prilaku pendidik agama islam dalam mempengaruhi minat...
TRANSCRIPT
Perilaku Pendidik Agama Islam Dalam Mempengaruhi Minat Belajar Siswa
di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah
(Studi Kasus Pada Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah di Jalan Mampang
Prapatan IV Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-
syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam
Abdul Rokib
103011026663
Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2010
Perilaku Pendidik Agama Islam Madrasah Tsanawiyah al-Kahiriyah Dalam
Mempengaruhi Minat Belajar Siswa
(Studi Kasus Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah di jalan Mampang
Prapatan IV Jakarta)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-
syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Abdul Rokib NIM. 103011026663
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA NIP. 194701141965101001
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Perilaku Pendidik Agama Islam dalam Mempengaruhi
Minat Belajar Siswa di MTs. Al-Kahiriyah Mampang Jakarta” diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulluh Jakarta,
dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada tanggal 17 September
2010 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh
gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta,17 September 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI) Tanggal Tanda tangan
Bahrissalim, M.Ag …………........ …..……………… NIP. 196803071998031002 Sekretaris Jurusan PAI
Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag ……………...... .. ....……………… NIP. 196703282000031001 Penguji 1
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA ………….......... …..……………… NIP. 194701141965101001 Penguji 2
Dr. Zaimuddin, MA ……………...... ..….……………… NIP. 195907051991031002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 195710051987031003
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Abdul Rokib
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 07 November 1982
NIM : 103011026663
Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Perilaku Pendidik Agama Islam Dalam Mempengaruhi Minat Belajar Siswa di MTs. Al-Khairiyah Mampang Jakarta
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 17 September 2010 Mahasiswa Ybs.
Materai 6000
Abdul Rokib . NIM. 103011026663
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur kita panjatkan kepada Allah Swt.,yang telah
banyak memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya di seluruh alam raya ini.
Sholawat dan salam senantiasa tercurah atas manusia pilihan, seorang pendidik
bagi seluruh umat yang paling ternama yaitu Nabi Besar Muhammad
Saw.,semoga dengan sholawat dan salam tersebut, kita akan mendapatkan
syafa'atnya di hari kiamat nanti. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini
telah melibatkan banyak pihak, baik yang secara langsung ataupun yang tidak
langsung ikut serta dalam berpartisipasi membuat teori dan mengumpulkan data
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menghanturkan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan rasa terima kasih yang
tidak terhingga kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA selaku pembimbing dalam
penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan waktu dan
perhatiannya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Para Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen Pendidikan
Agama Islam yang telah banyak memberikan ilmunya.
5. Almarhum dan almarhumah ayah dan ibu tercinta yang telah banyak
berjuang memberikan pendidikan hingga akhir hayatnya. Semoga
perjuangannya tidak sia-sia.
6. kakak-kakak ku tercinta yang ikut memberikan motivasi.
7. Istri ku tercinta yang telah setia menemani dalam penulisan skripsi ini.
8. kawan-kawan PAI, khususnya kelas B angkatan 2003 yang terus
memberikan semangat sampai sekarang.
9. Pihak Yayasan Perguruan Islam Al-Khairiyah yang telah membantu dalam
memberikan data-data sehingga selesainya skripsi ini.
10. Teman-teman di PT. Pertamina EP yang telah memberikan kesempatan
dalam penulisan skripsi ini, dan
11. Semua pihak lainnya yang telah membantu penulis yang tidak bisa penulis
sebutkan namanya.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan penulis menerima
saran dan kritik guna perbaikan skripsi ini. Akhirnya, hanya kepada Allah
Swt.,saja penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan mendapat keridhaan serta kecintaan dari-Nya.
Amin
Jakarta, Oktober 2010
ABSTRAKSI
Zaman semakin berkembang dan maju, arus globalisasi tidak dapat dihindari, berbagai macam kebudayaan dari luar semakin bebas masuk dan berkembang, tidak terkecuali hal-hal yang memiliki dampak negatif yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya peserta didik, mulai dari Sekolah tingkat Dasar hingga Sekolah Tingkat Menengah Atas. Padahal peserta didik merupakan generasi-generasi penerus bangsa dan agama yang diharapkan mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik yang didasari dengan nilai-nilai agama yang baik, untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan peserta didik yang mempunyai prilaku yang baik. Untuk menciptakan peserta didik atau generasi-generasi penerus bangsa yang baik maka dibutuhkan pendidikan yang baik pula, akan tetapi pada kenyataan sekarang ini, sering kita saksikan tindak kejahatan ataupun tauran yang dilakukan oleh peserta didik. Hal ini sungguh membuat miris hati karena hal itu sangat bertolak belakang dengan yang diharapkan pendidikan yaitu peserta didik berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai, atau beradat istiadat yang baik dan terpuji. Pendidik merupakan faktor penting dalam dunia pendidikan, karena pendidik dapat mempengaruhi peserta didik dalam membentuk kepribadiannya, biasanya peserta didik merasa tertarik dan termotivasi dengan hal-hal yang dicontohkan oleh pendidik. Salah satunya adalah prilaku pendidik yang ditunjukan kepada peserta didik ketika sedang menyampaikan pelajaran. Prilaku pendidik tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima pelajaran dan belajar, salah satunya dapat mempengaruhi minat belajar peserta didik, karena prilaku pendidik adalah sikap, baik perbuatan ataupun ucapan seorang pendidik Agama Islam dalam menyampaikan pelajaran. Minat belajar itu sendiri merupakan faktor penting bagi peserta didik dalam belajar karena semakin besar minat peserta didik dalam belajar maka semakin besar pula ilmu atau pelajaran yang diperolehnya. Semakin banyak pula pemahaman peserta didik tentang ilmu atau pelajaran itu sehingga mampu mempengaruhi kepribadiannya karena peserta didik akan lebih banyak mengetahui hal-hal yang baik dan yang buruk, karena minat itu sendiri adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang kuat atau besar untuk selalu mengingat-ingat atau mengulang-ulang sesuatu yang menarik secara terus-menerus tanpa merasa terbebani untuk mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan atau diharapkan oleh peserta didik. Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang cukup tua, didirikan pada zaman Belanda yaitu pada tahun 1928 M. Madrasah ini terletak di ibu kota Jakarta yang merupakan tempat bertemunya berbagai unsur budaya. Pada setiap tahunnya, Madrasah ini mengalami kemajuan terbukti dengan banyaknya peserta didik yang masuk. Seharusnya minat peserta didik untuk belajar semakin besar terlebih lagi dengan disediakannya berbagai macam fasilitas. Perilaku pendidik bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa, karena banyak faktor lain yang juga berperan dalam
mempengaruhi minat belajar siswa, hanya 21% saja perilaku pendidik mempengaruhi minat belajar siswa. Keluarga, cita-cita, pengalaman dan lingkungan juga termasuk faktor yang juga bisa mempengaruhi minat belajar siswa, oleh karena itu, agar bisa menumbuhkan minat belajar siswa dengan baik, maka dibutuhkan peran serta yang aktif dari semua pihak, sehingga minat belajar siswa terus meningkat dan pendidik dengan mudah dapat memberikan pengajaran dan mencapai tujuan pendidiksn sesuai yang diharapkan.
DAFTAR ISI Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Abstraksi ............................................................................................................... iii
Daftar Isi ...............................................................................................................v
Daftar Tabel ..........................................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................1
B. Masalah Penelitian .........................................................................4
1. Identifikasi Masalah............................................................4
2. Pembatasan Masalah ...........................................................4
3. Perumusan Masalah ............................................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................5
1. Tujuan Penelitian ................................................................5
2. Manfaat Penelitian ..............................................................5
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESA
A. Perilaku
1. Pengertian Perilaku .............................................................6
2. Bentuk-bentuk Perilaku.......................................................7
3. Domain Perilaku..................................................................8
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku.......................9
B. Pendidik
1. Pengertian Pendidik ............................................................11
2. Macam-macam Pendidik.....................................................12
3. Syarat-Syarat Pendidik........................................................13
4. Peranan Pendidik.................................................................19
5. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik.................................23
B. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar.....................................................25
2. Fungsi Minat dalam Belajar ................................................27
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Belajar...............28
C. Peserta Didik ..................................................................................30
1. Potensi Peserta Didik ..........................................................30
2. Kebutuhan Peserta Didik.....................................................33
D. Sintesis Perilaku Pendidik Agama Islam dalam Mempengaruhi
Minat Belajar Siswa .......................................................................36
E. Pengajuan Hipotesa ........................................................................37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................38
B. Metode Penelitian...........................................................................38
C. Populasi dan Sampel ......................................................................38
1. Populasi ...............................................................................38
2. Sampel.................................................................................39
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................39
E. Variabel Penelitian .........................................................................40
1. Perilaku Pendidik Agama Islam..........................................40
2. Minat Belajar Siswa ............................................................41
F. Teknik Analisa Data .......................................................................42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Jakarta
1. Sejarah Berdirinya MTs. al-Khairiyah................................46
2. Visi, Misi, dan Moto MTs. al-Khairiyah.............................48
3. Struktur Organisasi MTs. al-Khairiyah ..............................48
4. Struktur Organisasi Karyawan dan Tata Usaha
MTs. al- Khairiyah..............................................................49
5. Denah Ruang MTs. Al-Khairiyah.......................................49
6. Data Keadaan Guru dan Karyawan MTs Al-Khairiyah......50
7. Jumlah Siswa-siswi MTs. Al-khairiyah ..............................51
B. Deskripsi Data ................................................................................51
C. Analisis Data ..................................................................................62
D. Interpretasi Data .............................................................................64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................66
B. Saran-Saran ....................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Tabel
Tabel 1 Instrumen untuk mengukur perilaku pendidik agama Islam....................41
Tabel 2 Instrumen untuk mengukur minat belajar siswa ......................................42
Tabel 3 Standar skoring ........................................................................................42
Tabel 4 Tabel Interpretasi .....................................................................................44
Tabel 5 Data keadaan guru dan karyawan MTs. Al-Khairiyah ............................50
Tabel 6 Memberikan kasih sayang yang berbeda kepada setiap murid................52
Tabel 7 Memulai pelajaran dengan mengucapkan salam
dan membaca do'a ....................................................................................53
Tabel 8 Bersikap kasar dalam menyamapikan pelajaran di dalam kelas ..............53
Tabel 9 Memberikan hukuman yang bersifat fisik ...............................................54
Tabel 10 Tepat waktu di dalam memulai pelajaran di dalam kelas ......................54
Tabel 11 Memberikan kasih sayang seperti anak kandungnya.............................55
Tabel 12 Tepat waktu dalam menutup pelajaran ..................................................55
Tabel 13 Mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan didalam
menyampaikan pelajaran di kelas ..........................................................56
Tabel 14 Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan membaca do'a ..................................................................................56
Tabel 15 Memberikan penghargaan atau hadiah kepada peserta didik ................57
Tabel 16 Memperhatikan guru Pendidikan Agama Islam
dalam menyampaikan pelajaran.............................................................57
Tabel 17 Merasa senang dengan pelajaran yang disamapaikan guru PAI............58
Tabel 18 perilaku guru Pendidikan Agama Islam membuat anda menjadi
rajin membaca pelajaran sebelum disampaikan oleh guru.....................58
Tabel 19 Merasa senang dengan perilaku guru Pendidikan Agama Islam
dalam menyampaikan pelajaran.............................................................59
Tabel 20 Semangat belajar dengan perilaku yang ditunjukan oleh
guru Pendidikan Agama Islam...............................................................59
Tabel 21 Perhatian tertuju pada perilaku guru Pendidikan Agama Islam
dalam menyampaikan pelajaran.............................................................60
Tabel 22 Perilaku guru Pendidikan Agama Islam membuat jenuh
dengan pelajaran yang disampaikan ......................................................60
Tabel 23 Perilaku guru Pendidikan Agama Islam membuat menjadi
malas membaca pelajaran sebelum pelajaran disampaikan ...................61
Tabel 24 Perilaku guru Pendidikan Agama Islam membuat tidak
memperhatikan pelajaran .......................................................................61
Tabel 25 Perilaku guru Pendidikan Agama Islam dalam menyampaikan
pelajaran mempengaruhi dalam belajar .................................................62
Tabel 26 Tabel perhitungan variabel x .................................................................69
Tabel 27 Tabel perhitungan variabel y .................................................................70
Tabel 28 Tabel perhitungan variabel xy ...............................................................71
Tabel 29 Tabel Struktur organisasi karyawan MTs. Al-Khairiyah.......................72
Tabel 30 Tabel Struktur MTs. Al-Khairiyah ........................................................73
Tabel 31 Data keadaan guru dan karyawan MTs. Al-Khairiyah ..........................74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia,
karena pendidikan merupakan bekal untuk hidup bahagia di Dunia maupun di
Akhirat. Pada saat ini banyak berkembang tempat-tempat pendidikan baik formal
maupun non formal, akan tetapi masih saja banyak tindakan yang sangat ironi
bagi kita semua, karena masih banyak terdapat tindakkan kejahatan yang banyak
dilakukan oleh anak usia sekolah. Bahkan hampir setiap hari kita menyaksikan
berita-berita mengenai hal tersebut yang seharusnya, semakin banyak sekolah
yang berdiri maka akan semakin banyak orang yang berpendidikan, dengan
semakin banyak orang yang berpendidikan, maka semakin kecil pula tindak
kejahatan yang dilakukan oleh peserta didik.
Pada dasarnya Islam sangat memerintahkan bagi pemeluknya untuk
menuntut ilmu atau mengenyam pendidikan, karena dengan berpendidikan
seseorang akan mendapatkan ilmu dan dengan ilmu tersebut setiap manusia akan
dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang boleh dilakukan
dan yang tidak.1 Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,:
ن ردى رده ع دا ي ى ه احبه ال دى ص م يه ضل عل ل ف سب مث سب مكت مااآت
) رواه الطبرانى (يم عقلهقومااستقام دينه حتى يست
1 Moh. Rifa’I, Bekal Da’wah dan Pembina Pribadi Muslim, (Semarang: Wicaksana,
1987), jilid. II, h. 83
Artinya: “tidak ada usaha yang lebih baik daripada orang yang berusaha
mencari ilmu. Ilmu itu dapat mengantarkan pemiliknya kepada petunjuk hidayah.
Dan hidayah itu menolak kehinaan daripadanya. Agama tidak akan kuat
melainkan hanya dengan ilmu yang kuat.”(HR. Thabrani)
Dalam perspektif pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam yaitu untuk
mengabdi kepada Allah. Pengabdian kepada Allah sebagai realisasi dari
keimanan yang diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai derajat orang
yang takwa di sisi-Nya. Beriman dan beramal saleh merupakan dua aspek
kepribadian yang dicita-citakan oleh pendidikan Islam. Muhaimin menuturkan,
hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil yang
mempunyai wajah Qur’ani, tercapainya insan yang memiliki dimensi religius,
budaya dan ilmiah.2
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai sekarang ini sangat jauh dari yang
diharapkan, hal ini dikarenakan oleh banyak faktor sehingga pencapaian tujuan
pendidikan tersebut tidak maksimal. Selain faktor intern atau yang timbul dari
peserta didik itu sendiri juga terdapat faktor ekstern yang berasal dari luar. Karena
faktor-faktor tersebut membuat peserta didik kurang mengamalkan ilmu yang
telah dipelajarinya. Selain itu, dalam dunia pendidikan maka, pendidiklah yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Potensi kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang terdapat pada anak didik harus diperhatikan
perkembangannya agar tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan, terlebih lagi pada saat sekarang ini yang merupakan tantangan yang
besar bagi para pendidik agar mampu meminimalkan demoralisasi akhlak yang
kian marak di kalangan peserta didik.
