR = Denyut jantung (heart rate). SV = volume sekuncup jantung (stroke volume) a – v O2 diff = Selisih kadar oksigen antara anteri dengan vena (anterio – venous O2 difference) Vo2 = Volume oksigen yang dikonsumsi jaringan.
V02 = Q x a – v O2 diff
HR SV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Q menggambarkan kemampuan pengangkutan oksigen a – v O2 diff
menggambarkan kemampuan jaringan untuk ekstraksi oksigen. Pengukuran
volume oksigen maksimal pada orang yang sama dan alat yang sama
menghasilkan suatu nilai dengan standard deviasi sebesar 3% (Astrand, P.
1970: 30 - 41).
Pada setip kerja atau pembebanan terhadap tubuh, diperlukan
energi. Energi yang siap pakai dalam tubuh kita berupa ATP (Adenosis Tri
Pospat). Energi hasil dari pemecahan ATP ini diperlukan untuk kepentingan
dasar fisiologis yaitu sebagai: a) energi mekanik misalnya untuk kontraksi
otot, b) energi untuk transport aktif berbagai zat melalui membran,
misalnya transport aktif natrium, kalium, pemasukan glukosa ke dalam
sel, c) energi untuk sintesis zat kimia dalam tubuh misalnya untuk sintesis
DNA, RNA, sintesis glikogen dari glukosa (Ardle, 1986: 65). Karena ATP
merupakan satu-satunya sumber energi dalam tubuh yang siap
digunakan, maka tanpa ATP kegiatan fisiologis dalam tubuh akan berhenti.
Jumlah ATP di dalam tubuh sangat terbatas, sehingga
untuk kerja yang berkesinambungan ATP harus diresintesis. Untuk
resintesis ATP dapat melalui dua jalur, yaitu melalui proses aerobik
dan anaerobik. Proses aerobik artinya menggunakan oksigen (pada
kerja dengan intensitas rendah, waktu lama) proses anaerobik artinya
tanpa menggunakan oksigen (pada kerja dengan intensitas tinggi, waktu
pendek). Proses aerobik hanya terjadi di dalam mitokhondria. Sumber ATP
berasal dari makanan kita yang berupa karbohidrat, lemak, dan protein yang -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kemudian diolah oleh tubuh kita secara mekanis maupun kimiawi. Sistem
energi anaerobik terdiri dari dua jalur yaitu: a) sistem ATP – PC atau sistem
alaktasid dan b) sistem glikolisis anaerobik yang menghasilkan asam laktat
sehingga disebut juga sistem laktat (Clenaghan, Pate R. Rotella, 1984: 11- 4).
Sistem ATP-PC disebut juga sistem Phosphagen. Pada olahraga yang
memerlukan intensitas yang sangat tinggi dalam waktu pendek seperti lari
100 meter, angkat berat yang diperlukan persediaan energi yang sangat cepat,
dan ini hanya dapat dipenuhi melalui ATP yang sudah tersedia dalam
otot. Apabila ATP sudah habis, ATP habis diresintesis menggunakan
energi dari pemecahan PC. Pospo Creatin (PC) yang tersedia dalam otot
dalam jumlah terbatas, apabila pecah akan keluar energi, dan energi yang
keluar dari PC ini digunakan untuk resintesis ATP (Fox, 1984: 11-21).
a) Sistem Anaerobik
(1) Sistem ATP-PC
Molekul ATP Adenosine
Molekul ATP :
Pemecahan ATP :
Energi dari pemecahan ATP untuk energi mekanik, sintesis zat, transport
aktif.
Pemecahan PC : PC Pi + Creatin + energi
Energi untuk : resintesis ATP, yaitu energi + Pi + ADP ATP.
Adenosin P P P
Adenosin P P + Energi + Pi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(2) Sistem glikolisis anaerobik atau sistem LA. Berasal dari pemecahan
glikogen dalam otot tanpa menggunakan oksigen dan setiap satu molekul
glikogen hanya menghasilkan 3 ATP, sedangkan apabila pemecahan
glikogen menggunakan oksigen menghasilkan 39 ATP.
Pemecahan glikogen; (C 6H1206)n 2C3,H603 + energi
Glikogen asam laktat
Energi untuk: energi + 3ADP + 3 Pi 3ATP
b) Sistem energi aerobik dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
(1) Glikolisis aerobik: pemecahan glikogen atau glukose dengan
menggunakan oksigen pada tahap permulaan hanya menghasilkan 2 ATP
(glukose) atau 3 ATP (glikogen).
(C6H1206)n 2C3H403 + energi
Glikogen asam piruivat
energi. + 3 ADP + 3Pi 3 ATP
(2) Siklus Kreb: Asam piruvat selanjutnya dipecah dengan pertolongan Co
enzym A asam piruvat + Co enzym A acetyl A + 2CO2, + 4H
(3) Sistem transport elektron: kelanjutan pemecahan glikogen adalah
terbentuknva H2O yang dihasilkan dari persenyawaan H+ yang terjadi
dalam siklus Kreb serta 02, yang kita hirup. Rangkaian reaksi
sampai terjadinva H20 disebut sistem transport elektron yang terjadi
di dalam dinding dalam mitokhondria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4H + 4e + 02 2 H2O
Pada umumnya sistem energi yang digunakan pada berbagai cabang
olahraga tidak murni menggunakan sistem anaerobik saja atau aerobik
saja, melainkan terjadi campuran. Namun sistem energi predominan yang
digunakan pada olahraga intensitas tinggi waktu pendek adalah anaerobik,
sedangkan untuk olahraga endurance adalah aerobik (Fox, 1984:31).
Menurut (Fox, 1984: 35) membagi sistem energi predominan menjadi 4
bagian berdasarkan lamanya penampilan yaitu:
(1). Waktu penampilan kurang dari 30 detik, predominan energi adalah
ATP – PC Contoh kegiatan: lari 100 meter, tolak peluru, memukul
bola tenis, golf.
(2). Waktu penampilan 30 detik – 1,5 menit, predominan energi ATP – PC
+ LA Contoh kegiatan: lari cepat 200-400 meter, renang 100 meter.
(3). Waktu penampilan 1,5 menit-3 menit, predominan energi : LA + 02.
Contoh kegiatan: lari 800 meter, senam, tinju (3
menit/ronde), gulat (2 menit/ronde).
(4). Waktu penampilan lebih dari 3 menit, predominan energi adalah O2.
Contoh kegiatan: balap sepeda , lari maraton, joging.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
4) Sistem Energi
a. ATP (Adenosine Tri Phosphate)
Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk
aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam
otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh
untuk keperluan energi berikutnya.
Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Maksimum pada Berbagai Durasi serta Sistem Penyediaan Energi untuk Aktivitas (Janssen, 1987:14)
Durasi Aerob/Anaerob Energi Observasi
1 – 4 detik Anaerob, alaktik ATP - 4 – 20 detik Anaerob, alaktik ATP + PC -
20 – 45 detik Anaerob, alaktik + Anaerob
ATP + PC + glikogen otot
Dengan meningkatnya durasi, produksi laktat menurun
120 – 140 detik Aerob + anaerob, laktik Glikogen otot
Dengan meningkatnya durasi, produksi laktat menurun
240 – 600 detik Aerob Glikogen otot + asam lemak
Dengan meningkatnya durasi, dibutuhkan andil lemak yang tinggi
Sumber energi terpenting untuk melakukan olahraga secara intensif adalah
karbohidrat. Karbohidrat mampu menyediakan energi terbanyak per unit waktu.
Bilamana intensitas eksersi lebih rendah, pembakaran lemak mulai memegang
peran penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 2. Berbagai Substrat untuk Pasok Energi dan Ciri-cirinya
Substrat Dekomposisi Ketersediaan Kecepatan produksi energi
Kreatin fosfat (CP) Anaerob, alaktik Sangat terbatas Sangat cepat Glikogen/glukosa Anaerob, laktik Terbatas Cepat Glukosa/glikogen Aerob, alaktik Terbatas Lambat
Asam lemak Aerob, alaktik Tak terbatas Sangat lambat
ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara, dua diantaranya
secara anaerob, maksudnya adalah oksigen tidak mutlak diperlukan dalam
menghasilkan ATP, yaitu sistem ATP-PC dan sistem LA, yang ketiganya adalah
sistem aerob (memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP) (Smith, J,
1983:184). ATP (Adenosin Tri Phosfat) dapat disediakan melalui 3 cara seperti
gambar berikut;
Gambar 1. Penyediaan ATP (Foss, Marle L, 1998:19)
Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal
dari ATP-ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih
banyak, maka persediaan ATP lebih besar. Padahal yang tersedia dalam otot
sangat terbatas jumlahnya, maka untuk dapat berkontraksi berulang-ulang ATP
ATP ATP-PC
Stropes
Laktic Acid System O2 of Aerobic
System
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yang digunakan otot harus dibentuk kembali. Pembentukan ATP kembali
(resistensis ATP) juga diperlukan energi. Supaya otot dapat berkontraksi dengan
cepat atau kuat maka ATP harus dibentuk lebih cepat guna membantu
pembentukan ATP lebih cepat ada senyawa. Phospho Creatin (PC) yang terdapat
dalam otot. Phospho Creatin adalah senyawa kimia yang mengandung fosfat (P),
maka senyawa tersebut disebut sebagai “Phosphagen system”. Apabila PC pecah
akan keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen PC ini jumlahnya
sangat sedikit tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk
membentuk ATP kembali.
Gambar 2. Penyediaan ATP (Foss, Marle L, 1998:21)
Dengan latihan yang cepat dan berat, jumlah ATP-PC tersebut dapat
ditingkatkan. Energi yang tersedia dalam sistem ATP-PC hanya untuk bekerja
yang cepat dan energi cepat habis. Untuk pembentukan ATP lagi kalau cadangan
PC habis, maka dilakukan pemecahan glukosa tanpa oksigen atau disebut sebagai
“Anaerobics glycolisis”.
Creatin
P
P
ADP-PI-ATP
Ene
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 3. Kapasitas ATP dan Jumlah Tenaga / Menit dalam Sistem Energi
Sistem Energi Kapasitas ATP (jumlah mol)
Tenaga Mol/Menit
Timbunan phospagen / ATP-PC 0,6 3,6 Glikolisis anaerobics 1,2 1,6 Erobics - 1,0
b. Sistem ATP-PC (Adenosine Tri Phosphate – Phospo Creatine)
Untuk energi yang digunakan mendadak, misalnya sampai 10 detik, ATP
segera diperoleh dari PC, suatu bahan yang tersedia di dalam otot rangka. Latihan
dapat meningkatkan jumlah ATP dan PC yang dapat dipakai untuk kegiatan
jangka pendek, kebutuhan energi yang besar dalam “sprint”. Kerugian sistem ini
adalah terlalu sedikitnya jumlah simpanan bahan tersebut.
c. Sistem LA (Laktic Acid)
Apabila simpanan ATP dan PC menyusut maka energi untuk jangka
pendek berikutnya diperoleh dari metabolisme anaerob glikogen. Dalam sistem
anaerob yang kedua, glikogen dipecah menjadi asam laktat (Lactic acid). ATP
untuk kegiatan dengan intensitas tinggi yang berlangsung sampai 3 menit dapat
dipenuhi oleh sistem LA. Latihan yang dapat meningkatkan produksi ATP dari
sistem anaerob ini akan menghasilkan potensi untuk kegiatan yang berat yang
berlangsung antara 1-3 menit. Akan tetapi dalam proses ini asam laktat tertimbun
dalam otot dan darah, yang dapat menimbulkan gejala kelelahan.
Sistem glikolisis anaerobik lebih rumit di banding dengan ATP-PC (2
reaksi). Ciri-cirinya sebagai berikut;
1) Menyebabkan terbentuknya asam laktat yang dapat menyebabkan kelelahan.
2) Belum membutuhkan 02.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3) Hanya menggunakan karbohidrat.
4) Memberikan energi untuk resistensi beberapa molekul ATP saja.
Glykogen asam laktat + energi
Gambar 3. Oksigen Asam Laktat (Glikolisis Anaerobics) (Foss, Marle L. 1998:23)
Reaksi tidak effisien, dari 1 mol (180 gram) glikogen hanya terbentuk 3
mol ATP, sedangkan kalau dengan pertolongan 02 akan manghasilkan 39 mol
ATP.
d. Sistem Aerob
Apabila aktivitas dengan intensitas rendah yang dilakukan lebih dari satu
menit, oksigen digunakan dalam suplai aerobik untuk memproduksi ATP yang
digunakan untuk kontraksi otot. Efektivitas penggunaan oksigen tergantung pada
sumber bahan lemak dan dan glikogen di dalam otot. Makin lama aktivitas
dilakukan suplai aerobik makin penting, dan sumber bahan bakar lemak semakin
penting.
Glicogen
Energi
Laktid acid
To resynthesize
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dalam kaitannya dengan sistem energi yang telah diuraikan, kebanyakan
cabang olahraga menggunakan secara kombinasi. Kegitan fisik dalam jangka
waktu singkat dan eksplosif sebagian besar energi diperoleh dari sistem anaerobik
(ATP-PC dan LA), sedangkan kegitan fisik yang dalam jangka waktu yang lama,
energi dicukupi dari sistem aerobik. Olahraga ketahanan yang tidak memerlukan
gerakan yang cepat pembentukan ATP terjadi dengan metabolisme aerobik.
Apabila cukup 02 maka 1 mol glikogen dipecah secara sempurna menjadi C02 dan
H20, serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resintesa 39 mol ATP. Reaksi
tersebut diperlukan beratus-ratus reaksi kimia serta pertolongan beratus-ratus
enzim, dengan demikian sangat rumit dibandingkan dengan sistem anaerobik.
Metabolisme aerobik ini meskipun terjadi di otot, tetapi letaknya agak jauh
dari mekanisme kontraksi, oleh karena itu pengaruhnya juga lebih lambat dan
tidak dapat digunakan secara tepat. Rekasi kimia aerob terjadi didalam
“metochondria”. Pengetahuan mengenai persediaan energi dan penggunaan itu
sangat penting bagi seorang pelatih maupun atlet. Perlu diketahui tentang sistem
energi utama pada pembentukan energi.
Pada umumnya olahraga tidak murni menggunakan energi anaerob atau
aerob saja, namun biasanya campur. Tetapi yang perlu dipahami adalah sistem
energi utama. Olahraga cepat “anaerob”, olahraga endurance jangka panjang dan
kontinyu “aerob”.
Latihan aerob telah dinyatakan yang membedakan antara peningkatan VO2
max dan ketahanan aerob. VO2 max yang utama adalah kemampuan jantung
untuk memompa darah, kemampuan paru untuk menyerap oksigen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kemampuan sel-sel untuk menyerap oksigen. Ada beberapa pendapat peningkatan
VO2 max antara lain; ada ahli yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO2
max dengan latihan aerob, dengan alasan bahwa latihan aerob sudah ada
pembebanan yang meningkatkan kerja jantung. Tetapi ada pula yang mengatakan
bahwa untuk meningkatkan VO2 max melalui latihan anaerob dengan alasan
latihan anaerob dapat diberikan beban maksimal pada sistem jantung dan paru.
Pembebanan submaksimal sudah dapat meningkatkan VO2 max, tetapi beban
submaksimal ini sebagian sudah merupakan peristiwa anaerob. Jadi sebaiknya
untuk meningkatkan VO2 max dilakukan latihan anaerob dengan interval istirahat
(rest relief interval).
Dalam program latihan anaerobik terdapat dua macam beban latihan
(loading) yang harus diketahui, yakni beban luar (outer load) dan beban dalam
(inner load). Beban luar menyangkut; volume, intensitas, frekuensi, pulih asal,
serta ritme dan durasi, sedangkan beban dalam berkaitan dengan efek fisiologis
kenaikan denyut nadi karena beban luar. Beban dalam disini dikatakan maksimal
jika denyut nadi seseorang setelah melakukan satu unit latihan meningkat 2,5 –
3,5 kali denyut nadi normal per-menit.
Latihan diketahui bahwa latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan
terukur dengan dosis dan waktu yang cukup, menyebabkan perubahan fisiologis
yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan
memperbaiki penampilan atau prestasi fisik. Menurut Fox, Edward L. Richard
W. Bower, Marle. L, (1984:324) mengatakan bahwa perubahan fisiologis yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
terjadi akibat latihan fisik diklasifikasikan menjadi tiga macam perubahan antara
lain;
1) Perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yakni perubahan yang
behubungan dengan biokimia.
2) Perubahan yang terjadi secara sistematik, yakni perubahan pada sistem
sirkulasi dan respirasi, termasuk sistem pengangkutan oksigen.
3) Perubahan lain yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol darah dan
trigleserida, perubahan tekanan darah, dan perubahan yang berkenaan dengan
aklimatisasi panas.
Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi menunjukkan bahwa tidak
semua pengaruh latihan dapat diharapkan dari program latihan tunggal.
Pengaruh latihan adalah khusus, yakni sesuai dengan program latihan yang
digunakan, apakah itu perogram latihan aerob (endurance) atau anaerob
(sprint). Pengaruh latihan anaerob secara khusus akan dikemukakan, hal ini
mengingat penelitian menngunakan program latihan anaerob.
1) Perubahan-perubahan biokimia.
Perbaikan penampilan dalam olahraga seperti sprint di satu sisi belum
dapat dijelaskan oleh adaptasi dalam metabolisme anaerob akibat latihan.
Disisi lain bentuk-bentuk latihan anaerob digunakan dalam cabang
olahraga untuk menimbulkan adaptasi pada serabut-serabut otot. Terutama
disini karena meningkatkan phosfate kaya energi dan glikogen
intramuscular yang bergabung untuk meningkatkan aktifitas dari beberapa
enzim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Menurut Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. (1984:327)
mengatakan perubahan biokimia yang terjadi dalam sistem anaerob
meliputi perubahan-perubahan;
a). Meningkatkan cadangan ATP dan PC dalam otot.
b). Peningkatan enzim-enzim anaerob dan aerob dan jadi dilaktasi jantung
dan hipertropi otot jantung. Kecuali hipertropi dan dilaktasi jantung
akibat latihan terjadi pula perubahan-perubahan;
(1). Turunnya frekwensi detak jantung.
(2). Bertambahnya volume sekuncup.
(3). Kenaikan frekwensi yang lebih kecil pada waktu latihan.
(4). Permulihan kembali ke frekwensi dan desakan pada waktu istirahat
berlangsung lebih cepat.
2) Perubahan-perubahan lain yang terjadi dalam latihan.
Disamping perubahan biokimia dan perubahan kardiorespiratori, latihan
juga menghasilkan perubahan-perubahan lain yang penting seperti;
a). Perubahan dalam komposisi tubuh.
b). Perubahan dalam kadar kolesterol dan trigleserida.
c). Perubahan dalam tekanan darah.
d). Perubahan dalam aklimatisasi panas.
e). Perubahan dalam jaringan-jaringan penghubung (Fox, Edward L.
