profesionalisme guru di smk satria...
TRANSCRIPT
i
PROFESIONALISME GURU DI SMK SATRIA SRENGSENG KEMBANGAN JAKARTA BARAT
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh :MUHAMAD ARIF
NIM : 103018227375
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 / 1432 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalaamu alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillaahirabbil aalamin. Puji serta syukur bagi Allah swt.
Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami
memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma shalli
a’laa sayyidinaa Muhammad, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi Muhammad saw, yang telah
membimbing kita pada jalan yang diridhai Allah swt. Selama penyusunan
skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi
Manajemen Pendidikan (MP), penulis banyak mendapatkan dukungan baik
moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Rusdy Zakaria, Ketua Jurusan KI-Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Jurusan KI-Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Nurlena Rifa’i, MA., Ph. Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
membimbing penulis dengan penuh kebijaksanaan dan memberikan
arahan-arahan.
6. Ibu dan ayah tercinta, Umairoh dan Hamim yang telah memberikan dukungan
moral dan material, doa dan senyuman yang menyemangati penulis untuk
tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.
vi
7. Kaka Anita Karolina dan adik Andri Setiawan, Noni Karlina, dan Irfan Fauzi
sebagai penambah semangat dalam pembuatan skripsi.
8. Guru mengaji, H. Muhammad Naslih dan Istri yang selalu memberi nasihat dan
motivasi dalam pembuatan skripsi agar tidak mudah putus asa. Terimakasih
atas semuanya.
9. Sahabat-sahabat, Saadi, Herman, Nurjali, Agun, Sufyan dan Tiyas yang
membantu memberikan ide-ide dan memfasilitasi dalam pembuatan skripsi,
terima kasih atas waktunya.
10. Drs. Moh. Soleh, MM, Kepala SMK SATRIA Srengseng Kembangan yang
telah memberikan izin penelitian skripsi.
11. Semua dewan guru dan Karyawan SMK SATRIA Srengseng Kembangan
yang membantu melengkapi data-data penelitian skripsi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, setiap saran dan kritik konstruktif selalu disambut
dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Wassalaamualaikum Wr. Wb.
vii
ABSTRAK
MUHAMAD ARIF, NIM : 103018227375, PROFESIONALISMEGURU DI SMK SATRIA SRENGSENG KEMBANGAN JAKARTABARAT
Profesionalisme guru merupakan keahlian serta pengalaman dalam
mengajar sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan maksimal
serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru profesional, dan profesinya
itu telah menjadi sumber mata pencaharian. Sedangkan pengembangan
profesionalisme guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan
meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian.
Adapun guru profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi,
dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu
mempengaruhi proses belajar mengajar siswa, yang nantinya akan menghasilkan
prestasi belajar siswa yang lebih baik. Adapun pada skripsi ini profesionalisme
guru yang akan diteliti adalah profesionalisme guru yang memiliki kompetensi,
yang meliputi; kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
Penelitian di laksanakan di SMK SATRIA Srengseng Kembangan Jakarta
Barat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode desktiptif kuantitatif
yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena objek
yang di teliti yaitu SMK SATRIA Srengseng Kembangan. Untuk mengumpulkan
data yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
instrumen penelitian antara lain; observasi, teknik Dokumentasi, interviu dan
angket. Setelah data-data tersebut diperoleh, penulis menginterpretasikan data
dan menganalisisnya. Selanjutnya penulis menyimpulkan hasil penelitian
tersebut. Setelah penelitian ini dilakukan, penulis memperoleh hasil penelitian
sementara, bahwa guru-guru SMK SATRIA Srengseng Kembangan Jakarta Barat
adalah guru-guru yang profesional hal ini dapat dapat di lihat dari jawaban-
jawaban angket yang telah disebarkan kepada guru.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN……………………………. iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PEGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 5
D. Metode Penelitian .............................................................. 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru……………………... 8
2. Perlunya Guru Profesional ........................................... 11
3. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional ................. 14
4. Kriteria Guru Sebagai Profesi ...................................... 19
5. Kriteria Guru Profesional ............................................ 21
6. Indikator Guru Profesional .......................................... 22
7. Tantangan Profesional Jabatan Guru ............................ 27
B. Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru ...................... 30
ix
1. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)…………………………………………………. 30
2. Perkembangan IPTEK ………………………………… 32
3. Persaingan global bagi lulusan pendidikan …………… 33
4. Otonomi Daerah………………………………………. 33
C. Kerangka Berfikir………………………………………... 34
D. Hipotesis…………………………………………………. 36
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 37
B. Metode Penelitian………………………………………... 37
C. Populasi dan Sampel ........................................................ 38
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 38
E. Teknik Pengolahan Data………………………...………. 39
F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ……………………. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Jakarta Barat
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................... 44
2. Sejarah Singkat Sekolah ............................................... 44
3. Visi dan Misi ............................................................... 47
4. Sarana dan Prasarana.................................................... 48
5. Kegiatan Ekstrakurikuler.............................................. 49
6. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan ..................... 49
B. Hasil Pengolahan Data…………………………………… 55
x
BAB V PENUTUP
Kesimpulan............................................................................. 75
Saran....................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 Indikator guru profesional……………………………………… 22
Tabel 2 Kisi-kisi angket guru profesional ............................................... 40
Tabel 3 Skor jawaban angket guru profesional ....................................... 42
Tabel 4 Klasifikasi skor angket guru profesional .................................... 43
Tabel 5 Sarana dan prasarana ................................................................. 48
Tabel 6 Kegiatan ekstrakulikuler............................................................ 49
Tabel 7 Keadaan tenaga pengajar dan karyawan……………..……...…. 50
Tabel 8 Kebanggaan Guru………………………………...……………. 55
Tabel 9 Tindakan sosial dalam KBM………………………………….... 56
Tabel 10 Kemandirian Guru sebagai pendidik……………...…………… 56
Tabel 11 Etos kerja Guru……………...…………………..……………… 57
Tabel 12 Perilaku positif Guru………………………..………………….. 57
Tabel 13 Wibawa guru………………………...……………...………....... 58
Tabel 14 Norma religius …………………..………………….………...... 58
Tabel 15 Guru yang di teladani siswa…………………………………..… 59
Tabel 16 Pengidentivikasian bahan ajar guru……………………….…… 59
Tabel 17 Prinsip kepribadian guru……………...………………………… 60
Tabel 18 Guru nenbuat RPP..…………………………………………….. 60
Tabel 19 Guru membuat strategi pembelajaran…………………………... 61
Tabel 20 Guru menjalankan pembelajaran kondusif……...…………..….. 62
Tabel 21 Guru mendesain pembelajaran……………………………...…… 62
Tabel 22 Guru merancang dan mengevaluasi pemebelajaran……………... 63
Tabel 23 Pemanfaatan hasil nilai pembelajaran guru ................................ 63
Tabel 24 Peran guru dalam mengembangkan potensi akademik siswa...... 64
Tabel 25 Guru memberikan fasilitas untuk pengembangan potensi
siswa…………………………………………………………...... 64
Tabel 26 Komunikasi antara guru dengan siswa………………………….. 65
Tabel 27 Keefektifan komunikasi antara sesama guru……………………. 66
xii
Tabel 28 Keefektifan komunikasi antara guru, siswa, orang tua, dan
masyarakat…………………………………………………..…. 66
Tabel 29 Guru memahami materi pembelajaran…………………………. 67
Tabel 30 Guru memahami konsep antarmata pelajaran………………….. 67
Tabel 31 Pemahaman struktur, konsep, dan metode keilmuan dengan materi
ajar guru………………………………………………………… 68
Tabel 32 Guru menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan ....................................................... 68
Tabel 33 Guru mendisain alat bantu belajar sederhana………………….. 64
Tabel 34 Guru mampu menjawab pertanyaan siswa dalam KBM……….. 69
Tabel 35 Guru mengatur kerapian kelas sebelum belajar……………..….. 70
Tabel 36 Guru menyimpulkan materi pelajaran…………………………. 71
Tabel 37 Guru memberikan motivasi dan nasihat ketika mengajar………. 71
Tabel 38 Distribusi frekuensi ................................................................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Minimnya tenaga pengajar di SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Jakarta Barat yang dapat memberikan celah seorang guru untuk mengajar
yang tidak sesuai dengan keahliannya. Sehingga yang menjadi imbasnya
adalah siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil pembelajaran yang
maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui
bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal,
kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru. Maka
hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud secara
utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan
keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa
yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil
pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik, maka
akan berakibat siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Tidak kompetennya guru di SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Jakarta Barat dalam penyampaian bahan pengajaran secara tidak langsung
akan memepengaruhi terhadap hasil belajar murid. Karena proses
2
pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan keberanian, melainkan faktor
utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi seorang guru.
Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal
metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh
terhadap pembelajaran.
Adanya sebagian guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya yang nantinya akan memberi dampak terhadap
kualitas pendidikan dan juga terhadap keberhasilan siswa dalam belajar di
SMK SATRIA Srengseng Kembangan Jakarta Barat.
Penetapan standar yang telah diatur diharapkan dapat mempengaruhi
tingkat pencapaian ataupun standar kelulusan. Namun harus ditekankan
bahwa berbagai komponen di luar tidak akan berfungsi dengan baik tanpa
dukungan keberadaan guru yang profesional.1
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas guru. Untuk
itu, upaya awal yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah
kualitas guru. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan persyaratan minimal
yang ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru yang profesional. Guru
profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan
guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu
mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan
menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik.
Martinis Yamin mengemukakan: “bahwa guru adalah seorang figur
yang mulia dan dimuliakan banyak orang, kehadiran guru di tengah-tengah
kehidupan manusia sangat penting,tanpa ada guru atau seseorang yang dapat
ditiru, diteladani, oleh manusia untuk belajar dan berkembang”.2
1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, (Jakarta: CV. SumberPustaka, 2009), h. 4.
2 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung PersadaPress, 2007), Cet. 2, h. 47.
3
Adapun pengertian guru menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru yakni sebagaimana tercantum
dalam Pasal 1 sebagai berikut: “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan
menengah”.3
Selanjutnya Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa: “Guru profesionaladalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidangkeguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai gurudengan kemampuan maksimal”.4 Pendapat lain dikemukakan oleh E.Mulyasa dalam buku yang berjudul Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guruyang dikutip oleh Surya, mengungkapkan bahwa: guru yang profesional akantercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengankeahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukkanmelalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakantanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat,bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawabpribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yangmandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikandirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya.5
Suatu pekerjaan profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni (1)
menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu kehlian dalam
bidang tertentu sesui dengan bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat
pendidikan yang memadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.6 Dari penjelasan, dapat
menyimpulkan bahwa profesi mengajar merupakan kewajiban yang hanya
dibebankan kepada orang yang berpengetahuan. Dengan demikian, profesi
3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, (Jakarta: CV. SumberPustaka, 2009), h. 4.
4 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),Cet. 6, h. 15.
5 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya:Bandung, 2008), Cet. 3, h. 47.
6 Mulyasa, Standar Kompetensi………………………………, Cet. 3, h. 47.
4
mengajar harus didasarkan pada adanya kompetensi dan kualifikasi tertentu
bagi setiap orang yang hendak mengajar.
Menyadari akan pentingnya profesionalisme dalam pendidikan, maka
Buchari Alma mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah bukan sekedar
menguasai teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi, bukan hanya
memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang
sesuai dengan yang dipersyaratkan.7 Akan tetapi melihat realita yang ada,
keberadaan guru profesional sangat jauh dari apa yang dicita-citakan.
Menjamurnya sekolah-sekolah yang rendah mutunya memberikan suatu
isyarat bahwa guru profesional hanyalah sebuah wacana yang belum
terealisasi secara merata dalam seluruh pendidikan yang ada di Indonesia. Hal
itu menimbulkan suatu keprihatinan yang tidak hanya datang dari kalangan
akademis, akan tetapi orang awam sekalipun ikut mengomentari buruknya
pendidikan dan tenaga pengajar yang ada.
Kenyataan tersebut menggugah kalangan akademis, sehingga mereka
membuat perumusan untuk meningkatkan kualifikasi guru melalui
pemberdayaan dan peningkatan profesionalisme guru dari pelatihan sampai
dengan intruksi agar guru memiliki kualifikasi pendidikan minimal Strata 1
(S1). Yang menjadi permasalahan baru adalah, guru hanya memahami
intruksi tersebut hanya sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan yang sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru profesional
dalam hal ini tidak menjadi prioritas utama. Dengan pemahaman tersebut,
kontribusi untuk siswa menjadi kurang terperhatikan bahkan terabaikan.
Sangat terlihat bahwa profesionalisme guru sangat berperan dalam
pendidikan. Atas dasar wacana yang ada di lapangan, maka penulis ingin
membuktikan apakah persepsi yang ada di kalangan masyarakat mengenai
masalah profesionalisme guru itu benar atau sebaliknya, dengan melakukan
7 Buchari Alma, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Trampil Mengajar), (Bandung:ALPABETA, 2008), Cet. I, h. 133.
