praktik pengasuhan anak pada keluarga petani …lib.unnes.ac.id/18619/1/1601408010.pdf · memiliki...

225
PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA BINA KELUARGA BALITA (BKB) MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN KABUPATEN BOJONEGORO SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini oleh Visca Dwi Putri Vidyaningrum 1601408010 PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Upload: hoangtu

Post on 19-Jul-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI

PESERTA BINA KELUARGA BALITA (BKB) MELATI 3 DI

DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN KABUPATEN

BOJONEGORO

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

oleh

Visca Dwi Putri Vidyaningrum

1601408010

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi “Praktik Pengasuhan

Anak Pada Keluarga Petani Peserta Bina Keluarga Balita (BKB) Melati3 Di Desa

Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro” benar-benar hasil karya

sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Visca Dwi Putri VidyaningrumNIM. 1601408010

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Praktik Pengasuhan Anak Pada Keluarga Petani

Peserta Bina Keluarga Balita (BKB) Melati 3 Di Desa Nguken Kecamatan

Padangan Kabupaten Bojonegoro” telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia

Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Hari :

Tanggal :

PanitiaUjian

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Haryono, M. Psi Amirul Mukminin, S. Pd, M. KesNIP. 19620222198601 1 001 NIP. 19780330 200501 1 001

Penguji I

Ali Formen, S.Pd.,M.EdNIP. 19770529200312 1 001

Penguji II Penguji III

Amirul Mukminin, S. Pd, M. Kes Drs. Sawa Suryana, M. SiNIP. 19780330 200501 1 001 NIP. 19590421198403 1 002

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Suatu perjuangan keras tidak ada yang sia – sia. Perjuangan akan indah pada

waktunya dan keindahannya lebih dari yang diinginkan.”

“Kerjakanlah sesuatu yang membawa berkah bagimu dan orang yang kamu

cintai”

PERSEMBAHAN

Skipsi ini ku persembahkan untuk :

1. Ke Dua Orang Tuaku tercinta dan tersayang

yang selalu memberi doa dan motivasi.

2. Saudara – saudaraku, kakak dan adikku yang

terus memberi doa dan dukungannya.

3. Teman – temanku yang banyak memberi

masukkan dalam setiap permasalahannku.

4. Nenekku yang selalu membawa namaku di

setiap doanya.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkatnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini dengan judul “Praktik Pengasuhan Anak Pada Keluarga Petani Peserta

Bina Keluarga Balita (BKB) Melati 3 Di Desa Nguken Kecamatan Padangan

Kabupaten Bojonegoro” dengan lancar.

Skipsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan

S1 di Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini pada Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari

beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat :

1. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Edi Waluyo, S. Pd, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan

Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan pengarahan kepada penulis selama menempuh studi.

3. Amirul Mukminin, S.Pd, M. Kes, selaku pembimbing I yang tulus

membimbing penulis, mengarahkan dan memotivasi sehingga penulis dapat

menyusun skripsi dengan baik.

vi

4. Drs. Sawa Suryana, M.Si, selaku pembimbing II yang tulus membimbing

penulis, mengarahkan dan memberi motivasi sehingga penulis dapat

menyusun skripsi dengan baik.

5. Seluruh Dosen Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas

Negeri Semarang yang telah banyak membantu dalam studi penulis.

6. Ibu Siti Asiyah selaku Ibu Lurah Desa Nguken dan Ketua Penyelenggara

BKB yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian.

7. Keluarga besar program BKB Melati 3 di desa Nguken dan keluarga petani

yang membantu dalam penulisan skripsi ini.

8. Teman – teman Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2008 dan

semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, tidak

sedikit kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Walaupun demikian penulis

berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi

pengembang ilmu di bidang pendidikan sehingga dapat bermanfaat bagi kemajuan

Bangsa dan Negara.

Semarang, 20 Oktober 2012

Visca Dwi Putri Vidyaningrum

vii

ABSTRAK

Dwi Putri Vidyaningrum, Visca. 2012. “Praktik Pengasuhan Anak PadaKeluarga Petani Peserta Bina Keluarga Balita (BKB) Melati 3 Di Desa NgukenKecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro”.Skripsi, Pendidikan GuruPendidikan Anak Usia Dini, FAkultas Ilmu Pendidikan, Universitas NegeriSemarang, Pembimbing 1. Amirul Mukminin, S.Pd, M. Kes, 2. Drs. SawaSuryana, M.Si.Kata Kunci : Pengasuhan, Keluarga Petani, Bina Keluarga Balita

Bina Keluaraga Balita (BKB) adalah salah satu media pelayanan yangmemiliki berbagai jenis kegiatan yaitu penyuluhan dan bermain dengan AlatPermainan Eduaktif (APE). Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuandan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tentang pentingnya prosestumbuh kembang balita serta meningkatkan keterampilan ibu dan anggotakeluarga lainnya dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal,antara lain stimulus mental dengan menggunakan permainan edukatif.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penyuluhanpengasuhan anak di BKB Melati 3 Desa Nguken Kecamatan Padangan KabupatenBojonegoro, untuk mengetahui pengasuhan anak pada keluarga petani pesertaBKB Melati 3 di Desa Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatifdeskriptif, dengan menggunakan metode wawancara dan observasi sertadokumentasi berupa hasil foto lapangan. Subjek yang digunakan peneliti untukpenelitian berjumlah 9 orang tua dan 9 anak.

Hasil dari penelitian ini adalah penyuluhan pengasuhan BKB dilihat dariaspek perkembangan anak karena jika perkembangan anak terlambat maka orangtua salah dalam melakukan pengasuhan anak. Dengan melihat perkembangananak maka kader BKB dapat melakukan tindakan untuk menjelaskan caramengasuh anak yang benar dengan melihat perkembangan anak. Orang tua belummempraktikkan pengasuhan secara maksimal dengan alasan perekonomiankeluarga sehingga anak jarang untuk diasuh dan dilatih perkembangannya.Banyak orang tua beranggapan bahwa anak akan berkembang dengan sendirinyakarena sudah dilatih dalam BKB tanpa harus dilatih dirumah.

Simpulan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah pengasuhankeluarga petani di desa Nguken tidak bisa dilakukan semaksimal mungkin karenakesibukan pekerjaan dan orang tua lebih banyak menggunakan pola pengasuhanyang permisif. Praktik pengasuhan BKB lebih mengarah pada perkembangan anakkarena dengan mengetahui perkembangan anak maka dapat diketahui anak diasuhdengan baik oleh orang tua atau tidak. Penulis menyarankan kepada pihak – pihakyang terkait dalam pengasuhan untuk menjalin komunikasi yang baik antara orangtua dan kader BKB.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................... iii

MOTO DAN PERESEMBAHAN .................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................... v

ABSTRAK........................................................................................ vii

DAFTAR TABEL............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2. Pembatasan Masalah .................................................................. 7

1.3. Rumusan Masalah ...................................................................... 7

1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

1.6. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI ................................................................ 10

2.1. Pengasuhan BKB ....................................................................... 10

2.1.1. Pengertian Pengasuhan ........................................................ 10

2.1.1.1. Gaya Pengasuhan Authoritarian atau Otoriter............... 12

2.1.1.2. Gaya Pengasuhan Authoritative atau Demokratis ......... 12

2.1.1.3. Gaya Pengasuhan Permissive......................................... 13

2.1.1.4. Gaya Pengasuhan Uninvolved........................................ 13

ix

2.1.2. Teori Pengasuhan................................................................. 13

2.1.2.1. Teori Psikoanalisis ......................................................... 14

2.1.2.2. Cognitive Developmental Theory................................... 16

2.1.2.3.Behaviorisme................................................................... 17

2.1.2.4. Social Learning Theory.................................................. 19

2.1.2.5. Genetic and Heredity, Personality theory...................... 20

2.1.2.6. Teori Humanisme........................................................... 21

2.1.2.7. Ethological Theory......................................................... 22

2.1.2.8. Teori Sistem Ecological Framework ............................. 24

2.1.2.9. Teori Perkembangan Moral ........................................... 24

2.1.3. Bina Keluarga Balita ............................................................ 30

2.1.4. Ciri – ciri program BKB ...................................................... 31

2.1.5. Materi Kegiatan BKB .......................................................... 36

2.2. Keluarga Petani .......................................................................... 40

2.2.1. Pengertian Keluarga............................................................. 40

2.2.1.1. Ciri – Ciri Umum ........................................................... 41

2.2.1.2. Ciri – Ciri Khusus .......................................................... 44

2.2.2. Pengertian Petani.................................................................. 48

2.2.2.1. Perubahan Sosial ............................................................ 55

2.2.2.2. Pola Kehidupan Sosial Petani ........................................ 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................... 62

3.1. Rancangan Penelitian................................................................. 62

3.2. Pendekatan Penelitian ................................................................ 62

x

3.3. Populasi dan Sampel .................................................................. 63

3.3.1. Populasi................................................................................ 63

3.3.2. Sampel.................................................................................. 63

3.4. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 64

3.5. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 65

3.5.1. Metode Wawancara.............................................................. 66

3.5.2. Metode Observasi ................................................................ 66

3.5.3.Metode Dokumentasi ............................................................ 66

3.6. Teknik Analisis Data.................................................................. 67

3.7. Validitas Data Penelitian............................................................ 68

3.7.1. Triangulasi Sumber .............................................................. 68

3.7.2. Triangulasi Waktu................................................................ 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............... 70

4.1. Gambaran Setting Penelitian.................................................... 71

4.1.1.Luas Wilayah dan Jumlah Kependudukan............................ 71

4.1.2.Bina Keluarga Balita ............................................................. 72

4.1.3.Profil Orang Tua, Kader BKB, dan Anak............................. 73

4.2. Pra Penelitian ........................................................................... 76

4.3. Pelaksanaan Penelitian............................................................. 77

4.4. Hasil Penelitian ........................................................................ 79

4.4.1.Penyuluhan Pengasuhan di BKB Melati 3 ........................... 79

4.4.2.Pengasuhan Anak Pada Keluarga Petani Peserta BKB

Melati 3................................................................................ 92

xi

4.4.2.1.Pengetahuan Keluarga Petani Tentang Pengasuhan .... 92

4.4.2.2.Pengasuhan Keluarga Petani Peserta BKB ................. 95

4.5. Analisis Hasil Penelitian .......................................................... 100

4.5.1.Penyuluhan di BKB .............................................................. 100

4.5.2.Pengasuhan Anak Pada Keluarga Petani Peserta BKB

Melati 3................................................................................ 102

4.6. Kendala yang Dihadapi Dalam Praktik Pengasuhan Anak

Pada Keluarga Petani Peserta BKB Melati 3 ............................ 104

BAB V PENUTUP........................................................................... 106

5.1. Simpulan .................................................................................... 106

5.2. Saran........................................................................................... 107

5.3. Keterbatasan Penelitian.............................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 110

LAMPIRAN...................................................................................... 112

xii

DAFTAR TABEL

4.1. Tabel Profil Orang Tua .............................................................. 74

4.2. Tabel Profil Anak....................................................................... 75

4.3. Tabel Profil Kader BKB ............................................................ 76

4.4. Tabel Tingkat Perkembangan Anak........................................... 88

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 (instrument observasi dan wawancara) ................... 112

2. Lampiran 2 (hasil observasi dan wawancara) ............................. 113

3. Lampiran 3 (dokumentasi penelitian) ......................................... 114

4. Lampiran 4 (surat – surat penelitian) .......................................... 115

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia dini pada anak disebut sebagai usia emas atau golden age. Masa – masa

tersebut merupakan masa kritis dimana seseorang anak membutuhkan rangsangan

- rangsangan yang tepat untuk mencapai kematangan yang sempurna. Arti kritis

adalah sangat mempengaruhi keberhasilan pada masa berikutnya. Apabila masa

kritis ini tidak memperoleh rangsangan yang tepat dalam bentuk latihan atau

proses belajar maka diperkirakan anak akan mengalami kesulitan pada masa –

masa perkembangan berikutnya. Usia dini juga merupakan masa yang penting

sebagai landasan untuk perkembangan pada masa – masa berikutnya. Menurut

Freud, masa usia dini harus diberi landasan yang kuat agar terhindar dari

gangguan kepribadian ataupun emosi. Gangguan – gangguan yang dialami pada

masa dewasa dapat ditelusuri penyebabnya dengan melihat kehidupan pada masa

kanak – kanaknya.

Anak dapat tumbuh dengan pemenuhan kebutuhan lahir dan batin. Dalam

kebutuhan lahir orang tua harus menyediakan segala kebutuhan hidup anak berupa

tempat tinggal, makan, pakaian, dan juga berinteraksi dengan orang lain.

Sedangkan dalam kebutuhan batin seorang anak memerlukan cinta dan kasih

sayang. Namun satu hal yang penting dalam kehidupan anak yaitu pendidikan.

Anak bisa bertahan hidup tanpa adanya pendidikan namun anak tidak dapat

tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan orang tua. Menurut UU

Sistem Pendidikan No. 20 2003 Bab I Pasal 1 (Ayat 1, 7,11, 12, dan 13)

1

2

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui

peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan

yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan

formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi. Pendidikan formal

adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan

nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur

pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan ini begitu penting sebab anak

pada masa ini mengalami masa keemasan. Jika orang tua begitu peduli terhadap

anak maka orang tua tidak akan menyia – nyiakan pendidikan anak usia dini.

(http://silmya.wordpress.com/)

Dalam refrensi buku Pendidikan Anak Usia Dini, hakikat mengasuh anak

adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik.

Ketika anak dewasa, anak akan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Pola

asuh yang baik menjadikan anak berkepribadian kuat, tidak mudah putus asa, dan

dapat menghadapi tekanan hidup. Sebaliknya pola asuh yang salah menjadikan

anak rentan terhadap stres dan mudah terjerumus pada hal – hal negatif.

Mengasuh anak melibatkan seluruh aspek kepribadian anak seperti jasmani,

3

intelektual, emosional, ketrampilan, norma, dan lainnya. Dalam mengasuh anak

selain dari kesehatan seorang anak, perkembangan anak juga harus dilihat dari

aspek perkembangan anak sesuai usia anak.

Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak seperti mengurus

makannya, minumnya, pakaiannya, dan keberhasilan dalam periode yang pertama

sampai dewasa. Artinya pola asuh merupakan suatu sistem atau cara pendidikan

dan pembinaan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal ini

orang tua mengasuh dan mendidik anak dengan penuh pengertian. Keluarga

merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawab untuk mendidik anak –

anak. Pendidikan yang diberikan orang tua seharusnya memberikan dasar bagi

pendidikan, sosialisasi, dan kehidupan anak dimasyarakat. Namun menurut

Pedoman Umum Program Pos Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu dalam jurnal

Lampiran Peraturan Walikota Surabaya mendidik anak secara utuh tidak hanya

dapat dilaksanakan sendiri oleh orang tua, akan tetapi harus diintervensi dan

difasilitasi oleh Pemerintah Daerah melalui kerjasama lembaga. Untuk membantu

pemenuhan pertumbuhan dan kesehatan fisik anak dilakukan melalui program Pos

Pelayanan Terpadu (POSYANDU), sementara untuk pembinaan tumbuh kembang

anak balita melalui rangsangan fisik, mental, intelektual, spiritual, sosial, dan

emosional dilakukan dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan program

PAUD. Ketiga program tersebut diatas yaitu POSYANDU, BKB, dan PAUD

harus dilaksanakan secara terintegrasi (terpadu) sehingga program pembinaan dan

pengasuhan anak bagi keluarga yang memiliki bayi dan balita dapat dilaksanakan

lebih efektif dan efisien.

4

Bina Keluaraga Balita (BKB) adalah salah satu media pelayanan kesehatan

yang memiliki berbagai jenis kegiatan yaitu penyuluhan dan bermain dengan Alat

Permainan Eduaktif (APE). Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

tentang kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya mengenai pentingnya proses

tumbuh kembang balita serta meningkatkan keterampilan ibu dan anggota

keluarga lainnya dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal,

antara lain stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE)

dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia (Soetjiningsih, 1995).

Menurut pendapat Pengurus BKB Melati 3 yang terpacu pada Modul

Integrasi BKB, PAUD, dan POSYANDU, program BKB meningkatkan

keterampilan dan pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak serta

meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak usia dini.

Program BKB ini bermanfaat bagi keluarga yang berpenghasilan rendah baik itu

daerah pedesaan, pantai maupun perkotaan. Pada keluarga – keluarga yang kurang

mampu ini upaya untuk meningkatkan kualitas hidup anak – anaknya masih

belum merupakan prioritas utama di dalam kehidupan keluarganya. Mereka masih

menghadapi berbagai masalah lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari –

hari. Namun pada kegiatan BKB ini para kader BKB menyadarkan masyarakat

bahwa pendidikan dan pengasuhan anak sangat penting untuk tumbuh kembang

anak. Program BKB ini secara garis besar tugas perkembangan anak dibagi

menjadi tujuh aspek yaitu motorik kasar, motorik halus, komunikasi pasif,

komunikasi aktif, kognitif, kemampuan menolong diri sendiri, dan tingkah laku

sosial. Pada kegiatan BKB orang tua juga dapat menceritakan keluhannya

5

mengenai tumbuh kembang anak mereka, sehingga orang tua dapat menemukan

solusi dari permasalahan mereka dalam mengasuh dan menangani tumbuh

kembang anak mereka secara optimal.

Menurut jurnal Evaluasi Pelaksanaan Program Bina Keluarga Balita (BKB)

Di Wilayah Posyandu Melati 1 Desa Kartaraharja Kecamatan Tulang Bawang

Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2009 mengingat jumlah balita di

Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi, maka sebagai

calon generasi penerus bangsa kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu

mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan

kesehatan berkualitas termasuk pembinaan tumbuh kembang balita (Dep Kes RI,

2005 : 1). BKKBN mengembangkan program pendidikan karakter sejak dini

melalui kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) yang langsung menyentuh keluarga

– keluarga sasaran. Melalui keluarga yang mempunyai anak balita di suatu

wilayah para kader dan konselor di lapangan memberikan bimbingan dan simulasi

bagaimana memberikan kasih sayang, memantau pertumbuhan fisik dan

perkembangan psikis anak, memerankan Alat Permainan Edukatif (APE) dan

sebagainya. Pada awalnya jumlah BKB di seluruh Indonesia sekitar 85000

kelompok, saat ini penyelenggara pelaksanaan program Bina Keluarga Balita di

Indonesia berjumlah 1249 kelompok di Lampung (BKKBN, 2008 : 4). Melalui

program Bina Keluarga Balita yang berdiri pada tanggal 1 Maret 2001

berdasarkan surat keputusan Gubernur Lampung Nomor : G/056/BVII/HK/2001

diharapkan setiap keluarga mampu meningkatkan kemampuannya terutama dalam

6

membina anak balitanya agar tumbuh dan berkembang secara optimal melalui

interaksi orang tua dan anak.

Menurut surve lapangan yang ada pada masyarakat pedesaan khususnya

pada masyarakat petani padi yang hanya memiliki pendapatan tidak lebih dari

untuk kebutuhan pokoknya saja, sehingga untuk biaya pendidikan anaknya perlu

pertimbangan yang matang. Waktu untuk anak hampir tidak ada karena orang tua

lebih sering berada di sawah untuk bekerja. Mungkin bagi petani yang hanya

memiliki areal tanah kecil atau sebagai buruh tani hanya mampu menyekolahkan

anaknya pada sekolah yang relatif murah atau bahkan petani tersebut tidak

sanggup untuk menyekolahkan anaknya. Sementara bagi petani padi yang

memiliki areal tanah luas, lebih mudah untuk menyekolahkan anaknya dimanapun

anak memintanya. Bahkan petani tersebut mampu untuk melanjutkan sekolah

anaknya hingga ke perguruan tinggi. Buruh tani ini juga tidak mengetahui dengan

benar cara mengasuh anak dan perkembangan anak sesuai usianya. Melihat dari

kenyataan tersebut program BKB dapat membantu orang tua untuk mengetahui

cara mengasuh anak dan tumbuh kembang anak sudah sesuai dengan usia anak

atau belum. Jika seorang anak tidak tumbuh dan berkembang sesuai usia mereka

maka kader BKB dapat mengambil jalan keluar untuk membantu bagaimana cara

anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Melihat dari permasalahan diatas, maka penulis ingin mengangkat judul

mengenai ”Praktik Pengasuhan Anak Pada Keluarga Petani Peserta BKB Melati 3

Di Desa Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro”. Peneliti ingin

melakukan penelitian di desa Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten

7

Bojonegoro dikarenakan terdapat subjek keluarga petani yang memiliki anak usia

dini yang berusia 0 sampai 3 tahun yang mengikuti kegiatan BKB dan sebagian

besar mata pencaharian mereka adalah petani padi. Masyarakat petani ini juga

memiliki umur yang masih muda sehingga peneliti ingin mengetahui penyuluhan

pengasuhan yang sudah diajarkan oleh BKB (Bina Keluarga Balita) dan

pengasuhan anak pada keluarga petani.

1.2 Pembatasan Masalah

Seperti yang sudah diuraikan di atas dalam hal penerapan perkembangan

anak dalam pengasuhan orang tua penelitian hanya dibatasi pada masalah

penerapan model pengasuhan posyandu bagi orang tua yang memiliki anak usia 0

sampai 3 tahun.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimanakah penyuluhan pengasuhan anak di BKB Melati 3 Desa

Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro?

1.3.2 Bagaimana pengasuhan anak pada keluarga petani peserta BKB Melati 3

di Desa Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Untuk mengetahui penyuluhan pengasuhan anak di BKB Melati 3 Desa

Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro

1.4.2 Untuk mengetahui pengasuhan anak pada keluarga petani peserta BKB

Melati 3 di Desa Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro

8

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil penelitian yang

juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, serta

diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas

pengetahuan.

1.5.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan bagi

peneliti, akademis, instansi pemerintahan dan masyarakat sehubungan

dengan penerapan model pengasuhan BKB bagi masyarakat petani.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi ini terdiri dari 3 bagian yaitu :

1.6.1. Bagian Awal

Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, motto,

persembahan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.

1.6.2. Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari 5 bab, yaitu:

1.6.2.1 Bab I Pendahuluan, mencakup uraian semua hal yang berhubungan

dengan penelitian, meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian penegasan istilah dan sistematika skripsi.

1.6.2.2 Bab II Landasan Teori, mencakup teori-teori yang mendukung

penelitian.

9

1.6.2.3 Bab III Metode Penelitian, mencakup hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian, meliputi : lokasi penelitian, faktor yang diteliti, desain

penelitian, teknik pengambilan data, uji coba instrumen penelitian dan

metode analisis data.

1.6.2.4 Bab IV Hasil Penelitian, yaitu hasil penelitian yang berupa uraian

hasil-hasil penelitian serta pembahasannya.

1.6.2.5 Bab V Kesimpulan dan Saran, mencakup simpulan dari hasil penelitian

dan saran yang diambil sehubungan dengan penelitian tersebut.

1.6.3. Bagian Akhir

Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran.

10

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pengasuhan Anak

2.1.1. Pengertian Pengasuhan

Menurut kamus, pengasuhan sering disebut pula sebagai “child learning”

yaitu pengalaman, keterampilan, kualitas, dan tanggung jawab sebagai orang tua

dalam mendidik dan merawat anak. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik, menurut Satoto, Zeitlin, Colleta, Megawangi, dan Banatunde

(1992:24) diperlukan dua faktor yang saling berkaitan, yaitu interaksi ibu dan

anak secara timbal balik dan pemberian stimulasi. Pengasuhan adalah bentuk

interaksi dan pemberian stimulasi dari orang dewasa disekitar kehidupan anak.

Anak adalah sebagai penerima stimulus yang kemudian memberikan respon.

Stimulus positif yang diharapkan berlangsung selama pengasuhan, misalnya

dengan mensosialisasikan kata – kata positif yang diperdengarkan kepada anak

sejak masih kecil, mengajarkan anak mengenai suatu konsep, mensosialisasikan

tentang peraturan dan sebagainya. Interaksi juga dapat diberikan dalam bentuk

sentuhan, gendongan, ciuman, pujian, dan sebagainya yang mencerminkan

ekspresi emosi pengasuhan serta timbal balik antara pengasuh dan anak. Ekspresi

emosi ini penting agar anak dapat merasakan emosi, sehingga ketika tumbuh

dewasa maka anak dapat menyampaikan emosi tersebut kepada orang lain

disekitarnya.

Menurut pendapat Myers (1992:24) menuliskan bahwa aktifitas

pengasuhan anak paling tidak mencakup beberapa aktivitas berikut yaitu

10

11

melindungi anak, memberikan perumahan atau tempat perlindungan, pakaian,

makanan, merawat anak (termasuk memandikan, mengajarkan cara buang air, dan

memelihara bila anak sakit), memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak,

berinteraksi dengan anak dan memberikan stimulasi kepadanya, serta memberikan

kemampuan sosialisasi dengan budayanya. Kasih sayang atau pola afeksi kepada

anak, menurut Belsky dalam Zeitlin, Megawangi, Colleta, dan Babatunde

(1992:23) adalah kasih sayang seorang ibu yang diukur dengan frekuensi

pertemuan, mendekap, menggendong, dan membelai atau mengajak bicara anak.

Dalam penjelasan Rohner (1990) pada bukunya “The Warmth Dimension Of

Parenting” orang tua ideal disebut sebagai orang tua yang penuh penerimaan

dengan ciri antara lain hangat, perhatian, kasih sayang atau sebaliknya orang tua

yang penuh dengan penolakan yaitu mereka yang agresif dan bermusuhan,

mengabaikan, atau tidak peduli atas kehadiran anak.

Menurut pandangan sosiolog, pengasuhan adalah upaya untuk

mensosialisasikan hal – hal yang berlaku di dalam suatu masyarakat agar anak

dapat berperan secara efektif dalam masyarakatnya (Berns, 1997). Untuk itu

terdapat enam metode sosialisasi yang mungkin dilakukan kepada anak yaitu

afektif, operant, observational, cognitive, social cultural dan pelatihan. Metode

afektif akan menghasilkan kelekatan, observational menghasilkan pemodelan,

cognitive menghasilkan penjelasan dan intruksi, social cultural menghasilkan

tradisi, sedangkan pelatihan menghasilkan pertukaran dan kerjasama. Meskipun

orang tua adalah pengaruh utama serta sumber daya utama bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak, namun orang tua bukan satu – satunya pengaruh yang

12

membentuk perilaku anak. Hal ini karena teman, media masa, masyarakat, dan

konflik pada masyarakat dimana anak tinggal akan memberikan pengaruh dalam

tumbuh kembang anak.

Gaya pengasuhan orang tua mempunyai tipe – tipe yang berbeda dalam

mengasuh anak. Ada 4 gaya pengasuhan orang tua

2.1.1.1. Gaya Pengasuhan Authoritarian atau Otoriter

Gaya pengasuhan ini memiliki ciri - ciri pembatasan dan pemberian aturan

ketat, ketaatan yang bersifat tak terbantahkan, tuntutan orang tua yang tinggi

untuk kepatuhan, otoritas orang tua yang kuat, penetapan aturan yang bersifat

kaku dan tanpa penjelasan. Orang tua dengan gaya otoriter menekankan pada

latihan kekuasaan daripada memberikan penjelasan, menuntut anak, menerapkan

disiplin tinggi, dan kurang dalam pemberian kasih sayang. Fabes &Martin (2003)

menyatakan bahwa orang tua yang otoriter cenderung terdapat pada keluarga yang

mengalami masalah keuangan, kaum minoritas, dan orang dengan agama yang

konservatif.

2.1.1.2. Gaya Pengasuhan Authoritative atau Demokratis

Orang tua dengan gaya demokratis ini dikenal sebagai orang tua yang

moderat, mereka memberikan batasan dan aturan namun mereka melihat adanya

setiap konsekuensi yang bersifat naluriah pada anak dan amat toleran terhadap

adanya kesalahan pada perbuatan anak. Menurut Lamborn (1991), Clawson &

Robila (2001), orang tua dengan gaya pengasuhan demokratis menerapkan

keseimbangan antara disiplin dan pemberian kasih sayang. Orang tua fleksibel dan

responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong ekspresi verbal, saling memberi

13

dan menerima, kerap menjelaskan alasan dibalik tuntutan dan peraturan yang

diterapkannya.

2.1.1.3. Gaya Pengasuhan Permissive

Orang tua dengan gaya pengasuhan permissive, dapat menerima kehadiran

anak dan hangat serta responsif terhadap anak namun memiliki kontrol yang

kurang kepada anak serta memberikan batasan aturan yang tidak memadai.

Menurut Baumrind (1996) orang tua yang permissive amat leluasa dalam

mendisiplinkan anak, orang tua lebih responsif daripada orang tua yang

“Authoratarian” terhadap kebutuhan anak, namun mereka tidak memberikan

batasan yang tepat dan patut bagi perilaku anak.

2.1.1.4. Gaya Pengasuhan Uninvolved

Gaya pengasuhan ini orang tua secara umum memiliki tuntutan dan

batasan yang minimal. Demikian pula dalam merespon pada anak. Orang tua

dengan gaya Uninvolved terlihat mengabaikan dan menolak keberadaan anak.

Keberadaan anak seolah diabaikan bahkan tidak terdapat keterlibatan orang tua

terutama dalam pengembangan emosi dan kematangan sosial anak.

2.1.2. Teori Pengasuhan

Teori pengasuhan yang dikutip dari bahan ajar (Pendidikan Anak Dalam

Keluarga, 2010 : 44) menurut Bern (1997) menyatakan bahwa pengasuhan

merupakan proses yang berlangsung terus menerus yang melibatkan interaksi

antara orangtua dengan anak. Sementara Jarome Kagan (1975) menyatakan

pengasuhan sebagai suatu alat untuk melaksanakan suatu rangkaian pengambilan

keputusan untuk mensosialisasikan nilai kepada anak. Sedangkan teori-teori yang

14

digunakan dalam pengasuhan pada anak mencakup pada beberapa teori dasar

dalam perkembangan manusia, teori-teori tersebut yaitu

2.1.2.1.Teori Psikoanalisis

Teori psikoanalisis yang diungkapkan oleh Freud menjelaskan bahwa

keadaan jiwa dan pikiran seseorang mempengaruhi perilaku, sementara keadaan

jiwa dan pikiran saat ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu seseorang.

Berdasarkan perkembangan usianya maka pola perilaku seseorang dibedakan

menjadi beberapa tahap yaitu mulai periode oral (0 sampai 1 tahun), periode anal

(1 sampai 3 tahun), periode phalic (3 sampai 5 tahun), periode latency (6 sampai

11 tahun), dan periode genital (remaja)

Menurut Freud, pengalaman yang terjadi pada tiap periode akan

menentukan keberhasilan periode selanjutnya. Pada periode oral, individu

memperoleh kepuasan, kesenangan, dari organ mulutnya, sedangkan pada periode

anal diperoleh dari organ analnya. Sementara pada periode phallic individu

memperoleh kesenangan dari orang tuanya, yaitu anak perempuan menyenangi

ayahnya dan sebaliknya anak laki – laki menyenangi ibunya, dan

mengindentifikasikan dirinya sesuai kesamaan gender orang tuanya. Pada periode

latency individu berada pada masa yang paling tenang dan energi dipusatkan pada

kegiatan lain. Selanjutnya pada periode genital sumber kesenangan berasal dari

organ seksualnya. Berdasarkan tahapan tersebut maka Frued menyatakan bahwa

orang tua adalah individu paling berperan dalam kehidupan seorang anak yang

memberikan pengalaman positif dan menyenangkan sesuai umurnya kepada anak.

15

Erikson (Eriksons Psychosocial Theory) melengkapi teori Psychoanalisis

yang menyatakan bahwa tahapan perkembangan individu berlangsung hingga usia

lanjut dan mereka memfokuskannya pada interaksi sosial yang terjadi antara anak

dan keluarga serta antara anak dan masyarakat. Dibandingkan pandangan Freud,

Erikson memiliki pandangan yang lebih menggembirakan karena menurutnya apa

yang terjadi pada masa lalu seseorang tidak lantas membuat seseorang menjadi

buruk selamanya. Sebab menurutnya pengalaman baik (good experience) akan

memperbaiki dan membentuk seseorang di masa datang.

Pandangan Erikson yang penting adalah bahwa perkembangan dan

kemampuan ego individu untuk mengatasi setiap krisis kehidupan berlangsung

sepanjang usia individu. Pandangan Erikson dengan demikian amat

memperhatikan interaksi anak dengan lingkungan, meski ia juga yakin akan

perkembangan ego individu, insting, dan minat yang mengikuti urutan tertentu.

Oleh karena itu dia menggemabrkan ego sebagai ”driving force” dari perilaku.

Pendapat Erikson ini berbeda karena mempelajari ”Healty Personality” bukan

individu yang ”Neurotic” seperti yang dipelajari oleh Freud. Perbedaan lain

adalah Freud menekankan pada ”Infantile Sexuality” sementara Erikson melihat

perilaku anak sebagai akibat dari pengaruh lingkungan sehingga baginya struktur

kepribadian dasar pada umur 5 tahun adalah bukan sesuatu yang ”Fixed”, seperti

yang dituliskan Turner &Helms (1991:46)

”For Erikson, the course of development is reversible, meaning that theevent of later childhood can undo for better or worse personalityfoundations built earlier in life” (Bagi Erikson, perkembangan adalahsesuatu yang bisa diubah, artinya kejadian yang terjadi sesudah masakanak – kanak dapat dihapuskan, untuk hal yang lebih baik maupun lebihburuk, dasar kepribadian dapat dibentuk pada kehidupan berikutnya).

16

Teori psikoanalisis mendapatkan kritikan terutama karena teori ini tidak

didasarkan pada uji eksperimen dan data objektif sehingga dukungan terhadap

teori ini kebanyakan bersifat subjektif. Freud dikritik karena menekankan pada

seksualitas masa kanak – kanak dan menginterpretasikan mimpi. Sementara

Erikson memperluas kajian psikoseksual dengan menambah faktor budaya, seperti

adanya “ego strength” dan identitas dari pada “ego defense systems”. Namun

Erikson juga memperoleh kritikan karena lemahnya hubungan studi kasusnya

dengan kesimpulan yang disusunnya.

2.1.2.2. Cognitive Developmental Theory

Pencetus teori ini adalah Jean Piaget. Cognitive berasal dari kata cognition

yang berarti berpikir, menjelaskan dan memahami. Piaget memperlihatkan bahwa

tahapan perkembangan berpikir individu berkembang secara dinamis sebagai

interaksi antara kematangan diri secara biologis dan pengalaman dengan

lingkungan. Tahapan perkembangan berpikir tersebut adalah sensory motor (0

sampai 2 tahun), preoperational (2 sampai 4 tahun), concrete operational (5

sampai 12 tahun), dan formal operational ( lebih dari 12 tahun).

Teori ini menjelaskan tentang kemampuan untuk memprediksi (seperti

antisipasi atas konsekuensi yang akan muncul setelah mengerjakan sesuatu), dan

kemampuan menggunakan simbol, misalnya melalui kata – kata. Berdasarkan

kemampuan pikirnya tersebut maka tugas orang tua adalah untuk memahami pola

pikir, cara dan kemampuan pikir anak sesuai perkembangan usianya sehingga

mengetahui cara menghadapi, menyampaikan informasi dan pesan kepada anak.