Richard W. Bower, Marle L. 1984:347)
Perubahan terpenting sesudah latihan adalah bergesernya titik defleksi ke
denyut nadi yang lebih tinggi. Setelah latihan titik defleksi bergerak dari 130 ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
180 detak denyut nadi per-menit. Suatu exercise dengan intensitas di atas denyut
nadi titik defleksi akan menghasilkan penimbunan asam laktat. Kapasitas aerob
yang besar memungkinkan atlet mempertahankan eksersi yang lebih lama pada
ritme atau face yang lebih tinggi. Sistem anaerob dimanfaatkan hanya untuk
eksersi-eksersi endurance dengan intensitas yang sangat tinggi, dengan
konsekwensi terjadi penimbunan laktat (Janssen, 1987:24). Kurva denyut nadi
laktat untuk setiap individu berbeda. Perubahan keadaan kondisi sangat
mempengaruhi pola kurve.
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0,5
Gambar 4. Kurva Denyut Nadi Laktat (Janssen, 1987:24)
130 180 detak DN per-menit
Nilai ambang anaerob
terlatih Tak terlatih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Metode latihan
1) Latihan
Dalam kehidupan modern sekarang ini, orang membutuhkan latihan
(olahraga) untuk menjaga kondisi fisik (kebugaran jasmaninya). Latihan adalah
gerakan-gerakan dan kondisi fisik yang melibatkan penggunaan kelompok otot
besar, seperti kelestenik, permainan dan aktivitas yang lebih formal seperti;
joging, berenang dan berlari. Semua aktivitas apa saja yang dapat membangkitkan
tenaga dengan kegiatan yang dapat meningkatkan kerja otot. Soekarman dalam
Iwan, (2009 : 13) mengatakan bahwa latihan untuk meningkatkan VO2 max,
sebaiknya dilakukan dengan latihan yang dapat meningkatkan kerja jantung untuk
memompakan darah dan kemampuan paru untuk menyerap oksigen. Beberapa
pendapat mengenai peningkatan VO2 max, ada yang berpendapat bahwa
sebaiknya melakukan latihan aerobik, karena pada latihan aerobik sudah ada
pembebanan yang dapat meningkatkan kerja jantung dan paru. Ada juga yang
mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO2 max harus dilakukan dengan latihan
anaerobik. Latihan fisik aerobik adalah beban latihan fisik yang berdasarkan pada
respon dosis latihan yang dicerminkan pada kontraksi otot yang dilihat melalui
peningkatan metabolisme penyediaan energi (ATP) yang memerlukan oksigen.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pada dasarnya energi yang digunakan dalam
olahraga berasal dari ATP-PC (adenosin tri phosphate – phosphocreatine), sistem
asam laktat dan sistem aerobik. Pada olahraga yang sangat berat dengan waktu
yang pendek, seperti berlari dan angkat berat, sistem energi yang dipakai adalah
ATP-PC (adenosin tri phosphate – phosphocreatine), dan asam laktat. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
untuk olahraga yang berat dengan waktu yang agak lama mengunakan sistem
energi ATP-PC (adenosin tri phosphate – phosphocreatine), sistem asam laktat
dan sitem aerobik. Pada penelitian ini, program latihan yang diberikan selama 8
minggu adalah latihan aerobik, yaitu; metode latihan sirkuit berlanjut (Continuous
circuit training) dengan 10 pos yaitu ; 1) vault over the buck, 2) double-footed
jumps over a bench, working forward, 3) two forward rolls on mats, working
forwards, 4) steeplechase jump, 5) sprint ten metres between two skittles, 6)
continuous run up three box, 7) throught voult over the horse, 8) Crab walk ten
matres between two skittles, 9) jump to touchfootball net or backboard, 10)
double footed jumps over three hurdles of suitable height one metre apart
(Hazeldine, 1985 : 25). Metode latihan sirkuit sepakbola (football circuit)
dengan 12 pos yaitu; 1) sprint and head, 2) throw in, 3) dribbling, 4) wallbar knee
raise, 5) dribbling and return, 6) astride jumps, 7) abdominal curl, 8) shutlle run,
9) back extention 10)hurdle jump, 11) straight arm overthrow, 12) leg curl.
(Hazeldine, 1985 : 27-29)
a. Tujuan Latihan.
Munculnya istilah "olahraga kesehatan" ialah untuk membedakan
dengan olahraga profesional. Olahraga profesional, sebagaimana profesi-
profesi lainnya, merupakan salah satu pekerjaan yang mempunyai kode etik
tersendiri dan menghasilkan uang bagi olahragawan tersebut. Untuk menjadi
olahragawan profesional seseorang harus belajar dan berlatih sejak kecil
sebagaimana mempelajari kemampuan-kemampuan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Menurut U.U No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, olahraga
kesehatan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan:
(1). Promotif.
Meskipun seseorang bebas dari penyakit, belum tentu orang tersebut
bugar. Dengan mengukur beban latihan yang diberikan kepada seseorang
(lari 2,4 km, test bangku Harvard, test bangku Sharkey, test bangku Kash
dll), maka kebugaran dapat diklasifikasikan menjadi: sangat kurang,
kurang, cukup, baik, sangat baik dan istimewa. Latihan fisik yang teratur
dan terukur disertai gizi yang cukup akan meningkatkan kebugaran
seseorang. Kebugaran ini ditandai oleh: daya tahan jantung, daya tahan
otot, kelenturan tubuh, komposisi tubuh, kecepatan gerak, kelincahan,
keseimbangan, kecepatan reaksi, kemampuan koordinasi panca indra.
Denyut nadi zona latihan harus selalu periksa (dimonitor), agar tak
melebihi denyut yang diperbolehkan yaitu antara 72 - 87% dari denyut
maksimal. Denyut nadi maksimal permenit adalah 220 - umur.
Misalnya orang yang berusia 40 tahun maka denyut maksimal adalah 180
per menit.
(2). Preventif.
Olah raga kesehatan dapat mencegah dampak negatif dari kurang gerak
(hipokinesia), memperlambat proses penuaan, memperlancar proses
kelahiran pada wanita hamil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(3). Kuratif.
Membantu proses penyembuhan pada penyakit-penyakit jantung koroner,
penyakit kencing manis, rematik, asma bronchiale, keropos tulang, dll.
Peredaran darah orang yang berolah raga lebih lancar, sehingga racun-
racun yang menumpuk di tubuh cepat dikeluarkan.
(4). Rehabilitatif.
Penyandang cacat/penyakit myopathy, kerusakan otak/cerebral palsy, tuna
rungu, epilepsi, dll, membutuhkan olah raga yang sesuai dengan keadaan
penderita. Apabila penyandang cacat ini tidak melakukan olah raga, maka
cacatnya akan bertambah karena terjadi kekurangan gerak, otot menjadi
lemah, sehingga mudah timbul penyakit-penyakit jantung, ginjal, saluran
darah, dll. Selain itu, olah raga bagi penyandang cacat juga sangat
diperlukan untuk menghilangkan anggapan masyarakat bahwa mereka tak
mampu berbuat apa-apa. (http://www.nanampek.nagari.org/b319.html)
b. Batasan Latihan.
Dimana batas absolut prestasi puncak para atlet. Para pakar ilmu
olahraga terus mencari batasan ketahanan tubuh para atlit maupun orang biasa.
Citius, Altius, Fortius. Lebih cepat, lebih tinggi, lebih jauh begitu motto
olimpiade modern. Setiap kali peserta olahraga akbar sedunia itu digelar,
semua menunggu dengan tegang pecahnya rekor-rekor baru. Namun dalam
beberapa dekade terakhir ini pemecahan rekor semakin sulit dilakukan. Dalam
cabang olahraga klasik, seperti atletik, renang, lompat tinggi atau lompat jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
selisih waktu antara rekor lama dengan rekor baru, seringkali hanya
seperseratus detik atau seperseratus sentimeter.
Para ilmuwan selalu bertanya, seberapa cepat, tinggi dan kuat prestasi
para atlet unggulan? Atau lebih umum lagi, dimana batas kemampuan
manusia? Para pakar olahraga terus meneliti ambang batas ketahanan tubuh
manusia, juga di kalangan bukan atlit unggulan. Tentu saja dalam latihan atau
pertandingan olahraga prestasi atlit kadangkala mengalami cedera. Untuk itu
dikembangkan metode untuk penyembuhannya secara efektif.
Untuk menghindarinya dalam penentuan batasan latihan harus jelas.
Salah satu batasan sederhana yang mungkin dapat diberikan untuk batasan
latihan adalah: proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang
dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah latihan
atau perkerjaannya. Dengan berlatih secara sistematis dan melalui
pengulangan-pengulangan (repetition) yang konstan, maka organisasi-
organisasi mekanisme neurophysiologis kita akan menjasi lebih baik, gerakan-
gerakan yang semula sukar dilakukan lama-kelamaan akan merupakan
gerakan yang otomatis dan reflektif yang semakin kurang membutuhkan
konsentrasi pusat-pusat syaraf daripada sebelum melakukan latihan-latihan
tersebut. Dengan demikian hal inin akan dapat pula mengurangi jumlah tenaga
yang dikeluarkan, sebab gerakan-gerakan tambahan yang tidak diperlukan kini
dapat diabaikan. Hanya dengan melakukan rangsangan atau stimulasi yang
maksimal, dan latihan yang kian hari kian bertambah berat, maka perubahan-
perubahan tersebut akan dapat dicapai (Harsono, 1988 : 101 - 102).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
c. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan.
(1). Prinsip latihan beraturan (the principle of arrange ment of exercise).
Dalam setiap melaksanakan latihan, ada tiga tahap yang harus dilakukan
yaitu; pemanasan, latihan inti serta pendinginan. Latihan hendaknya
dimulai dari kelompok otot besar, kemudian dilanjutkan pada kelompok
otot kecil (Fox, 1984 : 307)
(2). Prinsip kekhususan (the principle of speciafity).
Adalah latihan untuk cabang olahraga mengarah pada perubahan
morphologis dan fungsional yang berkaitan dengan kekhususan cabang
olahraga tersebut (Bompa, 1990 : 20). Kekhususan tersebut meliputi:
kelompok otot yang dilatih dan terdapat pola gerakan yang diharapkan.
Latihan yang diberikan ada kaitannya dengan keterampilan khusus,
misalnya pemain bulutangkis berbeda keterampilannya dengan pemain
tenis lapangan.
(3). Prinsip individualisasi (the principle of individuality).
Faktor individu harus diperhatikan, karena pada dasarnya setiap indivdu
mempunyai karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun secara
psikologis (Bompa, 1990 : 22). Dalam hal, yang harus diperhatikan adalah
kapasitas kerja serta perkembangan kepribadian, penyesuaian kapasitas
fungsional individu dan kekhususan organisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
(4). Prinsip beban bertambah (the principle of progressive resistance).
Adalah beban kerja dalam latihan ditingkatkan secara bertahap dan
disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologis setiap individu
olahragawan. Ozalin (1971 : 10) mengatakan bahwa “hasil latihan secara
fungsional akan positif bila kapasitas kerja ditingkatkan secara bertahap
dalam waktu yag cukup lama”. Pendapat Astrand (1986 : 13) bahwa;
“peningkatan kinerja olahragawan memerlukan latihan dan penyesuaian
dalam waktu yang panjang, disamping itu peningkatan kemampuan
organisme secara morphologis, fisiologis dan psikologis bergantung pada
peningkatan beban latihan. Dalam pembebanan latihan, tuntutan ini adalah
bahwa beban latihan harus berkelanjutan jika kebugaran umum dan khusus
atlet terus ditingkatkan, beban latihan harus ditingkatkan secara regular
(progressive overload). Rasio latihan adalah kritis. Seorang pelatih harus
menentukan berapa lama pemulihan dibutuhkan dalam suatu sesi dan antar
sesi.
Gambar 5. Prinsip Beban Bertambah ( Bompa, 2009: 47)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
(5). Prinsip beban berlebih (the overload principle).
Bahwa beban latihan berfungsi sebagai suatu stimulus dan mendatangkan
suatu respon dari tubuh atlet. Apabila beban latihan lebih berat daripada
beban normal pada tubuh maka tubuh akan mengalami kelelahan sehingga
tingkat kebugaran akan menjadi lebih rendah dari tingkat kebugaran
normal. Hal ini akan membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama.
Artinya, pembebanan akan menyebabkan kelelahan, dan ketika
pembebanan berakhir, maka pemulihan berlangsung. Jika pembebanan
optimal (tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat) maka setelah
pemilihan penuh tingkat kebugaran akan meningkat lebih tinggi daripada
tingkat sebelumnya. Berikut diberikan ilustrasi beban latihan:
Gambar 6. Prinsip Beban Berlebih (The Overload Principle)
( H. Freeman; 1989:4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Efek latihan (overcompensation) pada tubuh adalah semua yang
terjadi dalam latihan. Bagaimanapun, jika pembebanan latihan terlalu
ringan, efek latihan setelah pemulihan akan menjadi kurang dari yang
diharapkan. Jika pembebanan latihan terlalu besar/berat maka kondisi akan
kembali seperti semula.
Gambar 7. Efek Latihan (Overcompensation) ( H. Freeman; 1989:3)
Ket: -------------- : latihan terlalu berat.
: latihan yang adekuat - - - - - - : latihan terlalu ringan.
(6). Prinsip beragam (variety principle).
Latihan memerlukan proses panjang yang dilakukan berulang-ulang, hal
ini sering menimbulkan kebosanan. Untuk mengatasi kebosanan pelatih
menciptakan suasana yang menyenangkan serta membuat aneka macam
bentuk latihan (Bompa, 1990 : 24)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
(7). Prinsip pulih asal (revercible principle)
Kualitas yang diperoleh dari latihan dapat menurun kembali apabila tidak
melakukan latihan dalam waktu tertentu. Dengan demikian latihan harus
berkesinambungan.
d. Intensitas, Volume dan Densitas/Frekuensi Latihan.
(1). Intensitas Latihan:
Di samping volume dan densitas, maka intensitas latihan merupakan salah
satu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen
kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih
banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula
intensitasnya. Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan
syaraf yang dilakukan dalam latihan dan kekuatan rangsangan tergantung
dari beban kecepatan gerakannya, variasi interval atau istirahat diantara
tiap ulangannya (Dietrich H, 1981 : 4) Elemen yang tidak kalah
pentingnya adalah tekanan kejiwaan sewaktu latihan. Jadi intensitas tidak
semata-mata diukur dari usaha yang dilakukan oleh otot saja, tetapi
juga pengeluaran tenaga pada syaraf selama melakukan latihan
atau pertandingan. Sangat penting sekali untuk mengetahui
komponen kejiwaan dalam latihan. Dengan demikian dapat pula diterima
bahwa cabang olahraga yang hanya menuntut tingkat usaha fisik yang
rendah (menendang, memanah, catur) juga memiliki
komponen intensitas. Intensitas latihan berbeda satu sama lain
tergantung dari kekhususan cabang olahraga yang bersangkutan. Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
karena tingkatan variasi intensitas di semua cabang olahraga atau
pertandingan, disarankan untuk memberlakukan dan mempergunakan
tingkatan intensitas latihan yang berbeda.
Tabel 4. Ukuran Intensitas untuk Latihan Kecepatan dan Kekuatan (Menurut Harre, 1981 : 6 dalam Fox & Mathews, 1981 : 280 ).
Nomor Intensitas
Prosentase Penampilan
Maksimal
Intensitas
1 30 – 50 % Rendah
2 50 – 70 % Sedang
3 70 – 80 % Menengah
4 80 – 90 % Submaksimal
5 90 - 100 % Maksimal
6 100 - 105 % Supermaksimal
Alternatif lain untuk menentukan intensitas adalah berdasarkan atas sistem
energi yang dipakai dalam kegiatan tertentu. Klasifikasi ini lebih tepat
untuk cabang olahraga yang siklik. Tabel 2. lima daerah intensitas untuk
olahraga siklik (Fox & Mathews, 1981 : 280).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 5. Lima Daerah Intensitas Untuk Olahraga Siklik (Fox & Mathews, 1981 : 280)
No Zone
Waktu Kerja
Tingkat Intensitas
Sistem Energi
Ergogenesis
Anaerobik Aerobik
1 1 - 15 det s.d batas ke-
Manimian
ATP-PC 100-95 0-5
2 15 - 60 det Maksimal ATP-PC & LA 90—80 10-20
3 1 – 6 men Sub. Maks LA+Aerobik 70-(40-30) 30-(60-70)
4 6 – 30 men Menengah Aerobik (40-30)-10 (60-70)-90
5 lbh -30 men Rendah Aerobik 5 95
Zona intensitas pertama: merupakan tuntutan yang kuat terhadap
atlet untuk mencapai batas yang lebih tinggi, yang terdiri dari suatu
kegiatan dalam waktu yang pendek sampai 15 detik dan dilakukan sangat
dinamik dengan menunjukkan adanya suatu frekuensi gerak yang sangat
tinggi dan mobilitas syaraf yang tinggi. Kegiatan pada jarak waktu yang
pendek, t idak memberikan kesempatan kepada sistem syaraf
autonomik untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan tersebut, jadi sistem
peredaran darah tidak cukup waktu untuk menyesuaikan dengan tuntutan
fisik tersebut. Tuntutan fisik pada cabang yang khusus dalam zona ini
(misalnya sprint 100 meter), membutuhkan aliran oksigen (0 2 ,) yang
tinggi disediakan yang tidak dapat disediakan oleh organisme tubuh
menusia. Selama melakukan lari sprint 100 meter, tuntutan O2 adalah
66 – 80 liter permenit, dan selama cadangan O2 pada jaringan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
tidak mampu memenuhi kebutuhan tadi, mungkin dia akan
menghendaki hutang oksigen sebesar atau sampai 80 - 90% dari
kebutuhan 0 2 , yang dipakai pada pacuan yang cepat. Hutang 0 2
ini akan dibayar kembali melalui pemakaian tambahan 0 2 setelah
kegiatan dilakukan, yang akan memberikan kesempatan pula untuk
mengganti cadangan ATP-PC kembali selama pacuan tersebut terjadi.
Akibatnya, kita harus mengambil satu kesimpulan bahwa
kelanjutan terhadap tuntutan suatu aktivitas akan dibatasi oleh
pengiriman oksigen dalam organisme serta ATP-PC yang
disimpan dalam sel otot, seperti kemampuan seseorang dalam
mempertahankan hutang oksigen yang tinggi.
Zone intensitas kedua: atau zone maksimal, termasuk di dalamnya
adalah jenis kegiatan yang dilakukan dalam 15 – 60 detik (200, 400 serta
100 meter renang). Kecepatan dan intensitasnya adalah maksimum yang
akan memberikan suatu tekanan terhadap sistem syaraf pusat dan sistem
lokomotor, yang akan menghambat kemampuan seseorang untuk
mempertahankan kecepatan yang tinggi lebih lama dari 60
detik. Perubahan energi dalam sel otot mencapai tingkat yang benar-
benar tinggi, sedangkan dalam hal ini sistem kardiorespiratori tidak
memiliki cukup waktu untuk memberikan reaksinya terhadap
rangsangan tadi. Oleh karena itu, akan masih tetap bekerja walau
dalam kadar yang relatif rendah. Ciri-ciri ini mengakibatkan sulit
akan menghadapi hutang oksigen sampai 60-70% dari kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
energi yang sebenarnya pada acuan tersebut. Tenaga yang dipakai
pada kegiatan ini terutama dari sistem ATP-PC dengan komponen
asam laktat rendah. Sistem oksigen tidak memberikan dukungan secara
nyata terhadap kebutuhan energi ini, karena memang hanya akan
dipakai secara khusus pada latihan yang berjangka waktu 60 detik
atau lebih.
