program pascasarjana human nutrition … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN EFEK KONSELING GIZI DENGAN MEDIA LEAFLET
DAN BOOKLET TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN, ASUPAN
ENERGI DAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
HASIL PENELITIAN
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Ilmu Gizi
DI SUSUN OLEH :
AHMAD FARUDIN
NIM : S530809001
PROGRAM PASCASARJANA HUMAN NUTRITION
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyeleseikan
penyusunan proposal tesis dengan topik Perbedaan Efek Konseling Gizi Dengan
Media Leaflet dan Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan, Asupan Energi dan
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Dr. Moewardi
Surakarta.
Tesis ini dapat terselesaikan atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Drg. Basoeki Soetardjo, MMR selaku direktur Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
yang telah memberikan izin lokasi dalam penelitian ini.
2. Prof.Dr. Bambang Suprapto, M.Med. Sci.Nutr, SpGk selaku Ketua Prodi Gizi
Program Pasca Sarjana Unversitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi
motivasi untuk terselesainya tesis ini.
3. Prof.Dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD selaku pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan koreksi terhadap tesis
4. dr. Budi Wiboworini, SpGK selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberi
masukan , koreksi untuk terselesainya tesis ini.
5. Prof. Dr. JB Suparyatmo, Sp.PK (K) Selaku Ketua panitia Kode Etik Kedokteran di
Surakarta, yang telah memberi Kelaikan Etik dalam pelaksanaan penelitian.
6. Dosen Program Studi Magister Ilmu Gizi Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah membekali ilmu pengetahuan yang sangat berarti.
7. Teman seangkatan yang telah memberikan dorongan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan tesis ini. Harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat bagi
semuanya.
Surakarta, September 2011
Penulis
AHMAD FARUDIN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...…………………………..………...........
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ……………….............................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN................................................. iv
KATA PENGANTAR .....……………………….......................................... v
DAFTAR ISI ………………………............................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
ABSTRAK .................................................................................................... xii
ABSTRACT .................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...…………………………................................... 1
B. Perumusan Masalah ....……………………………...................... 4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum ……...…………..……………...................... 5
2. Tujuan Khusus ...…………………………..….................... 5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik..........………………………….................. 7
2. Manfaat Praktis......................…............................................
E. Keaslian Penelitian ........................................................................
7
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
A. Diabetes Mellitus ………………….………………....................... 9
B. Tingkat Kecukupan zat Gizi ….......................................................
C. Konseling Gizi ..............................................................................
20
26
D Media Edukasi ................................................................................
E. Perilaku ..........................................................................................
F. Kerangka Teori …...........................................................................
31
34
36
G. Hipotesa ......................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ….......................................................................... 38
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................ ......................... 39
C. Populasi dan Sampel ….................................................................. 39
D. Variabel penelitian ..........................................................................
E. Definisi Operasional Variabel .........................................................
41
41
F. Langkah Pelaksanaan Penelitian .……………………………….. 44
G. Analisis Data ….......................................... .................................. 45
BAB IV HASIL …………………………………………………………………….
47
BAB V PEMBAHASAN ………………………………………………………….
53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
59
A. Kesimpulan.......................................................................................
59
B. Saran .............................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakteristik sampel berdasarkan kategori umur
Tabel 4.2. Distribusi sampel menurut skor pengetahuan dengan media leaflet
Tabel 4.3. Distribusi sampel menurut skor pengetahuan dengan media booklet
Tabel 4.4. Distribusi sampel menurut tingkat asupan makan dengan media leaflet
Tabel 4.5. Distribusi sampel menurut tingkat asupan makan dengan media
booklet
Tabel 4.6. Distribusi sampel menurut nilai gula darah puasa dengan media leaflet
Tabel 4.7. Distribusi sampel menurut nilai gula darah puasa dengan media
Booklet
Tabel 4.8.Distribusi sampel berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah 2 jam post
prandial dengan media leaflet
Tabel 4.9.Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan gula darah 2 jam post
prandial dengan media Booklet
Tabel 4.10 Perbedaan subyek kelompok leaflet dan booklet sebelum konseling
Tabel 4.11 Perbedaan subyek kelompok leaflet dan booklet sesudah konseling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN 1. Ethical clearance
2. Izin lokasi penelitian dari Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
3. Inform consent ( kesediaan menjadi responden )
4. Kuisioner
5. Materi Booklet
6. Materi leaflet
7. Uji validitas
8. Hasil uji statistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Ahmad Farudin, S530809001 Perbedaan Efek Konseling Gizi dengan Media Leaflet dan Booklet terhadap Tingkat Pengetahuan, Asupan energi dan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Tesis : Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011. Latar belakang : Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah. Pengendalian gula darah merupakan upaya yang harus dilakukan untuk menghindari terjadinya komplikasi.Upaya pengendalian gula darah pasien DM dilakukan dengan cara pemberian edukasi gizi, perencanaan menu, kegiatan jasmani, dan pemberian obat hipoglikemik. Selama ini media edukasi gizi pasien DM diberikan dalam bentuk leaflet, dan belum dipergunakan booklet. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan konseling gizi dengan menggunakan media leaflet dan booklet terhadap tingkat pengetahuan, asupan energi dan kadar gula darah pada pasien DM. Metode penelitian : penelitian ini menggunakan eksperimen random (randomized controlled trial). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang dibagi menjadi dua kelompok sampel yaitu satu kelompok kontrol yang diberikan leaflet dan kelompok perlakuan yang diberikan booklet. Penilaian tingkat pengetahuan, asupan makan, dan kadar gula darah dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum konseling gizi pada saat perawatan di rumah sakit dan 1 bulan sesudah konseling pada saat kontrol di rumah sakit. Pengambilan data pengetahuan dengan menggunakan kuisioner , penilaian asupan makan menggunakan metode recall 24 jam selama 3 hari sedangkan data kadar gula darah puasa dan 2 jam post prandial menggunakan data dari rekam medis pada saat dirawat dan pada saat kontrol di rumah sakit Hasil penelitian : Analisis data menggunakan uji statistik independent t- test (p< 0,05) terhadap asupan energi diperoleh p = 0.670 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna nilai rata-rata asupan energi antara kelompok leaflet dan booklet, dan sedangkan skor pengetahuan diperoleh p= 0.01 ada perbedaan bermakna rata skor pengetahuan, kadar gula darah puasa diperoleh p=0.041 dan kadar gula darah 2 jam post prandial dengan p = 0.043 menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok booklet dan leaflet. Kesimpulan : pemberian booklet dapat meningkatkan skor pengetahuan dan mengendalikan kadar gula darah dibandingkan leaflet, dan tidak ada perbedaan efektifitas terhadap asupan energi antara pemakaian leaflet dan booklet.
Kata Kunci : Konseling Gizi- leaflet- booklet- skor pengetahuan- asupan energi- kadar gula darah puasa – kadar gula darah 2 jam post prandial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT Ahmad Farudin. S530809001. The Difference Effects of Nutrition Counseling by Leaflet and Booklet Media toward the Knowledge Levels, the Food Intakes, and the Blood Sugar Levels of the Diabetes Mellitus Patients in Regional General Hospital (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta. Tesis: Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta. 2011. Diabetes Mellitus is a metabolic disease marked by the increase of the blood sugar levels. The control of the blood sugar is an effort that has to be done to avoid complication. The blood sugar control efforts of the DM patients are done by giving nutrition educations, menus arrangements, physical activities, and hypoglycemic medicines. Nowadays, the DM patients’ nutrition education media is in the form of leaflet; while the booklet media has not been used. The aim of this research is to find out the difference effects of nutrition counseling by leaflet and booklet media toward the knowledge levels, the food intakes, and the blood sugar levels of the diabetes mellitus patients. This research used randomized controlled trial. There are 32 samples divided into two groups, control group and case group. The leaflets were given to the control group, while the booklets were given to the case group. The assessments of the knowledge levels, the food intakes, and the blood sugar levels were conducted after the counseling session in the hospital. The data collection of knowledge was done by distributing questionnaires and assessing food intakes using 24 hours recall method for 3 days. Meanwhile, the data collection of fasting blood sugar level and 2 hours post prandial were taken from the medical records when the patients were hospitalized or having control in the hospital. The result of the data analysis with independent statistic test t- test (p< 0,05) toward the food intakes is p = 0.670. It shows that there are no significant differences toward the food intakes average scores between the leaflet group and the booklet group. Meanwhile, the knowledge score is p = 0,01 which shows the significant difference. The fasting blood sugar level is p = 0.041, while the 2 hours post prandial blood sugar level with p = 0.043 shows differences between the booklet and the leaflet groups. Based on the results, it can be concluded that booklets can increase the knowledge score and control the sugar blood level compare to leaflets. Besides, there are no effective differences toward the food intakes between the use of booklets and booklet. Keywords: Nutrition Counseling, leaflet, booklet, knowledge score, food intake,
fasting sugar blood level, 2 hours post prandial blood sugar level
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia) akibat kekurangan hormon
insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali,
sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup tetapi daya kerjanya kurang. Ada dua
jenis diabetes , yaitu :diabetes tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Melitus) dan diabetes tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus). DM tipe 1 atau yang biasa disebut diabetes yang tergantung pada insulin
adalah DM akibat kekurangan insulin dalam darah karena adanya kerusakan sel
beta pankreas, sedangkan DM tipe 2 atau yang biasa disebut DM tidak tergantung
insulin, terjadi karena insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik
(Soegondo, 2004). Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif
yang banyak diderita masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian
epidemiologi di Indonesia kekerapan diabetes berkisar antara 1.5 – 2.3 %,
terkecuali di Manado agak tinggi sebesar 6 %. Sedangkan penelitian terakhir
tahun 2001 khususnya di daerah Depok sebesar 12.8% dan berdasarkan perkiraan
tahun 2020 prevalensi penderita diabetes akan meningkat sebesar 86- 138%
dibandingkan kenaikan penduduk Indonesia pada periode yang sama hanya 40%
(Suyono, 2004).