5
suatu penelitian. Berdasarkan dugaan penulis, pada umumnya kondisi sekolah
yang ada masih terdapat guru yang belum profesional. Kompetensi guru yang
ada di sekolah tersebut belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagaimana
yang diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul
“PROFESIONALISME GURU DI SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Jakarta Barat”.
Untuk itu penulis memilih sekolah SMK SATRIA Srengseng
Kembangan Jakarta Barat, sebagai tempat untuk menguji apakah guru-guru di
sekolah tersebut profesional.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas diidentifikasi 4 masalah pokok tentang berbagai
masalah yang dihadapi oleh guru:
1. Tidak seimbang antara kebutuhan dengan pengadaan guru, dan
penempatan guru yang tidak sesui dengan kebutuhan sekolah
2. Tidak kompetennya guru dalam penyampaian bahan ajar, secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.
3. Adanya sebagian guru yang melakukan pengajaran tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini lebih fokus dan tidak menyimpang dari
apa yang akan diteliti, karena kita tahu bahwa permasalahan
profesionalisme guru sangat kompleks sekali maka penulis membatasi
profesionalisme guru pada empat kompetensi yaitu; kompetensi
kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial.
6
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan diteliti adalah:
a. Bagaimanakah tingkat profesionalisme guru di SMK SATRIA
Srengseng Kembangan Jakarta Barat dan
b. Usaha-usaha apa saja yang di lakukan sekolah SMK SATRIA
Srengseng Kembangan Jakarta Barat dalam meningkatkan
profesionalisme guru.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena objek
yang di teliti. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan tekhnik kuesioner atau angket yaitu sejumlah
pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
profesionalisme guru di sekolah tersebut.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Studi bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang profesionalisme
guru yang mengajar di SMK SATRIA Srengseng Kembangan.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat profesionalisme
guru pada SMK SATRIA Srengseng Kembangan.
2. Manfaat Penelitian
a. Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para guru untuk
meningkatkan profesionalisme diri.
b. Dapat memacu akslerasi peningkatan mutu lulusan dan performance
SMK SATRIA Srengseng Kembangan.
7
c. Dapat memperkaya konsep atau toeri yang menyokong perkembangan
Ilmu Pengetahuan khususnya tentang profesionalisme guru di sekolah
tersebut.
d. Diharapkan juga penelitian ini berguna untuk menambah khasanah
ilmu pengetahuan bagi penulis sebagai calon guru pada khususnya dan
dapat memberi informasi tentang pentingnya keprofesionalan bagi
seorang guru dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
8
BAB II
KAJIAN TEORI
PROFESIONALISME GURU
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme berarti sifat yang ditampilkan dalam perbuatan,
dan ada komitmen untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan profesinya.1 Arifin dalam buku Kapita Selekta
Pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama dengan
kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus.2
Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa
profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan
yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi
adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Menurut
Buchari Alma istilah profesi bearasal dari bahasa Inggris “profession” yang
1 Buchari Alma, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Trampil Mengajar),(Bandung: ALPABETA, 2008), Cet. I, h. 134.
2 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),Cet. 3, h. 105.
9
berakar dari bahasa latin “profesus” yang berarti mengakui atau menyatakan
mampu atau ahli dalam satu bidang pekerjaan. Pekerjaan ini membutuhkan
pendidikan akademik dan pelatihan panjang.3
Buchari Alma, menuliskan bahwa profesi menuntut keterampilan
tertentu melalui pendidikan dan latihan yang lama dalam lembaga tertentu, dan
dalam disiplin ilmu tertentu, serta memiliki kode etik yang menjadi pedoman
perilaku anggotanya, serta ada sangsi yang jelas terhadap pelanggaran kode etik.4
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan kompetensi
intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses
pendidikan secara akademis. Dengan demikian, Kunandar mengemukakan profesi
guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan,
pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru
sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan)
dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut
secara efektif dan efisien serta berhasil guna.
Adapun mengenai kata profesional, Moh. Uzer Usman memberikan
suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan
beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian
diaplikasikan bagi kepentingan umum. Kata profesional itu sendiri berasal dari
kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang
mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata
lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.
3 Buchari Alma, Guru Profesional………………………………, Cet.I, h. 134.4 Buchari Alma, Guru Profesional………………………………, Cet.I, h. 134.25-30
10
Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan yang maksimal.5 Buchari Alma menjelaskan pula bahwa
profesional berarti sifat atau orang. Profesional menunjuk pada dua hal, yaitu
orang yang menyandang suatu profesi, misalnya dia seorang profesional, dan
kedua penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Istilah profesional
dikontraskan dengan non profesional atau amatiran.6
Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, suatu
pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu
yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan
khusus.7
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran
yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.
Dengan kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik
dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.8
Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru profesional
merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki
tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam
mengajar pada kelas-kelas besar. Guru-guru ini diharapkan dan dikualifikasikan
5 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),Cet. 20, h. 14-15.
6 Buchari Alma, Guru Profesional………………………………, Cet.I, h. 135.7 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan………………….……….., Cet. 3, h. 105.8 Kunandar, Guru Profesional Implementasi……………………, Cet. I h. 46-47.
11
untuk mengajar di kelas yang besar dan bertindak sebagai pemimpin bagi para
anggota staf lainnya dalam membantu persiapan akademis sesuai dengan
minatnya.9
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu
kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertantu,
profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional. Sedangkan
pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Dengan demikian,
profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah profesionalisme seorang guru
yang memiliki kemampuan dan keahlian serta telah berpengalaman dalam
mengajar sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai dengan
kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria
guru profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumber mata pencaharian.
2. Perlunya Guru Profesional
Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih,
dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa
aman, nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa
dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa
berat diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan
keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya.
Mengomentari mengenai adanya keterpurukan dalam pendidikan saat
ini, penulis sangat menganggap penting akan perlunya keberadaan guru
profesional. Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan
profesinya, tetapi guru harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan
tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan terhadap anak didik
baik dari segi intelektual maupun kompetensi lainnya yang akan menunjang
9 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006), Cet. IV, h. 27.
12
perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta mendatangkan
prestasi belajar yang baik.
Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam
bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengemukakan bahwa
guru dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajar
melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk
pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan
belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan
pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung
jawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggung jawab tersebut
membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian
integral dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang para guru.
Menanggapi kondisi tersebut, Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa
setiap guru berfungsi sebagai:
a. Designer of intruction (perancang pengajaran); fungsi ini menghendaki guru
untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang
berhasilguna dan berdayaguna. Untuk menghasilkan fungsi tersebut, maka
setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadai mengenai prinsip-
prinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan belajar-
mengajar. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1. Memilih dan menentukan bahan ajaran.
2. Merumuskan tujuan penyajian bahan pelajaran.
3. Memilih metode penyajian bahan pelajaran yang tepat.
4. Menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar .
b. Manager of intruction (pengelola pengajaran); fungsi ini menghendaki
kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan)
seluruh tahapan proses belajar-mengajar. Di antara kegiatan-kegiatan
pengelolaan proses belajar-mengajar, yang terpenting ialah menciptakan
kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa
belajar secara berdayaguna dan berhasilguna.
13
Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa
agar proses komunikasi baik dua arah maupun multiarah antara guru dan siswa
dalam PBM dapat berjalan secara demokratis. Alhasil, baik guru sebagai pengajar
maupun siswa sebagai pelajar dapat memainkan peranan masing-masing secara
integral dalam konteks komunikasi instruksional yang kondusif (yang
membuahkan hasil).
c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa); yakni sebagai
penilai hasil pembelajaran siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk
senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau
kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Pada asanya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan
belajar itu sendiri, yakni kegiatan akdemik yang memerlukan kesinambungan.
Evaluasi, idealnya berlangsung waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya.
Artinya, apabila hasil evalusi tertentu menunjukkan kekurangan, maka siswa yang
bersangkutan diharapkan merasa terdorong untuk melakukan kegiatan
pembelajaran perbaikan (relearning).10
Dalam sebuah situs yang membahas mengenai profesionalisme dunia
pendidikan, Suciptoardi memaparkan bahwa profesi guru, memang diperlukan
berbagai syarat, dan syarat itu tidak sebegitu sukar dipahami, dan dipenuhi, kalau
saja setiap orang guru memahami dengan benar apa yang harus dilakukan,
mengapa ia harus melakukannya dan menyadari bagaimama ia dapat
melakukannya dengan sebaik-baiknya, kemudian ia melakukannya sesuai dengan
pertimbangan yang terbaik. Dengan berbuat demikian, ia telah berada di dalam
arus proses untuk menjadi seorang profesional, yang menjadi semakin
profesional.11
Menanggapi kembali mengenai perlunya seorang guru yang
profesional, penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatu lembaga
10 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. XIII, h. 250.
11 http://Suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-duniapendidikan-oleh-Winarno-Surakhmad/2008/05/12.
14
pendidikan diharapkan akan memberikan perbaikan kualitas pendidikan yang
akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan perbaikan kualitas
pendidikan dan peningkatan prestasi belajar, maka diharapkan tujuan pendidikan
nasional akan terwujud dengan baik.
Dengan demikian, keberadaan guru profesional selain untuk
mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga diharapkan mampu
memberikan mutu pendidikan yang baik sehingga mampu menghasilkan siswa
yang berprestasi. Untuk mewujudkan itu, perlu dipersiapkan sedini mungkin
melalui lembaga atau sistem pendidikan guru yang memang juga bersifat
profesional dan memeliki kualitas pendidikan dan cara pandang yang maju.
3. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional
Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas
mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan
menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang
profesional. Karena seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki
kompetensi profesional. Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa, Kompetensi
yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.12
b. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
12 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya:
Bandung, 2008), Cet. III, h.75.
15
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.13
d. Kompetensi Profesioanal
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.14
e. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.15
Hamzah B. Uno dalam bukunya mengemukakan bahwa keefektifan
pengajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Selanjutnya
menurut Reigeluth ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk
memprekripsikan keefektifan pengajaran, yaitu (1) kecermatan penguasaan
perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkah laku”, (2) kecepatan
untuk kerja, (3) tingkah alih belajar, dan (4) tingkat retensi dari apa yang
dipelajari. Efesiensi pengajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan
dan jumlah waktu yang dipakaisiswa dan jumlah biaya pengajaran yang
digunakan.16
13 E. Mulyasa, Standar Kompetensi……………….…., Cet. III, h. 117.14 E. Mulyasa, Standar Kompetensi………………..…., Cet. III, h. 135.15 E. Mulyasa, Standar Kompetensi…………………..., Cet. III, h. 173.16 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Akasara, 2008), cet. III, h.
156-157.
16
Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secara
konseptual, untuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
dan Johnson mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b)
kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi).Kemudian ketiga aspek
ini dijabarkan menjadi:
a. Kemampuan profesional mencakup:
1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya
itu.
2. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan.
3. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan
pembelajaran siswa.
b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai
guru.
c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup:
1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru,
dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai sudah seharusnya
dianut oleh seseorang guru.
3. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan
bagi para siswanya.17
Oemar Hamalik dalam bukunya proses belajar mengajar
mengemukakan bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik,
setiap guru harus menguasai pengetahuan yang mendalam, dalam spesialisasinya.
Penguasaan pengetahuan ini merupakan syarat yang penting di samping
keterampilan-keterampilan lainnya. Oleh sebab itu dia berkewajiban
17 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: GaungPersada Press, 2007), Cet. II, h. 4-5.
17
menyampaikan pengetahuan, pengertian, keterampilan, dan lain-lain kepada
murid-muridnya. Selain dari itu guru harus menguasai tentang hal-hal berikut.
1. Apakah ia memahami tentang bagaimana merumuskan tujuan mengajar?
2. Sejauh manakah ia memahami tentang proses-proses belajar yang dilakukan
oleh siswa?
3. Sejauh manakah ia memahami cara menyampaikan pelajaran kepada murid?
4. Apakah ia mampu memilih dan menggunakan alat-alat bantu pendidikan?
5. Mampukah ia memberikan pelaayanan terhadap perbedaan-perbedaan
individual siswa?
6. Apakah ia mampu memberikan bimbingan dalam membantu siswa mengatasi
kesulitan dan masalah-masalahnya?
7. Apakah ia memiliki kemampuan tentang menyusun dan menggunakan alat-
alat evaluasi kemajuan belajar murid?
8. Apakah ia mampu melakukan kerja sama yang baik dengan orang tua murid?
9. Apakah ia selalu berusaha memperbaiki peranan profesionalnya?
10. Apakah ia selalu berusaha memperbaiki mutu profesionalnya.
Tegasnya, seorang guru di samping menguasai spesialisasi
pengetahuannya, dia harus menguasai dengan baik ilmu-ilmu keguruan pada
umumnya dan didaktik pada khususnya.?18
Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang diselenggarakan
oleh Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), telah dirumuskan sejumlah
kemampuan dasar seorang calon guru lulusan sistem multistrata sebagai berikut:
a. Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum-
kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
b. Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan instruksional,
mengenal dan bisa memakai metode mengajar, memilih materi dan prosedur
instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar dan mengajar,
mengenal kemampuan anak didik, menyesuaikan
18 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Bumi Aksara, 2001), Cet. I,h. 119.