Zone Intensitas ketiga: disebut juga sebagai zone sub maksimal
yang melibatkan sejumlah aktivitas yang berjangka waktu antara 1-6
menit, di mana kecepatan dan daya tahannya menjadi demikian
dominan dalam keberhasilan olahraga seseorang, umpamanya pada
cabang olahraga atau nomor renang 400 meter, kano, mendayung, lari
1500 meter, 100-300 meter. Aktifitas vang benar-benar komplek pada
cabang olahraga di mana fisiologisnya berubah secara mendadak sekali
(denyut nadi mencapai 200 mmHg), membuat sangat sulit untuk
melakukan aktifitas lebih lama dari 6 menit. Dengan melihat dari waktu
intensitasnya, atlet akan mengumpulkan hutang oksigennya sebanyak 20
liter/menit, dan asam laktatnya mendekati 250 mg. Dalam keadaan ini
organ berada dalam keasaman di mana asam laktat akan menumpuk
melebihi keseimbangan yang normal. Organisme akan mengatur irama
pacuan secara cepat, khususnya bagi atlet yang sudah terlatih. Dalam
menu-menu pertama pacuan, sistem oksigen akan membantu menyediakan
energi dan akan berperan lebih banyak pada bagian kedua dari pacuan. Di
akhir pacuan, atlet akan meningkatkan kecepatannya. Penekanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
tambahan ini ditempatkan pada organisme yang menggunakan mekanisme
kompensasi peredaran darah dan pernafasan terhadap keterbatasan sistem
faal tubuh dan kebutuhan produksi energi yang maksimum dari sistem
anaerobik glikolisis, seperti juga halnya pada sistem anaerobik. Di sini
atlet akan menghadapi hutang oksigen yang tinggi. Kedua sistem ini
(sistem asam laktat dan aerobik) dipacu untuk menghasilkan
kebutuhan akan energi atlet yang prosentasenya tergantung dari
jenis cabang olahraga yang termasuk dalam olahraga zone ini.
Zone Intensitas keempat: atau intensitas menengah, zone ini
menunjukkan adanya suatu tantangan yang tinggi terhadap
organisme tubuh, karena harus berusaha melakukan kegiatan sampai
jangka waktu 30 menit. Olahraga atau nomor seperti lari 800 meter dan
1500 meter, lari 5000 dan 10000 meter, ski, lintas alam, jalan kaki dan
speed skating jarak jauh, semuanya termasuk ke dalam daerah ini. Sistem
peredaran darah benar-benar dipercepat dan otot-otot jantung mendapat
tekanan dalam jangka waktu yang lama. Selama perlombaan, oksigen
berada dalam keadaan kekurangan (hypoksia) atau 10% – 16% di bawah
taraf istirahat. Sistem yang menonjol di sini adalah aerobik (sampai 90%),
tetapi pada awal-awal dan akhhir-akhir perlombaan atlet akan
menggunakan sistem anaerobik, mengukur rata-rata kecepatan tuntutan
yang sangat penting bagi atlet yang terlibat dalam perlombaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Zone intensitas kelima: termasuk kegiatan yang berintegrasi
rendah, tetapi volume tenaga yang dibutuhkan adalah cukup tinggi seperti
pada lari marathon, 50 km, ski lintas alam, 20 dan 50 km jalan kaki dan
road race pada balap sepeda. Zona ini merupakan suatu tes atau ujian
yang sulit bagi organisme atlet. Panjangnya suatu pekerjaan akan
mengarah kepada pengurasan glukose (hypoglycemia) pada aliran darah
yang merupakan sutau beban yang harus ditanggung oleh sistem syaraf
pusat. Sistem peredaran darah terlibat tinggi dan pembesaran otot jantung
(bukan patologis) merupakan ciri yang umum, atlet juga memiliki
kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi terhadap hypoxemia. Dan
dalam mengikuti perlombaan, mereka akan mengalami kejenuhan O2,
dalam darah yang tidak jarang berada di antara 10% - 14% di bawah
tingkat istirahat. Karena adanya tuntutan yang lama terhadap fungsional
atlet, pulih asal organisme menjadi sangat lambat, kadang-kadang
diperlukan sampai 2-3 minggu, sehingga wajar apabila atlet hanya
mengikuti sedikit perlombaan dalam setahunnya (3 sampai 5 kali).
Pada daerah kedua atau ketiga terakhir dari zone intensitas ini,
kesempurnaan daya tahan aerobik, keseragaman pembagian energi dan
kemampuan mengukur kemampuan dari sepanjang perlombaan menjadi
suatu faktor yang menentukan untuk keberhasilan atlet. Sifat-sifat
fisiologis dari pengukuran diri tergantung dari kesempurnaan fungsi
analisis (bagian yang khusus dari sistem syaraf yang mengontrol reaksi
organisme terhadap lingkungan luar) dan selanjutnya pengembangan rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
akan waktu, air, lintasan, bola atau peralatan. Seandainya waktu yang
terlibat itu diambil dari suatu rangsangan irama yang datang dari
proprioseptor otot dan tendon, yang akan diulang dalam waktu yang
berbeda. Akibatnya bagi atlet yang sudah berpengalaman seperti petinju,
pelari dan perenang melakukan pengembangan berdasarkan kemampuan
sensor ototnya, perasaan terhadap waktu yang masih tersedia pada roda
itu, waktu vang dilakukan dalam perlombaan ataupun penggalan
waktunya. Semua bentuk rasa dan rasa akan kelelahan memberikan
petunjuk untuk atlet mengenai organismenya, ini berarti membantunya
dalam penyesuaian diri dengan rangsangan yang diterima dari latihan atau
perlombaan dan dari lingkungan luar lainnya.
Selama berlatih si atlet dipaksa untuk merasakan berbagai
tingkatan intensitas, organisme menyesuaikan dirinya terhadap tingkatan
intensitas dengan cara meningkatkan fungsi fisiologisnya untuk memenuhi
tuntutan latihan. Berdasarkan atas perubahan fisiologis ini
khususnya denyut jantung (HR), pelatih harus mendeteksi serta
memantau intensitas program latihannya. Sebagai klasifikasi akhir dari
intensitas berdasarkan atas denyut jantung sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 6. Empat Daerah Intensitas Berdasarkan Reaksi Denyut Jantung terhadap Beban Latihan (Fox, EL, Bower, RW & Foss, M.L, 1988 : 11)
Daerah Jenis Intensitas Denyut Jantung per
Menit
1 Rendah 1 2 0 - 1 5 0
2 Menengah 1 5 0 - 1 7 0
3 Tinggi 1 7 0 - 1 8 5
4 Maksimal Lebih 185
Un tuk men gemba ngk an k emampu a n b iomoto r ik
i n t ens i t a s rangsangan harus mencapai atau melebihi ambang
rangsangannya (threshold) di mana pengaruh latihan secara
nyata berada di antaranya. (Fox & Mathews 1981 : 280) menyatakan
bahwa intensitas di bawah 30 persen dari kemampuan maksimal tidak
akan memberikan pengaruhnya, dalam hal yang sama dimana daya
tahan menjadi faktor yang utama (ski l intas alam, lari, dayung,
renang dan sebagainya), melampaui ambang rangsang denyut jantung
akan memberikan pengaruh latihan terhadap sistem cardio
respiratori, yaitu dimulai pada denyut 130 bpm (Dietrich H, 1981 : 2).
Ambang rangsang ini bervariasi dari situ atlet ke atlet lainnya, sesuai
dengan perbedaan individu, cara yang harus ditentukan yaitu, melalui
jumlah denyut jantung istirahat ditambah 60% dari perbedaan antara
denyut jantung maksimal dengan denyut jantung istirahat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
HR Threshold = HR istirahat 60 (HRMakas - Hr istirahat)
Jadi treshold tergantung dari denyut jantung istirahat dan denyut jantung
maksimal seseorang, setiap atlet harus dirangsang sampai 60% atau
melebihi 60% dari kapasitas maksimumnya untuk memperoleh adanya
pengaruh latihan.
Latihan pada tingkatan rangsang yang rendah, akan mengarah
kepada pengembangan yang lambat tetapi menjamin penyesuaian
organisme yang mencukupi, artinya ada konsistensi penampilannya. Di
samping itu, rangsangan intensitas yang tinggi akan memberikan
kemajuan yang cepat tetapi juga mengarah kepada tidak stabilnya
penyesuaian organisme dan selanjutnya derajat konsistensinya lebih
rendah. Bukti ini hendaknya dapat mengarahkan seseorang kepada
sebuah kesimpulan, bahwa penggunaan rangsangan yang sangat intensif
bukan merupakan jalan yang paling efektif untuk berlatih. Variasi
pertukaran antara volume intensitas harus dilakukan di dalam latihan.
Tingginya volume latihan disertai dengan intensitas yang relatif rendah
selama tahap persiapan, akan memberikan suatu dasar yang baik untuk
intensitas latihan yang tinggi dan dapat meningkatkan konsistensi
penampilan yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Di dalam bidang teori latihan, kita harus membedakan dua macam
intensitas yaitu : pertama intensitas mutlak adalah ukuran prosentase dari
kemampuan maksimal seseorang untuk melakukan latihan, kedua
intensitas yang mengukur satuan latihan atau siklus makro
dapat menunjukkan intensitas mutlak dan jumlah keseluruhan
kerja yang dilakukan dalam waktu tertentu. Lebih tinggi intensitas
mutlak semakin rendah pula volume kerja pada satuan latihannya.
Dengan kata lain rangsangan intensitas mutlak yang tinggi (lebih
dari 85% dari kemampuan maksimal), hendaknya tidak diulang
kembali secara intensitas di setiap satuan latihan. Dalam hal yang
sama, satuan latihan juga t idak boleh melebih i 40% set iap
mikro s ik lusn ya untuk mempertahankan intensitas mutlak yang lebih
rendah.
(2). Volume latihan
Ngurah Nala, (1998 : 45 – 46) mengatakan Volume latihan
merupakan komponen takaran yang paling penting dalam setiap.
pelatihan. Unsur volume ini merupakan takaran kuantitatif, bukan
kualitatif seperti intensitas, yakni satu kesatuan yang dapat diukur
banyaknya, berupa lama, banyak, jauh, tinggi atau jumlah suatu
aktivitas ini. Volume latihan merupakan jumlah seluruh aktivitas
yang dilakukan selama latihan. Sering secara tidak tepat, volume
latihan ini disamakan dengan durasi atau lama latihan. Pada hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
durasi ini merupakan bagian dari volume latihan. Pada umumnya
volume latihan ini terdiri atas:
(a) Durasi atau lama waktu pelatihan (dalam detik, menit, jam, hari,
minggu atau bulan)
(b) Jarak tempuh (meter), berat beban (kilogram) atau jumlah
angkatan dalam satuan waktu (berapa kilogram dapat diangkat dalam
waktu satu menit)
(c) Jumlah repetisi, set atau penampilan unsur teknik dalam satu kesatuan
waktu (berapa kali ulangan dapat dilakukan dalam waktu semenit).
Penggunaan repetisi dan set ini amat penting dalam meningkatkan
kemampuan komponen biomotorik. Repetitia mater studiorum est.
Repetisi merupakan induk studi dalam pengembangan kemampuan
biomotorik, kata orang Romawi yang pada zaman dahulu banyak
mempergunakan prinsip latihan dengan repetisi, sehingga melahirkan
para gladiator kenamaan.
Volume ini juga menunjukkan jumlah kerja atau aktivitas yang dapat
dilakukan selama phase latihan.
(3). Densitas dan Frekuensi Latihan.
(a) Densitas latihan
Densitas latihan menunjukkan kepadatan (densitas) atau
kekerapan (frekuensi) dari suatu seri rangsangan per satuan waktu yang
terjadi pada atlet ketika sedang berlatih. Densitas ini bersifat kuantitatif,
sama seperti unsur volume, menujukkan hubungan antara phase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
aktifitas yang dilakukan dengan waktu istirahat atau phase
pemulihan. Suatu latihan yang densitasnya sesuai tidak akan menyebabkan
kelelahan yang berlebihan. Densitas suatu latihan disebut baik
apabila antara aktivitas dan istirahat berjalan seimbang.
Keseimbangan densitas pelatihan ditujukan untuk mencapai rasio yang
optimal antara rangsangan dan pemulihan yang terjadi di dalam tubuh.
Menurut Dietrich, 1971 dalam Nala, (1998 : 46) untuk membangun
komponen biomotorik daya tahan otot misalnya, densitas pelatihan
yang optimal antara waktu kerja dan waktu istirahat perbandingannya
berkisar antara 1 : 1/2 sampai 1 : 1. Bila setiap melakukan gerakan
(repetisi) otot dengan densitas optimal selama 1 menit, sebaiknya
diikuti istirahat (repetisi) selama 1/2 menit atau 1 menit. Untuk
rangsangan yang intensif, perbandingannya menjadi 1 : 3 sampai 1 : 6. Jadi
waktu istirahatnya dapat 3 sampai 6 kali waktu aktivitasnya. Jika
aktivitasnya, misalnya: melakukan aktivitas menyemes bola terus-
menerus, untuk meningkatkan daya tahan otot lengan dan bahu bagi
pemain bulutangkis, bolavoli, tenis atau pingpong selama 2 menit,
maka waktu yang dibutuhkan untuk istirahat sebelum melakukan aktivitas
menyemes yang berikutnya adalah 6 - 12 menit (selama 3 x 2 menit = 6
menit sampai 6 x 2 menit = 12 menit). Setelah itu baru dilanjutkan dengan
gerakan menyemes selama 2 menit lagi. Sedangkan untuk meningkatkan
komponen biomotorik kekuatan otot,. waktu istirahatnya cukup selama 2 -
5 menit, bukan 1/2 - 1 menit atau 12 - 24 menit. Lama istirahat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
meningkatkan kekuatan ini tergantung pada berat ringannya beban,
jumlah repetisi, banyak set dan kecepatan irama angkatannya. Bila
bebannya ringan, maka lama istirahatnya mungkin cukup selama 2 menit.
Kalau beban berat, waktu istirahatnya dapat sampai 5 menit.
Densitas ini menyangkut pula frekuensi.
(b) Frekuensi latihan
Frekuensi adalah kekerapan atau kerapnya latihan per-minggu.
Menetapkan frekuensi latihan amat tergantung pada tipe olahraganya dan
jenis komponen biomotorik yang akan dikembangkan.Frekuensi pelatihan
untuk mengembangkan komponen kekuatan otot, jika dilakukan sebanyak 7
kali dalam seminggu dianggap densitasnya terlalu tinggi. Bila dilakukan
sekali seminggu dianggap densitasnya terlalu rendah. Frekuensi latihan
misalnya:
(1). Untuk meningkatkan kekuatan otot dianggap cukup baik bila
dilakukan sebanyak 2 - 3 kali seminggu.
(2). Sebaliknya untuk meningkatkan komponen daya tahan
kardiovaskular atau kesegaran jasmani (physical fitness), maka
frekuensi latihannya sebanyak 4 - 5 kali seminggu, dengan
selingan istirahat maksimal selama 48 jam atau tidak lebih dari
dua hari berturutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(3). Sedangkan untuk daya tahan perenang dan pelari Jarak Jauh
frekuensi pelat ihannya lebih kerap, t idak cukup sebanyak
3-4 kal i seminggu, t etapi sebanyak 6 - 7 kali seminggu.
(4). Frekuensi latihan bagi atlet non-daya tahan aerobik (non-
endurance) atau anaerobik, cukup sebanyak 3 kali per
minggu, dengan durasi latihan selama 8 - 10 minggu (Bompa,
2009: 203)
Sehingga besar kecilnya frekuensi pelatihan amat ditentukan
oleh jenis atau tipe olahraganya dan komponen biomotorik
yang akan dikembangkan. Tidak dapat disamaratakan antara
olahraga aerobik dan non-aerobik, endurance dan non-
endurance, dengan cara diberikan frekuensi pelatihan yang sama.
2) Metode Latihan Sirkuit (Circuit Training Method)
Latihan sirkuit (circuit training) merupakan salah satu metode
pengkondisian yang pada mulanya dipelopori oleh Morgan dan Admson pada
tahun 1953 University of Leeds di Inggris (wilmore:1977 dalam Harsono, 1988 :
227). Latihan sirkuit (circuit training) adalah program dengan berbagai jenis
beban kerja yang dilakukan secara simultan dan terus menerus dengan diselingi
istirahat pada pergantian jenis beban kerja tersebut. Program latihan ini sangat
baik, karena dapat membentuk berbagai kondisi fisik secara serempak. Latihan
sirkuit merupakan bentuk latihan yang efisien dan menantang dari pengkondisian.
Latihan sirkuit berfungsi dengan baik untuk mengembangkan kekuatan, daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
tahan (baik aerobik dan anaerobik), fleksibilitas dan koordinasi. Tetapi ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain (Hazeldine, 1985 : 18) adalah;
a) Antara delapan (8) sampai lima belas (15) pos yang berbeda yang paling
umum. Masing-masing latihan perlu memilih untuk potensinya di dalam
mengembangkan; kualitas, apakah itu untuk kebugaran secara umum dan
yang berhubungan dengan kekuatan.
b) Pengorganisasian urutan latihan dan jarak pos untuk menekankan pada otot,
paru-paru dan peredaran sistem yang akan dilatih.
c) Banyaknya pos dalam latihan yang akan digunakan berhubungan dengan
alat dan fasilitasnya, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
d) Latihan yang diberikan harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga mampu
untuk melaksanakan pengulangan sebanyak mungkin dengan kira-kira
interval 60 detik dalam tiap pos sehingga menimbulkan kelelahan yang
cukup berarti.
e) Dalam pemilihan organisasi waktu istirahat (interval) sangat penting guna
proses pemuliahan proses fisiologis seperti proses sistem energi sepanjang
latihan.
f) Sangat memungkinkan menghitung banyaknya pengulangan yang dilakukan
dalam waktu tertentu dengan batasan waktu yang dilakukan dalam setiap
penyelesaian antar set dan repetisi di semua pos, sehingga membantu
monitoring kemajuan dan motivasi dalam pelaksanaan latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Bentuk latihan sirkuit (circuit training) memiliki tiga karakteristik yaitu;
a) Meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan kebugaran otot.
b) Menerapkan prinsip tahanan progresif.
c) Memungkinkan banyak individu berlatih dalam waktu yang sama,
didasarkan pada kemampuan tiap individu, dan memperoleh latihan
maksimal dalam waktu pendek.
Pemilihan jenis beban latihan tiap pos tergantung pada aspek yang menjadi tujuan
atau sasaran utama yang ingin dicapai. Petunjuk umum latihan sirkuit sebagai
berikut; 1) frekuensi latihan sebaiknya tiga kali perminggu, 2) biasanya sirkuit
dilakukan 2-3 kali tiap session, 3) berisi 6–15 pos, 4) beban tiap latihan antara
40% - 50% dari maksimum ulangan tunggal, 5) jumlah ulangan pada tiap pos
75%-100% dari jumlah maksimum yang dapat dicapai dari periode kerja, dan 6)
periode kerja selama 15–30 detik dan periode istirahat antara 15-60 detik (M.
