produktivitas dinas pariwisata daerah istimewa …
TRANSCRIPT
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
PRODUKTIVITAS DINAS PARIWISATA DAERAH ISTIMEWA YOGYKARTA DALAM PEMASARAN PARIWISATA YOGYAKARTA PRODUCTIVITY OF DIY TOURISM AGENCY IN YOGYAKARTA TOURISM
MARKETING
Oleh : Ainna Primeri Yosie T. dan F. Winarni, M. Si M.Si., Fakultas Ilmu Sosial UNY, [email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat produktivitas Dinas Pariwisata DIY serta kendala yang dihadapi Dinas Pariwisata DIY dalam melakukan pemasaran pariwisata DIY, untuk dikembangkan menjadi bahan rekomendasi bagi Dinas Pariwisata DIY guna perbaikan kinerja dalam pemasaran pariwisata. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dinas Pariwisata DIY dalam pemasaran pariwisata Yogyakarta belum cukup produktif. Hal ini dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan, hotel dan travel agen selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi hal sebaliknya pada tingkat lama tinggal wisatawan dan jumlah restoran justru tidak mengalami peningkatan, tetapi menunjukkan jumlah yang fluktuatif. Adapun kendala yang dihadapi dalam pemasaran pariwisata yaitu pengurangan anggaran, peserta pelatihan yaang monoton, perbedaan orientasi kepentingan antar pemerintah kabupaten/kota dengan Dinas Pariwisata DIY serta kendala dari sisi masyarakat.
Kata Kunci : Produktivitas, Pemasaran Pariwisata, Pariwisata Yogyakarta ABSTRACT
This research aimed to determined the level of productivity of DIY Tourism Agency and its obstacle which faced by DIY Tourism Agency in DIY tourism marketing, to be developed into recommendations for the DIY Tourism Agency to improve performance in tourism marketing.. The research used descriptive study with qualitative approach. The results showed that the DIY Tourism Agency has not been productive enough. It could be seen by the number of tourist visits, hotels and travel agents always increased from year to year, but on the contrary the level of length of stay and the number of restaurants did not increased, its showed fluctuation. The obstacles faced in tourism marketing was budget reduction, training participants who are monotonous, differences orientation of interest between district/city government and DIY Tourism Office and from the community side. Keywords: Productivity, Tourism Marketing, Yogyakarta’s Tourism
739
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
PENDAHULUAN
Negara Indonesia yang terdiri dari
gugusan kepulauan, terbentang dari Sabang
sampai Merauke menyimpan berbagai
macam kekayaan alam dan potensi
didalamnya. Kondisi tersebut memberikan
peluang bagu pemeintah untuk
menjadikannya sebagai potensi untuk
memakmurkan dan menyejahterakan
rakyat, yaitu melalui sektor pariwisata.
Kerr (2003:3) mengungkapkan
bahwa “in later part of the 20th century,
tourism emerged as the world’s fastest
growing industry to a position it looks set
to sustain well into the 21st century and
beyond.” Pernyataan tersebut menyiratkan
bahwa industri pariwisata merupakan salah
satu industri yang berkembang secara pesat
di abad ini dan masih akan terus bertahan
sampai abad mendatang. Sektor pariwisata
adalah salah satu sektor industri unggulan
Indonesia yang mempunyai prospek cerah
dan mampu memberikan peningkatan
jumlah devisa negara. Pariwisata dapat
mendongkrak pertumbuhan ekonomi di
daerah sekitarnya. Sebagai gambaran
apabila pariwisata di daerah tertentu
semakin berkembang, lapangan pekerjaan
pun banyak tersedia, fasilitas dan
infrastruktur semakin meningkat,
mendorong penduduk lokal untuk
berwiraswasta, meningkatkan pendapatan
masyarakat lokal dan pemerintah setempat,
serta sebagai ladang devisa nasional
melalui pertukaran mata uang asing.
Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai salah satu tujuan destinasi wisata
yang sudah dikenal oleh masyarakat luas
baik lokal maupun internasional
mempunyai objek wisata yang beragam,
mulai dari wisata alam, wisata budaya,
wisata pendidikan, wisata kuliner, hingga
wisata religi. Dengan berbagai potensi
yang dimiliki tersebut, tidak heran bahwa
terjadi peningkatan kunjungan wisatawan
baik wisatawan nusantara maupun
mancanegara. Namun jumlah tersebut
masih kalah jauh apabila dibandingkan
dengan Bali. Hal ini terbukti jumlah
wisatawan mancanegara (wisman) yang
hadir di Yogyakarta pada 2016 masih
sangat minim. Menurut Ketua Association
of The Indonesian Tours and Travel
Agencies (ASITA) DIY, Udi Sudiyanto
mengatakan, jumlah kunjungan wisman ke
Yogyakarta masih terhitung sedikit yaitu
kurang dari 300ribu orang per tahun.
Kondisi ini sangat timpang dibanding
jumlah wisman yang datang ke Bali yang
jumlahnya dalam hitungan jutaan orang
(http://ekbis.sindonews.com/read/kenaikan
-daya-saing-pariwisata-indonesia-belum-
dinikmati-diy, diunduh pada 4 Januari
2018, pukul 09.25 WIB). Hal di atas
ditunjukkan pada tabel berikut :
740
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
Tabel 1. Perbandingan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bali dan Yogyakarta
Tahun Bali Yogyakarta
Wisman Wisman
2013 3.278.598 235.843
2014 3.768.362 254.213
2015 4.001.835 308.485
2016 4.927.937 355.313
Sumber :www.disparda.baliprov.go.id
Dalam peta kepariwisataan
nasional, DIY merupakan secondary
destination after Bali, sementara dari
jumlah kunjungan berdasarkan pintu
masuk wisatawan mancanegara di DIY
hanya sekitar 300.000 orang. Jumlah ini
relatif kecil apabila diposisikan sebagai
destinasi pariwisata kedua setelah Bali.
Walaupun dari segi tren terus meningkat,
tetapi dapat dikatakan fluktuasi pasar
wisatawan mancanegara di DIY relatif
tidak mengalami pertumbuhan yang
signifikan sepanjang tahun. Padahal DIY
memiliki berbagai kelebihan untuk dapat
dijadikan sebagai daerah industri
pariwisata baik dari segi tempat wisatanya,
kearifan lokal budaya yang ditawarkan,
keramah-tamahan masyarakatnya serta
letaknya yang strategis.
Masih minimnya kunjungan
wisatawan ke Yogyakarta terutama
wisatawan mancanegara dibandingkan
dengan Bali dikarenakan beberapa hal.
Penyebab utamanya yaitu tidak adanya
penerbangan langsung menuju Yogyakarta
dari kota-kota besar negara asing,
disamping kapasitas Bandara Adi Sutjipto
yang kurang luas; juga ketiadaan
infrastruktur pariwisata yang setara dengan
Bali. Selain itu terdapat sedikit perbedaan
corak pariwisata antara Bali dan
Yogyakarta yaitu, corak pariwisata Bali
lebih ke “tinggal di” sedangkan
Yogyakarta lebih ke “pergi ke”.
Wisatawan “pergi ke” Keraton, candi,
Malioboro, Tamansari, dan lain-lain saat di
Jogja sedangkan di Bali para wisatawan
“tinggal di” Ubud, Sanur, Kuta dan lain-
lain. Hal tersebut yang menyebabkan
mengapa sebagian wisatawan lebih
memilih Yogyakarta sebagai tempat
singgah dalam kegiatan wisatanya, bukan
sebagai destinasi atau tujuan wisata
utamanya. Hingga akhirnya hal ini
berdampak pada masih rendahnya tingkat
lama tinggal wisatawan (length of stay di
Daerah Istimewa Yogyakarta ) yang masih
dalam angka kurang dari dua hari.