Pada dasarnya di dalam al-Qur’an pendidik dapat digolongkan menjadi
empat, akan tetapi pembagian kelompok tersebut sekarang ini mulai hilang.
Masyarakat berpandangan bahwa yang dinamakan pendidik hanyalah guru di
sekolah, karena peserta didik hanya diberikan ilmu pelajaran di sekolah. Oleh
karena itu pendidik di sekolah harus mampu membuat peserta didik untuk
2 H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) cet. III, h. 83
meningkatkan minat mereka dalam belajar dan mengamalkan semua yang telah
dipelajarinya. Pendidik adalah orang yang dapat mempengaruhi peserta didik
dalam belajar, karena dalam operasionalnya mendidik merupakan rangkaian
proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberikan
teladan yang baik, membiasakan, dan lain sebagainya.3
Pada saat sekarang ini, tugas pendidik semakin bertambah dengan semakin
majunya arus globalisasi, sehingga banyak sekali peserta didik yang semakin jauh
dari dunia pendidikan dan lebih tertarik pada dunia hiburan. Dengan demikian
minat peserta didik untuk belajar semakin berkurang sehingga dapat dikatakan
bahwa ilmu yang dipelajari di sekolah juga berkurang, terutama bagi peserta didik
yang merasa jenuh dan bosan dengan pendidik itu sendiri yang terkadang
memberikan contoh prilaku yang kurang baik, seperti yang sering kita lihat di
media massa, bahwa terdapat oknum pendidik yang melakukan tindakan yang
amoral. Dari sinilah kemudian penulis memulai kajian tentang Prilaku Pendidik
pada sebuah institusi pendidikan formal tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Dimana pada usia Tsanawiyah tersebut
seorang peserta didik sangat mudah dipengaruhi oleh apapun, karena pada masa
tersebut peserta didik sedang mengalami masa puber pertama.
Di Madrasah Tsanawiyah (MTs) al-Khairiyah yang terletak di daerah
Mampang Prapatan Jakarta Selatan ini, merupakan salah satu lembaga pendidikan
formal, yang mempunyai tanggung jawab yang besar terlebih lagi sekolah ini
terletak di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang merupakan tempat
berkembangnya berbagai informasi dan tempat menyatunya berbagai unsur agama
dan kebudayaan. Sehingga di Sekolah ini pendidik dituntut dapat memberikan
contoh perilaku yang baik yang dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar.
Dengan dasar inilah, pihak sekolah merasa perlu untuk menyeleksi
pendidik yang benar-benar memiliki keahlian dan kepribadian sebagai seorang
pendidik. Kita mengetahui bahwa sering sekali pemerintah mengganti kurikulum
3 H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 43
yang satu dengan kurikulum yang baru, hal ini juga berdampak pada pendidik
yang merasa jenuh, karena satu kurikulum belum seluruhnya dilaksanakan, sudah
adalagi kurikulum yang baru. Akibat kejenuhan pendidik inilah yang
menyebabkan situasi belajar mengajar kurang memberikan pengaruh pada siswa
dalam belajar. Pada prakteknya pun masih banyak pendidik yang menerapkan
kurikulum yang lama agar pendidik mampu mengoptimalkan pengajaran selain
masih banyak pendidik yang belum paham benar dengan kurikulum yang terus
berganti baru.
Untuk dapat menciptakan peserta didik sesuai dengan yang diharapkan,
maka pendidik harus dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik, dalam
menumbuhkan minat belajar peserta didik tidaklah semudah membalikan kedua
telapak tangan, pendidik harus dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi minat belajar siswa, karena bukan tidak mungkin jika pendidik itu
sendiri menjadi faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa.
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti hal tersebut yang
penulis tuangkan dalam sebuah judul skripsi: “PERILAKU PENDIDIK AGAMA
ISLAM DALAM MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA” (Studi kasus
pada siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta).
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis
menemukan beberapa permasalahan yang dapat di identifikasi, antara lain:
1. Bagaimanakah perilaku Pendidik Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah
Al-Khairiyah Jakarta?
2. Bagaimanakah minat belajar peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Al-
Khairiyah Jakarta?
3. Apakah perilaku pendidik berperan dalam menumbuhkan minat belajar
siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Jakarta?
2. Pembatasan Masalah
Agar mempermudah penulis dalam melakukan penelitian untuk menyusun
skripsi ini, maka penulis membatasi masalah yang akan penulis teliti, pertama
perilaku pendidik agama Islam yaitu perilaku seorang guru dalam menyampaikan
materi pelajaran agama Islam dan kedua minat belajar dan yang dimaksud minat
belajar disini adalah kecenderungan siswa untuk memperhatikan dan mempelajari
materi yang disampaikan oleh pendidik agama Islam di MTs. al-Khairiyah
Jakarta.
3. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari pembahasan ini adalah: bagaimana
perilaku Pendidik Agama Islam dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa di
Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin penulis
peroleh dari penyusunan skripsi ini adalah:
a. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai perilaku pendidik
agama Islam dalam upaya mempengaruhi minat belajar siswa di Madrasah
Tsanawiyah al-Khairiyah Jakarta.
b. Untuk mengetahui sejauhmana perilaku pendidik agama Islam dalam
upaya mempengaruhi minat belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah al-
Khairiyah Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Mengenai manfaat penelitian, ada beberapa hal yang penulis inginkan dari
penyusunan skripsi ini, yaitu:
1. Bagi para calon pendidik dapat berguna untuk mempersiapkan diri dalam
upaya menumbuhkan minat belajar siswa, sehingga dengan demikian tidak
akan sulit untuk mencapai tujuan dari pelajaran.
2. Bagi pengelola dunia pendidikan agar dapat mempersiapkan para pendidik
yang professional, sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik bagi
siswa dan sekolah itu sendiri.
3. Dapat memberikan informasi bagi para pendidik, bahwa betapa perilaku
seorang pendidik dapat memberikan pengaruh kepada siswa.
BAB II
KAJIAN TEORI A. PERILAKU
1. Pengertian perilaku
Perilaku terdiri dari dua kata yang berlainan namun mempunyai kesamaan
makna, perilaku berasal dari kata "peri" dan "laku", di dalam kamus bahasa
Indonesia "peri" diartikan sebagai: "hal, sifat, keadaan"4 sedangkan kata "laku"
diartikan dengan perbuatan, kelakuan, dan cara menjalankan/berbuat".5 Dengan
demikian perilaku bias juga diartikan dengan segala hal atau keadaan perbuatan
atau kelakuan yang dilakukan oleh seseorang.
Dalam bahasa Inggris disebut "behavior" yang artinya kelakuan, tindak
tanduk, jalan.6 Secara etimologi, perilaku artinya setiap tindakan manusia atau
hewan yang dapat dilihat.7
Secara terminology, perilaku artinya segala yang dilakukan seseorang.8
Melihat beberapa uraian di atas, nampak jelas bahwa perilaku adalah kegiatan
atau aktifitas yang melingkup seluruh aspek jasmaniah dan rohaniah yang bisa
dilihat. Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku, yakni tingkah
laku intelektual dan tingkah laku mekanistis.9
Tingkah laku intelektual adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan
seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual. Cirri-ciri
4 Tim Genaka Sains Bandung, Kamus Lengkap Bahasa Indoensia, (Bandung: PT.
Penabur Ilmu, 2001), Cet. I, h. 340 5 Tim Genaka Sains Bandung…,h. 251 6 Jhon M Echol et al, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), cet. 13,
h. 80 7 Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Tonis, 1982), h. 19 8 Mar'at, Sikap Manusia terhadap perubahan serta pengukuran, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1982), h.9 9 Hasan langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988), h.
274
utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu. Sedangkan tingkah laku
mekanistis atau refleks adalah respon-respon yang timbul pada manusia secara
mekanistis dan tetap seperti kedipan mata sebab terkena cahaya dan gerakan-
gerakan perambang yang kita lihat pada anak-anak, seperti menggerakan kedua
tangan, dan kaki secara terus menerus tanpa aturan.
Dari uraian di atas tentang perilaku, dapat dipahami bahwa perilaku itu
adalah perbuatan, tindakan ataupun aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain: berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.
Jadi perilaku pendidik adalah keadaan perbuatan atau kelakuan yang
dilakukan seorang pendidik, adapun maksud pengertian perilaku pendidik dalam
bahasan ini adalah sebagai bentuk perbuatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
pendidik didalam menyampaikan pelajaran di sekolah dan didalam keseharinnya
ketika ia berada di lingkungan sekolah baik yang disadari ataupun yang tidak
disadari.
2. Bentuk-bentuk perilaku
Perilaku manusia memang banyak sekali jika di amati, akan tetapi kita
akan mencoba melihat bentuk dari perilaku dari bentuk respon terhadap
rangsangan atau stimulus, maka jika berdasarkan stimulus tersebut perilaku dapat
dibedakan menjadi dua:
a. Perilaku Tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup ini adalah merupakan respon atau tanggapan seseorang
terhadap rangsangan atau stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap rangsangan ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.
Jadi berdasarkan definisi di atas bahwa, perilaku tertutup ini merupakan
perilaku yang memang benar-benar masih tertutup (convert) sehingga perilaku
tersebut belum dapat di amati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini merupakan kebalikan dari perilaku tertutup, perilaku
terbuka merupakan respon atau tanggapan seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon yang diberikan terhadap rangsangan tersebut dapat terlihat jelas
dan dapat diamati oleh orang lain, karena respon tersebut sudah jelas dalam
bentuk terbuka atau praktek sehingga dapat dengan mudah diamati oleh orang
lain.
3. Domain perilaku
Menurut Benyamin Bloom bahwa, perilaku manusia itu dapat dibagi ke
dalam tiga domain, yaitu:
a. Cognitive Domain, di ukur dari knowledge (pengetahuan)
pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori
panca indra, khususnya mata dan telinga terhadap suatu obyek. Pengetahuan ini
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku terbuka (overt
behavior). Perilaku yang bedasarkan pengetahuan ini pada umumnya bersifat
langgeng.
Sementara itu, menurut Notoatmodjo S, sebelum seseorang mengadopsi
sesuatu, di dalam diri tersebut terjadi suatu proses yang berurutan (akronim
AIETA), yaitu:
1. Awareness (kesadaran), yaitu individu menyadari akan adanya rangsangan
atau stimulus pada dirinya.
2. Interest (tertaris), yaitu individu merasakan ketertarikan terhadap rangsangan
atau stimulus yang didapatkannya.
3. Evaluation (Menimbang-nimbang), yaitu individu menimbang-nimbang
mengenai baik buruknya stimulus atau rangsangan tersebut terhadap dirinya.
Pada proses ketiga ini, subyek memiliki sikap yang lebih baik lagi.
4. Trial (mencoba), yaitu individu memulai mencoba perilaku baru hasil dari
stimulus atau rangsangan yang didapat.
5. Adaption, yaitu individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
sikap, dan kesadaran terhadap stimulus atau rangsangan yang didapatnya.
b. Affective Domain, diukur dari attitude (sikap)
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap
yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian
respons terhadap stimulus tertentu.
Jadi berdasarkan definisi di atas bahwa tingkatan sikap adalah menerima
stimulus, rangsangan atau objek, merespons, menghargai, dan bertanggung jawab.
c. Psychomotor Domain, diukur dari Psychomotor/practice (keterampilan)
Perilaku maupun sikap yang terdapat pada diri individu belum tentu
diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan. Agar perilaku tersebut dapat terwujud
dalam bentuk perilaku yang nyata maka dibutuhkan factor-faktor pendukung dan
fasilitas. Practice juga mempunyai tingkatan-tingkatan, yaitu:
1. Persepsi, yaitu individu mengenal dan memilih berbagai objek yang sesuai
dengan tindakan yang akan dilakukan oleh individu tersebut.
2. Respons terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan
yang benar sesuai dengan yang telah dicontohkan.
3. Mekanisme, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sudah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan individu
tersebut.
4. Adaptasi, yaitu suatu tindakan yang sudah berkembang dan sudah
dimodifikasi akan tetapi tanpa mengurangi kebenaran.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
banyak faktor yang memperngaruhi perilaku individu, baik yang
bersumber dari dalam dirinya (faktor internal) ataupun yang berasal dari luar
dirinya (faktor eksternal). Faktor internal merupakan segala sifat dan kecakapan
yang dimiliki atau dikuasai individu dalam perkembangannya, diperoleh dari hasil
keturunan atau karena interaksi keturunan dengan lingkungan. Faktor eksternal
merupakan segala hal yang diterima individu dari lingkungannya.
1. Faktor keturunan
Keturunan, pembawaan atau heredity merupakan segala cirri, sifat, potensi
dan kemampuan yang dimilki individu karena kelahirannya. Ciri, sifat dan
kemampuan-kemampuan tersebut di bawa individu dari kelahirannya, dan
diterima sebagai keturunan dari kedua orang tuanya.
Ada dua kategori ciri atau sifat yang dimiliki individu, yaitu ciri dan sifat-
sifat yang menetap (permanent state) dan ciri atau sifat-sifat yang bisa berubah
(temporary state). Ciri atau sifat-sifat yang menetap dipandang sebagai
pembawaan atau keturunan, seperti warna kulit, rambut, hidung, mata, telinga, dll.
Sifat periang, penakut, penyedih, pemberani, dll. Mengenai sifat-sifat periang,
penakut, dll, beberapa ahli meragukan bahwa hal itu merupakan factor
pembawaan sebab kemungkinan besar masih bias diubah oleh lingkungan.10
Factor keturunan ini juga merupakan konsepsi dasar atau modal kelanjutan
perkembangan perilaku makhluk hidup itu, faktor genetik yang berasal dari
individu antara lain: jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat
pembawaan, dan intelegensi. Hal ini dapat mempengaruhi individu dalam
berperilaku terhadap lingkungan.
2. Faktor Lingkungan
Perilaku yang diperlihatkan oleh individu bukan sesuatu yang dilakukan
sendiri tetapi selalu dalam interaksinya dengan lingkungan. Demikian juga dengan
sikap dan kecakapan-kecakapan yang dimilki individu sebagian besar diperoleh
melalui hubungannya dengan lingkungan.11
Manusia sebagai makhluk social tidak akan mungkin dapat hidup
sendirian, oleh karenanya manusia harus berinteraksi dengan lingkungan tempat
10 Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007). H. 44-51 11 Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan…h. 44-51
individu tersebut tinggal, dalam berinteraksi inilah individu tersebut dipengaruhi
dalam berperilaku. Biasanya orang yang tinggal di lingkungan yang kumuh akan
memilki perbedaan perilaku jika dibandingkan dengan individu yang tinggal di
lingkungan yang memadai.
