presus anak ulung karini safit

Upload: dhima-paramitha-oktacynara

Post on 14-Apr-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    1/28

    LAPORAN KASUS

    BRONKOPNEUMONI DENGAN GIZI BURUK

    DISUSUN OLEH :

    Rini Ramayani (1102002243)

    Ulung Jati Sukmono (1102005729)

    Safitri Rahayu (1102007248)

    PEMBIMBING :

    Dr. Ani Ariani , Sp.A

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

    KEPANITERAAN KLINIK KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

    KABUPATEN BEKASI

    JULI 2.011

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    2/28

    2

    BRONKOPNEUMONIA

    Pendahuluan

    Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut tersering yang

    menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja.

    Penyakit ini dapat terjadi secara primer ataupun merupakan kelanjutan manifestasi infeksi

    saluran napas bawah lainnya misalnya sebagai perluasan bronkiektasis yang terinfeksi.

    Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak

    di Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas

    anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di

    seluruh dunia, lebih kurang dua juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia,

    sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut survey kesehatan nasional

    (SKN) 2001, 27,6% angka kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan

    oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia.

    Definisi

    Pneumonia

    Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru. Meskipun sebagian besar kasus

    pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, pneumonia juga dapat disebabkan oleh

    penyebab noninfeksi termasuk aspirasi makanan atau atau asam lambung, benda asing,

    hidrokarbon, dan substansi lipoid, reaksi hipersensitivitas, dan pneumonitis yang diinduksi

    obat atau radiasi. 1

    Bronkopneumoni

    Bronkopneumoni adalah (Pneumonia) atau peradangan pada kedua parenkim paru

    disebut juga pneumonia lobularis atau multifocal. bronkopneumoni secara radiografi ditandai

    oleh gambaran bercak, dengan penebalan peribronkial, dan air-space opacities yang kurang.

    Ketika penyakit menjadi berat, konsolidasi melibatkan bronkiolus respiratori dan terminal,

    serta alveoli menghasilkan opasitas noduler sentrilobuler. Konsolidasi ini dapat berkembang

    dan memberikan pola lobularis. Patogen yang menyebabkan pola ini biasanya destruktif

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    3/28

    3

    sehingga sering terjadi abses, pneumatokel, dan gangren pulmoner. Secara patologik,

    bronkopneumoni berasal dari inflamasi bronkus dengan keterlibatan lobularis. 2,3

    Epidemiologi

    Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 20% pada anak-anak di bawah

    umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia

    menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.

    Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang

    kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Laporan WHO

    1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia

    adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.

    Etiologi

    Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus merupakan tindakan

    yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan. Patogen penyebab pneumonia pada anak

    bervariasi tergantung :

    a. Usiab. Status lingkunganc. Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)d. Status imunisasie. Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)4

    Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak,

    terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan. Etiologi

    pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan bakteri gram

    negatif seperti E.colli, pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan

    balita pneumoni sering disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, H. influenzae,

    Stretococcus grup A, S. aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain

    bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Daftar etiologi

    pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang bersumber dari data di Negara maju dapat

    dilihat di tabel 1.3

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    4/28

    4

    Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

    Lahir - 20 hari Bakteri Bakteri

    E.colli Bakteri anaerob

    Streptococcus grup B Streptococcus grup D

    Listeria monocytogenes Haemophillus influenza

    Streptococcus pneumonie

    Virus

    CMV

    HMV

    3 miggu3 bulan Bakteri Bakteri

    Clamydia trachomatis Bordetella pertusis

    Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenza tipe

    B

    Virus Moraxella catharalis

    Adenovirus Staphylococcus aureus

    Influenza Virus

    Parainfluenza 1,2,3 CMV

    4 bulan5 tahun Bakteri Bakteri

    Clamydia pneumoniae Haemophillus influenza tipe

    B

    Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis

    Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

    Virus Neisseria meningitides

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    5/28

    5

    Adenovirus Virus

    Rinovirus Varisela Zoster

    Influenza

    Parainfluenza

    5 tahun - remaja Bakteri Bakteri

    Clamydia pneumoniae Haemophillus influenza

    Mycoplasma pneumoniae Legionella sp

    Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

    Virus

    Adenovirus

    Epstein-Barr

    Rinovirus

    Varisela zoster

    Influenza

    Parainfluenza

    Tabel 1.Etiologi Pneumonia

    Klasifikasi

    Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada

    umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan

    bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan

    terapi yang lebih relevan.

