presentasi kasus gea nia
DESCRIPTION
Presentasi Kasus GEA NiaTRANSCRIPT
1
LAPORAN KASUS
DIARE AKUT DISERTAI
DEHIDRASI RINGAN SEDANG
NAMA PEMBIMBING :
dr. Ellen Rostati Sianipar, Sp.A
DISUSUN OLEH
Rhezza Imam Morgandha
(1102009242)
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD PASAR REBO
PERIODE 25 MEI – 1 AGUSTUS 2015
2
A. Identitas Pasien
Nama : An. F
TL/ Umur : 24 Maret 2014 / 1 Tahun, 3 bulan
BB : 8 kg
TB : 69 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lobang buaya rt01/07 cipayung
Masuk RS : 25 Juni 2015
Keluar RS : -
Tgl.Pemeriksaan : 27 juni 2015
No. RM : 2014-547962
B. Identitas Orang Tua Ayah Ibu
Nama : Tn. AH Ny. AS
Umur : 38 tahun 35 tahun
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Pegawai swasta Ibu rumah tangga
Agama : Islam Islam
C. Anamnesa
Alloanamnesa dengan ibu pasien
• Keluhan utama : Buang Air Besar cair 5 kali sejak 1 hari SMRS
• Keluhan Tambahan : Demam dan Batuk
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan BAB cair (mencret) dengan
frekuensi kurang lebih 5 kali hari sejak 1 hari SMRS, dengan konsistensi kotoran cair
berwarna kuning dengan sedikit ampas dan lendir tanpa disertai dengan darah. Tidak
terdapat bau busuk. Jumlah kotoran yang keluar diakui oleh ibu pasien dapat
mencapai satu gelas air mineral atau bahkan lebih setiap harinya. Buang air besar
tidak menyemprot. Buang air kecil rutin setiap hari dan dalam batas normal. Pasien
3
belum mendapat pengobatan dari pusat kesehatan. Terdapat muntah berupa cairan
makanan tanpa darah sebanyak 3 kali saat pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo,
namun keluhan ini sudah tidak ada sejak pasien di rawat di ruangan Terdapat demam
yang naik turun dan hanya turun jika pasien diberikan obat penurun panas sejak 3 hari
SMRS. Demam disertai dengan pilek dan batuk berdahak namun dahak sulit
dikeluarkan sejak 3 hari SMRS. Terdapat Sesak nafas saat pasien batuk. Pasien tidak
terlihat kebiruan. Namun saat pemeriksaan, pasien terlihat rewel.
Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteri - Penyakit Jantung -
Cacingan - Diare berulang 1 th Penyakit Ginjal -
Demam
berdarah
- Kejang 7 bln Penyakit Darah -
Demam
Typhoid
- Kecelakaan - Infeksi
pernapasan
+
Otitis - Morbili - Tuberkulosis -
Parotitis - Operasi - Bronchitis -
Riwayat penyakit keluarga
- Terdapat riwayat merokok dari ayah pasien
- Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara, ketiga kakak pasien tidak
pernah mengalami hal yang serupa.
- Tidak terdapat riwayat alergi obat-obatan dan makanan
4
Riwayat kehamilan dan kelahiran
Antenatal :
Merupakan kehamilan yang diinginkan
Ibu menyangkal mengalami sakit yang serius selama hamil
Riwayat alcohol, jamu, dan obat disangkal
Ibu memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan
Riwayat Neonatal :
Pasien lahir section atas indikasi BSC + Steril
Nilai APGAR 9/10
BB lahir : 2330 gram
PB lahir : 44 cm
LK lahir : 34 cm
Di tolong oleh dokter obgyn RSUD Pasar Rebo
Riwayat tumbuh kembang
Usia Motorik kasar
Motorik Halus Bicara Sosial
4 bln
6 bln
Belajar Mengangkat
kepala
Mengangkat kepala dan
dapat tengkurap serta
berbalik sendiri
Berusaha meraih
benda bend
Memegang benda
kecil dengan ibu
jari dan telunjuk
Ingin
Tertawa atau
menjerit bila
diajak bermain
-
Bereaksi thd
suara
Bertepuk tangan
Takut terhadap
5
9 bln
10 bln
Duduk dengan dibantu
-
mengeksplorasi
dan memasukkan
semua benda di
mulut
-
-
orang asing
-
Riwayat Makan
Pasien mendapat ASI, sejak usia 6 bulan diberikan asi dicampur dengan susu formula.
