pre driving analysis
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
1/16
- 1 -
PRE-DRIVING ANALYSIS MENGGUNAKAN
TEORI GELOMBANG UNTUK PEMANCANGAN OPTIMAL
Oleh:
David E. Pasaribu, ST
Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc
Abstrak
Tiang pancang sebagai salah satu jenis pondasi, banyak digunakan pada proyek -proyek jembatan
di Indonesia. Proses pemancangan merupakan tahapan krusial karena banyaknya parameter
berkontribusi pada daya dukung dan keutuhan tiang. Masukan yang selama ini digunakan sebagai
kontrol untuk mengukur kinerja kedua parameter tersebut sangat sederhana yaitu berat hammer
dan besar displacement atau kalendering, padahal pada kenyataannya peralatan pemancangan
sendiri mempunyai parameter yang sangat kompleks seperti anvil, pile -cushion, striker-plate dan
helmet, termasuk juga properties tanah dan tiang pancang.
Pemilihan peralatan pemancangan yang kurang tepat dapat menyebabkan tiang pancang
mengalami tegangan berlebih atau overstress dan bahkan sering menyebabkan keretakan
khususnya pada tiang beton. Pre-driving analysis dengan menggunakan teori gelombang dapat
dilakukan untuk menentukan peralatan pemancangan yang tepat yang dapat memasukan tiang
untuk mencapai kedalaman optimal sehingga keutuhan tiang dan daya dukung yang direncanakan
didapat.
Keywords :pre-driving analysis, tiang pancang, peralatan pemancangan, overstress.
1. PendahuluanPondasi tiang sebagai salah satu pondasi dalam banyak digunakan pada proyek-proyek
pembangunan jembatan di Indonesia. Pondasi ini ini dipilih sebagai perletakan struktur di
mana untuk mendapatkan daya dukung maupun stabilitas struktur yang diisyaratkan, pondasi
dimasukkan ke dalam tanah sampai pada elevasi >6m dari permukaan tanah. Jenis pondasi ini
banyak digunakan selain masalah teknis di atas, kecepatan dan kemudahan pelaksanaan juga
menjadikan tiang pancang menjadi pilihan utama untuk pondasi dalam.
Pada pelaksanaannya, tiang pancang dimasukkan ke dalam tanah dengan cara dipukul
menggunakan peralatan pemancangan. Dengan memukul bagian atas tiang (kepala tiang),
akan terjadi transfer energy dari palu yang dijatuhkan (hammer) ke tiang pancang yang akan
mendorong tiang masuk ke dalam tanah. Proses transfer energy ini dapat menyebabkan
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
2/16
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
3/16
- 3 -
Gambar 1. Deformasi lateral tiang pancang beton dan baja.
b. Evaluasi hasil penelitian tanah di lapangan maupun laboratorium.Kondisi dari hasil penelitian tanah lapangan memperhatikan hal-hal berikut:
No. Masalah Rekomendasi
1. Batuan besar pada lapisandasar
Menggunakan non displacement pile dan menyertakanbagian pra-pengeboran dalam kontrak.
2. Loose cohesionless soil Menggunakan tappered pile untuk mendapatkanmaksimum skin friksi.
3. Negatif skin friction Menggunakan tiang baja yang mulus untukmengurangi gesekan adhesi, hindari kemiringan tiang.Gunakan bitumen coating untuk pile.
4. Tanah lunak yang dalam Gunakan tiang beton yang kasar untuk meningkatkanadhesi dan tingkat disipasi air pori.
5. Scouring Tidak menggunakan tappered pile kecuali bagian-bagian yang tappered di bawah daerah scouring.Desain diperhitungkan akibat termobilisasinya tanah.
6. Butiran kasar Menggunakan prestressed pile di mana akan terjadipemancangan yang keras pada tanah.
Typikal pondasi tiang yang biasa digunakan di Indonesia adalah tipe closed end pile,
opened end pile (pada umumnya pondasi tiang pancang baja) dan precast concrete.
Tipe closed end pile akan menyebabkan kenaikan tegangan lateral ground. Tipe tiang
precast dapat memadatkan tanah yang sifatnya non kohesif, tanah terganggu dan
melemahkan untuk sementara tanah yang sifatnya kohesif. Tipe dari opened end pile
tidak cocok untuk tiang-tiang dengan daya dukung friksi pada tanah berbutir karena
akan menyebabkan tiang melenceng dari posisinya.
c. Pemilihan alternatif pondasi yang sesuai.Pemilihan alternatif pondasi didasarkan kondisi teknis yaitu handal mensupport
struktur jembatan dan aksi-aksi dari struktur atas.
d. Perhitungan biaya alternatif-alternatif pondasiPerhitungan biaya yang diperlukan terhadap alternatif pondasi yang visible
diperlukan untuk mendapatkan pondasi paling murah.