Pasien diabetes dengan kadar gula yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi. Komplikasi pada pasien diabetes ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 macam yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Bentuk komplikasi yang
sering terjadi pada komplikasi kronis adalah nefropati diabetikum, neuropati
diabetikum, retinopati diabetikum, gangren diabetikum. Untuk menghindari
komplikasi diperlukan pengendalian kadar gula darah (Waspadji, 1996)
Penatalaksanaan pasien diabetes menurut Gibney (2009) ada 4 komponen
dalam penanganan pasien diebetes melitus yaitu terapi gizi, exercise (olahraga dan
aktivititas) manajemen obat dan edukasi diabetes . Pemberian edukasi pasien
diabetes dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan pengaturan makan.
Peningkatan pengetahuan gizi dan perubahan perilaku merupakan tujuan yang
ingin dicapai dalam edukasi gizi.
Media pendidikan diperlukan dalam kegiatan edukasi, termasuk edukasi
pada paien diabetis mellitus. Pertimbangan penggunaan media pendidikan
tergantung pada beberapa hal termasuk tujuan akhir yang ingin dicapai, jumlah
sasaran yang ada. Dalam edukasi pasien diabetes penggunaan leaflet merupakan
alat bantu yang sering digunakan dengan pertimbangan praktis mudah dibawa, isi
materi sudah tertulis dalam leaflet, akan tetapi salah satu kelemahan leaflet adalah
isi materi dalam leaflet tidak tertulis secara rinci (Starh,2005). Penggunaan media
booklet merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kelemahan yang ada
pada leaflet. Materi yang tertulis dalam booklet akan lebih lengkap sehingga
sasaran edukasi akan lebih memahami isi yang ada dalam booklet. Kelebihan lain
booklet merupakan media yang praktis mudah dibawa kemana sama dengan
leaflet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengaturan makan yang sesuai dengan nasehat gizi merupakan perilaku
yang diharapkan dalam mengendalikan kadar gula darah. Pengaturan makan
pasien dalam rangka mengendalikan kadar gula darah mencapai batas normal
tetap memperhatikan kecukupan zat gizi termasuk kebutuhan energi. Kecukupan
energi pasien diabetes merupakan salah satu unsur dalam menilai kepatuhan diet
pasien dan menjadi hal penting dalam mencapai keberhasilan dalam
penatalaksanaan diabetes. Kecukupan energi pada pasien diabetes merupakan hal
pokok dalam pengendalian kadar gula darah dalam batas normal (Sukardji,
2004).
Pendidikan kesehatan menurut Notoatmojo (2003) dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku menjadi
lebih baik. Sedangkan Pendidikan dalam bentuk konseling gizi yang dilakukan
dalam menghasilkan suatu perubahan perilaku yang berdampak positif bagi
kesehatan. Pemberian konseling perlu disertai dengan pemberian media
pendidikan sebagai sarana bagi pasien untuk memudahkan menerima informasi
nasehat gizi dalam mendukung perubahan perilaku gizi (Waspadji, 1999).
Berdasarkan laporan kegiatan bulanan tahun 2010 di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Dr. Moewardi Surakarta ada rata – rata 51 pasien diabetes melitus baru
yang mendapatkan konseling gizi dan menduduki urutan pertama diatas pasien
gagal ginjal kronik. Standar operasional prosedur pelayanan di RSUD. Dr.
Moewardi dinyatakan seorang pasien baru harus dikunjungi oleh ahli gizi dalam
waktu 2 x 24 jam sejak awal perawatan. Ahli gizi ruangan harus melakukan
kunjungan pasien dan memberikan konseling gizi pada pasien yang berdiet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
khusus termasuk pasien diabetes melitus . Kegiatan konseling gizi pasien
diberikan media leaflet untuk memudahkan pasien dalam memahami materi
konseling yang disampaikan. Media leaflet yang diberikan pada pasien DM
meliputi 2 lembar yaitu lembar pengaturan diet DM dan lembar bahan makanan
penukar. Pemberian leaflet yang terpisah akan beresiko pada kehilangan salah
satu leaflet yang telah diberikan pada pasien. Disamping itu materi leaflet yang
lebih sedikit hanya memuat tentang pengaturan makan dan penukarnya belum
memotivasi penderita diabetes untuk mematuhi diet yang diberikan. Tampaknya
pasien yang telah menjalani perawatan rawat inap pada saat melakukan
pemeriksaan ulang di Poliklinik Penyakit Dalam masih ada pasien yang kadar
gula darahnya belum mencapai batas normal .
Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk membandingkan
penggunaan media booklet dan leaflet pada pasien diabetes melitus rawat inap
pada kegiatan konseling gizi. Selama ini konseling gizi di Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta belum pernah menggunakan media lain seperti booklet yang
dapat diberikan pada pasien untuk dibawa pulang khususnya pada pasien diabetes
melitus. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Perbedaan efek konseling gizi dengan media
leaflet dan booklet terhadap tingkat pengetahuan, kecukupan energi dan kadar
gula darah pada pasien diabetes di Ruang Rawat Inap RSUD. Dr. Moewardi
Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Apakah ada perbedaan efek konseling dengan media booklet dan
konseling leaflet terhadap tingkat pengetahuan pada pasien diabetes
melitus ?
2. Apakah ada perbedaan efek konseling gizi dengan media booklet dan
konseling dengan leaflet terhadap asupan energi pada pasien diabetes
melitus?
3. Apakah ada perbedaan efek konseling dengan media booklet dan
konseling dengan leaflet terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Meneliti perbedaan efek konseling gizi dengan media booklet
dibandingkan dengan konseling gizi dengan media leaflet terhadap tingkat
pengetahuan, kecukupan energi dan kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik pasien diabetes di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
b. Mendeskripsikan pengetahuan pasien diabetes di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta sebelum dan sesudah mendapat konseling gizi
media booklet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Mendeskripsikan pengetahuan pasien diabetes di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta sebelum dan sesudah mendapat konseling gizi
media leaflet
d. Mendeskripsikan kadar glukosa darah puasa pasien diabetes di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebelum dan sesudah mendapat
konseling gizi media leafet
e. Mendeskripsikan kadar glukosa darah puasa pasien diabetes di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta sebelum dan sesudah mendapat konseling
gizi dengan media booklet
f. Mendeskripsikan kadar glukosa darah 2 jam post prandial pasien
diabetes di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebelum dan sesudah
mendapat konseling gizi dengan media leaflet
g. Mendeskripsikan kadar glukosa darah 2 jam post prandial pasien
diabetes di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebelum dan sesudah
mendapat konseling gizi Mendapat media booklet
h. Mendeskripsikan asupan energi pasien diabetes di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta sebelum dan sesudah mendapatkan konseling
gizi media leaflet
i. Mendeskripsikan asupan energi pasien diabetes di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta sebelum dan sesudah mendapatkan konseling
gizi media booklet
j. Menganalisis perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan
konseling gizi dengan media leaflet dan Booklet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
k. Menganalisis perbedaan asupan energi sebelum dan sesudah
diberikan konseling gizi dengan media booklet dan leaflet.
l. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah puasa sebelum dan
sesudah diberikan konseling gizi dengan media booklet dan leaflet.
m. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah 2 jam Post Prandial
sebelum dan sesudah diberikan konseling gizi dengan media booklet
dan leaflet.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak
rumah sakit tentang peranan konseling gizi dengan media booklet dan leaflet
terhadap perubahan pengetahuan, kecukupan zat gizi energi dan kadar gula
darah puasa dan 2 jam post prandial pada pasien diabetes melitus .
2. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengayaan informasi
tentang peranan media booklet dan leaflet dalam kegiatan konseling gizi
terhadap perubahan pengetahuan, perilaku makan dan kadar gula darah.
E. Keaslian Penelitian
Sepanjang pengetahuan peneliti, bahwa penelitian tentang perbedaan
konseling gizi dengan media booklet dan leaflet terhadap kecukupan zat gizi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kadar gula darah pada pasien diabetes belum pernah dilakukan. Namun penelitian
selingkup yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah:
1. Pengaruh konseling gizi menggunakan standar diet terhadap pengetahuan dan
kepatuhan diet penderita diabetes di RSUD Ulin Bajarmasin yang dilakukan
oleh Abdurrachim dkk (2006) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
konseling gizi menggunakan leaflet standar diet terhadap pengetahuan,
kepatuhan diet dan kadar gula darah penderita DM. Subyek dibagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok pertama diberikan konseling gizi tanpa diberikan
leaflet diet dan kelompok kedua diberikan konseling gizi dengan leaflet
standar. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna
secara statistik dengan menggunakan uji t- test dengan p< 0.05 menunjukkan
bahwa konseling gizi dengan menggunakan leaflet standar diet berpengaruh
terhadap pengetahuan, kepatuhan diet dan kadar gula darah penderita diabetes
melitus.
2. Efek pendidikan gizi terhadap perubahan konsumsi energi dan indeks massa
tubuh pada remaja kelebihan berat badan yang dilakukan oleh Widhayati
(2009) dengan tujuan untuk membandingkan efek pendidikan gizi secara
individu dan kelompok terhadap perubahan konsumsi energi dan indeks massa
tubuh pada remaja dengan kelebihan berat badan. Subyek penelitian adalah
siswi SMP dengan kelebihan berat badan dengan membagi dua grup
penelitian dilakukan desain non randomized pre- post test. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada perbedaan penurunan persentil IMT yang bermakna
antara kedua grup sesudah pendidikan gizi. dan tidak terdapat perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penurunan tingkat konsumsi energi sesudah pendidikan gizi antara kedua grup
penelitian . Tidak ada penurunan persentase asupan lemak sesudah
pendidikan gizi pada penyuluhan kelompok dan individu tidak terdapat
perbedaan penurunan persentase asupan lemak sesudah pendidikan gizi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan
adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) yang disebabkan oleh
kekurangan hormon insulin, baik secara relatif maupun absolut. Hormon insulin
diproduksi oleh kelenjar ludah perut (pankreas). Untuk diabetes melitus yang
bergantung pada insulin (DM tipe 1) kelenjar pankreas karena suatu sebab tertentu
memang sudah tidak berfungsi lagi, sehingga produk insulin sama sekali tidak ada
lagi dan penyandang DM tipe 1 ini memerlukan tambahan insulin dari luar untuk
mempertahankan agar tetap hidup. Sebaliknya pada DM yang tidak bergantung
pada insulin (DM tipe 2), kelenjar pankreasnya masih dapat memproduksi insulin
bahkan lebih dari cukup, tetapi insulin ini tidak dapat berfungsi lagi dengan baik
(retensi insulin), sehingga terjadi hiperglikemia (Waspadji, 2005).