B. PENDIDIK AGAMA ISLAM
1. Pengertian Pendidik
Agama Islam adalah agama yang mulia, agama yang sempurna, agama
yang mengatur berbagai aspek kehidupan, oleh sebab itu agama Islam juga agama
yang sangat mementingkan masalah pendidikan, bukan hanya untuk menuntut
ilmu akan tetapi mengajarkan ilmu yang telah kita miliki. Hal ini sebagaimana
sabda Rasulullah Saw.,:
)رواه الطبرانى (لميكمعتعلموا وعلموا وتواضعوا لمعلميكم ولينوا لمعتArtinya: pelajarilah ilmu dan ajarlah manusia, dan rendahkanlah dirimu kepada
guru-gurumu, dan berlaku lemah lembut terhadap murid-muridmu” (HR. at-
Thabrani)
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggungjawab
terhadap upaya perkembangan rohani dan jasmani peserta didik agar mencapai
tingkat kedewasaan sehingga ia mampu melaksanakan tugas-tugas
kemanusiaannya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.12
Berdasarkan definisi tersebut, maka pendidik dalam konteks ini bukanlah
hanya terbatas pada orang-orang yang memberikan ilmu pelajaran di sekolah,
akan tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak
dalam kandungan hingga dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.
12 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 42.
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut dengan murobbi,
muallim, dan muaddib. Kata murobbi berasal dari kata rabba, yurobbi. Kata
muallim adalah isim fa’il dari allama, yuallimu, sedangkan kata muaddib berasal
dari kata addaba, yuaddibu. Ketiga term tersebut mempunyai makna yang
berbeda, sesuai dengan konteks kalimat, walaupun dalam situasi tertentu
mempunyai kesamaan makna.
Istilah murobbi sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih
mengarah kepada pemeliharaan, baik yang bersifat rohani maupun jasmani.
Sedangkan kata muallim pada umumnya digunakan dalam membicarakan
aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan
dari seseorang yang tahu kepada seseorang yang belum tahu, adapun istilah
muaddib menurut al-attas lebih luas dari istilah muallim dan lebih relevan dengan
konsep pendidikan Islam.13
Dengan demikian, kata pendidik secara fungsional menujukan kepada
seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan,
keterampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Selanjutnya dalam
beberapa literatur kependidikan pada umumnya, istilah pendidik sering diwakili
oleh istilah guru yang menurut Hadari Nawawi berarti orang yang bekerja dalam
bidang kependidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam
membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.14
2. Macam-Macam Pendidik
Pada dasarnya setiap orang yang memberikan kita pengetahuan dapat
dikategorikan sebagai pendidik akan tetapi hal tersebut masih terlalu umum dan
luas. Pendidik terdiri dari dua macam:
1. Pendidik secara Kodrati (orang tua)
Yaitu pendidik yang secara otomatis seperti orang tua dalam lingkungan
rumah tangga atau keluarga dengan kesadaran yang mendalam serta didasari cinta
kasih yang mendalam, selalu mengasuh anak-anaknya dengan penuh tanggung
13 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1974),h. 84 14 Abuddin Nata, MA, dan Fauzan, MA, Pendidkan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2005), h. 207
jawab serta kesadaran. Bahkan, mengenai pendidikan orang tua ini telah
dicontohkan oleh Lukmanul Hakim yang Allah Swt.,cantumkan di dalam al-
Qur'an.
Artinya:
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".(QS. Lukman: 13)15
2. Pendidik sebagai Jabatan
Yaitu orang-orang tertentu yang mempunyai tanggung jawab mendidik,
karena fungsi jabatannya. Misalnya para guru dalam lembaga pendidikan atau
sekolah, para pemimpin dalam masyarakat, pemimpin organisasi pemuda dan
sebagainya. Mendidik adalah tugas luhur yang memerlukan tanggungjawab yang
besar.16
3. Syarat-syarat Pendidik
Tidak semua manusia dapat menjadi pendidik, karena dalam mendidik
diperlukan kelebihan atau karakter tersendiri sehingga peserta didik dapat menjadi
manusia yang berguna, sebab itu untuk menjadi seorang pendidik harus dapat
memenuhi persyaratan, antara lain:
Al-Kanani di dalam bukunya yang berjudul Tazkirah al-Sami' wa al-
Mutakallim fi Adab al-'Alim wa al-Muta'allim, mengemukakan persyaratan
seorang pendidik atas tiga macam yaitu (1) Yang berkenaan dengan dirinya
sendiri, (2) Yang berkenaan dengan pelajaran, dan (3) Yang berkenaan dengan
muridnya.
Pertama, syarat-syarat guru berhubungan dengan dirinya, yaitu:
1) Hendaknya guru senantiasa insyaf akan pengawasan Allah terhadapnya
dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah
15 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h. 654.
16 Anshari Hafi, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 53
yang diberikan Allah kepadanya. Karenanya, ia tidak mengkhianati
amanat itu, malah ia tunduk dan merendahkan diri kepada Allah SWT.
2) Hendaknya guru memelihara kemuliaan ilmu. Salah satu bentuk
pemeliharaannya ialah tidak mengajarkannya kepada orang yang tidak
berhak menerimanya, yaitu orang-orang yang menuntut ilmu untuk
kepentingan dunia semata.
3) Hendaknya guru bersifat zuhud. Artinya ia mengambil dari rezeki dunia
hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya
secara sederhana. Ia hendaknya tidak tamak terhadap kesenangan dunia,
sebab sebagai orang yang berilmu, ia lebih mengetahui ketimbang orang
awam bahwa kesenangan itu tidak abadi.
4) Hendaknya guru tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya
sebagai alat mencapai kedudukan, harta, prestise, atau kebanggaan atas
orang lain.
5) Hendaknya guru menjauhkan dari mata pencaharian yang hina dalam
pandangan syara', dan menjauhi situasi yang bisa mendatangkan fitnah dan
tidak melakukan sesuatu yang dapat menjatuhkan harga dirinya dimata
orang banyak. Sebagaimana Allah SWT firmankan sebagai berikut:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-
baik yang Kami berikan kepada mu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (Q.S.Al-Baqarah:172)
6) Hendaknya guru memelihara syiar-syiar Islam, seperti melaksanakan
shalat berjamaah di masjid, mengucapkan salam, serta menjalankan amar
ma'ruf dan nahi munkar. Dalam melakukan semua itu hendaknya ia
bersabar dan tegar dalam menghadapi celaan dan cobaan. Sebagaimana
Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(Q.S. Al-Baqarah:153)
7) Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunnatkan oleh agama,
baik dengan lisan maupun perbuatan, seperti membaca Al-Qur'an, berzikir,
dan shalat tengah malam. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT.
Artinya:
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”
(Q.S.Hud:114)
8) Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya
dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk.
Sebagai pewaris Rasulullah Saw.,sudah sepantasnya seorang pendidik
untuk memperlihatkan akhlak yang terpuji, sebagaimana peran yang
dimainkan oleh Rasulullah dalam menghadapi umatnya (sebagai teladan
atau panutan)
9) Guru hendaknya selalu mengisi waktu-waktu luangnya dengan hal-hal
yang bermanfaat, seperti beribadah, membaca dan mengarang. Ini berarti
bahwa, seorang pendidik harus selalu pandai memanfaatkan segala kondisi
sehingga hari-harinya tidak ada yang terbuang.
10) Guru hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima
ilmu dari orang yang lebih rendah dari padanya, baik secara kedudukan
atau usianya. Artinya seorang pendidik hendaknya selalu bersikap terbuka
terhadap masukan apapun yang bersifat positif dan dari manapun
datangnya.
11) Guru hendaknya rajin meneliti, menyusun, dan mengarang, dengan
memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu.
Kedua, syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran (syarat-syarat
paedagogis-didaktis), yaitu:
1) Sebelum keluar rumah untuk mengajar, hendaknya guru bersuci dari hadas
dan kotoran serta mengenakan pakaian yang baik dengan maksud
mengagungkan ilmu dan syari'at.
2) Ketika keluar dari rumah, hendaknya guru selalu berdo'a agar tidak sesat
menyesatkan, dan terus berzikir kepada Allah Swt.,hingga sampai ke
majlis pengajaran. Ini menegaskan bahwa sebelum mengajarkan ilmunya
seorang guru sepantasnya untuk mensucikan hati dan niatnya.
3) Hendaknya guru mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat
terlihat oleh semua murid. Artinya ia harus berusaha agar apa yang akan
disampaikannya hendaklah diperkirakan dapat dinikmati oleh seluruh
siswanya dengan baik.
4) Sebelum mulai mengajar, guru hendaknya membaca dari sebagian ayat Al-
Qur'an agar memperoleh berkah dalam mengajar, kemudian membaca
basmallah.
5) Guru hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai dengan hirarki nilai
kemuliaan dan kepentingannya yaitu tafsir Al-Qur'an, kemudian hadits,
ushul aldin, ushul fikih, dan seterusnya. Barangkali bagi seorang guru
pemegang mata pelajaran umum, hendaklah selalu mendasarkan materi
pelajaran dengan Al-Qur'an dan hadits Nabi Saw.,dan kalau perlu mencoba
untuk meninjaunya dari kacamata Islam.
6) Hendaknya guru selalu mengatur volume suaranya agar tidak terlalu keras,
hingga membisingkan ruangan, tidak pula terlalu rendah hingga tidak
terdengar oleh murid atau siswa.
7) Hendaknya guru menjaga ketertiban majelis dengan mengarahkan
pembahasan pada objek tertentu. Artinya dalam memberikan materi
pelajaran, seorang guru memperhatikan tata cara penyampaian yang baik
(sistematis), sehingga apa yang disampaikan akan mudah dicerna oleh
murid.
8) Guru hendaknya menegur murid-murid yang tidak menjaga sopan santun
dalam kelas, seperti menghina teman, tertawa keras, tidur, berbicara
dengan teman atau tidak menerima kebenaran. Ini berarti bahwa seorang
guru atau pendidik dituntut untuk selalu menanamkan dasar-dasar akhlak
terpuji dan sopan santun baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan
belajar.
9) Guru hendaknya bersikap bijak dalam melakukan pembahasan,
menyampaikan pelajaran, dan menjawab pertanyaan. Apabila ia ditanya
tentang sesuatu yang ia tidak tahu, hendaknya ia mengatakan tidak tahu.
Hal ini menegaskan bahwa seorang guru tidak boleh berpura-pura tahu
sedangkan diri Rasulullah saja, tidak pernah menjawab pertanyaan yang
beliau tidak tahu dengan jawaban yang diterka-terka, tetapi beliau hanya
menjawab dengan “la adriy” (saya tidak tahu). Sebab jika seseorang
mencoba menjawab dengan ketidak tahuannya ia akan dikatagorikan
sebagai orang yang sesat lagi menyesatkan.
10) Terhadap murid baru, guru hendaknya bersikap wajar dan menciptakan
suasana yang membuatnya merasa telah menjadi bagian dari kesatuan
teman-temannya. Dengan arti lain, guru harus berusaha mempersatukan
hati siswanya antara satu dengan yang lainnya.
11) Guru hendaknya menutup setiap akhir kegiatan belajar mengajar dengan
kata-kata wallahu a'lam (Allah yang Maha Tahu) yang menunjukan
keikhlasan kepada Allah Swt.,hal ini bermaksud agar setelah proses belajar
mengajar berlangsung, seorang guru hendaknya menyerahkan kembali
segala urusannya kepada Allah Swt.
12) Guru hendaknya tidak mengasuh bidang studi yang tidak dikuasainya. Hal
ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelecehan ilmiah dan sebaliknya akan
terjadi hal yang sifatnya untuk memuliakan ilmu dalam proses belajar
mengajar.
Ketiga, kode etik guru ditengah-tengah muridnya, antara lain:
1) Guru hendaknya mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah,
menyebarkan ilmu, menghidupkan syara' menegakkan kebenaran, dan
melenyapkan kebathilan serta memelihara kemaslahatan umat.
2) Guru hendaknya tidak menolak untuk mengajar murid yang tidak
mempunyai niat tulus dalam belajar. Sebagian ulama memang pernah
berkata “kami para penuntut ilmu dengan tujuan karena Allah, sehingga
guru menolak kecuali jika kami menuntut ilmu karena Allah”. Kata-kata
itu hendaknya diartikan pada akhirnya niat menuntut ilmu itu harus karena
Allah. Sebab kalau niat tulus ini disyaratkan pada awal penerimaan murid,
maka murid akan mengalami kesulitan.
3) Guru hendaknya mencintai muridnya seperti ia mencintai dirinya sendiri.
Artinya, seorang guru hendaknya menganggap bahwa muridnya itu adalah
merupakan bagian dari dirinya sendiri (bukan orang lain).
4) Guru hendaknya memotivasi murid untuk menuntut ilmu seluas mungkin.
Sebagaimana pernah dianjurkan oleh Rasulullah dalam sabdanya, yang
berarti “Tuntutlah ilmu itu sekalipun ke negri Cina !” Hadits ini
menyiratkan bahwa menuntut ilmu itu tidak ada batasnya, kapan, dan
dimana pun tempatnya.
5) Guru hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah dan
berusaha agar muridnya dapat memahami pelajaran. Artinya, seorang guru
harus memahami kondisi murid-muridnya dan mengetahui tingkat
kemampuan dalam berbahasa.
6) Guru hendaknya melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar
yang dilakukannya. Hal ini dimaksudkan agar guru selalu memperhatikan
tingkat pemahaman siswanya dan pertambahan keilmuan yang
diperolehnya.
7) Guru hendaknya bersikap adil pada semua muridnya. Hal ini
pernah diingatkan oleh Allah dalam Firman-Nya: Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dalam berbuat
kebaikan…”. (QS. An-Nahl: 90)
8) Guru hendaknya berusaha membantu memenuhi kemaslahatan murid, baik
dengan kedudukan ataupun hartanya. Apabila murid sakit ia hendaknya
menjenguknya, dan apabila kehabisan bekal hendaknya ia membantunya.
Hal ini menggambarkan bahwa seorang guru dianjurkan memperlakukan
muridnya dengan baik sebagaimana ia memperlakukan anaknya sendiri,
dengan penuh kasih sayang.
9) Guru hendaknya terus memantau perkembangan murid, baik intelektual
maupun akhlaknya. Murid yang shaleh akan menjadi “tabungan” bagi guru
baik di dunia maupun di akhirat.
Suatu hal yang sangat menarik dari teori tentang kode etik (syarat-syarat)
pendidik yang dikembangkan oleh al-Kanani itu yaitu adanya unsur yang
menekankan pentingnya sifat kasih sayang, lemah lembut kepada anak didik.
Agaknya, pendapat mereka itu didasarkan atas sabda Rassulullah Saw.,yang
artinya: “Sesungguhnya saya dan kamu laksana bapak dengan anaknya”. Selain
itu juga didasarkan atas paham mereka bahwa bila guru telah memiliki rasa kasih
sayang yang tinggi kepada muridnya, maka guru tersebut akan berusaha
semaksimal mungkin untuk meningkatkan keahliannya karena ia ingin
memberikan yang terbaik kepada murid-murid yang disayanginya. Tentunya hal
itu dilatarbelakangi oleh suatu sikap untuk selalu bercermin kepada akhlak Allah
(asma al-husna) dan meniru akhlak Rasulullah Saw.,dalam mendidik umatnya.17
4. Peranan Pendidik
Berangkat dari konsep operasional, pendidikan Islam adalah proses
transformasi dan internalisasi nilai-nilai Islam dan ilmu pengetahuan dalam
rangka pengembangan fitrah dan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik
guna mencapai keseimbangan dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan,
maka pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan Islam.