18
rencana dengan situasi kelas, melaksanakan dan merencanakan pengajaran
remedial, serta mengevaluasi hasil belajar.
c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA,
dan menciptakan iklim belajar yang efektif.
d. Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, membuat
alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium,
mengembangkan laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses
belajar mengajar.
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f. Merencanakan program pengajaran.
g. Mengelola interaksi belajar mengajar.
h. Menguasai macam-macam metode mengajar.
i. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
j. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
k. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.
l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan yang
sederhana guna kemajuan pengajaran.19
Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskan
mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut:
a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik
yang dibuktikan dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
1. Kompetensi pedagogik.
19 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan……………………….., , (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006), Cet. IV, h. 44-45.
19
2. Kompetensi kepribadian.
3. Kompetensi profesional.
4. Kompetensi sosial.
d. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat dianggap menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan
dan kesetaraan.
e. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh
BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.20
4. Kriteria Guru Sebagai Profesi
Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin
menjelaskan, kriteria profesi mencakup: (1) upah, (2) memiliki pengetahuan dan
keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan, (4) mengutamakan
layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapat pengakuan dari orang lain atas
pekerjaan yang digelutinya.21
Kemudian Robert W. Richey (Arikunto, 1990:235) mengemukakan
ciri-ciri dan syarat-syarat profesi sebagai berikut:
a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dari pada kepentingan
pribadi.
b. Seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang
untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus
yang mendukung keahliannya.
a. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi profesi tersebut serta
mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
b. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku sikap seorang
anggota yang permanen.
c. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
20 PERMENDIKNAS 2006 Tentang S1 & SK1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 184-185.
21 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika,2007), Cet. II, h. 31.
20
d. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan disiplin diri
dalam profesi, serta kesejahtraan anggotannya.
e. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live carier) dan menjadi
seorang anggota yang permanen.22
Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya Profesi Keguruan
mengemukakan, Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yang mencoba
menyusun kriteria profesi keguruan. Misalnya National Education Association
(NEA) 1998 dengan menyarankan kriteria sebagai berikut:
a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
b. Jabatan yang menggeluti satu batang tubuh ilmu yang khusus.
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang bersinambungan.
e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
f. Jabatan yang menentukan buku (standarnya) sendiri.
g. Jabatan yang mempunya organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.23
Dalam buku yang ditulis Buchari Alma, dalam kutipan Sanusi
menyatakan bahwa profesi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. merupakan pekerjaan yang memiliki fungsi sosial.
b. Dituntut memiliki keahlian dan keterampilan tertentu.
c. Menggunakan teori dan metode ilmiah dalam memperoleh keterampilan
pekerjaan.
d. Batang tubuh ilmu suatu profesi didasarkan kepada suatu disiplin ilmu yang
jelas, sistematis dan eksplisit, bukan hanya common sense.
e. Masa pendidikannya lama, dan berkelanjutan, bertahun-tahun, tidak cukup
hanya beberapa bulan, dan dilakukan pada tingkat perguruan tinggi.
f. Berpegang teguh pada kode etik dalam memberikan pelayanan dan
pelaksanaan/pelanggan kode etik ini diawasi oleh organisasi profesinya.
22 Udin S. Saud dan Cicih sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPIPRESS, 2007), Cet. I, h. 12.
23 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet.I, h. 18.
21
g. Mempunyai kebebasan dalam menetapkan judgementnya sendiri dalam
memecahkan permasalahan dalam lingkup pekerjaan.
h. Melayani klien dan masyarakat dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung
jawab, bebas dari campur tangan pihak luar, bersifat otonom.
j. Seseorang profesional mempunyai prestise yang tinggi di mata masyarakat,
dan karenanya juga memperoleh imbalan yang layak.24
5. Kriteria Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti
yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori
sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional,
mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai
pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, guru
profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi;
a. Memiliki bakat sebagai guru.
b. Memiliki keahlian sebagai guru.
c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
d. Memiliki mental yang sehat.
e. Berbadan sehat.
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik.25
Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan profesional
memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan
berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan
pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3)
menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya kepekaan
24 Buchari Alma, Guru Profesional………………………………, Cet.I, h. 136.25 Oemar Hamalik, Proses Belajar……….……………...………., Cet.I, h. 118.
22
terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5)
memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang
profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang
ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode.
Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu
memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik,
orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.26
6. Indikator Guru Profesional
Dalam penelitian ini, setelah penulis mengemukakan teori mengenai
profesionalisme guru, maka selanjutnya untuk lebih memudahkan proses
penelitian, dibawah ini penulis mencantumkan indikator guru profesional yang
akan diteliti dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Indikator Guru Profesional
N
o.Kompetensi Sub Kompetensi Indikator
1Kompetensi
kepribadian:
kemampuan
personal yang
mencerminkan
kepribadian yang
mantap, stabil,
dewasa, arif dan
1.1 Kepribadian yang
mantap dan stabil.
a. Bangga sebagai guru
b. Memiliki konsisten dalam
bertindak sesuai dengan
norma.
c. Bertindak sesuai dengan
norma hukum.
d. Bertindak sesuai dengan
norma sosial.
26 Kunandar, Guru Profesional…………………………………….., Cet I, h. 47.
23
1.2 Kepribadian yang
dewasa.
a. Menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai
pendidik.
b. Memiliki etos kerja sebagai
guru.
1.3 Kepribadian yang
arif.
a. Menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah, dan
masyarakat.
b. Menunjukkan keterbukaan
dalam berfikir dan betindak.
1.4 Kepribadian yang
berwibawa.
a. Memiliki perilaku yang
berpengaruh positif
terhadap peserta didik.
b. Memiliki perilaku yang
disegani.
berwibawa,
menjadi teladan
bagi peserta
didik, dan
berakhlak mulia.
1.5 Berakhlak mulia
dan dapat
menjadi teladan.
a. Bertindak sesuai dengan
norma religius (iman. Taqwa,
jujur, iklas, dan suka tolong
menolong.
b. Memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.
2Kompetensi
Pedagogik:
meliputi
pemahaman
terhadap peserta
didik,
perancangan dan
pelaksanaan
2.1 Memahami
peserta didik
secara mendalam.
a. Memahami peserta didik
dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip kepribadian
b. Mengidentifikasi bekal ajar
awal peserta didik.
c. Memahami peserta didik
dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan
24
kognitip.
2.2 Merancang
pembelajaran,
termasuk
memahami
landasan
pendidikan untuk
kepentingan
pembelajaran.
a. Menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
b. Menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik,
kompetensi yang akan
dicapai dan materi ajar .
c. Memahami landasan
pendidikan menerapkan teori
belajar dan pembelajaran.
d. Menerapkan teori belajar dan
pembelajaran.
2.3 Melaksanakan
pembelajaran.
a. Menata latar (setting)
pembelajaran.
b. Melaksanakan pemebelajaran
yang kondusif.
pembelajaran,
evaluasi hasil
belajar, dan
pengembangan
peserta didik
untuk
mengaktualisasik
an berbagai
potensi yang
dimilikinya.
2.4 Merancang dan
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran.
a. Merancang dan melaksakan
evaluasi (assessment) proses
dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan
berbagai metode.
b. Memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran untuk
perbaikan kualitas program.
pembelajaran secara umum.
c. Menganalisis hasil evaluasi
proses dan hasil belajar untuk
25
menentukan tingkat
petuntasan belajar (Masteri
learning).
2.5 Mengembangkan
peserta didik
untuk
mengaktualisasik
an berbagai
potensinya.
a. Memfasilitasi peserta didik
untuk pengembangan
berbagai potensi akademik
b. Memfasilitasi peserta didik
untuk mengembangkan
berbagai potensi akademik.
c. Memfasilitasi peserta didik
untuk mengembangkan
berbagai potensi non
akademik.
3.1 Menguasai
substansi
keilmuan yang
terkait dengan
bidang studi.
a. Memahami materi ajar yang
ada dalam kurikulum
sekolah.
b. Memahami hubungan konsep
antar mata pelajaran terkait.
c. Memahami struktur, konsep,
dan metode keilmuan yang
menaungi atau koheren
dengan materi ajar.
d. Menerapkan konsep-konsep
keilmuan dalam kehidupan
sehari.
3Kompetensi
Profesional:
merupakan
penguasaan
materi
pembelajaran
secara luas dan
mendalam, yang
mencakup
penguasaan
materi kurikulum
mata pelajaran di
sekolah dan
subtansi
keilmuan yang
menaungi
materinya, serta
3.2 Mampu
berkomunikasi
dan bergaul
secara efektif
dengan peserta
Menguasai langkah-langkah
penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan atau
materi bidang studi.
26
penguasaan
terhadap struktur
dan metodelogi
keilmuannya.
didik.
4.1 Mampu
berkomunikasi
dan bergaul
secara efektif
dengan peserta
didik.
Berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik.
4.2 Mampu
berkomunikasi
dan bergaul
secara efektif
dengan sesama
pendidik dan
tenaga
kependidikan.
Berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga
kependidikan.
4Kompetensi
Sosial:
merupakan
kemampuan guru
untuk
berkomunikasi
dan bergaul
secara efektif
dengan peserta
didik, sesama
pendidik, tenaga
kependidikan,
orang tua/wali
peserta didik, dan
masyarakat
sekitar. 4.3 Mampu
berkomunikasi
dan bergaul
secara efektif
dengan orang tua
atau wali peserta
didik dan
masyarakat
sekitar.27
Berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan orang tua
atau wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.
27 Kunandar, Guru Profesional Implementasi……………………, Cet. I h. 75-77.
27
Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori guru yang profesional
adalah guru yang memilki ijazah Strata 1 (S1) dengan latar belakang pendidikan
keguruan dan telah berpengalaman dalam mengajar.
7. Tantangan Profesionalisasi Jabatan Guru
Dari pengertian tentang profesi dan profesionalisme sebelumnya,
tersirat tantangan-tantangan yang harus disambut, jika kita ingin
memprofesionalkan jabatan guru. Dengan perkataan lain, hakikat keprofesionalan
jabatan guru tidak akan terwujud hanya dengan mengeluarkan pernyataan bahwa
guru adalah jabatan/pekerjaan profesional, meskipun pernyataan itu dikeluarkan
dalam bentuk peraturan resmi. Sebaliknya, status profesional hanya dapat diraih
melalui perjuangan yang berat dan cukup panjang. T. Rakajoni Joni
mengemukakan ada enam tahap dalam profesionalisme (1989:350-351). Enam
tahap itu adalah sebagai berikut :
a. Bidang layanan ahli “unik” yang diselenggarakan itu harus ditetapkan. Dengan
adanya Surat Keputusan Men-PAN No. 26/1989 berarti untuk bidang ini dapat
dikatakan telah tercapai dan terpenuhi.
b. Kelompok profesi dan penyelenggara pendidikan pra-jabatan yang
mempersiapkan tenaga guru profesional; guna meyakinkan agar para
pendatang baru di lingkungan profesi ini memiliki kompetensi minimal bagi
penyelenggara layanan ahli yang mempersatukan kepentingan pemakai
layanan. Kelompok profesi seharusnya merupakan ”soko guru” penyangga
mutu layanan ahli yang diselenggarakan oleh para anggotanya. Hal ini masih
belum tampak dan terjadi di negara kita.
c. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada program
pendidikan pra-jabatan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Selanjutnya untuk pemberian pengakuan terhadap kelayakan
program pendidikan pra-jabatan penilaian seyogyanya tidak ditujukan terbatas
pada gambaran statistik masukan instrumental yang dimiliki oleh lembaga
penyelenggara pendidikan pra-jabatan (jumlah dosen, ruangan, buku, peralatan
28
laboratorium, dan sebagainya). Tetapi juga terhadap proses pemanfaatan
masukan instrumental itu dalam menyelenggarakan pendidikan pra-jabatan.
