presentasi kasus kulit dan kelamin

Upload: ica-trianjani-setyaningrum

Post on 08-Jan-2016

239 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

itugmpwwwgji ujhgrihji ugiuejhruig jghrjkghikrjh ghikehrtigufr hgikhrji

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUSERUPSI AKNEIFORMISDisusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Diajukan Kepada :dr. H. Aris Budiarso, Sp. KK

Disusun Oleh :Ica Trianjani S.20100310010

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA BAGIAN ILMU PENYAKIT KULITDAN KELAMIN BADAN RUMAH SAKIT DAERAH WONOSOBO2015HALAMAN PENGESAHANTelah dipresentasikan dan disetujui Presentasi Kasus dengan judul :ERUPSI AKNEIFORMIS

Tanggal : Agustus 2015Tempat : RSUD Setjonegoro Wonosobo

Oleh :Ica Trianjani S.20100310010

Disahkan oleh :Dokter Pembimbing

dr. H. Aris Budiarso, Sp. KK

KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr.WbAlhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam presentasi kasus untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan profesi di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dengan judul :ERUPSI AKNEIFORMISPenulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih keapada:1. dr. H. Aris Budiarso, Sp.KK selaku dokter pembimbing dan dokter spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Wonosobo.2. Teman-teman koass serta tenaga kesehatan RSUD Wonosobo yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas ini.Dalam penyusunan presentasi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan presentasi kasus di masa yang akan datang. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.Wassalamualaikum Wr.WbWonosobo, Agustus 2015

Penyususn

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1HALAMAN PENGESAHAN 2KATA PENGANTAR 3DAFTAR ISI 4BAB I. PENDAHULUAN5BAB II. LAPORAN KASUS 6BAB III. PEMBAHASAN8BAB VI. KESIMPULAN10DAFTAR PUSTAKA11

BAB IPENDAHULUAN

Erupsi akneformis adalah reaksi kulit yang berupa peradangan folikular akibat adanya iritasi epitel duktus pilosebasea yang terjadi karena eksresi substansi penyebab (obat) pada kelenjar kulit.1Bagian Dermatologi Rumah Sakit Christian Medical Vellore di India selama periode 2 tahun melaporkan 78 % dari 56 orang pasien baru dermatosis akneiformis disebabkan oleh penggunaan obat. Dari 78 % tersebut didapatkan perbandingan antara penderita laki-laki dan perempuan sebanyak 2 : 1. 2Etiologi erupsi akneiformis sampai saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti, namun diduga erupsi akneiformis disebabkan oleh obat, baik obat-obatan yang digunakan secara sistemik maupun yang digunakan secara topikal. Erupsi akneformis adalah reaksi kulit yang berupa peradangan folikular akibat adanya iritasi epitel duktus pilosebasea yang terjadi karena eksresi substansi penyebab (obat) pada kelenjar kulit. Umumnya reaksi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat (erupsi obat) timbul karena reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme imunologis, tetapi reaksi ini juga dapat terjadi melalui mekanisme non imunologis yang disebabkan karena dosis yang berlebihan, akumulasi obat atau karena efek farmakologi yang tidak diinginkan.1,3 Pada pasien ini dicurigai penyebab terjadinya erupsi akneiformis karena penggunaan obat yang mengandung kortikosteroid dengan dosis berlebihan.Manifestasi klinis erupsi adalah papul dan pustule, monomorfik atau oligomorfik, pada mulanya tanpa komedo. Komedo dapat terjadi sekunder kemudian setelah sisitem sebum ikut terganggu. Dapat disertai demam, males, dan umumnya tidak terasa gatal. Umur penderita berbeda dari remaja sampai orang tua. Tentu ada anamnesis obat yang lama dikonsumsi.1