Abdullah Nashih 'Ulwan mengemukakan pendapatnya yang dituliskan
dalam kitab Tarbiyah al-Aulud fi al Islam bahwa tugas dan peran pendidik atau
guru adalah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh
yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia.
Sebagai pemegang amanat orang tua, dan salah satu pelaksana pendidikan Islam
17 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…,h. 95.
guru tidak hanya bertugas memberi pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya
merupakan kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang tua, yang juga merupakan
tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang
berwawasan manusia seutuhnya. Hal itu dapat di wujudkan dengan cara
menjadikan manusia itu sebagai manusia, mempertahankan sifat kemanusiaannya,
serta memelihara fitrahnya yang telah diberikan Allah SWT.
Dalam melaksanakan tugasnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Abdurrahman al-Nahlawi, guru hendaknya mencontoh peranan yang telah
dilakukan oleh para Nabi dan pengikutnya. Tugas mereka pertama-tama adalah
mengkaji dan mengajar ilmu Ilahi, sesuai dengan Firman Allah Swt.,yang
menyatakan:
Artinya:
“Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan padanya al-Kitab, al-
Hikmah, dan kenabian lalu berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi
hamba-hambaku, bukan hamba-hamba Allah”. Akan tetapi (hendaklah ia
berkata), “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan al-Kitab dan disebabkan karena kamu tetap mempelajarinya.”
(Q.S.Ali Imran:79)
Kata “rabbani” pada ayat diatas menunjukkan pengertian bahwa pada diri
setiap orang kedalaman atau kesempurnaan ilmu atau taqwa. Hal ini tentu sangat
erat kaitannya sebagai fungsi pendidik, ia tidak akan dapat memberikan
pendidikan yang baik bila ia tidak memperhatikan dirinya sendiri.
Di samping itu Allah Swt.,juga mengisyaratkan bahwa tugas pokok
Rasulullah Saw.,adalah mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah kepada manusia
serta mensucikan mereka, yakni mengembangkan dan membersihkan jiwa
mereka.
Artinya:
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka al-kitab dan al-Hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S.Al-Baqarah:129)
Ayat ini menerangkan bahwa sebagai seorang pendidik yang agung, beliau
juga tidak hanya mengajarkan ilmu akan tetapi lebih dari itu, dimana ia juga
mengemban tugas untuk memelihara kesucian manusia. Untuk itu guru sebagai
pendidik juga harus memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan kesucian
atau fitrah anak didiknya sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Berdasarkan firman Allah Swt.,diatas, al-Nahlawi menyimpulkan bahwa
tugas pokok (peran utama) guru dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Tugas pensucian. Guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan
jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt.,
menjauhkan dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada
fitrahnya.
2. Tugas pengajaran. Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan
dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah
laku dan kehidupan.18
Selanjutnya pendidikan mempunyai fungsi sebagai waritsat al-anbiya' ,
yang pada hakikatnya mempunyai tujuan sebagai rahmat li al-'alamin, yaitu suatu
tujuan yang mengajak manusia agar tunduk dan taat pada ketentuan-ketentuan
Allah Swt.,sehingga manusia dapat memperoleh keselamatan hidup di dunia dan
di akhirat. Kemudian tugas ini dikembangkan kepada pembentukan manusia yang
berjiwa tauhid, kreatif, beramal shaleh, serta bermoral tinggi.
Ulama adalah pendidik sebagai pewaris nabi sehingga mereka juga harus
mewarisi apa yang ada pada beliau dan yang di ajarkan oleh Nabi Saw., termasuk
tugas-tugas yang diembannya, yakni memelihara keselamatan dan menjadi rahmat
di permukaan bumi. Hal ini selaras dengan hadits Nabi “Ulama adalah pewaris
para Nabi”.
Dalam rangka melaksanakan tugas sebagai pewaris (waritsat al-anbiya'),
para pendidik hendaklah bertolak pada amar ma'ruf nahi munkar dalam artian
menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat penyebaran misi iman, Islam dan ihsan,
18 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan
Kerangka Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993) h. 63
dan kekuatan rohani pokok yang dikembangkan oleh pendidik adalah
individualitas, sosialitas, dan moralitas (nilai-nilai agama dan moral)
Peran dan fungsi yang cukup berat untuk diemban ini tentu saja
membutuhkan sosok seorang guru atau pendudukan yang utuh dan tahu dengan
kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik. Pendidik itu harus
mengenal Allah dalam arti luas dan Rasul, serta memahami risalah yang
dibawanya.
Selain itu, menurut Danni Ronnie M ada enam belas pilar agar pendidik
dapat mengajar dengan hati. Ke enam belas pilar tersebut menekankan pada sikap
dan perilaku pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik, enam belas
pilar pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang pendidik, antara lain:
1. Kasih sayang, pendidik hendaknya mempunyai rasa kasih sayang dalam
memberikan pelajaran di kelas maupun dalam perilakunya di lingkungan
sekolah.
2. Penghargaan, seorang pendidik hendaknya memberikan penghargaan bagi
peserta didik yang berprestasi sehingga mampu membangkitkan minat peserta
didik untuk belajar.
3. Pemberian ruang untuk mengembangkan diri, seorang pendidik hendaknya
memberikan ruang baik waktu ataupun tempat bagi peserta didik untuk
mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat yang dimiliki
4. Kepercayaa, pendidik hendaknya memberikan kepercayaan kepada peserta
didik agar peserta didik mampu untuk belajar bertanggung jawab
5. Kerjasama, seorang pendidik haruslah mengajak peserta didik untuk
bekerjasama, hal ini untuk membangkitkan suasana kekeluargaan.
6. Saling berbagi, pendidik harus bias berbagi dengan peserta didik, hal ini
dimaksudkan agar tumbuh rasa kepedulian peserta didik terhadap sesame
7. Saling memotivasi, pendidik yang professional hendaknya bisa memberikan
motivasi kepada peserta didik dengan demikian peserta didik juga akan
memberikan motivasi kepada pendidik
8. Saling mendengarkan, didalam menyampaikan pelajaran, hendaknya
pendidikpun harus bisa mendengarkan pendapat ataupun pertanyaan dll yang
berkaitan dengan pelajaran yang diucapkan oleh peserta didik, dengan
demikian peserta didik akan merasa dihargai
9. Saling berinteraksi secara positif
10. Saling menanamkan nilai-nilai moral
11. Saling mengingatkan dengan ketulusan hati
12. Saling menularkan antusiasme
13. Saling menggali potensi diri
14. Saling mengajari dengan kerendahan hati
15. Saling menginspirasi
16. Saling menghormati perbedaan, seorang pendidik hendaknya bisa memberikan
contoh kepada peserta didik mengenai saling menghormati perbedaan, karena
di dalam kelas atau sekolah pasti tiap-tiap peserta didik memiliki perbedaan,
hal ini agar tidak terjadi perpecahan ataupun keributan ketika menyampaikan
pelajaran.
Pendapat ini sangat baik sekali apabila dapat dilaksanakan oleh pendidik,
karena hal ini memungkinkan peserta didik akan merasa nyaman dan termotivasi
dalam belajar.
5. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik
Keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang
diembannya. Tugas yang diemban seorang guru hampir sama dengan tugas
seorang Rasul.19
Dari pandangan itu dipahami, bahwa tugas pendidik sebagai “Warasat al-
anbiya”, yang pada hakikatnya mengemban misi rahmat li al-'alamin, yakni suatu
misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah,
19 Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1979) h. 165
guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini
dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif,
beramal soleh dan bermoral tinggi.
Untuk melaksanakan tugas sebagai “warasah al-anbiya” pendidik
hendaklah bertolak pada amar makruf nahyi wa al-munkar, menjadikan prinsip
tauhid sebagai pusat kegiatan penyebaran misi iman, Islam dan ihsan, kekuatan
yang dikembangkan oleh pendidik adalah individualitas, sosial, dan moral (nilai-
nilai agama dan moral)20
Menurut al-Gazali, tugas pendidik yang utama adalah, menyempurnakan,
membersihkan, mensucikan hati manusia untuk ber-taqarrub kepada Allah.21
Sejalan dengan ini Abd al-Rahman al-Nahlawi menyebutkan tugas pendidik.
Pertama, fungsi pensucian yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan
pengembang fitrah manusia. Kedua, fungsi pengajaran yakni
menginternalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama
kepada manusia.
Berangkat dari uraian diatas maka tanggung jawab pendidik sebagaimana
disebutkan oleh Abd al-Rahman al-Nahlawi adalah, mendidik individu supaya
beriman kepada Allah dan melaksanakan syari'at-Nya, mendidik diri supaya
beramal shaleh, dan mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam
melaksanakan kebenaran, saling menasehati agar tabah dalam menghadapi
kesusahan, beribadah kepada Allah serta menegakkan kebenaran. Tanggung
jawab itu bukan hanya sebatas tanggung jawab seorang pendidik terhadap anak
didik, akan tetapi lebih jauh dari itu. Pendidikan akan mempertanggungjawabkan
atas segala tugas yang dilaksanakannya kepada Allah sebagaimana Hadits Rasul
Saw.,:
Artinya:
“Dari Ibnu Umar r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda: Masing-masing
kamu adalah pengembala dan masing-masing bertanggung jawab atas
gembalanya: pemimpin adalah pengembala, suami adalah pengembala terhadap
20 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran…, h. 63. 21 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran…, h. 169
anggota keluarganya, dan istri adalah pengembala di tengah-tengah rumah
tangga suaminya dan terhadap anaknya. Setiap orang di antara kalian adalah
pengembala, dan masing-masing bertanggung jawab atas apa yang
digembalakannya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Kata “ra'in” dalam hadits di atas berarti bahwa setiap orang dewasa
dibebani kewajiban dan diserahi kepercayaan untuk menjalankan dan memelihara
suatu urusan serta dituntut untuk berlaku adil dalam urusan itu. Kata “ra'iyyah”
berarti setiap orang yang menjadi beban tanggung jawab bagi orang lain, seperti
istri dan anak bagi suami atau ayah. Sedang kata “al-amir” berarti bagi setiap
orang yang memegang kendali urusan, mencangkup pemerintahan dengan kepala
negara dan aparatnya. Tanggung jawab dalam Islam bernilai keagamaan, berarti
kelalaian seseorang terhadapnya akan dipertanggung jawabkan di hari kiamat dan
bernilai keduniawian, dalam arti kelalaian seseorang terhadapnya dapat dituntut di
pengadilan oleh orang-orang yang berada dibawah kepemimpinannya.22
C. MINAT BELAJAR
1. Pengertian Minat Belajar
Pada dasarnya setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu
berinteraksi satu dengan yang lainnya, baik terhadap keluarga ataupun lingkungan
sekitarnya. Apabila sesuatu dapat memberikan daya tarik tersendiri yang membuat
dirinya senang atau dapat bermanfaat kemungkinan hal tersebut dapat
menimbulkan minat baginya. Terlebih lagi jika hal itu dianggap penting dan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun yang dimaksud dengan minat (interest) menurut psikologi adalah
suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara
terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan
senang, oleh karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang
22 Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, h. 88-89
kepada sesuatu. Orang yang berminat terhadap sesuatu berarti ia sikapnya senang
kepada sesuatu itu.23
Untuk lebih memahami tentang definisi minat, maka penulis akan
menuliskan beberapa pendapat tentang minat yang dikemukakan oleh para tokoh
yang dapat penulis uraikan sebagai berikut:
a. Ahmad D. Marimba berpendapat, bahwa minat itu adalah “kecenderungan
jiwa terhadap sesuatu karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu
itu, yang pada umumnya disertai dengan perasaan senang terhadap sesuatu
itu”.24
b. H.M. Alisuf Sabri memberikan definisi minat adalah “suatu
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara
terus-menerus”25
c. Sardiman A.M, memberikan definisi tentang minat yaitu “suatu kondisi
yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi
yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan
sendiri”.26
d. Hilgard yang dikutip oleh Slameto dalam bukunya mengatakan bahwa,
minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang
diperhatikan secara terus menerus yang disertai rasa senang.”27
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan para tokoh mengenai
minat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa, minat adalah kecenderungan hati
dan jiwa terhadap sesuatu yang mempunyai daya tarik serta dianggap sebagai
suatu kebutuhan yang penting dan sangat bermanfaat, sehingga sesuatu itu
diperhatikan dengan cermat serta diingat secara terus menerus yang disertai
dengan rasa senang.
23 M. Alisuf Sabri, Psikolgi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 84 24 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,
1999), h. 79 25 M. Alisuf Sabri, Psikolgi Pendidikan,, h. 84 26 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2004), h. 76 27 Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
cet. 4, h. 57
Setelah penulis uraikan mengenai definisi minat dari sudut pandang para
tokoh, maka penulis juga akan menguraikan beberapa definisi belajar, antara lain:
a. Belajar menurut M. Arifin. M. Ed, yaitu suatu kegiatan anak didik yang
dalam menerima, menanggapi, serta menganalisa bahan-bahan pelajaran
yang disajikan oleh pengajar yang berakhir pada kemampuan untuk
menguasai bahan pelajaran yang disajikan.
b. Belajar adalah proses pertumbuhan yang tidak disebabkan oleh proses
pendewasaan biologis. Karena belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku, maka keberhasilan terletak pada adanya perubahan tingkah
laku yang secara relatif bersifat permanen.
c. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu
yang belajar, baik aktual maupun potensial.28
Dari kedua definisi antara minat dan belajar yang telah penulis uraikan di
atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan minat belajar
adalah kecenderungan hati dan jiwa terhadap belajar atau pelajaran yang dianggap
menjadi kebutuhan penting dan bermanfaat, sehingga belajar atau pelajaran
menjadi suatu yang harus diperhatikan dan diingat terus menerus disertai dengan
perasaan senang tanpa paksaan.
2. Fungsi Minat dalam Belajar
Minat merupakan salah satu faktor yang harus ada dalam belajar karena
dapat mendorong peserta didik dalam meningkatkan kemampuannya dalam
belajar. Apabila peserta didik tidak memiliki minat kepada pelajaran ataupun
gurunya maka pelajaran akan sangat sulit untuk dapat diterima dan tujuan
pendidikan akan sangat berat dapat tercapai.
Peranan minat dalam belajar sangat besar, minat akan berperan sebagai
motivating force yaitu sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk
belajar. Siswa yang memiliki minat dalam belajar maka sikapnya akan senang
28 Ramayulis, Ilmu Pendidikan…,,h. 26
kepada pelajaran dan akan terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan
siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya mau
bergerak untuk belajar tetapi sangat sulit untuk tetap tekun karena tidak ada
pendorongnya.29
Dengan adanya minat maka pendidikan yang disampaikan akan berjalan
dengan dengan baik dan lancar serta dapat diterima sebagai suatu kebutuhan oleh
peserta didik, sehingga dengan demikian pelajaran yang diberikan akan dengan
mudah dapat diserap dan tujuan pelajaran akan mudah dicapai.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat dalam Belajar
Minat bukanlah sesuatu yang timbul secara spontan ataupun tiba-tiba akan
tetapi minat dapat timbul disebabkan ada faktor yang mempengaruhinya sehingga
peserta didik merasa senang dan tertarik kepada sesuatu itu. Diantara faktor-faktor
yang mempengaruhi minat dalam belajar antara lain:
1) Faktor Kebutuhan
Kebutuhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat peserta
didik dalam belajar. Minat yang timbul dari kebutuhan peserta didik menjadi
pendorong bagi peserta didik dalam melaksanakan proses belajar atau usahanya.