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
4/16
- 4 -
e. Pemilihan pondasiPondasi yang dipilih adalah pondasi yang secara teknis visible dan secara pembiayaan
juga paling ekonomis.
3. Prosedur Pelaksanaan PemancanganPertanyaan yang sering muncul pada saat pelaksanaan konstruksi tiang pancang adalah
sebagai berikut:
- Dapatkah hammer tersebut dipancang sampai ke kedalaman yang diinginkan?- Berapa rate penetrasi sehingga didapatkan waktu yang paling optimum untuk
pelaksanaan konstruksi?
- Berapa kedalaman penetrasi tiang pancang maksimum?- Berapa daya dukung yang didapatkan dari pemancangan?- Berapa tegangan yang terjadi pada tiang pancang?Dan di mana lokasi tegangan-
tegangan maksimum terjadi?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas adalah dengan mensimulasikan proses
pemancangan tiang menggunakan parameter-parameter yaitu properties dari peralatan
pemancangan (berat hammer, energi hammer, tipe cushion dll), properties dari tiang pancang
(tipe tiang, material tiang dan berat tiang dll) serta kondisi tanah (tipe tanah, nilai N-SPT,
sondir dll). Menggunakan teori gelombang didapatkan hal-hal:
- Prediksi tegangan tarik dan tekan pada saat pemancangan.- Pergerakan pile pada saat pemancangan- Tahanan-tahanan pada saat pemancangan- Transfer energi dari pemancangan yang diterima dari ujung atas tiang.
Untuk mendapatkan keyakinan terhadap kondisi pertanyaan di atas, maka pada saat fase
konstruksi tiang pancang dilakukan kontrol pemancangan tiang dengan garis besar tahapan
pelaksanaan adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Analisa dengan menggunakan teori gelombang
Analisa ini diperlukan untuk mendapatkan tahanan pada saat pemancangan. Dari analisa
dengan metode tersebut bisa diperoleh prediksi kedalaman tiang yang dibutuhkan sertategangan-tegangan yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan dengan menggunakan
hammer tertentu. Kondisi-kondisi tersebut dievaluasi untuk menentukan peralatan-peralatan
pemancangan yang diperlukan dalam konstruksi pondasi.
Tahap 2 : Preliminary Desain Kriteria.
Tahap 3 : Pelaksanaan uji coba di lapangan dan evaluasi kapasitas
Pelaksanaan uji coba di lapangan dibutuhkan untuk memastikan bahwa hasil dari analisa
menggunakan metode wave equation sesuai dengan kenyataan di lapangan. Hasil dari uji coba
dapat dilihat dari parameter panjang tiang hasil penetrasi, perilaku tiang (adanya kerusakanatau tidak), penetrasi per unit kedalaman. Dari parameter-parameter tersebut bisa didapatkan
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
5/16
- 5 -
tahanan-tahanan pada tiang dengan cara menggunakan persamaan dynamic formulae ataupun
dengan metode test static.
Tahap 4 : Adjust Driving Criteria dan Desain
Dari hasil uji coba yang dihasilkan, di compare dengan kondisi yang diinginkan. Dalam hal
ini apakah pemancangan yang dilakukan masih ada pada batas-batas tidak terjadinya
kerusakan pada pile dan daya dukung yang ada cukup untuk daya dukung pada desain.
Tahap 5 : Construction control
3.1Pemilihan Peralatan PemancanganSalah satu parameter yang sangat penting adalah pemilihan peralatan untuk pemancangan.
Pemilihan tersebut didasarkan pada kemampuan alat tersebut apakah mampu mencapai
kedalaman tertentu atau kapasitas tertentu. Pada kenyataannya dengan menggunakan tipe
hammer yang berbeda akan mengakibatkan kapasitas yang berbeda pada tiang dengan
panjang yang sama. Selain itu pemilihan peralatan pemancangan (salah satunya tipe
hammer) dilakukan untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat
overstress pada saat pelaksanaan pekerjaan pemancangan.
Jenis peralatan pemancangan yang biasa digunakan di Indonesia adalah peralatan
pemancangan tipe diesel hammer. Bagian-bagian dari peralatan tersebut dapat dilihat
pada gambar 2 berikut:
`
Gambar 2 Ttipikal hammer yang umum digunakan
3.2Pembatasan PenetrasiBlowcount didefenisikan sebagai jumlah pukulan per unit panjang tiang pancang.
