produktivitas tanaman nilam (pogestemon cablin benth) … · serta jumlah produksi minyak nilam...
TRANSCRIPT
PRODUKTIVITAS TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) PADA
HUTAN RAKYAT DI DESA LELING UTARA KECAMATAN TOMMO
KABUPATEN MAMUJU
SKRIPSI
SRI ASTUTI
105950060315
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
PRODUKTIVITAS TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) PADA
HUTAN RAKYAT DI DESA LELING UTARA KECAMATAN TOMMO
KABUPATEN MAMUJU
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Serjana Kehutanan Strata
Satu (S-1)
SRI ASTUTI
105950060315
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar 2020
@Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh
Makassar.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.
ABSTRAK
SRI ASTUTI (105950060315). Produktivitas Tanaman Nilam ( Pogestemon
cablin Benth ) pada Hutan Rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo
Kabupaten Mamuju. Di bawah bimbingan Husnah Latifah dan Muhammad
Daud
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas tanaman nilam
dan produktivitas minyak nilam (Pogestemon cablin Benth) pada hutan rakyat di
Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju. Jenis data yang
dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan
dengan metode observasi, wawancara, quisioner dan survey sedangkan data
sekunder dikumpulkan menggunakan studi literatur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa produksi rata-rata tanaman nilam sekali panen milik petani
pada hutan rakyat di Desa Leling Utara 4.302 kg/panen dengan luas lahan rata-rata
0,74 ha dan dengan frekuensi pemanenan 2 kali dalam setahun, maka produksi
rata-rata tanaman nilam pertahun sebanyak 8.604,00 kg/tahun dan produktivitas
tanaman nilam pertahun 320.917,66 kg/ha/tahun dengan produktivitas rata-rata
tanaman nilam sebanyak 10.697,26 kg/ha/tahun. Serta jumlah produksi minyak
nilam sekali panen 2.529,58 kg/panen dengan rata-rata 84,32 kg/panen dengan
frekuensi pemanen 2 kali dalam setahun, maka produksi minyak nilam dalam
setahun adalah 5.059,15 kg/ tahun dengan rata-rata 168,64 kg/tahun. Rendemen
rata-rata pengelolaan tanaman nilam menjadi minyak nilam yaitu 1,96 %.
Kata Kunci: Nilam, Minyak Nilam, Hutan Rakyat, Rendemen
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal ini. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW sebagai suatu teladan yang mengangkat manusia dari jurang yang dalam
menuju bukit yang penuh cahaya Ilahiyah.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan
telah banyak hambatan dan rintangan yang penulis lalui, akan tetapi penulis
jadikan sebagai seni dan pelajaran serta menjadikan sebagai motovasi dalam
melakukan suatu hal yang sangat berharga. Skripsi ini berjudul :
“Produktivitas Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) pada Hutan
Rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju”
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibunda Husnah Latifah S.Hut., M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar dan sekaligus sebagai
Pembimbing 1.
2. Ibunda Dr. Hikmah S.Hut., M.Si., selaku Ketua Program Studi Kehutanan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ir. Muh. Daud S.Hut., M.Si., IPM., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan sistem penyusunan laporan, pengetahuan dan
motivasi.
4. Dr. Irma Sribianti, S.Hut.,MP selaku Penguji I dan Dr. Ir. Sultan, S.Hut.,
M.P.,IPM selaku Penguji II yang tak hentinya memberikan arahan dan
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta staf tata usaha Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu
selama di bangku perkuliahan.
6. Kedua Orang Tua dan teman-teman yang memberikan doa dan dukungan
serta partisipasi yang sangat besar dalam penyusunan Skripsi ini sehingga
dapat terselesaikan tepat waktu.
Pada penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab
itu Penulis hargai kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat
mendorong kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga allah SWT memberikan
rahmat dan kemanfaatan yang banyak atas Penulisan proposal ini dan menjadikan
kita hamba-Nya yang pandai mensyukuri nikmat-Nya, Amin ya Rabbal „Alamin.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Makassar, Desember 2019
Sri Astuti
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL. ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN. ..................................................................... ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI. .............................................................. iii
HAK CIPTA ................................................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR. ................................................................................ vi
DAFTAR ISI. ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR. .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
I. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang. .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3. TujuanPenelitian. .............................................................................. 3
1.4. ManfaatPenelitian. ............................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). .................................................. 4
2.2. Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth). ................................... 7
2.3. Minyak Atsiri .................................................................................. 12
2.4. Minyak Nilam. ................................................................................ 14
2.5. Produktivitas. .................................................................................. 15
2.6. Kerangka Pikir. ............................................................................... 17
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian. ....................................................... 18
3.2. Alat dan Bahan. ............................................................................... 18
3.3. Metode Pengumpulan Data. ........................................................... 18
3.4. Jenis Data. ....................................................................................... 19
3.5. Analisis Data. .................................................................................. 20
3.6. Definisi Operasional........................................................................ 21
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Geografis dan Demografi ................................................................ 23
4.2. Tingkat Pendidikan ......................................................................... 24
4.3. Mata pencaharian ............................................................................ 24
4.4. Pertanian dan Peternakan ................................................................ 24
4.5. Sarana dan Prasarana ....................................................................... 25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden ........................................................................ 26
5.2. Produksi Tanaman Nilam ................................................................ 31
5.3. Produksi Minyak Nilam .................................................................. 34
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 37
6.2. Saran ................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Klasifikasi Responden Petani Nilam Berdasarkan Kelompok
Umur di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten
Mamuju ......................................................................................... 26
2. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Respondan Petani Nilam
di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju .... 28
3. Klasifikasi Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga Responden
di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju .... 29
4. Luas Lahan Responden di Desa Leling Utara Kecamatan
Tommo Kabupaten Mamuju ......................................................... 30
5. Produksi Tanaman Nilam di Desa Leling Utara
Kecamatan Tommo KAbupaten Mamuju ..................................... 33
6. Produksi Minyak Nilam di Desa Leling Utara
Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju ...................................... 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian Produktivitas Tanaman Nilam
(Pogestemon cablin Benth) di Desa Leling Utara Kecamatan
Tommo Kabupaten Mamuju ........................................................ 17
2. Proses Wawancara Kepada Responden ........................................ 48
3. Penanaman Tanaman Nilam ......................................................... 49
4. Tanaman Nilam Siap Panen .......................................................... 49
5. Pengukuran Lahan ......................................................................... 50
6. Proses Pemanenan ......................................................................... 50
7. Proses Pencincangan Nilam Kering .............................................. 51
8. Penimbangan Daun Nilam Kering ................................................ 52
9. Tempat Penyulingan...................................................................... 52
10. Proses Penyulingan ....................................................................... 53
11. Penimbangan Minyak Nilam......................................................... 54
12. Minyak Nilam ............................................................................... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
1. Kuisioner Penelitian ...................................................................... 42
2. Data Responden ............................................................................ 44
3. Data Penelitian .............................................................................. 46
4. Dekomentasi Penelitian ................................................................. 48
5. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 55
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan sebagai sistem sumberdaya alam memiliki potensi untuk memberi
manfaat multiguna, di samping hasil kayu, hutan dapat memberi manfaat berupa
hasil hutan bukan kayu dan lingkungan. Hasil riset menunjukkan bahwa hasil
hutan kayu dari ekosistem hutan hanya sebesar 10 % sedangkan sebagian besar
(90%) hasil lain berupa hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang selama ini belum
dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dari ekosistem hutan sangat beragam
jenis sumber penghasil maupun produk serta produk turunan yang dihasilkannya.
Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang Hasil
Hutan Bukan Kayu, maka dalam rangka pengembangan budidaya maupun
pemanfaatannya HHBK dibedakan dalam HHBK nabati dan HHBK hewani.
HHBK nabati meliputi semua hasil non kayu dan turunannya yang berasal dari
tumbuhan dan tanaman salah satunya adalah kelompok minyak atsiri antara lain
cendana, kayu putih, kenanga dan nilam.
Minyak atsiri sebagian besar diambil dari berbagai jenis tanaman
penghasil minyak atsiri, salah satunya minyak nilam (Pogostemon cablin benth)
(Sariadi, 2012). Minyak nilam (patchouli oil) adalah minyak atsiri yang diperoleh
dari hasil penyulingan daun, batang dan cabang tanaman nilam. Minyak ini
merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang fungsinya dalam industri sabun,
2
kosmetika, dan industri parfum, yang tidak dapat digantikan oleh zat sintetik
karena sangat berperan dalam menentukan kekuatan, sifat dan ketahanan wangi.
Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang dapat mengikat bau wangi bahan pewangi
lain (fiksatif) dan sekaligus membentuk bau yang harmonis dalam suatu campuran
(Harunsyah, 2011).
