program daya sehat sejahtera: pemberdayaan kesehatan ... · pdf filebanyak anak dari keluarga...
TRANSCRIPT
Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Program Daya Sehat Sejahtera: Pemberdayaan Kesehatan Komunitas Nasabah Purna BaktiKomunitas Nasabah Purna BaktiKomunitas Nasabah Purna BaktiKomunitas Nasabah Purna Bakti
Kemitraan antara Bank Tabungan Pensiunan Nasional/BTPN dan Perhimpunan Dokter
Umum Indonesia/PDUI
RINGKASAN
Program Daya Sehat Sejahtera (DSS) adalah kemitraan antara
Bank Tabungan Pensiunan Nasional/BTPN dengan
Perhimpunan Dokter Umum Indonesia/PDUI. DSS dimulai
sejak tahun 2010 hingga 2013 dengan kemungkinan untuk
diperpanjang. Program DSS bertujuan untuk memberdayakan
kondisi kesehatan nasabah purna bakti (pensiunan) yang
berusia di atas 55 tahun. Kegiatan utama DSS adalah (1)
Layanan Konsultasi & Kesehatan dan pengobatan simptomatis,
(2) Dialog Interaktif, berupa kegiatan penyuluhan mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat, (3) Pemberdayaan Kader
Kesehatan yang bertugas untuk memberikan informasi
kesehatan dan rujukan bagi nasabah jika diperlukan, dan (4)
Monitoring dan Evaluasi, untuk pengembangan program. PDUI mengembangkan prosedur Layanan Konsultasi &
Kesehatan, materi edukasi dan membangun sistem layanan
kesehatan; melakukan dialog interaktif dan menjadi nara
sumber pelatihan Kader. Sedangkan BTPN di antaranya
menyediakan ruang/tempat kegiatan di kantor cabang, materi
edukasi, serta biaya operasional bagi para Kader Kesehatan.
Kemitraan ini memberikan keuntungan bagi kedua pihak.
PDUI mendapatkan kesempatan untuk menjalankan misi
organisasi dalam merevitalisasi pelayanan kesehatan primer di
Indonesia melalui kantor cabang BTPN. Sedangkan BTPN
mendapatkan keuntungan dengan peningkatan status
kesehatan nasabah yang pada akhirnya akan meningkatkan
produktivitas nasabah dalam usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM).
Sejak 2010 hingga 2013, kemitraan ini telah mengembangkan
250 klinik Layanan Konsultasi & Kesehatan dan melakukan
Dialog Interaktif di 403 kantor cabang dengan total penerima
dilaksanakan.
1
Kemiskinan dan Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
Banyak masalah kesehatan yang diakibatkan langsung oleh kemiskinan. Masyarakat miskin memiliki akses yang
rendah terhadap pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih. Mereka juga mempunyai kemampuan yang sangat
rendah untuk mendapatkan pangan yang dibutuhkan dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Banyak anak dari
keluarga miskin menderita stunting (kurang tinggi badan) karena asupan makanan yang kurang gizi. Laporan pe-
merintah menunjukkan bahwa terdapat 36,8% anak balita yang mengalami masalah gizi yang berasal dari keluarga
miskin. Fakta ini sesuai dengan data dari asupan kalori yang menunjukkan bahwa 60% rumah tangga berpenda-
patan rendah mengkonsumsi kalori di bawah kebutuhan minimum 2.000 Kkal per hari.1
Walau proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional terus berkurang, yaitu dari 15% pada
tahun 1990 menjadi 12,5% pada tahun 2011, namun angka tersebut masih di bawah target Tujuan Pembangunan
Milenium tahun 2015 yaitu sebesar 7,5%.2 Banyak masyarakat miskin bekerja di sektor informal sebagai pekerja di
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pemerintah telah memberikan prioritas bagi investasi yang pro-
masyarakat miskin, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki lingkungan usaha, pembangunan infrastruktur,
memperkuat pendidikan, pelayanan kesehatan, penyediaan air dan sanitasi. Upaya ini untuk memutus lingkaran
kemiskinan melalui penguatan akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan serta perlindungan sosial bagi
masyarakat miskin.
