profilaksis migrain

3
II. 2 TERAPI PROFILAKSIS Terapi preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan atau tidak. Pengobatan dapat diberikan dalam jangka waktu episodik, jangka pendek (subakut) atau jangka panjang (kronis). Terapi episodik diberikan apabila faktor pencetus nyeri kepala dikenal dengan baik sehingga dapat diberikan analgesia sebelumnya. Terapi preventif jangka pendek berguna apabila pasien akan terkena faktor risiko yang telah dikenal dalam jangka waktu tertentu seperti pada migrain menstrual. Terapi preventif kronis akan diberikan dalam beberapa bulan bahkan tahun tergantung respons pasien. Biasanya diambil patokan minimal dua sampai tiga bulan. Indikasi: Penyakit kambuh beberapa kali dalam sebulan Penyakit berlangsung terus menerus selama beberapa minggu atau bulan Penyakit sangat mengganggu kuafitas/gaya hidup penderita. Adanya kontra indikasi atau efek samping yang tidak dapat ditoleransi terhadap terapi abortif. Kecenderungan pemakaian obat yang berlebih pada terapi abortif. 1. Terapi profilaksis lini pertama: calcium channel blocker (verapamil), antidepresan trisiklik (nortriptyline), dan beta blocker (propanolol) 2. Terapi profilaksis lini kedua: methysergide, asam valproat, asetazolamid. Mekanisme kerja obat-obat tersebut tidak seluruhnya dimengerti. Diduga obat tersebut menghambat pelepasan neuropeptida ke dalam pembuluh darah dural melalui efek antagonis pada reseptor 5-HT2. Satu jenis obat profilaksis tidak lebih efektif daripada obat yang lain. oleh karena itu, bila tidak ada kontraindikasi, verapamil lebih sering digunakan pada awal terapi karena efek sampingnya paling minimal dibandingkan yang lain. Apabila dizziness tidak dapat dikontrol dengan satu obat, gunakan jenis obat yang lain. Bila dizziness sudah

Upload: angga-prawidya

Post on 29-Sep-2015

61 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

contoh

TRANSCRIPT

II. 2 TERAPI PROFILAKSISTerapi preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan atau tidak. Pengobatan dapat diberikan dalam jangka waktu episodik, jangka pendek (subakut) atau jangka panjang (kronis). Terapi episodik diberikan apabila faktor pencetus nyeri kepala dikenal dengan baik sehingga dapat diberikan analgesia sebelumnya. Terapi preventif jangka pendek berguna apabila pasien akan terkena faktor risiko yang telah dikenal dalam jangka waktu tertentu seperti pada migrain menstrual. Terapi preventif kronis akan diberikan dalam beberapa bulan bahkan tahun tergantung respons pasien. Biasanya diambil patokan minimal dua sampai tiga bulan. Indikasi: Penyakit kambuh beberapa kali dalam sebulan Penyakit berlangsung terus menerus selama beberapa minggu atau bulan Penyakit sangat mengganggu kuafitas/gaya hidup penderita. Adanya kontra indikasi atau efek samping yang tidak dapat ditoleransi terhadap terapi abortif. Kecenderungan pemakaian obat yang berlebih pada terapi abortif.1. Terapi profilaksis lini pertama: calcium channel blocker (verapamil), antidepresan trisiklik (nortriptyline), dan beta blocker (propanolol)2. Terapi profilaksis lini kedua: methysergide, asam valproat, asetazolamid. Mekanisme kerja obat-obat tersebut tidak seluruhnya dimengerti. Diduga obat tersebut menghambat pelepasan neuropeptida ke dalam pembuluh darah dural melalui efek antagonis pada reseptor 5-HT2. Satu jenis obat profilaksis tidak lebih efektif daripada obat yang lain. oleh karena itu, bila tidak ada kontraindikasi, verapamil lebih sering digunakan pada awal terapi karena efek sampingnya paling minimal dibandingkan yang lain. Apabila dizziness tidak dapat dikontrol dengan satu obat, gunakan jenis obat yang lain. Bila dizziness sudah terkontrol, obat diberikan terus menerus selama minimal 1 tahun (kecuali methysergide yang memerlukan interval bebas obat selama 3-4 minggu pada bulan ke-6 terapi). Obat dapat diberikan ulang pada tahun berikutnya apabila dizziness muncul lagi setelah terapi dihentikan. Nama obat ____Dosis____ Propranolol 40-240 mg/hari Nadolol 20-160 mg/ hari Metoprolol 50-100 mg/ hari Timolol 20-60 mg/ hari Atenolol 50-100 mg/ hari Amitriptilin 10-200 mg/ hari Nortriptilin 10-150 mg/ hari Fluoksetin 10-80 mg/ hari Mirtazapin 15-45 mg/ hari Valproat 500-1500 mg/ hari Topiramat 50-200 mg/ hari Gabapentin 900-3600 mg/ hari Verapamil 80-640 mg/hari Flunarizin 5-1 0 mg/hari Nimodipin 30-60 mg qid___

TerapiPendekatan terapi untuk migraine melibatkan pengobatan akut (abortif) dan preventif (profilaksis). Pasien yang mengalami serangan yang sering memerlukan keduanya. Pengobatan akut bertujuan untuk menghentikan atau mencegah progresivitas sakit kepala atau membalikkan sakit kepala yang sudah mulai. Pengobatan preventif yang diberikan ketika tidak ada serangan bertujuan untuk mengurangi frekuensi dan keparahan serangan, sehingga serangan akut lebih mudah dikontrol dengan terapi abortif, dan meningkatkan kualitas hidup penderita.Terapi profilaksis bisa diberikan pada kondisi-kondisi sebagai berikut :1. Dua atau lebih serangan tiap bulan dengan ketidakmampuan beraktivitas yang mencolok selama tiga hari atau lebih.2. Kontraindikasi atau ketidak efektifan pengobatan simtomatik.3. Penggunaan pengobatan abortif dua kali seminggu atau lebih.4. Variasi-variasi migraine seperti migraine hemiplegik atau suatu serangan sakit kepala yang jarang yang menyebabkan gangguan yang nyata atau cedera neurologik yang permanen.Saat ini obat-obat profilaksis utama untuk migraine bekerja dengan mekanisme sebagai berikut :1. 5HT2 antagonis metisergid2. Pengaturan voltase saluran ion Bloker saluran kalsium3. Modulasi neurotransmitter pusat Beta bloker, anti depresan trisiklik4. Peningkatan hambatan GABA ergik Asam valproat GABA pentin5. Mekanisme lainnya yang diketahui adalah pengubahan metabolisme oksidatif neuronal oleh riboflavin dan mengurangi hipereksitabilitas neuronal dengan penggantian magnesium. (2)