pr baca senin kemarin
DESCRIPTION
prTRANSCRIPT
1. Amniosintesis
Jawab :
Amniosintesis adalah pengeluaran cairan dari rongga amnion dengan
menggunakan jarum fungsi melalui dinding abdomen dan uterus untuk tujuan
mendapatkan cairan guna keperluan pemeriksaan. Prosedur dilakukan di bawah
pedoman ultrasonografi dengan memasukkan jarum jenis spiral ukuran 20 sampai 22
secara transabdominal untuk mengaspirasi cairan amnion sebanyak 5 sampai 20 ml
sambil menghindari plasenta, tali pusat dan janin. Hasil aspirasi awal yang berisi 1
atau 2 ml cairan dibuang untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi sel ibu dan
kemudian setelah terkumpul kira – kira 20 ml cairan jarum dikeluarkan.
Amniosintesis adalah tindakan aspirasi (pengambilan) cairan amnion
(ketuban) dengan pungsi melalui dinding perut, atau melalui leher rahim.
Amniosintesis baru dapat dikerjakan bila cairan amnion (ketuban) sudah cukup
banyak. Pada awal trimester II (14-18 minggu) amniosintesis dilakukan untuk
mendeteksi kelainan genetik dan metabolik melalui pemeriksaan sitogenik (sel).
Tindakan ini juga dilakukan untuk memeriksa kadar alfa feto protein di dalam
cairan ketuban untuk mendeteksi adanya kelainan tertentu. Setelah kehamilan 24
minggu (6 bulan) amniosintesis dilakukan untuk mengukur kadar bilirubin,
penentuan maturitas janin, pemeriksaan mikrobiologik, dan pemeriksaan-
pemeriksaan diagnostik lainnya. Pada keadaan tertentu amniosintesis
dapat dilakukan sebagai pembantu therapi yaitu untuk menghilangkan tekanan
mekanik dan dekompresi.
Amniosentesis yaitu memasukkan jarum berdiameter besar ke dinding
abdomen dan uterus sampai ke ketuban dan cairan amnion. Cairan yang mengandung
sel – sel janin diaspirasi. Sel – sel janin yang diperoleh selanjutnya dikultur untuk
mendeteksi abnormalitas kromosom dan kariotipe sebagai salah satu metode diagnosa
saat pranatal. Sel – sel yang diperoleh dari cairan dibiakkan di laboratorium sampai
stadium pembelahan. Pada pembelahan inilah kromosomnya dipelajari.
Tempat penusukan diamati apakah ada perdarahan dan pasien diperlihatkan
denyut jantung janin yang berdenyut dan cairan amnion yang tersisa pada akhir
prosedur. Sejumlah studi banyak rumah sakit telah mengkonfirmasi keamanan
tindakan ini serta keakuratan diagnostiknya yang lebih dari 99 persen.
Komplikasi minor jarang terjadi dan mencakup perdarahan pervaginam
bebercak sesaat atau kebocoran cairan amnion pada 1 samapai 2 persen dan
koriomnionitis pada kurang dari 1 per 1000. cedera jarum pada janin jarang jika
digunakan panduan ultrasonografi. Kegagalan biakan sel juga jarang tetapi lebih
mungkin terjadi kalau janinnya abnormal. Angka keguguran adalah 0,5 persen atau
lebih kecil (1 per 200) . kemungkianan beberapa keguguran disebabkan oleh kelainan
yang sudah ada sebelumnya dan memang pasti terjadi sekalipun tidak dilakukan
amniosintesis. Kelainan ini antara lain adalah solusio plasenta, implantasi plasenta
yang abnormal, anomaly uterus dan infeksi.
Biasanya dilakukan pada usia kehamilan 18-20 minggu. Dilakukan per
abdominal. Dilakukan aspirasi cairan amnion dengan bantuan USG. Hanya beberapa
operator yang berpengalaman yang dapat melakukannya.
Ketika masalah genetic dicurigai maka amniosintesis dilakukan sesegera
mungkin biasanya antara gestasi 16 – 20 minggu nuntuk memungkinkan studi tentang
kariotip dan biokimia untuk dilengkapi sebelum batas waktu dalam melakukan
terminasi kehamilan secara elektif. Amniosintesis lanjut dalam kehamilan paling
sering dilakukan untuk mengkaji kesejahteraan dan maturitas janin. Pada kasus -
kasus isoimunisasi prosedur dapat dilakuikan berulang – ulang untuk memantau
kondisi janin.
Amniosintesis biasanya dilakukan pada wanita hamil yang berisiko tinggi,
yaitu :
Wanita yang mempunyai keluarga dekat menderita gangguan genetik.
Wanita berusia di atas 35 tahun.
Wanita yang memiliki hasil tes yang abnormal terhadap sindrom down pada
trimester pertama kehamilan.
Wanita yang memiliki hasil tes abnormal terhadap alfaprotein, estriol, human
chorionic gonadotropin, dan hormon inhibin A.
Pemeriksaan USG menunjukkan adanya kelainan.
Wanita dengan sensitisasi Rh.