17

Piaget memiliki kontribusi besar bagi pemahaman terhadap definisi

kecerdasan, struktur, dan bagaimana fungsi serta prosesnya berlangsung. Piaget

menyatakan bahwa setiap makhluk memiliki kecerdasan tertentu yang diturunkan,

misalnya bahwa setiap bayi memiliki respon yang sama saat disentuh bibirnya

yang dinamakan reflek. Berdasarkan penelitiannya Piaget menjelaskan bahwa

seiring dengan pertambahan umur maka reflek bayi digantikan dengan

pengalaman bayi tersebut dan prosesnya berubah menjadi mekanisme baru yaitu

struktur psikoligisnya. Struktur psikologis ini tidaklah semata – mata diturunkan

melainkan sebagai hasil interaksi yang kompleks antara faktor biologis dan faktor

pengalaman. Definisi lain yang dituliskan oleh Piaget dalam bukunya

“Psychology of Intellegency” adalah bahwa kecerdasan bagaikan suatu

equilibrium, keseimbangan dan harmoni penyesuaian atau pertukaran anatara

manusia dengan lingkungannya. Piaget juga percaya bahwa keseimbangan ini

tidak serta merta dicapai, melainkan melalui proses adaptasi yang dilakukan

melalui kegiatan. Kegiatan yang mampu dilakukan tersebut untuk selanjutnya

membentuk keseimbangan baru, dan seterusnya. Jadi menurut Piaget, tidak ada

kecerdasan yang bersifat tunggal dan akhir, melainkan bahwa kecerdasan seperti

system yang terus hidup dan beraksi berproses, sebab Piaget sangat tertarik

kepada kerja pikiran atau “mental activity”(Ginsburg and Oppera, 1979).

2.1.2.3. Behaviorisme

Jika psikoanalisis tertarik pada apa yang dirasakan, dipikirkan dan

diimpikan oleh individu, maka teori behaviorisme tidak tertarik pada hal tersebut

dan apapun yang dikatakan oleh individu. Sebaliknya para behaviorist tertarik

18

pada apa yang dikerjakan individu, pada apa saja respon atau reaksi individu saat

mendapatkan lingkungan eksternal seperti stimulus visual dan suara (Harries &

Libert 1991) .

Salah satu ungkapan terkenal ahli behaviorism adalah seperti apa yang

diungkapkan oleh John B. Watson berikut ini :

”give me a dozen healthy infants, well informed, and my own specifiedworld to bring them up in and I’ll guarantee to take any one at randomand train him to become any type of specialist I might select doctor,lawyers, artist, Merchant chief, and yes, even beggar man and Thiess,regardless of his talents, penchants, ten decencles, abilities, vocations, andrace of his ancestors”.(Berikan padaku selusin bayi yang sehat, pengetahuan memadai dan duniakhusus disekitarku untuk membesarkan mereka, dan aku akan menjaminuntuk melatihnya menjadi apapun yang aku mau, apakah itu menjadidokter, pengacara, artis, pedagang, bahkan bisa jadi pengemis dan pencuri,tanpa memandang bakatnya, asal usul, kemampuan maupun rasnya.Teori ini memfokuskan pada konsep perilaku berulang yang dilakukan

seseorang jika diberikan “reward” dan tidak dilakukan atau hilang (extinction)

jika diberikan “punishment” atau sanksi. Ahli seperti Watson, Pavlov, dan Skinner

adalah pencetus teori behaviorisme. Kontribusi Pavlov pada behaviorisme adalah

bahwa setiap proses belajar (learning or conditioning response) akan terjadi bila

stimulus netral (Neutral Stimulus seperti bunyi bel) dipasang atau disertai oleh

unconditioned stimulus (seperti makanan) secara berulang – ulang.

B.F. Skinner adalah behaviorist lainnya yang membahas tentang teori

reinforcement dan reinforcing stimulus. Teorinya kemudian dikenal sebagai

Operant Conditioning, Instrumental learning dan Skinnerian Conditioning. Pokok

bahasan pada operant conditioning adalah pada dorongan, penguatan yang disebut

positive reinforcement, yakni suatu respon yang diikuti oleh pujian, hadiah

19

(reward) akan diulangi kembali oleh individu dalam situasi akan kondisi yang

serupa dengan respon pertama.

Pandangan behaviorist pengasuhan adalah upaya penguatan terhadap

perilaku positif yang dilakukan anak melalui pemberian dukungan, pujian baik

bersifat verbal maupun non verbal. Sebaliknya perbuatan atau perilaku negatif

diberikan hambatan untuk tidak diulangi dengan pemberian hukuman atau sanksi.

Pencetus teori behaviorisme juga melihat bahwa manusia seperti mesin yang

mekanistis, dalam arti bahwa setiap stimulus yang sama akan menghasilkan

respon yang berulang.

2.1.2.4. Social Learning Theory

Para pencetus teori ini melakukan kajian terhadap teori belajar bukan

hanya dari situasi laboratorium atau uji coba di laboraturium, namun melalui

pengematan langsung perilaku anak baik pada situasi yang terstruktur seperti

dilaboraturium maupun pada situasi yang tak terstruktur misalnya dalam ruang

kelas, tempat permainan, dan lain – lain. Mereka percaya bahwa pemberian

reward dan punishment akan mempengaruhi perilaku, tetapi mereka juga percaya

bahwa suatu saat individu akan mengerjakan sesuatu meski tidak diberi hadiah.

Pencetus teori social learning juga menyakini bahwa seseorang akan belajar

dengan mengamati perilaku orang lain yang disebut model. Bandura adalah salah

satu ahli social learning yang terkenal dengan konsep vicarious reinforcement dan

vicarious punishment, yaitu dorongan dan sanksi yang diamati dari orang lain

sehingga diikuti (imitated).

20

Oleh karena itu menurut Bell & Mischel orang tua dan anak

mempengaruhi dan mengatur perilaku satu sama lain, sehingga dikatakannya

sebagai child’s effect approach. Ahli lain yang berakar pada teori ini adalah

Gessel dan Lewin (1935) khususnya melihat adanya suatu proses transaksi,

dimana kehidupan seperti jaringan yang saling berhubungan dan tergantung satu

sama lain sehingga bila salah satu aspek dari kehidupan terpengaruh, maka aspek

kehidupan lain akan terganggu. Pada remaja misalnya adanya perubahan fisik

akan mempengaruhi aspek kehidupan remaja lainnya seperti image diri,

kepercayaan diri, kenyamanan, dan lain – lain. Menurutnya remaja berbeda

dengan masa kanak – kanak yaitu masa terjadi perubahan, ketidak pastian, dan

ketidakyakinan diri, karena harapan dari lingkungan sosial, tuntutan untuk

menghilangkan sifat kekanak – kanakan membuat remaja harus menyesuaikan

diri. Adanya keunikan sifat pada remaja akan menentukan bagaimana cara orang

tua menghadapi remaja yang menurut Lewin merupakan masa “turbulent time”.

2.1.2.5. Genetic and Heredity, Personality theory

Personality atau kepribadian mencakup sikap, nilai, motivasi, image diri,

sikap dan perilaku dalam menghadapi frustasi atau kekecewaan. Kepribadian ini

tidak dapat diprediksi saat bayi lahir namun terlihat polanya selama

perkembangan individu menjadi dewasa. Penelitian yang dilakukan pada anak

kembar yang terpisah atau dibesarkan bersama, memperlihatkan bahwa

karakteristiknya seperti intelektual, dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan.

Menurut Harries & Liebert, suatu penelitian pada anak kembar yang sudah berusia

dewasa dan dibesarkan bersama menunjukkan adanya kontribusi sebesar 50

21

persen dalam “personality traits” seperti sikap altruism, empati, kasih sayang,

sikap agresif dan asertifnya. Kontribusi genetic juga dijelaskan oleh peenlitian lain

yang menyebutkan adanya korelasi cukup tinggi antara kembar identitical yang

hidup terpisah dan antara kembar identitical yang dibesarkan bersama dalam hal

personality traits seperti sikap tradisional potensi social, penolakan kekerasan.

Ahli yang mengakar pada teori personality traits adalah Diana Baumrind

dan Schaefer. Baumrind melahirkan konsep gaya pengasuhan atau parenting

styles yang dipengaruhi oleh personality traits. Menurut Personality Traits orang

tua akan menentukan bagaimana interaksi dan cara pengasuhan kepada anaknya.

Dia membagi parenting styles kepada tiga gaya yaitu authoritative (Demokratis),

Authoritarian (Otoriter), dan Permisisive (Membiarkan), yang seluruhnya

dibentuk oleh kepribadian orang tuanya. orang tua dengan kepribadian terbuka,

tertutup, dan penyetuju diduga akan menjai orang tua dengan gaya pengasuhan

yang demokratis, sedngkan orang tua dengan kepribadian hati – hati, displin,

pencapaian diri, disiplin akan membentuk gaya pengasuhan yang authoritarian,

sementara orang tua yang neuroticism akan menerapkan gaya pengasuhan yang

permissive dan kurang peduli kepada anaknya.

2.1.2.6. Teori Humanisme

Teori ini menekankan pada keunikan individu, potensi personal, dan

dorongan dari dalam diri setiap manusia. Oleh karena itu konsep diri individu, dan

bagaimana mengoptimalkan potensi manusia adalah perhatian utama pencetus

teori ini. Menurut Turner & Helms (1991) teori ini mempertentangkan dua teori

yaitu “environmental learning” dan teori “psychoanalytic theory”. Menurut

22

mereka seorang individu tidak semata dikendalikan oleh kekuatan tak masuk akal

dari pikiran alam bawah sadarnya, sebaliknya individu adalah makhluk bebas dan

kreatif, serta memiliki kemampuan untuk berkembangan dan mencapai aktualisasi

diri.

Pandangan Maslow, kebutuhan hidup manusia dan motivasi didalamnya

ada dalam suatu hirarki berjenjang dari yang paling dasar ke yang paling tinggi.

Menurutnya motif yang lebih tinggi akan terbangun hanya jika kebutuhan dasar

dibawahnya tercapai. Dua kebutuhan dasar manusia tersebut adalah

“physiological well being” dan “safety”. Sementara kebutuhan paling tinggi

adalah aktualisasi diri, yang tercapai saat terpenuhinya seluruh kebutuhan hidup

seseorang. Menurut Maslow setiap individu memiliki motif dan dorongan untuk

mencapai keunikan dari potensi dirinya, kapasitas dan bakatnya, yang disebutnya

sebagai “self actualitation”.

Pencapaian aktualitasasi diri membutuhkan kekuatan ego diri, penerimaan

dari kelompok dan penghargaan dirinya sendiri. Menurut Maslow aktualisasi diri

ini tidak dapat tercapai sampai usia “middle childhood”. Meski kontribusi Maslow

terfokus pada kepribadian orang dewasa, namun teorinya juga banyak

memberikan inspirasi pada anak karena para pendidik mulai menyadari

pentingnya menekankan keunikan diri setiap anak dan menolong untuk

menemukan dan menggunakan setiap potensi yang dimilikinya.

2.1.2.7. Ethological Theory

Teori yang dipelopori Ainsworth dan Bowlby adalah berdasarkan pada

prinsip sosialisasi yang dilakukan pertama kali dengan ibunya yang merupakan

23

sumber makanan, kenyamanan dan perhatian. Pada masa awal kehidupan anak

seorang ibu adalah pengalaman social dan emosi yang memberikan kepuasan dan

dukungan kepada anak. Interaksi ibu dan anak yang tejadi akan membentuk

kelekatan, ikatan kasih sayang yang terus menguat sepanjang waktu.

Secara teoritis perilaku kelekatan antara anak dengan orang tua juga akan

berdampak pada terbentuknya kepercayaan dan rasa aman (Bowlby 1980 dikutip

dari Turner & Helms 1991). Namun terdapat variasi dalam kelekatan (attachment)

antara ibu dan anak yang berbeda atau bervariasi dari satu anak ke anak yang lain.

Penelitian oleh Mary Ainsworth (1979) menunjukkan bahwa variasi individu

dalam perilaku attachment memiliki 3 tipe yaitu Securely Attached, Anxious

Resistant, dan Anxious Avoidant. Securely attached adalah bila seorang anak

mencari ibu saat dibutuhkan, namun mereka juga berusaha mengeksplorasi

lingkungannya, dan saat kepulangan atau kehadiran kembali ibu si anak merasa

gembira dan menginginkan kedekatan dengan ibu kembali. Anxious Resistant

tidak akan mengeksplor lingkungan bila berada pada situasi yang tidak dia kenal

meskipun dengan keberadaan ibunya, dia juga gelisah dan terlihat stres saat ibu

tidak ada, namun bila ibu kembali hadir ia menempel pada ibu si suatu waktu

tetapi menolak ibu di saat yang lain. Anxious Avoidant umumnya relatif tidak

lekat dengan ibu dan terlihat sedikit gelisah dan stres saat ibu pergi, saat ibu

kembali ia sedikit saja merespon dan kadang membiarkan saja ibunya.

Menurut Ainsworth tiga tipe attachment ini ditentukan oleh gaya

pengasuhan ibunya. Seorang anak Securely Attached memiliki ibu yang

responsive dan sensitive, sementara anak Anxious Resistant memiliki ibu yang

24

kurang responsif dan kurang sensitif pada anak, sedangkan anak yang Anxious

Avoidant kerap kali memiliki ibu yang juga tidak responsif bahkan cenderung

menolak keberadaan anak.

2.1.2.8. Teori Sistem Ecological Framework

Premis teori ini didasarkan pada konsep ekologi yang melihat bahwa

menusia adalah bagian dari sistem lingkungan dimana ia hidup dan tinggal. Teori

ini menekankan bahwa setiap sistem terdiri atas unsur – unsur. Unsur dalam

sistem adalah bersifat saling terhubung satu sama lain dan saling mempengaruhi,

dimana perubahan pada satu elemen akan berpengaruh pada elemen lainnya

didalam sistem yang sama. Sementara sistem terdiri atas unsur input, proses, dan

output.

Lebih lanjut disebutkan Goldsmith bahwa input merupakan unsur yang

terdiri dari sumber daya, nilai, tuntutan, tujuan, sedangkan proses terdiri atas

perencanaan, pelaksanaan, sedangkan output terdiri atas antara lain pencapaian

tujuan, kepuasan, dan kesejahteraan. Pencetus teori ini seperti Bronfenbrenner

dikenal dengan model “Ecological Framework Of Child Development”,

memberikan penekanan bahwa seorang anak adalah bagian yang akan dipengaruhi

secara langsung dan tak langsung oleh sistem klingkungan mikro, messo, exo, dan

makro di seputar kehidupan anak.

2.1.2.9. Teori Perkembangan Moral

teori perkembanan moral yang diungkapkan pertama kali oleh Lawrence

Kohlberg adalah paling sering digunakan untuk menjelaskna bagaimana

perkembangan seseorang untuk menjadi baik. Menurut Kohlberg perkembangan

25

moral adalah perubahan tingkat moral dari yang berorientasi sosial kepada yang

berorientasi nurani diri sendiri. Perkembangan moral manusia dapat dilihat dari

dua landasan teori yaitu Cognitive Development model dengan pelopor utamanya

adalah Piaget dan Kohlberg.

Pandangan Piaget, Jean Piaget terkenal dengan model Cognitive

Developmental Models, yang menekankan bahwa perkembangan kognitif

membentuk perkembangan moral, dan bahwa kemampuan menjelaskan seseorang

dan tingkat pengetahuannya terhadap moral menentukan aktivitas moralnya.

Dalam pandangan Piaget, ketidakmampuan anak untuk melihat permasalahan

yang komplek, karena keterbatasan kemamuan berpikirnya, menyebabkan anak

tidak mampu memahami isu moral tertentu (Lickona 1992).

Disamping itu terdapat Social Cognitive Theory Of Moral Development

yang juga membentuk perilaku seseorang tentang moral. Teori ini menekankan

kepada adanya perbedaan antara kompetensi moral dengan penampilan seseorang

yang menimbulkan variasi antar individu. Teori Piaget tentang Cognitive

Disequilibrium Theory menjelaskan bahwa seseorang memiliki kapasitas dalam

memikirkan, memahami, mengingat, menjelaskan, dan belajar sesuatu. Kapasitas

tersebut dapat diumpamakan seperti timbangan yang naik turun dan bersifat

seperti debat setuju dan tidak setuju sambil menjaga kesetimbangannya pada titik

tertentu.

Piaget membagi perkembangan moral ke dalam empat tahap. Pada tahap

pertama (usia 2 sampai 4 tahun) anak belum mempunyai konsepsi yang nyata

26

tentang moral. Umunya perilaku mereka terfokus pada permainan dan aktivitas

imajinasi yang tidak memiliki aturan.

Pada tahap kedua, ketika anak mencapai 5 sampai 7 tahun, anak mulai

belajar peraturan sosial. Anak mengenal peraturan yang diperintah dan dilatih oleh

orang pemegang otoritas. Tahap kedua ini juga disebut moral realisme, masa saat

anak tidak berpikir untuk mempertanyakan tujuan suatu peraturan walaupun

mereka tidak memahami tujuan tersebut. Masa ini dikenal pula sebagai objective

responsibility berdasarkan ketidakmampuan anak untuk mengenal tidakan yang

salah, sebab mereka hanya melihat apa yang terjadi dan tidak ada tujuan yang ada

dibalik tindakan tersebut. Digambarkan pula oleh Piaget bahwa konsep Immanent

Justice melandasi tindakan anak pada masa ini karena anak pada tahap ini

senantiasa menghubungkan kejadian saat ini dengan kejadian atau perbuatan

sebelumnya.

Pada tahap ketiga (8 sampai 11 tahun) anak – anak secara perlahan mulai

mengenal peraturan sebagai kesepakatan yang menolong dan melindungi masing

– masing individu. Pada tahap ini anak juga mampu mempertimbangkan faktor

lain (motif dan tujuan) untuk mengevaluasi moral.

Pada tahap terakhir seseoarang mulai mampu untuk membuat peraturan

baru, konsep formal operational telah memungkinkan mereka untuk

membayangkan imajinasi hipotesis yang ada di sekitarnya. Mereka juga telah

mampu untuk menggunakan penjelasan moralnya ke dalam konteks yang lebih

luas (lingkungan sosial dan politik)

27

Pandangan Kohlberg, Lawrence Kohlberg adalah orang pertama yang

dalam tesisnya membahas secara khusus perkembangan moral manusia dan

menyempurnakan pemikiran Jean Piaget. Dia menyatakan bahwa moral manusia

tersusun dalam tiga tingkat yakni pre conventional, conventional, dan post

conventional (Lickona 1992, Vasta, Haith, Miller 1990).

Pada level Pre Conventional terdiri atas dua tahap yaitu heteronymous saat

seorang anak cenderung egocentrik, individualism dan instrumental.

Heteronymous saat seorang anak cenderung egocentrik, mereka beranggapan

bahwa perasaannya dapat dimengerti oleh semua orang disekitarnya, sehingga

moral diarahkan oleh kekuatan dan otoritas. Individualisme dan instrumental,

anak mulai memahami bahwa orang lain mempunyai kebutuhan dan pandangan

yang berbeda – beda, namun moral diartikan sebagai pencarian sesuatu untuk

dirinya sendiri dan keinginannya untuk mendapatkan reward dari lingkungan

sosialnya.

Pada level Conventional juga terdiri atas dua tahap, masing – masing

adalah Interpersonal Conformity serta Law dan Order. Pada tahap Interpersonal

Conformity moral baik tercapai jika ia disukai orang lain, sementara pada tahap

Law dan Order apa yang disebut moral baik adalah ketika hal tersebut sah atau

legal sesuai hokum yang berlaku.

Pada level Post Conventional terdiri atas sosial contrak dan universal

etjical principles. Pada tahap ini moral ditentukan oleh hak – hak asasi manusia.

Sedangkan pada tahap universal ethical, diasumsikan adannya prinsip universal

28

dari moral, diatas hukum dan kewibawaan manusia sehingga moral diartikan

sebagai kesadaran diri atas hati nurani (Personal Conscience)

Berdasarkan analisanya terhadap perkembangan moral manusia tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa Kohlberg melihat adanya perubahan tingkat moral

manusia dari yang berorientasi sosial kepada yang berorientasi nurani diri sendiri.

Pandangan Kohlberg bahwa setiap manusia mangalami tahap pemikiran moral

yang bersifat paling tinggi (stage 5) dipandang para ahli lain sangat teoritikal dan

tidak applicable sebab kemampuan manusia untuk menjelaskan moral tidak selalu

sejalan dengan kemampuan untuk melakukannya. Sebab perilaku moral tidak

diragukan lagi dipengaruhi oleh banyak faktor lain diluar moral reasoning, yaitu

antara lain interaksi dengan perkelompok contoh perilaku kebaikan dan praktek

disiplin.

Moral reasoning dan sosial conventional reasoning adalah konsep tentang

moral yang memfokuskan pada kemampuan individu untuk menjelaskan benar

dan salah atas dasar pertimbangan logika berpikirnya sendiri dan sebaliknya

adalah sosial conventional reasoning yang memfokuskan pada kemampuan

menjelaskan benar dan salah atas dasar pertimbangan sosial masyarakatnya.

Dalam pandangan teori perilaku, moral (Moral Behavior Concept) adalah konsep

tentang perbuatan seseorang yang ditentukan oleh proses pemberian dorongan

atau hadiah, pemberian hukuman dan peniruan. Penyempurnaan teori moral yang

dicetuskan oleh Kohlberg, Lickona tahap perkembangan moral manusia kepada

lima tahap mulai tahap egosentris hingga tahap tertinggi yaitu tahap prinsip

nurani.

29

Pandangan Kohlberg tahap heteronymous dan individualisme atau

instrumental dipengaruhi oleh sifat egosentris pada individu sehingga individu

berbuat baik karena menghormati otoritas orang lain atau karena ingin mendapat

reward atau pujian. Sedangkan Lickona melihat fase egosentris pada tahap awal

(0 sampai 2 tahun), karena pada fase berikutnya moral individu diarahkan oleh

kekuatan individu lain yang dipandangnya memiliki otoritas terhadap dirinya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sifat egosentrisme telah mulai hilang pada

individu, sebaliknya mereka telah mampu memberikan penghormatan kepada

orang yang memiliki otoritas. Pandangan Kohlberg dalam hal ini lebih tepat,

karena menurut Piaget selama masa usia pra sekolah, pola pikir pre operational

masih berpusat pada diri individu sehingga pola centering dan irreversibility

masih mendominasi sehingga anak pada usia ini masih memikirkan pola pikir

yang terpusat pada dirinya.

Pada tahap berikutnya Kohlberg menilai bahwa individu akan memasuki

tahapan interpersonal conformity, dimana Kohlberg akan mempertimbangkan

perilakunya berdasarkan kesepakatan dengan orang lain terutama teman bermain.

Menurut Lickona tahap ini desebutnya sebagai fase balas membalas yang seiring

dengan konsep reward dan punishment yaitu akan menyukai orang yang baik

padanya, dan sebaliknya benci pada orang yang tidak baik kepadanya. Namun

baik dan buruknya seseorang adalah bila menguntungkan pada dirinya sendiri.

Pada tahap selanjutnya terdapat konsistensi pada keduanya karena memasuki

tahap sosial dan universal dari kebaikan.

30

2.1.3. BKB (Bina Keluarga Balita)

Bina Keluaraga Balita (BKB) adalah salah satu media pelayanan kesehatan

yang memiliki berbagai jenis kegiatan yaitu penyuluhan dan bermain dengan Alat

Permainan Eduaktif (APE). Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tentang pentingnya proses

tumbuh kembang balita serta meningkatkan keterampilan ibu dan anggota

keluarga lainnya dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal,

antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan

Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia (Soetjiningsih, 1995).

Sebelum BKB berdiri, pemerintah lebih memperhatikan aspek

pertumbuhan fisik balita, antara lain melalui berbagai usaha perbaikan gizi

keluarga (UPGK), didirikan untuk melengkapi program yang telah ada dengan

perhatian pada pertumbuhan dan perkembangan balita (BKKBN, 1992).

Program BKB ini dimulai pada tahun anggaran 1981 dengan uji coba di 3

desa lokasi perbaikan kampung, yaitu Cirebon, Semarang dan Ujung Pandang.

Dalam masa ini telah pula dilakukan hal-hal yang berkaitan dengan aspek

manajemen program. Selanjutnya, BKB terus dikembangkan menjadi proyek

percontohan di 27 propinsi secara bertahap. Sehingga pada tanggal 25 dan 26

Januari 1990 melalui seminar nasional tentang pengembangan BKB, tercapai

kesepakatan dan menetapkan sasaran jangkauan desa per propinsi untuk Pelita 5,

yang keseluruhannya berjumlah 17.573 desa di seluruh Indonesia (BKKBN,

1992).

31

Program BKB dicanangkan Bapak Soeharto pada hari ibu tahun 1981.

Program ini merupakan suatu program yang melengkapi program-program

pengembangan sumber daya manusia yang telah dilaksanakan seperti misalnya

program-program perbaikan kesehatan dan gizi ibu dan anak (BKKBN, 1992).

Pelaksanaan program BKB dimulai pada tahun anggaran 1985/1986. Hal

ini berdasarkan pengarahan Ibu Negara pada tanggal 21 Juli 1984 melalui Surat

Keputusan Bersama Menteri Negara UPW dan Kepala BKKBN no 11 KEPMEN

UPW/IX/84 dan no 170/HK010/E3/84 tentang kerjasama pelaksanaan

pengembangan proyek BKB dalam keterpaduan dengan program KB dalam

rangka mempercepat proses pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera (NKKBS). Keputusan Bersama ini menggariskan BKKBN sebagai

penanggung operasional BKB (BKKBN, 2007).

2.1.4 Ciri – Ciri Program BKB

Program BKB memiliki beberapa ciri utama diantaranya sebagai berikut :

2.1.4.1. Menitikberatkan pada pembinaan ibu dan anggota keluarga lainnya yang

memiliki balita

2.1.4.2. Membina tumbuh kembang anak

2.1.4.3. Menggunakan alat bantu seperti Alat Permainan Edukatif (APE),

dongeng, nyanyian sebagai perangsang tumbuh kembang anak

2.1.4.4. Menekankan pada pembangunan manusia pada usia dini, baik fisik

maupun mental

2.1.4.5. Tidak langsung ditujukan kepada balita

32

2.1.4.6. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya agar dapat

mendidik dan mendidik balitanya (BKKBN, 2007).

BKB dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya

tenntang pentingnya :

a. Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental dan sosial

b. Pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya di

Posyandu

2. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam

mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulus

mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan

pelayanan yang tersedia (Soetjiningsih, 1995).

Kegiatan BKB dilakukan satu kali dalam sebulan. Penanggung jawab

umum gerakan BKB adalah Lurah atau Kepala Desa. BKB direncanakan dan

dikembangkan oleh kader, LKMD dan PKK serta Tim Pembina LKMD tingkat

kecamatan. Penyelenggarannya dilakukan oleh kader terlatih berasal dari anggota

masyarakat yang bersedia secara sukarela bertugas memberikan peyuluhan kepada

sasaran gerakan BKB.

BKB dilaksanakan untuk membina ibu kelompok sasaran yang

mempunyai anak Balita. Ibu sasaran ini, dibagi menjadi 5 kelompok menurut

umur anaknya, yaitu :

1. Kelompok ibu dengan anak umur 0-1 tahun

2. Kelompok ibu dengan anak umur 1-2 tahun

33

3. Kelompok ibu dengan anak umur 2-3 tahun

4. Kelompok ibu dengan anak umur 3-4 tahun

5. Kelompok ibu dengan anak umur 4-5 tahun

Pembagian kelompok umur ini sesuai dengan tugas perkembangan anak,

dimana tiap-tiap kelompok umur tersebut mempunyai tugas perkembangan anak

(Soetjiningsih, 1995). BKB sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi

oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian

kegiatan BKB dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah

penduduk, balai desa, tempat pertemuan RT atau di tempat khusus yang dibangun

oleh masayarakat.

Adapun kegiatan BKB dilakukan oleh kader yang terlatih dengan 3 kegiatan :

1. Penyuluhan

2. Bermain APE (Alat Permainan Edukatif)

3. Pencatatan hasil perkembangan ke dalam KKA

APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan

anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna

untuk:

1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau

merangsang pertumbuhan fisik anak.

2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang

benar.

3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk,

warna, dll.

34

4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi

antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat (Soetjiningsih, 1995).

Kegiatan yang dilaksanakan dalam bermain APE adalah :

1. Kegiatan bermain APE secara teratur dilaksanakan di BKB oleh balita dengan

bimbangan kader.

2. Kader juga menjelaskan kepada ibu yang mempunyai balita dalam hal

penggunaan APE agar dapat diaplikasikan di rumah.

Syarat yang harus dipenuhi APE adalah sebagai berikut :

1. Aman.

Alat permainan anak balita, tidak boleh terlalu kecil, catnya tidak boleh

mengandung racun, tidak ada bagian-bagian yang tajam, dan tidak ada bagian-

bagian yang mudah pecah. Karena pada umur tersebut anak mengenal benda di

sekitarnya dengan memegang, mencengkeram, memasukkan kedalam mulutnya.

2. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak.

Bila ukurannya terlalu besar akan sukar dijangkau anak, sebaliknya kalau terlalu

kecil akan berbahaya karena dapat dengan mudah tertelan oleh anak. Sedangkan

kalau APE terlalu berat, maka anak akan sulit memindah-mindahkannya serta

akan membahayakan bila APE tersebut jatuh dan rnengenai anak.

3.Desainnya harus jelas.

APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan warna tertentu, serta jelas

maksud dan tujuannya.

4. APE harus mempunyai fungsi uniuk mengcmbangkan berbagai aspek

perkembangan anak, seperti motorik, bahasa. kecerdasan dan sosialisasi.

35

5. Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tetapi jangan terlalu sulit

sehingga membuat anak frustasi, atau terlalu mudah sehingga membuat anak cepat

bosan.

6. Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun bentuknya. Bila

bersuara, suaranya harus jelas.

7. APE harus mudah diterima semua kebudayaan karena bentuknya sangat umum

8. APE harus tidak mudah rusak. Kalau ada bagian-bagian yang rusak harus

mudah diganti. Pemeliharaannya mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat,

harganya terjangkau oleh masyarakat luas (Soetjiningsih,1995).

Kegiatan BKB adalah kegiatan pelayanan pada hari buka BKB yang

dilakukan satu hari dalam sebulan. Untuk melaksanakan fungsinya dengan baik,

sesuai dengan pedoman yang berlaku, maka jumlah kader setiap BKB minimal 10

orang yang dibagi dalam 5 kelompok umur. Setiap kelompok umur dibina kader

inti yang memberikan penyuluhan, kader piket yang mengasuh anak balita dan

kader bantu yang membantu dan dapat menggantikan tugas kader inti atau kader

piket demi kelancaran tugas (BKKBN, 2007).

Pertemuan penyuluhan BKB adalah forum pertemuan yang

diselenggarakan oleh kader dan ibu peserta sebagai wadah penyampaian pesan

dari kader kepada ibu peserta (BKKBN, 1992). Istilah penyuluhan seringkali

dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya merupakan upaya edukatif.

Secara popular penyuluhan lebih menekankan "bagaimana", sedangkan

penerangan lebih menitikberatkan pada "apa". Dalam uraian bcrikut ini

penyuluhan diberikan arti lebih luas dan menyeluruh. la merupakan upaya

36

perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif.

Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiaian yang dilakukan secara

sistematik, terencana, terarah, dengan peran serta aktif individu maupun kelompok

atau masyarakat, umuk memecahkan masalah masyarakat dengan

memperhitungkan faktor sosial, ekonomi, budaya setempat (Suhardjo, 2003).

Penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukatif untuk

menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antar provider dan

masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang

mempunyai sikap mental dan kemampuan unluk memecahkan masalah yang

dihadapinya (Suhardjo, 2003).

2.1.5. Materi Kegiatan BKB

Isi materi pada kegiatan penyuluhan BKB berbeda pada setiap kelompok

umur balita. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan anak yang berbeda

masing-masing kelompok umur, sehingga cara stimulasi maupun media yang

diperlukan untuk interaksi antara ibu dan anak pun berbeda.

Pada program BKB, secara garis besarnya materi penyuluhan diantaranya

(BKKBN, 2007):

- Materi I : Integrasi KB dengan BKB

- Materi II : Konsep diri ibu dan peran ibu dalam pendidikan balita

- Materi III : Proses tumbuh kembang anak

- Materi IV : Gerakan kasar

- Materi V : Gerakan halus

- Materi VI : Komunikasi Pasif

37

- Materi VII : Komunikasi Aktif

- Materi VIII : Kecerdasan

- Materi IX : Menolong Diri Sendiri

- Materi X : Tingkah laku sosial

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut

adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi

fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, inteektual dan tingkah laku

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).

Perkembangan yang dialami anak dan merupakan rangkaian perubahan

yang teratur dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya

yang berlaku secara umum (Depkes RI, 2000).

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada

masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial

emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan rnerupakan landasan

perkembangan berikutnya Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga

dibentuk pada masa ini (Depkes Rl, 2001). Untuk memantau perkembangan anak

balita, terdapat 7 aspek yang dipantau tingkat perkembangannya, antara lain

2.1.5.1. Perkembangan kemampuan gerak kasar.

Gerakan (motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh

seluruh tubuh, sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian

38

gerak tubuh, dan perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan

pusat motorik di otak. Disebut gerak kasar karena gerakan yang dilakukan

melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena

dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Contoh; gerakan membalik dari

telungkup menjadi telentang atau sebaliknya, gerakan berjalan, berlari dan

sebagainya.

2.1.5.2. Perkembangan kemampuan gerak halus.

Dikatakan gerakan halus karena hanya melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu saja dan dilakukan oleh otot - otot kecil, karena itu tidak begitu

memerlukan tenaga. Contoh; gerakan mengambil sesuatu benda dengan hanya

menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan, memasukan benda ke dalam lubang,

menari, menggambar dan gerakan lainnya.

2.1.5.3. Perkembangan kemampuan komunikasi pasif.

Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk mengerti isyarat dan

pembicaraan orang lain. Contoh; menengok kearah sumber suara, mengerti

kalimat sederhana, senang mendengarkan cerita, mengerti dan dapat

melaksanakan perintah dari yang sederhana hingga yang lebih sukar.

2.1.5.4. Perkembangan kemampuan komunikasi aktif

Perkembangan kemampuan komunikasi aktif yaitu kemampuan untuk

menyatakan perasaan dan keinginannya melalui tangisan, gerakan tubuh, maupun

dengan kata-kata. Sebagai makhluk sosial, anak akan selalu berada diantara atau

bersama orang lain. Agar dicapai saling pengetian maka diperlukan suatu

39

komunikasi, dimana bahasa merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan

perasaannya.

Baik komunikasi pasif maupun yang aktif, keduanya perlu dikembangkan

yaitu dengan cara melatih anak secara bertahap agar mau dan mampu

berkomunikasi seperti berbicara, mengucapkan kalimat-kalimat, menyanyi dan

ungkapan verbal (lisan) lainnya.