DIY secara historis memiliki modal
dasar yang dapat diunggulkan di bidang
pariwisata. Namun sayangnya potensi yang
dimiliki tersebut belum mampu
dimanfaatkan sebaik mungkin oleh
stakeholder kepariwisataan Yogyakarta.
Hal ini terlihat pada peningkatan
741
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
kunjungan wisatawan nusantara maupun
mancanegara yang tidak dibarengi dengan
peningkatan length of stay wisatawan di
DIY. Dinas Pariwisata Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai salah satu stakeholder
yang berkedudukan sebagai lembaga
pemerintah yang mempunyai peran vital
dalam menggaungkan nama
kepariwisataan Yogyakarta. Dispar DIY
mempunyai peran dan fungsi untuk
memasarkan destinasi wisata yang ada di
seluruh kabupaten/kota di DIY melalui
kerja sama dan koordinasi dengan para
pemangku kepentingan pariwisata dalam
lingkup nasional dan internasional. Oleh
karenanya perlu dilihat kembali
produktivitas Dinas Pariwisata DIY dalam
pemasaran pariwisata Yogyakarta.
Berdasarkan pemaparan di atas,
permasalahan terkait pemasaran pariwisata
Yogyakarta adalah masih rendahnya
tingkat lama tinggal wisatawan di DIY.
Diperlukan suatu terobosan baru dalam
pemasaran pariwisata agar dapat membuat
wisatawan untuk lebih lama tinggal di
DIY. Sehingga pariwisata dapat
menimbulkan multiplier effect bagi
masyarakat DIY. Dalam penelitian ini,
peneliti melihat tingkat produktivitas Dinas
Pariwisata DIY dalam pemasaran
pariwisata Yogyakarta serta kendala yang
dihadapi dalam pemasaran pariwisata
Yogyakarta.
Produktivitas adalah kekuatan atau
kemampuan menghasilkan sesuatu, karena
di dalam organisasi, “kerja yang akan
dihasilkan” adalah perwujudan tujuannya.
Sedarmayanti (2009:9) mengutarakan
bahwa produktivitas adalah bagaimana
menghasilkan atau meningkatkan hasil
barang dan jasa setinggi mungkin dengan
memanfaatkan sumberdaya secara efisien.
Secara khusus produktivitas dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu yang meliputi
peningkatan berdasarkan asas efektifitas,
efisiensi dan kualitas.
Dalam penelitian ini, peneliti
mengukur tingkat produktivitas Dinas
Pariwisata DIY dengan menggunakan
dimensi produktivitas menurut Mathias
Aroef dalam Friyatiningsih (2003:39)
yaitu :
1. Dimensi Efisiensi (masukan,
penggunaan sumber-sumber)
2. Dimensi Efektivitas (keluaran,
pelaksanaan tugas dalam rangka
mencapai tujuan)
3. Dimensi Kualitas yang terdiri dari
kualitas pegawai dan inovasi dalam
pemasaran pariwisata.
Dalam Undang-undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
disebutkan pengertian pariwisata yaitu
berbagai macam kegiatan wisata dan
742
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah
Daerah.
Kotler (1993:75) mengatakan
pemasaran merupakan suatu proses sosial
dan manajerial dimana individual maupun
kelompok mendapatkan apa yang mereka
inginkan melalui penciptaan dan
pertukaran sesuatu yang bernilai secara
bebas dengan pihak lain.
