ppa panjangrejo

Upload: ihsan-ozora

Post on 08-Oct-2015

254 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Potensi dan peluang

TRANSCRIPT

Kuesioner PPA

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGANPOTENSI DAN PELUANG AGRIBISNISDESA PANJANGREJOKECAMATAN PUNDONGKABUPATEN BANTUL

Disusun oleh :

1.Ihsan

`No. Mhs201102200632.Rezky Ariesta Agyastama No. Mhs201102200653.Dwi Nugraha

No. Mhs20110220031PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2012KATA PENGANTAR

DAFTAR ISIiKATA PENGANTAR

iiDAFTAR ISI

iiiDAFTAR TABEL

ivDAFTAR GAMBAR

1I.PENDAHULUAN

1A.Latar Belakang

2B.Tujuan Praktikum Lapangan

3II.DESKRIPSI WILAYAH

4III.POTENSI ABGRIBISNIS

4A.Potensi Sumber Daya Alam

41.Luas penggunaan lahan

52.Jenis tanah, topografi, dan keadaan sumber irigasi

63.Produksi tanaman pertanian

74.Produksi peternakan

75.Keadaan Perikanan

8B.Potensi Sumber Daya Manusia

81.Struktur Penduduk menurut umur dan jenis kelamin

102.Struktur penduduk menurut mata pencaharian

113.Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan

13IV.PELUANG AGRIBISNIS

131.Keadaan Sarana Perekonomian

142.Keadaan Sarana Transportasi dan Komunikasi

163.Sarana Komunikasi

164.Keadaan prasarana transportasi Desa Panjangrejo tahun 2010

175.Produksi Pertanian Kabupaten Bantul

206.Produksi Peternakan Kabupaten Bantul

237.Produksi ternak unggas

248.Produksi Perikanan

269.Industri Kecil Kabupaten Bantul

28V.POTENSI DAN PELUANG AGRIBISNIS

30VI.KESIMPULAN

32VII.DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL5Tabel 1. Luas penggunaan lahan PanjangrejoTahun 2010

6Tabel 2. Produksi tanaman pertanian Desa Panjangrejo tahun 2010

7Tabel 3. Produksi perikanan Desa Panjangrejo tahun 2010

9Tabel 4. Struktur penduduk menurut umur Desa Panjangrejo Tahun 2010

9Tabel 5. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Desa Panjangrejo Tahun 2010

10Tabel 6. Struktur penduduk menurut mata pencaharian Desa Panjangrejo Tahun 2010

11Tabel 7. Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan Desa Panjangrejotahun 2010

13Tabel 8 Keadaan sarana perekonomian Desa Panjangrejo tahun 2010

15Tabel 9. Keadaan sarana transportasi Desa Panjangrejo tahun 2010

16Tabel 10. Keadaan sarana komunikasi Desa Panjangrejo tahun 2010

17Tabel 11.Produksi tanaman pangan Kabupaten Bantul tahun 2009(ton)

18Tabel 12.Produksi tanaman sayuran Kabupaten Bantul tahun 2009 (kw)

19Tabel 13 Produksi tanaman buah Kabupaten Bantul tahun 2009 (kw)

20Tabel 14. Produksi tanaman biofarmaka Kabupaten bantul tahun 2009 (kw)

21Tabel 15. Produksi ternak berat Kabupaten Bantul tahun 2009 (ekor)

22Tabel 16. Produksi ternak kecil kabupaten Bantul tahun 2009

24Tabel 17. Produksi ternak unggas Kabupaten Bantul tahun 2009

25Tabel 18. Produksi perikanan Kabupaten Bantul tahun 2009 (ekor)

26Tabel 19. Sentra industri kecil Kabupaten Bantul tahun 2010

DAFTAR GAMBAR3Gambar 1. Peta Administrasi Desa Panjangrejo

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPembangunan ekonomi yang tepat perlu didasarkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki. Melalui proses pembangunan yang bertahap dan konsisten, keunggulan komparatif ini dikembangkan menjadi keunggulan kompetitif. Negara yang berdaya saing adalah negara yang mampu mengembangkan keunggulan komparatifnya menjadi keunggulan kompetitif. Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada keanekaragaman sumber daya hayati. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan sumber daya hayati di Indonesia adalah kegiatan pertanian dalam arti luas. Oleh sebab itu Indonesia perlu mengembangkan keunggulan komparatif di bidang pertanian menjadi keunggulan bersaing melalui pengembangan industri yang mengolah hasil pertanian dan mengembangkan industri hulu pertanian, yang secara keseluruhan dikenal sebagai pembangunan sistem agribisnis. (Saragih, 2000)Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Istilah "agribisnis" diserap dari bahasa Inggris: agribusiness, yang merupakan portmanteau dari agriculture (pertanian) dan business (bisnis). (Wikipedia, 2011)

Sistem agribisnis tidak sama dengan sektor pertanian. Sistem agribisnis jauh lebih luas daripada sektor pertanian yang dikenal selama ini. Sistem agribisnis terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu: Pertama, subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agro otomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit. Kedua, subsistem usahatani(on-farm agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk kedalam subsistem usahatani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan. Ketiga, subsistem agibisnis hilir (down-stream agribusiness) yang berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi danbahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya. Disamping ketiga subsistem di atas, diperlukan subsistem keempat sebagai bagian dari pembangunan sistem agribisnis. Subsistem keempat ini dikenal sebagai subsistem penunjang. Subsistem penunjang adalah seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, danlembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya).Potensi agribisnis adalah kemampuan atau daya yang dimiliki dalam sebuah usaha komersial bidang pertanian. Ruang lingkup bidang pertanian mencakup tanaman pangan, perkebunan, perikanan, kehutanan, hortikultura dan tanaman biofarmaka. Sedangakan peluang agribisnis adalah kesempatan yang dimiliki umtuk mengembangkan atau memenuhi potensi yang ada.B. Tujuan Praktikum Lapangan

1. Mengidentifikasi potensi agribisnis di Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong.2. Mengidentifikasi peluang agribisnis Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong.3. Menentukan produk agribisnis (mentah dan atau olahan) berdasarkan potensi dan peluang.II. DESKRIPSI WILAYAH

Desa Panjangrejo merupakan salah satu Desa di Kecamatan Pundong yang letaknya 3 km dari ibukota Kecamatan Pundong, 10 km dari ibukota Kabupaten Bantul dan 22 km dari ibukota Propinsi DI Yogyakarta. Desa Panjangrejo memiki ketinggian 20 m dari permukaan laut (dpl), dengan topografi 98 persen berupa dataran rendah, dan 2 persen lainnya berupa perbukitan yang berarti sebagian besar wilayahnya termasuk dataran rendah.Desa Panjangrejo memiliki 16 dusun yaitu Grudo, Jamprit, Nglembu, Tarungan, Gendangan, Badan, Panjang, Soronggan, Gedong, Watu, Jetis, Nglorong, Semampir, Krapyak Kulon, Krapyak Wetan dan Gunung Puyuh. Seluruh dusun tersebut tersebar dalam 75 RT. Desa Panjangrejo memiliki luas wilayah 524,6260 ha.