2.1.5.5. Perkembangan Kecerdasan.

Pada anak Balita, kemampuan berpikir mula-mula berkembang melalui

kelima inderanya. Ia melihat warna-warna, mendengar suara atau bunyi-bunyi,

mengenal rasa dan seterusnya. Daya pikir dan pengertian mula-mula terbatas pada

apa yang nyata yang dapat dilihat dan dipegang atau dimainkan. Kemudian

berbagai konsep atau pengertian akan dimiliki, seperti konsep tentang benda,

warna, manusia, bentuk, dll. Semua konsep ini kemudian memungkinkan anak

melakukan pemikiran-pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, yang lebih abstrak

dan majemuk.

2.1.5.6. Perkembangan menolong diri sendiri.

Seorang anak pada awal kehidupannya mula-mula masih bergantung pada

orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya. Dengan makin mampunya dia

melakukan gerakan motorik dan bicara, anak terdoromg untuk melakukan sendiri

berbagai hal. Orang tua harus melatih usaha mandiri anak ini, mula-mula dalam

hal menolong kebutuhun anak sehari-hari, misalnya makan, minum, buang air

kecil dan besar, berpakaian, dll. Kemudian kemampuannya ditingkatkan dalam

hal kebersihan, kesehatan dan kerapihan.

40

2.1.5.7. Perkembangan tingkah laku sosial.

Yaitu kemampuan anak berinteraksi dan bersosialisasi dengan

lingkungannya. Mula-mula anak hanya mengenal orang-orang yang paling dekat

dengan dirinya yaitu ibunya, kemudian orang-orang serumah. Dengan

bertambahnya usia anak, luas pergaulan juga perlu dikembangkan. Anak perlu

berkawan, perlu diujar tentang aturan-aturan, disiplin, sopan santun, dan lain-lain.

2.2. Keluarga Petani

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seorang individu

karena keluarga adalah lingkungan eksternal pertama yang dikenal begitu individu

baru dilahirkan di dunia. Saat seorang bayi lahir maka untuk mendapatkan

makanan pertama anak akan memperoleh dari air susu ibu dan itulah periode saat

bayi amat tergantung pada pemberian kebutuhan hidupnya dari ibu. Kebutuhan

selain pangan yang diperlukan bayi paska kelahiran adalah pakaian untuk

menutupi tubuhnya agar dapat bertahan hidup dan itu diperolehnya dari ibu dan

anggota keluarga lainnya. Seluruh kebutuhan primer bagi seorang anak untuk

hidup dan bertahan hidup, dengan demikian ditentukan oleh kemampuan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan eksternal pertama inilah yang

disebut keluarga. Seperti yang dikatakan William Bennet bahwa keluargalah

tempat paling efektif dimana seorang anak menerima kebutuhan kesehatan,

pendidikan, dan kesejahteraan bagi hidupnya serta kondisi biologis, psikologis

dan pendidikan serta kesejahteraan seorang anak amat tergantung pada keluarga.

41

”the biological, psychological and education well being or our children depend

on the well being of the family is the original and most effective department of

health, education and welfare. And if it fails to teach honesty, courage, desire for

excellence, and a host of basic skills, it is exceedingly for any other agency to

make up its jailures” (Kesejahteraan biologis, psikologis dan pendidikan seorang

anak tergentung pada kesejahteraan keluarga, sementara keluarga sendiri adalah

departemen paling orisinal dan efektif dalam pembentukan kesehatan, pendidikan

dan kesejahteraan. Dan bila keluarga gagal dalam menciptakan kejujuran,

keberanian, keinginan maju dan serangkai ketrampilan dasar, maka akan sangat

sulit bagi institusi manapun untuk memperbaiki kegagalan tesebut)

Kesejahteraan anak ditentukan oleh kesejahteraan keluarga, secara

sederhana maka untuk menyejahterakan anak makakita harus menyejahterakan

keluarga terlebih dahulu. Mengambil premis teori “Social Learning” atau

“System” hal ini bisa dipahami mengingat didalam keluarga anak melihat,

mengamati, mengambil model dan berinteraksi saling pengaruh mempengaruhi.

Walaupun sulit untuk menentukan atau mencari persamaan – persamaan

dan ciri – ciri pada semua keluarga, paling tidak kita dapat menentukan ciri – ciri

keluarga secara umum dan khusus yang akan terdapat pada keluarga dalam bentuk

dan tipe apapun. Untuk itu ciri – ciri keluarga dapat digolongkan sebagai berikut :

2.2.1.1 Ciri – Ciri Umum

Ciri – ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac

Iver and Page antara lain :

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

42

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara

3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan

4. Ketentuan – ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota – anggota

kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan – kebutuhan

ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan

membesarkan anak

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau

bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.

Burgess dan Locke juga mengemukakan terdapat 4 karakteristik keluarga

yang terdapat pada semua keluarga dan juga untuk membedakan keluarga dari

kelompok – kelompok sosial lainnya :

a. Keluarga adalah susunan orang – orang yang disatukan oleh ikatan – ikatan

perkawinan, darah, atau adopsi. Pertalian antara suami dan istri adalah

perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah darah,

dan kadangkala adopsi.

b. Anggota – anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap

dan merupakan susunan saru rumah tangga atau jika mereka bertempat tinggal,

rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka. Kadang – kadang, seperti masa

lampau rumah tangga adalah keluarga luas meliputi didalamnya tiga, empat

sampai lima generasi. Sekarang Amerika Serikat rumah tangga tersebut

semakin kecil ukurannya, umumnya dibatasi oleh suami istri tanpa anak atau

dengan satu anak, dua ataupun tiga anak. Definisi mengenai rumah tangga

43

adalah merupakan kelompok orang – orang yang bertempat tinggal bersama

dan membentuk unit rumah tangga sendiri. Tempat kos dan rumah penginapan

bisa saja menjadi rumah tangga tetapi tidak akan dapat menjadi keluarga

karena anggota – anggotanya tidak dihubungkan oleh darah, perkawinan atau

adopsi.

c. Keluarga merupakan kesatuan dari orang – orang yang berinteraksi dan

berkomunikasi yang menciptakan peranan – peranan sosial bagi suami dan

istri, ayah dan ibu, putra dan putri, serta saudara laki – laki dan saudara

perempuan. Peranan – peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing

– masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentiment – sentiment yang

sebahagian merupakan tradisi dan sebahagia lagi emosional yang menghasilkan

pengalaman.

d. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang diperoleh pada

hakekatnya dari kebudayaan umum tetapi dalam suatu masyarakat yang

kompleks masing – masing keluarga mempunyai ciri – ciri yang berlainan

dengan keluarga lainnya. Berbedanya kebudayaan dari setiap keluarga timbul

melalui komunikasi anggota – anggota keluarga yang merupakan gabungan

dari pola – pola tingkah laku individu. Perbedaan pola – pola ini dapat terbawa

oleh istri maupun suami ke dalam perkawinan atau diperolah sesudah

perkawinan lewat pengalaman – pengalaman yang berbeda dari suami, istri dan

anak – anak mereka. Perkawinan merupakan penyatuan dari dua orang yang

masing – masing mempunyai sejarahnya sendiri – sendiri. Keluarga merupakan

gabungan dari pola – pola kebudayaan yang disalurkan melalui dua sisi

44

keluarga yang dalam interaksinya dengan pengaruh – pengaruh kebudayaan

luar menimbulkan pola – pola kebudayaan yang berbeda dari setiap keluarga

baru.

Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang – orang

yang disatukan oleh ikatan – ikatan perkawinan darah, atau adopsi merupakan

susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain

yang menimbulkan peranan – peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra

dan putri, saudara laki – laki dan perempuan dan merupakan pemelihara

kebudayaan bersama.

2.2.1.2 Ciri – Ciri Khusus

Dari seluruh organisasi kecil maupun besar yang terdapat didalam

masyarakat, tidak ada yang lebih penting dari keluarga dalam intensitas pengertian

sosiologisnya. Hal ini berpengaruh terhadap keseluruhan kehidupan masyarakat

dalam hal – hal yang tak terhingga jumlahnya, dan perubahan – perubahannya

juga seperti yang nyata kita lihat terdapat di seluruh struktur sosial. Hal ini

merupakan kemampuan variasi yang tidak habis – habisnya dan juga

memperlihatkan kesinambungan yang luar biasa dan keuletannya dalam melalui

perubahan demi perubahan. Organisasi keluarga ini dalam beberapa hal tidaklah

lama dengan asosiasi lainnya, disamping memiliki ciri – ciri umum sebagai suatu

organisasi lazimnya, keluarga memiliki ciri – ciri khususnya sebagai berikut :

1. Kebersamaan

Keluarga merupakan bentuk yang hampir paling universal diantara bentuk

– bentuk organisasi sosial lainnya. Dia dapat ditemui dalam semua masyarakat,

45

pada semua tingkat perkembangan sosial dan terdapat pada tingkatan manusia

yang paling rendah sekalipun diantara beribu – ribu species makhluk manusia.

Hamper setiap keadaan manusia mempunyai keanggotaan dari beberapa keluarga.

2. Dasar – dasar emosional

Hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan – dorongan yang sangat

mendalam dari sifat organis kita, seperti perkawinan, menjadi ayah, kesetiaan

akan maternal, dan perhatian orang tua. Ini dibentengi oleh pria dengan arti yang

mendalam dan ikatan kelompok yang erat tentang emosi – emosi sekunder, dari

cinta romantik samapi pada kebanggaan akan ras dari rasa kasih sayang

perkawinan sampai pada keinginan untuk menjaga perekonomian rumah tangga

dari kecemburuan yang dimiliki oleh individu sampai kepada hasrat untuk hidup

abadi yang sangat menyusahkan.

3. Pengaruh Perkembangan

Hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan yang paling awal dari

semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termauk manusia, dan pengaruh

perkembangan yang paling besar dalam kesadaran hidup yang mana merupakan

sumbernya. Pada khusunya hal ini membentuk karakter individu lewat pengaruh

kebiasaan – kebiasaan organis maupun mental. Untuk mengenal pengaruh

keeakannya kita tidak perlu menganut pandangan bahwa pengaruh keluarga pada

masa pertumbuhan menentukan sekali, khususnya terhadap semua struktur

kepribadian individu.

4. Ukuran yang terbatas

46

Keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya yang dibatasi

oleh kondisi – kondisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa kehilangan

identitasnya. Oleh sebab itu keluarga merupakan skala yang paling kecil dari

semua organisasi formal yang merupakan struktur sosial dan khususnya dalam

masyarakat yang sudah beradab dimana keluarga secara utuh terpisah dari

kelompok kekerabatan.

5. Posisi inti dalam struktur sosial

Keluarga merupakan inti dari organisasi sosial lainnya, kerap didalam

masyarakat yang masih sederhana maupun dalam masyarakat yang lebih maju

yang mempunyai tipe masyarakat partial, struktur sosial secara keseluruhan

dibentuk dari satuan satuan keluarga. Hanya dalam masyarakat yang kompleks

dengan peradaban yang lebih tinggi berhenti untuk memenuhi fungsi – fungsi ini

demikian juga pada masyarakat lokal, seperti halnya pembagian kelas – kelas

sosialnya, cenderung untuk mempertahankan kesatuan kesatuan keluarga. Salah

satu definisi yang diberikan untuk masyarakat adalah “kumpulan dari keluarga –

keluarga” dan bagi masyarakat lokal definisi ini dengan berbagai kualifikasi

masih digunakan sampai sekarang.

6. Tanggung jawab para anggota

Keluarga memiliki tuntutan – tuntutan yang lebih besar dan continue

daripada yang biasa dilakukan oleh asosiasi – asosiasi lainnya. Pada masa krisis

manusia mungkin bekerja, berperang dan mati demi negara mereka. Tetapi

mereka harus membanting tulang sepanjang hidupnya demi keluarga mereka.

Keluarga mengarahkan laki – laki dan wanita juga untuk memperlihatkan kepada

47

yang lain bahwa diri mereka sendiri mempunyai suatu tugas – tugas yang paling

sukar sekali dan suatu tanggung jawab yang berat. Tidak berarti bahwa keluarga

harus membuat anggota – anggotanya melulu hanya mementingkan kepentingan

orang lain atau dengan kata lain bahwa kerja keras ini dilaksanakan sesuai dengan

kondisi – kondisi pemenuhan kebutuhan yang mampu dilakukan oleh keluarga.

Kehidupan keluarga juga mengakar secara mendalam pada dorongan dorongan

pokok seperti yang diartikan dalam hal ini. Dorongan – dorongan ini

mengarahkan laki – laki ke dalam tanggung jawab yang semakin besar terhadap

keluarga dan menopang mereka dalam memenuhi tugas – tugas yang tidak dapat

mereka perhitungkan.

7. Aturan kemasyarakatan

Hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal – hal yang tabu didalam

masyarakat dan aturan – aturan sah yang dengan kaku menentukan kondisi –

kondisinya. Pada satu tempat, perjanjian perkawinan lebih keras dibatasi

dibandingkan dari perjanjian – perjanjian lainnya, dimana pasangan tidak

mempunyai kebebasan untuk menentukan syarat – syaratnya atau merubahnya

dengan persetujuan bersama. Setiap bentuk perjanjian perkawinan mempunyai

perbedaan sesuai dengan perbedaan tipe – tipe masyarakat yang bersangkutan dan

masing – masing mempunyai bentuk yang berlaku dan menuntut adanya

ketegasan. Pada masyarakat modern keluarga merupakan salah satu asosiasi yang

dengan persetujuan kelompok dapat dengan bebas masuk tetapi tidak bebas untuk

meninggalkan atau membubarkannya walaupun dengan persetujuan bersama.

8. Sifat kekekalan dan kesementarannya

48

Sebagai institusi, keluarga merupakan sesuatu yang demikian permanen

dan universal, serta sebagai asosiasi merupakan organisasi yang bersifat

sementara dan paling mudah berubah dari seluruh organisasi – organisasi yang

penting lainnya dalam masyarakat. Pertentangan antara dua aspek – aspek

keluarga tersebut demikian penting dan membuat banyak pandangan tentang

masalah – masalah sosial yang membingungkan menjadi kelompok disekitar

keluarga yang menuntut perhatian khusus buat kita.

2.2.2 Pengertian Petani

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian

utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk

menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain),

dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan

sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain (Wikipedia. 2010. Petani. Diakses

dari http://id.wikipedia.org).

Dari rumusan pengertian petani yang dikemukakan di atas maka dapat

diartikan bahwa petani adalah orang yang mata pencahariannya bercocok tanam

dengan melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan

memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan

untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun

menjualnya kepada orang lain. Terdapat tiga golongan petani yaitu petani

berlahan sempit yaitu golongan pemilik, penyewa penggarap, pemilik penggarap

dan penyewa penggarap serta dua golongan petani berlahan luas yaitu golongan

pemilik penyewa, penggarap dan pemilik penggarap. Kendala utama bagi usaha

49

tani lahan luas golongan pemilik-penyewa adalah modal sedangkan untuk

golongan pemilik penggarap adalah biaya pupuk kandang. Harga bayangan dari

setiap kendala atau sumberdaya langka tersebut menunjukkan bila menambah

ketersediaan sumber daya tersebut satu rupiah akan mendatangkan pendapatan

sebesar harga bayangannya (shadow price). Analisis sensitivitas menunjukkan

batasan perubahan dari harga dan biaya agar tidak merubah keadaan optimal

(Yuningsih. 1999. Analisis Optimalisasi Pendapatan Usaha Tani Pada

Keragaman Jenis Usaha Petani. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id).

Menurut Jayadinata, menyebutkan bahwa cara-cara untuk meningkatkan

kehidupan sosial ekonomi petani dapat dilakukan dengan cara

1. Meningkatkan pendidikan keterampilan

2. Mengusahakan perubahan mata pencaharian jika pendapatan dalam pertanian

tidak dapat ditingkatkan.

3. Memperluas dan memperbaiki usaha tani.

4. Mengikut sertakan para keluarga petani dalam kegiatan masyarakat dan

kegiatan kelembagaan ( Jayadinata, 1992:2).

Mengenai definisi formal dari istilah “petani” tampaknya tak bisa dibantah

lagi bahwa ada perbedaan tertentu tidak saja antara pengarang-pengarang

terkemuka, tetapi juga berbagai variasi yang penting dari seorang penulis dalam

jangka waktu yang relatif singkat. Dengan perkataan lain, situasinya demikian

membingungkan hingga pertama-tama kita tidak akan lebih buruk kalaupun kita

salah dalam mencoba memberikan sumbangan, dan kedua, kekisruhan itu sendiri

50

merupakan pertanda tak langsung bahwa suatu yang drastis maupun fundamental

mungkin saja salah.

Hal tersebut diatas sesuai dengan yang dikatakan oleh Barrington Moore

mengatakan bahwa :

“Tak mungkinlah mendefinisikan perkataan petani dengan ketetapan mutlakkarena batasannya memang kabur pada ujung kenyataan sosial itu sendiri.Suatu sejarah sub ordinasi kepada kelas atas tuan tanah diakui dandiperkuat hukum kekhususan kultural yang tajam dan sampai tingkattertentu kekhususan de facto dalam pemilikan tanah merupakan ciri-ciripokok yang membedakan seorang petani”

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa petani menurut

beliau adalah semua orang yang berdiam dipedesaan yang mengelola usaha

pertanian serta yang membedakan dengan masyarakat adalah faktor pemilikan

tanah atau lahan yang disandangnya.

A.T. Mosher membagi pertanian dalam dua golongan, yaitu pertanian

primitif dan pertanian modern. Pertanian primitif diartikan sebagai petani yang

bekerja mengikuti metode-metode yang berasal dari orang-orang tua dan tidak

menerima pemberitahuan (inovasi). Mereka yang mengharapkan bantuan alam

untuk mengelolah pertaniannya. Sedangkan pertanian modern diartikan sebagai

yang menguasai pertumbuhan tanaman dan aktif mencari metode-metode baru

serta dapat menerima pembaruan (inovasi) dalam bidang pertanian. Petani macam

inilah yang dapat berkembang dalam rangka menunjang ekonomi baik dibidang

pertanian maupun dibidang-bidang lainnya.

Sedangkan Koentrjaraningrat memberikan pendapat bahwa :

“Petani atau peasant itu, rakyat pedesaan, yang hidup dari pertaniandengan teknologi lama, tetapi merasakan diri bagian bawah dari suatukebudayaan yang lebih besar, dengan suatu bagian atas yang dianggap

51

lebih halus dan beradab dalam masyarakat kota. Sistem ekonomi dalammasyarakat petani itu berdasarkan pertanian (bercocok tanam,peternakan, perikanan) yang menghasilkan pangan dengan teknologi yangsederhana dan dengan ketentuan-ketentuan produksi yang tidakberspesialisasi”. (1987).

Dari penjelasan di atas, beliau lebih menekankan pada ciri-ciri petani,

mentalitas budayanya dan sistem perekonomian yang menggunakan teknologi

sederhana.

James C. Scoot, dalam bukunya “Moral Ekonomi Petani” (1981),

membagi secara hirarkhis status yang begitu konvensional di kalangan petani

seperti, petani lahan kecil petani penyewa dan buruh tani. Menurut beliau bahwa

kategori-kategori itu tidak bersifat eksklusif, oleh tambahan yang disewa. Begitu

pula ada buruh yang memiliki lahan sendiri. Jadi sepertinya ada tumpang tindih

hal pendapatan, sebab kemungkinan, ada petani lahan kecil yang lebih miskin dari

buruh tani apabila ada pasaran yang lebih baik dari tenaga kerja.

Sementara Eric R. Wolf (1986), mengemukakan bahwa petani sebagai

orang desa yang bercocok tanam, artinya mereka bercocok tanam di daerah

pedesaan, tidak dalam ruangan tertutup di tengah kota. Petani tidak melakukan

usaha tani dalam arti ekonomi, ia mengelolah sebuah rumah tangga, bukan sebuah

perusahaan bisnis, namun demikian dikatakan pula bahwa petani merupakan

bagian dari masyarakat yang lebih luas dan besar.

Fadholi Hermanto, memberikan pengertian tentang petani yang

mengatakan bahwa :

“Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhisebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertaniandalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan,

52

perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan mengutamakan hasil laut”.(1989)

Lebih jauh mengungkapkan bahwa petani mempunyai banyak sebutan,

anggota fungsi, kedudukan dan peranannya yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Petani sebagai pribadi

2. Petani sebagai kepala keluarga / anggota keluarga

3. Petani sebagai guru

4. Petani sebagai pengelola usaha tani

5. Petani sebagai warga sosial kelompok

6. Petani sebagai warga Negara

7. Dan lain-lain

Fungsi, kedudukan dan peranan di atas harus selalu diemban oleh petani

dalam kehidupannya sebagai petani yang baik.

Dalam kamus Sosiologi karangan Soerjono Soekanto dikatakan bahwa

yang dimaksud dengan petani adalah seseorang yang pekerjaan utamanya bertani

untuk konsumsi diri sendiri atau keluarganya.

Sehubungan dengan penulisan skripsi ini, dapat dikatakan bahwa yang

dimaksud dengan petani di sini orang, baik yang mempunyai maupun yang tidak

mempunyai tanah sendiri yang mata pencaharian pokoknya adalah mengusahakan

tanah untuk pertanian.

Petani penggarap adalah petani, yang secara sah mengerjakan atau

mengusahakan sendiri secara aktif tanah yang bukan miliknya dengan memikul

seluruh atau sebagian dari resiko produksinya

53

Buruh tani adalah, mengerjakan atau mengusahakan secara terus menerus

tanah orang lain dengan mendapatkan upah harian. (Pendidikan Dan Pelatihan

224/61). Menteri Agraria No. Sekra 9/21 Tanggal 5 Januari 1961).

Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-

perubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti kurang

mencolok. Adapula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun

yang luas. Serta adapula perubahan-perubahan yang lambat sekali akan tetapi ada

juga yang berjalan dengan cepat. (Soekarno, 1999).

Menurut Max Weber, bahwa tindakan sosial atau perubahan sosial tidak

bisa dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh

pelaku. Tindakan sosial dapat dipisahkan menjadi empat macam tindakan menurut

motifnya:

1. tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu,

2. tindakan berdasar atas adanya satu nilai tertentu,

3. tindakan emosional, serta

4. tindakan yang didasarkan pada adat kebiasaan (tradisi).

Osburn, berusaha memberikan pengertian tertentu, walau tidak memberi

definisi tantang perubahn-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup

perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik material

maupun yang immaterial, yang ditekankan ialah adalah pengaruh besar unsur-

unsur material terhadap immaterial.

Soemardjan mengemukakan perubahan sosial rumusannya adalah segala

perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu

54

masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya nilai-

nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Tekanan dalam definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan

sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana kemudian

mempengaruhi struktur masyarakat lainnya.

Menurut Roucek dan Warren (dalam Taneko, 1984), berpandangan bahwa

“barangkali keluargalah yang penting dalam aspek ini. Kelompok yang lain

menyerupai keluarga dalam hal kenal-mengenal, hal mana merupakan dari

primary group”. Selanjutnya Cooley, mengemukakan bahwa, kelompok primer

adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal mengenal antara

anggota-anggota serta kerja sama erat dengan bersifat pribadi.

Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer

yang menyebabkan terjadinya perubahan misalnya kondisi-kondisi ekonomis,

teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan

pada aspek-aspek sosial lainnya. Sesuai yang dikemukakan oleh Veblen,

Durkheim, Marx tentang teori ekonomis. Teori ini menjelaskan bahwa

“perkembangan sosial cultural terutama tergantung dari syarat-syarat sosial-

ekonomi dan ekonomi teknis”.

Lebih lanjut Astrid S. Susanto membagi kedalam tiga jenis perubahan

sosial yaitu Sosial Evolution (evolusi sosial), sosial mobility (mobilitas sosial),

Sosial Revolution (revolusi sosial). Ketiga bentuk perubahan sosial diatas dapat

dijabarkan satu persatu misalnya evolusi sosial, ini merupakan suatu bentuk

perubahan sosial dimana perubahan yang sifatnya lambat, karena perubahan yang

55

terjadi dengan sendirinya dan tidak didahului dengan adanya rencana. Kemudian

perubahan dalam bentuk mobilitas sosial, dimana suatu perubahan yang terjadi

karena adanya keinginan manusia akan hidup yang lebih baik dan layak. Bentuk

perubahan ini bersifat adanya gerakan sosial karena munculnya konsep-konsep

dan ide-ide baru.

2.2.2.1. Perubahan Sosial

Gillin dan gillin seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto, (1986 : 285),

mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara

hidup yang telah diterima yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan

kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun

karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat

tersebut.

Menyimak pendapat gillin dan gillin, dimana mencantumkan adanya

kebudayaan materiil dan adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam

masyarakat sebagai suatu penyebab terjadinya perubahan sosial, maka dapat

disimpulkan bahwa unutk menarik satu garis pemisah antara perubahan sosial

dengan perubahan kebudayaan sangat sukar, dimana diketahui bahawa tidak ada

masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan demikian juga sebaliknya, tidak ada

suatu kebudayaan jika tidak ada masyarakat.

Perubahan sosial mempengaruhi :

1. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan semua hasil dari karya, rasa dan cita-cita

masyarakat. masalah budaya menjadi sangat penting untuk dikaji lebih mendalam

56

karena kebudayaan dan masyarakat manusia merupakan dwitunggal yang tidak

terpisahkan. Istilah kebudayaan berasal dari kata sansekerta Buddhayah yang

merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi yang berarti budi atau akal. Culture

berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah dan mengerjakan (Soerjono

Soekanto, 1987, ”Sosiologi Suatu Pengantar”, Rajawali Pers, Jakarta).

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan

kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti

perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem

penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak,

sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena

kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai

moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang

dipunyai oleh setiap manusia.

Kebudayaan juga merupakan pola-pola pemikiran serta tindakan tertentu

yang terungkap dalam aktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa segala apa yang

diamati dan ditemui diterima lalu kemudian diwujudkan dalam bentuk perilaku

serta sikap setiap respon dari pesan pengetahuan yang diperoleh dari berbagai

bentuk hasil kebudayaan. Dengan demikian, jelas dapat kita pahami bahwa

manusia sebagai mahluk sosial dapat bertindak secara bebas dan segala perubahan

yang ada pada dirinya disetiap aktivitasnya disebabkan oleh kontrak dengan

budaya yang dianut dan dikembangkannya.

Adapun faktor-faktor yang memberikan pengaruh diterimanya unsur

kebudayaan baru tersebut adalah :

57

1). Terbiasanya masyarakat tersebut mengadakan hubungan kontak dengan hasil

budaya yang ada.

2). Sebuah unsur baru yang mempunyai skala kegiatan yang terbatas dan dapat

dengan mudah dibuktikan kegunaannya.

3). Sebuah unsur kebudayaan baru dengan lebih mudah diterima oleh suatu

masyarakat kalau sebelumnya sudah ada kebudayaan yang menjadi landasan

bagi diterimanya kebudayaan baru tersebut.

2. Gotong Royong

Salah satu cara untuk mengarahkan tenaga tambahan untuk pekerjaan

bercocok tanam secara tradisional dalam komunitas pedesaan adalah sistem bantu-

membantu yang di Indonesia kita kenal dengan istilah “gotong royong”,

(Koentjaraningrat, 1984). Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia

yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan.

Bersama-sama dengan musyawarah, pantun, Pancasila, hukum adat, ketuhanan,

dan kekeluargaan, gotong royong menjadi dasar Filsafat Indonesia.

Menurut Mubyarto (1988), kita dapat menyebutkan dua sebab yang

barangkali mengakibatkan tidak berjalannya lagi gotong royong di pedesaan.

Pertama, sumber daya alam tidak dapat berkembang secepat pertambahan

penduduk, sehingga man land ratio yang semakin memburuk telah menyebabkan

penduduk miskin dipedesaan harus bekerja untuk mencari nafkah hari ini. Ini

berarti seseorang tidak mungkin mengorbankan waktunya untuk bergotong

royong. Kedua, peranan pemerintah dalam pembangunan pedesaan khususnya

dalam bentuk dana - dana pembangunan menjadi semangat besar, sehingga justru

58

dianggap lebih rasional untuk tidak terlalu menggantungkan lagi pada kerja

gotong royong dalam pembangunan pedesaan. Hubungan kerja sosial atau kerja

gotong royong yang ada dalam komunitas petani sawah yang juga akan

mengalami perubahan, akibat adanya empang yang dapat meningkatkan produksi

hasil empang dari pada petani sawah. Petani sawah yang dulunya kerja gotong

royong jika akan menanam padi.

Kehidupan para petani Indonesia kini ibarat berada di ujung tanduk. Jika

mereka berhenti sebagai petani dan mencari pekerjaan lain yang tentu tidak

mudah diperoleh, kehidupan keluarganya pasti terancam. Jika meneruskan

pekerjaan sebagai petani, hasilnya tidak menguntungkan.

Fakta juga menunjukkan bahwa sebagian besar petani di Indonesia adalah

petani penggarap. Sehingga makin sulit mengharapkan memperoleh penghasilan

seperti yang diinginkan. Apalagi pada musim hujan seperti saat ini, ancaman

banjir juga makin membuat para petani merugi. Hasil panen menyusut atau malah

tidak ada sama sekali karena diterjang ganasnya air.

Akibat penghasilan yang terus menurun yang biasanya menjadi Rp

150.000,00 dan Rp 200.000,00 per bulan, para petani mengancam akan

melakukan pemberontakan. Terutama jika tidak ada kebijakan dari pemerintah

yang bisa membuat kehidupan para petani kita lebih sejahtera. Ancaman itu tentu

merupakan puncak dari segala kekecewaan petani yang hidupnya makin didera

kemiskinan. Belum lagi harga - harga kebutuhan pokok yang dari waktu ke waktu

terus meningkat, ditambah lagi biaya pendidikan dan kesehatan juga terus

melambung. Ini juga merupakan ancaman bagi para petani. Maka dari itu banyak

59

petani sawah yang beralih ke petani empang demi meningkatkan taraf hidup

mereka.

Pola hidup keluarga petani sawah setelah berubah menjadi petani empang

dalam kehidupan sehari-hari baik yang dilihat dari pakaiannya yang dipakai sehari

- hari atau yang dipakai jika ada pesta, misalnya pesta perkawinan. Apakah

tatacara berpakaian tetap sederhana atau pakaian yang mewah (harga mahal)

selalu dipakai. Dilihat dari pola makanan berapa kali makan dalam satu hari dan

apakah makan pagi sebelum ke sawah atau sebelum bekerja dan apakah mereka

memperhatikan empat sehat lima sempurna.

Dalam hal membeli bahan untuk kebutuhan didalam rumah tangga petani.

Apakah barang yang dibeli betul-betul dimanfaatkan atau dibutuhkan atau hanya

pajangan saja didalam rumah.

2.2.2.2. Pola Kehidupan Sosial Petani

Horton dan Hunt melihat bahwa masyarakat yang berkelas sosial terbuka

adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sedang masyarakat

yang berkelas sosial tertutup dianggap masyarakat yang memiliki mobilitas sosial

yang rendah.

Dari semua pengertian tersebut diatas, seperti halnya dengan pengertian-

pengertian lain dimana mobilitas sosial tidak lain adalah gerak masyarakat, baik

secara individu maupun secara kelompok, dari status sosial yang satu ke status

sosial yang lain dalam ruang lingkup yang sama dan dari lapisan yang lebih

rendah kelapisan yang lebih tinggi.

60

Seperti diketahui bahwa mobilitas sosial adalah merupakan gerak

masyarakat dalam suatu struktur sosial. Dalam melakukan mobilitas sosial

tersebut, masyarakat cenderung bergerak dalam dua bentuk yaitu, gerak sosial

horisontal dan gerak sosial vertikal. Gerak sosial horizontal merupakan peralihan

individu atau obyek-obyek sosial lainnya yang sederajat, Soekanto selanjutnya

mengemukakan bahwa dengan adanya gerak sosial horisontal, tidak terjadi

perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu obyek sosial,

sedangkan.

Gerak sosial vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau

obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak

sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang

vertikal, yaitu yang naik (social climbing), dan yang turun (social sinking).

1. Kesejahtraan Petani Sawah

Petani selalu jadi buah bibir setiap kali menyinggung masalah pangan di

dalam negeri. Sebaliknya, kesejahteraan mereka jarang dibicarakan bahkan

hampir dilupakan, padahal 60 persen rakyat Indonesia hidup dari sektor pertanian.

Dalam kebijakan pemerintah menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP)

untuk gabah dan beras tetapi belum terealisasikan sehingga petani di Indonesia

dikatakan belum bisa sejahtera.

Kenaikan HPP tersebut, juga dimaksudkan mendongkrak tingkat

kesejahteraan petani. Namun lebih dari pada itu, sudah saatnya petani tidak

semata-mata ditempatkan sebagai obyek sekadar produsen padi. Menyinggung

rencana pemerintah membentuk lembaga pembaruan agraria, harian ini

61

menyarankan agar di dalam programnya mengikut sertakan petani. Mengenai

masalah yang sama, harian Media Indonesia memberi judul tajuknya dengan nada

menyindir: “Ternyata Pemerintah masih Ingat Petani.” MI menilai kenaikan harga

gabah dan beras petani ditentukan oleh ingatan pemerintah. Kalau pemerintah

ingat, harganya mulai dipikirkan, itu pun tidak berarti harga dinaikkan. Dan kalau

tidak ingat, harga lama yang berlaku. Kenaikan HPP tersebut tentu sangat

menggembirakan petani padi dan kita semua, karena pemerintah ingat kembali

nasib rakyatnya yang bergumul di sawah, yang memenuhi kebutuhan pokok kita

akan beras (harian Media Indonesia).

Maka dari itu petani yang bekerja di sektor persawahan bisa dikatakan

belum sejahtera dikarnakan nasib petani tergantung dari pemerintah, sedangkan

pemerintah kurang memperhatikan kehidupan petani yang bekerja disektor

persawahan. Maka dari itu banyak petani sawah yang beralih ke petani empang

agar kesejahtraan hidupnya bisa meningkat yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan

dasar seperti perumahan, makanan, pakaian, pemilikan kendaraan, pendidikan dan

pemilikan barang-barang untuk modal kerja. Sesuai dengan pendapat Soekanto

(1984), bahwa kebutuhan dasar manusia terdiri atas sandang dan pangan,

keselamatan akan jiwa dan harta benda, harga diri, kesempatan untuk

mengembangkan kemampuan, dan kasih sayang.

62

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Peneletian

Suatu penelitian akan dapat menghasilkan data dan temuan yang objektif

jika dilakukan perencenaan secara matang, berkaitan dengan rancangan penelitian

Arikunto (1998) berpendapat bahwa sebuah penelitian harus didahului

perencanaan secara sistematis, terencana, dan mengikuti konsep ilmiah, rancangan

penelitian adalah suatu keseluruh prosedur perencanaan, dan pelaksanaan

penelitian yang meliputi pula prosedur pengumpulan data dan pengolahan data

yang sudah ditentukan. Dalam pelaksanaan suatu penelitian, seorang peneliti

harus menyusun rancangan penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Sesuai dengan tujuan penelitian dan sifat masalah yang akan diteliti, maka

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu data – data yang

dihasilkan tidak diwujudkan dalam angka – angka akan tetapi dideskripsikan

dengan kata – kata berdasarkan data – data yang didapat dilapangan.

3.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan pendekatan

kualitatif. Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh melalui wawancara

mendalam dan penelusuran dokumen (Arikunto, 2006: 91).

