problematika konseling multikultural study kasus …
TRANSCRIPT
PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus Pada Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu (S1) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
TRI HARYATI
NIM : UB 150 132
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
ii
Pembimbing I : Sya’roni, S.Ag, M.Pd.I
Pembimbing II : Junaidi Jauhari, S.Pd, M.Pd.I
Alamat : Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Jl.Jambi-Muara Bulian KM.16 Simp. Sei Duren Kab. Muaro Jambi 31346 telp.
(0741) 582021 Arief Rahman Hakim Telanai pura Jambi
Jambi, September 2019
Kepada Yth,
Bapak Dekan Fakultas Dakwah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
Jambi
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudari Tri
Haryati, NIM: UB 150 132 yang berjudul:“Problematika konseling multikultural (Study
kasus pada Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX)”.Telah
disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.I) dalam Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
pada Fakultas Usuluddin UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan
Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Sya’roni, S.Ag, M.Pd.I Junaidi Jauhari, S.Pd, M.Pd.I
NIP.196601101987031003 NIP.197806012006041014
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Tri Haryati
Nim : UB 150132
Jurusan/Konsentrasi : Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas : Dakwah
Alamat : Sungai Gelam KM 16, RT 27
Dengan ini Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul:
Problematika Konseling Multikultural Study Kasus Pada Siswa SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX adalah benar hasil karya asli saya, kecuali
kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila
dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung
jawab sesuai dengan hokum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas Dakwah
UIN STS JAMBI, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui skripsi ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Jambi, September 2019
Penulis,
Materai 6000
Tri Haryati
UB 150132
iv
v
MOTTO
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lain bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Arrum,
(30):22).1
1Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Insan Madani, 2010), hlm.415
vi
ABSTRAK
Pentingnya konseling multikulturalisme karena melalui bimbingan ini pribadi sosial
individu dapat belajar menyesuaikan diri, paham terhadap budaya di lingkungan yang
berbeda, dan keragaman budaya yang ada. Penelitian ini membahas tentang
Problematika Konseling Multikultural Study Kasus pada Siswa SMA Negeri 10 Muaro
Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX”. Sementara itu jenis data menggunakan data primer
dan sekunder dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Selain itu teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data
dan verifikasi data dan dilanjutkan dengan pengecekan keabsahan data.
Hasil penelitian yaitu bentuk Problem Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.
Lintas Petaling Kebun IX diantaranya sebagai berikut : Kesulian konselor menawarkan
konseling multikultural harus benar-benar sesuai dengan budaya konseli karena realitas
lingkungan siswa yang multikultur menjadi problem bagi konselor. Kendala-kendala
dalam melaksanakan konseling multikultural yaitu : kurangnya kerjasama orangtua
terhadap siswa bermasalah dan kurangnya partisipasi antar guru dengan siswa, adanya
perbedaan budaya pada siswa yang mengharuskan guru BK memahami budaya-budaya
siswa yang berbeda-beda dan terbatasnya sarana ruangan konseling. Upaya dalam
menangani problematika multikultural dilakukan dengan cara meningkatkan
pelaksanaan konseling multikultural , meningkatkan kerjasama dengan guru, orangtua
dan memanfaatkan media dalam konseling multikultural dan memberikan bimbingan
nilai-nilai karakter berdasarkan agama.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah Ya Allah karya tulis ini saya persembahkan kepada suamiku imamku
Herfianto yang selalu memberikan motivasi dan memperjuangkan cita-citaku.
Ayahanda Suyatno dan Ibunda Suparmi yang tercinta, tersayang dan dan atas semua
pengorbanannya. Dan juga perhatiannya serta kasih sayang Bapak mertuaku Agus
Radi dan ibu Saknah yang selalu memberikan dorongan dan do‟a. Buat kakandaku
Suhendri dan Aeni Fitri Yanti, terima kasih atas semua saran dan semangat yang
selalu diberikan. Terimakasih atas pengorbanan kalian semua. Semoga segenggam
keberhasilan ini Menjadi amal ibadah dan kesuksesan dimasa yang akan datang
Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya..Amiin…
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga
Allah meridhoi mereka, dan para pengikutnya yang tetap istiqomah dalam mengikuti
dan memegang teguh ajarannya.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerja keras dan bantuan dari semua pihak,
untuk itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Prof. H. Su‟aidi, MA.Ph.D. Bapak Hidayat,M.Pd, serta Ibu Dr. Hj.
Fadillah, M.Pd. Selaku Wakil Rektor I, II dan III UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
3. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Sya‟roni, S.Ag, M.Pd, selaku Ketua Prodi jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
5. Bapak Sya‟roni, S.Ag, M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing I yang banyak
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
6. Bapak Junaidi Jauhari, S.Pd, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing II yang banyak
membimbing, mengarahkan dan membantu menyusun skripsi ini dengan baik.
7. Bapak/Ibu seluruh Dosen dan segenap pegawai akademik Fakultas Dakwah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Seluruh Karyawan dan karyawati di lingkungan akademik Fakultas Dakwah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Kepala Perpustakaan dan seluruh staf di perpustkaan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambii
10. Kepala Sekolah, Guru dan Siswa di SMA Negeri 10 Muaro Jambi yang banyak
membantu untuk bekerjasama dalam memberikan informasi yang berhubungan
dengan penelitian.
11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Akhirnya dengan harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Jambi, September 2019
TRI HARYATI
NIM : UB 150 13
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
NOTA DINAS ....................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISNALITAS SKRIPSI ........................................ iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
TRANSLITERASI……………………………………………………………... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Permasalahan ..................................................................................... 6
C. BatasanMasalah ................................................................................ 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
F. Kerangka Teori .................................................................................. 8
G. Studi Relevan ..................................................................................... 19
H. Metode Penelitian….………………................................................. 21
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A Sejarah dan Geografis SMA Negeri 10 Muaro Jambi
Jl. Lintas Petaling Kebun IX ............................................................. 29
B. Data SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling
Kebun IX .......................................................................................... 30
C. Struktur Organisasi ............................................................................ 32
x
D. Keadaan Guru dan Siswa .................................................................. 33
E. Kondisi Pegawai ................................................................................ 37
F. Kondisi Fasilitas ................................................................................ 38
BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Bentuk Problematika Konseling Multikultural di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Petaling Kebun IX ...................................... 41
B. Kendala-Kendala dalam Melaksanakan Konseling
Multikultural Pada Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi
Jl.Lintas Petaling Kebun IX .............................................................. 44
BAB IV UPAYA KONSELOR DALAM MENANGANI PROBLEMATIKA
KONSELING MULTIKULTURAL
A. Meningkatkan Pelaksanaan Konseling Multikultural........................... 50
B. Meningkatkan Kerjasama Dengan Guru Dan Orang Tua..................... 51
C. Memanfaatkan Media Dalam Konseling Multikultural........................ 53
D. Memberikan Bimbingan Nilai Nilai Karakter...................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 57
B. Rekomendasi ..................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
ṭ ط ’ ا
ẓ ظ B ب
„ ع T ت
Gh غ Th ث
F ف J ج
Q ق ḥ ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Dh ذ
N ن R ر
H ہ Z ز
W و S س
٫ ء Sh ش
Y ي ṣ ص
- - ḍ ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ا A آ Ā إی I
آی U ٱ Á آو Aw
إ I وٱ Ū آی Ay
xii
C.
Transliterasinya untuk ta marbutah ini ada dua macam:
1. T ’ arb ahyang mati atau mendapat harakat sukun , maka transliterasinya
adalah /h/.
Arab Indonesia
ةصلا Ṣalāh
اةمر Mir‟āh
2. Ta Marbutah hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
لتربيةوزارةا Wizāratal-Tarbiyah
لزمناةامر Mir‟ātal-zaman
3. Ta Marbutah yang berharkat tanwin maka translit adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
فجئة
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup dalam dunia modern pada saat ini, harus menghadapi
kondisi dimana nilai-nilai dan prilaku-prilaku yang berlaku di Negara tempat
manusia itu tinggal dan dalam beberapa hal bertentangan dengan keyakinan-
keyakinan keluarga, sahabat dan kelompok etnis mereka berasal. Ketidak
konsistenan ini sering menciptakan problem-problem psikologis dan
emosional yang menyebabkan seseorang mencari bantuan konseling. Maka
dari itu pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial dan budaya, tidak
terlepas dari dua unsur tersebut yaitu sosial dan budaya karena manusia
terlahir sebagai makhluk sosial yang berbudaya. Kebudayaan manusia
memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap, perilaku, dan sudut pandang
seseorang. Oleh karena itu manusia membutuhkan bimbingan untuk
mempercayai hal tersebut. Bimbingan ditunjukan kepada perkembangan
pribadi setiap orang baik menyangkut aspek akademik, sosial, pribadi maupun
vokasional.1
Indonesia sendiri merupakan sebuah Negara besar dengan luas
wilayahnya yang terdiri dari beribu-ribu pulau, beragam suku dan budaya,
kemajemukan agama dengan segala karakter dan wataknya. Hal inilah yang
menyebabkan bimbingan dan konseling menjadi hal yang sangat menarik
ditelingga kita tentang dunia konseling multikultural. Selain itu hal tersebut
menunjukan serta menjawab keotonoman ilmu bimbingan dan konseling
untuk menjadi sebuah disiplin ilmu. Karna objek kajian bimbingan dan
konseling memiliki perbedaan dengan disiplin ilmu lain (psikolog) yang sama-
sama objeknya adalah manusia, namun terdapat sebuah perbedaan.
Layanan bimbingan konseling sangat dibutuhkan agar siswa yang
mempunyai masalah dapat terbantu sehingga mereka dapat belajar lebih baik2.
1 Bambang Ismaya, Bimbingan dan Konseling Studi, Karir dan Keluarga, (Bandung:
Refika Aditama, 2015), 78 2 Soetjipto dan Raflis Kosasi , Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 65
2
Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat Bhineka
Tunggal Ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Seperti yang dijelaskan dalam
Surat Al-Hujarat ayat 13 yaitu sebagai berikut:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal 3.
Selain dalam ayat Al-Qur’an, telah diisyaratkan oleh ajaran Islam
(Hadits) agar berdiskusi, berinteraksi, dan berkomunikasi sesuai dengan
kadar/kemampuan akal individu atau komunitas masyarakat itu sendiri, seperti
hadist yang artinya:
Al-‘Uqaili berkata: Diceritakan kepada kami ‘Ubaidillah bin Muhammad Al-
Kasyu’ri berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin
Jamil, telah menceritakan kepada kami Bakar bin Al-Syar’ud, telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Malik bin Anas, dari ayahnya dari Al-
Zuhri dari Sa‘id bin Al-Musayyib berkata: Rasulullah SAW. bersabda: kami
para Nabi juga diperintahkan kepada kami untuk berbicara dengan orang
sesuai dengan kadar akal mereka.
Berdasarkan hadist tersebut dapat dipahami bahwa konselor sedapat
mungkin memahami kultur orang lain dan jika tidak maka itulah yang akan
menjadi hambatan dalam konseling lintas budaya atau crooss culture. Konflik
yang terjadi disebabkan oleh tidak adanya pemahaman individu terhadap
orang lain atau kelompok satu dengan kelompok lainnya. Bahkan terkadang
diikuti dengan pemaksaan atas pemahaman yang dimilikinya bagi masyarakat
lain. Ajaran Islam telah cukup jelas bagi manusia bahwa tidak berlaku
3 Q.S.Al-Hujarat (49),ayat 13
3
pemaksaan bagi orang lain. Baik dari aspek aqidah/ agama maupun aspek ras,
etnis dan adat istiadat dan budaya.
Konseling adalah pelayanan bantuan untuk siswa baik secara perorangan
maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal
dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, belajar dan
karir berdasarkan norma-norma yang berlaku4. Terkait dengan layanan
bimbingan dan konseling di Indonesia, tentang tren konseling multikultural,
bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat
untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia.
Bimbingan multikultur merupakan bantuan kepada anak-anak dari
seluruh kalangan suku, agama, ras, dan budaya dalam pertumbuhan dan
perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat. Bimbingan
multikultur merupakan usaha membantu mahasiswa dari multikultur tanpa
melihat etnis, suku, agama, ras, dan budayanya khususnya untuk mereka yang
memerlukan dalam mencapai apa yang menjadi idaman kehidupannya5.
Pemahaman terhadap budaya konseli dapat memudahkan konselor dalam
berkomunikasi pada saat proses konseling. Melalui bimbingan dan konseling
pribadi sosial individu dapat belajar menyesuaikan diri, paham terhadap
budaya di lingkungan yang berbeda, dan keragaman budaya yang ada, untuk
menunjang bimbingan dan konseling lintas budaya supaya menjadi lebih
efektif.
Kesadaran budaya dan pemahaman terhadap suatu budaya merupakan hal
yang penting dalam proses konseling, karena kehidupan manusia sangat
beragam dilihat dari segi pendidikan, sosial, ekonomi, budaya dan politik.
Keragaman tersebut merupakan faktor pendukung kehidupan manusia di
dalam masyarakat, namun di sisi lain keragaman tersebut dapat menjadi
problematika di dalam konseling multikultural, karena itu penting bagi
konselor untuk memiliki kesadaran terhadap keragaman budaya. Kekurangan
4 Fenti Hikmawati , Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2016), 1 5 Helmuth Y Bunu, Pemindaian Penerapan Bimbingan dan Konseling dengan
Pendekatan Multikultural di SMA, Skripsi Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangkaraya, 2010.
4
dalam pemahaman terhadap perbedaan budaya dapat menimbulkan
problematika di dalam proses konseling yang dilakukan.