Secara administratif, Desa Panjangrejo termasuk dalam wilayah Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, sedangkan secara geografis desa ini terletak pada 75o 56 52 75o 59 00 LS dan 110oBatas-batas administrasi Desa Panjangrejo terhadap daerah sekitarnya adalah sebagai berikut :Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Srihardono, Kecamatan Pundong.Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Srihardono, Kecamatan Pundong.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Opak .Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro. III. POTENSI AGRIBISNIS

Potensi adalah kemampuan yang mungkin untuk dikembangkan. Sedangkan potensi agribisnis adalah kemampuan atau daya yang dimiliki usaha di bidang pertanian (tanaman pangan, kehutanan, peternakan, perikanan, perkebunan dan tanaman holtikultura) yang mencakup semua komponen-komponen di dalamnya, baik sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat dikembangkan.

Sumber daya alam (SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam dan dapat dimanfaatkan agar dapat digunakan bagi kelangsungan hidup di muka bumi. Sedangkan sumber daya manusia (SDM) adalah segala yang mencakup semua energi, keterampilan, bakat, dan pengetahuan manusia yang dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat. Jadi SDM disimpulkan sebagai kemampuan fisik dan psikis manusia yang secara potensial dapat digunakan untuk tujuan yang produktif. A. Potensi Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam dan dapat dimanfaatkan dan berguna bagi kelangsungan hidup makhluk di muka bumi ini. Dalam makalah ini, sumber daya alam yang akan di jelaskan meliputi luas penggunaan lahan, jenis tanah, topografi, keadaan sumber irigasi, produksi pertanian, peternakan dan perikanan.1. Luas penggunaan lahanPenggunaan lahan merupakan salah satu faktor penting dalam produksi pertanian. Lahan yang digunakan mempunyai pengaruh yang besar, baik luas ataupun jenis lahan yang digunakan. Pengaruh luas dan jenis lahan diantaranya mempengaruhi jumlah dan kualitas produksi suatu komoditi pertanian. Luas penggunaan lahan Desa Panjangrejo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Luas penggunaan lahan PanjangrejoTahun 2010No.Macam dan penggolongan tanahLuas lahan (ha)

1.2.3.4.Tanah sawah - milik rakyat - bengkok

- milik DesaTanah Tegal

Tanah pekarangan

Tanah lain-lain3.578.884 -405.661

270.441

14.580 1.482.060

46.652

Jumlah737.334

Sumber : Kantor Kecamatan PundongDari tabel.1 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lahan yang berada di Desa Panjangrejo adalah tanah sawah. Tanah sawah tersebut merupakan gabungan dari tanah milik raktyat, tanah bengkok dan tanah milik Desa. Luas penggunaan lahan lainnya adalah tanah tegal, tanah pekarangan dan tanah lain-lain ( termasuk tanah kuburan ).2. Jenis tanah, topografi, dan keadaan sumber irigasi

Pada dasarnya, kondisi tanah erat kaitannya dengan kehidupan dan mata pencaharian penduduk, terutama bagi penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Dalam hal ini, tanah didefinisikan sebagai akumulasi tubuh alam bebas, menduduki daratan, dapat menjadi lahan tempat tumbuhnya tanaman, dan dipengaruhi iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk tertentuselama jangka waktu tertentu. Jenis tanah yang terdapat di Desa Panjangrejo adalah aluvial dan regosol. Jenis tanah aluvial memiliki ciri warna kelabu hingga coklat, tekstur lempung pasir 50 persen, struktur pejal, tidak memiliki batas horizon yang jelas, serta konsistensi teguh saat lembab, plastis saat basah, dan keras saat kering. Sifat kimia tanah aluvial yaitu tingkat kemasaman beraneka, kandungan bahan organikrendah, kejenuhan basa sedang hingga tinggi, daya absorbsi tinggi, permeabilitas rendah, dan memiliki kepekaan erosi tinggi. Meskipun memiliki kepekaan erosi besar, namun karena sebagian besar Desa Panjangrejo berupa dataran, erosi yang terjadi tingkatnya tidak sampai lanjut (BPN, Bantul 2001). Tanah ini memiliki potensi yang sangat besar jika dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.Topografi di suatu daerah akan sangat mempengaruhi perilaku manusia bertempat tinggal di daerah tersebut. Topografi adalah suatu keadaan tinggi rendahnya suatu tempat terhadap permukaan laut. Desa Panjangrejo terletak pada ketinggian 20 m dari permukaan laut dengan topografi 98 persen berupa dataran rendah, dan 2 persen lainnya berupa perbukitan (BPN, Bantul 2001).

Keadaan irigasi Desa Panjangrejomasih sangat sederhana yang berupa irigasi tanah. Sebagian besar jaringan irigasi ini digunakan sebagai pengairan untuk lahan sawah, sedangkan untuk ladang yang lainnya belum terdapat jaringan irigasi yang memadai. Keadaan irigasi Desa Panjangrejo hanya menggunakan sistem teknis dengan lahan yang diairi seluas 342 ha, sedangkan untuk sumber air irigasi lainnya berasal dari DAM Tegal (Kali Opak) dan Legen (Sungai Winongo).3. Produksi tanaman pertanian

Produksi tanaman pertanian merupakan sumber produksi utama desa Panjangrejo, mengingat hampir seluruh warga Desa Panjangrejo bermata pencaharian sebagai petani. Produksi tanaman pertanian Desa Panjangrejo dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 2. Produksi tanaman pertanian Desa Panjangrejo tahun 2010NoTanamanProduktivitas (ton/ha)Luas Panen (ha)Produksi (ton)

Sawah

11. Padi7,1 1761249,1

22. Jagung4,7418,7

33. Kedelai1,61,42,3

4. Jumlah13,4181,41270,1

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten BantulDari tabel.2 dapat diketahui bahwa jenis pertanian yang ditanam di Desa Panjangrejo adalah pertanian sawah. Beberapa komoditi yang ditanam oleh masyarakat Desa Panjangrejo adalah padi, jagung dan kacang kedelai. Produksi tanaman padi memiliki jumlah yang paling tinggi dari senua komoditi yang ada, kemudian di susul oleh produksi jagung dan kacang kedelai.4. Produksi peternakanPeternakan merupakan salah satu bentuk hasil dalam bidang pertanian selain tumbuhan atau tanaman. Desa panjangrejo merupakan salah satu Desa yang memiliki produksi peternakan, walaupun produksinya tidak sebesar produksi di bidang tanaman. Jenis peternakan yang ada di Desa Panjangrejo antara lain sapi, kambing, ayam, dan kelinci. (Rencana Penataan Permukiman Desa Panjangrejo, 2010)

5. Keadaan Perikanan

Perikanan merupakan salah satu bentuk hasil dalam bidang pertanian selain tanaman dan hewan ternak. Desa panjangrejo merupakan salah satu desa yang memiliki produksi perikanan. Jenis perikanan yang ada di Desa Panjangrejo antara lain gurame, nila, lele dan bawal. Produksi perikanan Desa Panjangrejo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Produksi perikanan Desa Panjangrejo tahun 2010Jenis IkanJumlah (kg)

1. Gurame45.615

2. Nila2.901

3. Lele114.033

4. Bawal1.744

Jumlah164.293

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten BantulBerdasarkan tabel.3 jenis perikanan yang ada di Desa Panjangrejo adalah jenis ikan air tawar. Ikan lele merupakan hasil produksi perikanan di Desa Panjangrejo yang paling banyak di tahun 2010. Berdasarkan tabel.3 terdapat 4 macam jenis ikan yang dikembangkan di Desa Panjangrejo, antara lain ikan gurame, nila, lele, dan bawal. Produksi ikan lele mencapai 114.033 kg, gurame 45.615 kg, nila 2.901 kg, dan bawal 1.744 kg. Ikan lele menjadi produksi perikanan yang paling banyak, karena ikan lele mudah untuk dikembangkan. Perikanan di Desa Panjangrejo didukung oleh irigasi yang baik dari Sungai Opak. Parit-parit dibangun untuk menyalurkan air dari kolam ke kolam untuk perputaran air agar oksigen di dalam kolam tercukupi.B. Potensi Sumber Daya Manusia