Metode studi yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode

deskriptif. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang acuannya membuat

gambaran sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta - fakta, sifat serta

62

63

hubungan antara fenomena yang diteliti. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini ingin

memperoleh fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan -

keterangan secara factual (Arikunto, 2006: 92).

Peneliti ingin menghasilkan data yang tidak berupa angka akan tetapi

data – data nyata berupa kata – kata dan perilaku – perilaku yang diamati oleh

peneliti. Peneliti akan meneliti mengenai penerapan model pengasuhan BKB

Melati 3 bagi keluarga petani di desa Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten

Bojonegoro, maka pembahasan akan lebih mendalam jika peneliti mengambil

metode penelitian kualitatif deskriptif karena hasil penelitian berupa kata – kata

dan penggambaran apa adanya sesuai yang diungkapkan dan sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya dilakukan responden.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi`

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga petani yang memiliki anak

usia dini di desa Nguken kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro berjumlah

98 keluarga namun hanya 16 keluarga yang memiliki anak usia dini dibawah usia

3 tahun.

3.3.2 Sampel

Sampel sumber data dalam penelitian kualitatif deskripstif dipilih secara

purposive sampling dan bersifat snowball sampling. Pengambilan sampel secara

purposive tidak harus mewakili seluruh populasi sehingga sampel memiliki

pengetahuan yang cukup serta mampu menjelaskan keadaan sebenarnya tentang

64

objek penelitian. Pengambilan sampel didasarkan pada kecukupan jumlah

informasi atau kecukupan jumlah data yang dibutuhkan dan bukan banyaknya

sampel atau orang yang member informasi

Sumber data yang akan peneliti jadikan sebagai informan adalah orang tua

dan pengurus BKB Melati 3 untuk melengkapi data yang akan diperoleh. Data

yang akan peneliti dapat dari orang tua yang berjumlah 9 orang adalah mengenai

penerapan model pengasuhan BKB sudah diterapkan pada anak sesuai usia anak

atau sebaliknya. Selain orang tua, informan berikutnya adalah pengurus posyandu

yang berjumlah 4 orang karena peneliti ingin mencari atau membuktikan

kebenaran dari jawaban dari orang tua, sesuai atau tidak dengan kenyataan yang

diamati oleh pengurus BKB atau tidak. Kader atau pengurus BKB juga

dibutuhkan untuk mengetahui model pengasuhan BKB Melati 3 sesuai usia anak.

Peneliti juga mencari tambahan refrensi dari buku, surat kabar, dan internet untuk

bahan perbandingan dalam melakukan analisis.

3.4. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat untuk penelitian berjudul ”Praktik Pengasuhan Anak Pada

Keluarga Petani Peserta BKB Melati 3 Di Desa Nguken Kecamatan Padangan

Kabupaten Bojonegoro” akan dilakukan di wilayah Desa Nguken Kecamatan

Padangan Kabupaten Bojonegoro karena terdapat subjek keluarga petani yang

memiliki seorang anak berusia 0 sampai 3 tahun yang mengikuti kegiatan BKB

dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani padi. Penelitian ini

dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2012 hingga 9 September 2012 pukul 09.00

hingga 11.30 WIB. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi yang

65

dapat peneliti gunakan untuk mengetahui model pengasuhan yang didapatkan

dari BKB diterapkan dirumah kepada anak mereka atau sebaliknya.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data dari penelitian ini adalah dengan metode wawancara,

observasi, dan dokumentasi.

3.5.1 Metode Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara tanya jawab untuk memperoleh keterangan dalam sebuah penelitian yang

dilakukan antara peneliti dengan responden secara langsung dengan bertatap

muka. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data yang dapat menjelaskan

permasalahan penelitian untuk dianalisis. Peneliti ingin mendapatkan data

mengenai penerapan model pengasuhan BKB bagi keluarga petani dari

wawancara. Wawancara yang peneliti ambil adalah wawancara semi terstruktur,

disamping peneliti membuat pertanyaan yang sudah peneliti siapkan namun

peneliti juga akan menanyakan hal yang belum peneliti tulis namun dapat

mendukung data yang diperlukan peneliti. Peneliti melakukan wawancara dengan

orang tua dan pengurus atau kader BKB untuk melengkapi data yang peneliti

inginkan.

66

3.5.2 Metode Observasi

Observasi disebut sebagai metode pengamatan yang artinya

memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata secara langsung. Pengamatan

memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan

pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari

data.

Observasi yang peneliti ambil adalah observasi terus terang atau

tersamar, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang

kepada sumber data bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi orang yang

akan diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang akivitas peneliti. Tetapi

suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasinya, hal

ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang rahasia.

Pelaksanaan penelitian ini peneliti mengamati semua kejadian ketika peneliti

melakukan penelitian secara langsung. Peneliti tidak melakukan tindakan apapun

karena peneliti bertujuan ingin mengetahui model pengasuhan BKB diterapkan

atau tidak oleh keluarga petani. Data yang peneliti inginkan adalah untuk

mengetahui seberapa besar orang tua menerapkan model pengasuhan yang ada

pada BKB tersebut.

3.5.3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang – barang

tertulis, didalam melaksanakan metode ini peneliti mencari data mengenai hal –

hal atau variable yang berupa notulen rapat, agenda, dan foto. Dokumentasi

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumentasi merupakan

67

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif (Sugiono, 2008)

Pada metode ini peneliti mengambil gambar berupa foto – foto yang

relevan untuk dapat dijadikan pendukung untuk melengkapi data yang diperoleh

melalui wawancara dan observasi. Peneliti mencari data – data tertulis yang

berhubungan dengan model pengasuhan BKB (Bina Keluarga Balita) Melati 3.

Data ini akan membantu peneliti dalam melakukan analisis data dan penarikan

kesimpulan.

3.6. Teknik Analisis Data

Nasution (1988) analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat

ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan dalam pola, tema, atau

kategori. Analisis data digunakan untuk menjawab masalah menggunakan data

yang dikumpulkan secara absah. Analisis data dilakukan baik ketika

mengumpulkan data maupun setelah mengumpulkan data. Analisis data meliputi

kegiatan mengumpulkan data, reduksi, penyajian, dan verifikasi. Proses terakhir

adalah menarik kesimpulan dan verifikasi dari permulaan pengumpulan data

sampai penelitian berakhir. Seluruh data direduksi serta ditinjau ulang dengan

diuji kebenarannya sampai benar-benar absah.

Data yang diperoleh yaitu tentang praktik pengasuhan anak pada

keluarga petani peserta BKB Melati 3 di Desa Nguken Kecamatan Padangan

Kabupaten Bojonegoro ditulis dan diketik dalam bentuk uraian atau laporan

terperinci. Laporan ini akan bertambah banyak dan semakin lengkap.

68

Laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang penting,

dicari tema atau polanya. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih

tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari

kembali data yang diperlukan.

3.7. Validitas Data Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat valid

atau keabsahan suatu instrument. Untuk menguji validitas data dalam penelitian

ini dipergunakan teknik triangulasi yang artinya teknik pemeriksaan validitas data

yang memanfaatkan sesuatu diluar data ini untuk keperluan pengecekan atau

pembandingan terhadap data tersebut.

Adapun Teknik Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu, Denzin membedakan tiga macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sumber, metode, dan teori (Moleong 2007: 330). Dan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan dua teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi

waktu.

3.7.1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang penerapan model

pengasuhan BKB oleh orang tua, maka pengumpulan dan pengujian data yang

telah diperoleh dapat dilakukan ke orang tua dan pengasuh atau kader BKB. Data

69

dari kedua sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian

kuantitatif, tetapi dideskripsikan serta dikategorisasikan, mana pandangan yang

sama dan pandangan yang berbeda, dan mana yang lebih spesifik dari ke dua

sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan

suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan ke dua sumber data

tersebut (Sugiyono, 2009: 373).

3.7.2. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara pada pagi hari karena kegiatan BKB

dilaksanakan pagi hari dan narasumber yang hadir dalam kegiatan tersebut akan

memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam

rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau

situasi yang berbeda. Apabila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka

dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya

(Sugiyono, 2009: 374).

70

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Setting Penelitian

4.1.1. Luas Wilayah dan Jumlah Kependudukan

Desa Nguken terletak dikecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro

memiliki luas wilayah 182,3 km² yang terdiri dari pemukiman penduduk 52 Ha

dan sawah 107 Ha, 16 Ha lading, 10 Ha hutan produksi, 0,150 Ha perkantoran,

0,150 Ha sekolah, 7 Ha jalan, 1 Ha lapangan sepak bola, 2 Ha pemakaman, 2 Ha

BPM. Desa Nguken memiliki batasan – batasan desa sebagai berikut

1. Sebelah Utara : Dengok

2. Sebelah Timur : Padangan

3. Sebelah Selatan : Sidorejo

4. Sebelah Barat : Bengawan Solo

Pertumbuhan dan jumlah penduduk di Desa Nguken Kecamatan

Padangan ini mengalami kenaikan jumlah penduduk. Keseluruhan jumlah KK

untuk tahun 2012 mencapai 555 KK dengan rincian jumlah penduduk laki – laki

1031 orang dan perempuan 1078 orang. Untuk jumlah bayi yang ada di desa

Nguken usia dibawah 3 tahun terdapat 56 anak dan anak usia 3 tahun sampai 6

tahun terdapat 104 anak.

Tingkat pendidikan penduduk di desa Nguken ini paling tinggi

menempuh pendidikan SMA dan untuk penduduk yang mampu serta sadar akan

pendidikan maka anak – anak mereka sampai menempuh pendidikan perguruan

70

71

tinggi meski tempat atau lokasi perguruan tinggi tidak berada diluar kota dalam

arti masih di dalam kabupaten Bojonegoro.

Masyarakat di Desa Nguken ini sebagian besar memiliki mata

pencaharian sebagai petani dan sebagian kecil bekerja di luar desa sebagai PNS,

pedagang buah dikota, pedagang sayur keliling ataupun wiraswasta lainnya.

Pengetahuan mereka mengenai pentingnya pengasuhan dan perkembangan anak

sangat tipis atau kurang karena mereka berpikir jika anak tumbuh dengan baik dan

normal maka anak akan berkembang dengan sendirinya juga sehingga dapat

dikatakan orang tua berhasil dalam mengasuh anak. Maka anggota PKK yang

diketuai oleh ibu SA selaku ibu Lurah desa Nguken kecamatan Padangan

berinisiatif menyelenggarakan kegiatan BKB untuk membina orang tua

bagaimana cara mengasuh anak yang benar dan mengamati perkembangan anak

yang normal sesuai dengan usia anak. Sebab anak merupakan penerus untuk

kemajuan desa Nguken sehingga kader PKK sungguh – sungguh untuk

melaksanakan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan program lainnya yang

berpengaruh untuk tumbuh kembang anak usia dini.

Desa Nguken sudah memiliki PAUD dan TK sendiri namun kesadaran

masyarakat akan pendidikan usia dini sangat kurang sehingga hanya orang yang

bekerja di luar kota atau berpenghasilan menengah keatas yang merespon PAUD

dan TK di desa Nguken ini. Keluarga petani sebenarnya ingin mengikutkan anak

mereka di PAUD dan TK namun keterbatasan biaya dan waktu yang membuat

mereka tidak memasukkan anak mereka ke PAUD dan TK terdekat di desa

Nguken. Dengan begitu ibu SA selaku ketua PKK dan ibu Lurah desa Nguken

72

kecamatan Padangan menyelenggarakan BKB yang tidak dipungut biaya sama

sekali dan memilih kader yang memiliki pendidikan mengenai anak usia dini dan

kesehatan anak. BKB Melati 3 berdiri atas inisiatif ibu SA yang mendapatkan

penyuluhan dari kecamatan Padangan sehingga dengan adanya BKB orang tua

dapat mendidik anak mereka dengan pengarahan kader BKB yang memiliki

pendidikan mengenai anak tanpa harus membayar kegiatan BKB.

4.1.2 BKB (Bina Keluarga Balita)

Bina Keluarga Balita (BKB) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

orang tua dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai anak balita tentang

bagaimana tumbuh kembang dan cara mengasuh anak balita secara baik dan

terarah. Kegiatan BKB di desa Nguken ini sudah berjalan selama 2 tahun dan

secara keseluruhan sudah berjalan dengan baik. APE (Alat Permainan Edukatif)

yang digunakan juga cukup lengkap dan dapat digunakan untuk sarana pendukung

kegiatan BKB. Program BKB ini mendapat dukungan dari pemerintah kabupaten

Bojonegoro sehingga APE banyak disediakan dari Badan Operasional Pemerintah

(BOP) Bojonegoro dengan membuat proposal terlebih dahulu meski datangnya

alat APE harus menunggu cukup lama. Namun kader atau anggota PKK yang ada

di desa Nguken juga berperan dalam pembiayaan APE untuk program BKB

sehingga sarana yang dibutuhkan dapat digunakan bersama. Program BKB juga

bekerjasama dengan guru – guru TK dan PAUD yang ada di desa Nguken tersebut

sehingga kader atau anggota kegiatan BKB sebagian merupakan guru – guru TK

dan PAUD serta bidan yang ada di kecamatan Padangan.

73

Kegiatan BKB di Desa Nguken diselenggarakan di salah satu rumah warga

yang bernama Pak Sugeng yang merupakan ketua RT 01 RW 01. Sebelumnya

kegiatan BKB Melati 3 ini dilaksanakan dibalai desa setiap 2 minggu sekali

namun dikarenakan adanya APE yang datang semakin banyak maka kegiatan

BKB dilaksanakan disalah satu rumah warga yang siap atau bersedia

menggunakan rumahnya untuk kegiatan BKB dan untuk menyimpan alat

permainan (APE) yang berjumlah cukup banyak.

4.1.3 Profil Orang Tua, Kader BKB, dan Anak

Keluarga petani yang memiliki anak usia dini berjumlah 146 0rang

sedangkan keluarga yang memiliki anak usia dibawah tiga tahun yang peneliti

butuhkan untuk melakukan penelitian berjumlah 49 orang. Jumlah dari 49 orang

ini jumlah anak terdapat 56 anak. Orang tua yang mengikuti kegiatan BKB hanya

ada 16 orang tua yang memiliki anak usia dibawah 3 tahun sehingga peneliti

melakukan penelitian untuk 9 keluarga yaitu 3 keluarga yang memiliki anak usia 0

sampai 1 tahun, 3 keluarga yang memiliki anak usia 1 sampai 2 tahun, dan

keluarga yang memiliki anak usia 2 sampai 3 tahun.

Sebagian besar orang tua yang memiliki anak usia dini ini bekerja

sebagai buruh tani di desa Nguken sehingga waktu yang mereka luangkan untuk

anak sangat jarang ketika pagi hingga siang hari. Anak dititipkan pada nenek,

saudara dekat rumah, dan ikut orang tua ke sawah dari pagi hingga siang hari.

Pekerjaan sebagai buruh tani memang sangat penting untuk kebutuhan hidup

mereka dan anak mereka namun disini orang tua rutin dalam pemberian ASI

untuk anak mereka. Pagi hari sebelum ibu berangkat ke sawah mereka memberi

74

anak mereka ASI terlebih dahulu dan siang hari ketika mereka pulang untuk

beristirahat ibu memberikan ASI juga sambil menidurkan anak mereka. Banyak

faktor yang melandasi seorang istri mengikuti seorang suami untuk menjadi buruh

tani. Mereka harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga terutama untuk anak

sehingga jika hanya suami yang bekerja sebagai buruh tani mereka tidak akan bisa

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Anak yang menjadi korban untuk

keluarga petani karena anak harus belajar mandiri sejak dari kecil. Kebutuhan

yang harus orang tua penuhi yaitu makan, sekolah untuk anak mereka, tabungan

untuk kedepan dan kebutuhan lain yang tiba – tiba mereka butuhkan.

Adapun profil orang tua petani dan nama anak usia 0 sampai 3 tahun

yang peneliti ambil untuk melakukan penelitian berjumlah 9 orang , pada table 4.1

dan table 4.2

Tabel 4.1

Profil Orang Tua Petani yang Mengikuti Kegiatan BKB

Nama

Orang Tua

Nama

Anak

Tempat, Tanggal Lahir Pendidik

an

Nn Km Bojonegoro, 06-10 -1988 SMA

Sl Fd Bojonegoro, 19 -03-1986 SLTP

Ks Au Bojonegoro, 23 -11-1990 SMA

Li Mh Bojonegoro, 04 - 4-1988 SMA

Rs Nd Bojonegoro, 18 – 6 -1991 SLTP

En St Bojonegoro, 10 -1 -1985 SMA

Km Ab Bojonegoro, 20-5-1983 SMA

Sl Ay Bojonegoro, 21-4-1984 SLTP

Yo Rh Bojonegoro, 07-9-1989 SMA

75

Tabel 4.2

Profil Anak Usia 0 sampai 3 Tahun

Nama Anak Tempat, Tanggal Lahir Usia

Nd Bojonegoro, 8 Januari 2009 2 tahun 8 bulan

Fd Bojonegoro, 14 Juni 2009 2 tahun 3 bulan

Km Bojonegoro, 27 Oktober 2008 2 tahun 11 bulan

Mh Bojonegoro, 3 Mei 2010 1 tahun 4 bulan

Rh Bojonegoro, 6 Desember 2009 1 tahun 9 bulan

St Bojonegoro, 24 Februari 2010 1 tahun 7 bulan

Ab Bojonegoro, 10 Desember 2011 10 bulan

Ay Bojonegoro, 15 Januari 2012 9 bulan

Au Bojonegoro, 10 April 2012 6 bulan

Seorang ibu tidak akan membiarkan anak mereka kekurangan suatu

apapun namun dalam hal ini seorang ibu harus lebih mengutamakan kebutuhan

pangan bagi anak mereka sehingga untuk pendidikan mereka tidak terlalu

memikirkan untuk anak usia dini. Kebanyakan dari orang tua tersebut langsung

menyekolahkan anak mereka ke tingkat Sekoloah Dasar (SD) dan orang tua tidak

mengerti bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangatlah penting untuk

mengetahui proses tumbuh kembang seorang anak.

Adanya kegiatan BKB yang diselenggarakan oleh anggota PKK didesa

Nguken dapat memberi pengetahuan bagi orang tua bahwa pentingnya

mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak dari usia dini. Jika ada kelainan

76

pada anak, orang tua dapat berkonsultasi dengan kader BKB sehingga permasalah

anak tersebut diketahui dari usia dini dan penanganannya akan lebih cepat.

Adapun profil kader BKB Melati 3 di desa Nguken adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Profil Kader BKB di Desa Nguken

Nama Pendidikan Jabatan

SA SMA Ketua PKK dan

Penyelenggara BKB

CY Kebidanan (D4) Pengurus Kesehatan

NM PG PAUD (S1) Kader BKB dan Guru TK

HP PG PAUD (S1) Kader BKB dan Guru TK

4.2 Pra Penelitian

Sebelum melakukan penelitian tentang praktik pengasuhan keluarga petani

peserta BKB Melati 3 di desa Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten

Bojonegoro ini dilaksanakan, peneliti merasa perlu melakukan beberapa hal

sebagai studi pendahuluan sekaligus observasi di lingkungan penelitian. Maksud

dan tujuan peneliti melaksanakan studi pendahuluan ini adalah untuk memperoleh

gambaran situasi dan kondisi lokasi penelitian yang akan dihadapi nantinya

sehingga dalam proses penelitiannya dapat berjalan lancar sesuai yang diharapkan

tanpa hambatan yang berarti. Beberapa hal yang dilakukan pada pra penelitian ini

antara lain:

a. Menyusun proposal penelitian, sebagai syarat pengajuan penelitian. Dalam

proposal tersebut peneliti memilih judul ”Praktik Pengasuhan Keluarga Petani

77

Peserta Bina Keluarga Balita (BKB) Melati 3 Di Desa Nguken Kecamatan

Padangan Kabupaten Bojonegoro”.

a. Melakukan observasi mengenai kegiatan BKB yang sudah berjalan selama 2

tahun. Pada observasi awal ini juga peneliti memohon ijin secara informal

kepada ketua pelaksanaan kegiatan BKB sebelum proses perijinan formal

diajukan.

b. Menyusun pedoman wawancara, yang akan digunakan peneliti dalam proses

penggalian data. Pedoman wawancara ini akan digunakan peneliti sebagai

arahan pada saat peneliti menggali data dari beberapa orang yang dimintai

kesediaannya sebagai informan.

4.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2012 sampai dengan

September 2012. Hal ini terhitung mulai dari penyusunan bab 1 skripsi. Pada

proses pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara

sebagai metode pengumpulan data yang utama dan observasi. Sebelum

pengambilan data penelitian dilakukan, peneliti menjalin hubungan yang baik

terlebih dahulu kepada subyek, khususnya subyek penelitian yang berkedudukan

sebagai informan kunci, sehingga ada keterbukaan, kenyamanan, dan kepercayaan

dalam menyampaikan informasi seputar Praktik Pengasuhan Keluarga Petani

Peserta BKB Melati 3 Di Desa Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten

Bojonegoro.

Pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara dalam

penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang dipahami subyek

78

berkenaan dengan Praktik Pengasuhan Keluarga Petani Peserta BKB Melati 3 di

Desa Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro. Wawancara ini

dilakukan tidak terstruktur dengan berpedoman pada pedoman wawancara serta

melihat dan menyesuaikan terhadap kondisi dan situasi subyek informan yang

bersedia diwawancarai. Pelaksanaan wawancara diberlakukan bagi semua sumber

data penelitian yaitu ketua kegiatan BKB, kader BKB dan orang tua petani.

Wawancara terhadap masing-masing subyek penelitian dilakukan secara fleksibel

sesuai dengan kelengkapan data, artinya ada yang sekali, ada yang dua kali

wawancara. Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi untuk

mengamati langsung perkembangan anak, serta pengambilan foto, profil desa

sebagai dokumentasi.

Alur pelaksanaan penelitian ini berlangsung secara berkesinambungan

dimana proses pengumpulan data dan analisis dilakukan secara bergantian. Alur

pelaksanaan dapat dideskripsikan sebagai berikut :

penelitian tentang praktik pengasuhan keluarga petani peserta BKB di desa

Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro dimulai tanggal 30 Juli

2012, peneliti pada pukul 08.00 – 10.15 melakukan kunjungan untuk menjalin

hubungan baik terlebih dahulu dengan subyek atau informan dan memperoleh ijin

secara informal serta melakukan observasi awal.

Setelah memperoleh ijin secara formal dari pihak kader BKB pada tanggal

2 Agustus 2012, peneliti melakukan penelitian pada tanggal 5 Agustus pada pukul

09.00 melakukan penelitian pada kegiatan BKB di desa nguken hingga pukul

11.00 untuk melakukan observasi dengan didampingi kader BKB (bidan desa).

79

Peneliti langsung bertemu dengan Ketua BKB pada tanggal 5 Agustus 2012

setelah kegiatan BKB selesai pukul 11.15 karena Ketua BKB tidak sedang sibuk

dan menawarkan diri untuk wawancara tanggal 5 Agustus 2012. Pada tanggal 8

Agustus 2012 peneliti bertemu dengan kader BKB ( bidan desa) yang kedua untuk

melakukan wawancara di rumah.

Pada tanggal 12 Agustus 2012 pukul 09.00 – 1100 WIB peneliti

melakukan wawancara dengan orang tua. Pelaksanaan wawancara dengan subyek

orang tua dilaksanakan ketika kegiatan BKB berlangsung karena pada saat itulah

orang tua berkumpul mendampingi anak untuk melakukan kegiatan BKB. Setiap

hari minggu peneliti hanya dapat melakukan wawancara 3 sumber maka untuk

kelengkapan 9 orang tua yang harus peneliti wawancara setiap hari minggu

peneliti mengikuti kegiatan BKB hingga data yang peneliti peroleh sudah lengkap.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada 2 kader BKB yang berprofesi sebagai

guru TK di desa Nguken setelah kegiatan BKB berlangsung. Setelah semua data

yang peneliti peroleh sudah lengkap maka peneliti meyusun laporan penelitian.

4.4 Hasil Penelitian

4.4.1. Penyuluhan Pengasuhan di BKB Melati 3

Pertemuan penyuluhan BKB adalah forum pertemuan yang

diselenggarakan oleh kader dan ibu peserta sebagai wadah penyampaian pesan

dari kader kepada ibu peserta Istilah penyuluhan seringkali dibedakan dari

penerangan, walaupun keduanya merupakan upaya edukatif. Secara popular

penyuluhan lebih menekankan "bagaimana", sedangkan penerangan lebih menitik

beratkan pada "apa". Dalam uraian berikut ini penyuluhan diberikan arti lebih luas

80

dan menyeluruh yaitu merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang

dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai

rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, terarah, dengan

peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan

permasalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial, ekonomi, dan

budaya setempat.

Praktik penyuluhan BKB Melati 3 berdasarkan tingkat usia anak dan

sesuai tingkat perkembangan anak. Stimulasi yang dilakukan oleh kader antara

lain melatih anak berceloteh, merangkak, berjalan, berlari atau kegiatan lain yang

sesuai dengan kemampuan dan usia masing – masing anak. Setiap anak memiliki

Kartu Kembang Anak (KKA) untuk mengetahui perkembangan anak setiap

pelaksanaan kegiatan BKB. Kartu kembang anak ini diberikan pada orang tua

setiap 2 minggu sekali dengan alasan agar kader BKB dapat memberikan

masukkan pada orang tua mengenai perkembangan anak mereka serta catatan

khusus yang harus dilakukan oleh orang tua. Pada kegiatan BKB orang tua harus

berkonsultasi mengenai anak mereka kepada kader sehingga orang tua mengerti

anak mereka tumbuh dan berkembang sesuai tingkat perkembangan anak atau

tidak. Jika anak mereka tidak berkembang sesuai dengan usianya maka kader

BKB akan menanganinya dengan cepat dan akan memberi stimulasi untuk anak

yang mengalami keterlambatan dalam perkembangannya. Kegiatan BKB ketika

peneliti melakukan penelitian di desa Nguken memiliki rincian kegiatan sebagai

berikut

81

1. Kata –kata pembuka

Kata – kata pembuka dilakukan untuk memberi pengetahuan kecil atau

selingan untuk ibu – ibu yang memiliki anak usia 0 sampai 3 tahun. pengetahuan

tersebut disampaikan oleh ibu CY sebagai kader BKB yang berprofesi sebagai

bidan menyatakan :

“ibu – ibu sambil menunggu ibu lain yang belum hadir saya akanmenyampaikan pengetahuan tentang makanan tambahan disamping ASIsetelah anak berusia 4 bulan. Untuk anak usia 0 sampai 6 bulan ASIpenuh; 6 sampai 7 bulan dapat diberikan pisang, roti, dan air jeruk; usia7 sampai 8 bulan dapat diberikan bubur saring, buah – buahan; usia 9sampai 12 bulan nasi tim, buah; dan untuk usia 12 bulan keatas dapatdiberikas nasi, sayur dan buah”.

2. Doa Pembuka

Doa pembuka dilaksanakn secara rutin sebelum kegiatan BKB

dilaksanakan agar tidak ada halangan yang terjadi ketika kegiatan BKB

berlangsung.

3. Kata pengantar untuk ibu – ibu

Kata pengantar untuk ibu – ibu dilakukan untuk memberi pengetahuan

ibu – ibu dalam mendidik anak mereka. Peran ibu dalam mendidik anak yang

disampaikan oleh kader BKB yaitu

a. Sebagai perawat dan pelindung artinya ibu mampu merawat dan melindungi

anak sehingga anak merasa aman.

b. Sebagai pengarah atau guru artinya ibu sebagai tempat untuk anaknya

c. Sebagai pendorong artinya mampu membangkitkan semangat anak dengan

pujian dan penghargaan

82

d. Sebagai pengamat yang baik artinya ibu mampu mengamati tingkah laku anak

dalam bermain sehingga ibu akan mendapatkan kesan dan kesimpulan dari

anaknya

e. Sebagai yang ditiru atau model artinya apa yang dilakukan oleh ibu akan ditiru

oleh anaknya

f. Sebagai pembatas artinya anak perlu diberitahu tentang apa yang boleh

dilakukan dan tidak boleh dilakukan

g. Sebagai penghibur artinya selalu menghibur anaknya sehingga anak jadi

senang

h. Sebagai teman bermain artinya ibu mampu untuk menjadi teman bermain, ibu

dan anak saling mengambil peran.

4. Penjelasan mengenai stimulasi untuk tumbuh kembang anak

Kegiatan ini dilakukan untuk memberi pengetahuan orang tua dalam

menstimulasi anak harus sesuai tingkatan usia anak jadi dalam pemberian

stimulasi tidak semau orang tua atau tidak sesuai usia anak.

5. Stimulasi anak usia dini

Stimulasi ini terlebih dahulu akan dicontohkan oleh kader kemudian ibu

– ibu menirukan untuk anak mereka masing masing. Kegiatan stimulasi ini

dilakukan secara bergantian namun sesuai usia anak mereka masing – masing.

Stimulasi ketika peneliti melakukan penelitian adalah

a. Memegang telapak tangan bayi kemudian bayi secara reflex menggenggam

tangannya

83

b. Gerakkan benda ke kiri dan ke kanan agar bayi bisa mengarahkan badannya

sehingga tengkurap

c. Mengajak anak berkomunikasi sehingga anak merespon

d. Mengajarkan untuk memegang suatu benda

e. Menyusun benda dari yang besar ke yang kecil

f. Menyusun sesuai warna

g. Mengajari untuk berdiri dan berjalan dengan berpegangan

h. Menjatuhkan mainan anak sehingga anak berusaha untuk mengambil

i. Menyanyi sambil berdiri dan tepuk tangan

j. Menunjukkan benda dan anak menyebutkan nama benda tersebut

6. Penutup

Penutup dilakukan ketika semua orang tua sudah melaksanakan stimulasi

pada anak mereka dan orang tua diberi pesan untuk stimulasi atau latihan yang

harus orang tua berikan kepada anak yang sudah di tulis kader BKB dalam buku

KKA.

Dalam hal ini stimulasi yang dilakukan berdasarkan aspek perkembangan

yaitu Motorik, Bahasa, Kognitif dan Sosial Emosional yang dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Motorik

Motorik merupakan gerak yang dilakukan oleh anak yang dapat diketahui

dari aktifitas anak ketika melakukan gerak tubuh. Motorik dibagi menjadi 2 yaitu

motorik kasar dan motorik halus.

84

a. Motorik Kasar

Motorik kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian

besar otot tubuh dan biasanya memerlukan tenaga. Contohnya merangkak,

berjalan, melompat, naik turun tangga. Tujuan melatih gerak kasar adalah agar

dikemudian hari anak terampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan yang

diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Peneliti melihat anak dapat melakukan motorik kasar dengan baik misalnya

menendang bola, melempar benda, menarik dan mendorong mainan, mengangkat

mainan yang cukup berat menurut anak, dan bergoyang – goyang mengikuti

irama. Namun ada hal yang tidak dapat anak lakukan yaitu seperti susah untuk

tengkurap, berdiri, melompat – lompat dan menangkap suatu benda. Ketidak

mampuan anak tersebut harusnya anak dapat melakukannya karena sesuai usia

anak mereka harusnya dapat melakukan kegiatan yang tidak bisa dilakukan

tersebut. SA selaku ketua penyelenggara BKB menyatakan

”anak terkadang tidak di stimulasi oleh orang tuanya mbak karena orangtuanya sibuk untuk mencari nafkah sehingga mereka tidak memperhatikanperkembangan anak mereka, orang tua menganggap anak akanberkembang dengan sendirinya tanpa dilatih atau distimulasi”.

CY juga menyatakan

“memang ada anak yang berkembang dengan baik tetapi ada anak yangperkembangannya terlambat mbak, kalau yang berkembang dengan baikterkadang orang tua tidak sadar sudah melatih anaknya namun untuk yangperkembangannya lambat kebanyakan anak yang sering dititipkan disaudara – saudaranya mbak”.

b. Motorik halus

Motorik halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian – bagian tubuh

tertentu saja dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerak halus tidak

85

begitu memerlukan tenaga tetapi perlu koordinasi mata dan anggota badan

contohnya menggenggam, memasukkan benda ke dalam lubang, membalik

halaman, meniru membuat garis, menggambar, melipat, dan sebagainya.

Menurut pendapat kader BKB untuk gerak halus anak – anak dapat

melakukannya namun terkadang anak tidak ingin melakukannya berulang – ulang.

Pendapat tersebut terurai dari pernyataan CY yang menyatakan

“anak – anak ini bisa melakukan gerak halus namun anak – anak kadangbosan untuk melakukan kegiatan itu secara berulang – ulang atau cukuplama. Di usia 0 sampai 3 tahun ini yang paling anak bosan itu kegiatanmenggunting dan mencoret karena menggunting dan mencoretmembutuhkan waktu yang cukup lama dan berulang – ulang jadi anakmelakukannya sekali coret sudah, sekali menggunting sudah”.

2. Bahasa

Bahasa merupakan satu hal yang mampu digunakan untuk berinteraksi

dengan orang lain dan untuk kemampuan memahami maksud dan keinginan

seseorang. Bahasa ini terdapat 2 jenis komunikasi yaitu komunikasi aktif dan

komunikasi pasif.

a. Komunikasi Aktif

Kemampuan menyatakan perasaan, keinginan, dan pikiran, baik melalui

tangisan, gerak tubuh atau isyarat maupun kata – kata. Misalnya menangis,

mengucapkan kata – kata yang mempunyai arti, menyebut nama, menyusun

kalimat, bertanya, dan sebagainya. Tujuan melatih kemampuan mengungkapkan

dengan isyarat atau kata – kata adalah agar anak sesuai dengan usianya dapat

mengungkapkan diri baik dengan isyarat maupun kata – kata supaya dapat

dimengerti oleh orang lain.

86

Pengamatan yang peneliti lakukan terdapat anak yang berusia 1 tahun 7

bulan belum bisa mengatakan keinginannya atau berbicara dengan jelas dan anak

ini menggunakan tubuhnya untuk menjawab pertanyaan. Ibu NH sebagai kader

dari BKB menyatakan

“St sebenarnya bisa untuk berbicara dengan jelas namun karena dia seringdititipkan nenek kakeknya yang lingkungan sekitarnya tidak ada anak keciljadi anak ini sering bermain sendiri maka perkembangan bahasanyakurang dan nenek kakeknya lebih sering meninggalkan St bermainsendiri”.

b. Komunikasi Pasif

Komunikasi pasif adalah kesanggupan sesorang dalam pembicaraan orang

lain sehingga orang tersebut mengerti dan paham mengenai pembicaraan orang

lain. Misalnya menengok kearah sumber suara, mengerti kalimat sederhana,

senang mendengar cerita, mengerti dan dapat melaksanakan perintah dari yang

sederhana hingga yang sukar.

Peneliti mengamati seorang kader yang mengatakan “atas” anak langsung

menghadap ke atas, kemudian kader mengatakan “bawah” anak langsung bereaksi

melihat bawah, lalu yang terakhir kader meminta anak mengambil botol dan

piring anak mengambilnya dengan bergantian.

