presentasi kasus ca rekti(1).pdf

Upload: eka-fitri-maharani

Post on 05-Jul-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    1/28

    PRESENTASI KASUS

    Tumor Rekti

     Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

     Ilmu Bedah RSUD Saras Husada Purworejo

    Disusun Oleh :

    Dita Anissa Fitriani

    20100310173

    Pembimbing :

    dr. Syamsul Burhan Sp. B

    SMF Bedah

    RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

    MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    2015

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    2/28

    HALAMAN PENGESAHAN

    PRESENTASI KASUS

    Karsinoma Rekti

    Telah disetujui pada Februari 2015

    Oleh :

    Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah

    dr. Syamsul Burhan, Sp. B

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    3/28

     

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Karsinoma rekti adalah suatu keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma

    rekti termasuk kasus keganasan yang sering terjadi pada daerah kolon dan rektum akibat

    gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Insidens kanker kolorektal di Indonesia

    cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Pada tahun 2002, kanker kolorektal menduduki

     peringkat kedua pada kasus kanker yang terdapat pada pria. Sedangkan pada wanita kanker

    kolorektal menempati peringkat ketiga dari semua kasus kanker.

    Karsinoma rekti atau kanker rektal merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat

    sebagai penyakit mematikan di dunia. Diagnosis karsinoma rekti pada umumnya tidaklah sulit,

    tetapi kenyataannya penderita sering terdiagnosis pada stadium lanjut sehingga pembedahan

    kuratif seringkali tidak dapat dilakukan. Padahal jika penderita telah terdeteksi secara dini

    menderita karsinoma rekti sebelum stadium lanjut, kemungkinan untuk sembuh dapat mencapai

    50%. Pemeriksaan colok dubur atau rectal toucher sebenarnya merupakan sarana diagnosis yang

     palin tepat, dimana 90% diagnosis karsinoma rekti dapat ditegakkan dengan colok dubur.

    Tingginya angka kematian akibat karsinoma rekti mendorong upaya untuk menurunkan

    angka kematian tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan mendeteksi karsinoma rekti

    secara dini. Dengan harapan pemeriksaan colok dubur selalu dilakukan di fasilitas pelayanan

    kesehatan tingkat pertama. Angka kemungkinan untuk bertahan hidup selama 5 tahun pada

     pasien dengan karsinoma rekti stadium dini adalah sebesar 58,9% sampai 78,8% dan angka ini

    akan berkurang seiring dengan meningkatnya stadium yaitu hanya sebesar 7% pada karsinoma

    rekti stadium akhir. 

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    4/28

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.  Anatomi Rektum

    Secara anatomis, rektum berada setinggi vertebrae sakrum ke-3 sampai garis anorektal.

    Secara fungsional dan endoskopis, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan spinchter. Bagian

    spinchter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fascia coli

    dari fascia supra ani. Bagian ampula terbentang dari vertebra sacrum ke-3 sampai diafragma

     pelvis pada insersio muskulus levator ani. Panjang rektum berkisar antara 10-15cm dengan

    keliling 15 cm pada bagian rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian yang terluas yaitu

    ampula. Pada manusia, dinding rectum terdiri dari 4 lapisan, yaitu mukosa, submukosa,

    muskularis (sirkuler dan longitudinal), serta lapisan serosa.

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    5/28

    Vaskularisasi daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior, media, dan

    inferior. Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis interna dan berjalan ke

    arah cranial ke dalam vena mesenterika inferior untuk selanjutnya melalui vena lienalis dan

    menuju vena porta. Vena ini tidak memiliki katup, sehingga tekanan dalam rongga perut atau

    intraabdominal sangat menentukan tekanan di dalam vena tersebut.

    Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon

    sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sementara.

    Biasanya rectum ini kosong karena feses disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon

    descendens. Jika kolon descendens penuh dan feses masuk ke dalam rektum, maka akan ada

    keinginan untuk buang air besar. Mengembangnya dinding rectum karena penumpukan material

    di dalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan

    defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar dimana

     penyerapan air kembali dilakukan sehingga pengerasan feses akan terjadi.

    B. 