Semakin besar kebutuhan peserta didik, maka akan semakin besar pula minat
peserta didik.
Menurut Zakiyah Darajat, “pemunculan minat pada siswa tergantung dari
kebutuhan, dorongan dan minat mereka”. Semakin besar kebutuhan yang
dirasakan maka semakin kuat pula minat yang dimiliki peserta didik atau
siswa.30Kebutuhan disini adalah kebutuhan akan ilmu yang di ajarkan di kelas,
sehingga peserta didik merasa haus akan kebutuhannya dan akan terpacu untuk
meningkatkan belajarnya.
29 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan…, h. 85. 30 Zakiyah Darajat et al, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Bumi
Aksara, 2001), cet 2, h. 133
2) Faktor Pengalaman
Pengalaman adalah hal yang dialami oleh setiap manusia, terkadang
pengalaman dijadikan sebagai ukuran dalam melangkah. Pengalaman juga
merupakan modal awal bagi peserta didik untuk mencari tahu lebih dalam lagi
mengenai hal-hal yang dialaminya, dalam hal ini pengalaman yang dimaksud
adalah pengalaman yang berkaitan dengan ilmu atau pendidikan. Misalnya
seorang siswa pernah memiliki pengalaman belajar agama diwaktu kecilnya,
maka dengan modal pengalaman tersebut akan timbul minat untuk mengetahui
lebih dalam lagi ataupun melanjutkan pengalaman pertamanya itu.
Berawal dari pengalaman inilah minat belajar akan timbul, maka
pengalaman juga merupakan faktor yang mempengaruhi minat dalam belajar dan
ini merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menumbuhkan minat
belajar peserta didik.
3) Faktor Cita-cita
Setiap manusia pasti memiliki cita-cita, karena cita-cita juga merupakan
tujuan masa depan, berawal dari cita-cita inilah peserta didik menjadi tertarik
dengan berbagai hal yang berkaitan dengan cita-cita yang akan dicapainya.
Dengan adanya cita-cita akan timbul minat terhadap ilmu karena mereka
mengetahui cita-cita yang mereka inginkan tidak akan bisa tercapai tanpa ilmu
dan ilmu tidak akan didapat kecuali melalui proses belajar.
Oleh karena itu, cita-cita merupakan faktor yang dapat membangkitkan
minat siswa dalam belajar di lembaga formal maupun non formal.
4) Faktor Keluarga
Keluarga juga merupakan faktor penting didalam mempengaruhi minat
belajar, hal ini di karenakan keluarga adalah tempat utama bagi peserta didik yang
dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya. Misalnya, bagi peserta didik yang
mempunyai keluarga yang harmonis dan sukses dapat mempengaruhinya untuk
terus belajar, Karena mereka terdorong oleh keinginan mencontoh dari
keluarganya yang sukses dan berhasil, maka dengan demikian peserta didik
tersebut akan tertarik dengan ilmu pengetahuan yang merupakan jalan baginya
untuk menuju sukses.
Lain halnya dengan peserta didik yang memiliki keluarga yang kurang
harmonis maka peserta didik akan terasa sulit untuk belajar karena dipengaruhi
oleh keluarganya tersebut, sedangkan terkadang orang tua tidak memperhatikan
masalah pendidikan anaknya. Disini faktor keluarga sangat penting dalam
menimbulkan minat pada peserta didik, suskses atau tidaknya seorang anak
biasanya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor keluarganya.
Setelah memberikan definisi mengenai Pendidik dan Minat, maka sedikit
dikemukakan mengenai peserta didik, oleh karena semuanya saling barkaitan satu
dengan yang lainnya.
D. Peserta Didik
Peserta didik merupakan hal penting dalam dunia pendidikan, seorang
baru bisa dikatakan sebagai pendidik apabila ada peserta didik, oleh karenanya
peserta didik yang erat kaitannya dalam pendidikan, terlebih lagi tujuan
pendidikan itu sendiri ditujukan untuk peserta didik, sehingga seorang pendidik
dikatakan berhasil apabila bisa menjadikan peserta didik orang yang berhasil.
Peserta didik juga merupakan “raw material” (bahan mentah) didalam
proses transformasi yang disebut pendidikan. Berbeda dengan komponen-
komponen lain dengan sistem pendidikan karena kita menerima “material” ini
sudah setengah jadi, sedangkan komponen-komponen lain dapat dirumuskan dan
disusun sesuai dengan keadaan fasilitas dan kebutuhan yang ada. Dalam
membicarakan peserta didik, ada empat hal yang penting yang harus diperhatikan
oleh pendidik yaitu: (1) potensi peserta didik, (2) kebutuhan peserta didik, (3)
sifat-sifat peserta didik, (4) dimensi peserta didik yang akan dikembangkan,
Akan tetapi hanya dua hal saja yang akan di jelaskan yang harus
diperhatikan oleh pendidik, yaitu:
1. Potensi Peserta Didik
Penciptaan manusia oleh Allah bukan tanpa latar belakang dan tujuan, hal
ini digambarkan dalam dialog Allah dan Malaikat diawal penciptaannya, dan dari
tujuan Adam sebagai nenek moyang manusia diciptakan yaitu sebagai Khalifah.
Sebagai khalifah Allah, manusia tidak mungkin melaksanakan tugas
kekhalifahannya kecuali dibekali dengan potensi yang memungkinkan dirinya
mengemban tugas tersebut.
Potensi itu menurut Munawar Khalil sebagaimana yang dikutip oleh
Ramayulis disebutkan bahwa potensi sebagai hidayah yang bersifat umum dan
khusus yaitu:
1. Hidayah Wujdaniyah yaitu potensi manusia yang berwujud insting atau
naluri yang melekat dan langsung berfungsi pada saat manusia dilahirkan
di muka bumi ini.
2. Hidayah Hissyah yaitu potensi Allah yang diberikan kepada manusia
dalam bentuk kemampuan indrawi sebagai penyempurna hidayah pertama.
3. Hidayah Aqliah yaitu potensi akal sebagai penyempurna dari kedua
hidayah diatas. Dengan potensi akal ini manusia mampu berpikir dan
berkreasi menemukan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari fasilitas yang
diberikan kepadanya untuk fungsi kekhalifahannya.
4. Hidayah Diniyah yaitu petunjuk agama yang diberikan kepada manusia
yang berupa keterangan tentang hal-hal yang menyangkut keyakinan dan
aturan perbuatan yang tertulis dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
5. Hidayah Taufiqiyah yaitu hidayah sifatnya khusus. Sekalipun agama telah
diturunkan untuk keselamatan manusia, tetapi banyak manusia yang tidak
menggunakan akal dalam kendali agama. Untuk itu agama menuntut agar
manusia selalu diberi petunjuk yang lurus berupa hidayah dan taufiq agar
manusia selalu berada dalam keridhaan Allah.31
Quraish Shihab berpendapat bahwa untuk mensukseskan tugas-tugasnya
selaku khalifah Tuhan dibumi, Allah memperlengkap makhluk ini dengan potensi-
potensi tertentu antara lain:
31 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…,h. 102.
1. Kemampuan untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi dan kegunaan segala
macam benda. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT: “Dia telah
mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya.” (Q.S. Al-
Baqarah:231)
2. Ditundukan bumi, langit, dan segala isinya: binatang-binatang, planet dan
sebagainya oleh Allah kepada manusia (Q.S. Al-Khasiah: 12-13)
3. Potensi akal pikiran serta panca indra (Q.S.Al-Mulk:23)
4. Kekuatan positif untuk merubah corak kehidupan manusia ini (Q.S.13:11)
Disamping potensi yang diatas, manusia dilengkapi dengan potensi yang
bersifat negatif yang merupakan kelemahan manusia. Kelemahan pertama adalah
potensi untuk terjerumus dalam godaan hawa nafsu dan syetan, seperti yang
digambarkan dengan godaan syetan kepada Adam dan Hawa, sehingga keduanya
melupakan peringatan Tuhan untuk tidak mendekati pohon terlarang
(Q.S.Thaha:15-27). Kelemahan kedua, banyak masalah yang tak dapat dijangkau
oleh pikiran manusia, khususnya menyangkut diri, masa depan, serta banyak hal
yang menyangkut manusia.
Dalam pandangan lain, Hasan Langgulung memandang bahwa pada
prinsipnya potensi manusia menurut pandangan Islam tersimpul pada sifat-sifat
Allah (asma'ul husna) yang berjumlah 99 buah. Sebagai contoh sifat al-ilm yang
dimiliki Allah Saw.,maka manusia pun memiliki sifat tersebut, dengan sifat itu
manusia senantiasa berupaya untuk mengetahui sesuatu. Untuk mengaktifkan
potensi ini, maka Allah menjadikan alam dan isinya termasuk diri manusia
sebagai ayat Allah yang harus dibaca dan dianalisa.32
Namun demikian, bukan berarti kemampuan manusia sama tingkatnya
dengan kemampuan Allah. Hal ini disebabkan karena perbedaan hakikat
keduanya. Manusia memiliki keterbatasan, dari keterbatasan ini menjadikan
manusia sebagai makhluk yang memerlukan bantuan untuk memenuhi
keinginannya. Keadaan ini menyadarkan manusia akan keterbatasannya dan ke
Maha Kuasaan Allah Swt.
32 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, h. 147.
Dengan potensi yang terbatas ini, dimanapun manusia kapanpun dan
dalam keadaan bagaimanapun diharapkan tetap ada jalinan rohani, zikir kepada
Allah dan tidak boleh putus, mengingat manusia adalah ciptaan Allah yang
dependen pada Yang Maha Pencipta.
Karena adanya potensi yang positif dan negatif serta keterbatasan manusia,
sebagai penyempurna nikmat Tuhan kepada makhluk-Nya, dianugrahkanlah
kepadanya oleh Tuhan yang mengetahui hakikat manusia petunjuk-petunjuk yang
disesuaikan dengan hakikat itu, serta disesuaikan pula dengan fungsinya selaku
khalifah dimuka bumi, yaitu potensi untuk senantiasa condong pada fitrah yang
hanif. Sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah tetaplah
atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah, (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Rum:30)
Pengertian fitrah yang ditunjukan ayat diatas memberi pengertian bahwa
manusia diciptakan Allah dengan naluri bersama tauhid yaitu Islam. Namun
dalam pengembangan selanjutnya, Hasan langgulung memberi pengertian fitrah
yang lebih luas yaitu pada pengertian dasar yang dimiliki oleh setiap manusia.
Potensi tersebut merupakan embrio semua kemampuan manusia yang
memerlukan penempaan lebih lanjut dari lingkungan insani maupun non insani
untuk bisa berkembang.
Untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya tersebut manusia
memerlukan bantuan orang lain yaitu pendidikan.
2. Kebutuhan Peserta Didik
Suatu hal yang sangat perlu juga diperhatikan oleh seorang pendidik dalam
membimbing peserta didik adalah kebutuhan mereka. Al-Qussy membagi pula
kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok yaitu:
1. Kebutuhan Primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum, seks,
dan sebagainya.
2. Kebutuhan Sekunder, yaitu kebutuhan rohaniah.
Selanjutnya ia membagi kebutuhan rohaniah kepada enam macam yaitu:
1) Kebutuhan kasih sayang.
2) Kebutuhan akan rasa aman.
3) Kebutuhan akan rasa harga diri.
4) Kebutuhan akan rasa bebas.
5) Kebutuhan akan sukses.
6) Kebutuhan akan suatu kekuatan pembimbing atau pengendalian diri
manusia, seperti pengetahuan-pengetahuan lain yang ada pada setiap
manusia berakal.33
Selanjutnya Law head, membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
1) Kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, bernafas, perlindungan,
seksual, kesehatan dan lain-lain.
2) Kebutuhan rohani, seperti kasih sayang, rasa aman, penghargaan, belajar,
menghubungkan diri dengan dunia yang lebih luas (mengembalikan diri),
mengaktualisasikan dirinya sendiri dan lain-lain.
3) Kebutuhan yang menyangkut jasmani dan rohani, seperti istirahat,
rekreasi, butuh supaya setiap potensi-potensi fisik dapat dikembangkan
semaksimal mungkin, butuh agar setiap usaha/pekerjaan sukses dan lain-
lain.
4) Kebutuhan sosial, seperti supaya dapat diterima oleh teman-temannya
secara wajar, supaya dapat diterima oleh orang yang lebih tinggi dari dia
seperti orangtuanya, guru-gurunya, dan pemimpin-pemimpinnya, seperti
kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5) Kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya (biasanya dirasakan lebih akhir)
merupakan tuntutan rohani yang mendalam yaitu kebutuhan terhadap
agama.34
33 Abdul Aziz al-Qussy, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa Mental I. Alih Bahasa Zakiah
Darajat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 177. 34 Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h. 63.
Kedua kutipan diatas menunjukan bahwa kebutuhan yang paling essensi
adalah kebutuhan terhadap agama. Agama dibutuhkan manusia karena
memerlukan orientasi dan obyek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu
tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan agama.
Para ahli tafsir seperti Mustafa al-Maraghi mempunyai pendapat yang
sama bahwa fitrah beragama pada hakikatnya adalah kebutuhan manusia. Oleh
karena itu para ahli menyebut bahwa manusia adalah makhluk yang beragama
“homo religius”. Para ahli psikologi membahas pula secara ilmiah hubungan
manusia dengan agama.35
Zakiah Daradjat di dalam bukunya yang berjudul Ilmu Jiwa Agama
mengemukakan bahwa pada masa kanak-kanak pertama (dua sampai enam bulan)
mungkin si anak menanyakan tentang Tuhan (rupa-Nya, tempat-Nya, dan
kekuasaan-Nya). Mulai lebih kurang tujuh tahun pertama pertanyaannya anak-
anak terhadap Tuhan telah berganti dengan cinta dan hormat dan hubungannya
dipengaruhi oleh rasa percaya dan iman. Dan pada masa akhir anak-anak (10-12
tahun) fungsi Tuhan bagi anak telah meningkat. Tuhan penolong baginya dalam
menghadapi dorongan jahat dan tidak baik dalam hatinya, serta Tuhan akan
menolong melindungi yang lemah, terutama jika ia merasa lemah dam merasa
kekurangan.36Gambaran Allah yang seperti itu akan menolong si anak dalam
kesukaran dan penderitaan. Dan pada umur remaja, kepercayaan kepada Tuhan
kadang-kadang sangat kuat, tetapi akan menjadi berkurang yang terlihat pada
ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Perasaan kepada
Tuhan tergantung pada perubahan emosi yang dialaminya. Kadang-kadang ia
sangat membutuhkan Tuhan ketika mereka menghadapi bahaya, takut akan gagal
atau merasa berdosa, tapi kadang-kadang ia kurang membutuhkan Tuhan, ketika
merasa senang dan gembira.37 Ahmad Zaki Yamani yang ditulis dalam
bukunya yang berjudul Syariat Islam yang Kekal dan Persoalan Masa Kini
35 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…,h.105. 36 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 57. 37Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Pedoman Beban Penataran Guru Agama pada
Sekolah Umum. (Departemen Agama RI, 1978), h.128.
menemukan tatkala Allah membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya
penelitian, dirinya juga ras bingung dan bimbang untuk memahami dan
menganalisa alam sekitarnya disamping rasa ketakutan terhadap kegarangan dan
kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari suatu
kekuatan yang dapat melindungi dan pembimbingannya disaat yang gawat. Insan
primitif telah menemukan apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri,
berangsur-angsur dan silih berganti menuju gejala-gejala alam tadi sesuai dengan
penemuannya dan menetapkannya kedalam jalan kehidupannya. Dengan demikian
timbullah penyembahan terhadap api, matahari, bulan, atau benda-benda lainnya
dari gejala-gejala alam tersebut.