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    6/28

    6

    a. Berdasarkan lokasi lesi di paruPneumonia lobaris

    Pneumonia lobularis (bronkopneumoni)

    Pneumonia interstitialis

    b. Berdasarkan asal infeksiPneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia = CAP)

    Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)

    c. Berdasarkan mikroorganisme penyebabPneumonia bakteri

    Pneumonia virus

    Pneumonia mikoplasma

    Pneumonia jamur

    d. Berdasarkan karakteristik penyakitPneumonia tipikal

    Pneumonia atipikal

    e. Berdasarkan lama penyakitPneumonia akut

    Pneumonia persisten3

    Patofisiologi

    Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran

    respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi

    dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami

    konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya

    kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin

    semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis

    yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag

    meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    7/28

    7

    menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru

    yang tidak terkena akan tetap normal.3

    Ketika infeksi bakteri terjadi pada parenkim paru, proses patologik bervariasi

    tergantung organisme yang menginvasi. M. pneumoniae menempel pada epitel respiratorius,

    menghambat kerja silier, dan menyebabkan destruksi seluler dan memicu respons inflamasi

    di submukosa. Ketika infeksi berlanjut, debris seluler yang terlepas, sel-sel inflamasi, dan

    mukus menyebabkan obstruksi jalan napas, dengan penyebaran infeksi terjadi di sepanjang

    cabang-cabang bronkial, seperti pada pneumonia viral. S. pneumoniae menyebabkan edema

    lokal yang membantu proliferasi mikroorganisme dan penyebarannya ke bagian paru lain,

    biasanya menghasilkan karakteristik sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh

    lapangan paru.3

    Pemeriksaan Fisik

    Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :

    Suhu tubuh 38,5o C Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan

    pernapasan cuping hidung.

    Takipneu berdasarkan WHO:Usia < 2 bulan 60 x/menit

    Usia 2-12 bulan 50 x/menit

    Usia 1-5 tahun 40 x/menit

    Usia 6-12 tahun 28 x/menit

    Pada palpasi ditemukan fremitus vokal menurun. Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terkena. Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun. Fine crackles (ronki basah

    halus) yang khas pada anak besar bisa tidak ditemukan pada bayi. Dan kadang

    terdengar juga suara bronkial.2

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    8/28

    8

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

    CRP

    Pemeriksaan mikrobiologis

    Pemeriksaan serologis

    Pemeriksaan rontgen

    Diagnosis

    Bayi dan anak berusia 2 bulan5 tahun :

    Pneumonia berat- Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan 50 x/menit, Usia 1-5 tahun

    40 x/menit

    - Adanya retraksi- Sianosis- Anak tidak mau minum- Tingkat kesadaran yang menurun dan merintih (pada bayi)- Anak harus dirawat dan di terapi dengan antibiotik

    Pneumonia- Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan 50 x/menit, Usia 1-5 tahun

    40 x/menit

    - Adanya retraksi- Anak perlu di rawat dan berikan terapi antibiotik

    Bayi berusia di bawah 2 bulan

    Pada bayi berusia dibawah 2 bulan, perjalanan penyakit lebih bervariasi. Klasifikasi

    pneumonia pada kelompok usia ini adalah sebagai berikut :

    Pneumonia- Bila ada nafas cepat 60 x/menit atau sesak nafas - Harus dirawat dan diberikan antibiotik

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    9/28

    9

    Bukan pneumonia- Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas- Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatik

    Diagnosis Banding

    Pneumonia pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia bakteri lain atau

    virus tanpa pemeriksaan mikrobiologi yang tepat. Keadaan-keadaan yang mungkin

    merancukan pneumonia adalah bronkiolitis, bronkitis alergika, gagal jantung kongesif,

    aspirasi benda asing, atelektasis, dan abses paru.1

    Komplikasi

    Dengan penggunaan antibiotika yang tepat, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai.

    Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis yang terjadi akibat perluasan

    infeksi pada permukaan flora. Empiema lebih sering pada bayi daripada pada anak yang lebih

    tua. Terdapat juga komplikasi lain seperti perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi

    ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Dilaporkan juga komplikasi miokarditis terjadicukup tinggi pada anak berumur 2-24 bulan, karena miokarditis merupakan keadaan fatal

    maka dianjurkan melakukan pemeriksaan EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.1,3

    Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan antibiotika

    Pemberian antibiotika berdasarkan derajat penyakit

    Pneumonia ringan- Amoksisilin 25 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sehari selama 3 hari.