Salah Wahab (1997:18)
berpendapat bahwa pemasaran pariwisata
adalah Proses manajemen di mana
organisasi pariwisata nasional dan/atau
badan-badan usaha wisata dapat
mengidentifikasi wisata pilihannya baik
yang aktual maupun potensial, dapat
berkomunikasi dengan mereka untuk
meyakinkan dan mempengaruhi kehendak,
kebutuhan, motivasi, kesukaan dan hal
yang tidak disukai baik tingkat lokal,
regional, nasional atau internasional, serta
merumuskan dan menyesuaikan produk
wisata mereka secara tepat, dengan
maksud mencapai kepuasan optimal
wisatawan sehingga dengan begitu mereka
dapat meraih saran-sarannya.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskiptif dengan pendekatan kualitatif.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor
Dinas Pariwisata DIY di Jalan Malioboro
No 56, Suryatmajan, Danurejan, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27
Maret 2018 sampai dengan 6 Juni 2018.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu
Kepala Seksi Analisa Pasar, Kepala Seksi
Promosi, Kepala Seksi Sarana dan Usaha
Jasa Pariwisata, Kepala Seksi SDM,
Kepala Sub Bagian Umum dan pedagang
di Kawasan Malioboro..
Data dan Sumber Data
Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti
langsung dari lapangan pada proses
penelitian melalui wawancara yang
dilakukan peneliti dengan responden dan
observasi mengenai produktivitas Dinas
Pariwisata DIY dalam pemasaran
pariwisata sedangkan data sekunder
diperoleh dari dokumentasi yang didapat di
lokasi penelitian.
Instrumen Penelitian
Ciri khas penelitian kualitatif tidak
dapat dipisahkan dari pengamatan dan
peran serta peneliti sebagai instrumen
penelitian (Moleong, 2005: 163). Dalam
penelitian ini peneliti sebagai instrumen
utama. Peneliti sebagai instrumen juga
harus divalidasi seberapa jauh peneliti siap
melakukan penelitian.
743
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti
melakukan observasi langsung terhadap
aktivitas yang dilakukan pegawai Dinas
Pariwisata DIY dalam rangka
pemasaran pariwisata Yogyakarta
seperti pameran pariwisata, pelaksanaan
event/atraksi kepariwisataan dan
pengembangan objek wisata. Selain itu
observasi juga dilakukan pada sarana-
prasarana yang dimiliki Dinas
Pariwisata DIY untuk menunjang
kegiatan pemasarannya.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik wawancara semi
terstruktur artinya wawancara dilakukan
secara bebas, tidak harus berurutam
sesuai dengan pedoman wawancara
namun tidak menyimpang dari
permasalahan yang diteliti.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini dokumen
yang digunakan diantaranya yaitu Buku
Statistik Kepariwisataan DIY Tahun
2016; Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah Dinas Pariwisata DIY
Tahun 2015, 2016 dan 2017; foto
kegiatan pemasaran pariwisata; undang-
undang, website dan berita online
terkait dengan informasi kepariwisataan
DIY. Sumber-sumber tersebut
digunakan sebagai data sekunder untuk
memperkuat data primer yang didapat
dari wawancara dan observasi.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan teknik
triangulasi sumber dalam penelitian ini.
Peneliti menggunakan teknik dengan cara
membandingkan hasil pengamatan atau
observasi dan isi suatu dokumen dengan
hasil dari wawancara peneliti.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, Peneliti
menggunakan model Miles dan Huberman
dalam Sugiyono (2011: 246) yaitu aktivitas
analisis data kualitatif yang dilakukan
secara intreaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, Produktivitas
pemasaran pariwisata Yogyakarta oleh
Dinas Pariwisata DIY lebih menekankan
pada bagaimana pelaksanaan atau
pencapaian tujuan dalam pemasaran
pariwissata. Tujuan utama yang ingin
dicapai yaitu peningkatan kunjungan
wisatawan dan peningkatan lama tinggal
wisatawan di DIY.
Untuk mengukur tingkat
produktivitas Dinas Pariwisata DIY dalam
pemasaran pariwisata Yogyakarta
menggunakan 3 dimensi produktivitas
menurut Mathias Aroef dalam
744
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
Friyatiningsih (2003:39) yaitu sebagai
berikut :
1. Dimensi Efisiensi
Pengertian efisiensi dalam
produktivitas menurut Mathias Aroef
dalam Friyatiningsih (2003) berorientasi
pada masukan. Efisiensi berkaitan dengan
perbandingan input atau penggunaan
sumber-sumber daya organisasi yang
sebenarnya dengan jumlah yang
seharusnya dalam melaksanakan kegiatan
pemasaran pariwisata. Input atau sumber-
sumber yang dimaksud disini yaitu
meliputi sumber daya manusia baik dari
pegawai Dinas Pariwisata DIY maupun
sumberdaya dari luar dinas pariwisata
DIY; finansial; serta sarana dan prasarana
lainnya yang menunjang kegiatan
pemasaran pariwisata.
