problematika tahfidzul quran bagi santri kalongdi...
TRANSCRIPT
i
PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN BAGI SANTRI KALONGDI PONDOK PESANTREN
SIROJUDDINASSALAFIYAH KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
HETI INDAYANI
11111107
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
ii
iii
PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN BAGI SANTRI KALONGDI PONDOK PESANTREN
SIROJUDDINASSALAFIYAH KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
HETI INDAYANI
11111107
JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
iv
KEMENTRIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02. Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50712 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 Eksemplar
Hal : Pengajuan Skripsi
Kepada
Yth. Ketua IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi:
Nama : Heti Indayani
NIM : 111111107
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI
Judul : PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN BAGI SANTRI KALONG DI PONDOK PESATREN SIROJUDDIN ASSALAFIYAH KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG
Untuk diajukan dalam sidang munaqasah.
Demikian untuk menjadi periksa.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 7 September 2015
Pembimbing
Drs. H. Imam Baihaqi, M. Ag.
Nip. 19571108 19 8703 1001
v
KEMENTRIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02. Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50712 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
SKRIPSI
PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURANBAGI SANTRIKALONG DI PONDOK PESANTREN SIROJUDDIN ASSALAFIYAH
KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2015 DISUSUN OLEH
HETI INDAYANI
11111107
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Achmad Maimun, M. Ag.
Sekretaris Penguji : Drs. H. Imam Baihaqi, M. Ag.
Penguji I : Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag.
Penguji II : Drs. Juz’an, M. Hum.
Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
vi
KEMENTRIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02. Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50712 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Heti Indayani
NIM : 11111107
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang
lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiyah.
Salatiga, 29 Agustus 2015
Penulis
Heti Indayani NIM. 11111107
vii
MOTTO
ھ م ل ع و ان ر لق ا م ل تع ن م م ك ر ی خ
Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang
belajar Al Quran dan mengajarkannya.
(HR. Bukhari)
Berapapun umurmu, tiada kata terlambat untuk memulai
menghafalkan Al Quran kecuali tiada usaha untuk
memulainya.
viii
PERSEMBAHAN
1. Muara cinta yang tak berkesudahan yaitu kedua orang tuaku, Bapak
Sobikan dan Ibu Waliyati yang senantiasa tidak pernah lelah selalu
mendo’akan, mencurahkan kasih sayang dan banyak pengorbanan
untuk ku hingga aku seperti ini.
2. Bapak KH. Mahfudz Ridwan L.c dan ibu Hj. Nafisah pengasuh
pondok pesantren Edi Mancoro yang saya hormati dan selalu saya
harapkan ridlo dan berkah ilmunya.
3. Sahabat, kakak dan sekaligus guru spiritualku Maratun Chasanah
yang selalu memotivasi, memberikan semangat dan tak pernah
hentinya menyebut namaku dalam setiap doanya.
4. Kakak kandungku Mas Rohani dan Mas Hariyanto yang selalu
mendukungku.
5. Kakak-kakakku di pondok pesantren Edi Mancoro yang selalu
memberikan masukan dan menasehatiku Mbak Sari, Mbak Aulia Ulfa
D, dan Mbak Korifah.
6. Teman-temanku PAI C angkatan 2011 senasip seperjuangan.
7. Sahabatku Meylia Suryani, Faizatun, Khairul Jaza, Mangiyah dan
semua yang tidak bisa disebut satu persatu.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan nikmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Problematika Tahfidzul Quran bagi
Santri Kalong di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab.
Temanggung”.Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada manusia
teladan sepanjang masa beliau Nabi Agung Muhammad SAW.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun skripsi
ini dengan sebaik-baiknya, namun mengingat keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan penulis, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan agar skripsi ini benar-benar dapat menjadi sumbangan pemikiran yang
bermanfaat, terutama bagi para santri yang sedang maupun ingin berproses
menghafalkan Al Quran.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya pihak yang membantu
dan membimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Ruchayati, M. Ag. Selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.
x
4. Bapak Drs. H. Iman Baihaqi, M. Ag selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah mendidik dan membekali
berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
6. Ibu Hj. Ma’munah selaku pengasuh pondok pesantren Sirojuddin
Assalafiyah yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk penelitian.
7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mendidik, membimbing serta
memotivasi kepada penulis baik moral, finansial, maupun spiritual.
8. Keluarga besar pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah terutama para
santri kalong yang sedang berproses menghafalkan Al quran yang telah
membantu dalam memberikan informasi untuk keperluan penelitian.
Akhirnya penulis berdo’a semoga amal dan jasa baik semua pihak
mendapat balasan dari allah SWT yang setimbal. Amin.
Salatiga, 12 September 2015
Penulis
Heti Indayani NIM. 11111107
xi
ABSTRAK
Indayani, Heti. 2015. Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab. Temanggung. Skripsi, Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Drs. H. Imam Baihaqi, M. Ag.
Kata kunci: Probelematika Tahfidzul Quran, Santri Kalong
Kegiatan Tahfidzul Quran umumnya dilakukan oleh para santri yang menetap di pondok pesantren dengan mendapatkan perhatian dan peraturan yang ketat dari ustadz/ ustadzah di pondok serta mereka fokus menghafalkan Al Quran saja. Karena menghafalkan Al quran itu membutuhkan pengorbanan waktu dan tenaga yang cukup serta tempat yang khusus untuk menghafalkan Al quran. Namun lain halnya dengan santri kalong di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah yang tetap menghafalkan Al Quran dengan tetap tinggal di rumah masing-masing di tengah banyaknya kesibukan dan aktivitas yang mereka lakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana problematika yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan Al quran dan bagaimana cara mereka dalam menghadapi problematika tersebut. Setelah dilakukannya penelitian secara mendalam diharapkan peneliti dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang bagaimana solusi yang harus dilakukan untuk mengatasi problematika tahfidzul Quran.
Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitiaan dilakukan mulai bulan juli 2015 di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab. Temanggung. Informan adalah 5 santri kalong yang sedang berproses dalam menghafalkan Al Quran dan 1 pengasuh pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.
Hasil penelitian menunjukan problematika yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan Al Quran antara lain berupa faktor managemen waktu, motivasi, kecerdasan, kesehatan, suasana rumah, gangguan asmara, dan lupa saat hafalan disetorkan. Solusi yang harus dilakukan antara lain berupa menyediakan waktu khusus setiap hari untuk Al quran, memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengulang hafalan, meluruskan niat dan mengetahui keutamaan menghafal Al quran, berteman dengan penghafal Al quran, istiqamah, bersungguh-sungguh, sabar, menjaga kesehatan, mencari tempat yang tenang untuk menghafalkan Al quran, menjauhi hal yang sia-sia dan perbuatan dosa, serta senantiasa mengulang-ulang hafalannya.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………. iv
PENGESAHAN KELULUSAN…………………………..... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………….. vi
MOTTO…………………………………………….............. vii
PERSEMBAHAN……………………………………........... viii
KATA PENGANTAR…………………………………….... ix
ABSTRAK.............................................................................. xi
DAFTAR ISI........................................................................... xii
DAFTAR TABEL………………………................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN………………………….................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................... 1
B. Fokus Penelitian.................................................. 5
C. Tujuan Penelitian................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian............................................ 6
E. Penegasan Istilah.................................................. 7
F. Metodologi Penelitian.......................................... 9
G. Sistematika Penulisa............................................. 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tahfidzul Quran.................................................... 21
1. Pengertian Tahfidzul Quran......................,..... 21
2. Beberapa Kitab Mushaf.........................,........ 22
3. Macam-macam Qira’at................................... 24
4. Dasar dan Keutamaan Tahfidzul Quran......... . 26
xiii
5. Syarat-syarat Tahfidzul Quran........................ 28
B. Tinjauan Konsep Belajar…………………....…... 32
1. Pengertian Belajar........................................... 32
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil
Balajar............................................................. 33
3. Hubungan Belajar dengan Menghafal............ 37
C. Problematika Tahfidzul Quran……….................. 39
1. Pengertian Problematika.........................,....... 39
2. Problematika Tahfidzul Quran dan
Solusinya......................................................... 40
3. Faktor-faktor Pendukung dalam
Menghafalkan Al Quran................................. 45
4. Metode Menghafalkan Al Quran.................... 48
5. Kiat-kiat Memelihara Hafalan Al quran......... 51
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Sirojuddin
Assalafiyah............................................................ 53
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren
Sirojuddin Assalafiyah................................... 53
2. Letak Geografis Pondok Pesantren
Sirojuddin Assalafiyah.................................... 55
3. Sarana dan Prasarana...................................... 55
4. Struktur Organisasi......................................... 56
5. Keadaan Guru/Ustadz/Ustadzah..................... 58
6. Keadaan Santri................................................ 59
7. Kegiatan di Lokal Pesantren........................... 59
8. Tata Tertib Pondok Pesantren
xiv
Sirojuddin Assalafiyah................................,... 61
B. Temuan Penelitian………………………............ 64
1. Niat dan Motivasi Santri Kalong dalam
Menghafalkan Al Quran................................. 64
2. Latar Belakang Santri Kalong......................... 66
3. Aktivitas Santri Kalong................................... 70
4. Problematika Tahfidzul Quran dan
Cara Menghadapinya...................................... 76
BAB IV PEMBAHASAN
A. Problematika Tahfidzul Quran bagi
Santri Kalong........................................................ 83
1. Faktor Manageman Waktu.............................. 83
2. Faktor Motivasi............................................... 84.
3. Faktor Kecerdasan.......................................... 84
4. Faktor Kesehatan............................................ 85
5. Faktor Suasana Rumah.................................... 86.
6. Faktor Gangguan Asmara............................... 87
7. Faktor Lupa Saat Hafalan Disetorkan............. 88
B. Cara Menghadapi Problematika Tahfidzul
Quran bagi Santri Kalong...................................... 89
1. Faktor Managemen Waktu.............................. 89
a. Setiap Hari Ada Waktu Khusus
untuk Al Quran.......................................... 89
b. Memanfaatkan Setiap Waktu dan
Kesempatan untuk MengulangHafalan.... 90
2. Faktor Motivasi............................................... 91
a. Meluruskan Niat dan Mengetahui
xv
Keutamaan Menghafalkan Al Quran....... 92
b. Berteman dengan Orang yang
Menghafalkan Al Quran............................. 93
3. Faktor Kecerdasan.......................................... 93
a. Istiqamah................................................... 94
b. Bersungguh-sungguh................................ 94
c. Sabar ........................................................ 95.
4. Faktor Kesehatan............................................ 96
a. Menjaga Pola Makan................................ 96
b. Menjadwal Waktu Tidur........................... 96
c. Berolahraga............................................... 96
5. Faktor Suasana Rumah................................... 96
6. Faktor Gangguan Asmara............................... 97
a. Menjauhi Segala Hal yang Sia-sia........... 97
b. Menjauhi Perbuatan Dosa dan Maksiat.... 97
7. Faktor Lupa Saat Hafalan Disetorkan............. 98
a. Tidak Meninggalkan Hafalan Baru
Terlalu Lama............................................. 98
b. Mengulangi Hafalan.................................. 99
c. Mendengarkan dari Orang Lain atau Kaset 99
d. Mengerta Arti dan Ayat yang Dihafalkan. 100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................... 101
B. Saran .................................................................... 102
C. Penutup ................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 3. 1 Struktur Organisasi Pondok
Pesantren Sirojuddin Assalafiya 57
Tabel 3. 2 Data Asatidz di Pondok
Pesantren Sirojuddin Assalafiya 58
Tabel 3. 3 Jadwal Kegiatan MC Sehari-hari 70
Tabel 3. 4 Jadwal Kegiatan KLF Sehari-hari 71
Tabel 3. 5 Jadwal Kegiatan KJ Sehari-hari 72
Tabel 3. 6 Jadwal Kegiatan ADA Sehari-hari 74
Tabel 3. 7 Jadwal Kegiatan KN Sehari-hari 75
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Laporan SKK
2. Nota Dosen Pembimbing Skripsi
3. Lembar Konsultasi
4. Surat Izin Penelitian
5. Surat Pernyataan Telah Meneliti
6. Pedoman Wawancara
7. Hasil Wawancara
8. Data Santri PP Sirojuddin Assalafiyah
9. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al Quran merupakan kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat),
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril
alaihis salam, dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An Nash,
dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan secara mutawatir
(Aminuddin, 1991: 15). Al Quran adalah kitab yang sangat mengagumkan bagi
orang-orang yang mau menggunakan akal dan bashirah (mata hati) untuk
memikirkan dan merenungkannya.
Tiada bacaan semacam Al Quran yang dibaca oleh ratusan juta orang yang
tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan
dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.
Tiada bacaan sebanyak kosa kata Al Quran yang berjumlah 77.439 kata,
dengan jumlah huruf 323.015 yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara
kata dengan padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.
Sebagai contoh kata hayat terulang sebannyak antonimnya maut, masing-masing
145 kali, akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia, malaikat terulang 88 kali
sebanyak kata setan, thuma’ninah (ketenangan) terulang sebanyak 13 kali
sebanyak kata dhiyq (kecemasan), panas terulang 4 kali sebanyak kata dingan
(Shihab, 1999: 3-4).
2
Menurut Ahsin (1994:26) menghafal Al Quran merupakan suatu perbuatan
yang sangat terpuji dan mulia. Orang-orang yang membaca dan menghafal Al
Quran merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk
menerima warisan kitab suci Al Quran. Sedangkan menurut hemat penulis,
menghafal Al Quran merupakan sebuah aktifitas ibadah yang sangat berat, tetapi
sangat mulia. Berat, karena ia merupakan perjuangan yang luar biasa dan
membutuhkan konsentrasi penuh. Berbagai tantangan silih berganti akan
menghadang dihadapan para calon hafidz Al Quran. Serta mulia karena banyak
sekali keutamaan-keutamaan bagi orang yang mau menghafal Al Quran. Banyak
sekali hadits-hadits Rasulullah yang mengungkapkan keagungan orang yang
belajar membaca, atau menghafal Al Quran dan orang-orang yang
mempelajarinya.
Ada beberapa keutamaan menghafal Al Quran menurut hadits Rasulullah
saw, di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad no 11870 dan Ibnu
Majah no 215.
اس قال قیل من ھم یا رسول الله قال اھل ا وجل اھلین من الن عز ن
تھ القران ھم اھل الله و خاص
“Allah memiliki dua keluarga dari manusia.” Sahabat bartanya, “wahai
Rasulullah, siapakah mereka?” Rasulullah menjawab”Ahlul Qur’an,
mereka adalah keluarga Allah dan Orang-orang Khusus-Nya.” (Arham,
2014:23)
3
Dari hadits di atas nampak jelas keutamaan menghafal Al Quran, hingga
Rasulullah menyatakan bahwa penghafal Al Qur’an adalah keluarga Allah.
Sebagian orang adakalanya merasa bangga ketika memiliki hubungan kekerabatan
atau pertemanan dengan pejabat tinggi, figure popular atau orang terpandang. Bila
hubungan seperti itu membuat seseorang bangga, bagaimana kita tidak bangga
dan sangat senang ketika Allah sang Pencipta mengakui kita sebagai keluarga-
Nya. Apalagi ditambahi orang-orang spesial-Nya. Maka ini adalah sebuah
kemulian yang luar biasa di sisi Allah yang diberikan kepada Ahlul Qur’an. Maka
sudah seharusnya kaum muslim memperhatikan pentingnya menghafal Al Quran.
Menghafal Al Quran secara keseluruhan hukumnya fardlu kifayah. Namun
menghafal sebagian dari Al Quran hukumnya fardlu ain (Arham, 2014: 11).
Artinya setiap muslim wajib memiliki hafalan Al Quran walaupun hanya
sebagian, bisa sebagian kecil atau sebagian besar.
Badwilan, (2009: 203) menyatakan bahwa ada sebagian sebab yang
menghambat seseorang dalam menghafal Al quran dan dapat membantu
melupakan Al quran yaitu di antaranya: banyak dosa dan maksiat, tidak senantiasa
mengikuti, mengulang-ulang dan memperdengarkan hafalan Al Qurannya,
perhatian yang lebih pada urusan-urusan dunia, serta menghafal banyak ayat pada
waktu yang singkat dan pindah ke ayat yang lain sebelum menguasainya.
Menghafal Al Quran secara keseluruhan sekali lagi, bukan merupakan
pekerjaan yang ringan, diperlukan metode-metode khusus ketika menghafalnya.
Dan juga harus disertai dengan do’a kepada Allah SWT supaya diberi kemudahan
4
dalam menghafalkan ayat-ayat-Nya yang begitu banyak dan rumit. Sebab banyak
kalimat yang mirip dengan kalimat yang lain, demikian juga kalimatnya yang
panjang-panjang, bahkan mencapai tiga sampai empat baris tanpa adanya waqaf,
namun ada juga yang pendek-pendek (Wahid, 2012: 13). Selain itu tidak sedikit
halangan dan rintangan yang dapat melemahkan niat maupun prosesnya. Sehingga
yang diperlukan dari orang yang ingin menghafal Al Quran adalah sebuah niat
yang ikhlas karena Allah, semangat dan tekad yang kuat, kesungguhan serta
keuletan. Ia juga perlu menyediakan waktu dan tempat khusus yang digunakan
untuk menghafal Al Quran.
Pada saat sekarang ini banyak lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia
yang mempunyai program Tahfidzul Quran, salah satunya adalah podok pesantren
Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab. Temanggung. Menariknya pondok
pesantren ini tidak khusus untuk santri yang mukim saja, namun ada juga santri
yang non mukim atau biasa dikenal dengan istilah “santri kalong”. Santri kalong
yaitu murid-murid di sekitar pondok pesantren yang tidak menetap atau tinggal di
pondok namun tetap mengikuti kajian seperti santri pada umumnya.
Kegiatan tahfidzul Quran pada umumnya dilakukan oleh para santri yang
menetap di pondok dengan mendapatkan perhatian dan beberapa peraturan secara
ketat atas segala kegiatannya oleh para ustad ustadzah dan pengasuh di pesantren
tersebut karena berada dalam asrama bersama para santri, sehingga kondisinya
sangat mendukung untuk menghafalkan Al Quran. Di samping itu biasanya
mereka juga fokus hanya menghafalkan Al Quran saja. Namun di Pondok
Pesantren Sirojuddin Assalafiyah ini ada juga santri-santri kalong yang sedang
5
berproses dalam menghafalkan Al Quran. Mereka tetap tinggal di rumah masing-
masing dengan kesibukan mereka yang juga sangat padat, sebagian ada yang
sudah bekerja, masih sekolah dan mengajar. Dengan demikian berarti masalah-
masalah yang mereka hadapi dalam menghafalkan Al Quran tentunya lebih
banyak dari santri yang mukim, karena aktivitas dan kondisi yang mereka
hadapipun berbeda. Namun mereka tetap bisa menghafalkan Al Quran seperti
santri yang lainnya. Dengan begitu menghafal Al Quran bukanlah monopoli
siapapun. Tidak pandang latar belakang pendidikan, suku, profesi, dan lainnya.
Selama kita muslim, kita semua berhak menghafal Al Quran baik sebagian
maupun keseluruhan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis
tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam tentang “ Problematika Tahfidzul
Quran bagi Santri Kalong di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec.
Parakan Kab. Temanggung Tahun 2015”.
B. Fokus Penelitian
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa saja problem yang dihadapi oleh santri kalong dalam menghafalkan Al
Quran di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah?
2. Bagaimana cara menghadapi problematika tahfidzul Quran bagi santri kalong?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui problem apa saja yang dihadapi oleh santri kalong dalam
menghafalkan Al Quran di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiah.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi problematika tahfidzul Quran
bagi santri kalong.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dipeoleh dalam penelitian ini adalah :
Penelitian ini memiliki kegunaan secara praktik dan teoritik.
1. Teoritik
Dapat menambah wawasan dan keilmuan dalam bidang pembelajaran Al
Quran khususnya bagi santri kalong, serta dapat memberikan motivasi atau
semangat dalam menghafalkan Al Quran.
2. Praktik
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pokok permasalahan tahfidzul
Quran khususnya yang dihadapi santri kalong, sehingga dapat memberikan
solusi-solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi tersebut.
b. Menambah khasanah informasi yang akan bermanfaat bagi peneliti dan
pihak yang berkepentingan.
7
E. Penegasan Istilah
Berangkat dari urgensi penegasan judul sebuah penelitian maka penulis
mempunyai kepentingan untuk mempertegas judul dengan harapan tidak ada
kesalahpahaman dalam proses penelitian tersebut.
Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah para santri kalong di
Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiah yang berjumlah 5 orang, di mana mereka
sedang berproses dalam kegiatan tahfidul Quran. Sedangkan istilah-istilah yang
digunakan dalam judul tersebut antara lain:
1. Problematika
Probematika berasal dari bahasa Inggris : problem yang berarti
masalah atau persoalan. Dan problematika yang berarti permasalahan (KBBI,
2007: 896) Yang dimaksudkan problematika dalam penelitian ini adalah
masalah-masalah yang dihadapi santri kalong.
2. Tahfidzul Quran
Tahfid merupakan bentuk isim masdar ( تحفیظا-حفظ-حفظ ) dan fiil
madhi ( حفظا-حفظ-حفظ )yang artinya menghafal, menjaga dan memelihara
(Muhdlor, 1999: 779). Sedangkan Al Quran adalah berasal dari kata qoroa-
yaqrou-qur’an yang artinya bacaan atau yang dibaca(Muhdlor, 1999: 1441).
8
Dengan demikian yang dimaksud dengan tahfidzul Quran adalah
menghafal Al Quran sesuai urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani
mulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nas dengan maksud beribadah,
menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang
diturunkan kepada Nabi terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang
ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kepada kita
dengan jalan mutawatir (Munjahid 2007: 74)
3. Santri kalong
Santri berasal dari bahasa Jawa dari kata “cantrik” yang artinya
orang yang mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap, tentunya
dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian (Madjid, 1997:
20). Sedangkan menurut Munir Mulkhan (2003, 300) kata santri mempunyai
arti ” murid atau orang yang belajar di pondok pesantren”.
Dhofir dalam bukunya Tradisi Pesantren menyatakan ada dua jenis
kelompok santri, yaitu: santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah
murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam
kelompok pesantren. Sedangkan santri kalong adalah murid-murid yang
berasal dari desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam
pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren mereka biasanya bolak-
balik (nglajo) dari rumahnya sendiri (Dhofier, 1983:18).
9
4. Pondok pesantren
Pondok adalah sebuah asrama pendidikan Islam di mana para
santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru atau
lebih dikenal dengan sebutan “kyai”. Sedangkan pesantren berasal dari kata
santri dengan awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal
(Dhofier, 1983: 18).
Dari beberapa istilah di atas, dapat diambil pengertian bahwa yang
dimaksud oleh judul skripsi ini adalah suatu penelitian lapangan tentang
masalah-masalah yang dihadapi oleh santri kalong dalam kegiatan
menghafalkan Al Quran secara menyeluruh di Pondok Pesantren Sirojuddin
Assalafiyah Kec. Parakan, Kab. Temanggung.
F. Metodologi Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara
yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang sempurna dan memperoleh hasil
secara optimal.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
reseach) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
dilakukan oleh peneliti yang berada langsung dengan obyek, terutama dalam
memperoleh data dan berbagai informasi (Moleong, 1989:26).
10
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam
Moleong adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati(Moleoang, 1998:3).
Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah para santri kalong di
pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah yang sedang berproses dalam
menghafalkan Al Quran. Dari keadaannya yang berstatus menjadi santri
kalong tersebut tentunya akan banyak sekali problematika yang muncul.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.
Sedangkan instrumen yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat
bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk
menunjang keabsahan hasil penelitian. Namun hanya berfungsi sebagai
instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di
lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang
diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan
informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lembaga pendidikan pondok pesantren
Sirojuddin Assalafiah Dusun Karang Kidul, Desa Mandisari, Kec. Parakan
11
Kab. Temanggung. Alasan penulis memilih lokasi ini adalah karena di
pondok pesantren ini ada sejumlah santri kalong yang sedang berproses
dalam menghafalkan Al Quran yang jumlahnya cukup banyak dan layak
untuk diadakan sebuah penelitian. Karena kebanyakan pondok pesantren
Tahfidzul Quran yang ada di Indonesia itu yang menghafalkan Al Quran
adalah para santri-santri mukim.
4. Sumber Data
Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari
sumber, di antaranya:
a. Pengasuh pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah Kec. Parakan Kab,
Temanggung yang memberikan keterangan secara menyeluruh mengenai
keadaan di pondok pesantren tersebut.
b. Santri kalong yang berjumlah 5 orang, yang sangat berperan serta dalam
memberikan keterangan mengenai berbagai problematika yang dihadapi
mereka dalam proses menghafalkan Al Quran.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
12
a. Observasi
Menurut Kartono (1986: 287), observasi adalah studi yang
disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam
dengan pengamatan dan pencatatan. Sedangkan menurut Imam
Suprayogo (2003: 167) observasi adalah mengamati dan mendengar
dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap
fenomena sosial-keagamaan (perilaku’ kejadian-kejadian, keadaan,
benda, dan symbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa
mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam,
memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis.
