praktikum 1 - zat antimikroba dan antibiotik
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI TERAPAN
OLEH :
Kelompok : 3 (tiga)
Nama : 1. Wulandari Saputri (342008130)
2. Sri Rizki Agustini (342008141)
3. Mira (342008101)
4. Jumiati (342008107)
5. Khasma Botik (342008115)
6. Eka Septa. W (342007117)
Kelas : V C
Prodi : Pend. Biologi
Dosen Pengasuh : Susi Dewiyeti, S.Si.,M.Si.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
A. PRAKTIKUM KE : I (satu)
B. JUDUL : Pengaruh Zat Antimikroba dan Antibiotik
terhadap pertumbuhan Bakteri E. coli.
C. TUJUAN :
1. Untuk mengetahui pengaruh zat antimikroba terhadap
pertumbuhan bakteri E. coli.
2. Untuk mengetahui luas zona sensitifitas.
D. DASAR TEORI :
Antimikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau
membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan yang membunuh
bakteri disebut bakteriosida.
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas tidak
membahayakan inang. Toksisitas selektif dapat berupa fungsi dari
suatu reseptor khusus yang dibutuhkan untuk perlekatan obat atau
dapat bergantung pada penghambatan proses biokimia yang penting
untuk parasit tetapi tidak untuk inang.
Kebanyakan organisme aerob yang mengoksidasi karbohidrat
menjadi karbondioksida dan air menggunakan daur asam sitrat untuk
oksidasi akhir asetat. Bakteri mampu mengurai berbagai senyawa
yang mencakup karbohidrat, protein, asam nukleat dan lemak.
Selama fermentasi berlangsung, hasil antara yang terjadi karena
katabolisme suatu substrat organik (seperti glukosa) bertindak
sebagai penerima elektron terakhir, yang demikian diperoleh hasil
fermentasi yang stabil. Suatu zat antibiotik kemoterapeutik yang ideal
hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Harus mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat
mikroorganisme patogen spesifik. Makin besar jumlah dan macam
mikroorganisme yang dipengaruhi, makin baik. Antibiotik
berspektrum luas efektif terhadap banyak spesies.
2. Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resisten
parasit.
3. Tidak menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki pada
inang, seperti reaksi alergis, kerusakan pada saraf, iritasi pada
ginjal atau saluran gastrointestin.
4. Tidak melenyapkan flora mikrobe normal pada inang. Gangguan
terhadap flora normal dapat mengacaukan “keseimbangan
alamiah”, sehingga memungkinkan mikrobe yang biasanya
nonpatogenik atau bentuk-bentuk patogenik yang semula
dikendalikan oleh flora normal, untuk menimbulkan infeksi baru.
Penggunaan antibiotik berspektrum luas untuk waktu lama
misalnya, dapat melenyapkan flora bakteri normal tetapi tidak
melenyapkan Monilia (cendawan) dari saluran pencernaan. Dalam
keadaan demikian Monilia dapat menimbulkan infeksi.
5. Harus dapat diberikan melalui mulut tanpa diinaktifkan oleh asam
lambung, atau melalui suntikan (parenteral) tanpa terjadi
pengikatan dengan protein darah.
6. Memiliki taraf kelarutan yang tinggi dalam zat alir tubuh.
7. Konsentrasi antibiotik di dalam jaringan atau darah harus dapat
mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu menghambat atau
mematikan penyebab infeksi.
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat digolongkan menjadi: :
1. Penghambatan pertumbuhan oleh analog
Dalam kelompok ini termasuk sulfonamida. Pada umumnya bakteri
memerlukan para-aminobenzoat (PABA) untuk sintesis asam folat
yang diperlukan dalam sintesis purin. Sulfonamida memiliki struktur
seperti PABA, sehingga penggunaan sulfonamida menghasilkan
asam folat yang tidak berfungsi.