Buah dan bubur bayi merek nestle sudah diberikan sejak usia 6 bulan, nasi tim
diselingi dengan bubur bayi nestle pada usia 9 bulan. Nafsu makan pasien selalu
meningkat namun semenjak diare, nafsu makan pasien menurun. Pasien selalu minum
asi dicampur dengan susu formula 6 botol susu perhari, pasien makan 3 kali sehari
dengan nasi tim dan bubur bayi.
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan sampai saat ini masih normal.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi di Puskesmas
0 Bulan : Hepatitis B 0
1 Bulan : Tidak mendapat BCG dan Polio 1
2 Bulan : DPT-HB-Hib 1, Polio 1
3 Bulan : DPT-HB-Hib 2, Polio 2
4 Bulan : Tidak mendapat imunisasi DPT-HB-Hib 3 dan Polio 3
9 Bulan : Tidak mendapat imunisasi Campak
6
Riwayat Sosial Ekonomi
Sosial Ekonomi:
Jumlah penghasilan ayah Rp 3.500.000,- per bulan, untuk 6 orang anggota keluarga.
Lingkungan:
Pasien tinggal di cipayung, Jakarta Timur. Pasien tinggal dirumah kontrakan di
pinggir jalan protokol. Rumah tidak berdekatan dengan pabrik besar ataupun pusat
listrik bertegangan tinggi. Rumah berukuran kurang lebih 100 m2.
jarak antar rumah
tidak berdekatan, udara dan pencahayaan rumah cukup baik, sarana prasarana tempat
pembuangan sampah cukup baik.Di dalam rumah terdapat 1 ruangan keluarga, 2
kamar tidur, 1 kamar mandi, dan dapur. Sarana air bersih berasal dari pompa air tanah
dan listrik berasal dari PLN. Hubungan dengan tetangga cukup baik. Fasilitas
kesehatan yang terdekat yaitu bidan dalam radius 2 km.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda Vital
• Frekuensi nadi : 96 x/menit, teratur, nadi kuat, isi cukup
• Frekuensi napas : 30 x/menit
• Suhu : 37,8 0 Celsius
• Tekanan darah : 100/80 mmHg
4. Kulit : Turgor baik, CRT < 2 detik
5. Kepala : rambut hitam merata, tidak mudah dicabut,
6. Mata : Palpebra mata terlihat cekung, Refleks cahaya (+/+),
pupil bulat isokor,
Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
7. Leher : Dalam batas normal tidak terdapat pembesaran KGB
8. Telinga : Serumen (-)
9. Hidung : Nampak sekret pada rongga hidung
10. Tenggorok : T1-T1 tenang, faring hiperemis
11. Mulut : Merah, kering, mukosa bibir basah, sianosis tidak ada
12. Jantung
a. Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
7
b. Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga V midklavikula kiri
c. Perkusi :
i. Batas atas jantung di sela iga 3 garis sternal kiri
ii. Batas kanan jantung di sela iga 4 garis sternal kanan
iii. Batas kiri jantung di sela iga 4 garis midklavikula kiri
d. Auskultasi : Bunyi jantung I – II regular, tidak ada murmur, tidak ada
gallop
13. Paru
a. Inspeksi : Gerak simetris saat statis dan dinamis. Retraksi abdomen (-)
b. Palpasi : Fremitus, simetris kanan-kiri.
c. Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing tidak ada, rhonki ada.
14. Abdomen
a. Inspeksi : Datar, tidak ada massa
b. Auskultasi : Bising usus positif normal
c. Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, Lien tidak teraba.