Beberapa penelitian tentang penghasil minyak atsiri salah satunya tanaman
nilam diantaranya telah dilakukan oleh Hariyani dkk (2015) yang meneliti tentang
Pengaruh Umur Panen Terhadap Rendemen dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman
Nilam (Pogestemon cablin Banth) yang menyimpulkan bahwa 4 bulan setelah
tanam dan 4 bulan setelah panen adalah umur panen yang paling optimal dari segi
bobot kering maupun rendemen pada daun cabang serta total. Adapun penelitian
lain yang dilakukan oleh M. Daud et all (2019) yang meneliti tentang Produksi
dan Rendemen Pengelolaan nilam (Pogestemon cablin Banth) dari Hutan Rakyat
di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang menyimpulkan
bahwa produksi rata-rata tanaman nilam sekali panen 430 kg/panen dengan luas
lahan rata-rata 0,29 ha dan frekuensi pemanenan nilam 2 kali, rendemen minyak
nilam berkisar antara 2,88 - 3,19 % dengan rata-rata 3,00 %.
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) telah dilakukan oleh
masyarakat yang ada di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten
Mamuju dengan memanfaatkan minyak nilam sebagai mata pencaharian sekitar
hutan. Maka perlu diadakan Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
produktivitas tanaman nilam dan minyak nilam (Pogestemon cablin Benth) pada
hutan rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju.
3
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana produktivitas tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth) pada
hutan rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju?
2. Bagaimana produktivitas minyak nilam (Pogestemon cablin Benth) pada
hutan rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui produktivitas tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth) pada
hutan rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju.
2. Mengetahui produktivitas minyak nilam (Pogestemon cablin Benth) pada
hutan rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi, sebagai berikut :
1. Produktivitas minyak nilam terhadap petani atau masyarakat.
2. Potensi minyak nilam terhadap kebutuhan masyarakat sebagai mata
pencaharian.
3. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan.
4. Untuk memperoleh pengalaman.
5. Sebagai input informasi bagi pihak yang membutuhkan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Menurut Peraturan Menteri No. P35/ Menhut-II/ 2007, Hasil Hutan Bukan
Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati
maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu (Menhut,
2007). Dalam upaya mengubah haluan pengelolaan hutan dari timber extraction
menuju sustainable forest management, Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) atau
Non Timber Forest Products (NTFP) memiliki nilai yang sangat strategis. Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan salah satu sumber daya hutan yang
memiliki keunggulan komparatif dan bersinggungan langsung dengan masyarakat
sekitar hutan.Sehingga, tidak dipungkiri lagi bahwa masyarakat di dalam maupun
di sekitar kawasan hutan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
hasil hutan bukan kayu (Sihombing, 2011).
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan
dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak
lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) yang tertuang pada Pasal 1 (13) dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 yang merupakan revisi dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007, adalah izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam
pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan,
pemeliharaan, dan pemasaran (Kemenhut, 2007).
5
Sumberdaya hutan juga bersifat multi guna dan memuat multi kepentingan
serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu
yang hanya memberikan sumbangan 20%, melainkan juga manfaat Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK) dan jasa lingkungan, yang memberikan sumbangan terbesar
yakni 80 %, namun hingga saat ini potensi HHBK tersebut belum dapat
dimanfaatkan secara optimal. Paradigma ini makin menyadarkan kita bahwa
produk HHBK merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki
keunggulan komparatif dan paling bersinggungan dengan masyarakat sekitar
hutan. HHBK terbukti dapat memberikan dampak pada peningkatan penghasilan
masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi
penambahan devisa Negara (Kemenhut, 2009).
Pemanfaatan hutan selama ini masih cenderung berorientasi pada
pengelolaan hutan sebagai penghasil kayu dalam kontek ekonomi. Kondisi ini
mendorong eksploitasi kayu secara intensif untuk memenuhi pasar dunia maupun
industri domestik tanpa memperhatikan nilai manfaat lain yang dapat diperoleh
dari hutan dan kelestarian ekosistem hutan. Oleh karena itu, paradigma tersebut
telah menyebabkan terjadinya penurunan luas, manfaat dan kualitas ekosistem
hutan. Padahal, di sisi lain, sumberdaya hutan (SDH) mempunyai potensi multi
fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagi
kesejahteraan ummat manusia. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil
Hutan Kayu (HHK) seperti yang terjadi saat ini, melainkan juga manfaat hasil
hutan bukan kayu (HHBK) dan jasa lingkungan (Kemenhut, 2009).
6
Paradigma baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem
sumberdaya yang bersifat multi fungsi, multi guna dan memuat multi kepentingan
serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Paradigma ini makin menyadarkan kita bahwa produk
HHBK merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki keunggulan
komparatif dan paling bersinggungan dengan masyarakat sekitar hutan. HHBK
terbukti dapat memberikan dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat
sekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi penambahan devisa
negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil hutan kayu dari ekosistem
hutan hanya sebesar 10% sedangkan sebagian besar (90%) hasil lain berupa hasil
hutan bukan kayu (HHBK) yang selama ini belum dikelola dan dimanfaatkan
secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kemenhut, 2009).
Kawasan hutan Indonesia mencapai luas 125,956,142.71 ha (KLHK,
2017) memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi 30 sampai dengan 40
ribu jenis tumbuhan tersebar di hampir seluruh pulau yang berpotensi
menghasilkan HHBK yang cukup besar (Kemenhut, 2009). Secara ekonomis
HHBK memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpeluang untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan pendapatan negara.
Walaupun memiliki nilai ekonomi tinggi namun pengembangan usaha dan
pemanfaatan HHBK selama ini belum dilakukan secara intensif sehingga belum
dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat dan peningkatan devisa Negara (Kemenhut, 2009).
7
2.2. Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth)
Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak
Patchouli ( dalam bahasa tamil Patchai (hijau) dan Ellai (daun), karena
minyaknya disuling dari daun ). Nilam adalah salah satu produk minyak atsiri,
minyal atsiri ini dapat bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga,
biji, buah, batang, kulit dan akar. Untuk tanaman nilam, minyak atsirinya banyak
diambil dari daun. Klasifikasi ilmiah dari nilam:
Regnum : Plantae
Division : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Pogostemon
Spesies : Pogostemon cablin
Nama binomial : Pogostemon cablin Benth (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Tanaman nilam merupakan tanaman perdu yang tingginya bisa mencapai
lebih dari 1 meter.Perakaran tanaman nilam adalah akar serabut yang wangi dan
tumbuhnya menjalar didalam tanah. Akar-akar sekunder tanaman nilam yang
sudah dewasa menyebar sekitar 20-30 cm di bawah permukaan tanah.Tanaman
nilam yang berasal dari perbanyakan vegetatif (stek) biasanya memiliki akar
serabut yang lebih kuat sehingga dapat berdiri tegak dan kuat (Firmanto, 2009).
8
Batang tanaman nilam yaitu berkayu yang panjangnya kira-kira 20 – 40
cm dengan diameter sekitar 10 – 20mm. Sistem percabangan tanaman nilam
bertingkat mengelilingi batang, biasanya 3 – 5cabang per-tingkat dan cabang
berjumlah banyak. Tinggi tanaman nilam bisa mencapai 1 meter lebih dengan
radius cabang selebar kurang lebih 60 cm jika tanaman sudah berumur 6 bulan.
Daun tanaman nilam berbentuk bulat oval hingga bulat panjang (lonjong) dan
menyerupai jantung. Ukuran daun ini sekitar 5 – 10cm. Daun yang berwarna hijau
ini tipis dan tidak kaku, permukaan daun bagian atas terdapat bulu-bulu dan kasar.
Letak duduk daun saling berhadap-hadapan, bagian ujung daun tumpul dan urat
daun menonjol keluar, sebagian besar daun yang melekat pada ranting hampir
selalu berpasangan satu sama lain. Daun diremas akan tercium bau harum, dan
pada jaman dahulu masyarakat menjadikan daun nilam sebagai pengganti sabun
dan sekaligus untuk memberikan bau wangi, (Mangun, 2008). Tanaman nilam
jarang berbunga, bahkan ketika penanamannya diharapkan tidak mencapai proses
generatif karena mengurangi jumlah dari minyak atsisrinya. Bunga tanaman nilam
tumbuh di ujung tangkai, bergerombol dan memiliki karakteristik warna ungu
kemerahan. Tangkai bunga memiliki panjang antara 2 – 8cm dengan diameter
antara 1 – 15 cm dengan mahkota berbentuk pipa berukuran 8 mm dengan stilus
dan dua stigma.Buah atau biji berbentuk menyerupai polong berjumlah 4 dan
berukuran kecil.