2. Penghambatan sintesis dinding sel
Perbedaan struktur sel antara bakteri dan eukariot menguntungkan
bagi penggunaan bahan antimikrobial. Penicilin dan Cephalosporin
sebagai contoh klasik. Kedua antibiotik ini menyebabkan
penghambatan pada pembentukan ikatan sebrang silang.
Pada konsentrasi rendah, penicillin menghambat pembentukan
ikatan glikosida, sehingga pembentukan dinding sel baru akan
terganggu . Sebagai akibat terlihat bakteri dengan bentuk sel yang
panjang tanpa dinding sekat. Pada konsentrasi tinggi, ikatan
sebrang silang terganggu dan pembentukan dinding sel terhenti.
Penghambatan pembentukan ikatan sebrang silang disebabkan
kedua antibiotik tersebut merupakan analog dari D-ala.
Peptodoglikan yang merupakan sasaran utama kedua antibiotik ini
tidak ditemukan pada eukariot, sehingga efek toksiknya tidak ada
pada inang.
3. Penghambatan fungsi membran sel
Membran sel bakteri dan fungi dapat dirusak oleh beberapa bahan
tertentu tanpa merusak sel inang. Polymxin berdaya kerja terhadap
bakteri Gram-negatif, sedangkan antibiotik polyene terhadap fungi.
Namun demikian penggunaan kedua antibiotik ini tidak dapat
ditukar balik. Ini berarti bahwa polymixin tidak berdaya kerja
terhadap fungi. Hal ini disebabkan karena membran sel bakteri
pada umumnya tidak mengandung sterol, sedangkan pada fungi
ditemukan sterol. Polyene harus bereaksi dengan sterol dalam
membran sel fungi sebelum mempunyai kemampuan merusak
membran.
4. Penghambatan sintesis protein
Kebanyakan antibiotik ditemukan pada pelaksanaan "program
penapisan ". program demikian yang dimulai dengan pengapungan
dalam cuplikan tanah melalui tahap sampai percobaan hewan.
Pada uji deretan pengenceran, antibiotik diencerkan dengan
larutan biak yang telah ditanami dengan kuman uji menurut tahap
pengenceran.
Antibiotik-antibiotik ini pertama ditemukan secara kebetulan karena
membentuk cincin-cincin hambatan. Di atas cawan agar biak yang
ditumbuhi secara padat dengan kuman uji nampak terjadi
pertumbuhan di sekeliling koloni fungi atau streptomiset; antibiotika
yang berdifusi ke luar koloni ke dalam agar dan mengakibatkan
pembentukan cincin-cincin hambatan di dalam lapangan
pertumbuhan bakteri yang padat. Sebagai kuman uji digunakan
mikroorganisme yang representatif. Uji kualitatif dari pembuat
antibiotik sudah terpenuhi dengan menumbuhkannya di pusat
sebuah lempengan agar biak dengan masing-masing bakteri
indikator yang dioleskan secara radial. Sesudah inkubasi dapat
diketahui spektrum pengaruh antibiotik dengan menilai besarnya
hambatan pertumbuhan dari masing-masing organisme indikator.
Dengan menilik pengaruhnya terhadap gram positif dan negatif,
terhadap ragi, dermatofit dan mikroorganisme lain, antibiotik
menunjukkan perbedaan-perbedaan karakteristik
Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan,
maka terlebih dahulu antibiotik diuji terhadap spesies bakteri
tertentu. Pada medium agar yang telah disebari spesies bakteri
tertentu diletakkan beberapa konsentrasi tertentu. Jika sudah 24
jam, kemudian tidak nampak pertumbuhan bakteri maka hal
demikian berarti bakteri itu tercekik pertumbuhannya oleh antibiotik
yang terkandung dalam kepingan kertas. Besar kecilnya daerah
kosong sekitar kepingan kertas sesuai dengan konsentrasi
antibiotik yang terkandung di dalamnya. Zat-zat yang dapat
membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi
atas garam-garam logam, fenol dan senyawa-senyawa lain yang
sejenis, formaldehid, alkohol, yodium, klor dan persenyawaan klor,
zat warna, detergen, sulfonamide dan antibiotik.