Jumlah pukulan selalu direkam di lapangan untuk tiap kedalaman pemancangan.
Jumlah pukulan harus dibatasi untuk menghindari overdrivingyang berdampak padakerusakan struktur tiang pancang. Pada kondisi tanah yang keras di mana
Top plate
Ram velocity
Hammer cushion
Helmet
Pile cushion
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
6/16
- 6 -
pemancangan sangat sulit, kemungkinan terjadinya kerusakan pada pile tidak hanya
terjadi pada kepala tiang bagian atas tetapi juga pada ujung tiang di dalam tanah dan
hal ini sulit untuk dideteksi. Untuk memprediksi tegangan pada saat pemancangan di
lapangan, dapat menggunakan rekaman blowcount, A (luas penampang pondasi tiang)
dan E (modulus elastisitas tiang). Dengan blowcount didapatkan Pu pemancangan
dengan rumus-rumus dinamis dan tegangan yang terjadi adalah Pu/AE (Joseph E.
Bowles)
Batasan-batasan tegangan pada pile:
Tarik Tekan
Material MPa Ksi MPa ksi Keterangan
0.3fc + fpe 0,85fc - fpe -BetonPratekan 8 12 30 4,4
0,498fc 0,40fc Referensi AASHTO3,58 0,536 20.72 3.108 -
0,6fc 0,85fcBeton
4 0,6 30 4,4
0,9 Fy 0,9 Fy -Baja
216 32 216 32Tabel 1 Batasan tegangan pada saat pemancangan
4. Studi KasusUntuk mengamati perilaku tiang-tiang dilakukan pengujian-pengujian dengan kriteria
sebagai berikut:a. Menggunakan tiang pancang baja (terbuka dan tertutup) dan spun pile dengan
diameter 0.6m
Properties Unit Baja Beton (Spun Pile)
Douter m 0.6 0.6
t m 0.012 0.1
Dinner m 0.576 0.4
A m2 0.022167078 0.157079633
I m4
0.000958416 0.005105088E kN/m2 2.00E+08 3.32E+07
L 18 18
kN/m3 78.5 24
Berat ton/m 0.174 0.377
Berat ton 3.132 6.786
Teg. Tekan izin MPa 216 37.33
Teg. Tarik izin MPa 216 7.12Tabel 2 Properties tiang yang dipakai dalam pemodelan
b. Analisa pada tanah pasir dan tanah clay dengan kondisi tiang masuk ke dalam tanahkeras sedalam 3xDiameter pile 2m (end bearing pile)
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
7/16
- 7 -
c. Analisa pada tanah clay dengan kondisi tiang tidak masuk pada lapisan tanah keras(friction pile)
Kedalaman penetrasi tiang dilakukan sampai pada kedalaman 18 m.
Kondisi 1 Kondisi 2 Kondisi 3
Elevasi N-SPT Tipe Tanah N-SPT Tipe Tanah N-SPT Tipe Tanah
0 0 Clay 0 Clay 0 Pasir
-3 3 Clay 10 Clay 10 Pasir
-8 10 Clay 20 Clay 20 Pasir
-16 15 Clay 50 Clay 50 Pasir
-23 20 Clay 55 Clay 55 Pasir
-28 35 Clay 60 Clay 60 Pasir
Tabel 3 Properties tanah yang dipakai dalam pemodelan
Prediksi pemilihan hammer dipakai berat tiang yaitu:
Tiang pancang baja = 16 kN = 1.6 ton
Tiang pancang beton = 34 kN = 3.4 ton
Dipakai sejumlah hammer untuk mendapatkan perilaku tiang sebagai berikut:
No. Tiang Pancang Baja Tiang Pancang Beton
1. Ape Model 16-32 berat 16kN Ape Model 25-32 berat 25kN
2. Ape Model 25-32 berat 25kN Ape Model 30-32 berat 30kN
3. Ape Model 30-32 berat 30kN Ape Model 36-32 berat 36kN
4. Ape Model 36-32 berat 36kN Ape Model 46-32 berat 46kN
Tabel 4 Tipe peralatan pemancangan yang dipakai
Kajian dilakukan dengan memodelkan antara tiang pancang dan hammer tidak diberi
peredam untuk mengamati pengaruh peredam (cushion) pada saat pemancangan terjadi.