    Etiologi Karsinoma Recti

    Etiologi karsinoma rektum sama seperti kanker lainnya yang masih belum diketahui

     penyebabnya. Faktor predisposisi munculnya karsinoma rektum adalah poliposis familial,

    defisiensi imunologi, kolitis ulseratifa, granulomartosis dan kolitis. Faktor predisposisi penting

    lainnya yang mungkin berkaitan adalah kebiasaan makan. Masyarakat yang dietnya rendah

    selulosa tapi tinggi protein hewani dan lemak, memiliki insiden yang cukup tinggi. Diet rendah

    serat, tinggi karbohidrat refined, mengakibatkan perubahan pada flora dan perubahan degradasi

    garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini

     bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    6/28

    karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, masa transisi feses meningkat,

    akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.

    C.  Patofisiologi Karsinoma Recti

    Dinding rectum terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan mukosa, sub mukosa, muskularis,

    dan serosa. Lapisan mukosa merupakan lapisan pertama dimana di lapisan ini terjadi absorbsi

    nutrisi, lemak, serta protein dari makanan. Lapisan kedua adalah lapisan sub mukosa. Lapisan

    ini kaya akan pembuluh darah yang membantu dalam pendistibusian nutrisi yang telah diabsorbsi

    ke organ vital lainnya. Lapisan ketiga adalah muskularis yang membantu makanan agar

    terdorong di dalam intestine dan lapisan yang paling luar adalah lapisan serosa.

    Kanker kolorektal biasanya dimulai dari benjolan atau tumor jinak di lapisan mukosa.

    Dengan adanya faktor resiko yang dibawa oleh individu, tumor jinak itu akan terus mengalami

     perumbuhan dan perkembangan. Normalnya, sel-sel epitel pada mukosa rectum akan mengalami

    regenerasi setiap 6 hari. Pada keadaan patologis terjadi perubahan genetic yang akan

    mengganggu proses diferensiasi dan maturasi dari sel-sel tersebut yang pada akhirnya

    menyebabkan replikasi tak terkontrol. Peningkatan jumlah sel akibat replikasi tak terkontrol akan

    menyebabkan terjadinya mutasi yang akan mengaktifkan K-ras onkogen dan mutasi gen p53, dan

    hal ini akan mencegah terjadinya apoptosis dam memperpanjang hidup sel.

    Perkembangan tumor yang terjadi terus menerus lama kelamaan akan mengubah tumor

    ke dalam bentuk metastasis. Untuk dapat bermetastasis, pertama sel tumor harus mampu

     bertahan hidup dan terus tumbuh pada lapisan pertama. Agar dapat menyebar, sel tumor juga

    harus mampu menginvasi secara local dan masuk ke pembuluh darah untuk menginvasi sirkulasi.

    Setelah bertahan dalam sirkulasi darah, sel tumor harus bisa keluar dan menginvasi ke lapisan

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    7/28

    atau jaringan baru. Pada akhirnya sel tumor dapat bermetastasis ke jaringan baru yang lebih jauh

    lagi.

    D.  Klasifikasi Karsinoma Rektum

    Ada beberapa jenis klasifikasi dalam penentuan stadium karsinoma rekti.

    1.  Berdasarkan klasifikasi Dukes

    Stadium 0 pada stadium ini kanker ditemukan hanya pada bagian paling rectum

    yaitu mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ. 

    -  Stadium I pada stadium ini, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai

    lapisan muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rectum tapi tidak

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    8/28

    menyebar ke bagian terluar dinding rectum ataupun keluar dari rectum. Disebut

     juga Dukes A rectal cancer. 

    -  Stadium II pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rectum ke jaringan

    terdekat namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga  Dukes B rectal

    cancer. 

    -  Stadium III pada stadium ini, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi

    tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer. 

    -  Stadium IV kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain seperti hati, paru, atau

    ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer. 