Furqon,1996 : 23). Ada beberapa metode latihan sirkuit, dimana dalam penelitian
ini yang akan diteliti adalah metode latihan sirkuit berlanjut dan metode latihan
sirkuit sepakbola. Adapun penjelasan dari ke dua metode latihan sirkuit tersebut
adalah sebagai berikut;
a. Latihan Sirkuit Berlanjut (Continuous Circuit Training)
Latihan sirkuit berlanjut ( continuous circuit training ) adalah merupakan
salah satu jenis metode latihan sirkuit yang mempunyai beberapa beban kerja
yang harus dilakukan secara keseluruhan atau berlanjut dalam proses latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dalam proses latihan sirkuit berlanjut setiap atlet harus melakukan atau melewati
semua beban kerja yang telah ditentukan dengan waktu yang secepat-cepatnya.
Latihan sirkuit berlanjut mempunyai 10 beban kerja yang harus dilewati
atlet dalam satu repetisinya. Setelah melewati semua beban kerja maka atlet
diperkenankan untuk istirahat sesuai dengan rasio kerja-istirahat yang ditentukan
sebelumnya. Adapun beban kerja dalam latihan sirkuit berlanjut yang dapat
dikatakan sebagai pos, dimana 10 pos tersebut dapat dijabarkan yaitu;
1) Vault Over The Buck,
2) Double-Footed Jumps Over A Bench, Working Forward,
3) Two Forward Rolls On Mats, Working Forwards,
4) Steeplechase Jump,
5) Sprint Ten Metres Between Two Skittles,
6) Continuous Run Up Three Box,
7) Throught Voult Over The Horse,
8) Crab Walk Ten Matres Between Two Skittles,
9) Jump To Touchfootball Net Or Backboard,
10) Double Footed Jumps Over Three Hurdles Of Suitable Height One
Metre Apart
(Hazeldine, 1985 : 25),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dengan mengetahui jumlah beban kerja yang harus dilakukan dan dilewati
secara keseluruhan maka dapat dikatakan bahwa metode latihan sirkuit berlanjut
ini memerlukan waktu yang tidak dapat kita prediksi sebelumnya, akan tetapi atlet
sudah dibatasi bahwa waktu latihan atau kerja berkisar antara 15 – 30 detik . Kita
tidak dapat menetapkan waktu kerja dan istirahatnya sebelum kita melakukan atau
berlatih. Tetapi jika kita melihat dari jumlah beban kerja yang akan dilakukan atau
dilewati secara keseluruhan maka kita akan dapat mengatakan bahwa metode
latihan ini akan memerlukan waktu kerja yang lebih banyak daripada metode
latihan yang mungkin berpatokan pada repetisi tiap pos atau pada stasiun masing-
masing sebagaimana yang dapat kita lihat dalam metode latihan sirkuit sepakbola.
Setiap metode latihan akan selalu mempunyai kelemahan dan
kelebihannya, begitu juga dengan metode latihan sirkuit berlanjut ini. Secara
teoritis dapat dikatakan metode latihan sirkuit mempunyai kelebihan dan
kekurangan yaitu;
a. Kelebihan metode latihan sirkuit berlanjut
1). Dapat melatih otot secara bersamaan atau secara serempak
2). Dapat mengurangi kejenuhan atlet dalam latihan karena adanya variasi
gerakan dalam latihan
3). Lebih mudah dalam mengawasi karena dilakukan oleh satu-persatu atlet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b. Kelemahan metode latihan sirkuit berlanjut
1). Memerlukan waktu latihan yang lebih lama dan tidak dapat diprediksi atau
direncanakan karena melakukan sekaligus beban kerja yang telah
ditetapkan
2). Secara keseluruhan waktu yang digunakan akan lama karena hanya satu-
persatu atlet yang melakukan dalam tiap repetisinya
3). Tidak dapat melatih kekuatan otot secara spesifik.
Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan dari metode latihan ini
maka kita akan dapat menyesuaikan kondisi latihan baik perencanaan waktu
ataupun pelaksanaan latihannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 8. Sirkuit Berlanjut (Continuous Circuit)
(Hazeldine, 1985: 26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Penjelasan pelaksanaan gerakan sirkuit berlanjut adalah sebagai berikut;
1. Vault over the buck;
Testi berlari melompati kuda-kuda
pelana dengan ketinggian yang telah
ditentukan.
2. Double-footed jumps over a bench;
Testi meloncati bangku dengan kedua
tungkai ke kanan dan kekiri.
3. Two forward rolls on mats, working
forwards;
Testi berlari melingkar mengelilingi
dua (2) kerucut, sehingga menyerupai
angka delapan (8)
4. Steeplechase jump;
Testi lari meloncati rintangan yang
ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
5. Sprint ten metres between two
skittles;
Testi lari cepat dengan jarak 10 meter
dengan melewati dua (2) buah
kerucut
6. Continuous run up three box;
Testi berlari dengan melangkahi tiga
(3) buah kotak dengan ketinggian
yang telah ditentukan.
7. Throught voult over the horse
Testi berlari melompati kuda-kuda
pelana dengan ketinggian yang telah
ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
8. Crab walk ten matres between two
skittles;
Testi berjalan jongkok dengan jarak
sepuluh (10) meter antara 2 kerucut.
9. Jump to touchfootball net or
backboard;
Testi berlari dan melompat dengan
menyentuh net atau papan ring bola
basket.
10. Double footed jumps over three
hurdles of suitable height one metre
apart;
Testi melompati tiga (3) buah
ringtangan dengan jarak masing-
masing rintangan 1 meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
b. Latihan sirkuit sepakbola (football circuit training)
Latihan sirkuit sepakbola adalah salah satu metode latihan sirkuit dimana
atlet harus melakukan kerja dengan waktu atau jumlah ulangan kerja yang telah
ditentukan dalam tiap pos atau stasiun kerja. Latihan sirkuit sepakbola merupakan
salah satu latihan sirkuit spesifik cabang olahraga. Latihan ini mempunyai
karakter yang sama seperti latihan sirkuit yang lain. Seperti yang dikatakan
diawal, bahwa latihan sirkuit mempunyai fungsi untuk meningkatkan kebugaran
baik kardiovaskuler maupun otot secara serempak. Hanya pada pelaksanaan
latihan sirkuit sepakbola ini menekankan pada jumlah kerja yang dilakukan dalam
setiap beban kerja yang dimana telah ditentukan waktu kerjanya. Ini berarti
sebelum melaksanakan latihan kita sudah dapat memprediksi atau merencanakan
waktu kerja latihan dan waktu istirahatnya.
Latihan sirkuit sepakbola dapat dilakukan oleh semua atlet dengan pos atau
stasiun kerja yang telah ditentukan sebelumnya. Ini berarti akan dapat mengurangi
penggunaan waktu secara keseluruhan dari latihan. Dalam latihan sirkuit
sepakbola atlet harus malakukan beban kerja yang berjumlah 12 pos yang sesuai
dengan karakter dari cabang olahraga yang bersangkutan. 12 pos beban kerja
tersebut adalah;
1) Sprint And Head,
2) Throw In,
3) Dribbling,
4) Wallbar Knee Raise,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
5) Dribbling And Return,
6) Astride Jumps,
7) Abdominal Curl,
8) Shutlle Run,
9) Back Extention
10)Hurdle Jump,
11) Straight Arm Overthrow,
12) Leg Curl.
(Hazeldine, 1985 : 27-29)
Sama seperti halnya dalam latihan sirkuit berlanjut, metode latihan sirkuit
sepakbola ini juga mempunyai beberapa kelemahan dan kelebihan. Dimana dapat
dipaparkan kelebihan dan kelemahan dari metode latihan sirkuit sepabola ini
adalah sebagai berikut;
a. Kelebihan metode latihan sirkuit sepakbola
1). Memberikan latihan pada otot secara spesifik dalam satu repetisi sehingga
terjadi adaptasi yang bertahap dari otot yang dilatih
2). Memerlukan waktu yang sudah dapat diprediksi atau direncanakan dalam
latihan
3). Memerlukan waktu latihan yang relatif lebih pendek secara keseluruhan
karena dapat dilakukan oleh semua atlet secara bersamaan dengan beban
kerja yang sesuai dengan pos beban kerja masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
b. Kelemahan metode latihan sirkuit sepakbola
1). Tidak dapat melatih otot secara serempak pada satu atlet dalam satu
repetisi
2). Kesulitan dalam pengawasan latihan karena dilakukan oleh semua atlet
secara bersama dalam tiap repetisi dengan pos yang berbeda-beda.
3). Atlet akan merasa jenuh dengan beban kerja yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam tiap pos artinya jenuh dengan gerakan yang
monoton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 9. Sirkuit Sepakbola ( Football Circuit)
(Hazeldine, 1985: 27-29)
3 2
12
8
11
9
10
7
6
5
4
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Penjelasan pelaksanaan gerakan sirkuit sepakbola adalah sebagai berikut;
1. Sprint and Head;
Testi berlari 10 meter dan kemudian melompat menyundul bola yang digantung pada ring basket.
2. Throw in;
Testi melakukan lemparan seperti pada lemparan ke dalam dalam permainan sepak bola dengan menggunakan ball medicine
3. Dribbling;
Testi melakukan dribble sepakbola dengan melewati rintangan yang telah disiapkan
4. Wallbar Knee Raise;
Testi dalam posisi menggantung dengan mengangkat lutut dan kembali turun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
5. Dribbling and Return;
Testi menggiring bola sepakbola 10 meter, mendorong bola pada bangku yang dipasang sisinya dan memberikan bola kembali pada garis start.
6. Astride Jumps;
Testi berdiri dengan posisi kangkang kemudian melompat pada bangku dengan masing-masing membawa sebuah baal medicine dibawah lengan.
7. Abdominal Curl;
Testi dalam posisi tidur dengan kedua tangan disamping kepala dan lutut diangkat, kemudian melakukan curl up dengan menyentuh lutut kiri dengan siku kanan dan sebaliknya
8. Shutlle Run;
Testi melakukan Shutlle run dengan jarak 15 meter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
9. Back extention;
Testi menaikkan batang tubuhnya dengan tangan lurus membawa ball medicine di atas kotak dan kemudian menurunkan secara hati-hati dengan bantuan teman untuk memegang kakinya
10. Hurdle Jumps;
Buat dan atur empat rintangan untuk dilompati dengan tinggi 50-70 cm, berjarak 1 meter tiap 1 rintangan, testi melompati keempat rintangan tersebut dengan tumpuan dua kaki secara bersamaan.
11. Straight Arm overthrow;
Pasangan berada pada lantai dengan jarak pantas dan terpisah, dari posisi berbaring dengan bola berada pada tangan di lantai, melemparkan bola pada pasangan yang tidur di atas lantai, kemudian duduk untuk menerima bola
12. leg curl;
Berada dalam posisi telungkup di lantai dengan menjepit ball medicine diantara kedua kaki, kemudian naikan ball medicine dengan gerakan pleksi pada lutut dan turunkan kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3. Latihan Interval (Interval Training)
Sistem latihan interval mencakup selang-seling periode kerja dan istirahat.
Keunggulan sistem latihan ini adalah lebih banyak atlet mengalami pelatihan
interval tanpa mengalami keletihan yang berlebihan. Latihan interval merupakan
media utama untuk mewujudkan efek-efek pelatihan yang spesifik. Pelatihan
interval tidak hanya memungkinkan atlet bekerja pada volume yang lebih besar
dari suatu intensitas tertentu, tetapi juga memungkinkan atlet berlatih lebih keras
daripada yang dilakukannya dalam latihan yang berkesinambungan. Variabel
yang dapat dimanipulasi dalam latihan interval adalah di seputar periode-periode
kerja maupun pemulihan yaitu;
a) Durasi kerja.
b) Intensitas kerja.
c) Durasi periode pulihan.
d) Jenis aktivitas yang dilakukan selama periode pemulihan, dan
e) Banyaknya pengulangan selang-seling kerja/pemulihan yang dilaukan dalam
satu setnya.
Latihan interval merupakan program latihan yang terdiri dari periode
pengulangan kerja yang diselingi oleh periode istirahat (Fox E.L, 1984:184,
Smith, J, 1983: 184) atau merupakan serangkaian latihan yang diulang-ulang dan
diselingi dengan periode istirahat. Latihan ringan biasanya dilakukan pada periode
istirahat ini (Fox, Bower and Foss, 1993:205, Fox dan Mathews, 1981:263).
Untuk memahami mengapa latihan ini sedemikian bagusnya, maka akan diuraikan
mengenai latihan selama latihan fisik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Ada beberapa istilah khusus dalam latihan yang harus dipahami dengan
sebaik-baiknya.
a) Interval kerja (work interval).
Bagian dari program latihan interval yang terdiri atas kegiatan dengan
intensitas tinggi.
b) Interval pemulihan (relief interval).
Waktu antar interval kerja serta antara set. Interval pemulihan dapat terdiri
atas:
(1). Kegiatan ringan (pemulihan dengan istirahat atau rest relief).
(2). Latihan fisik ringan sampai sedang (pemulihan dengan kegiatan atau
work relief).
(3). Gabungan (pemulihan dengan istirahat atau rest relief dengan pemulihan
dengan kegiatan atau work relief).
Adapun beberapa jenis Interval pemulihan dinyatakan dalam hubungan dengan
rasio pemulihan dengan kerja dan dapat dinyatakan sebagai berikut;
(1). 1:½ = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama
dengan setengah waktu interval kerja.
(2). 1:1 = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan
waktu interval kerja.
(3). 1:2 = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan
dua kali waktu interval kerja.
(4). 1:3 = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan
tiga kali waktu interval kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dengan interval kerja yang lebih lama, suatu rasio kerja pemulihan 1:½ atau
1:1 biasanya yang disarankan; pada interval dengan jangka waktu
menengah/sedang, rasionya adalah 1:2 dan pada kerja yang memakan waktu
pendek, rasionya 1:3 karena intensitasnya yang tinggi (Fox. Bower & Foss
1993:302).
c) Set adalah serangkaian interval kerja dan pemulihan.
d) Pengulangan (Repetition)
Banyaknya interval kerja dalam satu setnya.
e) Waktu latihan (training time)
Kecepatan pelaksanaan kegiatan selama interval kerja.
f) Jarak latihan (training dintance)
Jarak interval kerja.
g) Frekuensi
Banyaknya waktu per minggu untuk melakukan latihan.
h) Resep latihan interval.
Berisi informasi terkait mengenai suatu pelaksanaan latihan interval yang
biasanya meliputi banyaknya set, pengulangan, waktu pelaksanaan atau jarak
interval kegiatan, waktu latihan dan waktu interval pemulihan. Cara latihan
interval untuk atlet dalam melakukan interval kerja disesuaikan dengan
cabang olahraganya, misalnya sepakbola dengan kegiatan sepakbola. Tipe
kegiatan yang dipilih untuk latihan fisik umum berdasarkan atas pilihannya.
Sebagai ringkasan sistem latihan interval dapat diketengahkan sebagai berikut
(Fox, Bower and Foss, 1993:280);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
1) Tentukan terlebih dahulu sistem energi mana yang perlu dikembangkan.
Tabel 7. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval Berdasarkan “Waktu” Latihan (Fox, Bower, Foss, 1993:306)
Major energi system
Training time
(min:sec)
Repetition per workout
Set per workout
Repetition per set
Work relief ratio
Types of interval
ATP-PC
0:10 50 5 10
1:3 Rest-relief
(d.g., walking, flexing)
0:15 45 5 9 0:20 40 4 10 0:25 32 4 8
ATP-PC-LA
0:30 25 5 5 1:3 Work-relief
(d.g., light to mind exercise,
jogging)
0:40 – 0:50 20 4 5 1:0 – 1:10 15 3 5
1:2 1:20 10 2 5
LA-02 1:30 – 2:30 8 2 4 1:2
Work-relief 2:10 – 2:40 6 1 6 1:1 2:50 – 3:00 4 1 4 Host-relief
02 3:00 – 4:00 4 1 4 1:1 4:00 – 5:00 3 1 3 1: ½ Rest-relief
2) Pilih bentuk aktivitas (exercise) yang digunakan selama interval kerja
(sepakbola).
3) Tentukan latihan sesuai dengan keterangan yang ada dalam daftar dari
sistem energi utama yang ingin dikembangkan. Jumlah ulangan dan set,
rasio kerja istirahat, dan tipe dari interval istirahat, seluruhnya ada dalam
tabel 1 dan 2. Untuk setiap aktivitas yang dipilih, waktu latihannya ada
dalam kolom 2 tabel 1.
4) Berikan peningkatan intensitas (progresive overload) selama program
latihan. Walaupun program latihan interval merupakan sistem yang
sangat baik untuk atlet/non atlet yang tertarik pada “general fitness”,
namun metode ini bukan satu-satunya metode latihan yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 8. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval Berdasarkan “Jarak” Latihan (Fox, Bower, Foss, 1993:307)
Major energi system
Training distamce
yards Run:swim
Repetition per workout
Set per workout
Repetition per set
Work relief ratio
Types of relief interval
ATP-PC
55:15 50 5 10 1:3 Rest-relief (d.g.,
walking, flexing) 110:25 24 3 8 ATP-
PC-LA 220:55 16 4 4 1:3 Work-relief (d.g., light
to mind exercise, jogging) 440:110 8 2 4 1:2
LA-02 660:165 5 1 5 1:2 Work-relief
880:220 4 2 2 1:1 Host-relief
02 1100:275 3 1 3 1: ½
Rest-relief 1320:330 3 1 3 1: ½
Kemajuan prestasi atlet merupakan akibat langsung dari jumlah dan
kualitas kerja yang dicapai dalam latihan. Beban kerja dalam latihan ditingkatkan
secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologis
setiap atlet. Organisme akan memberikan reaksi berupa perubahan morfologis
dan psikologis sebagai pemenuhan kebutuhan adanya peningkatan beban latihan.
Peningkatan intensitas latihan melalui cara sebagai berikut;
a) Meningkatkan kecepatan dalam jarak tertentu atau meningkatkan berat beban.
b) Meningkatkan rasio antara intensitas relatif dan absolut, sehingga intensitas
absolut boleh dilakukan.
c) Mempersingkat istirahat interval di antara masing-masing pengulangan atau
set.
d) Meningkatkan densitas latihan, dan
e) Meningkatkan jumlah pertandingan/perlombaan (Bompa, 1990:85)
Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting
untuk dikaitkan dengan kualitas kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang
ditentukan. Kualitas kekuatan ransangan sangat tergantung dari; ritme latihan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
beban kecepatan gerakan, variasi interval istirahat atau pullih asal diantara tiap
ulangan (Bompa, 1992:58). Prinsip latihan anaerobik adalah dengan memberikan
beban maksimal yang dikerjakan untuk waktu yang singkat dan diulang. Menurut
Janssen (1987:155) waktu latihan maksimal selama latihan sprint, sistem kreatin
fosfat ditekankan, laktat yang tinggi tidak dikehendaki dalam latihan sprint. Pada
waktu latihan pemulihan yang lebih lama atau dengan menurunkan intensitas
sprint kenaikan kandungan laktat akan lebih rendah.