Sejumlah peserta lanjut usia melakukan senam massal untuk mencegah
berbagai penyakit yang menyertai penuaan seperti osteoporosis dan
darah tinggi (© BTPN 2013)
manfaat lebih dari 600 ribu nasabah setiap tahun dimana
hampir 70% nya menyatakan puas dengan kegiatan yang
dilaksanakan. Lokasi kegiatan DSS tersebar di 32 provinsi di
Indonesia.
PARA MITRA
Bank BTPN (www.btpn.com) adalah
bank umum nasional yang
berkantor pusat di Jakarta dan
didirikan pada tahun 1986. Awalnya
BTPN adalah bank yang berfokus
terhadap bisnis pensiunan dan
sebagai bank pembayar pensiunan pegawai negeri sipil dan
Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam perjalanannya konsep
tersebut kemudian berubah menjadi sebuah bank umum bagi
nasabah mass market seperti komunitas pensiunan, pelaku
usaha mikro & kecil, serta komunitas pra-sejahtera produktif.
BTPN mempunyai 1.200 cabang di seluruh Indonesia.
Program Corporate Social Responsibility (CSR) BTPN, diberi nama
Daya, bertujuan untuk memberdayakan nasabah baik dari segi
kesehatan maupun ekonomi. Program Daya dimulai sejak
tahun 2008 dan hingga saat ini masih berlangsung. Daya terdiri
dari tiga pilar utama yaitu “Daya Sehat Sejahtera” (DSS) untuk
meningkatkan kesehatan nasabah, “Daya Tumbuh Usaha” untuk
pemberdayaan usaha mikro, dan “Daya Tumbuh Komunitas”
untuk mengembangkan keterampilan usaha dan kesehatan
dalam komunitas. Dengan prinsip “Peluang sekaligus Panggil-
an”, (atau “Do Good Do Well”), BTPN berkeyakinan bahwa
pemberdayaan nasabah akan berdampak positif terhadap
pertumbuhan kinerja BTPN. Dengan demikian, Daya sebagai
misi sosial merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bisnis
BTPN. Hingga tahun 2012, program Daya telah menjangkau
lebih dari 1,2 juta penerima manfaat di 900 kantor cabang di
seluruh Indonesia.
Perhimpunan Dokter Umum Indonesia
(PDUI) (www.pdui.or.id) adalah
organisasi profesi bagi dokter umum
yang didirikan di Jakarta pada tahun
2009 dan berada di bawah naungan
Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Anggota
PDUI sudah mencapai lebih dari 30 ribu
orang yang tersebar di 29 provinsi di
Indonesia. PDUI mengusung kepenting-
an dokter umum yang diharapkan mampu merevitalisasi
pelayanan program kesehatan primer sebagai ujung tombak
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.
PDUI mempunyai berbagai kerja sama dengan sektor bisnis di
antaranya adalah dengan perusahaan farmasi untuk penye-
lenggaraan simposium; dan dengan General Electric (GE) untuk
berbagai pelatihan keterampilan penggunaan alat kesehatan.
Kerja sama dengan BTPN adalah merupakan satu-satunya
kemitraan yang dilakukan dalam jangka panjang dan men-
jangkau hampir ke seluruh wilayah di Indonesia.
MEMULAI KEMITRAAN
Berdasarkan inisiatif beberapa cabang, pada tahun 2008 BTPN
mulai membuka klinik kecil di kantor cabang yang menyediakan
layanan kesehatan nasabah yang bersifat kuratif dalam bentuk
pemeriksaan dan pengobatan. Saat itu kantor cabang bekerja
sama dengan dokter umum dan atau Puskesmas setempat
dalam menyediakan layanan tersebut. Pelayanan disediakan
setiap awal bulan, pada saat para nasabah biasanya datang dan
berkumpul untuk mengambil uang pensiun. Namun BTPN
menilai bahwa layanan kesehatan kuratif bagi nasabah tidak
terlalu efektif. Masalah kesehatan nasabah yang sering muncul
karena proses penuaan dan diikuti oleh menurunnya fungsi-
fungsi tubuh (seperti diabetes, darah tinggi, ginjal) seringkali
sudah ditangani oleh dokter spesialis. Sedangkan pemberian
informasi yang bersifat preventif dan promotif berupa konsul-
tasi masih jarang tertangani. Selain itu, BTPN juga melihat
bahwa pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh kantor cabang
masih belum bisa terukur keberhasilannya dan belum
mempunyai standar.