2. Etiologi Diabetes Melitus
Penyebab terjadinya DM tipe-2 yaitu faktor genetik dan obesitas. Faktor
genetik tampak memberikan respon terhadap pemicu yang diduga berupa infeksi
virus, kehamilan dan obat-obatan sehingga bisa memproduksi antibodi terhadap
sel-sel beta, yang mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin. Pada pasien
diabetes melitus tingkat berat, hampir semua sel beta terjadi kerusakan sehingga
terjadi insulinopenia dan kelainan metabolik yang berkaitan dengan defesiensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
insulin. Beberapa faktor pencetus DM diantaranya : kurang gerak badan atau
malas dan makan yang berlebihan. Sekitar 80 % penderita DM tipe-2 mengalami
obesitas, karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin, maka kemungkinan
besar akibat gangguan toleransi glukosa (Price, 2006).
3. Gejala Diabetes
Gejala diabetes mellitus menurut Lanywati (2001) yang sering muncul meliputi :
a). Poliuria (banyak kencing)
Poliuria merupakan gejala umum pada penderita diabetes. Pasien mengalami
banyak kencing disebabkan kadar gula dalam darah berlebihan, sehingga
merangsang tubuh berusaha untuk mengeluarkannya melalui ginjal bersama
air kencing. Gejala ini terutama terjadi pada malam hari, yaitu pada saat kadar
gula dalam darah relatif tinggi karena keadaan tubuh yang sedang istirahat
atau tidak melakukan aktifitas fisik.
b). Polidipsi (banyak minum)
Banyak minum merupakan akibat reaksi tubuh dari banyak kencing, sehingga
rasa haus timbul dan memicu untuk banyak minum.
c). Polifagia (banyak makan)
Disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar
gula dalam darah tinggi.
d). Penurunan berat badan
Penurunan berat badan yang relatif sangat singkat. Hal ini disebabkan glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan
bakar terutama yang digunakan untuk aktifitas sehari-hari, sumber tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot yang menyebabkan
penderita mengalami penurunan berat badan yang cepat.
4. Klasifikasi Diabetes
Klasifikasi DM dan intoleransi glukosa menurut Price (2006) digolongkan
sebagai berikut :
a).Diabetes Melitus ( DM ) meliputi DM tipe I ( DM tergantung insulin ) dan
DM tipe II ( DM tidak tergantung insulin )
b). Gangguan Intoleransi Glukosa
c). Diabetes Kehamilan ( Gestational Diabetes Melitus)
5. Patofisiologi Penyakit Diabetes
Patofisiologi diabetes melitus ditandai dengan kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor yang responsif terhadap insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal kompleks reseptor insulin dengan
sistem transport glukosa. Awalnya kadar glukosa normal dapat dipertahankan
dalam waktu yang cukup lama dengan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
akhirnya sekresi insulin dan jumlah yang tidak mencukupi untuk mempertahankan
glukosa didalam pembuluh darah yang meningkat sehingga menyebabkan
tingginya kadar glukosa darah (Price, 2006).
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan yang sangat
penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat
dipakai sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang
dikeluarkan oleh pankreas. Bila tidak ada insulin, maka glukosa tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masuk sel, akibatnya glukosa akan tetap berada dalam pembuluh darah yang
artinya kadarnya di dalam darah meningkat (Suyono, 2002).
6. Diagnosis
Tes diagnosis untuk diabetes harus dilakukan bila hasil penapisan positif
atau terdapat gejala diabetes seperti poliuria, polidipsia, polifagia atau penurunan
berat badan. Diagnosis dapat dilakukan berdasarkan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu dengan gejala diabetes, kadar glukosa darah puasa atau tes toleransi
glukosa. Walaupun pemeriksaan urin dapat memberikan dugaan yang kuat akan
adanya diabetes tetap tidak dapat digunakan sebagai dasar diagnostik DM
(Soegondo, 1999).
Menurut Perkeni (2006), diagnosis DM harus didasarkan atas
pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya
glukosuria saja. Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan
darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan
glukosa darah plasma vena dan untuk memastikan diagnosis DM. Pemeriksaan
glukosa darah seharusnya dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu
faktor risiko untuk DM, yaitu :
a. Usia dewasa tua ( > 40 tahun )
b. Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)}
c. Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Riwayat keluarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
f. Riwayat DM pada kehamilan
g. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl
h. Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah
Puasa Terganggu)
Hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa dan kadar gula darah 2 jam post
prandial mempunyai batas ambang untuk mengetahui seseorang sudah termasuk
dalam katagori bukan diabetes melitus, belum pasti diabetes melitus dan diabetes
melitus dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial dan Puasa sebagai Patokan dan Diagnosis DM
Macam Pemeriksaan Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Glukosa Darah Puasa
2 Jam Post Prandial
Plasma Vena < 110 110 – 199 ≥ 200
Darah Kapiler - 90 – 199 ≥ 200
Glukosa Darah Puasa
2 Jam Post Prandial
Plasma Vena < 100 110 – 125 ≥ 126
Kadar Kapiler - 90 – 109 ≥ 110
Sumber : Perkeni , 2006
Menurut Konsensus Pengelolaan DM tipe 2 tahun 2002 kriteria
pengendalian kadar gula darah yang dianjurkan bagi penderita diabetes melitus
agar dapat menghindari terjadinya komplikasi adalah < 160 mg/dl untuk gula
darah puasa dan < 200 mg/dl untuk gula darah sewaktu dan 2 jam post prandial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Komplikasi Diabetes
Dalam perjalanan penyakit DM dapat terjadi komplikasi akut dan
menahun, yaitu :
a. Komplikasi akut, meliputi : hipoglikemi, ketoasidosis diabetik dan
hiperosmolar non ketotik.
b. Komplikasi kronik, dibagi yaitu
1) Makroangiopati (makrovaskuler), meliputi : jantung koroner, pembuluh
darah kaki dan pembuluh darah otak.
2) Mikroangiopati (mikrovaskuler), meliputi : ginjal dan mata
8. Penatalaksanaan Penyakit Diabetes
Penalaksanaan diabetes melitus (Price, 2006) bertujuan dalam rangka
mengendalikan kadar gula darah. Penatalaksanaan DM dilakukan dengan 3 hal
yaitu :
a. Diet/ pengaturan makanan
Pemberian diet pada pasien DM ditujukan untuk mengatur pemberian jumlah
kalori dan karbohidrat yang akan dimakan setiap hari. Kelley (2003)
menyatakan bahwa konsumsi karbohidrat kompleks yang direkomendasikan
dalam diet sebesar 60%-70% dari total energi sehari. Perilaku konsumsi
makanan pasien DM berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki . Menurut
Notoatmojo (2003) perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap dan
pengetahuan yang dimiliki terkait dengan apa yang di ketahuinya.
b. Agen hipoglikemik (obat hipoglikemik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemberian obat penurun gula darah akan membantu absorpsi gula darah ke
jaringan.
c. Pengaturan aktivitas fisik
Kegiatan fisik membutuhkan glukosa sebagai sumber energi. Semakin banyak
energi yang digunakan untuk aktivitas termasuk olah raga akan membantu
dalam pengendalian kadar gula darah.
Penanganan terhadap penderita DM dengan empat pilar utama.
Keempat pilar tersebut saling terkait satu sama lain. Menurut Perkeni (2006),
Keempat pilar tersebut meliputi :
1. Edukasi
Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi
aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus
mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang berlangsung
seumur hidup. Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku, membutuhkan
edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan motivasi yang berkenaan
dengan:
a) Makan makanan sehat
b) Kegiatan jasmani secara teratur;
c) Penggunaan obat diabetes secara aman, teratur, dan pada waktu-waktu yang
spesifik.
d) Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan memanfaatkan berbagai
informasi yang ada.
2. Perencanaan makan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DM tipe-2 merupakan suatu penyakit dengan penyebab heterogen,
sehingga tidak ada satu cara makan khusus yang dapat mengatasi kelainan ini
secara umum. Perencanaan makan harus disesuaikan menurut masing-masing
individu. Menurut Almatsier (2004), perencanaan makan meliputi:
a) Tujuan Diet DM
Tujuan diet penyakit diabetes melitus adalah membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik, dengan cara mempertahankan kadar
glukosa darah supaya mendekati normal dengan memberikan energi yang untuk
mempertahankan atau mencapai berat badan normal serta menghindari atau
menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti
hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama.
b) Syarat diet
Syarat diet penyakit diabetes melitus dapat dijabar sebagai berikut :
1) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
2) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total.
4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa kebutuhan energi total, yaitu 60-70%.
5) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
6) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas.
7) Asupan serat dianjurkan 25g/hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8) Cukup vitamin dan mineral (Almatsier, 2004).
c) Jenis Diet
Pedoman diet DM pedoman dipakai 8 jenis diet DM mengacu pada
penutun diet yang diterbitkan oleh Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Jenis Diet Pada Pasien Diabetes Melitus
Macam Diet
Energi (gr)
Protein (gr)
Lemak (gr) Karbohidrat (gr)
Diet DM I
Diet DM II
Diet DM III
Diet DM IV
Diet DM V
Diet DM VI
Diet DM VII
Diet DM VIII
1100
1300
1500
1700
1900
2100
2300
2500
43
45
51,5
55,5
60
62
73
80
30
35
36,5
36,5
48
53
59
62
172
192
235
275
299
319
369
396
Sumber : Almatsier (2004)
Perhitungan kebutuhan gizi pasien DM, menurut Askandar (2003)
adalah
1) Energi
Kebutuhan Energi berdasarkan status gizi dengan menggunakan Relatif
Body Weight dapat dihitung sebagai berikut :
Kurang = berat badan x 40-60 kalori
Normal = berat badan x 30 kalori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kelebihan berat = berat badan x 20 kalori
Kegemukan (obesitas) = berat badan x 10-15 kalori
2). Kebutuhan protein sebesar 10-15% dari total energi.