    Diwilayah resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikan sampai 80-90

    mg/kgBB.

    - Kotrimoksazol (trimetoprim 4 mg/kgBB sulfametoksazol 20 mg/kgBB)dibagi dalam 2 dosis sehari selama 5 hari

    Pneumonia berat- Kloramfenikol 25 mg/kgBB setiap 8 jam

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    10/28

    10

    - Seftriakson 50 mg/kgBB i.v setiap 12 jam- Ampisilin 50 mg/kgBB i.m sehari empat kali, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB

    sehari sekali

    - Benzilpenisilin 50.000 U/kgBB setiap 6 jam, dan gentamisin 7,5 mg/kgBBsehari sekali

    - Pemberian antibiotik diberikan selama 10 hari pada pneumonia tanpakomplikasi, sampai saat ini tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi

    antibiotik yang optimal

    Pemberian antibiotik berdasarkan umur

    Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :- ampicillin + aminoglikosid- amoksisillin-asam klavulanat- amoksisillin + aminoglikosid- sefalosporin generasi ke-3

    Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)- beta laktam amoksisillin- amoksisillin-amoksisillin klavulanat- golongan sefalosporin- kotrimoksazol- makrolid (eritromisin)

    Anak usia sekolah (> 5 thn)- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)

    Penatalaksaan suportif

    - Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2padaanalisis gas darah 60 torr

    - Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.- Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena dengan dosis awal 0,5 x 0,3 x

    defisit basa x BB (kg). Selanjutnya periksa ulang analisis gas darah setiap 4-6 jam.

    Bila analisis gas darah tidak bisa dilakukan maka dosis awal bikarbonat 0,5 x 2-3

    mEq x BB (kg).

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    11/28

    11

    - Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertamakarena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat penurun panas

    diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau penderita kelainan

    jantung.

    Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata dalam

    24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman

    penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit

    seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).4

    Penatalaksanaan bedah

    Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi komplikasi

    pneumotoraks atau pneumomediastinum.3

    Prognosis

    Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan

    sampai kurang dari 1 %. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang

    terlambat menunjukan mortalitas yang lebih tinggi.1

    Pencegahan

    Studi melaporkan anak yang telah mendapatkan vaksin pertussis, campak, dan H.

    Influenza dapat mencegah berbagai kasus pneumonia pada anak. Di US penggunaan vaksin

    polysaccharide pneumococcal conjugated telah dimasukan dalam jadwal imunisasi untuk

    bayi dan anak. Vaksin tersebut terbukti dapat mencegah tujuh penyakit utama yang

    disebabkan oleh S. Pneumoniae pada anak. Meskipun demikian vaksin ini belum terbukti

    dapat benar-benar mencegah pneumonia. Namun data menunjukan anak yang di imunisasi

    vaksin ini di bawah umur < 2 tahun memiliki kekebalan sepuluh kali terhadap pneumonia.3,4

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    12/28

    12

    Status Gizi

    1. Pengertian

    Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara

    asupan zat gizi dengan kebutuhan.Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel

    pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan,

    dan panjang tungkai (Gibson, 1990). Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya

    pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi

    kekurangan energi protein, dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal

    dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI, 2000).5

    Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam

    tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai

    status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan

    kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsir, 2001).

    2. Penilaian Status Gizi

    Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi dilakukan dengan

    interpretasi informasi dari hasil beberapa metode penilaian status gizi yaitu: penilaian

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    13/28

    13

    konsumsi makanan, antropometri, laboratorium/biokimia dan klinis (Gibson, 2005). Diantara

    beberapa metode tersebut, pengukuran antropometri adalah relatif paling sederhana dan

    banyak dilakukan (Soekirman, 2000).

    Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu pengukuran

    berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LILA). Dari beberapa

    pengukuran tersebut BB, TB dan LILA sesuai dengan umur adalah yang paling sering

    digunakan untuk survey sedangkan untuk perorangan, keluarga, pengukuran BB dan TB atau

    panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal (Soekirman, 2000).

    Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan apakah anak

    tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk.Untuk hal tersebut maka berat badan

    dan tinggi badan hasil pengukuran dibandingkan dengan suatu standar internasional yang

    dikeluarkan oleh WHO.Status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB atau TB

    sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi juga merupakan kombinasi antara

    ketiganya.Masing-masing indikator mempunyai makna sendiri-sendiri.5

    Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena

    mudah berubah, namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga

    dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator ini dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh

    masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek;

    dan dapat mendeteksi kegemukan.