Berdasarkan pembelajaran tersebut, di akhir tahun 2009 BTPN
menghubungi salah satu presidium PDUI untuk membicarakan
kemungkinan bermitra dalam program DSS. Setelah 6 bulan
berkomunikasi, akhirnya BTPN dan PDUI sepakat untuk
menuangkan kerja sama dalam bentuk Nota Kesepahaman
yang ditandatangani pada bulan Agustus tahun 2010. Kerja
sama ini menghasilkan perubahan konsep program DSS yang
lebih bersifat preventif dan promotif; serta membuat layanan
informasi dan kesehatan menjadi lebih terstandar dan terukur.
Tujuan utama program DSS adalah memberdayakan nasabah
pensiunan BTPN dalam bidang kesehatan sehingga mereka
mampu menjaga kesehatan fisik dan mental agar tetap
produktif di usia lanjut.
Kemitraan antara BTPN dan PDUI dilandasi pada pertimbangan
bahwa kegiatan yang dilaksanakan memberikan keuntungan
bagi masyarakat/nasabah. BTPN menyadari bahwa kesehatan
nasabah terkait erat dengan produktivitas dan pertumbuhan
kinerja bisnis; namun sebagai bank umum, BTPN tidak mem-
punyai kompetensi untuk memberikan layanan dan informasi
kesehatan yang diperlukan. Sedangkan PDUI melihat kemitraan
ini sejalan dengan tujuan organisasi yaitu memberikan layanan
kesehatan dasar bagi masyarakat sebagai bagian dari
pengabdian profesi dokter umum.
MENJALANKAN KEMITRAAN
Segera setelah nota kesepahaman ditandatangani, BTPN dan
PDUI melakukan serangkaian persiapan lapangan berupa: (1)
melakukan analisa kebutuhan dengan diskusi kelompok terarah
(FGD) ke nasabah pensiunan untuk mengetahui masalah
2
Salah seorang dokter umum dari PDUI sedang melakukan kegiatan penyu-
luhan (Dialog Interaktif) bagi nasabah BTPN di cabang Kebayoran Baru (©
BTPN 2013)
3
kesehatan yang sering dihadapi dan bagaimana mereka
mengatasinya, (2) berkordinasi dengan cabang masing-masing
pihak untuk melakukan persiapan; (3) menyusun materi edukasi;
dan (4) menyiapkan tim pelaksana serta (5) mengidentifikasi
kebutuhan sumber daya sesuai dengan kapasitas masing-
masing pihak. Sumber daya yang dimaksud bagi BTPN adalah
menyediakan lokasi/tempat pelaksanaan program; sedangkan
bagi PDUI adalah mengembangkan pedoman, materi edukasi
dan mengidentifikasi anggotanya yang akan dilibatkan sebagai
tenaga medis di wilayah intervensi.
Program DSS mempunyai empat kegiatan utama yaitu(1)
Layanan Konsultasi & Kesehatan (2) Dialog Interaktif, (3)
Pemberdayaan Kader Kesehatan, dan (4) Monitoring dan
Evaluasi.
Layanan Konsultasi & Kesehatan adalah kegiatan pelayanan
individual nasabah berupa pemeriksaan tekanan darah,
pengobatan simptomatis (seperti flu, batuk, sakit kepala), dan
konsultasi kesehatan seperti saran Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). PDUI menyelenggarakan Layanan Konsultasi &
Kesehatan pada empat hari pertama setiap bulan, meman-
faatkan kesempatan dimana sekitar seribu hingga dua ribu
nasabah BTPN datang ke kantor cabang untuk mengambil uang
pensiun.
Sedangkan kegiatan Dialog Interaktif adalah kegiatan
penyuluhan tentang topik kesehatan fisik dan mental dengan
nara sumber dari PDUI yang dilakukan satu kali setiap bulan di
setiap cabang BTPN. PDUI menyediakan nara sumber dokter
umum yang akan melakukan penyuluhan mengenai berbagai
topik kesehatan usia lanjut berdasarkan pedoman yang
dikembangkan oleh PDUI. Di hari berikutnya, nasabah
mendapat informasi lewat pemutaran video kesehatan DSS di
banking hall (ruang tunggu pelayanan bank). BTPN
mengembangkan dan mendistribusikan video di seluruh
cabang yang terlibat dalam program DSS. Selain video, BTPN
juga mengembangkan dan menyebarkan media edukasi-
edukasi pendukung lainnya seperti poster dan leaflet yang
menyampaikan 34 topik kesehatan berbeda seperti kolesterol,
pola makan sehat, olah raga untuk usia lanjut, tips mencegah
stress, dan bagaimana mengatasi rasa cemas. BTPN
mengembangkan topik edukasi yang berbeda setiap bulan
sesuai dengan tema dalam Dialog Interaktif.
Pada kegiatan Kader Kesehatan, BTPN melakukan proses seleksi
ketat dengan melibatkan Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia/FPsi-UI. Proses rekrutmen yang dilakukan adalah: (1)
Kantor cabang BTPN membuka lowongan bagi nasabah untuk
menjadi Kader, (2) kemudian dilanjutkan dengan seleksi awal
kapasitas/potensi melalui biodata, dan (3) wawancara oleh tim
yang terdiri dari perwakilan FPsi-UI, PDUI dan BTPN untuk
melihat motivasi dan kemampuan menjadi Kader Kesehatan.
Dari 453 pelamar, terseleksi 70 Kader kesehatan yang
selanjutnya mendapatkan pelatihan selama tiga minggu. PDUI
menyediakan tenaga pelatih; BTPN membiayai kegiatan
pelatihan di cabang terkait dan memberikan penggantian uang
transport untuk para Kader. Tugas para Kader adalah
memberikan konseling kesehatan nasabah; melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan
pengukuran suhu; dan memberikan panduan perawatan
mandiri yaitu informasi mengenai tindakan apa saja yang bisa
dilakukan nasabah secara mandiri untuk mengurangi dampak
sakit. Untuk keluhan yang tidak bisa ditangani, Kader akan
merujuk nasabah ke dokter umum di kantor cabang terdekat.
Lokasi kegiatan Kader tersebar di 33 kantor cabang BTPN yang
berada di provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur
berdasarkan pada kapasitas kantor cabang mengelola kegiatan
ini.
Tim BTPN melakukan monitoring secara berkala (setiap 3 bulan)
untuk melihat apakah pelayanan yang diberikan sudah sesuai
dengan daftar tilik (check list) standar/panduan, menilai
peningkatan pengetahuan/perilaku sehat dan mengukur
kepuasan nasabah. Dalam melakukan monitoring dan evaluasi
tersebut, tim BTPN menggunakan standar/panduan yang
dikembangkan oleh PDUI yang mencakup sepuluh indikator
hidup sehat dan lima indikator hidup sejahtera.i Indikator sehat
mencakup aktivitas fisik, nutrisi, mengatasi stress, menghindari
kebiasaan buruk, menjalani hidup baik dan benar, mengetahui
tindakan pertolongan pertama, menjalani hidup sehat dan
teratur, mematuhi anjuran kesehatan, memahami penggunaan
produk/obat, dan menjaga lingkungan sekitar. Indikator hidup
sejahtera diukur dari dimensi emosional, intelektual, fisik, sosial
dan spiritual.
Hasil dari survey dan evaluasi kemudian digunakan oleh PDUI
dalam meningkatkan layanan kesehatan dan mengembangkan
topik materi edukasi berikutnya.
TANTANGAN/PELAJARAN BERHARGA
BTPN dan PDUI menilai bahwa keberhasilan kemitraan ini
didasarkan pada perbedaan kapasitas masing-masing organisasi
yang saling melengkapi dan bersifat saling menguntungkan.
PDUI membawa keahlian dalam aspek pelayanan dasar dan
jaringan anggota yang tersebar hampir di seluruh provinsi di
Indonesia. Para anggota PDUI mendapatkan kesempatan dan
tempat untuk menjalankan misi organisasi dalam merevitalisasi
pelayanan kesehatan primer di Indonesia melalui kantor cabang
BTPN. Sedangkan BTPN mendapatkan keuntungan dengan
peningkatan status kesehatan nasabah yang pada akhirnya
akan meningkatkan produktivitas nasabah utamanya dalam
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini sejalan
dengan visi BTPN yaitu menjadikan BTPN sebagai bank mass
market yang berfokus pada komunitas pensiunan, pelaku usaha
pinjaman mikro, serta komunitas pra-sejahtera produktif.
Kedua mitra sepakat bahwa pelayanan kesehatan secara
promotif dan preventif harus memiliki standar dan disesuaikan
dengan kebiasaan dan gaya hidup masyarakat setempat.
Standar layanan yang bisa menjamin bahwa informasi dan
Salah satu alat peraga yang digunakan oleh dokter umum untuk mem-
bantu menyebarkan informasi bagi nasabah pensiunan dalam kegiatan
Layanan Konsultasi & Kesehatan (© BTPN 2013)
Standar layanan yang bisa menjamin bahwa informasi dan
pelayanan yang diberikan mempunyai kualitas yang sama dan
bisa diukur secara obyektif.
Kerja sama dengan Puskesmas juga merupakan aspek penting
bagi keberhasilan program. PDUI sebagai mitra selalu
melakukan koordinasi dengan Puskesmas setempat untuk
membantu tugas mereka dalam aspek promotif dan preventif
berdasarkan pemahaman bahwa beban kerja staf puskesmas
untuk melayani pasien sudah terlalu berat.
RENCANA DAN HARAPAN
Ke depan, BTPN dan PDUI akan melakukan koordinasi dengan
posyandu lanjut usia (Poswindu) yang merupakan salah satu
program nasional Kementerian Kesehatan. BTPN dan PDUI akan
mempertimbangkan untuk menambah topik kesehatan bagi
nasabahnya berdasarkan pemahaman bahwa nasabah pensiun-
an adalah panutan bagi anak dan keluarganya. Selain itu para
nasabah mempunyai potensi untuk menyebarluaskan informasi
mengenai kesehatan kepada lingkungan tempat tinggalnya.
Salah satu topik yang menjadi pertimbangan adalah keluarga
berencana (KB).
Perihal kesinambungan program DSS, baik BTPN maupun PDUI
berpendapat bahwa kesinambungan program terletak pada
tingginya demand dari nasabah pensiunan untuk mendapatkan
pelayanan dan informasi tentang kesehatan usia lanjut.
Sementara itu, angka harapan hidup usia lanjut terus
meningkat, sehingga layanan kesehatan bagi pensiunan masih
dan akan terus dibutuhkan.
HASIL DAN DAMPAK
Sejak 2010 hingga Mei 2013, kemitraan ini telah (1)
mengembangkan 250 klinik Layanan Konsultasi Kesehatan, (2)
melaksanakan kegiatan Dialog Interaktif di 403 kantor cabang
BTPN, (3) menjangkau lebih dari 600 ribu nasabah target peserta
setiap tahun dimana hampir 70% nya menyatakan puas dengan
kegiatan yang dilaksanakan, dan (4) meluncurkan 70 kader
kesehatan terlatih untuk melakukan kegiatan penyuluhan di 33
kantor cabang BTPN. Lokasi kegiatan DSS tersebar di 32
provinsi di Indonesia.
© CCPHI, Agustus 2013.
4
Tentang Studi Kasus Ini
Studi kasus ini merupakan salah satu dari rangkaian studi kasus berdasarkan presentasi oleh para mitra dalam sesi Health and Business Round Table Indonesia
(HBRI). HBRI merupakan salah satu kegiatan Company-Community Partnerships for Health in Indonesia (CCPHI), sebuah proyek yang didanai oleh Ford
Foundation.
Studi kasus ini berdasarkan presentasi oleh Yosafat Erie Setianto, Program Development Head Daya Sehat Sejahtera/DSS dan Dyah Agustina Waluyo, Presidium
Nasional PDUI pada pertemuan HBRI ke-21. Dian Rosdiana, CCPHI Communication Officer, mempersiapkan studi kasus ini, berkonsultasi dengan BTPN dan PDUI.
Referensi
1. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium di Indonesia. Jakarta. 2010
2. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium di Indonesia 2011. Jakarta, 2012.
Catatan Kaki
i. Bahan rujukan indikator tersebut diadaptasi dari Corbin, C, et al. “Concepts of Fitness And Wellness; A Comprehensive Lifestyle Approach". McGraw-Hill.
Boston. 2009
Untuk informasi lainnya mengenai Proyek CCPHI dan Health & Business Roundtable Indonesia
Silakan hubungi Kemal Soeriawidjaja, CCPHI Executive Director, di [email protected]
atau Dian Rosdiana, CCPHI Communication Officer, di [email protected],
atau kunjungi kami di www.ccphi.org
Kader Kesehatan BTPN sedang melakukan pemeriksaan tanda vital bagi
salah seorang nasabah di wilayah Bekasi, Jawa Barat (© BTPN 2013)