Frekuensi adalah ulangan beberapa kali seseorang mengerjakan setiap
setnya. Frekuensi tinggi berarti ulangan gerakan yang harus dikerjakan setiap
setnya adalah banyak. Frekuensi rendah artinya ulangan gerakan yang harus
dikerjakan setnya sedikit ( Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L.
1984:197) “frekuensi untuk latihan anaerobik adalah 3 kali setiap minggunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 9. Berbagai Cabang Olahraga, Aktivitas dan Sistem-Sistem Energi yang Utama (Fox & Mathews, 1981:263)
Sport or sport activity ATP-PC and
anaerobic glycolysis Anaerobic glycolysis
and aerobic aerobic
1. Tennis 70 20 10 2. Track and field
a. 100, 200 m 95-98 2-5 negligible b. Field event 95-98 2-5 negligible c. 400 m 80 15 05 d. 800 m 30 65 05 e. 1.500 (mile) 20-30 20-30 40-60 f. 3.000 m (2 mile) 10 20 70 g. 5.000 m (3 mile) 10 20 70 h. 10.000 m (6 mile) Negligible 05 95
1. Volleyball 80 05 15 1. Walking Negligible 05 95 2. Wrestling 90 5 5 3. Aerobik dance 5 15-20 75-80 4. Baseball 80 15 05 5. Basketball 60 20 20 6. Fencing 90 10 negligible 7. Field hockey 50 20 30 8. Football 90 10 negligible 9. Golf 95 5 negligible 10. Gymnasties 80 15 5 11. Ice hockey
a. Forward defense 60 20 20 b. Goalic 90 5 5
12. Ice speed skating a. 500 m 80 10 10 b. 1.000 m 35 55 10 c. 1.500 m 20-30 30 40-50 d. 5.000 m 10 25 65 e. 10.000 m 5 15 80
13. In 0line skating > 10 km 5 25 70 14. Lacrose
a. Goalic, defense, attacker 50 20 30 b. Midfielders, man-down 20 30 50
15. Rowing 20 30 50 16. Skiing
a. Slalom, jumping 80 15 5 b. Downhill 50 30 20 c.Cross-country 5 10 85 d. Recreational 20 40 40
17. Soccer a. Goalic, wings, striers 60 30 10 b. Hallbacks or sweeper 60 20 20
18. Stepping machine 5 25 70 19. Swmming and diving
a. Diving 98 2 negligible b. 50 m 90 5 5 c. 100 m 80 15 5 d. 200 m 30 65 5 e. 400 m 20 40 40 f. 1.500 m, 1.650 yrd 10 20 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Program untuk mengembangkan sistem energi yang utama dalam kegiatan
olahraga harus disesuaikan dengan metode latihan. Latihan interval dapat
bervariasi dan dapat diatur untuk meningkatkan sistem anaerobik atau aerob.
Latihan interval anaerob merupakan salah satu sistem latihan yang telah diselidiki
secara sistematis dan ilmiah, seri latihan berat yang diulang-ulang diselingi oleh
waktu istirahat dan diselingi latihan ringan. Pengukuran laktat sudah menjadi
elemen penting dalam latihan olahraga. Penentuan laktat, metode dan intensitas
latihan dapat ditentukan dengan akurat.
Tabel 10. Berbagai Metode Latihan dan Pengembangan Sistem Energi Utama (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L Foss, 1993:313)
Training method Percent Development
ATP-PC and LA LA and 02 02 Acceleration sprint 90 5 5 Countinuous fast-running 2 8 90 Countinuous slowt-running 2 5 93 Hollow sprint 85 10 5 Interval sprinting 20 10 70 Interval training 10-80 10-80 10-80 Jogging - 10 90 Repetition running 10 50 40 Speed play (fartlek) 20 40 40 Sprint training 90 6 4
Kualitas yang diperoleh dari latihan akan menurun kembali ke kondisi
semula apabila tidak melakukan latihan secara teratur dan kontiyu. Penurunan
yang bermakna akan terjadi sesudah seseorang menghentikan latihannya. Oleh
karena itu keteraturan dan kontinyuitas perlu diperhatikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Sebelum menjelaskan pulih asal (recovery), terlebih dahulu dijelaskan
tentang kelelahan (fatigue). Proses yang terjadi selama pemulihan dari latihan
fisik sama pentingnya dengan yang terjadi selama latihan fisik. Kemajuan seorang
atlet tergantung kepada pemulihan yang cukup sehingga efek-efek latihan dapat
dimaksimalkan. Berlatih tanpa pemulihan yang akurat setelah suatu kegiatan yang
meletihkan tidak akan membawa manfaat bagi atlet, karena mereka semata-mata
hanya belajar menanggulangi keletihan dan bukannya memajukan aspek-aspek
spesifik dari performance (Brents Rushall 1990:60). Prosedur-prosedur pemulihan
harus merupakan bagian yang integral dari suatu latihan. Brents Rushall (1990:60)
menyatakan bahwa; “kalau latihan aktif digabung dengan pemulihan pasif maka
kecepatan pemulihannya lebih baik dari pada pemulihan aktif saja”. Jika intensitas
pemulihan itu melampaui (> 60% VO2max ) maka besar kemungkinan lebih banyak
asam laktat akan diproduksi dan pemulihan terlambat. Prinsip pemulihan harus
dianggap sama pentingnya dengan prinsip overload. Brents Rushall (1990:215)
menyatakan bahwa pemulihan (recovery) sama pentingya dengan latihan.
Kelelahan yang terjadi di dalam berolahraga terdiri dari:
b) Kelelahan neoromuscularjuction;
Kelelahan ini terjadi pada otot cepat (fast twitchfiber) yang disebabkan impuls
sebagai penghantar kimia menjadi berkurang.
c) Kelelahan dari mekanisme otot;
1) Berkurangnya cadangan ATP dan PC. ATP merupakan sumber energi
yang langsung untuk kontraksi otot dan PC lansung digunakan sebagai
penggantinya. ATP dapat diresistensi selama 30 detik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gambar 10. Proses Interval Kerja dan Interval Istirahat (Foss, 1998:281)
2) Penumpukan asam laktat.
Pembentukan asam laktat akan meningkat konsentrasi ion-ion, sehingga
mangganggu kontraksi otot dan juga menghambat enzim yang diperlukan
untuk metabolisme.
3) Berkurangnya cadangan glycogen.
Olahraga lama – glycogen habis. Hal ini akan menyebabkan “Bonking”
glycogen yang ada dalam salah satu otot tidak dapat dipindahkan ke otot
lain, oleh karena itu otot yang paling banyak kontraksi glycogen menjadi
habis.
Program latihan anaerobik atau sprint perbandingan antara kerja dan
istirahat adalah 1:5 – 1:12, (Bompa, 1999:94). Selama pulih asal dari latihan
tuntutan energi sangat berkurang. Tetapi konsumsi oksigen pada periode waktu
tertentu tetap pada tingkat yang relatif tinggi dan lamanya tergantung pada
intensitas latihan yang dilakukan. Oleh karena itu interval istirahat harus
memudahkan pulih asal yang optimal selama LA berkurang dan 02 – debt yang
hampir seratus prosen tersimpan. Pulih asal pada latihan anaerobik atau sprint
menurut (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:297) minimal
memerlukan waktu 2 menit dan maksimal 3 menit.
------ : Istirahat (relief ) ATP naik,
waktu 30 detik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 11. Berbagai Metode Latihan dan Penggunaan Sistem Energi Utama untuk Kegiatan Berbagai Olahraga (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:314)
Sport or sport activity
Suggested Methods
Acc
eler
atio
n Sp
rint
Con
tonu
ous
fast
-run
ning
Con
tonu
ous
slow
-run
ning
Hol
low
spr
int
Inte
rval
sp
rint
ing
Inte
rval
tr
aini
ng
Jogg
ing
Rep
etiti
on
runn
ing
Spee
d pl
ay
(far
tlek)
Spri
nt
trai
ning
Baseball Ö Ö Ö Basketball Ö Ö Ö Fencing Ö Ö Ö Ö Field hockey Ö Football Ö Ö Ö Ö Golf Ö Ö Gymnastics ice hockey* Ö Ö Ö Ö
Forwards, defense Ö Ö Goalie Ö Ö Ö Lacrose Goalie, defense, attacker Ö Ö Midfielders, man-down Ö
Recreation sport Ö Ö Ö
Rowing* Ö Ö
Skiing* Slalon, jumping downhill Cross-country
Ö Ö
Soccer Goaline, wings, strikers Ö Ö Halfback, link men Ö Ö Softball Ö Ö
Swimming and diving*
50-m freestyle, diving Ö Ö 100-m, 100-yd (all strokes) Ö Ö 200-m, 220-yd (all strokes) Ö 400-m, 440-yd freestyle Ö Ö Ö 1500-m, 1650-yd freestyle Ö
Tennis Ö
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Sport or Sport Activity
Suggested Methods
Acc
eler
ati
on S
prin
t
Con
tonu
ous
fast
-ru
nnin
g C
onto
nuou
s sl
ow-
runn
ing
Hol
low
sp
rint
Inte
rval
sp
rint
ing
Inte
rval
tr
aini
ng
Jogg
ing
Rep
etiti
on
runn
ing
Spee
d pl
ay
(far
tlek)
Spri
nt
trai
ning
400-m, 440-yd Ö Ö 800-m, 880-yd Ö 1500-m, 1 mile Ö Ö Ö Track and field 100-m, 100-yd Ö Ö Ö 200-m, 220-yd Ö Ö Ö Ö Field events Ö Ö Ö 2 miles Ö Ö Ö Ö 3 miles, 5000-m Ö Ö Ö Ö 6 miles, 10.000-m Ö Ö Marathon Ö Volyball Ö Ö Ö Ö Wresting Ö Ö Ö
Energi diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan
kerja, sedangkan kerja didefinisikan sebagai penerapan dari suatu gaya melalui
suatu jarak. Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan. Banyaknya
energi yang dikeluarkan untuk kerja otot tergantung pada intensitas, frekuensi,
serta ritme dan durasi latihan. Menurut Clenaghan, Pate R. Rotella (1984: 237)
mengtatakan kontraksi otot menyebabkan perubahan bentuk energi kimia menjadi
energi mekanik yaitu ikatan energi ATP digunakan untuk menambah bahan bakar
gerakan tubuh manusia. Tenaga maksimal berarti kecepatan terbesar dimana
sistem energi dapat menyediakan energi bagi kerja otot. Energi yang diperlukan
untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot tak dapat diserap langsung dari makanan
yang dimakan, akan tetapi diperoleh atau dari persenyawaan yang disebut ATP
(adenosine triphosphate). ATP inilah yang merupakan sumber energi yang
langsung dipergunakan otot untuk melakukan kontraksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Didalam tubuh terdapat suatu zat kimia yang membuat otot dapat
berkontraksi atau berelaksasi, yaitu adenosin trifosfat atau ATP. Zat ini
merupakan suatu senyawa yang selama aktivitas otot diubah menjadi adenosine
difosfat atau ADP sambil menghasilkan anergi siap pakai untuk otot (Janssen,
1987:12). Secara sistematis proses ini dapat digambarkan sebagai berikut;
ATP ADP + energi.
ATP terdiri dari komponen yang kompleks yaitu suatu komponen
adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP ini tersimpan dalam otot skelet dan
dalam jumlah yang sangat terbatas, karenanya ATP ini lekas habis. Agar supaya
kontraksi otot tetap berlangsung, maka ATP ini harus diisi kembali melalui
penguraian zat-zat lain yang juga tersimpan di dalam otot. Menurut Janssen
(1987:12) mengatakan jumlah ATP yang langsung tersedia adalah cukup untuk
kira-kira 1-2 detik aktivitas maksimum, dan jumlah kreatin fosfat habis setelah
kira-kira 6-8 detik. Otot yang aktif, energi yang dihasilkan dari gilkogen ini
memproduksi asam laktat (LA). LA mengakibatkan kelelahan. Aktivitas
maksimal dalam waktu 45 – 60 detik menimbulkan akumulasi LA maksimal.
Untuk menghilangkannya perlu waktu 45 – 60 detik.
Tabel 12. Prediksi Pulih Asal dan Diet (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:235)
Proses Pulih Waktu Pulih Asal Jenis Diet
Minimum Maksimum ATP-PC 1:2 (work 1: relief 2) - - Cadangan fosfagen 3 menit 5 menit -
Cadangan glycogen otot 5 jam (cab. Or intermiten) 24 jam karbohidrat 10 jam (cab. Or. Kontinyu) 48 jam karbohidrat
Cadangan glycogen hati tidak diketahui 24 jam - Pengangkutan asam 30 menit (rest aktif) 1 jam - Laktat 1 jam (rest pasif) 2 jam - Cadangan 02 10 – 15 detik - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
a). Rasio Kerja-Istirahat 1:2
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan
rasio-kerja istirahat 1: 2 adalah mengisyaratkan bahwa waktu interval
pemulihannya sama dengan dua kali waktu interval kerja. Pada interval dengan
jangka waktu menengah/sedang, rasionya adalah 1:2 dan pada kerja yang
istirahatnya diimbangi oleh dua kali waktu kerja, (Fox, Edward L. Richard W.
Bower, Marle L. Foss. 1993:302).
Dalam penelitian ini rasio kerja-istirahat 1: 2 akan ditreatmentkan pada
kedua jenis metode latihan baik metode latihan sirkuit berlanjut maupun
sepakbola yang dimana telah direncanakan dan dibuatkan program pelatihan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.
b). Rasio kerja-istirahat 1:3
Rasio kerja-istirahat 1:3 Mengisyaratkan bahwa waktu interval
pemulihannya sama dengan tiga kali waktu interval kerja. Rasionya 1:3 karena
intensitasnya yang tinggi. Ini mempunyai pengertian bahwa dalam penentuan
kerja dan istirahatnya suatu program latihan dapat ditentukan bahwa waktu
isturahat tiga kali dari waktu kerja. Semakin banyak waktu pulih asal maka akan
dapat berpengaruh terhadap penyediaan oksigen dan pemulihan terhadap kondisi
latihan. Semakin efektif tubuh dalam menyediakan oksigen maka akan semakin
siap tubuh untuk melakukan aktivitas dengan intensitas tinggi kembali dalam
latihan. Kerja yang memakan waktu pendek, rasionya 1:3 karena intensitasnya
yang tinggi (Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:302).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang ada hubungannya dengan proposal penelitian ini adalah;
hasil penelitian dari Moh. Nasution (2008), meneliti tentang pengaruh latihan
interval dan kontinyu terhadap perubahan VO2 maximal dan denyut nadi istirahat.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa; ada pengaruh antara
bentuk latihan interval dan latihan kontinyu terhadap perubahan denyut nadi
istirahat dimana latihan kontinyu lebih baik dibanding latihan interval.
Penelitian dari Sardianto (2002), meneliti tentang pengaruh metode latihan
dan intensitas interval istirahat dalam keterampilan bermain bolavoli. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan bahwa; latihan sistem lorong intensitas interval
istirahat aktif ternyata memberikan hasil latihan yang lebih baik dibanding dengan
latihan stasion intensitas interval istirahat pasif.
Penelitian dari Kiyatno (2001), meneliti tentang Volume Oksigen
Maksimal, studi korelasi antara volume tidal kadar hemogolobin, dan denyut
jantung dengan Volume Oksigen Maksimal olahraga di Surakarta. Dari penelitian
yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif secara bermakna
antara volume tidal, kadar hemoglobin, dan denyut jantung dengan �踪O2 max.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
C. Kerangka berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
disusun kerangka berpikir sebagai berikut:
1. Perbedaan pengaruh latihan sirkuit ( circuit training ) continuous
circuit dan football circuit terhadap volume oksigen maksimal ((v踪O2
max)) pada pemain sepakbola.
Berolahraga adalah perwujudan dari respon-respon muscular dan
diekpresikan dalam gerak tubuh secara teratur. Yang di gerakkan adalah pola-pola
gerak ketrampilan tertentu misalnya gerakan-gerakan berlari, melompat,
memukul, melempar dan menangkap. Gerakan fisiologis seperti itu hampir ada
pada setiap jenis kegiatan olahraga. Peningkatan kualitas fisiologis dari setiap
gerakan dasar yang ada harus disesuaikan dengan spesifikasi cabang olahraga
yang akan dilakukan. Seperti yang disebutkan dalam prinsip-prinsip dasar berlatih
yaitu prinsip beban berlebih (overload principle) harus diterapkan kalau
menginginkan efek yang positif terhadap latihan yang dilakukan, tanpa
mengabaikan intensitas, volume, frekuensi, berat takaran latihannya.
Perbedaan pengaruh yang akan ditimbulkan oleh metode latihan baik
metode latihan sirkuit berlanjut maupun metode latihan sirkuit sepakbola terhadap
peningkatan volume oksigen maksimal akan dapat kita amati dari kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing metode latihan tersebut.
Metode latihan sirkuit berlanjut sangat efektif untuk melatih kebugaran
otot secara serempak, serta memerlukan waktu yang relatif lebih lama karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dalam satu repetisi diharuskan untuk melewati atau melakukan semua beban kerja
yang telah ditentukan. Kebugaran otot akan berpengaruh terhadap kemampuan
kita untuk menggunakan oksigen, namun metode latihan sirkuit berlanjut tidak
efektif untuk melatih ketahanan otot secara spesifik karena tidak berlatih dengan
beban yang sama dalam waktu yang telah ditentukan. Pada metode latihan sirkuit
sepakbola sangat efektif untuk melatih ketahanan otot dan akan berdampak pada
kekuatan otot yang dilatih karena dalam berlatih sudah ditentukan waktu untuk
melakukan beban kerja yang sama.
Dari penjelasan di atas maka dapat kita perkirakan bahwa kedua metode
latihan sirkuit tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
peningkatan volume oksigen maksimal.
2. Perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (v踪O2 max)
antara rasio kerja-istirahat 1:2 dengan 1:3 pada pemain sepakbola
Latihan interval istirahat adalah suatu komponen yang sangat penting
untuk dikaitkan dengan kualitas kerja dilakukan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan, kualitas kekuatan rangsangan sangat tergantung dari irama latihan,
beban kecepatan gerakan, variabel isterval intirahat atau pulih asal di antara tiap-
tiap ulangan. Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam penyusunan interval
training yaitiu:
a. Lamanya latihan.
b. Beban (intensitas) latihan.
c. Ulangan (repetition) dalam melakukan latihan.
d. Masa istirahat (recovery interval) setelah setiap repetition latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Waktu istirahat atau rasio kerja - istirahat 1:2 berarti memerlukan waktu
istirahat dua kali dari waktu kerja. Sedangkan rasio kerja – istirahat 1:3 artinya
kita dapat beristirahat tiga kali dari waktu kerja. Dengan melihat perbedaan
tersebut maka dapat diperkirakan penerapan rasio kerja-istirahat dapat
memberikan hasil peningkatan volume oksigen yang berbeda.