3). Kebutuhan lemak sedang yaitu 20-25% dari total energi.
4). Karbohidrat diberikan 60-70% dari total kebutuhan energi.
5). Asupan serat dianjurkan 25 gram/hari dengan mengutamakan serat larut.
6). Cukup mineral dan vitamin
Penentuan status gizi berdasarkan RBW ( Relative Body Weight ) dengan cara : Berat Badan
RBW = --------------------- X 100% TB - 100 Kategori :
Kurus (Under Weight) : RBW < 90%
Under Nutrisi : RBW < 80%
Normal (Ideal) : RBW 90% - 110%
Gemuk (Over Weight) : RBW > 110%
Obesitas : RBW > 120%
3. Latihan jasmani
Pada penyandang diabetes melitus Latihan jasmani berperan utama
dalam pengaturan kadar gula darah. Masalah utama pada DM tipe 2 adalah
kurangnya respon reseptor terhadap insulin (resistensi insulin). Kontraksi otot
memiliki sifat seperti insulin (insulin effect). Permeabilitas membran terhadap
glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi. Pada saat melakukan latihan
jasmani resistensi insulin berkurang dan sebaliknya sensitivitas insulin meningkat.
Prinsip latihan jasmani pada penyandang diabetes sama saja dengan prinsip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
latihan jasmani secara umum yaitu frekuensi, intensitas, durasi dan jenis aktivitas.
Frekuensi latihan yang dianjurkan bagi penderita diabetes adalah 3 – 5 kali per
minggu, intensitas ringan atau sedang yaitu 60-70% MHR (maximum heart rate),
time selama 30 – 60 menit dengan jenis aktivitas yang bersifat aerobik untuk
meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan
bersepeda. Latihan jasmani yang lama dengan defisiensi insulin disertai kondisi
metabolik yang tidak terkendali akan menyebabkan peningkatan pelepasan
glukosa dari hepar dan peningkatan benda keton.
4) Obat-obatan
Pengobatan dengan perencanaan diet masih merupakan pengobatan
utama, tetapi jika bersama latihan jasmani ternyata gagal, maka diperlukan
penambahan obat oral atau insulin.
Obat-obatan untuk pasien diabetes melitus antara lain :
a) Obat Hipoglikemik Oral (OHO), seperti sulfoniluria dan biguanida.
b) Insulin
Indikasi pemakaian obat hipoglikemia oral menurut Soegondo ( 1999)
adalah
1. Diabetes sesudah umur 40 tahun
2. Diabetes kurang dari 5 tahun
3. Memerlukan insulin kurang dari 40 unit per hari
4. DM tipe 2 berat badan normal atau lebih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat hipoglikemik oral antara
lain dosis selalu dimulai dengan dosis rendah dan cara kerja, lama kerja dan efek
samping
B. Tingkat kecukupan Energi
1. Definisi
Menurut Tjokroprawiro (2003), tingkat kecukupan Energi adalah
tercukupinya kebutuhan energi tubuh dari sumber makanan atau sumber zat gizi
lain. Kecukupan zat gizi dapat diperoleh dengan mengkonversikan makanan/
minuman yang dikonsumsi. Hasil analisis zat gizi energi dapat mengetahui
kecukupan zat gizi dengan mengkatagorikan menjadi 2 yaitu :
a. Kurang, jika tingkat asupan < 80%.
b. Baik jika asupan ³ 80 %
Pada penderita diabetes melitus asupan zat gizi terutama energi ± 10 %
dari standar kebutuhan merupakan asupan yang dianjurkan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecukupan Zat Gizi
Tingkat kecukupan zat gizi terutama energi tergantung pada besarnya
asupan makanan. Menurut Wilkes (2000) beberapa faktor yang terkait dengan
tingkat konsumsi makanan antara lain :
a. Nafsu makan
Pada keadaan sakit sering sekali terjadi anoreksia atau menurunnya bahkan
kehilangan nafsu makan. Gejala ini bisa berkaitan dengan penyakitnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengobatan atau bersifat sementara juga dapat berhubungan dengan distress
emosional..
b. Kemampuan menelan
Pada keadaan sakit sering terjadi kesulitan menelan atau disfagia. Kesulitan
menelan yang bisa terjadi akibat obstruksi mekanis atau akibat nyeri dalam
rongga mulut atau faring akibat infeksi. Gangguan menelan dapat
menimbulkan pengaruh yang serius pada tingkat asupan makanan yang dapat
berdampak pada status gizi, karena takut tersedak atau takut terdapat nyeri
dapat membuat pasien menolak makan.
c. Penyerapan
Pemberian makanan pada pasien diabetes melitus tidak hanya diperhatikan
tingkat kecukupan zat gizinya saja tetapi penyerapan zat gizi makanan tersebut
dalam tubuh, karena tidak selamanya penyerapan berlangsung dengan baik.
Penyerapan merupakan hal yang penting dalam mencukupi kebutuhan gizi
pasien. Penyerapan zat gizi yang terhambat akan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan tubuh.
Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah sebagai berikut :
1) Rangsangan (iritasi), yaitu rangsangan yang menyebabkan gerakan-gerakan
yang kuat dari usus, akibatnya dapat menghambat penyerapan.
2) Aktivitas produksi empedu yang kurang, sehingga hasil empedu yang
diperlukan kurang, akibatnya menghambat penyerapan lemak.
3) Tersedianya vitamin C dan E yang dapat mempertinggi penyerapan Fe (Zat
Besi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Kurang tersedianya vitamin D ternyata kurang baik bagi kelancaran
penyerapan kalsium.
5) Adanya parasit dapat menimbulkan hambatan dalam penyerapan
( Kartasapoetra,2003).
Menurut Moehyi (1995), faktor yang mempengaruhi tingkat kecukupan
zat gizi sangat dipengaruhi oleh asupan makanannya. Makanan yang dikonsumsi
pasien selama perawatan sangat tergantung pada hal berikut :
a. Faktor Psikologi
Perawatan di rumah sakit menyebabkan orang sakit harus menjalani
kehidupan yang berbeda dengan apa yang dialami setiap harinya di rumah. Apa
yang dimakan, bagaimana makanan disajikan, dimana dia makan, sangat berbeda
dengan kebiasaan hidup penderita di rumah. Kehadiran orang-orang yang masih
asing seperti dokter, perawat, dan petugas kesehatan yang mengelilingi setiap
waktu, rasa tidak senang, rasa takut karena sakit, ketidakbebasan bergerak karena
adanya penyakit dapat menimbulkan rasa putus asa yang berdampak pada
penurunan nafsu makan.
b. Sosial Budaya
Pasien yang dirawat di rumah sakit berasal dari kelompok masyarakat
yang berbeda-beda, baik adat istiadat, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dianut
bahkan mungkin juga pandangan hidup. Keseluruhan faktor ini akan membentuk
tingkat budaya manusia dalam hal makanan. Orang sakit yang mempunyai
kebiasaan makan bersama dengan anggota keluarganya, harus makan sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sambil berbaring atau duduk ditempat tidur, dapat membuat orang sakit tersebut
merasakan bahwa dia benar-benar sakit sehingga dapat mempengaruhi nafsu
makannya.
c. Keadaan Jasmaniah Orang Sakit
Keadaan jasmaniah orang sakit merupakan faktor yang perlu mendapat
perhatian karena akan menentukan bentuk atau konsistensi diet yang akan
diberikan, orang sakit yang dalam keadaan lemah dan kesadaran menurun, akan
memerlukan makanan yang khusus.
d. Keadaan Gizi Orang Sakit
Penyakit-penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi menjadi
buruk. Penderita DM biasanya mempunyai berat badan kurang karena asupan
makan yang harus mereka jalani, ahli gizi yang bertugas hendaknya sesegera
mungkin mendapat informasi mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan
kebiasaan makan penderita untuk menjalani petunjuk diet .
3. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan
Menurut Supariasa (2002) ada beberapa metode untuk melihat konsumsi
makanan tingkat individu atau perorangan, meliputi :
a. Metode Food Recall 24 jam
adalah metode wawancara dimana pewawancara menanyakan kembali dan
mencatat semua makanan dan minuman yang telah dikonsumsi selama 24 jam
yang lalu dalam ukuran rumah tangga (URT) dalam ukuran sendok, gelas,
piring dan lain-lain. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x 24 jam),
maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebiasaan makan individu. Sehingga dilakukan berulang-ulang dan harinya
tidak berturut-turut minimal 2 kali recall 24 jam dapat menghasilkan gambaran
tingkat kecukupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih
besar tentang intake harian individu. Metode food recall 24 jam ini dalam
pelaksanaannya ada kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode Food Recall
24 jam adalah
1). Mudah melaksanakannya dan tidak terlalu membebani responden
2). Biaya relatif murah karena tidak memerlukan peralatan khusus
3). Cepat sehingga dapat mencakup banyak responden
4). Dapat digunakan pada responden yang buta huruf
5). Dapat memberikan gambaran nyata yang benar benar dikonumsi individu
sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari- hari.
Sedangkan kelemahan metode recall 24 jam adalah
1). Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila hanya
dilakukan recall satu hari
2). Ketepatan tergantung pada daya ingat responden sehingga tidak tepat
diterapkan pada anak dibawah 7 tahun dan usia diatas 70 tahun.
3). Membutuhkan tenaga terlatih dalam menerjemahkan ukuran rumah tangga
b. Metode Estimated Food Records
Food record atau diary records yaitu responden diminta untuk mencatat semua
yang dimakan dan yang diminum setiap kali sebelum makan dengan Ukuran
Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam
periode tertentu (2 – 4 hari berturut-turut) termasuk cara persiapan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengolahan makanan tersebut. Metode ini dapat memberikan informasi
konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan
zat gizi yang dikonsumsi oleh responden.
c. Metode Penimbangan Makanan (Food Weghing)
Pada metode ini responden dan petugas menimbang dan mencatat seluruh
makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Jika terdapat makanan
setelah makan maka perlu ditimbang untuk mengetahui jumlah makanan yang
dikonsumsi.
d. Metode Dietary History
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pada konsumsi
berdasarkan pengamatan waktu yang cukup lama. Metode ini terdiri dari 3
komponen :
1). Wawancara (termasuk recall 24 jam) , untuk mengumpulkan data makanan
responden selama 24 jam terakhir.