Sumber Daya Manusia merupakan
salah satu sumber vital dalam roda
kegiatan pemasaran pariwisata. Selain
pegawai, Dinas Pariwisata DIY juga
bekerjasama dengan pelaku industri
pariwisata lainnya seperti ASITA, PHRI,
HPI, POKDARWIS, pemerintah
kabupaten dan kota serta masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan kapasitas
dan membekali serta memberikan edukasi
kepada masyarakat dalam bidang
pariwisata, Dinas Pariwisata DIY juga
menyelenggarakan pelatihan agar
masyarakat turut serta bersama-sama
membantu menjual dan mempromosikan
kepariwisataan Yogyakarta. Oleh
karenanya masyarakat diposisikan sebagai
subjek bukan objek. Disamping itu hal ini
agar membuat masyarakat mempunyai
rasa memiliki dan bertanggungjawab
terhadap kepariwisataan Yogyakarta.
Dalam pelaksanaan kegiatan
pemasaran pariwisata, Dinas Pariwisata
DIY disokong oleh sumber dana dari
APBD dan APBN. Terkait sarana dan
prasarana, secara umum sudah mampu
menunjang kegiatan pemasaran
pariwisata. Meskipun terdapat kekurangan
pada besaran input terhadap kedua jenis
sumber daya tersebut, namun hal tersebut
tidak memiliki pengaruh yang begitu
berarti. Karena pada proses
pelaksanaannya, Dinas Pariwisata DIY
mampu mengatasi hal tersebut dengan
mengambi beberapa langkah yang efisien.
Hal di atas sesuai dengan pengertian
efisiensi menurut Mulyamah (2002:3)
yaitu suatu ukuran membandingkan
rencana penggunaan masukan dengan
penggunaan yang direalisasikan atau
dengan kata lain penggunaan yang
sebenarnya. Bahwasannya semakin sedikit
penggunaan sumber daya, maka semakin
efisien.
2. Dimensi Efektivitas
Efektivitas adalah tingkat dimana
organisasi dapat merealisasikan tujuan-
tujuannya atau dengan kata lain
pengukuran efektivitas dapat dilakukan
745
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
dengan melihat sejauh mana organisasi
yang dalam hal ini Dinas Pariwisata DIY
mencapai tingkat yang diinginkan.
Bertolak ukur dari target yang ingin
dicapai oleh Dinas Pariwisata DIY yaitu
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
dan peningkatan length of stay, maka
Dinas Pariwisata DIY melakukan berbagai
upaya untuk mencapai tujuan tersebut
yang meliputi promosi pariwisata melalui
berbagai macam platform media,
penyelenggaraan pelatihan serta
pembangunan objek wisata baru dan
perbaikan dalam rangka meningkatkan
daya jual/daya tarik objek wisata.
Gamal Suwantoro (2004)
mengungkapkan produk wisata
merupakan suatu produk yang nyata.
Produk wisata yang dihasilkan oleh Dinas
Pariwisata DIY yaitu berupa objek/atraksi
wisata, pelatihan, travel agen, desa wisata,
sarana akomodasi seperti
hotel/penginapan, sarana pendukung
pariwisata lainnya seperti restoran/kafe.