Istilah SDM mencakup semua energi, keterampilan, bakat, dan pengetahuan manusia yang dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat. (Herbison (1973) dalam Gunawan A. Wardhana (1980) .SDM disimpulkan sebagai kemampuan fisik dan psikis manusia yang secara potensial dapat digunakan untuk tujuan yang produktif. (Nefsia, 1984) 1. Struktur Penduduk menurut umur dan jenis kelaminInformasi komposisi penduduk berguna dalam antara lain dalam perencanaan kependudukan berkaitan dengan pembangunan sumberdaya manusia di suatu daerah, misalnya jumlah fasilitas kesehatan maupun pendidikan yang diperlukan di suatu daerah. Data penduduk Desa Panjangrejo masih banyak masyarakat yang menganut budaya patriarki, seperti umumnya masyarakat di Jawa, penduduk laki-laki biasanya berperan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga, karena para wanita banyak menghabiskan waktunya disektor domestik.Karena itu semakin kecil proporsi pria, pencari nafkah akan menanggung beban ekonomi yang semakin besar. Semakin besar proporsi penduduk perempuan juga bisa diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk akibat kelahiran juga akan semakin besar. Komposisi penduduk berdasarkan kelompokumur dan jenis kelamin dapat terlihat dari tabel 4 dan 5.Berdasarkan tabel 4 jumlah penduduk yanga ada di Desa Panjangrejo di dominasi oleh penduduk usia produktif yang berusia 29-45 tahun dengan jumlah penduduk 2938 jiwa dan jumlah paling sedikit terdapat pada penduduk dengan usia 15- 24 tahun dengan jumlah penduduk 1335 jiwa.Berdasarkan tabel 5 jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dari tabel tersebut diketahui bahwa jumlah laki- laki lebih banyak terdapat di dusun Grudo, jamprit, Gedangan, Soronggan, Nglorong, Gunungpuyuh. Sedangakan jumlah perempuan lebih banyak terdapat di dusun Ngelembu, Tarungan, Badan, panjang, Gedong, Watu, Jetis, Semampir, Krapyak kulon dan Krapyak wetan.

Tabel 4. Struktur penduduk menurut umur Desa Panjangrejo Tahun 2010NoDusunStruktur Umur (jiwa)

0-1415-2425-49>50

1Grudo12898127160

2Jamprit189143228147

3Ngelembu125109187146

4Tarungan13470173113

5Gedangan15888230175

6Badan162118253123

7Panjang173105233207

8Soronanggan1376414080

9Gedong12351141135

10Watu18973184176

11Jetis10986111133

12Nglorong115100193149

13Semampir196121153148

14Krapyak Kulon169106186194

15Krapyak Wetan175107216199

16Gunung Puyuh14596123119

Jumlah2.3271.3352.9382.404

Tabel 5. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Desa Panjangrejo Tahun 2010NoDusunJenis Kelamin (jiwa)TotalJumlah

Laki-lakiPerempuanJumlahKK

1Grudo310303613164

2Jamprit380387767257

3Ngelembu280387667188

4Tarungan280336616199

5Gedangan336315651204

6Badan310396706202

7Panjang338388726241

8Soronanggan264257521156

9Gedong216384600143

10Watu249273522163

11Jetis201288489144

12Nglorong284283567186

13Semampir303315618213

14Krapyak Kulon314341655190

15Krapyak Wetan333364697226

16Gunung Puyuh331152683176

Jumlah4.6094.88910.0983.052

Sumber : Pemetaan swadaya TIP Panjangrejo 20102. Struktur penduduk menurut mata pencaharianMata pencaharian penduduk mencerminkan kondisi sosial ekonomi masyarakat serta interaksi manusia terhadap sumber daya fisik dan nonfisik suatu wilayah lewat usaha penduduk mencari penghasilan. Di daerah pedesaan, karakteristik yang menonjol adalah budaya agrikultur masyarakatnya. Ciri ini tercermin dalam pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian, seperti sawah dan tegalan. Selain tanaman pangan dan hortikultura, bentuk kegiatan pertanian lain dapat berupa perkebunan, perikanan dan peternakan. Seiring pesatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan lahan pemukiman semakin meningkat, diikuti semakin luasnya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian dan pemukiman. Hal ini menyebabkan produktivitas lahan pertanian berkurang dan pendapatan dari bidang pertanian tidak lagi menjadi satu-satunya tumpuan hidup bagi keluarga petani di pedesaan. Berbagai kesulitan yang dialami petani seperti kesulitan pupuk, serangan hama pengganggu dan kegagalan panen membuat masyarakat dengan budaya agraris ini semakin sulit bertahan hidup dengan hanya mengandalkan hasil pertanian. Kondisi ini mendorong munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi pedesaan di luar bidang pertanian, yaitu industri kecil dan kegiatan perekonomian lainnya. Berikut adalah struktur penduduk menurut mata pencaharian di Desa Panjangrejo.Tabel 6. Struktur penduduk menurut mata pencaharian Desa Panjangrejo Tahun 2010

NoJenis Mata PencaharianJumlah (jiwa)

1Petani2.019

2Pegawai negeri40

3Karyawan swasta110

4Industri RT799

5Pedagang249

6Tukang Bangunan/Bengkel421

7Buruh Tani321

8Lain-lain1.799

Jumlah5.758

Sumber : Pemetaan Swadaya TIP Panjangrejo 2010Sebagian besar masyarakat Desa Panjangrejo bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini sesuai dengan luasnya lahan Desa Panjangrejo yang memang mampu dioptimalkan untuk usaha pertanian. Bidang usaha yang lain adalah industri penbuatan kerajianan bambu dan dalam tabel termasuk dalam lain-lain. Industri kerajinan kayu dalam beberapa tahun ini mengalami perkembangan yag cukup baik yang didukung dengan usaha perdagangan keluar kota untuk pemasaran produk asli Desa Panjangrejo.( Rencana penataan Pemukiman Desa Panjangrejo, 2010)

3. Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kualitas hidup penduduk, baik dalam cara berpikir, menyerap ilmu pengetahuan, maupundalam menerima dan menerapkan inovasi baru yang akan meningkatkan tarafhidup mereka. Terdapat suatu kecenderungan semakin maju suatu daerah, semakin tinggi tingkat pendidikan penduduknya. Selain menggambarkan keberhasilan program pemerintah dalam melaksanakan program wajib belajar,tingkat pendidikan secara tidak langsung juga mencerminkan kondis kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakatnya. Suatu daerah dikatakan maju apabila kesadaran masyarakatnya untuk menyekolahkan anak-anak mereka ketingkat yang lebih tinggi telah cukup baik. Pendidikan yang baik ini dapat diwujudkan apabila masyarakat telah lebih dahulu terpenuhi kebutuhan pokoklainnya seperti pangan dan papan. Berikut adalah struktur penduduk menurut tingkat pendidikan.Tabel 7. Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan Desa Panjangrejo tahun 2010

NoTingkat PendidikanJumlah (jiwa)

