prodi semi r o l i ra ru ur 20 - unsrat...
TRANSCRIPT
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INFRASTRUKTUR 2010
ASPEK TATA RUANG DALAM UPAYA PEMECAHAN MASALAH BANJIR DAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
104
A15
MENYELAMATKAN DAERAH RESAPAN SEPANJANG RINGROAD WINANGUN
MAUMBI MELALUI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG: ELIMINASI
DAMPAK BANJIR DI KOTA MANADO Rieneke Lusia Evani Sela, ST., MT.
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Jalan Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Kota Manado memiliki kondisi morfologis yang unik dengan bentang alam Trimatra berupa berupa pantai,
perbukitan dan sungai-sungai yang bermuara di Teluk Manado. Sebagai kota bisnis dan perdagangan yang
berkembang pesat, Kota Manado membangun infrastruktur ringroad I Winangun-Maumbi untuk mengimbangi
percepatan pertumbuhan tesebut.
Dengan berfungsinya ringroad tersebut tenyata menimbulkan permasalahan baru, yaitu cepatnya
pertumbuhan fisik kawasan. Dampaknya nampak pada timbulan pembuatan akses langsung ke lahan yang
berakibat menurunkan fungsi ring road. Pada sisi lain, terjadi intervensi fungsi penggunaan lahan pada daerah
tangkapan air menjadi lahan terbangun (perumahan, perdagangan, terminal dan pergudangan) dan merusak
daerah tersebut dalam mengendalikan aliran air ke kota.
Penyusunan Rencana Tata Ruang belum sepenuhnya optimal dalam mengendalikan pemanfaatan lahan
sepanjang ring road tersebut. Perundangan tata ruang ini kemudian dilengkapi dengan Pengaturan Zona yang
di negara-negara maju telah lama diterapkan. Pengaturan zona lebih menempatkan pengaturan rinci dan
terukur melalui peta zona dan klausul pengaturan zona (zonning map dan zonning text). Selain fungsi
pengaturan, Pengaturan Zona juga mengendalikan pemanfaatan fungsi lahan khususnya berkaitan dengan
penyelamatan daerah resapan air.
Metoda pendekatan yang digunakan adalah analisis dampak pada korelasi penerapan Pengaturan Zonasi untuk
melindungi sumberdaya air dan aliran air menuju kota Manado melalui pengendalian pemanfaatan ruang.
Kata kunci: Infrastruktur Jalan, Daerah Resapan Air, Studi Dampak, Pengaturan Zonasi
Abstract
Manado City has unique morphological condition and tridimensional landscape with beaches, hills and rivers
which empties into the Bay of Manado. As a fast-growing business and trade city, Manado first builds
Winangun-Maumbi ring road infrastructure to balance its growth acceleration.
The functioning of the ring road actually raises a new problem; the rapid physical growth of the area. The
visible impact is the making of direct accesses to the land that resulted in the decreasing function of the ring
road. On the other hand, there has been an intervention of land use functioning; catchment areas are
transformed into built environments and may damage the region in terms of controlling the flow of water into
the city of Manado.
The Spatial Planning has not been working optimally to control the land use along the ring road. The planning
was later complemented with Zoning Regulation which has long been exercised in developed countries. Zoning
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INFRASTRUKTUR 2010
ASPEK TATA RUANG DALAM UPAYA PEMECAHAN MASALAH BANJIR DAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
105
Regulation comprises a more detailed and measured regulations through zoning map and zoning text (zoning
regulation clause). In addition to its regulatory function, Zoning Regulation controls the land use, particularly in
rescuing water catchment areas.
The approaching method used is impact analysis on correlation of Zoning Regulation application to protect
water resources and water flow toward the city of Manado by controlling the land use.