3. Pengaruh interaksi antara latihan sirkuit ( circuit training) dengan rasio
kerja-istirahat terhadap volume oksigen maksimal (v踪O2 max) pada
pemain sepakbola
Untuk meningkatkan daya tahan, termasuk daya tahan otot diperlukan
berbagai bentuk latihan dengan parameter-parameter tertentu. Bentuk latihan yang
umumnya dipergunakan untuk meningkatkan daya tahan ialah latihan interval
(interval training) dengan intensitas dan pembebanan yang optimal. Latihan
interval terdiri dari aktivitas yang berlangsung secara bergantian antara interval
kerja dengan interval istirahat. Prinsip ini bisa berlaku baik dalam melatih aspek-
aspek fisik, teknik, taktik, maupun mental. Dalam olahraga, agar prestasi dapat
meningkat, atlet harus selalu senantiasa berusaha untuk berlatih dengan beban
kerja yang ada di atas ambang rangsang kepekaannya (threshold of sesitivity).
Metode latihan sirkuit berlanjut adalah metode latihan dengan beban kerja
yang harus dilakukan secara simultan dan menyeluruh dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Dalam metode latihan ini kita tidak dapat memprediksi
jumlah waktu yang akan dibutuhkan oleh atlet dalam satu kali repetisi. Jika kita
melihat karakter dari metode latihan sirkuit berlanjut maka sudah dapat
diperkirakan memerlukan waktu istirahat yang lebih lama karena harus melewati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
dan melakukan semua beban kerja dalam tiap pos secara simultan dalam tiap
repetisinya.
Berbeda dengan metode latihan sirkuit sepakbola yang dimana dalam tiap
pos sudah ditetapkan terlebih dahulu jumlah beban kerja yang dilakukan atau
melakukan beban kerja dalam waktu yang sudah ditentukan dimana dalam metode
latihan ini waktu kerjanya sampai 30 detik. Artinya bahwa metode latihan sirkuit
sepakbola dalam tiap pos beban kerja akan diselingi waktu istirahat. Ini dapat
dikatakan bahwa kita akan dapat memperkirakan waktu istirahat yang diperlukan
oleh atlet dalam tiap pos beban kerja. Dengan mengamati selingan istirahat dalam
tiap pos tersebut pada metode latihan sirkuit sepakbola maka dapat diperkirakan
waktu istirahatnya atau rasio waktu kerja-istirahatnya akan lebih kecil
dibandingkan dengan metode latihan sirkuit berlanjut yang dimana atlet harus
malakukan atau melewati semua pos beban kerja yang telah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
D. Hipotesis
Pemberian argumentasi ilmiah secara tertulis sudah disampaikan dalam
kajian teori bahwasannya, penelitian ini layak untuk diteliti karena didukung oleh
kajian teori serta kerangka berpikir yang sistematis, maka dari itu dapat diberikan
hipotesis penelitian sebagai berikut;
1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit)
dan sirkuit sepakbola (football circuit) terhadap peningkatan volume oksigen
maksimal (�踪O2 max) pada pemain sepakbola.
2. Ada perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max ) pada
pemain sepakbola antara metode latihan sirkuit dengan rasio kerja – istirahat
1:2 dan 1:3.
3. Ada pengaruh interaksi antara metode latihan sirkuit dan rasio kerja –
istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) pada
pemain sepakbola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian Kota Singaraja Kabupaten Buleleng
Provinsi Bali, tepatnya pada Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Pendidikan GANESHA Singaraja, Bali.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama delapan (8) minggu dan frekwensi
pertemuan tiga(3) kali dalam seminggu. Penentuan pertemuan latihan tiga (3)
kali dalam seminggu, sesuai dengan pendapat Bompa, (2009: 203)
Maksudnya adalah dengan melaksanakan latihan tiga (3) kali dalam seminggu
akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi terhadap beban
latihan yang diterimanya.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental lapangan. Metode ini
dipilih untuk mengetahui gejala perlakuan yang dikenakan terhadap sampel.
Sebagaimana Sudjana (2005 : 278) mengatakan: banyaknya data hasil
pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa faktor, karakteristik
atau atribut dengan tiap faktor atau atribut terdiri dari beberapa kalsifikasi,
kategori, golongan atau mungkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan
terdapat fenomena demikian akan diteliti mengenai asosiasi atau hubungan
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
atau kaitan antar faktor. Dengan kata lain akan diteliti apakah terdapat atau
tidak suatu kaitan diantara faktor-faktor tersebut.
1. Desain Penelitian
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Ini
berdasarkan jumlah variabel yang ada, yaitu: (1) Variabel Independent yaitu:
metode pelatihan sirkuit, rasio kerja-istirahat dan (2) Varibel Dependent yaitu:
kemampuan volume oksigen maksimal (VO2 mak).
Rancangan penelitian faktorial 2 X 2 dapat digambarkan dalam tabel di
bawah ini, sebagai berikut:
Tabel 13. Rancangan penelitian faktorial 2 X 2
Rasio kerja-istirahat
(B)
Metode Pelatihan Sirkuit (A)
Continouse Circuit
a1
Football Circuit
a2
Rasio kerja-istirahat 1:2 b1
a1 b1 a2 b1
Rasio kerja-istirahat 1:3
b2
a1 b2 a2 b2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel independent terdiri dari dua yaitu:
a) Metode latihan sirkuit berlanjut (Continouse circuit)
b) Metode latihan sirkuit sepakbola ( Football circuit)
c) Rasio kerja-istirahat 1:2
d) Rasio kerja-istirahat 1:3
2. Variabel dependent yaitu: kemampuan volume oksigen maksimal
(�踪O2 max) pada pemain sepakbola.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tujuan definisi operasional penelitian adalah untuk menjelaskan masing-
masing variabel dalam penelitian agar tidak menimbulkan penafsiran yang
berbeda. Maka perlu dijelaskan definisi variabel-variabel penelitian yang ada
dalam penelitian ini yaitu:
1. Metode latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit training).
Latihan sirkuit (circuit training) adalah program latihan sirkuit dengan
berbagai jenis beban kerja yang dilakukan secara simultan dengan
menyelesaikan masing-masing pos yang telah ada. Dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) adalah
program latihan sirkuit dengan 10 jenis beban kerja/pos yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
secara simultan dan terus menerus dengan tanpa diselingi istirahat pada
pergantian di 10 jenis beban kerja dari pos yang ada.
2. Metode latihan sirkuit sepakbola (football circuit training).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan latihan sirkuit sepakbola
(football circuit) adalah program latihan sirkuit dengan 12 jenis beban
kerja/pos yang dilakukan secara simultan dan terus menerus dengan diselingi
istirahat setiap jenis beban kerja/pos tersebut.
3. Rasio kerja-istirahat 1:2.
Mengisyarakatkan waktu kerjanya 1 menit maka waktu intervalnya selama 2
menit. Maka dalam penelitian ini setiap testi yang dapat melakukan latihan
dalam 1 sirkuit selama 30 detik maka waktu intervalnya adalah 60 detik.
4. Rasio kerja-istirahat 1:3.
Mengisyarakatkan waktu kerjanya 1 menit maka waktu intervalnya selama 3
menit. Maka dalam penelitian ini setiap testi yang dapat melakukan latihan
dalam 1 sirkuit selama 30 detik maka waktu intervalnya adalah 90 detik.
5. Kemampuan Volume Oksigen Maksimal (�踪O2 max):
Banyaknya oksigen yang dihirup, diedarkan dan digunakan persatuan waktu
pada saat tubuh melakukan pengerahan tenaga maksimum. Penggunaan
oksigen maksimal merupakan faktor yang menentukan suksesnya penampilan
daya tahan, yaitu pengangkutan dan penggunaan oksigen maksimal oleh otot.
Pada titik dimana pemakaian oksigen maksimal dicapai, maka volume
oksigen tidak meningkat lagi, walaupun beban diperberat, ini disebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
penggunaan oksigen maksimal atau �踪O2 max. Dalam penelitian ini tolak
pengukuran �踪O2 max menggunakan tes lari multi tahap (MFT).
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah; wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2008
: 61). Populasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa putra Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK) Universitas
Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja Bali Tahun Pelajaran 2010-
2011 yang mengambil pembinaan prestasi sepakbola, yang berjumlah 120
orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila popuasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (Sugiyono, 2008 : 62).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah mahasiswa
Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK) Universitas Pendidikan Ganesha
(UNDIKSHA) yang mengambil pembinaan prestasi sepakbola Undiksha tahun
2010 sebanyak 40 orang. Dalam penelitian ini penentuan sampel menggunakan
random sample yaitu suatu teknik pengambilan sampel secara acak/random
dengan memberikan kesempatan yang sama dari populasi sebagai sampel, yang
jumlahnya disesuiakan dengan jumlah anggota subyek yang ada dalam masing-
masing kelompok (Suharsimi Arikunto, 2003: 126 – 128). Dalam penelitian ini,
sebagai kelompok adalah masing-masing semester I sampai semester VII yang
mengambil pembinan prestasi sepakbola pada Fakultas Olahraga dan
Kesehatan – Undiksha. Suharsimi Arikunto, (2003: 125) mengatakan; bahwa
untuk penelitian yang sifatnya eksperimental, jumlah sampel lebih dari 30
merupakan sampel yang besar. Hal ini berarti dengan banyaknya sampel 40
orang sudah cukup mewakili (representatif) banyaknya populasi dalam
penelitian ini.
Besar sampel 40 orang dari populasi yang berjumlah 120 orang dengan
cara undian. Dari 40 orang sampel tersebut selanjutnya dilakukan pengukuran
kemampuan Volume Oksigen Maksimal (�踪O2 max). Berdasarkan skor dari
hasil pengukuran (�踪O2 max). Selanjutnya untuk menentukan sampel untuk
masing-masing perlakuan menggunakan cara ordinal pairing (pola ABBA)
dengan bagan sebagai berikut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10 dstnya
Cara tersebut untuk membentuk dua kelompok yang memiliki kemampuan
Volume Oksigen Maksimal (�踪O2 max) relatif sama. Dari dua kelompok yang
sudah terbentuk akan diberikan metode latihan continuous circuit dan metode
latihan football circuit. Dari dua kelompok metode latihan continuous circuit dan
metode latihan football circuit circuit, akan dibagi lagi masing-masing menjadi 2
kelompok lagi dengan cara yang sama yaitu dengan cara ordinal pairing (pola
ABBA) untuk diberikan treatment; waktu kerja-istirahat 1:2, dan waktu kerja-
istirahat 1:3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 11 dalam kerangka
proposal penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
F. Kerangka Operasional Penelitian
Gambar 11. Kerangka Operasional Penelitian
Populasi Penelitian (120 orang)
Random Sampling (40 or)
Pre-Test VO2max
Continouse circuit Football circuit
Rasio kerja-istirahat 1:2
Rasio kerja-istirahat 1:3
Post-TestVO2max
Metode Pelatihan Sirkuit
Rasio kerja-istirahat 1:3
Rasio kerja-istirahat 1:2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh adalah data kuantitatif.
Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan teknik Tes dan Pengukuran.
Sedangkan intrument yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan
Multi Stage Fitness Test (MFT). Tes kebugaran jasmani ini mempunyai tingkat
reliabelitas 0,98 dan nilai Validitas 0,77 (Muchin Doewes, M.Furgon 1999; 1).
1. Alat:
a. Lintasan lari sepanjang minimal 20 meter pada permukaan yang datar, dan
tidak licin
b. Mesin pemutar CD (VCD player).
c. Krucut pembatan antara garis 1 dengan garis ke-2 .
d. Formulir/blangko.
20 meter
1
2
3
4
5
Gambar 12. Teknik Pelaksanaan Multiple Fitness Test
finish
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Berikut norma penilaian (�踪O2 max) antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan umur:
1. Perempuan (values in ml/kg/min)
Table 14. Reference: The Physical Fitness Specialist Certification Manual, The Cooper Institute for Aerobics Research, Dallas TX, revised 1997 printed in Advance Fitness Assessment & Exercise Prescription, 3rd Edition, Vivian H. Heyward, 1998.p48
Age Very Poor Poor Fair Good Excellent Superior
13-19 <25.0 25.0 - 30.9 31.0 - 34.9 35.0 - 38.9 39.0 - 41.9 >41.9
20-29 <23.6 23.6 - 28.9 29.0 - 32.9 33.0 - 36.9 37.0 - 41.0 >41.0
30-39 <22.8 22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.6 35.7 - 40.0 >40.0
40-49 <21.0 21.0 - 24.4 24.5 - 28.9 29.0 - 32.8 32.9 - 36.9 >36.9
50-59 <20.2 20.2 - 22.7 22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.7 >35.7
60+ <17.5 17.5 - 20.1 20.2 - 24.4 24.5 - 30.2 30.3 - 31.4 >31.4
2. Laki-lakai (values in ml/kg/min)
Age Very Poor Poor Fair Good Excellent Superior
13-19 <35.0 35.0 - 38.3 38.4 – 45.1 45.2 - 50.9 51.0 - 55.9 >55.9
20-29 <33.0 33.0 - 36.4 36.5 – 42.4 42.5 - 46.4 46.5 - 52.4 >52.4
30-39 <31.5 31.5 - 35.4 35.5 – 40.9 41.0 - 44.9 45.0 - 49.4 >49.4
40-49 <30.2 30.2 - 33.5 33.6 – 38.9 39.0 - 43.7 43.8 - 48.0 >48.0
50-59 <26.1 26.1 - 30.9 31.0 – 35.7 35.8 - 40.9 41.0 - 45.3 >45.3
60+ <20.5 20.5 - 26.0 26.1 – 32.2 32.3 - 36.4 36.5 - 44.2 >44.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
H. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data tentang latihan sirkuit (continuous circuit dan
football circuit) dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap terhadap volume
oksigen maksimal (VO2 max) pada pemain sepakbola adalah menggunakan uji
Analysis Variance (ANAVA) dua jalur pada α = 0,05 (Sudjana, 2005 : 278 - 279).
Untuk memenuhi asumsi dalam teknik ANAVA, maka dilakukan uji Normalitas
(dengan uji Chi Kuadrat (c2) (Sugiyono, 2008 : 61), dan uji Homogenitas Varians
(dengan uji Bartlet) (Sudjana, 2005 : 261). Adapun langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas .
Uji normalitas data dalam penelitian ini mengggunakan metode uji
Chi Kuadrat (c2) (Sugiyono, 2008 : 61), Adapun prosedur pengujian
normalitas tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menentukan jumlah kelas interval.
2) Menentukan panjang kelas interval (dengan rumus):
Panjang Kelas =
Data terbesar – data terkecil
Jumlah kelas interval
3) Menyusun tabel ke dalam distribusi frekuensi, sekaligus tabel
penolong untuk mennghitung harga Chi Kuadrat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Interval fo fh fo – fh (fo - fh)2 (fo - fh)
2
fh
--- --- --- --- --- ---
Keterangan:
fo = frekuensi / jumlah data hasil observasi.
fh = jumlah / frekuensi yang diharapkan (persentase luas tiap bidang dikalikan dengan n.
fo – fh = selisih data fo dengan fh
4) Menghitung fh (frekuensi yang diharapkan).
5) Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus
menghitung harga-harga (fo - fh)2 dan
Harga adalah merupakan harga Chi Kuadrat (c2)
hitung.
4) Membandingkan harga Chi Kuadrat (c2) hitung dengan Chi Kuadrat
(c2) tabel. Bila harga Chi Kuadrat (c2) hitung lebih kecil dari pada
Chi Kuadrat (c2) tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan
bila lebih besar dinyatakan tidak nomal.
(fo - fh)2
fh (fo - fh)2
fh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
2. Uji Homogenitas.
Uji homogenitas data dilakukan dengan uji Barlet. Langkah-
langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom
kelompok sampel: dk (n – 1); 1/dk; SD12; dan (dk) log SD1
2.
2) Menghitung variansi gabungan dari semua sampel, rumusnya:
SD2 = (n – 1) SD2
(n – 1)
B = Log SD1 (n- 1)2
3) Menghitung X2:
Rumusnya: X2 = (Ln) B – (N – 1) Log SD1
Dengan (Ln 10) = 2,3026
Hasilnya (X2 hitung ) kemudian dibandingkan dengan X2 tabel.
Pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk (n – 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
4) Apabila X2 hitung < X2
tabel, maka Ho diterima.
Artinya; varians sampel bersifat homogen. Begitu juga sebaliknya
apabila X2 hitung > X2
tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel
bersifat tidak homogen/hiterogen.
3. Uji Hipotesis.
Setelah dilakukan reliabelitas, uji normalitas dan uji homogenitas
varians, maka pemanfaatan ANAVA dalam analisis data sudah bisa
dilakukan. Data hasil tes terakhir yaitu volume oksigen maksimal (�踪O2
Max)) dinalisis dengan uji ANAVA dua jalur dan pengujian hipotesis
dengan perhitungan uji F pada taraf signifikansi 5%. Adapun pengujian
ANAVA dua jalur yang sesuai dengan disain faktorial 2 X 2 adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
1) Metode AB untuk perhitungan ANAVA dua faktor:
Tabel 15. Ringkasan uji ANAVA dua jalur
Sumber Variasi Dk JK RJK F0
Rata-rata 1 Ry R
Perlakuan a -1 Ay A A/E
A b – 1 By B B/E
B (a–1) (b-1) Aby AB AB / E
AB ab (n-1) Ey E
Kekeliruan
Keterangan:
A = taraf faktorial A
B = taraf faktorial B
N = jumlah sampel
Prosedur langkah perhitungannya:
1. ∑Y2 =
a b
∑ ∑Yij2
i=1 j=1
2.
Ry =
a b
∑ ∑Yij2
i=1 j=1
abn
3. Jab =
a b
∑ ∑(Jij2) – Ry
i=1 j=1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
4. Ay =
a
∑ (A12/bn) – Ry
i=1
5. By =
a
∑ (B12/an) – Ry
i=1
6. Aby = Jab – Ay – By
7. Ey = Y2 – Ry – Ay – By = Aby
2). Kreteria pengujian hipotesis.
Jika F ≥ F (1 – α) (V1 – V2), maka hipotesis nol ditolak.
Jika F ≤ F (1 – α) (V1 – V2), maka hipotesis nol tidak ditolak.
Dengan: dk pembilang V1 (k – 1) dan dk penyebut V2 – (n1 + -------
nk – k), α taraf signifikansi untuk pengujian hipotesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
Dalam bab IV disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan hasil analisis statistika yang
dilakukan pada tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) kemampuan volume
oksigen maksimal (�踪O2 max) . Berikut disajikan mengenai deskripsi data uji
prasyarat analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
Tabel 16. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Volume Oksigen Maksimal (�踪O2 max) Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan
dan Rasio Waktu Kerja-Istirahat. (Data Rinci Pada Lampiran 07)
Perlakuan (Metode)
Rasio kerja-
istirahat Statistika
Hasil tes awal
Hasil tes akhir Peningkatan
sirkuit berlanjut (continuous
circuit)
1 : 2
Jumlah 398,3 381,3 17
Rerata 39,83 38,13 1,7
SD 4,669 3,616 -1,314
1 : 3
Jumlah 376,9 406,3 29,4
Rerata 37,69 40,63 2,94
SD 4,1650 3,11 -1,054
sirkuit sepakbola(football
circuit)
1 : 2
Jumlah 378,3 395,6 17,3
Rerata 37,83 39,56 1,73
SD 4,353 4,080 -0,272
1 : 3
Jumlah 378,3 415,3 37
Rerata 37,83 41,53 3,7
SD 4,1185 3,6712 -0,447
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Beberapa hal yang dapat dicermati dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel.