1Tidak sekolah1.891

2Belum sekolah531

3TK491

4SD1.884

5SMP2.298

6SMU2.716

7PT249

Jumlah10.060

Sumber : Pemetaan Swadaya TIP Panjangrejo 2010Berdasrkan tingkat pendidikan sebagian besar masyarakar Desa Panjangrejo merupakan lulusan SD, SMP dan SMU, namun masih banyak pula masyarakat Desa Panjangrejo yang tidak mempunyai tingkat pendidikan atau tidak sekolah. Hal ini di sebabkan oleh masalah perekonomian, mengingat sebagian besar jumlah penduduk Desa Panjangrejo adalah petani kecil.IV. PELUANG AGRIBISNISPeluang adalah kesempatan yang dimiliki untuk mengembangkan atau memenuhi potensi yang ada. Peluang agribisnis adalah kesempatan berbisnis di bidang pertanian (tanaman pangan, kehutanan, peternakan, perikanan, perkebunan dan tanaman holtikultura) yang mencakup semua komponen-komponen di dalamnya atau kesempatan yang digunakan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh suatu biasnis di dalam bidang pertanian.A. Keadaan Sarana Perekonomian

Keadaan sarana perekonomian sangat berpengaruh sebagai penunjang kesejahteraan masyarakat. Berikut adalah gambaran umum keadaan sarana perekonomian yang ada di Desa Panjangrejo . Berikut adalah Keadaan sarana perekonomian di Desa Panjangrejo.Tabel 8 Keadaan sarana perekonomian Desa Panjangrejo tahun 2010Macam saranaJumlah

Toko1

Warung66

Warung PKL6

Jumlah73

Sumber : Pemetaan Swadaya TIP Panjangrejo 2010Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa pasar yang berfungsi sebagai penunjang perekonomian masyarakat belum dapat diakses di Desa Panjangrejo. Disamping karena jaraknya yang sangat jauh juga sarana transportasi yang belum memadai. Akses pasar masyarakat terbantu dengan adanya warung-warung yang tersebar di seluruh Desa Panjangrejo dengan 1 toko, 66 warung dan 6 warung tenda atau yang biasa disebut warung angkringan. Oleh karena itu warung-warung tersebut dapat menunjang perekonomian masyarakat Desa Panjangrejo untuk mengakses barang dan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.B. Keadaan Sarana Transportasi dan KomunikasiPerbedaan sumber daya antara suatu daerah dengan daerah lain akan mendorong terjadinya interaksi antar wilayah berupa kegiatan tukar menukar atau perdagangan. Pada tahap selanjutnya interaksi ini tidak hanya berupa perpindahan barang dan jasa, tapi juga mobilitas penduduk antar daerah yang berbatasan. Kelancaran arus barang dan jasa serta kemudahan mobilitas penduduk antar wilayah pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pembangunan wilayah tersebut. Untuk mendukung arus pergerakan barang dan jasa maupun mobilitas penduduk, diperlukan prasarana dan sarana transportasi yang memadai. Prasarana dan sarana transportasi terdiri dari jalan dan alat transportasi. Untuk memudahkan aksessibilitas penduduk, keberadaan jaringan jalan sangat penting. Keberadaan jalan sebagai penghubung antara suatu daerah dengan daerah sekitarnya, merupakan hal pertama yang harus ada sebelum tersedia alat-alat transportasi yang lain. Kondisi jalan yang baik akan memperlancar arus barang dan jasa antar daerah. Secara umum jalan-jalan penghubung antara Desa Panjangrejo dengan desa-Desa yang berdekatan sudah cukup baik, berupa jalan beraspal. Jalan antar dusun juga cukup baik, sebagian besar telah beraspal atau diperkeras dengan batu. Pada saat gempa, terjadi kerusakan sebagian badan jalan yang kemudian diperbaiki dengan dasar batu-batu dan tanah lempung dari Desa setempat. Bagian-bagian inilah yang lama kelamaan menjadi tidak rata, karena sifat kembang-kerut tanah lempung itu sendiri. Sarana transportasi adalah alat yang mengantar manusia, barang maupunjasa dari suatu daerah ke daerah lain, baik berupa sepeda motor, mobil, dansebagainya. Berikut disajikan sarana penghubung di Desa Panjangrejo, berupa panjang jalan dan alat angkutan yang dipakai penduduk dalam melakukan mobilitasnya.Tabel 9. Keadaan sarana transportasi Desa Panjangrejo tahun 2010

Jalan dan jembatan(km)Alat Transportasi

JenisJumlah (unit)Persentase (%)

Jalan dusun26.500Gang 34.305

Jembatan 26Sepeda1.79961,5

Sepeda motor1.08637,1

Bus40,1

Mobil60,2

Mobil Pick Up180,6

Becak130,4

Total2.926

100

Sumber: Pemetaan Swadaya TIP Panjangrejo 2010Pada tabel 9. menggambarkan alat transportasi pribadi yang digunakan masyarakat Desa Panjangrejo dalam melakukan mobilitas sehari-hari. Sedangkan angkutan umum yang beroperasi di dalam Desa Panjangrejo sampai saat ini belumada. Trayek angkutan umum yang tersedia hanyalah angkutan dari Kota Yogyakarta dengan tujuan Parangtritis. Persentase masyarakat yang menggunakan sepeda sangat besar yaitu mencapai 61,5 persen, disusul sepeda motor sebanyak 1.086 unit atau 37,1 persen. Kedua jenis kendaraan ini banyak dipakai karena lebih murah dibanding kendaraan roda empat lainnya, baik dari segi perawatan maupun bahan bakar. Kendaraan roda dua ini digunakan penduduk selain untuk bepergian ke tempat-tempat sekitarnya, juga mendukung kegiatan usaha, misalnya mengantar barang hasil industri ke desa-desa lain, atau ke Kota Yogyakarta. Industri yang dikerjakan penduduk sebagian besar adalah industri rumah tangga yang hasil produksinya tidak terlalu banyak. Oleh karena itu penggunaan sepeda dan sepeda motor akan lebih efisien dari segi ongkos angkutnya. Kendaraan roda empatseperti mobil, bus dan mobil pick up berjumlah 37 unit, di antaranya terdapat bus 4 unit dan mobil bak terbuka (jenis pick up) 18 unit. Bus dan mobil bak terbuka merupakan jenis kendaraan yang biasanya dipakai untuk usaha. Jenis kendaraan lainnya adalah becak berjumlah 13 unit, juga digunakan untuk mencari penghasilan pemiliknya, baik untuk mengangkut penumpang, barang hasil pertanian dan lainnya dengan jarak angkut yang tidak terlalu jauh dalam desa.C. Sarana Komunikasi

Perkembangan suatu wilayah selain dipengaruhi oleh sarana transportasi,juga dipengaruhi oleh sarana komunikasi yang berperan memperlancar arus informasi penduduk suatu daerah terhadap dunia luar. Hal ini berguna dalam memperluas wawasan masyarakat terhadap pengetahuan, maupun peristiwa yang sedang terjadi di tempat-tempat lain, disamping memudahkan penduduk untuksaling berkomunikasi. Sarana komunikasi yang tersedia di Desa Panjangrejo sebagai berikut:Tabel 10. Keadaan sarana komunikasi Desa Panjangrejo tahun 2010

No.Alat KomunikasiJumlah (unit)