Tahap ini pun masih mengidap kelemahan mendasar di negara kita, sebab
dewasa ini pengakuan lebih banyak didasarkan kepada kepemilikan (program
yang diselenggarakan oelh pemerintah otomatis diakui, sedangkan yang
diselenggarakan oleh swasta tanpa kecuali diwajibkan membuktikan
kelayakannya). Penetapan pengakuan kelayakan program pendidikan pra-
jabatan yang harus dilaksanakan secara berkala inilah yang dinamakan
akreditasi.
d. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada lulusan
program pendidikan pra-jabatan yang memiliki kemampuan minimal yang
dipersyaratkan (sertifikasi). Sejak awal dekade ini di Indonesi, setidak-tidaknya
untuk guru akta mengajar I sampai dengan IV. Karena besarnya resiko yang
dapat terjadi apabila pekerja profesional melakukan kesalahan dalam bekerja
memberikan layanan ahlinya, maka sertifikasi saja dianggap belum cukup
untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat umumnya, pemakaian
layanan khususnya. Di samping sertifikasi, juga dianggap perlu diberlakukan
mekanisme pemberian izin praktek (licensure). Di Amerika Serikat misalnya,
setiap negara bagian memiliki sistem pemberian izin praktek sendiri-sendiri
bagi guru sekolah dasar dan menengah, sedangkan di negara kita boleh
dikatakan akreditasi, sertifikasi, izin praktek dipertukar pakaikan.
e. Secara perorangan dan secara kelompok, kaum pekerja profesional
bertanggung jawab penuh atas segala aspek pelaksanaan tugasnya. Oleh karena
itu, untuk dapat memanfaatkan segala keahliannya dalam melaksanakan tugas-
tugasnya, seorang pekerja profesional diberi kebebasan untuk mengambil
keputusan secara mandiri. Sedangkan penilaian oleh pihak lain, haruslah
berupa penilaian oleh sejawat yang sederajat tingkat keahliannya (pengawasan
kesejawatan). Tanpa kebebasan ini maka tidak akan ada penilaian independen
(independent judgement) yang didasarkan pada pertimbangan ahli; dan pada
29
gilirannya tanpa independent judgement mustahil dapat terwujud
profesionalitas.
f. Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan dasar untuk
melindungi para anggota yang menjunjung tingi nilai-nilai profesional, di
samping merupakan sarana untuk mengambil tindakan penertiban terhadap
anggota yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan semangat kode
etik itu.
Dari enam tahap di atas apabila disimpulkan, maka ada dua aspek yang
harus hadir secara baku-tunjang sehingga sesuai bidang layanan, termasuk
keguruan-pendidikan, memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagi profesi, yaitu (a)
keterandalan layanan dan (b) layanan yang khas itu, diakui dan dihargai oleh
masyarakat dan pemerintah. Selanjutnya suatu layanan dapat diandalkan apabila:
(a) pemberi layanan menguasi betul apa yang dikerjakan dan (b) penerima layanan
dapat mempercayai bahwa kemaslahatannya didahulukan dalam proses pemberi
layanan itu.
Penguasaan bidang layanan dalam bidang keguruan berarti kemampuan
merancang dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang sekaligus mencapai
dua sasaran, pencapaian tujuan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
diajarkan di satu pihak dan pihak lain, pada saat yang sama penyelenggaraannya
(penyelenggaraan layanan keguruan) juga merupakan tuntutan nyata bagi
pencapaian tujuan utuh pendidikan, mulai dari kebiasaan bekerja sampai dengan
mencintai tanah air. Ini berarti bahwa seorang guru yang profesional memahami
apa yang diajarkannya, menguasai bagaimana mengajarkannya, dan yang tidak
kalah pentingnya menyadari benar mengapa dia menetapkan pilihan terhadap
sesuatu kegiatan belajar mengajar. Dengan perkataan lain, dia telah
memperhitungkan kemungkinan dampak jangka panjang dari setiap keputusan
dan tindakannya. Setiap tindakan dan keputusannya berlandaskan wawasan
kependidikan sebagai perwujudan dari ketanggapan yang berlandaskan kearifan.
30
B. Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru
Pengembangan profesionalisme guru dilakukan berdasarkan kebutuhan
intitusi, kelompok guru, maupun individu guru sendiri. Menurut Danim
(Sukaningtyas. 2005:48) dari perfektif institusi, pengembangan guru dimaksudkan
untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam
memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Selanjutnya, dikatakan juga bahwa
pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi adalah penting, namun hal
yang lebih penting adalah berdasar kebutuhan individu guru untuk menjalani
proses profesionalisme. Karena substansi kajian dan konteks pembelajaran selalu
berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu, guru dituntut untuk
selalu meningkatkan kompetensinya.
Profesi keguruan mempunyai tugas untama melayani masyarakat dalam
dunia pendidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya proses profesionalisme guru
dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha
dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada
masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisme
guru (pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat
kondisi objektif saat ini berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam
melaksanakan pendidikan, yaitu: (1) implementasi kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan. (3) otonomi
daerah. dan (4) perkembangan IPTEK.
1. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan endidikan (KTSP)
Perencanaan implementasi KTSP menunjukkan bahwa kualifikasi
profesionalisme harus benar-benar dimiliki oleh setiap guru apabila menginginkan
lulusan yang memiliki kompetensi sebagaimana diharapkan.28 Pendapat lain
mengatakan bahwa peningkatan profesi guru di Indonesia sekurang-kurangnya
menghadapi dan memperhitungkan empat faktor, yaitu:
28 Udin S. Saud dan Cicih sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPIPRESS, 2007). Cet. I, h. 99.
31
a. Ketersediaan dan Mutu Calon Guru
Secara jujur kita akui pada masa lalu (dan masa kini) profesi guru
kurang memberikan rasa bangga diri. Bahkan ada guru yang malu
disebut sebagai guru. Rasa inferior terhadap potensi lain masih
melekat di hati banyak guru. Masih jarang kita mendengar dengan
suara lantang guru mengatakan “Inilah aku”.Kurangnya rasa bangga
itu akan mempengaruhi motivasi kerja dan citra masyarakat terhadap
profesi guru. Banyak guru yang secara sadar atau tidak sadar
mempromosikan kekurang banggaannya kepada masyarakat.
b. Pendidikan Pra-Jabatan
Seperti diatur dalam surat keputusan Men-PAN bahwa bidang
pekerjaan guru hanya pantas memperoleh penghargaan khusus,
apabila jajaran guru memberikan layanan ahli, yang hanya biasa
diberikan melalui pendidikan pra-jabatan. Dalam kata lain, ada dua
langkah yang perlu diambil untuk mencapai keadaan yang
dikehendaki yaitu:
1. Untuk meyakinkan pemilikan kemampuan profesional awal,
saringan calon peserta pendidikan pra-jabatan perlu dilakukan
secara aktif, baik dari segi kemampuan potensial, aspek-aspek
kepribadian yang relevan, maupun motivasi.
2 Pendidikan pra-jabatan harus benar-benar secara sistematis
menyiapkan calon guru untuk menguasai kemampuan
profesional. Selain itu juga memerlukan wawasan kependidikan
serta pengetahuan dan keterampilan keguruan.
c. Mekanisme Pembinaan dalam Jabatan
Ada tiga upaya dalam penyelenggaraan berbagai aspek dan tahap
penanganan pembinaan dalam jabatan profesional guru. Ketiga
upaya itu adalah sebagai berikut:
32
a. Mekanisme dan prosedur penghargaan aspek layanan ahli
keguruan perlu dikembangkan. Berlainan dengan jenjang
pendidikan tinggi yang telah memberlakukan mekanisme ini
dalam waktu relatif lama, jenjang pendidikan dasar menengah
sama sekali belum berpengalaman dalam hal ini. Dengan
perkataan lain, penilaian ahli secara kesejawatan masih belum
membudaya sedangkan penilaian secara hierarki administrative
yang selama ini berlaku, justru bertentangan dengan hakikat
pengawasan kesejawatan terhadap layanan ahli profesional.
b. Sistem penilikan di jenjang SD dan juga sistem kepengawasan
di jenjang SMTA yang berlaku sekarang jelas memerlukan
penyesuaian-penyesuaian mendasar.
c. Keterbukaan informasi juga mempersyaratkan keluasan
kesempatan untuk meraih kualifikasi formal yang lebih tinggi,
katakanlah S1 dan bahkan S2 dan S3. Apabila 25% saja dari
jaringan guru SD (belum lagi diperhitungkan guru-guru yang
lain jumlahnya cukup banyak S1/guru SMTP DAN SMTA)
berkesempatan untuk menduduki jenjang kepangkatan yang
mempersyaratkan pendidikan S2 dan 3% berkesempatan
menduduki jenjang kepangkatan yang mempersyaratkan jenjang
S3, dapat dibayangkan tambahan pekerjaan yang perlu ditangani
oleh lembaga pendidikan tenaga pendidikan, baik dari segi daya
tampung maupun dari segi pengembangan program yang
diperlukan.
2. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK yang cepat, menuntut setiap guru dihadapkan
pada penguasaan hal-hal baru berkaitan dengan materi pembelajaran atau
pendukung pelaksanaan pembelajaran seperti penggunaan internet untuk
pembelajaran, program multi media, dan lain sebagainya.
33
3. Persaingan global bagi lulusan pendidikan
Diberlakukannya pasar bebas NAFTA mengindikasikan bahwa
setiap lulusan pendidikan di Indonesia akan dipersaingkan dengan lulusan dari
sekolah-sekolah yang berada di Asia. Kondisi ini semakin memaksa guru untuk
segera dan dengan cepat memiliki kualifikasi dan meningkatkan untuk nantinya
bisa menghasilkan lulusan yang kompeten.
4. Otonomi Daerah
Kebijakan otonomi daerah telah memberikan perubahan yang
mendasar terhadap berbagai sektor pemerintahan, termasuk dalam pendidikan.
Pengelolaan pendidikan secara terdesentralisasi akan semakin mendekatkan
pendidikan kepada stakeholders pendidikan di daerah dan karena itu maka guru
semakin dituntut untuk menjabarkan keinginan dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat terhadap pendidikan melalui kompetensi yang dimilikinya.
5. Peranan Organisasi Profesi
Dalam hal ini pertanyaan yang muncul adalah apakah organisasi
profesi yang diharapkan memainkan pengawasan kesejawatan yang
dimaksud telah siap menunaikan fungsinya. Tentu saja pada kesempatan
ini yang dikejar bukan semata-mata pernyataan formal kesanggupan
mengemban fungsi profesional penting ini, namun lebih terwujudnya
mekanisme pengawasan kesejawatan yang hakiki, baik berkenaan dengan
penyelenggaraan layanan ahli itu sendiri maupun berhubungan dengan
pendidikan pra-jabatan para calon pekerja profesional yang
bersangkutan.29
Dengan diberlakukannya Undang-undang RI No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Surat Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara
No. 26/1989. Langkah awal yang mendasar untuk mengakhiri perlakuan kurang
taat asas terhadap jajaran guru telah diambil. Di samping menawarkan janji yang
29 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),cet.V, h. 25-30
34
membangkitkan harapan, langkah mendasar itu juga disertai seperangkat
tantangan berat yang harus dihadapi jika kita ingin memprosionalisasikan jabatan
guru.
Penanganan yang tepat terhadap semua aspek dan tahap system
pengadaan guru, yaitu perekrutan, pendidikan pra-jabatan, pengangkatan-
pengangkatan dan pembinaan dalam jabatan (In service training) akan berdampak
positif dalam profesionalisasi jabatan guru, yang diberi peluang besar oleh
keputusan pemerintah untuk memfungsionalkan jabatan guru.
Sekali lagi, fajar harapan telah menyinsing bagi jajaran keguruan
namun tantangan-tantangan bawaannya tidak dapat disepelekan. Pemberian
imbalan yang kenyataannya tidak didasarkan kepada penghargaan terhadap
layanan ahli, akan menjadi boomerang yaitu dana imbalan yang lebih besar
diberikan kepada pihak yang tidak berhak, kepentingan masa depan bangsa
terabaikan, jajaran profesional keguruan gagal diwujudkan dan digantikan oleh
kelompok yang memperoleh hak khusus karena kesempatan, bukan karena
layanan ahlinya yang terandalkan. Oleh karena itu, kita berharap mudah-mudahan
pengambilan keputusan, organisasi profesi, jajaran keguruan, dan masyarakat luas
diberi kejernihan pikiran dan keteguhan pendirian dalam mengupayakan
segalayang perlu, untuk mewujudkan dan meningkatkan upaya profesionalisasi
jabatan guru melalui fungsionalisasi jabatannya di Indonesia.30
B. Kerangka Berpikir
Profesionalisme berasal dari kata profesion yang mengandung arti
pekerjaan yang memerlukan keahlian yang dapat diperoleh melalui jenjang
pendidikan atau latihan tertentu. Berbicara mengenai profesionalisme, guru
adalah termasuk suatu profesi yang memerlukan keahlian tertentu dan
memiliki tanggung jawab yang harus dikerjakan secara profesional. Karena
guru adalah individu yang memiliki tanggung jawab moral terhadap
kesuksesan anak didik yang berada dibawah pengawasannya, maka
30 Udin. S. Saud dan Cicih Sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPIPERSS, 2007). Cet.I, h. 20-32.
35
keberhasilan siswa akan sangat dipengaruhi oleh kinerja yang dimiliki seorang
guru. Oleh karena itu, guru professional diharapkan akan memberikan
sesuatu yang positif yang berkenaan dengan keberhasilan pendidikan sekolah.
Dalam pelaksanaannya, tanggung jawab guru tidak hanya terbatas kepada
proses dalam pentransferan ilmu pengetahuan.
Banyak hal yang menjadi tanggung jawab guru, yang salah satunya
adalah memiliki kompetensi idealnya sebagaimana guru profesional.
Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional,
baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Dengan kata lain, guru
yang profesional ini memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga dia mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal dan terarah.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar, seorang guru profesional harus terlebih
dahulu mampu merencanakan program pengajaran. Kemudian melaksanakan
program pengajaran dengan baik dan mengevaluasi hasil pembelajaran
sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, seorang guru
profesional akan menghasilkan anak didik yang mampu menguasai
pengetahuan baik dalam aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.