Nyeri tekan (-). Bising usus dalam batas normal. Turgor baik.
d. Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen
15. Ektremitas : Tidak ada edema, akral hangat, tidak ada deformitas.
16. Tanda rangsang meningeal
a. Kaku kuduk : Negatif
b. Brudzinki I : Negatif
c. Brudzinki II : Negatif
d. Kernig : Negatif
e. Lasque : Negatif
17. Status gizi
Klinis: edema -/-, tampak kurus -/-
Antropometris:
• Berat Badan (BB) : 8 kg
• Tinggi/Panjang Badan : 69 cm
• Lingkar kepala : 44 cm
• Lingkar lengan atas : 12 cm
8
• BB/U : -3SD s/d -2 SD
• PB/U : -2SD s/d 2SD
• BB/PB : -1SD s/d 1SD
• BMI : 16,80
Kesan status gizi : gizi kurang dan pendek
E. Data Laboratorium
Hitung Jenis 27/06/15 Nilai Rujukan Satuan
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 L 1-3 %
Neutrofil Batang 0 L 3-6 %
Neutrofil Segmen 37 25-60 %
Limfosit 50 25-50 %
Monosit 9 H 1-6 %
LUC 4 <4 %
Elektrolit 25/06/15 Nilai Rujukan Satuan
Natrium 141 L 135-147 mmol/L
Kalium 3.5 3.5-5.0 mmol/L
Klorida 99 98-108 mmol/L
Hematologi 27/06/15 Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 10.0 L 10.8-12.8 gr/dL
Hematokrit 31 L 35-43 %
Leukosit 15.15 5.50-15.50 10*3/uL
Eritrosit 5,0 3.6-5.2 Juta/uL
Trombosit 485 217-497 Ribu/uL
9
F. Resume
- Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan BAB cair (mencret) dengan
frekuensi kurang lebih 5 kali setiap hari sejak 1 hari SMRS, dengan konsistensi kotoran
cair berwarna kuning dengan sedikit ampas dan lendir. Jumlah kotoran yang mencapai
satu gelas air mineral atau bahkan lebih setiap harinya. Terdapat muntah berupa cairan
makanan sebanyak 2 kali . Terdapat demam yang naik turun sejak 3 hari SMRS. Demam
disertai dengan pilek dan batuk berdahak.
-
• Pemeriksaan Fisis
• Tanda vital dalam batas normal
• Ubun-ubun teraba tertutup
Makroskopis Hasil Nilai rujukan
Warna Kuning Coklat
Konsistensi Lembek Lembek
Lendir Negatif Negatif
Pus Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Mikroskopik
Amoeba Tidak ditemukan Negatif
Lemak Positif Negatif
Serat otot Negatif Negatif
Serat tumbuhan Negatif Negatif
Amilum Negatif Negatif
Leukosit 1-2 0-1
Eritrosit 1-2 0-1
Jamur Spora +, hifa pendek +
Telur Cacing Tidak ditemukan Negatif
Lain-lain Negatif
10
• Pada pemeriksaan fisik paru, dalam batas normal
• Pada pemeriksaan fisik abdomen, abdomen teraba supel dengan bising usus
meningkat serta turgor baik.
• Pemeriksaan Penunjang
• Pada pemeriksaan laboratorium analisa gas darah tanggal 27/06/2015
didapatkan HB 10.0. Pada pemeriksaan elektrolit didapatkan hiponatremia
(141 mEq/L)
• Pada analisa tinja didapatkan adanya spora jamur dan hifa pendek
G. Diagnosis Kerja
• Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
H. Penatalaksanaan
A. Non Medikamentosa
- Rawat inap
- Tirah baring
B. Medikamentosa Untuk Diare dan dehidrasi
- Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru :
75 ml/Kgbb dalam 3 jam = 750 ml/ 3 jam = 250 cc per jam (per oral)
- Rehidrasi parenteral
Menggunakan IVFD KAEN 3B atau ringer laktat atau NaCl
= 175 ml/kgBB/hari = 1750 ml/ hari
I kolf = 500 ml berarti butuh 4 kolf. Pemberian diberikan tiap 6 jam.
Kecepatan tetesan infus : 1750 x 60 = 105000 = 73 tpm (loading)
24 x 60 1440
- Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut : Zinc 20mg/ hari
- Probiotik : Lacto B = 2 x 1 (per oral)
- Paracetamol 10-15 mg/KgBB/ kali (max: 100mg/kg/hari) 3 x 100mg bila perlu.
