preferensi pembaca terhadap majalah berbahasa daerah · pdf fileumum membuat media dengan...
TRANSCRIPT
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 67
Preferensi Pembaca Terhadap Majalah Berbahasa Daerah (Studi pada Pelanggan Majalah Penjebar Semangat di
Perumnas Sawojajar Malang Jawa Timur)
Oleh: Emy Sri Purwani
Abstract In Java, there are some Java-language magazines that still exist today, Panjebar Semangat is the ones which first published in 1933 and survived until now with a circulation of about twelve thousand copies. Spreading not only in Java but also outside the island and abroad. The study, entitled Readers’ Preference On The Region Language Magazine was conducted with exploratory qualitative approach. The data sources are magazine subscribers Panjebar Semangat that resides in the Housing Sawojajar Malang. The data obtained were trying to uncover how the preference or preferences that may arise. Presentation of data using descriptive type with emic perspective. The result this research showed that the social background as Javanesse make them like Java language magazine. Magazines are not just used as reading material but more than that, used as container for interactions among fellow readers, as a place to draw knowledge and awareness of the art form and culture of Java. Interacting with other readers and editors make them like the rubric of reader letters. Background of social life that is still very thick with art and culture of Java, causing a preference for Java-language magazines as well. Panjebar Semangat’s readers are the people who grew up in an environment that upholds the values and norms of Javanese culture as much as possible tried to defend himself to keep living life according to the adopted culture. By selecting the Java language magazine, they showed identity at the same time strive to maintain a cultural symbol that raised them.
Keywords: Customer, preferences
Pendahuluan
Tonggak perkembangan media massa di Indonesia dimulai pada jaman penjajahan
Belanda dengan lahirnya penerbitan pertama tahun 1744. Siklus media massa mengikuti
situasi dan kondisi di Indonesia, baik secara ekonomi maupun politik. Pada awalnya media
massa menggunakan bahasa pengantar Belanda karena saat itu Indonesia dikuasai Belanda
dan banyak orang menguasai bahasa tersebut sebagai bahasa pergaulan, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya bermunculan media massa berbahasa pengantar Melayu,
Indonesia, Inggris, Jawa, dan Tionghoa. Media berbahasa daerah pertama kali terbit di
Surakarta tahun 1855 bernama Bromartani menggunakan bahasa dan aksara Jawa
(Suprawoto, 2004:29-36). Setelah itu media massa terus berkembang hingga seperti
sekarang ini.
Perkembangan teknologi media dan beragam isi media yang mengikuti trend gaya
hidup dan hiburan masa kini cenderung membuat orang menjatuhkan pilihan pada media
yang umum dan termutakhir. Mayoritas media massa di Indonesia menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar, namun ada beberapa media yang menggunakan selain
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya, misalnya harian berbahasa Inggris,
Mandarin dan majalah berbahasa daerah seperti Jawa atau Sunda bahkan Batak.
Dosen PNSD Kopertis Wilayah II DPK di FISIP Universitas Muhammadiyah Lampung
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 68
Beragam media massa dengan bahasa pengantar yang digunakan sehari-hari secara
umum membuat media dengan bahasa pengantar selain bahasa Indonesia memiliki porsi
yang tidak banyak dalam khalayak. Hanya mereka yang menguasai bahasa tersebut yang
bisa mengonsumsi isi media. Tidak hanya aspek bahasa pengantar, persaingan dalam
industri dan isi media juga menjadi kendala tersendiri bagi media yang mengkhususkan
diri dalam segmen tertentu.
Eksistensi media massa berbahasa Jawa di Indonesia hingga saat ini merupakan
realitas yang patut diapresiasi. Berawal dari Bromartani tahun 1855, kemudian muncul
Jurumartani tahun 1865. kemudian berturut-turut terbit Bromartani II tahun 1870, surat
kabar Jawi Kandho (1891) dan Hisworo (1907), koran Darmo Kondo (1914), koran Retno
Dumilah (1895), majalah Guru Desa (1909), koran Sedyo Tomo (1925), mingguan
Penggugah (1919), majalah Al-Islam dan Janget (1928), mingguan Djenggala (1928),
mingguan Kejawen (1923), dan majalah Panjebar Semangat yang terbit tahun 1933
(Suprawoto, 2004:36-48).
Secara umum, majalah Panjebar Semangat sama dengan majalah lain. Perbedaannya
terletak pada bahasa pengantar yang menggunakan bahasa Jawa dan muatan isinya yang
memprioritaskan kebudayaan Jawa. Berita aktual yang disajikan dalam majalah Panjebar
Semangat sama dengan yang dimuat harian umum nasional, bahkan terkesan sebagai
rangkuman berita aktual sepekan. Jika mengharapkan berita terkini dari Panjebar
Semangat dapat dipastikan harapan tersebut tidak terpenuhi karena akan lebih aktual
membacanya di harian umum nasional atau melihat berita di televisi.
Majalah Panjebar Semangat mampu bertahan hingga kini karena memiliki khalayak.
Kesetiaan khalayak ini terwujud berkat kedekatan pribadi yang dijalin antara majalah
dengan pembaca. Kedekatan itu dirasakan oleh pembaca dari format media, bahasa
pengantar, maupun isi pesan. Seseorang menjatuhkan pilihan untuk membaca suatu bacaan
didahului oleh motif. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua
penggerak, alasan atau dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan ia berbuat
sesuatu, baik secara sadar maupun tak sadar (Gerungan, 2004:151).
Motif timbul dari latar belakang kehidupan sosial seseorang. Motif dapat berwujud
tunggal atau gabungan. Macam motif ada 3 yakni: 1) motif biogenetis yang berasal dari
kebutuhan organisme untuk kelangsungan hidupnya berlaku universal dan alami; 2) motif
sosiogenetis yang dipelajari dari lingkungan sekitar, serta; 3) motif teogenetis yakni
interaksi manusia dengan Tuhan.
Motif sosiogenetis dipelajari manusia dari lingkungan kebudayaan tempatnya berada
dan berkembang. Motif ini berkembang berdasarkan interaksi sosial dengan orang-orang
atau hasil kebudayaan. Misalnya saja seseorang lebih suka gamelan, punya keinginan main
sepakbola, suka musik keroncong dan semacamnya. Motif jenis ini juga dipengaruhi corak
kebudayaan tertentu, misalnya ingin makan pecel daripada pizza, ini adalah jenis lapar
yang dipengaruhi oleh budaya.
Sebagai media dengan content berbasis budaya, khususnya budaya Jawa, materi yang
disajikan sarat dengan budaya. Isi majalah sebagaimana umumnya terdapat rubrik berita
seperti yang disajikan media massa nasional. Artikel maupun rubrik yang terdapat dalam
majalah terdiri dari berbagai macam, tentang tokoh, masalah nasional, berita kriminal,
cerita pendek, cerita bersambung, cerita misteri, tanya jawab hukum, agama, cerita
wayang, olahraga, bahkan ada rubrik untuk remaja yang terdiri dari profil, roman remaja
dan tekno. Untuk menyambung silaturahim dengan pembaca terdapat rubrik surat
pembaca, rubrik foto anak, dan teka-teki silang.