4.1Kondisi 1: Kondisi tanah cohesive dan tiang belum masuk ke tanah keras.Pada kondisi tiang-tiang dengan ujung tertutup didapatkan bahwa pada tiang pancang
baja tegangan tarik maksimum terjadi pada ujung tiang paling atas dan semakin menurun
ke bawah. Tegangan tarik pada beton maksimum terjadi pada elevasi di mana mulai
terjadinya perlawanan dari tanah. Sedangkan tegangan tekan pada tiang pancang beton
dan baja terjadi pada elevasi mendekati dan di ujung pile yang masuk ke dalam tanah.
Perubahan tipe hammer tidak mengakibatkan perubahan daya dukung pondasi.
Pada tiang pancang baja dalam kondisi terbuka akan menyebabkan kenaikan tegangan
compresi dan menurunkan tegangan tarik.
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
8/16
- 8 -
4.2Kondisi 2: Kondisi tanah cohesive dan tiang masuk ke tanah keras.Pada kondisi tiang pancang tertutup didapatkan bahwa pada tiang pancang baja tegangan
tarik maksimum terjadi pada ujung tiang paling atas dan semakin menurun ke bawah.
Tegangan tarik pada beton maksimum terjadi pada elevasi di mana mulai terjadinya
perlawanan dari tanah. Sedangkan tegangan tekan pada tiang pancang beton dan baja
terjadi pada elevasi mendekati dan di ujung pile yang masuk ke dalam tanah.
Perubahan tipe hammer tidak mengakibatkan perubahan daya dukung pondasi. Fenomena
yang menjadi masalah dalam hal ini adalah pada saat kondisi tanah keras jumlah blow
count sangat besar pada elevasi kedalaman 16 m(tidak dapat disajikan pada perhitungan)
jika memakai hammer ringan yang menyebabkan tegangan kompresi paling besar pada
elevasi tersebut.
4.3Kondisi 3 : Kondisi tanah cohessionless dan tiang masuk ke dalam tanah keras.Pada kondisi tiang pancang tertutup didapatkan bahwa pada tiang pancang baja tegangan
tarik maksimum terjadi pada ujung tiang paling atas dan semakin menurun ke bawah.
Tegangan tarik pada beton maksimum terjadi pada elevasi pada awal pemancangan dan
semakin menurun. Sedangkan tegangan tekan pada tiang pancang beton dan baja terjadi
pada elevasi mendekati dan di ujung pile yang masuk ke dalam tanah.
Perubahan tipe hammer tidak mengakibatkan perubahan daya dukung pondasi. Fenomena
yang menjadi masalah dalam hal ini adalah pada saat kondisi tanah keras jumlah blow
count sangat besar pada elevasi kedalaman 16 m(tidak dapat disajikan pada perhitungan)
jika memakai hammer ringan yang menyebabkan tegangan kompresi paling besar pada
elevasi tersebut.
Secara umum dari analisa dengan menggunakan dengan teori gelombang pada saat
pemancangan terakhir tiang didapatkan bahwa:
a. Pada kondisi tanah lunak dan cohesif tegangan izin tekan baja yang terjadi melebihibatasan ijin yaitu 216 Mpa. Dengan kondisi ini sebaiknya tiang pancang tersebutmemakai hammer dengan berat yang lebih rendah atau dengan memakai peredam
pada kepala tiang bagian atas. Sedangkan pada tiang pancang beton tegangan izin
tekan dan tarik melebihi batasan ijin tiang pancang beton.
b. Pada kondisi tanah cohesif dan tiang masuk ke dalam tanah keras didapatkan bahwategangan tekan pada tiang pancang baja hampir tidak berubah dibandingkan dengan
tanah lunak sedangkan tegangan tarik baja jauh lebih kecil. Pada kondisi ini juga
terjadi pada tiang pancang beton.
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
9/16
- 9 -
c. Pada tanah cohesionless dan tiang pancang masuk ke dalam tanah keras didapatkanbahwa tegangan tekan tiang pancang baja dan beton melebihi ijin pada dengan
menggunakan hammer yang sama dan tegangan tarik beton melebihi ijinnya.
Karakteristik tegangan yang terjadi di atas adalah karakteristik pada saat pemancangan
terakhir. Secara global didapatkan bahwa tegangan tekan berbanding terbalik dengan
tegangan ijin. Tegangan tekan akan besar jika menemukan tanah-tanah keras sedangkan
tegangan tarik akan besar jika menemukan pada tanah-tanah yang lunak.
Tegangan yang terjadi melebihi ijin. Permasalahan utama adalah bahwa pada tiang
pancang baja tegangan tekan melebihi dan pada tiang pancang beton tegangan tarik yang
melebihi.