11
C. Edukasi :
- Jangan memberikan ASI bila anak sedang sesak, takut terjadi aspirasi.
- Mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan
- Membuang tinja bayi dengan benar
- Menyediakan air minum yang bersih dan selalu memasak makanan.
- Memberikan edukasi untuk pemberian oralit di rumah
- Kembali ke pusat kesehatan bila demam, tinja berdarah, diare berulang, makan atau
minum sedikit, sangat haus, belum membaik dalam 3 hari.
I. Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
12
J. Follow Up
Pemeriksaan Tanggal
25 juni 2015 26 juni 2015 27 juni 2015 28 juni 2015 29 juni 2015
S
Keluhan
Demam (-)
Makan dan
minum (+)
BAB cair
kuning dan
berlendir
sebanyak 5
kali
BAK lancar
Batuk +,
dahak sulit
dikeluarkan
Sesak napas
(+)
Demam
(+) naik
turun
Batuk +
dahak
masih sulit
dikeluarka
n
BAB sudah
banyak
dan cair
sebanyak
3 kali
Demam (-)
Batuk
berdahak
(+) sulit
dikeluarkan
muntah (-)
BAB sudah
banyak dan
Cair
sebanyak 3
kali.
Sesak
napas (-)
Demam (-)
Batuk
berdahak (+)
sulit
dikeluarkan
muntah (-)
BAB sudah
banyak dan
Tidak Cair
sebanyak 5
kali.
Sesak napas
(-)
Demam (-)
Batuk
berdahak (+)
sulit
dikeluarkan
muntah (-)
BAB sudah
banyak dan
Tidak Cair
sebanyak 2
kali.
Sesak napas
(-)
O
Keadaan
umum
Kesadaran
Tanda vital
▪ tampak sakit
sedang
▪ Compos mentis
TD=100/60
mmHg
Nadi = 120x
/menit
RR = 46 x /menit
Suhu = 37,8 ºC
▪tampak sakit
sedang
▪Compos
mentis
TD=100/60mm
Hg
Nadi =100x
/menit
RR = 30 x
/menit
Suhu = 38,5 ºC
▪tampak sakit
ringan
▪ Compos mentis
TD = 100/60
mmHg
Nadi = 120x
/menit
RR = 28x
/menit
Suhu = 36ºC
Baik
Compos mentis
TD = 100/60
mmHg
Nadi = 120x
/menit
RR = 28x
/menit
Suhu = 36ºC
Baik
Compos mentis
TD = 100/60
mmHg
Nadi = 120x
/menit
RR = 28x
/menit
Suhu = 36ºC
13
Kepala
Mata
Leher
Paru
Jantung
Abdomen
Extremitas
▪ Normocephali
▪ CA -/- , SI -/-
▪ KGB ≠
membesar
▪ Suara napas
vesikuler
Rh +/+, Wh -/-
▪ S1S2 reguler
Murmur (-)
Gallop (-)
▪ Datar, Supel
BU(+)
meningkat , NT(-)
▪ Akral hangat
Sianosis (-)
▪Normocephali
▪ CA -/- , SI -/-
▪ KGB ≠
membesar
▪ Suara napas
vesikuler
Rh -/-, Wh -/-
▪ S1S2 reguler
Murmur (-)
Gallop (-)
▪ Datar, Supel
BU(+)N, NT(-)
▪ Akral hangat
Sianosis (-)
▪ Normocephali
▪ CA -/- , SI -/-
▪ KGB ≠
membesar
▪ Suara napas
vesikuler
Rh -/-, Wh -/-
▪ S1S2 reguler
Murmur (-)
Gallop (-)
▪ Datar, Supel
BU(+)N, NT(-)
▪ Akral hangat
Sianosis (-)
▪ Normocephali
▪ CA -/- , SI -/-
▪ KGB ≠
membesar
▪ Suara napas
vesikuler
Rh -/-, Wh -/-
▪ S1S2 reguler
Murmur (-)
Gallop (-)
▪ Datar, Supel
BU(+)N, NT(-)
▪ Akral hangat
Sianosis (-)
▪ Normocephali
▪ CA -/- , SI -/-
▪ KGB ≠
membesar
▪ Suara napas
vesikuler
Rh -/-, Wh -/-
▪ S1S2 reguler
Murmur (-)
Gallop (-)
▪ Datar, Supel
BU(+)N, NT(-)
▪ Akral hangat
Sianosis (-)
14
A
Diagnosa
Diare akut
dengan dehidrasi
ringan sedang
Diare akut
dengan
dehidrasi
ringan sedang
Diare akut
dengan
dehidrasi ringan
sedang
Diare akut
dengan dehidrasi
ringan sedang
dengan
perbaikan
Diare akut
dengan dehidrasi
ringan sedang
dengan
perbaikan
15
TINJAUAN PUSTAKA
GASTROENTERITIS PADA ANAK
I. Pendahuluan
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara
berkembang. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Penyebab utama diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah disentri, kekurangan
gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia. Menurut laporan departement kesehatan di
indonesia setiap anak mengalami diare 1,6 -2 kali setahun. Dari hasil study morbiditas oleh
departenet kesehatan di 8 propinsi pada tahun 1989, 1990, dan 1995 berturut-turut morbiditas
diare menunjukan 78,5 %, 103 %, 100%.
Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi . ini di sebabkan karena adanya
anoreksi pada diare sehingga ia makan lebih sedikit dari pada biasabya dan kemampuan
menyerap sari-sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari makanan meningkat
akibat adri adanya infeksi. Setiap episode diare akan menyebabkan kekurangan gizi sehingga
jika episode ini berkepanjangan, dampaknya terhadap pertumbuhan akan meningkat.
Penyakit diare juga berdampak pada status ekonomi negara berkembang. Di beberapa negara,
lebih dari sepertiga tempat tidur anak di rumah sakit di huni oleh anak penderita diare.
Penderita ini sering di obati dengan cairan intravenayang mahal dan obat-obatan yang tidak
efective.
Untungnya pada saat ini sudah tersedia cara pengobatan yang mudah dan efective yang
dapat menurunkan secara bermakna jumlah kematian diare pada sebagian besar kasus,
sehingga penderita tidak perlu di rawat di rumah sakit dan serta mencegah efek buruk dari
diare pada status gizi anak. Upaya pencegahan diare juga dapar di turunkan sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan beratnya episode diare. Di Indonesia sejak upaya
pembentukan KPD ( kegiatan pendidikan diare) antara lain dengan pojok URO (Usaha
Rehidrasi Oral ). Di rumah sakit pendidikan, yang dilanjutkan dengan kegiatan PMPD
(Pendididkan Medik Pemberantasan Diare) , jumlah kasus diare yang di rawat di bangsal
anak semakin berkurang secara nyata. 4
II. Definisi
Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari
Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang BAB-nya (buang air
besar) ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya, lazimnya 3 kali atau lebih dalam satu hari
(DINKES, 2006).
16
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya; dan berlangsung dalam
waktu kurang dari 7 hari.
Jenis - jenis diare secara klinik di bedakan tiga (3) yang masig-masing mencerminkan
pathogenesis yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam
pengobatannya.
Diare cair akut adalah diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 7
hari dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa darah. Mungkin disertai
muntah atau panas. Diare cair akut dapat menyebabkan dehidrasi dan bila masukan makanan
berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi. Kematian terjadi karena diare. Peyebab diare
cair akut di Negara berkembang adalah : Eschericia coli enterotoxogenik, Shigella,
Campylobacter Jejuni, dan Crystoporidium . di beberapa tempat Vibrio cholera, Salmonella,
dan E.coli enteropatogenik.
Diare melanjut adalah diare yang yang berlangsung antara 7 sampai 14 hari.
Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini dapat di
mulai sebagai diare cair atau disentri. penyebab diare pada diare persisiten E.coli, Shigella,
dan Criptosporidium.
Diare kronik adalah diare yang diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan bukan
disebabkan oleh non bakterial seperti penyakit sensitive terhadap glutein dan gangguan
metabolism yang menurun. 1,2
Disentri adalah diare yang disertai darah pada tinja. Akibat terpenting disentri adalah
anoreksi , penurunan berat badan dengan cepat , dan kerusakan mukosa usus karena bakteri
invasi. Penyebab utama disentri adalah Shigella, dan Campilobacter jejuni. Yang jarang
adalah E.coli enteroinvasiv atau Salmonella. Entamoeba Histolytica dapat menyebabkan
disentri yang serius pada orang dewasa muda tapi jarang pada anak-anak.
III. Epidemiologi
Pada tahun 1995, diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada lebih dari 3
juta penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinegara berkembang terjadi terutama pada
anak-anak berusia kurang dari 5 tahun
Hasil survei pada 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare di Indonesia adalah 423 dari
tiap 1.000 orang, dan terjadi 1-2 kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun.
Pada 2001, angka kematian rata-rata yang diakibatkan diare adalah 23 di tiap 100.000 orang
penduduk, sedangkan angka yang lebih tinggi terjadi pada kelompok anak berusia di bawah 5
tahun, yaitu 75 per 100.000 orang. Sementara kematian anak berusia di bawah tiga tahun
akibat diare adalah 19 persen, dengan kata lain sekitar 100.000 anak meninggal dunia tiap
tahunnya akibat diare.4
17
1. Penyebaran Kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan
risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain :
a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar
dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat
juga lebih besar.
b) Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan pencernakan oleh
Kuman , karena botol susah dibersihkan
c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam
pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak,
d) Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah dapat terjadi
kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh
air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak
atau sebelum makan dan menyuapi anak,
f) Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering beranggapan
bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi
pada manusia.
2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :
a) Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti : Shigella dan v
cholerae
b) Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare meningkat
pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk.
c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat
dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
d) Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak ) natau mungkin yang
18
berlangsung lama seperti pada penderita AIDS ( Automune Deficiensy Syndrome )
pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak parogen
dan mungkin juga berlangsung lama.
3. Faktor lingkungan dan perilaku :
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor
yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua factor ini akan
berinteraksi bersamadengan perilaku manusia Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat
pula. Yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit
diare. 2
IV. Etiologi
Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare)
i. Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmonela, shigella, campylobacter, yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
ii. Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
iii. Infeksi parasite : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media
Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, brankopneumoma, ensefalitis, dan sebagainya
(sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
Faktor Malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
Molabsorbsi lemak
Molabsorbsi protein
Faktor makanan
Makanan beracun
Alergi terhadap makanan
Lain-lain
Imunodefisiensi
Gangguan psikologis (cemas dan takut)
Faktor-faktor langsung:
o KEP (Kurang Energi Protein)
o Kesehatan pribadi dan lingkungan
o Sosioekonomi 2,5
19
V. Patofisiologi
Diare adalah kehilangan banyak cairan elektrolit melalui tinja. Bayi kecil mengeluarkan
tinja kira-kira 5g /kgbb/hari. Jumlah ini meningkat 200 gr /kgbb/ hari pada orang dewasa.
Penyerapan air terbanyak terjadi di usus, kolon memekatkan isi usus pada keadaan pada
keadaan osmotik tinggi.kelainan yang menggangu usus cenderung menyebabkan diare yang
lebih banyak. Sedangkan kelainan yang terjadi di kolon cenderung menyebabkan diare yang
lebih sedikit. Disentri dengan volume sedikit dan sering , tenesmus, rasa ingin buang air
besar, dan tinja betrdarah adalah gejala utama kolitis.
Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan air melalui
membran usus berlangsung secara pasif dan ini di tentukan oleh aliran larutan secara aktif
maupun pasif terutama natrium dan klorida dan glukosa. Patomekanisme diare kebanyakan
dapat di jelaskan dari kelainan sekretorik, osmotik, motilitas, kombinasi dari hal tersebut.
Ada 3 prinsip mekanisme terjadinya diare cair sekretorik dan osmotik. Infeksi usus dapat
menyebabkan diare dengan 3 mekanisme tersebut. Diare sekretori lebih sering terjadi dan
keduanya dapat terjadi pada satu pasien .
Gangguan sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit kedalam usus halus.
Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi klorida oleh sel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair. Hali ini menyebabkan terjadinya
dehidrasi. Pada infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus
oleh toxin bakteri seperti toxin Eschericia coli dan Vibrio colera atau rotavirus
Gangguan osmotik , mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati
air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus
dengan cairan ekstrasellular. Dalam keadaaan ini diare dapat terjadi apabila suatu bahan yang
secara osmotik aktif dan tidak dapat diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik,
air, dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorsi sehingga terjadilah diare .
Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare- Sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare
pula.1,2
Sebagai akibat diare akan terjadi:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2. Gangguan gizi bisa mengakibatkan penurunan berat badan dalam waktu yang singkat
oleh karena makanan sering dihentikan oleh orangtua karena takut diare/muntah
bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan sering diencerkan dalam waktu yang
lama. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik
20
3. Gangguan sirkulasi darah akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat terjadi
syok hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan berkurang dan dapat
menyebabkan hipoksi.2
VI. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah Daerah anus dan sekitarnya timbul luka
lecet karena sering deflkasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi
mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi),
selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila diare terus berlanjut, akan terjadi
renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan
tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena
kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien
akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul) 2,4
VII. Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
Kehilangan BB
1. Dehidrasi ringan ; menurun BB 0 - 5%
2. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
3. Dehidrasi berat : menurun BB > 10%
PENILAIAN A B C
Lihat
Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu,lunglai, tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa Haus Minum Biasa, Tidak
haus
*Haus ingin minum
banyak
*Malas minum atau
tidak bias minum
Periksa Turgor
Kulit
Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
lambat
21
Derajat Dehidrasi TANPA
DEHIDRASI
DEHIDRASI
RINGAN SEDANG
Bila ada 1 tanda* +
1 atau lebih tanda
lain
DEHIDRASI
BERAT
Bila ada 1 tanda* + 1
atau lebih tanda lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana terapi B Rencana C
VIII. Pemeriksaan Penunjang
Feses makroskopik (warna, konsistensi, darah(-/+), lendir (-/+) )
Mikrokopik (leukosit, kista, telur cacing, )
Darah (darah rutin, GDS, elektrolit.) 5
IX. Diagnosis banding
Diare Akut
Diare Persisten
Diare Kronik
Disentri
X. Kriteria Diagnosis
Anamnesis
Buang air besar lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi > 3 x / hari
Dapat disertai darah (disentri)
Dapat terjadi muntah , nyeri perut atau panas
Pemeriksaan fisik
Tanda dan gejala tanpa dehidrasi atau,
Tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang atau,
Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa syok
Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan elektrolit dan
atau gangguan keseimbangan asam basa.
Laboratorium
Feses : dapat disertai darah atau lender
PH asam diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB - disentri
ELISA (bila memungkinkan untuk etiologi virus)
Darah : Dapat terjadi gangguan elektrolit dan gangguan asam basa. 5
22
XI. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
2. Hipovolemik
3. Hipokalemia dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, takikardia
4. Hipoglikemi
5. Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipogloikemik, hiponatremi,
hipernatremia.
6. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik) 2
XII. Tatalaksana
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti
air tajin , kuah sayur, air sup. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga
yang dianjukan , berikan air matang.
Macam Cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :
Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
Jangkauan pelayanan Kesehatan
Tersedianya oralit
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke
petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat,
yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan
cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapi oral
c. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih
mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit
sedikit tetapi sering Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d. Mengobati masalah lain
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi. Tidak
ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare.2
23
Tentukan Derajat Dehidrasi
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI
1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan oralit,makanan
yang cair (seperti sup, air tajin ) dan kalau tidak ada air matang. Gunakan larutan
oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak dibawah (catatan jika anak berusia
kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air
matang dari pada makanan yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak mau,
berikan jumlah larutan oralit seperti dibawah. Teruskan pemberian larutan ini hingga
diare berhenti 5
2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi
untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat , dapat diberikan
susu,
Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat:
o Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacanf-kacangan, sayur,
daging atau ikan , tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap porsi
o Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan kalium
o Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk makanan
dengan baik
o Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari
o Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan porsi
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu
3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari
atau menderita sebagai berikut :
Buang Air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau Minum sedikit
Demam
Tinja berdarah 5
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :
Teruskan mengobati anak diare dirumah
Berikan terapi awal bila terkena diare lagi
24
Usia Jumlah Oralit yang diberikan
tiap BAB (ml)
Jumlah Oralit yang di sediakan
di rumah ((ml/hari)
<1 50 – 100 400 (2 bungkus)
1 – 4 100-200 600-800 (3-4 bungkus)
> 5 200-300 800- 1.000 (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 1.200- 2600
Tunjukan kepada ibu cara mencampur oralit
Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk usia < 2 tahun
Berikanlah beberapa gelas untuk anak yang lebih tua
Bila anak muntah tunggulah 20 menit. Kemudian berikan caiaran lain untuk
mendapatkankan tambahan oralit.