Kebutuhan-kebutuhan murid diatas harus diperhatikan oleh setiap
pendidik, sehingga anak didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan
psikis dan fisik. Pendidikan agama disamping ia memperhatikan kebutuhan-
kebutuhann biologis dan psikologis ataupun kebutuhan primer dan sekunder
seperti yang dijelaskan diatas, maka penekanannya adalah pemenuhan kebutuhan
anak didik terhadap agama karena ajaran agama yang sudah dihayati, diyakini dan
diamalkan oleh anak didik, akan dapat mewarnai seluruh aspek kehidupannya.
Setiap pendidik yang mengabaikan kebutuhan terhadap agama ini hanya akan
mampu meraih sebahagian kecil dari kepribadiannya, atau bahkan usahanya akan
sia-sia sama sekali sebab pendidikan tidak memperhatikan kebutuhan tersebut
tidak akan menjamah psikologi manusiawi yang terdalam.38
D. Sintesis Perilaku Pendidik Agama Islam dalam Mempengaruhi Minat Belajar Siswa
Berdasarkan penjelasan yang sudah penulis ungkapkan di atas, seharusnya
perilaku pendidik agama Islam dapat mempengaruhi minat siswa dalam belajar,
karena apabila siswa merasa tertarik dengan prilaku yang dicerminkan oleh
pendidik agama Islam maka siswa tersebut akan merasa terdorong dan merasa
senang dengan pelajaran yang disampaikan sehingga menimbulkan minat yang
tinggi bagi siswa dalam belajar.
38 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…,h.107.
Sedangkan apabila perilaku yang dicerminkan merupakan perilaku yang
kurang baik dan kurang mendidik maka siswa akan merasa enggan untuk
memperhatikan dan merasa tidak senang dengan pelajaran yang disampaikan.
Maka perilaku pendidik agama Islam seharusnya dapat mempengaruhi
minat peserta didik dalam belajar.
E. Hipotesis
Untuk menguji apakah benar perilaku pendidik agama Islam dapat
mempengaruhi minat belajar siswa, maka diperlukan pengujian hipotesa. Untuk
menguji:
Ha : Terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X
(perilaku pendidik agama Islam) dan variabel Y (minat belajar siswa)
Ho : Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X
(perilaku pendidik agama Islam) dan variabel Y (minat belajar siswa)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini sudah dilaksanakan pada tanggal 14 April s/d 24 mei 2008,
pada Semester Genap tahun Pelajaran 2007-2008. Adapun lokasi yang dijadikan
tempat untuk melakukan kegiatan penelitian yaitu di sekolah MTs. Al-Khairiyah
yang berlokasi di jl. Mampang Prapatan IV Jakarta Selatan.
B. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan
dan menjelaskan permasalahan dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode
deskriptif analisis yang didukung oleh data yang diperoleh melalui penelitian
lapangan (field research)
Dalam hal ini, penulis terjun langsung ke objek penelitian yaitu sebuah
MTs yang berada di Jl. Mampang Prapatan IV Jakarta Selatan
Adapun sebagai pedoman penulisan penelitian ini, penulis berpedoman
pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian. Menurut Drs. S.
Margono, populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.39 Populasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah siswa kelas II MTs al-Khairiyah Mampang Prapatan IV
Jakarta Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian kecil atau wakil dari populasi yang diteliti,40 atau
sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu.41
Adapun teknik penentuan sampel yang digunakan adalah penentuan
sampel secara purpositive sampling, yakni pengambilan yang menekankan pada
pertimbangan ciri-ciri. Sifat-sifat, atau karakteristik tertentu dari subyek
penelitian. Dan penentuan sampel juga bisa dilakukan pemilihan secara acak dari
siswa itu sendiri. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 30 % dari
keseluruhan jumlah populasi yang ada. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 40 siswa.
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
mempergunakan berbagai metode pengumpulan data yang tepat, tujuannya
agar diperoleh data yang obyektif. Banyak terdapat teknik pengumpulan data
yang dipergunakan dalam penelitian, namun penulis hanya menggunakan
beberapa saja, antara lain:
a. Teknik Observasi; yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
subyek (siswa maupun pendidik agama Islam atau guru) kelas II MTs.al-
39 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 118 40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 108 41 Margono, Metodologi Penelitian…, h. 121
Khairiyah Mampang Prapatan untuk mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai sekolah tersebut.
b. Teknik Wawancara; yaitu dengan melakukan Tanya jawab kepada kepala
sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan organisasi sekolah
dan seputar permasalahan yang penulis teliti.
c. Angket; merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti lapangan pribadinya
ataupun hal-hal yang ia ketahui mengenai perihal pendidik ataupun
sekolah tersebut. Materi pertanyaan secara sistematis dengan
menggunakan alternatif jawaban tertutup, di mana setiap item telah
diberikan kemungkinan jawaban sehingga responden tinggal memilih
jawaban yang tepat sesuai dengan keinginannya.
Angket ini disebarkan kepada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah al-
Khairiyah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
E. Variabel Penelitian
Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Dalam metodologi
penelitian variabel yang dimaksud adalah gejala yang bervariasi yang menjadi
objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian
lapangan.
Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu: perilaku pendidik agama
Islam sebagai variabel bebas(X) dan minat belajar siswa sebagai variabel
terikat(Y).
1. Perilaku Pendidik Agama Islam
Perilaku adalah sikap, baik perbuatan maupun ucapan seorang pendidik agama
Islam dalam menyampaikan pelajaran di dalam maupun luar kelas. Perilaku ini
tercermin dalam sikapnya setiap kali mengajar atau ketika berada di
lingkungan sekolah.
Sedangkan pendidik agama Islam adalah guru atau orang yang menyampaikan
pelajaran tentang keislaman di sekolah, seperti fiqh, Aqidah, Sejarah
Kebudayaan Islam, dan al-Qur’an Hadits.
Jadi yang dimaksud dengan perilaku pendidik agama Islam adalah sikap yang
ditunjukan oleh pendidik agama Islam baik ucapan maupun perbuatan dalam
menyampaikan tugasnya mendidik.
Variabel perilaku pendidik agama Islam ini dapat diukur melalui angket
(kuesioner) dengan pendekatan dimensi dan indikator seperti pada tabel
berikut.
Tabel 1
Instrumen Untuk Mengukur Perilaku Pendidik Agama Islam
No
Perilaku Pendidik PAI
Indikator Butir Soal
Jumlah Soal
1 Kasih Sayang Pemahaman guru tentang:
a. Memberikan kasih sayang
b. Memberikan kasih sayang seperti orang tua
1,9 dan 17
3
2 Lemah lembut a. Menujukan sikap yang tidak kasar
3 dan 4 2
3 Displin a. Mengikuti peraturan yang berlaku
b. Memberikan contoh yang baik
5 dan 10
2
4 Sopan santun a. Berpakaian yang rapi b. Tidak berpenampilan yang
urakan
2, 13, dan 15
3
1. Minat Belajar Siswa
Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang kuat atau besar
untuk selalu mengingat-ingat atau mengulang-ulang sesuatu yang menarik
secara terus menerus tanpa merasa terbebani untuk mendapatkan sesuatu yang
dibutuhkan atau yang diharapkan oleh peserta didik
Belajar adalah suatu kegiatan peserta didik dalam menerima, menanggapi,
dan mengulang-ulang pelajaran yang disampaikan oleh pendidik.
Jadi, yang dimaksud dengan minat belajar siswa adalah suatu keinginan
yang kuat atau yang besar yang dimiliki oleh siswa dan selalu diulang-ulang
tanpa adanya rasa terbebani untuk mendapatkan atau menggapai cita-cita yang
sudah diharapkannya.
Variabel minat belajar siswa ini dapat diukur melalui angket (kuesioner)
dengan pendekatan dimensi dan indikator seperti pada tabel berikut:
Tabel 2
Instrumen untuk Mengukur Minat Belajar Siswa
No
Dimensi Indikator Butir Soal
Jumlah soal
1 Perhatian a. Memperhatikan pelajaran yang disampaikan.
b. Tidak membuat onar ketika pelajaran disampaikan
6, 14, dan 19
3
2 Rasa Senang
a. Tidak merasa terbebani b. Merasa nyaman dalam
menerima pelajaran.
7, 11, dan 16
3
3 Motivasi a. Membaca pelajaran sebelum pelajaran dimulai.
b. Mengulang-ulang pelajaran di rumah.
8, 12, 18, dan 20
4
Untuk mengetahui prilaku pendidik agama Islam berdasarkan jawaban
siswa per individu, dapat dilihat melalui standar skoring pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Standar Skoring Perilaku Pendidik Agama Islam
Berdasarkan Jumlah Nilai yang diperoleh
Rentang Nilai Penafsiran Prilaku Pendidik Agama Islam
> 56
42-55
25-41
< 24
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup/sedang
Rendah
F. Teknik Analisa Data
1. Analisa Satu Variabel
Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisa secara deskriptif, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
F P = X 100% N Keterangan:
P : Persentase
F : Frekuensi jawaban responden
N : Jumlah Responden42
42 Anas Sugiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), Cet. 4, h. 40
2. Analisa Hubungan 2 Variabel
Sedangkan untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut
digunakan teknik analisa korelasional dengan rumus Product Moment. Rumus
tersebut sebagai berikut:
NΣXY – (ΣX) (ΣY)
rxy =
Keterangan:
rxy : Angka korelasi “r” product moment
N : Number of cases
XY : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y
X : Jumlah seluruh skor x
Y : Jumlah seluruh skor y.
Kemudian setelah menganalisis hubungan antara kedua variabel di atas,
penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product
moment serta menarik kesimpulan yang dilakukan dengan dua cara:
a. memberikan interpretasi secara kasar/sederhana dengan pedoman:
Tabel 4
Tabel Interpretasi
Besarnya “r” product moment (rxy)
Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel x dan variabel y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah/sangat rendah.
0,20 – 0,40 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang lemah/rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sedang/cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel x dan variabel y terdapat kuat/tinggi
0.90 – 1,00 Antara variabel x dan variabel y terdapat sangat kuat/tinggi
b. Memberi interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r”
product moment.
Untuk lebih memudahkan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r”
product moment dapat ditempuh dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai “r”
product moment, prosedurnya adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan Hipotesa nihil (Ho)
b) Menguji kebenaran/kepalsuan dari hipotesa yang telah diajukan,
dengan jalan membandingkan besarnya “r” product moment
dengan “r” yang tercantum dalam tabel nilai (rt), dengan terlebih
dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya
(df) yang rumusnya adalah sebagai berikut:
df = N – nr
keterangan:
df = degrees of freedom
N = Number of Cases
Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan.
Untuk mencari kontribusi variabel x terhadap variabel y penulis
menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100%
Keterangan:
KD : Kontribusi Variabel x terhadap variable y.
r² : Koefisien korelasi antara variabel x terhadap variable y.43
43 Sudjana, Metode statistik, (Bandung: Tarsito, 1996), Cet. 6. h. 371.
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Jakarta
1. Sejarah Berdirinya MTs. al-Khairiyah Mampang
Al-Khairiyah adalah lembaga pendidikan Islam (madrasah) yang dikelola
oleh sebuah yayasan yang bernama Yayasan Waqfiyah Perguruan al-Khairiyah.
Lembaga pendidikan ini mulai berdiri sejak zaman penjajah Belanda, yaitu pada
tahun 1928 M. kali pertama madrasah ini didirikan terletak di Jl. Buncit III (Jl.
Mampang Prapatan VI), kelurahan Tegalparang dan pada tahun 1968 berlokasi di
Jl. Buncit I (Jl. Mampang Prapatan IV) kelurahan Mampang Prapatan, yaitu sejak
berdirinya Madrasah Tsanawiyah. Para pendiri lembaga pendidikan Islam ini
antara lain:
1. KH. Ishak Musa
2. KH. Abdul Hadi Musa
3. KH. Abdullah Musa
Setelah madrasah ini diakui keberadaannya oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1928 M, mulailah diajarkan berbagai ilmu pengetahuan agama dan bahasa
Arab, antara lain: ilmu Fiqh, Aqidah (Tauhid), membaca al-Qur’an, ilmu Tajwid
dan lain-lain. Pada tahun kali pertama madrasah ini didirikan belum mempunyai
tingkatan kelas, baru pada tahun kedua mulai ada kelas I dan II. Pada tahun 1945
M setelah Indonesia merdeka, situasi dan kondisi politik sangat memprihatinkan,
terutama keadaan ekonomi Indonesia yang masih kacau yang diakibatkan oleh
penjajahan Jepang, maka madrasah al-Khairiyah untuk sementara ditutup tidak
ada kegiatan apapun. Setahun kemudian setelah keadaan negara mulai agak aman,
madrasah al-Khairiyah dibuka kembali dengan melakukan perbaikan-perbaikan
dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum.
Para pengajar di madrasah al-Khairiyah sebagian berasal dari lulusan
Perguruan Tinggi al-Azhar Mesir, lulusan Mu’alimin Jam’an Tanah Tinggi,
lulusan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, lulusan PGAAN dan juga tamatan
dari Perguruan al-Khairiyah sendiri yang telah mempunyai ijazah Guru Agama
yaitu setelah ikut Ujian Guru Agama (UGA). Pada tahun 1971 M Departemen
Agama memberi bantuan guru lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Jakarta, yaitu M.E. Aly Murtadho,BA, Abidin Nawawi, BA, dan Abdurrahman
BA. KH. Abdullah Musa dalam mengelola lembaga pendidikan Islam merasa
tidak puas dengan hanya memiliki madrasah tingkat Ibtidaiyyah dan Tsanawiyah
saja, beliau berkeinginan dan bercita-cita untuk untuk mendirikan madrasah
tingkat Aliyah, keinginannya terwujud pada tahun 1975 dan kebetulan pada waktu
itu ada bantuan pembangunan satu unit gedung madrasah dari pemda DKI Jakarta
sewaktu bapak Ali Sadikin masih menjadi gubernur.