19 adalah sebagai berikut;
1. Jika antara kelompok sample yang mendapat latihan sirkuit berlanjut dengan
sirkuit sepakbola dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok
perlakuan dengan latihan sirkuit sepakbola (football circuit) memiliki
peningkatan kemampuan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) yang lebih
tinggi sebesar 3,95 dari pada latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit )
(perhitungan pada tabel 19).
2. Jika antara sample yang mendapat latihan dengan rasio kerja-istirahat 1 : 2
dengan rasio kerja-istirahat 1 : 3 dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa
kelompok perlakuan dengan rasio kerja-istirahat 1 : 3 memiliki peningkatan
kemampuan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) yang lebih tinggi sebesar
16,05 dari pada perlakuan dengan rasio kerja-istirahat 1 : 2 (perhitungan pada
tabel 19).
3. Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai peningkatan kemampuan
volume oksigen maksimal (�踪O2 max) maka dapat dibuat histogram
perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Gambar13. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhi Kemampuan Volume Oksigen Maksimal (�踪O2 max) Tiap Kelompok Berdasarkan Metode Latihan dan Rasio Kerja-Istirahat (perhitungan dari tabel 19).
4. Agar nilai rata-rata peningkatan kemampuan volume oksigen maksimal
(�踪O2 max) yang dicapai tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai
hasil peningkatan kemampuan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) maka
dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
35
36
37
38
39
40
41
42
Berlanjut 1:2 Berlanjut 1:3 sepakbola 1:2 sepakbola 1:3
38.1337.69 37.83 37.83
39.83
40.63
39.56
41.53
Tes awal
Tes akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Gambar 14. Histogram Nilai yang Dicapai Dalam Kemampuan Volume Oksigen Maksimal (�踪O2 max) pada Tiap Kelompok Perlakuan(data pada tabel 19).
Keterangan:
kp1 = kelompok metode latihan sirkuit berlanjut dengan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 2
kp2 = kelompok metode latihan sirkuit berlanjut dengan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 3
kp3 = kelompok metode latihan sirkuit sepakbola dengan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 2
kp3 = kelompok metode latihan sirkuit sepakbola dengan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 3
0
5
10
15
20
25
30
35
40
a1 b1 (kp 1) a1 b2 (kp 2) a2 b1 (kp 3) a2 b2 (kp 4)
17
29.4
17.3
37
Nilai yang dicapai tiap kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
A. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data dengan uji ANAVA dua jalur perlu
dilakukan uji prasyarat antara lain diuji distribusi kenormalannya. Uji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode chi kuadrat. Hasil
uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut;
Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok perlakuan N 贯呻 SD Thitung Ttabel 5% Kesimpulan
kp1 10 1,7 1,31 0,47 7,815 Berdistribusi normal
Kp2 10 2,94 2,56 0,46 7,815 Berdistribusi normal
Kp3 10 1,73 1,24 2,71 7,815 Berdistribusi normal
Kp4 10 3,70 2,47 3,67 7,815 Berdistribusi normal
(perhitungan lengkap pada lampiran: 08)
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada klp 1 diperoleh nilai Thit= 0,47.
Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada (dk = 3) dengan
taraf signifikansi 5% yaitu Ttab 7,815. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
data pada klp 1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang
dilakukan pada klp 2 diperoleh nilai Thit= 0,46. Dimana nilai tersebut lebih kecil
dari angka batas penolakan pada (dk = 3) dengan taraf signifikansi 5% yaitu Ttab;
7,815. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada klp 2 termasuk
berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada klp 3
diperoleh nilai Thit= 2,71. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
penolakan pada (dk = 3) dengan taraf signifikansi 5% yaitu Ttab; 7,815. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada klp 3 termasuk berdistribusi normal.
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada klp 4 diperoleh nilai Thit= 3,67.
Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada (dk = 3) dengan
taraf signifikansi 5% yaitu Ttab; 7,815. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data pada klp 4 termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara
kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
dengan Uji Bartlett. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan
kelompok 2 adalah sebagai berikut;
Tabel 18. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data
S Kelompok N1 SD2gabung X2
o X2tabel 5% Kesimpulan
4 10 3,983 5,3559 7,81 Varians homogen
(perhitungan lengkap pada lampiran: 10)
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai X2o = 5,3559. Dengan K - 1 = 4 – 1 = 3,
angka X2tabel 5% = 7,81 yang ternyata bahwa nilai X2
o = 5,3559 lebih kecil dari
X2tabel 5% = 7,81. Maka dapat disimpulkan bahwa antara kelompok dalam
penelitian ini memiliki varians yang homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data
dan interpretasi uji ANAVA dua jalur. Berkenaan dengan hasil uji ANAVA dua
jalur ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan
dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab III. Hasil analisis data yang
diperlukan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
Tabel 19. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kemampuan Volume Oksigen Maksimal
(�踪O2 max) Berdasarkan Rasio Waktu Kerja-Istirahat Pada Metode Latihan Sirkuit
Varabel A1 A2
(�踪O2 max) B1 B2 B1 B2
Hasil test awal 38,13 37,69 37,83 37,83
Hasil tes akhir 39,83 40,63 39,56 41,53
Rerata Peningkatan 1,7 2,94 1,73 3,7
Rerata peningkatan A1 . A2 2,320 2,715
Rerata peningkatan B1 . B2 1,715 3,320
(perhitungan lengkap pada lampiran 06 dan 07) Keterangan: A1 = metode latihan sirkuit berlanjut (countinous circuit training). A2 = metode latihan sirkuit sepakbola(football circuit trining). B1 = kelompok latihan dengan rasio waktu kerja istirahat 1 : 2. B2 = kelompok latihan dengan rasio waktu kerja istirahat 1 : 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Tabel 20. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Metode Latihan Sirkuit (A1 dan A2)
Sumber Variasi
dk JK RJK Fo Ft
A 1 15,61 15,61 4,3603 4,11
Kekeliruan 36 143,402 3,58
(perhitungan lengkap pada lampiran 11) Tabel 21. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Metode Latihan dengan Rasio
Kerja-Istirahat (B1 dan B2)
Sumber Variasi
dk JK RJK Fo Ft
B 1 25,76 25,76 7,1955 4,11
Kekeliruan 36 143,402 3,58
(perhitungan lengkap pada lampiran 11)
Tabel 22. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Jalur
Sumber variasi
dk JK RJK Fo Ft
Rata-rata perlakuan
1 274,05 274,05
A
B
AB
Kekeliruan
1
1
1
36
15,61
25,76
1,3345
143,402
15,61
25,76
1,3345
3,58
4,3603
7,1955
0,3727
4,11
(daftar I)
Total 39 186,107
(perhitungan lengkap pada lampiran 11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Berdasarkan hasil analisis data yang telah ada, dapat dilakukan pengujian
hipotesis sebagai berikut;
1. Pengujian Hipotesis I (Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Sirkuit Berlanjut (Continuous Circuit) dan Sirkuit sepakbola(Football Circuit) Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (v踪O2 Max))
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode latihan sirkuit
berlanjut memiliki peningkatan yang berbeda dengan metode latihan sirkuit
sepakbola. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung 4,3603 > Ftabel = 4,11
(pada tabel 20). Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti
bahwa metode latihan sirkuit berlanjut memiliki peningkatan yang berbeda
dengan metode latihan sirkuit sepakbola dapat diterima kebenarannya. Dari
analisis lanjutan diperoleh bahwa metode latihan sirkuit berlanjut memiliki
peningkatan 2,320 sedangkan metode latihan sirkuit sepakbola memiliki
peningkatan 2,715 (data pada tabel 19).
2. Pengujian Hipotesis II (Perbedaan Hasil Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (�踪O2 max) antara Rasio Kerja – Istirahat 1:2 dan 1:3
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sample yang dikenakan
perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 2 memiliki peningkatan yang berbeda
dengan sample yang dikenakan perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 3.
Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung 7,1955 > Ftabel = 4,11 (pada tabel 21).
Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa sample
yang dikenakan perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 2 memiliki
peningkatan yang berbeda dengan sample yang dikenakan perlakuan rasio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
waktu kerja-istirahat 1 : 3 dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan
diperoleh bahwa perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 2 memiliki
peningkatan 1,715 sedangkan perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 3
memiliki peningkatan 3,320 (data pada tabel 19).
3. Pengujian Hipotesis III (Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan Sirkuit dan Rasio Waktu Kerja – Istirahat Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (�踪O2 max)
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara metode
latihan sirkuit dan rasio waktu kerja-istirahat kurang bermakna. Ini dapat
dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis varians 2 faktor yaitu Fhitung =
0,3727 < Ftabel = 4,11. Dengan demikian hipotesis nol (H0) diterima (data pada
tabel 22 ).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan
pengujian hipotesis manghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu; (a)
ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian (b)
tidak ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dan bentuk interaksi
dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut
sebagai berikut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Sirkuit Berlanjut (Continuous Circuit) dan Sirkuit sepakbola(football Circuit) Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (v踪O2 Max) Pada Pemain Sepakbola.
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama, ternyata ada perbedaan
pengaruh yang nyata antara kelompok sample yang diberikan metode latihan
sirkuit berlanjut dengan kelompok sample yang diberikan metode latihan sirkuit
sepakbola terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) pada
pemain sepakbola. Pada kelompok sample yang diberikan metode latihan sirkuit
sepakbola mempunyai peningkatan hasil volume oksigen maksimal (�踪O2 max)
yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok sample yang diberikan metode
latihan sirkuit berlanjut.
Metode latihan sirkuit sepakbola mempunyai peningkatan hasil volume
oksigen maksimal (�踪O2 max) yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok
sample yang diberikan metode latihan sirkuit berlanjut dapat dijelaskan dalam
kajian troritis sebagai berikut (Hazeldine, 1985 : 25); semua atlet yang terlibat
dalam olahraga memerlukan tingkat dasar kebugaran secara umum yang
mencakup kemampuan sistem pernafasan jantung untuk merespon aktifitas
olahraga, ketahanan otot, kelenturan, dan kekuatan. Akan tetapi untuk
mempersiapkan tubuh memenuhi kebutuhan khusus dalam sebuah cabang
olahraga, dibutuhkan tingkat kebugaran secara khusus juga sesuai dengan karakter
kecabangan dari olahraga tertentu.
Latihan sirkuit bisa membantu mempersiapkan diri dalam melakukan
kegiatan olahraga dengan cara meningkatkan kebugaran dasar. Selain itu, latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
sirkuit juga digunakan secara khusus untuk membentuk ketahanan otot terutama
di cabang olahraga yang memerlukan otot. Fungsi lain adalah memberikan efek
positif pada sistem kardiovaskuler. Dalam mempersiapkan sirkuit khusus
olahraga, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan:
a) Keahlian yang dilibatkan dalam olahraga tersebut. Melalui analisa kerja otot
yang terlibat, berbagai latihan dan tindakan akan terbentuk.
b) Aspek pernafasan jantung (kardiorespiratori) yang diperlukan dalam olahraga
tsb. Lamanya waktu untuk setiap olahraga dan lamanya periode pemulihan
akan tergantung pada penilaian terhadap aspek ini serta kebugaran para atlit
yang melakukan latihan sirkuit.
c) Ketersediaan peralatan, sarana-prasarana dalam pelatihan terutama pada
olahraga prestasi.
Ciri, pola dan karakteristik gerak dalam sirkuit sepakbola (football circuit
trining) dapat dianalisis akan lebih berdampak kepada peningkatan daya tahan
kardioaskuler (�踪O2 Max) dalam permainan sepakbola yaitu; sesuai dengan sifat
olahraga yang intermittent. Begitu juga dengan ciri, pola dan karakteristik gerak
sirkuit sepakbola (football circuit trining); lari cepat, meloncat, melompat, jalan
jongkok, yang dilakukan selama 1 putaran dengan diselingi waktu istirahat dan
masih diulangi dalam beberapa repetisi dalam set. Berbeda dengan metode
latihan sirkkuit berlanjut (Continuous Circuit)yang memiliki pola gerak yang
berbeda dalan satu putaran yaitu gerak dengan kombinasi gerakan yang dilakukan
secara serentak, yang cendrung mengarah persiapan kebugaran secara umum dan
bersamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Kebenaran kajian teori di atas diperkuat dengan hasil analisis data dalam
penelitian ini yaitu; metode latihan sirkuit berlanjut memiliki rata-rata
peningkatan 2,32 sedangkan metode latihan sirkuit sepakbola memiliki rata-rata
peningkatan 2,715 (data pada tabel 19). Dapat disimpulkan bahwa metode latihan
sirkuit sepakbola. lebih baik jika dibandingkan dengan metode latihan sirkuit
berlanjut pada pemain sepakbola.
2. Perbedaan Hasil Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (v踪O2 Max) antara Rasio Kerja – Istirahat 1 : 2 dan 1 : 3 Terhadap Pemain Sepakbola.
Kebugaran dan prestasi seseorang sifatnya tidak statis, tetapi berubah-ubah
sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan khususnya latihan olahraga. Latihan
kondisi fisik diperlukan untuk mencapai kebugaran jasmani dan prestasi, yang
disesuaikan dengan tuntutan masing-masing cabang olahraga yaitu dengan latihan
yang direncanakan, sistematik, berjenjang, meningkat (progresif overload) dan
berkelanjutan, untuk mencapai standar yang telah ditentukan (Bompa, 1999 : 45).
Dalam penyusun program latihan fisik yang tepat dan mencapai sasaran dalam
cabang olahraga tertentu (peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max),
dalam penelitian ini berupa latihan interval anaerob, maka selingan periode
isrirahat harus diperhatikan secara cermat sebab program latihan interval
merupakan serangkaian latihan yang diulang-ulang dan diselingi oleh periode
istirahat. Harus dicermati periode istirahat terkait dengan sistem energi utama
mana yang diutamakan (predominan energy system). Periode kerja (work relief)
diartikan sebagai bagian dari program latihan interval yang terdiri dari aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
fisik dengan intensitas tinggi selama durasi yang telah ditentukan, sedangkan
interval istirahat (relief interval) merupakan waktu istirahat diantara interval kerja.
Pada interval istirahat akan terjadi proses pulih asal. Pulih asal keperluan
energi sangat menurun, konsumsi oksigen tetap berlanjut pada kadar yang cukup
tinggi selama beberapa waktu. Konsumsi oksigen selama pulih asal ini terutama
digunakan untuk menyediakan energi guna memulihkan badan ke kondisi
sebelum latihan, termasuk mengisi kembali simpanan energi yang telah
dikosongkan. Interval istirahat dikaitkan dengan interval kerja, yang secara
bersama-sama membentuk istilah “work relief ratio” Rasio tersebut dinyatakan
dalam penelitian ini adalah 1 : 2 dan 1 : 3. Rasio 1 : 2 mempunyai arti waktu
interval istirahat 2 kali dari waktu interval kerja, sedangkan rasio 1 : 3 mempunyai
arti waktu interval istirahat 3 kali dari waktu interval kerja.
Pada latihan yang dilakukan selama interval latihan adalah penting, oleh
karena adanya hubungannya dengan sistem energi yang hendak dikembangkan.
Adapun tipe kegiatan selama interval istirahat tersebut terdiri dari;
a. Work relief: aktifitas ringan termasuk dalam penelitian ini adalah jogging.
b. Rest relief: istirahat pasif seperti; duduk, berbaring, berdiri.
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua ternyata ada perbedaan pengaruh
yang nyata antara kelompok sample yang mendapatkan latihan rasio waktu kerja –
istirahat 1 : 2 dan mendapatkan latihan rasio waktu kerja – istirahat 1 : 3 terhadap
peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) pada pemain sepakbola. Pada
kelompok sample yang mendapat latihan rasio waktu kerja – istirahat 1 : 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
mempunyai peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok sample yang mendapat latihan rasio waktu kerja
– istirahat 1 : 2 (data pada tabel 19).
Pada latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1 : 3 waktu
recoverynya sesuai dengan tingkat kelelahan dan intensitas latihan yang relatif
tinggi sehingga terjadi proses pulih asal dan memberikan kesempatan sample
untuk melakukan recovery yang bagus dan dengan ketersediaan oksigen yang
lebih banyak sehingga sample lebih siap melakukan aktivitas dengan intensitas
yang telah ditentukan. Sesuai dengan petunjuk resep latihan dari Fox, Bower dan
Foss (1993 : 306) Sistem energi yang digunakan ATP-PC maka rasio kerja
istirahat (work relief ratio) yang digunakan sebaiknya adalah rasio kerja istirahat
1:3. Kalau pulih asal, keperluan energi menurun, konsumsi oksigen tetap
berlanjut pada kadar yang cukup tinggi selama beberapa waktu. Konsumsi
oksigen selama pulih asal ini terutama digunakan untuk menyediakan energi guna
memulihkan badan ke kondisi sebelum latihan, termasuk mengisi kembali
simpanan energi yang telah dikosongkan sehingga kualitas volume oksigen
maksimal (�踪O2 max) tiap ulangannya dipertahankan secara sempurna. Unsur fisik
yang dikembangkan yaitu daya tahan kardiovaskuler. Pada latihan interval
anaerob dengan rasio 1 : 3, tiap ulangan latihan daya tahan dapat dipertahankan,
sehingga peningkatan daya tahan lebih signifikan. Latihan interval anaerob
dengan rasio kerja-istirahat 1 : 2 seperti yang kita amati akan memberikan
kesempatan sample untuk melakukan recovery yang lebih singkat sehingga akan
lebih cepat melakukan aktivitas intensitas tinggi. Dengan istirahat yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
pendek dalam tiap repetition maupun setnya maka akan mempengaruhi tingkat
kelelahan sampel yang akan dapat memicu kurangnya ketersediaan ATP karena
waktu pulih asal yang lebih singkat serta dengan latihan yang secara anaerob akan
selalu sistem anerginya ATP-PC dengan demikian maka akan dapat menghasilkan
asam laktat yang akan dapat mempengaruhi keasaman darah. Karena ketersediaan
oksigen yang cukup akan mempengaruhi kinerja otot selanjutnya.
Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa perlakuan rasio waktu kerja-
istirahat 1 : 2 memiliki rata-rata peningkatan kualitas volume oksigen maksimal
(�踪O2 max) = 1,715 sedangkan perlakuan rasio waktu kerja-istirahat 1 : 3 memiliki
rata-rata peningkatan kualitas volume oksigen maksimal (�踪O2 max) sebesar 3,32
(data pada tabel 19).
3. Pengaruh Interaksi antara Metode Latihan Sirkuit dan Rasio Kerja–Istirahat Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (v踪O2 Max) Pada Pemain Sepakbola.
