preskas_tn._bambang_(autosaved)
DESCRIPTION
preskas_tn._bambang_(Autosaved)TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS PSIKIATRI
SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh :
Rika Hendris 2007730104
Elsya Aprilia 1102010088
M. Afdhal 1102010175
Pembimbing :
dr. Agung Frijanto, Sp. KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI – UNIVERSITAS MUHAMADIYAH
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT ISLAM JIWA KLENDER
JAKARTA
2015
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS
Nama : Tn. BS
TTL : Jakarta, 13 Agustus 1959
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Administrasi pelabuhan
Pendidikan : Akademi kelautan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status : Menikah
No. RMK : 01.04.18
Alamat : Jakarta Utara
Tanggal Masuk : 01 Juli 2015
II.RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesa : 8 Juli 2015 (pukul 10.00 WIB)
Alloanamnesa : 7 Juli 2015 (pukul 17.00 WIB)
A. KELUHAN UTAMA
Pasien mencoba melukai diri sendiri.
B. KELUHAN TAMBAHAN
Pasien tidak bisa tidur pada malam hari dan perasaan ingin bunuh diri
C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien datang ke rumah sakit jiwa islam klender di bawa oleh istri pasien
dengan keluhan pasien mecoba melukai dirinya sendiri dengan cara membenturkan
kepalanya ke tembok. Keluhan disertai dengan tidak bisa tidur pada malam hari serta
memiliki perasaan bunuh diri. Istri pasien menceritakan bahwa pasien menceritakan
keinginan bunuh dirinya ketika melihat jalan layang yang sedang di bangun.
1
Kemudian pasien berkata bahwa dirinya ingin melompat dari jalan layang yang
sedang dibangun tersebut untuk mengakhiri hidupnya.
Sejak 8 bulan yang lalu pasien memlikiki perasaan curiga berlebih terhadap
rekan kerjanya. Pasien mengatakan bahwa dirinya baru naik pangkat dan merasa
terdapat rekan kerjanya yang tidak suka dengan pasien. Pasien merasakan bahwa
dirinya dibicarakan dan di jelek-jelekan di belakang dirinya. Selain itu, pasien merasa
rekan kerjanya tersebut ingin melaporkan dirinya ke polisi, menjebak serta
memasukkan dirinya ke dalam penjara. Awalnya kecurigaan pasien masih bisa di
kontrol oleh dirinya, sehingga pasien masih bisa bekerja layaknya orang sehat.
Sejak 2 bulan yang lalu kecurigaan pasien semakin bertambah sehingga
diputuskan untuk menjalani rawat jalan di RSIJ Cempaka putih dan di rawat oleh dr.
Metta D, SP. KJ. Pasien mengkonsumsi obat Seroquel, kalxetin, amlodipine, dan
clozaril. Namun sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien terlihat lebih
gelisah, curiga, mencelakakan dirinya dan mengutarakan keinginannya untuk bunuh
diri.
Selain kecurigaan pasien terhadap rekan kerjanya di kantor, pasien juga
mengatakan bahwa dirinya merasa terganggu oleh pertengkaran keluarga anak
pertamanya. Anak pertamanya laki-laki, masih tinggal satu atap dengan pasien sejak
menikah 5 tahun yang lalu. Dikatakan oleh pasien selalu ada pertengkaran antara
anaknya dan pasangannya di rumah tersebut. Pasien merasa kasihan kepada anaknya
dan cucunya yang berusia 4 tahun atas pertengkaran yang terjadi di keluarganya.
D. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
- Psikiatrik
Dua bulan sebelum dirawat, dikatakan oleh keluarganya, pasien mengalami
perubahan perilaku. Pasien menjadi mudah gelisah, sulit tidur pada malam hari,
menaruh kecurigaan berlebihan terhadap orang lain, sehingga pasien menjalani
rawat jalan di RSIJ Cempaka Putih dan dirawat oleh dr. Metta D, Sp, KJ. Dan
kemudian pasien mengkonsumsi obat Seroquel, kalxetin, amlodipine, dan
clozaril
- Medik
2
Pasien mengaku tidak pernah mengalami kecelakaan, terjatuh atau terbentur yang
mengakibatkan luka/cedera pada daerah kepala. Pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan riwayat penyakit stroke infark.