Layanan dasar bimbingan konseling adalah layanan bimbingan yang
bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan prilaku efektif fan
keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu padaa tugas-tugas
perkembangan siswa6. Bimbingan dan konseling disekolah dilakukan oleh
seorang guru (konselor), guru didalam sekolah tidak hanya mentranfer
pengetahuan kepada siswa-siswa. Guru juga sebagai pelopor untuk
menciptakan orang-orang berbudaya, berbudi dan bermoral. Keefektifan
konseling bergantung pada banyak faktor yang terpenting adalah relasi satu
sama lain, dan saling mengerti antara konselor dan klien. Perbedaan budaya
yang ada di tanah air menuntut konselor perlu memahami berbagai
kebudayaan yang ada. Pentingnya multikultural bagi konselor sebagai bentuk
kesadaran bahwa konselor dan klien memiliki perbedaan budaya.7
SMA N 10 Muaro Jambi adalah salah satu lembaga sekolah Negeri yang
memiliki siswa dengan latar belakang suku yang berbeda-beda antara lain
suku Jawa, Melayu, Sunda, Batak dan Minang. Perbedaan suku dan latar
belakang siswa ini mengakibatkan berbagai perilaku dan budaya siswa yang
berbeda-beda karena siswa memiliki tatanan perilaku dari orang tua dan
lingkungan yang berbeda-beda, berdasarkan observasi penulis, terlihat siswa
yang masih memiliki budaya dan perilaku-perilaku yang erat kaitannya
dengan adat budaya yang dianutnya kurang sesuai dengan norma, etika dan
akhlak sehingga hal tersebut menjadi salah satu problem yang disebabkan oleh
perbedaan antara konselor dan konseli karena setiap budaya memiliki
pemaknaan persepsi yang berbeda atau tidak sama. Salah satu bentuk ketidak
sesuaian norma, etika dan akhlak yang dilakukan oleh siswa seperti cara
bersikap, berbicara dan bertingkah laku di sekolah yang masih mencerminkan
sikap kurang sopan. Terlihat beberapa siswa yang memiliki adat istiadat
6 Achmad Juntika Nurishan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
Refika Aditama, 2017), 23
7Nuzliah, Counseling Multikultural, 2016 Vol 2 Hal 201
5
ataupun budaya yang kurang positif dalam berbudaya, bersikap dan berakhlak
seperti cara berkomunikasi dengan konselor yang kurang sopan, bersikap cuek
kepada konselor serta kurang mengindahkan saran atau nasehat konselor, hal
ini bisa terjadi salah satu penyebabnya yaitu adanya pembiasaan atas budaya
yang telah diterapkan dalam keluarga dan lingkungannya. Latar belakang
budaya yang berbeda antara konselor dan konseli akan berdampak pada
perbedaan dan penerimaan makna dari apa yang disampaikan atau pun apa
yang ditampilkan konseli maupun konselor saat berkomunikasi.8
Selain itu, keadaan objek penelitian yaitu siswa SMA N 10 Kabupaten
Muaro Jambi belum seluruhnya terbiasa dengan budaya-budaya ataupun
perilaku, akhlak dan sikap yang mencerminkan budaya religius. Permasalahan
ini dikarenakan kurangnya keberhasilan orang tua dalam menanamkan nilai-
nilai bagi pembentukan kepribadian dan watak siswa seperti membimbing,
mendidik dan mengarahkan dengan bentuk prilaku, sikap dan tindakan yang
sesuai dengan ajaran agamanya. Masih kurangnya pengajaran, pengamalan,
dan pembiasaan serta pengalaman sehari-hari yang dialami siswa baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat mengakibatkan siswa
terbiasa bersikap, berakhlak dan melakukan perbuatan tindakan yang tidak
sesuai dengan budaya luhur atau tidak sesuai dengan norma agama. Hal ini
terjadi karena terdapat keterpaduan, konsistensi, dan sinkronisasi antara nilai-
nilai yang diterima anak dari pengajaran yang diberikan oleh orang tua dengan
dorongan untuk pengamalan nilai-nilai tersebut ke dalam bentuk sikap, akhlak,
tindakan dan perilaku nyata sehari-hari.
Selain itu berdasarkan pengamatan awal penulis di SMA N 10 Kabupaten
Muaro Jambi, masih kurangnya pembiasaan perilaku positif oleh orang tua
dan keluarga dalam kehidupan sehari-hari yang sejalan dengan nilai-nilai
agama yang diajarkan dan yang berlangsung secara terus menerus yang akan
menciptakan suatu lingkungan yang melahirkan pribadi-pribadi anak yang
utuh masih belum dilaksanakan dengan maksimal. Padahal semestinya di
8Sumber data: observasi peneliti tentang problem siswa di lokasi penelitian, SMA N 10
Kabupaten Muaro Jambi, Mei 2019
6
lingkungan keluarga, anak mendapatkan iklim ataupun suasana yang religius,
akibat dari kurang kondusifnya lingkungan keluarga dan peran orang tua
sehingga menyebabkan perilaku-perilaku anak yang menyimpang seperti
adanya pergaulan bebas, kurangnya sikap sopan santun anak terhadap guru,
orang tua dan antar sesama, terbiasa berkomunikasi tidak senonoh dan
sebagainya.9 Hal ini dilakukan konseling multikultural karena untuk
mengembangkan pemahaman tentang budaya dan implikasinya bagi siswa,
sehingga siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan lebih tentang budaya
lain, tetapi juga perlu memahami proses yang kompleks dalam anggota
kelompok dan masyarakat yang membangun pandangan dunia mereka, sikap
dasar, nilai, norma, dan sebagainya.
Dari penjelasan problematika diatas, penulis berkeinginan mengetahui
dan menggali permasalahan yang dialami oleh konselor dalam pelaksanaan
konseling multikultural. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul
“Problematika Konseling Multikultural (Study kasus pada Siswa SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk problematika konseling multicultural di SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX?
2. Bagaimana penerapan konseling multikultural pada Siswa SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX?
3. Apa upaya dalam menerapkan konseling multikultural pada Siswa SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX?
C. Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka penulisan ini dibatasi pada
permasalahan tentang problematika konseling multikultural antara konselor
9Sumber data: observasi peneliti tentang perilaku siswa di lokasi penelitian, SMA N 10
Kabupaten Muaro Jambi, Mei 2019
7
dengan konseli berdasar perbedaan budaya difokuskan pada aspek
problematika konseling multikultural pada siswa kelas XI Jurusan IPS.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apa saja problematika konseling multikultural antara
konselor dengan konseli berdasar perbedaan budaya yang lebih di fokuskan:
1. Ingin mengetahui bentuk problem Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi
Jl.Lintas Petaling Kebun IX.
2. Ingin mengetahui penerapan konseling multikultural pada Siswa SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX.
3. Ingin mengetahui upaya dalam menerapkan konseling multikultural pada
Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah
Guru Bimbingan Konseling (BK) dapat memperoleh hasil yang nyata
dari suatu penelitian. Mampu membantu dalam mengetahui dan
meminimalisir bahkan menghindari adanya problematika dalam layanan
konseling multikultural. Dapat diambil sebagai referensi dalam
memberikan layanan konseling multikultural yang optimal. Selain itu
manfaat penelitian ini juga dapat meningkatkan kinerja guru Bimbingan
Konseling (BK) di sekolah, terutama dalam memahami, merencanakan,
melaksanakan dan mengatasi problematika perbedaan budaya antara
konselor dan konseli dalam konseling multikultural.
2. Bagi sekolah yang digunakan untuk penelitian
Hasil penelitian ini sebagai masukan kepada sekolah untuk
menentukan kebijakan pendidikan dalam kaitannya konseling
8
multikultural. Pihak sekolah menyadari pentingnya pelayanan konseling
multikultural dalam rangka meningkatkan kualitas siswa yang bagus
sehingga mutu sekolah akan meningkat, dan di masa mendatang akan
secara bersama-sama meningkatkan kualitas kegiatan Bimbingan
Konseling (BK).
3. Bagi Peneliti Sendiri
Peneliti diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan
pengetahuan tentang layanan konseling multikultural.
4. Bagi Jurusan BPI
Sebagai referensi dan pengembangan pengetahuan tentang konseling
multikultural bagi jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam sehingga dapat
dijadikan acuan agar permasalahan-permasalahan yang terjadi bisa diatasi
dengan pemahaman yang lebih baik dan menambah wawasan agar dapat
mencetak tenaga konselor yang profesional.
F. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Multikultural
Multikulturalisme adalah keragaman dalam tema kebudayaan10.
Multikuluralisme sebagai sebuah pandangan yang mengakui adanya
perbedaan kelompok individu, memperkecil adanya perbedaan dalam
kelompok, serta melihat dunia dengan berbagai aneka ragam budaya yang
diciptakan masyarakat sehingga menjadi sebuah keunikan dan kekayaan bagi
kehidupan individu.
Suatu masalah yang berkaitan dengan lintas budaya atau multikultural
bahwa orang mengartikannya secara berlainan yang mempersulit untuk
mengetahui maknanya sehingga diartikan beragam dan berbeda-beda
sebagaimana keragaman dan perbedaan budaya yang memberi arti11.
Sebagai istilah deskriptif, biasanya mengacu pada fakta sederhana terkait
dengan keragaman budaya yang diterapkan pada demografi dari tempat
tertentu, pada tingkat organisasi, misalnya, sekolah, bisnis, lingkungan, kota,
10 Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran,(Jakarta: GP Pres, 2013), 169 11 Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: GP Pres, 2013), 169
9
atau bangsa dan secara normatif multikulturalisme adalah masyarakat merasa
nyaman dengan jalinan yang kaya aspek-aspek kehidupan manusia dengan
keinginan individu-individu untuk mengekspresikan identitas mereka sendiri
dengan cara yang mereka inginkan. Multikulturalisme merupakan pengakuan
pluralisme budaya yang menumbuhkan kepedulian untuk mengupayakan agar
kelompok-kelompok minoritas terintegrasi ke dalam masyarakat dan
masyarakat mengakomodasi perbedaan budaya kelompok-kelompok minoritas
agar kekhasan identitas mereka diakui.
Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang memiliki
berbagai perbedaan perbedaan dalam aspek agama, suku, ras, etnis, adat
istiadat, dan mendiami berbagai wilayah12. Jadi dari berbagai pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa multikuluralisme adalah sebuah pandangan yang
mengakui adanya perbedaan kelompok individu, memperkecil stereotyp dalam
kelompok, serta melihat dunia dengan berbagai aneka ragam budaya yang
diciptakan masyarakat sehingga menjadi sebuah keunikan dan kekayaan bagi
kehidupan individu. Multikultural memiliki berbagai aspek yang menjadi isi
dan sudut ragam keunikan multikultural itu sendiri. Allen E Ivey
mendeskripsikan ragam aspek isu multikultural dalam bentuk sebuah kubus
yang dinamakannya the multikultural cube.
Pada kubus tersebut ada 3 sisi yaitu: locus, multikultural issue, dan level
of cultural identity development. Permasalahan Individu merupakan kombinasi
dari keseluruhan aspek isu multikultural yaitu terkait dengan bahasa, gender,
suku/ras, agama/keyakinan, orientasi kasih sayang, usia, masalah fisik, situasi
sosial ekonomi dan trauma. Permasalahan-permasalahan tersebut terjadi pada
individu yang mungkin berasal dari pengaruh keluarga, kelompok, masyarakat
atau Negara, karena seperti sudah dijelaskan diatas bahwa cara pandangan
individu dipengaruhi oleh lingkungan atau budaya tempat individu tumbuh
dan berkembang, yang mana sisi ini terletak pada sisi kiri kubus. Selanjutnya
pada sisi kanan kubus merupakan identitas budaya pengembangan diri
12 Faizah, Konseling Islam dalam Mayarakat Multikultural, Dosen Fakultas Ushuluddin,
Adab dan Dakwah IAIN Kendari, Vol 1 No.1, Desember 2015
10
merupakan perkembangan kognitif, emosional, dan perilaku dan ekspansi
melalui tahap diidentifikasi dan diukur atau tingkat kesadaran:
a. Kenaifan dan kesadaran tertanam diri sebagai makhluk budaya
b. Realitas dan isu-isu budaya
c. Penamaan masalah budaya
d. Refleksi tentang makna diri sebagai makhluk budaya
e. Internalisasi dan berpikir multiperspektif tentang self-in-system
(individu dalam sebuah sistem).
2. Hakekat Konseling Multikultural
Menurut Prayitno konseling adalah pemberian bantuan oleh
profesional kepada individu atau kelompok untuk pengembangan kehidupan
efektif sehari-hari (KES) dan penanganan kehidupan efektif sehari-hari yang
terganggu (KES-T) dengan menggunakan berbagai layanan dan kegiatan
pendukung melalui proses pembelajaran13. Konseling adalah proses bantuan
yang diberikan seorang konselor kepada klien dengan wawancara agar klien
tersebut mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki14.
Kompleksitas dunia selalu berubah, sehingga mengiring individu
dalam berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupannya. Seorang konselor
bekerja dengan memahami cerita dari berbagai dampak yang terjadi terkait
pelecehan pribadi dan masalah-masalah yang dialami klien, maka sudah
tanggung jawab konselor untuk membantu klien tersebut mencari pemecahan
terhadap permasalahan klien. Hubungan seseorang dengan pemahaman
budaya memiliki pengaruh besar terhadap pada cara pandang hidup orang
tersebut dalam memandang dunia dan memahami apa artinya sebagai
manusia. Sebagai salah satu bidang profesional dalam masyarakat
multikultural, maka sebagai konselor memiliki kewajiban untuk menjadi lebih
13 Prayitno, Konseling Integritas, (Padang: UNP, 2013) hlm 85. 14 Kompri, Managemen Sekolah Teori dan Praktek, (Bandung: Al-Fabeta, 2014), 119
11
sadar akan cara budaya mempengaruhi individu dan bagaimana individu
mempengaruhi budaya bersama-sama dengan sesama manusia, oleh karena itu
sebagai pengerak profesi konseling multikultural perlu mengembangkan
pemahaman tentang budaya dan implikasinya bagi konseling.
Orientasi bimbingan konseling saat ini bersifat amat klinis, artinya
banyak melayani para siswa yang bermasalah dan mengabaikan siswa normal,
potensial dan tidak bermasalah15. Menjadi seorang konselor multikultural
tidak hanya mendapatkan pengetahuan lebih tentang budaya lain, tetapi juga
perlu memahami proses yang kompleks dalam anggota kelompok dan
masyarakat yang membangun pandangan dunia mereka, sikap dasar, nilai,
norma, dan sebagainya konseling multikultural, terkadang digunakan juga
istilah konseling lintas budaya, ialah proses bantuan kemanusiaan pribadi yang
memperhatikan bekerjanya faktor budaya dan bagaimana menjadikan faktor
budaya ini untuk kelancaran proses bantuan dan untuk keberhasilan dalam
pencapaian tujuannya, yaitu memajukan perkembangan kepribadian individu.
Bimbingan konseling karakter merupakan bimbingan individu atau
kelompok didalam masalah-masalah prilaku sosial pribadi yang
menyimpang.16 Komponen penting yaitu klien dan konselor dengan latar
belakang budayanya masing-masing klien dengan konselor tersebut akan
mempengaruhi konsep dasar, strategi, teknik, dan sebagainya dalam
konseling. Disamping itu lingkungan dimana konseling dilakukan suatu
pelayanan konseling tidak akan efektif jika tidak memperhatikan budaya klien.