Pedoman observasi pengumpulan data dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1) Kondisi obyektif pondok pesntren Sirojuddin Assalafiah
Dalam hal ini, peneliti mengamati langsung kondisi obyektif di
pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah tersebut dengan cara
melakukan observasi secara langsung ke tempat tersebut.
2) Problematika tahfidzul Quran bagi santri kalong di podok pesantren
Sirojuddin Assalafiah
Peneliti melakukan wawancara kepada masing-masing santri
kalong yang sedang berproses dalam menghafalkan Al Quran
dengan menggunakan pedoman wawancara.
13
b. Interview
Metode interview adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
1989: 186)
Interwiew ditujukan kepada pengasuh pondok pesantren untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan sejarah berdirinya pondok
pesantren serta perkembangannya dan para santri kalong untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan problematika tahfidzul Quran
serta begaimana cara mengatasinya.
c. Dokumentasi
Metode ini adalah suatu metode untuk mencari data yang terkait
dengan hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah (Arikunto, 2006: 231).
Sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji dan
menafsirkan, metode ini digunakan untuk mengetahui perkembangan
data jumlah santri, aktivitas santri, susunan pengurus pesantren dan
yang lainnya.
14
6. Tehnik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,
1989: 248).
Maka dalam hal ini penulis menggunakan analisis data kualitatif, di
mana data dianalisa nonstatistik yang meliputi cara berfikir induktif yaitu
penulis berangkat dari pengetahuan yang bersifat khusus untuk menilai
suatu kejadian umum.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan trianggulasi sebagai teknik untuk mengecek
keabsahan data. Di mana dalam pengertiannya trianggulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong,
2004: 330).
Trianggulasi terbagi menjadi tiga yaitu sumber, metode dan teori.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber. Yaitu
peneliti akan mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh
dengan data-data atau informasi dari sumber yang lain sehingga data yang
diperoleh peneliti terdapat dari berbagai pihak agar terhindar dari
15
subyektifitas. Misalnya dengan bertanya kepada orang terdekat dari
informan untuk memperkaya pengetahuan peneliti.
8. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum
kelapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan
laporan.
Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigm dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi
lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi
fokus penelitian dan penyusunan usulan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan problematika tahfidzul Quran bagi santri kalong beserta
bagaimana cara mereka dalam menyikapi dan mengatasinya.
c. Tahap analisis data
Tahap analisis data meliputi analisis data baik yang diperoleh
melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan
pengasuh dan santri yang ada di lingkungan pondok tersebut.
Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks
permasalahan yang diteliti. Selanjutnya pengecekan keabsahan data
dengan mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan
16
data sehingga data benar-benar valid. Data yang valid adalah dasar dan
bahan untuk memberikan makna data yang merupakan poses
penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan
Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna
data. Setelah itu dilakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen
pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan saran-saran demi
kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan
tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir
melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini peneliti bermaksud untuk membahas tentang
Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong di Pondok Pesantren
Sirojuddin Assalafiah. Oleh karena itu, untuk mempermudah pembaca
mengikuti pembahasan skripsi ini, peneliti menyusun sistematika
pembahasannya sebagai berikut:
Bab I : PENDAHULUAN
Meliputi: Latar Belakng Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian,
Kegunaan,Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika
Penulisan.
17
Bab II : KAJIAN PUSTAKA
A. Tahfidzul Quran
1. Pengertian Tahfidzul Quran
2. Beberapa Kitab Mushaf
3. Macam-macam Qira’at dalam Al Quran
4. Dasar dan Keutamaan Tahfidzul Quran
5. Syarat-syarat Tahfidzul Quran
B. Tinjauan Konsep Belajar
1. Pengertian Belajar
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
3. Hubungan Belajar dengan Menghafal dan Mengingat
C. Problematika Tahfidzul Quran
1. Pengertian Problematika
2. Problematika Tahfidzul Quran Beserta Solusinya
3. Faktor-faktor Pendukung dalam Menghafalkan Al Quran
4. Metode Menghafalkan Al Quran
5. Kiat-kiat Memelihara Hafalan Al Quran
Bab III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data:
1. Sejarah berdirinya pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah.
2. Letak geografis pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah.
3. Sarana dan Prasarana
4. Struktur Organisasi
18
5. Keadaan Guru/Ustadz/Ustadzah
6. Keadaan Santri
7. Kegiatan di Lokal Pesantren
8. Tata Tertib Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah
B. Temuan Penelitian
1. Mengetahui niat dan motivasi santri kalong dalam
menghafalkan Al Quran.
2. Mengetahui latar belakang pada masing-masing santri kalong.
3. Mengetahui aktivitas yang dilakukan santri kalong dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Mengetahui problematika yang dihadapi santri kalong dalam
menghafalkan Al quran.
5. Mengetahui bagaimana cara mereka dalam menghadapi dan
menyikapi problematika tersebut.
Bab IV : PEMBAHASAN
Meliputi:
1. Problematika yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan
Al Quran.
2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi
problematika tersebut.
19
Bab V : PENUTUP
Meliputi:
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Penutup
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tahfidzul Quran
1. Pengertian Tahfidzul Quran
Istilah Tahfidzul Quran merupakan gabungan dari dua kata yang
berasal dari bahasa Arab, yaitu tahfid dan Al Quran. Kata tahfid
merupakan bentuk isim masdar ( تحفیظا-حفظ- حفظ )dan fiil madhi ( -حفظ
حفظا-حفظ )yang mengandung makna menghafalkan atau menjadikan
hafal (Yunus, 2005: 324). Sedangkan Al Quran secara bahasa berarti
“bacaan”. Secara istilah, Al Quran adalah kalam Allah yang tiada
tandingannya (mukjizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan Malaikat Jibril alaihis
salam, dimulai dengan surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An
Nash, ditulis dalam mushaf yang disampaikan secara mutawatir, serta
mempelajarinya merupakan ibadah (Aminuddin, 1991: 15).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahfidzul
Quran adalah proses membaca serta mencamkan Al Quran dengan
tanpa melihat tulisan Al Quran (di luar kepala) secara berulang-ulang
agar senantiasa ingat dan mampu membacanya setiap saat tanpa melihat
mushaf.
2. Beberapa Kitab Mushaf
Beberapa ulama salaf telah menulis beberapa kitab, yang
mengemukakan mushaf sebelum Utsman. Dan mushaf-mushaf yang
21
dibatalkan dengan datangnya mushaf Utsman. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Iktilafu Mashahif Syam wak Hijaz wal Irak oleh Ibnu Amir, yang
wafat tahun 118 H.
b. Iktilafu Mashahif Ahlu Madinah, wa Ahlu Kufah wa Ahlu Basrah
oleh Kisay, wafat tahun 189 H.
c. Iktilafu Ahlul Kufah wal Bashrah dan Wasy Syam fil Mashahif
oleh Al Fara, wafat tahun 207 H.
d. Iktilafu Mashahif oleh Khalaf bin Hisyam, wafat tahun 229 H.
e. Iktilafu Mashahif Wajami’ul Qiraat oleh Al Madaini, wafat tahun
231 H.
f. Iktilafu Mashahif oleh Abu Hatim Sahal bin Muhammad As
Sijistani, wafat tahun 248 H.
g. Al Mashahif wal Hijai oleh Muhammad bin Isa Al Ashbahani,
wafat tahun 253 H.
h. Al Mashahif oleh Abdullah bin Abu Dawud As Sijistani, wafat
tahun 316 H.
i. Al Mashahif oleh Ibnu Al Anbari, wafat tahun 327 H.
j. Al Mashahif oleh Ibnu azytah Al Asdbahany, wafat tahun 360 H.
k. Gharibul Mashahif oleh Al Waraqi (Al Abyari, 1993, 81).
Tampilnya baeberapa ulama salaf seperti yang terdapat dalam
karangan ini menimbulkan perselisihan, karena sering terdapat
perbedaan bacaan Al Quran di antara mereka sehingga mengakibatkan
22
pertengkaran yang tidak diinginkan. Jika dibiarkan, kejadian ini akan
mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang makin luas dikalangan
kaum muslimin (Dimjati, 2008: 8).
Utsman membuat tindakan ketika beliau dikejutkan oleh
perselisihan itu. Beliau dengan pendirian yang mantap setelah dikuatkan
oleh banyak sahabatnya, mewajibkan keseluruh kota-kota besar untuk
memakai mushaf Al Imam kemudian membakar selainnya. Dengan
demikian, maka tidak ada perselisihan lagi(Al Abyari, 1993: 82).
Utsman bin Affan meminta Hafshah binti Umar agar naskah Al
Quran yang telah dituliskan dan dihimpun pada masa pemerintahan
khalifah Abu Bakar yang tersimpan di rumah Hafshah disalin dan
diperbanyak lagi bagi kepentingan kaum muslimin.
Jumlah Mushaf yang disalin oleh panitia Zaid bin Tsabit atas
perintah khalifah Utsman menurut pendapat Al Zarqani, ada 6 (enam),
satu mushaf untuk khalifah, yang kemudian terkenal dengan nama “Al
Mushaf Al Imam”. Lima mushaf Utsman lainnya dikirim ke daerah-
daerah Islam disertai dengan seorang sahabat ahli Ilmu Qiraah untuk
mengajarkan qiraat yang sesuai dengan qiraat sebagian besar penduduk
dari daerah Islam yang bersangkutan (Zuhdi, 1997: 181). .
Semua wahyu Ilahi yang diterima oleh Nabi segera disampaikan
kepada para pencatat wahyu dari sahabat, disertai dengan penjelasan
tentang letaknya di surah apa dan ayat berapa. Tidak kurang dari 40
sahabat yang ditunjuk oleh Nabi sebagai pencatat wahyu. Dan tidak
23
sedikit pula jumlah sahabat yang hafal Al Quran baik sebagian atau
seluruhnya. Para sahabat Nabi penulis dan penghafal Al Quran yang
terpercaya dan tidak sedikit jumlahnya serta mereka mendengar
langsung dari Nabi, meneruskan atau mengajarkan Al Quran pada
generasi berikutnya (Tabi’in) melalui tulisan, bacaan, dan hafalan.
Kemudian dari Tabi’in diteruskan kepada generasi berikutnya (Tabi’ut
Tabi’in) dan begitu seterusnya hingga sampai pada kita (Zuhdi, 1997:
186).
Dengan demikian Al quran yang berada di tengah-tengah umat
Islam pada saat ini dan seterusnya sesuai dengan yang ada pada masa
Rasulullah SAW, tanpa ada sedikitpun firman Allah yang ditambah,
dikurangi, diganti atau dirubah.
3. Macam-macam Qira’at dalam Al Quran
Menurut istilah pakar ilmu Al Quran, qira’at adalah suatu mazhab
(jalan/metode) bacaan Al Quran yang dijadikan pijakan para ahli Al
Quran pada generasi setelah sahabat dan tabiin (Amrullah, 2008: 61).
Metode bacaan ini jika dirunut ke atas akan sampai kepada
Rasulullah SAW. Dikalangan sahabat, para qari yang cukup terkenal
antara lain Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ibnu
Mas’ud, dan Abu Musa Al Asy’ari. Mereka adalah orang-orang yang
dikenal dekat dan setia kepada Rasulullah Saw, sehingga tidak mungkin
apa yang mereka lakukan akan bertentangan dengan syariat Islam.
24
Di antara para Qurra yang paling banyak dikenal adalah tujuh
orang imam qira’ah. Mereka ini menjadi rujukan dalam ilmu qira’ah
dan mengalahkan imam-imam yang lain. Dari masing-masing tujuh
imam itu dikenal dua orang perawi di antara sekian banyak perawi yang
tidak bisa dihitung jumlahnya. Nama-nama tujuh imam dan dua orang
perawinya itu adalah sebagai berikut:
a. Ibnu Katsir dari Makkah, dua orang perawinya adalah Qanbul dan
Bizzi yang meriwayatkan qira’ah darinya melalui seorang
perantara.
b. Nafi’ dari Madinah. Dua orang perawinya adalah Qalun dan
Warasy.
c. Ashim dari Kufah. Dua orang perawinya adalah Abu Bakar
Syu’ban bin Al Iyasy dan Hafs. Al Quran yang ada dikalangan
kaum muslimin dewasa ini adalah memakai qira’ah Ashim yang
diriwayatkan oleh Hafs.
d. Hamzah dari Kufah. Dua orang perawinya adalah Khalf dan
Khallad yang meriwayatkan qira’ah darinya melalui satu perantara.
e. Al Kisa’i dari Kufah. Dua orang perawinya adalah Dauri dan Abul
Harits.
f. Abu Amr bin Al Ala dari Basrah. Dua orang perawinya adalah
Dauri dan Sausi yang meriwayatkan qira’ah darinya melalui
seorang perantara.
25
g. Ibnu Amir. Dua orang perawinya adalah Hisyam dan Ibnu Zakwan
yang meriwayatkan melalui satu perantara.
Kemasyhuran qira’ah sab’ah (tujuh qira’ah yang diriwayatkan
dari tujuh imam qira’ah di atas) diiringi oleh tiga qiraah lain yang
diriwayatkan dari Abu Ja’far, Ya’kub, dan Khalaf (Thabathaba’i, 1998:
137-138).
4. Dasar dan Keutamaan Tahfidzul Quran
Penghafal Al Quran adalah pengemban tugas Allah dan orang-
orang pilihan-Nya. Seperti dalam firman Allah berikut ini:
Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan Kami benar-benar memeliharanya. (QS: Al Hijr : 9) Dalam ayat tersebut, menyatakan bahwa Allah yang menurunkan
dan menjaga Al Quran, sekaligus menjadi jaminan penjagaan. Cara
Allah menjaga Al Quran di dunia adalah dengan dua cara, yaitu: Al
Quran tertulis dalam mushaf dan Al Quran dihafal dalam ingatan. Al
Quran terjaga hingga kini dan seterusnya, adalah karena Allah
menjadikan Al Quran dihafal oleh umat Islam (Arham, 2014: 22).
Sesungguhnya penghafal Al Quran adalah pengemban amanah
Allah dalam penjagaan Al Quran. Allah memilih di antara hamba-
hamba-Nya untuk menjaga Al Quran. Sebagaimana firman Allah
berikut ini:
26
Artinya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hanba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang mendzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar. (QS: Al Fatir: 32)
Ahli Al Quran adalah kelompok dari pilihan umat ini. Mereka
adalah orang-orang yang mulia, utama dan terhormat. Mereka adalah
orang yang akan menempati tempat yang tinggi dan kedudukan mulia
ketika mereka menyibukan diri dengan Al Quran (Badwilan, 2009: 230)
Menurut Badwilan dalam bukunya Panduan Cepat menghafal Al
Quran “Menghafal Al Quran telah dipermudah bagi seluruh manusia.
Tidak ada kaitannya dengan kecerdasan ataupun usia”. Berdasarkan
hal ini, banyak orang yang telah berusia lanjut menghafalnya, bahkan
juga dihafal oleh orang yang bahasa induknya bukan bahasa Arab, lebih
lagi untuk anak-anak saat ini. Dengan teknologi dan fasilitas yang
beragam, bisa dimanfaatkan sebagai media menghafal Al Quran. dan
ditemukannya berbagai metode yang inovatif seharusnya bisa lebih
banyak lagi kader-kader tahfidzul Quran.
5. Syarat-syarat Tahfidzul Quran
Sebelum memulai untuk menghafal Al Quran, seorang penghafal
hendaknya memenuhi beberapa syarat yang berhububungan dengan
27
naluri nafsiyah. Menurut Sugianto (2004: 52-55) seseorang yang ingin
berhasil dalam menghafalkan Al Quran harus memahami syarat sebagai
berikut:
a. Persiapan Pribadi
Di antara persiapan pribadi yakni niat yang ikhlas dari calon
penghafal, keinginan, pandangan dan usaha keras serta tanpa
adanya paksaan dari siapapun. Sebab jika hal ini sudah benar-benar
tertanam di lubuk hati, tentu saja segala macam kesulitan yang
menghalanginya akan dapat ditanggulangi dengan mudah.
Niat adalah kunci terpenting yang harus dipegang erat-erat oleh
semua yang mempunyai keinginan akan meraih keberhasilannya.
Tanpa niat yang kuat dan ikhlas maka keinginan tidak akan kita
raih. Oleh karena itu orang yang masih dalam tahap belajar
menghafal Al Quran, syarat yang terpenting adalah mempunyai niat
yang kuat dan ikhlas.
b. Bacaan Al Quran yang Baik dan Benar
Di dalam menghafal Al Quran, diutamakan memiliki
kemampuan membaca yang baik dan benar. Suatu bacaan dianggap
benar, bilamana telah menerapkan ilmu tajwid. Dan dianggap baik,
bilamana bacaan itu rata dan diutamakan berlagu (berirama). Di
samping bacaan yang baik dan benar, juga dianjurkan untuk lancar
28
membaca. Dengan demikian, insya Allah akan menghasilkan suatu
hafalan yang benar dan baik pula.
c. Mendapatkan izin dari orangtua, wali, dan suami bagi wanita yang
telah menikah
Izin orang tua atau wali memberikan pengertian bahwa:
1) Orang tua, wali atau suami telah merelakan waktu kepada
anak, istri atau orang di bawah perwaliannya untuk menghafal
Al Quran.
2) Merupakan dorongan moral yang besar bagi terciptanya tujuan
menghafal Al Quran, karena tidak ada kerelaan orang tua, wali
atau suami membawa pengaruh batin yang kuat sehingga
penghafal menjadi bimbang dan kacau pikirannya.
3) Penghafal mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu
sehingga ia merasa bebas dari tekanan yang menyesakkan
dadanya, dan dengan pengertian yang besar dari orang tua, wali
atau suami maka proses menghafal menjadi lancar.
d. Memiliki sifat mahmudah (terpuji)
Memilki sifat mahmudah yakni melaksanakan perintah Allah
Swt dan menjauhi segala yang menjadi larangan-Nya, termasuk
berbagai sifat mazmumah (tercela).
Syeikh Al Waqi’ (guru imam syafi’i) berkata:
“Ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan dihidayahkan kepada orang yang ahli maksiat”.
29
e. Kontinuitas (istiqamah) dalam menghafal Al Quran
Menghafal Al Quran harus istiqamah. Dalam arti memiliki
kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat maupun disiplin terhadap
materi-materi hafalan. Penghafal hendaknya tidak merasa bosan-
bosan dalan mengulang-ulang hafalan, kapanpun dan di manapun.
Dan sebagai dzikir, selain dari waktu-waktu yang ditentukan.
Penghafal dianjurkan memiliki waktu-waktu khusus, baik
untuk menghafal materi baru maupun untuk mengulang
(muraja’ah), yang waktu tersebut tidak boleh diganggu oleh
kepentingan lain.
f. Sanggup memelihara hafalan
Al Quran boleh jadi mudah dihafal, namun juga sangat mudah
hilang jika tanpa adanya pemeliharaan. Oleh karena itu, perlu
adanya pemeliharaan hafalan. Bilamana tidak, maka akan sia-sia
dalam usaha untuk menghafal Al Quran.
g. Memiliki mushaf sendiri
Di dalam proses menghafal Al Quran, usahakan memiliki
mushaf sendiri, tidak ganti-ganti mulai awal menghafal hingga
khatam. Agar jika ada kesalahan dalam menghafal atau ada
kesamaan ayat, dapat digaribawahi sebagai tanda. Hal ini sering
dianggap remeh padahal memiliki peranan yang sangat penting
dalam proses menghafal Al Quran secara utuh.
30
Al Quran yang biasa digunakan oleh para penghafal adalah “Al
Quran Bahriyah” atau yang sering disebut dengan “Al Quran
Sudut” (Al Quran Pojok). Yakni Al Quran yang memiliki ciri-ciri
khas tersendiri. Adapun ciri-ciri tersebut di antaranya: awal
halaman pasti awal ayat, akhir halaman pasti akhir ayat, setiap juz
terdiri dari 20 halaman dan setiap halaman terdiri dari 15 baris. Al
Quran tersebut biasanya diterbitkan di negara-negara Timur Tengah
atau yang sudah diterbitkan di Indonesia di antaranya terbitan
Menara Kudus. Al Quran semacam ini sangat diperlukan dalam
rangka proses menghafal. Karena biasanya yang sering terjadi,
seorang penghafal mengingat-ingat letak maupun posisi ayat yang
dihafalkannya, apakah terletak pada bagian kanan mushaf atau
bagian kiri pada pojok atas atau pojok bawah.
B. Tinjauan Konsep Belajar
1. Pengertian Belajar
Terjadi perbedaan pendapat tentang pengertian belajar di antara
para ahli pendidikan karena adanya perbedaan pandangan. Berikut akan
penulis kemukaan beberapa pendapat tentang belajar, yaitu:
a. Crow dan Crow dalam bukunya educational psychology (1958)
mengemukakan belajar adalah perbuatan untuk memperoleh
kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk
31
penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan
rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru.
b. Menurut Dictionary of Psychology disebutkan bahwa belajar
memiliki dua definisi, pertama: belajar diartikan the process of
acquiring knowledge. Kedua; belajar diartikan a relatifely
permanent change potentiality which occurs as a result of
reinforced practice. Pengertian pertama, belajar memiliki arti suatu
proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar
berarti suatu perubahan kemampuan untuk bereaksi yang relative
langgeng sebagai hasil dari latihan yang diperkuat.
c. A. caurine mendefinisikan belajar adalah modifikasi atau
memperteguh perilaku melalui pengalaman (Sriyanti, 2011: 16-17).
Dengan kata lain belajar adalah proses perubahan tingkah laku
yang terjadi akibat dari pengalaman, pengetahuan dan latihan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks.
Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses
belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Munjahid (2007: 11-18) menyatakan bahwa keberhasilan belajar
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Masing-
masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
32
a. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri
individu. Faktor eksternal dapat dikelompokan menjadi tiga
kelompok, yaiti:
1) Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga secara garis besar juga dapat
dikelompokan menjadi tiga bagian, yang meliputi:
a) Faktor orang tua
Orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
anak belajar. Sikap orang tua yang acuh terhadap pendidikan
anaknyaakan mengakibatkan anak kurang mendapatkan
bimbingan, padahal anak memiliki potensi yang harus
dibimbing untuk dikembangkan.
b) Faktor suasana rumah
Suasana rumah yang tenang dapat mendukung
keberhasilan belajar anak. Suasana rumah yang gaduh
misalnya misalnya jumlah anggota keluarga itu terlalu besar,
atau rumah sekaligus sebagai tempat usaha tidak akan
memberikan kenyamanan dan ketenangan anak dalam belajar.
c) Faktor ekonomi keluarga
Ekonomi keluarga juga mempengaruhi keberhasilan
anak. Misalnya keluarga yang mampu ekonominya akan
dapat membelikan alat-alat perlengkapan belajar anak,
33
sehingga anak menjadi semangat dan terbantu belajarnya
karena alat-alatnya cukup.
2) Lingkungan sekolah
Yang termasuk dalam faktor ini adalah:
a) Cara penyajian pelajaran yang kurang baik. Hal ini kadang-
kadang disebabkan penguasaan guru pada materi pelajaran
yang kurang atau ketidakmampuan guru menerapkan metode
mengajar yang baik, sehingga akan mempengaruhi
keberhasilan siswa belajar.
b) Hubungan guru dan murid yang kurang baik.
c) Hubungan antara anak dengan anak yang kurang
menyenangkan.
d) Bahan pelajaran yang terlalu tinggi di atas kemampuan normal
anak.
e) Alat belajar di sekolah yang tidak lengkap.
f) Jam pelajaran yang kurang tepat.
3) Lingkungan masyarakat
Yang dapat digolongkan sebagai lingkungan masyarakat
adalah:
a) Mass media
Mass media di antaranya adalah: radio, televisi, surat
kabar dan majalah. Semua ini dapat memberikan pengaruh
anak dalam belajar, dapat berpengaruh positif dan dapat
34
berpengaruh negatif. Tergantung dari pemanfaatan dan
pengendalian terhadap media tersebut.
b) Teman bergaul
Teman yang baik, rajin belajar akan mendorong anak
rajin belajar. Begitu juga teman yang nakal dan tidak pernah
belajar akan menurunkan semangat anak dalam belajar,
sehingga menghambat anakdalam belajar.
c) Banyaknya kegiatan lain
Misalnya anak selalu diperintah oleh orang tuanya untuk
membantu pekerjaan dan tugas orang tua, begitu juga anak
yang sangat aktif dalam kegiatan di masyarakat, waktu belajar
dan tenaga serta konsentrasinya akan tersita, sehingga akan
menghambat anak dalam belajar.
d) Corak kehidupan tetangga
Corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi
keberhasilan anak belajar. Misalnya corak kehidupan tetangga
yang suka belajar akan berpengaruh positif, sedangkan corak
kehidupan tetangga yang tidak suka belajar akan berpengaruh
negatif terhadap keberhasilan anak dalam belajar.
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar. Menurut Lilik Sriyanti (2011: 24-25)
35
menyatakan faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu. Faktor fisiologis terdiri dari:
a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan Tonus jasmani secara umum yang ada dalam
diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan
Tonus jasmani secara umum ini, misalnya tingkat kesehatan
dan kebugaran fisik individu. Apabila badan individu dalam
keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar.
Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan kurang bugar
dan kurang sehat akan menghambat hasil belajar.
b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan
fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait dengan fungsi
panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra
merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam diri
individu.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri
individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain: tingkat
kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,
36
kematangan dan lain sebagainya. Tingkat kecerdasan akan
mempengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses dan
hasil bejalar. Demikian juga motivasi, bakat dan minat banyak
memberikan warna terhadap aktifitas belajar.
3. Hubungan Belajar dengan Menghafal
Dalam pandangan psikologi kuno, belajar dimaknai dengan
menghafal. Oleh karenanya belajar dilakukan dengan hanya menghafal.
Sedangkan hasil belajar ditandai dengan hafalnya seseorang terhadap
materi.
Pandangan psikologi kuno ini tidak salah, hanya kurang
sempurna, karena sebenarnya menghafal itu hanya merupakan sebagian
dari belajar. Namun antara belajar dan menghafal ada persamaannya
yaitu kedua-duanya menyebabkan perubahan dalam diri seseorang.
Menurut Alex Sobur, menghafal itu sangat erat kaitannya dengan
mengingat, yaitu proses untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksikan tanggapan-tanggapan yang telah diperolehnya melalui
pengamatan (antara lain melalui belajar). Menghafal adalah kemampuan
untuk memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara
tepat dan sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterimanya.
Dalam menghafal, aspek perubahannya terbatas dalam
kemampuan menyimpan dan memproduksikan tanggapan. Sedangkam
dalam belajar, perubahan itu tidak hanya dalam hal kemampuan
tersebut, namun juga meliputi perubahan tingkah laku lainnya, seperti
37
pengertian, sikap, skill dan sebagainya. Dengan demikian belajar akan
berhasil baik jika disertai dengan kemampuan menghafal.
Walaupun dalam belajar yang kita tuju adalah pengertian, tetapi
kita tidak boleh mengabaikan ingatan. Karena apa yang kita mengerti
dan apa yang kita alami sendiri itu akan mudah kita ingat dan akan sulit
kita lupakan (Munjahid, 2007: 18)
Dari penjelasan di atas nampaknya dapat kita tarik suatu
kesimpulan bahwa antara belajar dengan ingatan terdapat hubungan
yang sangat erat. Bahkan tidak mungkin kita dapat mempelajari sesuatu
tanpa peran ingatan. Belajar tanpa ingatan dan hafalan tidak ada
hasilnya. Ingatan yang kuat akan menyebabkan hafalan yang kuat.
Sedangkan hafalan yang kuat akan membantu dalam proses belajar.
C. Problematika Tahfidzul Quran
1. Pengertian Problematika
Problematika adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Inggris
yaitu “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia problema berarti hal yang belum dapat
dipecahkan yang menimbulkan permasalahan (KBBI, 2002: 276).
Problematika adalah adanya kesenjangan antara das sollen (teori)
dengan das sein (fakta empiris), antara yang ditetapkan sebagai
kebijakan dengan implementasi kebijakan. Berikut merupakan
pengertian masalah menurut beberapa ahli:
38
a. Menurut Abdul Cholil masalah adalah bagian dari hidup, setiap
orang pasti pernah menghadapi masalah baik itu bersumber dari diri
sendiri maupun bersumber dari orang lain.
b. Menurut Prajudi Atmosudirjo, suatu yang menyimpang dari apa yang
diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga
merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan.
c. Menurut Agung Wijaya masalah adalah suatu keadaan yang tidak
seimbang antara harapan /keinginan dengan kenyataan yang ada
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_masalah_info2192.html) .
2. Problematika Tahfidzul Quran dan Solusinya
Problematika yang dihadapi orang yang sedang dalam proses
menghafal Al Quran memang banyak dan bermacam-macam. Mulai
dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu
sampai kepada metode menghafal itu sendiri.
Menurut Sugianto (2004: 100-104) problematika yang dihadapi
oleh para penghafal Al Quran itu secara garis besar dapat dirangkum
sebagai berikut:
a. Ayat- ayat yang Sudah Dihafal Lupa Lagi
Lupa adalah suasana tidak ingat yang bukan dalam keadaan
mengantuk atau tidur. Lupa merupakan suatu problem yang tidak
hanya dialami oleh sebagian kecil penghafal Al Quran, namun
hampir seluruh penghafal Al Quran mengalaminya. Hal yang
biasa terjadi adalah bahwa ayat yang dihafal dipagi hari telah
39
hafal dengan lancar, namun disaat mengerjakan soal lain, sore
harinya tidak membekas, bahkan bila dicoba langsung
diperdengarkan (disetorkan) kepada guru pembimbing, satu
ayatpun tidak ada yang terbayang.
Ahli psikologi Ebbinghaus, merupakan salah seorang pionir
yang menyelidiki persoalan ingatan. Hasil percobaan yang
menunjukan, sesudah satu jam 50% dari bahan yang dipelajarinya
akan dilupakan. Sesudah sembilan jam 8% lagi yang dilupakan,
sesudah dua hari tambah lagi 6% dan sesudah 1 bulan bertambah
7% lagi. Dengan kata lain 70% dari jumlah yang dilupakan dalam
sebulan terjadi pada satu jam pertama (50/71 x 100%). Jadi
alangkah lebih ekonomis bila secepat mungkin kita menyegarkan
ingatan tanpa menunggu lebih lama lagi.
Dengan demikian, solusi yang harus dilakukan adalah
sebagaimana penjelasan berikut:
1) Tidak meninggalkan hafalan baru terlalu lama, karena
hafalan baru sangat mudah hilang.
2) Mengulangi hafalan. Lupa terkadang mencapai puncaknya
sehingga sulit untuk mengulangi apa yang telah dihafal.
Maka di sini harus diulangi sejumlah hafalan yang telah
hilang. Pengetahuan modern mengatakan bahwa materi
yang dilupakan persis setelah dihafal akan memerlukan
waktu yang lebih sedikit daripada waktu untuk menghafal
40
suatu teks yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Jadi
mengulang-ulang hafalan yang lupa itu lebih mudah
daripada menghafal materi yang baru.
3) Mendengarkan dari orang lain, termasuk kaset. Seseorang
sekalipun cerdas namun ia tidak bisa menghindarkan dirinya
dari segi-segi kelemahannya dan lupa terhadap sebagian apa
yang diketahuinya. Mendengarkan dari orang lain adalah
cara yang baik di samping mengingat-ingat sendiri.
4) Mengerti akan makna dari materi yang telah dihafal serta
berupaya untuk merenungkannya. Mengetahui dan
merenungkan makna-makna Al Quran adalah merupakan
tujuan diturunkannya kitab yang mulia ini. Merenungkan
dan memikirkannya saat menbaca itu akan membantu dan
menetapkannya dalam hati.
b. Banyak Ayat Serupa Tetapi Tidak Sama
Di dalam menghafal Al Quran akan kita jumpai ayat yang
serupa namun tak sama. Maksudnya pada awalnya sama dan
mengenai yang sama pula, tetapi pada pertengahan atau akhir
ayatnya berbeda atau sebaliknya, pada awalnya tidak sama tetapi
pada pertengahannya atau akhir ayatnya sama. Sebagaimana
contoh berikut:
Surat Al Baqarah ayat 35
41
“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim.”
Serupa dengan surat Al A’raf ayat 19
“Dan Allah berfirman: “Hai adam bertempat tinggalah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang dzalim”.
Adapun penyelesaiannya dengan memberi catatan pinggir
pada Al Quran yang dipakai untuk menghafal bahwa ayat tersebut
sama dengan halaman berapa, atau surat apa, juz berapa,
kemudian ayat-ayat yang serupa tersebut diberi garis bawah. Bila
perlu diketahui sejarah turunnya ayat bila ada. Bila tidak ada
dibaca terjemahnya untuk mengetahui peristiwa atau isi
kandungan ayat tersebut.
42
c. Gangguan Asmara
Persoalan ini muncul karena mayoritas penghafal Al Quran
itu berada pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai tertarik
dengan lawan jenis. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi para
penghafal Al Quran. Berhubungan dekat dengan lawan jenisnya
yang pada lazimnya orang menyebut dengan pacaran. Jika hal ini
dilakukan, maka hampir seluruh konsentrasinya tersita untuk
memikirkan lawan jenisnya saja yang setiap saat dapat menjelma
di hati penghafal Al Quran dan wajahnya selalu muncul pada
bayangan matanya, sehingga bayangan pada tulisan, baris dan
halaman pada mushaf akan tertutupi oleh bayangan pada
kekasihnya.
Bagi penghafal Al Quran, hal-hal itu dapat dihindarinya
karena selain kurang etis juga akan mengganggu konsentrasinya,
dapat mendorong pada akhlak yang tidak baik bahkan dapat
mendorong untuk berbuat dosa. Ini semua termasuk masalah yang
dapat mengancam kegagalan cita-cita penghafal Al Quran.
Persoalan ini dapat diantisipasi dengan tidak membiarkan
bergaul secara bebas dengan lawan jenisnya, atau dipalingkan
pada kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti olahraga,
membaca buku ilmu pengetahuan dan lain-lain.
43
d. Sukar Menghafal
Keadaan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain
tingkat intelegensi quesioner (IQ) yang rendah, pikiran sedang
kacau, badan kurang sehat dan kurang fresh, kondisi di sekitar
sedang gaduh sehingga sulit untuk berkonsentrasi, dan lain-lain.
Persoalan ini sebenarnya bisa diantisaipasi sendiri oleh penghafal
karena dialah yang paling tahu tentang drinya sendiri.
e. Melemahnya Semangat Menghafal Al Quran
Hal ini bisa terjadi pada waktu menghafal berada pada juz-
juz pertengahan. Ini disebabkan karena dia melihat pekerjaan yang
harus digarap masih panjang. Untuk mengantisipasinya dengan
kesabaran yang terus menerus dan punya keyakinan (optimis)
kalau pekerjaan menghafal ini akan berangsur-angsur bisa
terlewati dan sampai khatam. Selain itu seorang penghafal juga
dapat membuat variasi-variasi dalam menghafal, misalnya dengan
menghafal selang-seling antara juz-juz awal dan juz-juz akhir
sehingga bertemu di pertengahan Al Quran (juz 1, 30, 2, 29, 3,
28….) sebagai antisipasi untuk menghindari kejenuhan.
f. Tidak Istiqamah
Problem inipun sering dihadapi oleh penghafal Al Quran.
penyebabnya antara lain terpengaruh teman-teman yang bukan
penghafal Al Quran untuk mengadakan aktivitas yang tidak ada
kaitannya dengan belajar sehingga banyak waktu yang terbuang.
44
Adakalanya juga penghafal Al Quran yang memiliki tingkat IQ
yang rendah terpengaruh dengan cara dan pola penghafal yang
memiliki tingkat IQ yang tinggi yang membutuhkan waktu
sebentar dalam menghafal. Untuk mengantisipasi hal ini, kembali
pada tingkat kesadaran penghafal itu sendiri dan arahan atau
bimbingan dari guru.
3. Faktor-faktor Pendukung dalam Menghafalkan Al Quran
Menurut Wiwi Alawiyah Wahid (2014, 139-142) dalam
bukuny Cara Cepat Bisa Menghafal Al Quran faktor-faktor yang dapat
mendukung seseorang dalam menghafalkan Al Quran adalah sebagai
berikut:
a. Faktor Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
bagi orang yang akan menghafalkan Al Quran. Jika tubuh sehat
maka proses menghafalkan akan lebih mudah. Namun jika tubuh
tidak sehat maka akan sangat menghambat ketika menjalani
proses menghafal.
Oleh karena itu sangat disarankan agar selalu menjaga
kesehatan, sehingga ketika menghafal tidak ada kendala karena
keluhan dan rasa sakit yang diderita. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menjaga pola makan, olahraga, menjadwal waktu
tidur, dan lain sebagainya.
45
b. Faktor Psikologis
Kesehatan psikologis juga sangat diperlukan oleh orang
ynag menghafal Al Quran. sebab, jika secara psikologis
terganggu, maka akan sangat menghambat proses menghafal.
Karena, orang yang menghafal Al Quran sangat membutuhkan
ketenangan jiwa, baik dari segi pikiran maupun hati. Namun, bila
banyak sesuatu yang dipikirkan, proses menghafalpun akan
menjadi tidak tenang. Akibatnya, banyak ayat yang sulit untuk
dihafalkan.
Oleh karena itu jika mengalami gangguan psikologis,
sebaiknya perbanyaklah berdzikir, melakukan kegiatan yang
positif, atau berkonsultasi dengan psikiater.
c. Faktor Motivasi
Kecerdasan merupakan salah satu faktor pendukung dalam
menjalani proses menghafalkan Al Quran. setiap individu
mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga, cukup
mempengaruhi terhadap proses hafalan yang dijalani.
Meskipun demikian, bukan berarti kurangnya kecerdasan
menjadi alasan untuk tidak bersemangat dalam proses
menghafalkan Al Quran. Karena, hal yang paling penting ialah
kerajinan dan istiqamah dalam menjalani hafalan.
46
d. Faktor Motivasi
Orang yang menghafalkan Al quran, sangat membutuhkan
motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua, keluarga dan
sanak kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih
bersemangat dalam menghafal Al Quran. tentunya hasilnya akan
berbeda jika motivasi yang didapat kurang.
Kurangnya motivasi dari orang-orang terdekat atau dari
keluarga akan menjadi salah satu faktor penghambat bagi sang
penghafal itu sendiri.
e. Faktor Usia
Usia bisa menjadi salah satu faktor penghambat bagi orang
yang hendak menghafalkan Al Quran. jika usia penghafal sudah
memasuki usia-usia dewasa atau berumur, maka akan banyak
kesulitan yang akan menjadi penghambat. Selain itu, otak orang
dewasa juga tidak sejernih otak orang yang masih muda, dan
sudah banyak memikirkan hal-hal yang lain.
Oleh karena itu, jika hendak menghafalkan Al Quran,
sebaiknya pada usia-usia yang masih prodiktif supaya tidak
mengalami berbagai kesulitan.
4. Metode Menghafalkan Al Quran
Ada banyak sekali metode yang biasa digunakan dalam
menghafal Al Quran. Metode yang digunakan seorang penghafal Al
quran berbeda-beda sesuai dengan kehendak dan kesanggupannya.
47
Namun di sini akan penulis paparan beberapa metode yang sering
dipakai oleh beberapa kalangan dan terbukti efektif.
a. Mengukur Kemampuan dan Menetapkan Target Hafalan
Hal yang penting agar berhasil dalam menghafal Al Quran
adalah adanya target yang eksak dan terukur, baik kuantitas
maupun batas waktunya. Tanpa target, lebih-lebih bagi yang
menghafal secara mandiri, umumnya tidak berhasil. Target yang
ideal adalah yang wajar dan realistis. Tidak terlalu kecil dan
jangan terlalu berat, tetapkan target sesuai kemampuan maksimal
yang masih mungkin dilakukan (Arham, 2014: 71).
Menetapkan target harus benar-benar untuk diupayakan bisa
mencapainya. Misalnya sehari minimal 1 halaman, sebulan
minimal satu juz, satu tahun hafal 10 juz, Ramadhan tahun ini
hafal surat Al Baqarah, tiga tahun hafal 30 juz dan seterusnya.
Jadi, target harus ditetapkan dan bila perlu harus ditulis.
b. Membaca Secara Utuh Halaman atau Surat yang Hendak Dihafal
Sebelum memulai menghafal, halaman atau surat yang
hendak dihafal harus dibaca dahulu berulang-ulang secara utuh
dari awal hingga akhir. Minimal 5 kali atau lebih banyak lebih
baik. Jadi, tidak langsung dihafal.
Proses membaca berulang-ulang ini harus dilakukan dengan
konsentrasi penuh dan fokus, karena sedang berusaha merekam
48
secara utuh ayat-ayat di halaman atau surat yang hendak
dihafal(Arham, 2014: 85).
c. Menghafal Ayat per Ayat Halaman atau Surat yang Hendak Dihafal
Menghafal satu ayat sampai lancar, kemudian lanjut pada
ayat berikutnya. Setelah itu ulangi dari awal, lanjut lagi keayat
berikutnya, dan seterusnya hingga selesai satu surat atau halaman.
Pada ayat yang panjang, hafalkan sampai potongan ayat yang
ditentukan, lalu lanjut ke potongan ayat berikutnya hingga
lengkap satu ayat. Setelah itu, bacalah satu ayat tersebut secara
utuh hingga lancar. Kemudian lanjutkanlah dengan menghafal
ayat berikutnya.
Selama proses pada poin ini, harus tetap melakukannya
dengan bacaan yang tartil (lambat) dan dengan suara yang
lantang. Walaupun sudah hafal dengan lancar, bacaan tidak boleh
tambah cepat atau tambah cepat lagi (Arham, 2014: 108).
d. Metode Menambah Hafalan Baru
Setelah menghafal satu halaman atau surat, hafalan tersebut
harus segera diikat sebaik-baiknya dengan segera diulang terus
menerus hingga kuat. Idealnya ketika baru selesai menhafal sesuai
target, harus segera diulang minimal 5 kali atau lebih pada hari itu
juga (Arham, 2014: 111).
Ketika menambah hafalan baru, harus memperhatikan
sambungan akhir ayat dari hafalan lama ke hafalan baru. Begitu
49
juga saat akan menambahnya lagi harus betul-betul
memperhatikan akhir halaman dari hafalan lama ke awal halaman
hafalan baru agar terus sambung menyambung (Wahid, 2014: 75).
Pastikan ayat atau surat yang telah dihafal pada pagi hari
kondisinya masih baik dan kuat, sampai malam hari. Insya Allah,
pagi berikutnya masih terjaga dengan baik.
e. Menyetorkan Hafalan kepada Guru yang Tahfidz Al Quran
Menyetorkan hafalan kepada seorang guru, bertujuan agar
bisa diketahui letak kesalahan ayat-ayat yang dihafalkan, sehingga
kesalahan tersebut dapat diperbaiki. Dianjurkan guru tersebut
mempunyai silsilah atau sanat yang sampai pada Rasulullah SAW,
bukan sembarang guru.
Menyetorkan hafalan kepada guru yang hafidz merupakan
kaidah baku yang sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Pada
dasarnya Al Quran diambil dengan cara talaqqi (berguru pada
ahlinya). Berguru kepada ahlinya juga dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Beliau berguru langsung kepada malaikat Jibril, dan beliau
mengulanginya pada waktu Ramadhan sampai dua kali khatam 30
juz (Wahid, 2014: 80)
Dengan demikian, menghafal Al Quran kepada seorang guru
yang ahli dan paham mengenai Al Quran sangat diperlukan bagi
calon penghafal Al Quran supaya bisa menghafal Al quran dengan
baik dan benar.
50
5. Kiat-kiat Memelihara Hafalan Al quran
Menurut Sugianto (2004: 104-107), upaya pemeliharaan Al
quran agar tidak mudah lupa atau hilang dibutuhkan kiat-kiat sebagai
berikut:
a. Materi yang sudah dihafal hendaknya diperdengarkan (disima’)
kepada orang lain yang ahli, jangan mempercayai diri sendiri
karena kerap kali sering salah.
b. Perlu diulang-ulang pada waktu shalat sendirian, menjadi imam
dalam shalat berjama’ah, atau bersama penghafal lainnya secara
darusan yang menjadikan kita aktif dalam membaca.
c. Lakukan proses menghafal secara kontinyu (istiqamah) tanpa ada
masa jeda (bosan) kecuali pada saat-saat istirahat.
d. Lakukan menghafal atau mengulang hafalan Al Quran pada saat
kondisi badan sedang fit, fres dan tidak lapar agar tidak
mengantuk. Karena dalam menghafal perlu energi banyak untuk
mensuplai darah segar keotak. Badan kalau loyo akan
mengganggu dalam proses menghafal. Di samping itu, usahakan
pada saat menghafal berada dalam ruangan yang tenang dan tidak
rebut kecuali oleh suara penghafal lainnya.
e. Usahakan tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama, karena
akan mengganggu pikiran, sehingga konsentrasi terhadap hafalan
menjadi hilang.
51
f. Lakukan kegiatan mengulang hafalan dengan konsentrasi penuh
pada bidang hafalan, karena kalau tidak dengan konsentrasi maka
akan memakan waktu lama, dan mulut komat-kamit tak tentu arah
akhirnya capek dan menyebalkan.
g. Mendengarkan hafalan Al Quran dari kaset-kaset, atau
mempelajari terjemah, hal ini akan membantu melakatkan hafalan.
52
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah
Pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah berdiri pada tahun 1975
Masehi. Pendirinya adalah bapak KH Muhajir yang lahir pada tahun
1947. Beliau pertama kali belajar di pondok pesantren Sarang kemudian
di Ploso, Jawa Timur dan terakhir di pondok pesantren Tegalrejo,
Magelang yang sekarang diasuh oleh Gus Yusuf Khudlori. Beliau
mendirikan dan merintis pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah ini
bersama istrinya ibu Hj. Ma’munah alumni pondok pesantren
Assalafiyah, Mlangi, Yogyakarta. Dulunya beliau tinggal di dusun Krajan
kemudian membeli tanah di dusun Karang Kidul yang kemudian
didirikanlah pondok ini. Awal berdiri yang mengajar hanya bapak KH
Muhajir beserta istri. Kemudian setelah ada santrinya yang lulus mulai
membantu untuk mengajar di sini.
KH Muhajir harus dipanggil ke rahmatullah pada saat beliau
berusia 45 tahun tepatnya pada tahun 1992 Masehi. Sementara
keturunannya yang putra yang mungkin diharapkan untuk menjadi
penerus beliau baru berusia 6 bulan. Kemudian setelah wafatnya KH
Muhajir, yang menjadi pengasuh pondok pesantren ini adalah istri beliau
yaitu ibu Hj. Ma’munah sampai sekarang ini.
53
Dari ibu Hj Ma’munah, KH Muhajir memiliki beberapa putra di
antaranya adalah Muhammad Khalidah (perempuan), Fatichatul
Bashiroh, Lum’ah Arifah, Mudhi Nuroniyah, Kunni Inayah dan yang
terakhir adalah Sukron Tashudin.
Putra beliau yang kedua yaitu Fatichatul Bashiroh menikah
dengan bapak Muhammad Khozen alumni pondok pesantren Assalafiyah
Mlangi, Yogyakarta yang kemudian sekarang membantu ibu Hj.
Ma’munah memimpin pondok pesantren ini.
Nama Sirojuddin Assalafiyah adalah nama pemberian dari
pengasuh pondok pesantren Assalafiyah, Mlangi Yogyakarta tempat ibu
Hj. Ma’munah menimba ilmu dahulu. Sirojuddin yang artinya “pelita
agama” sedangkan Assalafiyah diambil dari nama pondok pesantren
beliau.
Pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah berdiri sejak 40 tahun
yang lalu. Pondok tersebut telah melahirkan para alumni-alumni hafidz
Al Quran dan juga ahli kitab baik dari santri kalong maupun santri
mukim. Dahulunya ibu Hj. Ma’munah ketika menghafalkan Al Quran
juga merupakan santri kalong di Pondok Pesantren Assalafiyah Mlangi,
Yogyakarta. Setelah sepeninggalnya KH. Muhajir jumlah santri yang
mukim di sini menjadi menurun. Karena pada saat itu belum ada yang
bisa menggantikan KH. Muhajir mengasuh pondok pesantren ini,
sehingga ibu Hj. Ma’munah harus berjuang sendiri untuk tetap
54
menghidupkan dan meneruskan pondok pesantren ini, sementara beliau
juga harus mengurusi putra-putranya yang masih kecil-kecil.
Kurikulum di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah meliputi
pengajaran kitab dan penghafalan Al Quran. Metode yang dipakai tidak
lepas dari metode salafi yang diterapkan sejak waktu pondok ini masih
dipimpin oleh KH. Muhajir. Kurikulumnya memang belum teratur,
karena sebagian besar yang mengaji di sini adalah anak-anak kampung
atau para santri kalong. Sehingga jika peraturannya dibuat ketat seperti
pada pondok-pondok lain maka kemungkinan anak-anak malah tidak mau
mengaji lagi. (wawancara dengan pengasuh pon-pes ibu Hj. Ma’munah
pada tanggal 3 juli 2015 jam 09.00 WIB)
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah
Pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah yang terletak di dusun
Karang Kidul, desa Mandisari, kecamatan Parakan, kebupaten
Temanggung ini mempunyai batas-batas antara lain:
- Sebelah Utara : Dusun Kauman
- Sebelah Timur : Dusun Karang Penting
- Sebelah Selatan : Dusun Bajangan
- Sebelah Barat : Dusun Ngaglik
(Hasil observasi, 1 juli 2015, di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah).
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah alat/media/bahan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Di pondok pesantren Sirojuddin
55
Assalafiyah, ada beberapa sarana dan prasarana. Di antaranya adalah 1
mushola, 1 ruang kantor, 2 kamar santri, 3 kamar mandi, 1 dapur/ tempat
memasak, 2 papan pengumuman/ madding, 3 lemari atau rak kitab,
beberapa kitab Al Quran dan juga kitab-kitab kuning (Hasil observasi, 1
juli 2015, di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah).
4. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi pondok pesantren Sirojuddin
Assalafiyah adalah sebagai berikut:
56
Tabel. 3.1
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Sirojuddin
Assalafiyah
Pendidikan Ketertiban Kebersihan Pemikat
Muhammad
Fauzi
Sofkhatul Mun
Rifqi Ismail
Sofia Nur Kamila
Vena Mursidatur
Ahmad Jiddan Abdi
Khofifatul Laeliyah
Sofi Nur Zaki
M. Nur Rofik
Kholisatur Rofiah
Istirokhah
(Hasil observasi, 1 Juli 2015, di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah)
Pengasuh
Hj. Ma’munah Al Hafidzoh
Ketua
Dyah Inti Lestari
Sekretaris
I. Ervina Fitria
II. Ningsih
Bendahara
I. Faidatul Mu’izah
II. Titin Seksi-seksi
57
5. Keadaan Guru/Ustadz/Ustadzah
Guru atau ustadz/ustadzah di pondok pesantren Sirojuddin
Assalafiyah semuanya berjumlah 10 orang termasuk dari pengasuhnya
sendiri.
Nama-nama ustadz/ustadzah di pondok pesantren Sirojuddin
Assalafiyah Karang Kidul, Mandisari, Parakan, Temanggung tersebut
secara rincian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. 3.2
Data Asatidz di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah
No Nama Lulusan Jabatan 1. Ibu Hj. Ma’munah
Al hafidzoh PP Assalafiyah, Mlangi Yogyakarta
pengasuh pondok pesantren
2. Muhammad Khozen
PP Assalafiyah, Mlangi Yogyakarta
Pengajar
3. Fatichatul Basiroh Al Hafidzoh
PP Assalafiyah, Mlangi Yogyakarta
Pengajar
4. Farichin PP Mlangi Timur, Mlangi, Sleman, Yogyakarta
Pengajar
5. Abdul Latif PP Mlangi Timur, Mlangi, Sleman, Yogyakarta
Pengajar
6. Fuad PP Mlangi Timur, Mlangi, Yogyakarta
Pengajar
7. Sakur PP Al Anwar, Sarang, Jawa Timur
Pengajar
8. Zuba’ah PP Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Jawa Timur
Pengajar
9. Mardi PP Sirojuddin Assalafiyah
Pengajar
10. Masruchan PP Sirojuddin Assalafiyah
Pengajar
(wawancara dengan pengasuh pon-pes ibu Hj. Ma’munah pada tanggal
3 juli 2015 jam 09.00 WIB)
58
6. Keadaan Santri
Santri di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah dapat
digolongkan menjadi tiga. Yaitu santri kalong, santri mukim dan santri
kalong program tahfidzul Quran. Santri kalong berjumlah 73 santri, yang
terdiri dari 14 santri putra dan 59 santri putri. Untuk santri mukimnya
berjumlah 5 orang, semuanya putri. Sementara santri kalong yang ikut
program tahfidzul Quran yang akan penulis jadikan subjek penelitian
berjumlah 5 orang, semuanya putri. jadi jumlah santri secara keseluruhan
adalah 63 orang. Rata-rata santri berusia sekitar 12-18 tahun. Para santri
mukim kebanyakan berasal dari kecamatan Kandangan kab. Temanggung
(Hasil wawancara dengan lurah pondok Sirojuddin Assalafiyah, 1 Juli
2015).
7. Kegiatan di Lokal Pesantren
Kegiatan santri dapat dikelompokan menjadi 4 bagian. Yaitu
kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan dan kegiatan
tahunan. Kegiatan tersebut telah dijadwalkan sebagai berikut:
a. Kegiatan Harian
1) Ba’da shalat subuh : Setoran tambahan bersama ibu Hj. Ma’munah
untuk yang santri tahfidz. Untuk santri binadhor setoran bersama
ustadzah Fatichatul Bashiroh.
2) Ba’da shalat ashar : Mengaji nahwu dan kitab akhlakul banat untuk
santri mukim.
59
3) Ba’da magrib : Deresan untuk santri tahfidz dan mengaji Al Quran
dan tajwid untuk santri mukim.
4) Shalat isya’ berjamaah untuk semua santri. Pelaksanaan shalat
untuk kelas I dan II di aula sementara untuk kelas III-VI di
mushola.
5) Ba’da shalat isya’ : Mengaji kitab dengan sistem madrasah untuk
semua santri. Dibagi menurut kelas masing-masing. Semuanya
terdiri dari 6 kelas.
b. Kegiatan Mingguan
1) Setiap Malam Ahad : Extra hadroh untuk santri yang terpilih
dilaksanakan sekitar ba’da magrib.
2) Setiap hari Ahad : Extra qiroah dilaksanakan pukul 14 00 WIB.
3) Setiap malam Ahad : Extra kaligrafi untuk semua santri selain
yang mengikuti hadroh..
c. Kegiatan bulanan atau Lapanan
1) Setiap Ahad Wage : Ro’an (kerja bakti) untuk kelas III sampai
kelas VI.
2) Setiap malam Ahad Wage : MABIT (malam bina takwa) dengan
membawa perlengkapan shalat mulai kelas V sampai VI. Semua
santri wajib bermalam di pondok.
3) Setiap Jumat Wage : Ziarah ke makam KH Muhajir sekaligus
praktik memimpin tahlil, dilaksanakan pukul 16 00 WIB diikuti
oleh semua santri.
60
d. KegiatanTahunan
1) Sima’an Al Quran yang dipimpin oleh ibu HJ. Ma’munah.
2) Ziarah ulama-ulama sekitar kab. Temanggung sampai
Magelang.
3) Khataman.
4) Lomba-lomba dibulan Ru’ah atau sya’ban.
8. Tata tertib Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah
Peraturan atau tata tertib yang ada di pondok pesantren Sirojuddin
Assalafiyah meliputi:
a. Umum
1) Semua santri wajib mematuhi tata tertib pondok.
2) Semua santri datang dan pulang tepat waktu.
3) Semua santri wajib mengikuti jadwal kegiatan masing-masing
kelas.
4) Semua santri wajib menjaga nama baik pondok.
5) Semua santri wajib menjunjung tinggi akhlakul karimah.
6) Untuk mendukung kelancaran mendapatkan ilmu yang
bermanfaat
a) Setiap santri diharapkan setiap bulan memberi infaq sebesar
Rp, 5.000,00.
b) Setiap santri wajib menyisihkan uang sebesar Rp,
2.500,00/minggu.
61
b. Bidang Pendidikan
1) Santri datang sebelum jam 18.30 WIB.
2) Ketika bel masuk semua santri sudah berada di kelas.
3) Santri membawa peralatan mengaji (Ta’alum).
4) Apabila ustadz belum atau tidak hadir harap lapor pada pengurus
bidang pendidikan.
5) Santri yang terlambat 5 menit atau lebih setelah bel berbunyi,
sebanyak 3 kali dalam seminggu, ditakzir sesuai kebijakan ustadz atau
ustadzah.
c. Bidang Kebersihan
1) Menjaga kebersihan kelas atau pondok.
2) Bagi santri mukim wajib menjaga kebersihan kamar dan lingkungan
sekitar.
3) Melaksanakan piket sehari-hari.
4) Meninggalkan kelas dalam keadaan rapid an bersih serta lampu
dimatikan.
5) Tiap Ahad Wage wajib mengikuti ro’an (kerja bakti) untuk kelas III
sampai kelas VI.
d. Bidang Ibadah
1) Semua santri melaksanakan shalat isya’ berjamaah dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Pelaksanaan shalat untuk kelas I dan II di aula.
b) Pelaksanaan shalat untuk kelas III sampai VI di mushola.
62
2) Setiap malam Ahad Wage santri mulai dari kelas V sampai VI
mengikuti MABIT ( Malam Bina Takwa) dengan membawa
perlengkapan shalat.
3) Setiap Jum’at Wage jam 16.00 WIB semua santri mengikuti ziarah
rutin sekaligus praktik memimpin tahlil.
4) Mengikuti peringatan hari besar Islam.
e. Bidang Pemikat (Pengembangan Minat dan Bakat)
Bagi semua santri wajib mengikuti extra di antaranya:
1) Extra hadroh. Untuk sementara kegiatan ini diikuti oleh santri terpilih.
2) Extra qira’ah. Dilaksanakan tiap hari Ahad jam 14.00 WIB.
3) Muhadoroh. Diikuti oleh semua santri (petugas dipilih oleh pengurus
besar) dan dilaksanakan pada malam Ahad.
f. Bidang keamanan dan Ketertiban
1) Ketika memasuki area pondok atau kegiatan ta’alum santri yang
membawa HP wajib dititipkan pada pengurus yang bertugas.
2) Bagi santri kelas III sampai kelas VI tidak boleh bercelana panjang
dan berkaos mepet (ditutupi jaket).
3) Santri dilarang tongkrong di depan pondok.
4) Setiap santri yang tidak masuk atau tidak dapat mengikuti kegiatan
ta’alum (mengaji) diharuskan izin.
(Dokumen PP Sirojuddin Assalafiyah, 3 Juli 2015)
63
B. Temuan Penelitian
1. Niat dan Motivasi Santri Kalong dalam Menghafalkan Al Quran
a. MC (25 Tahun)
MC mengaku bahwa dia memang sudah mempunyai keinginan
untuk menjadi seorang hafidzoh sejak ia duduk di bangku Sekolah
Dasar. Dulu di SD ketika pelajaran PAI ada dalil-dalil dari Al Quran
pasti langsung dia hafalkan. Yang menjadi motivasi terbesarnya dalam
menghafalkan Al Quran adalah karena keutamaan-ketumaan dari
orang yang menghafalkan Al Quran itu sendiri yang begitu besar.
Seperti yang diungkapkan MC berikut ini:
”Dari SD saya memang sudah punya keinginan untuk menjadi penghafal Al Quran mbak. Kalau yang menjadi motivasi terbesar ya karena banyak sekali keutamaan-keutamaan dari seorang yang menjadi hafidzoh baik di dunia maupun di akhirat nantinya” (MC, 07-07-2015).
b. KLF (23 Tahun)
KLF mengaku pertama kali meliat teman yang hafidzoh
kemudian hatinya tergugah untuk ikut menghafalkan Al Quran. Dan
yang menjadi motivasi terbesar untuk menghafalkan Al Quran adalah
temannya yang menginspirasi itu dan mantan kekasihnya. Penulis
juga melakukan wawancara dengan teman yang menjadi motivasi
terbesarnya itu. Dan ternyata memang demikian adanya. Temennya
mengatakan sebagai berikut:
“saya selalu memotivasinya dalam menghafalkan Al Quran, siapapun yang punya keinginan untuk menghafalkan Al Quran selalu saya semangati. Dan saya bilang sama dia kalau mbak berhenti menyemangati dek (KLF) apa dek masih tetap akan menghafalkan Al Quran? dan dia bilang “tidak”, saya juga tidak tahu kenapa bisa
64
jadi seperti itu. Saya sudah mencoba menasehati untuk meluruskan niatnya tapi ya memang masih belum bisa untuk lillahi taala”.
c. KJ (21 Tahun)
Awalnya menghafalkan Al Quran karena disuruh sama guru
ngajinya. Kemudian dia mulai mencoba untuk menghafalkan Al
Quran dan ternyata mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya.
Dia mengaku yang menjadi motivasi terbesarnya dalam
menghafalkan Al Quran adalah ibu dan kakaknya yang banyak sekali
berjasa dalam dia menghafalkan Al Quran. Seperti yang diungkapkan
oleh KJ di bawah ini:
“Motivasi terbesar saya adalah ibu dan kakak saya. Mereka adalah orang yang paling berjasa besar dalam saya menghafalkan Al Quran. Mereka yang selalu terus menyemangati dan memotivasi saya agar saya kuat menghadapiapapun cobaan dalam menghafalkan Al Quran. Mereka bilang sayalah harapan mereka satu-satunya yang mungkin nantinya akan bisa mengangkat derajat orang tua dan keluarga kelak di akhirat sana” (KJ, 05-07-2015 ).
d. ADA (21 Tahun)
Informan ADA mengaku sudah memiliki keinginan untuk
menghafalkan Al Quran sejak dulu. Tapi belum mempunyai
keberanian untuk memulai menghafalkan Al Quran. Dan setelah
mengetahui lebih dalam tentang tahfidzul Quran dari buku-buku,
media massa dan teman-temannya, akhirnya memiliki keberanian
untuk menghafalkan Al Quran. motivasi terbesar dalam
menghafalkan Al Quran adalah dia berharap semoga Al Quran dapat
menjadi penolongnya nanti dikehidupan akhirat.
65
e. KN (26 Tahun)
Sejak SMA KN mengaku sudah memiliki keinginan untuk
menghafalkanAl Quran. waktu SMA pernah mencoba menghafalkan
Al Quran,baru dapat satu juz. Seperti yang diungkapkan oleh KN di
bawah ini:
“Sebenarnya saya sudah sejak dari SMA punya keinginan untuk menghafalkan Al Quran. Dulu waktu SMA pernah mencoba menghafalkan, ya baru dapat satu juz tapi tidak saya setorkan pada guru yang hafidz. Kemudian dari bapak saya itu pernah di pesenin sama pak Muhaimin salah satu kyai juga di sana, bahwa nanti kalau punya anak suruh menghafalkan Al Quran” (KN, 03-07-2015 )
2. Latar Belakang Santri Kalong
a. MC (25 Tahun)
MC adalah santri kalong PP Sirojuddin Assalafiyah. Dia mulai
menghafalkan Al Quran sejak lulus SMP di pondok Magelang
selama 8 bulan, waktu itu dia sudah hafal 5 juz. Kemudian dia
pulang kerumah karena tidak betah di pondok dan keja di apotik, dan
sudah tidak memikirkanlagi tentang hafalannya. Setelah itu,
kemudian ia menghafalkan Al Quran di PP Sirojuddin Assalafiyah
ini dengan modal nekat tanpa adanya dukungan dan biaya sepeserpun
dari orang tua. Awalnya dia ikut di ndalem, kemudian karena alasan
tertentu dia memutuskan untuk mondok sambil kerja sebagai
pengasuh anak. Kalau siang dia kerja dan malamnya mengaji di
pondok.
MC mulai menghafalkan Al Quran lagi tahun 2009 akhir dan
mampu menyelesaikan hafalannya pada tanggal 10 mei 2011. Dia
66
memang seorang anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
Setiap hari mampu menghafalkan seperempat juz. Waktu dalam
menghafalkannyapun sangat singkat, kurang lebih setengah jam.
Ketika para santri-santri lain pada setoran hafalan, dia baru mulai
menghafalkannya di belakang. Karena waktu itu dia juga harus
bekerja dan tidak memiliki banyak waktu.
Sekarang disela-sela kesibukannya sebagai pengasuh anak,
mengajar les privat, mengajar TPA dll dia juga masih menjaga
hafalannya dengan baik. Dia berharap dapat mencetak generasi
penghafal Al Quran.
b. KLF (23 Tahun)
KLF adalah santri kalong PP Sirojuddin Assalafiyah. Dia mulai
menghafalkan Al Quran sekitar satu setengah tahun yang lalu.
Dulunya pernah menghafalkan surat-surat penting, juz 1 dan juz 30.
Sekarang hafalannya sudah sampai surat As Shafat juz 24. Selain
menghafalkan Al Quran dia juga bekerja di toko jilbab setiap
harinya.
Ketika dia menghafalkan Al Quran sudah sampai juz 15 dia
menikah, dan hafalan Al Qurannya sempat terhenti selama kurang
lebih 3 bulan karena dia sakit. Dia menikah karena atas desakan dari
orang tua dengan laki-laki yang tidak dicintainya.
Dia memilih menghafalakan Al Quran di rumah karena sibuk
dan sudah menikah. Dari orang tua dan suami kurang mendukung
67
dalam ia menghafalkan Al Quran, karena dia masih juga disuruh
kerja sama suami.
c. KJ (21 Tahun)
KJ adalah santri kalong PP Sirojuddin Assalafiyah. Dia mulai
menghafalkan Al Quran Desember 2011 dan selesai setoran pada
bulan Februari 2015. Saat ini KJ masih dalam proses melancarkan
hafalannya.
Dia memilih menghafalkan Al Quran di rumah atau menjadi
santri kalong karena mengaku tidak bisa pisah dari ibunya. Dulu
sempat mondok pesantren juga tapi tidak pernah betah. Sebagaimana
yang diungkapkan KJ di bawah ini:
“Sebenarnya dulu saya pernah mondok mbak di Magelang. Tapi saya tidak krasan. Saya tu gak bisa pisah dari ibu. Ya akhirnya saya menghafalkan Al Qurannya ya di rumah saja” (KJ, 05-07-2015).
Dia terlahir dari keluarga yang sederhana, ayahnya sudah
meninggal dunia ketika dia masih sangat kecil sekali. Dari
keluarganya terutama ibu dan kakak pertamanya mempunyai
perhatian yang sangat terhadap agama. Merekalah yang selalu
menguatkan dan memberi semangat saat KJ mengalami cobaan
dalam menghafalkan Al Quran. Dari ibu dan kakaknya sangat
mendukung sekali dalam ia menghafalkan Al Quran.
d. ADA (21 Tahun)
ADA adalah santri kalong PP Sirojuddin Assalaiyah. Dia mulai
menghafalkan Al Quran sekitar setengah tahun yang lalu dan sudah
68
mampu menghafal Al Quran 5 juz. Selain menghafalkan Al Quran,
dia juga kuliah di STAINU Temanggung dan sekarang sudah
menginjak semester tujuh.
Dia memilih menjadi santri kalong karena keadaan yang belum
memungkinkan untuk mondok pesantren karena dirinya masih kuliah
dan di rumah juga harus membantu orang tua. Dari orang tuanya
kurang mendukung dalam ia menghafalkan Al Quran.
e. KN (26 Tahun)
KN adalah santri kalong PP Sirojuddin Assalafiyah. Dia mulai
menghafalkan Al Quran sekitar tiga tahun yang lalu, dan sekarang
sudah mampu menghafalkan 10 juz. Selain menghafalkan Al Quran
dia juga sebagai karyawati di sebuah mini market. Kerjanya setiap
hari 8 jam. Terkadang mendapatkan shif pagi, kadang juga dapat shif
malam.
Dia berasal dari keluarga yang sederhana. Dia memilih
menghafalkan Al Quran di rumah karena ingin membiasakan diri
saja. Seperti yang diungkapkan KN berikut ini:
“Alasan terbesarnya karena saya pengen membiasakan diri aja mbak. Kalau misal mondok, fokus menghafalkan Al Quran saja setelah selesaikan pasti akan pulang kerumah sedangkan di rumah sudah tentu kegiatannya akan berbeda dengan di pondok apalagi jika sudah berrumah tangga. Jadi saya ingin membiasakan diri saja kalau dengan kesibukan yang saya miliki itu saya bisa tetap menghafalkan Al Quran atau tidak. Meskipun ya mungkin waktunya akan lebih lama daripada dengan yang fokus menghafalkan Al Quran saja”(KN,03-07-2015).
69
Sebenarnya dari orang tua sangat mendukung dalam ia
menghafalkan Al Quran. Tapi dia memilih menghafalkan Al Quran
sambil bekerja untuk membiasakan diri.
3. Aktivitas santri Kalong
a. MC (25 Tahun)
Tabel. 3. 3
Jadwal Kegiatan MC Sehari-hari
No Waktu Jenis Kegiatan Keterangan
1 02.30 Bangun tidur
2 02.30-04.00 Shalat tahajut
3 04.00-05.00 Mandi, shalat subuh,
Muroja’ah/mengulang
hafalan
4 05.00-11.00 Kerja
5 11.00-12.30 Istirahat
6 12.30-13.30 Shalat dzuhur dan
murojaah
7 13.30-15.30 Kerja
8 15.30-16.30 Mandi, shalat ashar,
Muroja’ah/mengulang
hafalan
9 16.30-17.30 Jalan-jalan sore
10 17.30-18.30 Persiapan shalat magrib,
shalat magrib
11 18.30-19.00 Ngaji setoran
12 19.00-19.30 Shalat isya
13 19.30-21.00 Mengajar les privat
14 21.00-24.00 Ngaji
70
15 24.00 Tidur
b. KLF (23 Tahun)
Tabel. 3. 4
Jadwal Kegiatan KLF Sehari-hari
No Waktu Jenis Kegiatan Keterangan
1 04.30 Bangun tidur dan shalat
subuh
2 05.00-05.30 Ngaji
3 05.30-06.30 Mencuci baju dan bersih-
bersih
4 06.30-07.00 Mandi dan persiapan
kerja
5 07.00-07.30 Berangkat kerja
6 07.30-16.00 Bekerja
7 16.00-16.15 Pulang kerja
8 16.15-17.30 Ngajar TPA
9 17.30-18.15 Mandi dan shalat maghrib
10 18.15-18.45 Ngaji
11 18.45-19.30 Persiapan shalat Isya’ dan
shalat isya
12 19.30-23.00 Muroja’ah/mengulang
hafalan
12 23.00 Istirahat
71
c. KJ (21 Tahun)
Tabel. 3. 5
Jadwal Kegiatan KJ Sehari-hari
No Waktu Jenis Kegiatan Keterangan
1 03.30 Bangun tidur
2 03.30-04.30 Tahajud, sahur dan
Muroja’ah/mengulang
hafalan
3 04.30-05.00 Shalat subuh
4 05.00-05.30 Ngaji setoran
5 05.30-06.00 Muroja’ah/mengulang
hafalan
6 06.00-08.00 Tidur
7 08.00-10.00 Muroja’ah/mengulang
hafalan
8 10.00-11.00 Shalat dhuha
9 11.00-11.30 Mandi dan nguci baju
10 11.30-12.30 Istirahat
11 12.30-14.00 Shalat dzuhur dan ngajar
TPA
12 14.00-15.00 Istirahat
13 15.00-16.00 Muroja’ah/mengulang
hafalan
14 16.00-17.00 Shalat ashar
15 17.00-18.00 Muroja’ah/mengulang
hafalan
16 18.00-18.30 Buka puasa dan shalat
magrib
17 18.30-19.00 Ngaji setoran
72
18 19.00-20.00 Nonton TV Bebas
19 20.00-21.00 Shalat isya’ dan
Muroja’ah/mengulang
hafalan
20 21.00 Tidur
d. ADA (21 Tahun)
Tabel. 3. 6
Jadwal Kegiatan ADA Sehari-hari
No Waktu Jenis Kegiatan Keterangan
1 03.30 Bangun tidur
2 03.30-04.30 Shalat tahajut dan
murojaah
3 04.30- 05.00 Shalat subuh
4 05.00-06.00 Ngaji setoran
5 06.00-06.30 Bersih-bersih
6 06.30-08.00 Mandi, makan dan
nyuci baju
7 08.00-09.00 Shalat dhuha
8 09.00-09.30 Berangkat kuliah
9 09.30-15.00 Kuliah
10 15.00-15.30 Pulang kuliah
11 15.30-16.00 Mandi, istirahat,
persiapan shalat ashar
12 16.00-18.00 Shalat ashar dan
murojaah
13 18.00-18.30 Shalat magrib
14 18.30-19.00 Ngaji setoran
15 19.00-21.00 Mengerjakan tugas
73
kampus
15 21.00.22.00 Shalat isya’ dan
murojaah
16 22.00 Tidur
e. KN (26 Tahun)
Tabel. 3. 7
Jadwal Kegiatan KN Sehari-hari
No Waktu Jenis Kegiatan Keterangan
1 04.30 Bangun tidur
2 04.30-05.00 Shalat subuh
3 05.00-06.00 Ngaji setoran
4 06.00-06.30 Persiapan berangkat kerja
5 06.30-14.30 Bekerja Shif pagi
6 14.30-15.30 Pulang kerja dan istirahat
7 15.30-16.00 Mandi dan makan
8 16.00-17.00 Shalat ashar dan murojaah
9 17.00-18.00 Istirahat
10 18.00-18.30 Shalat magrib
11 18.30-19.30 Ngaji
12 19.30-20.00 Pulang ngaji dan shalat
isya’
13 20.00-23.00 Muroja’ah/mengulang
hafalan
14 23.00 Istirahat atau tidur
74
4. Problematika Tahfidzul Quran dan Cara Menghadapinya
a. MC (27 Tahun)
Problematika Tahfidzul Quran yang dihadapi MC sewaktu ia
dalam proses menghafalkan Al Quran adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada biaya dan dukungan dari orang tua. Seperti yang
diungkapkan MC berikut ini:
“Kalau dulu waktu masih menghafalkan Al Quran problem terbesarnya ya karena tidak ada dukungan dan biaya sepeserpun dari orang tua. Jadi saya mesti mandiri, mencari uang sendiri untuk memenuhi kebutuhan”(MC,07-07-2015).
2) Waktu khusus untuk menghafalkan Al Quran sedikit. Seperti yang
diungkapkan oleh MC berikut ini:
“Karena saya harus sambil bekerja maka waktu khusus yang saya punya untuk menghafalkan Al Quran itu sangat kurang sekali”(MC, 07-07-2015). Cara mensiasati hal itu adalah di manapun tempat, selagi bisa
menghafalkan Al Quran dia tetap menghafalkan Al Quran. seperti
yamg diungkapkan MC berikut ini:
“Untuk mensiasati hal itu, maka di manapun tempat yang bisa sambil menghafalkan Al Quran ya saya menghafalkan Al Quran mbak. Seperti sambil masak, sambil ngasuh anak dll”(MC, 07-07-2015).
b. KLF (23 Tahun)
Problematika Tahfidzul Quran yang dihadapi oleh KLF di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Orang tua dan suami kurang mendukung. Seperti yang
diungkapkan KLF berikut ini:
75
“Pertama dari orang tua dan suami saya kurang mendukung dan memberikan semangat dalam saya menghafalkan Al Quran mbak”(KLF, 07-07-2015).
Cara menghadapi hal ini adalah dengan banyak shering atau
curhat dengan teman. Sebagaimana yang diungkap KLF berikut
ini:
“Kalau dari orang tua dan suami yang kurang mendukung saya cuek aja sih, saya sering cerita sama teman. Teman yang tadi yang selalu memotivasi saya. nah dari situlah saya menemukan semangat kembali”(KLF, 07-07-2015).
2) Sakit. Karena dipaksa menikah oleh orang tuanya pada orang yang
tidak dia cintai. KLF mengaku menjadi sakit kurang lebih hampir
3 bulan. Proses hafalan Al Qurannyapun terhenti. Kemudian
temannyalah yang selalu menyemangati dan memotivasinya
sehingga dia bisa kuat dan kembali menghafalkan Al Quran. dia
juga mengaku dengan makin banyak menyibukan diri dengan Al
Quran maka dia dapat menghadapi semua masalah-masalahnya
dengan tenang.
3) Kurang waktu untuk menghafal Al Quran. Karena harus bekerja,
mengurus rumah tangga, dan juga suami. KLF mengaku kurang
mempunyai waktu untuk menghafalkan Al Quran. Cara
menghadapi masalah ini yaitu sesibuk apapun setiap hari dia
sempatkan waktu untuk Al Quran minimal sehari satu juz.
c. KJ (21 Tahun)
Problematika Tahfidzul Quran yang dihadapi KJ di antaranya
adalah sebagai berikut:
76
1) Sukar menghafal. Seperti yang diungkapakan KJ berikut ini:
”Saya itu mungkin bodoh. Kalau menghafal tu tidak nyantel-nyantel. Kadang aku sumpek juga. Kenapa tidak bisa-bisa”(KJ, 05-07-2015). Cara menghadapinya adalah tetap dijalani, istiqomah dan rajin
menghafal . seperti yang diungkapkan KJ berikut ini:
“Kalau saya tu yang penting dijalani. Mau bagaimanapun susahnya ya yang penting tetep istiqomah, rajin menghafal”(KJ, 05-07-2015).
2) Hafalannya sering lupa saat disetorkan. Seperti yang diungkapkan
KJ berikut ini:
“Saya tu hafalannya sering lupa. Kalau dirumah tu saya sudah hafal tapi begitu buat jalan dari rumah sampai kepondok untuk setoran itu udah lupa”(KJ, 05-07-2015). Cara mensikapi hal tersebut adalah dengan curhat sama guru ngaji.
Seperti yang diungkapkan KJ berikut ini:
“Saya suka curhat sama guru ngaji saya, kok saya begini-begini. Pokoknya setiap saya ada masalah apa saja saya pasti curhatnya sama gurusaya kecuali masalah cinta.hehe bisa-bisa saya didamprat sama guru ngaji saya.Dan guru saya bilang kalau dulunya dia juga sering seperti itu”(KJ, 05-07-2015).
3) Gangguan asmara. Seperti yang diungkapkan KJ di bawah ini:
“Terus problem yang paling mengganggu itu adalah cowok mbak. Dulu saya itu sering sekali disakiti sama cowok. Teruskan jadi galau. Nah kalau hati udah galau jadi sukar buat Muroja’ah/mengulang hafalan Qurannya lagi. Dan godaan terberat dalam menghafalkan Al Quran adalah ini” (KJ, 05-07-2015). Belum ada solusi untuk masalah ini. Namun dari pihak keluarga
melarang keras dia untuk berpacaran, sehingga setelah lebaran ini
dia disuruh untuk di pondok saja.
77
4) Sakit. KJ mengaku dulu sering sakit pada saat masih proses
setoran. Sehingga kalau lagi sakit tidak bisa menghafalkan Al
Quran. Cara menghadapi masalah ini adalah dia mengaku selalu
mendapatkan semangat dari ibu dan kakaknya, sehingga dia dapat
tegar melalui ini.
d. ADA (21 Tahun)
Problematika Tahfidzul Quran yang dihadapi ADA di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Suasana rumah yang kurang mendukung. Seperti yang
diungkapkan ADA berikut ini:
”Pertama dari suasana rumah yang kurang mendukung mbak. Kadang kalau saya lagi nderes, terutama kalau siang sering ramai keponakan-keponakan saya. kalau malam setelah isya’ kadang ada tamu yang ngobrol sampai malam gitu. Kan saya jadi sungkan aja mbak buat Muroja’ah/mengulang hafalan”(ADA, 02-07-2015).
Cara menghadapinya adalah dengan mencari waktu-waktu yang
sepi yaitu pada tengah malam setelah Qiyamul lail. Seperti yang
diungkapkan oleh ADA berikut ini:
“Cara mensikapinya masalah itu, biasanya saya cari waktu yang sepi, yaitu pas tengah malam setelah qiyamul lail untuk menambah hafalan dan mengulang hafalan yang masih baru. Karena itu dibutuhkan konsentrasi yang cukup”(ADA, 02-07-2015).
2) ADA mengaku kurang mendapat dukungan dari orang tua atau
keluarga dalam ia menghafalkan Al Quran. Cara mensikapi ini
78
adalah ia banyak berteman dengan orang-orang yang juga sedang
berproses menghafalkan Al Quran maupun yang sudah menjadi
Hafidzoh. Seperti yang diungkapkan ADA berikut ini:
“Dari keluarga saya kurang mendukung mbak dalam saya menghafalkan Al Quran. kalau saya lagi menghafalkan kadang udah dipanggil-panggil untuk melakukan inilah itulah. Kadang saya sering ditinggal-tinggal dan harus menjaga toko sendiri. Sementara untuk menghafalkan sambil menjaga toko sulit sekali mbak masuknya. Cara saya menghadapi masalah ini saya banyak berteman dengan orang-orang yang juga menghafalkan Al Quran dan Hafidzoh, dari mereka saya selalu mendapatkan motivasi dan semangat baru” (02-07-2015).
3) Pembagian waktu yang kurang untuk Al Quran. seperti yang
diungkapkan ADA berikut ini:
“Masalah pembagian waktu untuk Al Quran yang kurang mbak, terutama kalau pas lagi sibuk banget dengan tugas-tugas kuliah, dengan kesibukan dirumah dan lain-lain”(ADA, 02-07-2015). Cara mengatasinya adalah dengan menyediakan waktu khusus
untuk Al Quran.
e. KN (26 Tahun)
Problematika Tahfidzul Quran yang dihadapi KN di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) KN mengaku problem yang paling berat adalah badan terlalu capek
atau kesal. Sehingga untuk menghafalkan Al Quran jadi malas
kalau sudah terlalu capek. Dipaksakanpun juga tidak masuk-
masuk. Seperti ungkapan KN berikut ini:
“Problemnya sich sebenarnya banyak mbk. Tapi yang paling besar dan mengganggu itu yang pertama kalau udah kesel/capek kadang malas dan berat mau Muroja’ah/mengulang hafalan” (KN, 03-07-2015).
79
Belum ada cara untuk mensiasati problem ini, masalahnya kalau
sudah kesal mau Muroja’ah/mengulang hafalanpun juga sulit.
2) Problem yang kedua yaitu masalah waktu. Terkadang sudah
merencanakan waktu ini untuk Muroja’ah/mengulang hafalan tapi
malah terbentur dengan acara lain yang tidak bisa ditinggalkan.
Seperti yang diungkapkan oleh KN di bawah ini:
”Kedua masalah waktu mbk,kadang kita sudah merencanakan jam segini untuk Muroja’ah/mengulang hafalan tapi ternyata terbentur sama acara lain. Jadi ya terpaksa tidak bisa Muroja’ah/mengulang hafalan” (KN, 03-07-2015).
Cara menghadapi masalah ini biasanya dia mensiasati dengan
mendengarkan murotal melalui headset.
3) Terkadang tiba-tiba saja hilang semangat dalam menghafalkan Al
Quran. seperti yang diungkapkan KN berkut ini:
“kadang memang pernah hilang semangat untuk menghafal dan sayapun juga tidak tahu kenapa sebabnya bisa tiba-tiba hilang semangat”(KN, 03-07-2015).
Cara mensikapinya dengan curhat sama guru ngaji. Setelah
diberikan nasihat-nasihat nanti biasanya akan menemukan
semangat kembali.
80
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong
Problematika Tahfidzul Quran bagi santri kalong di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Managemen Waktu
Managemen waktu adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian waktu untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan.
Para informan banyak mengalami kesulitan dalam masalah
managemen waktu. Mereka harus membagi waktu antara
menghafalkan Al qura’an, menjaga hafalan dan juga mengerjakan
kesibukan mereka masing-masing.
Dengan melihat teori dan hasil penelitian di lapangan maka
managemen waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam menghafalkan Al Quran. jika seorang
penghafal Al Quran mampu mengatur waktunya dengan baik antara
menambah hafalan dan menjaga hafalannya, maka insya Allah akan
mencapai hasil yang diinginkan.
2. Faktor Motivasi
Di antara faktor yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya
adalah faktor psikologis. Faktor psikologis adalah faktor psikis yang
81
ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikologis tersebut antara lain:
tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,
kematangan dan lain sebagainya (Sriyanti, 2011: 24).
Orang yang menghafalkan Al Quran, sangat membutuhkan
motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua, keluarga dan
kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih bersemangat dalam
menghafalkan Al Quran, dan tentu hasilnya akan berbeda jika
motivasi yang didapat kurang (Wahid, 2014: 140).
Banyak informan yang merasa kurang mendapatkan dukungan
dan motivasi dari orang tua mereka, sehingga hal itu sangat
mengganggu mereka dalam proses menghafalkan Al Quran.
Dengan melihat dari teori dan hasil temuan di lapangan, dapat
diketahui faktor motivasi sangat berpengaruh dalam proses
menghafalkan Al Quran. karena apabila seseorang memiliki motivasi
yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk menghafalkan Al
Quran..
3. Faktor Kecerdasan
Kecerdasan merupakan salah satu faktor pendukung dalam
menjalani proses menghafalkan Al Quran. setiap individu memiliki
kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga cukup mempengaruhi
terhadap proses hafalan yang dihadapi (Wahid, 2014: 141). Tingkat
kecerdasan akan mempengaruhi daya serap serta berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar (Sriyanti, 2011: 25).
82
Salah satu masalah yang dihadapi oleh informan KJ adalah bahwa
dia merasa dirinya memiliki kecerdasan yang kurang. Jika
menghafalkan Al Quran tidak cepat masuk. Terkadang sampai pusing
karena dia tidak bisa-bisa (KJ, 05-07-2015).
Berdasarkan kajian teori dan hasil temuan penelitian di lapangan
yang dikemukakan di atas, maka faktor kecerdasan memang
mempengaruhi seseorang dalam menghafalkan Al Quran meski tidak
semua yang menghafalkan Al Quran itu harus memiliki kecerdasan
yang tinggi. Karena kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor utama
dalam menghafalkan Al Quran.
4. Faktor kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
orang yang akan menghafalkan Al Quran. jika tubuh sehat maka
proses menghafalkan akan menjadi lebih mudah dan cepat tanpa
adanya penghambat, dan batas waktu menghafalpun menjadi relative
cepat (Wahid, 2014: 139).
Informan KLF dan KJ mengaku proses menghafalkan Al
Qurannya terhenti ketika mereka sakit. KLF pernah mengalami sakit
selama 3 bulan, sehingga dia tidak bisa menghafalkan Al Quran.
Berdasarkan kajian teori dan hasil temuan penelitian di lapangan,
maka faktor kesehatan sangat mempengaruhi seseorang dalam
menghafalkan Al Quran. karena saat menghafalkan Al Quran
83
dibutuhkan badan yang fit dan fres agar menghafakan Al Qurannya
bisa maksimal.
5. Faktor Suasana Rumah
Bagi santri kalong aktivitas menghafalkan Al Quran kebanyakan
adalah di rumah. Suasana rumah yang tenang dapat mendukung
keberhasilan belajar anak. Suasana rumah yang gaduh, misalnya
jumlah anggaota keluarga terlalu besar, atau rumah sekaligus sebagai
tempat usaha tidak akan memberikan kenyamanan dan ketenangan
anak dalam belajar(Munjahid, 2007: 11).
Salah satu problematika yang dihadapi ADA adalah suasana
rumah yang kurang mendukung untuk menghafalkan Al Quran.
situasi rumah yang ramai dan gaduh membuat konsentrasinya sedikit
berkurang. Terkadang juga kalau lagi banyak orang membuatnya
sungkan untuk menghafalkan Al Quran (ADA, 02-07-2015).
Hubungan antara teori dan temuan penelitian adalah bahwa
kondisi rumah yang kurang nyaman digunakan untuk belajar atau
menghafalkan Al Quran dapat menyebabkan kesulitan seseorang
dalam belajar ataupun menghafalkan Al Quran. sehingga hal tersebut
dapat mempengaruhi proses dan hasil santri kalong dalam
menghafalkan Al Quran.
6. Faktor Gangguan Asmara
Persoalan ini muncul karena mayoritas penghafal Al Quran itu
berada pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai tertarik dengan
84
lawan jenis. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi dalam
menghafalkan Al Quran. berhubungan dengan lawan jenis yang
lazimnya orang menyebut dengan pacaran. Jika hal ini dilakukan,
maka hampir seluruh konsentrasinya tersita hanya untuk memikirkan
lawan jenisnya saja yang setiap saat dapat menjelma di hati penghafal
Al Quran dan wajahnya selalu muncul pada bayangan matanya,
sehingga bayangan pada tulisan, baris dan halaman mushaf akan
tertutupi oleh bayangan pada kekasihnya (Sugianto, 2004: 102).
Masalah yang paling mengganggu dalam menghafalkan Al Quran
adalah lawan jenis. Karena saat hati sedang tersakiti oleh lawan jenis
yang dicintainya itu menjadikan rasa malas atau sukar dalam
menghafalkan Al Quran (KJ, 05-07-2015).
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori yang telah penulis
ungkapkan di atas, maka berhubungan dengan lawan jenis dalam hal
ini yang dimaksud adalah pacaran dapat mengganggu konsentrasi
seseorang dalam menghafalkan Al Quran. Selain hal ini kurang etis
untuk dilakukan oleh penghafal Al Quran, hal ini juga dapat
mendorong seseorang untuk berbuat dosa. Kebanyakan kegagalan
dalam menghafalkan Al Quran yang terjadi adalah karena tidak bisa
menahan godaan yang datang dari lawan jenisnya.
7. Faktor Lupa Saat Hafalan Disetorkan
Lupa adalah suasana tidak ingat yang bukan dalam keadaan
mengantuk atau tidur. Lupa merupakan suatu problem yang tidak
85
hanya dialami oleh sebagian kecil penghafal Al Quran, namun hampir
seluruh penghafal Al Quran mengalaminya. Hal yang biasa terjadi
adalah bahwa ayat yang dihafal dipagi hari telah hafal dengan lancar,
namun disaat mengerjakan soal lain, sore harinya tidak membekas,
bahkan bila dicoba langsung diperdengarkan (disetorkan) kepada guru
pembimbing, satu ayatpun tidak ada yang terbayang (Sugianto, 2004:
100).
Informan KJ mengaku bahwa dirinya sering lupa saat
menyetorkan hafalan pada guru mengajinya. Saat di rumah dia
merasa sudah hafal namun ketika buat jalan dari rumah sampai
kepondok untuk menyetorkan hafalannya sudah lupa lagi. Terkadang
dia masih sering dibimbing atau diingatkan perayat oleh gurunya (KJ,
05-07-2015).
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan kajian teori di atas,
maka lupa memang suatu problem yang sering dihadapi oleh para
penghafal Al Quran. tidak hanya pada santri kalong, bahkan pada
santri yang mukimpun juga demikian.
B. Cara menghadapi Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong
1. Faktor Managemen Waktu
Cara yang dilakukan oleh informan MC dalam masalah pembagian
waktu adalah dengan menghafalkan Al Quran di manapun dan
kapanpun dia berada selagi bisa menghafalkan Al Quran, informan
KLF dengan sesibuk apapun menyempatkan waktu untuk
86
menghafalkan Al Quran setiap harinya, sedangkan informan ADA
dengan menyediakan waktu khusus untuk Al Quran.
Dari temuan data tersebut penulis dapat menyimpulkan cara yang
harus dilakukan dalam menyikapi masalah managemen waktu adalah
antara lain sebagai berikut:
a. Setiap Hari Ada Waktu Khusus untuk Al Quran.
Salah satu indikator bahwa kita memandang penting dalam
menghafalkan Al Quran adalah dengan memberikan perhatian khusus
terhadapnya. Wujud perhatian khusus terhadap Al Quran adalah
memberikan waktu khusus untuk al Quran setiap hari, baik membaca,
menghafalkan, maupun menjaganya. Apabila kita sudah
menetapkannya, berikutnya ialah mematuhi dan konsisten. Lebih-
lebih bagi orang yang memiliki banyak aktivitas, tentu hal ini sangat
penting untuk diperhatikan.
Upayakan waktu khusus yang kita tetapkan tersebut adalah waktu
yang istimewa atau yang pas untuk menghafal. Waktu yang istimewa
untuk setiap orang tentu berbeda-beda. Dan yang lebih tahu kapan
waktu yang pas untuk menghafal adalah yang menghafal sendiri.
Bagi orang yang memiliki kesibukan yang padat, waktu tidak
harus lama. Yang terpenting adalah ditetapkan, pada waktu istimewa,
dan dipatuhi. Dengan jadwal yang tetap, berapapun waktu tidak akan
terbagi untuk Al quran.
87
Saat menetapkan jadwal, janganlah memilih waktu yang biasanya
kondisi kita tidak prima, sudah lelah, mengantuk, tidak bisa fokus dan
kondisi-kondisi lemah lainnya. Tujuannya adalah agar waktu yang
sedikit itu hasilnya maksimal. Inilah pentingnya memilih waktu yang
istimewa. Jadi bukan waktu luang yang tersisa. Bukan setelah
mengerjakan ini dan itu. Mungkin waktunya luang, tetapi kondisi kita
tidak mungkin untuk menghafal. Bila dipaksakan, menghafal terasa
berat dan akhirnya tidak maksimal atau bahkan timbul rasa bosan.
Bila kita konsisten terhadap jadwal untuk Al Quran dan
memilihnya pada waktu yang istimewa, Allah akan memberikan
keberkahan pada seluruh waktu kita. Jangan khawatir, kita tidak akan
merugi bila menyediakan waktu khusus untuk Al Quran setiap hari.
Hafalan beres, insya Allah urusan yang lain juga beres.
b. Memanfaatkan Setiap Waktu dan Kesempatan untuk Mengulang
Hafalan
Ketika seseorang telah mulai menghafal, atau sudah memiliki
sejumlah hafalan, hingga sudah hafal 30 juz, hendaknya ia
memanfaatkan setiap kesempatan untuk membaca hafalannya. Ini
berlaku di luar jadwal wajib yang telah ditetapkan sendiri untuk Al
Quran. setiap ada kesempatan, hendaknya jangan disia-siakan. Inilah
yang juga menjadi salah satu keistimewaan menjadi penghafal Al
Quran. yaitu pikiran dan hatinya selalu disibukan dengan Al Quran.
88
setiap ada kesempatan yang terbersit dalam pikirannya adalah
hafalannya.
Hal inilah yang juga dilakukan oleh informan MC dalam menjaga
hafalan Al Qurannya. Dalam setiap kesempatan yang dia bisa untuk
menghafalkan Al Quran, maka diapun menghafalkannya (MC, 07-
07-2015). Misalnya, waktu adzan dan iqamah, menunggu kendaraan,
naik kendaraan, menungggu acara, atau menunggu antrean. Dengan
demikian bila banyak orang mengatakan, menunggu adalah hal yang
membosankan, penghafal Al Quran mengatakan, menunggu adalah
hal yang menyenangkan.
2. Faktor Motivasi
Dalam menghadapi problematika yang terjadi karena masalah
motivasi atau tidak adanya dukungan dari keluarga informan MC
banyak shering atau bercerita dengan teman, sama juga deng informan
ADA yang mengadapi masalah tersebut dengan banyak berteman
dengan orang-orang yang menghafalkan Al Quran, dari teman0meman
tersebut mereka mendapatkan motivasi dan semangat baru.
Menurut hemat penulis, cara yang harus dilakukan untuk
menghadapi masalah motivasi tersebut adalah dengan cara cebagai
berikut:
a. Meluruskan Niat dan Mengetahui Keutamaan Menghafal Al
Quran.
89
Dalam melakukan aktivitas ibadah apapun, perkara
pertama yang harus diperhatikan adalah niat. Karena niat menjadi
syarat diterimanya amal. Keikhlasan akan memunculkan
semangat dan ketahanan seorang muslim dalam menjalankan
setiap perintah Allah dengan maksimal. Termasuk dalam
menghafalkan Al Quran. keikhlasan dalam menghafalkan Al
quran akan sangat kuat jika didasari dengan pemahaman yang
kuat tentang keutamaan dan kemuliaan menghafalkan Al Quran.
Prinsipnya kalau mau menghafalkan Al Quran, kita harus
bertanya pada diri sendiri: “untuk apa saya menghafalkan Al
Quran?,” atau “ apa yang saya cari atau saya inginkan dari
menghafalkan Al Quran?”.
Ketika niat seseorang bukan karena Allah, melainkan
karena kepentingan duniawi, biasanya akan mudah putus ditengah
jalan. Atau ketika seseorang tidak memahami keutamaan
menghafalkan Al Quran, akan mudah dikalahkan oleh urusan-
urusan lain yang dianggapnya lebih penting.
Untuk itu, kita perlu mengetahui tentang keistimewaan
dan keutamaan menghafalkan Al Quran, agar lebih bersemangat
dan menjadikan Al quran sebagai prioritas.
b. Berteman dengan Orang yang Menghafalkan Al Quran
Orang yang menghafalkan Al Quran terutama bagi santri
kalong, sangat membutuhkan motivasi dari orang-orang terdekat,
90
orang tua, dan keluarga. Jika mereka tidak mendapatkan motivasi
dari keluarga maka banyak-banyaklah berteman dengan orang
yang menghafalkan Al Quran. atau bergabunglah dengan dalam
majlis-majlis Al Quran.
Bergaul atau mendatangi orang-orang yang memiliki
semangat dalam menghafalkan Al quran untuk sekedar sharing
atau meminta nasihat itu sangat penting untuk menambah
semangat dan motivasi. Bahkan kadang dengan bertemu orang
yang hafidz atau hafidzoh bisa membuat kita semangat.
Namun perlu diingat, dalam kondisi jenuh atau kurang
semangat, janganlah cerita pada orang yang tidak semangat pula,
karena nanti malah bisa menjadikan kita lebih tidak semangat
lagi.
3. Faktor Kecerdasan
Cara yang dilakukan oleh informan KJ dalam menghadapi masalah
kecerdasan adalah dengan menanamkan prinsip yang penting dijalani
meski bagaimanapun susahnya, tetap istiqomah dan rajin menghafal.
Dari temuan data dan teori yang ada penulis berpendapat bahwa
untuk menghadapi masalah kecerdasan, yang perlu dilakukan adalah
dengan cara sebagai berikut:
a. Istiqamah
Pada dasarnya kecerdasan bukanlah penentu keberhasilan
dalam menghafalkan Al Quran, namun keistiqamahan sang
91
penghafal itu sendiri. Walaupun seseorang memiliki kecerdasan
yang tinggi, tapi jika tidak istiqamah maka akan kalah dengan
orang yang memiliki kecerdasan yang biasa-biasa saja, tetapi dia
istiqamah.
Sebaiknya orang yang menghafalkan Al Quran itu
mempunyai jadwal kegiatan sehari-hari agar proses menghafal
materi baru dan mengulang hafalan sebelumnya bisa berjalan
dengan lancar dan istiqamah. Dengan adanya jadwal kegiatan,
kita akan merasa lebih mudah untuk terus istiqamah. Tentunya,
hal ini akan berbeda bila kita tidak membentuk atau memprogram
jadwal kegiatan, sehingga istiqamah akan sulit untuk dijalankan
(Wahid, 2014: 36).
b. Bersungguh-sungguh
Allah yang berkuasa untuk memudahkan menghafal Al
Quran. Namun perlu bukti kesungguhan terlebih dahulu untuk
memberikan itu. Berusaha keras dan semaksimal mungkin yang
bisa dilakukan. Siap berkorban waktu, pikiran, tenaga dan
sebagainya. Jika bersungguh-sungguh dan serius, maka akan
mendapatkan banyak jalan dan kemudahan untuk menghafalkan
Al Quran meski tidak mempunyai kecerdasan yang tinggi.
c. Sabar
Sabar merupakan kunci kesuksesan untuk meraih cita-cita,
termasuk cita-cita dan keinginan untuk menghafalkan Al Quran.
92
Kesulitan akan kita hadapi jika tidak mempunyai sifat sabar
dalam menghafalkan Al Quran. oleh karena itu, tidak boleh
mengeluh dan patah semangat dalam proses menghafal.
Extra sabar sangat dibutuhkan karena proses
menghafalkan Al Quran memerlukan waktu yang relatif lama,
konsentrasi dan fokus terhadap hafalan. Kita harus sabar dalam
menghafalkan ayat demi ayat, halaman demi halaman, lembar
demi lembar, surat demi surat dan juz demi juz yang kita lewati.
Saat menghafalkan Al Quran, kita akan mengalami
masalah yang mononton, gangguan dan cobaan dari berbagai
arah. Terkadang ujian ini dapat membuat sang penghafal Al
Quran berpaling dari hafalannya. Demikian juga kesulitan dalam
variasi ayat-ayat Al Quran yang panjang dan pendek-pendek,
kalimat yang sulit dibaca, dan lain sebagainya (Wahid, 2014:
114).
Semua kesulitan tersebut akan dapat dilalui jika kita
memiliki kesabaran yang tinggi. Namun bila dalam proses
menghafal kita tidak sabar, maka proses menghafalkan Al Quran
yang sedang berjalan akan gagal dan macet di jalan.
4. Faktor Kesehatan
Bagi para penghafal Al Quran sangat disarankan untuk
selalu menjaga kesehatan, sehingga ketika menghafalkan tidak ada
93
kendala karena rasa sakit yang diderita. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Menjaga pola makan
b. Menjadwal waktu tidur
c. Berolahraga
5. Faktor Suasana Rumah
Tempat sangat menentukan kelancaran ketika proses
menghafalkan Al Quran. terkait dengan tempat yang tenang dan
tentram, hanya penghafal sendirilah yang bisa menentukannya. Cara
yang biasa dilakukan oleh informan ADA dalam menghadapi masalah
ini adalah dengan mencari waktu-waktu sepi, yaitu pas tengah malam
setelah qiyamul lail untuk menambah hafalan.
Dari temuan data tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa
cara yang dilakukan untuk menghadapi faktor suasana rumah yang
kurang kondusif adalah dengan mencari tempat yang tenang dan
menjauhi tempat-tempat ramai dan bising.
6. Faktor Gangguan Asmara
Faktor gangguan asmara ini sering dihadapi oleh para penghafal
Al Quran, dan kebanyakan faktor inilah yang mengancap kegagalan
dalam menghafalkan Al Quran. oleh karena itu, sebaiknya para
penghafal Al Quran melakukan hal-hal berikut ini:
94
a. Menjauhi Segala Hal yang Sia-sia
Bagi para penghafal Al Quran, banyak melakukan hal
yang sia-sia akan menyebabkan hati dan pikiran menjadi lembek
dan manja, serta susah untuk berkonsentrasi. Akhirnya
menghafalkan Al Quranpun terasa berat (Arham, 2014: 144).
Banyak waktu mungkin hanya digunakan untuk menonton
televise, SMS an dengan lawan jenis, facebookan, update status
yang tidak penting, internetan tanpa tujuan dan lain-lain. Hal-hal
semacam itu sangat mengganggu dalam menghafalkan Al Quran
dan banyak waktu terlewat begitu saja tanpa ada manfaatnya.
b. Menjauhi Perbuatan Dosa dan Maksiat
Jika perbuatan yang sia-sia atau tidak bermanfaat saja
begitu besar pengaruhnya, apalagi perbuatan yang dilarang. Di
samping jelas akan mendapatkan dosa, juga akan mempengaruhi
kualitas hafalan. Perbuatan maksiat bisa menjadi penghalang hati
untuk menghafalkan Al Quran, termasuk di dalamnya adalah
berpacaran atau berdua-duaan dengan lawan jenisnya,
Sebagai penghafal Al Quran hendaknya selalu menjaga
semua perbuatan-perbuatan yang berbau maksiat. Dan juga mesti
melaksanakan perintah Allah sekaligus menjauhi perbuatan yang
dilarang Allah.
Orang yang menjauhkan dirinya dari perbuatan yang
bersinggungan dengan kemaksiatan, niscaya Allah akan
95
membukakan pintu hatinya untuk selalu mengingat-Nya,
mencurahkan hidayah kepadanya dalam memahami ayat-ayat-
Nya, serta memudahkan menghafal dan mempelajari Al Quran.
Oleh karena itu, penghafal Al Quran harus mampu menolak
ajakan dan godaan-godaan setan agar tidak berpaling dari
mengingat Allah dan melakukan perbuatan maksiat (Arham,
2014:146).
7. Faktor Lupa Saat Hafalan Disetorkan
Solisi yang bisa dilakukan untuk meminimalisasikan kelupaan
adalah sebagai berikut:
a. Tidak Meninggalkan Hafalan Baru Terlalu Lama
Ibarat binatang buruan, hafalan yang baru adalah buruan
yang baru saja kita tangkap. Maka buruan tersebut harus segera
kita ikat atau kurung dengan baik. Demikian juga dengan hafalan
yang baru. Hafalan yang baru harus benar-benar kuat, tidak boleh
ada kesalahan sedikitpun, tidak terbata-bata, dan tidak tersendat-
sendat.
Jangan pernah meninggalkan hafalan yang baru terlalu
lama, karena hafalan yang baru sangat mudah hilang. Pastikan
ayat atau surat yang telah dihafal pada pagi hari kondisinya masih
baik dan kuat sampai malam hari atau sebaliknya.
96
b. Mengulang Hafalan
Lupa terkadang mencapai puncaknya sehingga sulit
mengulangi apa yang telah dihafal. Materi yang dilupakan persis
setelah dihafal akan memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada waktu untuk menghafal suatu teks yang tidak pernah
dipelajari sebelumnya.
Jadi mengulang-ulang hafalan yang lupa itu lebih mudah
daripada menghafal materi yang baru.
c. Mendengarkan dari Orang Lain atau Kaset
Metode tersebut dapat membantu dalam menjalani proses
mengulang hafalan. Jika terdapat ayat yang lupa, dengan
mengikuti bacaan dari orang lain maupun kaset, kita akan ingat
kembali dengan hafalan yang lupa.
Lebih baik bacaan murattal dari kaset digunakan untuk
membantu saja. Membantu dalam arti mengecek bacaan sendiri,
mengingat atau mengakrapkan. Tetapi jangan dijadikan sebagai
sandaran utama atau satu-satunya.
d. Mengerti Arti dari Ayat yang Dihafalkan
Mengetahui dan merenungkan makna-makna ayat Al
Quran saat membaca itu akan membantu dan menetapkannya
dalam hati, walaupun bisa saja seseorang menghafalakan Al
Quran tanpa memahami yang ia baca. Tapi lebih ideal dan lebih
97
berkahnya kita juga berusaha memahami ayat atau surat yang
hendak kita hafalkan.
Kalau tidak bisa bahasa Arab, caranya ayat atau surat yang
hendak dibaca, kita lihat dulu terjemahannya. Kalau tidak bisa
memahami perkata, minimal tahu secara global kandungan ayat
yang hendak dihafal. Dengan demikian, dalam proses menghafal
kita bisa sambil mengingat maknanya. Mengingat makna atau
kandungannya sangat membantu untuk mengingat ayatnya
(Sugianto, 20014: 101).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cara yang harus
dilakukan agar hafalan tidak lupa saat disetorkan adalah dengan
senantiasa mengulang-ulang hafalannya sampai melekat di luar
kepala.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian di lapangan, maka
peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil penelitian tentang problematika
tahfidzul Quran bagi santri kalong di pondok pesantren Sirojuddin
Assalafiyah adalah sebagai berikut:
1. Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong
Problematika yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan Al
Quran adalah sebagai berikut:
a. Faktor managemenwaktu
b. Faktor motivasi
c. Faktor kecerdasan
d. Faktor kesehatan
e. Faktor suasana rumah
f. Faktor gangguan asmara
g. Faktor lupa saat hafalan disetorkan
2. Cara menghadapi Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong
Cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi problematika
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
99
a. Faktor managemen waktu: Setiap hari ada waktu khusus untuk Al
Quran dan memanfaatkan setiap waktu dan kesempatan untuk
mengulang hafalan.
b. Faktor maotivasi: meluruskan niat, mengetahui keutamaan
menghafalkan Al Quran dan banyak berteman dengan penghafal Al
quran.
c. Faktor kecerdasan: istiqamah, bersungguh-sungguh dan sabar.
d. Faktor kesehatan: menjaga pola makan, menjadwal waktu tidur, dan
berolahraga.
e. Faktor suasana rumah: mencari tempat yang tenang serta menjauhi
tempat-tempat ramai dan bising.
f. Faktor gangguan asmara: menjauhi segala hal yang sia-sia dan
menjauhi perbuatan dosa dan maksiat.
g. Faktor lupa saat hafalan disetorkan: tidak meninggalkan hafalan baru
terlalu lama, mengulangi hafalan, mendengarkan dari orang lain atau
kaset, dan mengerti akan arti dari ayat yangdihafalkan.
B. Saran
Menghafalkan Al Quran di rumah atau menjadi santri kalong
dengan banyaknya aktivitas yang mereka lakukan baik di rumah maupun
di luar rumah memang memiliki problematika yang jauh lebih banyak
daripada santri yang menetap di pondok.Oleh karena itu perlu usaha yang
lebih keras dan tekad yang kuat untuk menggapai cita-cita mulia tersebut.
100
Namun demikian, setiap orang berhak dan mampu untuk menghafalkan
Al Quran. Sesibuk apapun selalu ada waktu untuk Al Quran.Bukan
masalah tempat dan waktu, hanya masalah keyakinan dan kesungguhan
yang kuat. Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan meraih
cita-cita.
Karena aktivitas menghafalkan Al Quran bagi santri kalong itu
adalah di rumah, maka sangat perlu sekali adanya dukungan dan motivasi
dari keluarga terutama kedua orang tua. Sebab, hal itu akan menentukan
dan membantu keberhasilan dalam meraih cita-cita untuk menghafalkan
Al Quran.
C. Penutup
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya. Sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan rasa syukur.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian skripsi belum
mencapai tahap kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan peneliti. Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini,
peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran daripada pembaca.
Semoga dengan kritik dan saran yang pembaca berikan dapat
membangun skripsi ini untuk mendekati tahap kesempurnaan.
101
Peneliti juga ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
atas segala bimbingan, motivasi dan sumbangsihnya dalam proses
penyelesaian penelitian skripsi ini, sehingga mencapai tahap selesai.
Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan
bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
102
DAFTAR PUSTAKA
Al Abyari, Ibrahim. 1993. Sejarah Al Quran. Semarang: Dina Utama.
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1999. Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Yogyakarta:Multi Karya Grafika.
Aminuddin. 1991. Studi Ilmu Al Quran. Bandung: CV Pustaka Setia
Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al Quran untuk Pemula. Jakarta: CV Arttha Rivera.
Arham bin Ahmad Yasin. 2014. Agar Sehafal Al Fatihah. CV Hilal Media Group:
Bogor.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Pengumpulan Data. (Edisi Revisi: PT
Rineka Cipta)
Badwilan Salim. Ahmad. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al Quran. Diva Press:
Jogjakarta.
Dhofir, Zamaskiyah. 1983. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.
Dimjati, Djamaludin. 2008. Menyingkap Kebenaran Al quran. Solo: PT Tiga Serangkai PustakaMandiri.
Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
Paramadina. Moleong, Lexy.J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Munir Mulkhan, Abdul. 2003. Moral Politik Santri-Agama dan Pembelaan Kaum Tertindas.Jakarta: Erlangga.
103
Munjahid. 2007. Strategi Menghafal Al Quran. Bandung: Sinar Baru.
Rumpak, Julius C dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga.Jakarta: Balai
Shihab,Muhammad Quraish. 1999. Wawasan Al Quran: Tafsir Maudhu’I atas PelbagaiPersoalan Umat. Bandung: Mizan.
Sriyanti, Lilik. 201. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al Quran. Bandung:
Mujahid.
Suprayogo Imam dan Tobroni. 2003. Metodologi Sosial Penrlitian Agama. Bandung: PT RemajaRosda Karya.
Thabathaba’I, Allamah. 1998. Mengungkap Rahasia Al Quran. Bandung: Mizan.
Pustaka.
W. Alhafidz, Ahsin.1994. Bimbingan Praktis Menghafal Al Quran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wahid, Wiwi Alawiyah. 2014. Cara Cepat Bisa Menghafal Al Quran.
Yogyakarta: Diva Press.
Zuhdi, Masjfuk. 1997. Pengantar Ulumul Quran. Surabaya: CV Karya Abditama.
http://carapedia.com/pengertian_definisi_masalah_info2192.html. diunduh pada
tanggal 03 September 2015 pukul 08.00 WIB.
104
PEDOMAN WAWANCARA
I. Identitas Informan
1. Nama :Hj. Ma’munah Al Hafidzoh
2. Usia :65 Tahun
3. Pekerjaan/ Jabatan :Pengasuh PP Sirojuddin Assalafiyah
4. Hari/ Tanggal Wawancara :Jum’at, 3 Juli 2015
5. Waktu :09. 00 WIB
II. Butir-butir Pertanyaan
1. Kapan Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah ini berdiri?
2. Siapakah awal mula pendiri PPSA ini?
3. Di mankah bapak pendiri PPSA ini dahulunya menimba ilmu?
4. Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren Sirojuddin
Assalafiyah?
5. Apa arti dari nama Sirojuddin Assalafiyah? Dan kenapa dinamakan PP
Sirojuddin Assalafiyah?
6. Kalau ibu Nyai sendiri dulu menimba ilmunya di mana? Terutama
dalam menghafalkan Al Quran?
7. Apakah santri di PPSA ini semuanya menghafalkan Al Quran?
105
8. Problem apa saja yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan Al
Quran?
9. Bagaimana kurikulum di Pondok Pesantren ini?
106
PEDOMAN WAWANCARA
III. Identitas Informan
6. Nama :
7. Usia :
8. Pekerjaan :Santrikalong PPSA
9. Hari/ Tanggal Wawancara :
10. Waktu :
IV. Sasaran Wawancara
10. Problem apa saja yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan Al
Quran.
11. Solusi atau cara untuk menyikapi problem yang dihadapi santri kalong
dalam menghafalkan Al Quran.
V. Butir-butir Pertanyaan
1. Sudah berapa tahun anda mulai menghafalkan Al Quran di PP
Sirojuddin Assalafiyah?
2. Berapa juz yang sudah mampu anda hafalkan?
3. Bagaimana sistem setoran Al Qurannya, dibatasi atau semampu kita?
107
4. Barapa kali setoran Al Quran dalam 1 hari 24 jam?
5. Bagaimana cara anda dalam menghafal dan menjaga hafalannya?
6. Berapa tahun target anda untuk menyelesaikan hafalan 30 juz?
7. Apakah niat dan motivasi anda untuk menghafalkan Al Quran?
8. Kenapa anda memilih untuk menghafalkan Al Quran di rumah atau
menjadi santri kalong?
9. Adakah problem yang anda hadapi dalam menghafal Al Quran?
10. Problem apa saja yang anda hadapi?
11. Bagaimana solusi atau cara anda dalam menyikapi problem tersebut?
12. Apa saja kesibukan atau aktivitas yabg anda lakukan sehari-hari?
13. Bagaimana anda mengatur waktu untuk menambah hafalan, muroja’ah
dan mengerjakan kesibukan yang anda jalani?
14. Bagaimana latar belakang atau kondisi lingkungan keluarga anda,
dalam arti apakah dari keluarga mendukung anda untuk menghafalkan
Al Quran?
15. Apa yang menjadi harapan anda dalam menghafal Al Quran?
108
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Jumat, 3 Juli 2015
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Ruang keluarga (Ndalem) PP Sirojuddin Assalafiyah
Nama Informan : Hj. Ma’munah Al Hafidzoh
Jabatan : Pengasuh Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah
Peneliti :Kapan pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah ini berdiri?
Informan :Pondok pesantren ini berdiri tahun 1975.
Peneliti :Siapa yang awal mulanya mendirikan pondok ini?
Informan :Pondok ini awalnya didirikan oleh suami saya bapak KH. Muhajir.
Namum kemudian beliau meninggal pada tahun 1992.
Peneliti :Kalau bapak muhajir sendiri lahir pada tahun berapa?
Informan :Beliau lahir pada tahun 1947.
Peneliti :Di mana dulu bapak KH. Muhajir menimba ilmu?
Informan :Wah dulu ngajinya berpindah-pindah mbak Beliau pertama kali
belajar di pondok pesantren Sarang kemudian di Ploso, Jawa Timur
109
dan terakhir di pondok pesantren Tegalrejo, Magelang yang
sekarang diasuh oleh Gus Yusuf Khudlori.
Peneliti :Mungkin ibu mengetahui bagaimana sejarah berdirinya pondok
ini?
Informan :KH Muhajir mendirikan dan merintis pondok pesantren Sirojuddin
Assalafiah ini bersama saya. Dulunya beliau tinggal di dusun
Krajan kemudian membeli tanah di dusun Karang Kidul yang
kemudian didirikanlah pondok ini. Awal berdiri yang mengajar
hanya bapak KH Muhajir beserta istri. Kemudian setelah ada
santrinya yang lulus mulai membantu untuk mengajar di sini. Dulu
di pondok ini santrinya lumayan banyak mbak, sebelum bapak
meninggal. Tapi setelah bapak meninggal santrinya menjadi
berkurang. Karena saya harus berjuang sendiri mengasuh pondok
pesantren ini, sementara anak-anak saya waktu itu juga masih
kecil-kecil. Waktu itu anak saya yang terakhir Sukron Tashudi baru
berusia 6 bulan.
Peneliti :Kalau nama Sirojuddin Assalafiyah itu sendiri artinya apa buk?
Informa :Nama Sirojuddin Assalafiyah adalah nama pemberiyan dari
pengasuh pondok pesantren Assalafiyah, Mlangi Yogyakarta
tempat ibu Hj. Ma’munah menimba ilmu dahulu. Sirojuddin yang
artinya “pelita agama” sedangkan Assalafiyah diambil dari nama
pondok pesantren beliau.
110
Peneliti :Sejak pondok ini berdiri sampai sekarang, apakah sudah banyak
alumni-alumni yang menjadi hafidz atau hafidzoh?
Informan :Kalau dari dulu ya sudah banyak mbak santri yang sudah menjadi
hafidzoh.
Peneliti :Kalau ibuk sendiri dulunya menghafalkan Al Quran di pondok
mana buk?
Informan :Dulu saya mengaji di Pondok Pesantren Assalafiyah Mlangi,
Yogyakarta. waktu menghafalkan Al quran, dulu saya juga sama
mbak seperti santri-santri di sini. Menghafalkan Al qurannya di
rumah. Karena rumah saya dekat dengan pesantren. Tapi kalau
tidurnya saya tetap di pondok. Cuma kalu siangnya saya pulang
kerumah.
Peneliti :Jadi Ibuk dulunya santri kalau juga? Menurut ibuk problem yang
dihadapi santri kalong dalam menghafalkan Al quran itu apa saja?
Informan :Kalau yang dihadapi santri di sini ya paling karena yang ngaji Al
Quran di sini itu tidak focus hanya menghafalkan Al Quran saja
melainkan sambil ada yang bekerja, kuliah dan lain-lain. Maka
waktunya yang untuk Al Quran itu jadi sedikit. Mereka kadang-
kadang ngaji kadang-kadang juga tidak. Kalau badan sudah kesel
kan mau menghafalkan juga malas. Padahal kalau menghafalkan
111
Al Quran itu dibutuhkan otak yang fress dan badan yang tidak
terlalu capek.
Peneliti :Bagaimana kurikulum di pondok pesantren ini?
Informan :Kurikulum di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah meliputi
pengajaran kitab dan penghafalan Al Quran. metode yang dipakai
tidak lepas dari metode salafi yang diterapkan sejak waktu pondok
ini masih dipimpin oleh KH. Muhajir. Kurikulumnya memang
belum teratur, karena sebagian besar yang mengaji di sini adalah
anak-anak kampung atau para santri kalong. Sehingga jika
peraturannya dibuat ketat seperti pada pondok-pondok lain maka
kemungkinan anak-anak malah tidak mau mengaji lagi.
112
HASIL WAWANCARA
Nama : MC
Usia : 25 Tahun
Pekerjaan : Santri kalong PP Sirojuddin Assalafiyah
Hari/ Tanggal Wawancara : Sabtu ,7 Juli 2015
Waktu : 17.00- 18.30 WIB
Peneliti :Sudah berapa tahun mbak mulai menghafalkan Al Quran di
Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah?
Informan :Saya mulai menghafalkan Al Quran sejak lulus SMP tahun
2005/2006, di pondok Magelang selama 8 bulan, tapi saya tidak
krasan akhirnya pulang. Setelah itu kerja di apotik dan tidak
mikirin lagi tentang hafalan. Tahun 2009 akhir baru saya mulai
menghafalkan Al Quran di sini.
Peneliti :Waktu di pondok Magelang mbak sudah dapat berapa juz? Dan
khatam Al Quran di pondok ini tahun berapa?
Informan :Waktu di Magelang saya baru dapat 5 juz. Terus kalau di sini saya
khatam setoran tanggal 10 Mei 2011.
Peneliti :Subhanallah.. berarti mbak hanya membutuhkan waktu satu
setengah tahun untuk bisa khatam setoran Al Qurannya. Wah keren
113
mbak.hehe..memangnya dulu pas setoran suka berapa halaman
mbak?
Informan :Dulu saya setorannya satu hari seperempat juz mbak.
Peneliti :Bagaimana cara mbak dalam menghafalkan Al Quran, mungkin
ada metode khusus sehingga mbak bisa setoran sehari seperempat
juz itu sangat luar biasa lo?
Informan :Saya tidak ada metode khusus mbak dalam menghafalkan Al
Quran, saya menghafalnya langsung per ayat dihafalkan. Dulu kan
santri di sini lumayan banyak mbak. Setelah subuh waktu santri-
santri yang lain pada setoran, saya baru menghafalkan hafalan baru
yang mau disetorkan itu di belakang. Saya kan majunya suka yang
paling akhir mbak.
Peneliti :Kenapa mbak baru menghafalkan saat itu juga?
Informan :Ya karena tidak ada waktu aja mbak. Sebelum saya kerja kan dulu
saya ikut ndalem mbak. Jadi saya harus bantu-bantu di ndalem,
mulai dari masak, nyuci, member makan ayam dan lain-lain.
Peneliti :Apakah niat dan motivasi mbak untuk menghafalkan Al Quran.
mungkin ada cerita tersendiri bagaimana sampai akhirnya mbak
punya krentek untuk menghafalkan Al Quran?
Informan :Dari SD saya memang sudah punya keinginan untuk menjadi
penghafal Al Quran mbak. Kalau yang menjadi motivasi terbesar
114
ya karena banyak sekali keutamaan-keutamaan dari seorang yang
menjadi hafidzoh baik di dunia maupun di akhirat nantinya.
Peneliti :Kenapa anda memilih untuk menghafalkan Al Quran di rumah
atau menjadi santri kalong?
Informan :Karena keadaan mbak. Dari orang tua tidak memberikan
sepeserpun biaya pada saya. ya akhirnya bagaimana caranya saya
harus tetap bisa hidup tanpa biaya dari orang tua. Awalnya saya
ikut ndalem, tapi lama-lama kan gak enak sama teman-teman mbak
kalau biaya makan, sabun semuanya dari ndalem. Kemudian saya
sambil kerja mengasuh anak kecil di sini.
Peneliti :Adakah problem yang mbak hadapi saat menghafalkan Al Quran
maupun saat ini dalam menjaga hafalan A Quran?
Informan :Kalau saat ini problem yang cukup berarti mungkin tidak ada
mbak. Kalau masalah-masalah kecil ya pasti ada namun itu tidak
terlalu mengganggu. Kalau dulu waktu masih menghafalkan Al
Quran problem terbesarnya ya karena tidak ada dukungan dan
biaya sepeserpun dari orang tua. Jadi saya mesti mandiri, mencari
uang sendiri untuk memenuhi kebutuhan. Awalnya saya ikut
ndalem, kemudian saya kerja sebagai pengasuh anak. Pagi dan
siangnya saya bekerja dan malamnya saya ngaji.
115
Peneliti :Lalu hal itu mengganggu tidak mbak dalam menghafalkan Al
Quran? terus bagaimana mbak menyikapinya?
Informan :Ya jelas sangat mengganggu sekali mbak. Tapi saya jalani aja apa
yang sudah ditakdirkan oleh Allah. Setiap orang yang
menghafalkan Al Quran pasti mempunyai cobaan sendiri-sendiri
dan semakin besar cobaan yang kita hadapi semakin besar pula
berkahnya. Tidak ada kesuksesan yang didapat dari hanya sekedar
bersenang-senang.
Peneliti :Lalu apa lagi mbak masalah yang mbak hadapi dulu?
Informan :Karena saya harus sambil bekerja maka waktu khusus yang saya
punya untuk menghafalkan Al Quran itu sangat kurang sekali.
Alhamdulillah saya kalau menghafalkan Al Quran bisa cepat.
Untuk mensiasati hal itu, maka di manapun tempat yang bisa
sambil menghafalkan Al Quran ya saya menghafalkan Al Quran
mbak. Seperti sambil masak, sambil ngasuh anak dll.
Pebeliti :Oh begitu ya mbak. Mungkin masih ada lagi?
Informan :Saya tu sering banget udzuh mbak. Kalau biasanya orang udzhur
kan sebulan sekali. itu biasanya 6-7 hari sudah suci. La saya itu
dalam sebulan sucinya cuma 15 hari kadang juga malah istikhadoh.
Jadi kan otomatis menghafalkan Al Qurannya juga terhenti.
Peneliti :Lalu bagaimana mbak menghadapi hal itu?
116
Informan :Kalau pas lagi udzhur saya sering membaca tafsirnya Al Quran
mbak. Atau baca-baca terjemahannya Al Quran pakai Al Quran
terjemah. Kalau dulu saya belum bawa HP mbak, kalu sekarang
lagi udzhur mah bisa mendengarkan murotal Al Quran melalui
headset, atau kadang saya meminta orang lain untuk membacakan
Al Quran.
Peneliti :Sekarang ini apa yang menjadi harapan mbak, kan udah bisa jadi
hafidzoh ?
Informan :Harapan saya adalah bisa mencetak generasi penghafal Al Quran
sebanyak-banyaknya mbak.
117
HASIL WAWANCARA
Nama : KLF
Usia : 23 Tahun
Pekerjaan :Ibu rumah tangga dan Santri kalong PP Sirojuddin
Assalafiyah
Hari/ Tanggal Wawancara : Sabtu ,7 Juli 2015
Waktu : 16.00-17.00
Peneliti :Sudah berapa tahun mbak mulai menghafalkan Al Quran di
Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah?
Informan :Saya mulai menghafalkan Al Quran kurang lebih sudah satu
setengah tahun.
Peneliti :Dan sekarang berapa juz yang sudah mampu mbak hafalkan?
Informan :Sekarang saya setorannya baru sampai surah As Shafat juz 24.
Peneliti :Bagaimana system setorannya mbak, dibatasi atau semampunya?
Informan ;Kalau di sini yang mengaji Al Quran kan santri kalong semua
mbak. Jadi untuk setorannyapun tidak dibatasi semampu santri
yang mau setoran saja. Kalau saya biasanya satu hari satu lembar
setorannya. Setelah shalat subuh.
118
Peneliti :Lalu bagaimana cara mbak dalam menghafalkan Al Quran?
Informan :DAibaca semua satu halaman minimal 10 kali. Kemudian baru
dihafalkan per ayat.
Peneliti :Berapa tahun lagi target mbak dalam menyelesaikan hafalan 30
juz?
Informan :Saya tidak ada target mbak. Yang penting dijalani aja semaksimal
mungkin semampu saya.Cuma saya tetap mempunyai keinginan
untuk bisa menyelesaikan hafalan Al Qurannya sampai 30 juz.
Peneliti :Apa niat dan motivasi terbesar mbak dalam menghafalkan Al
Quran. Bagaimana awalnya sehingga mbak bisa mempunyai
keinginan untuk menghafalkan Al Quran?
Informan :Awalnya saya liat temen yang hafidzoh. Kemudian hati saya
tergugah untuk bisa jadi seperti dia. Saya sangat dekat sekali
dengan teman saya itu. Awalnya saya menghafalkan juz 30 dan
surat-surat penting serta juz 1. Kemudian saya lanjutkan sekalian.
Kalau yang menjadi motivasi terbesar mungkin ya dari teman saya
itu mbak. Saya dekat banget dengan dia. Dia yang selalu
menyemangati dan memotivasi saya agar saya menghafalkan Al
Quran. Dan juga dari orang yang saya cintai, yang sekarang
menjadi mantan saya karena saya harus menikah dengan orang
lain.
119
Peneliti :Kenapa mbak memilih menghafalkan Al Quran di rumah atau
dengan menjadi santri kalong?
Informan :Karena saya sibuk dan sudah menikah mbak. Orang tua maupun
suami tidak mengizinkan saya mondok pesantren.
Peneliti :Adakah problem yang mbak hadapi dalam menghafalkan Al
Quran?
Informan :Wah problemnya bnayak sekali mbak jika harus diceritakan.
Peneliti :Ya dari satu-satu mbak..hehe saya siap kok mendengarkan
ceritanya.
Informan :Pertama dari orang tua dan suami saya kurang mendukung dan
memberikan semangat dalam saya menghafalkan Al Quran mbak.
Dan ini sangat mengganggu sekali karena selain saya sebagai ibu
rumah tangga. Saya juga masih disuruh kerja di toko jilbab.
Sehingga watu saya dalam menghafalkan Al Quran itu sedikit
sekali.
Peneliti :Lalu bagaimana mbak menghadapi masalah tersebut?
Informan :Gimana ya mbak. Kalau dari orang tua dan suami yang kurang
mendukung saya cuek aja sih, saya sering sher atau cerita sama
teman. Teman yang tadi yang selalu memotivasi saya. nah dari
situlah saya menemukan semangat kembali. Kalau mengenai waktu
yang memang sedikit sekali, paling tidak saya dalam setiap harinya
120
harus nderes Al Quran itu aja. dan Alhamdulillah sampai saat ini
saya masih tetap bisa.
Peneliti :Lalu apa lagi mbak masalah yang mbak hadapi dalam
menghafalkan Al Quran?
Informan :Dulu waktu saya menghafalkan Al Quran baru dapat setengah,
saya dipaksa untuk menikah sama orang tua saya mbak. Dengan
orang yang tidak saya cintai lagi. Saya tidak bisa berbuat lebih
mbak. Akhirnya saya tetap menuruti kemauan orang tua saya. hal
itu sangat mengganggu sekali dalam saya menghafalkan Al Quran.
Bahkan karena hal itu sempat membuat saya sakit selama kurang
lebih 3 bulan. Dan otomatis saat saya sakit hafalan Al Quran saya
jadi terhenti mbak.
Peneliti :Berat sekali ya mbak ujiannya. Lalu bagaimana mbak menghadapi
hal itu, sehingga sampai sekarang masih tetap bisa menghafalkan
Al Quran?
Informan :Teman saya yang selalu memotivasi dan menyemangati saya
mbak, sehingga saya bisa bangkit kembali untuk tetap melanjutkan
hafalan Al Quran saya. dan dengan semakin menyibukan diri
dengan Al Quran, saya merasa lebih tenang dalam menghadapi
masalah-masalah saya.
121
Peneliti :Kalau kesibukan atau aktivitas yang mbak lakukan sehari-hari itu
apa saja mbak?
Informan :Kesibukan saya selain menghafalkan Al Quran yaitu kerja
disebuah toko jilbab mbak dari pagi sampai sore, mengajar TPA,
mengurus rumah dan juga suami mbak.
Peneliti :Lalu bagaimana cara mbak mengatur waktu untuk menambah
hafalan, murojaah dan mengerjakan kesibukan mbak?
Informan :Satu jam waktu saya gunakan untuk menambah hafalan 2
halaman, dan dua jam saya gunakan untuk murojaah hafalan yang
udah lalu. Selebihnya saya gunakan untuk mengerjakanaktivitas
yang lain.
Peneliti :Bagaimana latar belakang atau kondisi lingkungan keluarga mbak,
dalam arti apakah dari lingkungan keluarga mendukung dalam
mbak menghafalkan Al Quran?
Informan :Seperti yang saya katakana tadi mbak dari orang tua dan suami
kurang mendukung dalamsaya menghafalkan Al Quran.
Peneliti :Satu lagi pertanyaan saya mbak, apa yang sekarang menjadi
harapan mbak dalam menghafalkan Al Quran ini?
Informan :Harapan saya semoga say bisa menyelesaikan hafalan Al Quran
ini, dan bisa menjadi hafidzoh yang sejati serta sampai saat ini saya
masih tetap berharap saya bisa menikah dengan orang yang saya
122
cintai itu mbak. Hehe mungkin memang sedikit gila, namun
memang seperti itulah kenyataaannya.
123
HASIL WAWANCARA
Nama : KJ
Usia : 21 Tahun
Pekerjaan : Santri kalong PP Sirojuddin Assalafiyah
Hari/ Tanggal Wawancara : Sabtu ,5 Juli 2015
Waktu : 17.00- 18.30 WIB
Peneliti :Sudah berapa tahun mbak mulai menghafalkan Al Quran di
Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah?
Informan :Saya mulai menghafal Al Quran bulan Desember 2011 dan selesai
setoran pada bulan Februari 2015.
Peneliti :Berarti mbak bisa menyelesaikan hafalan Al Qurannya dalam
waktu 3 tahun?
Informan :Ya begitulah mbak. Kalau untuk setoran hafalan saya memang
selesai 3 tahun. Tapi ya sampai sekarang masih belum bisa mbak
kalau untuk simaan Al Quran 30 juz. Saya masih proses
melancarkan hafalan, mengulang-ulang hafalan yang dulu.
Peneliti :Masih disetorankan juga sama guru ngaji mbak?
124
Informan :Iya mbak. Setiap ba’da subuh dan ba’da magrib saya masih
setoran.
Peneliti :Biasanya berapa halaman yang disetorkan sekarang?
Informan :Biasanya sekarang saya setoran setiap satu pertemuan seperempat
juz mbak.
Peneliti :Kalau dulu bagaimana cara mbak dalam menghafal dan menjaga
hafalan Al Qurannya?
Informan :Dulu cara saya menghafalkan itu per kalimat diulang-ulang mbak,
kemudian per ayat. Setelah itu baru secara keseluruhan satu
halaman. Di ulang-ulang terus sampai saya hafal. Kadang ada ayat
yang mudah untuk dihafal tapi terkadang juga ada yang sulit sekali
dihafalnya. Kalau untuk menjaga hafalan paling tidak saya
ngulang sehari seperempat juz. Dulu saya fokusnya itu adalah
ngejar setoran atau ngejar khatam mbak bukan ngejar
lanyah(lancar). Jadi ya meskipun sekarang udah khatam setoran 30
juz tapi ya belum lancar-lancar juga hafalannya.hehe
Peneliti :Kanapa mbak memilih untuk ngejar khatam dulu bukan ngejar
lanyah? Bukannya nanti malah keteteran mbak kalau belum lancar
pada hafalan yang satu tapi sudah pindah kehafalan selanjutnya?
Informan :Bener sih mbak sampai sekarang saya juga belum lancar-lancar.
Dulu saya berfikirnya yang penting setiap hari berangkat ngaji,
125
bisa menambah hafalan setiap hari. Soalnya kalau ngulang itu tidak
sesulit saat membuat hafalan baru.
Peneliti :Apakah niat dan motivasi anda untuk menghafalkan Al Quran.
mungkin ada cerita tersendiri bagaimana sampai akhirnya mbak
punya krentek untuk menghafalkan Al Quran?
Informan :Awalnya kan saya ngaji Al Quran bi nadhor saja tidak ada niat
buat menghafal Al Quran. Terus setelah selesai bi nadhor sama
guru saya malah disuruh menghafalkan Al Quran sekalian.
Awalnya saya ragu juga apakah saya bisa. Soalnya saya itu bodoh
mbak. Tapi guru bilang kalau menghafalkan Al Quran itu yang
penting temen (rajin). Ya terus saya coba untuk menghafalkan Al
Quran. dan ternyata emang sulit mbak.hehehe
Peneliti :Hehehe.. tapi apa yang menjadi motivasi mbak dalam
menghafalkan Al Quran yang mungkin kata mbak itu sulit atau
tidak mudah? Kenapa mbak masih tetap bisa bertahan?
Informan :Motivasi terbesar saya adalah ibu dan kakak saya. Mereka adalah
orang yang paling berjasa besar dalam saya menghafalkan Al
Quran. Mereka yang selalu terus menyemangati dan memotivasi
saya agar saya kuat menghadapi apapun cobaan dalam
menghafalkan Al Quran. Mereka bilang sayalah harapan mereka
satu-satunya yang mungkin nantinya akan bisa mengangkat derajat
orang tua dan keluarga kelak di akhirat sana.
126
Peneliti :Jadi dari keluarga sangat mendukung sekali dalam mbak
menghafalkan Al Quran?
Informan :Iya mbak terutama ibu dan kakak saya yang pertama. Ayah saya
sudah meninggal sejak saya masih kecil sekali. jadi kakaklah yang
sekaligus berperan menjadi sosok ayah bagi saya. Mereka sangat
mendukung sekali dalam saya menghafalkan Al Quran, bahkan
apapun rela mereka lakukan agar saya bisa jadi seorang hafidzoh.
Peneliti :Kenapa mbak memilih untuk menghafalkan Al Quran di rumah
atau menjadi santri kalong?
Informan :Sebenarnya dulu saya pernah mondok mbak di Magelang. Tapi
saya tidak krasan. Saya tu gak bisa pisah dari ibu. Ya akhirnya saya
menghafalkan Al Qurannya ya di rumah saja. Padahal dari
keluarga juga pengennya saya mondok. Setelah ini lebaran ini saya
malah disuruh mondok di Krakitan untuk melancarkan hafalan
saya.
Peneliti :Adakah problem yang anda hadapi dalam menghafal Al Quran?
Informan :Wah ya banyak mbak.
Peneliti :Apa saja problem yang anda hadapi dalam menghafalkan Al
Quran?
127
Informan :Seperti yang saya bilang tadi mbak..bahwa saya itu mungkin
bodoh. Kalau menghafal tu tidak nyantel-nyantel. Kadang aku
sumpek juga. Kenapa tidak bisa-bisa.
Peneliti :Lalu bagaimana mbak menyikapi hal tersebut?
Informan :Ya kalau saya tu yang penting dijalani. Mau bagaimanapun
susahnya ya yang penting tetep istiqomah, rajin menghafal. Itu saja
mbak. Meskipun kadang kalau setoran itu saya mesti dituntun
setiap ayatnya oleh guru saya. dan jugal,
Peneliti :Memangnya jarak ke pondok dari rumah mbak itu cukup jauh?
Lalu bagaimana mbak menghadapinya?
Informan :Sebenarnya tidak terlalu jauh tapi saya pergi kesananya dengan
jalan kaki. Huhuhu kadang suka malu mbak kalu disalip
motor.saya suka curhat sama guru ngaji saya, kok saya begini-
begini. Pokoknya setiap saya ada masalah apa saja saya pasti
curhatnya sama gurusaya kecuali masalah cinta.hehe bisa-bisa saya
didamprat sama guru ngaji saya.Dan guru saya bilang kalau
dulunya dia juga sering seperti itu.
Peneliti :Selain itu apalagi mbak problemnya dan bagaimana dalam mbak
menyikapi problem tersebut?
Informan :Kalau mau diceritakan semua banyak sekali mbak. Pertama
mungkin masalah ekonomi. Kadang saya pengen kerja untuk
128
membantu orang tua. Memang saya itu berasal dari keluarga yang
mungkin pas-pasan bahkan bisa dibilang kekurangan. Tapi orang
tua dan kakak saya tidak mengizinkan saya untuk bekerja. Kadang
tu saya pengen seperti yang lain kaya pengen HP bagus, pengen
punya motor dll. Pokoknya masih kepingin dengan hal-hal yang
bersifat duniawi. Cara mensikapinya ya saya mencoba belajar
qonaah aja. menerima apapun pemberian dari Allah.
Peneliti :Lalu selanjutnya mbak?
Informan :Terus problem yang paling mengganggu itu adalah cowok mbak.
Dulu saaya itu sering sekali disakiti sama cowok. Teruskan jadi
galau. Nah kalau hati udah galau jadi sukar buat nderes qurannya
lagi. Dan godaan terberat dalam menghafalkan Al Quran adalah
ini.
Peneliti :Terus sekarang mbak masih punya pacar? lalu bagaimana caranya
mbak menghadapi hal itu. Kanapa gag mbak putusin aja tu
pacar.?hehehe
Informan :Haha kejam amat mbak. Iya saya memang masih punya pacar.
saya belum punya solusi mbak buat masalah ini. Cuma dari orang
tua, kakak dan teman-teman saya melarang keras saya berpacaran
apalagi sama dia. Memang dia tu agak sedikit nakal orangnya. Dan
bodohnya saya tetep aja cinta sama dia. Makanya setelah lebaran
ini orang tua dan kakak menyuruh saya buat mondok.
129
Peneliti :Kalau dari suasana rumah sendiri mendukung gag mbak buat
menghafalkan.?
Informan :Yah kadang mendukung kadang tidak mbak. Karena ya kalau
dirumah kan saya sendiri yang menghafalkan. Kadang anggota
yang lain ada yang nonton TV kan saya juga jadi pengen ikut
nonton TV. Yang lain tidak puasa, terus saya harus puasa sendiri.
Peneliti :Owh mbak sering mengamalkan puasa apa mbak ?
Informan :Saya sering puasa daud mbak. Disuruh oleh guru ngaji saya untuk
memudahkan dalam menghafalkan Al Quran.
Peneliti :Terus masih ada lagi mungkin mbak problemnya?
Informan :Mungkin sementara itu mbak problem terbesarnya. Oh iya mbak
dulu saya itu sering sakit. Entah itu yang sakit tipeslah, seseklah
atau kadang Cuma sakit batuk biasa. Kan kalau badan lagi sakit,
menghafal Al Quran juga gag enak. Dan dari keluargalah yang
selalu menguatkan saya. kakak saya bilang pokoknya apapun yang
terjadi saya harus tetap kuat. Bahkan kakak saya yang pertama itu
rela untuk tidak nikah dulu sementara 2 kakak saya yang lain udah
menikah. dia ingin saya menjadi hafidzoh dulu, karena kalau dia
udah nikah siapa lagi yang akan menyemangati, menguatkan dan
terutamamembantu membiayai saya.
Peneliti :Wah besar banget ya perjuangan kakak mbak pada mbak.
130
Informan :Iya mbak. Kadang tu saya merasa menyesal kalau udah bikin
kakak marah. Terutama kalau saya pacaran. Hehehe..maafin saya
yang selalu bikin kakak marah.
Peniliti :Hahaha..baru nyadar tu kalau ternyata anda biyeng.hehe.. terus
kesibukan atau kegiatan mbak selain menghafal Al Quran itu apa?
Informan :Saya kalau dirumah ya paling Cuma ngafalin Quran mbak sam
membantu pekerjaan orang tua, sama ngajarin anak-anak TPA.
Peneliti :Terus bagaimana cara mbak dalam mengatur waktu, untuk
menambah hafalan, murojaah dan mengerjakan aktifitas mbak?
Informan :Biasanya kalau saya kalau setelah subuh menambah hafalan 1
halaman setiap hari, setelah dzuhur melancarkan hafalan. Dan
setelah isya’ murojaah atau mengulang hafalan.
Peneliti :Bagaimana latar belakang atau kondisi lingkungan keluarga anda,
dalam arti apakah dari keluarga mendukung anda untuk
menghafalkan Al Quran?
Informan :Wah jangan ditanya mbak. Kalau dari keluarga sangat mendukung
sekali dalam saya menghafalkan Al Quran meski memang keluarga
juga dari kalangan orang biasa, maksudnya untuk ilmu
pengetahuan tentang agama mungkin memang tidak terlalu dalam
tapi mereka mempunyai perhatian yang besar terhadap agama.
131
Peneliti :Hehe..iya saya mengerti. Itu cuma pertanyaan formal belaka.
Kemudian apa nie yang sekarang menjadi harapan mbak terutama
pada hafalan Qurannya mbak?
Informan :Harapannya saya pengen cepet bisa lancar hafalan Al Qurannya,
bisa disima’ 30 juz biar kakak saya bisa segera menikah sama
orang yag dicintainya.hehe amiiin. Terus saya juga ingin punya
murid, bisa jadi bu nyai dan semoga saya nanti bisa mempunyai
suami yang hafidz juga..amin ya Rabb..
Peneliti :Amin ya Rabbal alamin. Saya bantu mengamini ya mbak..hehe
semoga apa yang mbak harapkan diijabah oleh Allah swt. Kalau
pengen punya suami yang hafidz, makanya tinggalin pacar mbak
yang sekarang..hahaha piss just kidding.
132
HASIL WAWANCARA
Nama : Annisa Dwi Apriliyani
Usia : 21 Tahun
Pekerjaan :Mahasiswa dan Santri kalong PP Sirojuddin
Assalafiyah
Hari/ Tanggal Wawancara : Kamis,2 Juli 2015
Waktu : 10.00- 12.00 WIB
Penelit :Sudah berapa tahun mbak mulai menghafalkan Al Quran di
Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah?
Informan :Belum lama mbak, mungkin baru sekitar setengah tahun lebih.
Peneliti :Berapa juz yang sudah mampu anda hafalkan?
Informan :Hehe belum banyak mbak. Baru dapat 5 juz insya Allah.
Peneliti :Subhanallah..baru setengah tahun sudah dapt 5 juz. Barapa kali
setoran Al Quran dalam 1 hari 24 jam?
Informan :Kalau saya biasanya 2 kali mabk. Ba’da subuh untuk menambah
hafalan dan malamnya untuk deresan atau muroja’ah.
Peneliti :Bagaimana sistem setoran Al Qurannya, dibatasi atau semampu
kita?
133
Informan :Ya semampu kita mbak. Idealnya sich kalau satu hari nambah satu
halaman. Tapi kadang kalau saya belum siap buat setoran juga gak
berangkat mbak..hehe
Peneliti :Bagaimana cara anda dalam menghafal dan menjaga hafalannya?
Informan :Kalau cara saya menghafal ya dengan menghafal ayat per ayat.
Sebelum saya menghafal pada halaman itu secara keseluruhan saya
ulang-ulang terus dulu mbk ya minimal 5 kali agar familiyer
dengan ayat-ayat itu. Kemudian saya hafalan ayat per ayat. Saya
baca juga terjemahannya supaya kalau lupa arabnya saya bisa
sambil mengingat-ingat artinya. Kalau untuk menjaga hafalan
sebisa mungkin setiap harinya saya muroja’ah hafalan yang udah
lama 2 juz. Tapi kalau lagi sibuk banget ya minimal seperempat
juz.
Peneliti :Berapa tahun target anda untuk menyelesaikan hafalan 30 juz?
Informan :Target saya maksimal 3 tahun mbak. Tapi lebih cepat lebih baik.
Semoga saja bisa tercapai.Amiiin
Peneliti :Apakah niat dan motivasi anda untuk menghafalkan Al Quran.
mungkin ada cerita tersendiri bagaimna sampai akhirnya mbak
punya krentek untuk menghafalkan Al Quran?
Informan :Kalau awalnya sih saya Cuma cuba-coba mbak dan akhirnya
mulai tergoda untuk menghafalkan semuanya 30 juz insya Allah.
134
Saya memang dari dulu sudah punya keinginan untuk menghafal
tapi baru hanya sebatas keinginan saya. belum berani untuk
memulainya. Ya karena dulu masih takut mbak.
Peneliti :Takut kenapa mbak?
Informan :Ya takut aja mbak, katanya menghafalkan Al Quran berat, kalau
gak kuat malah bisa stres, dan kalau sampai lupa dosanya besar
banget. Terus dulu saya masih merasa gak pantes aja buat
menghafalkan Al Quran, karena saya belum bisa menjadi orang
yang baik. Tapi setelah saya mengetahui lebih banyak tentang
tahfidzul Quran dari buku-buku, media massa, dan dari teman-
teman yang menghafalkan Al Quran ternyata menghafalkan Al
Quran itu tidak seserem yang yang saya bayangkan. Dan akhirnya
saya punya keberanian untuk memulai menghafalkan Al Quran. ya
meskipun saya belum menjadi orang baik juga sich, tapi menurut
saya tidak harus menunggu baik dulu baru kita mau menghafalkan
Al Quran, justru dengan semakin banyak berinteraksi dengan Al
Quran akan memperbaiki diri kita.
Peneliti :Dan yang menjadi motivasi terbesar mbak dalam menghafalkan Al
Quran itu apa?
Informan :Yang menjadi motivasi saya untuk tetap menghafalkan Al Quran
meski kadang menemui berbagai rintangan itu karena saya ingat
akan mati mbak. Bahwa hidup di dunia ini hanya sementara,
135
beratnya hidup di dunia ini Cuma sementara. Karena itu saya
berharap agar dengan menghafalkan Al Quran ini atau dengan bisa
menjadi seorang hafidzoh dapat menolong saya nanti ketika di
akhirat.
Peneliti :Kenapa anda memilih untuk menghafalkan Al Quran di rumah
atau menjadi santri kalong?
Informan :Emm kanapa ya mbk..hehe mungkin Karena kondisinya belum
memungkinkan untuk saya mondok pesaantren. Kuliah saya belum
selesai dan setelah kuliah juga belum tahu pasti mau seperti apa.
Tapi saya punya tekat mbak apapun nantinya profesi atau
kesibukan yang akan saya pilih saya akan tetap menghafal dan
menjaga Al Quran semaksimal mungkin semampu saya.
Peneliti :Owh begitu ya mbak. Sekarng mbk sudah semester berapa?
Informan :Saya sudah semester tujuh mbk. Pengennya setelah kuliah selesai
mau mondok biar bisa lebih fokus dan konsentrasi dalam
menghafalkannya. Tapi orang tua sepertinya kurang mendukung
katanya udah terlanjur dewasa dan alasan-alasan lain.
Peneliti :Adakah problem yang anda hadapi dalam menghafal Al Quran?
Informan :Wah kalau problemnya sich banyak sekali mbak.hehe
Peneliti :Problem apa saja yang anda hadapi serta bagaimana mbak
menyikapinya?
136
Informan :Pertama dari suasana rumah yang kurang mendukung mbak.
Kadang kalau saya lagi nderez, terutama kalau siang sering ramai
keponakan-keponakan saya. kalau malam setelah isya’ kadang ada
tamu yang ngobrol sampai malam gitu. Kan saya jadi sungkan aja
mbak buat nderes. Cara mensikapinya masalah itu, biasanya saya
cari waktu yang sepi, yaitu pas tengah malam setelah qiyamul lail
untuk menambah hafalan dan mengulang hafalan yang masih baru.
Karena itu dibutuhkan konsentrasi yang cukup. Dan untuk
siangnya saya gunakan untuk murojaah hafalan yang mungkin
sudah agak melekat. Lalu problem selanjutnya dari keluarga saya
kurang mendukung mbak dalam saya menghafalkan Al Quran.
kalau saya lagi menghafalkan kadang udah dipanggil-panggil
untuk melakukan inilah itulah. Kadang saya sering ditinggal-
tinggal dan harus menjaga toko sendiri. Sementara untuk
menghafalkan sambil menjaga toko sulit sekali mbak masuknya.
Cara saya menghadapi masalah ini saya banyak berteman dengan
orang-orang yang juga menghafalkan Al Quran dan Hafidzoh, dari
mereka saya selalu mendapatkan motivasi dan semangat baru.
Peneliti :Lalu apalagi mbak problem yang dihadapi?
Informan :Masalah pembagian waktu untuk Al Quran yang kurang mbak,
terutama kalau pas lagi sibuk banget dengan tugas-tugas kuliah,
dengan kesibukan dirumah dan lain-lain.
137
Peneliti :Bagaimana solusi atau cara anda dalam menyikapi problem
tersebut?
Informan :Saya kalau lagi subuk banget paling gak menambah hafalan baru
mbak tapi cuma murojaah saja. Paling tidak murojaah seperempat
juz itu minimal setiap harinya.
Peneliti :Apa saja kesibukan atau aktivitas yang mbak lakukan sehari-hari?
Mungkin bisa minta jadwal kegiatan mbak dari mulai bangun tidur
sampai tidur lagi?
Informan :Oh iya bisa mbak. Kesibukan aku kuliah di STAINU, kalau di
rumah ya membantu pekerjaan orang tua, dan menjaga toko.
Peneliti :Bagaimana anda mengatur waktu untuk menambah hafalan,
muroja’ah dan mengerjakan kesibukan yang anda jalani?
Informan :Kalau menambah hafalan saya lakukan pagi hari mbak. Kalau bisa
setelah shalat malam. Kalau terpaksanya gak bangun buat shalat
malam ya setelah subuh sebelum dan sesedah ngaji. Kalau
murojaah saya lakukan setiap ba’da shalat. Minimal setengah juz
setiap ba’da shalat. Ya sesibuk apapun sebisa mungkin
meluangkan waktu untuk Al Quran. ada waktu khusus untuk
menghafalkanAl Quran. kalau saya waktu khususnya dalam
menghafal Al Quran yaitu setelah shalat malam itu.
138
Peneliti :Bagaimana latar belakang atau kondisi lingkungan keluarga anda,
dalam arti apakah dari keluarga mendukung anda untuk
menghafalkan Al Quran?
Informan :Seperti yang saya katakana tadi mbak. Dari orang tua saya kurang
mendukung dalam saya menghafalkan Al quran. mereka
mengizinkan sih saya menghafalkan Al Quran tapi tidak pernah
mendukung sama sekali. bahkan dulu pernah mbak saya sakit tifus,
eh orang tua saya malah menyuruh saya berhenti dulu ngafalin Al
Qurannya katanya aku kebanyakan pikiran. Orang tua memang
memahaman tentang agamanya masih kurang, dan mereka kurang
perhatian dalam masalah urusan agama.
Peneliti :Apa yang menjadi harapan anda dalam menghafal Al Quran?
Informan :Harapannya saya bisa menjadi seorang hafidzoh yang sejati yang
bisa mengamalkan dan mengajarkan ilmunya tanpa rasa
sombong,bisa menjaga hafalan Al Qurannya sampai ajal datang
menjemput dan semoga Al Quran bisa menjadi penolong nanti
saya hidup di akhirat.
139
HASIL WAWANCARA
Nama : KN
Usia : 26 Tahun
Pekerjaan : Karyawati dan Santri kalong PP Sirojuddin
Assalafiyah
Hari/ Tanggal Wawancara : Kamis,3 Juli 2015
Waktu : 10.00- 12.00 WIB
Peneliti :Sudah berapa tahun mbak mulai menghafalkan Al Quran di
Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah?
Informan :Kurang lebih sudah 3 tahunan mbak.
Peneliti :Berapa juz yang sudah mampu anda hafalkan?
Informan :Ya kira-kira baru 10 juz mbak..insya Allah.
Peneliti :Subhanallah.. Barapa kali setoran Al Qurannya dalam 1 hari 24
jam?
Informan :Wah tidak pasti mbak. Suka semampu saya saja.hehe paling satu
minggu cuma tiga kali. Seharusnya sich satu hari dua kali, untuk
setoran dan deresan, tapi kalo saya sebisanya aja. Kadang dalam
sehari juga tidak pasti bisa menambah hafalan.
140
Peneliti :Bagaimana cara anda dalam menghafal dan menjaga hafalannya?
Informan :Cara saya dalam menghafal pertama 1 halaman dibaca 20 kali
secara keseluruhan, kemudian per ayat dibaca lagi 20 kali, kalau
sudah dapat setengah halaman diulangi dari awal di baca 20 kali
lagi. Kemudian ayat selanjutnya dibaca 20 kali. Jika sudah selesai
dari pertengahan halaman itu diulangi lagi 20 kali. Setelah itu
diulang kembali tanpa melihat mushaf sampai benar-benar lancar.
Cara saya dalam menjaga hafalan satu hari muroja’ah 1 juz, jika
tidak mampu paling tidak 1 hari seperempat halaman.
Peneliti :Mungkin ada target Berapa tahun anda akan untuk menyelesaikan
hafalan 30 juz?
Informan :Saya gak ada target mbak. Karena bu Nyai pernah ngendiko kalau
menghafalkan Al Quran itu ditargetkan takutnya nanti jika sampai
pada batas waktunya target kita dan kita belum mampu
menyelesaikan hafalan takut semangat untuk menghafal itu akan
hilang.
Peneliti :Apakah niat dan motivasi anda untuk menghafalkan Al Quran.
mungkin ada cerita tersendiri bagaimna sampai akhirnya mbak
punya krentek untuk menghafalkan Al Quran?
Informan :Sebenarnya saya sudah sejak dari SMA punya keinginan untuk
menghafalkan Al Quran. Dulu waktu SMA pernah mencoba
141
menghafalkan, ya baru dapat satu juz tapi tidak saya setorkan pada
guru yang hafidz. Kemudian dari bapak saya itu pernah di pesenin
sama pak Muhaimin salah satu kyai juga di sana, bahwa nanti
kalau punya anak suruh menghafalkan Al Quran.
Peneliti :Kalau yang menjadi motivasi terbesar anda dalam menghafalkan Al
Quran itu apa?
Informan :Motivasi terbesarnya apa ya,, ya mungkin karena orang tua. Kalau
untuk lbenar-benar lillahi ta’ala belum bisa mbak.hehe
Peneliti :Kenapa anda memilih untuk menghafalkan Al Quran di rumah
atau menjadi santri kalong?
Informan :Alasan terbesarnya karena saya pengen membiasakan diri aja mbak.
Kalau misal mondok, focus menghafalkan Al Quran saja setelah
selesaikan pasti akan pulang kerumah sedangkan di rumah sudah tentu
kegiatannya akan berbeda dengan di pondok apalagi jika sudah
berrumah tangga. Jika saya ingin membiasakan diri saja kalau dengan
kesibukan yang saya miliki itu saya bisa tetap menghafalkan Al Quran
atau tidak. Meskipun ya mungkin waktunya akan lebih lama daripada
dengan yang focus menghafalkan Al Quran saja.
Peneliti :Adakah problem yang anda hadapi dalam menghafal Al Quran?
Informan :Emm ya ada mbak.
142
Peneliti :Apa saja problem yang anda hadapi dalam menghafalkan Al
Quran?
Informan :Problemnya sich sebenarnya banyak mbk. Tapi yang paling besar
dan mengganggu itu yang pertama kalau udah kesel/capek kadang
malas dan berat mau nderes. Kedua masalah waktu mbk,kadang
kita sudah merencanakan jam segini untuk nderes tapi ternyata
terbentur sama acara lain. Jadi ya terpaksa tidak bisa nderes.
Peneliti :Lalu bagaimana anda dalam menyikapi hal itu?
Informan :Ya kalau udah kasel emang gak nderes mbak. Soalnya susah
masuknya kalau mau dipaksain. Kalau masalah waktu kadang saya
mensiasatinya dengan mendengarkan murotal Al Quran melalui
headset.
Peneliti :Owh jadi seperti itu ya. Mungkin masih ada lagi masalah yang
dihadapi. Seperti misalnya gangguan asmara gitu?. Katanya itu
biasanya adalah gangguan terberat.hehe atau mungkin kadang
pernah hilang semangat untuk menghafal?
Informan :Kalau gangguan asmara kadang emang ada ya mbak, tapi menurut
saya itu bukan masalah besar. Karena selama saya menghafal itu
gag pernah punya pacar. paling Cuma sekedar teman dekat. Hilang
semangat, kadang memang pernah hilang semangat untuk
143
menghafal dan sayapun juga tidak tahu kenapa sebabnya bisa tiba-
tiba hilang semangat.
Peneliti :Jika seperti itu maka bagaimana anda dalam mengatasinya?
Informan :Kalau lagi seperti ini biasanya saya sering curhat sama guru saya
mbak. Saya kok seperti ini seperti ini. Kemudian nanti bu Nyai
pasti akan memberikan nasehat-nasehatnya. Setelah itu ya nanti
jadi semangat lagi.
Peneliti :Apa saja kesibukan atau aktivitas yang mbak lakukan sehari-hari?
Mungkin bisa minta jadwal kegiatan mbak dari mulai bangun tidur
sampai tidur lagi?
Informan :Kesibukan saya ya paling Cuma kerja mbak. Kalau tiap satu bulan 2 kali
biasanya suka muncak. Hehe awalnya saya pengen muncak itu karena
mungkin nanti bisa baca quran gitu kalau pas di puncak. Sepertinya
enak. Tapi ternyata sampai di puncak sudah kesel dan malas untuk
menghafal. Sekarang malah jadi ketagihan pengen muncak terus.hehe
Peneliti :Bagaimana anda mengatur waktu untuk menambah hafalan,
muroja’ah dan mengerjakan kesibukan yang anda jalani?
Informan :Kalau untuk muroja’ah saya mengusahakan setiap hari harus satu
juz setelah shalat subuh. Menambah hafalannya satu hari satu
halaman. Tapi banyak yang gag terlansana mbak wat menambah
hafalan. Soalnya ya tadi itu masalah waktu.
144
Peneliti :Bagaimana latar belakang atau kondisi lingkungan keluarga anda,
dalam arti apakah dari keluarga mendukung anda untuk
menghafalkan Al Quran?
Informan :Dari keluarga sich mendukung saya untuk menghafalkan Al
Quran. karena ortu juga yang menginginkan saya menjadi
hafidzoh. Tapi kadang mereka juga menyuruh saya untuk segera
menikah. Ach taulah mbak..
Peneliti :Hehe begitu ya. Terus itu mengganggu tidak dalam mbak
menghafalkan Al Quran?
Informan :Ya sedikit mengganggu sich tapi itu Cuma gangguan kecil. Gak
saya fikirin mbk kalau saya emang belum pengen nikah.
Peneliti :Apa yang menjadi harapan anda dalam menghafal Al Quran?
Informan :Maksudnya mbak?
Peneliti :Ya maksudnya harapan anda saat ini tu pengen apa dalam
menghafalkan Al Quran itu? Apa pengen cepat segera selesai atau
apa?
Informan :Ya terkadang saya pengen cepat selasai menghafalkan Al Quran
terus bisa menikah. Cuma terkadang sich, kadang-kadang juga
enggak.hehe kadang ya mbak sempat juga terlintas sedikit kalau
nanti saya bisa jadi hafidzoh bisa dapat suami yang sholeh juga.
Kadang seperti itu mbak tapi ya Cuma terlintas aja.
145
DATA SANTRI PUTRA PP SIROJUDDIN ASSALAFIYAH
PERIODE 2014-2015
No Nama Kelas Alamat
1. Septian Hani Fauziah II Karang Kidul
2. Muhammad Fauzi II Karang Kidul
3. Rifki Ismail II Karang Wetan
4. Farid V Krajan
5. A. Jidan Abdi V Krajan
6. Muhammad Nur Rofik V Karang Kidul
7. Imam S V Karang Kidul
8. Muhammad Ziddan V Karang Wetan
9. Muhammad Jundi VI Ngagik
10. A. Aldi VI Karang Kidul
11. Muhammad Thorikotun VI Ngagik
12. Alimaftuh VI Krajan
13. Anggi Ferdian VI Mekar Sari
14. Aji Krajan
146
DATA SANTRI PUTRI PP SIROJUDDIN ASSALAFIYAH
PERIODE 2014-2015
No Nama Kelas Alamat
1. Chilya Salsabila I Karang Kidul
2. Devita Amaliya Savinda I Karang Kidul
3. Dina Marsa Safura I Karang Wetan
4. Ririn Chusnul I Krajan
5. Mustafilah Fatimatuz Zahra I Krajan
6. Fenriana Arista I Karang Kidul
7. Adela Resania Aggraini I Krajan
8. Zakiyatur R I Karang Kidul
9. Nia Fauziah II Karang Kidul
10. Risa Winda II Krajan
11. Amanda Fatimatuz S II Krajan
12 Aulia Nur Jannah II Karang Kidul
13. Assamilatus S II Karang Kidul
14. Inayatus Sholichah II Karang Kidul
15. Nikmatur Rahmah II Ngagik
16. Ir’in Ariska III Dukuh
17. Laeli Namiroh III Krajan
18. Fathul Ningsih III Dukuh
19. Alfina Rismayanti III Ngagik
20. Ida Maulina III Krajan
21. Siva Noviani III Krajan
22. Dila Ayuningtias III Krajan
23. Ana Esma Fida III Krajan
24. Fina Nihayatul M III Krajan
25. Sifaul Hayati III Dukuh
26. Miftahul Rohmah III Ngagik
147
27. Desi Ambarsari III Karang Kidul
28. Elsa Riskia Putri III Karang Kidul
29. Alfia Nur Fadhilah IV Karang Kidul
30. Atika Sholichah IV Karang Kidul
31. Audina Makamila IV Karang Wetan
32. Nur Farida IV Karang Kidul
33. Fiya Lailatur R IV Karang Kidul
34. Friska Dian Angraini IV Krajan
35. Ita Arifiani IV Krajan
36. Nur Avita Sari IV Karang Kidul
37. Nur Fitria Zulfa IV Kauman
38. Nur Kholisoh IV Krajan
39. Nurul Latifah IV Mekar Sari
40. Sucitri Ariyani IV Kauman
41. Vena Mursidatur Rahma IV Krajan
42. Umi Zaenab IV Krajan
43. Bikri Inayah V Krajan
44. Daimatul Munawaroh V Karang Wetan
45. Ervina Fitrianingsih V Karang Wetan
46. Istirokhah V Karang Kidul
47. Ivana Dewi Putri V Karang Kidul
48. Khofifatul Laeliyah V Krajan
49. Kholisyatur Rofi’ah V Krajan
50. Nina Amariyah V Ngagik
51. Sofi Nur Zakiyah V Karang Kidul
52. Sofkhatul Munawaroh V Krajan
53. Titis Yuliana M V Ngagik
54. Diah Inti Lestari VI Karang Kidul
55. Fa’idatul Mu’izah VI Karang Kidul
56. Kiki Alifiani VI Krajan
148
57. Sofia Nur Kamila VI Krajan
58. Titin Fatmawati VI Karang Kidul
59. Kharunnisa VI Krajan
60. Kholifah VI Karang Wetan
62. Maratun Chasanah VI Purwakarta
63. Annisa Dwi Apriliya VI Krajan
64. Khoirul Jaza VI Krajan
149
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Heti Indayani Progdi : PAI
Nim : 11111107 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai 1 Orientasi Pengenalan Akademik
Dan Kemahasiswaan (OPAK) dengan tema “Revitalisasi Gerakan Mahasiswa di Era Modern Untuk Kejayaan Indonesia” DEMA STAIN Salatiga
20 - 22 Agustus 2011
Peserta 3
2 Achievement Motivation Training (AMT) dengan tema “Membangun Mahasiswa Cerdas Emosi, Spiritual, dan Intelektual melalui Achievement Motivation Training” STAIN Salatiga
23 Agustus 2011 Peserta 2
3 Orientasi Dasar Keislaman (ODK) dengan tema “Menemukan Muara Sebagai Mahasiswa Rahmatan Lil ‘Alamin” STAIN Salatiga
24 Agustus 2011 Peserta 2
4 “Seminar Entrepreneurship dan Koperasi” KOPMA dan KSEI STAIN Salatiga
25 Agustus 2011 Peserta 2
5 “User Education (Pendidikan Pemakai” UPT Perpustakaan STAIN Salatiga
19 September 2011
Peserta 2
6 Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) dengan tema”Membangun Nalar Kritis Kader dalam Berorganisasi”. PMII Joko Tingkir Salatiga.
23 Oktober 2011 Peserta 2
7 Seminar Keperempuanan dengan tema “Jilbab Perspektif Agama dan Sosial” Korps HMI-Wati (KOHATI) HMI Salatiga
04 November 2011
Peserta 2
150
8 Seminar Regional dengan tema “Negara Islam dalam Tinjauan Islam Indonesia dan NKRI” IPNU Kab. Semarang dan PMII kota Salatiga
22 November 2011
Peserta 4
9 HARLAH PONPES EDI MANCORO dengan tema “Peningkatan Kecintaan Pada Almamater Menuju Edi Mancoro di Masa Depan”
25 Desember 2011
Peserta 2
10 Pelatihan Penggunaan Maktabah Syamilah & Mengetik Arab Cepat dengan tema “Bahasa Arab Sebagai Penunjang Perkuliahan Mahasiswa”. ITTAQO STAIN Salatiga.
17 Maret 2012 Peserta 2
11 Public Hearing dengan tema” Meningkatkan Kepekaan dan Transparansi Kinerja Lembaga Menuju Kampus yang Amanah”. SEMA STAIN Salatiga.
27 Maret 2012 Peserta 2
12 Comparation of English and Arabic dengan tema “Aktualisasi Nilai Pendidikan Bahasa Arab dan Inggris Sebagai Upaya Memahami Khazanah Keilmuan Mutakhir Diera Globalisasi”. CEC & ITTAQO STAIN Salatiga.
13 April 2012 Peserta 2
13 Seminar Nasional Entrepreneuship dengan tema “Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan Teknologi Informatika Sebagai Wujud Pasar Modern” KOPMA FATAWA STAIN Salatiga.
21 April 2012 Peserta 8
14 Seminar Regional dengan tema “Peran Mahasiswa Dalam Mengawal BLSM (BLT) Tepat Sasaran” DEMA STAIN Salatiga
03 Mei 2012 Peserta 4
15 Pelatihan Jurnalistik oleh Unit Pers dan Bahasa (UPB) Pondok Pesantren Edi Mancoro
27 Mei 2012 Peserta 2
151
16 Kegiatan Pelatihan Asatidz oleh Unit Pelaksanaan Teknis Tarbiyatul Banin Wal Banat (UPT TBB) Pondok Pesantren Edi Mancoro
10 Juni 2012 Peserta 2
17 Seminar Nasional dengan tema “Mewaspadai Gerakan Islam Garis Keras di Perguruan Tinggi” DEMA STAIN Salatiga
23 Juni 2012 Peserta 8
18 Bimbingan Belajar Menghadapi UAS SIBA Bhs. Inggris dan Bhs. Arab dengan tema “Meningkatkan Khazanah Keilmuan Mutakhir dengan Bhs. Inggris dan Bhs. Arab” Oleh CEC dan ITTAQO STAIN Salatiga
29 Juni 2012 Peserta 2
19 Sarasehan Nasional dengan tema Talkshow “Peran Mahasiswa dalam Realita dan Idealita Bangsa” DEMA STAIN Salatiga
01 Juli 2012 Peserta 8
20 Asramanisasi Ramadhan dalam acara diskusi lintas agama dengan tema” Gerakan-gerakan Fundamentalisme Agama di Indonesia”. Pondok Pesantran Edi Mancoro.
30 Agustus 2012 Panitia 3
21 Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega (PLCPP) dengan tema” Pendidikan Pramuka Sebagai Pembentuk Karakter Pandega yang Berdisiplin dan Berkredibilitas Tinggi untuk Membangun Indonesia”. RACANA STAIN Salatiga.
12-15 Oktober 2012
Peserta 2
22 Pendidikan Lanjutan Perkoperasian (PLP) se-Jateng dengan tema” Membentuk Karakter Entrepreneur yang Berjiwa Koperasi”. KOPMA FATAWA STAIN Salatiga
30 November- 2 Desember 2012
Peserta 2
152
23 Pendidikan 2000 Anggota (PAG) IX dengan tema”Gerakan 2000 Jiwa Muda Berkoperasi untuk NKRI”. KOPMA Walisongo IAIN Walisongo Semarang.
08 Desember 2012
Peserta 2
24 Seminar Pencegahan Bahaya NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif), HIV/AIDS Mewaspadai Pergaulan Bebas Untuk Membentuk Remaja yang Tangguh dan Launching PIK SAHAJASA STAIN Salatiga
29 April 2013 Peserta 2
25 Tafsir Tematik dengan tema ”Sihir dalam Perspektif Al Quran dan Hukum Negara”. JQH STAIN Salatiga.
04 Mei 2013 Peserta 2
26 Seminar Nasional Entrepreneurship dengan tema”Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur Generasi Muda”. KOPMA FATAWA STAIN Salatiga
27 Mei 2013 Peserta 8
27 Surat Keterangan Khatam Al-Quran Juz 30 Bilghoib pada angkatan ke-II Pondok Pesantren Edi Mancoro
10 Juni 2013 Peserta 2
28 Sarasehan Akbar Bersama Tokoh Nasional dengan tema” Komitmen Politik Islam dalam Menata Arah Masa Depan Bangsa Indonesi”. HMI cabang Salatiga.
15 Maret 2014 Peserta 2
29 Seminar Nasional dengan tema” Peran Mahasiswa dalam Mengawal Masa Depan Indonesia Pasca Pilpres 2014”. DEMA STAIN Salatiga.
25 September 2014
Peserta 8
30 Has Attended “Scholarship Forum” by Communicative English Club (CEC) STAIN Salatiga
15 November 2014
Peserta 2
31 Kegiatan “PERBASIS (Perbandingan Bahasa Arab Bahasa Inggris) / CEA (Comparison English Arabic)”
27 November 2014
Peserta 2
153
CEC and ITTAQO STAIN Salatiga
32 Seminar Nasional dengan tema”Understanding the World by Understanding the Language and the Culture”. CEC IAIN Salatiga.
04 Juni 2015 Peserta 8
33 Jumlah 106
Salatiga, 07 September 2015 Mengetahui
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M. Ag. NIP. 19700510 199803 003
154
155
156
157
158
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Heti Indayani
Tempat/Tanggal Lahir : Temanggung, 20 Juni 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat: : Kedopokan, RT 04 RW 01 Tlogopucang, Kandangan,
Temanggung
Pendidikan : - MI Ma’arif Tlogopucang, lulus Tahun 2005
- MTs Mu’allimin Kandangan, lulus Tahun 2008 - MA Mu’allimin Kandangan, lulus Tahun 2011 - SI IAIN Salatiga Jurusan Tarbiyah Program
Studi PAI, lulus Tahun 2015
Demikian daftar riwayat hidup yang dibuat dengan sesungguhnya, untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Penulis
HETI INDAYANI NIM: 11111107
159
Power Point
160
161
162
163
164
165
166
167