- Penggunaan Zat
Pasien mengaku bahwa dirinya tidak merokok. Pasien menyangkal menggunakan
obat-obatan seperti shabu, ganja dan obat-obatan terlarang lainnya. Pasien juga
menyangkal meminum minuman beralkohol.
E. RIWAYAT HIDUP1. Masa prenatal dan perinatal
Menurut keterangan ibu pasien, selama kehamilan ibu pasien dalam sehat, tidak
pernah mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun psikis. Pasien
dilahirkan dalam keadaan cukup bulan dan lahir secara normal dibantu oleh bidan.
Pada saat lahir bayi langsung menangis. Pasien merupakan anak yang dikehendaki
orangtuanya. Pasien merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara. Tidak pernah ada
sakit kejang demam atau penyakit lainnya yang bermakna.
2. Masa kanak-kanak dini/awal (s/d 3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan diberikan ASI hingga usia 1 tahun. Tidak
ada cacat bawaan yang ditemukan. Perkembangan fisik pasien cukup baik, pola
perkembangan motorik tidak ada hambatan, seperti kebanyakan anak yang
normal. Pasien dapat berjalan saat berusia 1 tahun dan tidak pernah ada
keterlambatan berbicara. Tidak ada kebiasaan buruk pasien, seperti membenturkan
kepala atau menghisap jari.
3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Ibu pasien mengatakan pasien mulai belajar untuk ke kamar mandi sendiri pada
usia 4 tahun. Pasien mulai masuk TK saat usia 5 tahun. Menurut penuturan ibu
kandung pasien, perkembangan fisik pasien umumnya baik. Secara keseluruhan
pasien adalah anak yang periang, baik dan memiliki banyak teman. Pasien mulai
masuk sekolah dasar (SD) ketika berusia 6 tahun. Semasa SD, pasien dinilai tidak
banyak bertingkah laku buruk di sekolah. Menurut kakak pasien, pasien tidak
3
pernah terlibat perkelahian dengan temannya di sekolah. Pasien menyelesaikan
sekolah dasarnya selama enam tahun.
4. Masa remaja
- Hubungan sosial
Pasien merupakan anak yang periang, memiliki banyak teman, dan ia
sering berinteraksi dengan tetangga ataupun teman-temannya di sekolah.
- Riwayat pendidikan
Pasien dapat menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) nya dengan baik. Pasien kemudian melanjutkannya ke Akademi
Kelautan yang diselesaikannya dengan baik juga. Pasien tidak pernah
mengikuti pendidikan non-formal.
5. Masa dewasa
Hubungan pasien dengan keluarganya renggang. Pasien juga menjadi jarang
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
o Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja di pelabuhan.
o Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien mengaku beragama Islam. Pasien tumbuh dalam lingkungan
beragama Islam, sejak kecil pasien sudah diajarkan agama oleh kedua
orangtuanya dan pasien tidak pernah lupa menjalankan perintah agama.
o Riwayat Kehidupan Perkawinan
Pasien sudah menikah dan memiliki 2 anak laki-laki serta 1 cucu
perempuan.
o Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat, tidak
pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat
dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum
F. RIWAYAT KELUARGA
4
Keterangan :
Pasien merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Sejak lahir pasien tinggal
bersama orang tua nya. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya.
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan yang serupa.
G. SITUASI KEHIDUPAN SEKARANG
Saat ini pasien tinggal bersama istri dan kedua anak laki-lakinya, selain itu pasien
tinggal bersama menantu dan cucunya.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki, berpenampilan fisik sesuai usianya, postur tubuh sedang,
berkulit sawo matang, barambut hitam, pada saat wawancara pasien mengenakan
baju kaos berwarna hijau, memakai celana pendek motif loreng dan tidak memakai
alas kaki. Pasien membawa handuk berwarna orange berukuran sedang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara, pasien tampak gelisah dan tidak tenang sedang berkeliling
ruangan tengah dan kamarnya. Selama wawancara, pasien masih gelisah sambal
sesekali mengelapkan handuknya ke wajah dan badannya, kontak mata cukup,
bicara volume cukup, gelisah dalam merespon pertanyaan. Pasien menjawab
pertanyaan yang diajukan dengan cukup baik dengan seseakali berhenti untuk
istirahat sejenak namun kembali gelisah berjalan-jalan dan harus selalu
5
menggerakkan kakinya. Selama wawancara pasien cukup kooperatif dalam
menjawab pertanyaan. Setelah wawancara, pasien kembali berkeliling bangsal
laki-laki, dengan sesekali berbicara dengan pasien lainnya.