Bimbingan konseling berlangsung dalam hubungan antar pribadi
antara konselor dan klien. Untuk keberhasilan layanan bantuannya konselor
perlu memiliki kepekaan dan kesadaran akan adanya perbedaan budaya antara
dirinya dan kliennya. Dalam hal ini konseling multikultural terkadang istilah
tersebut sama artinya dengan konseling lintas budaya, ialah proses bantuan
15 Sofyan S. Willis, Kapita Selekta Bimbingan dan Konseling, (Bandung:Al-Fabeta,
2015), 15 16Bambang Ismaya, Bimbingan dan Konseling Studi, Karir dan Keluarga,
(Bandung: Refika Aditama, 2015), 9
12
kemanusiaan pribadi yang memperhatikan bekerjanya faktor budaya dan
bagaimana menjadikan faktor budaya ini untuk kelancaran proses bantuan
untuk keberhasilan dalam pencapaian tujuan, yaitu memajukan perkembangan
kepribadian individu. Konseling multikultural sebagai bidang praktik yang
menekankan pentingnya dan keunikan (kekhasan) individu, mengaku bahwa
konselor membawa nilai-nilai pribadi yang berasal dari lingkungan
kebudayaan nya ke dalam setting konseling, dan selanjutnya mengakui bahwa
klien-klien yang berasal dari kelompok ras dan suku minoritas membawa
nilai-nilai dan sikap yang mencerminkan latar belakang budaya mereka.
Konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang dimana
yang seorang yaitu klien yang dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri
secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan17. Konseling lintas
budaya merupakan sebuah hubungan konseling yang dimana ada dua peserta
atau lebih memiliki perbedaan sehubungan dengan latar belakang budaya,
nilai-nilai dan gaya hidup, selain dari definisi tersebut juga termasuk
didalamnya situasi dimana klien dan konselor adalah individu minoritas dan
mewakili kelompok minoritas tersebut, perbedaan dalam konseling
multikultural merupakan hasil dari sosialisasi lewat cara kultural yang unik,
kejadian-kejadian hidup yang traumatis maupun yang menghasilkan
perkembagan atau produk dari dibesarkan dalam lingkungan etnik tertentu.
Pelaksanaan konseling multikultural atau lintas budaya terlibat
konselor dan konseli yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda,
oleh karena itu konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan
melepaskan diri dari bias-bias budaya18. Konseling multikultural merupakan
bantuan kepada anak-anak dari seluruh kalangan suku, agama, ras dan budaya
dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang
sehat. Bimbingan multikultur merupakan usaha membantu siswa dari
multikultur tanpa melihat etnis, suku, agama, ras dan budaya khusunya untuk
17 Dede Rahmat Hidayat, Konseling di Sekolah Pendekatan-Pendekatan Konteporer,
(Jakarta:Prenanda Media Group, 2018), 2 18 Mamat, Suprianta, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar
Pengembangan Profesi Konselor, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014),173
13
mereka yang memerlukan dalam mencapai apa yang menjadi idaman
kehidupannya. Bimbingan multikultur dapat diartikan sebagai nasehat (to
obtain counsel) bagi siswa dari multikultur untuk berbuat baik kepada dirinya
dan orang lain, anjuran (to give counsel) bagi siswa dari multikultur untuk
melakukan sesuatu demi keberhasilan pendidikan dan pembicaraan (to take
counsel) tentang hal yang baik dan buruk yang diberikan kepada siswa dari
multikultur berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah.
Analisis peneliti bahwa pentingnya kesadaran budaya dan pemahaman
terhadap suatu budaya merupakan hal yang penting dalam proses konseling,
karena kehidupan manusia sangat beragam dilihat dari segi pendidikan, sosial,
ekonomi, budayanya, oleh karena itu penting bagi konselor untuk memiliki
kesadaran terhadap keragaman budaya karena kekurangan dalam pemahaman
terhadap perbedaan budaya dapat menimbulkan problematika di dalam proses
konseling yang dilakukan.
3. Tujuan Konseling Multikultural
Layanan bimbingan konseling harus bertolak dari masalah yang
sedang di hadapi oleh klien, konselor hendaknya tidak terperangkap dalam
masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien.19 Bimbingan
multikultural diartikan sebagai upaya menunjukan jalan memimpin,
menuntun, memberi petunjuk, mengatur mengarahkan dan memberi
nasehat kepada siswa dari multikultural. Karakteristik multikultural
diantaranya:
a. Mempunyai struktur budaya lebih dari satu
b. Nilai dasar yang merupakan kesepakatan bersama sulit berkembang
c. Sering terjadi konflik sosial yang berbau SARA
d. Struktur sosialnya lebih bersifat non komplementer
e. Proses integrasi yang terjadi berlangsung secara lambat
f. Sering terjadi dominasi ekonomi, politik, dan sosial budaya20
Tujuan Konseling Multikultural bagi siswa adalah sebagai berikut:
19 Soetjipto dan Kosasi, Raflis, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),82 20Faizah, Konseling Islam dalam Mayarakat Multikultural, Dosen Fakultas
Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kendari, Vol 1 No.1, Desember 2015
14
a. Membantu klien agar mampu mengembangkan potensi-potensi yang di
miliki memberdayakan diri secara optimal.
b. Membantu klien multikultural agar mampu memecahkan masalah yang
dihadapi, mengadakan penyesuaian diri, serta merasakan kebahagiaan
hidup sesuai dengan budayanya.
c. Membantu klien agar dapat hidup bersama dalam masyarakat
multikultural.
d. Memperkenalkan, mempelajari kepada klien akan nilai-nilai budaya
lain untuk di jadikan revisi dalam membuat perencanaan, pilihan,
keputusan hidup kedepan yang lebih baik.21
Konseling dalam konteks multikultur merupakan pemberian nasehat,
pemberian anjuran dan pemberian masukan antara konselor dan konseli
dalam satu permasalahan yang dihadapi konseli tanpa memandang suku,
agama, ras, budaya, umur, jenis kelamin agar dapat memecahkan masalah
yang sedang dihadapi. Konselor yang bekerja di sekolah dengan siswa dari
multikultur berusaha membantu klien dengan metode yang sesuai atau
cocok dengan kebutuhan klien tersebut dalam hubungannya dengan
keseluruhan program, agar supaya individu dapat mempelajari lebih baik
tentang dirinya untuk memperoleh tujuan hidup yang lebih realistis,
sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia dan
lebih produktif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat mensintesis bahwa
bimbingan konseling multikultural merupakan proses komunikasi,
interaksi, saling berhubungan antara siswa dan guru (dalam lingkungan
sekolah), karena adanya perbedaan etnis, suku, agama, ras dan budaya
yang mengharuskan satu individu dengan individu lainya untuk saling
memahami, mengerti dan menghargai serta memberikan pemahaman
tentang perbedaan-perbedaan budaya sehingga bisa menjadi individu yang
mampu berinteraksi dengan sesama dilingkunganya.
21 Sue, Arredoube,& MC Daris, Multicultural Counseling Cpmpetencies and Standards :
A call to the Proffesion Jurnal of Muticultural Counseling & Devolopment,20(2),hlm 64-89
15
4. Isu-isu dalam Konseling Multikultural
Menurut Gladding ada beberapa isu-isu dalam konseling multikultural
diantaranya sebagai berkut:
a. Pengetahuan akan cara pandang klien yang berbeda budaya
b. Kepekaan terhadap cara pandang pribadi seseorang dan bagaimana
seseorang merupakan hasil dari sebuah pengkondisian budaya
c. Keahlian yang diperlukan bekerja dengan klien yang berbeda budaya
d. Konselor yang memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang sistem
budaya biasanya akan lebih ahli dalam membantu anggota dari
kelompok budaya tertentu. Sehingga konselor tersebut berbagi cara
pandang yang sama dengan klien, membuat intervensi yang lebih baik
dan pantas, namun tetap mempertahankan integritas personal.
e. Perkembangan dan penggunaan teori-teori konseling hal ini untuk
mengatasi bias kultur. Itulah beberapa isu yang berkembang dalam
konseling lintas budaya yang mana hal ini menjadi hal yang sangat
perlu diperhatikan agar permasalahan-permasalahan yang terjadi bisa
diatasi dengan pemahaman yang lebih baik dengan terus berlatih dan
menambah wawasan agar menjadi tenaga konselor yang profesional.22
Masyarakat terdiri dari kumpulan individu dan keluarga yang
beraneka ragam aspiral dan budayanya masing-masing. Sebab itu sangat
diperlukan adanya landasan ideologi Negara yang memberikan arah ke
masyarakat akan dibawa kemana23. Sekolah dengan siswa dari multikultur
di dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling, menugaskan
konselor yang mampu bekerja secara profesional dengan memperhatikan
secara cermat keragaman siswanya.
22 Sue, Arredoube,& MC Daris, Multicultural Counseling Cpmpetencies and Standards :
A call to the Proffesion Jurnal of Muticultural Counseling & Devolopment,20 (2), hlm 64-89
23 Sofyan S.Willis, Kapita Selekta Bimbingan dan Konseling, (Bandung:Al-Fabeta,
2015), 113
16
5. Konselor dalam Konseling Multikultural
Empati adalah kondisi mental yang membuat seseorang merasa dirinya
dalam perasaan yang sama dengan orang lain24. Empati merupakan salah
satu sikap kunci yang harus ada dalam diri seorang konselor, karena
dengan memiliki sikap empati konselor akan bisa memahami cara pandang
dalam melihat dunianya, hal ini sejalan dengan pendapat Ivey menyatakan
bahwa dengan memiliki dan mengembangkan rasa empati pada diri
konselor akan mengambarkan cara melihat dunia melalui mata orang lain,
mendengar seperti bisa mendengar, dan merasakan serta mengalami dunia
internal mereka, namun sikap konselor tidak boleh larut dan bisa memiliki
pandangan yang jujur, dan keyakinan sendiri yang berpijak pada nilai-nilai
kebenaran.
Menurut Sue ada 3 hal yang harus dimiliki konselor sesuai dengan The
professional Standards Committee of the Association for Multikultural
Counseling and Development (AMCD) yang dimana sebagai dasar yang
telah menghasilkan kompetensi dasar dan standar multikultural yaitu:
Attitudes dan Belief, Knowledge, Skill25.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan konselor memiliki
kompetensi dasar tersebut adalah:
a. Counselor awareness of own cultural values and beliefs.
b. Memiliki rasa empati dengan orang-orang yang berbeda latar belakang,
namun ada tetap harus memiliki kesadaran sendiri terhadap nilai dan
kepercayaan yang ada pada diri sendiri (konselor) yaitu pada nilai-nilai
kebenaran
c. Counselor awareness of client worldview. Untuk bisa melihat dan
memahami dunia klien adalah banyak membaca dan belajar tentang
berbagai budaya agar bisa memahami apa yang dipahami klien tentang
dunianya.
24 Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Agung Media
Mulia, 2012), 184 25Sue, Arredoude, & MC daris, (Multucultural Counseling Competencies and Standards:
A call to the Proffesion. Journal of Multicultural Counseling & Devolopment., 20 (2), hlm 64- 89.
17
d. Culturally appropriate intervention strategies. Konselor juga perlu
banyak membaca, belajar, dan berlatih dari berbagai buku dan teknik
serta strategi bagaimana mengintervensi budaya dengan cara yang
sesuai.
6. Konsep Islam dalam Konseling Multikultural
Bimbingan konseling dalam Islam merupakan serapan dari kata
konseling secara umum yakni bimbingan konseling yang teori-teorinya
berdasarkan pemikiran manusia melalui hasil eksperimen sedang
Bimbingan konseling Islam adalah juga hasil karya manusia namun
berlandaskan kepada kitab suci (Al-Qur’an dan Hadits)26. Sebagai suatu
bidang ilmu yang berdiri sendiri bimbingan konseling kelahiran atau
kemunculannya jauh lebih awal dari bimbingan konseling Islam.
Secara historical Islam telah mencatat banyak hal dalam persoalan
kemajemukan atau masyarakat multikultural. Paling tidak Piagam
Madinah salah satu acuan umat Islam dalam berinteraksi secara damai
ditengah-tengah masyarakat yang multikultural. Banyak orang
beranggapan bahwa masyarakat multikultural hanya ada masa kini akibat
perkembangan ilmu dan teknologi, yang sebenarnya masyarakat
multikultural telah menjadi fenomena di masa sebelum agama Islam
datang. Kemudian ajaran Islamlah yang telah membongkar skat-skat
syu’biyah (fanatisme kesukuan), melihat strata sosial, dan sebagainya,
sehingga realita multikultural hari ini bukanlah hal yang baru dan oleh
karena itu perlu dipahami bahwa Islam dapat menerima segala bentuk
perbedaan itu.
7. Metode Konseling Multikultural
Konseling multikultural berkontribusi dalam memberikan layanan
konseling yang lebih akurat. Karena secara konvensional, dalam melayani
konseling kita lebih fokus pada masalah dan kebutuhan klien, namun
dengan mempertimbangkan implementasi konseling multikultural, layanan
26 Faizah, Konseling Islam dalam Mayarakat Multikultural, Dosen Fakultas Ushuluddin,
Adab dan Dakwah IAIN Kendari, Vol 1 No.1, Desember 2015
18
konseling perlu mengetahuinya jati diri klien, pribadi, suku, ras, agama,
budaya, jenis kelamin, status sosial ekonomi, lingkungan tempat tinggal
dan sebagainya. Dengan memperhatikan realistis sosial budaya yang
melingkupi kehidupan klien, insya’ Allah konselor bisa memberikan
layanan konseling yang akurat dan memuaskan.
Ada 10 faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas layanan
konseling multikultural, yaitu (1) Identitas agama, (2) Latar belakang
ekonomi, (3) Identitas seksual, (4) Kematangan psikologis, (5) Identitas
etnik-ras dan kultur, (6) Tantangan selama pertumbuhan dan
perkembangan (kronologis), (7) Trauma dan Ancaman lainnya terhadap
diri konseli, (8) Sejarah dan dinamika keluarga, (9) Karakteristik fisik
yang unik, dan (10) Lokasi tempat tinggal dan perbedaan bahasa. Jika
konselor memperhatikan faktor-faktor ini, akan sangat terbantu pada saat
awal-awal membangun rapport dan proses konseling selanjutnya, sehingga
konseling bisa berlangsung lancar dan terarah serta memiliki kualitas
layanan yang terbaik, yang pada akhirnya dapat memberikan kepuasan
baik terhadap klien maupun konselor.