Keywords: Roads Infrastructure, Catchment Areas, Zoning Regulation Impact Studies
Pendahuluan
Kota Manado adalah kota yang memiliki lansekap yang indah dengan topografi yang bervariasi (gunung, berbukit, berombak dan landai) juga memiliki lansekap laut yang menarik. Karateristik lansekap alami kota Manado terbentuk pula atas trimatra, yaitu: pantai, daratan dan perbukitan. Secara umum kondisi morfologis kota Manado juga terbentuk karena karateristik alamnya, dengan struktur lapisan tanah dan batuan yang mudah hanyut ketika berubah fungsinya dari kondisi bervegetasi menjadi tanpa vegetasi. Pada sisi lain, Kota Manado berkembang pesat sebagai kota bisnis dan perdagangan yang dikuti dengan kebutuhan pembangunan infrastruktur. Salah satunya adalah dengan adanya pembangunan ringroad I Lintas Winangun-Maumbi untuk mengimbangi percepatan pertumbuhan tersebut. Perkembangannya, ringroad I LintasWinangun Maumbi ini memberikan banyak manfaat bagi percepatan pembangunan Kota Manado melalui dukungan transportasi, baik kepada sektor ekonomi maupun perwilayahan. Namun, pada sisi lain pembangunan tersebut menimbulkan permasalahan baru, yaitu cepatnya pertumbuhan fisik kawasan. Selain berdampak pada timbulan pembuatan akses langsung ke lahan yang berakibat menurunkan fungsi ring road sebagai jalan arteri primer, juga terjadinya intervensi fungsi penggunaan lahan pada daerah hijau kota. Daerah-daerah hijau yang semula berfungsi sebagai hutan kota, daerah hijau kota dan paru-paru kota, daerah tangkapan air berubah dengan pesat menjadi lahan terbangun berupa perumahan, perdagangan, terminal dan pergudangan. Kondisi inilah yang merusak dan membuat lahan-lahan tersebut tidak mampu lagi mengendalikan aliran air ke kota Manado, khususya yang mengalir melalui sungai Sawangan.
Gambar 1. Intervensi fungsi penggunaan lahan pada daerah resapan sepanjang ring road I Lintas Winangun – Maumbi
Secara umum, dampak langsung dari kondisi di atas bagi Kota Manado adalah menurunnya kualitas lingkungan perkotaan di kota Manado khususnya pada lingkungan permukiman masyarakat kota berupa banjir, timbulnya banyak genangan dan bencana tanah longsor di beberapa bagian kota. Sedangkan dampak tidak langsung dan mendasar adalah kualitas air tanah menjadi menurun, polusi udara dan kebisingan di perkotaan menjadi meningkat. Secara khusus dampak yang sangat dirasakan oleh masyarakat kota Manado adalah meningkatnya frekuensi bencana banjir dan tanah longsor di perkotaan sebagai akibat dari terganggunya sistem tata air karena terbatasnya daerah resapan air dan tingginya volume limpasan air permukaan (run-
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INFRASTRUKTUR 2010
ASPEK TATA RUANG DALAM UPAYA PEMECAHAN MASALAH BANJIR DAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
106
off). Lebih jauh lagi, kondisi tersebut secara ekonomis dapat menurunkan tingkat produktivitas, dan menurunkan tingkat kesehatan bahkan tingkat harapan hidup masyarakat. Metode Penelitian atau Eksperimental
Penelitian yang dilakukan adalah melihat sejauh mana “pengaturan zonasi” dapat melindungi sumberdaya air dan aliran air menuju kota Manado melalui pengendalian pemanfaatan ruang. Pengembangannya adalah melihat bahwa pengaturan zonasi merupakan bentuk pengaturan atau penataan ruang dan pengaturan ruang ini dapat melindungi sumberdaya ruang dan aliran air. Dengan demikian, pengaturan zonasi untuk melindungi sumberdaya air dan aliran air menuju kota Manado melalui pengendalian pemanfaatan ruang. Metoda pendekatan yang digunakan adalah analisis dampak pada korelasi penerapan pengaturan zonasi untuk melindungi sumberdaya air dan aliran air menuju kota Manado melalui pengendalian pemanfaatan ruang, selain empiris dari pengalaman beberapa kota. Pengalaman empiris di beberapa kota yang dirilis dari Green for Life tahun 2004 menunjukkan bahwa penentuan luas ruang terbuka hijau ada yang mengacu pada jumlah penduduk dan kebutuhan ruang gerak per individu. Malaysia menetapkan luasan hutan kota adalah seluas 1,9 m2 untuk setiap penduduknya; Jepang menetapkan luasan sebesar 5,0 m2 untuk setiap penduduknya; Dewan kota Lancashire Inggris menetapkan 11,5 m2 untuk setiap penduduk; Amerika menentukan luasan hutan yang lebih keras yaitu 60 m2 untuk setiap penduduk; sedangkan DKI Jakarta alokasi luasan taman untuk bermain dan berolah raga sebesar 1,5 m2 untuk penduduk kotanya. Hasil Penelitian
Untuk dapat mengembalikan kualitas dan kuantitias ruang terbuka hijau yang difungsikan untuk tangkapan air untuk lingkungan permukiman dapat dilakukan kebijakan perencanaan dalam menjaga keseimbangan ekologi berupa: a. Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan ruang terbuka hijau (RTH) yang cukup yaitu
untuk kawasan yang padat, minimum disediakan area 10 % dari luas total kawasan, dan untuk kawasan yang kepadatan bangunannya sedang harus disediakan ruang terbuka hijau minimum 15 % dari luas kawasan, sedangkan untuk kawasan berkepadatan bangunan rendah harus disediakan ruang terbuka hijau minimum 20 % terhadap luas kawasan secara keseluruhan.