6
3. Pembicaraan
- Irama : Tidak teratur
- Kecepatan : Sedang
- Volume : Normal
- Kelancaran : Lancar
4. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien bersikap cukup kooperatif dan cukup sopan terhadap pemeriksa.
B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood : Hipertimia
2. Afek : Menyempit
3. Keserasian : TIdak serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi
- Auditorik : Ada
- Visual : Tidak ada
- Taktil : Tidak ada
- Olfaktorik : Tidak ada
- Gustatorik : Tidak ada
2. Ilusi : Ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
D. GANGGUAN PIKIRAN
1. Proses pikir
a. Kontinuitas
- Blocking : Ada
- Asosiasi longgar : Tidak ada
- Inkoheren : TIdak ada
- Flight of idea : Tidak ada
- Sirkumstansia : Tidak ada
- Tangensial : TIdak ada
- Neologisme : Tidak ada
7
- Word salad : Tidak ada
b. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
a. Preokupasi : Ada
b. Waham
Waham bizarre : Tidak ada
Waham sistematik : Tidak ada
Waham nihilistic : Tidak ada
Waham paranoid : Ada
- Waham kebesaran : Tidak ada
- Waham kejaran : Ada
- Waham rujukan : Ada
- Waham dikendalikan : Tidak ada
o Thought withdrawal : Tidak ada
o Thought insertion : Tidak ada
o Thought broadcasting : Tidak ada
o Thought control : Tidak ada
Waham cemburu : Tidak ada
Erotomania : Tidak ada
c. Obsesi : Tidak ada
d. Kompulsif : Tidak ada
e. Fobia
Fobia spesifik : Tidak ada
Fobia sosial : Tidak ada
Akrofobia : Tidak ada
Agoraphobia : Tidak ada
Klaustrofobia : Tidak ada
Aiirufobia : Tidak ada
Zoofobia : Tidak ada
Xenophobia : Tidak ada
8
E. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
2. Orientasi : Baik
a. Waktu baik (pasien benar menyebutkan hari, bulan, tahun saat di
wawancara).
b. Tempat baik (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta, Negara Indonesia, kota jakarta, serta
ruangan perawatannya).
c. Orang baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda
dan dapat menyebutkan nama pemeriksa dan beberapa pasien).
3. Konsentrasi : Baik
a. Daya ingat.
Daya ingat segera baik (pasien dapat mengingat nama dokter yang
merawatnya saat ini dan juga dapat menyebutkan 3 benda yang pewawancara
ajukan).
Daya ingat yang pendek baik (pasien dapat mengingat menu
sarapan tadi pagi).
Daya ingat sedang baik (pasien mampu mengingat tanggal masuk
ke RSJI-Klender)
Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat tempat
sekolah pasien ketika SD, SMP, dan SMA)
b. Intelegensia dan Pengetahuan umum : Luas.
1. Pasien dapat menyebutkan tiga kota besar di Indonesia. Jawaban pasien
yaitu : Semarang, Jakarta, dan Bandung
2. Pikiran abstrak : Baik (dapat mengartikan peribahasa “buah tangan”)
F. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial: baik.
o Pasien dapat menyebutkan beberapa nama-nama pasien selama pasien dirawat.
2. Uji daya nilai : Baik.
o Misalnya, jika pasien menemukan dompet yang akan dilakukan oleh pasien
yaitu mengembalikan kepada pemiliknya.
9
G. Reality Test Ability (RTA)
Terganggu
H. Tilikan
Tilikan derajat 3
I. Taraf dapat Dipercaya
o Dapat dipercaya.
Pada waktu yang berbeda, pasien memberikan kesimpulan jawaban yang
sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh istrinya.
IV. STATUS FISIK
1. Status generalis
Keadaan umum : Tampak sehat
Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)
Tanda vital
- Tekanan darah : 130/80 mmhg
- Suhu : 36,5 °c
- Nadi : 92 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut
Thorax : Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/-
Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar lembut NT-/- NL -/-
Ekstermitas : Akral hangat, tidak ada edema
2. Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
Mata :
Gerakan baik : Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-)
Persepsi : Baik
Bentuk Pupil : Bentuk bulat (+/+), isokor, diameter ±2 mm
Rangsang Cahaya : +/+
Motorik
o Tonus : Baik
10
o Turgor : Baik
o Kekuatan : Baik
o Koordinator : kurang
o Refleksi : Baik
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
1. Riwayat Psikiatri
a. Pada siang hari pasien tidak bisa tenang, dan sulit tidur pada malam hari.
b. Mendengar bisikan-bisikan yang berkomentar buruk tentang dirinya.
(halusinasi auditorik)
c. Pasien selalu berpikir bahwa teman-teman sekantornya bersekongkol
untuk menjebak dirinya. (waham rujukan)
d. Pasien selalu berpikir bahwa teman-teman sekantornya menaruh iri hati
karena pasien baru naik jabatan. (waham rujukan)
e. Pasien tidak mampu untuk duduk diam dan sering berubah posisi ketika
sedang duduk, pasien juga sering jalan ditempat, kaki tidak bisa diam dan
pasien merasa gelisah.
f. Pasien mengatakan pernah berpikir untuk bunuh diri.
2. Status mental
O Kesadaran : Compos mentis
O Mood : Hipertima
O Afek : Menyempit
O Keserasian : Tidak serasi
O Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik
O Gangguan isi pikir : Waham rujukan
O RTA (Reality testing ability) : Terganggu
O Tilikan : Derajat 3
O Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Ditemukannya distress antara lain:
1. Curiga tanpa sebab pasti,
11
Hal ini disebabkan adanya hendaya yang berat pada jiwa seseorang. Gangguan Isi
pikiran berupa halusinasi dan waham, emosi yang sulit dikontrol dan mudah marah
sehingga mengakibatkan perilaku mengamuk tanpa sebab RTA terganggu. Hal
ini identik dengan gejala Psikotik. Sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) adanya tanda dan gejala ini
masuk ke dalam Skizofrenia Paranoid.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Axis I
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna tersebut maka kasus ini digolongkan ke
dalam Gangguan Jiwa. Gangguan kejiwaan ini di kelompokkan sebagai Gangguan
Mental dan Perilaku. Maka menurut PPDGJ 3, Gangguan Mental dan Perilaku ini
dapat digolongkan Gangguan Schizofrenia Paranoid sesuai dengan tabel kriteria
diagnosis sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Schizofrenia
Kriteria Diagnosis Hasil
1. Harus ada satu gejala berikut yang amat jelas:
a.Thought echo, thought insertion or thought
withdrawal, thought broadcasting.
b.Delusion of control, delusion of influence, delusion of
pasivity, delusional perseption.
c.Halusinasi auditorik
d.Waham-waham menetap jenis lain yang dianggap
penduduk setempat dianggap tidak wajar atau
mustahil.
Tidak Ada
Tidak ada
Ada
Tidak Ada
2.) Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang
harus selalu ada secara jelas:
12
Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja.
Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan
yang berakibat inkoherensi atau neologisme.
Perilaku katatonik
Gejala-gejala negatif.
3.) Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas
berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih.
4.) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa
aspek perilaku pribadi.
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Terpenuhi
Ada
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Schizofrenia Paranoid
Kriteria Diagnosis Hasil
1.) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2.) Sebagai tambahan :
A. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol.
a.Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa pluit, mendengung, atau bunyi
tawa.
Terpenuhi
Ada
13
b.Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c.Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi
waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
B.Gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak
nyata/tidak menonjol.
Tidak Ada
Ada
Terpenuhi
2. Aksis II (Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental)
Berdasarkan auto dan allo-anamnesis, pasien menderita gangguan cemas menghindar
F60.6 Gangguan kepibadian cemas menghindar
Pedoman diagnostic :
-Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :
a) Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasive;
b) Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain;
c) Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi social;
d) Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai;
e) Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik;
f) Menghindari aktivitas social atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal
karena takut ditolak, di kritik, dan tidak didukung.
-Untuk diagnosis dibutuhkan minimal 3 dari diatas
Pada pasien memenuhi poin a, c, dan e.
3. Aksis III (Kondisi Medik Umum)
Stroke, Hypertensi, dan Parkinson.
14
4. Aksis IV (Problem psikososial dan lingkungan)
Pasien memiliki masalah keluarga (anak pasien sering bertengkar dengan
pasangannya dirumah). Pasien memiliki masalah pekerjaan.
5. Aksis V (Penilaian Fungsi secara Global)
GAF current : 40-31
GAF 1 tahun terakhir : 70-61
VIII. DAFTAR MASALAH
Organobiologik : Ditemukan kelainan organik atau fisik
Psikologik : Waham rujukan, gangguan persepsi (halusinasi auditorik)
Sosiobudaya : Tidak ada penarikan diri dari sosiobudaya
IX. RENCANA TERAPI
a. Farmakoterapi
Seroquel
Kalxetin
Amlodipin
b. Psikoterapi
Ventilasi : supaya pasien bisa menceritakan masalahnya yang dihadapi
sekarang.
Persuasi : tenangkan pasien secara masuk akal tentang gejala-gelaja
penyakitnya yang timbul sebagai akibat cara berpikir, perasaan dan
sikapnya terhadap masalah.
Sugesti : Menanamkan perasaan percaya kepada pasien bahawa gejala-
gejala itu akan hilang.
Reassurance : Meyakinkan kembali kemampuan pasien dengan
menunjukkan hasil pencapaian pasien.
Bimbingan : membimbing dengan cara praktis hubungan antar manusia
serta cara berkomunikasi.
Penyuluhan/konseling : membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara
lebih baik, supaya dapat mengatasi permasalahannya dan dapat
menyesuaikan diri, menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi
15
bila pasien tidak teratur minum obat. Konseling juga diberikan kepada
oqdan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung kesembuhan pasien.
Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau
pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam
kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat
beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara normal.
Religi : Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat,
puasa, dan berdzikir.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad malam
o Faktor yang memperberat :
Onset tua
Onset kronik
Permasalahan anak dalam keluarga
o Faktor yang memperingan :
Faktor pencetus yang jelas
Riwayat sosial, pekerjaan dan premorbid yang baik
Gejala positif
Menikah
Ekonomi baik
Tidak ada riwayat keluarga.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan
kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari, perasaan dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham/delusi,
gangguan persepsi.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk
di dunia menderita skizofrenia dalam hidup mereka. Gangguan skizoprenia ini terdapat pada
semua kebudayaan dan mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-
kebudayaan yang jauh dari tekanan modern sekalipun. Umumnya gangguan ini muncul pada
usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul
dapat terjadi secara lambat atau datang secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka
menyendiri yang mengalami stress.
Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia paranoid. Tipe ini paling stabil
dan paling sering. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai
wahamnya. Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk kerjasama, mungkin agresif, marah,
atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan perilaku disorganisasi.
B. Etiologi
Etiologi Skizofrenia paranoid pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia lainnya.
Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:
1. Faktor Biologis
- Anatomi
Gangguan psikotik dapat terjadi jika terdapat gangguan- gangguan
pada otak. Otak pada manusia terdiri dari empat lobus (lobus frontalis,
temporalis, parietalis dan osipitalis) yang mempunyai fungsinya masing-
masing. 4
Adanya gangguan pada lobus frontalis dapat menyebabkan perubahan
aktivitas motorik, gangguan intelektual, perubahan kepribadian, dan emosi
yang tidak stabil dan superficial. 4
Fungsi utama dari lobus frontalis adalah bahasa ingatan, dan emosi.
Lesi pada lobus ini akan menyebabkan fungsi terganggu. Contoh afek pada
17
gangguan lobus temporalis adalah afasia, amnesia agnosia dan dapat pula
terjadi gangguan psikosensorik seperti halusinasi dan ilusi. 4
Pada lobus parietalis, efek gangguan yang dapat dilihat misalnya
afasia, kesulitan menghitung atau menulis.
Lobus osipitalis merupakan lobus sensoris utama untuk input visual, dan
lesi pada lobus tersebut menyebabkan berbagai gejala visual seperti
aleksia, agnosia warna dan halusinasi. 4
- Neurotransmitter
Terdapat hipotesis Dopamin yang menyatakan bahwa gangguan
psikotik yang terjadi pada seseorang diakibatkan oleh karena adanya
overaktivitas pada jalur- jalur tersebut:
a. Mesolimbik dopamine pathways
Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental ventral di
batang otak yang melepaskan dopamin ke nukleus akumben di daerah
limbik. Sistem ini mengatur jalur imbalan dan proses emosional dan
berhubungan dengan gejala positif skizofrenia. 1
b. Mesokortikal dopamine pathways
Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental ventral dan
substansia nigra. Neuron daerah ventral tegmental disertakan dalam
rilis sistem dopamin mesocortical ke korteks prefrontal dan mengatur
daerah yang terlibat dalam proses kognitif (yaitu korteks prefrontal
dorsal lateral yang mengatur fungsi eksekutif). Neuron di substansia
nigra dopamin dirilis ke ganglia basal dan mengatur daerah- daerah
yang terlibat dengan kontrol motorik. Sistem mesokortikal dikaitkan
dengan gejala- gejala negatif skizofrenia. 5
2. Faktor Genetik
Walaupun sekurangnya gangguan mental yang utama (seperti
skizofrenia, gangguan bipolar dan gangguan panik) mempunyai komponen
genetika dalam penyebabnya, sedikit yang diketahui tentang apa yang
terkandung dalam komponen genetika dan bagaimana komponen genetika
berinteraksi dengan faktor lingkungan untuk menghasilkan perkembangan
gangguan mental pada orang tertentu. 1
Menurut Teori Kerentanan Genetika, tidak banyak gangguan psikiatrik
yang kemungkinan disebabkan oleh gen tunggal. Lebih tepat, gen multipel
18
kemungkinan berperan dalam perkembangan penyakit mental pada diri
seseorang. Gen yang rentan adalah gen yang meningkatkan resiko di mana
seseorang dengan gen tersebut akan mempunyai gangguan tertentu.
Adanya gen rentan tambahan atau kerja variabel lingkungan mungkin
diperlukan untuk perkembangan gangguan. 1
3. Faktor Psikososial
Peranan faktor psikologis dan faktor sosial juga mengambil andil
dalam terbentuknya gangguan psikotik dalam diri seseorang. Contohnya
seperti deprivasi (ketidakperolehan) biologis atau psikologis saat masa
pertumbuhan, pola keluarga yang patogenik, kestabilan keluarga, tingkatan
ekonomi, dan diskriminasi pada kelompok minoritas. 1,6
C. Epidemiologi dan Faktor Risiko
Skizofrenia mengenai sekitar 1% populasi pada semua suku dan jenis kelamin.1
Sumber lain mengatakan prevalensi skizofrenia adalah 7,2 kasus setiap 1000 penduduk.
Sebenarnya insidensi skizofrenia relatif rendah, yaitu 15,2 kasus setiap 100.000
penduduk, namun kasus tersebut bersifat kronik sehingga menghasilkan prevalensi yang
tinggi.2 Umumnya laki-laki memiliki onset yang lebih cepat yaitu pada sekitar usia 20
tahun, sedangkan wanita umumnya memiliki onset 20-30 tahun.
D. Patofisiologi
Teori yang muncul berkenaan dengan patofisiologi skizofrenia adalah skizofrenia
muncul akibat aktivitas dopamin yang yang tinggi di dalam otak. Teori ini muncul
melalui dua observasi. Pertama, efektivitas dan potensi dari berbagai obat antipsikotik
(dopamine receptor antagonists) berhubungan dengan aktivitas antagonisnya terhadap
reseptor dopamin tipe 2 (D2). Kedua, obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik
seperti kokain dan amfetamin, bersifat psikotomimetik.1Bagian otak yang terlibat dalam
aktivitas ini adalah jalur mesokortikal dan mesolimbik. Peningkatan aktivitas dopamin
pada jalur mesolimbikakan meningkatkan risiko timbulnya gejala positif dari skizofrenia.
Penurunan aktivitas dopamin pada jalur mesokortikal akan meningkatkan risiko
timbulnya gejala negatif dari skizofrenia.4
Hasil di atas juga didukung oleh temuan-temuan pada penelitian selanjutnya.
Pasien dengan skizofrenia memiliki beberapa kelainan pada otak, yaitu pembesaran
ventrikel yang menyebabkan penurunan volume otak dan substansia grisea korteks.
19
Daerah seperti lobus frontal, amigdala, dan lobus temporalis medialis, cingulate gyrus,
dan superior temporal gyrus mengalami penurunan volume. Kondisi ini akhirnya
menyebabkan kelainan aktivitas pada daerah tersebut yang menyebabkan timbulnya
gejala-gejala dalam skizofrenia. Melalui pemeriksaan positive emission tomography
(PET), juga dapat diketahui penurunan aliran darah pada daerah frontal, talamus, dan
serebellum pada pasien dengan skizofrenia. Penurunan aktivitas pada daerah prefrontal
dihubungkan dengan penurunan aktivitas dopamin pada daerah tersebut.3
E. Manifestasi klinis
Secara garis besar, manifestasi klinis dari skizofrenia terbagi dalam tiga bagian
besar, yaitu:
1. Gejala positif, terutama berupa delusi dan halusinasi.5 Gejala-gejala positif yang dapat
muncul. Delusi yang muncul dapat berupa delusion of control, delusion of influence,
delusion of passivity, dan delusion of perception. Halusinasi dapat muncul pada
berbagai indera, seperti taktil, olfaktorik, gustatorik, atau visual, namun auditori adalah
halusinasi yang paling sering muncul.2
2. Gangguan dalam berpikir atau disorganisasi yang bermanifestasi dalam hal bicara dan
tingkah laku.5 Dalam bicara, disorganisasi yang timbul dapat berupa asosiasi longgar
sampai bentuk paling parah berupa word salad. Dalam tingkah laku, disorganisasi
muncul sebagai ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan
makanan dan menjaga kebersihan diri, ataupun dapat berupa perilaku seperti anak-anak
dan agitasi yang tidak terduga.1
3. Gejala negatif, berupa menarik diri, apatis, ketidakpedulian terhadap diri sendiri,
kemiskinan dalam bicara, dan lain-lain.5
Kriteria diagnosis skizofrenia yang dipakai di Indonesia umumnya menggunakan
pedoman dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia.
Kriteria tersebut adalah sebagai berikut
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala itu kurang tajam atau kurang jelas.
a. - Thought echo: isi pikiran dirinya sendiri yang bergema atau berulang dalam
kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya
berbeda.
- Thought insertion: isi pikiran yang asing dari luar, masuk ke dalam
pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.
20
-Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
mengetahuinya.
b. - Delusion of control : waham tentang dirinya yang dikendalikan oleh sesuatu
dari luar dirinya.
- Delusion of influence: waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu
kekuatan dari luar.
- Delusion of passivity: waham tentang dirinya yang pasrah dan tidak berdaya
terhadap suatu kekuatan dari luar.
- Delusional perception: pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mujizat.
c. Halusinasi auditorik
d. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya berkaitan dengan masalah agama
atau politik tertentu atau kekuatan diatas kemampuan manusia biasa.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai dengan ide berlebihan yang menetap
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu
(posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, stupor dan mutisme.
d. Gejala negatif : apatis, jarang bicara, respon emosional yang tumpul atau tidak
wajar, menarik diri, tapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi.
Gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi pada hilangnya
minat, hidup tak bertujuan dan penarikan diri secara sosial.
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,
fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non
spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset
21
psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial,
fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan
mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan
“orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk
prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu
datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat
hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan
diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi
gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada
ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa
gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,
konsentrasi, hubungan sosial).3 Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan
gejala yang khas, antara lain;
1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.
3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau
senyum yang hanya dihayati sendiri.
4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.
5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu
kesatuan.
6. Gangguan proses berfikir
7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,
berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri
secara ekstrim dari hubungan sosial.
Gejala-gejala pencetus respon biologis :
Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian,
kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan
untuk menjangkau layanan kesehatan.
Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan
kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran
berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan
kerja, stigmatisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan
mendapatkan pekerjaan.
22
Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali
diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa
malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan,
rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan,
ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.
F. Diferensial diagnosis
Pasien dengan penyalahgunaan zat dapat datang dengan gejala yang mirip dengan
skizofrenia, sehingga diagnosis skizofrenia belum dapat ditegakkan bila pasien sedang
aktif menyalahgunakan zat. Pasien dengan depresi berat atau gangguan bipolar juga dapat
datang dengan gangguan psikotik, namun diagnosis dari gangguan mood selalu
diutamakan daripada diagnosis skizofrenia. Delirium juga memiliki gejala seperti
skizofrenia seperti delusi dan halusinasi. Perbedaan mendasar dari kedua hal tersebut
adalah onset penyakit. Delirium memiliki onset yang lebih cepat daripada skizofrenia.
Selain itu, apabila disertai penyakit penyerta, diagnosis delirium lebih diutamakan
daripada skizofrenia.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
----Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.
Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang
terjadi pada Skizofrenia. Os mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik
sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok
bagi pasien . Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan
terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3
kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu : antipsikotik konvensional,
newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).4
2. Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional
antara lain :
1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
23
2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4. Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical
antipsycotic.
Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada
os yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan
antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli
merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua,
bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat
diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu
(disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan
terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot
formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.5
3. Newer Atypcal Antipsycotic
--- -Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip
kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan
antipsikotik konvensional.
Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
4. Risperdal (risperidone)
5. Seroquel (quetiapine)
6. Zyprexa (olanzapine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien dengan
Skizofrenia.
c. Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal
yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% osyang tidak merespon (berhasil)
dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek
samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%),
Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan
infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel
darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila
paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
24
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping
(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu
kualitas hidup pasien
Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai
dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila
perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)
diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun
(diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4
minggu) stop
Efek Samping Obat-obat Antipsikotik
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama,
sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin
masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik
konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek
samping Ekstra Piramidal (EEP). Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat
menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang
menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya
dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer
atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.
Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome,
dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat
menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini
membutuhkan penanganan yang segera.
4. Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,
dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau
25
hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa.
Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara
lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorientasi-keluarga
----Terapi ini sangat berguna karena osskizofrenia seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, dimana osskizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat
dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode
pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses
pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam
cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk
melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut
berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang
keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan osmengerti
skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah
menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam
penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan
tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,
terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif
dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes
realitas bagi osskizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya
dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi osskizofrenia.
d. Psikoterapi individual
----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan
skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek
terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi osskizofrenia
adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien . Pengalaman
tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli
terapi dan pasien , dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien .
----Hubungan antara dokter dan osadalah berbeda dari yang ditemukan di dalam
pengobatan osnon-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan,
osskizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan
26
dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang
mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana,
kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai
daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan
diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan
kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
H. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan oskarena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat
kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif
antara osdan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang
dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan osdan pengasuh serta keluarga ostentang skizofrenia.
----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada osdan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari
keparahan penyakit osdan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana
pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,
perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah
sakit harus diarahkan untuk mengikat osdengan fasilitas perawatan termasuk keluarga
pasien . Pusat perawatan dan kunjungan keluarga oskadang membantu osdalam
memperbaiki kualitas hidup.
I. Prognosis
Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,
prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% os dapat
kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal
(sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan
perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya,
ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif
kecuali untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
skizofrenia
1. Keluarga
27
Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari
keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami
Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami
gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.
2. Inteligensi
Pada umumnya osSkizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi
akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya
rendah.
3. Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil
os(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah
fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai
dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien
skizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.
4. Reaksi Pengobatan
Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap
obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak
bereaksi terhadap pemberian obat.
5. Stressor Psikososial
Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan
mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat
diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor
datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir
maka prognosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.
6. Kekambuhan
penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.
7. Gangguan Kepribadian
Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan
sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang
sangat besar terhadap kesembuhan.
8. Onset
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang
lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang
lebih baik.
28
9. Proporsi
Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional)
mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk
tubuhnya tidak proporsional.
10. Perjalanan penyakit
Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal
prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase
residual.
11. Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih.
Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.
29
Prognosis Baik Prognosis Buruk
·Onset lambat
·Faktor pencetus yang jelas
·Onset akut
·Riwayat sosial, seksual dan
pekerjaan premorbid
yang baik
·Gejala gangguan mood
(terutama gangguan
depresif)
·Menikah
·Riwayat keluarga
gangguan mood
·Sistem pendukung yang
baik
·Gejala positif
·Onset muda
·Tidak ada faktor pencetus
·Onset tidak jelas
·Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid
yang buruk
·Prilaku menarik diri atau autistik
·Tidak menikah, bercerai atau janda/
duda
·Sistem pendukung yang buruk
·Gejala negatif
·Tanda dan gejala neurologist
·Riwayat trauma perinatal
·Tidak ada remisi dalam 3 tahun
·Banyak relaps
·Riwayat penyerangan
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh
Jaya;2003.p.46-51.
2. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.
3. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh
Jaya;2003.p.46-51.
4. Sinaga BR. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta : FKUI;2007.p.42-51.
5. Saddock,JB, Saddock AC. Kaplan and Saddock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral
Sciences, Clinical Psychiatry. Edisi ke – 10. 2007. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins.
6. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.
30