9
Nilam merupakan jenis tanaman perdu yang rendah bercabang-cabang
dekat dengan permukaan tanah, tidak mempunyai batang yang tegak, dan
termasuk jenis rerumputan. Nama latinnya Pogostemon cablin Benth, daunnya
berbau harum. Tanaman berasal dari India dan Cina ini tumbuh sebagai bagian
dari semak-semak di pinggir kebun atau hutan di Indonesia. Nilam di ambil
minyaknya, daun beserta ikutannya berupa ranting-ranting kecil di rebus lalu
uap/asapnya di suling menjadi minyak nilam, sejenis minyak atsiri. Tanaman
nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil
minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50 % dari total ekspor
minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia
merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga petani
(Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004).
Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia
dengan kontribusi 90 %. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002 sebesar 1.295
dengan nilai US $ 22,5 juta (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004). Sebagian
besar produk minyak nilam di ekspor untuk di pergunakan dalam industri parfum,
kosmetik, antiseptik dan insektisida (Mardiningsih et al., 1995). Dengan
berkembangnya pengobatan dengan aromaterapi, penggunaan minyak nilam
dalam aromaterapi sangat bermanfaat selain penyembuhan fisik juga mental dan
emosional. Selain itu, minyak nilam bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri
lainnya) yang sampai sekarang belum ada produk substitusinya, (Ibnusantosa,
2000).
10
Pogostemon cablin Benth sering juga di sebut nilam Aceh, jenis nilam ini
termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang
mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang di usahakan secara komersial
adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang
kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan
Indonesia, (Sudaryani, 2004).
Menurut Trease dan Evan (Hamid dan Syarif, 1992), tanaman nilam
meliputi tiga spesies, yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon hortensis dan
Pogostemon heyneanus.
a. Pogostemon cablin Benth
Pogostemon cablin sering juga di sebut Nilam Aceh. Jenis nilam ini
termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma
yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang di usahakan secara
komersial adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari
Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay,
Brazilia dan Indonesia (Sudaryani, 2004).
b. Pogostemon heyneanus
Sering juga di namakan Nilam Jawa atau Nilam hutan. Jenis ini berasal
dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa. Jenis ini berbunga, karena
itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,50 – 1,5 %. Di samping itu minyak
nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya kurang mendapatkan pasaran
dalam perdagangan (Sudaryani, 2004).
11
c. Pogostemon hortensis
Di sebut juga nilam sabun Karena bisa di gunakan untuk mencuci
pakaian.Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten.Bentuk Pogostemon
hortensis ini mirip dengan nilam Jawa, tetapi tidak berbunga. Kandungan
minyaknya 0,5 – 1,5 %, komposisi minyak yang di hasilkan jelek sehingga
untuk jenis nilam ini juga kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan
(Sudaryani, 2004).
Di antara ketiga jenis nilam tersebut yang banyak di budidayakan yaitu
Pogostemon cablin Benth (nilam aceh), karena kadar dan kualitas minyaknya
lebih tinggi dari varietas lainnya. Nilam aceh di perkirakan daerah asalnya
Filipina atau Semenanjung Malaysia. Setelah sekian lama berkembang di
Indonesia, tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dari sifat
dasarnya. Dari hasil eksplorasi di temukan bermacam-macam tipe yang berbeda
baik karakteristik morfologinya, kandungan minyak, sifat kimia minyak dan sifat
ketahanannya terhadap penyakit dan kekeringan.
Tanaman nilam (Pogostemin patchouli) disebut juga sebagai Pogostemon
cablin Benth merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segi
empat. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak nilam
(patchouli oil) yang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan industri. Fungsi
utama minyak nilam sebagai bahan baku (fiksatif) dari komponen kandungan
utamanya yaitu patchouli alkohol (C15H26) dan sebagai bahan pengendali
penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan
lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan campuran produk
12
kosmetik (diantaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi, sampoo, lotion, dan
deodorant), kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk essence atau
penambah rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan anti radang, antifungi, anti
serangga, afrodisiak, anti inflamasi, antidepresi, antiflogistik, serta dekongestan),
kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan pengawetan barang, serta
berbagai kebutuhan industri lainnya (Mangun, 2008).
2.3. Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam
tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia
dengan adanya air. Minyak tersebut di sintesis dalam sel kelenjar pada jaringan
tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak
terpentin dari pohon pinus. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat
juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara
sintesis (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan
kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang
(S). Umumnya komponen kimia dari dalam minyak atsiri terdiri dari campuran
hidrogen dan turunannya yang mengandung Oksigen yang disebut dengan Terpen
atau terpenoid. Terpen merupakan persenyawaan hidrogen tidak jenuh dan satuan
terkecil dari molekulnya disebut isopren (CsHa). Senyawa terpen mempunyai
rangka Karbon yang terdiri dari 2 atau lebih satuan isopren. Klasifikasi dari terpen
didasarkan atas jumlah satuan isopren yang terdapat dalam molekulnya yaitu :
13
monoterpen, seskuiterpen, diterpen, triterpen, tetraterpen dan politerpen yang
masing-masing terdiri dari 2, 3, 4, 6, 8 dan n satuan isopren. Rantai molekul
terpen dalam minyak atsiri merupakan rantai terbuka (terpen alifatis) dan rantai
melingkar (terpen siklis) (Ketaren, 1985).
Kurang lebih 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasaran
internasional, sekitar 9-12 macam atau jenis minyak atsiri di suplai dari Indonesia.
Oleh sebab itu, Indonesia termasuk negara produsen besar yang cukup diandalkan
dan menjadi negara pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik. Kondisi
tersebut disebabkan faktor dan kondisi iklim serta jenis dan tingkat kesuburan
tanah yang dimiliki Indonesia, yang sesuai dengan syarat tumbuh dari tanaman
nilam (patchouli), akar wangi (vetyver), kenanga (cananga), kayu putih (cajeput),
serta melati (yasmin) (Mangun, 2008).
Berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri tersebut, didapat hasil
berupa minyak nilam (patcauli oil), minyak sereh wangi (citronella), akar wangi
(vetyver), kenanga (cananga), kayu putih (cajeput), serta minyak melati (yasmin)
(Mangun, 2008).
14
2.4. Minyak Nilam
Minyak yang dihasilkan adalah minyak nilam (patchouli). minyak ini
digunakan sebagai (fiksatif) dalam industri parfum, sabun, dan tonik rambut,
minyak ini juga digunakan dalam pembuatan sabun dan kosmetik. Minyak nilam
menciptakan bau yang khas dalam suatu campuran, karena bau minyak nilam
yang enak dan wangi (Ketaren, 1985). Minyak nilam yang diperoleh dengan cara
destilasi air dan uap dari daun nilam, dalam perdagangan disebut patchouli oil
yaitu nama sejaenis tanaman yang banyak di Hindustan. Pada mulanya tanaman
nilam dipakai sebagai pewangi selendang oleh orang India, karena baunya yang
khas (Guenther, 1987).
Kandungan Utama Minyak Nilam Minyak nilam terdiri dari persenyawaan
terpen dengan alkohol-alkohol. Aldehid dan ester-ester memberikan bau khas
misalnya patchouli alkohol. Patchouli alkohol merupakan senyawa yang
menentukan bau minyak nilam dan merupakan komponen yang terbesar.
Komponen penyusun dari minyak nilam adalah benzaldehid, karyofilen,
patchoulena, bulnesen dan patchouli alkohol (Ketaren, 1985).
Fungsi utama minyak nilam sebagai bahan baku pengikat (fiksatif) dari
kandungan utamanya patchouli alcohol (C15H26) dan sebagai bahan pengendali
penerbang (eteris) untuk wewangian (Parfum) agar aroma keharumannya bertahan
lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai salah satu bahan
campuran produk kosmetik (di antaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi,
sampo, lotion dan deodorant), kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk
essence atau penambah rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan obat anti
15
radang, antifungi, antiserangga, serta dekongestan), kebutuhan aroma terapi,
bahan baku compound dan pengawet barang, serta berbagai kebutuhan industri
lainnya (Mangun, 2008). Minyak nilam mempunyai banyak keunggulan. Selain
bermanfaat bagi berbagai ragam kebutuhan industri, masa panen tanaman nilam
relaif singkat dan pengendalian tanaman relative mudah dan potensi pasarnya
sudah jelas. Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor dan
sampai saat ini belum ditemukan bahan sintetis atau bahan pengganti yang dapat
menyamai manfaat minyak nilam ini. Oleh sebab itu, kondisi dan potensi minyak
nilam tersebut merupakan basic power (Mangun, 2008).
2.5. Produktivitas
Istilah produktivitas mempunyai arti yang berbeda-beda untuk setiap orang
yang berbeda, dan penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya.
Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran (barang-
barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan dan uang).Produktivitas
adalah ukuran efisiensi produktif, suatu pembanding antara hasil keluaran dan
masukan (Sutrisno, 2009). Sedangkan menurut pendapat Ardana (2012)
menyebutkan bahwa produktivitas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:
pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap mental dan etika kerja, motivasi, gizi dan
kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja,
hubungan industrial pancasila (hubungan kerja yang sangat manusiawi),
teknologi, sarana produksi, manajemen, dan kesempatan berprestasi.
16
Sinungan (2003), memberi pengertian produktivitas dalam tiga kelompok
rumusan, pertama, yaitu rumusan tradisional dimana produktivitas adalah rasio
dari apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang
digunakan (input). Kedua, produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap
mental yang selalu berusaha dan punya pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini
lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik. Ketiga produktivitas
merupakan interaksi yang terjadi secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni
investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta manajemen
tenaga kerja, sedangkan Hani Handoko (1984) mengatakan bahwa produktivitas
adalah hubungan antara masukan-masukan dan keluaran suatu sistem produksi.
Upaya peningkatan produksi dan kualitas nilam Indonesia perlu dilakukan,
mengingat masih kurangnya penerapan teknologi budidaya komuditas nilam oleh
petani yang menyebabkan rendahnya produksi dan kualitas daun nilam. Selain itu
juga perlu perbaikan cara penanganan bahan baku dan proses penyulingan hingga
menjadi minyak nilam. Produktivitas bahan segar nilam mengalami penurunan,
hal tersebut terlihat dari pengembangan produktivitas nilam di Indonesia selama
tahun 2004-2008. Pada tahun 2004 produktivitas bahan segar nilam di Indonesia
sebesar 103.42 kg/ha, tapi tingkat produktivitas bahan segar nilam pada tahun
2008 menurun menjadi 83.05 kg/ha (Pusat data dan informasi pertanian, 2010).
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya produksi dan mutu nilam Indonesia,
selain teknologi, mutu genetik tanaman, budidaya yang tidak intensif, bibit yang
kurang baik, juga cara pemanenan, pascapanen dan penyulingan minyak nilam
yang masih jauh dari sempurna (Nuriyani, 2006).
17
2.6. Kerangka Pikir
Penelitian ini di awali dari pemilihan lokasi yang berada di Desa Leling
Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju. Lokasi tersebut di pilih dan di
jadikan tempat penelitian dengan harapan nantinya akan di berikan informasi dan
gambaran mengenai produktivitas tanaman nilam (Pogestemon cabin Benth) pada
masyarakat setempat.
Penelitian ini di mulai dengan mengetahui hasil hutan bukan kayu,
tanaman nilam (Pogestemon cabin Benth), dan minyak atsiri, serta mengetahui
Produktivitas tanaman nilam dan Produktivias minyak nilam serta rendemen
nilam kering menjadi minyak nilam.
Adapun kerangka pikirnya dapat di lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Potensi Minyak Nilam di Desa Leling Utara
Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju.
Minyak Atsiri
Produksi Nilam Produksi Minyak Nilam
Produktivitas Nilam dan Minyak Nilam
Nilam
Hasil Hutan Bukan Kayu
18
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Agustus -
September 2019 di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju
Provinsi Selawesi Barat.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan meliputi : alat tulis, timbangan, leptop,
meteran roll, quesioner, dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tanaman nilam.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dapat dilakukan dalam pengambilan data
primer, cara pengambilan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan
mengamati secara langsung kegiatan di lokasi penelitian atau lapangan.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya
jawab untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari responden.
19
c. Metode Quisioner
Pengumpulan data yang sumber data dan informasi utamanya
diperoleh dari responden sebagai sampel penelitaian dengan menggunakan
questioner sebagai instrument pengumpulan data. Dimana quisioner adalah
metode pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan
kepada responden untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan di
lapangan.
d. Metede Survei
Metode survei adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi
yang dilakukan dengan cara mendata sebagian petani yang memanfaatkan
tanaman nilam untuk diolah menjadi minyak nilam. Jumlah responden
dalam pengumpulan data dilapangan sebanyak 30 responden.
3.4. Jenis Data
a. Data primer
Data Primer adalah data yang di peroleh melalui observasi
langsung di lapangan dan wawancara dengan responden yang berada di
Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju yang terlibat
langsung dalam proses produktivitas tanaman nilam.
b. Data Sekunder
Data sekunder berupa data yang diperoleh dari laporan-laporan
kantor Desa dan Kecamatan serta instansi-instansi terkait Dinas
Kehutanan dan pusat statistik untuk memperoleh informasi seperti data
sosial, ekonomi penduduk, dan keadaan umum lokasi.
20
3.5. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode
rendemen, untuk mengetahui (%) rendemen dalam proses peroduksi dengan
menentukan jumlah produktivitas nilam kering dan produktivitas minyak nilam.
a. Produksi Tanaman Nilam
Keterangan :
PNT : Produksi Tanaman Nilam (kg per Tahun)
PNST : Produksi Tanaman Nilam Sekali Panen (kg/sekali panen)
Fp : Frekuensi pemanenan Selama Setahun (kali per tahun)
b. Rendemen Minyak Nilam
Untuk mengetahui produksi minyak nilam terlebih dahulu
menghitung rendemen minyak nilam rata-rata yang diproduksi petani
nilam, maka dilakukan perhitungan rendemen minyak nilam. Rendemen
minyak nilam dilakukan 2 kali, untuk mendapatkan rendemen rata-rata
nilam dengan rumus :
Keterangan :
R : Rendemen Minyak Nilam (%)
MN : Minyak Nilam (kg/panen)
NK : Nilam Kering (kg/panen)
21
c. Produksi Minyak Nilam
Keterangan :
PMN : Produksi Minyak Nilam (kg per Tahun)
PNT : Produksi Tanaman Nilam Sekali Panen (kg/sekali panen)
R : Rendemen Minyak Nilam (%)
3.6. Definisi Operasional
Batasan-batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini
mencakup beberapa istilah :
1. Responden adalah petani yang menanam tanaman nilam.
2. Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang terlibat langsung pada
pemanfaatan pertumbuhan tanaman nilam di Desa Leling Utara Kecamatan
Tommo Kabupaten Mamuju.
3. Hutan rakyat adalah hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat.
Keberadaan hutan ini biasanya berada di tanah adat, meskipun ada juga hutan
yang dikelola rakyat berada di tanah negara atau kawasan hutan negara.
4. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati
maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yng
berasal dari hutan.
22
5. Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap, bercampur dengan
persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut
dalam pelarut organic dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri juga dikenal
dengan nama minyak terbang yang dihasilkan dari tanaman yang bersumber
dari setiap bagian dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar.
6. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) adalah suatu semak tropis
penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama (minyak nilam).
Tanaman ini umum dimanfaatkan bagian daunnya untuk diekstraksi
minyaknya, dan diolah menjadi parfum, bahan dupa dan minyak atsiri.
7. Rendemen adalah perbandingan jumlah (kualitas) minyak yang dihasilkan
dari ekstraksi tanaman aromatic, rendemen menggunakan satuan persen (%).
Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai minyak
yang dihasillkan semakin banyak.
8. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat.
9. Produktivitas adalah perwujudan dari keseluruhan faktor-faktor (tanah dan
non tanah) yang berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman yang lebih
berdasarkan pada pertimbangan ekonomi.
23
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Geografis dan Demografi
4.1.1. Keadaan Geografi
Desa Leling Utara terletak 45 km dari ibukota kecamatan Tommo dan
163 km dari ibu kota Kabupaten Mamuju dengan luas 199,87 km² dan
memiliki ketinggian dari permukaan laut 1-40 m. Tipe topografi Desa Leling
Utara adalah daerah berbukit dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tobadak 4
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi selatan
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Leling
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tobadak 8
4.1.2. Demografi
Desa Leling Utara adalah salah satu dari 14 desa di Kecamatan
Tommo yang memiliki 9 dusun dengan luas 199,87 km². Jumlah penduduk di
Desa Leling Utara 1349 jiwa yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 764
jiwa dan jumlah penduduk perempuan 585 jiwa serta memiliki 496 kepala
keluarga dengan rata-rata anggota rumah tangga 3,5 orang. Banyaknya
penduduk menurut agama islam sebanyak 428 jiwa, agama katholik sebanyak
264 jiwa dan didominasi oleh agama protestan dengan jumlah penduduk
sebanyak 1213 jiwa.
24
4.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Leling Utara yang tamat SD
sebanyak 28 orang, tamat SLTP sebanyak 64 orang, dan yang tamat
SLTA/sederajat sebanyak 13 orang, serta masyarakat yang serjana sebanyak 15
orang.