    Indikator TB/U dapat menggambarkan status gizi masa lampau atau masalah gizi

    kronis.Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Berbeda

    dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu singkat, baik pada anak maupun

    dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa tidak dapat lagi dinormalkan. Pada anak Balita

    kemungkinkan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimal masih bisa sedangkan anak

    usia sekolah sampai remaja kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan masih

    bisa tetapi kecil kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal. Dalam keadaan normal

    tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur.Pertambahan TB relatif kurang

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    14/28

    14

    sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat.Pengaruh kurang gizi terhadap

    pertumbuhan TB baru terlihat dalam waktu yang cukup lama.Indikator ini juga dapat

    dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk (Soekirman, 2000).

    Indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang terbaik karena dapat

    menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini atau masalah gizi akut. Berat

    badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal perkembangan

    berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan

    demikian berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi badannya. Ini merupakan

    indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini terutama bila data umur yang akurat

    sering sulit diperoleh. Untuk kegiatan identifikasi dan manajemen penanganan bayi dan anak

    balita gizi buruk akut, maka WHO &Unicef merekomendasikan menggunakan indikator

    BB/TB dengan cut of point < -3 SD WHO 2006 (WHO & Unicef, 2009).5

    Dalam panduan tata laksana penderita KEP (Depkes, 2000) gizi buruk diartikan

    sebagai keadaan kekurangan gizi yang sangat parah yang ditandai dengan berat badan

    menurut umur kurang dari 60 % median pada baku WHO-NCHS atau terdapat tanda-tanda

    klinis seperti marasmus, kwashiorkor dan marasmik-kwashiorkor. Agar penentuan klasifikasi

    dan penyebutan status gizi menjadi seragam dan tidak berbeda maka Menteri Kesehatan

    [Menkes] RI mengeluarkan SK Nomor 920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    15/28

    15

    gizi anak bawah lima tahun. Dengan keluarnya SK tersebut maka data status gizi yang

    dihasilkan mudah dianalisis lebih lanjut baik untuk perbandingan , kecenderungan maupun

    analisis hubungan (Depkes, 2002).5

    Menurut SK tersebut penentuan gizi status gizi tidak lagi menggunakan persen

    terhadap median, melainkan nilaiZ-scorepada baku WHO-NCHS. Secara umum klasifikasi

    status gizi balita yang digunakan secara resmi adalah seperti Tabel 1.

    Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita) *

    INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS **)

    Berat Badan menurut Umur

    (BB/U)

    Gizi Lebih > +2 SD

    Gizi Baik >= -2 SD sampai +2 SD

    Gizi Kurang < -2 SD sampai >= -3 SD

    Gizi Buruk < -3 SD

    Tinggi Badan menurut

    Umur (TB/U)

    Normal > = -2 SD

    Pendek (Stunted) < -2 SD

    Berat badan

    menurut Tinggi Badan

    (BB/TB)

    Gemuk > +2 SD

    Normal >= -2 SD sampai +2 SD

    Kurus (wasted) < -2 SD sampai >= -3 SD

    Kurus sekali < -3 SD

    *) Sumber : SK Menkes 920/Menkes/SK/VIII/2002.

    **) SD = Standard deviasi

    Penelitian ini menggunakan terminologi gizi buruk berdasarkan Standar Pelayanan Minimal

    (SPM) sesuai SK Menkes No SK Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003

    tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan diKabupaten/Kota, menyebutkan

    bahwa setiap balita gizi buruk harus mendapatkan penanganan sesuai standar. Balita gizi

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    16/28

    16

    buruk yang dimaksud pada SPM tersebut adalah Balita yang memiliki BB/TB < -3 SD WHO-

    NCHS dan atau memiliki tanda-tanda klinis (Depkes, 2003).

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

    Menurut Unicef (1998) gizi kurang pada anak balita disebabkan oleh beberapa faktor

    yang kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, penyebab tidak langsung, pokok

    masalah dan akar masalah.

    Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi makanan dan

    adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula

    kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan

    yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan.

    Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga

    yang bersangkutan (Almatsier, 2001).5

    Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga karena

    penyakit.Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau

    demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang.Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik

    maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit

    infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang (Soekirman,

    2000).Sehingga disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi

    merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.5

    Menurut Schaible & Kauffman (2007) hubungan antara kurang gizi dengan penyakit

    infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap

    status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang

    gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS,tuberculosis, dan

    beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan anemia dan parasit pada usus

    dapat menyebabkan anemia. Penyakit Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih,

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    17/28

    17

    pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai

    (Soekirman, 2000).

    Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak,

    serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah

    tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan

    kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin

    tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap

    pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin

    kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998) Sedangkan penyebabmendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial

    termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak-seimbangan antara asupan makanan

    dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita

    (Soekirman, 2000).5

    Presentasi kasus

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    18/28

    18

    I. IdentitasNama : An I

    Umur : 4,5 bulan

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Kp. Papan Mas rt 02/rw 07

    Masuk RS : 20/7/11

    Tanggal periksa : 25/7/11

    Nama ayah : Tn M

    Usia : 50 th

    Pendidikan : SMP

    Pekerjaan : Buruh harian lepas

    Nama ibu : Ny.N

    Usia : 28 th

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : ibu RT

    II.

    AnamnesisAlloanamnesis : ibu pasien

    Keluhan utama : Demam sejak 2 hari SMRS

    Keluhan tambahan : Batuk pilek, sesak napas sejak 1 hari SMRS

    Pasien datang ke RSUD Cibitung dengan keluhan demam tinggi sejak 2 hari

    SMRS, demam dirasakan terus menerus. Hari berikutnya pasien mengalami batuk

    dan pilek disertai dengan adanya sesak napas yang dilihat oleh ibu pasien. Akhirnya

    pasien dibawa ke puskesmas terdekat untuk diperiksakan, pasien diberi pengobatan

    dan sempat di foto rontgen bagian dada, setelah melihat hasil rontgen, pasien dirujuk

    ke RSUD Cibitung untuk diperiksa kembali, karena demam tidak kunjung turun sejak

    diberi obat dan sesak napas masih berlangsung. Batuk berdahak (+), Ingus encer (+),

    BAB dan BAK (N), pasien sebelumnya tidak pernah menderita penyakit ini, di

    keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.

    Riwayat penyakit dahulu

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    19/28

    19

    Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya

    Pasien tidak memiliki riwayat asma

    Sering batuk pilek

    Riwayat Penyakit keluarga

    Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini

    Keluarga tidak memiliki riwayat asma

    Riwayat Pribadi

    Riwayat kehamilan

    Kehamilan ini merupakan kehamilan yang diinginkan, selama hamil ibu sulit

    untuk makan, riwayat minum obat-obatan dan alkohol disangkal. Ibu kurang teratur

    memeriksakan kehamilannya.

    Riwayat persalinan

    Pasien lahir spontan, cukup bulan, ditolong bidan, langsung menangis, dengan

    berat lahir 2700 gr, panjang lahir 38 cm. Sianosis (-), ikterus (-).

    Riwayat pasca lahir

    Tidak ada keluhan

    Riwayat makanan/ gizi :

    (sejak lahir s/d sekarang, kualitas dan kuantitas)

    Pasien langsung mendapat ASI saat lahir sampai sekarang. Tidak diberikan

    makanan apapun, tetapi diberikan air putih setelah ASI, sampai usia 4 bulan. Setelah 4

    bulan, diberikan susu SGM, saat pasien tidak bisa BAB, ibu pasien sengaja

    memberikan susu warung (kental manis) agar pasien bisa BAB. Terkadang diberikan

    bubur Nestle 2 kali sehari pagi dan sore atau Bubur nasi 1 kali pagi hari, pasien

    memang sulit untuk makan.

    Riwayat imunisasi

    Di imunisasi usia 2 bulan, tetapi ibu pasien lupa.

    Perkembangan

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    20/28

    20

    (sejak lahir sampai sekarang)

    Usia 1 bulan : memutar kepala kiri dan kanan, Mendekatkan tangan ke mulut

    Usia 2 bulan : mata bergerak mengikuti objek, bereaksi terhadap suara

    Usia 3 bulan : menggapai objek yang bergoyang, mengangkat kedua tangan

    bersamaan

    Usia 4 bulan : mengoceh da-da-da, memasukkan benda ke mulut.