Mulai Tahun Ajaran 1975/1976 Departemen Agama dalam rangkan
memperbaiki dan meningkatkan status madrasah, baik untuk tingkat Ibtidaiyah,
Tsanawiyah dan Aliyah diwajibkan untuk mengikuti dan melaksanakan Surat
Keputusan Bersama 3 Menteri (SKB Menteri) yaitu Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri. Adanya SKB 3
Menteri ini adalah pengakuan pemerintah RI terhadap Madrasah yang dikelola
oleh Departemen Agama disamakan dengan lembaga pendidikan yang dikelola
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, artinya untuk tingkat MI
disamakan dengan SD, untuk tingkat MTs disamakan dengan SMP, dan untuk
tingkat Aliyah disamakan dengan SMA.
Para Lulusan Perguruan al-Khairiyah
Dari tingkat Ibtidaiyah disamping banyak yang melanjutkan ke Madrasah
Tsanawiyah al-Khairiyah atau ke Madrasah Tsanawiyah Negeri dan
swasta lain, bahkan ada juga yang diterima di SLTP negeri maupun
swasta.
Dari tingkat Tsanawiyah disamping melanjutkan ke Madrasah Aliyah al-
Khairiyah banyak juga yang melanjutkan baik ke Madrasah Aliyah negeri
maupun swasta serta banyak pula yang diterima di SLTA negeri maupun
swasta dan yang terbanyak adalah yang melanjutkan ke sekolah kejuruan
seperti SMK.
Lulusan Madrasah Aliyah al-Khairiyah banyak yang melanjutkan ke IAIN
(UIN), IKIP (UNJ) dan perguruan tinggi swasta lainnya baik perguruan
tinggi agama maupun umum.
2. Visi, Missi, dan Motto MTs. al-Khairiyah Mampang
Visi Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah adalah Beriman, Bertaqwa,
berbudi luhur, unggul dalam prestasi dan berdaya guna.
Missi Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah adalah:
1. Melatih siswa agar tekun beribadah, tertib, dan istiqomah
2. Mebumbuhkan prilaku aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam
membina hubungan harmonis antara warga madrasah
3. Bekerjasama, tertib berbicara, tertib berpakaian dan berpendapat
4. Menjadikan lembaga yang mandiri, bertanggungjawab, dan mengamalkan
akhlakul karimah
5. Membina sikap dan prilaku kehidupan yang sesuai dengan norma agama
Islam
6. Menciptakan keluarga beriman, bertaqwa, terampil, cerdas, dan siap hidup
dalam masyarakat
Motto Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah adalah: mencetak generasi
muda yang mampu berilmu amaliah dan beramal ilmiah
3. Struktur Organisasi Madrasah al-Khairiyah Mampang
Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah mempunyai organisasi tahun ajaran
2007-2008 sebagai berikut:
Penanggung Jawab : Pengurus Yayasan al-Khairyah
Komite sekolah : H. Ahmad Ma’mun
Kepala Madrasah : H. Ahmad Soelaiman, BA
Kepala Tata Usaha : Ma’mun Ibrahim
Waka Bid Kur & Kesiswaan : Drs. Khairuddin
Waka Bid Sarana 7 Humas : Hj. Zikro AM
Wali-wali Kelas
Wali Kelas VII A : Ria Chairiyah, S.Pd
Wali Kelas VII B : Dra. Hj. Himlah
Wali Kelas VII C : Dra. Eny Maryani
Wali Kelas VII D : Hj. Cholilah AM, S.Ag
Wali Kelas VIII A : Ummi Anjariyah, S.Ag
Wali Kelas VIII B : H. Ma’mun Asmat, BA
Wali Kelas VIII C : H. Syamsul Bahri, S.Ag
Wali Kelas VIII D : Siti Makbullah, S.EI
Wali Kelas IX A : Dra. Saidah Ahpas
Wali Kelas IX B : Drs. Khairudin
Wali Kelas IX C : Kholifah Tabrani
Wali Kelas IX D : Nurmilah, S.Ag
Dewan Guru dan Karyawan
Siswa-siswi
4. Struktur Organisasi Karyawan Tata Usaha Madrasah al-Khairiyah
Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah mempunyai struktur organisasi
karyawan Tata Usaha tahun pelajaran 2007-2008 sebagai berikut:
Kepala Madrasah : H. Ahmad Soelaiman, BA
Kepala Tata Usaha Bendahara : Ma’mun Ibrahim
Staf Tata Usaha
Adm. Pendidikan & Kesiswaan : A. Surya Jaelani
Pembantu Umum dan Keamanan : Fikri AM
Adm. Perkantoran dan Humas : Megawati
Tenaga Pengajar
Siswa-siswi peserta didik
5. Denah Ruang MTs al-Khairiyah Mampang
Madrasah Tsanawiyah mempunyai beberapa ruang kelas yang terdapat
sebanyak 13 ruang, masing-masing memiliki 4 ruang/kelas pada tiap-tiap
tingkatannya dan beberapa ruang lainnya sebagai berikut:
1 ruang perpustakaan di lantai 2
1 ruang kantor kepala sekolah di lantai 2
1 ruang kantor Tata Usaha di lantai 2
4 ruang kamar mandi siswa dan guru di lantai 1 dan 2
4 ruang kamar mandi siswa dan guru di lantai 1 dan 2
1 ruang untuk gudang di lantai 1
1 ruang Laboratorium IPA di lanti 1
1 ruang kantor Yayasan di lantai 1
1 ruang untuk kantin di lantai 1
1 ruang sanggar Pramuka di lantai 1
1 ruang Laboratorium computer di lantai 1
1 ruang musholah di lantai 1
1 lapangan oleh raga serba guna di lantai 1
6. Data Keadaan Guru dan Karyawan Madrasah al-Khairiyah tahun
2007-2008
Madrasah Tsanawiyah memiliki beberapa staf pengajar dan karyawan
pada tahun pelajaran 2007-2008, antara lain sebagai berikut:
Tabel 5
Data Keadaan Guru dan Karyawan MTs. al-Khairiyah
N Nama Guru dan Karyawan Ijazah terakhir Jabatan/status kepegawaian
1 H.Ahmad Soelaiman, BA SM Univa Kepala Sekolah 2 H. Muhammad Syah D3 IAIN Guru Hononer 3 Hj. Zikro AM D3 IAIN Guru Honorer 4 H. Abd. Kohas Sidik PGAAN Guru Honorer 5 Dra. Hj. Himlah S1 IKIP Negeri Guru Dinas 6 H. Marullah Jaelani D3 IAIN Guru Dinas 7 H. A. Suryani Aziz D2 IAIN Guru Honorer 8 Drs. Khairuddin S1 IKIP Negeri Guru Honorer 9 A. Hidayat AR, S.Pd S1 STKIP PGRI Guru Honorer
10 Kholifah Tabrani D3 IKIP Mhd Guru Honorer 11 H. Hamdy AM, Lc S1 al-Azhar Guru Honorer 12 Hj. Maleha Bunyamin D3 IAIN Guru Honorer 13 Hj. Rusydah HR D1 PGSLP Guru Honorer 14 Tugino D1 PGSLP Guru Honorer 15 Drs. A. Fathy BM S1 IKIP Negeri Guru Honorer 16 Darniah HS S1 PGRI Guru Honorer 17 Umi Anjariyah, S. Ag S1 IAIN Jkt Guru Honorer 18 Ma’mun Syarbani D3 IAIN Jkt Guru Honorer 19 Alfi Rusdiawati, S.Ag S1 IAIN + A4 Guru Honorer 20 Dra. Saidah Ahpas S1 IAIN Jkt Guru Honorer 21 H. Ahmad Faiz, M.Ag S2 Univ Mhd Guru Honorer 22 Ria Chairiyah, S.Pd S1 IKIP Mhd Guru Honorer 23 H. Ma’mun Asmat, BA D2 IAIN Jkt Guru Honorer 24 Hj. Cholilah AM, S.Ag S1 UID Jkt Guru Dinas 25 Siti Nurjanah D3 IKIP Mhd Guru Honorer 26 Iwan Syafi’I, S.Pd S1 UIA Jkt Guru Honorer 27 Holidah, S.Si S1 Unas + A4 Guru Honorer 28 H. Syamsul Bahri, S.Ag S1 IKHA Hasyim A Guru Honorer 29 Teguh Leksono, S.Pd S1 UT Jkt Guru Honorer 30 Nurmilah, S.Ag S1 UNIAT Jkt Guru Honorer 31 Siti Makbullah, S.EI S1 UIN Jkt Guru Honorer 32 Ahmad Paiz, S.Si S1 UNJ Jkt Guru Honorer 33 Bustami D1 AMIK BSI Guru Honorer 34 Dra. Eny Maryani S1 IAIN Jkt Guru Dinas 35 Nur Qomariah D3 ATG Trisakti Guru Honorer 36 Ma’mun Ibrahim MAAIN --------------- 37 Pikri AM SMA Staf TU 38 Megawati SMKN Staf TU 39 Nur Afifah D1 PGTK Staf TU 40 As’adi Sya’roni SMEA Pustakawan 41 A. Rifqi Bunyamin Pesantren Pembantu Umum 42 Butomi SMK Pet. Kebersihan 43 Zainuddin Jamal MTs Security
7. Jumlah siswa-siswi Madrasah al-Khairiyah
Siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah terbagi kedalam 3 kelas yang masing-
masing memiliki 4 kelompok belajar sebagai berikut:
Kelas VII terdiri dari 174 siswa yang terbagi dalam 4 kelompok belajar
atau kelas yang masing-masing kelas memiliki 43 siswa
Kelas VIII terdiri dari 176 siswa yang terbagi dalam 4 kelompok belajar
atau kelas yang masing-masing kelas memiliki 44 siswa
Kelas IX terdiri dari 174 siswa yang terbagi dalam 4 kelompok belajar
atau kelas yang masing-masing kelas memiliki 43 siswa
B. Deskripsi Data
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada responden yang
telah dipilih secara acak sebagai sampel. Kemudian data yang diperoleh diolah
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan persentase dengan
menggunakan rumus:
F
P = x 100%
N
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Number of cass
Hasil angket kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi, yang merupakan
proses data-data instrument pengumpulan data (angket) menjadi tabel-tabel angka
dalam persentase yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
1). Perilaku Pendidik Agama Islam
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan perilaku pendidik agama Islam
adalah sikap baik perbuatan ataupun ucapan yang ditunjukan oleh pendidik di
dalam menyampaikan pelajaran di kelas yang dapat di amati oleh peserta didik.
Tabel 6
Memberikan kasih sayang yang berbeda kepada setiap murid
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
4
4
14
18
10
10
35
45
Data di atas menunjukan bahwa 45% dari 40 siswa berpendapat bahwa
guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Jakarta
tidak pernah memberikan kasih sayang yang berbeda kepada setiap siswa. Artinya
peserta didik diperlakukan dengan sama, hal ini dibuktikan dengan tabel di atas,
bahwa hanya 35% saja yang menyatakan pernah, 10% masing-masing
menyatakan selalu dan sering.
Tabel 7 Memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dan membaca do'a
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
36
2
-
2
90
5
-
5
Data di atas menunjukan bahwa guru Pendidikan Agama Islam selalu
memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dan membaca do'a, hal ini dapat
kita lihat dari hasil persentase tersebut yang dinyatakan oleh responden/peserta
didik sebanyak 90%, hanya hanya 5% saja yang menyatakan tidak pernah dan 5%
menyatakan sering.
Tabel 8 Bersikap kasar dalam menyamapikan pelajaran di dalam kelas
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
-
2
12
20
-
5
30
65
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa guru Pendidikan
Agama Islam tidak pernah bersikap kasar didalam menyampaikan pelajaran di
kelas, hanya beberapa peserta didik saja yang menyatakan pernah guru Pendidikan
Agama Islam bersikap kasar, hal ini terbukti dengan hasil persentase di atas
bahwa 65% responden/peserta didik menyatakan tidak pernah dan hanya 30% saja
yang menyatakan pernah dan 5% peserta didik menyatakan sering.
Tabel 9
Memberikan hukuman yang bersifat fisik
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
2
-
12
26
5
-
30
65
Data di atas menunjukan bahwa guru Pendidikan Agama Islam tidak
memberikan hukuman yang bersifat fisik didalam menyampaikan pelajaran, hal
ini dapat kita lihat dari hasil persentase di atas yang menyatakan bahwa 65%
peserta didik tidak pernah mendapat hukuman fisik dan hanya 30% saja yang
menyatakan pernah dan 5% yang menyatakan selalu.
Tabel 10
Tepat waktu di dalam memulai pelajaran di dalam kelas
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
16
10
8
6
40
25
20
15
Data di atas menujukan bahwa guru Pendidikan Agama Islam memulai
pelajaran tepat waktu, akan tetapi ada beberapa peserta didik yang merasa
Pendidik Agama Islam memulai pelajaran tidak tepat waktu, hal ini dapat kita
lihat berdasarkan persentase di atas, bahwa hanya 40% peserta didik yang
menyatakan selalu, 25% sering, 20% pernah, dan 15% saja yang menyatakan
tidak pernah.
Tabel 11 Memberikan kasih sayang seperti anak kandungnya
Tabel di atas menyatakan bahwa, guru Pendidikan Agama Islam pernah
memberikan kasih sayang kepada peserta didik seperti anak kandungnya sendiri,
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
6
4
24
6
15
10
60
15
hal ini dapat kita lihat berdasarkan persentase di atas yang menyatakan 60%
pernah, 10% sering, dan 15% selalu dan tidak pernah.
Tabel 12 Tepat waktu dalam menutup pelajaran
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
6
10
14
10
15
25
35
25
Data di atas menujukan bahwa guru Pendidikan Agama Islam pernah
menutup pelajaran tepat waktu dan tidak sedikit pula yang menyatakan sering dan
tidak pernah menutup pelajaran tepat waktu, hal ini dikarenakan perbedaan
pandangan peserta didik terhadap pendidik agama Islam, hal ini terbukti dengan
persentase di atas yang menyatakan pernah 35%, selalu 15%, dan 25%
menyatakan sering dan tidak pernah
.Tabel 13 Mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan didalam menyampaikan
pelajaran di kelas
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
4
2
4
30
10
5
10
75
Berdasarkan di atas menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Islam tidak
pernah mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan ketika menyampaikan
pelajaran di kelas, hal ini dapat kita lihat dari tingginya nilai persentase jawaban
peserta didik yaitu, 75% beranggapan tidak pernah, 10% menyatakan pernah dan
selalu, dan hanya 5% saja yang menyatakan sering.
Tabel 14 Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan membaca do'a
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
24
6
6
4
60
15
15
10
Tabel di atas menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Islam selalu
menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan membaca do'a, hal ini dapat
kita lihat dari tingginya nilai persentase, 60% responden menyatakan selalu, 10%
menyatakan tidak pernah, dan 15% masing-masing menyatakan sering dan
pernah.
Tabel 15 Memberikan penghargaan atau hadiah kepada peserta didik
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
2
4
18
16
5
10
45
40
Berdasarkan hasil persentase di atas dapat kita ketahui bahwa guru
Pendidikan Agama Islam pernah memberikan penghargaan ataupun hadiah
kepada peserta didik, hal ini dapat kita lihat dari tabel hasil jawaban responden di
atas, sebanyak 45% responden menyatakan pernah, 40% tidak pernah, 10%
sering, dan hanya 5% saja yang menyatakan selalu.