Komposisi Formula WHO (200 ml)
Na Klorida (garam ) : 0,7 g
Glukosa : 4 g
Atau
Sukrosa (gula biasa) : 8 g
Trisodium sitrat dihidrat :0,5 g
K Klorida : 0,3 g
25
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian kemudian pilih
rencana terapi a , b atau c untuk melanjutkan terapi
Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah hilang anak
biasanya kemudian mengantuk dan tidur
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terapi B , tetapi
tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana terapi A
Tunjukkan cara melarutkan oralit
Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah
Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
Memberi makan anak sebagaimana biasanya
Membawa anak ke petugas kesehatan. 5
JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA
ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan
penderita ( kg ) dengan 75 ml
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit
sesuai tabel dibawah ini
Umur Umur < 1 Tahun 1 – 4 Tahun > 5 Tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah
Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100 200 ml air masak
selama masa ini
26
RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT
XIII. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare
Perlu bimbingan ibu-ibu untuk tentang cara pemberian cara pemberian makanan yang
aik pada anak, mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare
dan membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana
gizi diare yang benar:
Menilai status gizi
Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak lanjutnya.
Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan untuk
menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila timbul
dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6 jam dan
kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau lebih sudah
bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan. Bayi umur 6 bulan atau
lebih harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul
dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jam untuk rehidrasi untuk kemudian di
lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi kecil
tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.
Mulai diberikan cairan IV bila penderita bisa minum segera berikan oralit. Sewaktu
cairan IV di mulai beri 100 ml/kgBB
Umur Pemberian 30
ml/kgBB (jam )
Pemberian 70 ml / kgBB
(jam)
< 1 tahun 1 jam 5 jam
1 tahun ½ jam 2 ½ jam
Di ulangi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan intravena
Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana terapi yang
sesuai.
27
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam
penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama 5
hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta durasi
penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan, dengan
meningkatkan respon imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam
antimikroba dan menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari
frekuensi defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang
memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat
dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga
mengalami hasil yang signifikan pada kelompok probiotik.5,8
XIV. Pencegahan
Air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya dan dimasak.
Pengelolaan makanan yang dimasak dengan baik, untuk menghindari kontaminasi. Cuci tangan
dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan dan sebelum menyiapkan makanan.
Buang cepat tinja dengan cara memasukannya kedalam jamban atau menguburkan. Berikan
hanya ASI selama 4-6 bulan pertama, teruskan pemberian ASI paling sedikit 1 tahun pertama.
Berikan makanan sapihan yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan. Anak usia > 9 bulan
yang tidak menderita campak untuk imunisasi campak. 4
28
DAFTAR PUSTAKA
1 Behrman, Kliagman: Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol2 Jakarta 2000
2 Budiarso, Aswita.dkk. Pendidikan Medik Pembatasan Diare Buku Ajar Diare Pegangan
Mahasiswa . Jakarta: Departement Kesehatan R.I PPM & PLP. 1999
3 Data Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan. Selasa, 25 Maret
2008. www.kompas.com
4 Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 desember. 2006. www.depkes.go.id
5 Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi
3. Bandung : 2005
6 Gsianturi. Probiotik dan Prebiotik untuk Kesehatan. Senin , 28 Januari, 2002.
www.gizinet.com
7 Rampengan TH, Laurentz IR.. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC 1993
8 Putra, Sanjaya. Suraatmaja, Sudaryat. Dkk. Effect of probiotics supplementation on acute
diarrhea in infants: a randomized double blind clinical trial. Paediatrica Indonesiana,
Vol. 47, No. 4, July 2007