    Corak reproduksi

    Anak ke 4 dari 4 bersaudara

    Sosial ekonomi dan lingkungan

    Sosial ekonomi :

    Penghasilan ayah : Rp 25000

    Lingkungan : tinggal di pemukiman dengan penduduk yang padat, luas rumah

    60 meter/segi, dengan 1 jendela, 1 kamar mandi,2 kamar. Dihuni oleh ayah, ibu dan

    ke 4 anaknya.

    III Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan umum

    -Kesan umum : Tampak sakit sedang, pucat, sesak (+)

    -Kesadaran : Kompos mentis

    -Tanda utama :

    Frekuensi nadi : 100x/mnt

    Frekuensi napas : 38x/mnt

    Suhu : 37,6

    -Status gizi :

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    21/28

    21

    Klinis : Tampak kurus +

    Antropometris :

    BB : 4,5 kg

    TB : 56 cm

    Lingkar kepala : 43 cm

    LLA : 10 cm

    Berdasarkan LLA : < 11,5cm = gizi buruk

    Berdasarkan BB/TB : gizi buruk

    Berdasarkan BB/umur : gizi buruk

    Simpulan status : gizi buruk

    Pemeriksaan khusus

    Kepala : normocephal

    Mata : CA -/-, SI -/-

    Hidung : pernapasan cuping hidung

    Leher : tidak ada pembesaran KGB

    Dada : Retraksi suprasternal (+) ,Retraksi interkostal (+)

    Jantung : Inspeksi : Iktus kordis terlihat

    Palpasi : Iktus kordis teraba, kuat angkat

    Perkusi : Proyeksi jantung normal

    Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

    Paru : Inspeksi : simetris, tidak ada sikatriks

    Palpasi : Tidak teraba massa

    Perkusi : Hipersonor seluruh lapang paru

    Auskultasi : Wheezing -/-, ronkhi +/+

    Abdomen :Inspeksi : Agak cembung, simetris, umbilikus menonjol

    Palpasi : Turgor kulit (N)

    Perkusi : Timpani seluru lapang abdomen

    Auskultasi : BU (+), N

    Ekstermitas : Akral hangat, edema (-)

    Kulit : Kendur

    Anogenital : Laki-laki (N)

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    22/28

    22

    Hasil laboratorium

    Hematologi : tanggal 25/07/201

    Hemoglobin : 9,4 g/dl

    Leukosit : 14.200 /mm

    Eritrosit : 4,54 jl/mm2

    Hematokrit : 30,1

    Thrombosit : 257 ribu / mm2

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    23/28

    23

    Pemeriksaan thorax foto :

    Pulmo : Tampak infiltrat pada daerah parahiler dan paratracheal

    Cor :

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    24/28

    24

    Ad vitam : bonam

    Ad fungsionam : bonam

    Ad sanationam : bonam

    Resume

    Telah diperiksa seorang anak laki-laki berumur 4,5 bulan, dengan keluhan demam sejak 2

    hari SMRS. Keluhan disertai batuk pilek, sesak napas sejak 1 hari SMRS. Pasien dibawa

    berobat ke Puskemas A, dilakukan pemeriksaan foto thorax, dan di dapatkan kesan

    bronkopneumoni spesifik. Pasien mendapatkan obat penurun panas.

    Pemeriksaan fisik :

    Pemeriksaan umum

    -Kesan umum : Tampak sakit sedang, pucat, sesak (+)

    -Kesadaran : Kompos mentis

    -Tanda utama :

    Frekuensi nadi : 100x/mnt

    Frekuensi napas : 38x/mnt

    Suhu : 37,6

    Laboratorium :

    Hemoglobin : 9,4 g/dl

    Leukosit : 14.200 /mm

    Eritrosit : 4,54 jl/mm2

    Hematokrit : 30,1

    Thrombosit : 257 ribu / mm2

    Pemeriksaan foto torak

    Kesan : bronkopneumonia spesifik

    Follow up

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    25/28

    25

    20 juli 2011

    S : Demam (+), Batuk Pilek (+), Sesak (+),

    O : Suhu (38,8oC) ,Nadi (140 x), Rr (28 x).

    A : Bronkopnemonia dan Gizi Buruk

    P :

    1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, KA EN 1B 10 tpm (micro)2. Cefotaksin 2x200 mg3. Gentamicin 2x10 mg4. O2 2Lt/mnt5. Mucopect 2x4 tts

    21 Juli 2011

    S : Demam (-), Batuk Pilek (-), Sesak (+)

    O : Suhu (36,7o) , nadi (112 x), Rr (50x)

    A : Bronkopnemonia dan Gizi Buruk

    P : Lanjutkan.