4.3. Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat di Desa Leling Utara sebagian besar
dibidang peternakan, pertanian dan perkebunan. Pedangang sebanyak 20 orang,
dan berprofesi sebagai PNS sebanyak 10 orang serta yang berprofesi sebagai
honorer sebanyak 27 orang sedangkan masyarakat setempat dominan berprofesi
sebagai petani dan peternak.
4.4. Pertanian dan Peternakan
Lahan pertanian yang terdapat di Desa Leling Utara berupa lahan sawah
seluas sekitar 56 ha dan lahan kering dengan luas 2769 ha yang terbentang luas
tersebar di setiap dusun. Jenis-jenis pertanian yang diproduksi oleh masyarakat
sebagian besar berupa jagung, coklat, tanaman nilam, kelapa sawit , kacang-
kacangan, buah-buahan. Hal ini berpotensi untuk dapat meningkatkan jumlah
produksi pertanian dengan cara intensifikasi budidaya dengan sentuhan teknologi
yang tepat. Jenis ternak yang berpotensi dikembangkan adalah unggas (bebek dan
ayam) dan ternak besar (sapi, babi dan kambing).
25
4.5. Sarana dan Prasarana
Terdapat sarana dan prasarana jalanan yaitu jalan poros yang
menghubungkan ke jalan ibukota kecamatan yang melewati beberapa desa yaitu
Desa Leling, Desa Kakullasan, Desa Campaloga dan Desa Tommo.
Sarana dan prasarana sosial yang ada yaitu ; Sarana pendidikan berupa
Kantor Desa 1 Unit, Balai Desa 1 Unit, Sekolah sebanyak 7 unit. Sarana
kesehatan berupa Poskesdes 2 unit dan Posyandu 3 unit. Tempat beribadah
menurut agama yaitu mesjid sebanyak 3 unit dan gereja sebanyak 13 unit. Selain
itu terdapat pula fasilitas olahraga berupa lapangan sempak bola sebanyak 1 unit
dan lapangan bila volly sebanyak 2 unit.
26
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Identitas responden merupakan keadaan yang menggambarkan keadaan
umum dari responden masyarakat petani nilam yang masih aktif. Identitas
responden yang dikaji dalam penelitian ini meliputi : umur, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan anggota keluarga dan luas lahan nilam responden.
5.1.1. Umur Responden
Komposisi penduduk di Desa Leling Utara berdasarkan umur dibagi
menjadi tiga yaitu :
1. Kelompok umur produktif muda 15 – 34 Tahun
2. Kelompok umur produktif tua 35 – 54 Tahun
3. Kelompok umur tidak produktif 55 – 65 Tahun
Klasifikasi berdasarkan umur responden petani nilam, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Responden Petani Nilam Berdasarkan Kelompok
Umur di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten
Mamuju
No. Kelompok usia
(umur)
Jumlah responden
(orang)
Persentase
(%)
1. 15 – 34 17 57 %
2. 35 – 54 12 40 %
3. 55 – 65 1 3 %
Jumlah 30 100 %
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019.
27
Tabel 7 menunjukkan bahwa usia petani pada umumnya sekitar 15 - 43
tahun memiliki jumlah 17 orang dengan persentase 57%, usia kelompok umur 35
– 54 tahun dengan persentase 40% dan jumlah 12 orang sedangkan kelompok
umur di atas 54 tahun mempunyai persentase 3% dengan jumlah 1 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa petani nilam sangat diminati oleh usia produktif muda.
Dikatakan usia produktif karena responden diasumsikan memiliki kemampuan
baik, kemampuan berfikir maupun kemampuaan fisik yang kuat, pengalaman
yang baik, dan masih mampu untuk bekerja sehingaa nantinya mereka dapat
meningkatkan pendapatan.
5.1.2. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan sangat penting dimiliki bagi seseorang. Tingkat pendidikan
seseorang sangat mempengaruhi pada mengelolah usaha mereka dalam bertani
nilam untuk meningkatkan jumlah produksi dan pendapatannya. Tingkat
pendidikan dan besar pendapatan seseorang juga mempunyai hubungan satu
sama lain. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin banyak pula
pengetahuan dan pengalaman yang di peroleh sehingga mereka mampu untuk
menerapkan dalam kehidupan terutama dalam mengelolah hutan. untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
28
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Respondan Petani Nilam di Desa
Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju
No. Tingkat pendidikan Jumlah responden
(orang) Persentase (%)
1. Tidak tamat SD 3 10 %
2. SD 11 37 %
3. SMP 10 33 %
4. SMA/SMK 6 20 %
Jumlah 30 100 %
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Desa
Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju terdapat 3 orang yang
tidak tamat SD dengan persentase 10% dan yang tamat SD sebanyak 11 orang
dengan persentase 37% sedangkan untuk tingkat pendidikan SMP terdapat 10
orang dengan persentase 33% serta responden yang telah menempuh
pendidikan SMA/SMK sebanyak 6 orang yang mempunyai persentase 20%.
5.1.3. Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga. Banyaknya anggota keluarga,
maka pola konsumsinya semakin bervariasi karena masing-masing anggota
rumah tangga belum tentu mempunyai selera yang sama. Jumlah anggota
keluarga berkaitan dengan pendapatan petani nilam yang akhirnya akan
mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga tersebut. Oleh karena itu, perlu
diketahui bahwa berapa jumlah tanggungan anggota keluarga setiap petani
nilam. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.
29
Tabel 3. Klasifikasi Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga Responden di
Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju
No.
Jumlah Tanggungan
Anggota Keluarga
(orang)
Jumlah responden
(orang) Persentase (%)
1. 1 – 3 15 50 %
2. 4 – 5 14 47 %
3. 6 – 7 1 3 %
Jumlah 30 100 %
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan tabel 3 dapat menunjukkan bahwa jumlah tanggungan
anggota keluarga dari 30 responden, yang memiliki jumlah tanggungan
anggota keluarga 1 – 3 orang dengan persentase 50% dan jumlah tanggungan
anggota keluarga 4 – 5 orang dengan persentase 47% sedangkan yang
mempunyai tanggungan anggota keluarga sebanyak 6 – 7 orang dengan
persentase 3% . Hal ini dapat disimpulkan bahwa dari jumlah tanggungan
anggota keluarga memiliki komsumsi yang terbilang sedikit sehingga
pendapatan petani nilam dapat meningkat.
5.1.4. Luas Lahan Responden
Luas lahan tidak menjamin banyaknya minyak nilam yang didapatkan
petani nilam tapi tergantung dari perawatan, pertumbuhan, waktu pemanenan
dan penyulingan yang baik. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4
berikut:
30
Tabel 4. Luas Lahan Responden di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo
Kabupaten Mamuju
No Nama
Responden
Luas Lahan
Nilam
(Ha)
Produktivitas
Tanaman Nilam
Per Tahun
(Kg/Ha/Tahun)
1. Makkasia 0,17 5.352,92
2. Ambo 0,45 6.666,67
3. Syaparuddin 0,15 4.666,67
4. Udin 1 14.976,00
5. Rudi 0,95 10.526,32
6. Riki 0,56 10.714,29
7. Hanapi 0,25 7.920,00
8. Muliadi 0,5 12.600,00
9. Lukman 0,5 14.640,00
10. Fadli 0,55 11.709,09
11. Lesdin 0,25 8.680,00
12. Syamsuddin 1,1 10.909,09
13. Yun Saputra 1 14.100,00
14. Misba 0,85 13.270,59
15. Rahman 0,75 13.600,00
16. Sumardi 1 11.800,00
17. Rusli 1 11.750,00
18. Nyamang 1,55 12.000,00
19. Supirman 0,77 9.350,65
20. Marwan 3 11.666,67
21. Riswandi 0,45 7.480,00
22. Tahar 0,98 11.734,69
23. Sapri 1 9.400,00
24. Abd. Salam 0,25 8.184,00
25. Baseng 0,60 17.153,33
26. Rusli 0,75 11.866,67
27. Aferi 0,20 8.100,00
28. Arel 0,40 7.200,00
29. Jurwan 1 14.220,00
30. Renal 0,25 8.680,00
Jumlah 22,23 320.917,66
Rata-Rata 0,74 10.697,26
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
31
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa luas lahan dan produktivitas
tanaman nilam yang bervariasi dapat disimpulkan bahwa luas lahan tidak
menjamin banyaknya produktivitas yang dihasilkan oleh petani nilam. Namun
tergantung dari cara pengolahan tanaman nilam, selaian itu juga berpengaruh
terhadap jarak tanam nilam dan kesuburan tanaman nilam. Luas lahan responden
yang paling tinggi sebesar 3 ha dengan produktivitas tanaman nilam pertahun
sebanyak 11.666,67 kg/ha/tahun sedangkan responden yang mengelolah paling
rendah seluas 0,15 ha dengan produktivitas tanaman nilam sebanyak 4.666,67
kg/ha/tahun. Jumlah produktivitas nilam pertahun sebanyak 320.917,66
kg/ha/tahun jika dikonversi kedalam ton menjadi 320,92 ton dengan rata-rata
10.697,26 kg/ha/tahun jika dikonversi kedalam ton maka 10,70 ton. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa produktivitas tanaman nilam pada Hutan
Rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju lebih tinggi
dibandingakan dengan hasil penelitian Nuryani (2006) yaitu sekitar 4 - 5
ton/ha/tahun.