Untuk mengurangi besarnya impact yang terjadi pada tiang dilakukan simulasi balik
menggunakan cushion untuk meredam energi pada tiang dengan properties material
cushion adalah sebagai berikut:
Material : Kayu plywood
Modulus Elastisitas : 210 MPa
Koefisen restitusi : 0.5
Diameter ` : 0.6 m(sama dengan diameter tiang)
Tebal : 0.1m
Dari simulasi yang dilakukan digrafikkan sebagai berikut:
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
10/16
- 10 -
A. Kondisi 1.Daya Dukung VS Berat Hammer
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
0 10 20 30 40 50
Berat Hamm er (kN)
Dayadukung(kN)
Baja dgn cushion Beton dgn cushion
Baja no cushion Beton no cushion
Final Settlement VS Berat Hammer
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 10 20 30 40 50
Berat Hammer (kN)
Seetlemen(m
m)
Baja dgn cushion Beton dgn cushion
Baja no cushion Beton no cushion
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
11/16
- 11 -
Tegangan Tarik VS Berat Hammer
-120
-100
-80
-60
-40
-20
0
0 10 20 30 40 50
Berat Hammer (kN)
TeganganTarik(Mpa)
Teg. tarik baja dgn cushion Teg. tarik beton dgn cushion
Teg. tarik baja no cushion Teg. tarik beton no cushion
Tegangan Tekan VS Berat Hammer
0
50
100
150
200
250
300
0 10 20 30 40 50
Berat Hamme r (kN)
Tegan
ganTekan(Mpa)
Baja dgn cushion Beton dgn cushion
Baja no cushion Beton no cushion
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
12/16
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
13/16
- 13 -
Tegangan Tarik VS Berat Hammer
-100
-90
-80
-70
-60
-50
-40
-30-20
-10
0
10
0 10 20 30 40 50
Berat Hamme r (kN)
TeganganTarik(Mpa)
Baja dgn cushion Beton dgn cushion
Baja no cushion Beton no cushion
Tegangan TekanVS Berat Hammer
0
50
100
150
200
250
300
0 10 20 30 40 50
Berat Hamme r (kN)
Teganga
nTekan(Mpa)
Baja dgn cushion Beton dgn cushion
Baja no cushion Beton no cushion
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
14/16
- 14 -
C. Kondisi 3Daya Dukung VS Berat Hammer
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
0 10 20 30 40 50
Berat Hamme r (kN)
Dayadukung(kN)
Baja dgn cushion Beton dgn cushion
Baja no cushion Beton no cushion
Final Settlement VS Berat Hammer
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
0 10 20 30 40 50
Berat Hammer (kN)
Seetlemen(mm)
Baja dgn cushion Beton dgn cushion
Baja no cushion Beton no cushion
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
15/16
- 15 -
Tegangan Tarik VS Berat Hammer
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
0 10 20 30 40 50
Berat Hamme r (kN)
TeganganTarik(Mpa)
Baja dgn cushion Beton dgn cushion
Baja no cushion Beton no cushion
Tegangan Tekan VS Berat Hammer
0
50
100
150
200
250
300
0 10 20 30 40 50
Berat Hammer (kN)
Tegangan
Tekan(Mpa)
Baja dgn cushion Beton dgn cushion
Baja no cushion Beton no cushion
-
7/30/2019 Pre Driving Analysis
16/16
- 16 -
5. Kesimpulan1. Pemilihan pondasi didasarkan pada aspek teknis yaitu mampu mensupport struktur
atas dan aksi-aksi yang diberikan dan aspek biaya yaitu ekonomis secara pembiayaan.
2. Kondisi tiang pancang sangat dipengaruhi oleh tahapan pemancangan. Daya dukungpondasi tidak dipengaruhi oleh berat hammer yang digunakan, tetapi dipengaruhi oleh
jenis tanah dan tipe dari ujung pile (tertutup/terbuka).
3. Tegangan tekan dan tarik akan semakin meningkat jika menggunakan hammer yanglebih berat. Untuk mengurangi kelebihan tegangan tersebut, maka menggunakan
hammer yang lebih ringan dan menggunakan peredam pada kepala tiang.
4. Secara umum, untuk mendapatkan keyakinan hasil pemancangan, maka perludilakukan pre-driving analysis agar didapatkan kondisi daya dukung yang sesuai
dengan perencanaan teknis dan pada saat pemancangan tidak terjadi kerusakan-
kerusakan akibat overstress pada saat pemancangan.