Pada saat pertama kali diterbitkan pada 2 September 1933, Panjebar Semangat
memiliki misi untuk menyatukan bangsa Indonesia yang kala itu masih terpecah atas suku-
suku bangsa, sampai-sampai dijuluki sebagai majalah agitator. Untuk itu bahasa Jawa
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 69
ngoko dijadikan bahasa pengantar dalam majalah, agar terasa lebih luwes dan akrab
dengan pembaca dari berbagai kalangan. Setelah Indonesia merdeka, Panjebar Semangat
mengganti misi sebagai majalah pelestari bahasa dan budaya Jawa. Sasaran pembacanya
meluas terutama bagi generasi muda, dengan tujuan utama menambah wawasan bagi
generasi muda tentang bahasa dan budaya Jawa, untuk itu beberapa lembaga sekolah,
khususnya di Jawa Timur, menjadi pelanggan majalah Panjebar Semangat yang digunakan
sebagai salah satu suplemen dalam mata pelajaran bahasa Jawa.
Di beberapa propinsi di Indonesia, ada mata pelajaran muatan lokal berupa pelajaran
bahasa daerah, diantaranya di Propinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur. Dengan demikian, diharapkan pengetahuan budaya Jawa dan regenerasi penutur
bahasa Jawa tidak hilang tergerus arus globalisasi yang melanda setiap aspek kehidupan.
Agar visi dan misi majalah Panjebar Semangat dapat mencapai segala lapisan
masyarakat luas penampilan majalah luar menjadi perhatian. Kebanyakan gambar sampul
menyajikan sisi human interest, misalnya foto penari reog, pedagang nasi, penabuh
gamelan, wayang orang dan semacamnya yang menggambarkan sisi menarik dari
seseorang maupun suatu benda yang jarang mendapat perhatian. Karakteristik majalah,
salah satu poinnya adalah menggunakan cover atau sampul majalah sebagai daya tarik
(Ardianto,2007). Isi majalah Panjebar Semangat secara umum menjadikan budaya
sebagai porsi terbesar, diantaranya pengetahuan aksara Jawa, cerita pewayangan, artikel
tentang peninggalan budaya jawa, artikel tentang kegiatan budaya dan sebagainya.
Arus informasi saat ini yang dikuasai oleh media massa nasional maupun
internasional dengan tampilan dan isi yang kompetitif, serta berbahasa pengantar Indonesia
maupun Inggris. Panjebar Semangat yang berbahasa Jawa dan masih memiliki pembaca
merupakan fenomena tersendiri. Bahkan mereka menjadi pelanggan setia yang senantiasa
menanti terbitnya Panjebar Semangat. Hal ini diakui oleh pemimpin redaksi bahwa
kesetiaan tersebut yang menjadikan Panjebar Semangat tetap eksis hingga saat ini
(http://majalah.tempointeraktif.com diakses 12 November 2009).
Pelanggan Panjebar Semangat dalam berlangganan sebagian besar adalah pelanggan
langsung yang membayar dimuka untuk kemudian setiap waktu terbit akan langsung
mendapat kiriman majalah tersebut dari kantor redaksi. Sekitar 90% dari oplah langsung
didistribusikan. Ada dua macam pendistribusian yaitu melalui agen dan langsung. Yang
pelanggan langsung akan dikirim dengan jasa pos menggunakan perangko berlangganan
dan ada yang langsung diantar oleh kurir yang bekerja sama dengan perusahaan. Beberapa
pelanggan berlangganan dengan cara mengecer. Dan sisanya disalurkan ke agen-agen di
luar wilayah Surabaya.
Wilayah distribusi majalah ini meliputi pulau-pulau besar di Indonesia mulai dari
Sumatera Utara hingga Kalimantan Timur, dan beberapa wilayah di luar negeri seperti
Suriname, Kaledonia, New Zealand, Los Angeles, New York dan Den Haag. Di wilayah
Malang, satu agen utama Panjebar Semangat menerima 262 oplah majalah setiap kali
terbit untuk didistribusikan kepada pelanggan di wilayah Malang baik kota maupun
kabupaten. Untuk daerah kecil seperti Kepanjen dan Bululawang, jatah oplah diambil oleh
sub agen. Beberapa majalah diantar langsung kepada pelanggan yang beralamat di sekitar
agen, dan ada pula pelanggan yang mengambil sendiri majalahnya.
Melihat keadaan semacam itu, tampak bahwa majalah Panjebar Semangat masih
memiliki celah pasar tersendiri diantara persaingan ketat industri penerbitan media massa.
Jika melihat pasang surut perkembangan media di Indonesia serta berkembangnya arus
informasi serta teknologi informasi, sulit dipercaya bahwa Panjebar Semangat mampu
bertahan sejauh ini, meskipun dalam perjalanannya oplah yang dihasilkan terus mengalami
penurunan.
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 70
Mempertahankan eksistensi sebuah media massa khususnya majalah yang sangat
tersegmentasi sangat tidak mudah. Mulai terbit tahun 1933 dan sempat dibreidel
pemerintahan penjajah Jepang pada 1942 dengan larangan terbit, menyita mesin-mesin
cetak serta “membuang” pemimpin redaksi Panjebar Semangat saat itu, Imam Soepardi,
ke Ngawi Jawa Timur. Panjebar Semangat terbit kembali pada tahun 1949 dengan format
majalah mingguan. Pada tahun 1960-1961 Panjebar Semangat mencapai masa puncak
dengan oplah sebanyak 88.000 eksemplar sekali terbit. Rekor tersebut hanya mampu
disaingi oleh Star Weekly (di bawah Kompas).
Pencapaian yang luar biasa untuk sebuah majalah berbahasa daerah. Kompetitor
sesama majalah berbahasa daerah lainnya yakni Jaya Baya (berdiri tahun 1946) kini berada
di bawah „asuhan‟ Jawa Pos hanya memiliki sekitar 10.000 pelanggan dan Djoko Lodhang
hanya beroplah sekitar 8.000 untuk pembacanya yang meskipun ada pembaca mahasiswa
tapi hanya sekedar untuk bahan penelitian (http://majalah.tempointeraktif.com, diakses 12
Nov 2009). Dan kini oplah majalah bertahan di kisaran 12.000 eksemplar tiap terbit.
Keeksisan Panjebar Semangat melewati gejolak ekonomi, politik dan sosial adalah
hasil kreativitas pengelola majalah. Dan kini majalah ini berjuang menggapai misi jangka
panjang yang ingin dicapai yakni agar generasi muda mau dan terus membaca Panjebar
Semangat serta melanjutkannya hingga anak cucu (http://www.jawapos.com, diakses 12
Nov 2009). Untuk menarik minat generasi muda, redaksi sudah memiliki konsep dan
strategi yakni dengan mengajak generasi muda menulis.