Setiap tahunnya Dinas Pariwisata DIY
menargetkan untuk membangun objek
wisata baru atau melakukan
pengembangan objek wisata yang sudah
ada sebanyak dua objek wisata. Selain
dalam rangka untuk menambah warna
baru dalam dunia pariwisata DIY, dengan
adanya usaha tersebut diharapkan akan
membuat wisatawan untuk tinggal lebih
lama di DIY. Dengan adanya pembaruan
objek wisata, usaha tersebut mampu
menghasilkan pertumbuhan kunjungan
wisatawan yang selalu meningkat tiap
tahunnya. Pencapaian tersebut juga
dibarengi dengan peningkatan jumlah
hotel dan travel agen. Namun sayanganya
hal di atas berbanding terbalik pada angka
length of stay dan jumlah restoran yang
justru menunjukkan jumlah yang
fluktuatif. Hal di atas ditunjukkan pada
data sebagai berikut :
Gambar 1. Tingkat Lama Tinggal
Wisatawan di DIY Tahun 2013-2016
1,95 2,01 1,99 2,081,65 1,62 1,66
1,93
00,5
11,5
22,5
2013 2014 2015 2016
Wisman Wisnus
746
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
Tabel 2. Jumlah Usaha Pariwisata dan Sarana Pendukung
Sumber: Statistik Kepariwisataan DIY 2016
Upaya promosi yang dilakukan oleh
Dinas Pariwisata DIY cukup beragam,
baik dengan menggunakan berbagai media
dan memanfaatkan kemajuan teknologi,
menyelenggarakan atraksi/event
kepariwisataan maupun dengan
menyelenggarakan pameran pariwisata di
dalam dan luar negeri.
Pelatihan yang diselenggarakan oleh
Dinas Pariwisata DIY yang ditujukan
kepada masyarakat khusunya pelatihan
desa wisata menunjukkan hasil yang
signifikan. Hal ini terbukti pada semakin
meningkatnya jumlah desa wisata yang
dibarengi dengan meningkatnya jumlah
pokdarwis di DIY.
Tabel 3. Jumlah Dea Wisata dan
Jumlah Pokdarwis Tahun 2017 Indikator 2017
Capaian
2016
Target Realisasi
Jumlah Desa
Wisata
85 90 91
Jumlah
Pokdarwis
91 96 97
Sumber: Dinas Pariwisata DIY, 2017
Efektivitas pencapaian tujuan dilihat
dari capaian yang diperoleh oleh Dinas
Pariwisata DIY. Efektivitas menurut H.
Emerson dalam Handayaningrat (1990:15)
adalah pengukuran dalam arti tercapainya
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Sedangkan Robbins dalam
Tika P. (2008:29) memberikan definisi
efektivitas sebagai tingkat pencapaian
organisasi dalam jangka pendek dan
jangka panjang. Maksudnya adalah
efektivitas merupakan suatu standar
pengukuran untuk menggambarkan
tingkat keberhasilan suatu organisasi
dalam mencapai sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa secara umum
Dinas Pariwisata DIY dalam
melaksanakan kegiatan pemasarannya
sudah efektif namun belum optimal. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil pencapaian
No
Kab/Kota Jenis Usaha
Tahun 2014 2015 201
6
1 Sleman a. Travel Agen 248 273 289 b. Restoran 65 65 77
2 Bantul a. Travel Agen 53 78 106 b. Restoran 1 1 1
3. Kulon Progo a. Travel Agen 1 3 3 b. Restoran 2 4 4
4. Gunungkidul a. Travel Agen 9 19 23 b. Restoran 30 64 168
5. Kota Yogyakarta a. Travel Agen 275 305 173
b. Restoran 313 327 350
747
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
target dalam kegiatan pemasaran
pariwisata oleh Dinas Pariwisata DIY.
Pada indikator kunjungan wisatawan,
jumlah travel agen dan hotel selalu
meningkat dari tahun ke tahun.
Sedangkan tingkat lama tinggal dan
jumlah restoran tidak mengalami
peningkatan tetapi justru mengalami
perkembangan yang fluktuasi.