2). Pencatatan frekuensi penggunaan sejumlah bahan makanan.
3). Pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang.
3. Konseling Gizi
a. Pengertian Konseling
Menurut Mappiare (2006) konseling adalah suatu proses pelayanan yang
melibatkan kemampuan professional pada pemberian layanan kepada penerima
layanan yang sebelumnya tidak bisa berbuat banyak dan setelah mendapat
layanan menjadi dapat melakukan sesuatu. Konseling gizi merupakan rangkaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
proses pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet,
pelaksanaan konseling gizi hingga evaluasi rencana diet pasien. Menurut PGRS
(2003) tujuan konseling gizi adalah membuat perubahan pengetahuan, sikap dan
perilaku makan, serta pola makan sesuai dengan kebutuhan pasien/klien, sehingga
terlihat seberapa jauh kepatuhan untuk melaksanakan diet yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut Holly (1991), mendefinisikan konseling gizi sebagai
proses dalam membantu seseorang untuk mengerti tentang keadaan dirinya.
Lingkungan dan hubungan keduanya dalam membangun kebiasaan yang baik
termasuk makan, sehingga menjadi sehat, atraktif dan produktif. Dari dua
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan konseling gizi menekankan
proses membantu klien sebagai salah satu kriteria profesionalisme dengan aplikasi
yang diharapkan adalah ada perubahan konsumsi makanan sehingga diharapkan
dapat mengubah faktor risiko status gizi dan kesehatan. Konseling gizi adalah
suatu proses komunikasi 2 (dua) arah antara konselor dan klien untuk membantu
klien mengenali dan mengatasi masalah gizi.
b. Tujuan Konseling
Tujuan konseling menurut Mappiare (2006) dilihat dari aspek klien
adalah membantu klien dalam menegaskan dan mengkhususkan tujuan yang
hendak diperoleh berkaitan dengan masalah yang dihadapai. Menurut Basuki
(2004) tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian konseling gizi pada pasien
diabetes antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1). Meningkatkan pengetahuan/ informasi yang berkaitan dengan nasehat gizi
Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) adalah hasil tahu dan terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang
mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yan g
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan
yaitu :
a). Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b).Memahami (comprehension), diartikan sebagai mengingat suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c). Aplikasi (aplication) diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipejari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d). Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e). Sintesis (synthetis) adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f), Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2). Merubah sikap/ pandangan
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek
3). Merubah perilaku gizi ke arah yang lebih baik
Green (1980) dalam perubahan perilaku dapat dilakukan melalui 2 yaitu
a) Tekanan
Cara mengubah perilaku seseorang atau masyarakat dengan menggunakan
cara tekanan, paksaan atau koersif . Tekanan dalam bentuk tekanan, sanksi,
peraturan, dan undang- undang. Perubahan perilaku yang terjadi tidak
permanen
b). Edukasi (Education)
Upaya mengubah perilaku dengan persuasive, bujukan, himbauan , ajakan
dan memberikan kesadaran. Perilaku yang diadopsi akan bersifat lebih
langgeng bahkan selama hidup.
c. Faktor yang Berkaitan dengan Konseling
Keberhasilan konseling gizi (Mappiare, 2006) dipengaruhi oleh berbagai
factor yaitu
1). Situasi atau kondisi tempat konseling
Kondisi tempat konseling akan mempengaruhi klien dalam kemudahan
memahami materi yang disampaikan. Kondisi yang gaduh akan berdampak
dalam memahami nasehat gizi yang disampaikan. Tempat yang nyaman,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tenang klien akan senang dalam mendengarkan dan memahami materi/
nasehat yang dianjurkan.
2). Media Pendidikan
Media merupakan alat yang menjembatani antara klien dan konselor dalam
memahami materi yang disampaikan. Berbagai media perlu dirancang secara
tepat dengan berbagai gambar dan tulisan agar klien lebih tertarik dalam
memahami materi. Isi materi dalam media sangat menentukan terhadap
pemahaman klien atau sasaran. Materi merupakan hal yang pokok dalam
pendidikan gizi perlu di susun secara cermat dan lengkap dalam media
pendidikan.
3). Konselor
Profesionalisme konselor akan terkait dengan kemampuan diri konselor dalam
menyampaikan materi secara detail, lengkap dan mudah dipahami dengan
memperhatikan kondisi klien baik secara fisik maupun psikologis.
d. Tahapan Konseling
1). Persiapan Konseling
Persiapan meliputi kegiatan pengumpulan, pengkajian data dan identifikasi
masalah yang dialami klien.
2). Pengambilan data untuk indentifikasi masalah
Data yang harus dikumpulkan dalam melekukan identifikai masalah gizi
meliputi data riwayat penyakit, data antropometri, data klinis, data biokimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3). Penyampaian informasi/ konseling gizi adalah penyampaian informasi/ nasehat
gizi dengan menciptakan suasana yang nyaman, penggunaan bahasa yang
dimengerti dan gerakan non ferbal yang mencerminkan upaya membantu.
Konselor sebagai pendengar yang baik dan menciptakan suasana harmonis.
Konseling gizi bagi pasien diabetes melitus merupakan penyuluhan yang
lengkap mengenai DM meliputi pengaturan makan, kegiatan jasmani, obat
yang diperlukan, efek samping obat, komplikasi DM dan informasi yang
sangat diperlukan pasien DM.
4). Evaluasi, dilakukan untuk mengetahui tingkat pertisipasi pasien, ada tidak
adanya dampak yang terjadi dari pencapaian tujuan konseling serta terjadinya
perubahan sikap dan prilaku klien terhadap makanan dan kesehatannya
(Soegondo, 2004).
D. Media Konseling Gizi
Menurut Depkes (2004) media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan. Media dalam kegiatan konseling gizi merupakan sarana yang
berisikan materi yang berkaitan dengan nasehat gizi.Penggunaan media akan
memudahkan konselor dalam menyampaikan materi gizi dan memudahkan klien
dalam memahami nasehat gizi yang disampaikan. Penggolongan media
(Starh,2005) menurut fungsinya adalah
1. Informasional yaitu media yang digunakan pada klien untuk memberikan
informasi yang bersifat umum. Media yang bersifat informasional adalah
radio, kaset, majalah dinding, buletin, film slide.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Motivasional yaitu media yang digunakan untuk mendorong klien atau sasaran
mengikuti nasehat yang dianjurkan. Yang termasuk dalam kelompok media
motivasional adalah poster, foto.
3. Instruksional yaitu media yang digunakan untuk mengarahkan secara rinci
nasehat yang disampaikan kepada sasaran atau klien. Yang termasuk dalam
golongan media instruksional adalah leaflet, booklet dan alat peraga.
Media edukasi yang sering digunakan pendidikan gizi meliputi :
1. Booklet
Booklet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk
menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan-larangan kepada
khalayak massa, dan berbentuk cetakan. Sehingga akhir dari tujuannya tersebut
adalah agar masyarakat yang sebagai obyek memahami dan menuruti pesan yang
terkandung dalam media komunikasi massa tersebut. Media booklet pernah
digunakan dalam penelitian tentang penilaian asupan makanan pada wanita
dengan obesitas dan non obesitas di US Department of Agriculture oleh Conway
et al (2003). Booklet termasuk dalam salah satu media komunikasi yang efektif
dan efisien dalam hasil dan prosesnya, sehingga mampu menjadi sebuah alternatif
di masa yang serba instan (cepat) ini. Booklet dapat digunakan dalam berbagai
macam bidang kegiatan meliputi kesehatan, perdagangan, pariwisata,bisnis. Pada
masa era sekarang ini, pemanfaatan Booklet terjadi disegala bidang. Baik didalam
periklanan maupun dalam hal-hal yang lain. diakui karena disebabkan adanya
bahwa hasil yang diberikan dari pemanfaatan Booklet ini jauh lebih baik
jika dibandingkan dengan media yang lain .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Booklet Buku berukuran kecil (setengah kuarto) dan tipis, tidak lebih dari
30 halaman bolak-balik, yang berisi tulisan dan gambar-gambar. Ada yang
engatakan bahwa istilah buklet berasal dari buku dan leaflet, artinya media buklet
merupakan perpaduan antara leaflet dengan buku atau sebuah buku dengan format
(ukuran) kecil seperti leaflet. Struktur isinya seperti buku (ada pendahuluan, isi,
penutup) hanya saja cara penyajian isinya jauh lebih singkat daripada sebuah
buku. Riwayat pengembangan booklet adalah kebutuhan untuk menyediakan
referensi (bahan bacaan) bagi kelompok masyarakat yang akses terhadap buku
sumber terbatas karena keterbatasan mereka.Dengan adanya buklet, maka
mereka bisa memperoleh pengetahuan seperti membaca sebuah buku, dengan
waktu membaca sesingkat membaca leaflet (Starh,2005).
Keunggulan booklet adalah bahwa booklet ini menggunakan media cetak
dengan biaya lebih murah jika dibandingkan dengan menggunakan media audio
dan visual serta juga audio visual. Proses komunikasi agar obyek sampai kepada
sasaran dapat dilakukan sewaktu- waktu dengan melihat kondisi yang ada.
Kelebihan booklet lainnya adalah booklet lebih terperinci dan jelas karena lebih
banyak bisa mengulas tentang pesan yang disampaikannya (Depkes, 2004).
Kelemahan Booklet ada beberapa kelemahan terkait dengan pemakaian booklet,
yaitu
a). Booklet membutuhkan ketrampilan membaca – menulis
b). Tidak langsungnya proses penyampaiannya, sehingga umpan balik dari obyek
kepada penyampai pesan tidak secara langsung (tertunda)
c). Memerlukan banyak tenaga dalam penyebarannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Leaflet
Leaflet merupakan media berbentuk selembar kertas yang diberi gambar
dan tulisan (biasanya lebih banyak tulisan) pada kedua sisi kertas serta dilipat
sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa dan biasanya dilipat tiga. Media ini
berisikan suatu gagasan secara langsung ke pokok persoalannya. Leaflet sangat
efektif untuk menyampaikan pesan yang singkat dan padat. Media ini juga mudah
dibawa dan disebarluaskan. Bahkan karena ukurannya yang lebih ringkas, jumlah
yang dibawa bisa lebih banyak . Kelebihan penggunaan leaflet meliputi efektif
untuk pesan yang singkat dan padat dan mudah dibawa dan disebarluaskan .