Sejauh ini hasilnya cukup menggembirakan karena redaksi mendapat kiriman rata-
rata tiga naskah perhari. Bahkan redaksi bersedia memperbaiki naskah yang memang perlu
diperbaiki agar sesuai dengan pakem bahasa Jawa (http://www.surabayapost.co.id, diakses
29 Okt 2009). Dengan demikian, diharapkan proses regenerasi pembaca dan penulis
menggunakan bahasa Jawa dapat terwujud meskipun lambat.
Pembaca yang memilih membaca majalah berbahasa daerah mempunyai motif
tersendiri dalam menjatuhkan pilihannya. Hubungan antara pembaca dan majalah tersebut
seperti hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Majalah memberi apa
yang dibutuhkan oleh pembacanya, dan pembaca menyumbang bagi kelangsungan
eksistensi majalah. Dengan menggali lebih dalam faktor internal dari diri pembaca akan
diperoleh sesuatu yang menjadi benang merah ikatan emosional antara pembaca dan
majalahnya.
Dengan harga majalah 8000 rupiah per-eksemplar untuk daerah Jawa dan 8500
rupiah untuk luar Jawa, redaksi harus ketat mengatur keuangan demi menerbitkan majalah
setiap minggunya. Mengingat rata-rata usia pelanggan yang sudah senja, ada kekhawatiran
tersendiri bagi pimred jika mereka telah berpulang dan anak keturunannya tidak mau
meneruskan berlangganan, akan makin habis pelanggan Panjebar Semangat, inilah yang
dikatakan bahwa proses regenerasi pembaca/pelanggan Panjebar Semangat sangat sulit,
meskipun telah dilakukan strategi berupaya mengundang penulis-penulis muda.
Para pelanggan yang setia pada Panjebar Semangat merupakan fenomena yang
menarik untuk diketahui faktor dan latar belakang yang menimbulkan selera terhadap
majalah ini. Beragam pilihan media massa modern dengan pesan bervariatif, termasuk
majalah sejenis tidak menggoyahkan pilihan mereka. Pembaca memilih media tertentu
dilandasi oleh suatu motif. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motif seseorang,
semakin besar kemungkinan pesan komunikasi diterima dengan baik oleh orang tersebut.
Motif itu sendiri sebenarnya hanyalah impuls atau dorongan yang memberi energi pada
tindakan manusia di sepanjang lintasan kognitif atau perilaku ke arah pemuasan kebutuhan
(Lull,1998).
Motif menimbulkan preferensi pada diri seseorang. Bahkan menurut Srihono, staf TU
Panjebar Semangat, dorongan memilih dan membaca majalah tersebut dapat dikatakan
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 71
sebagai suatu bentuk fanatisme yakni kecintaan yang berlebih terhadap budaya Jawa.
Selera pembaca terhadap Panjebar Semangat didasari kesadaran bahwa mereka akan
mendapatkan sesuatu yang diyakini mampu dipenuhi oleh majalah tersebut.
Preferensi atau selera ini menjadi latar belakang yang kuat bagi seseorang untuk
menentukan pilihan di antara beragam media massa termasuk media massa sejenis dan
menjadikannya setia pada pilihannya tersebut. Jika hanya mengandalkan majalah Panjebar
Semangat untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan, terdapat bermacam media
massa yang menawarkannya dan bahkan lebih variatif serta inovatif dibandingkan
Panjebar Semangat. Rasa suka dan selera yang tinggi terhadap majalah berbahasa daerah
mendorong pembaca Panjebar Semangat menjadikan majalah tersebut sebagai prioritas
utama. Latar belakang timbulnya selera terhadap majalah Panjebar Semangat akan
menarik untuk dipahami.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini ditetapkan sebagai berikut:
pertama, mengungkap latar belakang timbulnya preferensi pelanggan dalam memilih
Panjebar Semangat di antara beragam pilihan media sehingga tetap mau membaca dan
berlangganan Panjebar Semangat sejak mengenal majalah hingga kini. Kedua,
mengungkap isi pesan yang disukai oleh pembaca dari majalah Panjebar Semangat.
Metode Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Perumnas Sawojajar Malang, sebagai wilayah perumahan
yang heterogen, sehingga diharapkan menemukan sesuatu yang menarik dalam proses
penelitian. Untuk melengkapi data primer akan digali data sekunder dari berbagai sumber
yang berkaitan.
Penelitian dilakukan secara eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Eksploratif
berupaya mencari tahu sedetil-detilnya dengan pendalaman masalah yang ingin diketahui.
Kualitatif berupaya mengadakan pendekatan subjektif dengan asumsi bahwa individu
adalah manusia bebas dan aktif dalam berperilaku dan memaknai realitas sosial. Penelitian
ini bertujuan menjelaskan sebuah fenomena dengan sedalam-dalamnya, untuk itu
pendekatan kualitatif dipilih karena akan mendapatkan kualitas data bukan kuantitas data
(Kriyantono,2008:55-57).
Tipe penelitian menggunakan tipe deskripif kualitatif. Analisis yang dilakukan tidak
untuk mencari data tetapi untuk memahami sebuah proses dan fakta dan bukan untuk
sekedar menjelaskan fakta (Bungin, 2008:144). Perspektif yang digunakan adalah
perspektif emic yakni informasi dikumpulkan dan diupayakan terdeskripsi berdasarkan
ungkapan, cara berpikir, pandangan, dan interpretasi para informan sehingga akan
terungkap preferensi mereka berlangganan dan membaca Panjebar Semangat
(Hamidi,2008:154). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
mendalam dan pengamatan, serta studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian.
Unit analisis data penelitian ini adalah individu yaitu pelanggan Panjebar Semangat
di perumnas Sawojajar Malang. Pemilihan subjek penelitian ditentukan dengan kriteria
tertentu yang merupakan purposive sampling. Setelah memperoleh informan yang
dimaksud, teknik penggalian data menggunakan snow-ball yang pada prinsipnya adalah
menggali data dengan cara bergulir dari satu informan ke informan lain. Informan yang
dijadikan sasaran penelitian ditentukan dengan kriteria tertentu yakni: pelanggan yang
berlangganan dengan iuran bulanan melalui agen sekitar perumnas Sawojajar, minimal
telah 2 tahun berlangganan.
Dari lima pelanggan diperoleh dua pelanggan yang memenuhi kriteria. Unit analisis
yang kedua adalah situasi sosial (social setting) informan, terutama yang berkaitan dengan
latar belakang sosial mereka meliputi asal-usul keturunan, perkenalan pertama dengan
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 72
majalah berbahasa daerah, kegiatan keseharian di lingkungan rumah, perilaku membaca
majalah Panjebar Semangat, keterlibatan dengan majalah, media massa lain yang
dikonsumsi, dan harapan ke depan terhadap majalah Panjebar Semangat.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis Kategori Sosial
Analisis kategori sosial ini diletakkan di awal sebagai alat untuk menganalisa data
yang diperoleh selama penelitian setelah mengetahui bahwa latar belakang sosial ternyata
membangun ketertarikan awal terhadap media. Ini dialami oleh para subjek penelitian.