2). Minat Belajar Siswa
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan minat belajar siswa adalah suatu
keinginan yang kuat atau yang besar yang dimiliki oleh siswa dan selalu diulang-
ulang tanpa adanya rasa terbebani untuk mendapatkan atau menggapai cita-cita
yang sudah diharapkannya.
Tabel 16 Memperhatikan guru Pendidikan Agama Islam dalam menyampaikan
pelajaran
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
20
10
8
2
50
25
20
5
Tabel di atas menunjukan bahwa peserta didik selalu memperhatikan guru
Pendidikan Agama Islam dalam menyampaikan pelajaran, jadi perhatian peserta
didik tertuju kepada pendidik. Hal ini dapat kita lihat dari hasil persentase
jawaban responden, sebanyak 50% menjawab selalu memperhatikan, 25% sering,
20% pernah, dan 5% responden menjawab tidak pernah.
Tabel 17 Merasa senang dengan pelajaran yang disamapaikan guru PAI
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
18
10
10
2
45
25
25
5
Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa peserta didik
merasa senang dengan pelajaran yang disampaikan oleh pendidik, hal itu
dikarenakan perilaku yang ditunjukan oleh guru Pendidikan Agama Islam, hal ini
dapat kita lihat dari hasil persentase jawaban responden, yaitu 45% responden
menjawab selalu, 25% masing-masing menyatakan sering dan pernah, dan hanya
5% saja yang mengatakan tidak pernah.
Tabel 18 perilaku guru Pendidikan Agama Islam membuat anda menjadi rajin
membaca pelajaran sebelum disampaikan oleh guru
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
8
6
18
8
20
15
45
20
Tabel di atas menunjukan bahwa prilaku guru Pendidikan Agama Islam
pernah membuat peserta didik menjadi rajin membaca pelajaran sebelum
disampaikan oleh pendidik, hal ini dapat kita lihat dari hasil jawaban responden
yang menunjukan 45% responden menjawab pernah, 20% masing-masing
menjawab selalu dan tidak pernah, dan 15% responden menjawab sering.
Tabel 19 Merasa senang dengan perilaku guru Pendidikan Agama Islam dalam
menyampaikan pelajaran Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
18
12
8
2
45
30
20
5
Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa peserta didik selalu
merasa senang dengan prilaku guru Pendidikan Agama Islam didalam
menyampaikan pelajaran di kelas, hal ini terbukti dengan tingginya nilai
persentase yang diperoleh, sebanyak 45% responden menjawab selalu, 30%
responden menjawab sering, 20% menjawab pernah, dan 5% responden yang
menjawab tidak pernah.
Tabel 20 Semangat belajar dengan perilaku yang ditunjukan oleh guru Pendidikan
Agama Islam
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
6
6
26
2
15
15
65
5
Tabel di atas menunjukan bahwa peserta didik pernah bersemangat belajar
dengan perilaku yang ditunjukan oleh guru Pendidikan Agama Islam didalam
menyampaikan pelajaran. Hal ini berdasarkan hasil perolehan persentase jawaban
yang diberikan oleh responden, 65% responden menyatakan pernah, 15%
selalu,15% responden menjawab sering, dan 5% responden menjawab tidak
pernah.
Tabel 21 Perhatian tertuju pada perilaku guru Pendidikan Agama Islam dalam
menyampaikan pelajaran
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
18
12
4
6
45
30
10
15
Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa perhatian peserta didik
selalu tertuju pada perilaku yang ditunjukan oleh guru Pendidikan Agama Islam
didalam menyampaikan pelajaran. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan hasil
persentase jawaban yang diberikan oleh responden, 45% responden memberikan
jawaban selalu, 30% responden menjawab sering, 15% tidak pernah, dan 10%
responden menjawab pernah.
Tabel 22 Perilaku guru Pendidikan Agama Islam membuat jenuh dengan pelajaran
yang disampaikan
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
2
2
20
16
5
5
50
40
Tabel di atas menunjukan bahwa perilaku guru Pendidikan Agama Islam
pernah membuat peserta didik jenuh dengan pelajaran yang disampaikan di kelas,
hal ini bisa kita lihat dari tingginya nilai persentase, 50% responden menjawab
pernah merasa jenuh, 40% tidak pernah, dan 5% responden yang menjawab selalu
dan sering.
Tabel 23 Perilaku guru Pendidikan Agama Islam membuat menjadi malas membaca
pelajaran sebelum pelajaran disampaikan Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
18
2
16
4
45
5
40
10
Tabel di atas menunjukan bahwa perilaku guru Pendidikan Agama Islam
selalu membuat peserta didik menjadi malas membaca pelajaran sebelum
pelajaran disampaikan, hal ini dapat kita lihat dari hasil persentase yang
menunjukan 45% responden memberi jawaban selalu, 40% pernah, 10% tidak
pernah, dan 5% responden memberikan jawaban sering.
Tabel 24 Perilaku guru Pendidikan Agama Islam membuat tidak memperhatikan
pelajaran
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
2
4
18
16
5
10
45
40
Berdasarkan tabel di atas, kita dapat melihat bahwa perilaku yang
ditunjukan guru Pendidikan Agama Islam pernah membuat peserta didik tidak
memperhatikan pelajaran yang disampaikan pendidik di kelas, hal ini dapat kita
buktikan dengan hasil jawaban responden, 45% responden menjawab pernah tidak
memperhatikan pelajaran, 40% responden menjawab tidak pernah, 10% sering,
dan 5% responden menjawab selalu.
Tabel 25 Perilaku guru Pendidikan Agama Islam dalam menyampaikan pelajaran
mempengaruhi dalam belajar
Alternatif Jawaban F P
Selalu
Sering
Pernah
Tidak pernah
14
10
8
8
35
25
20 20
Tabel di atas menunjukan, bahwa perilaku guru Pendidikan Agama Islam
dalam menyampaikan pelajaran selalu mempengaruhi peserta didik dalam belajar,
hal ini dapat kita lihat dari persentase jawaban yang diberikan responden, 35%
responden memberikan jawaban selalu, 25% responden memberikan jawaban
sering, 20% responden memberikan jawaban pernah, dan 20% responden
memberikan jawaban tidak pernah.
C. Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yang didalamnya
terdapat dua variabel yang diteliti. Variabel tersebut adalah Perilaku Pendidik
Agama Islam (variabel x) sebagai variabel bebas, dan Minat Belajar Siswa
(variabel y) sebagai variabel terikat. Untuk mengetahui hubungan kedua variabel
tersebut, penulis menggunakan rumus korelasi product moment yang
dikembangkan oleh Karl Pearson.
Rumus :
NΣXY – (ΣX) (ΣY)
rxy =
N.ΣXY – (ΣX) (ΣY)
rxy =
40 x 21873 – 865 x 971
rxy =
(40 x 18965 - 23966) . (40 x 23966 – 971)
794920 – 839915
=
2205225) - (2213490 . 2402500) - (2439900
= 8190
(8265) . (37400)
= 8190
)(309111000
= 8190
17581.55283
= 0,465
Setelah dilakukan penghitungan secara keseluruhan, hasil yang didapatkan
adalah antara perilaku pendidik agama Islam dengan minat belajar siswa MTs. al-
Khairiyah Mampang diperoleh angka korelasi “r” product moment 0,465.
D. Interprestasi Data
Dalam menginterpretasikan hasil korelasi antara perilaku pendidik agama
Islam dengan minat belajar siswa MTs. Al-Khairiyah Mampang, penulis
mengguakan 2 cara, yaitu:
1. Interpretasi secara sederhana/kasar
Dari perhitungan rxy di atas, ternyata angka korelasi antara variabel X
(prilaku pendidik agama Islam) dengan variabel Y (minat belajar siswa) tidak
bertanda negative, berarti di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi
positif (korelasi yang berjalan searah).
Dengan memperhatikan besarnya rxy yang dihasilkan yaitu 0,465 yang
berada pada rentang 0.40 – 0,70 berarti korelasi positif antara variabel x dan y itu
adalah termasuk korelasi positif yang sedang/cukup.
2. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” product moment
Untuk mengetahui signifikansi rxy melalui tabel “r” product moment,
langkah pertama yang harus ditempuh adalah dengan mencari df (degree of
freedom) atau derajat bebasnya terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, sampel yang
diteliti sebanyak 40 orang, berarti N = 40 orang.
Variabel yang diteliti korelasinya adalah sebanyak dua variabel, yaitu
variabel x dan variabel y, jadi nr = 2. dengan demikian dapat diketahui df-nya
adalah df = 40 – 2 = 38.
Setelah diketahui df = 38 kemudian berkonsultasi pada tabel nilai “r”
product moment pada taraf signifikasi 5 % = 0,361 pada taraf signifikasi 1 % =
0,463.
Hasil di atas menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5% terdapat
korelasi positif yang signifikan antara perilaku pendidik agama Islam terhadap
minat belajar siswa MTs. Al-Khairiyah. Begitu juga pada taraf signifikansi 1%.
Maka pada taraf 5% dan 1% itu hipotesa alternatif disetujui, sedangkan hipotesa
nihil ditolak.
Dengan demikian berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara
prilaku pendidik agama Islam dengan minat belajar siswa dan dapat disimpulkan
bahwa setiap kenaikan variabel x (prilaku pendidik agama Islam) akan terdapat
pula kenaikan pada variabel y (minat belajar siswa) dan berarti prilaku pendidik
agama Islam mempengaruhi minat belajar siswa MTs. Al-Khairiyah Mampang,
Jakarta Selatan.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel x dalam
menunjang keberhasilan variabel y dalam bentuk persentase maka harus dihitung
dahulu suatu koefisien yang disebut coefficient of determination (koefision
penentuan) dengan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100 %
= (0,465) ² x 100 %
= 0.216225 x 100 %
= 21.62 %
Dari perhitungan di atas, maka telah diketahui bahwa pengaruh prilaku
pendidik agama Islam terhadap minat belajar siswa MTs al-Khairiyah sebesar
21,50 %.
Berdasarkan data di atas, ternyata hanya 21,50% saja perilaku pendidik
agama Islam mempengaruhi minat belajar siswa sedangkan 78,50% lagi di
pengaruhi oleh faktor lain yang ikut berperan dalam mempengaruhi minat belajar
siswa, antara lain adalah faktor kebutuhan peserta didik, ikut juga mempengaruhi
minat belajar siswa, faktor pengalaman yang dimiliki peserta didik, faktor cita-
cita, dan faktor keluarga. Masing-masing faktor tersebut ikut mempengaruhi
minat belajar siswa.
Oleh karena itu, untuk menumbuhkan minat belajar siswa terhadap belajar
dibutuhkan kerjasama yang baik antara pendidik, peserta didik, dan orang tua.
Karena jika hal itu dapat terjalin dengan baik, maka peserta didik akan merasa
diperhatikan dan akan termotivasi untuk belajar.
v
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka kesimpulan
yang dapat diambil adalah:
1. Perilaku Pendidik Agama Islam MTs Al-Khairiyah mampang menurut
pengamatan siswa berada pada rentang yang cukup/sedang.
2. Pengaruh perilaku Pendidik Agama Islam terhadap minat belajar siswa
MTs al-Khairiyah Mampang adalah sebagai berikut:
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang telah penulis lakukan, hasil
yang diperoleh pada rxy 0,465 .kemudian angka ini diinterpretasikan pada
interpretasi sederhana, rxy:….. terdapat pada angka indeks korelasi “r”
product moment pada retang 0,40 – 0,70 yang berarti antara variabel y
terdapat korelasi yang sedang/cukup. kemudian interpretasi dengan
menggunakan tabel nilai “r” product moment pada taraf 5 % rxy : (0,361),
begitupun pada taraf signifikansi 1%: 0,463.
Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah adanya pengaruh positif yang
signifikan antara perilaku pendidik agama Islam terhadap minat belajar
siswa MTs al-Khairiyah Mampang dengan taraf signifikansi 5 % (0,361)
maupun pada taraf signifikansi 1 % (0,463). maka hipotesis Ha yang
menyatakan terdapat korelasi positif antara perilaku Pendidik Agama
Islam terhadap minat belajar siswa diterima dan hipotesis nihil ditolak.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka hanya
21,50% saja perilaku pendidik agama Islam mempengaruhi minat belajar
siswa dan 78,50% lagi dipengaruhi oleh faktor lain yang juga dapat
mempengaruhi minat belajar peserta didik, antara lain faktor cita-cita,
faktor keluarga, faktor pengalaman dll. Sehingga dengan demikian
perilaku pendidik bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi
minat belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan ini ada beberapa
saran yang ingin penulis kemukakan:
a. Kepada pengelola dunia pendidikan baik tingkat Sekolah Dasar
sampai perguruan tinggi agar lebih selektif dalam menerima seorang
tenaga pengajra ataupun pendidik, terlebih lagi mengenai pendidikan
agama Islam. Hal itu karena menjadi contoh bagi peserta didik.
b. Pengelola dunia pendidikan hendaknya memberikan seminar-
seminar ataupun pelatihan-pelatihan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar kepada para pendidik,
sehingga pendidik akan semakin mampu untuk memberikan
kontribusi yang baik kepada dunia pendidikan.
c. Pendidik khususnya pendidik agama Islam, agar terus belajar dan
belajar mengkaji metode-metode yang baik dalam menyampaikan
pelajaran, selain itu pendidik juga bisa memperhatikan perilaku dan
busana yang dikenakan ketika menyampaikan pelajaran, karena
pendidik di dalam kelas merupakan pusat perhatian bagi para peserta
didik.
d. Peserta didik, sebagai generasi penerus bangsa, harus mampu
memilah dan memilih antara hal yangt baik dan yang buruk, karena
sebagus apapun seorang pendidik adalah manusia juga yang
memiliki banyak kekurangan. Peserta didik juga harus kritis
sehingga semakin banyak ilmu yang di pelajari di dalam kelas karena
keingin tahuan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA AM, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002
Aziz Al-Qussy, Abdul, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa Mental I, alih bahasa
Zakiah Deradjat, Jakarta: Bulan Bintang, 2001
Daradjat, Zakiyah et al, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bandung:
Bumi Aksara, 2001
______ , Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1970
______ , Ilmu Jiwa Agama, Pedoman Beban Penataran Guru Agama pada
Sekolah Umum¸ Jakarta: Departemen Agama RI, 1978
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Toha Putra,
1989
Fahmi, Asma Hasan, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1979
Gulo, Dali, Kamus Psikologi, Bandung: Tonis, 1982
Hafi, Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1983
Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 1988, cet I
________________, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1988
Mar'at, Sikap Manusia terhadap perubahan serta pengukuran, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1982
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-
Ma’arif, 1999
M Echol, Jhon et al, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1996
Nata, Abuddin dan Fauzan, Pendidkan dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2005
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002
______ , Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2003
Rifa’I, Moh, Bekal Da’wah dan Pembina Pribadi Muslim, Semarang: Wicaksana,
1987
Sabri, M. Alisuf, Psikolgi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
2003
Sugiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1990
Sudjana, MetodeStatistik, Bandung: Tarsito, 1996
Sukmadinata, Nana Saodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007
Tim Genaka Sains Bandung, Kamus Lengkap Bahasa Indoensia, Bandung: PT.
Penabur Ilmu, 2001, Cet. I