Untuk menjamin kelancaran dan kesuksesan praktek konseling
multikultural, ada sejumlah langkah yang harus dilakukan, yaitu (1)
mendefinisikan konseling multikultural, dengan mengidentifikasi dan
menghargai perbedaan antara konselor dan klien, (2) mengidentifikasi
perbedaan budaya, dengan mengetahui gaya berekspresi konseli untuk
hindari misunderstanding, (3) memahami dan menunjuk issu konseling
multikultural, sehingga intervensinya sensitif secara kultural, (4)
memainkan peran diri konselor dalam konseling multikultural untuk
menjamin efektivitas konseling, dan (5) pendidikan terus menerus
dikehendaki dalam konseling multikultural, karena dinamika persoalan
terus berubah.
Untuk memberikan layanan konseling multikultural yang terbaik
sangat dibutuhkan konselor profesional yang memiliki kompetensi secara
kultural. ada tiga karakteristik, (1) Kesadaran akan dirinya, nilai, dan bias,
19
(2) Memahami pandangan klien yang berbeda secara kultural, dan (3)
Mampu mengembangkan strategi dan teknik interventi yang sesuai.
Dengan begitu ada tiga kata kunci, yaitu konselor, klien, dan strategi.
Semuanya bertumpu pada konselor, sejauh mana konselor secara kreatif
bisa wujudkan layanan konseling multikultural yang efektif. Efektivitas
layanan konseling multikultural sangat menentukan keberhasilan, sehingga
utamanya memuaskan konseling.
G. Studi Relevan
Hasil penelitin terdahulu yang dijadikan acuan peneliti karena hasil
penelitian tersebut memiliki persamaan ataupun berbedaan dengan hasil
penelitian yang dilakukan. Adapun hasil penelitian terdahulu diantaranya:
1. Hasil penelitian Helmuth Y Bunu mahasiswa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Palangkaraya Tentang Pelaksanaan
Penerapan Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Multikultural
di SMA, hasil penelitian menjelaskan bahwa secara umum proses
pelaksanaan Bimbingan Konseling dengan pendekatan multikultur di
SMA N 1 Palangkaraya yang dilaksanakan dapat berjalan dengan
efektif. Secara rinci dapat disimpulkan tujuan layanan konseling
multikultur adalah memberikan bantuan kepada siswa yang berlatar
belakang multikultur untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan
baik. Jenis-jenis layanan konseling yang diberikan kepada siswa
multikultur antara lain membantu pribadi mengatasi masalah,
merangsang klien mengembangkan perilaku santun, membantu
mengatasi kecemasan atau konflik, dan lain-lain. Karakteristik khusus
layanan konseling yang diterapkan yaitu dengan memberikan layanan
konseling individual dengan memperhatikan secara seksama perbedaan
etnis, agama, dan budaya tiap-tiap siswa. Layanan konseling
multikultur telah memanfaatkan secara maksimal berbagai media
konseling yang ada. Adapun persamaan karya tulis Helmuth dengan
karya tulis penulis ini adalah sama sama meneliti mengenai konseling
20
multikultural sedangkan perbedaannya adalah objek penelitian dan
tempat penelitian .27
2. Hasil penelitian Lilam Kadarin Nuriyanto dengan judul Bimbingan
Konseling Melalui Pendidikan Multikultural Terhadap Anak-Anak dan
Remaja dalam Penanggulangan Paham Radikalisme, hasil penelitian
menjelaskan bahwa bentuk-bentuk penanggulangan fenomena
radikalisme dikalangan anak-anak adalah dengan mengajak mereka
untuk berkumpul besama dalam sebuah wadah komunitas lintas
agama. Peran pendidikan konseling mulitikultural dalam
penanggulangan paham radikalisme di kalangan anak-anak dan remaja
merupakan hal yang sangat penting karena mereka adalah generasi
penerus bangsa. Apabila jiwa mudah untuk memahami dan mengerti
dengan segala perbedaan yang ada disekitarnya bila dilatih sejak usia
dini dan remaja maka akan menghasilkan generasi yang kuat dalam
berwawasan kerukunan, karena kerukunan merupakan modal utama
dalam pencapaian kehidupan yang damai berdampingan, sehingga
pembangunan sebuah negara bisa berjalan dengan lancar tanpa ada
faktor gangguan dari in-harmonisasi dalam Negeri. Adapun persamaan
penelitian penulis dengan penelitian ini adalah sama sama mengenai
konseling hanya saja perbedaannya penulis melakukan penelitian lebih
lebar lagi dengan membahas mengenai konseling multikultural
sedangkan karya tulis ini mengabil lebih spesifik lagi yaitu mengenai
radikalisme.28
3. Hasil penelitian Ali Rahmatni, dengan judul Peran Pendidikan
Konseling Multikultural Terhadap Siswa. Hasil penelitian yaitu
keadaan bangsa Indonesia yang beraneka ragam, karena tidak
mengenyampingkan perbedaan dan bahkan mengakui adanya
27Helmuth Y Bunu, Pemindahan Penerapan Bimbingan dan Konseling dengan
Pendekatan Multikultural di SMA, Skripsi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangkaraya, 2015 28Lilam Kadarin Nuriyanto, Bimbingan Konseling Melalui Pendidikan Multikultural
Terhadap Anak-Anak dan Remaja dalam Penanggulangan Paham Radiklisme, Balai Penelitian
dan Pengembangan Agama Semarang, Jawa Tengah, Indonesi, Vol. 5, No. 1, Juni 2014
21
perbedaan serta memerima nilai-nilai kebudayaan yang beraneka
ragam. Konseling multikultural sangat diperlukan dalam
mensosialisasikan pendidikan multikultural. Dalam hal ini pihak
sekolah melalui bagian pendidikan konseling multikultural sangat
menentukan dalam membentuk pribadi siswa yang multikultur. Oleh
sebab itu konseling multikultural harusnya mampu menunjukan
peran lebih dalam upaya mengembangkan pendidikan multikultural di
instansi-instansi pendidikan. Konseling multikultural merupakan
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau individu, baik anak-anak dan remaja, atau orang dewasa
yang mempunyai tujuan utama dimana agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu serta sarana yang ada, dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Persamaan karya tulis penulis dengan penelitian yang dilakukan ali
adalah sama sama membahas mengenai peran konseling multikultural
adapun perbedaan dari penelitian ini adalah penulis membahas kendala
dan upaya yang di hadapi dalam penerapan konseling multikultural
sedangkan karya tulis ali hanya membahas peran dari konseling
multikultural.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian yang berjudul Problematika Konseling
Multikultural antara konselor dan konseli berdasarkan perbedaan budaya
di SMA N 10 Muaro Jambi menggunakan jenis kualitatif deskriptif.
Metode ini menjadi bahan data yang nantinya dapat diolah sesuai dengan
permasalahan yang telah diteliti. Strategi kualitatif deskriptif ini
bermaksud untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai sebuah
fenomena maupun kenyataan yang ada di masyarakat, dengan jalan
22
mendeskripsikan beberapa variabel yang ada yang berkenaan dengan
masalah ataupun fenomena yang diteliti29.
Sehubungan dengan apa yang dikemukakan di atas maka alasan
menggunakan penelitian kualitatif deskriptif adalah ingin mengungkapkan
fenomena atau keadaan tertentu sebagaimana apa adanya sehingga
mengungkap fakta tentang problematika dalam konseling multikultural
antara konselor dengan konseli berdasar perbedaan budaya. Data yang
diambil berasal dari catatan observasi yang dilakukan di lapangan dan
wawancara dengan konselor sekolah di SMA N 10 Muaro Jambi.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian menjadi kunci dalam penelitian, karena subyek
penelitian inilah yang memberikan informasi-informasi terkait
permasalahan yang akan diteliti. Subyek penelitian adalah benda, hal,
orang dan tempat variabel penelitian melekat. Subyek dalam penelitian ini
adalah guru Bimbingan Konseling (BK) yang pernah melakukan konseling
multikultural dan guru Bimbingan Konseling (BK) yang memiliki
perbedaan budaya dengan konseli sebagai informannya sehingga akan
tercapai tujuan penelitian ini. Selanjutnya informan kunci (key informan)
dalam penelitian ini di tentukan berdasarkan pertimbangan bahwa,
informan kunci adalah orang yang pernah melakukan konseling
multikultural dengan (subyek) sehingga merasakan apa saja yang menjadi
problem saat proses konseling berlangsung, yaitu siswa (konseli).
3. Data dan Sumber Data Penelitian
Data adalah segala fakta yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan
data yang dipakai untuk keperluan tertentu. Dari ungkapan diatas dapat
disimpulkan bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
fakta yang dapat diolah menjadi informasi untuk menjawab pertanyaan
29 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interasi Educatif (Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologi), (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), 55-59
23
penelitian. Sumber data yaitu subyek dari mana data daat diperoleh, ada
tiga kelarifikasi sumber data, yaitu: Person (sumber data yang dapat
berupa orang), dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah
konselor sekolah atau guru Bimbingan Konseling (BK) yaitu Edward H.
Simanjuntak,S.Pd dan Sandi Adityo,S.Pd. Place (sumber data yang berupa
tempat) dan Paper (sumber data berupa simbol).
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pada penelitian ini
pengumpulan data dilakukan dengan metode:
a. Wawancara
Wawancara merupakan proses komunikasi antar seseorang
untuk mendapatkan informasi yang diinginkan oleh pewawancara.
Lebih jelas lagi adalah percakapan yang dilakukan dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewer) yang memberi jawaban atas pertanyaan
itu30. Wawancara terbuka adalah wawancara yang pertanyaannya
tidak terbatas jawabannya. Karakteristik dari wawancara terbuka
adalah peneliti dan yang diteliti sama-sama mengetahui tujuan
wawancara yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan
wawancara terbuka dengan menggunakan wawancara terbuka
diharapkan peneliti memperoleh informasi yang diinginkan.
Peneliti melakukan wawancara langsung dengan responden
penelitian yaitu siswa dan guru BK untuk memperoleh informasi
tentang problematika konseling multikultural pada siswa SMA N
10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX.
b. Observasi
30 Iskandar, Metode Penelitian Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), (Jakarta: Gaung
Persada Pers, 2008), 177
24
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi langsung. Dalam observasi langsung ini peneliti
mengadakan pengamatan terhadap proses yang terjadi dalam
situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
Peneliti menggunakan observasi langsung disebabkan karena
peneliti ingin mendapatkan data yang sebenar-benarnya dan
didapat melalui pengamatan peneliti sendiri tanpa menggunakan
alat bantu untuk mengamati. Observasi dalam penelitian ini
dilakukan sebelum penelitian (pra observasi) untuk mengetahui
permasalahan dan ketika mengadakan penelitian atau riset.
Observasi di lakukan kepada siswa dan guru BK sehingga
diperoleh informasi tentang problematika konseling multikultural
pada siswa SMA N 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan
sebagai penguatan data observasi dan wawancara, karena
dokumentasi adalah satu kesatuan dengan data observasi dan
wawancara yang dilakukan sebelumnya.31 Dalam penelitian ini
penulis melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi dari
dokumen-dokumen resmi. Instrumen dokumentasi di gunakan
untuk mencari dan menyajikan data data bentuk dokumen seperti
foto kegiatan siswa dalam melakukan kegiatan konseling
multikultural, kegiatan guru melakukan konseling multikultural
dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan data siswa
sebagai responden.
31 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskripstif Kualitatif, (Jakarta: GP Pres Group,
2013),119
25
5. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yaitu analisis data model interaktif yaitu komponen-komponen pada
metode ini saling berinteraksi sampai didapat kesimpulan yang benar.
Metode analisis data interaktif terdiri dari :
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama
proses penelitian. Pada tahap ini setelah data dipilih sesuai dengan fokus
dan masalah penelitian. kemudian disederhanakan, data yang tidak
diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penyajian serta untuk
menarik kesimpulan sementara. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam
analisis ini yaitu:
a) Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari
sembilan hubungan semantik yang tersedia.
b) Menyiapkan lembar analisis.
c) Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir,
untuk memulainya.
d) Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan
hubungan semantik dari catatan lapangan.
e) Mengulangi usaha pencarian sampai semua hubungan semantik
habis.
f) Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasi).
b. Penyajian Data (Display Data)
Penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Adapun bentuk yang lazim digunakan pada data kualitatif
26
terdahulu adalah dalam bentuk teks naratif. Analisis ini dilakukan dengan
cara:
a) Memilih salah satu domain untuk dianalisis.
b) Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang
digunakan untuk domain itu.
c) Mencari tambahan istilah bagian.
d) Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat
dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang
dianalisis.
e) Membentuk taksonomi sementara.
f) Mengadakan wawancara terfokus untuk mengecek analisis yang
telah dilakukan.
g) Membangun taksonomi secara lengkap
c. Verifikasi / Kesimpulan
Dalam penelitian ini akan diungkap mengenai makna dari data
yang dikumpulkan. Dari data tersebut akan diperoleh kesimpulan yang
tentatif, kabur, kaku dan meragukan sehingga kesimpulan tersebut perlu
diferifikasi. Verifikasi dilakukan dengan melihat kembali reduksi data
maupun display data sehingga kesimpulan yang diambil tidak
menyimpang dari data yang dianalisis. Ada beberapa langkah dalam
analisi ini yaitu:
a) Memilih domain yang akan dianalisis
b) Mengidentifikasi seluruh kontral yang telah ditemukan
c) Menyiapkan lembar paradigm
d) Mengidentifikasi demensi kontras yang memiliki dua nilai
e) Menggabungkan demensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu
f) Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada
27
g) Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data
h) Menyiapkan paradigma lengkap.
d. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data atau kebenaran data penelitian dalam penelitian ini
menggunakan uji triangulasi32. Triangulasi sumber peneliti
membandingkan data yang diperoleh dalam penelitian antara sumber yang
satu dengan sumber lainnya untuk mendapatkan keabsahan data dalam
penelitian. Triangulasi Metode peneliti membandingkan temuan data yang
diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu (seperti catatan
lapangan yang dibuat selama melakukan observasi) dengan data yang
diperoleh dengan menggunakan metode lain (wawancara). Hal ini dapat
dicapai dengan jalan membandingkan data hasil wawancara dengan suatu
dokumen. Tringulasi merupakan penggunaan berbagai metode yang saling
melengkapi. Tringulasi dilakukan untuk mengkonfirmasikan data yang
diperoleh peneliti yang pada giliranya menjaga atau meningkatkan
keterpercayaan temuan penelitian. Triangulasi dibedakan menjadi 4 yaitu:
a) Triangulasi sumber digunakan variasi sumber-sumber data yang
berbeda.
b) Triangulasi peneliti digunakan bebapa peneliti atau elevator yang
berbeda.
c) Triangulasi teori digunakan beberapa perspektif yang berbeda
untuk menginterpretasikan data yang sama.
d) Triangulasi metode digunakan beberapa metode yang berbeda
untuk meneliti suatu hal yang sama.
Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber dalam penelitian ini dapat dicapai dengan jalan
yaitu sebagai berikut:
32 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), 35
28
a) Membandingkan hasil pengamatan data hasil wawancara.
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakan orang secara pribadi.
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d) Membandingkan keadan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain.
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi
yang berkaitan.
Dengan menggunakan metode tringulasi dalam penelitian ini akan
membandingkan temuan dari metode yang digunakan yaitu observasi
dan wawancara yang dilakukan pada guru Bimbingan Konseling (BK)
yang pernah melakukan konseling multikultural, sedangkan dalam
triangulasi sumber peneliti akan membandingkan hasil temuan
pengumpulan data yang sudah dilakukan melalui wawancara dan
observasi kedua sumber yang pernah melakukan konseling
multikultural terhadap guru Bimbingan Konseling (BK) dan konseli
yang pernah melakukan konseling multikultural.
29
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah dan Geografis SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling
Kebun IX
1. Sejarah SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX
SMA Negeri 10 Muaro Jambi ini berdiri di atas naungan Dinas
Pendidikan Muaro Jambi yang didirikan sekitar tahun 2006 yang beralamat di
Jl. Lintas Petaling Kebun IX Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro
Jambi.
SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX berdiri
dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak. Jadwal belajarnya
pada pagi hari dari jam 715
-1400
WIB. Sejak berdiri SMA Negeri 10 Muaro
Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX banyak para orang tua yang ingin
memasukkan anak-anaknya pada sekolah tersebut, karena para orang tua
melihat SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX selain
memberikan pengetahuan pengetahuan umum, legalitas SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX diakui, serta mengikutkan siswa-
siswanya dengan kegiatan-kegiatan yang positif sehingga sekolah selalu
berusaha keras menjadikan siswa-siswa yang belajar mempunyai ilmu
pengetahuan.1
Sejalan dengan perkembangannya, SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.
Lintas Petaling Kebun IX yang pada awalnya berasal dari warga yang
mewakafkan tanahnya untuk digunakan sebagai tempat pembangunan, pada
tahun ajaran 2006 SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX
bisa lebih leluasa mengatur sarana dan prasarana menjadi lebih baik. Awalnya
sekolah ini masih menumpang di SMP 9 Muaro Jambi, dengan jumlah siswa
1 Sumber Data: Dokumentasi, Sejarah SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun
IX, Maret 2019
30
yang masih terbatas dan hanya terdiri dari 2 kelas. Setelah satu tahun
kemudian SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX pindah
ke desa dan memiliki ruang kelas sebanyak 4 kelas. Pertumbuhan dan
perkembangan SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX
semakin tahun semakin meningkat baik dari jumlah siswa, tenaga pengajar,
sarana prasarana sehingga bisa mencapai akreditasi A hingga sekarang.
2. Geografis
Letak geografis dapat diartikan dengan keadaan lingkungan yang
mendukung serta kenyataan dari tempat tersebut. Suasana SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX sangat strategis untuk kegiatan
belajar mengajar. SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX
merupakan salah satu sekolah menengah atas yang keberadaannya di lintas
dengan Luas tanah 7.500 m2 dan luas bangunan 7.000 m
2 dengan batas lokasi
sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk
b. Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk
c. Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk
d. Sebelah barat berbatasan denganjalan lintas Sumatra.2
B. Data SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX
1. Nama Sekolah : SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling
Kebun IX
2. NPSN : 10505320/ NIS/NSS/NDS/301100908001
3. Alamat :
a. Jalan : Jl. Lintas Petaling, Rt.14 Desa Kebon 9 Kecamatan
Sungai Gelam
b. Desa/Kelurahan : Kebun Sembilan
2 Sumber Data: Dokumentasi, keadaan geografis SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas
Petaling Kebun IX, Maret 2019
31
c. Kecamatan : Sungai Gelam
d. Kabupaten/Kota : Muaro Jambi
e. Provinsi : Jambi
f. Mulai Operasional : Tahun 2007
g. Luas Tanah/Lahan : 7.500 m2
h. Luas Bangunan : 7.000 m2
i. Status Tanah : Milik Sendiri
j. Status Bangunan : Milik Sendiri
k. Akreditasi : A3
4. Visi : “Menjadi sekolah berkualitas yang unggul dalam IMTAQ dan IPTEK”
5. Misi
a. Menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan secara terus menerus
dan memperdekatkan budaya setempat.
b. Meningkatkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan media
pembelajaran sesuai perkembangan IPTEK
c. Meningkatkan mutu tenaga Pendidik dan kependidikan yang ada di
sekolah secara berkesinambungan yang berlandaskan persaudaraan dan
persatuan.
d. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, bersih, indah, rindang dan
sehat.
e. Menjadikan sekolah yang di minati masyarakat sekitar.
6. Tujuan SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX
a. Meraih standar keputusan minimal 7,5
b. Meraih SKL 5,00
c. Terbentuknya budaya karakter relegius, disiplin dan jujur.
d. Menciptakan hubungan yang harmonis antar warga sekolah dan
masyarakat.
3Sumber Data: Dokumentasi, Identitas SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling
Kebun IX, Maret 2019
32
C. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling
Kebun IX dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:4
Gambar 3.1:
Struktur Organisasi
4Sumber Data: Dokumentasi, Struktur Organisasi SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas
Petaling Kebun IX, Maret 2019
Kepala Sekolah
Drs. Suprihono
Kepala
Laboratorium
Tenaga
Administrasi
Waka. Sapras
Eko Purwadi, S.Si
Wali Kelas
Komite Sekolah
Muslimin, S.Pd
Pembina Osis
Kepala
Perpustakaan
Pengawas/Pembina
Fathoni, S.Pd
Guru Mata Pelajaran
Waka.Kesiswaan
Pramawi jaya, S.Pd
Waka. Kurikulum
Amron, S.Kom
Siswa/Siswi
Guru BK Edward H.
Simanjuntak,S.Pd
Sandi Adityo, S.Pd
33
Berdasarkan struktur organisasi dapat dijelaskan bahwa kepala SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX adalah penanggung jawab
tunggal, staf pembantu pimpinan disebut bagian yang menggantikan tugas bagian
tertentu, seperti tata usaha yang bertugas memberikan kepada pimpinanya dalam
urusan surat menyurat (administrasi) sedangkan tugas pokok Kepala Sekolah
adalah membina atau mengembangkan SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas
Petaling Kebun IX secara terus menerus sesuai dengan perkembangan dan
tantangan zaman. Susunan struktur organisasi pada suatu lembaga desa berarti
merupakan suatu kegiatan atau ikatan yang mempertemukan antara program
kegiatan antar desa dengan masyarakatnya, karena di dalam suatu badan
organisasi, baik di bawah naungan langsung pemerintah maupun swasta, besar
maupun kecil semuanya tidak terlepas dari struktur organisasi.
D. Keadaan Guru dan Siswa
1. Keadaan Guru
Keadaan guru yang ada di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas
Petaling Kebun IX dapat digolongkan cukup baik dan berkualitas. Hal ini
dikarenakan guru-guru yang mengajar tersebut berstatus Sarjana Magister,
Sarjana dan Sarjana Muda ditambah dengan guru yang mendapat program
belajar diklat di lembaga pendidikan sehingga pendidikan yang diberikannya
mengalami kemajuan.
Guru mempunyai tanggung jawab atas kelancaran proses belajar
mengajar disekolah. Pentingnya peranan guru di dalam upaya menigkatkan
sumber daya manusia, untuk itu keberhasilan proses belajar mengajar
tergantung sejauh mana peran dan tugas guru dalam melaksanakan tanggung
jawabnya.
Hubungan antara guru dan murid tidak dapat dipisahkan dalam proses
belajar mengajar, sebab tanpa adanya guru dan murid proses belajar dan
34
mengajar tidak akan terlaksana. Tenaga pengajar di SMA Negeri 10 Muaro
Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX ini mempunyai tugas utama dalam
mengelola pelajaran kepada anak didik.
Tenaga pengajar atau guru yang terdapat di SMA Negeri 10 Muaro
Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX ini berjumlah 44 orang guru. Selain itu,
keadaan guru BK terdiri dari 2 orang. Guru BK yang sudah cukup lama
mengabdi di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX yaitu
beragama Kristen atau non muslim, sementara kondisi siswa mayoritas adalah
muslim, sedangkan satu guru BK lagi masih baru ditugaskan di SMA Negeri
10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, sehingga posisi guru BK
tersebut tergolong masih baru dan belum banyak melakukan pendekatan
kepada siswa khususnya siswa yang membutuhkan bimbingan konseling
multikultural.5 Untuk memperjelas data penelitian maka peneliti
melengkapinya dengan menambahkan data jumlah keseluruhan guru yang ada
di SMA N 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX
Tabel keadaan guru di SMA N 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX
NO NAMA NIP
1 Drs. SUPRIHONO 19680810 199512 1 004
2 HAMDI AZHAR, S.Pd, M.Pd 19601018 198302 1 002
3 Dra. NENY TRIANA 19680808 199903 2 001
4 MAROJAHAN SIAGIAN, S.Si 19670327 200003 1 001
5 PRAMAWIJAYA, S.Pd 19680216 200501 1 002
6 TEHEZIDUHU HIA, S.Pd 19690820 200312 1 006
7 MAT YAKIN, S.Pd 19740215 200604 1 007
8 NURBAITI, S.Pd 19741011 200604 2 011
9 YUSMARIYATI, S.Ag 19721104 200604 2 004
10 SUMINI, S.Ag 19710105 200701 2 006
11 RADEN AGUSTIAR, S.Pd 19690801 200801 1 001
12 SU'IB, S.Ag 19731004 200801 1 001
13 SERILIDIAWATY, S.Pt 19750202 200801 2 005
14 EKO PURWADI, S.Si 19810208 200801 1 001
15 NURHASANAH, S.Pd.i 19830727 200902 2 003
16 EKA MUSTIKA YANTI, S.Pd 19840108 200902 2 005
5Sumber Data: Dokumentasi, keadaan guru dan siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas
Petaling Kebun IX, Maret 2019
35
17 TEN DEPI PEBRIANI, S.Pd 19820207 200902 2 002
18 NURSIYAH, S.Pd 19850505 200902 2 011
19 SISKA SARI, S.Pd 19740909 200902 2 001
20 JERI MARLINA, S.Pd 19840125 200902 2 007
21 NURUL HIKMAH, S.Pd 19850408 200902 2 005
22 PENI, S.Pd 19820408 201001 1 013
23 EKO SAPUTRO, S.Pd 19760107 201001 1 004
24 SUSI MEDIYAWATI, S.Pd 19760220 201001 2 005
25 RIA ANGGRAINI, S.Si 19841104 201001 2 007
26 AMRON, S.Kom 19731109 201001 1 002
27 LOVIONY RAMASAFITRI, SE 19850522 201001 2 009
28 EDWARD H. SIMANJUNTAK, S.Pd 19790210 200501 1 007
29 RISE SUSANTI, S.Pd 19860915 201101 2 010
30 LEONARD SITANGGANG, S.Sos 19860915 201101 2 010
31 SUMIRAH, SH 19711205 201408 2 003
32 MARTINA TILOVA, S.Ag *) 19741205 200801 2 007
33 SUPARDI, S.Pd *) 19610705 198803 1 004
34 YORINAL AR, S.Pd., M.Pd 19721215 199802 1 002
35 SANDY ADITYO, S.Pd 19910616 201903 1 005
36 PERIYENI, S.P -
37 INDRIYANI, S.Pd -
38 MARLINA, S.Pd.I -
39 VIKY IDHA SAPINDO, S.Pd -
40 PRASTINI UTAMI, S.Pd -
41 NOVA PUTRI LESTARI, S.Pd -
42 PARYANTO, M.Pd.I 19800101 200012 1 003
43 DWI WAHYU SHOIMAH, S.Psi 19880428 201101 2 009 44 YULIFAR PRASETIO, S.Kom -
45 HASANAH, S.Pd -
46 AFRIANI -
47 LUCKY KURNIAWAN,SE,Sy -
48 MARYATI, S. IP - 49 A. MANAN SYAHMIN - 50 NURCAHYANTO -
2. Keadaan Murid
Murid-murid yang mengikuti kegiatan belajar mengajar pada tahun
ajaran 2019 sebanyak 682 siswa dimana jumlah perempuan 368 dan jumlah
laki-laki 314 siswa sehingga secara keseluruhan berjumlah 21 kelas dari kelas
X, kelas XI dan kelas XII, sedangkan proses belajar mengajar dilaksanakan
pada pagi hari sampai siang hari. Untuk memudahkan memahami data maka
penulis merumuskan keadaan siswa dalam bentuk tabel sebagai berikut:
36
Tabel keadaan SMA N 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX
KELAS X MIA L P SUKU JUMLAH
J ME S B MI
MIA 1 11 19 5 15 5 1 4 30
MIA 2 13 19 - 30 - - 2 32
MIA 3 11 19 5 25 - - - 30
JUMLAH 35 57 10 70 5 1 6 92
KELAS X IIS L P SUKU JUMLAH
J ME S B MI
IIS 1 18 18 5 25 - 3 3 36
IIS 2 20 16 3 30 - - 3 36
IIS 3 18 16 5 27 - - 2 34
IIS 4 20 15 - 35 - - - 35
JUMLAH 76 65 13 117 - 3 8 141
KELAS XI MIA L P SUKU JUMLAH
J ME S B MI
MIA 1 10 22 - 31 - 1 - 32
MIA 2 11 24 - 30 - 2 3 35
MIA 3 10 21 1 30 - - - 31
MIA 4 9 19 - 26 - 2 - 28
JUMLAH 40 86 1 117 - 5 3 126
37
KELAS XI IIS L P SUKU JUMLAH
J ME S B MI
IIS 1 15 13 - 27 - 1 - 28
IIS 2 15 12 - 25 - 2 - 27
IIS 3 19 13 1 30 - - 1 32
IIS 4 18 13 - 28 1 2 - 31
JUMLAH 67 51 1 110 1 5 1 118
KELAS XII IPA L P SUKU JUMLAH
J ME S B MI
IPA 1 10 26 - 34 - 1 1 36
IPA 2 12 24 2 32 - 2 - 36
IPA 3 10 25 1 30 - 3 1 35
JUMLAH 32 75 3 96 - 6 2 107
KELAS XII IPS L P SUKU JUMLAH
J ME S B MI
IPS 1 20 12 - 32 - - - 32
IPS 2 20 11 - 32 - - 31
IPS 3 24 11 1 30 - 3 1 35
JUMLAH 64 34 1 94 - 3 1 98
E. Kondisi Pegawai
Untuk melaksanakan tugas tata usaha dengan baik harus ditunjang dengan
sumber daya manusia yang memadai. Dalam hal ini tenaga profesional
dibidangnya tentu akan lebih memahami tugas dan tanggung jawabnya.