BAB IILAPORAN KASUSSeorang perempuan usia 19 tahun alamat Sidoagung rt 02 rw 01 Selomerto, datang diantar oleh orang tuanya ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Setjonegoro Wonosobo dengan keluhan utama timbul plenting-plenting merah di leher, dada dan punggung sudah 1 minggu.Pada anamnesis didapatkan bahwa sejak 1 minggu yang lalu pada kulit di area leher, dada dan punggung timbul plentingan merah. Pasien tidak merasakan gatal ataupun nyeri pada bagian plentingan tersebut tetapi sebelum muncul plentingan tersebut, pasien mengeluh tenggorokan sakit dan terasa sesak. Pasien tidak memiliki riwayat gejala serupa sebelumnya. Riwayat meminum obat yang mengandung kortikosteroid selama 1 bulan. Dalam keluarga tidak ada yang mengalami hal seperti ini.Pada pemeriksaan fisik didapatkan ujud kelainan kulit yaitu papul sampai pustul eritem pada leher, dada dan punggung. Susunan bilateral, bentuk bundar multiple, batas tegas, tepi regular, ukuran miliar, distribusi regional tersebar pada leher, dada dan punggungPada pasien ini ditegakkan diagnosis adalah erupsi akneformis dengan anamnesis berupa riwayat 1 bulan minum obat yang mengandung kortikosteroid dan pemeriksaan fisik berupa bentuk dan tempat lesi. Diagnosis banding dari erupsi akneformis yaitu akne vulgaris, akne venetata, dan folikulitis.

Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari pemberian obat oral. Obat oral diberikan pada pasien ini yaitu Doxycycline 100 mg 2x1 dan Tiriz 1x1, pasien diberikan saran untuk menghentikan minum obat tersebut.

BAB IIIPEMBAHASAN Berdasarkan kepustakaan diketahui bahwa erupsi akneformis adalah reaksi kulit yang berupa peradangan folikular akibat adanya iritasi epitel duktus pilosebasea yang terjadi karena eksresi substansi penyebab (obat) pada kelenjar kulit.1Bagian Dermatologi Rumah Sakit Christian Medical Vellore di India selama periode 2 tahun melaporkan 78 % dari 56 orang pasien baru dermatosis akneiformis disebabkan oleh penggunaan obat. Dari 78 % tersebut didapatkan perbandingan antara penderita laki-laki dan perempuan sebanyak 2 : 1.2 Pada kasus ini, didapatkan perempuan 19 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan terdapat plentingan di daerah leher, dada dan punggung. Gejala klinis yang dialami pasien sesuai dengan teori yaitu terdapat lesi pustule eritomatous pada bagian leher, dada dan punggung. Pada pasien ini disertai dengan keluhan sakit tenggorokan dan sesak nafas, dan umumnya tidak terasa gatal.Pada erupsi ankeformis biasanya tempat terjadinya tidak hanya terjadi di tempat predileksi akne saja, namun dapat terjadi di seluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea. Tempat tersering pada dada, punggung bagian atas dan lengan.1 Gambaran klinis berupa papul yang eritematous, pustul, monomorfik atau oligomorfik, biasanya tanpa komedo, komedo dapat terjadi kemudian setelah sistem sebum ikut terganggu. Dapat disertai demam, malese, dan umumnya tidak terasa gatal. Umur penderita bervariasi, mulai dari remaja sampai orang tua dan pada anamnesis ditemukan adanya riwayat pemakaian obat.Faktor resiko terjadinya erupsi akneformis adalah pemakaian obat yang berlebihan. Ada beberapa obat yang di duga menyebabkan erupsi akneiformis :