1Radio1.154

2Televisi1.507

3Telepon76

4Warung Telekomunikasi2

Jumlah2.739

Pada tanel 10. Dapat dijelaskan bahwa alat komunikasi yang paling banyak digunakan adalah radio dantelevisi. Saat ini kepemilikan televisi dan radio sudah bukan menjadi barangmewah bagi sebagian besar masyarakat. Kepemilikan radio dan televisi yanghampir merata di semua lapisan masyarakat akan mempermudah akses informasibaru dan pengetahuan masyarakat akan perkembangan daerah lain. Jumlahsambungan telepon rumah (fixed telephone) sebanyak 76 unit ditambah warungtelekomunikasi 2 unit. Kepemilikan telepon bergerak nirkabel (mobile phone) sebenarnya telah banyak dimiliki masyarakat, tapi tidak terdata.D. Keadaan prasarana transportasi Desa Panjangrejo tahun 2010Jalan merupakan sarana vital dalam kegiatan ekonomi. Jenis jaringan jalan Desa Panjangrejo berupa jalan aspal, jalan makadam, jalan cor blok dan jalan tanah dengan status jalan kabupaten, desa, ligkungan dan jalan stapak. Pada peta jaringan hampir seluruh dusun dilalui jalan aspal dengan status jalan kabupaten kecuali Grudo, Soranggan, Watu, Semampir, Krapyak kulon dan Gedangan.. Dengan adanya jalan jalan kabupaten ini mempermudah akses transportasi antar wilayah. Sedangkan jenis jalan madakam sangatlah banyak yaitu terdapat di hampir setiap dusun. Untuk jenisjalan cor blok jumlahnya masih sedikit hanya terdapt di beberapa dusun yaitu Grudo, Jamprit, Nglembu, Panjang, Soronggan da Jetis. Untuk jenis jalan tanah masih sangat banyak karena jumlah penduduk yang berada di daerah terpencil masih sedikit seingga belum ada upaya perbaikan aspal menuju daerah- dearah tersebut sehingga jaringan jalan masih berupa jalan anah dan stapak. ( Rencana Penataan Pemukiman Desa Panjangrejo, 2010)E. Produksi Pertanian Kabupaten Bantul

1. Produksi tanaman pangan Kabupaten Bantul

Tabel 11.Produksi tanaman pangan Kabupaten Bantul tahun 2009(ton)NoKecamatanPadi sawahJagungKedelaiUbi kayuKacang Tanah

1Srandakan4.715341,6107,6-224,5

2Sanden 11.270,74768,6146,87-27,5

3Kretek10.322,9325,8134,3-11,4

4Pundong9.543,25841,8365,51-689,7

5Bambanglipura10.341,72468,1651,57-1.048,79

6Pandak12.904,48824,580,66-38,5

7Bantul16.4847551.255--

8Jetis7.7826.1201.582-1.185

9Imogiri11.327,391.199,05144,651.711,8895,78

10Dlingo6.275,97.919,322.441,7420.154,14486,2

11Pleret4.7931.529,8--717,75

12Piyungan80.5864.031174,4680,9

13Banguntapan19.6021.921--610

14Sewon189.5795.759,35.312,6-720

15Kasihan11.8044131.704,01291,633

16Pajangan2.339,565.231,7510,46-76,81

17Sedayu12.9891.218284,61.1855,4

Jumlah422.66039.66814.39623.3437.451

Sumber: BPS Bantul tahun 2010

Pada tabel 11. dapat disimpulkan bahwa seluruh kecamatan di Kabupaten Bantul memproduksi tanaman padi dan jagung. Padi yang merupakan komoditi utama pertanian, pada tahun 2009 mempunyai angka produksi sebanyak 422.660 ton, sedangkan jagung diproduksi sebanyak 39.668 ton dan ubi kayu diproduksi sebesar 23.343 ton. Jumlah produksi padi terbesar terdapat di Kecamatan Sewonyaitu sebanyak 189.579 ton. Untuk produksi jagung terbesar terdapat di Kecamatan Dlingo sebanyak 7.919,32 ton, dan produksi ubi kayu terbesar terdapat di Kecamatan Dlingo sebanyak 20.154,14 ton.

2. Produksi tanaman sayuran dan buah Kabupaten Bantul

Tabel 12.Produksi tanaman sayuran Kabupaten Bantul tahun 2009 (kw)

NoKecamatanCabai merahBawang merahKacang panjangMelinjo

1Srandakan2.3353.120-549

2Sanden 10.340116.250-1.069

3Kretek6.55238.760-21.568

4Pundong4602.000-204

5Bambanglipura100150-884

6Pandak18402-457

7Bantul---539

8Jetis7-17571

9Imogiri-5.60520-

10Dlingo-2-9

11Pleret--2221

12Piyungan43-382-

13Banguntapan100-50138

14Sewon---6.794

15Kasihan---1.896

16Pajangan---256

17Sedayu--4760

Jumlah19.955166.55951835.215

Sumber: BPS Bantul tahun 2010

Dari tabel 12 dapat disimpulkan bahwa, hasil pertanian yang memiliki potensi yang besar adalah cabai merah, bawang merah, kacang panjang dan melinjo. Dalam hal produktivitas, komoditi yang memberikan produksi paling besar adalah bawang merah yaitu sebesar 166.559 kwintal, kemudian disusul oleh melinjo sebesar 35.215 kwintal, dan produksi cabai sebesar 19.955 kwintal.

Sedangkan tanaman kacang panjang hanya menghasilkan sedikit yaitu sebesar 518 kwintal.Hal ini dikarenakan komoditi tersebut tidak ditanam di seluruh kecamatan di Kabupaten Bantul. Adapun produksi kacang panjang terbanyak berasal dari Kecamatan Piyungan sebesar 382 kwintal atau lebih dari setengah dari total produksi di Kabupaten Bantul.

Tabel 13 Produksi tanaman buah Kabupaten Bantul tahun 2009 (kw)

NoKecamatanPisangRambutanSawoPepayaMangga

1Srandakan7.3024574401.785672

2Sanden 2457601175911.066

3Kretek5.384351724448.208

4Pundong3.666--851.169

5Bambanglipura3.8701686003702.287

6Pandak2.084102-43720

7Bantul9471.6652146881.730

8Jetis15.151-5181.7286.784

9Imogiri3.380-52616-

10Dlingo453841.2672733.009

11Pleret5.6742.3953921.1037.796

12Piyungan35.0733411.5312096.864

13Banguntapan65910.19153821938

14Sewon34.079-1.028830-

15Kasihan10.4371.4112861.9971.252

16Pajangan1.673149-1.308120

17Sedayu2508081.8512252.692

Jumlah130.52718.8828.42113.11645.307

Sumber: BPS Bantul tahun 2010Berdasarkan tabel 13 dapat di simpulkan bahwa beberapa jenis tanaman buah yang dominan dibudidayakan petani di daerah Bantul yaitu pisang, sawo, papaya dan mangga. Pada tabel 13 juga menjelaskan bahwa tanaman buah-buahan tersebut diproduksi di hampir semua kecamatan di Kabupaten Bantul.

Buah pisang menjadi komoditas yang paling banyak di produksi di Kabupaten Bantul, yaitu sebanyak 130.527 kwintal. Kemudian produksi terbesar kedua yaitu buah mangga yang diproduksi hampir di seluruh kecamatan, yaitu sebanyak 45.307 kwintal.

3. Produksi tanaman biofarmaka

Tanaman biofarmaka merupakan tanaman yang digunakan sebagai bahan pembuat obat-obatan atau biasanya juga dicampur sebagai bumbu masakan dapur. Tabel 14. Produksi tanaman biofarmaka Kabupaten bantul tahun 2009 (kw)

NoKecamatanJaheKunyitKencurTemulawak

1Srandakan803---

2Sanden --496-

3Kretek7827136

4Pundong-200-3.000

5Bambanglipura----

6Pandak5.400---

7Bantul----

8Jetis825305125-

9Imogiri2.40015.4808841.240

10Dlingo1.7401.682.7641921.295.974

11Pleret-4.300-3.100

12Piyungan200410370-

13Banguntapan----

14Sewon----

15Kasihan3.0001.350107.800

16Pajangan-19.000--

17Sedayu21.5009.5009.6404.539

Jumlah358751733317117441315789

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten BantulBerdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa tanaman biofarmaka khususnya tanaman kunyit, temulawak dan laos berpotensi besar untuk terus dikembangkan di Kabupaten Bantul. Bisa dilihat dalam tabel, jumlah produksi tanaman kunyit pada tahun 2009 mencapai 1.733.317 kwintal, temulawak sebanyak 1.326.949 kwintal dan laos sebesar 1.604.422. Hebatnya lagi, ketiga komoditas tersebut dihasilkan paling banyak di Kecamatan Dlingo. Hal ini menunjukkan bahwa Dlingo merupakan sentra tanaman biofarmaka di Kabupaten Bantul.F. Produksi Peternakan Kabupaten Bantul1. Produksi ternak berat

Peternakan merupakan salah satu dari komoditas agribisnis. Peluang bisnis di bidang peternakan sangatlah besar. Hal ini dikarenakan perilaku konsumsi manusia akan daging dari tahun ke tahun selalu meningkat. Peternakan dibagi menjadi dua, yaitu peternakan berat dan peternakan kecil. Peternakan berat seperti sapi, kerbau, dan kuda. Adapun peternakan kecil seperti kambing, domba, dan babi.

Tabel 15. Populasi ternak berat Kabupaten Bantul tahun 2009 (ekor)

NoKecamatanSapi potongSapi perahKerbauKuda

1Srandakan3.6431838-

2Sanden 2.702-54-

3Kretek2.607-1587

4Pundong2.946-25-

5Bambanglipura4.664---

6Pandak3.439---

7Bantul2.4526023

8Jetis2.0544710314

9Imogiri2.196-93-

10Dlingo6.319-0-

11Pleret3.145816226

12Piyungan3.9551748

13Banguntapan1.47636126331

14Sewon1.984107794

15Kasihan2.750-321

16Pajangan4.149---

17Sedayu2.033106012

Jumlah52.514130677856

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa peternakan sapi potong di Kabupaten Bantul menunjuk angka yang merata di setiap kecamatan dengan total produksi mencapai 52.514 ekor di tahun 2009. Tetapi hal tersebut tidak diikuti oleh produksi peternakan sapi perah, yang hanya terdapat di tujuh kecamatan yaitu kecamatan Srandakan, Jetis, Pleret, Piyungan, Banguntapan , Sewon, dan Sedayu. Adapun total produksinya hanya 130 ekor dan peternak sapi perah tertinggi berada di Kecamatan Banguntapan sebanyak 36 ekor. Hal ini terjadi dikarenakan, harga indukan sapi perah yang mahal dari pada sapi potong. Selain harga yang mahal, perawatan sapi perah pun cukup sulit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masih sangat jarang peternakan sapi perah di Kabupaten Bantul.

Selain sapi potong dan sapi perah, di Kabupaten Bantul juga terdapat peternakan kerbau dan kuda. Kerbau biasanya digunakan untuk membantu membajak sawah dan dikonsumsi dagingnya, seperti kulitnya dibuat krecek atau krupuk rambak. Kecamatan Banguntapan merupakan daerah produksi kerbau dan kuda terbanyak, yaitu kerbau 126 ekor dan kuda 331. Hal ini berarti, peluang dan potensi pengembangan ternak kerbau dan kuda di daerah tersebut sangat tinggi.

2. Produksi ternak kecil

Telah disebutkan bahwa peternakan terbagi dibedakan menjadi dua, yaitu peternakan berat dan peternakan kecil. Adapun tabel peternakan kecil di Kabupaten sebagai berikut.Tabel 16. Produksi ternak kecil kabupaten Bantul tahun 2009NoKecamatanKambingDombaBabi

1Srandakan3.157651430

2Sanden 2.6831.444134

3Kretek1.21277722

4Pundong1.4881.15627

5Bambanglipura1.6321.053105

6Pandak2.2321.785155

7Bantul2.1212.91515

8Jetis2.1072.031-

9Imogiri6.8633.080-

10Dlingo7.955374-

11Pleret4082.377-

12Piyungan2.994927-

13Banguntapan478777-

14Sewon843974-

15Kasihan1.1071.6092.730

16Pajangan2.786857-

17Sedayu98827058

Jumlah41.05423.0573.676

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

Menurut tabel 16 dapat dijelaskan produksi peternakan kambing di Kabupaten Bantul menunjukan angka yang merata di setiap kecamatan, dengan total produksi mencapai 41.054 ekor di tahun 2009. Kecamatan Dlingo merupakan kecamatan penghasil produksi peternakan kambing tertinggi di Kabupaten Bantul, yaitu mencapai 7.955 ekor. Produksi kambing tinggi disebabkan beberapa faktor, salah satunya faktor lingkungan dan pakan.Para petani di Kecamatan Dlingo selain menanam tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai,dll, mereka juga menanam rumput kolonjono di pinggir sawah atau ladang mereka. Rumput kolonjono yaitu sejenis rumput raksasa yang digunakan sebagai pakan ternak.

Domba merupakan salah satu komoditi peternakan di Kabupaten Bantul, dapat dilihat pada tabel.13 produksi peternakan domba mencapai 23.057 ekor.Adapun kecamatan paling tinggi produksi peternakan domba terdapat di Kecamatan Imogiri dengan angka 3.080 ekor. Permintaan akan kambing dan domba ini melonjak drastis ketika mejelang perayaaan hari raya kurban atau idul adha, sesuai dengan hukum penawaran jika permintaan naik maka harga akan naik. Hal ini dimanfaatkan oleh para pembisnis peternakan kambing dan domba untuk mengambil untung besar dengan menaikkan harga berkali lipat.

Selain kambing dan domba masih ada peternakan yang berpotensi di Kabupaten Bantul, yaitu babi. Peternakan babi masih sangat jarang di Kabupaten Bantul, dikarenakan babi hanya dikonsumsi oleh penganut agama kristen, katolik, dan hindu. Padahal mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Oleh karena itu, peternakan babi kurang dikembangkan di Kabupaten Bantul.3. Produksi ternak unggas

Selain peternakan hewan berat dan kecil, hewan lain yang diternakan di Kabupaten Bantul adalah hewan unggas, seperti ayam, itik, dan puyuh. Ayam ternak dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu ayam ras petelur, ayam ras daging, dan ayam buras. Ayam ras petelur adalah ayam yang diternakan khusus untuk menghasilkan telur, sedangkan ayam ras pedaging adalah ayam yang diternakan untuk diambil dagingnya atau dengan kata ayam potong, dan ayam buras adalah ayam yang dipelihara di pekarangan rumah dibebaskan perkeliaraan mencari makanan sendiri atau yang disebut dengan ayam kampung.