    22 Juli 2011

    S : Demam (+), Batuk pilek (+), Sesak (-)

    O : Suhu (38o) , Nadi (112 x), Rr (50x)

    A : Bronkopnemonia dan Gizi Buruk

    P : (Lanjutkan.)

    23 Juli 2011

    S : Demam (+), Batuk Pilek (+), Sesak (+)

    O : Suhu (37,2o) , Nadi (140x), Rr (55x)

    A : Bronkopnemonia dan Gizi Buruk

    P :

    1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, KA EN 1B 10 tpm (micro)2. Cefotaksin 2x200 mg3. Gentamicin 2x10 mg4. O2 2Lt/mnt5. Mucopect 2x4 tts6. Antralin 10mg/KgBB

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    26/28

    26

    24 Juli 2011

    S : demam (+), batuk pilek (+), sesak (-)

    O : Suhu (37,3o) , nadi ( 130x), Rr (40x)

    A : Bronkopnemonia dan Gizi Buruk

    P : (Lanjutkan )

    25 Juli 2011

    S : demam (+), batuk pilek (+), sesak (+), muntah (+)

    O : Suhu (38o) , nadi (140 x), Rr (34x)

    A : Bronkopnemonia dan Gizi Buruk

    P :

    1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, KA EN 1B 10 tpm (micro)2. Cefotaksin 2x200 mg3. Gentamicin 2x10 mg4. O2 2Lt/mnt5. Mucopect 2x4 tts6. Antralin 10mg/KgBB7. L-Bio 1 x sachet8. Vometa 3 x 0,25mg9. Diet susu bebas laktosa 30 cc/2jam

    26 Juli 2011

    S : Demam (+), Batuk Pilek (+), Sesak (-)

    O : Suhu (38,8o) , Nadi (120 x), Rr (36x)

    A : Bronkopnemonia dan Gizi Buruk

    P :

    1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, KA EN 1B 10 tpm (micro)2. Cefotaksin 2x200 mg3. Gentamicin 2x10 mg4. O2 2Lt/mnt5. Mucopect 2x4 tts6. Antralin 10mg/KgBB

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    27/28

    27

    7. L-Bio 1 x sachet8. Vometa 3 x 0,25 mg9. Diet susu bebas laktosa 30 cc/2jam10.Puyer batuk 3x1

    27 Juli 2011

    S : demam (+), batuk pilek (+), sesak (-), muntah (+), diare (+)

    O : Suhu (38,4o) , nadi (150 x), Rr (36x)

    A : Bronkopnemonia dan Gizi Buruk

    P :

    1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, KA EN 1B 10 tpm (micro)2. Cefotaksin 2x200 mg3. Gentamicin 2x10 mg4. O2 2Lt/mnt5. Mucopect 2x4 tts6. Antralin 10mg/KgBB7. L-Bio 1 x sachet8. Vometa 3 x 0,259. Diet susu bayi LLM10.Puyer batuk

    Kesimpulan

    Bronkopneumonia adalah peradangan kedua parenkim paru yang disebut juga

    pneumonia lobaris atau multifocal. Secara radiografi ditandai dengan adanya gambaran

    bercak dan air space opacities yang kurang yang menjadi penyebab utama morbiditas dan

    mortalitas balita.

    Bronkopneumonia biasa disebabkan oleh mikro organisme seperti virus dan bakteri.

    Angka mortalitas penyakit tersebut tinggi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia

    disebabkan erat kaitannya dengan gizi buruk yang dialami pasien karena faktor so-sek yang

    rendah, kurangnya tunjangan medis dan faktor kebersihan yang kurang.

    Daftar pustaka

  • 7/30/2019 Presus Anak Ulung Karini Safit

    28/28

    1. Behrman Richard E, Kliegman robert, nelson Waldo E, Vaughan Victor C. NELSONTEETBOOK OF PEDI ATRICS. 17TH edition. Jakarta : 2000

    2. The Diagnosis and Management of Commun ity acquired Pneumonia Pediatr ic.NewYork : 2002

    3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Respirologi Anak ed. I. Jakarta : 20084. Ikatan Dokter Anak indonesia. Standar pelayanan medis kesehatan anak ed.1.Jakarta

    :2004

    5. www.docpdf.info/articles/data+gizi+buruk+menurut+who.html.