Dari tabel 22 ringkasan hasil analisis varians dua faktor, nampak bahwa
faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan tidak adanya
interaksi. Untuk kepentingan pengujian, bentuk interaksi AB dibuatkan tabel 24
dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Tabel 24. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor A dan B Terhadap Hasil Volume Oksigen Maksimal (�踪O2 max)
Faktor A
Metode latihan sirkuit
B Rasio kerja-
istirahat
Taraf a1 a2 Rerata a1 – a2
b1 1,7 2,94 2,32 -1,24
b2 1,73 3,7 2,715 -1,73
Rerata 1,715 3,32 2,97 28,65
b1 – b2 -0,03 -0,76 -0,395
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 15. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Hasil Volume
Oksigen Maksimal (�踪O2 max)
1.7
2.94
1.73
3.7
00.5
11.5
22.5
33.5
4
rasio 1:2 rasio 1:3
Peni
ngka
tan
Latihan sirkuit
sirkuit berlanjut
sirkuit sepakbola
1.7
2.94
1.73
3.7
00.5
11.5
22.5
33.5
4
sirkuit berlanjut sirkuit sepakbola
Peni
ngka
tan
Latihan rasio waktu kerja-istirahat
rasio 1:2
rasio 1:3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Atas dasar tabel 22, bahwa Fo dibandingkan dengan Ft hasilnya tidak
signifikan dalam artian Fo lebih kecil dibandingkan dengan Ft. Karena hasil
analisis statistika mengatakan Fo lebih kecil dibandingkan dengan Ft, maka
penggunaan metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerja-istirahat; berarti tidak
terdapat pengaruh interaksi yang signifikan diantara keduanya. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa penerapan metode latihan sirkuit berlanjut (circuit continous),
sirkuit sepakbola (football circuit) dengana rasio waktu kerja istirahat 1:2, 1:3,
pada masing-masing metode latihan sama-sama memberikan pengaruh pada
peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) dan tidak saling berinteraksi
antara latihan sirkuit dan rasio waktu kerja-istirahat. Kalau dibandingkan dengan
penelitian Sardianto (2009); bahwasannya penerapan metode latihan dengan
memakai interval istirahat aktif (work relief) memungkinkan terjadinya
peningkatan dalam hal keterampilan (skill). Dan penelitiannya Iwan (2009)
perbedaan pengaruh metode latihan dengan interval istirahat. Diketahui hasil
penelitian sebelumnya yang sejenis ternyata analisis tersebut masih benar adanya.
Diketahui bahwa tidak ada interaksi yang bermakna dalam penelitiaanya dan
benar adanya. Dengan demikian hasil analisis statistika data benar adanya serta
didukung oleh penelitian yang relevan yaitu tidak terdapat pengaruh interaksi
yang signifikan antara metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerja–istirahat
terhadap peningkatan Volume Oksigen Maksimal (�踪O2 max) pada pemain
sepakbola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut;
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan sirkuit
berlanjut dengan metode latihan sirkuit sepakbola dalam peningkatan volume
oksigen maksimal (�踪O2 max). Pengaruh metode latihan sirkuit sepakbola
lebih baik dibandingkan dengan metode latihan sirkuit berlanjut dalam
peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max). Rata-rata peningkatan
masing-masing adalah: untuk metode sirkuit berlanjut adalah 2,320 dan
untuk metode sirkuit sepakbola adalah 2,715.
2. Ada perbedaan hasil peningkatan yang signifikan antara metode latihan
dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2 dengan 1:3 dalam peningkatan volume
oksigen maksimal (�踪O2 max). Pengaruh latihan dengan rasio waktu kerja-
istirahat 1:3 lebih baik dibandingkan dengan latihan dengan rasio waktu kerja-
istirahat 1:2 dalam peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max). Rata-
rata peningkatan masing-masing adalah untuk latihan dengan rasio waktu
kerja-istirahat 1:2 adalah 1,715 dan untuk latihan dengan rasio waktu kerja-
istirahat 1:3 adalah 3,320.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
3. Tidak terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan
sirkuit dengan latihan interval rasio waktu kerja-istirahat terhadap
peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max).
a. Sample dengan metode latihan sirkuit berlanjut memiliki peningkatan
volume oksigen maksimal (�踪O2 max) yang lebih baik, jika mendapat
latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:3.
b. Sample dengan metode latihan sirkuit sepakbola memiliki peningkatan
volume oksigen maksimal (�踪O2 max) yang lebih baik, jika mendapat
latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:3.
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide
yang lebih luas, jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan setelah
penelitian diselesaikan. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat
dikemukan implikasi sebagai berikut:
1. Secara umum dapat disimpulkan bahwa metode latihan sirkuit, merupakan
variabel yang mempengaruhi peningkatan hasil volume oksigen maksimal
(�踪O2 max). Penerapan beberapa metode latihan termasuk metode latihan
sirkuit dalam pencapaian prestasi maksimal sangat penting, karena pelatih
harus mamahami karakter dan kebutuhan dari masing-masing cabang
olahraga. Oleh karena itu pelatih dituntut untuk memahami secara
komprehensif tentang latihan berdasarkan kajian disiplin ilmu melatih seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Fisiologi-Anatomi, Psikologi, Pedagogi, Biomekanika, Statistika, Nutrisi, dan
lain sebagainya dalam melatih fisik. Latihan kondisi fisik khususnya daya
tahan, apabila akan melatihnya maka harus mengetahui dan memahami
tentang otot-otot dan fungsi gerak dari setiap anggota tubuh sehingga dapat
memaksimalkan latihan. Dengan meningkatkan kemampuan daya tahan,
melalui latihan daya tahan anaerob akan membantu meningkatkan semua
unsur fisik yang lain dan berdampak positif pada kualitas gerakan.
2. Kelebihan metode latihan sirkuit ini direkomendasikan sebagai solusi dalam
upaya peningkatan daya tahan kardiovaskuler yaitu; volume oksigen maksimal
(�踪O2 max). Karena latihan sirkuit (circuit training) adalah program latihan
dengan berbagai jenis beban kerja yang dilakukan secara bertahap maupun
simultan dan terus menerus dengan sama-sama diselingi waktu istirahat pada
pergantian jenis beban kerja tersebut. Salah satu contohnya seperti latihan
sirkuit berlanjut (continuous circuit training) mempunyai beberapa faktor
keuntungan yang dapat dikategorikan dalam program latihan sirkuit berlanjut
untuk meningkatkan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) adalah; a) terdiri
delapan (8) sampai lima belas (15) pos yang berbeda yang paling umum. b)
Pengorganisasian urutan latihan dan jarak pos untuk menekankan pada otot,
paru-paru dan peredaran sistem yang akan dilatih, c) banyaknya pos dalam
latihan yang akan digunakan berhubungan dengan alat dan fasilitasnya, sesuai
dengan hasil yang diharapkan, d) latihan yang diberikan sesuai struktur dan
pola gerak untuk melaksanakan pengulangan sebanyak mungkin dengan kira-
kira interval 60 detik dalam tiap pos sehingga menimbulkan kelelahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
cukup berarti, e) dalam pemilihan organisasi waktu istirahat (interval) sangat
penting guna proses pemuliahan proses fisiologis seperti proses sistem energi
sepanjang latihan, f) sangat memungkinkan menghitung banyaknya
pengulangan yang dilakukan dalam waktu tertentu dengan batasan waktu yang
dilakukan dalam setiap penyelesaian antar set di semua pos, sehingga
membantu monitoring kemajuan dan motivasi dalam pelaksanaan latihan.
Kesemuanya ini akan berimplikasi positif terhadap stamina
aerobik/kardiovaskuler. Dengan stamina aerobik/kardiovaskuler yang bagus,
segala kegiatan sehari-hari akan dengan mudah dapat diselesaikan tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti. Stamina aerobik/cardiovaskuler/volume
oksigen maksimal (�踪O2 max) yang bagus (kategori atlet) adalah berkisar 70-
80 ml oksigen/kgBB/menit itu sudah sangat fantastis. Pria yang berlatih keras
angkat beban berkisar 50-55, dan wanita 45-50. Pemain catur profesional dan
orang biasa kebanyakan yang tidak olahraga angkanya di bawah 30. Mereka
yang hidup mewah, tidak suka berkeringat, apa-apa selalu menyuruh
pembantunya dan dimanjakan oleh kemajuan teknologi, bertubuh kurus ala
model, tidak pernah kerja dan mengandalkan warisan semata, angkanya di
bawah 25 (may they rest in peace).
Manusia mencapai puncak level fitness antara umur 15 s/d 30.
Kemudian secara perlahan dan tanpa di sadari, mulai umur 30-35 level fitness
dan stamina mulai menurun seiring pertambahan umur. Penomena seperti itu
tidak ada obatnya, hanya bisa diperlambat prosesnya tersebut dengan rajin
olahraga sejak usia dini sesuai dengan prosedur umum berolahraga , dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
berlatih lebih keras lagi ketimbang mereka yang masih muda. Bagi yang malas
olahraga, level fitness akan lepas kendali di usia sekitar 60-65 tahun. Dengan
mengetahui (�踪O2 max) secara psikologis akan terpacu untuk keluar dari zona
kenyamanan olahraga, memudahkan kerja fisik lebih mudah. Jantung dan
paru-paru menjadi lebih efisien dalam memakai oksigen yang ada, lebih
efisien menyalurkan nutrisi ke seluruh tubuh. Ukuran otot jantung menjadi
besar, karena tuntutan fisik dalam memompa sejumlah besar darah. Nafas
lebih kuat dikala mengahapi situasi dan kondisi yang membutuhkan nafas
yang kuat.
Berkenaan dengan penerapan kedua bentuk penggunaan metode
latihan sirkuit dapat meningkatkan hasil volume oksigen maksimal (�踪O2 max),
masih ada faktor lain yaitu rasio kerja-istirahat. Hasilnya menunjukkan bahwa
ada perbedaan peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max) yang
signifikan antara kelompok latihan dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dengan
kelompok latihan dengan rasio kerja-istirahat 1:3. Hal ini mengisyaratkan
upaya peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max), hendaknya
memperhatikan faktor rasio kerja-istirahat sesuai dengan karakter kecabangan
olahraga dan predominan energi sistem yang dipakai.
Sistem latihan interval mencakup selang-seling waktu kerja dan
istirahat. Keunggulan sistem latihan ini adalah lebih banyak atlet mengalami
latihan intensitas tanpa mengalami keletihan yang berlebihan. Latihan interval
merupakan medium utama untuk mewujudkan efek-efek latihan yang spesifik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Latihan interval tidak hanya memungkinkan atlet bekerja pada volume yang
lebih besar dari suatu intensitas tertentu, tetapi juga memungkinkan atlet
berlatih lebih keras daripada yang dilakukannya dalam latihan yang
berkesinambungan. Intensitas ideal tidak bisa di samakan dengan atlet lain.
Tiap atlet beda-beda level intensitas aerobic idealnya. Dalam sebuah kelas
aerobic, sangat di anjurkan bagi tiap peserta untuk mendengarkan tubuhnya
sendiri lebih dulu, barulah mendengarkan kata instruktur.
Olahraga berdurasi singkat dan intensitas tinggi memakai glukosa
(karbohidrat) dan glycogen sebagai sumber energi utama, bukan lemak.
Olahraga berdurasi lama dengan intensitas rendah memakai lemak dan
karbohidrat sebagai sumber energi, dan saat usai olahraga, tipe ini biasanya
masih menyimpan karbohidrat didalam badannya, jadi lemaknya tidak terlalu
banyak di bakar. Namun olahraga berdurasi sedang sampai dengan lama
dengan intensitas ‘maksimal’ memakai lemak lebih banyak daripada yang
memakai intensitas ‘rendah’, dan nyaris tidak menyisakan karbohidrat didalam
badannya, karenanya lemak mendapat porsi terbesar dalam pembakaran. Kata
maksimal disini adalah kuncinya. Maksimal tidak selalu di artikan tinggi, tapi
tergantung stamina saat itu. Jika mampu, maka di naikkan, jika tidak, maka di
turunkan, jadi tidak ada stamina nganggur. Dengan demikian penyusunan
latihan interval akan mencapai hasil yang maksimal jika dibuatkan suatu
tujuan yang jelas tentang sasaran yang hendak dicapai seperti; untuk daya
tahan (otot atau kardiovaskuler), kekuatan, kecepatan dan kelincahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
C. Saran
Berdasarkan kajian teori, pembahasan hipotesis, hasil penelitian dan
kesimpulan yang didapat dari hasil analisis data di atas, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Atlet; sebelum malaksanakan program latihan sirkuit berlanjut dengan rasio
waktu kerja-istirahat, intensitas ideal atlet tidak bisa disamakan dengan atlet
lain. Tiap atlet berbeda-beda level intensitas aerobic idealnya. Dalam sebuah
program latihan aerobic (circuit training), sangat dianjurkan bagi tiap atlet
untuk mendengarkan tubuhnya sendiri lebih dulu baru dikonversikan dengan
program latihan setiap individu.
2. Pelatih;
a) Dalam upaya penerapan latihan dengan model latihan sirkuit, hendaknya
mempergunakan latihan sirkuit yang sesuai dengan karakteristik dari
cabang olahraga yang ditekuni misalnya seperti dalam penelitian ini
menggunakan latihan sirkuit sepakbola untuk meningkatkan daya tahan
kardiovaskuler pemain sepakbola yang pada umumnya dapat diprediksi
melalui volume oksigen maksimalnya. Untuk meningkatkan daya tahan
kardiovaskuler (�踪O2 max) serta perhatikan beban latihan tiap pos, jarak
tiap pos dan karakteristik gerak yang dikembangkan selama latihan, karena
akan berdampak kepada sistem energi yang digunakan serta efek yang
ditimbulkan dari latihan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
b) Penentuan penggunaan latihan interval dalam peningkatan volume
oksigen maksimal (�踪O2 max), perlu dicermati periode waktu kerja-istirahat
terkait dengan karakteristik dari masing-masing cabang olahraga.
3. Untuk peneliti selanjutnya yang akan mengkaji dan meneliti tentang pengaruh
latihan sirkuit terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (�踪O2 max),
sebaiknya mengambil penelitian pada cabang olahraga yang lain, sehingga
semakin banyak penelitian yang dilakukan tentang volume oksigen maksimal
(�踪O2 max) pada cabang olahraga, akan semakin membuka peluang untuk
mengetahui masing-masing kebutuhan volume oksigen maksimal (�踪O2 max)
disetiap cabang olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
DAFTAR PUSTAKA
Astrand, P Olof. dan K. Rodahl. 1986. Text book of work Physiology. New York:
Mc Graw Hill Book Co.
______________. 1970. Text Book of Work Physiology 3th ed. New York: Mc.
Graw Hill Book Company.
Bomba Tudor O, 1990. Theory and Methodology of Training, Kendal / Hunt :
IOWA of University
Bomba Tudor O, 1992. Theory and Methodology of Training, The Key of Atletic
Performance, Dubugue, Kendal / Hunt : IOWA of University
Bomba Tudor O, 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training, New
York. Human Kinetics.
Bomba Tudor O, 2009. Periodization: Theory and Methodology of Training, New
York. Human Kinetics.
Clenaghan, Pate R. Rotella. 1984 Guidelines For Exercise Testing And
Prescription. Philadelphia: Lea & Febiger.
Dietrich, Harre. 1981. Principle of Sport Training. Berlin: Sport Verlag.
Foss, Marle L. 1998. Fox’s Physiological Basis for Exercise and sport. Illinois:
McGraw –Hill Companies, Inc.
Fox, Edward L. dan Mathew. 1981. ThePhysiological Basic of Physical
Educations and Athletics, 4th Edition. Philadelphia: Sounder College
Publishing.
Fox, Edward L. 1984. Sport Physiology 2th Edition. Tokyo: Holt – Saunders.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1984. The Physiological Basic of
Physical Education and Atlhetics. Philadelphia: Wm. C. Brown
Sounders Company..
Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. Foss. 1993. The Physiological
Basic for Exercise and Sport 5th Ed. Philadelphia: Wm. C. Brown
Communication, inc.
Fox, Edward L. 1993. The Physiological Basis for Exercise and Sport. IOWA:
WBC Brown & Benchmark.
Gallahue, David L. dan John C, Ozmun. 1998. Understanding Motor
Development; Infant, Chilndren, Adoloscents, Adults 4th edition . United
States of Amarica: Mc. Graw Hill Companies.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching: Jakarta.
P2LPTK.
Haywood Kathleen M. 1986. Life Span Motor Development. Illinois: Human
Kinetics Publisher.
Hazeldine, Rex. 1985. Fitness For Sport. Portsmounth: The Crowood press.
http://www.nanampek.nagari.org/b319.html [downloaded 5 november 2010]
H. Freeman, William 1989. The Principles Of Traning Physiological
Psychological Pedagogical Law Of Overload.
http://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.%20PRINSIP%20PRINSI
P%20LATIHAN%20Oleh%20Dikdik%20Zafar%20Sidik.pdf
[downloaded 12 Juni 2010]
Iwan Swadesi .2009. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Dengan Interval
Istirahat. Tesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Janssen, Peter G. 1987. Training LactatePulse Rate. Oulu, Firlandia: Polar
Electro Oy.
Kent, M. 1994. The Oxford Dictionary of Sport Science and Madicine. New
York: Oxford University Press.
Kiyatno. 2001. Volume Oksigem Maksimal Studi Korelasi Antara Denyut Jantung
dengan Volume Oksigen Maksimal Olahragawan. Surakarta: Tesis
M. Furqon. 1996. Latihan Berbeban Untuk Meningkatkan Kekuatan, Power, Daya
Tahan, Kelenturan, Pembentukan Tubuh dan Kesegaran Jasmani:
Surakarta.
McArdle, William D. 1986. Exercise Physiology Energy Nutrition and Human
Performance. Philadelphiaa: Lear Febiger.
Muchsin Doewes. dan M. Furqon. 1999. Tes Kesegaran Jasmani Dengan Lari
Multitahap. Surakarta: PUSLITBANG-OR.
Nala Ngurah. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program
Pascasarjana Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana.
Nasution Moh,. 2008. pengaruh latihan interval dan kontinyu terhadap perubahan
VO2 maximal dan denyut nadi istirahat. Tesis
Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani: Prinsip-
Prinsip dan Penerapan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Ditjen Olahraga.
Ozalin. 1971. How To Improve Speed The Article Scientific Fondation of
Choaching. Philadelphia: Publisher.
Rushall, Brents. 1990. Training for Sport and Fitness. Canada: Sport Science
Associates.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Rusli Lutan. 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK/IKIP.
Sardianto. 2002. Pengaruh Metode Latihan dan Intensitas interval Istirahat
Dalam Katerampilan Bermain Sepakbola. Surakarta: Tesis.
Smith J. 1983. Sport Medicine. Illinois: America Academy of Pediatrics.
Soekarman. 1992. Pemeriksaan Faal Dalam Olahraga (Makalah Pada Seminar
Kepelatihan Perhimpunan Kesehatan Olahraga). Yogyakarta: (PP-
IKORI).
Sudjana. 2005. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito. Sudjana. 2005. Metoda Statistika Edisi 6. Bandung: Tarsito.
Sudjarwo, Iwan dan Nurdin, Enur, 2005, Permainan Sepakbola, Diktat,
Tasikmalaya, PJKR FKIP Universitas Siliwangi.
Sugiyanto dan Sudjarwo. 1994. Perkembagan dan Belajar Gerak Buku II. Jakarta: Depdikbud.
Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian (revisi terbaru). Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. U.U No. 23 tahun 1992. Tahu Pada Empat Tujuan Olah Raga Untuk Kesehatan.
Vivian H. Heyward, 1998. The Physical Fitness Specialist Certification Manual,
The Cooper Institute for Aerobics Research, Dallas TX, revised 1997
printed in Advance Fitness Assessment & Exercise Prescription, 3rd
Edition,.p48.