Dengan demikian, seorang guru dikatakan profesional apabila mampu
menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas dan mendatangkan
prestasi belajar yang baik. Kehadiran guru profesional tentunya akan
berakibat positif terhadap perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan
maupun dalam keterampilan.
Oleh sebab itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh
guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Bila hal itu terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan
oleh guru akan berpengaruh terhadap kemampuan atau prestasi belajar
anak. Karena, disadari ataupun tidak, bahwa guru adalah faktor eksternal
dalam kegiatan pembelajaran yang sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan proses kegiatan pembelajaran itu. Untuk itu, kualitas guru akan
memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap proses pembentukan
36
prestasi anak didik. Maka oleh karena itu, dengan keberadaan seorang guru
profesional diharapkan akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap
kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar serta mampu
memaksimalkan hasil prestasi belajar siswa dengan sebaik-baiknya.
C. Hipotesis
Untuk Menguji ada atau tidaknya guru profesional di SMK SATRIA
Srengseng Kembangan, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:
Ha: Terdapat guru profesional di SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Ho: Tidak terdapat guru profesional di SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Dari hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa terdapat guru
profesional di SMK SATRIA Srengseng Kembangan.
Untuk itu, penulis sepakat dengan petanyataan Ha di atas. Adapun
untuk kebenarannya, maka akan dibuktikan melalui hasil penelitian yang
dilakukan di sekolah SMK SATRIA Srengseng Kembangan.
37
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada SMK SATRIA di Srengseng Kembangan.
Adapun waktu penelitiannya telah dilaksanakan pada tanggal 19 Mei s/d 01
Juni 2010. Dengan tahapan sebagai berikut: Observasi, Penelitian,
Dokumentasi, Pengambilan sampel, dan wawancara.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena objek
yang di teliti. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan tekhnik kuesioner atau angket yaitu sejumlah
pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari guru-
guru SMK SATRIA Srengseng Kembangan Jakarta Barat. Untuk mengetahui
hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan profesionalisme guru di
sekolah tersebut.
38
C. Populasi dan Sampel
Populasi menurut S. Margono adalah “seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.1
Populasi penelitian ini meliputi seluruh guru di SMK SATRIA Srengseng
Kembangan Jakarta Barat dengan jumlah 65 guru.
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi.2 Pengambilan sampel untuk
guru diambil dari seluruh populasi guru kelas I sampai dengan kelas III yang
berjumlah 65 guru.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain:
1. Observasi
Melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
profesional guru yang tampak di SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Jakarta Barat.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mencari tahu guru yang profesional melalui
arsip-arsip atau data-data tentang latar belakang pendidikan dan
pengalaman mengajar di sekolah SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Jakarta Barat.
3. Interviu
Teknik ini digunakan untuk merekam data tentang persepsi atau
pernyataan guru yang profesional di sekolah SMK SATRIA Srengseng
Kembangan Jakarta Barat.
1 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), cet. II. h.118.
2 S. Margono, Metode Penelitia…..………………….…………, cet. II. h. 121.
39
4. Angket
Digunakan untuk memperoleh infrmasi atau data dari guru-guru dengan
memberikan pertanyaan menyangkut profesionalme guru di sekolah SMK
SATRIA Srengseng Kembangan Jakarta Barat.
E. Teknik Pengolahan Data
Sebelum membuat tabulasi dari data yang diperoleh, maka perlu diketahui
dalam mencari data. Selanjutnya, menggunakan angket untuk guru. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah
editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang
kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari
kekeliruan dan kesalahan.
2. Koding
Setelah melalui tahapan editing, maka selanjutnya penulis memberikan kode
terhadap jawaban-jawaban angket yang telah disebarkan kepada guru di
sekolah SMK SATRIA Srengseng Kembangan Jakarta Barat.
3. Scoring
Setelah tahapan koding selesai, maka selanjutnya penulis memberikan skor
terhadap jawaban angket guru. Adapun jumlah sampel dari metode angket
yang digunakan adalah 65 angket untuk 65 guru di sekolah SMK SATRIA
Srengseng Kembangan Jakarta Barat.
4. Tabulating
Setelah diberikan skor pada angket maka data tersebut diolah dan diadakan
penganalisaan yang digambarkan ke dalam tabel analisis.
F. Teknik Analisis dan Interprestasi Data
Dalam penelitian ini tidak hanya sampai kepada pengumpulan dan
penyusunan data, akan tetapi data yang diperoleh terkumpul dan tersusun akan
diolah dan dianalisis. Penganalisaan data penelitian ini merupakan penelitian
40
deskriptif dan bersifat eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang
sebenarnya terjadi. Bila datanya telah terkumpul, maka lalu dklasifikasikan
menjadi dua kelompok rata yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif yaitu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat
menurut katagori untuk memperoleh kesimpulan. Sedangkan data kuantitatif
menggunakan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
“ P = _ F_ x 100%
N
P= Presentase
F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N = Number of cases (jumlah/banyak individu)”3
Tabel 2
Kisi-kisi Angket Guru Profesional
3 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Perss, 1993), cet, V. h.43.
Variable IndikatorNomor Butir
ItemJumlah
2. Kompetensi
kepribadian: kemampuan
personal yang
mencerminkan
kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia.
a. Kepribadian yang mantap
dan stabil.
b. Kepribadian yang dewasa
c. Kepribadian yang arif.
d. Kepribadian yang
berwibawa
e. Berakhlak mulia dan dapat
menjadi teladan.
1,2
3,4
4,5,30
6,7
8,9
2
2
3
2
2
41
3. Kompetensi
Pedagogik: meliputi
pemahaman terhadap
peserta didik,
perancangan dan
pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan
pengembangan peserta
didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai potensi yang
dimilikinya.
4. Kompetensi
Profesional: merupakan
penguasaan materi
pembelajaran secara luas
dan mendalam, yang
mencakup penguasaan
materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan
subtansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap
struktur dan metodelogi
keilmuannya.
5. Kompetensi Sosial:
a. Memahami peserta didik
secara mendalam.
b. Merancang pembelajaran,
termasuk memahami
landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran.
c. Melaksanakan
pembelajaran.
d. Merancang dan
melaksanakan evaluasi
pembelajaran.
e. Mengembangkan peserta
didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai potensinya.
a. Menguasai substansi
keilmuan yang terkait
dengan bidang studi.
b. Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif
dengan peserta didik.
a. Mampu berkomunikasi dan
10,11
12,13,29,26
14,15,28
16,17
18,19
22,23,24
25
2
4
3
2
2
3
1
42
Tabel 3
Skor Jawaban Angket Guru Profesional
Positif (+) Negatif (-)
Jawaban Skor Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadag-kadang 2 Kadag-kadang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4
Kemudian hasil seluruh jawaban guru dengan melihat rata-rata jumlah skor,
dengan klasifikasi sebagai berikut:
merupakan kemampuan
guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
bergaul secara efektif
dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif
dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif
dengan orang tua atau wali
peserta didik dan
masyarakat sekitar.
19
20
21
1
1
1
43
Tabel 4
Klasifikasi Skor Angket Guru Profesional
KlasifikasiKeterangan Jumlah Skor
Jawaban
53 – 70 Kurang Baik
69 – 86 Cukup
85 -102 Baik
103 - 120 Sangat Baik
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK SATRIA Srengseng Kembangan
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah SMK SATRIA Srengseng Kembangan terletak ditepi Jl. Raya
Srengseng No. 26 A, Kelurahan Srengseng, Kecamatan Kembangan,
Kotamadya Jakarta Barat. Di kelurahan srengseng sendiri terdapat SLTP
Negeri dan swasta, Madrasah Tsanawiyah swasta, dan SLTA Negri dan
Swasta. Dari paparan di atas tergambar bahwa SMK SATRIA Srengseng
Kembangan berada diantara kelurahan yang memilki sekolah negeri.
Letak SMK SATRIA Srengseng Kembangan berada pada lokasi yang
strategis, yakni di sekitarnya terdapat lima Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) yaitu:
a. MTS Al-Islamiyah Srengseng Kembangan.
b. SMP YASMIJA Swadarma Raya
c. SMP BINA MANDIRI Komplek Qaryah Thabbiyah
d. SMPN 207 Meruya Utara
e. SMP BAROKAH Manggis Utara
2. Sejarah Singkat Sekolah
Yayasan Satria lahir pada tahun 1951, lahir atas inisiatif toko
masyarakat yang bernama Ust. H. Abdul Hamid bin h. Soleh kelahiran
45
Jakarta 5 Juli 1938, Putera H. Sholeh bi H. Muhasim, setelah lama merintis
akhirnya pada tahun 1956 di bangun gedung Madrasah diatas tanah 200 m2.
Pada tahun 1972 di wakafkan tanah beliau seluas 1.610 m2 sesuai ikrar
wakaf Nomor: 113/W5/C5 tahun 1991 untuk dibangun gedung sekolah. Dan
pada masa rintisan tahun 1951-1974 dibangun gedung baru 6 lokal untuk
Madrasah Ibtidaiyah bantuan dari pemerintah Provinsi DKI Jakarta, diatas
tanah 2000 m2 dengan surat pelepasan tanah pribadi Nomor:
SPH/119/UM12/I/JB/74 tertanggal 27 Mei 1974.
Seiring dengan perkembangan pada tahun 1974 nama Yayasan
Tarbiyatul Athfal diganti menjadi Yayasan Tarbiyatul Islamiyah Al-
Alawiyah di singkat menjadi Yayasan “AL-ALAWIYAH”, dan sesuai
dengan ketentuan peraturan pemerintah tentang yayasan, pada tahun 1974
Akta Pendirian Yayasan, yang dikukuhkan dengan Akta Notaris Bapak
Raden Soerojo Wongso Widjojo SH. No.2 tertanggal 4 Juni 1974, namun
Akta ini ditolak oleh pemerintah, maka dengan Akta Anis Husin Abdat, SH.
Notaris di Jakarta No.21 tertanggal 22 Desember 1990, dibuatkan Akta
Yayasan yang baru sekaligus Anggfaran Dasar dengan nama Yayasan
Tarbiyatul Islamiyah Al-alawiyah disingkat SATRIA, dengan susunan:
Pendiri:
1. H.Abdul Hamid Sholeh
2. H. Makmun HR, Ba
3. Anas Asy’ari
Pengurus:
1. Ketua : H.Makmun HR, Ba
2. Sekretaris : Anas Asy’ari
3. Bendahara : H. Hafani Baihaqi, Lc, SH
Melangkah untuk pengembangan jenjang pendidikan yang lebih tinggi
dan melihat banyak diperlukan tenaga-tenaga yang siap pakai, terampil dan
46
berjiwa wiraswasta, pihak yayasan yang diketuai oleh Bpk. H. Makmun HR,
Ba (Almarhum), setelah direkomendasikan dengan pendiri yayasan bapak
H. Abdul hamid Sholeh, akhirnya memandang perlu untuk menyiapkan
tenaga-tenaga tersebut. Pada tahun 1986 didirikan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dengan jurusan program Akuntansi, Penjualan, Sekretaris,
dengan persyaratan utama didirikan SMK untuk menunjang sekolah agama.
Awal berdirinya SMK dipimpin oleh bapak Drs. Endy Rustandi, MM tahun
2001 sampai dengan 2004 dipimpin oleh Drs. M. Gunawan, Drs. Matali,
MM.
Karena minat masyarakat yang banyak akhirnya di bangun kembali
gedungnya menjadi 2 lantai, berikut ini adalah SMK SATRIA menurut Akta
Notaris Bapak Harianto, SH Notaris di Bekasi Nomor: 26 tertanggal 9
Januari 1999:
1. H. Abdul Hamid Sholeh
2. H. Hafani Baihaqi, LC.SH
3. Ir.Nasruddin
4. Drs.H.Noer Achpas Asy’ari, MM
Sehubungan ketua Yayasan Bapak Makmun HR, Ba meninggal dunia,
maka di kuatkan kepengurusan pada tahun 2001 dengan Undang-Undang
tentang yayasan Nomor : 16 tahun 2001 yang telah mengintroduksir tiga
organ, sebagai berikut:
1. Pembina : H. Abdul Hamid Sholeh
2. Pengawas : Ir.Nasruddin
3. Pengurus
Ketua : Drs.H.Noer Achpas Asy’ari, MM
Sekretaris : Anas Asy’ari
Bendahara 1 : H. Hafani Baihaqi, LC.SH
47
Bendaraha 2 : Eka Yulisetiawati, S.Kom
Sarana dan Prasarana: Wahtudin Aziz, S.Psi
3. Visi dan Misi
SMK SATRIA Srengseng Kembangan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
a. Visi :
Visi SMK SATRIA Srengseng Kembangan yaitu:
Menyiapkan siswa menjadi tamatan yang siap pakai, beriman dan
bertaqwa, terampil, berjiwa, wiraswasta, memiliki sikap profesional
sesuai dengan bidang keahliannya.
b. Misi:
Adapun yang menjadi misi dari SMK SATRIA Srengseng Kembangan
yaitu:
1. Mengembangkan sekolah sebagai pusat budaya yang religius.
2. Pembinaan akhlakul karimah.
3. Peningkatan mutu dan relevansi program pendidikan.
4. Peningkatan profesionalisme dan manajemen sekolah.
Adapun yang mejadi misi khusus dari SMK SATRIA Srengseng
Kembangan yaitu:
1. Program Akutansi:
Mendidik siswa menjadi akuntan junior profesional yang mampu
menerapkan teknologi canggih.