Secara garis besar pegawai tata usaha mempunyai tugas melaksanakan
38
ketatausahaan sekolah meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Menyusun program tata usaha dan mengelola keuangan sekolah
2. Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa
3. Membina dan mengembangkan karir pegawai tata usaha sekolah
4. Menyusun dan mengajukan data statistik sekolah
5. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kepengurusan tata usaha secara
baik.6
F. Kondisi Fasilitas SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX
Sarana dan prasarana yang mendukung dan lengkap akan memudahkan
proses pembelajaran, karena dengan lengkapnya sarana dan prasarana akan
memberi variasi pada proses pembelajaran, secara khusus ataupun pelaksanaan
sistem pendidikan secara umum di sekolah tersebut tentunya. Untuk mengetahui
fasilitas yang ada disekolah dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3.1: Ruangan di Sekolah
No Jenis Ruang Jumlah Kondisi
Baik Rusak
1 Kantor Kepala Sekolah 1 1 -
2 Ruang Guru 2 2 -
3 Kelas 21 21 -
4 Kamar Mandi/WC Guru 2 2 -
5 WC Siswa 21 21 -
6 Tempat Ibadah Masjid 1 1 -
7 Mushola 1 1 -
8 Ruang UKS 1 - 1
9 Ruang Perpustakaan 1 1 -
10 Ruang Laboratorium 2 2 -
6Sumber Data: Dokumentasi, keadaan pegawai SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas
Petaling Kebun IX, Maret 2019
39
Fasilitas yang terdiri dari sarana dan prasarana belajar, bahwa sarana belajar
adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya lokasi/tempat,
bangunan dan lain-lain, sedangkan prasarana adalah alat yang tidak langsung
untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya ruang, buku, perpustakaan,
laboraturium dan sebagainya.
40
Tabel 3.2 : Peralatan dan Inventaris Sekolah7
No Jenis Jumlah Kondisi
Baik Rusak
1 Meja Murid 992 992 -
2 Kursi Murid 940 940 -
3 Almari Kelas 29 28 -
4 Rak-rak Buku 64 64 -
6 Almari Kantor 8 7 1
7 Meja Guru 89 89 -
8 Kursi Guru 92 92 -
9 KIT IPA 23 Set
10 KIT Matematika 9 Set
11 Torso 9 Set
12 KIT Matematika Pintar 18 set
13 KIT Matematika Tangkas kreatif 17 set
14 Peta Indonesia 1 set
15 Poster IPA 5 Set
16 Globe 25 Unit
17 Poster IPS 1 Set
18 Televisi Pendidikan 2 2 -
19 VCD 1 1 -
20 Invokus / Layar 1 1 -
7Sumber Data: Dokumentasi, keadaan fasilitas SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas
Petaling Kebun IX, Maret 2019
41
BAB III
BENTUK PROBLEMATIKA DAN KENDALA DALAM MELAKSANAKAN
KONSELING MULTIKULTURAL
A. Bentuk Problema Konseling Multikultural di SMA Negeri 10 Muaro Jambi
Jl. Lintas Petaling Kebun IX
1. Kesulitan Konselor Menawarkan Konseling Multikultural Harus Benar-
Benar Sesuai dengan Budaya Konseli
Pertemuan antar budaya dalam realitas lingkungan siswa yang
multikultur menjadi problem bagi konselor. Untuk menyikapi realitas
tersebut, maka konselor harus benar-benar memahami berbagai macam
budaya yang dimiliki oleh siswa. Siswa hendaknya diberikan penyadaran akan
pengetahuan yang beragam, sehingga diharapkan siswa dapat memiliki
kompetensi yang luas akan pengetahuan perbedaan budaya. Beragamnya
realitas kebudayaan, maka siswa sudah tentu perlu diberikan materi tentang
pemahaman banyak budaya atau pendidikan multikultural, agar siswa mampu
menghadapi tantangan kehidupan dalam masyarakat multikultur. Wawancara
peneliti dengan guru BK yang menambahkan keterangannya sebagai berikut:
[K]onseling multikultural yang saya utamakan yaitu konseli memiliki
pemahaman dalam kehidupan yang multikultural khususnya pada
kalangan siswa mereka memiliki keragaman bahasa sosial, agama,
budaya dan sebagainya, oleh karena itu mereka harus saling memahami,
mengerti dan juga memiliki pengetahauan tentang perbedaan-perbedaan
tersebut.1
Lingkungan siswa multikultural merupakan lingkungan yang memiliki
berbagai perbedaan dalam aspek agama, suku, ras, etnis, adat istiadat, dan
mendiami berbagai wilayah. Kebergaman ini melahirkan segala dinamika
berupa sikap, respon, serta tingkah laku dan terkadang kedinamisan itu tidak
dapat diterima oleh pihak lain sehingga menyebabkan gesekan-gesekan yang
1Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
42
berujung pada permasalahan. Persoalan-persoalan tersebut membutuhkan
pengkajian dan penyelesaian berdasarkan pendekatan keilmuan seperti bidang
keilmuan konseling yang berbasis keagamaan. Selanjutnya, masih wawancara
peneliti dengan guru BK yang memberikan keterangan sebagai berikut:
[A]danya perbedaan budaya pada siswa mengakibatkan permasalahan
bagi saya selaku guru BK dalam melaksanakan konseling multikultural,
karena dalam konseling multikultural saya masih dihadapkan pada
masalah siswa yang memiliki budaya tertutup sehingga hal ini
mengakibatkan kurangnya keterbukaan dan kedekatan antara saya
sebagai konselor dan siswa sebagai konseli, budaya-budaya yang
demikian yang sangat perlu saya berikan pengertian untuk mengubahnya
secara bertahap.2
2. Adanya Perbedaan Fungsi Mental Konseli dalam Mengikuti Konseling
Multikultural
Melalui konseling multikultural siswa bisa menerima terhadap orang
lain, hal ini akan membuat situasi semakin akrab dan bersahabat sehingga di
yakini terbentuk lingkungan siswa yang dapat menerima perbedaan. Demikian
pula dengan penyesuaian diri yang seyogyanya diupayakan dalam berbagai
lingkungan dan mengedepankan kebersamaan, toleransi terutama pada siswa
yang multikultural. Wawancara dengan guru BK yang memberikan
keterangan sebagai berikut:
[K]etika konseli dihadapkan pada permasalahan yang mengakibatkan
mereka melakukan perbuatan atau perilaku yang negatif, biasa terdapat
perbedaan dalam menghadapi permasalahan tersebut, ada konseli yang
berani menhadapi masalah, terbuka dan mau mendengarkan nasehat,
tetapi ada juga konseli yang kurang memahami tujuan dari konseling
multikultural sehingga ketika diberikan nasehat kurang merespon
dengan baik.3
2Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 3Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
43
Memahami orang lain atau kelompok lain merupakan hal yang penting
pula dalam kehidupan siswa multikultural, konflik yang telah terjadi
diakibatkan oleh kurangnya atau tidak adanya pemahaman terhadap orang
lain. Oleh karena itu untuk menciptakan lingkungan siswa yang saling
memahami, menerima dan mengerti dengan berbagai perbedaan yang ada di
lingkunganya. Berikut keterangan guru BK dengan peneliti, ia mengatakan:
[S]ebagai konselor atau guru BK saya selalu mengupayakan untuk
memahami perbedaan-perbedaan budaya konseli, karena perbedaan
budaya mereka berhubungan dengan kemampuan mental konseli
dalam menghadapi masalah, seperti konseli yang berulang kali
melakukan pelanggaran sekolah karena merasa kurang diperhatikan
oleh keluarga, sehingga ia melakukan kenakalan-kenalan di luar rumah
dan di sekolah karena untuk mencari perhatian.4
Secara spesifik dalam konseling tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu
pertama, pengetahuan dibutuhkan untuk menyikapi lingkungan siswa yang
multikultural. Kedua, sikap/attitude yang akan mengontrol interaksi dengan
masyarakat khususnya siswa yang berbeda segala aspeknya. Ketiga,
keterampilan adalah salah satu kunci utama dalam rangka berkomunikasi
sehingga tidak menimbulkan ketersinggungan antara sesama pemeluk agama,
maupun terhadap masyarakat yang berbeda budaya, adat istiadat, etnis, dan
ras. Wawancara peneliti kembali dengan guru BK yang menambahkan
keteranganya sebagai berikut:
[P]entingnya mental yang sehat pada konseli karena berhubungan
dengan kesiapan mereka dalam menghadapi dan menyelesaikan
permasalahan yang mereka miliki, beberapa konseli yang mentalnya
kurang berani bahkan ada beberapa konseli yang benar-benar tertutup
dan bahkan cuek ketika diberikan nasehat, arahan dan bimbingan
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.5
4Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 5Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
44
B. Kendala-Kendala dalam Melaksanakan Konseling Multikultural pada Siswa
SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX
1. Kurangnya Kerjasama Orang Tua terhadap Siswa Bermasalah
Keluarga yang kurang menanamkan pendidikan siswa sejek kecil,
sehingga mereka tidak dapat memahami norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang sesuai dengan ajaran agama
tidak dicontohkan siswa kepada siswa sejak kecil. Kebiasaan-kebiasaan yang
baik yang dibentuk sejak lahir akan menjadi dasar pokok dalam pembentukan
kepribadian siswa. Apabila kepribadian dipenuhi oleh nilai agama, maka akan
terhindarlah siswa dari kelakukan-kelakuan yang tidak baik. Selain itu, dalam
kurangnya perhatian orang tua terhadap anak sehingga berdampak pada siswa
bermasalah, karena mereka bebas melakukan semua perilaku negatif yang
dianggapnya benar. Wawancara peneliti dengan guru BK yang memberikan
keterangan sebagai berikut:
[P]elaksanaan konseling yang saya lakukan memang tidak bisa tanpa
melibatkan bantuan orang lain, terutama orang tua siswa yang sedang
memiliki permasalahan, oleh karena itu saya selalu berusaha
melibatkan partisipasi orang tua dalam menyelesaikan permasalahan
siswa, meskipun tidak semua orang tua siswa mau dan bisa ikut
terlibat dan berpartisipasi dalam membimbing anak-anaknya apalagi
jika siswa hanya dianggap menghadapi masalah yang sepele yang bisa
diselesaikan disekolah, misalnya seperti membolos.6
Peran keluarga dalam mendidik siswa sehingga menjadi generasi
unggul dalam masyarakat merupakan sesuatu yang sangat signifikan.
Keluarga mempunyai peran sentral dalam mempersiapkan siswa baik secara
fisik, pola pikir, karakter maupun daya juang. Tempat dan lingkungan sosial
pertama dan terutama bagi si siswa adalah keluarga. Karakter ayah dan ibu,
serta komunikasi dan hubungan personal dalam keluarga turut serta dalam
pembentukan karakter siswa. Perilaku materialistik, rasionalistik,
6Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
45
individualistik, dan pragmatis sebagaimana menjadi fenomena di jaman ini
tidak lain daripada pengaruh perilaku hidup sosial dalam keluarga. Pola
perilaku yang terjadi dalam keluarga akan terlihat dalam perilaku siswa baik
di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Wawancara peneliti dengan
guru BK yang memberikan penjelsan sebagai berikut:
[K]etika siswa terlibat dengan permasalahan yang cukup berat, maka
pihak sekolah terutama saya sebagai guru BK selalu melakukan
pemberitahuan kepada orang tua siswa untuk berpartisipasi dengan
datang kesekolah sehingga akan dilakukan musyawarah bagaimana
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa, tetapi kendala yang
sering saya hadapi masih ada beberapa orang tua yang sulit untuk
datang kesekolah jika anaknya sedang bermasalah, mereka selalu
mempercayakan pihak sekolah untuk menyelesaikan misalnya dengan
memberikan peringatan kepada siswa padahal hal itu harus
diselesaikan secara bersama.7
2. Kurangnya Partisipasi antar Guru dengan Siswa
Tujuan konseling multikultur yang telah ditentukan antara lain
membantu individu dari multikultur dalam mewujudkan dirinya menjadi
manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup. Selain itu, tujuan
konseling yang diberikan adalah membantu individu untuk mengatasi
masalah, membantu individu mengembangkan situasi yang baik, membantu
individu mencegah timbulnya problem, membantu individu memahami
tatacara hidup bermasyarakat dan lain-lain. Wawancara peneliti dengan guru
Bk yaitu sebagai berikut:
[P]elaksanaan konseling di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas
Petaling Kebun IX saya lakukan tidak hanya bekerjasama dengan orang
tua siswa tetapi juga melakukan kerja sama dengan para guru dan juga
wali kelas, karena para guru yang melihat langsung perilaku dan
tindakan para siswa ketika disekolah, oleh karena itu kerjasama dengan
7Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
46
guru selalu saya lakukan, meskipun dalam melakukan kerjasama ini
tidak semua guru selalu melakukan kerjasama.8
Konseling multikultur yang diterapkan di sekolah pada dasarnya untuk
membimbing perubahan perilaku atau pola kehidupan sehari-hari, baik di
sekolah, di lingkungan bermain, di lingkungan keluarga, dan dimasyarakat.
Perbaikan pola relasi sosial dengan orang lain dari berbagai etnis, suku,
bahasa, agama, dan lain-lain. Jenis konseling yang dilakukan sebagai proses
membantu pribadi dengan menyediakan informasi yang merangsang klien
untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkan berhubungan
secara lebih efektif dengan lingkungannya. Pemberian bantuan yang berkaitan
dengan kecemasan atau konflik yang dirasakan oleh siswa dari multikultur
dilakukan dengan sangat cermat, hati-hati dan bersifat individual. Pemberian
bantuan juga diberikan untuk mengatasi masalah-masalah pribadi, sosial,
pendidikan yang dirasakan siswa dari lintas budaya, oleh karena itu untuk
melaksanakan konseling guru BK tidak bisa lepas dari bantuan para guru yang
terlibat langsung dengan siswa, berikut keterangan guru BK:
[P]elaksanaan konseling saya lakukan kerjasama dengan guru bidang
studi dan juga guru wali kelas, karena para guru terlibat langsung dan
mengetahui secara langsung bagaimana siswa, tetapi terkadang para
guru masih ada yang tidak memberikan informasi kepada saya tentang
siswa yang mengarah keperilaku negatif seperti melanggar aturan di
kelas, membolos dan juga berskip serta berperilaku yang kurang baik,
padahal jika guru selalu memberikan informasi tentang perilaku siswa di
kelas tentu sebagai guru Bk saya akan lebih mudah mencegah perilaku
negatif siswa.9
Perlunya konseling multikultural sehingga dapat menampilkan
pendidikan agama yang fokusnya adalah bukan semata kemampuan ritual dan
keyakinan tauhid, melainkan juga akhlak sosial dan kemanusiaan. Melalui
8Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 9Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
47
konseling dengan pendidikan agama, merupakan sarana yang sangat efektif
untuk menginternalisasi nilai-nilai atau aqidah inklusif pada peserta didik.