DeFleur mengemukakan teori efek media massa terhadap khalayak dalam empat
perspektif, yaitu :
1. Teori Perbedaan Individu; dengan asumsi bahwa pesan-pesan yang disampaikan media
massa diterima oleh individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan personal
individu. Efek pada tiap individu akan beragam karena terdapat faktor psikologis dalam
menerima pesan. Masing-masing individu memiliki perhatian, minat, dan keinginan
yang berbeda;
2. Teori Penggolongan Sosial; asumsi teori ini menyatakan bahwa individu dalam
kategori sosial tertentu cenderung memiliki perilaku atau sikap yang sama terhadap
rangsangan-rangsangan media massa. Berdasarkan penggolongan sosial ini muncul
media massa dengan spesialisasi tertentu yang ditujukan bagi golongan tertentu pula.
Misalnya majalah anak-anak, majalah olahraga, dan sebagainya;
3. Teori Hubungan Sosial; memiliki asumsi bahwa pesan-pesan media massa lebih
banyak diterima individu melalui hubungan personal dibanding langsung dari media
massa. Informasi tersebar melalui hubungan-hubungan sosial. Teori ini digambarkan
dalam model two steps flow communication, yakni individu-individu menerima pesan
media massa melalui pemuka pendapat, dan;
4. Teori Norma Budaya; dengan asumsi bahwa informasi yang disampaikan oleh media
massa dengan cara tertentu dapat menimbulkan kesan yang oleh khalayak disesuaikan
dengan norma dan nilai budayanya. Media massa dapat mempengaruhi budaya dalam
masyarakat dengan cara: a) memperkuat budaya yang telah ada; b menciptakan pola
budaya baru, dan; c) mengubah budaya lama dengan budaya baru yang berbeda.
Asumsi perspektif kategori sosial berbunyi bahwa dalam masyarakat luas terdapat
kelompok-kelompok sosial yang memiliki reaksi cenderung sama terdapat stimuli tertentu.
Kategori sosial ini berdasarkan usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi berupa tingkat
pendidikan dan pendapatan, suku, tempat tinggal, dan keyakinan. Anggota kelompok-
kelompok tersebut akan menampilkan kecenderungan memilih isi komunikasi yang sama
dan akan memberi respon terhadap isi tersebut dengan cara yang hampir sama pula.
Subjek penelitian berasal dari kategori sosial berdasarkan usia yang sebaya.
Keduanya dilahirkan pada masa menjelang kemerdekaan, artinya waktu itu dalam
masyarakat ikatan kebangsaan belum terlalu kuat, yang ada hanya ikatan kesukuan.
Dilahirkan di tanah Jawa yang lingkungan sosialnya sangat kuat dalam tradisi budaya
Jawa, termasuk lingkungan keluarga. Sejak masa kanak-kanak, mereka telah diisi dengan
segala hal yang berkaitan dengan tradisi Jawa sehingga budaya Jawa menjadi acuan dalam
membentuk pola pikir dan pola sikap mereka. Akibatnya muncul kecenderungan sikap
yang nyaris sama dalam memilih media, sebagai orang yang berasal dari Jawa media yang
dipilihnya adalah media massa berbahasa Jawa dengan muatan budaya Jawa.
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 73
Perasaan dan kesadaran bahwa mereka adalah suku Jawa menjadikan mereka lebih
menaruh perhatian dan antusias jika menyentuh hal-hal yang menyangkut Jawa. Tingkat
pendidikan yang dimiliki para informan ternyata menguatkan kecenderungan bagi mereka
untuk memilih media yang berlatar belakang budaya Jawa. Dengan tingkat pendidikan,
keluasan pengetahuan serta wawasan dan pengalaman masa kecil menguatkan keinginan
mereka berlangganan dan membaca Panjebar Semangat sebagai salah satu upaya ikut
melestarikan budaya dan seni Jawa. Perasaan emosional berupa kedekatan dengan media
tersebut juga sangat tebal karena mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang yang
memiliki kesamaan minat.
Kedekatan khusus dengan majalah Panjebar Semangat bahkan telah dijalin oleh Ibu
Seno sejak masih kanak-kanak. Dapat dikatakan inilah media massa pertama yang
dikenalnya. Hal ini melekat kuat dalam memori sehingga pilihan kesukaan jatuh pada
majalah yang telah dikenalnya sejak lama. Pak Tris secara kebetulan menemukan majalah
Panjebar Semangat pertama kali. Begitu mengetahui isinya dan cocok, hatinya langsung
terpaut pada majalah tersebut. Bisa saja terjadi kemungkinan jika saat awal yang dipilih
adalah majalah lain, maka kesukaannya tentu majalah itu. Tetapi yang menjadi penekanan
disini adalah karena lingkungan sosial mereka adalah budaya Jawa, maka interaksi dengan
lingkungan itulah yang mendorong mereka memilih majalah berbahasa Jawa.
Dalam hubungan sosial, Ibu Seno memilih cara aman dengan berinteraksi melalui
rubrik layang saka warga. Sementara Pak Tris lebih luas lagi karena menggunakan
Panjebar Semangat sebagai salah satu bahan referensi untuk kegiatan sosialnya berupa
dunia pembawa acara, penuntun upacara adat Jawa, terutama acara pernikahan, dan
sebagai penyiar radio dalam acara budaya Jawa di salah satu radio swasta dua kali dalam
seminggu. Menurut pandangan teori norma budaya, majalah Panjebar Semangat, bagi para
informan memperkuat budaya yang telah ada, namun sekaligus juga menggali lagi budaya
yang telah lama ditinggalkan di masa sekarang ini.
Bagi informan, dengan membaca majalah berbahasa daerah mereka menjalankan
fungsi utama bahasa yang diutarakan oleh Krech (1962), diantaranya mencerminkan
kepribadian dan kebudayaan mereka serta meningkatkan pertumbuhan serta pewarisan
kebudayaan manusia. Tujuan utama bagi mereka membaca majalah berbahasa Jawa adalah
agar tidak melupakan akar budaya dari mana mereka berasal. Dengan ikut membaca
majalah berbahasa Jawa berarti mereka telah ikut menjaga kelestarian budaya yang mereka
miliki.
Analisis Teori Tindakan Sosial
Tindakan informan memilih berlangganan dan membaca majalah Panjebar Semangat
didasari rasionalitas instrumenal. Para informan melakukan tindakan tersebut atas dasar
pertimbangan dan pilihan yang sadar. Ibu Seno memilih Panjebar Semangat karena merasa
cukup memperoleh informasi yang ingin diketahui, dan yang lebih penting bagi Ibu Seno
adalah majalah digunakan sebagai sarana berinteraksi dengan orang lain secara aman dan
nyaman bagi dirinya.
Tindakan yang diambil Ibu Seno juga dapat dikategorikan sebagai tindakan
tradisional yakni meneruskan kebiasaan berlangganan dan membaca Panjebar Semangat
seperti yang dahulu dilakukan sang ayah. Hanya saja pilihan itu dilakukan dengan sadar
karena mengetahui manfaat bagi dirinya sendiri, sementara menurut Weber tindakan
tradisional diikuti tanpa kesadaran dan perencanaan. Manusia, dengan semakin maju dan
luas pengetahuan serta pemikiran, tidak seluruhnya dapat digolongkan pada tindakan
tradisional tanpa perencanaan dan pemikiran. Manusia kini semakin kritis. Keinginan
mengikuti tradisi yang dilakukan tanpa perencanaan dan pemikiran. Manusia kini semakin
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 74
kritis. Keinginan mengikuti tradisi yang dilakukan nenek moyang dilakukan dengan
penjelasan ilmiah, jikapun ada yang belum terdeteksi secara ilmiah, tradisi dapat diikuti
dengan peertimbangan manfaat positif.