Sedangkan kelemahan penggunaan leaflet adalah memerlukan keterampilan baca-
tulis, mudah hilang dan rusak, pesan yang disampaikan terbatas ( Depkes, 2004).
E. Perilaku
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan organisme tersebut merespons dalam bentuk :
1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
eliciting stimulation yang menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
Misalnya : makanan yang lezat bisa menimbulkan keinginan untuk makan,
cahaya yang terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent
respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
musibah menjadi sedih, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan
mengadakan pesta dan sebagainya.
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena
memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugas nya atau
job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus
baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam
melaksanakan tugasnya ( Tamsuri, 2008).
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau praktek (practice), yang mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain,
misalnya : seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya
kepuskesmas untuk imunisasi, dan sebagainya.(Notoatmodjo, 2003)
Menurut Green (1980) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku yaitu
1. Faktor Predisposisi meliputi pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan,
tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi, tradisi dan kepercayaan
masyarakat.
2. Faktor Pemungkin ( enabling factor ) meliputi factor sarana dan prasarana
yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan kesehatan
3. Faktor Penguat berupa Sikap dan perilaku tokoh masy. (toma) tokoh agama
(toga), dan perilaku petugas kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
G. HIPOTESIS
1. Terdapat perbedaan efek konseling gizi media booklet terhadap tingkat
pengetahuan pada pasien diabetes melitus dibandingkan dengan
pemberian konseling gizi dengan media leaflet
2. Terdapat perbedaan efek konseling gizi media booklet terhadap asupan
energi pada pasien diabetes melitus dibandingkan dengan pemberian
konseling gizi dengan media leaflet .
Asupan Energi
Konseling Gizi
Pengetahuan Gizi Pasien
Penatalaksanaan Pasien DM
Terapi Obat
Situasi/ kondisi
Perilaku Makan
Kegiatan Jasmani
Asupan Makanan
Konselor
GD Puasa
GD 2 Jam Post
Prandial
Media Booklet Media Leaflet
Media Komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Terdapat perbedaan efek konseling gizi media booklet terhadap kadar
glukosa darah puasa pada pasien diabetes melitus dibandingkan dengan
pemberian konseling gizi dengan media leaflet .
4. Terdapat perbedaan efek konseling gizi media booklet terhadap glukosa
darah 2 jam post prandial pada pasien diabetes mellitus dibandingkan
dengan pemberian konseling gizi dengan media leaflet .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen random (randomized controlled
trial) Adapun kedua kelompok sampel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelompok perlakuan adalah pasien DM tipe 2 rawat inap di RSDM Dr.
Moewardi Surakarta yang diberikan konseling gizi dengan media booklet .
2. Kelompok kontrol adalah pasien DM tipe 2 rawat inap di RSDM Surakarta
yang diberikan konseling gizi dengan media leaflet standar.
Rancangan eksperimen: RCT
Randomisasi
Konseling Media Booklet
Pengukuran I (Sebelum Intervensi) terhadap Pengetahuan, Asupan
Energi, Kadar Gula Darah
Populasi Pasien DM tipe 2 Di Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi
Sampel Pasien DM tipe 2
Konseling Media Leaflet
Pengukuran I (Sebelum Intervensi) terhadap Pengetahuan, Asupan
Energi, Kadar Gula Darah
Pengukuran II (Setelah Satu bulan Intervensi) terhadap Pengetahuan, Asupan Energi, Kadar Gula Darah
Pengukuran II (Setelah Satu bulan Intervensi) terhadap Pengetahuan, Asupan Energi, Kadar Gula Darah
Analisa Data Uji - t
Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Ruang Rawat Inap kelas 1,2 dan 3 RSUD. DR.
Moewardi Surakarta dengan pertimbangan berdasarkan laporan bulanan
kegiatan konseling gizi pasien diabetes melitus rata – rata sebanyak 51 orang
pasien. Hal ini menjadi pertimbangan peneliti dalam kemudahan mendapatkan
sampel yang diinginkan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dilakukan pada bulan April – Juni 2011.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi sasaran adalah semua pasien diabetes mellitus
b. Populasi sumber adalah semua pasien DM rawat inap kelas 1, 2 dan 3 di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil berdasarkan tujuan
penelitian. Pengambilan sampel ditentukan dengan cara random sampling
yaitu pengambilan sampel dengan cara random dari sampel yang memenuhi
kriteria inklusi. Besar sampel dalam penelitian ini minimal sebesar 30 orang
dengan alasan bahwa setiap 1 variabel independent memerlukan 15 – 20 sampel
(Murti,2010).
a). Kriteria Sampel
Kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria
sampel dapat dibagi menjadi dua yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1). Kriteria Inklusi
Adalah karaktristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria Inklusi meliputi:
a) Pasien dirawat inap dengan diagnosis DM tipe 2
b) Belum pernah mendapat konseling gizi
c) Kelompok usia dewasa (18 - 65 tahun)
d) Mampu membaca dengan baik
e) Menggunakan terapi obat penurun glukosa darah.
f) Bentuk makanan biasa atau lunak
g) Bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini dinyatakan dengan
informed consent
2). Kriteria eksklusi
Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian
meliputi:
a) Pasien mengalami komplikasi seperti gagal ginjal, gangren
b) Pasien DM pulang sebelum penelitian berakhir.
c) Pasien DM meninggal dunia sebelum penelitian berakhir.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu
1. Variabel Bebas adalah metode konseling
a). Metode konseling gizi dengan media booklet
b). Metode konseling gizi dengan media leaflet .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Variabel Terikat :
a). Tingkat pengetahuan
b). Tingkat kecukupan energi
c). Kadar glukosa puasa dan kadar gula darah 2 jam post prandial .
E. Definisi Operasional Variabel
1. Metode konseling Gizi
adalah suatu metode pemberian pesan gizi secara individual yang diberikan
pada pasien diabetes melitus rawat inap di RSUD Dr. Moewardi pada hari
perawatan sebelum pasien pulang.
a. Konseling gizi dengan media booklet
adalah suatu metode pemberian pesan gizi secara individual dengan
menggunakan media booklet yang diberikan pada pasien diabetes melitus
rawat inap di RSUD Dr. Moewardi pada hari ke 5 perawatan sebelum
pasien pulang.
b. Konseling gizi dengan media leaflet
adalah suatu metode pemberian pesan gizi secara individual dengan
menggunakan media leaflet yang diberikan pada pasien diabetes melitus
rawat inap di RSUD Dr. Moewardi pada hari ke 5 perawatan sebelum
pasien pulang.
Alat ukur : kuisioner
Skala pengukuran : kontinu
2. Tingkat Pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah kemampuan pasien menjawab dengan benar terhadap pertanyaan yang
berkaitan dengan penyakit DM dan pengetahuan gizi
Pengambilan data tingkat pengetahuan dilakukan 2 tahap yaitu
a. Tahap pertama dilakukan sebelum konseling gizi pada hari 4 perawatan
b. Tahap kedua dilakukan sesudah konseling gizi pada saat kontrol
(1 bulan setelah perawatan)
Alat ukur : Kuisioner
Skala pengukuran : Kontinu
Skor 0 bila jawaban salah dan Skor 1 bila jawaban benar
Total skor jawaban : 0 – 22
Pengkategorian pengetahuan berdasarkan persentasi menjawab benar :
1. Baik, jika ³70% jawaban benar.
2. Kurang baik, jika < 70% jawaban benar.
3. Asupan Energi
Asupan energi adalah jumlah rata-rata asupan energi pasien diabetes melitus
terhadap makanan yang dikonsumsi baik dari dalam maupun dari luar rumah
sakit selama pengamatan dengan metode re-call konsumsi makanan 3 x 24 jam
dibandingkan dengan standar diet rumah sakit dan dinyatakan dalam %.
Pengambilan data tingkat kecukupan energi dilakukan 2 tahap yaitu
a. Tahap pertama dilakukan sebelum konseling gizi pada hari ke 2,3 dan 4
perawatan
b. Tahap kedua dilakukan sesudah konseling gizi selama di rumah pada
minggu ke 4 setelah perawatan selama 3 hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Alat ukur : Lembar food recall
Skala pengukuran : kontinu
Pengkategorian asupan energi meliputi :
1. Baik, jika asupan energi ³90% sampai dengan <110% dari standar diet RS
2. Kurang baik, jika asupan energy < 90% atau > 110% dari standar diet RS
4. Kadar Gula Darah Puasa
adalah nilai pemeriksaan glukosa darah setelah pasien diebetis melitus yang
dipuasakan terlebih dahulu berdasarkan pada pasien diabetes melitus
berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium RSUD Dr. Moewardi dengan
satuan mg/dl.
Pengambilan data kadar gula darah puasa dilakukan 2 tahap yaitu
a. Tahap pertama dilakukan sebelum konseling gizi pada hari 2 perawatan
b. Tahap kedua dilakukan sesudah konseling gizi pada saat kontrol di rumah
sakit ( ± 1 bulan setelah perawatan )
Alat ukur : hasil pemeriksaan laboratorium
Skala pengukuran : kontinu
Pengkategorian data pemeriksaan gula darah puasa adalah
1. Terkendali bila pemeriksaan ≤ 160 mg/dl
2. Tidak terkendali bila pemeriksaan > 160 mg/dl
5. Kadar Gula Darah 2 jam Post Prandial adalah nilai pemeriksaan glukosa
darah 2 jam setelah pasien makan pada pasien diabetes melitus yang
berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium RSUD Dr. Moewardi dengan
satuan mg/dl
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengambilan data kadar gula darah 2 jam post prandial dilakukan 2 tahap
yaitu
a. Tahap pertama dilakukan sebelum konseling gizi pada hari 3 perawatan
b. Tahap kedua dilakukan sesudah konseling gizi pada saat control di rumah
sakit ( ± 1 bulan setelah perawatan ).