Perbedaan agama di antara peserta didik bukanlah menjadi penghalang untuk
bisa bergaul dan bersosialisasi diri. Wawancara peneliti dengan guru BK yang
memberikan keterangan sebagai berikut:
[S]aya selalu berusaha melakukan kerjasama dengan berbagai pihak
salah satunya para guru dalam melaksanakan konseling multikultural
kepada siswa, kerjasama yang saya lakukan dengan guru untuk
mengetahui lebih banyak permasalahan yang dihadapi siswa terutama di
dalam kelas ketika mengikuti pembelajaran, tetapi memang dalam
pelaksanaannya belum semua guru mampu memberikan informasi
tentang siswa khususnya yang bermasalah, sehingga saya sebagai guru
BK harus mencari berbagai permasalahan yang dihadapi siswa.10
3. Adanya Perbedaan Budaya pada Siswa
Multikulturalisme merupakan sebuah paham yang menekankan pada
kesederajatan dan kesetaraan budaya-budaya lokal tanpa mengabaikan hak-
hak dan eksistensi budaya lain. Hal ini sangat penting dipahami bersama
dalam kehidupan masyarakat yang multikultural khususnya pada kalangan
siswa, sebab bagaimana pun setiap lingkungan sekolah memiliki keragaman
bahasa sosial, agama, budaya dan sebagainya. Keragaman tersebut amat
kondusif bagi munculnya konflik dalam berbagai dimensi kehidupan. Adanya
perbedaan budaya pada siswa mengakibatkan permasalahan bagi guru BK
dalam melaksanakan konseling multikultural, dalam wawancara ia
memberikan informasi sebagai berikut:
[S]iswa di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX
bukan berasal dari budaya yang sama, berbagai budaya dan karakter
siswa yang ada mengakibatkan perbedaan perilaku pada siswa, sehingga
mengharuskan saya memiliki cara tertentu untuk melaksanakan
konseling, saya harus benar-benar memahami perbedaan budaya
mereka, misalnya siswa yang memiliki kebiasaan tempramen, maka saya
10
Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
48
harus melakukan konseling dengan sikap yang lemah lembut dan tidak
marah.11
Pengaruh pergaulan bagi siswa selalu menjadi langkah pertama dalam
melakukan suatu kegiatan dan bentuk kenakalan, melalui pergaulan inilah
mereka dapat pengalaman dimana pengalaman ini biasanya dipraktekkan
dalam bentuk perbuatan dan kelakuan, sementara apa yang dilakukan itu ada
yang melanggar aturan, etika dan moral dan ini tidak disadari, karena bagi
siswa belum dapat memahami terhadap akibat yang akan ditimbulkan, baik
bagi dirinya saat sekarang maupun terhadap masa depannya. Tingkat
pendidikan membantu orang mendapatkan rasa hormat dan pengakuan ini
adalah bagian tidak terpisahkan dan kehidupan baik secara pribadi maupun
sosial. Tujuan dari pendidikan agama adalah pembentukan akhlak yang
sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, jiwa yang bersih,
kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi.
Wawancara peneliti dengan guru BK yang menambahkan keterangannya
sebagai berikut:
[P]erbedaan budaya siswa yang ada memang mengharuskan saya untuk
memberikan pengetahuan, pemahaman tentang budaya-budaya yang ada
sehingga siswa bisa saling menghargai dan menghormati sesama.
Seperti adanya budaya siswa yang malas kesekolah dan sering sekali
membolos karena kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikanya,
maka saya harus membimbing dan memberikan pengertian kepada siswa
yang bermasalah dengan cara mengubah budaya malas menjadi lebih
disiplin.12
Kebergaman budaya melahirkan segala dinamika berupa sikap, respon,
serta tingkah laku dan terkadang kedinamisan itu tidak dapat diterima oleh
pihak lain sehingga menyebabkan gesekan-gesekan yang berujung pada
permasalahan. Persoalan-persoalan tersebut membutuhkan pengkajian dan
11
Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 12
Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
49
penyelesaian berdasarkan pendekatan keilmuan seperti bidang keilmuan
konseling yang berbasis keagamaan. Selanjutnya, masih wawancara peneliti
dengan guru BK yang memberikan keterangan sebagai berikut:
[B]udaya siswa yang berbeda juga terlihat dari adanya perbedaan sikap
dan perilaku yang saling mempengaruhi, seperti siswa yang memiliki
budaya kurang baik misalnya terbiasa berbicara kasar, kotor dan juga
tidak sopan, budaya ini biasanya lebih banyak ditiru oleh siswa lain
dengan alasan gaya bicara yang lebih gaul dan modern, oleh karena itu
sebagai guru BK tantangan saya yaitu merubah budaya tersebut dengan
menerapkan budaya yang sesuai dengan tatanan yang ada dan tepat
untuk mereka.13
4. Terbatasnya Sarana Ruangan Konseling
Konseling multikultural seyogyanya memfasilitasi proses belajar
mengajar yang mengubah perspektif monokultural yang esensial dan
diskriminatif ke perspektif multikulturalis yang menghargai keragaman dan
perbedaan, toleran dan sikap terbuka. Untuk mencapai hal tersebut seorang
guru konseling membutuhkan sarana yang maksimal. seperti hasil wawancara
peneliti dengan guru BK sebagai berikut:
[P]elaksanaan konseling yang saya lakukan di SMA Negeri 10 Muaro
Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX memang saya lakukan semaksimal
mungkin, meskipun masih banyak kekurangan yang menjadi kendala,
salah satunya belum ada ruang khusus untuk konseling antara guru dan
siswa jika terdapat siswa yang akan dikonseling dilakukan di ruang
guru yang terbuka, sehingga pelaksanaan konseling bisa dilihat dan
tempatnya memang kurang tertutup.14
13
Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 14
Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
50
BAB IV
UPAYA KONSELOR DALAM MENANGANI PROBLEMATIKA
KONSELING MULTIKULTURAL
A. Meningkatkan Pelaksanaan Konseling Multikultural
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai sekolah yang multikultur
adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui
tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan
pengentasan masalah agar peserta didik dari berbagai etnis, budaya, dan
agama dapat berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia. Konseling di
sekolah dengan siswa dari multikultur juga menangani kesulitan-kesulitan
dalam bidang pendidikan atau pengajaran yang meliputi kelemahan dalam
keterampilan, kebiasaan belajar, perencanaan kurikulum, dan masalah-
masalah emosional.
Secara kongkrit konseling multikultural dilakukan dengan berbagai cara,
seperti yang dijelaskan oleh guru BK yaitu sebagai berikut:
[L]angkah kongkrit yang saya lakukan untuk memaksimalkan
pelaksanaan konseling multikultural yaitu saya melakukan konseling
kelompok dan konseling individu yang saya adakan setiap minggu,
karena sebelumnya konseling ini hanya dilakukan ketika ada siswa yang
mempunyai problem, tetapi saat ini untuk memaksimalkan konseling
dan menanggulangi problem siswa saya lebih banyak melakukan
konseling minimal dalam satu minggu saya lakukan satu kali.1
Melalui upaya memaksimalkan konseling multikultural maka dapat
memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah bertujuan
agar peserta didik dari multikultur dapat berkembang secara optimal, mandiri
dan bahagia baik dalam arti lahir maupun batin. Wawancara peneliti kembali
lakukan dengan guru BK yang menambahkan keteranganya sebagai berikut:
1Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
51
[U]paya saya dalam pelaksanaan konseling multikultural saya lakukan
dengan cara lebih banyak melakukan pendekatan secara individu kepada
siswa, sehingga dengan adanya pendekatan yang lebih diperbanyak
maka siswa merasa tidak sungkan, tidak takut dan bisa jujur ketika akan
konsultasi mengenai masalahnya, dengan memaksimalkan pendekatan.2
Memfasilitasi pengembangan peserta didik dari multikultur melalui
pembentukan perilaku efektif normatif dalam kehidupan keseharian dan masa
depan, dimana dengan bimbingan dan konseling di sekolah, konselor
berupaya memfasilitasi pengembangan peserta didik yang berasal dari multi
etnis, budaya, dan agama melalui pembentukan perilaku efektif sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan keseharian dan masa depan.
Wawancara peneliti kembali dilakukan dengan guru BK yang
menambahkan keteranganya dalam hal memaksimalkan konseling
multikultural, ia menjelaskan sebagai berikut:
[K]egiatan konseling multiklutural dengan lebih banyak menambah jam
konseling terutama konseling kelompok dan konseling individu bisa
membantu siswa lebih terbuka dalam menyampaikan permasalahan yang
mereka hadapi. Selain itu melalui konseling multikultural saya dapat
membantu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik,
sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang
lain.3
B. Meningkatkan Kerjasama dengan Guru dan Orangtua
Meskipun dengan siswa dari multikultur sudah menggunakan sistem
informasi yang canggih, selalu menanamkan budaya etika yang
diimplementasikan melalui kerjasama dengan seluruh komponen sekolah,
baik guru dan orang tua siswa. Mengenai kerjasama ini guru BK memberikan
keterangan sebagai berikut:
2Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 3Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
52
[P]elaksanaan konseling multikultural tidak bisa saya lakukan sendiri,
saya harus menjalin kerja sama dengan komponen sekolah baik itu
dengan kepala sekolah, dengan guru yang mengajar serta dengan orang
tua yang terlibat langsung dengan siswa, karena komponen-komponen
tersebut ikut mendukung dan mempengaruhi keberhasilan konseling ini,
oleh karena itu mereka selalu saya libatkan.4
Adanya komitmen atau kesepakatan antara sekolah, dan seluruh
pemangku kepentingan seperti orang tua wali murid, masyarakat sekitar
sekolah, dinas pendidikan, pengawas sekolah, departemen pendidikan dalam
hal berkomunikasi dengan pihak sekolah, adanya pimpinan dan seluruh orang
yang terlibat dalam dunia pendidikan memfasilitasi siswa dalam pelaksanaan
konseling multikultural sehingga siswa memperoleh layanan pendidikan yang
paling prima, selain itu pihak sekolah juga harus menyusun tata tertib atau
peraturan tata krama berkomuniksi dalam konseling mutikultural yang
disepakati bersama oleh komunitas sekolah.
Kerjasama guru BK dengan para guru dalam memaksimalkan kegiatan
konseling multikultural juga dijelaskan oleh guru BK sebagai berikut:
[B]entuk kerjasama yang saya lakukan dengan guru kelas dalam
konseling multikultural salah satunya jika ada siswa yang melanggar
tata tertib di kelas seperti merokok di kelas, berkelahi di kelas, maka
saya meminta bantuan kepada guru kelas untuk memberikan nasehat,
memberikan teguran, peringatan sekaligus memberikan laporan kepada
saya sehingga saya bisa melakukan konseling individu terhadap siswa
yang bermasalah, karena disini siswa yang bemasalah kurang terbuka
menyampaikan permasalahannya.5
Pemberian layanan konseling pada jenjang pendidikan menengah yang
selama ini diterapkan lebih menekankan bimbingan bersosialisasi,
berinteraksi, berkarir, dan berkomunikasi antar siswa. Pemberian seluruh
layanan konseling tersebut belum secara khusus menekankan pendekatan
4Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 5Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
53
multikultur. Berbagai realitas yang diharapkan dalam pemberian layanan
konseling di sekolah hendaknya merupakan layanan sosial yang bersifat
humanis yang bertujuan membantu siswa yang multikultur dalam mengatasi
masalah di sekolah pada khususnya dan masalah di dalam keluarga atau
masyarakat pada umumnya.
Kerjasama guru BK dengan salah satu orang tua siswa juga
dilaksanakan dengan baik, hal ini seperti dijelaskan oleh guru BK yaitu
sebagai berikut:
[K]erjasama yang saya lakukan dengan orang tua biasanya saya lakukan
jika ada siswa yang memiliki permasalahan berat seperti mengikuti
tawuran, terlibat perkelahian antar pelajar, membolos cukup lama tanpa
diketahui oleh orang tuanya, permasalahan seperti ini saya melibatkan
langsung orang tua dengan memanggil orang tua siswa untuk kesekolah
dan melakukan musyawarah untuk penyelesaian masalah yang dihadapi
siswa.6
C. Memanfaatkan Media dalam Konseling Multikultural
Salah satu upaya dalam pelaksanaan konseling multikultural yaitu dengan
memanfaatkan berbagai media yang ada. Media BK merupakan seluruh media
yang dapat membantu guru BK dalam melaksanakan tugas sehari-hari baik
menjadi tidak bergerak maupun bergerak, baik media manual maupun
elektronik, baik media berbasis benda nyata maupun berbasis IT, baik media
sederhana maupun canggih. Mengenai hal ini, guru BK memberikan
keterangan sebagai berikut:
[K]onseling multikultural yang saya lakukan memang menggunakan
berbagai media, salah satunya media telepon ataupun media WA, jika
sedang memberikan saran atau nasehat kepada siswa yang memiliki
masalah pribadi tetapi belum maksimal di selesaikan disekolah, maka
saya melakukan bimbingan individu dengan menggunakan media
telepon, saya menelpon siswa yang bersangkutan sehingga siswa lebih
terbuka, tidak merasa malu dalam menceritakan permasalahannya, hal
6Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
54
ini memberikan kemudahan juga bagi siswa untuk lebih terbuka dan
jujur.7
Sebagaimana diketahui sistem komunikasi jaringan dan internet dengan
siswa multikultur semakin mempermudah para guru, termasuk guru BK untuk
berkomunikasi dengan banyak siswa dari multikultur secara keseluruhan, dan
mengelola tugas-tugas jarak jauh dan kerja tim. Layanan konseling
multikultur dapat dipisahkan dari lokasi dan diatur dari jarak jauh. Internet
dan teknologi jaringan yang dikembangkan mampu meningkatkan presisi
(ketepatan) dan fleksibilitas dari sekolah multikultur dan fungsi out put dalam
skala kecil maupun besar. wawancara peneliti dengan guru BK yang kembali
menambahkan keteranganya sebagai berikut:
[K]etika melakukan konseling multikultural saya memang menggunakan
berbagai media, salah satunya saya menggunakan laptop, media ini
biasanya saya gunakna ketika melakukan konseling kelompok, saya ajak
siswa untuk nonton bersama kisah-kisah inspiratif yang mendidik dan
bermanfaat serta bisa dijadikan contoh, hal ini saya lakukan sebagai
salah satu bentuk contoh nyata yang bisa mereka tiru.8
D. Memberikan Bimbingan Nilai-Nilai Karakter Berdasarkan Agama
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan
adat istiadat. Cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara merupakan bagian dari karakter individu. Individu yang
memiliki karakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan
7Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 8Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
55
mempertanggung jawabkan tiap akibat yang diperbuat. Dalam hal ini guru di
SMA Negeri 10 Muaro Jambi Petaling Kebun IX ia menjelaskan sebagai
berikut:
[S]alah satu cara yang saya lakukan untuk membimbing nilai-nilai
karakter berdasarkan agama kepada siswa yaitu melalui contoh-contoh
yang positif baik dari sikap, perilaku dan perbuatan yang berhubungan
dengan karakter, misalnya seperti bagaimana bersikap kepada siswa,
siswa dan teman tanpa harus meniru contoh-contoh yang negatif yang
tidak sesuai dengan kaidah ajaran agama kita.9
Pendidikan karakter seharusnya membawa siswa ke pengenalan nilai
secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan
nilai secara nyata. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,
dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter
diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-
hari. Keterangan guru di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Petaling Kebun IX, ia
mengatakan:
[B]anyak cara yang dilakukan oleh siswa untuk membimbing karakter
siswa. Namun belum banyak yang diketahui oleh siswa mengenai hal-
hal yang menyangkut dengan keadaan tersebut, baik aspek isi atau
materi maupun minat siswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
keagamaan, oleh karena itu siswa dibimbing dan diarahkan tentunya
akan membantu membentuk karakternya.10
Pengamatan peneliti dengan siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi
Petaling Kebun IX memang terlihat melakukan beberapa bimbingan dan juga
9Wawancara oleh peneliti dengan Ten Depi Pebriani, S.Pd, selaku Wali Kelas IPS 4 di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 10
Wawancara oleh peneliti dengan Agus Tri Setiawan selaku siswa di SMA Negeri 10 Muaro
Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
56
nasehat mengenai keteladanan sikap, perbuatan yang menunjukkan nilai-nilai
karakter yang sesuai dengan ajaran agama Islam, hal ini dilakukannya melalui
sikap, prilaku dan perbuatan yang baik dilingkungan keluarga maupun di
lingkungan masyarakat. Dalam hal guru yang ada di SMA Negeri 10 Muaro
Jambi Petaling Kebun IX kembali memberikan informasi sebagai berikut:
[S]aya menunjukkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan ajaran
agama Islam memang selalu saya upayakan, hal tersebut biasanya saya
lakukan melalui tindakan, dimana seluruh tindakan saya harus sesuai
dengan ajaran agama, perbuatan saya menunjukkan perbuatan yang
dibolehkan oleh agama, sikap berbicara dan bertingkah laku juga
berdasarkan ajaran agama, sehingga dengan demikian siswa melihat
sendiri teladan yang benar-benar nyata dan sesuai dengan ajaran agama
Islam.11
11
Wawancara oleh peneliti dengan Ten Depi Pebriani, S.Pd, selaku Wali Kelas IPS 4 di SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bentuk Problema Konseling Multikultural di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.
Lintas Petaling Kebun IX yaitu kesulitan konselor menawarkan konseling
multikultural harus benar-benar sesuai dengan budaya konseli karena realitas
lingkungan siswa yang multikultur menjadi problem bagi konselor sehingga
konselor harus benar-benar memahami berbagai macam budaya yang dimiliki
oleh siswa. Adanya perbedaan fungsi mental konseli dalam mengikuti
konseling multikultural, karena terdapat perbedaan dalam menerima
perbedaan terhadap orang lain.
2. Kendala-Kendala dalam Melaksanakan Konseling Multikultural pada Siswa
SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX diantaranya yaitu
kurangnya kerjasama orang tua terhadap siswa bermasalah, kurangnya
partisipasi antar guru dengan siswa, adanya perbedaan budaya pada siswa
yang mengharuskan guru BK memahami budaya-budaya siswa yang berbeda-
beda dan terbatasnya sarana ruangan konseling sehingga pelaksanaan
konseling multikultural menjadi kurang efektif.
3. Upaya Konselor dalam Menangani Problematika Konseling Multikultural di
SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX dilakukan dengan
cara meningkatkan pelaksanaan konseling multikultural, meningkatkan
kerjasama dengan guru dan orangtua, memanfaatkan media dalam konseling
multikultural dan memberikan bimbingan nilai-nilai karakter berdasarkan
agama.
58
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran
yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan bimbingan konseling multikultur dengan cara pendekatan yang
lebih maksimal, melakukan kerjasama dengan guru dan orang tua untuk
mengatasi masalah yang dihadapi siswa, maka akan membantu penyelesaian
masalah sehingga dapat merangsang siswa untuk mengembangkan perilaku
untuk lebih mandiri dalam menghadapi masalah.
2. Peran konseling mulitikultural dalam lingkungan siswa merupakan hal yang
sangat penting karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Apabila jiwa
mudah untuk memahami dan mengerti dengan segala perbedaan yang ada
disekitarnya bila dilatih dan dibimbing maka akan menghasilkan generasi
yang kuat dalam berwawasan kerukunan. Karena kerukunan merupakan
modal utama dalam pencapaian kehidupan yang damai berdampingan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Al – Qur’an
Q.S.Al-Hujarat (49),ayat 13
B. Karya Ilmiah
Ismaya, Bambang, Bimbingan dan Konseling Studi, Karir dan Keluarga, Bandung: Refika
Aditama, 2015
Soetjipto dan Raflis Kosasi , Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Hikmawati ,Fenti , Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Raja Wali Pers, 2016
Bunu ,Helmuth Y, Pemindaian Penerapan Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan
Multikultural di SMA, Skripsi Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangkaraya, 2010.
Nurishan, Achmad Juntika, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Refika
Aditama, 2017
Nuzliah, Counseling Multikultural, 2016 Vol 2 Hal 201
Yamin Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: GP Pres, 2013
Faizah, Konseling Islam dalam Mayarakat Multikultural, Dosen Fakultas Ushuluddin,
Adab dan Dakwah IAIN Kendari, Vol 1 No.1, Desember 2015
Prayitno, Konseling Integritas, Padang: UNP, 2013
Kompri, Managemen Sekolah Teori dan Praktek, Bandung: Al-Fabeta, 2014
Willis, Sofyan S. Kapita Selekta Bimbingan dan Konseling, Bandung:Al-Fabeta, 2015
Hidayat, Dede Rahmat Konseling di Sekolah Pendekatan-Pendekatan Konteporer,
Jakarta:Prenanda Media Group, 2018
Suprianta Mamat, , Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar
Pengembangan Profesi Konselor, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014
Soetjipto dan Kosasi, Raflis, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Sue, Arredoube,& MC Daris, Multicultural Counseling Cpmpetencies and Standards : A
call to the Proffesion Jurnal of Muticultural Counseling & Devolopment,2002
Yuniar Tanti, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Agung Media Mulia, 2012
Bunu Helmuth Y, Pemindahan Penerapan Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan
Multikultural di SMA, Skripsi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangkaraya, 2015
Nuriyanto Lilam Kadarin, Bimbingan Konseling Melalui Pendidikan Multikultural
Terhadap Anak-Anak dan Remaja dalam Penanggulangan Paham Radiklisme, Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, Jawa Tengah, Indonesi, Vol. 5,
No. 1, Juni 2014
Bahri Syaiful Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interasi Educatif Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologi, Jakarta : Rineka Cipta, 2010
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskripstif Kualitatif, Jakarta: GP Pres Group, 2013.
Iskandar, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada Pers,
2008
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2011
C. Dokumentasi, Wawancara Dan Observasi
Dokumentasi, Sejarah SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, Maret
2019
Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas
Petaling Kebun IX, 2019
Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling
Kebun IX, 2019
Ten Depi Pebriani, S.Pd, selaku Wali Kelas IPS 4 di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.
Lintas Petaling Kebun IX, 2019
Agus Tri Setiawan selaku siswa di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun
IX, 2019
A. Lampiran Dokumentasi
Dokumentasi wawancara Peneliti dengan Guru BK Bapak Edward H.Simanjuntak, S.Pd
Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Guru BK Bapak Sandi Adityo S,Pd
Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Ibu Prastini Utami, S.Pd, Selaku Wali Kelas
IPS 1
Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Ibu Nova Putri Lestari,S.Pd, Selaku Wali Kelas
IPS 2
Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Bapak Vicky Idha Sapindo, S.Pd, Selaku Wali
Kelas IPS 3
Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Ibu Ten Depi Pebriani, S.Pd, Selaku Wali Kelas
IPS 4
Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Kepala Sekolah Bapak Drs.Suprihono
Dokumentasi Bimbingan Konseling Individu
Dokumentasi Bimbingan Konseling Individu antara Guru BK Bapak Edward H.
Simanjuntak dengan Siswa
Wawancara Peneliti dengan Guru BK Bapak Edward H.Simanjuntak, S.Pd Pada Saat Pra
Observasi
Dokumentasi Bimbingan Konseling Kelompok
Dokumentasi Pendekatan Peneliti dengan Siswa
Dokumentasi Dengan Siswa IPS 1, IPS 2, IPS 3 Dan IPS 4
DAFTAR INFORMAN
No Nama Jabatan Keterangan
1 Drs. Suprihono Kepala Sekolah Responden
2 Edwar H. Simanjuntak, S.Pd Guru Bimbingan Konseling Key Informan
3 Sandi Adityo, S.Pd Guru Bimbingan Konseling Key Informan
4 Prastini Utami, S.Pd Guru/Wali Kelas Responden
5 Nova Putri Lestari, S.Pd Guru/Wali Kelas Responden
6 Vichy Idha Sapindo, S.Pd Guru/Wali Kelas Responden
7 Ten Depi Pebriani, S.Pd Guru/Wali Kelas Responden
8 Syamsuar Orang Tua Siswa Responden
9 Zarkasy Syam Orang Tua Siswa Responden
10 Rahmadi Orang Tua Siswa Responden
11 Dedi Riyanto Siswa Responden
12 Andre Irawan Siswa Responden
13 Riki Julianto Siswa Responden
14 Yandi Maulana Siswa Responden
15 Agus Tri Setiawan Siswa Responden
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
B. Instrumen Wawancara
No Dimensi Indikator Pertanyaan Jawaban Responden
1. Bentuk
problematika
konseling
multikultural
1. Kesesuaian
masalah
2. Kesesuaian teknik
3. Kepuasan konseli
terhadap layanan
1. Bagaimana cara anda
menyelesaikan problem
yang anda hadapi ketika
konseling?
2. Apakah teknik konseling
yang anda gunakan sudah
tepat?
3. Bagaimana dampak yang
dirasakan siswa setelah
mengikuti bimbingan
konseling?
2. Kendala
konseling
multikultural
1. Problem yang
dihadapi konselor
2. Jenis kendala yang
dihadapi konselor
1. Apasaja problem yang
sering anda hadapi dalam
melaksanakan konseling
multikultural?
2. Apasaja jenis kendala yang
anda hadapi?
3. Upaya
konselor
mengatasi
problematika
konseling
multikultural
1. Perencanaan
konseling
2. Pelaksanaan upaya
penyelesaian
problem
3. Penilaian upaya
penyelesaian
1. Bagaimana anda melakukan
perencanaan sebagai upaya
meningkatkan kualitas
konseling?
2. Bagaimana pelaksanaan
konseling yang anda
lakukan?
problem
4. Analisis upaya
penyelesaian
problem
5. Tindak lanjut
upaya
penyelesaian
problematika
3. Apakah anda selalu
memberikan penilaian
terhadap upaya pelaksanaan
konseling?
4. Bagaimana anda
menganalisa upaya
penyelesaian problematika
konseling?
5. Bagimana tindak lanjut
yang anda lakukan setelah
melakukan konseling
multikultural?
C. Instrumen Observasi
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Objek : Responden guru dan siswa
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Mengamati bentuk problem siswa
2 Mengamati kendala-kendala dalam
konseling multikultural
3 Mengamati upaya konselor dalam
menangani problem
4 Mengamati bimbingan konseling
multikultural dengan cara Individu
5 Mengamati bimbingan konseling
multikultural dengan cara kelompok
6 Mengamati guru menggunakan media
dalam melaksanakan bimbingan konseling
D. Instrumen Dokumentasi
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Objek : Data Dokumen Sekolah
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Mengamati Biografi SMA Negeri 10
Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX.
2 Mengamati Keadaan Guru dan Siswa di
SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas
Petaling Kebun IX.
3 Mengamati Struktur Organisasi SMA
Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling
Kebun IX.
4 Mengamati Keadaan Sarana Prasarana di
SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas
Petaling Kebun IX.
Jadwal Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah dari sisi waktu dan kegiatan, maka penulis
membuat jadwal penelitian. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, mulai dari
pembuatan proposal hingga penyusunan dngan waktu dan tahap sebagai berikut:
No Kegiatan
Penelitian
TAHUN 2018- 2019
November Desember Januari Mei Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan
proposal √ √
2.
Pengajuan
proposal dan
penunjukan
dosen
pembimbing
√
3. Seminar
proposal √
4. Perbaikam
proposal √
5.
Pengesahan
judul dan izin
riset
√
6.
Pengumpulan
dan penyusunan
data
√ √ √ √ √ √ √
7. Membuat draf
laporan √ √ √ √
8. Konsultasi draf
laporan √ √
9. Penyempurnaan
laporan √ √
10 Ujian skripsi √
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Tri Haryati
Tempat/tgl. Lahir : Lampung, 30 Agustus 1997
Pekerjaan : Mahasiswa
NIM : UB.150132
Alamat : Sungai Gelam KM 16 RT 27
Kelurahan Sungai Gelam
Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nama Ayah : Suyatno
Nama Ibu : Suparmi
B. Riwayat Pendidikan
S1 UIN STS JAMBI : 2015-2019
SMA N 10 MUARO JAMBI : 2012-2015
MTS NH SUNGAI GELAM : 2009-2012
SD N 2 LAMSEL : 2003-2009