5.2. Produksi Tanaman Nilam
Proses produksi tanaman nilan di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo
Kabupaten Mamuju masih menggunakan cara sederhana mulai dari proses tahap
penanaman sampai tahap pemanenan. Proses penanaman tanaman nilam
dilakukan secara langsung berupa stek pucuk yang mempunyai tunas dengan
panjang 15-20 cm tanpa melakukan persemaian terlebih dahulu dan jarak tanam
80 x 80 cm sampai 1 x 1 meter. Penanaman dilakukan tidak serempak tergantung
waktu, tenaga, dan ketersediaan air hujan.
32
Pada proses pemanenan, sebagian petani nilam melakukan pemanenan
dengan sistem cabut dan sebagian lagi menggunakan sistem gunting. Hasil
wawancara responden yang memilih sistem cabut atas nama Makkasia (36 tahun)
suku Makassar (Jeneponto) menyatakan :
“ Punna ni goncingi kullei na kurangi jannana buttayya a’rurung punna
ni pirakai nilangnga na sauru’ki ri ruku’na (jika saya memilih sistem
gunting dapat mengurangi unsur hara dalam tanah dan rumput lebih
cepat tumbuh dari tanaman nilam) ”
Selain hasil wawancara responden yang memilih sistem cabut terdapat
pula beberapa responden yang memilih sistem gunting salah satunya atas nama
Ambo (55 tahun) suku Bugis (Enrekang) menyatakan :
“ Nakurangi Pangkulean lan mangbarabah nilam sanga mangbarabah
naparaluan pangkulean yato malapuh na aku edda mo ku malolle
mangpamula mangtaman omo lan 6 bulanna (Mengurangi beban tenaga
dalam bertani nilam karena membutuhkan tenaga yang kuat sedangkan
saya sudah tidak muda lagi untuk menanam tanaman nilam setiap 6
bulan)“
Pemanenan dilakukan pada umur 6 - 7 bulan untuk pemanenan pertama
dan dapat dipanen kembali 3 - 4 bulan selanjutnya. Nilam yang sudah dipanen
dikeringkan selanjutnya dicincang menggunakan alat pencincang agar
memudahkan proses penyulingan. Nilam kering kemudian disuling menggunakan
tangki khusus selama kurang lebih 15 - 24 jam. Untuk mengetahui produksi
tanaman nilam dapat dilihat pada Tabel 5.
33
Tabel 5. Produksi Tanaman Nilam di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo
Kabupaten Mamuju
No Nama
Responden
Produksi
nilam
kering
sekali panen
Frekuensi
Pemanenan
Per Tahun
Produksi
Tanaman
Nilam
Sekali
Panen
(Kg/panen)
Produksi
Tanaman
Nilam
Setahun
(Kg/karung) (Kg/tahun)
1 Makkasia 35 2 455 910
2 Ambo 30 2 1.500 3.000
3 Syaparuddin 35 2 350 700
4 Udin 32 2 7.488 14.976
5 Rudi 25 2 5.000 10.000
6 Riki 30 2 3.000 6.000
7 Hanapi 33 2 990 1.980
8 Muliadi 25 2 3.150 6.300
9 Lukman 30 2 3.660 7.320
10 Fadli 23 2 3.220 6.440
11 Lesdin 35 2 1.085 2.170
12 Syamsuddin 25 2 6.000 12.000
13 Yun Saputra 30 2 7.050 14.100
14 Misba 30 2 5.640 11.280
15 Rahman 30 2 5.100 10.200
16 Sumardi 25 2 5.900 11.800
17 Rusli 25 2 5.875 11.750
18 Nyamang 30 2 9.300 18.600
19 Supirman 20 2 3.600 7.200
20 Marwan 25 2 17.500 35.000
21 Riswandi 33 2 1.683 3.366
22 Tahar 25 2 5.750 11.500
23 Sapri 20 2 4.700 9.400
24 Abd. Salam 31 2 1.023 2.046
25 Baseng 31 2 5.146 10.292
26 Rusli 25 2 4.450 8.900
27 Aferi 30 2 810 1.620
28 Arel 30 2 1.440 2.880
29 Jurwan 30 2 7.110 14.220
30 Renal 35 2 1085 2.170
Jumlah 863 60 129.060 258.120
Rata-Rata 29 2 4.302 8.604,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
34
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa berat perkarung tanaman nilam
kering yang bebeda-beda. Responden yang memiliki produksi paling tinggi yaitu
Marwan dengan produksi sekali panen berat 25 kg perkarung sedangkan
responden yang memiliki produksi paling rendah yaitu syafaruddin dengan
produksi sekali panen berat 35 kg perkarung. Oleh karena itu, jumlah produksi
sekali panen sebanyak 129.060 kg/panen dengan rata-rata 4.302 kg/panen.
Sedangkan untuk jumlah produksi setahun sebanyak 258.120 kg/tahun dengan rata-
rata 8.604,00 kg/tahun.
5.3. Produksi Minyak Nilam
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tepatnya di Desa Leling Utara
Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju minyak nilam yang dihasilkan melalui
beberapa proses panjang untuk menjadi minyak mulai dari penanaman tanaman
nilam sampai pemanenan dan proses penyulingan. Minyak nilam yang dihaasilkan
dipengaruhi oleh perawatan, jangka waktu pemanenan, tingkat keringnya tanaman
nilam dan cara penyulingan yang benar. Produksi minyak nilam tersebut dapat
dilihat pada Tabel 6.
35
Tabel 6. Produksi Minyak Nilam di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo
Kabupaten Mamuju
No
Nama
Responden
Produksi
Tanaman
Nilam
sekali
panen
Frekuensi
Pemanenan
Pertahun
Rendemen
Rata-rata
Minyak
Nilam
Produksi
Minyak
Nilam Sekali
Panen
Produksi
Minyak
Nilam
Pertahun
(Kg/panen) (%) (Kg/Panen) (Kg/Tahun)
1 Makkasia 455 2 1,96 8,92 17,84
2 Ambo 1.500 2 1,96 29,40 58,80
3 Syaparuddin 350 2 1,96 6,86 13,72
4 Udin 7.488 2 1,96 146,76 293,53
5 Rudi 5.000 2 1,96 98,00 196,00
6 Riki 3.000 2 1,96 58,80 117,60
7 Hanapi 990 2 1,96 19,40 38,81
8 Muliadi 3.150 2 1,96 61,74 123,48
9 Lukman 3.660 2 1,96 71,74 143,47
10 Fadli 3.220 2 1,96 63,11 126,22
11 Lesdin 1.085 2 1,96 21,27 42,53
12 Syamsuddin 6.000 2 1,96 117,60 235,20
13 Yun Saputra 7.050 2 1,96 138,18 276,36
14 Misba 5.640 2 1,96 110,54 221,09
15 Rahman 5.100 2 1,96 99,96 199,92
16 Sumardi 5.900 2 1,96 115,64 231,28
17 Rusli 5.875 2 1,96 115,15 230,30
18 Nyamang 9.300 2 1,96 182,28 364,56
19 Supirman 3.600 2 1,96 70,56 141,12
20 Marwan 17.500 2 1,96 343,00 686,00
21 Riswandi 1.683 2 1,96 32,99 65,97
22 Tahar 5.750 2 1,96 112,70 225,40
23 Sapri 4.700 2 1,96 92,12 184,24
24 Abd. Salam 1.023 2 1,96 20,05 40,10
25 Baseng 5.146 2 1,96 100,86 201,72
26 Rusli 4.450 2 1,96 87,22 174,44
27 Aferi 810 2 1,96 15,88 31,75
28 Arel 1.440 2 1,96 28,22 56,45
29 Jurwan 7.110 2 1,96 139,36 278,71
30 Renal 1085 2 1,96 21,27 42,53
Jumlah 129.060 60 58,80 2.529,58 5.059,15
Rata-Rata 4.302 2 1,96 84,32 168,64
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
36
Rendemen rata-rata pengelolaan tanaman nilam menjadi minyak nilam
pada hutan rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju
1,96%. Menurut Nuryani, et. al. (1997), rendemen minyak bervariasi antara 1,6 –
3,59 % tergantung dari varietasnya. Tanaman nilam adalah tanaman penghasil
minyak atsiri, oleh karena itu produksi rendamen minyak dan mutu minyak
merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan untuk menentukan
keunggulan sebuah varietas. Di samping itu, karakter lainnya seperti sifat
ketahanan terhadap penyakit juga merupakan salah satu indikator penentu.