3. Dimensi Kualitas
Dikarenakan dalam kegiatan
pemasaran pariwisata tidak dapat dilihat
kualitas produk yang dihasilkan yang
bersifat jasa, untuk itu kualitas dalam hal
ini dilihat dari segi tenaga kerja atau
pegawai Dinas Pariwisata DIY. Hal ini
sejalan dengan dimensi kualitas yang
dinyatakan oleh Mathias Aroef dalam
Friyatiningsih (2003) dimana
produktivitas bukan hanya berhubungan
dengan hal yang kuantitatif saja, tetapi
berhubungan dengan kualitas.
Dinas Pariwisata DIY sebagai
regulator dan pengorganisasian aturan-
aturan dan kebijakan yang mendukung
pariwisata Yogyakarta sangat berperan
penting pada kemajuan kepariwisataan
Yogyakarta. Oleh karenanya dalam
dimensi ini melihat bagaimana gambaran
kualitas pegawai Dinas Pariwisata DIY
serta inovasi yang dilakukan guna
pencapaian target pemasaran yang lebih
baik dari sebelumnya.
Secara umum pegawai Dinas
Pariwisata DIY memiliki kualitas yang
cukup baik. Pegawai yang terlibat
diharuskan memiliki background atau
pengalaman dalam bidang pariwisata dan
tingkat pendidikan minimal S1. Dengan
pegawai yang berkualitas tersebut maka
tercipta beberapa inovasi dalam
pemasaran pariwisata yaitu pada media
promosi yang memanfaatkan
perkembangan teknologi dan informasi;
penyelenggaraan atraksi/ event pariwisata
yang kreatif dan inovatif untuk menarik
minat wisatawan dan/atau pembangunan
atau pengembangan destinasi wisata yang
unik; serta pada manajemen pariwisata
yaitu Branding, Advertising dan Selling.
Dengan inovasi manajemen pemasaran
tersebut diharapkan kegiatan pemasaran
dapat lebih terarah dan fokus sehingga
memperoleh hasil pencapaian sesuai
dengan yang ditargetkan
Kendala Yang Dihadapi
Seperti halnya organisasi, Dinas
Pariwisata DIY dalam proses pelaksanaan
pemasaran pariwisata Yogyakarta juga
menemui beberapa kendala diantaranya
sebagai berikut :
1. Pengurangan Anggaran
Pemangkasan anggaran pada sumber
dana yang berasal dari APBD,
membuat Dinas Pariwisata DIY tidak
748
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
bisa membidik semua pasar, hanya
dipilih sesuai urgensinya saja.
2. Infrastruktur yang belum optimal
Belum tersedianya infrastruktur yang
optimal serta masih kurangnya
konektivitas antar infrastruktur,
sebagai contoh yaitu DIY belum
memiliki bandara yang menerima
penerbangan langsung dari kota-kota
besar yang ada di luar negeri. Sampai
saat ini Bandara Adi Sucipto sebagai
satu-satunya bandara yang dimiliki
DIY hanya menerima penerbangan
langsung dari Singapura dan Malaysia.
3. Peserta Pelatihan yang Monoton
Ketika Dinas Pariwisata DIY
menyelenggarakan pelatihan desa
wisata kepada masyarakat, seringkali
Dispar DIY mendapati peserta
pelatihan yang sama terus menerus.
Hal tersebut menyebabkan persebaran
informasi menjadi tidak merata,
karena tidak adanya pembaruan
peserta pelatihan.
4. Perbedaan Orientasi Kepentingan
Dalam mewadahi dan memfasilitasi
terkait bidang kepariwisataan, Dinas
Pariwisata DIY seringkali menemui
perbedaan orientasi kepentingan antara
Dinas Pariwisata DIY dengan
pemerintah Kabupaten/Kota. Disaat
Dinas Pariwisata DIY menghendaki
pengembangan pariwisata di kawasan
A, namun dari pemerintah
kabupaten/kota menginginkan
pengembangan di kawasan lain.