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    9/28

    2.  Berdasarkan sistem TNM

    TNM stadium Modified Dukes

    Stadium

    Deskripsi

    T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada sub mukosa

    T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria

    T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural

    T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric

    T3 NI M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric

    T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan

    ANY T, M1 D Metastasis jauh

    E.  Penegakan Diagnosis Karsinoma Recti

    1.  Anamnesa

    Anamnesa keluhan utama dan riwayat penyakit memegang peranan yang sangat

     penting dalam penegakkan diagnosis. Berikut ini merupakan gejala yang seringkali

    dikeluhkan oleh pasien:

    -  Diare palsu atau “ spurious diarrhea”  merupakan keluhan BAB yang frekuen

    tetapi hanya sedikit yang keluar disertai dengan lendir dan darah serta ada rasa

    tidak puas setelah BAB. Terjadinya diare palsu oleh karena adanya proses

    keganasan pada epitel kelenjar mukosa rectum, berupa suatu massa tumor, dimana

    tumor akan merangsang keinginan untuk defekasi, tetapi yang keluar hanya

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    10/28

    sedikit disertai hasil sekresi kelenjar berupa mucus dan darah oleh karena

    rapuhnya massa tumor.

    -  BAB berlendir  seperti halnya diare palsu merupakan manifestasi adanya proses

    keganasan pada epitel kelenjar mukosa rectum.

    -  Feses pipih seperti kotoran kambing bentuk feses yang pipih sangat tergantung

    dari bentuk makroskopis massa tumor pada rectum. Pada stadium dini, dimana

    tumor masih kecil dan tidak berbentuk anuler, jarang ditemukan perubahan

     bentuk feses.

    Penurunan berat badan

      pada dasarnya akan terjadi pada semua penderita

    dengan keganasan, terutama pada stadium lanjut. Penderita dengan keganasan

    akan mengalami perubahan metabolisme oleh karena adanya reaksi inflamasi

    tumor dengan host. Adanya peningkatan metabolism protein, karbohidrat, dan

    lemak akan menyebabkan keseimbangan energi protein menjadi negative

    sehingga diikuti dengan penurunan berat badan. Pada karsinoma rekti dapat

    terjadi obstruksi parsial sehingga penderita akan mengeluhkan perut terasa

    kembung dan nafsu makan turun.

    -  Perdarahan bercampur tinja perdarahan pada keganasan kolorektal terjadi kaena

    adanya proses inflamasi pada massa tumor. Sifat perdarahan yang keluar akan

     bercampur dengan tinja dan berwarna kehitaman jika massa tumor terdapat pada

    kolon proksimal, sedangkan darah yang keluar akan berwarna merah segar jika

    lokasi massa tumor pada kolon distal.

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    11/28

    Tabel perbedaan gejala karsinoma kolorektal berdasarkan letaknya

    Kolon kanan Kolon kiri Rectum

    Aspek klinis Kolitis Obstruksi Proktitis

     Nyeri Karena penyusupan Karena obstruksi Tenesmus

    Defekasi Diare Konstipasi progresif Tenesmi terus

    menerus

    Obstruksi Jarang Hampir selalu Tidak jarang

    Darah pada feses Samar Samar atau

    makroskopis

    Makroskopis

    Feses Normal Normal Perubahan bentuk

    Dyspepsia Sering Jarang Jarang

    Memburuknya KU Hampir selalu Lambat Lambat

    Anemia Hampir selalu Lambat Lambat

    Tabel ringkasan diagnosis karsinoma kolorektal

    Kolon

    kanan

    Anemia dan kelemahan

    Darah samar di feses

    Dyspepsia

    Perasaan tidak enak di perut kanan bawah

    Massa di perut kanan bawah

    Kolon

    kiri

    Perubahan pola defekasi

    Darah di feses

    Gejala dan tanda obstruksiRektum Perdarahan rectum

    Darah di feses

    Perubahan pola defekasi

    Pasca defekasi masih ada perasaan tidak puas atau penuh

    Penemuan tumor pada colok dubur

    Penemuaan tumor pada rektosigmoidoskopi

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    12/28

    2.  Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari kemungkinan metastasis seperti

     pembesaran KGB atau hepatomegali. Selain itu dilakukan pemeriksaan colok

    dubur.dari pemeriksaan colok dubur dapat diketahui:

    -  Adanya tumor rectum

    -  Lokasi dan jarak dari anus

    -  Posisi tumor, melingkar atau menyumbat lumen

    -  Perlengketan dengan jaringan sekitar

    Pemeriksaan abdomen juga diperlukan jika didapatkan tanda-tanda adanya ileus.