Banyak faktor yang mempengaruhi kadar dan mutu minyak nilam antara lain
genetik (jenis), budidaya, lingkungan, panen dan paska panen.
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan jumlah produksi minyak nilam dalam
setahun mencapai 5.059,15 kg/tahun dengan rata-rata 168,64 kg/tahun. Menurut
Nurdin et al (2017), sistem pemasaran minyak nilam dimulai dari tingkat petani
dimana petani melakukan beberapa kali proses penyulingan minyak nilam dengan
rata-rata hasil produksi 28 kg tiap petani sedangkan dalam penelitian rata-rata
hasil produksi 84,32 kg sekali panen. Dalam pengelolaan produksi minyak nilam
dapat dipengaruhi oleh sistem perawatan tanaman nilam, pengeringan tanaman
nilam dan proses penyulingan. Menurut Yuhono dan Suhirman (2007), yang
mempengaruhi mutu minyak nilam antara lain adalah tanah dan iklim, sistem pola
tanam, cara penanganan bahan baku, dan proses penyulingan.
37
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian produksi dan rendemen pengelolaan
tananaman nilam pada hutan rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo
Kabupaten Mamuju, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Produksi rata-rata tanaman nilam sekali panen yang dimiliki petani nilam
pada hutan rakyat di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo Kabupaten
Mamuju adalah 4.302 kg/panen dengan luas lahan rata-rata 0,74 ha dan
dengan frekuensi pemanenan 2 kali dalam setahun, maka produksi
tanaman nilam pertahun sebanyak 258.120 kg/tahun dengan rata-rata
produksi sebanyak 8.604,00 kg/tahun sedangkan produktivitas tanaman
nilam pertahun 320.917,66 kg/ha/tahun dengan produktivitas rata-rata
tanaman nilam sebanyak 10.697,26 kg/ha/tahun.
2. Produksi jumlah minyak nilam sekali panen 2.529,58 kg/panen dengan
rata-rata 84,32 kg/panen dengan frekuensi pemanen 2 kali dalam setahun,
maka produksi minyak nilam dalam setahun adalah 5.059,15 kg/ tahun
dengan rata-rata 168,64 kg/tahun. Rendemen rata-rata pengelolaan
tanaman nilam menjadi minyak nilam yaitu 1,96 %.
38
6.2. Saran
Tanaman nilam sangat berpotensi dikembangkan dalam hutan rakyat
karena dapat membantu perekonomian petani meskipun demikian metode
pemanenan yang dilakukan petani masih sangat sederhana dan minimnya alat
penyulingan sehingga petani harus menunggu giliran menyuling, hal ini sangat
berpengaruh terhadap kualitas minyak yang dihasilkan tanaman nilam.
39
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, I. K., Mujiati, N. W., & Utama, I. W. M. (2012). Manajemen sumber
daya manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Daud,M., Hikmah, H., & Hendri, H. (2019). Produksi Dan Rendemen
Pengelolaan Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Dari Hutan Rakyat Di
Desa Bone-Bone-Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Jurnal
penelitian Kehutanan BONITA. 1 (1), 9-15.
Firmanto, A. 2009.Perbanyakan Nilam Secara Bioteknologi Tanaman
Laboratorium Kultur Jaringan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.
Guenther, E. (1987). Minyak atsiri jilid I. Terjemahan S. Ketaren. UI-Press.
Jakarta
Gunawan, D., S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta :
Penebar Swadaya
Hamid Dan Syarif. 1992. Jenis Tanaman Nilam. Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah, Semarang.
Handoko, T. H. (1984). Dasar-dasar manajemen produksi dan operasi. BPFE.
Hariyani, H., Widaryanto, E., & Herlina, N. (2015). Pengaruh Umur Panen
Terhadap Rendemen Dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman Nilam
(Pogostemon cablin Benth). Jurnal Produksi Tanaman 3 (3).
Harunsyah. 2011. Peningkatan Mutu Minyak Nilam Rakyat Melalui Proses
Pemurnian. Jurnal Teknologi. 11 (1):1-7.
Ibnusantosa, G., 2000. Kemandegan Pengembangan Minyak Atsiri
Indonesia.Makalah Disampaikan Pada Seminar “Pengusahaan Minyak
Atsiri Hutan Indonesia”.Fak.Kehutanan Ipb Darmaga Bogor, 23 Mei 2000.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2009.Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : P. 21/Menhut-Ii/2009 Tentang Kriteria Dan
Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan.
Kementerian Kehutanan, Jakarta.
40
Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2007.Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : P.35 / Menhut-Ii/2007 Tentang Hasil Hutan Bukan
Kayu. Kementerian Kehutanan, Jakarta
Ketaren, S. (1985). Pengantar teknologi minyak atsiri. Balai Pustaka,
Jakarta, 19(21), 38-42.
Mangan, H. M. S., (2008). Nilam. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Mardiningsih, T. L., & Triantoro, S. L. Tobing, dan S. Rusli. 1995. Patchouli Oil
Products as Insect Repelllent. Ind. Crops Res. Journal, 1(3), 152-158.
Nurdin,D. R., Iswandi, R. M., & Yusria, W. O. (2017). Analisis Pemasaran
Minyak Nilam dari Desa Karya Baru Kecamatan Poleang Utara Kabupaten
Bambana. Jurnal Ilmiah Agribisnis, 2(1)
Nuryani, Y., & Emmyzar, W. (2006). Budidaya tanaman nilam. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Bogor. Di dalam Makalah Pembekalan Teknis untuk Rintisan
Pengembangan Usaha Tani dan Fasilitasi Penumbuhan Kelompok Usaha
Tani Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Kabupaten Tanah Laut, 9.
Nomor, U. U. (41). Tahun 1999 tentang Kehutanan jo. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor, 19.
Perkebunan, D. P. (2003). Direktorat Jendral Bina Produksi
Perkebunan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Sihombing. 2011. Hasil Hutan Bukan Kayu. Bumi Aksara. Bandung.
Sinungan, M. (2003). Produktivitas; Apa dan Bagaimana, ed. II, cet. V, Bumi
Aksara, Jakarta.
Sudaryani, T., & Sugiharti, E. (1989). Budidaya dan Penyulingan Tanaman
Nilam. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sudaryani. (2004). Budidaya Dan Penyulingan Tanaman Nilam, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sariadi, O. (2012). Pemurnian Minyak Nilam Dengan Proses Adsorpsi
Menggunakan Bentonit. Jurnal Teknologi, 12(2), 100-104.
Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
41
Yuhono, J.T. dan S, Suhirman. (2007). Strategi Peningkatan Rendemen dan Mutu
Minyak dalam Agribisnis Nilam. Balittro. Bogor. Perkembangan
Teknologi TRO 11 (3) : 69-71.
42
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
DAFTAR PERTANYAAN (QUESTIONNAIRE)
ANALISIS PRODUKTIVITASTANAMAN NILAM
(Pogestemon cablin Benth)
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama : ..................................................
3. Usia : ..................................................Tahun
4. Jenis Kelamin : ………………………………..
5. Agama : ...................................................
6. Suku : ………………………………...
7. Pendidikan : ………………………………...
8. Pekerjaan utama : ………………………………...
9. Pekerjaan sampingan : ………………………………..
10. Asal daerah : Penduduk Asli/Pendatang (Prop : ..................
Kab : .......................)
11. Jumlah Anggota keluarga
Anggota Keluarga
Jumlah
Ang.
Kel. (jiwa)
Keterangan
Bekerja Sekolah Lainnya*
1. Laki-laki Dewasa (>12 Thn)
2. Perempuan Dewasa (>12 Thn)
3. Anak Laki-2 ( 5 - 12 Thn)
4. Anak Perempuan ( 5 - 12 Thn)
5. Balita
..................
..................
..................
..................
..................
...............
...............
...............
...............
...............
.................
.................
.................
.................
.................
..................
..................
..................
..................
..................
Jumlah .................. ............... ................. ..................
Lainnya : a) Membantu U.Kel, b) Tidak Bekerja
I. Data Umum Tanaman Nilam yang dikelola
1. Berapa luas total yang Bapak/Ibu miliki?..............Ha
2. Berapa luas lahan yang digunakan untuk tanaman nilam? ..............Ha
42
43
3. Penggunaan Lahan yang lain
a. Perumahan..............Ha
b. Sawah..............Ha
c. Ladang..............Ha
d. Perkebunan..............Ha
e. Kosong..............Ha
f. Lainnya..............Ha
4. Status lahan yang digunakan untuk tanaman nilam
a. Lahan milik/pribadi
b. Lahan sewa
c. Lahan adat/marga
d. Lainnya
5. Apakah semua lahan yang Bapak/Ibu/ibu miliki bersertifikat
a. Ya
b. Tidak
6. Jika tidak bersertifikat apa bentuk kepemilikian lainnya?
7. Bagaimana Bapak/Ibu menanam nilam tersebut?
a. Tunas
b. Stek
c. Lainnya
8. Berapa jarak tanam nilam yang Bapak/Ibu tanam? ......................... cm
9. Bagaiman pola penanaman nilam
a. Monokultur
b. Agroforestry
10. Berapa kali pemanenenan dalam sebulan?....................... kali panen/bulan
11. Dalam satu tahun berapa bulan tanaman nilam diproduksi?................ bulan
produksi/tahun
12. Sekali panen rata-rata berapa yang dihasilkan tanamana nilam
a. Daun nilam kering : ………………. kg/panen
b. Minyak nilam : ………………… kg/panen
42
Lampiran 2. Data Responden
No. Nama
Responden Usia
Jenis
Kelamin
(L/P)
Agama Pendidikan Suku Pekerjaan
Uatama
Pekerjaan
Sampingan Asal Daerah
Jumlah
Anggota
Keluarga
1. Makkasia 36 L Islam SMA Makassar Petani Nilam Tukang Jeneponto 4
2. Ambo 55 L Islam - Bugis Petani Nilam - Enrekang 4
3. Syaparuddin 48 L Islam SMP Makassar Petani Nilam Tukang Jeneponto 4
4. Udin 19 L Islam SD Mandar Petani Nilam Sopir Polowali 3
5. Rudi 24 L Islam SD Mandar Petani Nilam Buruh Polowali 3
6. Riki 23 L Islam SD Mandar Petani Nilam Buruh Polowali 1
7. Hanapi 28 L Islam SMA Makassar Petani Nilam Buruh Jeneponto 1
8. Muliadi 35 L Islam SMP Bugis Petani Nilam Pedagang Soppeng 4
9. Lukman 30 L Islam SMP Bugis Petani Nilam Supir Sinjai 4
10. Fadli 23 L Islam SD Bugis Petani Nilam - Pangkep 2
11. Lesdin 33 L Islam SD Bugis Petani Nilam Buruh Enrekang 1
12. Syamsuddin 38 L Islam SMP Bugis Petani Nilam Buruh Enrekang 4
13. Yun Saputra 18 L Islam SMA Bugis Petani Nilam Buruh Enrekang 1
14. Misba 16 L Islam SMA Bugis Petani Nilam - Enrekang 1
15. Rahman 23 L Islam SMA Bugis Petani Nilam Supir Enrekang 1
16. Sumardi 36 L Islam SMP Bugis Petani Nilam - Enrekang 1
17. Rusli 26 L Islam SD Mandar Petani Nilam - Mamuju 3
18. Nyamang 42 L Kristen SMP Mamasa Petani Nilam - Mambi 4
19. Supirman 40 L Islam SMP Bugis Petani Nilam Supir Enrekang 4
20. Marwan 41 L Islam SMA Bugis Petani Nilam Supir Enrekang 5
43
21. Riswandi 37 L Islam SMP Bugis Petani Nilam - Enrekang 5
22. Tahir 29 L Islam SD Bugis Petani Nilam Buruh Sinjai 3
23. Sapri 29 L Islam SMP Bugis Petani Nilam Membuat gula Sinjai 3
24. ABD. Salam 35 L islam SD Mandar Petani Sawit Petani Nilam Polowali 5
25. Baseng 45 L Islam - Makassar Petani Nilam - Gowa 3
26. Rusli 32 L Islam SD Makassar Petani Nilam Buruh Gowa 3
27. Aferi 40 L Kristen - Toraja Petani Nilam Buruh Toraja 5
28. Arel 32 L Kristen SD Toraja Petani Nilam - Toraja 6
29. Jurwan 32 L Kristen SD Toraja Petani Nilam Tukang Toraja 5
30. Renal 25 L Kristen SMP Toraja Petani Nilam Ternak Toraja 4
44
Lampiran 3. Data Penelitian
No
Nama Responden
Produksi
Tanaman Nilam
sekali panen
Frekuensi
Pemanenan
Pertahun
Luas Lahan
Produksi Tanaman
Nilam Pertahun
Produksi
Minyak Nilam
pertahun
Produktivitas
Tanaman Nilam Per
Tahun
Rendemen Rata-
rata Minyak
Nilam
(Kg) (Ha) (Kg/tahun) (Kg/tahun)
(Kg/ha/Tahun) (%)
1 Makkasia 455 2 0,17
910 17,84 5.352,92
1,96
2 Ambo 1.500 2 0,45
3.000 58,80 6.666,67
1,96
3 Syaparuddin 350 2 0,15
700 13,72 4.666,67
1,96
4 Udin 7.488 2 1
14.976 293,53 14.976,00
1,96
5 Rudi 5.000 2 0,95
10.000 196,00 10.526,32
1,96
6 Riki 3.000 2 0,56
6.000 117,60 10.714,29
1,96
7 Hanapi 990 2 0,25
1.980 38,81 7.920,00
1,96
8 Muliadi 3.150 2 0,5
6.300 123,48 12.600,00
1,96
9 Lukman 3.660 2 0,5
7.320 143,47 14.640,00
1,96
10 Fadli 3.220 2 0,55
6.440 126,22 11.709,09
1,96
11 Lesdin 1.085 2 0,25
2.170 42,53 8.680,00
1,96
12 Syamsuddin 6.000 2 1,1
12.000 235,20 10.909,09
1,96
13 Yun Saputra 7.050 2 1
14.100 276,36 14.100,00
1,96
45
14 Misba 5.640 2 0,85
11.280 221,09 13.270,59
1,96
15 Rahman 5.100 2 0,75
10.200 199,92 13.600,00
1,96
16 Sumardi 5.900 2 1
11.800 231,28 11.800,00
1,96
17 Rusli 5.875 2 1
11.750 230,30 11.750,00
1,96
18 Nyamang 9.300 2 1,55
18.600 364,56 12.000,00
1,96
19 Supirman 3.600 2 0,77
7.200 141,12 9.350,65
1,96
20 Marwan 17.500 2 3
35.000 686,00 11.666,67
1,96
21 Riswandi 1.683 2 0,45
3.366 65,97 7.480,00
1,96
22 Tahar 5.750 2 0,98
11.500 225,40 11.734,69
1,96
23 Sapri 4.700 2 1
9.400 184,24 9.400,00
1,96
24 Abd. Salam 1.023 2 0,25
2.046 40,10 8.184,00
1,96
25 Baseng 5.146 2 0,60
10.292 201,72 17.153,33
1,96
26 Rusli 4.450 2 0,75
8.900 174,44 11.866,67
1,96
27 Aferi 810 2 0,20
1.620 31,75 8.100,00
1,96
28 Arel 1.440 2 0,40
2.880 56,45 7.200,00
1,96
29 Jurwan 7.110 2 1
14.220 278,71 14.220,00
1,96
30 Renal 1085 2 0,25
2.170 42,53 8.680,00
1,96
Jumlah 129.060 60 22,23 258.120 5.059,15 320.917,66 58,50
Rata-Rata 4.302 2 0,74 8.604,00 168,64 10.697,26 1,96
46
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Gambar 2. Proses wawancara Kepada Responden
47
Gambar 3. Penanaman Tanaman Nilam
Gambar 4. Tanaman Nilam Siap Panen
48
Gambar 5. Pengukuran Lahan
Gambar 6. Proses Pemanenan
49
Gambar 7. Proses pencincangan Nilam Kering
50
Gambar 8. Penimbangan Daun Nilam Kering
Gambar 9. Tempat Penyulingan
51
Gambar 10. Proses Penyulingan
52
Gambar 11. Penimbangan Minyak Nilam
Gambar 12. Minyak Nilam
53
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
54
55
RIWAYAT HIDUP
Sri Astuti (105950060315), dengan judul Skripsi
“Produktivitas Tanaman Nilam ( Pogestemon cablin
Banth) pada Hutan Rakyat di Desa Leling Utara
Kecamatan Tommo Kabupaten Mamuju” yang
dibimbing oleh ibu Husnah dan pak Daud.
Penulis lahir pada tanggal 15 Februari 1997 tepatnya di Panaikang
Kelurahan Bonto Manai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Provensi
Sulawesi Selatan. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Syaparuddin dan Ibu Suharti. Penulis mulai pendidikan Sekolah
Dasar di SDN No. 12 Ramba pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2009,
ditahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Rumbia dan
selesai pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis kemudian melanjutkan
pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Negeri 2 Jeneponto
dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis
melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1), tepatnya di Universitas Muhammadiyah
Makassar ( Unismuh Makassar ) Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan.