presentasi kehamilan postterm

30
KEHAMILAN POSTTERM Revika Marvella Valianty 07120110063

Upload: rio-aditya

Post on 03-Sep-2015

269 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Pembimbing :dr. Arie Widiyasa, Sp.OGKEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGIRUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

TRANSCRIPT

KEHAMILAN POSTTERM

KEHAMILAN POSTTERMRevika Marvella Valianty07120110063DEFINISISuatu kehamilan yang usianya memanjang hingga mencapai 42 minggu atau lebihPEMBAGIAN USIA KEHAMILAN BERDASARKAN TRIMESTER:Trimester 1: usia 0 12 mingguTrimester 2: usia 13 27 mingguTrimester 3: usia 28 40 mingguFAKTOR RESIKOFaktor resiko terjadinya kehamilan postterm:Perhitungan tanggal persalinan atau usia kehamilan yang tidak akuratPrimiparitasRiwayat kehamilan postterm sebelumnyaJenis kelamin janin laki-lakiFaktor genetikFaktor maternal (lebih berperan daripada faktor paternal)Obesitas (dapat mencapai usia kehamilan 41 42 minggu)

PENYEBAB KETIDAKAKURATAN METODE HPHTSIKLUS HAID IREGULERBARU BERHENTI MENGGUNAKAN KONTRASEPSIPERDARAHAN PADA TRIMESTER PERTAMARENCANA PEMERIKSAAN PADA KEHAMILAN POSTTERM (USIA KEHAMILAN 40-42 MINGGUMELAKUKAN INDUKSI PERSALINANPEMERIKSAAN ANTENATALPEMERIKSAAN MATERNALRESIKOResiko kehamilan postterm bagi janin dan neonatus lebih banyak karena kematian perinatal, dibandingkan dengan komplikasi dari kelahiran prematur atau sudden infant death syndrome.

Mortalitas perinatal = stillbirth yang disertai dengan kematian neonatus awal Stillbirth = kematian janin yang terjadi setelah usia kehamilan 24 mingguResiko terjadinya stillbirth berdasarkan penelitian berkisar pada usia kehamilan 35-43 minggu. Resiko ini mulai meningkat pada usia kehamilan 42 minggu. Insufisiensi uteroplasentaAsfiksia dengan/tanpa aspirasi mekoniumInfeksi intrauterinAnensefaliMORTALITAS PERINATALMorbiditas paling sering terjadi pada janin dalam kehamilan postterm usia 41 minggu atau lebih yang disertai dengan kejadian mekonium dan aspirasi mekonium, neonatal acidemia, Apgar score rendah, makrosomia, dan trauma jalan lahir.Morbiditas paling sering terjadi pada janin dalam kehamilan postterm usia 41 minggu atau lebih yang disertai dengan kejadian mekonium dan aspirasi mekonium, neonatal acidemia, Apgar score rendah, makrosomia, dan trauma jalan lahir.

Terjadi penekanan fungsi pernafasan, dengan gejala:TakipneuSianosisPenurunan kapasitas paru bayi baru lahirHarus dilakukan pencegahan aspirasi mekonium karena dapat meningkatkan resiko terkena pneumonia akibat aspirasi zat kimia (chemical pneumonia) pada neonatus.Morbiditas paling sering terjadi pada janin dalam kehamilan postterm usia 41 minggu atau lebih yang disertai dengan kejadian mekonium dan aspirasi mekonium, neonatal acidemia, Apgar score rendah, makrosomia, dan trauma jalan lahir.Terjadi karena janin pada kehamilan postterm memiliki ukuran yang lebih besar daripada kehamilan atermMorbiditas paling sering terjadi pada janin dalam kehamilan postterm usia 41 minggu atau lebih yang disertai dengan kejadian mekonium dan aspirasi mekonium, neonatal acidemia, Apgar score rendah, makrosomia, dan trauma jalan lahir.

Terjadi karena janin pada kehamilan postterm memiliki ukuran yang lebih besar daripada kehamilan atermMakrosomia memiliki pengertian sebagai berat badan lahir janin 4.500 gramKomplikasi pada kehamilan postterm:Persalinan lamaDisproporsi sefalopelvikDistosia bahu, dengan resiko terjadinya trauma ortopedik atau neurologikSindroma dismaturitas (postmaturitas) janin, karakteristik:Chronic intrauterine growth restriction, yang disebabkan oleh insufisiensi plasenta.Kompresi tali pusat karena oligohidramnionPemeriksaan intrapartum dan antepartum janin tidak akuratPengeluaran mekonium dalam uterusKomplikasi jangka pendek neonatal (hipoglikemia, kejang, pernafasan tidak sempurna)Meningkatkan resiko terjadinya:FAKTA !!Berdasarkan penelitian terdahulu, janin yang dilahirkan prematur memiliki faktor resiko untuk terkena ensefalopati neonatus, tetapi penelitian terbaru mengatakan bahwa janin yang dilahirkan dalam kondisi postterm juga memiliki resiko tersebut.Resiko serebral palsi pada neonatus dengan kehamilan prematur pada penelitian terdahulu telah dibuktikan, tetapi penelitian terkini mengatakan resiko serebral palsi juga meningkat pada neonatus yang lahir pada usia kehamilan 42 minggu.RESIKO MATERNAL (meningkat setelah usia kehamilan 39 minggu)Resiko maternal yang dapat terjadi adalah:Distosia pada persalinanTrauma perineum berat (laserasi perineum derajat 2 atau 3, berhubungan dengan bayi makrosomia)Pelipatgandaan angka persalinan seksio sesareaEndometritisPerdarahanPenyakit tromboembolikDampak psikologis: ansietas (gelisah) dan frustasiKomplikasi:Sama dengan komplikasi yang terjadi pada neonatus, morbiditas maternal juga meningkat pada kehamilan 42 minggu atau lebih

Komplikasi lain, seperti:KorioamnionitisLaserasi perineum beratPersalinan seksio sesareaPerdarahan postpartumEndometritisMeningkat secara progresif setelah usia kehamilan 39 mingguWAKTU PERSALINANKONDISI YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PERSIAPAN PERSALINANPenyakit Maternal TertentuRestriksi pertumbuhan janinOligohidramnionButuh ObservasiResiko buruk kehamilan >39 minggu akan menimbulkan resiko buruk pada proses persalinanPemeriksaan yang berkontribusi dalam persiapan tindakan persalinanRiwayat obstetrik sebelumnyaKeadaan umum pasienEstimasi berat badan janinHasil pemeriksaan serviksTindakan induksi persalinan pada usia kehamilan 41 minggu tidak akan meningkatkan rata-rata kejadian persalinan seksio sesarea, sebaliknya akan menurunkan angka persalinan seksio sesarea tanpa memberikan dampak negatif terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal.

Baik ibu maupun janin akan mendapatkan manfaat dari tindakan induksi yang dilakukan pada proses persalinan sesuai dengan waktu tafsiran persalinan, serta menurunkan resiko terjadinya kehamilan postterm.Tindakan ini juga efektif menangani resiko terjadinya distosia bahu dan sindroma aspirasi mekoniumTindakan Induksi PersalinanTindakan ini dilakukan bersamaan dengan observasi selama 48 jam atau lebih pada kala I fase laten dan akan dinyatakan gagal induksi apabila setelah 18-24 jam setelah itu tidak ada kemajuan persalinan.

Jika telah dinyatakan sebagai gagal induksi, maka dilakukan persalinan seksio sesareaPENCEGAHAN KEHAMILAN POSTTERMSalah satu cara untuk melakukan pencegahan kehamilan postterm adalah dengan induksi persalinan sebelum usia kehamilan mencapai 42 minggu.

Mengingat meningkatnya komplikasi kehamilan pada usia 40-41 minggu, maka perlu diperhatikan komplikasi-komplikasi yang mungkin muncul apabila akan dilakukan induksi persalinan.Beberapa pilihan tindakan untuk mempercepat persalinanKoitus tanpa proteksiPemecahan kantung air ketubanAkupunturBeberapa pilihan tindakan untuk mempercepat persalinanKoitus tanpa proteksiPemecahan kantung air ketubanAkupunturPemecahan kantung air ketubanSaat pemecahan kantung air ketuban akan terjadi separasi (pemisahan) antara kantung air ketuban dengan dinding serviks dan segmen bawah uterus. Menghasilkan prostaglandin endogen yang membantu terjadinya dilatasi serviks, sehingga memperpendek waktu persalinan hingga pembukaan serviks lengkapBeberapa pilihan tindakan untuk mempercepat persalinanKoitus tanpa proteksiPemecahan kantung air ketubanAkupunturKoitus tanpa proteksiKoitus tanpa proteksi menginduksi kontraksi uterus melalui aksi dari prostaglandin yang terkandung dalam prostat dan glandula vesika seminal.Beberapa pilihan tindakan untuk mempercepat persalinanKoitus tanpa proteksiPemecahan kantung air ketubanAkupunturAkupunturAda penelitian yang membuktikan bahwa dapat terjadi pematangan serviks yang lebih cepat pada wanita hamil yang mendapatkan akupunturPembukaan Serviks dan Tatalaksana IntrapartumProstaglandin E2 dalam sediaan gel dan suppository yang kemudian pada tahun 1990an sudah tidak digunakanDigantikan dengan Prostaglandin E2 oral atau per vaginam (Misoprostol).Prostaglandin E2 gel intraservikal (Dinoprostone)Prostaglandin E2 (Dinoprostone [Cervidil])Bahaya: terjadi hiperstimulasi uterus (uterine tachysystole) dan bisa menyebabkan gawat janin Observasi AntepartumDapat menggunakan beberapa metode, yaitu:Non-stress testContraction stress testFull biophysical profile (non-stress test and amniotic fluid index)Kombinasi dari metode-metode tersebut

KesimpulanKeputusan untuk melakukan induksi persalinan atau melakukan tatalaksana lain pada ibu hamil dengan atau tanpa observasi antepartum bukanlah keputusan yang mudah. Data mengatakan melakukan induksi pada usia kehamilan 41 minggu adalah cukup akurat, dengan resiko kehamilan rendah, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan serviks. Strategi ini, tidak tanpa kritik, menghindari kebutuhan untuk melakukan observasi janin antepartum dan tidak meningkatkan rata-rata persalinan seksio sesarea. Kenyataannya, akan menurunkan kejadian persalinan seksio sesarea.