Tabel 17. Produksi ternak unggas Kabupaten Bantul tahun 2009NoKecamatanAyam burasAyam ras petelorAyam ras pedagingItik

1Srandakan35.61331.6394.7052.471

2Sanden 31.85890.188111.9933.419

3Kretek23.897-17.45311.187

4Pundong43.9805.63455.5683.418

5Bambanglipura50.1928.3503.2584.470

6Pandak18.93011.00018.4692.732

7Bantul38.70623.75732.91413.050

8Jetis17.57050411.50518.037

9Imogiri13.4781.8791.7503.261

10Dlingo40.6373849.9201.476

11Pleret30.67653824.7712.218

12Piyungan23.25013.61656.3356.456

13Banguntapan34.093-20.8276.997

14Sewon19.099-13.1246.000

15Kasihan44.4975.30815.2015.213

16Pajangan34.797234.133147.22918.234

17Sedayu30.77418.3425.2591.050

Jumlah532.047444.926590.281109.689

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten BantulDari tabel 17 dapat dijelaskan bahwa jenis ternak yang paling banyak diternakan di Kabupaten Bantul adalah ayam ras pedaging, dengan total keseluruhan 590.281 ekor pada tahun 2009. Hal ini disebabkan, permintaan konsumen akan daging yang tinggi. Sehingga jenis ayam buras pedaging banyak diternakan oleh peternak. Selain tingginya akan konsumsi akan daging, pemeliharaan ayam buras relatif singkat dan mudah. Dengan waktu berkisar 6 bulan ayam buras pedaging dapat dipanen. Adapun daerah pensuplai ayam ras pedaging terbanyak terdapat di Kecamatan Pajangan, yaitu 147.229. Selain menjadi daerah produksi peternakan ayam ras pedaging tertinggi, Kecamatan Pajangan adalah kecamatan produksi ayam ras petelur tertinggi di Kabupaten Bantul.

G. Produksi Perikanan

Perikanan merupakan salah satu komodits yang unggul di Kabupaten Bantul. Perikanan menjadi hal yang unggul karena didukung oleh sistem irigasi yang baik. Dalam sistem irigasi atau perariran perikanan, air dibuat mengalir. Yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Jika didalam air tersebut mengandung cukup oksigen, maka ikan akan tumbuh dengan baik dan hasil yang didapat akan meningkat. Tabel 18. Produksi perikanan Kabupaten Bantul tahun 2009 (ekor)

NoKecamatanMasTawesGuramiLele

1Srandakan-4762.80322.233

2Sanden --81.48181.641

3Kretek8551486341955

4Pundong--10813.382

5Bambanglipura--95172.162

6Pandak808-693353

7Bantul2.0282.126150963.222

8Jetis-19.3473.9519.426

9Imogiri2378023.117126.246

10Dlingo---19.423

11Pleret3504501.4127.541

12Piyungan13.56722.78960.934221.735

13Banguntapan7891220.797209.299

14Sewon16020.9875.049

15Kasihan4502341.882

16Pajangan3127.175

17Sedayu7911.8742.79616.488

Jumlah19.87547.462222.719879.212

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa produksi perikanan di Kabupaten Bantul cukup tinggi, terutama lele. Dengan otal produksi mencapai 1.322.786 ekor pada tahun 2009. Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi pasar yang menjajikan untuk pemasaran ikan lele. Banyak rumah makan atau lesehan pinggir jalan, yang rata-rata menawarkan menu ikan lele kepada pelanggan. Adapun Ikan lele dapat diolah menjadi berbagai menu masakan, seperti dapat digoreng, dimangut, daibakar, dan dipepes. Selain diolah menjadi menu makanan, ikan dewasa ini dapat diolah menjadi abon lele, pempek lele, dan kripik lele. Hal ini sangat menjadi peluang bagi para pembisnis untuk mencari varian baru dalam pilihan pengolahan ikan lele.

Selain ikan lele, beberapa jenis ikan yang dibudidayakan di Kabupaten Bantul adalah gurami, nila, tawes, bawal, tombro, patin, dan lain-lain. Daerah produksi perikanan paling banyak dihasilkan di Kecamatan Piyungan, dengan angka mencapai 60.934 ekor untuk gurami, 221.735 ekor untuk lele, dan 66.902 untuk nila. Potensi pengembangan perikanan di Kecamatan Piyungan sangat tinggi, karena sebagian masyarakat ahli dalam bidang pembudidayaan perikanan dan sebagian masyarakat yang ada di daerah ini banyak memiliki tambak atau kolam pemeliharaan ikan.H. Industri Kecil Kabupaten Bantul

Banyak industri kecil di Kabupaten Bantul yang bergerak dalam berbagai bidang industri, seperti bidang makanan, kesenian, pakaian, sampai funitur. Industri-industri ini yang mengolah hasil panen atau bahan mentah kemudian memasarkannya ke konsumen atau tengkulak. Industri ini memiliki kepengurusan atau organisasi pengelolaan yang menunjang tercapainya visi dan misi mereka.

Tabel 19. Sentra industri kecil Kabupaten Bantul tahun 2010NoJenis produkKecamatanVolume produksiSatuanBahan baku (Rp)

1Tahu1. Banguntapan

2. Srandakan

3. Bantul4. Kasihan5. Sewon1.265.000

4.000.000

650.000

5.750.000

1.455.000

kgkgkgkg

1.050.000

3.810.000

1.285.000

2.950.000

950.000

2Tempe1. Sewon

2. Jetis

3. Srandakan4. Piyungan1.455.000

420.000

552.000

110.000kgkgkgkg

1.695.000

1.600.000

89.500

31.000

3Emping melinjo1. Banguntapan

2. Bantul

3. Pajangan4. Bambanglipuro248.000

60.000

40.800

500.000kgkgkgkg

3.300.000

900.000

850.500

245.000

4Krecek1. Pleret

341.000kg

5.090.000

5Pati ubi kayu1. Pundong30.000kg

70.500

6Gula Kelapa1. Pajangan

2. Kretek69.000

20.000kgkg

150.000

100.000

7Minyak kelapa1. Kasihan30.000kg

90.200

8Peyek,Kripik tempe1. Imogiri9.000kg

300.500

9.Krupuk1. Pundong100.000kg

250.200

10.Emping ketela1. Bantul 80.000kg

1.900.000

11.Geplak1. Bantul1.000.000kg

225.000

12Yangko1. Banguntapan25.500kg

270.000

13Kue satu1. Jetis

200.000kg

150.000

14Mebeul 1. Kasihan

2. Piyungan

3. Sewon

4. Bambanglipuro

5. Pleret4.650

3.000

4.450

1.450

45.000m3m3m3m3m3260.000

440.000

655.000

230.000

650.000

15Bahan bangunan kayu1. Dlingo

27.000bh235.000

16Kerajinan kayu1. Sewon100.000bh

2.500.000

17Kerajinan bambu1. Dlingo

2. Kasihan

3. Bantul

4. Sedayu150.000

30.000

1.800

25.000bhbhbhbh2.600.000

45.000

5.510

24.900

Sumber : Daftar sentra Industri Kecil kabupatn Bantul Tahun 2010

Berdasarkan tabel 19 dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Bantul sangat memiliki potensi agribisnis baikdalam bidang pertanian, peternakan, dan perikanan. Sentra Industri kecil yang terdapat di Kabupaten Bantul turut menyumbang pendapatan daerah dan menjadi peluang bisnis bagi para pembisnis.Banyak sekali macam jenis industri-industri kecil sampai menengah yang ada di kabupaten Bantul, khususnya industri makanan olahan menjadi usaha yang memiliki peluang besar untuk menunjang perekonomian masyarakat di Kabupaten Bantul, Pada tabel.18 dapat dijelaskan bahwa industri tahu dan tempe merupakan sektor industri yang sangat besar produksinya yaitu mencapai 23.119.000 kg untuk tahu dan 2.357.000 Kg untuk tempe. Kecamatan Kasihan menjadi daerah yang memproduksi tahu paling banyak, yaitu 5.750.000 kg, sedangkan tempe diproduksi paling banyak di Kecamatan Sewon dengan jumlah 1.455.000 kg.