Antibiotik yang efektif bagi spesies bakteri baik kokus, basil
maupun spiral dikatakan mempunyai spektrum luas. Penicillin
hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus oleh karena
itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum luas
Banyak faktor dan keadaan dapat mempengaruhi penghambatan
atau pembasmian mikroorganisme oleh bahan atau proses
antimikrobial. Kesemua ini harus dipertimbangkan bagi efektifnya
penerapan praktis metode-metode pengendalian.
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli,adalah salah satu
jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri
yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan
dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. coli tidak berbahaya,
tetapi beberapa, seperti E. coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan
keracunan makanan yang serius pada manusia. E. coli yang tidak
berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan
memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah bakteri lain di dalam
usus.
Escherichia coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa
genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen
tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena
pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.
E. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum diadakakan pada tanggal 21 dan 22 desember 2010
pada pukul 10.00 WIB s/d selesai. Bertempat di Laboratorium FKIP
Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. ALAT DAN BAHAN
a. Alat : Cawan petri, tabung reaksi, pinset, bunsen, rak
tabung reaksi, sprayer, autoclave, inkubator, jangka
sorong, gelas kimia.
b. Bahan : Media agar MH (Muller Hilton), biakan bakteri E. coli,
kapas lidi steril, spiritus, alkohol 70 %, alkohol 96 %,
betadine, antibiotik amoxcilin 500 mg, mercurochom,
paper dish diameter 6 mm.
3. CARA KERJA
a. Lalukan kapas lidi steril diatas bunsen.
b. Inokulasi bakteri E. coli dengan kapas lidi steril pada media
agar MH secara aseptis.
c. Masukkan zat antimikroba (alkohol 96%, betadine,
mercurohcom) dan antibiotik ke dalam gelas kimia steril,
kemudian masukkan paper dish yang berdiameter 6 mm ke
dalam gelas kimia tersebut, rendam paper dish selama ± 15
menit dalam zat antimikroba dan zat antibiotik.
d. Setelah direndam, letakkan 1 paper dish tersebut pada media
agar MH secara aseptis.
e. Bungkus cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, lalu
inkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 27°C.
f. Setelah inkubasi 24 jam, ukur luas zona sensitifitasnya.
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Gambar 1.1 Pengaruh Betadine dan Antibiotik terhadap pertumbuhan
Bakteri E. coli.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010.
Tabel 1. Perbandingan Luas Zona Hambat Terhadap E. coli dengan
Dua Perlakuan Berbeda
No Perlakuan
DiameterLuas Zona
Hambat ( mm2 )Paper Dish Daerah Terang
1. Betadine 6 mm 15 mm 176,62 mm2
2. Antibiotik 6 mm 9,16 mm 37,6 mm2
2. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan dengan menginokulasikan
bakteri E. coli pada media MH yang kemudian di atasnya
diletakkan paper dish yang sudah direndam selama 5 menit dalam
betadine dan antibiotik, lalu dibungkus dan diinkubasi selama 24
jam dalam autoclave, didapatlah hasil seperti pada Gambar 1.1.
Pada gambar tersebut nampak ada daerah sekeliling paper dish
yang tidak ditumbuhi oleh bakteri E. coli yang disebut zona hambat
atau daerah terang, yang menunjukkan bahwa mikroorganisme
tersebut dihambat pertumbuhannya oleh antibiotik dan betadine
yang merembes dari paper dish ke dalam media agar MH. Pada
Gambar 1.1 terlihat 2 zona hambat pada gambar yang bentuknya
tidak teratur atau tidak mengikuti bentuk paper dish. Padahal zona
hambat yang baik adalah yang bulat mengikuti bentuk paper dish.
Namun hal ini jarang sekali ditemukan.
Selanjutnya, sebagaimana telah kita ketahui bersama-sama
kalau suatu zat antibiotik dan antimikroba memiliki keefektifitasan
yang berbeda pada masing-masing mikroorganisme. Begitu pula
dengan penggunaan antibiotik amoxillin 500 mg dan betadine
untuk merendam paper dish dalam praktikum ini memberikan
reaksi yang berbeda pula pada bakteri E. coli. Perbedaannya bisa
kita lihat dari masing-masing diameter daerah terang dan luas
zona hambat pada Tabel 1. Berdasarkan data pada tabel tersebut,
nampaknya antibiotik memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri
E. coli yang lebih kecil dari pada betadine. Pada betadine,
diameter daerah terangnya 15 mm dan luas zona hambatnya
176,62 mm2. Sedangkan untuk antibiotik, diameter zona terangnya
9,16 mm dan luas zona hambatnya hanya 37,6 mm2.
G. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Zat antimikroba dalam hal ini adalah betadine memiliki
keefektifitasan yang lebih tinggi dari pada zat antibiotik dalam
menghambat pertumbuhan E. coli.
2. Zona hambat adalah daerah terang yang tidak ditumbuhi oleh
mikroba.
3. Adanya zona hambat menunjukkan kesensitifitasan suatu
mikroorganisme terhadap zat antibiotik dan antimikroba.
4. Zona hambat yang baik adalah yang bulat mengikuti bentuk paper
dish.
H. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptik (diakses pada 6 Januari 2011)
http://www.kaskus.us/showthread.php (diakses pada 6 Januari 2011)
http://kamussehat.blogspot.com/archive (diakses pada 6 Januari
2011)
http://mediapenunjangmedis.dikirismanto.com/amoxicillin (diakses
pada 6 Januari 2011)
Pelczar, J. Michael., dan Chan, E.C.S. 2008. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta
I. LAMPIRAN
1. Perhitungan Luas Zona Hambat pada Antibiotik
Diameter paper dish, d1 = 6 mm
r 1= ½ . d1
= ½ . 6 mm
= 3 mm
Luas paper dish,
L1 = תr12
= 3,14 (3 mm)2
= 3,14 (9mm2)
= 28,26 mm2
Diameter zona hambat, d2 = 9+9+8+10+10+9 = 55 = 9,16 mm
6 6
r2 = ½ . d2
= ½ . 9,16 mm
= 4,98 mm
Luas Zona hambat, L2 = תr22
= 3,14 (4,98 mm)2
= 3,14 (20,9764mm2)
= 65,86 mm2
Luas zona sensitivitas = L2 – L1
= 65,86 mm2 – 28,26 mm2
= 37,6 mm2
2. Perhitungan Luas Zona Hambat pada Betadine
Diameter paper dish, d1 = 6 mm
r1= ½ . d1
= ½ . 6 mm
= 3 mm
Luas paper dish,
L1 = תr12
= 3,14 (3mm)2
= 3,14 (9mm2)
= 28,26 mm2
Diameter zona hambat,
d2 = 16+14+13+14+18+15 =90 = 15 mm
6 6
r2 = ½ . d2
= ½ . 15 mm
= 7,5 mm
Luas zona hambat,
L2 = תr22
= 3,14 (7,5 mm)2
= 3,14 (56,25 mm2)
= 176,62 mm2
Luas zona sensitivitas
= L2 – L1
= 176,62 mm2 – 28,26 mm2
= 148,36 mm2
3. Gambar 1.2 Alat dan Bahan
Gambar 1.2-1. Bunsen Gambar 1.2-2. Kertas Label
Sumber: Dokumentasi Pribadi,2010 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010
Gambar 1.2-3. Korek Api Gambar 1.2-4. Cutton Bud
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010
Gambar 1.2-5. Media MH Gambar 1.2-6. Sprayer
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010
Gambar 1.2-7. Kapas Lidi dan Alkohol Gambar 1.2-8. Pinset
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010 Sumber: Dokumentasi pribadi, 2010
Gambar 1.2-9 Spidol
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010