Erupsi akneiformis terjadi melalui mekanisme non imunologis yang dapat disebabkan karena dosis yang berlebihan, akumulasi obat atau karena efek farmakologi yang tidak diinginkan.1,3 Pada pasien ini dicurigai penyebab terjadinya erupsi akneiformis karena penggunaan obat yang mengandung kortikosteroid dengan dosis berlebihan.Diagnosis banding dari erupsi akneformis yaitu akne vulgaris, akne venetata, dan folikulitis. Akne vulgaris, umumnya terjadi pada remaja dan berlangsung kronis. Tempat predileksi di tempat sebore seperti di muka, bahu, dada bagian atas dan punggung bagian atas, lokasi lain seperti leher, lengan atas dan glutea kadang-kadang terkena.-Erupsi biasanya berbentuk polimorf, terdapat komedo, papul yang tidak meradang dan pustul, kista dan nodus yang meradang. Dapat disertai rasa gatal, namun biasanya keluhan penderita berupa keluhan estetis.2 ,8 Akne veneta merupakan erupsi setempat pada lokasi kontak dengan zat kimia yang digunakan, terjadinya subkronis. Lesi pada umumnya monomorf berupa komedo dan papul, dan tidak gatal.1,5 Folikulitis adalah peradangan pada folikel rambut, biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus. Tempat predileksi di tungkai bawah, tetapi dapat juga terjadi pada tempattempat dimana terdapat banyak folikel-folikel rambut. Gejala klinis berupa papul dan pustul yang eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut, lesi folikulitis biasanya bersifat multipel.2Pengobatan yang di berikan untuk erupsi akneformis adalah antibiotik dan antihistamin. Erupsi akneiformis merupakan penyakit yang dapat sembuh, apabila obat yang diduga sebagai penyebab dihentikan. Apabila hal tersebut tidak mungkin dilaksanankan karena vital, maka pengobatan topikal maupun sistemik akan memberikan hasil yang cukup baik. 1,4,6

BAB VIKESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus erupsi akneformis pada perempuan 19 tahun dengan alamat Sidoagung rt 2 rw 1 Selomerto. Pada pasien ini didapatkan bahwa sejak 1 minggu yang lalu pada kulit di area leher, dada dan punggung timbul plentingan merah tidak dirasakan gatal dan nyeri. Sebelum muncul plentingan tersebut pasien mengeluh sakit tenggorokan dan sesak nafas. Pasien mengaku mengkonsumsi obat yang mengandung kortikosteroid selama 1 bulan. Didapatkan lesi papul sampai pustul eritem pada leher, dada dan punggung. Susunan bilateral, bentuk bundar multiple, batas tegas, tepi regular, ukuran miliar, distribusi regional tersebar pada leher, dada dan punggung.Pasien ini diobati dengan Doxycycline 100 mg 2x1 dan Tiriz 1x1, dan juga diberikan edukasi untuk menghentikan pemakaian obat. Prognosis pada pasien ini baik.

DAFTAR PUSTAKA1. Wasitaatmadja SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Editor. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007 : Hal 253-60

2. Lobo A, Mathai R, Jacob M. Pathogenesis of Drug Induced Acneform Eruptions. Indian Journal Dermatology Venereol Leprol. 1992. 58(3): 159-63.

3. Hunter J, Savin J, Dahl M. Clinical Dermatology 3rd Edition. Oxford: Blackwell Science Ltd, 2003. 148-56, 307-13

4. Layton AM. Disorders of the Sebaceous Gland in Rooks Textbook of Dermatology. 8th ed. WileyBlackwell. Singapore. 2010.

5. James DW, Timothy GB, Dirk ME. Diseases of The Skin Clinical Dermatology 11th ed. Saunders Elsevier. 2011.

6. Riedl MA, Casillas AM, Adverse Drug Reactions; Types and Treatment Options. In: American Family Physician. Volume 68, Number 9. 2003.

7. Daili SS, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia, Sebuah Panduan Bergambar. Penerbit : PT Medical Multimedia Indonesia. Jakarta Pusat. Hal 90-3

8. Widjaja, SE. Rosasea dan Akne Vulgaris Dalam Ilmu Penyakit Kulit. Harahap M, Editor. Hipokrates Jakarta : 2000. Hal 31-45

9. Zaenglaein AL, Graber EM, Thiboutout DM, Fitzpatrick;s Dermatology In General Medicine. 8th ed. McGraw-Hill 2012: Hal 1264-87.

1