Penjelasan ilmiah bagi tradisi nenek moyang secara nyata dilakukan oleh Pak Tris.
Aktivitas Pak Tris di bidang seni dan budaya yang berakar dari tradisi nenek moyang
menuntut untuk dapat menjelaskan tradisi secara ilmiah. Bagi Pak Tris, tindakan
berlangganan dan membaca Panjebar Semangat diambil dengan kesadaran dan
pertimbangan bagi aktivitas yang dilakukan di masa pensiun. Panjebar Semangat menjadi
salah satu referensi dalam membawakan acara budaya di salah satu radio swasta. Panjebar
Semangat, sebagai salah satu media berbahasa Jawa di Indonesia, ternyata juga berupaya
menelaah seni dan budaya Jawa agar diterima secara positif di kalangan generasi muda.
Karena itulah Pak Tris menggunakan Panjebar Semangat sebagai salah satu sumber
rujukan dalam aktivitasnya.
Selain isi majalah secara keseluruhan yang digunakan sebagai sumber referensi bagi
Pak Tris, rubrik layang saka warga menjadi point perhatian terbesar diantara berbagai
rubrik yang ada. Layang saka warga menjadi wadah berinteraksi bagi Pak Tris dengan
sesama pencinta seni dan budaya Jawa atau siapapun yang memiliki perhatian di bidang
ini. Majalah Panjebar Semangat tidak hanya dijadikan sarana berinteraksi antar pembaca,
dan suplemen pengetahuan, tetapi juga sebagai sarana menuangkan kreativitas menulis
yang memberikan manfaat secara ekonomis meskipun tak banyak.
Pak Tris tidak meneruskan tradisi berlangganan dari orang tua maupun keluarga yang
lain. Keputusan yang diambil adalah murni keputusan sendiri sebagai seorang yang terlahir
sebagai suku Jawa, sehingga merasa tanggung jawab melestarikan budaya suku terletak di
pundaknya. Tindakan Pak Tris melestarikan budaya adalah meneruskan tradisi dan
membagikannya dengan orang lain, dengan menggunakan majalah Panjebar Semangat
sebagai salah satu sumber rujukan.
Analisis Teori Pilihan Rasional
Teori Pilihan Rasional menjadikan proses pembuatan keputusan individual sebagai
dasar analisisnya. Teori ini digunakan dalam menganalisa pada tingkat mikro tanpa
mengaitkan pada paparan makro. James S. Coleman mengemukakan gagasan dasar pilihan
rasional yakni bahwa tindakan seseorang mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu
beserta tindakannya ditentukan oleh nilai atau pilihan. Pengambilan keputusan memilih
oleh individu dilatarbelakangi individu sebagai individu, individu sebagai bagian
kelompok sosial dan karena adanya kelompok acuan (reference group).
Para subjek yang telah memiliki landasan pemikiran dan sikap yang harus menganut
nilai-nilai dalam budaya Jawa. Sejak dini nilai-nilai tersebut telah ditanamkan sehingga
menjadi dasar dalam setiap tindak tanduk yang mereka lakukan. Misalnya para subjek
memilih membaca Panjebar Semangat diantara berbagai macam pilihan yang ada karena
bahasa yang digunakan media tersebut merupakan bahasa yang mereka gunakan sehari-
hari. Meskipun pada akhirnya mereka juga menguasai bahasa Indonesia dan
penggunaannya pun semakin meluas, namun sulit untuk melepaskan kebiasaan yang telah
dilakukan berpuluh tahun. Di kalangan keluarga mereka masih menggunakan bahasa Jawa,
sedangkan jika bergaul di masyarakat yang heterogen mereka menggunakan bahasa
Indonesia.
Subjek bertindak sebagai aktor yang memiliki keleluasaan untuk memilih. Subjek
mengambil keputusan memilih dengan dasar pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya untuk memilih yang tepat dan terbaik bagi dirinya. Rasional bahwa pilihan
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 75
dilakukan dengan pemikiran yang masuk akal atau dengan alasan tertentu yang akan
menghasilkan tujuan terbaik bagi pemilih.
Para informan penelitian ini memilih membaca Panjebar Semangat dengan dasar
pengalaman masa lalu yang pernah membaca dan tahu isi majalah. Pak Tris memilih
Panjebar Semangat pada awalnya karena tertarik begitu saja pada sampulnya. Setelah
melihat isinya dan sesuai dengan yang diminati, majalah tersebut kemudian dipilih sebagai
bacaan. Secara rasional informan memilih majalah Panjebar Semangat karena kesesuaian
dengan bahasa pengantar yang dikuasai serta isinya. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai
kedua informan agak berbeda.
Ibu Seno memilih Panjebar Semangat karena telah kenal sejak usia kanak-kanak.
Tujuan yang ingin dicapai adalah bisa menjalin atau berinteraksi dengan orang-orang yang
dikenal di masal lalu sekaligus berbagi hal mengenai seni dan budaya Jawa. Hal ini
terungkap dari penuturan Ibu Seno yang suka membaca rubrik layang saka warga pada
saat pertama kali menerima majalah terbitan baru. Selain mencari kemungkinan ada nama
yang telah dikenal, Ibu Seno juga mencari seseorang yang mungkin butuh pertolongan
yang dapat dilakukannya.
Membaca Panjebar Semangat khususnya sariwarta, bertujuan agar tidak ketinggalan
berita hangat karena Ibu Seno tidak membaca media cetak lain kecuali buku-buku tertentu
dan jarang melihat siaran televisi. Berinteraksi dengan seseorang melalui surat pembaca
menurut Ibu Seno terasa aman karena interaksi hanya dilakukan saat itu dan jika urusan
telah selesai maka berakhir pula interaksi tersebut. Hal ini terungkap melalui penuturan Ibu
Seno tentang seorang pembaca di Semarang yang membutuhkan buku “Oriba”.
Bagi Pak Tris, pada awalnya memilih Panjebar Semangat tanpa pemikiran rasional
karena hanya tertarik begitu saja, mengambil majalah membuka-buka sambil melihat
sekilas isinya. Setelah sekian waktu membacanya dan semakin intensif kala memasuki
masa pensiun timbul pemikiran dan tindakan rasional yaitu bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan sebagai rujukan bagi kegiatan di masa pensiun. Pak Tris yang mulai
menggeluti dunia MC dan siaran bahasa daerah sangat terbantu dengan adanya Panjebar
Semangat. Selama ini majalah yang dijadikan rujukan oleh Pak Tris hanya Panjebar
Semangat, rujukan lain yang digunakan buku-buku lama mengenai seni dan budaya Jawa
serta kamus bahasa Jawa Kuna dan Jawa Kawi.