    Jika terdapat ileus kemungkinan yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik

    abdomen adalah:

    -  Inspeksi: perut distended

    -  Auskultasi: metalik sound (+), borborigmy (+), BU (+)

    -  Perkusi: hipertimpani

    Palpasi: nyeri tekan (-)

    3.  Pemeriksaan penunjang diagnosis

    -  Biopsy: konfirmasi adanya malignansi denga pemeriksaan biopsy sangat penting.

    Jika ditemukan tumor dari pemeriksaan fisik, biopsy harus dilakukan. Secara

     patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu

    sekitar 90-95% dari kanker kolorektal. Jenis lainnya adalah karsinoma sel

    skuamosa, carcinoid tumor, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated

    tumors. 

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    13/28

    -  Pemeriksaan tumor marker: CEA (Carcinoma Embryonic Antigen), CA 242,

    CA 19-9 

    -  Uji FOBT (Faecal Occult Blood Test): untuk melihat perdarahan di jaringan 

    -  Digital rectal examination atau Rectal toucher: sekitar 75% karsinoma rekti

    dapat dipalpasi pada pemeriksaan rectal. Pemeriksaan dengan rectal toucher akan

    mengenali tumor yang terletak sekitar 10cm dari rectum, massa akan teraba keras

    dan menggaung. 

    Pada pemeriksaan colok dubur yang harus dinilai adalah:

     

    Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rectum serta letak bagian

    terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar

     prostat atau ujung coccygis

      Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi

     pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya masih dapat digerakkan pada

    lapisan otot dinding rectum. Pada lesi yang sudah mengalami ulserasi

    lebih dalam umumnya terjadi perlekatan dan fiksasi karena penetrasi atau

     perlekatan ke struktur ekstrarektal.

      Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan karakteristik

     pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas atau fiksasi lesi

    -  Sigmoidoskopi: suatu prosedur untuk melihat bagian dalam rectum dan sigmoid

    apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope

    dimasukkan melalui rectum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan

    diambil untuk biopsi.

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    14/28

    -  Kolonoskopi: dapat digunakan untuk menujukkan gambaran seluruh mukosa

    kolom dan rectum. Kolonoskopi dapat digunakan untuk biopsy, polipektomi,

    mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan

     prosedur yang sangat aman untuk mendiagnosis dan memanajemen dari IBD, non

    akut diverticulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non

    toksik, striktur kolon, dan neoplasma.

    -  Imaging technique: MRI, CT scan, transrectal ultrasound merupakan bagian

    teknik imaging yang digunakan untuk evaluasi, staging, dan tindak lanjut pasien

    dengan kanker kolon, tetapi teknik ini bukan merupakan screening test.

    F.  Penatalaksanaan Karsinoma Rekti

    Berbagai jenis terapi dapat digunakan pada pasien dengan kanker rectum. Tiga terapi

    standar yang digunakan antara lain adalah:

    1.  Pembedahan

    Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama

    untuk stadium 1 dan 2 kanker rektum, bahkan pada suspek stadium 3 juga masih

    dapat dilakukan pembedahan. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan,sekarang

    sebelum dioperasi pasien diberi presurgical treatment berupa radiasi dan kemoterapi.

    Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahandikenalsebagai neoadjuvant

    chemotherapy, dan terapi ini biasanya digunakan pada pasien dengan kanker rektum

    stadium 2 dan 3. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun

    sebagian besar jaringan kanker sudahdiangkat saat operasi, beberapa pasien masih

    membutuhkan kemoterapi atau radiasi pasca pembedahan untuk membunuh sel

    kanker yang tertinggal.Adapun jenis pembedahan yang dapat dilakukan, antara lain:

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    15/28

    a.  Eksisi lokal

    Eksisi lokal jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat

    dihilangkan tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika

    tumor ditemukan dalam bentuk polip, maka operasinya disebut polypectomy.

    Eksisi lokal melalui rektoskop dapat dilakukan pada karsinoma terbatas.

    Seleksi penderita harus dilakukan dengan teliti, antara lain dengan

    menggunakanendoskopi ultrasonografik untuk menentukan tingkat

     penyebaran di dalamdinding rektum clan adanya kelenjar ganas pararektal.

     b. 

    Low anterior resection (LAR)

    Metode ini digunakan untuk lesi yang terletak di tengah atau 1/3 atas rektum.

    Untuk massa tumor lebih 5 cm dari anokutan dipertimbangkan reseksi rectum

    rendah , sehingga tidak perlu kolostomi. Rektum terbagi atas 3 bagian yaitu

    1/3 atas, tengah dan bawah. Kanker yang berada di lokasi 1/3 atas dan tengah

    (5 s/d 15 cm dari garis dentate) dapat dilakukan “restorative anterior

    resection”. Kanker 1/3 distal rectum melalui reseksi anterior rendah pada

    rectum dengan melakukan laparotomi menggunakan alat stapler untuk

    membuat anastomosis kolorektal atau koloanal rendah.

    c.  Abdominal perineal resection (Miles procedure)

    Untuk masa tumor < 5 cm dari anokutan. Pengangkatan kanker

    rektum biasanya dilakukan dengan reseksi abdominoperianal, termasuk

     pengangkatan seluruh rectum, mesorektum dan bagian dari otot levator ani

    dan dubur. Prosedur ini merupakan pengobatan yang efektif namun

    mengharuskan pembuatan kolostomi permanen.Pada tumor rektum sepertiga

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    16/28

    tengah dilakukan reseksi dengan mempertahankan sfingter anus, sedangkan

     pada tumor sepertiga distal dilakukan amputasi rektum melalui reseksi

    abdominoperineal Quenu-Miles. Pada operasi inianus turut dikeluarkan.Pada

     pembedahan abdominoperineal menurut Quenu-Miles, rektum dan sigmoid

    dengan mesosigmoid dilepaskan, termasuk kelenjar limfonodi pararektum dan

    retroperitoneal sampai kelenjar limfonodi retroperitoneal. Kemudian melalui

    insisi perinealanus dieksisi dan dikeluarkan seluruhnya dengan rektum

    melalui abdomen.

    Indikasi dan kontra indikasi eksisi local kanker rectum

    Indikasi

    -  Tumor bebas, berada 8 cm dari garis dentate

    T1 atau T2 yang dipastikan dengan pemeriksaan ultrasound

    -  Termasuk well-diffrentiated atau moderately well diffrentiated secarahistologi

    -  Ukuran kurang dari 3-4 cm

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    17/28

    Kontraindikasi

    -  Tumor tidak jelas

    -  Termasuk T3 yang dipastikan dengan ultrasound

    -  Termasuk poorly differentiated secara histology

    2.  Radiasi

    Pada kasus stadium 2 dan 3, radiasi dapat mengecilkan ukuran tumor sebelum

    dilakukan pembedahan, dalam hal ini radiasi berperan sebagai preoperative

    treatment. Peran lainnya radioterapi adalah sebagai terapi tambahan untuk kasus

    tumor lokal yang telah diangkat melalui pembedahan dan untuk penanganan kasus

    metastase jauh. Jika radioterapi pasca pembedahan dikombinasikan dengan

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    18/28

    kemoterapi, maka akan menurunkan resiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar

    46% dan menurunkan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastase

     jauh, radiasi telah terbuktidapat mengurangi efek dari metastase tersebut terutama

     pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien

    dengan tumor lokal yang unresectable.Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi,

    yaitu dengan eksternal radiasi dan internal radiasi. Pemilihan cara radiasi

    diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari kanker. Eksternal radiasi

    (external beam therapy) merupakan penanganan dimana radiasi tingkat tinggi

    secara tepat diarahkan pada sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk membunuh

    sel kanker, maka dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan yang

    sehatdisekitarnya. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi

    hanya berlangsung beberapa menit. Internal radiasi (brachytherapy, implant

    radiation) menggunakan radiasi yang diberikan ke dalam tubuh sedekat mungkin

     pada sel kanker. Substansi yang menghasilkan radiasi disebut radioisotop, bisa

    dimasukkan dengan cara oral, parenteral atau implant langsung pada tumor.