3. Kognitif

Kogntif merupakan perkembangan kecerdasan yang mengandung makna

kemampuan daya ingat, daya tangkap seorang anak pada umur tertentu. Cerdas

artinya paham, mampu, dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu,

menyelesaikan masalah sesuai dengan usianya dan diharapkan mempunyai

banyak gagasan. Tujuan melatih kemampuan kecerdasan ini adalah agar anak

87

balita nantinya lebih mudah mengikuti pelajaran disekolah. Misalnya

membedakan anggota keluarga dan orang lain, mampu menyamakan atau

memasangkan benda yang serupa, menyusun menara gelang, dan sebagainya

Menurut keterangan pengurus kader BKB ibu HP sebagai guru PAUD

di desa Nguken menyatakan keteranganya mengenai kecerdasan anak

“untuk anak usia 0 sampai 3 tahun sudah terlihat anak yang cerdasdengan anak yang biasa saja. Hal ini dapat ditunjukkan misal anakdapat mengetahui dan membedakan mainan yang disukai dan tidak,mengenal warna, nama benda”.

Ibu NM juga menyatakan

“Km itu mbak dia bisa menyebut nama benda, nama warna dansebagian tau bahasa inggrisnya, kami setiap minggunya melatih Kmterus mbak namun kami tidak terlalu memaksa karena anak akanmengalami kejenuhan jika pertanyaannya hanya itu – itu saja yangmengenai kemampuannya itu mbak”.

4. Sosial Emosional

Kemampuan sosial emosional dapat dilihat dari tingkah laku anak dan

kemampuan untuk menolong diri sendiri. Tingkah laku sosial dapat dilihat ketika

anak sedang bermain dengan teman – teman mereka dan cara mereka untuk

berhadapan dengan orang lain. Misalnya tersenyum kepada orang lain, bermain

dengan teman – teman, menunjukkan perhatian pada perbedaan jenis kelamin.

Sedangkan kemampuan untuk menolong diri sendiri merupakan kemampuan dan

ketrampilan seorang anak untuk dapat melakukan sendiri kegiatan – kegiatan

sehari –hari untuk dirinya sendiri agar tidak tergantung pada orang lain. Misalnya

makan sendiri meskipun berantakan, minum dengan sendiri, mencuci tangan

sendiri dan sebagainya.

88

Tingkat pencapaian perkembangan anak sesuai usia anak yang ada pada

KKA yang digunakan sebagai buku pegangan program BKB (Bina Keluarga

Balita) dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Sesuai Usia Berdasarkan

KKA (Kartu Kembang Anak)

Usia Anak Tingkat Pencapaian Perkembangan

Usia 0 – 3 bulan - Mengangkat kepala dengan tegak ketika tengkurap

- Tertawa

- Menggerakkan kepala kekiri dan kekanan

- Membalas tersenyum ketika diajak berbicara atau

tersenyum

- Mengoceh sepontan atau bereaksi dengan mengoceh

Usia 3 – 6 bulan - Berbalik dari telungkup ke telentang

- Mempertahankan posisi kepala tetap tegak

- Meraih benda yang ada di dekatnya

- Menirukan bunyi

- Menggenggam mainan

- Tersenyum ketika melihat mainan atau gambar yang

menarik

Usia 6 – 9 bulan - Anak dapat duduk sendiri

- Berdiri dan berjalan dengan merambat

- Mengucapkan ma…ma…, da…da…da…

- Meraih benda sebesar kacang

- Mencari benda atau mainan yang dijatuhkan

- Bermain tepuk tangan dan ci luk ba

- Makan biskuit sendiri

Usia 9 – 12 - Berdiri dan berjalan dengan berpegangan

89

bulan - Memegang benda kecil

- Mengenal anggota keluarga

- Menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis

Usia 1 – 2 tahun - Naik tangga dan berlari –lari

- Mencoret pensil pada kertas atau lainnya

- Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya

- Menyebut 3 sampai 6 kata yang mempunyai arti, seperti

bola, piring dan sebagainya

- Belajar makan dan minum sendiri

Usia 2 – 3 tahun - Mengayuh sepeda roda 3

- Berdiri diatas satu kaki tanpa berpegangan

- Mengenal 2 sampai 4 warna

- Menyebut nama sendiri

- Menggambar garis lurus

- Memakai pakaian sendiri

Jika anak belum mencapai tingkat perkembangan sesuai dengan tabel 4.4

maka disarankan bagi orang tua untuk dapat berkonsultasi pada bidan, perawat ,

dokter atau kader BKB yang mengerti mengenai tumbuh kembang anak. Hal ini

dilakukan agar anak mendapatkan penanganan yang cepat sehingga lambatnya

perkembangan anak dapat diatasi dengan baik dan anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal. Kader BKB juga menerima keluhan mengenai

tumbuh kembang anak sehingga jika orang tua tidak segera berkonsultasi kepada

orang yang memiliki pengetahuan mengenai tumbuh kembang anak maka

kemungkinan anak akan mengalami kelambatan dalam perkembangannya.

Kegiatan BKB ini juga tidak hanya membahas mengenai perkembangan

anak yang tampak terlihat namun BKB juga memberi penyuluhan mengenai

90

mengasuh anak yang baik. Misalnya dalam pemberian perhatian orang tua, kasih

sayang yang diberikan, pemberian rasa nyaman untuk anak dan sebagainya.

Pemberian kasih sayang untuk anak tidak berarti memanjakan anak dengan hal

materi atau semua keinginan anak selalu dipenuhi serta perbuatan anak baik salah

atau benar selalu dibenarkan atau dibela. Pemberian kasih sayang disini adalah

kelekatan antara ibu dan anak, pelukan untuk anak, ciuman untuk anak, dan

komunikasi yang baik dengan anak setiap hari. Pemberian kasih sayang ini tidak

jauh berbeda dengan pemberian perhatian untuk anak misalnya anak sudah mandi

atau belum, sudah makan atau belum, sudah tidur siang atau belum, ketika anak

sakit orang tua ada didekat anak dan membawa ke bidan desa. Kemudian untuk

pemberian rasa nyaman orang tua dapat mengawasi setiap anak bermain, berada

disamping anak setiap anak membutuhkan.

Hal – hal seperti itu dibutuhkan untuk anak agar memiliki mental yang

baik, emosi yang terkontrol, dan interaksi dalam berkomunikasi juga baik ketika

dewasa nanti. Jadi meskipun orang tua sibuk bekerja namun orang tua tetap harus

memberi perhatian untuk anaknya. Sikap acuh dan keras pada anak akan

berdampak buruk bagi anak nantinya sehingga anak tidak akan mengetahui mana

yang salah dan benar, membangkang, tidak mendengarkan orang tua, dan

perbuatan yang buruk lainnya.

Jika hanya perkembangan anak saja yang diperhatikan dan diutamakan oleh

orang tua nantinya anak tidak akan dapat memiliki sosial emosional yang baik

ketika dewasa kelak. Dalam perkembangan anak juga terdapat aspek

perkembangan sosial emosional namun banyak dari orang tua hanya

91

memperhatikan perkembangan fisik anak mereka namun perkembangan sosial

emosional anak tidak begitu dihiraukan. Pernyataan tersebut sesuai dengan

pernyataan dari ibu SA selaku ketua PKK dan ketua penyelenggara BKB

“orang tua disini itu termasuk golongan orang keras jadi mereka hanyamemikirkan untuk kesenangan anak mereka sendiri – sendiri, misalnya jikaanaknya menangis untuk menginginkan mainan yang dipegang temannyadan temannya itu tidak mau untuk memberikan mainannya maka terkadangorang tualah yang mengambilsecara paksa mainan itu untuk anaknya dantemannya itu diberi mainan baru meski menangis dan setelah itu nantinyaorang tualah yang saling berselisih”.

Ibu HP juga menyatakan

“Jadi intinya itu orang tua akan melakukan apa saja agar anaknya tidakmenangis tanpa membedakan yang benar dan yang salah. Kalau anaknyatidak menangis bagi orang tua sudah cukup dan keinginan anaknya ketikamenangis langsung dipenuhi meski lawannya itu anak kecil”.

Dengan adanya BKB maka kader BKB dapat memberikan masukan

untuk orang tua mengenai cara yang benar dalam mengasuh anak tanpa merugikan

orang lain disekitanya. Sehingga orang tua mengetahui dengan benar cara untuk

memberikan kasih sayang untuk anaknya dan orang tua juga tidak harus

membuktikan kasih sayangnya dengan memenuhi semua permintaan anak meski

permintaannya itu merugikan orang lain. Pemberian kasih sayang itu dapat

diartikan orang tua harus memberi pengertian anak mereka mana yang benar dan

salah, mana permintaan yang dapat dipenuhi atau tidak, dan bagaimana cara

menghargai hak orang lain. Maka pemberian kasih sayang itu bukan berarti

memenuhi semua keinginan anak dan berpendapat jika anak tidak menangis maka

permintaannya akan dipenuhi. Cara seperti itu akan merugikan anak dan orang tua

ketika anak dewasa kelak karena sikap dan perilaku anak ketika dewasa

tergantung pengasuhan orang tua ketika anak masih berusia dini.

92

4.4.2 Pengasuhan Anak Pada Keluarga Petani Peserta BKB Melati 3

4.4.2.1 Pengetahuan Keluarga Petani Mengenai Pengasuhan

Keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi yang lebih bersifat

hubungan interpersonal, dimana masing-masing anggota dalam keluarga

dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain antara ayah dan

ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antara anak dengan anak. Sistem

interaksi antar pribadi juga terdapat dalam keluarga petani. Keluarga petani

merupakan keluarga yang anggota keluarganya (ayah dan ibu) memiliki mata

pencaharian bercocok tanam baik di sawah atau di ladang untuk menyambung

hidup.

Pada umumnya hubungan antara orang tua dan anak pada keluarga

petani cenderung kurang intensif (jarang) artinya orang tua hanya bisa

memperhatikan anak-anaknya pada saat sebelum atau sesudah bekerja, sehingga

anak kurang mendapat kasih sayang dan perawatan yang cukup dari orang tua

khususnya ibu. Bagaimanapun orang tua lebih dekat dengan anak- anak mereka

sehingga orang tua dapat mengamati dan mengenal pribadi anak mereka masing –

masing. Jarang orang tua menyadari bahwa banyak yang dapat mereka lakukan

untuk merangsang perkembangan intelektual anak sebelum mereka masuk

sekolah. Oleh karena itu, orang tua diberi pengertian mengenai proses-proses

perkembangan di masa usia dini ini, mereka dapat membantu merangsang

kesenangan bermain anak sekaligus meningkatkan kecerdasannya.

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa mendidik anak-anaknya

dengan cara-cara yang biasa (tradisional) dilakukan, tanpa disadari telah

93

menghambat perkembangan anak. Cara-cara yang biasa (tradisional) yang

dimaksud yaitu anak dibiarkan berjam-jam dalam gendongan atau tempat tidur

tanpa adanya variasi permainan dan bagi orang tua yang terpenting adalah anak

tidak menangis. Lain halnya dengan orang tua yang mengusahakan anaknya untuk

bermain, dimana anak diberi kesempatan untuk mendapat banyak pengalaman

yang merangsang perkembangannya, maka anak akan cepat belajar untuk

memperoleh pengetahuan sehingga anak akan terdorong untuk senang belajar dan

melakukan sesuatu yang baru. Namun pada kenyatanya di desa banyak sekali

orang tua yang membiarkan anak-anaknya berjam-jam di tempat tidur atau

digendong.

Orang tua tidak banyak memiliki waktu bersama anak-anaknya

sehingga anak-anak mereka cenderung berkembang tanpa asuhan orang tua. Para

orang tua beranggapan bahwa anak mereka pada suatu saat nanti pasti akan

berkembang dengan sendirinya tanpa perlu ada bimbingan dan asuhan orang tua.

Akibatnya, mereka tidak memperhatikan kegiatan anak-anak mereka sehari-hari,

dengan siapa mereka bergaul serta bagaimana kondisi lingkungan tempat si anak

bermain. Bagi bayi atau anak kecil hubungan efektif dengan orang tua merupakan

faktor penentu seperti cinta kasih, makan, minum dan tidur.

Orang tua lebih sering bersama anak mereka ketika sore hari dan malam

hari namun kebanyakan orang tua tidak memperhatikan perkembangan anak

mereka karena mereka hanya terpacu pada pemenuhan kebutuhan lahir yang anak

butuhkan. Sedangkan seorang anak membutuhkan kebutuhan lahir dan batin untuk

perkembangan anak secara optimal.

94

Namun dengan adanya kegiatan BKB (Bina Keluarga Blita) sebagian

masyarakat sadar akan pentingnya kebutuhan lahir dan batin anak. Meski mereka

mengerti akan hal tersebut namun mereka tidak bisa untuk meninggalkan

pekerjaan mereka sebagai petani karena pekerjaan itu merupakan mata

pencaharian desa Nguken. Dengan adanya BKB orang tua mengetahui mengenai

pengasuhan dan perkembangan anak ketika kegiatan BKB dilaksanakan karena

terdapat kader yang ahli dalam mengatasi keluhan – keluhan yang orang tua

ungkapkan mengenai anak mereka. Orang tua ada yang menerapkan pengasuhan

BKB sebagian besar karena anak mereka mengalami keterlambatan

perkembangan sehingga orang tua melatih anak mereka meskipun tidak setiap

hari.

Kader atau anggota BKB Melati 3 SA menyatakan

“kegiatan BKB ini sangat bermanfaat bagi orang tua untuk mengetahuicara mengasuh anak yang benar, menstimulasi anak sesuai tingkatperkembangannya dan juga kesadaran orang tua akan pentingnyastimulasi anak menjadi tinggi”.

Dalam penelitian peneliti menemukan anak yang memiliki kelainan

pada kesehatannya yaitu Au. Au memiliki kelainan jatung bocor dan radang paru

– paru namun sesuai berjalannya waktu kesehatan Au agak membaik karena

rutinnya pemeriksaan yang dijalani satu bulan sekali. Ibu Ks bergantung pada

JAMKESMAS yang dia miliki karena ibu Ks termasuk golongan orang tua yang

tidak mampu. Au semakin hari tubuhnya semakin kecil karena menahan sakit dan

berjuang sendiri untuk melawan penyakit tersebut. Meski demikian Au termasuk

anak yang periang karena setiap ibu Ks mengajaknya untuk berkomunikasi, Au

menanggapinya dengan senyuman. Kader BKB meminta ibu Ks untuk berhenti

95

dulu bekerja di sawah untuk sementara waktu karena Au memiliki penyakit yang

serius dan juga Au sangat susah untuk ditinggal oleh orang yang dianggapnya

dekat. Au tidak bisa berlama – lama ditidurkan diranjang karena Au merasa tidak

nyaman sehingga Au lebih sering di gendong dari pada di tidurkan diranjang.

Ketika Au digendong akan lebih baik jika yang sering menggendong adalah ibu

Ks sehingga Au lebih merasa nyaman. Pernyataan tersebut berdasarkan ibu CY

selaku bidan desa Nguken dan Kader BKB yang menyatakan

“Au mempunyai kelainan di jantung dan paru – parunya. Jarang adaanak bayi yang bertahan selama 6 bulan ini dengan penyakitnya itumbak. Au semakin hari badannya secara otomatis semakin mengecilkarena Au menahan rasa sakit, belum saatnya diberi makan jaditergantung pada ASI mbak. Au lebih sering digendong daripada ditidurkan diranjang karena dia merasa nyaman ketika digendong mbak.Ya semoga Au dapat segera sembuh karena kasian mbak usia segitusudah punya penyakit seperti itu”.

Ketika peneliti melakukan kunjungan di rumah Au, ketika itu Au

digendong oleh ibunya yang baru saja pulang dari sawah sekitar puku 10.00.

ketika itu Au tampak seperti anak – anak biasa yang tersenyum ketika diajak

bicara namun memang Au lebih kecil dari usianya. Tubuh Au seperti anak yang

baru berumur seminggu bahkan lebih kecil. Ibu Ks tidak bisa meninggalkan

pekerjaan karena keluarga mereka sangat membutuhkan biaya untuk kesembuhan

Au. Meskipun ibu Ks memiliki JAMKESMAS namun kebutuhan lain seperti

transportasi untuk periksa dan kebutuhan Au yang lain sangat banyak. Jadi ibu Ks

bekerja dari pagi hari hingga pukul 10.00 ketika kerjaan sudah selesai semunya.

4.4.2.2 Pengasuhan Keluarga Petani Peserta BKB

Model pengasuhan BKB sebenarnya tidak memberatkan orang tua petani

atau menjadi beban bagi keluarga petani karena dalam pengasuhan anak tidak

96

membutuhkan biaya. Sehingga orang tua dapat melakukan pengasuhan bagi

anaknya dengan meluangkan waktu mereka untuk melihat perkembangan anak

mereka.

BKB Melati 3 di desa Nguken memberikan pengarahan mengenai cara

menstimulasi anak dan mengasuh anak sehingga anak dapat berkembang secara

optimal. Dalam menstimulasi anak tidak hanya ada pada kegiatan BKB namun

yang paling utama pengasuhan orang tua dibutuhkan untuk perkembangan anak.

Pengasuhan anak perlu disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak karena

mengasuh anak adalah proses mendidik agar anak dapat berkembang dengan baik.

Orang tua merupakan orang terdekat bagi anak sehingga orang tua harus

menstimulasi anak mereka setiap harinya sesuai pengarahan kader BKB.

Orang tua sekarang lebih meluangkan waktu untuk anak mereka hanya

pada sore hari. Adanya kegiatan BKB membawa hal yang positif bagi sebagian

orang tua karena orang tua mengerti akan pengasuhan meskipun sebagian orang

tua ada yang melaksanakannya dan ada yang belum melaksanakannya. Namun

ketika kegiatan BKB orang tua terutama ibu meluangkan waktu mereka untuk

mengikuti kegiatan BKB karena kegiatan BKB dilaksanakan setiap hari minggu

pukul 09.00. Dalam kegiatan BKB kader atau anggota BKB menjelaskan cara

menstimulasi anak sesuai usia anak. Setiap kegiatan akhir di BKB kader meminta

orang tua untuk menstimulasi anak mereka sesuai dengan petunjuk kader yang

sudah ditulis pada buku KKA (Kartu Kembang Anak).

Orang tua tidak hanya ibu namun ayah juga harus ikut serta dalam

pengasuhan anak. Kebanyakan anak hanya diasuh ibu dan ayah hanya bekerja dan

97

kedekatan dengan anak sangat kurang. Anak yang pengasuhannya dilakukan

bersama ibu dan ayah akan tumbuh lebih baik dari pada pengasuhan yang hanya

dilakukan oleh ibu. Ibu lebih banyak menggunakan perasaan dalam mengasuh

anak sehingga ibu akan lebih kawatir jika anak melakukan hal yang baru. Ayah

lebih berpikir rasional dan logis dalam arti ayah akan membiarkan anaknya

melakukan hal yang baru dengan pengawasan misalnya jika anak belajar berjalan,

naik sepeda akan jatuh maka ayah akan berpikir anaknya akan berpikir bagaimana

caranya agar dia tidak jatuh. Jadi bukan berarti ayah tidak mengkhawatirkan anak

namun ayah lebih memikirkan anak tersebut di masa datang.

Penerapan model pengasuhan BKB oleh keluarga petani di desa Nguken

menurut penelitian yang peneliti lakukan sejauh ini ada yang sudah diterapkan

dan ada yang belum terlalu diterapkan oleh orang tua. Orang tua akan menerapkan

model pengasuhan yang BKB lakukan jika anaknya mengalami masalah

perkembangan kemudian setelah anak normal orang tua melepaskan anak mereka

berkembang dengan sendirinya. Pernyataan peneliti sesuai dengan pernyataan dari

ibu EP orang tua dari St

“St itu susah mbak untuk ngomong saya kira nanti lama – lama St bisangomong sendiri tapi kok udah hampir 2 tahun kok Cuma bisa bilang“moh, maem” sama geleng – geleng dan mengangguk. Ya saya takutanak saya kenapa – kenapa jadi saya cerita sama ibu Ninik (KaderBKB) soal St. Langsung Ibu Ninik setiap kegiatan BKB meminta anaksaya mengikuti ibu ninik bicara sama dilatih bicara. Sampai sekaranganak saya sudah sedikit – sedikit bisa ngomong meski kurang jelas”.

Peneliti melihat tujuan orang tua mengikuti BKB itu karena mereka

menganggap BKB sama dengan sekolah PAUD dan TK sehingga orang tua

langsung menyekolahkan anaknya di Sekolah Dasar. Penyuluhan yang dilakukan

98

kader memang sangat bermanfaat bagi orang tua tetapi untuk hal perkembangan

anak lebih sering diserahkan pada kader BKB. Pernyataan tersebut sesuai dengan

pernyataan sebagian besar orang tua mengenai BKB yang akan peneliti wakilkan

dari pernyataaan ibu Sl orang tua dari Ay

“saya ikut BKB itu ya biar Ay bisa sekolah sampai umur 5 tahun mbaknanti habis itu saya sekolahkan di SD, di BKB kan gak bayar mbaksekolahnya juga seminggu sekali, harinya juga minggu jadi ya biaranak saya pintar dan saya gak usah bayar”.

BKB memang seperti sekolah PAUD namun disini orang tua diminta untuk

berperan aktif dalam perkembangan anak setiap harinya. Orang tua mulanya

mengerti dan paham cara melatih anak per usia dan per indikator perkembangan

anak namun ketika dirumah orang tua hampir tidak pernah untuk mempraktekkan

kegiatan yang kader contohkan di BKB Melati 3. Banyak dari orang tua ini hanya

mengawasi anaknya ketika bermain dan orang tua hanya pasif duduk diam tanpa

adanya stimulasi untuk anak mereka. Pengawasan orang tua memang baik untuk

kenyamanan anak namun anak membutuhkan peran aktif orang tua dalam

perkembangannya.

Kebanyakan orang tua petani ini mengatakan bahwa mereka lelah sudah

bekerja seharian dari pagi hingga siang bahkan sampai sore hari. Namun tetap

untuk pemberian ASI mereka rutin untuk memberikannya namun dengan alasan

yang irasional. Orang tua lebih mengutamakan kebutuhan jasmani anak tanpa

memikirkan kebutuhan kasih sayang dan perhatian. Orang tua terutama ayah di

sini lebih ditakuti oleh anak karena kebiasaan orang desa misalnya anak mereka

melakukan tindakan yang menurut ibu nakal pasti ibu mengatakan “tak bilangin

ayah”. Pernyatan yang seperti itu akan membuat ayah ditakuti oleh anak dan di

99

sini ayah pun juga tidak terlalu dekat dengan anak setiap waktu kecuali ketika

malam hari akan berkumpul bersama antara ibu, anak dan ayah. Ketika pagi, siang

dan sore hari, ayah akan pergi ke sawah untuk mengecek tanaman padinya

tersebut. Sehingga waktu anak dan ayah hanya malam hari ketika ayah sudah

tidak ada kesibukan pekerjaan. Meskipun ayah ada waktu ketika malam hari

pengetahuan mengenai pengasuhan anak juga kurang untuk ayah sehingga

kedekatan anak dan ayah hanya pada aspek sosial emosional saja.

Seorang ayah mempercayakan pengasuhan pada wanita karena wanita

lebih teliti dalam mengasuh anak mereka. Pernyataan tersebut sesuai pernyataan

ibu Ks orang tua dari Ab

“Suami saya memang kalau malam itu nyium, nggendong, mengajak Abbercanda mbak tapi ya cuma malam hari mereka bercanda, mainbersama,kalau masalah gimana anak saya itu dipercayakan sama sayambak ”

Pernyataan tersebut sama dengan ibu Ksi orang tua dari Au

“suami saya itu sebenarnya meminta saya dirumah untuk mengasuhanak saja tapi kita kan butuh uang mbak untuk anak kita juga jadi yasetengah hari saya bekerja setengah hari sama menjaga anak saya yangsedang sakit mbak, kadang saya nggak tega mbak, Au sakit, bapaknyakerja buat berobat Au saya juga bekerja jadi dirumah sama neneknyasampai saya pulang mbak. Kalau dibilang capek ya capek mbak tapimau gimana mbak anak saya juga penting buat saya mbak”.

Dari pernyataan – pernyataan tersebut orang tua sebenarnya memang

paham untuk mengasuh anak tidak boleh terlalu keras dan mengacuhkan anak

namun karena tuntutan kehidupan dan faktor kelelahan bekerja yang membuat

mereka tidak menerapkan pengasuhan yang di berikan oleh kader BKB dirumah.

Namun disini antusias orang tua mengenai program BKB sangat baik dan mereka

mengikuti kegiatan BKB setiap minggunya atau minimal 3 kali sebulan.

100

4.5 Analisis Hasil Penelitian

4.5.1 Penyuluhan di Bina Keluarga Balita (BKB)

Menurut hasil wawancara dengan pengurus BKB dapat diketahui bahwa

praktik penyuluhan BKB adalah melatih perkembangan anak sesuai dengan

tingkat usia anak. Dengan melatih perkembangan anak baik dirumah ataupun di

kegiatan BKB, orang tua dapat mengasuh anak mereka dengan cara melatih

perkembangan anak sesuai dengan usia anak. Perhatian, kasih sayang, rasa aman

dan nyaman adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dengan

melatih perkembangan anak secara optimal maka orang tua secara tidak langsung

melakukan pengasuhan terhadap anak mereka. Hasil dari perkembangan anak

nantinya akan di lihat oleh pengurus sehingga jika terdapat anak yang tidak

berkembang sesuai usianya maka akan dilihat bagaimana orang tua mengasuh

anak mereka. Pengasuhan yang otoriter, demokratis, permisif, dan uninvolved

akan terlihat dari perkembangan anak. Dengan begitu kader BKB akan

memberikan penyuluhan cara mengasuh anak yang benar bagi orang tua petani

ini. Kegiatan BKB tidak hanya kegiatan yang tertuju pada anak namun yang lebih

penting adalah penyuluhan untuk orang tua bagaimana cara mengasuh anak yang

baik dan benar.

Bina Keluaraga Balita (BKB) adalah salah satu media pelayanan kesehatan

yang memiliki berbagai jenis kegiatan yaitu penyuluhan dan bermain dengan Alat

Permainan Eduaktif (APE). Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tentang pentingnya proses

tumbuh kembang balita serta meningkatkan keterampilan ibu dan anggota

101

keluarga lainnya dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal,

antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan

Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia (Soetjiningsih, 1995).

Berdasarkan teori tersebut dengan hasil wawancara yang peneliti peroleh

dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri dari BKB adalah menitik beratkan pada

pembinaan ibu dan anggota keluarga, membina tumbuh kembang anak,

menggunakan alat bantu APE dan nyanyian dalam tumbuh kembang anak,

membangun fisik dan mental anak kelak ketika dewasa,langsung ditujukan orang

tua untuk anak, meningkatkan ketrampilan orang tua dalam mendidik anak.

Peneliti dapat menambahkan dari hasil penelitian BKB lebih terfokus dengan cara

orang tua mengasuh anak karena baik tidaknya orang tua mengasuh anak akan

berdampak pada perkembangan anak terutama sosial emosional.

Berdasarkan uraian dan teori diatas peneliti menambahkan teori untuk

memperkuat hasil penelitian yaitu teori yang ada dalam

s_pls_054439_chapter2.pdf. (Universitas Pendidikan Indonesia). Teori yang

menguatkan hasil penelitian adalah sebagai berikut

Menurut BKKBN, 1997:25 program BKB mempunyai ciri khusus yang

mebedakan dengan program – program pembinaan kesejahteraan balita lainnya.

Adapun ciri – ciri yang membedakan adalah sebagai berikut :

1. Program BKB menitik beratkan pada ibu – ibu yang memiliki anak balita.

2. Program BKB adalah meningkatkan ketrampilan dan kecerdasan anak balita.

3. Didalam pelaksanaan kegiatan program BKB menggunakan alat bantu dalam

menggunakan alat bantu dalam hubungan timbale balik ibu anak berupa

102

permainan antara lain Alat Permainan Edukatif (APE), serta cerita, dongeng

sebagai perangsang tumbuh kembang anak.

4.5.2 Pengasuhan Anak Pada Keluarga Petani Peserta BKB

Menurut hasil wawancara yang peneliti dapatkan mengenai pengasuhan

anak pada keluarga petani peserta BKB bagi keluarga petani adalah orang tua

menganggap anak akan berkembang dengan sendirinya tanpa adanya pengasuhan

perkembangan anak. Orang tua petani ini berfikir dengan melihat anaknya tumbuh

dengan baik maka mereka juga akan berkembang dengan baik. Orang tua petani

ini masih terpacu dengan pengasuhan orang tua dahulu yang berpendapat bahwa

anak akan tumbuh dan berkembang sendiri tanpa adanya pelatihan perkembangan.

Meskipun orang tua dahulu tidak melatih perkembangan anak mereka namun

tanpa mereka sadari dengan mereka melatih kemandirian anak sejak dini maka

fisik motorik dan bahasa anak akan berkembang dengan baik namun aspek

perkembangan tidak hanya fisik motorik dan bahasa namun kognitif dan sosial

emosional juga merupakan aspek perkembangan yang penting. Orang tua

mengikuti kegiatan BKB dan melakukan praktek stimulasi perkembangan untuk

anak namun untuk dirumah orang tua memiliki asumsi bahwa mereka bekerja dari

pagi hingga siang hari sehingga untuk melatih anak tidak mempunyai waktu.

Orang tua sudah beranggapan bahwa dikegiatan BKB yang dilakukan seminggu

sekali sudah cukup untuk melatih perkembangan anak.

Menurut Max Weber, bahwa tindakan sosial atau perubahan sosial tidak

bisa dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh

103

pelaku. Tindakan sosial dapat dipisahkan menjadi empat macam tindakan menurut

motifnya:

a. tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu,

b. tindakan berdasar atas adanya satu nilai tertentu,

c. tindakan emosional, serta

c. tindakan yang didasarkan pada adat kebiasaan (tradisi).

Menurut teori dengan uraian diatas maka peneliti dapat menyimpulkan

pola pemikiran dan tindakan pengasuhan orang tua petani adalah orang tua lebih

mengutamakan pekerjaan dikarena adanya satu tujuan yaitu untuk masa depan

anak, orang tua melakukan sesuatu hal yang menurut mereka benar karena

berdasarkan satu nilai tertentu yaitu untuk kebahagiaan anak, orang tua lebih

menggunakan emosi mereka daripada logika, dan yang terakhir orang tua petani

masih mengikuti tindakan orang tua dahulu atau kebiasaan orang dahulu.

Kemudian peneliti dapat menambahkan yaitu orang tua petani salah dalam

mengartikan arti dari mengasuh anak karena dalam mengasuh anak mereka harus

demokratis sedangkan hasil penelitian lapangan orang tua lebih permisif dalam

mengasuh anak.

Berdasarkan uraian dan teori diatas peneliti menambahkan teori untuk

memperkuat hasil penelitian yaitu teori yang ada dalam bahan ajar (pendidikan

dalam keluarga). Teori yang menguatkan hasil penelitian sebagai berikut

Bern (1997) menyatakan bahwa pengasuhan merupakan proses yang berlangsung

terus menerus yang melibatkan interaksi antara orangtua dengan anak. Sementara

Jarome Kagan (1975) menyatakan pengasuhan sebagai suatu alat untuk

104

melaksanakan suatu rangkaian pengambilan keputusan untuk mensosialisasikan

nilai kepada anak. Sedangkan teori-teori yang digunakan dalam pengasuhan pada

anak mencakup pada beberapa teori dasar dalam perkembangan manusia, teori-

teori tersebut adalah:

1. Teori psikoanalisis.

2. Cognitive developmental theory.

3. Behaviorism

4. Social learning theory

5. Genetic, heredity, personality theory

6. Humanistic theory

7. Ethological theory

8. Theory sistem, etological theory

9. Theory perkembangan moral

4.6. KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PRAKTIK PENGASUHAN

PADA KELUARGA PETANI PESERTA BKB MELATI 3

Menurut wawancara yang peneliti lakukan dengan orang tua terdapat

kendala yang dihadapi yaitu penerapan model pengasuhan BKB belum bisa

diterapkan karena faktor pekerjaan orang tua dan pandangan orang tua yang belum

mengerti pengasuhan anak sangat berpengaruh bagi masa depan anak kelak.

Pekerjaan orang tua yang bermata pencaharian petani banyak menggunakan

waktunya untuk bekerja dari pagi hingga siang hari. Setelah itu orang tua

menggunakan waktu mereka untuk beristirahat. Ketika sore hari orang tua

mengawasi anak mereka untuk bermain, memandikan anak dan menyuapi anak.

105

Namun untuk perkembangan anak, orang tua menyakini bahwa anak akan

berkembang dengan sendirinya tanpa harus dilatih. Anak yang perlu dilatih adalah

anak yang terlihat secara fisik memiliki keterlambatan dalam perkembangan.

106

BAB V

PENUTUP

2.2. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang peneliti

laksanakan dengan judul “Praktik Pengasuhan Anak Pada Keluarga Petani Peseta

Bina Keluarga Balita (BKB) Melati 3 Di Desa Nguken Kecamatan Padangan

Kabupaten Bojonegoro” maka dapat disimpulklan sebagai berikut :

2.2.1. Penyuluhan Bina Keluarga Balita berdasarkan tingkat perkembangan anak

sesuai usia. Kader BKB dapat melihat pengasuhan yang orang tua terapkan

dari perkembangan anak tersebut karena dalam perkembangan anak

terdapat 7 aspek. Kegiatan BKB lebih mengutamakan penyuluhan bagi

orang tua mengenai pengasuhan yang benar pada anak dengan cara

memberi kasih sayang, rasa aman dan nyaman, perhatian, dan yang paling

penting adalah kedekatan orang tua dengan anak. Kegiatan BKB juga

melatih orang tua untuk menstimulasi anak mereka sesuai tingkat

perkembangan usia anak karena perkembangan anak membutuhkan

tahapan – tahapan per usia sehingga orang tua diharapkan dapat

menstimulasi anak mereka dirumah sesuai usia meskipun hanya sebentar.

Pada kegiatan BKB orang tua dapat menceritakan keluhannya pada kader

BKB sehingga kader BKB dapat menanganinya dengan cepat agar anak

dapat berkembang dengan optimal.

2.2.2. Pengasuhan anak pada keluarga petani peserta BKB Melati 3 belum

sepenuhnya dilakukan dengan sempurna karena tuntutan perekonomian

106

107

dalam keluarga. Orang tua akan benar – benar melakukan pengasuhan

yang diajarkan oleh kader BKB dalm penyuluhannya jika anak mereka

mengalami keterlambatan perkembangan. Setelah keterlambatan

perkembangan anak sudah dapat diatasi dan anak sudah mengalami

kemajuan dalam keterlambatannya maka intensitas stimulus yang

diberikan orang tua juga semakin jarang. Orang tua petani ini memiliki

kepercayaan yang kuat dengan kata lain mereka menganggap anak akan

berkembang dengan sendirinya dan jika dilatih sudah ada perkembangan

maka anak akan berkembang dengan sendirinya tanpa harus dilatih lagi.

Orang tua petani ini tidak dapat disalahkan dalam hal pengasuhan yang

tidak optimal karena mereka mempunyai tuntutan pekerjaan yang

menguras tenaga untuk menghidupi anak dan keluarga. Orang tua bekerja

dari pagi hingga siang hari bahkan ada yang sampai sore hari sehingga

waktu dirumah lebih sering digunakan untuk beristirahat. Ketika sore hari

orang tua hanya mengawasi anak mereka dalam beraktifitas namun tidak

ikut serta dalam aktifitas anak.