Analisis Perspektif Uses and Gratification
Asumsi teori ini pertama kali dikenalkan oleh Blumer dan Katz tahun 1974 yaitu
bahwa pengguna media berperan aktif dalam usahanya mencari sumber media yang paling
baik dalam memenuhi kebutuhannya. Artinya manusia punya wewenang untuk
memperlakukan media. Mereka bebas memutuskan media yang dipilih, bagaimana
menggunakannya, dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya (dalam Nurudin,
2007:192).
Jelasnya, teori ini menyatakan bahwa orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan-keinginan yang dapat dipenuhi dengan menggunakan media massa, misalnya
berlangganan, membaca, menonton atau mendengarkan (Hamidi,2007:77). Orang aktif
mencari media massa yang akan memuaskan kebutuhannya. Kemudian oleh McQuail dan
Gurevitch menambahkan dengan beberapa pendekatan dan rumusan teori. Penyebab
penggunaan media terletak dalam lingkungan sosial atau psikologis yang dirasakan sebagai
masalah dan media digunakan untuk menanggulangi masalah itu (McQuail, 1991:217).
Menggunakan asumsi tersebut, terlihat bahwa lingkungan sosial informan dan sisi
psikologis mereka mendukung dipilihnya media berbahasa daerah. Lingkungan sosial
berbudaya Jawa disertai penanaman nilai dan norma Jawa sejak dini menjadikan mereka
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 76
menganggap nilai dan norma yang dianut adalah yang terbaik dalam menjalani kehidupan.
Sekalipun di tengah kehidupan akan bermunculan pengaruh-pengaruh lain yang kuat, apa
yang telah tertanam dalam benak informan tidak akan mudah tergoyah begitu saja. Kedua
informan sebagai orang Jawa yang sejak kecil menggunakan bahasa Ibu (:Jawa) sebagai
bahasa pengantar baik di lingkungan keluarga maupun sosial menjadi penyebab mereka
memilih media massa berbahasa daerah. Rasa puas terpenuhi dengan kesesuaian bahasa
yang digunakan oleh mereka sehari-hari.
Ibu Seno sejak kecil telah mengenal Panjebar Semangat, sejak itu pula ia merasa
bahwa majalah tersebut ternyata memenuhi kebutuhannya, terutama dalam masalah
bahasa. Di masa kecil Ibu Seno masih amat sedikit yang menggunakan bahasa Indonesia.
Demikian pula yang dialami Pak Tris. Lingkungan keluarga dan sosialnya yang
menggunakan bahasa Jawa mendorong untuk memilih media massa berbahasa daerah.
Pada masa itu juga masih amat sedikit media massa yang tersedia, siaran radio dan televisi
masih sulit diikuti akibat situasi dan kondisi negara yang belum stabil, sehingga pilihan
terbanyak hanya media cetak yang umumnya diproduksi lokal dan wilayah edarnya pun
terbatas. Panjebar Semangat memang diproduksi di wilayah Surabaya dan beredar di
sekitar wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Memilih menggunakan Panjebar Semangat, dengan dibaca, merupakan tindakan
aktif informan yang dilatarbelakangi faktor sosial dan pilihan rasional mereka. Artinya
penggunaan dan kepuasan terhadap media ini disebabkan oleh latar belakang golongan
sosial mereka sebagai orang Jawa. Orang Jawa yang memiliki bahasa Jawa menimbulkan
keinginan memilih media massa berbahasa Jawa, artinya pilihan mereka adalah rasional
atau masuk akal. Kepuasan yang diperoleh secara umum adalah mereka menunjukkan diri
sebagai orang yang menghargai media massa berlatar belakang budayanya sendiri.
Kepuasan lebih dalam diperoleh dari rubrik-rubrik yang disajikan dalam majalah
Panjebar Semangat. Secara kebetulan, kedua informan memiliki kesukaan membaca
terlebih dahulu rubrik layang saka warga. Bagi Ibu Seno, rubrik ini mengundang rasa
penasaran untuk mengetahui nama-nama siapa yang suratnya dimuat dengan harapan
mengenal salah satu nama tersebut. Jika tidak ditemukan nama yang dikenal, maka isi surat
menjadi perhatian berikutnya. Sekiranya isi surat ada yang membutuhkan sesuatu bantuan
berupa barang atau informasi yang sanggup disediakan oleh Ibu Seno, maka dengan segera
dan senang hati Ibu Seno akan menindaklanjuti. Contoh kasus ini adalah buku mengenai
Oriba yang hingga kini sangat terkesan di hati dan ingatan Ibu Seno dilihat dari cara
bertuturnya. Oleh Ibu Seno, berinteraksi melalui layang saka warga merupakan cara yang
aman bagi dirinya yang sangat menjaga martabat sebagai seorang janda yang tinggal
berdua saja dengan pembantunya. Selain layang saka warga, Ibu Seno menggunakan
rubrik sariwarta yang berisi rangkuman berita hangat selama sepekan untuk menambah
wawasan karena ia dapat dikatakan tidak menggunakan media massa lain seperti membaca
surat kabar atau majalah serta melihat tayangan televisi secara rutin. Bagi Ibu Seno
kepuasan memperoleh berita terkini telah dicukupi oleh rubrik sariwarta dalam majalah
Panjebar Semangat. Kedua rubrik ini yang menjadi pusat perhatian Ibu Seno dalam
menggunakan Panjebar Semangat. Rubrik yang lain dibaca jika ada keinginan
membacanya sebagai hiburan waktu senggang.
Pak Tris juga menjadikan rubrik layang saka warga sebagai wadah berinteraksi
antar sesama peminat seni dan budaya Jawa. Dengan niat untuk terus menjaga kelestarian
seni dan budaya Jawa, Pak Tris sangat bahagia jika ada suatu masalah yang ditanggapi
dengan serius oleh orang yang dianggap mumpuni dalam hal tersebut. Dari rubrik itu pula
kepuasan diperoleh Pak Tris jika mendapati suatu jawaban atas permasalahan seni dan
budaya Jawa yang terjadi dalam keseharian hidup, apakah mengenai nilai, norma atau
bahasa Jawa.
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 77
Kepuasan bagi Pak Tris bertambah jika ada kiriman naskahnya yang dimuat, berupa
cerita pendek atau cerita misteri. Meski belum secara rutin mengirim naskah tulisan, tetapi
telah dari sekali karangan Pak Tris dimuat. Rasa puas jika dimuat bertambah dengan
diperolehnya honor dari pemuatan tulisan tersebut, meskipun itu bukan tujuan utama
karena honor yang diterima tidaklah sebanyak jika dimuat di media massa terkenal.
Artinya Pak Tris tidak hanya membaca Panjebar Semangat untuk kepuasan informasi dan
berinteraksi, tetapi juga menggunakan Panjebar Semangat sebagai wadah menyalurkan
kemampuan menulis di masa pensiunnya kini. Bahkan tidak hanya kepuasan yang
diperoleh Pak Tris tetapi lebih dari itu, selain melatih otak untuk terus berpikir agar tidak
lekas pikun, juga turut dalam usaha melestarikan seni dan budaya Jawa.