5. Dari Sisi Masyarakat
masih ditemui masyarakat yang
kurang kooperatif dengan Dinas
Pariwisata DIY. Mereka enggan diajak
untuk saling bekerjasama membangun,
mengembangkan serta memasarkan
destinasi wisata yang ada di daerah.
Kurangnya kesadaran masyarakat
untuk menjaga serta memelihara
fasilitas pendukung objek wisata juga
menjadi kendala.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis dari hasil dan
pembahasan, peneliti menarik kesimpulan
bahwa Produktivitas Dinas Pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam
pemasaran pariwisata Yogyakarta secara
umum belum cukup produktif dikarenakan
masih terdapat kekurangan pada beberapa
hal dan menghadapi beberapa kendala. Hal
ini dibuktikan pada pencapaian hasil
pemasaran pariwisata oleh Dinas
Pariwisata dari segi jumlah kunjungan
wisatawan, hotel dan travel agen
mengalami peningkatan. Namun
sebaliknya pada tingkat lama tinggal
wisatawan dan jumlah restoran tidak
mengalami peningkatan tetapi justru
mengalami perkembangan yang fluktuatif.
749
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
Kemudian Dinas Pariwisata juga
melakukan inovasi dalam kegiatan
pemasaran pariwisata untuk mencapai
target pemasaran.
Saran
1. Dalam rangka meningkatkan angka
length of stay wisatawan, Dinas
Pariwisata DIY dapat melakukan
koordinasi dan komunikasi dengan
travel agent agar memasukkan
destinasi wisata baru dalam itinerary
(rencana perjalanan) yang ditawarkan
kepada wisatawan serta
menyelenggarakan event/atraksi
kepariwisataan yang unik,
mencerminkan simbol kepariwisataan
yang khas dari DIY
2. Memberikan pengertian dan edukasi
kepada masyarakat secara lebih
mendalam dan intens agar mampu
berpikir secara kepariwisataan, hingga
akhirnya dapat saling bekerjasama
mempromosikan pariwisata DIY.
3. Dalam upaya meningkatkan kualitas
pelatihan desa wisata yang diitujukan
kepada masyarakat, Dinas Pariwisata
agar mengupayakan dan
mengkomunikasikan kepada
pemerintah kabupaten/kota untuk
mengirimkan peserta yang berbeda
dari pelatihan yang sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku, jurnal dan skripsi :
Friyatiningsih. 2003. Pengukuran Produktivitas. Yogyakarta : Kanisius.
Handayaningrat, Soewarno. 1996.
Pengantar Studi Ilmu Adinistrasi dan Manajemen. Jakarta : Hj Masagung
Kerr, William Revill. 2003. Tourism
Public Policy, and The Strategic Management of Failure. London : Pergamon.
Kotler, Philip. 1993. Manajemen
Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Jilid. Jakarta: Erlangga.
Moleong, J. Lexy. 2014. Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyamah. 2002. Definisi Efisiensi.
Yogyakarta : BPFE Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya
Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar maju.
Sinungan, Muchdarsyah. 2008.
Produktivitas : Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Daar
Pariwisata. Yogyakarta : Andi Publisher
Tika, P. 2008. Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta : Bumi Aksara.
750
Produktivitas Dinas Pariwisata...(Ainna Primeri dan F. Winarni, M. Si.)
Yoeti, A. Oka. 1996. Pemasaran Pariwisata Terpadu. Bandung : Angkasa.
Wahab, Salah. 1997. Pemasaran Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita
Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah :
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Website :
http://ekbis.sindonews.com/read/1195931/34/kenaikan-daya-saing-pariwisata-indonesia-belum-dinikmati-diy, diakses 4 Januari 2018 pukul 9.25 WIB
Statistik Kepariwisataan DIY http://visitingjogja.com/detail/wisata/.html diakses pada tanggal 4 Februari 2018 pukul 19.25 WIB
Statistik Kepariwisataan Provinsi Bali http://www.disparda.baliprov.go.id/id/Statistik4 diakses 7 januari 2018
751
Scanned by CamScanner
752