2.3. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, saran yang diajukan adalah

2.3.1. Bagi Kader Bina Keluarga Balita (BKB) Melati 3

Kegiatan BKB yang diselenggarakan untuk memberikan penyuluhan

kepada orang tua sebaiknya lebih sering melakukan praktik pengasuhan

perkembangan pada anak karena ketika dirumah orang tua akan memiliki

waktu yang sedikit dalam melakukan stimulasi perkembangan. Kader

108

BKB sebaiknya lebih sering berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang

tua karena terkadang ada orang tua yang tidak mengerti bahwa anaknya

mengalami keterlambatan perkembangan sehingga orang tua tidak

menceritakan keluhannya. Penyuluhan mengenai perkembangan anak

harus sering diberikan kepada orang tua sehingga orang tua mengetahui

dampak positif dan negatif dari stimulasi perkembangan anak. Bagi orang

tua yang benar – benar belum mengerti mengenai pengasuhan dan ketika

diberi penyuluhan orang tua tidak memperhatikan maka ketika praktek

stimulus anak dilaksanakan kader menjelaskan kembali mengenai

pengasuhan yang benar pada orang tua satu per satu.

2.3.2. Orang tua

Orang tua selalu memikirkan masa depan anak mereka sehingga orang tua

lebih mengutamakan biaya untuk masa depan dari pada harus duduk diam

di rumah menjadi seorang ibu rumah tangga yang hanya mengerjakan

pekerjaan rumah dan mengurus anak. Hal tersebut merupakan pemikiran

yang baik karena orang tua ingin anak mereka mendapatkan yang terbaik.

Namun anak juga membutuhkan stimulasi untuk perkembangannya maka

jika orang tua tidak bisa untuk melakukan simulasi pada anak akan lebih

baik jika orang tua mengikuti kegiatan BKB Melati 3 dengan rutin satu

minggu sekali setiap hari minggu untuk melatih perkembangan anak.

Orang tua benar – benar bisa memperhatikan perkembangan anak mereka

pada kegiatan BKB itu sehingga orang tua mengetahui perkembangan

anak mereka setiap minggunya.

109

2.4. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian yang peneliti lakukan di desa Nguken Kecamatan

Padangan Kabupaten Bojonegoro adalah sulitnya mencari waktu dalam

wawancara orang tua ketika kunjungan rumah sehingga peneliti melakukan

wawancara pada kegiatan BKB setiap hari minggu. Peneliti juga mengalami

kesulitan mengenai refrensi buku mengenai Bina Keluarga Balita dan pengasuhan

Keluarga Petani.

110

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. (2010). Modul Integrasi BKB-PAUD-POSYANDU. Pemerintahan

Kabupaten : Bojonegoro

Hasan, Maimunah. (2010). Pendidikan Anak Usia Dini. Diva Pres : Yogyakarta

Hariwijaya, M & Bertiani Eka Sikaca. (2009). PAUD (Melejitkan Potensi Anak

dengan Pendidikan Sejak Dini). Yogyakarta : Mahadhika Publishing

Hurlock, Elizabeth B. (1997). Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta

http://eportfolio.pace.edu/artefact/file/download.php?file=54793&view=58026

(diakses 02/03/2012)

http://silmya.wordpress.com/2010/03/02/definisi-dan-jalur-pendidikan-

diindonesia/ (diakses 27/02/2012)

http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-motivasi-UU-Sistem-

Pendidikan-No.20 2003.Online (diakses 20/05/2012)

isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22092757.pdf (diakses 23/06/2012)

Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka

Latiana, Lita. (2010). Pendidikan Anak Dalam Keluarga. Bahan Ajar : Semarang

Marijan. (2012). Metode Pendidikan Anak (Membangun Karakter Anak yang

Berbudi Mulia, Cerdas, dan Berprestasi). Yogyakarta : Sabda Medina

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19274/4/chapterII.pdf (diakses

17/06/2012)

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Kodekteran EGC

110

111

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta

Yuningsih. (1999). Analisis Optimalisasi Pendapatan Usaha Tani Pada

Keragaman Jenis Usaha Petani. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id

Suharsini, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT

RIKENA CIPTA : Jakarta

LAMPIRAN 1(instrument observasi dan wawancara)

112

INSTRUMEN PENELITIAN

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA

BKB MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN

KABUPATEN BOJONEGORO

Peneliti merupakan instrument yang paling penting dalam penelitian

kualitatif deskriptif karena peneliti harus melakukan validasi itu sendiri. Maka

peneliti harus memahami secara mendalam tentang penelitian yang akan dirancang

dan akan dilakukan. Identitas peneliti dengan nama Visca Dwi Putri Vidyaningrum

dari jurusan PG PAUD UNNES membuat instrumen penelitian rancang akan

digunakan untuk memperoleh hasil penelitian yang akan peneliti lakukan di Desa

Nguken Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro.

A. INSTRUMEN OBSERVASIIdentitas Responden

1. Nama Anak :

2. Alamat Tempat Tinggal :

3. Tempat Lahir :

4. Tanggal Lahir :

5. Usia Anak :

Instrumen untuk anak usia 0 sampai 1 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Dapat membedakan apa yang

yang diinginkan

- Berhenti menangis setelah

keinginannya dipenuhi

- Memperhatikan permainan yang

diinginkan

- Mengulurkan kedua tangan untuk

digendong

- Mengamati benda yang bergerak

- Berpaling kearah sumber suara

- Mulai memahami perintah

sederhana

- Menunjukkan reaksi saat

namanya dipanggil

Motorik Motorik Kasar

- Reflek memegang benda yang

menyentuh telapak tangan

- Menegakkan kepala saat

ditelungkupkan

- Tengkuran, berguling kanan dan

kiri

- Menarik benda di depannya

- Tengkurap dengan dada diangkat

dan kedua tangan menopang

- Duduk dengan bantuan

- Melempar benda yang di pegang

- Merangkak ke segala arah

- Berdiri dengan bantuan

- Menarik benda yang terjangkau

Motorik Halus

- Memainkan jari tangan dan kaki

- Memegang benda dengan lima jari

- Memindahkan mainan dari tangan

satu ke tangan yang lain

- Memegang benda dengan menjumput

Bahasa - Bergumam

- Memperhatikan dan

mendengarkan ucapan orang

- Mengoceh

- Mulai menirukan uccapan

- Bermain cilukba

- Menunjuk benda dengan

mengucap satu kata

- Mengucapkan dua kata untuk

menyatakan keinginan

- Menyatakan penolakan

Sosial

Emosional

- Menatap dan tersenyum

- Menangis untuk

mengekspresikan ketidak nyamanan

- Merespon dengan gerakan tangan

dan kaki

- Mengulurkan tangan atau

menolak untuk digendong

- Menunjuk sesuatu yang

diinginkan

- Meniru cara menyatakan

perasaan sayang dengan memeluk

Instrumen untuk usia 1 sampai 2 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Menyebut beberapa nama benda

- Mengenal beberapa warna primer

(merah, biru, kuning)

- Menyebut nama sendiri dan

orang yang di kenal

- Mempergunakan mainan dengan

cara semaunya seperti dipukul pukul

di lantai

- Mulai memahami ekspresi orang

lain

- Mulai memahami prinsip milik

atau kepunyaan

- Membedakan besar kecil dan

membilang angka sampai 5

Motorik Motorik Kasar

- Berjalan sendiri

- Menendang bola kearah depan

- Melompat ditempat

- Berjalan mundur beberapa

langkah

- Menarik dan mendorong benda

yang tidak terlalu berat

Motorik Halus

- Memegang pensil

- Membuat coretan bebas

- Memegang gelas dengan dua tangan

- Menumpahkan benda dari wadah dan

memasukkannya kembali

- Meniru garis vertical dan horizontal

- Membalik halaman buku

- Menyobek kertas

Bahasa - Menunjuk bagian tubuh yang

ditanya

- Menaruh perhatian pada gambar

– gambar dalam buku

- Merespon pertanyaan dengan

jawaban sederhana dan singkat

- Mengucapkan 2 kata

- Menyanyikan lagu sederhana

Sosial

Emosional

- Menunjukkan berbagai reaksi

emosi

- Menunjukkan reaksi berbeda

Bermain dengan teman

- Memperhatikan teman

beraktivitas

Instrumen untuk anak usia 2 sampai 3 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Menyebut bagian – bagian suatu

gambar

- Mengenal bagian tubuh

- Memahami konsep besar dan

kecil

- Memahami perbedaan antara dua

hal dari jenis yang sama

Motorik Motorik Kasar

- Berjalan sambil berjinjit

- Melompat ke depan dan ke

belakang

- Melempar dan menangkap bola

- Menari mengikuti irama

Motorik Halus

- Meremas kertas atau kain dengan

menggerakkan lima jari

- Melipat kertas meskipun belum rapi

- Memegang benda pipih seperti sikat

gigi, sendok

- Menuang air, pasir atau yang lain ke

dalam wadah

Bahasa - Hafal beberapa lagu anak

sederhana

- Memahami perintah sederhana

- Menggunakan kata tanya dengan

tepat

- Mulai menyatakan keinginan

dengan mengucapkan kalimat

sederhana

Sosial

Emosional

- Mengungkapkan keinginan untuk

buang air besar dan buang air kecil

- Mulai belajar memahami hak

orang lain

- Mulai menunjukkan sikap

berbagi, membantu, dan bekerja sama

- Menyatakan perasaan terhadap

orang lain

- Mulai menunjukkan ekpresi

menyesal ketika melakukan

kesalahan

B. Instrumen Wawancara

Identitas Responden

1. Nama Orang Tua :

2. Alamat :

3. Tempat Lahir :

4. Tanggal Lahir :

5. Pendidikan :

Instrument berdasarkan Teori Soetjiningsih, 1995

Aspek Indikator Pertanyaan Deskripsi

Penyuluhan Kegiatan Penyuluhan BKB 1. Penyuluhan apa yang kader BKB

berikan pada orang tua?

2. Bagaimana kegiatan penyuluhan BKB

menurut pendapat orang tua?mempersulit

atau tidak?

3. Apa yang orang tua ketahui mengenai

kegiatan BKB?

4. Bagaimana tanggapan orang tua

mengenai kegiatan BKB di desa?

Manfaat Penyuluhan 1. Manfaat apa yang orang tua dapat dari

kegiatan penyuluhan BKB?

2. Apakah orang tua mengerti akan

maksud dari penyuluhan BKB?

3. Penyuluhan mengenai apa yang sering

kader BKB berikan?

4. Bagaimana tanggapan orang tua

mengenai penyuluhan yang dijelaskan

oleh kader BKB?

Praktek Kegiatan Penyu-

luhan

1. Apakah kegiatan dalam BKB, kader

mempraktekkan penyuluhan tersebut?

2. Apakah orang tua diminta untuk

mempraktekkannya di kegitan BKB atau

tidak?

3. Penyuluhan yang diberikan oleh kader

BKB dilaksanakan atau diterapkan

dirumah atau tidak?

4. Bagaimana cara orang tua membagi

waktu antara pekerjaan dengan mengasuh

anak?

5. Apakah anak diasuh dari pagi hingga

sore?

6. Apakah orang tua mengatakan

keluhannya mengenai program

penyuluhan atau perkembangan anak

anda?

Bermain APE Kegiatan Bermain APE

Manfaat bermain APE

1. Apa saja APE yang digunakan dalam

BKB?

2. Dalam mestimulasi anak apakah

kegiatan BKB ini menggunakan APE?

3. APE apa yang sering digunakan untuk

kegiatan stimulasi?

4. Apa ketentuan APE yang dapat

digunakan dalam BKB?

1. Apa manfaat dari bermain APE untuk

anak usia dini menurut orang tua?

2. Apakah anak memiliki APE dirumah?

3. Bagaimana cara orang tua

menstimulasi perkembangan anak

menggunakan APE?

4. Apakah orang tua membatasi anak

untuk bermain?

5. Alat permainan apa yang boleh dan

tidak boleh lakukan?apa alasannya?

Pencatatan hasil

perkembangan ke dalam

KKA

KKA (Kartu Kembang

Anak)

Catatan dalam KKA

1. Apa yang orang tua ketahui mengenai

KKA?

2. Apakah orang tua pernah membaca

mengenai isi dari KKA tersebut?

1. Apa saja hasil catatan di KKA yang ada

untuk anak anda?

2. Apakah anda menstimulasi anak anda

sesuai dengan catatan di KKA?

3. Apakah KKA sering digunakan dalam

kegiatan BKB?

C. Instrumen Wawancara

Identitas Responden

1. Nama Pengurus BKB :

2. Alamat :

3. Pendidikan :

4. Tempat Lahir :

5. Tanggal Lahir :

Instumen berdasarkan KEPMEN UPW/IX/84

Aspek INDIKATOR Pertanyaan Deskripsi

Menitik beratkan pada

pembinaan ibu dan anggota

keluarga yang memiliki

balita

-Memberikan kasih

sayang

-Memberikan rasa

nyaman

1. Bagaimana cara yang benar dalam

pemberian kasih sayang?

2. Bagaimana cara orang tua dalam

pemberian kasih sayang yang pengurus

ketahui selama ini?

1. Apakah setiap orang tua pasti memberi

kenyamanan bagi anak mereka?

2. Jika menurut orang tua, mereka sudah

memberi kasih sayang pada anak apakah

-Memberikan perhatian

itu dapat dikatakan juga memberikan

kenyamanan untuk anak?

3. Bagimana cara yang benar untuk

menumbuhkan kenyamanan untuk anak?

4. Apakah lingkungan juga berpengaruh

dalam kenyamanan anak?

1. Perhatian seperti apa yang harus orang

tua berikan kepada anak mereka?

2. Dampak apa yang timbul jika seorang

anak kurang mendapat perhatian?

3. Apakah orang tua yang profesi petani

disini sudah memberikan perhatian

terhadap anak mereka?

Bagaimana cara pengurus untuk mengatasi

anak yang kurang perhatian dari orang

tuanya?

Membina Tumbuh

Kembang Anak

- Fisik 1. Bagaimana cara untuk mengetahui

perkembangan fisik anak secara optimal

dan normal?

- Mental

2. Bagaimana cara pengurus untuk

mengatasi anak yang tidak tumbuh dan

berkembang dengan baik?

3. Keluhan apa yang sering orang tua

katakan mengenai pertumbuhan dan

perkembangan fisik anak?

4. Apakah orang tua memperhatikan

tumbuh kembang anak sesuai usia

mereka?

5. Bagaimana cara pengurus untuk

membina orang tua mengenai

pertumbuhan dan perkembangan anak

sesuai usia anak?

1. Bagaimana cara pengurus untuk

mengatasi orangtua yang memiliki anak

yang perkembangan dan pertumbuhan

anak mereka tidak baik?

2. Bagaimana sikap orang tua yang

memiliki anak keterlambatan

- Sosialisasi

pertumbuhan dan perkembangan fisik?

3. Apa yang harus orang tua lakukan jika

anak mereka mengalami keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan?

4. Bagiamana kesehatan anak yang

mengelamai keterlambatan

perkembangan?

1. Bagaimana cara yang harus orang tua

lakukan untuk menumbuhkan sosialisasi

anak mereka?

2. Bagaimana cara untuk mengetahui

perkembangan sosialisai anak dengan

teman sebaya?

3. Bagaimana tindakan pengurus untuk

mengatasi orangtua yang kurang

bersosialisasi dengan warga lain?

4. Apakah anak pasti akan mengikuti sikap

orang tua yang kurang bersosialisasi?

5. Apakah sikap bersosialisasi itu dapat

diukur dari latar belakang keluarga?

Menggunakan alat bantu - Alat Permainan

Edukatif (APE)

- Menyanyi

1. Apakah BKB menyediakan APE

untuk anak?

2. Apa saja alat APE yang sering

digunakan untuk kegiatan BKB?

3. Apa manfaat APE untuk tumbuh

kembang anak?

4. Apakah pemberian APE merupakan

bentuk model pengasuhan yang baik

juga?

1. Apakah dikegiatan BKB terdapat

kegiatan menyanyi bersama dengan

anak – anak?

2. Bagaimana pendapat pengurus mengenai

anak yang lebih hafal lagu dewasa dari

pada lagu anak anak?

Meningkatkan ketrampilan

ibu dan anggota lain yang

memiliki balita

- Ketrampilan dalam

mengasuh anak

1. Bagaimana cara orang tua dalam

mengasuh anak mereka?

2. Apa yang orang tua ketahui mengenai

- Ketrampilan dalam

membagi waktu dengan

anak

pengasuhan anak?

3. Bagaimana cara pengurus untuk

memberikan pengetahuan kepada orang

tua dalam mengasuh anak yang baik?

4. Apakah anak seorang petani lebih sering

dititipkan nenek atau saudara lain untuk

mengasuh anak mereka ketika mereka

bekerja?

1. Bagaimana cara orang tua untuk

membagi waktu antara anak dan

pekerjaan mereka sebagai petani?

2. Bagaimana tindakan pengurus jika ada

orang tua yang hampir tidak ada waktu

bersama anak mereka karena bertani?

3. Bagaimana menurut pendapat pengurus

jika seorang anak lebih sering disawah

dari pada dirumah?

4. Bagaimana perkembangan anak yang

sering diajak kesawah dengan yang

diasuh saudara dirumah?

5. Bagaimana cara yang benar untuk

membagi pekerjaan dan mengasuh anak

bagi orang tua?

LAMPIRAN 2(Hasil observasi dan wawancara)

113

HASIL PENELITIAN

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA

BKB MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN

KABUPATEN BOJONEGORO

HASIL OBSERVASI

Identitas Responden

1. Nama Anak : Nd

2. Alamat Tempat Tinggal : Desa Nguken

3. Tempat Lahir : Bojonegoro

4. Tanggal Lahir : 8 Januari 2009

5. Usia Anak : 2 tahun 8 bulan

Instrumen untuk anak usia 2 sampai 3 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Menyebut bagian – bagian suatu

gambar

- Mengenal bagian tubuh

- Memahami konsep besar dan kecil

- Memahami perbedaan antara dua

hal dari jenis yang sama

V

V

V

V

Motorik Motorik Kasar

- Berjalan sambil berjinjit

- Melompat ke depan dan ke

belakang

- Melempar dan menangkap bola

- Menari mengikuti irama

Motorik Halus

V

V

V

V

V

- Meremas kertas atau kain dengan

menggerakkan lima jari

- Melipat kertas meskipun belum rapi

- Memegang benda pipih seperti sikat

gigi, sendok

- Menuang air, pasir atau yang lain ke

dalam wadah

V

V

V

Bahasa - Hafal beberapa lagu anak sederhana

- Memahami perintah sederhana

- Menggunakan kata tanya dengan

tepat

- Mulai menyatakan keinginan

dengan mengucapkan kalimat sederhana

V

V

V

V

Sosial

Emosional

- Mengungkapkan keinginan untuk

buang air besar dan buang air kecil

- Mulai belajar memahami hak orang

lain

- Mulai menunjukkan sikap berbagi,

membantu, dan bekerja sama

- Menyatakan perasaan terhadap

orang lain

- Mulai menunjukkan ekpresi

menyesal ketika melakukan kesalahan

V

V

V

V

V

CATATAN HASIL WAWANCARA

Nama Orang Tua : Rs

Nama Anak : Nd

1. Penyuluhan seperti apa yang BKB Melati 3 berikan pada orang tua?

Menasehati para orang tua cara mengasuh anak yang benar, cara melatih

perkembangan anak sesuai usianya mbak.

2. Cara mengasuh yang benar bagaimana menurut ibu?

Dipenuhi kebutuhannya mbak asal anak senang kan orang tua senang mbak

3. Apakah pendapat ibu mengenai pengasuhan anak sama dengan pendapat

kader BKB Melati 3?

Ada yang sesuai ada yang nggak mbak.

4. Misalnya seperti apa buk yang tidak sesuai?

Membagi waktu dengan anak, memberi rasa aman, nyaman, perhatian, sama

melatih anak sesuai usia yang ada di KKA mbak

5. Penyuluhan yang diberikan kader BKB Melati 3 apakah memberatkan ibu?

Nggak mbak tapi kalau untuk seharian sama anak itu agak susah mbak buat

saya soalnya kan saya bekerja juga untuk keluarga

6. Apakah Suami ibuk juga ikut bekerja di sawah?

Iya mbak tapi kalau cuma suami yang bekerja kebutuhannya nggak cukup

mbak.

7. Apakah suami ibu juga ikut mengasuh anak?

Suami saya kalau sama anak saya jarang komunikasi mbak, soalnya suami

saya bekerjanya dari pagi sampai sore, nanti malamnya ngumpul dirumah

yang punya sawah itu mbak.

8. Apa yang ibu ketahui tentang BKB?

Sekolah tapi harinya minggu mbak

9. Menurut pendapat ibu kegiatan BKB Melati 3 itu bagaimana buk?

Kalau buat orang tua yang gak punya gini sangat menguntungkan ya mbak

jadi anak saya nggak perlu saya masukkan TK

10. Berapa bulan sekali ibu mengikuti BKB Melati 3?

Saya usahakan setiap minggu mbak biar anak saya pinter mbak

11. Manfaat apa yang ibu dapatkan dari program BKB ini?

Anak saya jadi tahu banyak warna, nama benda, banyak mbak manfaatnya

12. Penyuluhan dalam hal apa yang sering kader berikan pada ibu?

Kalau untuk para ibu petani ini yang sering diingatkan berilah waktu untuk

anak, gitu mbak

13. Apakah di kegaitan BKB Melati 3 kader mencontohkan cara melatih

perkembangan anak?

Iya mbak

14. Apakah ibu diminta juga untuk mempraktekkan contoh yang diberikan

kader?

Iya mbak

15. Apakah ibu menerapkannya dirumah?

Jarang mbak, paling kalau nonton TV saya tanya – Tanya itu apa warnanya

apa.

16. Apakah anak ibu dekat dengan ibu?

Iya mbak.

17. Bagaimana cara ibu membagi waktu anatara pekerjaan dan mengasuh anak?

Nadia kan sudah besar mbak jadi ya kadang dia ikut atau saya ajak ke sawah

mbak

18. Banyak orang tua yang mengajak anaknya di sawah?

Iya mbak banyak dari seusia Nadia sampai diatasnya Nadia juga banyak

mbak

19. Ibu pernah mempunyai keluhan tentang anak ibu pada kader BKB?

Nadia itu kalau sudah suka sama maianan itu susah buat diminta lagi mbak

jadi kadang ya saya sampai berantem sama orang

20. Apa solusi yang diberikan kader BKB Melati 3 untuk ibu?

Jangan terlalu sering menuruti kemauan anak yang tidak bisa orang tua

penuhi dan jangan terlalu dibiasakan meminjam mainan teman karena Nadia

itu kadang tidak mau ngembaliin mbak.

21. Alat permainan apa saja yang ada di BKB Melati 3?

Banyak mbak, balok, donat berwarna

22. Apakah alat permainan digunakan untuk melatih perkembangan anak?

Iya mbak

23. Apakah ibu pernah melatih perkembangan anak dengan mainan anak

dirumah?

Paling saya Tanya warnanya, terus saya suruh lari buat ngambil mainan, gtu

si mbak

24. Apakah ibu memilih mainan untuk anak ibu?

Nggak mbak, asal anak saya senang ya boleh – boleh saja mbak

25. Apakah ibu mempunyai Kartu Kembang Anak?

Iya mbak

26. Apa yang ibu ketahui tentang KKA?

Disitu ada aspek perkembangan anak sama cara melatihnya mbak

27. Apakah anak ibu sudah berkembang sesuai dengan KKA?

Alhamdulilah sudah mbak

28. Catatan apa yang diberikan kader terakhir kali di buku KKA tersebut?

Melatih sosial emosional anak mbak

29. Permasalahan apa ibu yang Nadia alami mengenai sosial emosiaonal?

Nadia itu nggak mau ngalah mbak, mainan temennya diminta, nggak mau

berbagi mainan, susah mbak anaknya

30. Apakah setiap kegiatan BKB Melati 3, KKA selalu digunakan?

Iya mbak.

HASIL PENELITIAN

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA

BKB MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN

KABUPATEN BOJONEGORO

HASIL OBSERVASI

Identitas Responden

1. Nama Anak : Fd

2. Alamat Tempat Tinggal : Desa Nguken

3. Tempat Lahir : Bojonegoro

4. Tanggal Lahir : 14 Juni 2009

5. Usia Anak : 2 tahun 3 bulan

Instrumen untuk anak usia 2 sampai 3 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Menyebut bagian – bagian suatu

gambar

- Mengenal bagian tubuh

- Memahami konsep besar dan kecil

- Memahami perbedaan antara dua

hal dari jenis yang sama

V

V

V

V

Motorik Motorik Kasar

- Berjalan sambil berjinjit

- Melompat ke depan dan ke

belakang

- Melempar dan menangkap bola

- Menari mengikuti irama

Motorik Halus

- Meremas kertas atau kain dengan

V

V

V

V

V

menggerakkan lima jari

- Melipat kertas meskipun belum rapi

- Memegang benda pipih seperti sikat

gigi, sendok

- Menuang air, pasir atau yang lain ke

dalam wadah

V

V

V

Bahasa - Hafal beberapa lagu anak sederhana

- Memahami perintah sederhana

- Menggunakan kata tanya dengan

tepat

- Mulai menyatakan keinginan

dengan mengucapkan kalimat sederhana

V

V

V

V

Sosial

Emosional

- Mengungkapkan keinginan untuk

buang air besar dan buang air kecil

- Mulai belajar memahami hak orang

lain

- Mulai menunjukkan sikap berbagi,

membantu, dan bekerja sama

- Menyatakan perasaan terhadap

orang lain

- Mulai menunjukkan ekpresi

menyesal ketika melakukan kesalahan

V

V

V

V

V

CATATAN HASIL WAWANCARA

Nama Orang tua : Sl

Nama Anak : Fd

1. Penyuluhan seperti apa yang BKB Melati 3 berikan pada orang tua?

Menasehati para orang tua cara mengasuh anak yang benar, cara melatih

perkembangan anak sesuai usianya mbak.

2. Cara mengasuh yang benar bagaimana menurut ibu?

Ya kalau menurut saya asal kebutuhannya dipenuhi dan anaknya tidak mudah

menangis.

3. Apakah pendapat ibu mengenai pengasuhan anak sama dengan pendapat

kader BKB Melati 3?

Tidak mbak, di BKB itu pengasuhannya banyak mbak

4. Misalnya seperti apa buk?

Ya bagi waktu kerja sama anak, disayang.

5. Penyuluhan yang diberikan kader BKB Melati 3 apakah memberatkan ibu?

Sebenarnya tidak mbak tetapi kita kan juga harus bekerja dan uangnya kan

juga untuk anak kita mbak

6. Apa yang ibu ketahui tentang BKB?

Ya kayak sekolah TK gitu mbak tapi gratis gak dipungut biaya,

7. Menurut pendapat ibu kegiatan BKB Melati 3 itu bagaimana buk?

Menguntungkan mbak buat orang susah gini tapi ya itu mbak kadang saya

ikut kadang tidak soalnya kerja di sawah mbak

8. Berapa bulan sekali ibu mengikuti BKB Melati 3?

Sebulan 3 kali mbak

9. Manfaat apa yang ibu dapatkan dari program BKB ini?

Saya jadi mengerti mbak usia 1 tahun harusnya bisa apa, usia 2 tahun bisa

apa, dan mengasuh anak yang benar mbak.

10. Penyuluhan dalam hal apa yang sering kader berikan pada ibu?

Ya paling itu mbak disuruh bener – bener melatih anaknya dirumah sesuai

contoh yang diberikan kader.

11. Apakah di kegaitan BKB Melati 3 kader mencontohkan cara melatih

perkembangan anak?

Iya mbak tapi per usia mbak

12. Apakah ibu diminta juga untuk mempraktekkan contoh yang diberikan

kader?

Iya mbak, orang tua disuruh maju dan mempraktekkannya mbak tapi ya gak

setiap minggu mbak

13. Apakah ibu menerapkannya dirumah?

Kalau saya jarang mbak, waktunya itu lo mbak gak ada

14. Apakah anak ibu dekat dengan ibu?

Ya dekat mbak, tiap hari kan saya yang nyuapi, member ASI sama mandiin

kalau malam juga saya sama anak saya.

15. Bagaimana cara ibu membagi waktu anatara pekerjaan dan mengasuh anak?

Ya kalau waktunya kerja ya saya kerja kalau saya istirahat pulang ya saya

sama anak saya mbak.

16. Lebih lama mana waktu bekerja dengan mengasuh anak ibu?

Lebih banyak dirumahnya mbak, kerja dari pagi sampek siang terus dirumah

sampek paginya.

17. Mengapa ibuk jarang menerapkan pengasuhan pada anak?

Capek mbak habis nyangkul, panen, nanem padi juga mbak jadi ya anak saya

cuma saya awasi saja

18. Jadi ibu tidak bersama anak ibu dari pagi sampai sore?

Ya kalau anak saya ikut kesawah ya sama saya terus mbak tapi Ferdi digubug

mbak kadang ya main disawah sama anak – anak petani sini yang diajak

kesawah.

19. Banyak orang tua yang mengajak anaknya di sawah?

Iya mbak, kadang anaknya kan ikut sendiri jadi gak disuruh ikut.

20. Ibu pernah mempunyai keluhan tentang anak ibu pada kader BKB?

Iya mbak, dulu Ferdi usia 1 tahun lebih jalan gak mau, berdiri cuma bentar

soalnya kegemukan mbak

21. Apa solusi yang diberikan kader BKB Melati 3 untuk ibu?

Ya anak saya itu di titah (berjalan sambil di pegang) mbak sama kader BKB

sedikit maksa mbak tapi akhirnya anak saya ya bisa juga mbak dan Ferdi

agak kurus sedikit sekarang soalnya gerak terus.

22. Alat permainan apa saja yang ada di BKB Melati 3?

Banyak mbak, balok, bola, ayunan, banyak mbak

23. Apakah alat permainan digunakan untuk melatih perkembangan anak?

Iya mbak, kaan mainannya warna warni trus ada yang disusun dari besar

kekecil.

24. Apakah ibu pernah melatih perkembangan anak dengan mainan anak

dirumah?

Kalau saya jarang mbak, paling saya tanya itu warnanya apa namanya apa

25. Apakah ibu memilih mainan untuk anak ibu?

Asal gak nyakitin temannya sama anak saya saja mbak saya bolehkan

semuanya.

26. Mainan apa yang tidak ibu bolehkan untuk anak?

Kayak mobil truk dari kayu, benda tajam, benda yang keras banget.

27. Apakah ibu mempunyai Kartu Kembang Anak?

Iya mbak

28. Apa yang ibu ketahui tentang KKA?

Tentang perkembangan anak sesuai usia mbak

29. Apakah anak ibu sudah berkembang sesuai dengan KKA?

Kayaknya ya sudah mbak, saya jarang buka mbak

30. Catatan apa yang diberikan kader terakhir kali di buku KKA tersebut?

Diminta untuk lebih sering berkomunikasi sama anak mbak, anak saya itu

masih bingung kalau dikasih pertanyaan.

31. Apakah setiap kegiatan BKB Melati 3, KKA selalu digunakan?

Disuruh bawa mbak tiap minggunya nanti dikasih catatan dibelakangnya.

HASIL PENELITIAN

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA

BKB MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN

KABUPATEN BOJONEGORO

HASIL OBSERVASI

Identitas Responden

1. Nama Anak : Km

2. Alamat Tempat Tinggal : Desa Nguken

3. Tempat Lahir : Bojonegoro

4. Tanggal Lahir : 27 Oktober 2008

5. Usia Anak : 2 tahun 11 bulan

Instrumen untuk anak usia 2 sampai 3 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Menyebut bagian – bagian suatu

gambar

- Mengenal bagian tubuh

- Memahami konsep besar dan kecil

- Memahami perbedaan antara dua

hal dari jenis yang sama

V

V

V

V

Motorik Motorik Kasar

- Berjalan sambil berjinjit

- Melompat ke depan dan ke

belakang

- Melempar dan menangkap bola

- Menari mengikuti irama

Motorik Halus

V

V

V

V

V

- Meremas kertas atau kain dengan

menggerakkan lima jari

- Melipat kertas meskipun belum rapi

- Memegang benda pipih seperti sikat

gigi, sendok

- Menuang air, pasir atau yang lain ke

dalam wadah

V

V

V

Bahasa - Hafal beberapa lagu anak sederhana

- Memahami perintah sederhana

- Menggunakan kata tanya dengan

tepat

- Mulai menyatakan keinginan

dengan mengucapkan kalimat sederhana

V

V

V

V

Sosial

Emosional

- Mengungkapkan keinginan untuk

buang air besar dan buang air kecil

- Mulai belajar memahami hak orang

lain

- Mulai menunjukkan sikap berbagi,

membantu, dan bekerja sama

- Menyatakan perasaan terhadap

orang lain

- Mulai menunjukkan ekpresi

menyesal ketika melakukan kesalahan

V

V

V

V

V

CATATAN HASIL WAWANCARA

Nama Orang tua : Nn

Nama Anak : Km

1. Penyuluhan seperti apa yang BKB Melati 3 berikan pada orang tua?

Cara mengasuh anak yang benar sama melatih perkembangan anak sesui

usianya mbak

2. Cara mengasuh yang benar bagaimana menurut ibu?

Di sayang, kebutuhannya dipenuhi, tapi yang penting nggak rewel mbak.

3. Apakah pendapat ibu mengenai pengasuhan anak sama dengan pendapat

kader BKB Melati 3?

Ya menurut saya iya mbak kan saya sayang sama anak saya tapi ya melatih

perkembangannya itu yang waktunya saya kurang mbak

4. Waktunya kurang bagaimana maksudnya bu?

Saya bekerja dari pagi sampai siang, sampai rumah istirahat sorenya masak

buat makan malemnya mbak klo sisa ya buat pagi sekalian.

5. Apa suami ibu tidak ada waktu untuk anak?

Suami saya itu kan bekerjanya sampai sore mbak jadi ya kalo sama anak saya

cuma malam hari.

6. Apakah suami juga ikut dalam pengasuhan anak buk?

Ngarawat anak itu jadi urusan saya mbak, ya suami dekat dengan anak saya

tapi anak saya takut sama bapaknya mbak.

7. Mengapa Kamil takut dengan bapaknya?

Suami saya kan jarang dirumah mbak jadi mungkin jarang ketemu jadi takut,

padahal suami saya nggak galak mbak.

8. Penyuluhan yang diberikan kader BKB Melati 3 apakah memberatkan ibu?

Nggak si mbak, ya dibuat pengetahuan saja buat orang tua yang gak tau apa –

apa ini.

9. Apa yang ibu ketahui tentang BKB?

Seperti posyandu mbak tapi anak – anak dan orang tua bisa belajar

10. Menurut pendapat ibu kegiatan BKB Melati 3 itu bagaimana buk?

Bagus soalnya kan kegiatannya seperti sekolah PAUD sama TK jadi anak

saya besok nggak usah masuk TK

11. Mengapa anak ibu tidak perlu sekolah TK?

Disini sama saja mbak, usianya kan sampai 5 tahun jadi ya sekolah disini saja

nggak bayar.

12. Berapa bulan sekali ibu mengikuti BKB Melati 3?

Saya setiap minggu ikut mbak, minggu saya tidak ke sawah suami yang ke

sawah.

13. Manfaat apa yang ibu dapatkan dari program BKB ini?

Jadi tahu caranya mengasuh anak, merawat anak, melatih anak tapi ya itu

mbak waktunya yang gak ada.

14. Penyuluhan dalam hal apa yang sering kader berikan pada ibu?

Soal melatih anak seusia anak saya sama mengasuh yang benar.

15. Apakah di kegaitan BKB Melati 3 kader mencontohkan cara melatih

perkembangan anak?

Iya mbak

16. Apakah ibu diminta juga untuk mempraktekkan contoh yang diberikan

kader?

Iya mbak, satu orang tua prakteknya di ajari 1 kader jadi gantian

17. Apakah ibu menerapkannya dirumah?

Nggak mbak, ya cuma waktu BKB itu

18. Apakah anak ibu dekat dengan ibu?

Iya mbak, kalau saya pulang sama saya terus mbak paginya saya titipkan

neneknya.

19. Bagaimana cara ibu membagi waktu anatara pekerjaan dan mengasuh anak?

Kalu saya dirumah ya sama anak saya terus kalau kerja kadang kamil ikut ke

sawah.

20. Lebih lama mana waktu bekerja dengan mengasuh anak ibu?

Sebenarnya dirumah mbak, tapi siang istirahat sore masak tidunya juga sore –

sore mbak soalnya pagi jam 5 dah bangun.

21. Banyak orang tua yang mengajak anaknya di sawah?

Banyak mbak.

22. Ibu pernah mempunyai keluhan tentang anak ibu pada kader BKB?

Iya mbak, saya tu heran kamil kok bisa tahu bahasa inggrisnya sebagian

warna, sama sebagian benda.

23. Apa solusi yang diberikan kader BKB Melati 3 untuk ibu?

Ibu Cristin bilangnya memang anak saya ini cerdas mudah mengahafal

sesuatu yang sering didengar dan dilihat, soalnya dirumah sebelum tidur itu

Kamil nonton saya bapaknya VCD Dora mbak.

24. Alat permainan apa saja yang ada di BKB Melati 3?

Bola kecil warna warni, balok, nyusun warna, sama nyusun benda dari besar

smapai kecil itu mbak.

25. Apakah alat permainan digunakan untuk melatih perkembangan anak?

Iya mbak

26. Apakah ibu pernah melatih perkembangan anak dengan mainan anak

dirumah?

Nggak si mbak, paling ya tanya warnanya apa, nama bendanya apa, bahasa

inggrisnya apa.

27. Apakah ibu memilih mainan untuk anak ibu?

Iya mbak

28. Mainan apa yang tidak ibu bolehkan untuk anak?

Mainan yang keras sama yang berat, kayak mainan truk dari kayu itu kan

keras sama berat mbak.

29. Apakah ibu mempunyai Kartu Kembang Anak?

Punya mbak

30. Apa yang ibu ketahui tentang KKA?

Perkembangan anak sesuai usia sama cara penanganannya.

31. Apakah anak ibu sudah berkembang sesuai dengan KKA?

Alhamdulilah sudah mbak.

32. Catatan apa yang diberikan kader terakhir kali di buku KKA tersebut?

Disuruh melatih semua sesuai KKA terutama kecerdasannya itu mbak biar

tambah pinter sama nggak mudah lupa mbak

33. Apakah setiap kegiatan BKB Melati 3, KKA selalu digunakan?

Iya mbak.

HASIL PENELITIAN

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA

BKB MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN

KABUPATEN BOJONEGORO

HASIL OBSERVASI

Identitas Responden

1. Nama Anak : Mh

2. Alamat Tempat Tinggal : Desa Nguken

3. Tempat Lahir : Bojonegoro

4. Tanggal Lahir : 3 Mei 2010

5. Usia Anak : 1 tahun 4 bulan

Instrumen untuk usia 1 sampai 2 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Menyebut beberapa nama benda

- Mengenal beberapa warna primer

(merah, biru, kuning)

- Menyebut nama sendiri dan orang

yang di kenal

- Mempergunakan mainan dengan cara

semaunya seperti dipukul pukul di lantai

- Mulai memahami ekspresi orang lain

- Mulai memahami prinsip milik atau

kepunyaan

- Membedakan besar kecil dan

membilang angka sampai 5

V

V

V

V

V

V

V

Motorik Motorik Kasar

- Berjalan sendiri V

- Menendang bola kearah depan

- Melompat ditempat

- Berjalan mundur beberapa langkah

- Menarik dan mendorong benda yang

tidak terlalu berat

Motorik Halus

- Memegang pensil

- Membuat coretan bebas

- Memegang gelas dengan dua tangan

- Menumpahkan benda dari wadah dan

memasukkannya kembali

- Meniru garis vertikal dan horizontal

- Membalik halaman buku

- Menyobek kertas

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

Bahasa - Menunjuk bagian tubuh yang ditanya

- Menaruh perhatian pada gambar –

gambar dalam buku

- Merespon pertanyaan dengan

jawaban sederhana dan singkat

- Mengucapkan 2 kata

- Menyanyikan lagu sederhana

V

V

V

V

V

Sosial

Emosional

- Menunjukkan berbagai reaksi emosi

- Menunjukkan reaksi berbeda dengan

orang baru

- Bermain dengan teman

- Memperhatikan teman beraktivitas

V

V

V

V

CATATAN HASIL WAWANCARA

Nama Orang Tua : Li

Nama Anak : Mh

1. Penyuluhan seperti apa yang BKB Melati 3 berikan pada orang tua?

Cara mengasuh anak yang baik dan benar sama melatih perkembangan anak

mbak

2. Cara mengasuh yang benar bagaimana menurut ibu?

Di sayang, diberi perhatian dan dicukupi kebutuhannya mbak

3. Apakah pendapat ibu mengenai pengasuhan anak sama dengan pendapat

kader BKB Melati 3?

Sama mbak paling ya pemberian waktu untuk anak mbak yang beda

4. Menurut ibu membagi waktu dengan anak itu penting tidak?

Kalau menurut saya mbak, waktu buat anak itu gak penting karena saya

bekerja anak saya dirumah sama neneknya jadi ya yang mengasuh anak saya

neneknya, saya paling nemenin sore sama malam.

5. Penyuluhan yang diberikan kader BKB Melati 3 apakah memberatkan ibu?

Nggak mbak, dibuat pengetahuan saja.

6. Apa yang ibu ketahui tentang BKB?

Tempat anak bermain sama seperti TK dan orang tua di beri nasehat - nasehat

7. Menurut pendapat ibu kegiatan BKB Melati 3 itu bagaimana?

Bagus mbak ya jadi anak saya bisa bermain dan sekolah disini.

8. Berapa bulan sekali ibu mengikuti BKB Melati 3?

Kalau saya jarang mbak paling anak saya ke BKB sama neneknya.

9. Manfaat apa yang ibu dapatkan dari program BKB ini?

Bisa tahu perkembangan anak kita ini sesuai usia atau tidak.

10. Penyuluhan dalam hal apa yang sering kader berikan pada ibu?

Memberi waktu untuk bersama anak mbak.

11. Apakah di kegaitan BKB Melati 3 kader mencontohkan cara melatih

perkembangan anak?

Setahu saya iya mbak

12. Apakah ibu diminta juga untuk mempraktekkan contoh yang diberikan

kader?

Iya mbak semuanya juga disuruh.

13. Apakah ibu menerapkannya dirumah?

Kalau ibu saya iya mbak tapi kalau saya nggak mbak.

14. Apakah anak ibu dekat dengan ibu?

Lebih dekat sama neneknya mbak kalau sama saya tidak terlalu lagian Mesa

juga sudah besar mbak.

15. Bagaimana cara ibu membagi waktu anatara pekerjaan dan mengasuh anak?

Kalau saya waktu bekerja ya bekerja mbak, mengasuh anak saya serahkan ke

ibu saya yang lebih berpengalaman

16. Lebih lama mana waktu bekerja dengan mengasuh anak ibu?

Lebih banyak disawah mbak

17. Mengapa ibuk jarang menerapkan pengasuhan pada anak?

Saya kan banyak kerja disawah mbak jadi pengasuhannya saya pasrahkan ibu

saya lagian saya bekerja kan untuk anak juga mbak.

18. Jadi ibu tidak bersama anak ibu dari pagi sampai sore?

Nggak mbak tapi sore sampai malam saya sama anak saya mbak.

19. Ibu pernah mempunyai keluhan tentang anak ibu pada kader BKB?

Nggak mbak.

20. Alat permainan apa saja yang ada di BKB Melati 3?

Banyak mbak tapi nggak tahu namanya saya mbak.

21. Apakah alat permainan digunakan untuk melatih perkembangan anak?

Iya mbak

22. Apakah ibu pernah melatih perkembangan anak dengan mainan anak

dirumah?

Kalau pernah ya pernah mbak tapi jarang

23. Apakah ibu memilih mainan untuk anak ibu?

Nggak mbak, asal dijaga aja anaknya

24. Apakah ibu mempunyai Kartu Kembang Anak?

Iya mbak

25. Apa yang ibu ketahui tentang KKA?

Perkembangan anak sesuai usia dan melatihnya mbak

26. Apakah anak ibu sudah berkembang sesuai dengan KKA?

Kayaknya sudah mbak

27. Catatan apa yang diberikan kader terakhir kali di buku KKA tersebut?

Memberi waktu untuk anak dan melatih perkembangan anak

28. Apakah setiap kegiatan BKB Melati 3, KKA selalu digunakan?

Iya mbak.

HASIL PENELITIAN

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA

BKB MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN

KABUPATEN BOJONEGORO

HASIL OBSERVASI

Identitas Responden

1. Nama Anak : Rh

2. Alamat Tempat Tinggal : Desa Nguken

3. Tempat Lahir : Bojonegoro

4. Tanggal Lahir : 6 Desember 2009

5. Usia Anak : 1 tahun 9 bulan

Instrumen untuk usia 1 sampai 2 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Menyebut beberapa nama benda

- Mengenal beberapa warna primer

(merah, biru, kuning)

- Menyebut nama sendiri dan orang

yang di kenal

- Mempergunakan mainan dengan

cara semaunya seperti dipukul pukul di

lantai

- Mulai memahami ekspresi orang

lain

- Mulai memahami prinsip milik atau

kepunyaan

- Membedakan besar kecil dan

membilang angka sampai 5

V

V

V

V

V

V

V

Motorik Motorik Kasar

- Berjalan sendiri

- Menendang bola kearah depan

- Melompat ditempat

- Berjalan mundur beberapa langkah

- Menarik dan mendorong benda yang

tidak terlalu berat

Motorik Halus

- Memegang pensil

- Membuat coretan bebas

- Memegang gelas dengan dua tangan

- Menumpahkan benda dari wadah dan

memasukkannya kembali

- Meniru garis vertikal dan horizontal

- Membalik halaman buku

- Menyobek kertas

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

Bahasa - Menunjuk bagian tubuh yang

ditanya

- Menaruh perhatian pada gambar –

gambar dalam buku

- Merespon pertanyaan dengan

jawaban sederhana dan singkat

- Mengucapkan 2 kata

- Menyanyikan lagu sederhana

V

V

V

V

V

Sosial

Emosional

- Menunjukkan berbagai reaksi emosi

- Menunjukkan reaksi berbeda dengan

orang baru

- Bermain dengan teman

- Memperhatikan teman beraktivitas

V

V

V

V

CATATAN HASIL WAWANCARA

Nama Orang Tua : Yo

Nama Anak : Rh

1. Penyuluhan seperti apa yang BKB Melati 3 berikan pada orang tua?

Melihat perkembangan anak sesuai usia dan mengasuh anak dengan baik.

2. Cara mengasuh yang benar bagaimana menurut ibu?

Merawatnya dan memenuhi kebutuhannya mbak.

3. Apakah pendapat ibu mengenai pengasuhan anak sama dengan pendapat

kader BKB Melati 3?

Sama mbak tapi perhatian sama memberi waktu yang lebih dengan anak yang

agak beda mbak

4. Penyuluhan yang diberikan kader BKB Melati 3 apakah memberatkan ibu?

Nggak mbak tapi untuk yangorang tuanya bekerja jadi buruh tani kan nggak

bisa sama anaknya seharian penuh mbak.

5. Apa yang ibu ketahui tentang BKB?

Penyuluhan untuk orang tua dan sekolah untuk anak mbak

6. Menurut pendapat ibu kegiatan BKB Melati 3 itu bagaimana buk?

Kegiatan ini menguntungkan mbak untuk buruh tani soalnya kan mereka jadi

tahu cara mengasuh anak yang benar dan meltih biar anaknya pintar mbak.

7. Berapa bulan sekali ibu mengikuti BKB Melati 3?

Jarang mbak kalau Rayhan sama saya tapi kalau sama bu de saya sering.

8. Jadi ketika ibu dan bapak bekerja, Rayhan dengan neneknya bu?

Iya mbak, saya titipkan bu de saya.

9. Manfaat apa yang ibu dapatkan dari program BKB ini?

Manfaatnya saya jadi nggak usah mnyekolahkan Rayhan di TK seperti yang

ibu – ibu petani sini inginkan mbak

10. Penyuluhan dalam hal apa yang sering kader berikan pada ibu?

Lebih sering memberi waktu untuk anak dan melatih perkembangan anak.

11. Apakah di kegiatan BKB Melati 3 kader mencontohkan cara melatih

perkembangan anak?

Iya mbak

12. Apakah ibu diminta juga untuk mempraktekkan contoh yang diberikan

kader?

Iya mbak

13. Apakah ibu menerapkannya dirumah?

Kalau saya jarang mbak, tapi kalau saya nggak capek ya saya latih sesuai

buku pink itu mbak.

14. Apakah anak ibu dekat dengan ibu?

Ya dekat mbak, meskipun Rayhan saya titipkan ke bu de saya, saya nggak

mau anak saya lebih dekat dengan bu de daripada saya.

15. Bagaimana cara ibu membuat anak ibu lebih dekat dengan ibu daripada

dengan neneknya?

Rayhan saya titipka bu de waktu saya bekerja sampai jam 12an mbak setelah

itu ya Rayhan sama saya sampai pagi lagi mbak. Kadang bu de minta Rayhan

biar dirumahnya saja tapi saya nggak mau mbak.

16. Bagaimana cara ibu membagi waktu anatara pekerjaan dan mengasuh anak?

Ya kalau waktunya kerja ya saya kerja kalau saya pulang ya langsung jemput

anak saya dan Rayhan sama saya terus sampai pagi lagi mbak.

17. Mengapa ibuk jarang menerapkan pengasuhan pada anak?

Karena lelah kali ya mbak, tapi Rayhan anaknya pintar mbak jadi ya kadang

main sendiri terus saya tinggal mengawasinya saja mbak.

18. Mengapa ibu tidak mengajak Rayhan ke sawah seperti yang lainnya?

Kalau kerjaan saya nggak berat ya saya ajak mbak tapi kalau lagi repot ya

saya titipkan

19. Banyak orang tua yang mengajak anaknya di sawah?

Iya mbak, rata – rata yang punya anak kecil apada di ajak mbak.

20. Ibu pernah mempunyai keluhan tentang anak ibu pada kader BKB?

Anak saya agak gemuk mbak tapi katga kader masih normal

21. Apa solusi yang diberikan kader BKB Melati 3 untuk ibu?

Ya bilangnya nantinya kalau semakin dewasa Rayhan akan tumbuh normal

mbak

22. Alat permainan apa saja yang ada di BKB Melati 3?

Bola sepak, bola kecil warna, donat warna, bongkar pasang (Lego) dama

ayunan mbak.

23. Apakah alat permainan digunakan untuk melatih perkembangan anak?

Iya mbak. Rayhan lebih senang mainan kuda dorong dari bu de saya mbak.

24. Apakah ibu pernah melatih perkembangan anak dengan mainan anak

dirumah?

Pernah tapi jarang mbak

25. Mainan apa yang digunakan dan seperti apa melatihnya?

Kuda dorong itu nanti didorong, ditarik, saya kasih tahu warnanya.

26. Apakah ibu memilih mainan untuk anak ibu?

Nggak si mbak, asalah anak diawasi semua mainan aman mbak.

27. Apakah ibu mempunyai Kartu Kembang Anak?

Iya mbak

28. Apa yang ibu ketahui tentang KKA?

Tentang perkembangan anak sesuai usia

29. Apakah anak ibu sudah berkembang sesuai dengan KKA?

Alhamdulilah sudah mbak

30. Catatan apa yang diberikan kader terakhir kali di buku KKA tersebut?

Melatih gerak kasarnya Rayhan mbak.

31. Apakah setiap kegiatan BKB Melati 3, KKA selalu digunakan?

Iya mbak.

HASIL PENELITIAN

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA

BKB MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN

KABUPATEN BOJONEGORO

HASIL OBSERVASI

Identitas Responden

1. Nama Anak : St

2. Alamat Tempat Tinggal : Desa Nguken

3. Tempat Lahir : Bojonegoro

4. Tanggal Lahir : 24 Februari 2010

5. Usia Anak : 1 tahun 7 bulan

Instrumen untuk usia 1 sampai 2 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Menyebut beberapa nama benda

- Mengenal beberapa warna primer

(merah, biru, kuning)

- Menyebut nama sendiri dan orang

yang di kenal

- Mempergunakan mainan dengan

cara semaunya seperti dipukul pukul di

lantai

- Mulai memahami ekspresi orang

lain

- Mulai memahami prinsip milik

atau kepunyaan

- Membedakan besar kecil dan

membilang angka sampai 5

V

V

V

V

V

V

V

Motorik Motorik Kasar

- Berjalan sendiri

- Menendang bola kearah depan

- Melompat ditempat

- Berjalan mundur beberapa langkah

- Menarik dan mendorong benda

yang tidak terlalu berat

Motorik Halus

- Memegang pensil

- Membuat coretan bebas

- Memegang gelas dengan dua tangan

- Menumpahkan benda dari wadah dan

memasukkannya kembali

- Meniru garis vertikal dan horizontal

- Membalik halaman buku

- Menyobek kertas

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

Bahasa - Menunjuk bagian tubuh yang

ditanya

- Menaruh perhatian pada gambar –

gambar dalam buku

- Merespon pertanyaan dengan

jawaban sederhana dan singkat

- Mengucapkan 2 kata

- Menyanyikan lagu sederhana

V

V

V

V

V

Sosial

Emosional

- Menunjukkan berbagai reaksi

emosi

- Menunjukkan reaksi berbeda

dengan orang baru

- Bermain dengan teman

- Memperhatikan teman beraktivitas

V

V

V

V

CATATAN HASIL WAWANCARA

Nama Orang Tua : An

Nama Anak : St

1. Penyuluhan seperti apa yang BKB Melati 3 berikan pada orang tua?

Mengasuh anak sama melatih perkembangan anak

2. Cara mengasuh yang benar bagaimana menurut ibu?

Dilatih perkembangannya sesuai usianya, dirawat, diperhatikan, diberi kasih

sayang

3. Apakah pendapat ibu mengenai pengasuhan anak sama dengan pendapat

kader BKB Melati 3?

Iya mbak, dulu saya kira mengasuh anak itu hanya merawatnya dari kecil

sampai dewasa tapi ternyata melatih perkembangan anak itu penting mbak

4. Apa yang membuat ibu mengerti perkembangan anak itu penting?

Ya dulu itu Sita nggak bisa ngomong tapi sekarang alhamdulilah agak bisa

mbak

5. Penyuluhan yang diberikan kader BKB Melati 3 apakah memberatkan ibu?

Nggak si mbak ya tapi karena saya bekerja di sawah jadi Sita saya titipkan di

ibu bapak saya kalau saya bekerja

6. Apa yang ibu ketahui tentang BKB?

Sekolah untuk anak usia 0 sampai 5 tahun dan penyuluhan bagi orang tua.

7. Menurut pendapat ibu kegiatan BKB Melati 3 itu bagaimana buk?

Bagus mbak jadi saya bisa cerita sama kader tentang kekurangan anak saya

dan ibu – ibu kader membantu saya mbak.

8. Berapa bulan sekali ibu mengikuti BKB Melati 3?

Setiap kegiatan BKB saya ikut mbak.

9. Manfaat apa yang ibu dapatkan dari program BKB ini?

Banyak ya mbak tapi ya karena pekerjaan jadi saya nggak bisa merawat anak

saya seharian

10. Misalnya apa bu?

Jadi tahu cara mengasuh anak sama kalau melatih perkembangan anak itu

termasuk pengasuhan mbak, saya kira anak berkembang sendiri.

11. Penyuluhan dalam hal apa yang sering kader berikan pada ibu?

Disuruh melatih perkembangan anak setiap hari meskipun anak sudah

mengalami perkembangan yang baik mbak.

12. Apakah di kegaitan BKB Melati 3 kader mencontohkan cara melatih

perkembangan anak?

Iya

13. Apakah ibu diminta juga untuk mempraktekkan contoh yang diberikan

kader?

Iya mbak

14. Apakah ibu menerapkannya dirumah?

Sekarang si saya minta tolong ibu sama bapak saya buat sering ngajak anak

saya ngobrol mbak tapi kalau saya dirumah ya saya ajak bicara mbak

15. Apakah ibu hanya melatih perkembangan bicara anak saja?

Iyalah mbak, kan anak saya yang kekurangan di bicaranya itu kalau yang lain

gak usah dilatih juga sudah bisa sendiri mbak.

16. Apakah anak ibu dekat dengan ibu?

Lebih dekat ibu bapak saya mbak, tapi nggak pa-pa mbak kan sama nenek

kakeknya sendiri

17. Bagaimana cara ibu membagi waktu anatara pekerjaan dan mengasuh anak?

Saya dari pagi sampai siank kerjanya mbak kalau suami sampai sore

18. Apakah suami ibu dekat dengan Sita?

Suami si di bilang dekat ya dekat mbak tapi ya tadi mbak kakek neneknya itu

nomer 1

19. Lebih lama mana waktu bekerja dengan mengasuh anak ibu?

Sebenarnya si lebih lama dirumah mbak tapi karena saya serumah dengan ibu

bapak saya jadi ya Sita seringnya sama ibu bapak saya meski saya di rumah.

20. Mengapa ibuk jarang menerapkan pengasuhan pada anak?

Jarang karena ada orang tua yang lebih mengerti mbak cara ngasuh anak,

saya paling bekerja terus paling melatih Sita bicara aja.

21. Mengapa ibu tidak mengajak Sita ke sawah seperti banyak ibu yang lainnya?

Dirumah ka nada ibu bapak saya mbak buat apa diajak, disawah juga panas

mbak kasian anaknya

22. Ibu pernah mempunyai keluhan tentang anak ibu pada kader BKB?

Sita itu susah mbak untuk ngomong saya kira nanti lama – lama Sita bisa

ngomong sendiri tapi kok udah hamper 2 tahun kok Cuma bisa bilang “moh,

maem” sama geleng – geleng dan mengangguk. Ya saya takut anak saya

kenapa – kenapa jadi saya cerita sama ibu Ninik (Kader BKB) soal Sita.

23. Apa solusi yang diberikan kader BKB Melati 3 untuk ibu?

Langsung Ibu Ninik setiap kegiatan BKB meminta anak saya mengikuti ibu

ninik bicara sama dilatih bicara. Sampai sekarang anak saya sudah sedikit –

sedikit bisa ngomong meski kurang jelas

24. Alat permainan apa saja yang ada di BKB Melati 3?

Banyak mbak, balok, bola warna,banyak mbak

25. Apakah alat permainan digunakan untuk melatih perkembangan anak?

Iya mbak, ibu Ninik megang benda terus Sita disuruh menirukan nama benda

itu.

26. Apakah ibu pernah melatih perkembangan anak dengan mainan anak

dirumah?

Nggak mbak, tadi kan saya sudah bilang Sita sering sama orang tua saya.

27. Apakah ibu mempunyai Kartu Kembang Anak?

Iya mbak

28. Apa yang ibu ketahui tentang KKA?

Tentang perkembangan anak

29. Apakah anak ibu sudah berkembang sesuai dengan KKA?

Paling ya Cuma bicaranya yang susah mbak

30. Catatan apa yang diberikan kader terakhir kali di buku KKA tersebut?

Melatih anak berkomunikasi mbak dan melatih perkembangan lainnya

31. Apakah setiap kegiatan BKB Melati 3, KKA selalu digunakan?

Iya.

HASIL PENELITIAN

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA

BKB MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN

KABUPATEN BOJONEGORO

HASIL OBSERVASI

Identitas Responden

1. Nama Anak : Ab

2. Alamat Tempat Tinggal : Desa Nguken

3. Tempat Lahir : Bojonegoro

4. Tanggal Lahir : 10 Desember 2011

5. Usia Anak : 10 bulan

Instrumen untuk anak usia 0 sampai 1 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Dapat membedakan apa yang

yang diinginkan

- Berhenti menangis setelah

keinginannya dipenuhi

- Memperhatikan permainan yang

diinginkan

- Mengulurkan kedua tangan untuk

digendong

- Mengamati benda yang bergerak

- Berpaling kearah sumber suara

- Mulai memahami perintah

sederhana

- Menunjukkan reaksi saat

namanya dipanggil

V

V

V

V

V

V

V

V

Motorik Motorik Kasar

- Reflek memegang benda yang

menyentuh telapak tangan

- Menegakkan kepala saat

ditelungkupkan

- Tengkuran, berguling kanan dan

kiri

- Menarik benda di depannya

- Tengkurap dengan dada diangkat

dan kedua tangan menopang

- Duduk dengan bantuan

- Melempar benda yang di pegang

- Merangkak ke segala arah

- Berdiri dengan bantuan

Motorik Halus

- Memainkan jari tangan dan kaki

- Memegang benda dengan lima jari

- Memindahkan mainan dari tangan

satu ke tangan yang lain

- Memegang benda dengan menjumput

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

Bahasa - Bergumam

- Memperhatikan dan

mendengarkan ucapan orang

- Mengoceh

- Mulai menirukan ucapan

- Bermain cilukba

- Menunjuk benda dengan

mengucap satu kata

- Mengucapkan dua kata untuk

menyatakan keinginan

V

V

V

V

V

V

V

- Menyatakan penolakan V

Sosial

Emosional

- Menatap dan tersenyum

- Menangis untuk

mengekspresikan ketidak nyamanan

- Merespon dengan gerakan tangan

dan kaki

- Mengulurkan tangan atau

menolak untuk digendong

- Menunjuk sesuatu yang

diinginkan

- Meniru cara menyatakan

perasaan sayang dengan memeluk

V

V

V

V

V

V

CATATAN HASIL PENELITIAN

Nama Orang Tua : Km

Nama Anak : Ab

1. Penyuluhan seperti apa yang BKB Melati 3 berikan pada orang tua?

Cara mengasuh anak yang benar dan melatih perkembangan anak mbak

2. Cara mengasuh yang benar bagaimana menurut ibu?

Kalau menurut saya mbak anak di rawat dengan kasih sayang dan perhatian

itu sudah benar mabk

3. Apakah pendapat ibu mengenai pengasuhan anak sama dengan pendapat

kader BKB Melati 3?

Sebenarnya sama mbak yang beda cuma melatih perkembangan anak aja

mbak

4. Penyuluhan yang diberikan kader BKB Melati 3 apakah memberatkan ibu?

Nggak si mbak karena anak saya masih kecil jadi saya bekerja di sawah cuma

bentar terus nanti suami saya yang bekerja sampai sore

5. Apa suami ibu ikut dalam mengasuh anak?

Mengasuh anak diserahkan sama saya mbak, paling suami saya ikut gendong

sama ngajak bercanda aja mbak

6. Apa yang ibu ketahui tentang BKB?

Penyuluhan mbak untuk orang tua yang mempunyai anak dan anak disini bisa

bermain.

7. Menurut pendapat ibu kegiatan BKB Melati 3 itu bagaimana buk?

Menguntungkan buat orang tua dan anak mbak

8. Menguntungkan bagaimana bu?

Untuk orang tua kan jadi tahu mengasuh anak umur segini harus begini, anak

juga bisa bermain tiap minggu

9. Berapa bulan sekali ibu mengikuti BKB Melati 3?

Saya setiap minggu mbak

10. Manfaat apa yang ibu dapatkan dari program BKB ini?

Banyak mbak, ya yang menguntungkan tadi itu manfaatnya mbak

11. Penyuluhan dalam hal apa yang sering kader berikan pada ibu?

Disini kan rata – rata pekerjaannya petani mbak jadi ya tentang pembagian

waktu antara mengasuh anak dengan bekerja.

12. Apakah di kegaitan BKB Melati 3 kader mencontohkan cara melatih

perkembangan anak?

Iya mbak, pasti itu mbak gimana orang tua bisa tahu kalau tidak dicontohkan

mbak.

13. Apakah ibu diminta juga untuk mempraktekkan contoh yang diberikan

kader?

Iya mbak nanti didampingi kader BKB.

14. Apakah ibu menerapkannya dirumah?

Insyaallah kalau saya iya mbak karena mumpung anak saya masih kecil dan

saya bekerjanya cuma sebentar.

15. Apakah anak ibu dekat dengan ibu?

Dekat mbak kan waktunya lebih sering sama saya mbak.

16. Bagaimana cara ibu membagi waktu anatara pekerjaan dan mengasuh anak?

Dari jam 7 sampai jam 10 saya di sawah mbak seterusnya ya saya sama anak

saya mbak.

17. Banyak orang tua yang mengajak anaknya di sawah ya bu?

Iya mbak, besok kalau anak saya sudah usia 2 tahunan juga saya ajak kali

mbak.

18. Mengapa bu?

Kasian mbak kalau Abi dititpkan orang, saya beda desa sama orang tua mbak

jadi apa – apa ya sendiri.

19. Ibu pernah mempunyai keluhan tentang anak ibu pada kader BKB?

Alhamdulilah kalau masalah perkembangan nggak si mbak.

20. Alat permainan apa saja yang ada di BKB Melati 3?

Donat warna, bongkar pasang (Lego), balok, banyak yang lainnya mbak.

21. Apakah alat permainan digunakan untuk melatih perkembangan anak?

Kalau anak saya ini paling donat warna mbak yang dibuat latihan, bisa di

genggam, di lempar, banyak mbak.

22. Apakah ibu pernah melatih perkembangan anak dengan mainan anak

dirumah?

Ya saya beli donat warna itu mbak, saya praktekkan dirumah mbak.

23. Apakah ibu memilih mainan untuk anak ibu?

Iyalah mbak apalagi usia anak saya masih sangat kecil

24. Mainan apa yang tidak ibu bolehkan untuk anak?

Yang berat dan sama dari kayu mbak, itu bahaya mbak

25. Apakah ibu mempunyai Kartu Kembang Anak?

Iya mbak

26. Apa yang ibu ketahui tentang KKA?

Tentang perkembangan anak sesuai usia dan cara melatihnya mbak

27. Apakah anak ibu sudah berkembang sesuai dengan KKA?

Kalau saya dirumah nggak pernah buka buku itu mbak tapi kalau kader BKB

melatih di kegiatan BKB dirumah insyaallah saya praktekkan mbak.

28. Catatan apa yang diberikan kader terakhir kali di buku KKA tersebut?

Alhamdulilah nggak ada mbak

29. Apakah setiap kegiatan BKB Melati 3, KKA selalu digunakan?

Iya mbak, kader BKB nyuruhnya dibawa terus mbak.

HASIL PENELITIAN

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA

BKB MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN

KABUPATEN BOJONEGORO

HASIL OBSERVASI

Identitas Responden

1. Nama Anak : Ay

2. Alamat Tempat Tinggal : Desa Nguken

3. Tempat Lahir : Bojonegoro

4. Tanggal Lahir : 15 Januari 2012

5. Usia Anak : 9 bulan

Instrumen untuk anak usia 0 sampai 1 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Dapat membedakan apa yang

yang diinginkan

- Berhenti menangis setelah

keinginannya dipenuhi

- Memperhatikan permainan yang

diinginkan

- Mengulurkan kedua tangan untuk

digendong

- Mengamati benda yang bergerak

- Berpaling kearah sumber suara

- Mulai memahami perintah

sederhana

V

V

V

V

V

V

V

V

- Menunjukkan reaksi saat

namanya dipanggil

Motorik Motorik Kasar

- Reflek memegang benda yang

menyentuh telapak tangan

- Menegakkan kepala saat

ditelungkupkan

- Tengkuran, berguling kanan dan

kiri

- Menarik benda di depannya

- Tengkurap dengan dada diangkat

dan kedua tangan menopang

- Duduk dengan bantuan

- Melempar benda yang di pegang

- Merangkak ke segala arah

- Berdiri dengan bantuan

Motorik Halus

- Memainkan jari tangan dan kaki

- Memegang benda dengan lima jari

- Memindahkan mainan dari tangan

satu ke tangan yang lain

- Memegang benda dengan menjumput

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

Bahasa - Bergumam

- Memperhatikan dan

mendengarkan ucapan orang

- Mengoceh

- Mulai menirukan ucapan

- Bermain cilukba

- Menunjuk benda dengan

mengucap satu kata

V

V

V

V

V

V

- Mengucapkan dua kata untuk

menyatakan keinginan

- Menyatakan penolakan V

V

Sosial

Emosional

- Menatap dan tersenyum

- Menangis untuk

mengekspresikan ketidak nyamanan

- Merespon dengan gerakan

tangan, kaki, dan kepala

- Mengulurkan tangan atau

menolak untuk digendong

- Menunjuk sesuatu yang

diinginkan

- Meniru cara menyatakan

perasaan sayang dengan memeluk

V

V

V

V

V

V

CATATAN HASIL WAWANCARA

Nama Orang Tua : Sl

Nama Anak : Ay

1. Penyuluhan seperti apa yang BKB Melati 3 berikan pada orang tua?

Cara mengasuh anak yang baik dan benar mbak

2. Cara mengasuh yang benar bagaimana menurut ibu?

kalau anak saya nggak rewel aja mbak berarti saya mengasuh anak dengan

baik mbak

3. Apakah pendapat ibu mengenai pengasuhan anak sama dengan pendapat

kader BKB Melati 3?

Nggak mbak.

4. Misalnya seperti apa buk?

Mengasuh anak yang ibu kader jelaskan itu mengenai pemberian perhatian,

kasih sayang, kenyamanan, keamanan, memberi kebutuhan anak sama

melatih sesuai buku yang diberikan BKB mbak

5. Penyuluhan yang diberikan kader BKB Melati 3 apakah memberatkan ibu?

Kalau buat saya nggak mbak soalnya yang punya anak usia dibawah satu

tahun bekerjanya nggak sampai setengah hari sudah pulang.

6. Mengapa hanya orang tua yang memiliki anak di bawah 1 tahun saja buk?

Ya kan masih kecil mbak lagian juga masih butuh ASI mbak

7. Penentuan waktu bekerjanya itu ditentukan sendiri atau bagaimana bu?

Kita ijin mbak, nggak bisa sembarangan. Yang memberi upah kan yang

punya sawah mbak.

8. Apa yang ibu ketahui tentang BKB?

Seklah buat anak – anak yang usianya dibawah 5 tahun.

9. Menurut pendapat ibu kegiatan BKB Melati 3 itu bagaimana buk?

Bagus mbak, saya ikut BKB itu ya biar Ayu bisa sekolah sampai umur 5

tahun mbak nanti habis itu saya sekolahkan di SD, di BKB kan gak bayar

mbak sekolahnya juga seminggu sekali, harinya juga minggu jadi ya biar

anak saya pintar dan saya gak usah bayar

10. Berapa bulan sekali ibu mengikuti BKB Melati 3?

Saya setiap ada kegiatan BKB ikut mbak.

11. Manfaat apa yang ibu dapatkan dari program BKB ini?

Saya kan jadi nggak usah menyekolahkan anak saya di TK mbak, saya juga

tahu perkembangan Ayu.

12. Penyuluhan dalam hal apa yang sering kader berikan pada ibu?\

Disuruh melatih perkembangan anak dirumah sama orang tua disuruh lebih

sering dengan anaknya daripada bekerja

13. Apakah di kegaitan BKB Melati 3 kader mencontohkan cara melatih

perkembangan anak?

Iya mbak.

14. Apakah ibu diminta juga untuk mempraktekkan contoh yang diberikan

kader?

Iya mbak,semuanya disuruh mbak.

15. Apakah ibu menerapkannya dirumah?

Iya mbak, anak saya kan masih kecil jadi mumpung waktu bekerja saya

nggak sampai setengah hari.

16. Apakah anak ibu dekat dengan ibu?

Namanya ibu kan dekat mbak dengan anaknya.

17. Kalau suami ibu?

Suami ya mempercayakan semua sama saya mbak, sumai memang dekat tapi

masalah mengasuh anak ya saya mbak.

18. Bagaimana cara ibu membagi waktu anatara pekerjaan dan mengasuh anak?

Ya kalau pagi sampai jam 10an disawah setelah itu dirumah mbak ngasuh

anak

19. Ibu pernah mempunyai keluhan tentang anak ibu pada kader BKB?

Alhamdulilah nggak mbak, belum kelihatan mbak masih kecil

20. Alat permainan apa saja yang ada di BKB Melati 3?

Banyak mbak, tapi kalau buat anak sesusia Ayu ini paling cuma main bola

warna sama kayak donat tapi berwarna mbak (donat warna)

21. Apakah alat permainan digunakan untuk melatih perkembangan anak?

Iya mbak, donat yang berwarna yang sering

22. Apakah ibu pernah melatih perkembangan anak dengan mainan anak

dirumah?

Paling ya saya ajak bicara nanti Ayu nanggepinnya ngoceh - ngoceh sama

senyum mbak

23. Apakah ibu memilih mainan untuk anak ibu?

Iya mbak

24. Mainan apa yang tidak ibu bolehkan untuk anak?

Yang tidak membuat anak saya luka mbak, seperti dari kayu, atom yang berat

itu, sama mainan berat lainnya mbak.

25. Apakah ibu mempunyai Kartu Kembang Anak?

Iya mbak

26. Apa yang ibu ketahui tentang KKA?

Catatan hasil perkembangan anak mbak

27. Apakah anak ibu sudah berkembang sesuai dengan KKA?

Alhamdulilah sudah mbak.

28. Catatan apa yang diberikan kader terakhir kali di buku KKA tersebut?

Nggak ada mbak, paling Cuma diberi pesan setiap hari latih perkembangan

anak

29. Apakah setiap kegiatan BKB Melati 3, KKA selalu digunakan?

Iya mbak.

HASIL PENELITIAN

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI PESERTA

BKB MELATI 3 DI DESA NGUKEN KECAMATAN PADANGAN

KABUPATEN BOJONEGORO

HASIL OBSERVASI

Identitas Responden

1. Nama Anak : Au

2. Alamat Tempat Tinggal : Desa Nguken

3. Tempat Lahir : Bojonegoro

4. Tanggal Lahir : 10 April 2011

5. Usia Anak : 6 bulan

Instrumen untuk anak usia 0 sampai 1 tahun

Aspek

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Sesuai Tidak

Sesuai

Kognitif - Dapat membedakan apa yang

yang diinginkan

- Berhenti menangis setelah

keinginannya dipenuhi

- Memperhatikan permainan yang

diinginkan

- Mengulurkan kedua tangan untuk

digendong

- Mengamati benda yang bergerak

- Berpaling kearah sumber suara

- Mulai memahami perintah

sederhana

- Menunjukkan reaksi saat

namanya dipanggil

V

V

V

V

V

V

V

V

Motorik Motorik Kasar

- Reflek memegang benda yang

menyentuh telapak tangan

- Menegakkan kepala saat

ditelungkupkan

- Tengkuran, berguling kanan dan

kiri

- Menarik benda di depannya

- Tengkurap dengan dada diangkat

dan kedua tangan menopang

- Duduk dengan bantuan

- Melempar benda yang di pegang

- Merangkak ke segala arah

- Berdiri dengan bantuan

Motorik Halus

- Memainkan jari tangan dan kaki

- Memegang benda dengan lima jari

- Memindahkan mainan dari tangan

satu ke tangan yang lain

- Memegang benda dengan menjumput

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

Bahasa - Bergumam

- Memperhatikan dan

mendengarkan ucapan orang

- Mengoceh

- Mulai menirukan ucapan

- Bermain cilukba

- Menunjuk benda dengan

mengucap satu kata

- Mengucapkan dua kata untuk

menyatakan keinginan

V

V

V

V

V

V

V

- Menyatakan penolakan V

Sosial

Emosional

- Menatap dan tersenyum

- Menangis untuk

mengekspresikan ketidak nyamanan

- Merespon dengan gerakan tangan

dan kaki

- Mengulurkan tangan atau

menolak untuk digendong

- Menunjuk sesuatu yang

diinginkan

- Meniru cara menyatakan

perasaan sayang dengan memeluk

V

V

V

V

V

V

CATATAN HASIL WAWANCARA

Nama Orang Tua : Ks

Nama Anak : Au

1. Penyuluhan seperti apa yang BKB Melati 3 berikan pada orang tua?

Mengasuh anak yang baik dan melatih perkembangan anak dirumah

2. Cara mengasuh yang benar bagaimana menurut ibu?

Memberi ASI, merawat anak, memberi makan 3 kali sehari, ya mencukupi

kebutuhannya mbak

3. Apakah pendapat ibu mengenai pengasuhan anak sama dengan pendapat

kader BKB Melati 3?

Sama mbak kan saya tahu cara mengasuh anak dari kader BKB

4. Penyuluhan yang diberikan kader BKB Melati 3 apakah memberatkan ibu?

Nggak mbak tapi waktunya itu mbak yang buat nglatih anak gak ada.

5. Apa yang ibu ketahui tentang BKB?

Seperti sekolah mbak buat anak – anak tapi orang tua juga dibimbing

6. Menurut pendapat ibu kegiatan BKB Melati 3 itu bagaimana buk?

Bagus mbak jadi anak saya setiap minggu bisa sekolah gratis dan saya tidak

perlu memasukkan ke TK

7. Berapa bulan sekali ibu mengikuti BKB Melati 3?

Setiap minggu mbak

8. Manfaat apa yang ibu dapatkan dari program BKB ini?

Mengerti caranya ngasuh anak, merawat anak, san melihat perkembangan

anak sesui usia atau nggak

9. Penyuluhan dalam hal apa yang sering kader berikan pada ibu?

Diminta menerapkan latihan yang di BKB itu dirumah mbak

10. Apakah di kegitan BKB Melati 3 kader mencontohkan cara melatih

perkembangan anak?

Iya mbak

11. Apakah ibu diminta juga untuk mempraktekkan contoh yang diberikan

kader?

Semuanya disuruh satu - satu

12. Apakah ibu menerapkannya dirumah?

Kalau yang mengasuh anak saya terapkan mbak tapi kalau melatih anak

dalam geraknya gak dulu mbak, anak saya ada kelainan ini mbak.

13. Kelainan apa buk?

Jantungnya bocor mbak sama radang paru - paru

14. Apa ibuk tetap bekerja dengan keadaan anak ibuk yang sakit?

iyalah mbak la Aura ini kan butuh biaya banyak buat berobat mbak tapi

alhamdulilah sudah agak baikan mbak.

15. Apakah anak ibu dekat dengan ibu?

Iyalah mbak apalagi anak saya dalm keadaan yang sakit gini mbak.

16. Bagaimana cara ibu membagi waktu anatara pekerjaan dan mengasuh anak?

Kalau sekarang saya bekerja sampai jam 10 mbak terus ngrawat Aura.

17. Apakah suami ibu ikut mengasuh Aura?

Suami saya kerja kalau pagi sampai sore disawah mbak tapi kalau malam

kerja jaga pabrik penggiling padi,suami saya itu sebenarnya meminta saya

dirumah untuk mengasuh anak saja tapi kita kan butuh uang mbak untuk anak

kita juga jadi ya setengah hari saya bekerja setengah hari sama menjaga anak

saya yang sedang sakit mbak, kadang saya nggak tega mbak, Aura sakit

bapaknya kerja buat berobat Aura saya juga bekerja jadi dirumah sama

neneknya sampai saya pulang mbak. Kalau dibilang capek ya capek mbak

tapi mau gimana mbak anak saya juga penting buat saya mbak

18. Ibu pernah mempunyai keluhan tentang anak ibu pada kader BKB?

Iya mbak, anak saya semakin hari badannya semakin kecil mbak terus kalau

ditidurkan di ranjang sering menangis mbak mintanya di gendong terus.

19. Apa solusi yang diberikan kader BKB Melati 3 untuk ibu?

Disuruh melatih pelan – pelan mbak, kalau tidur diranjang sambil ngasih ASI

jadi anaknya mau tidur diranjang. Kalau masalah tubuh anak saya memang

anak saya ada kelaianan jadi dia semakin kurus soalnya nahan sakit itu mbak.

20. Alat permainan apa saja yang ada di BKB Melati 3?

Banyak mbak, donat warna, balok, ayunan ada banyak lagi.

21. Apakah alat permainan digunakan untuk melatih perkembangan anak?

Iya mbak

22. Apakah ibu pernah melatih perkembangan anak dengan mainan anak

dirumah?

Paling anak saya mainan donat warna itu mbak, nanti di jatuhkan, di

masukkan ke dalam mulut

23. Apakah ibu memilih mainan untuk anak ibu?

Iyalah mbak apalagi anak saya ini gampang sakit

24. Mainan apa yang tidak ibu bolehkan untuk anak?

Banyak mbak apalagi kalau mainannya itu di campur sama anak lain malah

lebih bahaya lagi mbak Aura ini gampang ketular penyakit.

25. Apakah ibu mempunyai Kartu Kembang Anak?

Iya mbak

26. Apa yang ibu ketahui tentang KKA?

Soal perkembangan anak sesuai usia

27. Apakah anak ibu sudah berkembang sesuai dengan KKA?

Belum mbak.

28. Catatan apa yang diberikan kader terakhir kali di buku KKA tersebut?

Jarang ada catatn mbak soalnya kadernya kan tahu anak saya gimana.

29. Apakah setiap kegiatan BKB Melati 3, KKA selalu digunakan?

Harusnya iya mbak tapi saya nggak mbak.

30. Mengapa ibuk tidak menggunakannya?

Saya datang ke BKB itu cuma untuk bercerita sama kader BKB soal kondisi

anak saya mbak

31. Jadi kader juga tidak meminta ibu untuk melatih perkembangan anak ibuk

sesuai KKA?

Sebenarnya disuruh pelan – pelan melatihnya mbak jadi kalau sudah sembuh

total anaknya nggak lambat perkembangannya tapi saya gak tega mbak lihat

anak saya. Sudah berjuang buat penyakitnya, nahan sakit masak dilatih

perkembangannya juga. Biar nanti kalu sudah sembuh total saja dilatihnya

mbak, yang penting anak saya sembuh sudah bersyukur mbak.

Hasil Wawancara Pengurus BKB

Nama : Cristin Yulia, S. St

Pendidikan : D4 Kebidanan

1. Bagaimana cara yang benar dalam pemberian kasih sayang?

Pemberian kasih sayang itu memberikan perhatian, kenyamanan, kontak fisik

(ciuman, pelukan, digendong), dan pendidikan dirumah.

2. Pendidikan dirumah itu seperti apa bu?

Pendidikan dirumah seperti pendidikan agama, interaksi dengan orang lain,

dan paling penting perilaku atau tingkah laku anak mbak . Contohnya orang

tua memberi tahu anak mana sesuatu yang benar dan yang salah jadi tidak

semua yang anak lakukan dibenarkan orang tuanya mbak,

3. Bagaimana cara orang tua dalam pemberian kasih sayang yang pengurus

ketahui selama ini?

Kalau orang tua disini itu kebanyakan menuruti semua keinginan anak tanpa

dilihat dulu keinginan anak itu harus dituruti atau nggak.

4. Apakah setiap orang tua pasti memberi kenyamanan bagi anak mereka?

Setiap anak bermain atau beraktivitas dengan dampingan orang tua maka anak

tersebut akan merasa nyaman mbak tapi itu untuk anak usia dini ya mbak. Jadi

setiap orang tua itu memberi kanyamanan untuk anaknya tapi ketika anak

beraktivitas orang tua petani ini jarang mendampingi anak ketika bermain

mbak.

5. Perhatian seperti apa yang harus orang tua berikan kepada anak mereka?

Perhatian itu tidak hanya memenuhi kebutuhan lahir anak saja mbak jadi

orang tua harus lebih dekat dengan anak mereka seperti melihat

perkembangan anak tiap harinya, ketika anak sakit ya dirawat mbak tidak

dipasrahkan neneknya atau saudara lain karena perhatian dari orang tua itu

membuat anak merasa nyaman mbak.

6. Dampak apa yang timbul jika seorang anak kurang mendapat perhatian?

Seorang anak yang kurang perhatian pasti anak tersebut melakukan sesuatu

entah positif atau negatif. Sesuatu yang dilakukan anak itu untuk menarik

perhatian dari orang tuanya, yang dikawatirkan kan kalau anaknya itu

melakukan sesuatu hal negatif mbak seperti mukul temannya, membanting

barang didepannya.

7. Apakah orang tua yang profesi petani disini sudah memberikan perhatian

terhadap anak mereka?

Kalau anaknya masih usia dibawah satu tahun mereka memberi perhatiannya

mbak tapi kalau anak sudah usia yang menurut mereka bisa ditinggal ya

jarang.

8. Keluhan apa yang sering orang tua katakan mengenai pertumbuhan dan

perkembangan fisik anak?

Kalau di BKB ini keluhan banyak diperkembangan anaknya ya mbak,

contohnya anaknya pendiam, belum bisa jalan ketika umurnya satu tahun

lebih,kalau pertumbuhan anak paling kegemukan itu mbak keluhannya.

9. Bagaimana cara pengurus untuk membina orang tua mengenai pertumbuhan

dan perkembangan anak sesuai usia anak?

Ada buku yang kami bagikan ibu – ibu disini mengenai pertumbuhan dan

perkembangan anak sesuai usia mbak jadi orang tua ya bisa membacanya dari

situ.

10. Bagaimana cara pengurus untuk mengatasi orangtua yang memiliki anak yang

perkembangan dan pertumbuhan anak mereka tidak baik?

Distimulasi mbak kalau ada kegiatan BKB dan kalau dirumah ya orang tua

kami minta untuk menstimulasi juga.

11. Apa yang harus orang tua lakukan jika anak mereka mengalami keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan?

Ya mereka mau tidak mau harus menstimuasi anak mereka mbak, kami setiap

minggu sudah melakukannya jadi setiap harinya kan anak lebih dering

dirumah mbak jadi ya tergantung orang tuanya mbak mau mengikuti saran

dari kami atau tidak.

12. Bagaimana cara yang harus orang tua lakukan untuk menumbuhkan sosialisasi

anak mereka?

Lebih sering diajak berinteraksi dengan orang lain dan teman sebaya mbak.

13. Bagaimana cara untuk mengetahui perkembangan sosialisai anak dengan

teman sebaya?

Dapat dilihat mbak ketika anak bermain itu gimana, pendiam, aktif, mau

mengalah, maunya menang sendiri, semuanya bisa dilihat mbak.

14. Apakah anak pasti akan mengikuti sikap orang tua yang kurang bersosialisasi?

Iya mbak, karena pendidikan dirumah kan terganung orang tuanya mbak jadi

jika orang tua kurang bersosialisasi kan anak juga jarang diajak berinteraksi

dengan orang lain.

15. Apakah BKB menyediakan APE untuk anak?

Iya mbak

16. Apa saja alat APE yang sering digunakan untuk kegiatan BKB?

Donat warna, lego, balok warna, bola warna, buah – buahan, puzzle.

17. Apa manfaat APE untuk tumbuh kembang anak?

Untuk mengetahui warna, bentuk, besar, kecil, melatih motorik anak juga

mbak.

18. Apakah dikegiatan BKB terdapat kegiatan menyanyi bersama dengan anak –

anak?

Ada mbak, anak – anak sini suka nyanyi semua mbak.

19. Apakah anak diminta maju satu – satu untuk menyanyi atau nyanyi bersama

bu?

Ya nggak satu – satu mbak, paling berdua atau bertiga tapi anak yang berani

yam au nyanyi sendiri gitu.

20. Bagaimana cara orang tua dalam mengasuh anak mereka?

Mengasuh anaknya lebih ke permisif ya mbak, jadi mereka jarang untuk

melatih anak, memberikan perhatian pada anak, jika anak diam, tidak

menangis, tidak rewel, mereka beranggapan bahwa mereka sudah mengasuh

anak dengan benar.

21. Bagaimana cara pengurus untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua

dalam mengasuh anak yang baik?

Setiap pertemuan kami memberikan penyuluhan untuk orang tua mbak,

mengasuh anak harus memberi perhatian, kenyamanan, lebih demokrasi, tapi

kan semua tergantung orang tua mbak.

22. Apakah anak seorang petani lebih sering dititipkan nenek atau saudara lain

untuk mengasuh anak mereka ketika mereka bekerja?

Sebagian iya mbak tapi sebagian yang sudah agak besar ikut orang tua ke

sawah mbak.

23. Bagaimana cara orang tua untuk membagi waktu antara anak dan pekerjaan

mereka sebagai petani?

Yang saya tahu untuk ibu – ibu mereka bekerja setengah hari dan setelah itu

dirumah mbak tapi saya kurang tahu orang tua menerapkan pengasuhan

dirumah atau tidak.

24. Bagaimana menurut pendapat pengurus jika seorang anak lebih sering disawah

dari pada dirumah?

Ya malah lebih bagus mbak kalau ikut orang tua disawah kan nanti anaknya

bisa bermain dengan teman sebayanya mbak, tapi kadang orang tua tidak mau

diikuti anaknya ke sawah.

25. Bagaimana perkembangan anak yang sering diajak kesawah dengan yang

diasuh saudara dirumah?

Kalau dirumah kan anaknya itu bermain sendiri karena kan pengasuhnya

punya aktifitas juga mbak tapi kalau disawah anak bisa bermain dengan teman

sebaya dan berinteraksi denga orang lain mbak.

26. Bagaimana cara yang benar untuk membagi pekerjaan dan mengasuh anak

bagi orang tua?

Ya sebenarnya anak diusia BALITA itu harusnya diasuh orang tua setiap hari

dan setiap waktu tapi utuk orang tua yang bekerja seharusnya orang tua lebih

ketika pulang bekerja itu tidak langsung tidur atau anaknya hanya dilihat saja

tapi komunikasi antara ibu dan anak itu penting mbak. Asuhlah anak dengan

demokrasi jadi anak bebas melakukan apa saja dengan diawasi namun tetap

ada aturan dalam perilaku tersebut

Hasil Wawancara Pengurus BKB

Nama : CY, S. St

Pendidikan : D4 Kebidanan

1. Bagaimana cara yang benar dalam pemberian kasih sayang?

Pemberian kasih sayang itu memberikan perhatian, kenyamanan, kontak fisik

(ciuman, pelukan, digendong), dan pendidikan dirumah.

2. Pendidikan dirumah itu seperti apa bu?

Pendidikan dirumah seperti pendidikan agama, interaksi dengan orang lain,

dan paling penting perilaku atau tingkah laku anak mbak . Contohnya orang

tua memberi tahu anak mana sesuatu yang benar dan yang salah jadi tidak

semua yang anak lakukan dibenarkan orang tuanya mbak,

3. Bagaimana cara orang tua dalam pemberian kasih sayang yang pengurus

ketahui selama ini?

Kalau orang tua disini itu kebanyakan menuruti semua keinginan anak tanpa

dilihat dulu keinginan anak itu harus dituruti atau nggak.

4. Apakah setiap orang tua pasti memberi kenyamanan bagi anak mereka?

Setiap anak bermain atau beraktivitas dengan dampingan orang tua maka anak

tersebut akan merasa nyaman mbak tapi itu untuk anak usia dini ya mbak. Jadi

setiap orang tua itu memberi kanyamanan untuk anaknya tapi ketika anak

beraktivitas orang tua petani ini jarang mendampingi anak ketika bermain

mbak.

5. Perhatian seperti apa yang harus orang tua berikan kepada anak mereka?

Perhatian itu tidak hanya memenuhi kebutuhan lahir anak saja mbak jadi

orang tua harus lebih dekat dengan anak mereka seperti melihat

perkembangan anak tiap harinya, ketika anak sakit ya dirawat mbak tidak

dipasrahkan neneknya atau saudara lain karena perhatian dari orang tua itu

membuat anak merasa nyaman mbak.

6. Dampak apa yang timbul jika seorang anak kurang mendapat perhatian?

Seorang anak yang kurang perhatian pasti anak tersebut melakukan sesuatu

entah positif atau negatif. Sesuatu yang dilakukan anak itu untuk menarik

perhatian dari orang tuanya, yang dikawatirkan kan kalau anaknya itu

melakukan sesuatu hal negatif mbak seperti mukul temannya, membanting

barang didepannya.

7. Apakah orang tua yang profesi petani disini sudah memberikan perhatian

terhadap anak mereka?

Kalau anaknya masih usia dibawah satu tahun mereka memberi perhatiannya

mbak tapi kalau anak sudah usia yang menurut mereka bisa ditinggal ya

jarang.

8. Keluhan apa yang sering orang tua katakan mengenai pertumbuhan dan

perkembangan fisik anak?

Kalau di BKB ini keluhan banyak diperkembangan anaknya ya mbak,

contohnya anaknya pendiam, belum bisa jalan ketika umurnya satu tahun

lebih,kalau pertumbuhan anak paling kegemukan itu mbak keluhannya.

9. Bagaimana cara pengurus untuk membina orang tua mengenai pertumbuhan

dan perkembangan anak sesuai usia anak?

Ada buku yang kami bagikan ibu – ibu disini mengenai pertumbuhan dan

perkembangan anak sesuai usia mbak jadi orang tua ya bisa membacanya dari

situ.

10. Bagaimana cara pengurus untuk mengatasi orangtua yang memiliki anak yang

perkembangan dan pertumbuhan anak mereka tidak baik?

Distimulasi mbak kalau ada kegiatan BKB dan kalau dirumah ya orang tua

kami minta untuk menstimulasi juga.

11. Apa yang harus orang tua lakukan jika anak mereka mengalami keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan?

Ya mereka mau tidak mau harus menstimuasi anak mereka mbak, kami setiap

minggu sudah melakukannya jadi setiap harinya kan anak lebih dering

dirumah mbak jadi ya tergantung orang tuanya mbak mau mengikuti saran

dari kami atau tidak.

12. Bagaimana cara yang harus orang tua lakukan untuk menumbuhkan sosialisasi

anak mereka?

Lebih sering diajak berinteraksi dengan orang lain dan teman sebaya mbak.

13. Bagaimana cara untuk mengetahui perkembangan sosialisai anak dengan

teman sebaya?

Dapat dilihat mbak ketika anak bermain itu gimana, pendiam, aktif, mau

mengalah, maunya menang sendiri, semuanya bisa dilihat mbak.

14. Apakah anak pasti akan mengikuti sikap orang tua yang kurang

bersosialisasi?

Iya mbak, karena pendidikan dirumah kan terganung orang tuanya mbak jadi

jika orang tua kurang bersosialisasi kan anak juga jarang diajak berinteraksi

dengan orang lain.

15. Apakah BKB menyediakan APE untuk anak?

Iya mbak

16. Apa saja alat APE yang sering digunakan untuk kegiatan BKB?

Donat warna, lego, balok warna, bola warna, buah – buahan, puzzle.

17. Apa manfaat APE untuk tumbuh kembang anak?

Untuk mengetahui warna, bentuk, besar, kecil, melatih motorik anak juga

mbak.

18. Apakah dikegiatan BKB terdapat kegiatan menyanyi bersama dengan anak –

anak?

Ada mbak, anak – anak sini suka nyanyi semua mbak.

19. Apakah anak diminta maju satu – satu untuk menyanyi atau nyanyi bersama

bu?

Ya nggak satu – satu mbak, paling berdua atau bertiga tapi anak yang berani

yam au nyanyi sendiri gitu.

20. Bagaimana cara orang tua dalam mengasuh anak mereka?

Mengasuh anaknya lebih ke permisif ya mbak, jadi mereka jarang untuk

melatih anak, memberikan perhatian pada anak, jika anak diam, tidak

menangis, tidak rewel, mereka beranggapan bahwa mereka sudah mengasuh

anak dengan benar.

21. Bagaimana cara pengurus untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua

dalam mengasuh anak yang baik?

Setiap pertemuan kami memberikan penyuluhan untuk orang tua mbak,

mengasuh anak harus memberi perhatian, kenyamanan, lebih demokrasi, tapi

kan semua tergantung orang tua mbak.

22. Apakah anak seorang petani lebih sering dititipkan nenek atau saudara lain

untuk mengasuh anak mereka ketika mereka bekerja?

Sebagian iya mbak tapi sebagian yang sudah agak besar ikut orang tua ke

sawah mbak.

23. Bagaimana cara orang tua untuk membagi waktu antara anak dan pekerjaan

mereka sebagai petani?

Yang saya tahu untuk ibu – ibu mereka bekerja setengah hari dan setelah itu

dirumah mbak tapi saya kurang tahu orang tua menerapkan pengasuhan

dirumah atau tidak.

24. Bagaimana menurut pendapat pengurus jika seorang anak lebih sering disawah

dari pada dirumah?

Ya malah lebih bagus mbak kalau ikut orang tua disawah kan nanti anaknya

bisa bermain dengan teman sebayanya mbak, tapi kadang orang tua tidak mau

diikuti anaknya ke sawah.

25. Bagaimana perkembangan anak yang sering diajak kesawah dengan yang

diasuh saudara dirumah?

Kalau dirumah kan anaknya itu bermain sendiri karena kan pengasuhnya

punya aktifitas juga mbak tapi kalau disawah anak bisa bermain dengan teman

sebaya dan berinteraksi denga orang lain mbak.

26. Bagaimana cara yang benar untuk membagi pekerjaan dan mengasuh anak

bagi orang tua?

Ya sebenarnya anak diusia BALITA itu harusnya diasuh orang tua setiap hari

dan setiap waktu tapi utuk orang tua yang bekerja seharusnya orang tua lebih

ketika pulang bekerja itu tidak langsung tidur atau anaknya hanya dilihat saja

tapi komunikasi antara ibu dan anak itu penting mbak. Asuhlah anak dengan

demokrasi jadi anak bebas melakukan apa saja dengan diawasi namun tetap

ada aturan dalam perilaku tersebut

Hasil Wawancara Pengurus BKB

Nama : HP, S. Pd

Pendidikan : S1 PG PAUD

1. Bagaimana cara yang benar dalam pemberian kasih sayang?

Pemberian kasih sayang itu adanya perhatian, komunikasi yang baik dengan

anak, memberi rasa aman dan nyaman mbak.

2. Bagaimana cara orang tua dalam pemberian kasih sayang yang pengurus

ketahui selama ini?

Orang tua menganggap jika anaknya menginginkan sesuatu maka orang tua

akan berusaha menuruti keinginan anak meskipun dengan meminjam milik

orang lain, didikan yang seperti itulah yang salah mbak karena sama saja

orang tua mengajarkan anaknya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan

dengan cara apapun.

3. Apakah setiap orang tua pasti memberi kenyamanan bagi anak mereka?

Kenyamanan anak yang tau kan orang tua mbak, kita hanya melihat anak

tersebut dekat tidak dengan orang tua. Jika anak beraktivitas secara aktif maka

dapat kita lihat anak merasa nyaman karena ada orang tua di dekatnya namun

jika anak selalu nempel ibunya maka anak tersebut kurang mendapat perhatian

ataupun kenyamanan.

4. Perhatian seperti apa yang harus orang tua berikan kepada anak mereka?

Ya seperti anaknya sudah makan belum, gimana aktifitas anak sehari – hari,

apa yang dibutuhkan anak selain kebutuhan jasmani, jika sakit benar – benar

di rawat seharian itu. Tapi ya kita memang tidak bisa menyalahkan orang tua

mbak karena mereka bekerja juga untuk memenuhi hidup keluarga dan anak.

5. Dampak apa yang timbul jika seorang anak kurang mendapat perhatian?

Yang ditakutkan mereka mencari perhatian orang tua dalam hal negative

mbak, misalnya melukai teman, berkelahi dengan teman, membuat teman

menangis

6. Apakah orang tua yang profesi petani disini sudah memberikan perhatian

terhadap anak mereka?

Menurut saya kurang mbak karena yang kita lihat anak selalu mencari

perhatian orang tua mbak.

7. Keluhan apa yang sering orang tua katakan mengenai pertumbuhan dan

perkembangan fisik anak?

Banyak mbak tapi mereka kadang meremehkan masalah itu, misalnya anaknya

tidak aktif, pendiam, tertutup, mudah menangis, ya seperti itu mbak

8. Bagaimana cara pengurus untuk membina orang tua mengenai pertumbuhan

dan perkembangan anak sesuai usia anak?

Di BKB ka nada buku perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai usia mbak

jadi orang tua kita minta setiap harinya mempraktekan dan menjelaskan

dampak positif dan negative keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan.

9. Bagaimana cara pengurus untuk mengatasi orangtua yang memiliki anak yang

perkembangan dan pertumbuhan anak mereka tidak baik?

Orang tua diberi pengetahuan cara menstimulasi anak mbak, di kegiatan BKB

kita mempraktekkan dan kami meminta orang tua ikut aktif dalam stimulasi

anak dirumah.

10. Apa yang harus orang tua lakukan jika anak mereka mengalami keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan?

Ya harus distimulasi perkembangannya mbak.

11. Bagaimana cara yang harus orang tua lakukan untuk menumbuhkan sosialisasi

anak mereka?

Setiap ada kegiatan apapun tentang anak orang tua harusnya mengikuti

kegiatan tersebut jadi orang tua selain mengerti cara mengasuh anak, orang tua

juga dapat mengajak anak mereka berinteraksi dengan temannya atau orang

lain.

12. Bagaimana cara untuk mengetahui perkembangan sosialisai anak dengan

teman sebaya?

Ya waktu bermain itu kan bisa dilihat mbak.

13. Apakah anak pasti akan mengikuti sikap orang tua yang kurang

bersosialisasi?

Ya kalau orang tua menutup diri dari orang lain kan pasti anak juga jarang

berkumpul dengan orang lain juga mbak jadi ya kadang anak hanya bermain

dengan teman disekeliling rumah yang dekat – dekat saja mbak.

14. Apakah BKB menyediakan APE untuk anak?

Iya ada mbak.

15. Apa saja alat APE yang sering digunakan untuk kegiatan BKB?

Donat warna, lego, balok warna, bola warna, buah – buahan, puzzle.

16. Apa manfaat APE untuk tumbuh kembang anak?

Untuk menstimulasi aspek perkembangan anaknya mbak.

17. Apakah dikegiatan BKB terdapat kegiatan menyanyi bersama dengan anak –

anak?

Ya sama kayak di PAUD mbak bedanya kan BKB ada penyuluhan orang tua.

18. Apakah anak diminta maju satu – satu untuk menyanyi atau nyanyi bersama

bu?

Kalo anaknya pengen maju sendiri kita suruh nyanyi mabk tapi kita sering

menawarkan anak yang ingin menyanyi siapa.

19. Bagaimana cara orang tua dalam mengasuh anak mereka?

Orang tua itu memang menganggap anaknya ada namun mereka ini

membiarkan anaknya untuk punya aturan sendiri dan tidak terlalu banyak

menuntut anaknya mbak.

20. Bagaimana cara pengurus untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua

dalam mengasuh anak yang baik?

Setiap minggu ada penyuluhan mbak jadi waktu itu kita gunakan untuk

memberi pengetahuan pada orang tua juga mbak.

21. Apakah anak seorang petani lebih sering dititipkan nenek atau saudara lain

untuk mengasuh anak mereka ketika mereka bekerja?

Iya mbak, tapi kalau orang tua ada waktu luang ya dijaga sama orang tua

tetapi jarang distimulasinya.

22. Bagaimana cara orang tua untuk membagi waktu antara anak dan pekerjaan

mereka sebagai petani?

Kurang tahu ya mbak tapi yang sering saya tahu orang tua lebih sering dengan

anak itu ketika sore hingga malam mbak.

23. Bagaimana menurut pendapat pengurus jika seorang anak lebih sering disawah

dari pada dirumah?

Ada dampak positifnya mbak jadi anak kan bisa berinteraksi dengan temannya

tapi dampak negatifnya orang tua kan jarang mengawasi karena sibuk bekerja

takutnya ada perselisihan sampek ada yang jatuh atu lempar – lempar batu, itu

yang ditakutkan mbak.

24. Bagaimana perkembangan anak yang sering diajak kesawah dengan yang

diasuh saudara dirumah?

Dalam sosial emosional dama moral ya mbak itu berpengaruh sekali, anak

yang dititipkan kan mereka lebih banyak mengikuti nenek atau kakeknya

beraktifitas daripada bermaindengan teman.

25. Bagaimana cara yang benar untuk membagi pekerjaan dan mengasuh anak

bagi orang tua?

Yang harus digaris bawahi oleh orang tua itu anak tidak hanya butuh

makanan, pakaian, mainan atau barang yang nyata mbak tapi perhatian, kasih

sayang, anak membutuhkan itu. Ya akan lebih baik jika orang tua sadar akan

itu dan lebih menyeimbangkan waktu bekerja dan anak. Ketika dirumah ya

orang tua harus memberi kebutuhan moral anak tidak menggunakan alasan

capek karena kerja atau apapun itu.

LAMPIRAN 3(Dokumentasi Penelitian)

114

Gb. 1. Lokasi kegiatan BKB

Gb. 2. Wawancara ketua BKB

Gb. 3. Wawancara Kader BKB

Gb. 4. Kader BKB memberikan penyuluhan bagi orang tua

Gb. 5. Orang tua menceritakan perkembangan anak

Gb. 6. Kader mengajak 1 anak untuk menyanyi kedepan

Gb. 7. Kader mengajak semua anak bernyanyi

Gb. 8. Kader meminta anak menyebutkan warna bola

Gb. 9. Anak berbagi mainan dengan teman

Gb. 10. Anak menangis ketika berebut mainan

Gb. 11. Anak bermain dan menyebut warna dalam bahasa inggris

Gb. 12. Anak tidak mau berbagi mainan

Gb. 13. Orang tua melatih anak berjalan dengan berpegangan

Gb. 14. Anak memasukkan benda ke dalam mulut

Gb. 15. Bayi merespon ketika diajak berkomunikasi

LAMPIRAN 4(Surat –surat penelitian )

115