Alat ukur : hasil pemeriksaan laboratorium
Skala : kontinu
Pengkategorian data pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial adalah
1. Terkendali bila pemeriksaan ≤ 200 mg/dl
2. Tidak terkendali bila pemeriksaan > 200 mg/dl
F. Langkah Pelaksanaan Penelitan
Sebagai pedoman pelaksanaan penelitian serta untuk meningkatkan
kelancaran penelitian, disusun prosedur pelaksanaan kegiatan penelitian sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan
a. Mengurus surat ijin penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
b. Mengadakan koordinasi dengan bagian keperawatan dan instalasi gizi.
c. Menetapkan pelaksana / pembantu pelaksanaan penelitian
d. Mempersiapkan bahan untuk intervensi
2. Tahap pelaksanaan
a. Mencatat identitas dan diagnosis pasien sebelum dilaksanakan intervensi
konseling gizi
b. Pasien yang telah memenuhi syarat inklusi diberikan nomor urut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Nomor urut yang tercatat sebagai dasar untuk melakukan random untuk
sampel yang mendapat konseling gizi dengan media booklet dan media
leaflet.
d. Kelompok yang mendapat konseling media booklet sebagai kelompok
perlakuan dan konseling gizi dengan media leaflet sebagai kelompok
kontrol.
e. Kelompok perlakuan dan kontrol diberikan kuisioner untuk mengetahui
tingkat pengetahuan sebelum intervensi.
f. Kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan recall 24 jam selama 3 hari
selama perawatan sebelum intervensi.
g. Kelompok perlakuan dan kontrol dicatat hasil pemeriksaan gula darah
puasa dan 2 jam post prandial sebelum intervensi.
h. Kelompok perlakuan dan kontrol diberikan kuisioner untuk mengetahui
tingkat pengetahuan selama 1 bulan intervensi pada saat kontrol ulang
i. Kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan recall 24 jam selama 3 hari
selama perawatan selama 1 bulan intervensi sebelum kontrol ulang.
j. Kelompok perlakuan dan kontrol dicatat hasil pemeriksaan GDP dan gula
darah 2 jam post prandial setelah 1 bulan intervensi pada saat kontrol
ulang
H. Analisis Data
Data kontinu dideskripsikan dalam mean, standar deviasi, minimal dan
maksimal. Data kategorikal dideskripsikan dalam bentuk persen. Perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mean pengetahuan, asupan energi dan kadar gula darah antara kelompok
subyek dengan konseling gizi dengan booklet dan konseling gizi dengan
leaflet di uji dengan independent t- test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian berlangsung dalam waktu 3 bulan mulai April 2011 sampai dengan Juli
2011, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang, dibagi dalam 2
kelompok yaitu kelompok yang mendapat perlakuan booklet sebanyak 16 orang
dan kelompok yang mendapat perlakuan leaflet sebanyak 16 orang. Pengambilan
sampel dilakukan secara random.
Karakteristik sampel menurut jenis kelamin dan umur diperoleh data
sebagai berikut berdasarkan distribusi jenis kelamin didapatkan sebanyak 22
orang (69%) adalah perempuan dan sebanyak 10 orang (31%) adalah laki-laki.
Sedangkan umur sampel penelitian yang terbagi dalam 4 kategori umur sesuai
dengan penggolongan umur pada daftar angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2004.
Berikut ini disajikan karakteristik sampel berdasarkan kategori umur, dimana
paling banyak terdapat pada umur 31-50 tahun sebanyak 84% dan paling sedikit
pada umur 20-30 tahun sebanyak 3%, data secara terperinci terkait umur dapat
terlihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 : Karakteristik Sampel Berdasarkan Kategori Umur Kategori Umur
(tahun) Banyaknya
(orang) Persentasi
(%) 20-30 1 3 31-50 27 84 51-60 4 13
Jumlah 32 100
Karakteristik sampel menurut tingkat pendidikan yang mendapatkan
konseling gizi dengan media leaflet dan booklet dapat dilihat pada tabel 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.2 Karakteristik Sampel Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan Media Leaflet Media Booklet
Jumlah % Jumlah % Sekolah dasar 6 37.5 4 25 Sekolah menengah pertama 7 43.75 5 31.25 Sekolah menengah atas 3 18.75 5 31.25 Perguruan tinggi - - 2 12.5 Jumlah 16 100 16 100
Skor pengetahuan sampel yang diperoleh dari kuisoner sebelum dan
sesudah konseling gizi dengan menggunakan media leaflet dan booklet dapat
dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Distribusi Sampel Menurut Skor Pengetahuan Dengan Media Leaflet
dan Booklet
NO Klasifikasi Leaflet Booklet Pre konsul Post konsul Pre konsul Post konsul
1 Kurang baik (< 70%)
14 87.5 12 75 11 68.8 8 50
2 Baik ( ≥ 70 %)
2 12.5 4 25 5 31.2 8 50
Jumlah 16 100 16 100 16 100 16 100
Asupan energi sampel yang diperoleh dari metode food recall sebelum
dan sesudah konseling gizi dengan menggunakan media leaflet dan booklet dapat
dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Distribusi sampel menurut asupan energi dengan media leaflet dan booklet
NO Klasifikasi Leaflet Booklet Pre
konseling Post
konseling Pre
konseling Post
konseling 1 Kurang baik
(< 70%) 3 18.7 1 6.3 4 75 0 0
2 Baik ( ≥ 70 %)
13 81.3 15 93.7 12 25 16 100
Jumlah 16 100 16 100 16 100 16 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil pemeriksaan gula darah puasa sampel yang diperoleh dari data
rekam medik sebelum konseling gizi pada saat perawatan di rumah sakit dan
setelah konseling gizi pada saat kontrol di rumah sakit dengan menggunakan
media leaflet dan booklet dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 4.5 Distribusi Sampel Menurut Nilai Gula Darah Puasa Dengan Media Leaflet Dan Booklet
NO Klasifikasi Leaflet Booklet Pre
konseling Post
konseling Pre
konseling Post
konseling 1 Tidak
terkendali (³ 160 mg/dl )
16 100 1 6.3 14 87.5 16 100
2 Terkendali (< 160 mg/dl )
0 0 15 93.7 2 12.5 0 0
Jumlah 16 100 16 100 16 100 16 100
Nilai pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial sampel yang diperoleh
dari data rekam medik sebelum konseling gizi pada saat perawatan di rumah sakit
dan sesudah konseling gizi pada saat kontrol di rumah sakit dengan menggunakan
media leaflet dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Gula Darah 2 Jam Post Prandial Dengan Media Leaflet dan Booklet
NO Klasifikasi Leaflet Booklet Pre
konseling Post
konseling Pre
konseling Post
konseling 1 Tidak terkendali
(³ 160 mg/dl ) 16 100 2 12.5 16 100 1 6.3
2 Terkendali (< 160 mg/dl )
0 0 14 87.5 0 0 15 93.7
Jumlah 16 100 16 100 16 100 16 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil uji statistik independent t test berdasarkan selisih nilai sebelum dan
sesudah konseling gizi pada masing- masing kelompok leaflet dan booklet dapat
dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik T – Test pada Kelompok Leaflet dan Booklet
Variabel Kelompok N Mean Std Deviasi
Nilai T
Nilai P
Pengetahuan Gizi
Leaflet
16 9.375 8.624 2.730 0.010*)
Booklet 16 17.000 7.099
Asupan Energi
Leaflet
16 -120.875 65.195 0.430 0.670
Booklet 16 -132.750 89.056
Kadar gula darah puasa
Leaflet
16 -87.812 29.103 2.137 0.041*)
Booklet 16 -116.062 44.159
Kadar gula darah 2 JPP
Leaflet
16 -100.500 38.742 2.111 0.043*)
Booklet 16 -126.937 31.609
* The mean difference is significant at the .05 level.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa umur sampel dalam
penelitian antara 20-60 tahun. Sebagian besar sampel berumur 31-50 tahun
sebanyak 27 orang (84 %) dan yang berumur 51-60 tahun sebanyak 4 (13 %) dan
hanya terdapat 1 orang yang berumur 20-30 tahun. Hal ini sesuai dengan Perkeni
(2006) dimana salah satu faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit
DM adalah umur diatas 40 tahun. Sedangkan karakteristik sampel berdasarkan
jenis kelamin didapatkan prevalensi penderita DM lebih besar pada wanita (69%),
hal ini akan mendukung efektifitas konseling gizi sesuai dengan penelitian oleh
Spencer et al (2006) yang menyatakan bahwa pemahaman materi konseling lebih
dapat diterima oleh wanita.
Penyakit DM merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif yang tidak
dapat disembuhkan akan tetapi penderita DM dapat hidup normal sepanjang
hidupnya jika mematuhi empat pilar utama penanganan penderita DM yang
meliputi : edukasi, pengaturan makanan, latihan jasmani dan obat-obatan anti
diabetik (Price, 2006; Perkeni,2006). Salah satu pilar yang paling penting adalah
edukasi, setiap penderita DM diharapkan memahami akan penyakit dan
penatalaksanaan diet penderita DM. Keberhasilan konseling gizi harus
memperhatikan beberapa hal, antara lain kebutuhan pasien terkait dengan
penyakit yang diderita, keinginan pribadi pasien untuk berubah, dan kemampuan
konselor untuk membuat perubahan pada pasien DM (Bantle et al, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Disamping itu pendidikan memegang peranan secara tidak langsung terhadap
pemahaman materi konseling gizi. Berdasarkan hasil penelitian sebagian sampel
mempunyai pendidikan sekolah menengah pertama sebesar 43.75% untuk leaflet
sedangkan sampel yang mendapat booklet mempunyai latar belakang pendidikan
SMP dan SMA sebesar 31.25%. Edukasi bagi penderita DM dapat dilakukan
melalui kegiatan konseling gizi. Penelitian Gans ect (2003) menyatakan bahwa
sebelum dilakukan konseling gizi perlu dilakukan kegiatan penilaian gizi dan
aktivitas fisik dengan menggunakan REAP (The Rapid Eating and Activity
Assessment for Patients), hal ini untuk menilai masalah gizi apa yang dialami dan
tingkat aktivitas penderita DM.
Edukasi pada penderita DM dilakukan dengan metode konseling, dengan
memanfaatkan media berupa leaflet maupun booklet. Penggunaan media
konseling dibutuhkan untuk memudahkan pemahaman penderita DM akan materi
yang disampaikan. Hasil penelitian menunjukkan sebelum konseling pada kedua
kelompok baik yang menggunakan media leaflet maupun booklet hampir semua
subyek penelitian memiliki tingkat pengetahuan kurang baik, pada kelompok
media leaflet terdapat sebanyak 14 orang (87.5%) dan pada kelompok booklet
sebanyak 11 (68,7%). Pada kedua kelompok ini kemudian diberikan konseling
tentang penatalaksanaan diet pada penderita DM. Penilaian tingkat pengetahuan
subyek setelah konseling menunjukkan hasil sebanyak 12 orang (75%) masih
berpengetahuan kurang baik pada kelompok leaflet dan 8 orang (50%) pada
kelompok booklet. Adapun hasil uji statistik dengan menggunakan uji
independent t-test pada kedua kelompok menunjukkan hasil ada perbedaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
signifikan dengan p value (0,010) < 0,05. Hal ini menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata rata-rata selisih peningkatan skor pengetahuan pada
kelompok leaflet ( 9.375 ± 8.625) dibandingkan dengan selisih rata-rata skor
pengetahuan kelompok booklet (17.000± 7.099). Media edukasi berupa leaflet
maupun booklet memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Adapun
kelebihan booklet dibandingkan dengan leaflet antara lain kelebihan booklet
lainnya adalah booklet dibandingkan dengan leaflet yaitu lebih terperinci dan jelas
karena lebih banyak informasi yang bisa mengulas tentang pesan yang
disampaikan (Depkes, 2004). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Abdurachim dkk (2006) tentang penggunaan media leaflet berpengaruh
terhadap pengetahuan pasien diabetes melitus. Suppapitiporn S dkk (2005) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa konseling yang dilakukan dengan menggunakan
bantuan media konseling baik berupa booklet maupun media yang lainnya akan
mendapatkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa bantuan media
dalam proses konseling. Leaflet dan booklet merupakan media edukasi yang
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing akan tetapi keduanya telah
memuat informasi dasar tentang pengaturan makanan pada penderita DM.
Meningkatnya pengetahuan penderita DM tentang penatalaksanaan
penyakit DM diharapkan dapat memperbaiki tingkat konsumsi gizi terutama
konsumsi energi setiap harinya. Hasil penelitian sebelum konseling gizi dengan
media leaflet yang termasuk kategori konsumsi energi baik didapatkan hasil
sebanyak 13 orang (81.2%) sedangkan sebelum konseling gizi pada kelompok
booklet konsumsi energi dengan ketegori baik sebanyak 12 orang (75 %). Adapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tingkat konsumsi energi sampel setelah konseling dengan menggunakan media
leaflet dengan kategori baik sebanyak 15 orang (93,7%) dengan tingkat konsumsi
baik pada kelompok booklet sebanyak 16 orang (100%). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan adanya peningkatan ketaatan jumlah subyek dengan tingkat
konsumsi energi mendekati standar diet yang dibutuhkan subyek pada kelompok
booklet lebih banyak jika dibandingkan pada kelompok media leaflet. Hasil uji
statistik dengan menggunakan uji t-test independent terhadap tingkat konsumsi
energi antara 2 kelompok leaflet dan booklet didapatkan nilai p (0.670) > 0,05,
yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok. Hal
ini menunjukkan bahwa kedua media memiliki pengaruh yang sama dalam hal
memperbaiki tingkat konsumsi energi penderita DM. Sedangkan rata-rata selisih
penurunan asupan energi pada kelompok leaflet (-120.875 ± 65.195)
dibandingkan dengan selisih rata-rata asupan energi kelompok booklet
(-132.750 ± 89.056). Penurunan ini menunjukkan bahwa konsumsi makanan
mendekati standar yang diberikan rumah sakit sesuai dengan anjuran. Menurut
Moehyi (1995) bahwa konsumsi makanan pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh
faktor psikologis pasien selama perawatan. Pasien cenderung mengikuti nasehat
dokter dan mengkonsumsi makanan yang telah disediakan dari rumah sakit.
Demikian juga pada pasien setelah pulang pasien akan mengikuti anjuran/ nasehat
pada saat konseling gizi dalam rangka mengendalikan kadar gula darah. Media
leaflet maupun booklet keduanya telah memuat informasi dasar tentang
pengaturan diet/makanan khususnya pada penderita DM. Adanya informasi
tentang pengaturan diet DM ini diharapkan dapat menjadi pedoman para penderita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DM didalam mengatur konsusmsinya sehari-hari sehingga tingkat konsumsi
energinya dapat dikendalikan dengan baik.
Kadar gula darah puasa subyek penelitian sebelum konseling didapatkan
sebanyak 16 orang (100%) kadar gula darahnya tidak terkendali pada kelompok
leaflet dan sebanyak 14 orang (87,5%) pada kelompok booklet. Adapun setelah
konseling dengan media leaflet dan booklet didapatkan hasil sebanyak 15 orang
(93.7%) dengan kadar gula darah puasa terkendali pada kelompok leaflet dan
sebanyak 16 orang (100%) pada kelompok booklet kadar gula darah puasanya
terkendali. Hasil uji statistik dengan uji t-tes independent sample diperoleh nilai p
(0,0.041) < 0,05 hal ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kadar gula
darah puasa baik pada kelompok leaflet maupun kelompok booklet. Sedangkan
rata-rata selisih penurunan kadar gula darah puasa pada kelompok leaflet
(-87.812 ± 29.103) dibandingkan dengan selisih rata-rata gula darah puasa
kelompok booklet (-116.062 ± 44.159). Pada kelompok leaflet hanya terdapat 1
orang subyek penelitian yang kadar gula darah puasanya masih tidak terkendali
sedangkan pada kelompok booklet tidak didapatkan subyek yang kadar gula darah
puasanya tidak terkendali. Suppapitiporn S dkk (2005) dalam penelitiannya
mendapatkan hasil adanya perbedaan kadar gula darah pada kelompok yang
mendapatkan edukasi dengan menggunakan media jika dibandingkan dengan
kelompok yang diberikan edukasi tanpa menggunakan media. Booklet merupakan
salah satu media edukasi yang cukup baik untuk digunakan dalam kegiatan
konseling bagi penderita DM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kadar gula darah 2 Jam Post Prandial subyek penelitian sebelum
konseling didapatkan sebanyak 16 orang (100%) kadar gula darahnya tidak
terkendali pada kelompok leaflet dan sebanyak 16 orang (100%) pada kelompok
booklet. Adapun setelah konseling dengan media leaflet dan booklet didapatkan
hasil sebanyak 14 orang (87,5%) kadar gula darah 2 Jam Post Prandial terkendali
pada kelompok leaflet dan sebanyak 15 orang (93,7%) pada kelompok booklet
kadar gula darah 2 Jam Post Prandial dalam kategori terkendali. Hasil uji statistic
dengan uji t-tes independent sample diperoleh nilai p (0,043) < 0,05 hal ini
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kadar gula darah 2 Jam Post Prandial
pada kelompok leaflet jika dibandingkan dengan kelompok booklet. Sedangkan
rata-rata selisih penurunan kadar gula darah 2 jam post prandial pada kelompok
leaflet (-100.500 ± 38.742) dibandingkan dengan selisih rata-rata gula darah puasa
kelompok booklet (- 126.937 ± 31.609). Pada kelompok leaflet masih terdapat 2
orang subyek penelitian yang kadar gula darah 2 Jam Post Prandial dalam kategori
tidak terkendali sedangkan pada kelompok booklet hanya terdapat 1 orang yang
kadar gula darah 2 Jam Post Prandia dalam kategori tidak terkendali. Kadar gula
darah puasa dan 2 Jam Post Prandial pada penderita DM akan dapat terkendali
jika didukung dengan penatalaksanaan penderita DM yang baik. Empat pilar
utama dalam pentalaksanaan penderita DM ini meliputi Edukasi, Pengaturan
Makanan / Diet, latihan jasmani dan Obat-obatan pengendali kadar gula. Dari
keempat pilar tersebut edukasi merupakan faktor yang paling determinan
menentukan keberhasilan pilar-pilar yang lainnya. Edukasi pada penderita DM
yang berhasil baik akan berpengaruh pada terkendalinya tingkat konsumsi energi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
apabila hal ini ditunjang dengan latihan jasmani maka kadar gula darah akan dapat
dengan mudah dikendalikan meskipun tanpa obat-obatan pengendali kadar gula
darah (Perkeni, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan penatalaksanaan
pada penderita DM sangat dipengaruhi oleh adanya sebuah edukasi yang
berkualitas. Penderita DM akan dapat tetap terkendali kadar gula darahnya jika
memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit DM, memiliki kepercayaan diri
untuk dapat mengelola penyakit DM dengan baik dan optimis akan keadaan
kesehatannya. Semua ini akan dapat terwujud jika penderita DM mendapat
edukasi DM secara komprehensif dan intensif, dimana edukasi ini tidak hanya
dilakukan di tempat pelayanan kesehatan di ruamh sakit saja akan tetapi juga
diperlukan adanya edukasi tentang DM melalui kegiatan pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas maupun kegiatan kemasyarakatan yang lainnya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dr. Elliot Joslin yang menyatakan bahwa pengobatan penderita
DM membutuhkan adanya pusat-pusat pendidikan/edukasi penyakit DM yang
berbasis komunitas (Sonya-Celeste et.al, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan yang nyata selisih skor pengetahuan gizi,gula darah
puasa, dan kadar gula darah 2 jam post prandial pada kelompok
konseling gizi dengan media leaflet dan booklet.
2. Tidak terdapat perbedaan yang nyata selisih asupan energi pada
kelompok konseling gizi dengan media leaflet dan booklet.
B. Saran
Kegiatan konseling gizi pada pasien diabetes melitus di rumah sakit
yang selama ini hanya menggunakan media leaflet dapat menggunakan
media lain dalam bentuk booklet.
46