2. Program Pemasaran:
Mendidik siswa menjadi tenaga marketing junior handal yang mampu
mendaya gunakan potensi yang ada.
3. Program Administrasi Perkantoran:
48
Mendidik siswa menjadi sekretaris junior professional yang mampu
menggunakan teknologi mutakhir.
Kegiatan belajar-mengajar di SMK SATRIA Srengseng Kembangan ini
dilaksanakan di pagi dan siang hari. Sebagian siswa ada yang melaksanakan
kegiatan belajar di pagi hari, dan sebagian lagi melaksanakan kegiatan
belajar di siang hari.
Keseluruhan siswa-siswi SMK SATRIA Srengseng Kembangan
berjumlah 1728 orang, dengan jumlah siswa setiap kelas sebanyak 40 orang.
Tenaga pengajar dan karyawan sekolah SMK SATRIA Srengseng
Kembangan secara keseluruhan berjumlah 97 orang.
Siswa/siswi tingkat lanjutan pertama tersebut antara 50%-70%
meneruskan sekolahnya di SMK SATRIA Srengseng Kembangan dan
menjadi alternatif sekolah lanjutan karena jaraknya yang relatif lebih dekat
dan transportasinya yang lebih mudah didapat. Selain itu sekolah SMK
SATRIA Srengseng Kembangan mempunyai sarana-prasarana yang lebih
lengkap di bandingkan dengan sekolah lainnya.
4. Sarana dan Prasarana
Tabel 5Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah Keadaan
1. Ruang Belajar 26 baik
2. Ruang Perpustakaan 1 baik
3. Ruang Kepala Sekolah 1 baik
4. Ruang Guru 2 baik
5. Ruang Tata Usaha 1 baik
6. Ruang BP 1 baik
7. Ruang OSIS 1 baik
8. Ruang Ibadah/Musholah 1 baik
49
9. Ruang Lab. 7 baik
10. Pos Satpam 1 baik
11. Wc Guru 4 baik
12. Wc Siswa 4 baik
13. Wc Siswi 4 baik
14. Kantin 1 baik
15. Lapangan Olah Raga 1 baik
16. Temapat Parkir Kendaraan 1 baik
5. Kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah
Kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi rutinitas siswa/siswi SMK
SATRIA Srengseng Kembangan yaitu:
Tabel 6Kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah
a. Pramuka f. Basket Ball
b. Marawis g. Paskibra
c. Sepak bola h. Taekwondo
d. Volly Ball i. English Club
a. Futsal
6. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan
Gambaran umum Tingkat profesionalisme guru SMK SATRIA
Srengseng Kembangan. Jumlah guru seluruhnya berjumlah 76 orang dengan
klasifikasi sebagai berikut :
a. Jenis Kelamin
Laki-laki : 45 orang
Perempuan : 31 orang
50
b. Tingkat Pendidikan
S1 : 62 orang
S2 : 8 orang
D3 : 5 orang
SLTA : 1 orang
Tabel 7
Keadaan Tenaga Pengajar dan Tenaga Karyawan SMK SATRIA
Srengseng Kembangan Tahun Pelajaran 2009/2010
Keterangan :
1. GT : Guru Tetap
2. GB : Guru Bantu
3. GTT : Guru Tidak Tetap
4. PTT : Pembantu Tidak Tetap
5. KT : Karyawan Tetap
No Nama Guru / KaryawanL/P
Bidang Keahlian /Jurusan
PendidikanMulaiTugas
StatusKepega-waian
PengalamanMengajar
1 Moh. Soleh, S.Pd.MM L Kepala Sekolah S-2 Manajemen SDM 1987 GB 22
2 Zaini, Dr, MPd L Bhs. Indonesia S2 Manajemen SDM 1986 GT 21
3 Moh. Syamsudar, H.SE L Pelayanan Prima S-2 Manajemen Pendidikan 1994 GT 15
4 Santoso, Drs, MPd L Keuangan S-1 Manajemen 1993 PTT 16
5 A.H. Munanda, H.S.Pd P Kewirausahaan S-2 Teknologi Pembelajar 1989 GT 20
51
6 Ramdani, S.Pd L KKPI S-1Ekonomi 1993 GB 16
7 Mahfud Fauzi, Drs L PDU S-1 Pend. Komputer 1999 GB 10
8 Matali. HR, Drs.MM L BK/BP S-1 Bahasa Inggris 1987 GT 22
9 Sihono, Dr.MM L Manajemen SDM S-2 Manajemen SDM 1987 GT 22
10 Fatimah, Dra P Agama / BahasaArab
S-2 Manajemen SDM 1987 GT 22
11 Asyik Sudyana, Drs L Adm. Pendidikan S-1 Pendidikan Agama 1988 GTT 21
12 Sudianto, Drs L EkonomiPerusahaan
S-1 1990 GT 19
13 Sakuri, BA L Olah raga S-1 Penjaskes 1990 GTT 19
14 Sriwahyuni, S.Pd P Steno/BP S-1 1993 GB 16
15 Ida Nurkamaliya, S.Pd P Bhs. Indonesia /Berkomunikasimelalui telpon
S-1Adm. Perkantoran 1955 GT 14
16 Abdurohman, Drs L Bhs. Indonesia S-1 Bhs. Indonesia 1995 GT 14
17 A.Sanusi, Drs.MM L Surat keluar &Surat masuk
S-1 Bhs. Indonesia 1995 GT 14
18 Muhsani, BSc L Bhs. Inggris S-2 1996 GTT 13
19 Adjie Gunawan, SE L Ekonomi S-1 Bhs. Inggris 1996 PTT 13
20 R.Dewi Ratna Yulia, SE P Manajemen S-1 Ekonomi 1996 GB 13
21 Romli, S.Pd L Kewirausahaan S-1 1997 PTT 12
22 Hanafi, BA L Agama S-1 Ekonomi 1997 GT 12
23 Tina Sumartina S.Pd P IPS D-3 Pendidikan Agama 1997 GT 12
24 Hukman Fatir. S.Ag L Agama/Bhs. Arab S-1 IPS 1997 GTT 12
25 Mahfud, S.Pd L Bhs.Inggris S-1 Peradilan Agama 1997 GB 12
26 Yasan Hendrawan, Drs.MM L Manajemen SDM S-1 Pendidikan Inggris 1997 GB 12
27 Kasman Urip, Drs L Agama S-2 1998 GT 11
28 Banari, Drs L IPA / MTK S-1 Pendidikan Agama 1998 GB 11
52
29 Abdillah, BA L Olah Raga S-1 MTK 1999 GT 11
30 Khomariah, Hj. S.Pd P Perjalanan Dinas D-3 Penjaskes 1999 GTT 10
31 Mursidi, Drs L Pelaratan Kantor S-1 1999 GTT 10
32 Tanto Sugianto, S.Ag L Ekonomi S-1 1999 GTT 10
33 Taufik Hidayat, S.Pd.MM L Bhs. Indonesia S-1 Pendidikan Agama 1999 GTT 10
34 Ali. A. Rahman, H.Drs L Bhs. Indonesia S-1 Bhs. Indonesia 1999 GTT 10
35 Suliwinarni, S.Pd P PDU S-1 Bhs. Indonesia 1999 GTT 9
36 Djamila S.Ag P Ekonomi /Kewirausahaan
S-1 Adm. Perkantoran 2000 GTT 9
37 Saiful Anwar, S.Pd L Bhs. Indonesia S-1 Pendidikan Agama 2000 GTT 9
38 Feni Nurfitriani, SE P Akutansi S-1 Bhs. Indonesia 2008 GTT 2
39 Sarjianto, Drs.MM L ManajemenKeuangan
S-1 Ekonomi 2000 GB 9
40 Suryo, S.Ag L Agama S-2 Keuangan 2001 GTT 9
41 Farida R, Dra P Bhs. Indonesia S-1 Pendidikan Agama 2001 GTT 9
42 Hairudin, S.Pd L IPA/MTK S-1 Bahasa Indonesia 2001 GB 8
43 Hefri Dahlan, Drs L Olah Raga S-1 MTK 2001 GB 8
44 Suryani, S.Kom P KKPI S-1 Penjaskes 2001 GTT 8
45 Dian Windiarti, S.Pd P Bhs. Inggris S-1 Pend. Komputer 2001 GTT 8
46 Isyi Payah, S.Ag P Bahasa Arab S-1 Bhs. Inggris 2001 GTT 8
47 Zakiyah, Dra P PPKn S-1 Perbandingan Agama 2001 GB 8
48 Ahmad Fauji, BSc L Bhs. Inggris S-1 Filsafat&Sosiologi Pendidikan
2001 GTT 8
49 Jarim Arsyad, SE L Manajemen D-3 Bhs. Inggris 2001 GTT 8
50 Maysyaroh, S.Pd P PDU S-1 Ekonomi 2001 GTT 8
51 Sri Budiyatni, S.Pd P Bhs. Inggris S-1 2002 GB 7
53
52 Tahrif Isnaini, N.Ag L Agama S-1 Bhs. Inggris 2002 GTT 7
53 Diah Rahmadani, S.Pd P Bhs. Indonesia S-1 Pendidikan Agama 2003 GTT 6
54 Sri Atiyah, Spd P BP/BK S-1 Bhs. Indonesia 2003 GTT 6
55 Wuri Sati Lestarim S.Pd P Kewirausahaan S-1 2003 GTT 6
56 Dwi Rahayu, S.Pd P Matematika S-1 2004 GTT 5
57 Yatni Oktavia, S.Pd P Ekonomi S-1 Pend. Matematika 2004 GTT 5
58 Hasan, Drs L Matematika S-1 2004 GTT 5
59 Umar Abdul Ajis, S.Pd L PPKn S-1 Pend. Matematika 2005 GTT 4
60 Ummi Kalsum, S.Pd P Akutansi /Matematika
S-1 IPS 2005 GTT 4
61 Yayat Suyatna, S.Pd L Olah Raga S-1 Akutansi 2005 GTT 4
62 Mazda, Eko Sri Tjahjono,S.Pd
L Akutansi S-1 Penjaskes 2006 GTT 3
63 Zakariah, S.S.Pd P Bhs. Indonesia /PKN
S-1 Akutansi 2006 GTT 3
64 Zakiyah Ulfa, S.Pd P Bhs. Inggris / SeniBudaya
S-1 Pendidikan Agama 2006 GTT 3
65 Ani Zabaidah S.Pdi P PPKn S-1 Bhs. Inggris 2006 GTT 3
66 Asmiyanti, S.Kom P KKPI S-1 Pendidikan Agama 2006 GTT 3
67 Liniah, S.Pd P Matematika S-1 Komputer 2007 GTT 2
68 Sunarsih, S.Pd P Seni Budaya S-1 Matematika 2007 GTT 2
69 Ahmad Zakiyaddin, A.md L KKPI S-1Kesenian 2008 GTT 1
70 Sugeng Ryanto L Bhs. Inggris D-3 2008 GTT 1
71 Neneng Hasanah, S.Pd P Matematika SMA 2008 GTT 1
72 Khairuddin, SE L ManajemenKeuangan
S-1 PEndidikan Matematika 2008 GTT 1
73 Dailani, S.Kom L Matematika S-1 Ekonomi 2008 GTT 1
74 Meirina P Man. Keuangan &Perbankan
S-1 Tekhnik Informatika 2008 GTT 1
54
75 Saiful Bachruddin, S.ST L Komputer D-3 Akutansi 2009 GTT 0
76 Joshep Kristian Sitompul,S.ST
L Oreientasi S-1 Tekhnik Informatika 2009 GTT 0
77 Ratna Sari, BSc P Sekretaris S-1 Tekhnik Informatika 1998 KT 11
78 Siti Suproh, Hj. S.Pd P PDU Bendahara 1993 KT 16
79 Nahrawi, BA L PAI Pengutip SPP 1986 KT 23
80 Diana Jayanti, Hj.S.Pd P Sekretaris Pengutip SPP 2000 KT 9
81 Sumadi Santoso, S.Pdi L Pend. AgamaIslam
Komputerisasi Siang 2000 KT 9
82 Tarmidji L IPS Administrasi Kesiswaan 2001 KT 8
83 Subur, SE L Akutansi Komputerisasi Pagi 2003 KT 6
84 Lutfiyah P PGTK Pengutip SPP 2003 KT 6
85 Silviah Fitriani, SE P Akutansi Administrasi SPP 2005 KT 4
86 Tuti Alawiyah, SE P Ekonomi Administrasi Kepegawaian 2007 KT 2
87 Ahmad Faisal L AP Pengutip SPP/Perputakaan 2006 KT 3
88 Sanwani L Mesin Perpustakaan 1995 KT 14
89 Khusnul Latifah P IPS Administrasi Perpustakaan 2008 KT 1
90 Sarnubi L IPS Keamanan 1998 KT 11
91 Wardi L Tata Niaga Keamanan 1998 KT 11
92 Danat, H. L Pesuruh 1986 KT 23
93 Sarmija L Pesuruh 1996 KT 13
94 Muchlisin L Pesuruh 2003 KT 6
95 Useli L Pesuruh 2001 KT 8
96 Jamilah P Pesuruh 2008 KT 1
97 Taufik L Pesuruh 2009 KT 0
55
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah pengalaman guru yang
dapat dikatagorikan sebagai berikut :
1. Pengalaman rendah, dibawah 5 tahun tediri dari 22 orang
2. Pengalaman sedang, antara 5 sampai 10 tahun terdiri dari 26 orang
3. Pengalaman tinggi, diatas 10 tahun 28 orang
Maka disimpulkan bahwa guru dalam mengajar di SMK SATRIA
Srengseng Kembangan dapat dikatakan cukup profesional dilihat dari
pengalaman mengajar antara5-10 tahun.
A. Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan data yang diperoleh maka profesionalisme guru di SMK
SATRIA Srengseng Kembangan dapat di gambarkan dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 8
Kebanggaan Guru
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
42
13
1
0
75 %
24 %
1 %
0 %
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 75% guru menyatakan selalu
bangga terhadap jabatannya, 24% guru menyatakan sering, dan 1% guru
menyatakan kadang-kadang bangga terhadap jabatannya. Ini merupakan hal yang
positif karena dengan kebanggaan tersebut seorang guru akan lebih mengabdikan
dirinya pada profesi yang sangat dibanggakannya, dan akan berdampak
kedalam1kinerja, hingga penuh semangat dan kreatifitas.
56
Tabel 9
Tindakan sosial Guru dalam KBM
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
35
14
7
0
62,5%
25%
12,5%
0%
Dari table di atas diungkapkan bahwa, 62,5% guru menyatakan selalu
bertindak sesuai dengan norma sosial dalam kegiatan belajar mengajar, 25% guru
menyatakan sering, dan 12,5% guru menyatakan kadang-kadang bertindak sesuai
dengan norma sosial dalam kegiatan belajar mengajar. Ini sangat baik mengingat
betapa pentingnya peranan norma-norma sosial dalam menciptakan
profesionalitas pekerja, terutama seorang guru, baik dalam hubungan antara guru
lainnya maupun dengan para siswa.
Tabel 10
Kemandirian Guru sebagai Pendidik
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
28
20
6
2
50%
35,8%
10,7%3,5%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 50% guru menyatakan selalu
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik, 35,8% guru
menyatakan sering, 10,7% guru menyatakan kadang-kadang, dan 3,5% guru
menyatakan tidak pernah menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
57
pendidik. ini berpengaruh pada keputusan dalam menghadapi suatu masalah yang
membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam menyikapinya. Jika seorang guru
mempunyai kemandirian maka persoalan dapat mudah dihadapi tanpa harus
membawanya kedalam rapat para dewan guru, ini termasuk kedalam
keprofesionalan seorang guru.
Tabel 11
Etos kerja Guru
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
36
15
5
0
64,4%
26,7%
8,9%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 64,4% guru selalu memiliki
etos kerja, 26,7% guru menyatakan sering, dan 8,9% guru menyatakan kadang-
kadang memiliki etos kerja. Hal ini sangat baik untuk meningkatkan mutualitas
seorang guru agar berdampak baik dalam mengajar juga semangat untuk
mengembangkan metode pengajaran, selain itu sikap tersebut juga memberikan
teladan baik kepada para siswa.
Tabel 12
Prilaku positif Guru
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
31
20
5
0
55,2%
35,8%
9%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 55,2% guru menyatakan selalu
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik, 35,8% guru
58
menyatakan sering, dan 9% guru menyatakan kadang-kadang memiliki perilaku
yang berpengaruh positif terhadap peserta didik. Dari pengakuan ini para guru
akan lebih hati-hati dalam bertindak, jangan sampai melakukan hal negatif yang
akan menciptakan prilaku negatif peserta didik, sehingga guru lebih
mengutamakan norma-norma agama maupun norma-norma sosial dalam bersikap.
Tabel 13
Wibawa Guru
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23
22
11
0
41%
39%
20%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 41% guru menyatakan selalu
memiliki perilaku yang disegani, 39% guru menyatakan sering, dan 20% guru
menyatakan kadang-kadang memiliki perilaku yang disegani. Dalam artian
mempunyai wibawa, baik di lingkungan sekolah khususnya dan di lingkungan
masyarakat pada umumnya. Saat di kelas, ketika berhadapan pada peserta didik
guru akan mempunyai rasa kepercayaan diri sehingga lebih mudah dalam
memberikan pengarahan kepada peserta didik.
Tabel 14
Norma religius Guru
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25
18
12
1
44,6%
32,2%
21,4%
1,8%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 44,6% guru menyatakan selalu
bertindak sesuai dengan norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas, dan suka
59
tolong menolong), 32,2% guru menyatakan sering, 21,4%, guru menyatakan
kadang-kadang, dan 1,8% guru menyatakan tidak pernah bertindak sesuai dengan
norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas, dan suka tolong menolong). Hali ini
adalah pondasi awal lahirnya sebuah keprofesionalan seseorang, karena dengan
norma religius akan membuat seorang mempunyai tingkat kesadaran tinggi dalam
bertindak, dan mempunyai kejujuran serta keikhlasan dalam menjalankan tugas,
baik yang sudah tertuang dalam daptar tanggung jawab maupun dalam
pengembangan kerja.
Tabel 15
Guru diteladani oleh siswa
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
30
18
7
0
54,5%
32,5%
12,4%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 54,5% guru menyatakan selalu
memiliki perilaku yang diteladani oleh peserta didik, 32,5% guru responden
menyatakan sering,dan 12,4% guru menyatakan kadang-kadang memiliki perilaku
yang diteladani oleh peserta didik. Ini sangat baik sekali untuk contoh baik peserta
didik, sehingga peserta didik mempunyai keyakinan pada apa yang telah diajarkan
seorang guru telah diterapkan juga pada diri guru tersebut.
Tabel 16
Guru mengidentifikasian bahan ajar
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
33
14
9
0
59%
25%
16%
0%
60
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 59% guru menyatakan selalu
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik, 25% guru menyatakan sering, dan
16% guru menyatakan kadang-kadang mengidentifikasi bekal ajar awal peserta
didik. Dengan pengidentifikasian bekal awal menunjukan keprofesionalan seorang
guru. Guru yang peduli menjelaskan terlebih dahulu metode dan konsep
pembelajaran yang baik, agar peserta didik lebih mudah kedepannya dalam
melakukan pembelajaran.
Tabel 17
Prinsip kepribadian
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
24
22
10
0
42,9%
39,3%
17,8%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan, 42,9% guru menyatakan selalu
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian,
39,3% guru menyatakan sering, 17,8% guru menyatakan kadang-kadang
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian. Hal
ini merupakan salah satu sikap dari guru profesional, yang mampu menempatkan
situasi dan kondisi yang sesuai dengan kepribadian peserta didik, agar lebih tepat
sasaran dan lebih efisien.
Tabel 18
Guru membuat RPP
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
32
19
57,2%
33,9%
61
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
5
0
8,9%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 57,2% guru menyatakan selalu
menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih, 33,9% guru
menyatakan sering, dan 8,9% guru menyatakan kadang-kadang menyusun
rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Setelah mendapatkan
strategi terbaik dalam pembelajaran seorang guru yang profesional sebelumnya
juga harus melakukan perencanaan kegiatannya, agar target yang diharapkan
dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
Tabel 19
Guru membuat strategi pembelajaran
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
22
24
10
0
39,3%
42,9%
17,8%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 39,3% guru menyatakan selalu
menentukan strategi pembelajran berdasarkan karakteristik peserta didik,
kompetensi yang akan dicapai dan materi ajar, 42,9% guru menyatakan sering,
dan 17,8% guru menyatakan kadang-kadang menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang akan dicapai dan materi
ajar. Penyesuaian strategi berdasarkan karakteristik peserta didik mempengaruhi
pada tingkat ketepatan dan keberhasilan seorang guru menerapkan kompetensi
dan materi ajar.
62
Tabel 20
Guru menjalankan pembelajaran kondusif
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25
23
7
1
44,6%
41,1%
12,5%
1,8%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 44,6% guru menyatakan selalu
melaksanakan pembelajaran yang kondusif, sedangkan 41,1% guru menyatakan
sering melaksanakan pembelajaran yang kondusif, 12,5% guru menyatakan
kadang-kadang dan 1,8% guru menyatakan tidak pernah melaksanakan
pembelajaran yang kondusif. Dengan pembelajaran yang kondusif guru
mengetahui tingkat konsentrasi peserta didik, karena jika kondisi yang tidak
nyaman dikhawatirkan akan merusak pecahnya konsentrasi di kelas.
Tabel 21
Guru mendisain pembelajaran
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
31
18
7
0
55,3%
32,2%
12,5%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 55,3% guru menyatakan selalu
menata latar (setting) pembelajaran, 32,2% guru menyatakan sering, dan 12,5%
guru menyatakan kadang-kadang menata latar (setting) pembelajaran. Ini
menunjukan guru ingin menciptakan suasana yang nyaman agar konsentrasi
63
dalam kegiatan belajar mengajar lebih terjaga, dan peserta didik lebih cepat
menyerap materi yang disampaikan.
Tabel 22
Guru merancang dan mengevaluasi pembelajaran
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
30
17
8
1
53,6%
30,4%
14,2%
1,8%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 53,6% guru menyatakan
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan dengan berbagai metode. 30,4% guru menyatakan
selalu, 14,2% guru menyatakan kadang-kadang, dan 1,8% guru menyatakan tidak
pernah merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode. Dengan kegiatan ini
seorang guru dapat dinyatakan profesional karena mereka dapat membuat metode
berkesinambungan dan pengembangannya serta meneliti lagi mana metode yang
lebih baik untuk dipakai sesuai hasil evaluasi proses dan hasil belajar.
Tabel 23
Pemanfaatan hasil nilai pembelajaran Guru
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
27
16
12
1
48,3%
28,5%
21,4%
1,8%
64
Untuk lebih menambah semangat pada peserta didik yang mempunyai bakat
lebih, guru yang profesional tahu tindakan apa yang harus dilakukan, salah
satunya adalah dengan memfasilitasinya kegiatan non akademik tersebut. Untuk
lebih menambah semangat pada peserta didik yang mempunyai bakat lebih, guru
yang profesional tahu tindakan apa yang harus dilakukan, salah satunya adalah
dengan memfasilitasinya kegiatan non akademik tersebut.
Tabel 24
Peran Guru dalam pengembangan potensi akademik siswa
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19
25
10
2
33,9%
44,7%
17,9%
3,5%
Dari tabel diatas terungkap bahwa, 33,9% guru menyatakan selalu
memfasilitasi peserta didik untuk pengembagan berbagai potensi akademik,
terhadap bangga terhadap jabatannya, sedangkan 44,7% responden menyatakan
sering memfasilitasi peserta didik untuk pengembagan berbagai potensi akademik,
17,9% guru menyatakan kadang-kadang memfasilitasi peserta didik untuk
pengembagan berbagai potensi akademik, dan 3,5% guru menyatakan tidak
pernah memfasilitasi peserta didik untuk pengembagan berbagai potensi
akademik. Untuk lebih menambah semangat pada peserta didik yang mempunyai
bakat lebih, guru yang profesional tahu tindakan apa yang harus dilakukan, salah
satunya adalah dengan memfasilitasinya kegiatan non akademik tersebut.
Tabel 25
Guru memberikan fasilitas untuk pengembangan potensi siswa
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
26
19
46,4%
33,9%
65
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8
3
14,3%
5,4%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 46,4% guru menyatakan selalu
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non
akademik, 33,9% guru menyatakan sering memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi akademik, 14,3% guru menyatakan kadang-
kadang memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non
akademik, dan 5,4% guru menyatakan tidak pernah memfasilitasi peserta didik
untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik. Untuk lebih menambah
semangat pada peserta didik yang mempunyai bakat lebih, guru yang profesional
tahu tindakan apa yang harus dilakukan, salah satunya adalah dengan
memfasilitasinya kegiatan non akademik tersebut.
Tabel 26
Komunikasi antara guru dengan siswa
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
28
23
5
0
50%
41,1%
8,9%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 50% guru menyatakan selalu
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, 41,1% guru menyatakan sering
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, dan 8,9% guru menyatakan
kadang-kadang berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. Dengan
komunikasi yang terjalin baik, akan menimbulkan keakraban antara guru dengan
peserta didik, sehingga keduanya saling pengertian dan membuat kegiatan belajar
mengajar menjadi tentram dan lebih konsentrasi dalam menerima materi.
66
Tabel 27
Keefektifan komunikasi antara sesama guru
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
30
18
8
0
53,6%
32,2%
14,2%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 53,6% guru menyatakan selalu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan, 32,2% guru menyatakan sering berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan, dan 14,2% guru
menyatakan kadang-kadang berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan adanya hal ini komunikasi
guru akan lebih efektif yang berdampak pada kinerjanya dalam mengajar.
Tabel 28
Keefektifan komunikasi antara guru, siswa, orang tua, dan masyarakat
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
26
17
13
0
46,4%
30,4%
23,2%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 46,4% guru menyatakan selalu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik
dan masyarakat sekitar. 30,4% guru menyatakan sering berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat
sekitar, dan 23,2% guru menyatakan kadang-kadang berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
67
Dengan komunikasi ini bisa membuat jalinan kerjasama antara guru dengan wali
peserta didik, terutama dalam hal mengetahui perilaku peserta didik menurut
informasi dari wali peserta didik, dan memahami kondisi sekolah dan pendidikan
dari sudut pandang masyarakat.
Tabel 29
Guru memahami materi pembelajaran
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
30
20
5
1
53,6%
35,8%
8,8%
1,8%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 53,6% guru menyatakan selalu
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, 35,8% guru
menyatakan sering memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,
8,8% guru menyatakan kadang-kadang memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah, dan 1,8% guru menyatakan tidak pernah memahami materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah. Guru profesional tentu harus memahami
kurikulum sekolah, karena dari kurikulum tersebut dapat dibuat pengembangan
metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi atau karakteristik peserta didik.
Tabel 30
Guru memahami konsep antarmata pelajaran
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
29
22
4
1
51,7%
39,4%
7,1%
1,8%
68
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 51,7% guru menyatakan selalu
memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait, 39,4% guru menyatakan
sering memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait, 7,1% guru
menyatakan kadang-kadang memahami hubungan konsep antarmata pelajaran
terkait, dan 1,8% guru menyatakan tidak pernah memahami hubungan konsep
antarmata pelajaran terkait. Guru profesional mengerti keterkaitan pelajaran yang
satu dengan yang lainnya agar bisa lebih dipahami oleh peserta didik.
Tabel 31
Pemahaman struktur, konsep, dan metode keilmuan dengan materi ajar
guru
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
33
18
5
0
58,9%
32,2%
8,9%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 58,9% guru menyatakan selalu
memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi dengan materi
ajar, 32,2% guru menyatakan sering memahami struktur, konsep, dan metode
keilmuan yang menaungi dengan materi, dan 8,9% % guru menyatakan kadang-
kadang memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi dengan
materi ajar. Bahwa guru di SMK SATRIA Srengseng Kembangan, memahami hal
diatas, sehingga guru di SMK tersebut mayoritas profesional, karena dengan
memahami hal tersebut guru dapat lebih mudah dalam membuat perkembangan
kualitas peserta didik di sekolah tersebut.
Tabel 32
Guru menguasai langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan
Alternatif Jawaban Responden Persentase
69
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
29
21
6
0
51,7%
37.6%
10,7%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 51,7% guru menyatakan selalu
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan atau materi ajar, 37,6% guru menyatakan sering menguasai langkah-
langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi
ajar, dan 10,7% guru menyatakan kadang-kadang menguasai langkah-langkah
penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi ajar. jika
hal ini ada pada guru maka guru tersebut bisa dikatakan profesional sebab dengan
menguasai langkah-langkah penelitian, mereka bisa melakukan penelitian dengan
efisien dan efektif. Dan mempunyai kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan materi ajar, artinya seorang guru meningkatkan mutu dan kualitasnya
untuk perkembangan materi yang akan disampaikan.
Tabel 33
Guru mendisain alat bantu belajar sederhana
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25
16
13
2
44,7%
28,6%
23,2%
3,5%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 44,7% guru menyatakan selalu
merancang dan membuat alat bantu (alat peraga) belajar yang sederhana, 28,6%
guru menyatakan sering merancang dan membuat alat bantu (alat peraga) belajar
yang sederhana, 23,2% guru menyatakan kadang-kadang merancang dan
membuat alat bantu (alat peraga) belajar yang sederhana, dan 3,5% guru
menyatakan tidak pernah merancang dan membuat alat bantu (alat peraga) belajar
70
yang sederhana. dengan demikian guru dapat mengerti bagaimana cara untuk
mempermudah pemahaman dalam kegiatan belajar.
Tabel 34
Guru mampu menjawab pertanyaan siswa dalam KBM
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
29
16
9
2
51,8%
28,6%
16,2%
3,5%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 51,8% guru menyatakan selalu
mampu menjawab dengan jelas pertanyaan yang diberikan siswa dalam proses
kegiatan belajar, 28,6% guru menyatakan sering mampu menjawab dengan jelas
pertanyaan yang diberikan siswa dalam proses kegiatan belajar,16,2% guru
menyatakan kadang-kadang mampu menjawab dengan jelas pertanyaan yang
diberikan siswa dalam proses kegiatan belajar, dan 3,5% guru menyatakan tidak
pernah mampu menjawab dengan jelas pertanyaan yang diberikan siswa dalam
proses kegiatan belajar. Dengan demikian guru tersebut dikatakan menguasai
materi ajar.
Tabel 35
Guru mengatur kerapian kelas sebelum belajar
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
36
16
3
1
64,3%
28,6%
5,3%
1,8%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 64,3% guru menyatakan selalu
mengatur kerapian tata ruang kelas terlebih dahulu serta kesiapan siswa untuk
71
belajar, 28,6% guru menyatakan sering mengatur kerapian tata ruang kelas
terlebih dahulu serta kesiapan siswa untuk belajar,5,3% guru menyatakan kadang-
kadang mengatur kerapian tata ruang kelas terlebih dahulu serta kesiapan siswa
untuk belajar, 1,8% guru menyatakan tidak pernah mengatur kerapian tata ruang
kelas terlebih dahulu serta kesiapan siswa untuk belajar. Hal ini dilakukan untuk
menciptakan suasana yang nyaman dan tenang dalam kegiatan belajar.
Tabel 36
Guru menyimpulkan materi pelajaran
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
28
22
5
1
50%
39,8%
8,9%
1,8%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 50% guru menyatakan selalu
menyimpulkan materi pelajaran dengan baik, 39,8% guru menyatakan sering,
8,9% guru menyatakan kadang-kadang dan 1,8% guru menyatakan tidak pernah
menyimpulkan materi pelajaran dengan baik. Dengan penyimpulan diharapkan
lebih memperjelas materi yang telah disampaikan.
Tabel 37
Guru memberikan motivasi dan nasihat ketika mengajar
Alternatif Jawaban Responden Persentase
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
30
24
2
0
53,7%
42,8%
3,5%
0%
Dari tabel diatas dapat diungkapkan bahwa, 53,7% guru menyatakan selalu
memberikan motivasi, nasihat dan ide cemerlang kepada murid ketika mengajar,
72
42,8% guru menyatakan sering, dan 3,5% guru menyatakan kadang-kadang
memberikan motivasi, nasihat dan ide cemerlang kepada murid ketika mengajar.
Guru profesional selalu memberikan semangat dan motivasi kepada peserta didik,
dan mendorong untuk membuat ide-ide cemerlang.
Distribusi Frekuensi
Perhitungan distribusi frekusensi variabel profesionalisme guru
Range = Nilai tertinggi – Nilai Terendah
= 120 - 77
= 43
Banyaknya Kelas = 1+ 3,3 Log N
= 1 + 3,3 Log 56
= 1+ 3,3 X1, 748188027
= 6,7690204891
= 7
Interval Kelas = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
Jumlah Kelas
= 120 - 777
= 6,1
73
Dari perhitungan diatas maka tabel distribusi frekuensinya adalah:
Tabel 38
Distribusi Frekuensi
No. KelasInterval F FKb Fka Xi FXi
1 75 - 81 3 56 3 78 234
2 82 - 88 3 53 6 89 267
3 89 - 95 7 46 13 92 644
4 96 - 102 17 29 30 99 1683
5 103 - 109 17 12 47 106 1802
6 110 - 116 4 8 51 113 452
7 117 - 123 5 3 56 120 600
Total ∑F=56 ∑X=697 ∑FX=5682
Berdasarkan penyajian data dari tabel distribusi dapat dilihat dari 56 orang
responden yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 43 orang atau 76,78%
dan sedangkan yang mendapat skor di bawah rata-rata 13 orang atau 23,21%.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat kemunculan nilai tertinggi dalam batas kelas
103-109 dengan titik tengahnya (x) 106 dan fekuensinya 17, sedangkan nilai
terendah pada batas rendah 75-81 dan 82-88 dengan titik tengahnya (x) 234 dan
267 dan frekuensinya 3 dan 3.
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata profesionalisme guru dapat
diperoleh dengan cara :
1. Mencari rentang nilai untuk katagori sedang diperoleh dengna cara rata-rata
skor tentang profesionalisme guru dikurangi simpang baku dengan rata-rata
skor ditambah simpang baku hasilnya :
101,16 – 9,83 = 91,33 = 92
101,16 + 9,83 = 110,99 = 111
74
jadi untuk katagori sedang rentang nilainya adalah 92 - 111
2. Menentukan nilai rata-rata untuk katagori tinggi yaitu skor yang berada di
atas 111 ≥ 112 sampai dengan skor tertinggi, yaitu 112 - 120
3. Untuk menentukan rata-rata katagori rendah yaitu dengan menentukan skor
yang berada di bawah 77 ≤ 91 Sampai skor terendah yang didapat, dengan
demikian skor untuk katagori rendah berada antara 77 - 91, lebih jelasnya
diinterpretasikan ke dalam :
77-91 adalah rata-rata profesionalisme guru cukup baik
92-111 adalah rata-rata profesionalisme guru baik
112-120 adalah rata-rata profesionalisme guru sangat baik
Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
tentang profesionalisme guru di SMK SATRIA di katagorikan baik dengan skor
nilai 101,46, yang diambil dari klasifikasi skor angket guru. Artinya bahwa guru-
guru yang mengajar di SMK SATRIA Srengseng Kembangan, rata-rata guru yang
profesional dalam mengajar.
75
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penelitian di atas maka dapat di simpulkan, bahwa jawaban angket
mengenai profesionalisme guru, terungkap bahwa profesionalisme di SMK
SATRIA Srengseng Kembangan Jakarta Barat berada pada kualifikasi baik
dengan skor nilai 101,46, yang diambil dari klasifikasi skor angket guru.
1. Didalam kompetensi kepribadian, bahwa sebagian besar guru mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
2. Didalam Kompetensi Pedagogik, bahwa sebagian besar guru memahami
peserta didik, tentang perancangan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
3. Kompetensi Profesional, bahwa sebagian besar guru menguasai materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodelogi keilmuannya.
4. Kompetensi Sosial, bahwa sebagian besar guru mampu untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
76
5. Guru yang bertugas sebagai tenaga fungsional di SMK SATRIA Srengseng
Kembangan dapat dikatagorikan kepada tenaga profesional. Hal ini tersebut
karena, saat rekruitmen sudah di sesuaikan dengan kebutuhan untuk mengapu
suatu materi yang akan dipegang. Di samping latar belakang pendidikan, pada
umumnya menjadi guru karena kemauan dari diri sendiri untuk menjadi
pendidik.
6. Kelengkapan alat peraga, laboratorium dan perpustakaan untuk mendukung
proses kegiatan belajar mengajar menjadi persyaratan pencapaian target di
SMK SATRIA Srengseng Kembangan.
Saran
Saran-saran dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Saran untuk Kepala Sekolah
Perbanyak program ilmiah, melalui seminar, diklat, dan pelatihan-pelatihan
dan sejenisnya untuk meningkatkan kompetensi guru yang akan berdampak
positif baik bagi guru maupun siswa dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas.
b. Saran untuk Guru
1. Sebaiknya guru dalam mengajar jangan hanya menggunakan satu
pegangan buku saja, dengan tujuan agar dapat menambah wawasan
keilmuan dalam mengajar.
2. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal ini perpustakaan lebih
di fungsikan kegunaannya dan lebih diperbanyak referensi-referensi
terbaru.
77
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari Guru Profesional (Menguasai Metode dan Trampil
Mengajar), (Bandung: ALPABETA, 2008), cet. I.
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), cet. III.
B. Uno, Hamzah Model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Akasara,
2008), cet. III.
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda
Karya: Bandung, 2008), cet. III.
Hamalik, Oemar Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), cet. IV.
http://Suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-
duniapendidikan-oleh-Winarno-Surakhmad/2008/05/12.
Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Bumi Aksara,
2001), cet. I.
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), cet. XX.
Sudijono, Anas Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Perss,
1993), cet. V.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, (Jakarta:
CV. Sumber Pustaka, 2009).
PERMENDIKNAS 2006 Tentang S1 & SK1, (Jakarta: Sinar Grafika,
2006).
Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. XIII.
Usman, M. Uzer Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), cet. VI
Soetjipto dan Kosasi, Raflis Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2007), cet. I.
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2005), cet. II.
78
Saud Udin S. dan sutarsih, Cicih Pengembangan Profesi Guru SD,
(Bandung: UPI PRESS, 2007), cet. I.
Yamin, Martinis Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007), cet. II
Yamin, Martinis Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Putra
Grafika, 2007), cet. II.