V. POTENSI DAN PELUANG AGRIBISNIS

Wilayah Desa Panjangrejo merupakan salah satu Desa di kecamatan Pundong yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini sesuai dengan luasnya lahan Desa Panjangrejo yang memang mampu dioptimalkan untuk usaha pertanian. Sebagian besar jumlah lahan yang berada di Desa Panjangrejo adalah tanah sawah yaitu seluas 3.578.884 ha dengan komoditas utamanya adalah tanaman padi. Dalam hal irigasi Desa Panjangrejo masih masih menggunakan irigasi sederhana yang berupa irigasi tanah. Sebagian besar jaringan irigasi ini digunakan sebagai pengairan untuk lahan sawah, sedangkan untuk sumber air irigasi lainnya berasal dari DAM Tegal (Kali Opak) dan Legen (Sungai Winongo).

Mengenai sektor pertanian, jenis komoditas pertanian yang di produksi di lahan sawah Desa Panjangrejo adalah padi, jagung dan kedelai, di mana padi menjadi komoditas utama dengan total nilai produksi mencapai 1249,1 ton pada tahun 2010. Sementara untuk komoditas hortikultura hanya sedikit yang ditanam dan hasil produksinya pun tidak terlalu besar. Jenis tanaman hortikultura yang diproduksi yaitu bawang merah, cabai merah dan melinjo,. Untuk potensi perikanan yang di kembangkan di Desa Panjangrejo diantaranya lele, nila, bawal dan gurame. Komoditas yang terlihat paling menonjol dari sektor ini adalah ikan lele yang produksinya sebanyak 114.033 kg. Sedangkan di sektor peternakan diantaranya sapi, kambing, ayam dan kelinci.Selain mempunyai sumber daya alam yang mendukung untuk pengembangan pertanian dan agribisnis, Desa Panjangrejo juga memiliki sumber daya manusia yang menunjang pembangunan sistem agribisnis di desa ini.

Dilihat dari segi sumber daya manusianya, struktur penduduk desa Panjangrejo berdasarkan jenis mata pencaharian sebagian besarnya bermata pencaharian sebagai petani dengan jumlah 2.019 jiwa atau hampir setengah dari total penduduk keseluruhan. Berdasarkan pemetaan swadaya TIP Panjangrejo tahun 2010, tercatat sebanyak 2938 jiwa penduduk usia produktif yang berusia 29-45 . Hal itu berarti di Desa Panjangrejo sebagian besarnya adalah penduduk yang masih produktif.Sedangkan ditinjau menurut tingkat pendidikan, penduduk Desa Panjangrejo didominasi oleh lulusan dari tingkatan SMP dan SMA. Hal ini berarti penduduk Desa Panjangrejo sadar akan pentingnya pendidikan. Mengenai keadaan sarana perekonomian di Desa Panjangrejo sebenarnya masih kurang memadai bagi keberlangsungan kegiatan ekonomi masyarakatnya, hal tersebut dikarenakan belum terdapat pasar tradisional di Desa Panjangjero yang dapat di akses semenjak bencana gempa pada tahun 2007. Selain itu disamping karena jaraknya yang sangat jauh juga sarana transportasi yang belum memadai. Akses pasar masyarakat terbantu dengan adanya warung-warung yang tersebar di seluruh Desa Panjangrejo dengan 1 toko, 66 warung dan 6 warung tenda atau yang biasa disebut warung angkringan. Sehingga warung-warung tersebut dapat menunjang perekonomian masyarakat Desa Panjangrejo untuk mengakses barang dan sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat Desa Panjangrejo sehari-hari.

Selain itu, untuk mendukung keberhasilan pembangunan sistem agribisnis di Desa Panjangrejo, perlu diketahui pula peluang-peluang apa saja yang bisa diperoleh Desa Panjangrejo baik dalam produksi pertanian ataupun serta industri kecil di Kabupaten Bantul. Hal tersebut perlu diketahui karena sangat berkaitan dengan adanya wilayah produsen-produsen pertanian lain di Kabupaten Bantul yang tentunya memiliki keunggulan yang beragam.

VI. KESIMPULAN

Wilayah Desa Panjangrejo memiliki banyak sekali potensi sumber daya alam beberapanya seperti potensi produksi tanaman pertanian, peternakan dan perikanan. Potensi produksi tanaman pertanian yang ada di desa panjangrejo yaitu padi, jagung dan kedelai, di mana padi menjadi komoditas terbesar dari produksi tanaman lainnya. Selain produksi tanaman pertanian, Desa Panjangrejo juga memiliki sektor produksi peternakan dan perikanan . Masyarakat Desa Donotirto memiliki usia produktif di mulai dari umur 16-56 tahun. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di desa tersebut berprofesi sebagai petani. Tingkat pendidikan masayarakat di Desa Panjangrejo sebagiannya lulusan dari tingkat SMP dan SMA. Desa Panjangrejo juga memiliki peluang dalam hal perekonomian dengan terdapatnya warung-warung yang terdapat di Desa Panjangrejo. Tanaman padi menjadi komoditas unggulan Kabupaten Bantul. Produksi bawang merah sebagai Produksi tanaman sayuran yang memberikan produksi paling besar di Kabupaten Bantul selain melinjo, cabai, kacang panjang, bayam dan sebagainya, sedangkan produksi buah pisang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Bantul. Sementara untuk komoditas biofarmaka yang memilki potensi besar yaitu tanaman kunyit, temulawak dan laos berpotensi besar untuk terus dikembangkan di Kabupaten Bantul. Ketiga komoditas tersebut dihasilkan paling banyak di Kecamatan Dlingo. Peluang agribisnis di bidang peternakan Kabupaten Bantul sangat mendominasi pada hewan ternak sapi potong sedangkan untuk hewan unggas di dominasi oleh ayam ras pedaging. Sementara produksi perikanan yang paling unggul adalah ikan lele.

Adanya potensi dan peluang agribisnis yang ada di Kabupaten Bantul khususnya di Desa Panjangrejo tentu akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Salah satu cara yaitu dengan membuka lapangan kerja dan industri baik besar maupun kecil seperti industri emping melinjo, kerajinan bambu, tahu, tempe dan masih banyak lagi yang lainnya sesuai dengan potensi dan peluang yang ada. Sehingga diharapkan dapat mensejahterahkan penduduknya.LENGKAPI PEMBAHASAN POTENSI DAN PELUANG DESA PANJANGREJO, KESIMPULAN SESUAIKAN DENGAN TUJUAN, LENGKAPI DENGAN DAFTAR PUSTAKA

VII. DAFTAR PUSTAKA

Masyhuri. 2005. Realita dan pengembangan agribisnis: perspektif manajemen.

Dalam Prosiding seminar Nasional: Realita dan Prospek Pengembangan Agribisnis di Indonesia. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMY, Yogyakarta.

BPS Bantul. 2010. Bantul dalam Angka Tahun 2009 Saragih, 2000Pemerintah Desa Panjangrejo. 2010. Pemetaan Swadaya TIP Panjangrejo 2010Daftar sentra Industri Kecil kabupatn Bantul Tahun 2010

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 1. Peta Administrasi Desa Panjangrejo