Walaupun sampai hari ini ada bermacam-macam teknik digunakan untuk
prediksi atau konfirmasi pemeriksaan prenatal, pengambilan cairan dan se1-selnya
melalui uterus yang hamil masih merupakan pilihan yang Was digunakan. Sampel
yang diambil harus betul-betul jernih, dan sel-selnya dibiak until mengetahui adanya
aberasi kromosom, pemeriksaan bio-kimia atau analisis DNA. Sampel yang
tercampur darah (bloody fluid) mungkin disebabkan kerusakan plasenta; perubahan
wama tertentu mungkin menandakan adanya kematian janin.
Semuanya sangat penting dipertimbangkan, karena abortus spontan dapat setiap
waktu terjadi bila bersamaan dengan itu dilakukan amniosentesis. Di samping itu,
semua keadaan ter-sebut di atas sering menyebabkan kegagalan dalam proses
pembiakan jaringan.
Setelah sampel diambil, cairan dipusing. Supernatannya dapat digunakan
untuk analisis AFP atau biokimia tertentu; sedangkan pellemya digunakan untuk
analisis kromosom dan analisis DNA. Sebagian besar tes prenatal, baik analisis
kromosom mau-pun biokimiawi membutuhkan pembiakan; dan tergantung dari
jumlah dan kualitas sel yang didapat, biasanya dibutuhkan waktu 2-3 minggu untuk
mendapatkan diagnosis dan kesimpulan yang pasti. Sangat penting bahwa biakan
tersebut dicek berulang kali untuk memastikan pertumbuhan sel yang memuaskan.
Bila ti-dak, mungkin diperlukan pengambilan segera sampel ulangan, karena bila
telah melewati usia kehamilan tertentu tidak akan didapatkan cairan dan sel yang
baik. Sebelum mengirim pasien untuk pemeriksaan prenatal, hams dipastikan bahwa
ada fasilitas pemeriksaan prenatal yang akurat dan dapat dipercaya. Setelah itu,
pasien yang akan men-jalani pemeriksaan prenatal perlu mendapatkan konseling ge-
netik supaya mendapatkan informasi yang jelas tentang hal-hal yang akan dialami
maupun basil tes yang akan didapat. Amniosentesis biasanya dilakukan pada
kehamilan 15--18 minggu; oleh dokter ahli kebidanan yang telah mendapat ke-ahlian
untuk aspirasi ini.
Alphafetoprotein (AFP) yaitu hasil samping dari metabolisme protein pada
janin dan dapat diidentifikasi di serum ibu dan dapat diukur dalam cairan amnion
untuk membantu diagnosis peninggian AFP darah ibu. Kehilangan kehamilan normal
akibat amniosentesis 1 : 100
Indikasi untuk Amniosentesis :
Pemeriksaan kariotipe ( keseluruhan karakteristik, termasuk jumlah, ukuran
dan bentuk kromosom serta pengelompokkannya dalam nukleus sel )
berdasarkan pada anamnesis keluarga, perorangan, umur ibu, risiko tinggi,
atau kelainan pada ultrasonik.
Penyakit hemolisis : penghancuran sel darah merah dan pelepasan
hemoglobin.
Kelainan saluran saraf
Gangguan metabolism
Penentuan maturitas paru
Prosedur pengambilan :
Jarum langsung dimasukkan melalui dinding perut ibu, menembus uterus ibu
melalui tuntunan USG. Melalui USG dapat diketahui lokasi plasenta dan janin.
Prosedur ini dapat dilakukan dengan pembiusan setempat tanpa hams rawat tinggal di
rumah sakit. Prosedur yang akan dilakukan dan risiko yang mungkin terjadi akibat
pengambilan ini perlu dijelaskan pada pasien.
Risiko amniosentesis
1. Keguguran/abortus : Diperkirakan sebesar 1%; pengulangan amniosentesis
akan meningkatkan risiko ini (5--10%), seperti halnya bila amniosen-tesis
dikerjakan oleh orang yang tidak trampil.
2. Risiko ibu : Pada umumnya minimal; bila dikerjakan dengan prinsip aseptik,
risiko infeksi akan terhindarkan.
Hasil dan tindak lanjut :
Pasangan pasien tersebut perlu diberitahu bahwa diperlukan waktu sedikitnya 3
minggu untuk mendapatkan hasilnya, dan untuk pengambilan ulang bisa
terjadi.Pasien juga perlu diberi tabu, bahwa kadang-kadang ditemukan juga kelainan
yang sesungguhnya tidakberhubungan dengan yang dicari (misalnya ada NTD pada
kehamilan yang dicurigai Down syndrome). Pasien perlu juga diberi tabu tentang
langkah-langkah selanjutnya, bila temyata terjadi kegagalan kultur atau sebab-sebab
lainnya. Tindak Ian jut post natal juga penting, selain untuk mencek kebenaran
diagnosis prenatal kita, juga karena janin yang lahir mungkin akan mempengaruhi
risiko genetik pada kehamilan berikutnya. Kesimpulannya, amniosentesis pada
umumnya aman dan dapat dipercaya, tetapi tetap tidak bebas sama sekali dari faktor
risiko. Penting sekali untuk digunakan dengan selektif dan tepat, dan dijelaskan
kepadapasangan pasiAn yang menginginkannya.
2. Pengenceran Asam Asetat