    Internal radiasi memberikan tingkat radiasi yang lebih tinggi dengan waktu yang

    relatif singkat bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan beberapa

     penanganan internal radiasi secara sementara menetap di dalam tubuh.

    3.  Kemoterapi

    Adjuvant chemotherapy digunakan untuk menangani pasien yang tidak terbukti

    memiliki penyakit residual tetapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan. Terapi

    ini digunakan pada tumor yang menembus sangat dalam atau tumor lokal yang

     bergerombol (stadium 2 dan 3). Terapi standar kemoterapi tersebut adalah

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    19/28

    fluorouracil (5-FU) yang dikombinasikan dengan leucovorin dalam waktu 6-12

     bulan. Obat lain yaitu levamisole dapat menjadi pengganti leucovorin jika tidak

    tersedia. Protokol kemoterapi ini telah terbuktimenurunkan angka kekambuhan

    sebesar 15% dan menurunkan angka kematian sebesar 10%.

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    20/28

    BAB III

    LAPORAN KASUS

     Nama : Budi Hartono

    Usia : 59 tahun

    Masuk RS Tanggal : 15/02/2015

    Diagnosis Masuk : Prolonged Diare

    Keluhan Utama : BAB cair sejak 3 bulan yang lalu, lendir (+), darah (+),

    Keluhan Tambahan : Perasaan kurang lega setelah BAB, perut kembung, nafsu makan

    menurun, BB menurun, lemas (+) mual (+), muntah (+)

    Riwayat Penyakit Sekarang 

    Hari masuk RS : BAB cair sejak 3 bulan yang lalu, lendir (+), darah (+), perasaan

    kuran lega setelah BAB, perut kembung, nafsu makan menurun,

    BB menurun, lemas (+) mual (+), muntah (+)

    Riwayat Penyakit Dahulu

    o  Pasien pernah rawat inap dengan keluhan yang sama pada tanggal 17 Oktober 2014.

    Pada saat itu pasien didiagnosis BPH dan Tumor rekti.

    Tindakan yang dilakukan di RS dulu adalah operasi open prostatectomi dan biopsi

    tumor pada rektum, dan diberikan antibiotik dan analgesik.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    o  keluarga tidak ada yang memiliki gejala serupa.  

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    21/28

    o  Ibu mempunyai riwayat ca Colon 

    Riwayat Personal Sosial

    o  Ekonomi

    Pasien merupakan seorang pensiunan PNS, penghasilan dirasa cukup untuk memenuhi

    kebutuhan sehari hari.

    o  Personal 

    Pasien merupakan perokok aktif sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, berhenti merokok

    setelah terkena penyakit BPH. Pasien juga terbiasa mengkonsumsi alkohol. Pasien

    mengaku jarang memakan makanan yang mengandung serat dan mengkonsumsi

    makanan tinggi lemak.

    PEMERIKSAAN

    Kesan umum : tampak lemas, dapat berkomunikasi dengan baik.

    Kesadaran  : compos mentis

    Vital Sign

    o   Nadi : 80x/menit

    o  Suhu badan : 36,5o C

    o  Pernafasan : 20x/menit

    o  TD : 130/70

    BMI :

    BB sebelum sakit : ± 68 Kg

    BB : 52 kg, TB : 170 cm, BMI : 17,9 (Underweight)

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    22/28

    Pemeriksaan Kepala

    o  Mata : CA(+/+) SI (-/-)

    Pemeriksaan Kulit 

    o  Sianosis (-) pucat (+)

    o  luka kulit (-)

    Pemeriksaan Leher

    o  Kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembengkakan

    o  Kelenjar Limfonodi : tidak ditemukan pembengkakan

    Vena jugular : meningkat (-)

    Pemeriksaan Paru-paru

    Kanan Kiri

    Inspeksi Tampak simetris, retraksi subcostalis

    (-), retraksi supraclavicularis (-),

    retraksi intercostalis (-), ketinggalan

    gerak (-)