Para informan juga sepakat bahwa cerita misteri dalam Panjebar Semangat, alaming
lelembut, merupakan ciri khas majalah sebagaimana diakui oleh pihak pengelola majalah
dan pembaca setia majalah ini. Cerita misteri yang dibalut nuansa tradisional Jawa sangat
dinanti para pelanggan Panjebar Semangat. Pak Tris pernah mengirimkan naskah cerita
misteri semacam ini dan dimuat. Ini juga merupakan salah satu faktor pemikat dari
Panjebar Semangat terhadap pembacanya yang benar-benar mengharapkan kepuasan dari
cerita berlatar belakang budaya dan kepercayaan Jawa.
Kesimpulan
Preferensi, kesukaan, atau selera seseorang terhadap majalah berbahasa daerah
didorong oleh latar belakang golongan dan kehidupan sosial. Seseorang yang lahir dan
dibesarkan dari golongan tertentu akan memiliki atensi tinggi terhadap segala sesuatu yang
menyangkut golongannya itu. Pembaca majalah berbahasa daerah berasal dari golongan
yang menguasai bahasa daerah tersebut.
Pembaca Panjebar Semangat berasal dari golongan suku Jawa, lahir dan dibesarkan
dalam lingkungan yang berinteraksi dengan bahasa Jawa sekaligus mendapatkan nilai dan
norma budaya Jawa dalam menjalani kehidupannya. Kasus ini ditemukan pada informan
penelitian, meskipun terdapat perbedaan waktu dalam mengenal majalah Panjebar
Semangat. Seorang informan telah mengenal Panjebar Semangat sejak bisa membaca huruf
latin dan seorang informan mengenal secara tidak sengaja hanya karena kebetulan
menemukan bahwa isi majalah sesuai dengan pemahaman pola pikirnya.
Timbulnya preferensi yang ditemukan melalui penelitian ini memperlihatkan bahwa
latar belakang golongan dan kehidupan sosial para informan menjadi pendorong
munculnya preferensi. Ketika preferensi muncul dan menemukan media yang sesuai, maka
majalah Panjebar Semangat tidak hanya sekedar dibaca sebagai pemenuhan diversi, tetapi
kemudian menjadi wadah berinteraksi antar pembaca yang memiliki interest yang sama.
Majalah Panjebar Semangat menjadi perpanjangan indera bagi pembacanya untuk
mencapai kepuasan berinteraksi dengan sesama komunitas berlatar belakang golongan
sama.
Kesamaan minat terutama bahasa, karena untuk berinteraksi melalui majalah harus
menggunakan bahasa Jawa, menjadikan para pembaca memiliki kedekatan emosi dan
Panjebar Semangat bertindak sebagai fasilitator atau perantara di antara mereka. Hal ini
terungkap dari penuturan informan yang meengutamakan membaca dan memperhatikan
rubrik surat pembaca (layang saka warga). Keduanya pernah terlibat secara langsung
dalam berinteraksi dengan pembaca lain, baik melalui percakapan langsung via telepon
maupun melalui surat pembaca balasan.
Panjebar Semangat tidak hanya menjadi sekedar majalah untuk dibaca kemudian
disimpan , tetapi juga menjadi suatu wacana rujukan penambah pengetahuan, wadah untuk
mengasah ketrampilan menulis dan asah otak dengan digunakannya majalah tersebut
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 78
sebagai wadah berpartisipasi menyumbang tulisan dan sebagai wadah hiburan bermanfaat
dengan mengisi teka-teki silang, yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomis.
Meskipun demikian, keuntungan ekonomis bukan menjadi tujuan utama bagi informan.
Bagi kedua informan dalam penelitian ini Panjebar Semangat lebih dari sekedar
majalah bacaan hiburan, tetapi lebih dari itu digunakan sebagai wadah mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman baru serta menunjukkan kebanggaan mereka sebagai orang
Jawa. Kebudayaan Jawa yang mewarnai perjalanan hidup mereka menimbulkan preferensi
terhadap media massa berbahasa daerah.
Saran-Saran
Secara teoritik, implikasi dari hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian
dengan asumsi yang ditawarkan yakni bahwa kesukaan terhadap media massa berawal dari
lingkungan sosial tempat orang itu tumbuh. Namun kesesuaian itu tidak sepenuhnya benar
karena dalam salah satuasumsi yang ditawarkan oleh Weber, yakni bahwa tindakan
tradisional dilakukan tanpa kesadaran dan perencanaan tidak sesuai dengan yang dilakukan
informan. Di masa kini, dengan beragam informasi yang beredar di sekitar kita membawa
buah kekritisan. Segala sesuatu yang diikuti dari akar tradisi dapat dijelaskan secara ilmiah
dan rasional, sehingga saat ini orang telah mampu mempertimbangkan segala sesuatu dari
berbagai perspektif. Para informan berlangganan dan membaca Panjebar Semangat tidak
sekedar mengikuti tradisi atau ikut-ikutan, tetapi mereka telah mengambil dan merasakan
manfaat dari membaca Panjebar Semangat.
Preferensi tumbuh dalam pengaruh nilai dan norma yang diadaptasi dari lingkungan
sesorang baik dengan cara mempelajari maupun alami. Meskipun begitu ada kemungkinan
preferensi akan luntur seiring berubahnya lingkungan sosial yang dihadapi. Secara implisit
ditemukan dari ungkapan salah satu informan yang menyatakan bahwa jika tidak berjodoh
dengan orang yang sebudaya mungkin saja dirinya akan terpengaruh oleh budaya yang
dibawa pasangan hidupnya, dalam hal ini lingkungan sosialnya yang baru. Kekonstanan
menggunakan media massa yang sama membuat preferensi mereka bertahan karena adanya
faktor yang mendukung terpeliharanya preferensi tersebut, diiantaranya lingkungan dan
aktivitas sosial.
Latar belakang golongan mendorong timbulnya preferensi atau selera terhadap
sesuatu, dan dengan preferensi itu orang membuat pilihan rasional untuk terus
menggunakan media massa yang sama, meskipun terkadang rasa suka yang besar bisa
membuat orang tidak berpikir rasional, yang penting suka ya suka saja, begitu
ungkapannya. Padahal dibalik itu tanpa disadari ada sesuatu yang mendorong orang untuk
melakukan sesuatu karena rasa suka. Salah satu informan penelitian pada awalnya memilih
Panjebar Semangat tanpa pemikiran rasional karena dilakukan dengan asal ambil di antara
berbagai media cetak yang ada. Setelah mengetahui isinya yang sesuai baru ia terus
memilih menggunakan majalah itu dengan pemikiran rasional bahwa majalah tersebut
sangat membantunya menambah wawasan dan pengetahuan.
Perspektif kegunaan dan kepuasan tidak akan dapat berdiri sendiri. Dibalik
penggunaan dan kepuasan yang diberikan media massa ada pengaruh dari lingkungan
sosial dan pemikiran rasional yang menyertainya. Secara praktis, preferensi terhadap isi
Panjebar Semangat menunjukkan bahwa majalah ini digunakan sebagai wadah
berinteraksi antar pembaca. Saran bagi pengelola Panjebar Semangat, rubrik layang saka
warga ternyata sangat disukai oleh informan dalam penelitian ini. Porsi halaman rubrik
layang saka warga perlu ditanyakan pada para pelanggan apakah telah cukup memadai
menurut mereka. Banyak kisah dialami para informan melalui rubrik ini. Kedekatan antar
majalah dan pembaca akan lebih terasa jika Panjebar Semangat mampu menjadi
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 79
perpanjangan tangan silaturahim antar pembaca. Panjebar Semangat dapat menjadi wadah
pembentukan komunitas pencinta dan pelestari budaya Jawa, sehingga dalam mewujudkan
visi dan misi akan lebih transparan dengan tindakan nyata dari para anggota komunitas.
Eksistensi majalah berbahasa daerah di Indonesia meskipun tampaknya semakin
mengecil jumlahnya tetapi dengan adanya keinginan orang-orang yang terus
mempertahankan segala hal yang berkaitan dengan hasil cipta, karya dan karsa
kebudayaannya, maka ia akan tetap ada. Tidak hanya untuk sekedar dijadikan bahan
bacaan atau penelitian, tetapi turut aktif melakukan pelestarian budaya dengan
mengamalkan apa yang diperoleh dari majalah. Misalnya dengan mempelajari dan
menggunakan bahasa daerah.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu solusi mempertahankan eksistensi
majalah dengan menjaga harmonisasi dan kebutuhan bagi orang yang ingin menjaga akar
budaya agar tidak tercerabut sebagaimana dilakukan pihak Panjebar Semangat. Timbal
balik yang manusiawi penuh penghargaan dari kedua belah pihak yakni media dan
audiensnya akan sangat berarti bagi kelangsungan hidup suatu media. Panjebar Semangat
membuktikannya
Pada akhirnya, penggunaan pendekatan kualitatif lintas kajian antara sosiologi dan
komunikasi masih memiliki ruang yang sangat terbuka. Kedua kajian ini penuh dengan
dinamika. Tanpa kehidupan sosial tidak akan terjadi suatu komunikasi demikian juga
sebaliknya, kehidupan sosial tak akan berjalan tanpa adanya komunikasi. Meskipun
tampaknya pendekatan kualitatif lebih sulit dilakukan mengingat yang diteliti adalah hal
yang tampaknya abstrak dan sangat luas, tetapi disitulah daya tarik kualitatif, selalu ingin
menggali dan terus menggali karena selalu menemukan hal-hal baru seiring dinamika
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono (Editor). 2003. Politik Bahasa: Risalah Seminar Politik
Bahasa. Jakarta: Penerbit Progres dan Pusat Bahasa Depdiknas RI
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Blake, Reed H., Edwin O. Haroldson. 2003. Taksonomi Konsep Komunikasi. Surabaya:
Papyrus
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi,Ekonomi, Kebijakan Publik,dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
_____________. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori,Paradigma dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
_____________. 2005. Pornomedia Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi
Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta: Prenada Media
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Diterjemahkan Oleh Agus Maulana.
Professional Books
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 80
Djuroto, Totok. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja Rosdakarya
Engel, James F., Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen.
Diterjemahkan Oleh F.X. Budiyanto. Jakarta: Binarupa Aksara
Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Hamidi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian. Malang: UMM Press
______. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi Pendekatan Praktis Penulisan
Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press
Junaedi, Fajar. 2007. Komunikasi Massa Pengantar Teoritis. Yogyakarta: Penerbit
Santusta
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Liliweri, Alo. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication. Fifth Edition.
California: Wadsworth Publishing Company
Lull, James. 1998. Suatu Media, Komunikasi, Kebudayaan Pendekatan Global.
Diterjemahkan Oleh A. Setiawan Abadi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
McQuail, Denis. 1991. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Narwoko, J. Dwi. 2004. Sosiologi:Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media
Nurudin, 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada
Poloma, Margaret M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Ritzer, George and Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, edisi VI, cetakan 4,
Prenada Media Group, Jakarta, Februari 2007.
Rivers, William L., Jay W.Jensen, Theodore Peterson. 2004. Media Massa dan
Masyarakat Modern. Diterjemahkan Oleh Haris Munandar dan Dudy Priatna.
Jakarta: Prenada Media
Volume 4, No. 8, Desember 2011 ISSN: 1979–0899X
Emy Sri Purwani; 67 – 81 81
Smith, Edward C. 1983. Sejarah Pembreidelan Pers di Indonesia. Diterjemahkan Oleh
Atmakusumah dkk., Jakarta: Penerbit Grafiti Pers
Soekanto, Soerjono. 2002. Mengenal 7 Tokoh Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suprawoto, 2004. Panjebar Semangat: Di Tengah Tantangan Zaman. Sidoarjo: Yayasan
Pinang Sirih
Suryawati, 1987. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP
YKPN
Tan, Alexis S. 1981. Mass Communication Theories and Research. Columbus: Grid
Publishing Inc.
West, Richard dan Lynn H.Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Diterjemahkan
Oleh Maria Natalia. Jakarta: Salemba Humanika
Winarso, Heru P. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka
Arifianto, S. dan Bambang Riawan Eko. 1997. “Apresiasi Pemuda Terhadap Penayangan
Film Sinetron di Televisi”. Dalam Jurnal Penelitian Media Massa Vol.I/1997.
Surabaya: Penerbit Deppen RI Balit Pers dan Pendapat Umum Surabaya
Rusdi Muchtar. 2008. “Peranan Penelitian Komunikasi dalam Pembangunan Nasional
Pada Milenium Ketiga. Dalam Jurnal ISKI, Vol.V. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, Oktober 2000.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Pusat Bahasa Depdiknas. Jakarta: Balai Pustaka
Oxford Advanced Learner‟s Dictionary of Current English, A.S.Hornby, A.P. Cowie and
A.C. Gimson, Oxford University Press, 1987.
Webster‟s New World College Dictionary, 3rd
Edition, Victoria Newfeldt (ed.) and David B. Guralnik, Simon & Schuster Macmillan Company, New York, 1995.
Panjebar Semangat no. 11, 13 Maret 2010
Panjebar Semangat no. 22, 29 Mei 2010
http://www.jawapos.com, diakses 12 November 2009, 10.35 WIB
http://www.majalah.tempointeraktif.com, diakses 12 November 2009, 11.17 WIB
http://ayyasy2589.blogspot.com/2008/05/panjebar-semangat-media-tertua.html/diakses 19 Januari 2010, 09.57 WIB.
http://www.adln.unair.ac.id, diakses 17 November 2009, 09.10 WIB
http://digilib.umm.ac.id, diakses 17 November 2009, 09.45 WIB http://lib.fikom.unpad.ac.id, diakses 19 November 2009, 10.12 WIb
http://www.surabayapost.co.id, diakses 29 Oktober 2009, 15.30 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/preferensi, diakses 13 Juli 2010, 10.45 WIB