b. Pada kawasan terbangun kota, harus dikendalikan besaran angka Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maupun Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sesuai dengan sifat dan jenis penggunaan tanahnya. Secara umum pengendalian KDB dan KLB ini adalah mengikuti kaidah semakin besar kapling bangunan, nilai KDB dan KLB makin kecil, sedangkan semakin kecil ukuran kapling, maka nilai KDB dan KLB akan semakin besar.
c. Untuk mengendalikan kualitas air dan penyediaan air tanah, maka bagi setiap bangunan baik yang telah ataupun akan membangun disyaratkan untuk membuat sumur resapan air. Hal ini sangat penting artinya untuk menjaga agar kawasan terbangun kota, tinggi muka air tanah agar tidak makin menurun. Pada tingkat yang tinggi, kekurangan air permukaan ini akan mampu mempengaruhi kekuatan konstruksi bangunan.
d. Untuk meningkatkan daya resap air ke dalam tanah, maka perlu dikembangkan kawasan resapan air yang menampung buangan air hujan dari saluran drainase. Upaya lain yang perlu dilakukan adalah dengan membuat kolam resapan air pada setiap wilayah tangkapan air.
e. Untuk kawasan pemukiman sebaiknya jarak maksimum yang ditempuh menuju salah satu jalur angkutan umum adalah 250 meter.
Pembahasan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INFRASTRUKTUR 2010
ASPEK TATA RUANG DALAM UPAYA PEMECAHAN MASALAH BANJIR DAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
107
Karakter Kawasan Ring Road I Winangun Maumbi
Data Kantor BPLH (Balai Pengelola Lingkungan Hidup) dan Bidang Program Pemerintah Kota Manado menyebutkan bahwa kawasan Tikala dan Paal 2 merupakan kawasan yang termasuk salah satu dari 21 lokasi rawan banjir,berada pada daerah aliran sungai (DAS) sungai yang berbahaya yaitu sungai Sawangan/Tikala dan merupakan daerah cekungan rawan banjir. Kawasan tersebut dilintasi oleh sungai besar yang membelah Ringroad I Lintas Winangun Maumbi.
Gambar 2. Peta Aliran Sungai Tondano dan Sungai Sawangan dari lokasi kawasan Ringroad I melintasi Kecamatan bermuara
di pantai kota Manado
Eleminasi Dampak melalui Pengendalian Ruang Sekitar Ring Road I Winangun Maumbi
Pengurangan atau eleminasi dampak dilakukan utamanya melalui peraturan yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Manado. Selain memperhatikan Undang-Undang Bangunan Gedung No. 28 Tahun 2002 yang memberlakukan asas keseimbangan dan keserasian dalam menjaga ekosistem lingkungan, ketentuan kepadatan bangunan, arsitektur, dampak lingkungan, pemilikan lahan dan mekanisme ijin pendirian bangunan yang harus memperhatikan koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan koefisen daerah hijau, perlu pula menegaskan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan sebesar minimal 30% dari luas wilayah kota, yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijau privat. Regulasi tentang pengaturan zona daerah tangkapan air di kawasan ring road I Winangun Maumbi sebagai arahan pengelolaan kawasan rawan banjir adalah: 1. Pengendalian pemukiman di kawasan sempadan sungai Sawangan/Tikala, selain sungai
Tondano, Sungai Sario, Sungai Bailang dan pengendalian larian air hujan di wilayah cekungan. 2. Melakukan pemeliharaan seluruh saluran drainase berupa pembersihan dari sampah dan
memperbaiki struktur saluran dan bangunan pengendali banjir seperti tanggul dan membangun saluran primer dan sekunder di wilayah-wilayah yang biasanya terkena banjir dan menghindari daerah lainnya dari kemungkinan tergenang.
3. Melakukan pelurusan sungai di bagian muara Sungai Tondano serta pengerukan endapan serta perelokasian kawasan terbangun (permukiman/ jasa dan niaga) yang mengganggu fungsi sungai.
4. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan tersebut.
5. Perlu ditetapkan PERDA sempadan sungai.
Gambar di samping menunjukkan beberapa titik sering terjadi baniir akibat luapan sungai Tondano dan Sawangan pada saat curah hujan tinggi.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INFRASTRUKTUR 2010
ASPEK TATA RUANG DALAM UPAYA PEMECAHAN MASALAH BANJIR DAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
108
6. Perlu disinergikan pengaturan wilayah untuk tangkapan air antar instansi terkait di wilayah Pemda Kota Manado, Pemda Kabupaten Minahasa, dan Pemda Minahasa Utara untuk menjaga kawasan hutan lindung, kawasan-kawasan resapan air dan, pengadaan jalur hijau.
7. Meningkatkan upaya pemeliharaan keseimbangan tata air dengan melibatkan masyarakat untuk berperan serta dalam menahan larian air hujan melalui peresapan-peresapan buatan.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini memandang lebih jauh lagi dari sekedar pengendalian, maka perlu dilakukan hal yang lebih mendasar yaitu: 1. Memperhatikan kembali dan merevisi Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman untuk mengedepankan dan mengakomodasikan kebutuhan pengembangan ruang terbuka hijau dalam perencanaan;
2. Menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan (NSPM) untuk penyelenggaraan dan pengelolaan ruang terbuka;
3. Menetapkan kebutuhan luas minimum ruang terbuka hijau sesuai dengan karakteristik kota dan indikator keberhasilan pengembangan ruang terbuka hijau suatu kota;
4. Mengembangkan mekanisme insentif dan disinsentif yang dapat lebih meningkatkan peran swasta dan masyarakat melalui bentuk-bentuk kerjasama yang saling menguntungkan;
5. Mengembangkan proyek-proyek percontohan ruang terbuka hijau untuk berbagai jenis dan bentuk yang ada di beberapa wilayah kota.
Lampiran
Gambar 2. Kondisi Eksisting Kawasan Penelitian
Gambar 3. Perencanaan Pemanfaatan Ruang Kawasan Ring Road I Lintas Winangun Maumbi
Daftar Acuan
Anonimous, Materi Pelatihan Dasar Sertifikasi Tenaga Ahli Perencana Wilayah dan Kota, 28 Juni – 2 Juli 2010 di Manado, 2010.
Anonimous, Laporan Stasiun AWLR (Automatic Water Level Recorder) Kairagi, Manado, Dinas Pengairan, 2000.
+55
+5 5
+50
+ 45
+4 0
+4 0 + 45+5 0
+5 5
+6 0
+ 60
+ 60
+ 55
+50
+5 5
+40
+45
+ 40
+45
+ 50+5 5
+55
+6 0
+65
+70
+75
+5 5
+5 5
+ 1 0 0
+ 1 0 0
+ 1 0 5
+ 1 1 0
+ 1 1 5
+ 1 2 0
+ 1 2 5+ 1 4 0
+ 9 5+ 9 0
+ 8 5
+ 8 0
+ 9 0
+ 9 5
+ 1 0 0
+ 9 5
+ 9 0
+ 8 0
+ 7 5
+ 1 3 0
+ 7 0
+ 6 5
+ 7 0
+ 6 5 + 7 5
+ 8 0
+ 6 5+ 7 0
+ 7 5
+ 8 0
+ 6 5
+ 6 5
+ 7 0
+ 7 5
+ 8 0
+ 9 0
+ 9 5
+ 1 0 0
+ 8 5
+ 8 5
+ 8 5
+ 8 5
+ 1 0 0
+ 9 5
+ 9 0
+ 8 5
+ 8 0
+ 8 5
+ 9 0
+ 8 5
+ 8 0+ 8 5+ 9 0
+ 9 5
+ 1 0 0
+ 1 0 5+ 1 1 0
+ 1 1 5
+ 1 2 0
+ 1 2 5
+ 1 3 0
+ 1 3 5
+ 1 4 0
+ 1 3 5
+ 8 0
+ 8 5+ 8 5
+ 9 0
+ 6 0+ 6 5
+ 7 0
+ 7 5
+ 8 0
+ 8 0
+ 7 5
+ 7 0
+ 6 5
+ 6 0
+ 6 0
+ 6 5
+ 7 0
+ 8 5
G O T O K A R O M B A S A N
G O T O T O M O H O N
S U N G A I
G O T O K A R O M B A S A N
G O T O T O M O H O N
������ � � � ���� � � �
S U N G A I
������ � � � ���� � � �
B L O K A
������ � � � ��
�� �� � � � � �� � � �� ��� ��� � � �
� ��� � �☺� �
�� �� � � � � �� � � �� ��� ��� � � ����� � � �
� ��������� �� �� ������ �
���� � � ����� �� � �
����� ��������� �� !��!� �"�#�$
������� �� �� �� �� � ���
������ �� � �� � ���������� �� � �� � ���������� �� � �� � ����
BLOK C
+ 5 5
+ 5 5
+ 5 0
+ 4 5
+ 40
+ 40+ 4 5
+ 50
+ 5 5
+ 6 0
+6 0+ 55
+ 5 0
+ 4 5
+ 40
+ 4 0
+4 5+ 55
+5 0
+ 6 0
+ 65
+6 0
+ 5 5
+ 6 0
+ 5 0
+4 5
+ 45
+5 0
+ 55
+6 0
+ 6 0
+ 5 5
+ 5 0
+4 5
+ 40
+4 5
+ 50
+ 55
+ 6 0
+ 6 0
+ 5 5 +6 0
+ 55
+5 0
+ 45
+ 4 5
+5 0
+ 55
+ 6 0
+ 55
+5 0
+4 5
+5 0
+ 4 5
+ 40
+4 0
+ 55
+ 6 0
+ 60
+5 5
+5 0
+ 5 5
+4 0
+ 45
+ 4 0
+ 45
+5 0+ 55
+ 55
+6 0
+6 5
+ 70
+7 5
+ 75
+ 45
+ 50
+ 55
+ 60
+ 5 5
+5 5
+ 5 5
+4 5
+ 5 0
+ 5 5
+ 6 0
M T -1.0
0 ± 0.00
������� �� �� �� �� � ���
SUNGAI
��������� ���� ������������ ���� ���
+100
+100
+105
+110
+115
+120
+125+140
+95+90
+85
+80
+90
+95
+100
+95
+90
+80
+75
+130
+70
+65
+70
+65 +75
+80
+65+70
+75
+80
+65
+65
+70
+75
+80
+90
+95
+100
+85
+85
+85
+85
+100
+95
+90
+85
+80
+85
+90
+85
+80+85+90
+95
+100
+105
+110
+115
+120
+125
+130
+135
+140
+135
+80
+85+85
+90
+60+65
+70
+75
+80
+80
+75
+70
+65
+60
+60
+65
+70
+85
�� �� ����������
�� �� �������
�� �� ����������
�� �� �������
BLOK A
SUNGAI
KAWASAN RUMAH SUSUN
KAWASAN RUMAH DERET
KAWASAN RUMAH RENGGANG
KAWASAN PERDAGANGAN/JASA
KAWASAN PERGUDANGAN
KAWASAN PERKANTORAN
SARANA TRANSPORTASI (TERMINAL PETI KEMAS)
GARIS KONTUR
SUNGAI
KAWASAN PENDIDIKAN
0
0
5,9
KAWASAN TERBUKA HIJAU 20,8 Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
3,9 Ha
1,1
0,4
1,9
0
JALAN UTAMA Ha5,5
JALAN PARALEL Ha3,6
SEMPADAN SUNGAI 0.7 Ha
KETERANGAN:
BLOK B
+75
+65
+65
+70
+70
+75
+80
+80
+75
+70
+65
+70
+75
+80
+65
+70
+75
+80
+65
+65
+65
+65
+70
+75
+80
+75
+75
+70
+65
+60
+55
+55
+75
+80
+70
+75
+75
+80
+70
+75
+70
+65
+65
+75
+80
+70
+75
+75
+75
+70
+75
+80
+70
+75
+80
+70
+75
+75
+80
+75
+70
+75
+80
+80
+70
+75
+75
+75+70
+65
+60
+80
+70
+75
+75
+80
+70
+65
+65
+65
+65
+65
+70
KAWASAN RUMAH SUSUN
KAWASAN RUMAH DERET
KAWASAN RUMAH RENGGANG
KAWASAN PERDAGANGAN/JASA
KAWASAN PERGUDANGAN
KAWASAN PERKANTORAN
SARANA TRANSPORTASI (TERMINAL PETI KEMAS)
GARIS KONTUR
SUNGAI
KAWASAN PENDIDIKAN
0
0
0
KAWASAN TERBUKA HIJAU 33,9 Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
9,4 Ha
1,1
0
0
0
JALAN UTAMA Ha4
JALAN PARALEL Ha3,1
SEMPADAN SUNGAI 0.6 Ha
KETERANGAN:
��������� �� �� �� � ���
��������� �� � ������������� �� � ������������� �� � ����
BLOK C
+55
+55
+50
+45
+40
+40 +45
+50
+55
+60
+60 +55
+50
+45
+40
+40
+45 +55
+50
+60
+65
+60
+55
+60
+50
+45
+45
+50
+55
+60
+60
+55
+50
+45
+40
+45
+50
+55
+60
+60
+55 +60
+55
+50
+45
+45
+50
+55
+60
+55
+50
+45+50
+45
+40
+40
+55
+60
+60
+55
+50
+55
+40
+45
+40
+45
+50+55
+55
+60
+65
+70
+75
+75
+45
+50
+55
+60
+55
+55
+55
+45
+50
+55
+60
MT -1. 00
± 0 .00
��������� �� �� �� � ���
KAWASAN RUMAH SUSUN
KAWASAN RUMAH DERET
KAWASAN RUMAH RENGGANG
KAWASAN PERDAGANGAN/JASA
KAWASAN PERGUDANGAN
KAWASAN PERKANTORAN
SARANA TRANSPORTASI (TERMINAL PETI KEMAS)
GARIS KONTUR
SUNGAI
KAWASAN PENDIDIKAN
0
1,1
5,8
KAWASAN TERBUKA HIJAU 36,5 Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
4,7 Ha
6,8
0,6
0
23,1
JALAN UTAMA Ha5,5
JALAN PARALEL Ha3,6
SEMPADAN SUNGAI 1,6 Ha
KETERANGAN:
Perencanaan Blok B
dengan pengendalian
Sungai Sawangan
Perencanaan Blok C diatur
dengan konservasi ketat
Blok A Blok B Blok C
Perencanaan Blok A
dengan dikendalikan
secara ketat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INFRASTRUKTUR 2010
ASPEK TATA RUANG DALAM UPAYA PEMECAHAN MASALAH BANJIR DAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
109
Anonimous, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado, Draft; Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara, 2008.
Anonimous, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Utara, Dinas Pekerjaan Umum, 2008.
Asday, Chay, Hidologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Universitas Gajah Mada,1995.
Moniaga, Linda Ingerid, Model Ruang Terbuka Hijau Perkotaan dengan Sistem Dinamik:Studi Kasus Kota Manado, 2008
Samoe, Ir. Msi. Alternatif Peningkatan Resapan Air Genangan Kawasan Lansekap, Proseding Seminar Nsional Pembangunan Lingkungan Perkotaan 26-27 Juli 2005, 2005.
Subroto BSc., Ir.Satriyo H, Potensi Air Tanah Cekungan Manado Sulawesi Utara, Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jendral Geologi dan Sumberdaya Mineral, 1985