    Tampak simetris, retraksi subcostalis (-

    ), retraksi supraclavicularis (-), retraksi

    intercostalis (-), ketinggalan gerak (-)

    Palpasi Ketinggalan gerak (-), deformitas (-) Ketinggalan gerak (-), deformitas (-)

    Perkusi Sonor pada seluruh lapangan paru Sonor pada seluruh lapangan paru

    Auskultasi Suara dasar vesicular, rhonki (-),

    wheezing (-) ,stridor (-),ekspiratory

    diperpanjang(-)

    Suara dasar vesicular, rhonki (-),

    wheezing (-) ,stridor (-),ekspiratory

    diperpanjang(-)

    Pemeriksaan Abdomen 

    Inspeksi : distended (-) darm countor (-) darm steifum(-)

    Auskultasi : peristaltik (+) borborigmi (-) metallic sound (-)

    Perkusi : Timpani (+),

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    23/28

    Palpasi : nyeri tekan (-) defans muskular (-)

    Pemeriksaan lokalis perianal

    Inspeksi : massa (-)

    Palpasi : teraba massa padat (+) nyeri tekan (+) mudah berdarah (+)

    Pemeriksaan Ekstremitas 

    Udem ekstremitas (-)

    Kesimpulan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

    -  BAB cair sejak 3 bulan yang lalu, lendir (+), darah (+), perasaan kurang lega setelah

    BAB, perut kembung, nafsu makan menurun, BB menurun, lemas (+) mual (+),

    muntah (+)

    -  KU : tampak lemas, Compos Mentis

    -  HR : 80x/m RR : 20x/m S : 36,5 TD: 130/70 

    -  Kepala : mata CA (+/+) SI (-/-)

    -  Paru : wheezing (-/-) Rhonki(-/-) simetris (+/+) vesikuler (+/+)

    -  Abdomen : distended (-) DC(-) DS (-) metallic sound (-) borborigmi (-) timpani (+)

    nyeri tekan (-) defans (-)

    Ekstremitas : udem (-)

    -  Perianal: tampak massa (+) teraba padat (+) nyeri tekan (+) darah (-) 

    Hasil pemeriksaan colok dubur/ rectal toucher

    Massa di anarectal (+) fixed (+) nodul (+) berdarah (+) feses (+)

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    24/28

    Hasil pemeriksaan radiologi thorax

    Tampak corakan bronkovaskuler meningkat. Cor dalam batas normal. Tidak ditemukan

    tanda metastasis ke paru.

    Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi

    o  Organ : Rektum 

    o  Diagnosa Klinis : Tumor rectum 1/3 Distal 

    o  Makroskopis : Jaringan pecah belah sebanyak 1cc, berwarna coklat, semua

    cetak. 

    Mikroskopis : Sediaan menunjukan mukosa usus tipe kolon dengan infiltrasi

    sel-sel radang menahun . Tidak ditemukan tanda khas dan ganas. 

    o  Kesimpulan : Rektum : Proktitis Kronis 

    Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah

    Parameter Hasil Satuan Nilai Normal

    HB 6,9 gr % 13,2 –  17,2

    AL (Angka Leukosit) 12,0 ribu/ul 3,8 –  10,6

    AE (Angka Eritrosit) 2,4 juta/ul 4,40 –  5,90

    AT (Angka Trombosit) 196 ribu/ul 150-400

    HMT (Hematokrit) 20 % 40 -52

    DIEF COUNT

     Netrofil

    Limfosit

    GDS

    Ureum

    70,20

    18,5

    107

    99

    Mg/dl

    Mg/dl

    Mg/dl

    Mg/dl

    50-70

    25-40

    70-120

    10-50

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    25/28

    Creatinin

    SGOT

    SGPT

    HbSAg

    3,04

    65

    19

     Negatif

    Mg/dl

    u/l

    u/l

    0,60-1,10

    0-50

    0-50

     Negatif

    DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN

    1.  CKR

    2.  Rerensi Urine

    3. 

    Tumor Recti 1/3

    distal curiga

    keganasan

    -  Perbaiki KU 

    -  Infus Futrolit 20 tpm 

    -  Inj. ceftriaxon 2 x 1 gr

    -  Inj. ketorolak 3 x 30 mg 

    -  Transfusi PRC s/d Hb > 10

    mgdL

    -  Saran Biopsi ulang → pasien

    menolak

    Konsul UPD

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    26/28

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Pada kasus diatas didapatkan kumpulan gejala yang mengarahkan kepada diagnosis

     penyakit pada pasien ini. Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan klinis, pemeriksaan fisik, dan

     pemeriksaan penunjang. Pasien mengeluhkan pusing dan kepala benjol di bagian belakang.

    Selain itu, pasien mengeluh susah BAK, perutnya kembung, dan BAB cair sejak 3 bulan yang

    lalu disertai lendir dan kadang disertai darah pada fesenya. Pasien tampak sangat kurus dan

    mengalami penurunan berat badan. Badan lemas (+) mual (+) muntah (+) tidak mau makan dan

    minum.

    Mekanisme terjadinya karsinoma rekti yaitu diawali dengan munculnya benjolan atau

    massa polip yang jinak. Biasanya benjolan hanya bersifat local di mukosa, tetapi ketika faktor

    resiko dan faktor predisposisi ada pada pasien maka kemungkinan untuk tumbuh dan

     berkembang menjdai ganas semakin besar.

    Pada kasus ini, dari hasil rectal toucher massa yang ada sudah hampir menutup sepertiga

    dari lubang anusnya. Massa bernodul seperti cauliflower, massa juga sangat mudah berdarah.

    Diagnose karsinoma rekti sebenarnya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan rectal toucher, tetapi

     beberapa dokter di fasilitas kesehatan primer dapat saja keliru mendiagnosa pasien tumor recti

    dengan hemoroid. Beberapa hal dapat mendukung untuk menyingkirkan hemoroid dari diagnose

    sementara. Yang menonjol pada karsinoma recti adalah gejala diare palsu. Diare palsu

    merupakan keluhan BAB yang frekuen tetapi hanya sedikit yang keluar disertai dengan lendir

    dan darah serta ada rasa tidak puas setelah BAB. Terjadinya diare palsu oleh karena adanya

     proses keganasan pada epitel kelenjar mukosa rectum, berupa suatu massa tumor, dimana tumor

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    27/28

    akan merangsang keinginan untuk defekasi, tetapi yang keluar hanya sedikit disertai hasil sekresi

    kelenjar berupa mucus dan darah oleh karena rapuhnya massa tumor. Pada kasus hemoroid, BAB

    lendir sangat jarang terjadi.

    Dari hasil pemeriksaan, dapat diklasifikasikan pada pasien ini karsinoma rekti telah

    masuk pada stadium Stadium II. Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rectum ke

     jaringan terdekat namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga  Dukes B rectal cancer.

    Penanganan yang menjadi pilihan untuk stadium ini adalah pembedahan dan bisa juga ditambah

    kemoterapi sebagai terapi adjuvannya. Pada pasien ini hanya dilakukan terapi medikamentosa

    dan perbaikan KU untuk mengurangi gejala karena pasien menolak dilakukan tindakan operasi.

  • 8/16/2019 PRESENTASI KASUS ca rekti(1).pdf

    28/28

    BAB V

    KESIMPULAN

    1.  Karsinoma rekti adalah suatu keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma rekti

    termasuk kasus keganasan yang sering terjadi pada daerah kolon dan rektum akibat gangguan

     proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.

    2.  Untuk menegakkan diagnosis karsinoma rekti, selain mengumpulkan manifestasi klinis yang

    sesuai dari anamnesis, diperlukan juga pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan biopsy,

    ataupun endoskopi baik itu sigmoidoskopi atau kolonoskopi.. 

    3.  Penegakan diagnosis lebih dini akan sangat mempengaruhi survival ratepasien. Sehingga

    sangat diharapkan untuk melakukan rectal toucher pada keluhan BAB berdarah karena rectal

    toucher memegang peranan penting sebagai dasar penegakan diagnosis. 

    4.  Berbagai jenis terapi dapat digunakan pada pasien dengan kanker rectum. Tiga terapi standar

    yang digunakan antara lain adalah pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi.