powerpoint presentation€¦ · ppt file · web view · 2012-08-01jikapadasuatu material...
TRANSCRIPT
Mengenal Sifat Material #2
Sudaryatno Sudirham
Klik untuk melanjutkan
Bahan Kuliah Terbuka
dalam format pdf tersedia di www.buku-e.lipi.go.id
dalam format pps beranimasi tersedia di www.ee-cafe.org
Paparan Teoriada di Buku-e dalam format pdf
tersedia di www.buku-e.lipi.go.id
danwww.ee-cafe.org
Material e [siemens]
Perak 6,3107
Tembaga 5,85107
Emas 4,25107
Aluminium 3,5107
Tungsten 1,82107
Kuningan 1,56107
Besi 1,07107
Nickel 1,03107
Baja 0,7107
Stainless steel 0,14107
Material e [siemens]
Gelas (kaca) 2 3105
Bakelit 1 21011
Gelas (borosilikat) 1010 1015
Mika 1011 1015
Polyethylene 1015 1017
Konduktor Isolator[6]
Model Klasik Sederhana
Jika pada suatu material konduktor terjadi perbedaan potensial, arus listrik akan mengalir melalui konduktor tersebut
ΕΕJ ee
e
kerapatan arus [ampere/meter2]
kuat medan [volt/meter]
resistivitas [m]
konduktivitas [siemens]
Medan listrik E memberikan gaya dan percepatan pada elektron sebesar
EF ee em
ea E
Karena elektron tidak terakselerasi secara tak berhingga, maka dapat dibayangkan bahwa dalam pergerakannya ia harus kehilangan energi pada waktu menabrak materi pengotor ataupun kerusakan struktur pada zat padat.
Jika setiap tabrakan membuat elektron kembali berkecepatan nol, dan waktu antara dua tabrakan berturutan adalah 2 maka kecepatan rata-rata adalah:
emev E
0 2 4 6
ee m
ev E
emaks m
ev E2
kece
pata
n
waktu
ee m
nevne EJ2
Eee
e mne
2
kerapatan elektron bebas
benturan
Jika tak ada medan listrik, elektron bebas bergerak cepat pada arah yang acak sehingga tak ada aliran elektron netto. Medan listrik akan membuat elektron bergerak pada arah yang sama.
kerapatan arus
Model Klasik Sederhana
Teori Drude-Lorentz Tentang Metal
1900: Drude mengusulkan bahwa konduktivitas listrik tinggi pada metal dapat dijelaskan sebagai kontribusi dari elektron valensi yang dianggap dapat bergerak bebas dalam metal, seperti halnya molekul gas bergerak bebas dalam suatu wadah. Gagasan Drude ini dikembangkan lebih lanjut oleh Lorentz.
Elektron dapat bergerak bebas dalam kristal metal pada potensial internal yang konstan. Ada dinding potensial pada permukaan metal, yang menyebabkan elektron tidak dapat meninggalkan metal.
Semua elektron bebas berperilaku seperti molekul gas (mengikuti statistik Maxwell-Boltzmann); elektron ini memiliki distribusi energi yang kontinyu.
Gerakan elektron hanya dibatasi oleh tabrakan dengan ion-ion metal.
Medan listrik E memberikan gaya dan percepatan pada elektron sebesar
EF ee em
ea E
Integrasi a terhadap waktu memberikan kecepatan elektron, yang disebut kecepatan drift :
tmev
edrift
E
tmev
edrift
E
Jika jalan bebas rata-rata elektron adalah L maka waktu rata-rata antara tabrakan dengan tabrakan berikutnya adalah
driftvLt
Kecepatan drift ini berubah dari 0 sampai vdrift maks , yaitu kecepatan sesaat sebelum tabrakan dengan ion metal.
tm
evv
e
driftdrift 22
E
kecepatan thermal driftvLt
Kecepatan drift rata-rata dapat didekati dengan:
L
met
mev
eedrift 22
EE
Kerapatan arus adalah:
edrifte m
Lnevne
2
2EJ E
Lneme
2
2
Model Pita Energi untuk Metal
Pada metal, pita valensi biasanya hanya sebagian terisi
Pita energi paling luar, jika ia hanya sebagian terisi dan padanya terdapat tingkat Fermi, disebut sebagai pita konduksi.
kosong
celah energi
terisi
kosong
pita valensiEF
pita konduksi
Sodium
Pada beberapa metal, pita valensi terisi penuh. Akan tetapi pita ini overlap dengan pita di atasnya yang kosong. Pita yang kosong ini memfasilitasi tingkat energi yang dengan mudah dicapai oleh elektron yang semula berada di pita valensi.
terisi penuh
kosong
EF
pita valensi
Magnesium
Model Mekanika Gelombang
Dalam model mekanika gelombang, elektron dipandang sebagai paket gelombang, bukan partikel.
Kecepatan grup dari paket gelombang adalah dk
dfvg 2f = frekuensi DeBroglie
k = bilangan gelombang
Percepatan yang dialami elektron adalah
dtdk
dkEd
hdkdE
dtd
hdtdv
a g2
222
Karena E = hf , maka:dkdE
hvg
2
dtdk
dkEd
hdkdE
dtd
hdtdv
a g2
222
dtdkdE
hedtvedxedE gEEE 2
Eehdt
dk 2
2
2
2
24dk
Edh
ea E
Percepatan yang dialami elektron adalah
Percepatan ini terjadi karena ada medan listrik E, yang memberikan gaya sebesar eE
Gaya sebesar eE memberikan laju perubahan energi kinetik pada elektron bebas sebesar
Sehingga percepatan elektron menjadi:
2
2
2
24dk
Edh
ea E
percepatan elektron:
Bandingkan dengan relasi klasik: amF ee
Kita definisikan massa efektif elektron:
1
2
2
2
2
4*
dkEdhm
*mea E
Untuk elektron bebas m* = me .
Untuk elektron dalam kristal m* tergantung dari energinya.
1
2
2
2
2
4*
dkEdhm
menurun dkdE
negatif 2
2
dkEd
negatif *m
meningkat dkdE
positif 2
2
dkEd
k
E
k1 +k1
kecil *m
celah energi
sifat klasik
m* = me jika energinya tidak mendekati batas pita energi
dan kurva E terhadap k berbentuk parabolik
Pada kebanyakan metal m* = me karena pita energi tidak terisi penuh. Pada
material yang pita valensinya terisi penuh m* me
Teori Sommerfeld Tentang Metal
Metal dilihat sebagai benda padat yang kontinyu, homogen, isotropik.
Gambaran tentang elektron seperti pada teori Drude-Lorentz; elektron bebasa berada pada potensial internal yang konstan.
Perbedaannya adalah bahwa elektron dalam sumur potensial mengikuti teori kuantum dan bukan mekanika klasik
Berapa statuskah yang tersedia untuk elektron atau dengan kata lain bagaimanakah kerapatan status?
Bagaimana elektron terdistribusi dalam status yang tersedia dan bagaimana mereka berpartisipasi dalam proses fisika?
Kita lihat lagi Persamaan Schrödinger
x
z
yLx
Ly
Lz
Sumur tiga dimensi
02 2
2
2
2
2
22
E
zyxm
)()()(),,( zZyYxXzyx
0)()(
1)()(
1)()(
12 2
2
2
2
2
22
E
zzZ
zZyyY
yYxxX
xXm
Emz
zZzZy
yYyYx
xXxX 22
2
2
2
2
2 2)()(
1)()(
1)()(
1
Aplikasi Persamaan Schrödinger: Kasus 3 Dimensi
xEmx
xXxX 22
2 2)()(
1
yEmy
yYyY 22
2 2)()(
1
zEmz
zZzZ 22
2 2)()(
1
0)(2)(22
2
xXEm
xxX
x
2x
22
L8mhn
E xx 2
y
22
L8m
hnE y
y 2z
22
L8mhn
E zz
x
z
yLx
Ly
Lz
Sumur tiga dimensi
Aplikasi Persamaan Schrödinger; Kasus 3 Dimensi
2x
22
L8mhn
E xx 2
y
22
L8m
hnE y
y 2z
22
L8mhn
E zz
Energi elektron :
Energi elektron dinyatakan dalam momentumnya:
mp
E xx 2
2
m
pE y
y 2
2
m
pE z
z 2
2
sehingga :2
x
2
L2
hnp x
x
2
y
2
L2
hnp y
y
2
z
2
L2
hnp z
z
momentum :
iL2hn
p ii
momentum :
iL2hn
p ii
Tanda ± menunjukkan bahwa arah momentum bisa positif atau negatif.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa momentum terkuantisasi.
px, py, pz membentuk ruang momentum tiga dimensi. Jika ruang
momentum berbentuk kubus, maka satuan sisi kubus adalah h/2LKwadran pertama ruang momentum (dua dimensi):
px
py
0
setiap titik menunjukkan status momentum yang diperkenankan
setiap status momentum menempati ruang sebesar h2/4L2 (kasus 2 dimensi).
Kwadran pertama ruang momentum (dua dimensi)
px
py
0 px
py
0
p dp
setiap status momentum menempati ruang sebesar h2/4L2
3
2
L8/8/ 4)(
3hdpp
dppN
tiga
dimensi
3
V 4)(2
hdppdppN
px
py
0
pdp
tiga dimensi
3
V 4)(2
hdppdppN
Karena 2/12mEp dEmEdp 2/122
maka dEmEmmE
hVdEEN 2/122 4)(
3
dNdEEmh
VdEEN 2/12/32 2)(3
massa elektron di sini adalah massa efektif
Inilah kerapatan status. Setiap status mencakup 2 spin
Berapakah yang terisi?
Tingkat Energi FERMI
Densitas Status pada 0 K
dNdEEmh
VdEEN 2/12/32 2)(3
Status energi diisi oleh elektron valensi mulai dari tingkat terendah secra berurut ke tingkat yang lebih tinggi sampai seluruh elektron terakomodasi.
Elektron pada status energi yang paling tinggi analog dengan elektron pada tingkat energi paling tinggi di sumur potensial.
Elektron ini memerlukan tambahan energi sebesar work function untuk meninggalkan sumur potensial.
Status energi paling tinggi, yaitu tingkat yang paling tinggi yang ditempati oleh elektron pada 0 K secara tentatif didefinsikan sebagai tingkat Fermi, EF. (Definisi ini sesungguhnya tidak lengkap, tetapi untuk sementara kita gunakan).
px
py
0
pdp
Jika p adalah jarak dari titik pusat ke momentum paling luar, maka akan diperoleh status yang terisi.
Status yang terisi adalah:
3
3
3
33
3V 8
2L
34
hphpN
Karena 2/12mEp
3
2/33/2
3V2m 8
hEN
Energi Fermi: 32/3
2/3
21
V 3
81 h
mNEF
3/222
3/2
V 3
821
V 3
41
N
mhh
mNEF
N(E)
EEF
E1/2
Densitas & Status terisi pada 0 K
Densitas Status pada 0 K dNdEEmh
VdEEN 2/12/32 2)(3
Jumlah status yang terisi dihitung dari jumlah status momentum yang terisi dalam ruang momentum:
3
3
33
3
3hV8
L/)3/4(
2p
hp
N
Jika elektron pada tingkat energi EF kita pandang secara klasik, relasi energi:
Pada tingkat energi EF sekitar 4 eV, sedang
FBF TkE
di mana TF adalah temperatur Fermi
eV 106,8 5Bk
maka KTF 107,4 4
Jadi suatu elektron klasik berada pada sekitar 50.000 K untuk setara dengan elektron pada tingkat Fermi.
Hasil Perhitungan
elemen EF [eV]
TF [oK10-4]
Li 4,7 5,5Na 3,1 3,7K 2,1 2,4
Rb 1,8 2,1Cs 1,5 1,8Cu 7,0 8,2Ag 5,5 6,4Au 5,5 6,4
FBF TkE
[1]
Resistivitas
Menurut mekanika gelombang elektron bebas dalam kristal dapat bergerak tanpa kehilangan energi. Setiap kelainan pada struktur kristal akan menimbulkan hambatan pada gerakan elektron yang menyebabkan timbulnya resistansi listrik pada material.
Bahkan pada 0o K, adanya resistansi dapat teramati pada material nyata sebab pengotoran, dislokasi, kekosongan, dan berbagai ketidaksempurnaan kristal hadir dalam material.
Pada metal murni, resistivitas total merupakan jumlah dari dua komponen yaitu komponen thermal T, yang timbul akibat vibrasi kisi-kisi kristal, dan resistivitas residu r yang disebabkan adanya pengotoran dan ketidaksempurnaan kristal.
Relasi Matthiessen:e
rT 1
resistivitas total
resistivitas thermal resistivitas residu
konduktivitas
Eksperimen menunjukkan:
200 300 oK100| |
Cu
Cu, 1,12% Ni
Cu, 2,16% Ni
Cu, 3.32% Ni
[o
hm-m
] 1
08
1
2
3
4
5
6 Di atas temperatur Debye komponen thermal dari resistivitas hampir linier terhadap temperatur:
frekuensi maks osilasi
B
DD k
hf
D
sD f
c
Temperatur Debye:
konstanta Boltzmann1,381023 joule/oK
kecepatan rambat suara
panjang gelombang minimum osilator
[6]
xAxr 1
konstanta tergantung dari jenis metal dan
pengotoran
konsentrasi pengotoran
Relasi Nordheim:
Jika x << 1 Axr
2% 3%1%| |
r / 2
73
0,05
0,10
0,15
0,20
4%|
In dalam Sn
Pengaruh Jenis Pengotoran pada Cu
| | | |
2,0108
2,5108
1,5108
[o
hm-m
eter
]
0 0,05 0,10 0,15 0,20
T (293)
Sn
Ag
CrFe
P
% berat
[6]
Emisi Elektron
Elektron bebas dalam metal tidak meninggalkan metal, kecuali jika mendapat tambahan energi yang cukup.
+ + + +x
EF
Ene
rgi
Hampa
eF
emitter collectorcahaya
A
V
Sumbertegangan variabel
I
VV0
x lumen2x
lumen
3x lumen
0
Pada tegangan ini semua elektron kembali ke katoda (emitter)
Laju keluarnya elektron (arus) tergantung dari intensitas cahaya tetapi energi kinetiknya tidak tergantung intensitas cahaya
Energi kinetik elektron = e V0
Peristiwa photolistrik
emitter collectorcahaya
A
V
Sumbertegangan variabel
I
VV01
=5000Å (biru)
V02 V03
=5500Å (hijau)
=6500Å (merah)
Intensitas cahaya konstan tetapi panjang gelombang berubah
Photon dengan energi hf diserap elektron di permukaan metal sehingga elektron tersebut mendapat tambahan energi. Jika pada awalnya elektron menempati tingkat energi tertinggi di pita konduksi dan bergerak tegak lurus ke arah permukaan, ia akan meninggalkan emitter dengan energi kinetik maksimum
Ek maks= hf e
Energi yang diterima
Energi untuk mengatasi hambatan di permukaan
(dinding potensial)
emitter collectorcahaya
A
V
Sumbertegangan variabel
tingkat energi terisi
hf
EF
e
Ek maks
Ek < Ek maks
hf
emitter collectorcahaya
A
V
Sumbertegangan variabel
Jika V0 (yang menunjukkan energi kinetik) di-plot terhadap frekuensi:
Vo
f1
2
Slope = h/e
Metal 1Metal 2
Rumus Einstein: ehfe 0V
emitter collectorcahaya
A
V
Sumbertegangan variabel
Peristiwa Emisi Thermal
Pada temperatur tinggi, sebagian elektron memiliki energi kinetik yang lebih tinggi dari energi rata-rata elektron sehingga dapat melampaui work function ( e ).
AV
vakum
pemanas
katoda anoda Jika arus cukup tinggi, terjadi saling tolak antara elektron di ruangan sehingga elektron dengan energi rendah tidak mencapai anoda.
Muatan ruang makin berpengaruh jika arus makin tinggi. Arus akan mencapai kejenuhan.
I
VV
Makin tinggi temperatur katoda, akan makin tinggi energi elektron yang keluar dari permukaan katoda, dan kejenuhan terjadi pada nilai arus yang lebih tinggi.
I
VV
T1
T2
T3
Kejenuhan dapat diatasi dengan menaikkan V
I
T
V1
V2
V3
AV
vakum
pemanas
katoda anoda
Pada tegangan yang sangat tinggi, dimana efek muatan ruang teratasi secara total, semua elektron yang keluar dari katoda akan mencapai anoda.
Persamaan Richardson-Dushman
kTeeATJ /2
kerapatan arus konstanta dari material
k = konstanta Boltzman = 1,381023 joule/oK
I
T
V1
V2
V = ∞
AV
vakum
pemanas
katoda anoda
Nilai tergantung dari temperatur : T 0
pada 0o K
dTd / koefisien temperatur
KeV/ 10 o4e pada kebanyakan metal murni
Persamaan Richardson-Dushman menjadi:
kTeke eeATJ //2 0
AV
vakum
pemanas
katoda anoda
Persamaan Richardson-Dushman
kTeke eeATJ //2 0
kTeke eAeAT
J //2
0
kTe
ke
AAT
J 02 lnln
2lnAT
JT1Linier terhadap
AV
vakum
pemanas
katoda anoda
Material katoda
titik leleh[OK]
temp. kerja[OK]
work function
[eV]
A[106amp/m2 oK2
W 3683 2500 4,5 0,060
Ta 3271 2300 4,1 0,4 – 0,6
Mo 2873 2100 4,2 0,55
Th 2123 1500 3,4 0,60
Ba 983 800 2,5 0,60
Cs 303 290 1,9 1,62
[6]Beberapa Material Bahan Katoda
Jika elektron dengan energi tinggi (yang disebut elektron primer) ditembakkan ke permukaan metal, elektron dapat keluar dari permukaan metal (yang disebut elektron sekunder).
Energi kinetik elektron sekunder tidak harus tergantung dari energi kinetik elektron yang membentur permukaan.
Efisiensi emisi sekunder dinyatakan sebagai rasio jumlah elektron sekunder, Is terhadap jumlah elektron primer yang membentur permukaan, Ip. Rasio ini disebut secondary emission yield, , dan merupakan fungsi dari energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan.
Jika energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan terlalu rendah hanya sedikit dihasilkan emisi sekunder.
Peristiwa Emisi Sekunder
Jika energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan terlalu tinggi hanya sedikit juga dihasilkan emisi sekunder. Hal ini disebabkan karena elektron yang membentur permukaan metal sempat masuk (penetrasi) ke dalam metal sebelum terjadi benturan dengan elektron bebas dalam metal.
Elektron bebas yang menerima tambahan energi mengalami tabrakan-tabrakan sebelum mencapai permukaan, dan mereka gagal keluar dari permukaan metal.
Akibatnya adalah sebagai fungsi dari energi berkas elektron, mempunyai nilai maksimum.
Ek
00
maks
Ek maks
emitter maks Ek [eV]
Al 0,97 300
Cu 1,35 600
Cs 0,9 400
Mo 1,25 375
Ni 1,3 550
W 1,43 700
gelas 2,5 400
BeO 10,2 500
Al2O3 4,8 1300
[6]Emisi Sekunder
Efek SCHOTTKY
Dalam peristiwa emisi thermal telah disebutkan bahwa kenaikan medan listrik antara emitter dan anoda akan mengurangi efek muatan ruang.
I
V1
V2
V3
Medan yang tinggi juga meningkatkan emisi karena terjadi perubahan dinding potensial di permukaan katoda.
+ + + +x
EFE
nerg
i x0
e∅
medan listrik tinggi V = eEx
eΔ∅
Medan E memberikan potensial eEx pada jarak x dari permukaan
nilai maks dinding
potensial
penurunan work function
Peristiwa Emisi Medan
Hadirnya medan listrik pada permukaan katoda, selain menurunkan work function juga membuat dinding potensial menjadi lebih tipis.
+ + + +
x
EF
Ene
rgi
e∅
medan listrik sangat tinggi V = eEx
eΔ∅
jarak tunneling
penurunan work function
Karakteristik Dielektrik
Dielektrik digunakan pada kapasitor dan sebagai bahan isolasiPermitivitas relatif didefinisikan sebagai rasio permitivitas dielektrik () dengan permitivitas ruang hampa (0)
0 r
Jika suatu dielektrik yang memiliki permitivitas relatif r disisipkan antara dua pelat kapasitor yang memiliki luas A dan jarak antara kedua pelat adalah d , maka kapasitansi yang semula
00 dAC berubah menjadi rr C
dA
dAC 00
dielektrik meningkatkan kapasitansi sebesar r kali
Faktor Desipasi
Diagram fasor kapasitor
im
reIRp
IC
Itot
VC
tanCCRpCP IVIV
Desipasi daya (menjadi panas):
tan : faktor desipasi (loss tangent)
tanπ2
tanω2
0
00
r
r
Cf
CP
V
VV
r tan : faktor kerugian (loss factor)
Kekuatan Dielektrik
Gradien tegangan maksimum yang masih dapat ditahan oleh dielektrik sebelum terjadi tembus listrik
Nilai kekuatan dielektrik secara eksperimen sangat tergantung dari ukuran spesimen, elektroda, serta
prosedur percobaan
Tembus listrik diawali oleh hdirnya sejumlah elektron di pita konduksi. Elektron ini mendapat percepatan oleh adanya medan listrik yang tinggi sehingga memperoleh energi kinetik yang tinggi. Sebagian
energi ini ditransfer ke elektron valensi sehingga elektron valensi naik ke pita konduksi. Jika jumlah elektron ini cukup banyak maka akan
terjadi avalans elektron di pita konduksi. Arus meningkat dengan cepat sehingga terjadi peleburan lokal, terbakar, atau penguapan.
Elektron awal bisa hadir oleh beberapa sebab: discharge antara elektroda tegangan tinggi dengan permukaan dielektrik yang terkontaminasi, pori-
pori berisi gas dalam dielektrik, pengotoran oleh atom asing.
Jarak elektroda [m] X 102
Tega
ngan
tem
bus
[kV
]
100
0
200
300
400
500
600
0 0.51 1.03 1.55 2,13 2,54
udara 1 atm
udara 400 psi SF6 100 psi
SF6 1 atmPorselainMinyak Trafo
High Vacuum
[6]Kekuatan Dielektrik
Polarisasi
0
0
0
000 /
ddA
Qd
CQdVE
Tanpa dielektrik :
qre p
E0
+ + +
d
0
++
+ + + + + + +
d
E++
++
++
Dipole listrik :
timbul karena terjadi Polarisasi
rr dd
AQ
dCQ
dVE
00
/
Dengan dielektrik :
10000 rr EEE
Polarisasi : total dipole momen listrik per satuan volume
P
Dua Pelat Paralel
Molekul di dalam dielektrik mengalami pengaruh medan listrik yang lebih besar dari medan listrik yang diberikan dari luar. Medan listrik yang dialami oleh molekul ini disebut medan lokal.
++
+ + + + + + +
E
++
++
++
++
++
++
++
Induksi momen dipole oleh medan lokal Elok adalah
lokmol E p
polarisabilitas
lokEN P
jumlah molekul per satuan volume
1 0 rlok EEN P EEN lok
r0
1
4 macam polarisasi
a. polarisasi elektronik :
tak ada medan
ada medan
E
Teramati pada semua dielektrik.
Terjadi karena pergeseran awan elektron pada tiap atom terhadap intinya.
4 macam polarisasi
tak ada medanada medan
E
b. polarisasi ionik :+
+
+
++
+
+
+
++
Terjadi karena pergeseran ion-ion yang berdekatan dan berlawanan muatan.
Hanya ditemui pada material ionik.
4 macam polarisasi
tak ada medan
ada medan
E
c. polarisasi orientasi :
+ +
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Terjadi pada material padat dan cair yang memiliki molekul asimetris yang momen dipole permanennya dapat diarahkan oleh medan listrik.
4 macam polarisasi
tak ada medanada medan
E
d. polarisasi muatan ruang :
+ + ++ +
+ + + ++ +
+ + +
+ + ++ +++
+ +++ +
++
+
Terjadi pengumpulan muatan di perbatasan dielektrik.
r Tergantung Pada
Frekuensi Dan Temperatur
Dalam medan bolak-baik, polarisasi total P, polarisabilitas total , dan r, tergantung dari kemudahan dipole untuk mengikuti medan yang selalu berubah arah tersebut.
Dalam proses mengikuti arah medan tersebut, waktu yang dibutuhkan oleh dipole untuk mencapai orientasi keseimbangan disebut waktu relaksasi.
Kebalikan dari waktu relaksasi disebut frekuensi relaksasi.
Jika frekuensi dari medan yang diberikan melebihi frekuensi relaksasi, dipole tidak cukup cepat untuk mengikutinya, dan proses orientasi berhenti.
Karena frekuensi relaksasi dari empat macam proses polarisasi berbeda-beda, maka kontribusi dari masing-masing proses pada polarisasi keseluruhan dapat diamati.
frekuensi listrik frekuensi optik
frekuensipower audio radio infra merah
cahaya tampak
P; r
absorbsi; loss factor
muatan ruang
orientasi
ionikelektronik
orientasi
muatan ruang
ionikelektronik
r
oC
5102
cps 104 cps
8102
cps
5
10
15
20
00 100 200 300 400
silica glass [6]
Kehilangan Energi
tan : faktor desipasi (loss tangent)
Diagram fasor kapasitor
im
reIRp
IC
Itot
VC
tanCCRpCP IVIV
Desipasi daya (menjadi panas):
tanπ2
tanω2
0
00
r
r
Cf
CP
V
VV
r tan : faktor kerugian (loss factor)
Uji Mekanik
Salah satu kriteria dalam pemilihan material untuk keperluan konstruksi adalah kekuatan mekanis-nya
uji tarik (tensile test) uji tekan (compression test) uji kekerasan (hardness test) uji impak (impact test) uji kelelahan (fatigue test)
Uji tarik (tensile test) dan uji tekan (compression test) dilakukan untuk mengetahui kemampuan material dalam menahan pembebanan statis.
Uji kekerasan untuk mengetahui ketahanan material terhadap perubahan (deformation) yang permanen.
Uji impak untuk mengetahui ketahanan material terhadap pembebanan mekanis yang tiba-tiba.
Uji kelelahan untuk mengetahui lifetime dibawah pembebanan siklis.
Beberapa uji mekanik:
Uji Tarik A0
l0
A
l
PEngineering Stress : , didefinisikan sebagai rasio antara beban P pada suatu sampel dengan luas penampang awal dari sampel.
0AP
Engineering Stress :
Engineering Strain :00
0l
ll
ll
Engineering Strain : , didefinisikan sebagai rasio antara perubahan panjang suatu sampel dengan pembebanan terhadap panjang awal-nya.
sebelum pembebanan dengan pembebanan
Uji Tarik memberikan kurva stress terhadap strain
Stress-Strain Curve :
| | | | 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
|
|
|
40
30
20
10
0
strain, [in./in.]
stre
ss,
[100
0 ps
i] ultimate tensile strength
contoh kurva stress-strain dari Cu polikristal
retak
| | | 0 0.001 0.002 0.003
|
|
|
12
9
6
3
0
strain, [in./in.] s
tress
, [1
000
psi]
daerah elastis
mulai daerah plastis
E
batas elastis
di daerah elastis: = E (Hukum Hooke)
E = modulus Young
yield strength
linier
Stress-Strain Curve beberapa material yang lain:
| | | | 0 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
|
|
|
80
60
40
20
0
strain, [in./in.]
stre
ss,
[100
0 ps
i]
baja 1030
upper yield point
lower yield point
| | | 0 0.001 0.002 0.003
|
|
|
200
150
100
50
0
strain, [in./in.]
stre
ss,
[100
0 ps
i]tungsten carbide
Uji Tekan
| | | | 0 0.01 0.02 0.03 0.04
|
|
|
120
80
40
0
strain: [in./in.]
stre
ss:
[100
0 ps
i]
besi tuang
tekan
tarik
beton
| | | | 0 0.001 0.002 0.003 0.004
|
|
|
3
2
1
0
strain: [in./in.]
stre
ss:
[100
0 ps
i]
tekan
tarik
Uji Kekerasan
spesimen
Uji kekerasan mengukur kekuatan material terhadap suatu indenter ; indenter ini bisa berbentuk bola, piramida, kerucut, yang terbuat dari material yang jauh lebih keras dari material yang diuji.
Uji kekerasan dilakukan dengan memberikan beban secara perlahan, tegaklurus pada permukaan benda uji, dalam jangka waktu tertentu.
D
d
P Salah satu metoda adalah Test Brinell, dengan indenter bola tungsten carbide, D = 10 mm
Hardness Number dihitung dengan formula:
22
2BHNdDDD
P
Uji Impak
spesimen
Uji impak mengukur energi yang diperlukan untuk mematahkan batang material yang diberi lekukan standar, dengan memberikan beban impuls.
Beban impuls diberikan oleh bandul dengan massa tertentu, yang dilepaskan dari ketinggian tertentu. Bandul akan menabrak spesimen dan mematahkannya, kemudian naik lagi sampai ketinggian tertentu.
ujung bandul
penahan
Dengan mengetahui massa bandul dan selisih ketinggian bandul saat ia dilepaskan dengan ketinggian bandul setelah mematahkan spesimen, dapat dihitung energi yang diserap dalam terjadinya patahan.
Sifat Elastis
Semua jenis material berubah bentuk, atau berubah volume, atau keduanya, pada waktu mendapat tekanan ataupun perubahan temperatur.
Perubahan tersebut dikatakan elastis jika perubahan bentuk atau volume yang disebabkan oleh perubahan tekanan ataupun temperatur dapat secara sempurna kembali ke keadaan semula jika tekanan atau temperatur kembali ke keadaan awalnya.
Pada material kristal, hubungan antara stress dan strain adalah linier sedangkan pada material non kristal (dengan rantai molekul panjang) pada umumnya hubungan tersebut tidak linier.
strain,
elastis stre
ss,
A
strain,
elastis
stre
ss, A
Pada bagian kurva stress-strain yang linier dapat dituliskan hubungan linier
strain:
elastis stre
ss:
A
E = modulus Young E
Modulus Young ditentukan dengan cara lain, misalnya melalui formula:
Evdensitas material
kecepatan rambat suara dalam material
Ada beberapa konstanta proporsionalitas yang biasa digunakan dalam menyatakan hubungan linier antara stress dan strain, tergantung dari macam stress dan strain
1) Modulus Young
ll0
22200 zllll
strain: z
stre
ss:
z
z
zE
z
z
Panjang awal
Panjang sesudah ditarik
2). Modulus shear
tan
Shear strain, S
hear
stre
ss,
G
l0
3) Modulus bulk (volume)
volume awal V0hydx
hydy
hydz perubahan volume V / V0
hyd
rost
atic
stre
ss : h
yd
0/VVK hyd
Sifat ElastisDitinjau Dari Skala Atom
Energi potensial dari dua atom sebagai fungsi jarak antara keduanya dapat dinyatakan dengan persamaan:
mn r
B
r
AV
V : energi potensialr : jarak antar atomA : konstanta proporsionalitas untuk tarik-menarik antar atomB : konstanta proporsionalitas untuk tolak-menolak antar atomn dan m : pangkat yang akan memberikan variasi dari V terhadap r
Gaya dari dua atom sebagai fungsi jarak antara keduanya dapat diturunkan dari relasi energi potensial:
MN r
b
r
aF
F : gaya antar atomr : jarak antar atoma : konstanta proporsionalitas untuk tarik-menarik antar atomb : konstanta proporsionalitas untuk tolak-menolak antar atomN dan M : pangkat yang akan memberikan variasi dari F terhadap r
11
mn rmB
rnA
rVF
maka ,1 dan ,1 , , : Jika MmNnbmBanA
Kurva energi potensial dan kurva gaya sebagai fungsi jarak antara atom, disebut kurva Condon-Morse:
d0
tolak-menolak
mr
BV
tarik-menarik
nr
AV
r
ener
gi p
oten
sial
, V
jumlah
tolak-menolak
MrbF
tarik-menarik
Mr
aF
rgaya
, F jumlah
d0
Kurva gaya dan garis singgung pada d0 untuk keperluan praktis dapat dianggap berimpit pada daerah elastis.
d0
rgaya
, F
MN r
b
r
aF
daerah elastis
Jarak rata-rata antar atom meningkat dengan peningkatan temperatur.
Ene
rgi P
oten
sial
jarak antar atom
d0
T >>0o K
drata2 drmaksdrmin
Pengaruh Temperatur
Anelastisitas
Tercapainya strain maksimum bisa lebih lambat dari tercapainya stress maksimum yang diberikan. Jadi strain tidak hanya tergantung dari stress yang diberikan tetapi juga tergantung waktu. Hal ini disebut anelastisitas.
Jika material mendapat pembebanan siklis, maka keterlambatan strain terhadap stress menyebabkan terjadinya desipasi energi.
Desipasi energi menyebabkan terjadinya damping.
Desipasi energi juga terjadi pada pembebanan monotonik isothermal di daerah plastis.
Gejala ini dikenal sebagai creep.
Efek Thermoelastik
Material kristal cenderung turun temperaturnya jika diregangkan (ditarik).
Jika peregangan dilakukan cukup lambat, maka material sempat menyerap energi thermal dari sekelilingnya sehingga temperaturnya tak berubah. Dalam hal demikian ini proses peregangan (straining) terjadi secara isothermik.
O
XMA
A’
M
A
adiabatik
isothermik
M
MM
O
X
Loop Histerisis Elastis
Desipasi energi per siklus tergantung dari frekuensi
O
O
O
O
O
desi
pasi
ene
rgi
per s
iklu
s
f1 f2 f3 f4 f5
frekuensi
f1f2>f1
f3>f2 f4>f3 f5>f4
Difusi Atom
Peregangan bisa menyebabkan terjadinya difusi atom.
Waktu Relaksasi :
t
1
t0
2
t1
2
12
a
/2 1 tae /)(
21ttea
Keretakan (Fracture)
Keretakan adalah peristiwa terpisahnya satu kesatuan menjadi dua atau lebih bagian. Bagaimana keretakan terjadi, berbeda dari satu material ke material yang lain, dan pada umumnya dipengaruhi oleh stress yang diberikan, geometris dari sampel, kondisi temperatur dan laju strain yang terjadi.
Keretakan dibedakan antara keretakan brittle dan ductile.
Keretakan brittle terjadi dengan propagasi yang cepat sesudah sedikit terjadi deformasi plastis atau bahkan tanpa didahului oleh terjadinya deformasi plastis.
Keretakan ductile adalah keretakan yang didahului oleh terjadinya deformasi plastis yang cukup panjang / lama, dan keretakan terjadi dengan propagasi yang lambat.
Pada material kristal, keretakan brittle biasanya menjalar sepanjang bidang tertentu dari kristal, yang disebut bidang cleavage.
Pada material polikristal keretakan brittle tersebut terjadi antara grain dengan grain karena terjadi perubahan orientasi bidang clevage ini dari grain ke grain.
Selain terjadi sepanjang bidang cleavage, keretakan brittle bisa terjadi sepanjang batas antar grain, dan disebut keretakan intergranular.
Kedua macam keretakan brittle, cleavage dan intergranular, terjadi tegak lurus pada arah stress yang maksimum.
Kalkulasi teoritis kekuatan material terhadap keretakan adalah sangat kompleks. Walaupun demikian ada model sederhana, berbasis pada besaran-besaran sublimasi, gaya antar atom, energi permukaan, yang dapat digunakan untuk melakukan estimasi. Tidak kita pelajari.
Keretakan ductile didahului oleh terjadinya deformasi plastis, dan keretakan terjadi dengan propagasi yang lambat.
Pada material yang digunakan dalam engineering, keretakan ductile dapat diamati terjadi dalam beberapa tahapan
•terjadinya necking, dan mulai terjadi gelembung retakan di daerah ini;•gelembung-gelembung retakan menyatu membentuk retakan yang menjalar keluar tegaklurus pada arah stress yang diberikan;•retakan melebar ke permukaan pada arh 45o terhadap arah tegangan yang diberikan.
Mulai awal terjadinya necking, deformasi dan stress terkonsentrasi di daerah leher ini. Stress di daerah ini tidak lagi sederhana searah dengan arah gaya dari luar yang diberikan, melainkan terdistribusi secara kompleks dalam tiga sumbu arah. Keretakan ductile dimulai di pusat daerah leher, di mana terjadi shear stress maupun tensile stress lebih tinggi dari bagian lain pada daerah leher. Teori tidak kita pelajari.
Transisi dari ductile ke brittle
Dalam penggunaan material, adanya lekukan, atau temperatur rendah, atau pada laju strain yang tinggi, bisa terjadi transisi dari keretakan ductile ke brittle.
Keretakan ductile menyerap banyak energi sebelum patah, sedangkan keretakan brittle memerlukan sedikit energi.
Hindarkan situasi yang mendorong terjadinya transisi ke kemungkinan keretakan brittle.
Keretakan karena kelelahan metal
Material ductile dapat mengalami kegagalan fungsi jika mendapat stress secara siklis, walaupun stress tersebut jauh di bawah nilai yang bisa ia tahan dalam keadaan statis.
Tingkat stress maksimum sebelum kegagalan fungsi terjadi, disebut endurance limit.
Endurance limit didefinidikan sebagai stress siklis paling tinggi yang tidak menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi, berapapun frekuensi siklis-nya.Endurance limit hampir sebanding dengan ultimate tensile strength (UTS). Pada alloy besi sekitar ½ dan pada alloy bukan besi sampai 1/3 UTS.Secara umum diketahui bahwa jika bagian permukaan suatu spesimen lebih lunak dari bagian dalamnya maka kelelahan metal lebih cepat terjadi dibandingkan dengan jika bagian permukaan lebih keras. Untuk meningkatkan umur mengahadapi terjadinya kelelahan metal, dilakukan pengerasan permukaan (surface-harden).
Sifat-sifat thermal yang akan kita bahas adalah
kapasitas panaspanas spesifik
pemuaian konduktivitas panas
Sejumlah energi bisa ditambahkan ke dalam material melalui pemanasan, medan listrik, medan magnit,
bahkan gelombang cahaya seperti pada peristwa photo listrik yang telah kita kenal.
Pada penambahan energi melalui pemanasan tanggapan padatan termanifestasikan dalam gejala-gejala kenaikan
temperatur sampai pada emisi thermal tergantung dari besar energi yang masuk.
Dalam padatan, terdapat dua kemungkinan penyimpanan energi thermal:
1) penyimpanan dalam bentuk vibrasi atom / ion di sekitar posisi keseimbangannya
2) energi kinetik yang dikandung oleh elektron-bebas.
Kapasitas Panas
Kapasitas Panas (heat capacity)
Kapasitas panas pada volume konstan, Cv
vv dT
dEC
Kapasitas panas pada tekanan konstan, Cp
pp dT
dHC
E : energi internal padatan yaitu total energi yang ada dalam padatan baik dalam bentuk vibrasi atom maupun energi kinetik elektron-bebasT : temperatur
H : enthalpi. Pengertian enthalpi dimunculkan dalam thermodinamika karena amat sulit meningkatkan kandungan energi internal pada tekanan konstan.
energi yang kita masukkan tidak hanya meningkatkan energi internal melainkan juga untuk melakukan kerja pada waktu pemuaian terjadi.
volume
PVEH
tekananenergi internal
TVP
TE
TPV
TVP
TE
TH
0Jika perubahan volume terhadap T cukup kecil suku ini bisa diabaikan sehingga
vTE
TH
pv CC
Panas Spesifik
Panas Spesifik Kapasitas panas per satuan massa per derajat K
dituliskan dengan huruf kecil cv dan cp
Perhitungan Klasik Molekul gas ideal memiliki tiga derajat kebebasan
energi kinetik rata-rata per derajat kebebasan TkB21
energi kinetik rata-rata (3 dimensi): TkB23
energi per mole RTTNkE Bmolek 23
23
/
Bilangan Avogadro
Konstanta Boltzman
Atom-atom padatan saling terikat energi rata-rata per derajat kebebasan TkB
RTE padatmoletot 3 / cal/mole
Kcal/mole 96,53 o RdTdEc
vv
Menurut hukum Dulong-Petit (1820), cv Hampir sama untuk semua material yaitu
6 cal/mole K
Pada umumnya hukum Dulong-Petit cukup teliti untuk temperatur di atas temperatur kamar. Namun beberapa unsur memiliki panas spesifik pada temperatur kamar yang lebih rendah dari angka
Dulong-Petit, misalnya
Be ([He] 2s2), B ([He] 2s2 2p1),
C ([He] 2s2 2p2), Si ([Ne] 3s2 3p2)
Unsur-unsur ini orbital terluarnya tersisi penuh atau membuat ikatan kovalen dengan unsur sesamanya.
Oleh karena itu pada temperatur kamar hampir tidak terdapat elektron bebas dalam material ini. Lebih rendahnya kapasitas panas
yang dimiliki material ini disebabkan oleh tidak adanya kontribusi elektron bebas dalam peningkatan energi internal.
Sebaliknya pada unsur-unsur yang sangat elektropositif seperti
Na ([Ne] 3s1)
kapasitas panas pada temperatur tinggi melebihi prediksi Dulong-Petit karena adanya kontribusi elektron bebas dalam penyimpanan energi
internal.
Perhitungan Einstein
Padatan terdiri dari N atom, yang masing-masing bervibrasi (osilator) secara bebas pada arah tiga dimensi, dengan frekuensi fE
En nhfE
Frekuensi osilatorKonstanta Planck
bilangan kuantum, n = 0, 1, 2,....
Jika jumlah osilator tiap status energi adalah Nn dan N0 adalah jumlah asilator pada status 0, maka menuruti fungsi Boltzmann
)/(0
TkEn
BneNN
Jumlah energi per status: nnEN
total energi dalam padatan: n
nn ENE
sehingga energi rata-rata osilator
n
Tknhfn
ETknhf
nn
nnn
BE
BE
eN
nhfeN
N
EN
NEE )/(
0
)/(0
energi rata-rata osilator
n
Tknhfn
ETknhf
nn
nnn
BE
BE
eN
nhfeN
N
EN
NEE )/(
0
)/(0
misalkan Tkhfx BE /
.........1
..........032
32
xxx
xxxE
n
nxn
Enx
eee
eeehf
e
nhfe
E
Karena turunan dari penyebut, maka dapat ditulis
...........1ln 32 xxxE eee
dxdhfE
xe
11 1
/ Tkhf
EBee
hfE
Dengan N atom yang masing-masing merupakan osilator bebas yang berosilasi tiga dimensi, maka didapatkan total energi internal
1
33
)/(
TkhfE
BEe
NhfENE
Panas spesifik adalah
2/
/2
13
Tkhf
Tkhf
B
EB
vv
BE
BE
e
eTk
hfNk
dtdEc
fE : frekuensi Einstein
ditentukan dengan cara mencocokkan kurva dengan data-data eksperimental.
Hasil yang diperoleh adalah bahwa pada temperatur rendah kurva Einstein menuju nol jauh lebih cepat dari data eksperimen
Ketidak cocokan ini dijelaskan oleh Debye
Perhitungan Debye
Menurut Debye, penyimpangan hasil perhitungan Einstein disebabkan oleh asumsi yang diambil Einstein bahwa atom-atom bervibrasi secara bebas dengan frekuensi sama, fE
Analisis yang perlu dilakukan adalah menentukan spektrum frekuensi g(f) dimana g(f)df didefinisikan sebagai jumlah
frekuensi yang diizinkan yang terletak antara f dan (f + df)
Debye melakukan penyederhanaan perhitungan dengan menganggap padatan sebagai medium merata yang bervibrasi dan mengambil pendekatan pada vibrasi atom sebagai spectrum-gelombang-berdiri sepanjang kristal
3
24)(
sc
ffg
kecepatan rambat suara dalam padatan
Debye memandang padatan sebagai kumpulan phonon karena perambatan suara dalam padatan
merupakan gejala gelombang elastis
Frekuensi yang ada tidak akan melebihi 3N (N adalah jumlah atom yang bervibrasi tiga dimensi).
Panjang gelombang minimum adalah tidak lebih kecil dari jarak antar atom dalam kristal
DsD fc /
Energi internal untuk satu mole volume kristal
D
B
f
TkhfD
dffe
hf
f
NE0
2/3 1
9
D didefinisikan sebagai TTkhf DBD // B
DD k
hf
temperatur Debye
T
x
x
DB
vv
D
e
dxxeTNkdTdEc
/
0 2
43
19
Postulat Debye:
)/( TD DDengan pengertian temperatur Debye, didefinisikan fungsi Debye
T
x
x
DD
D
e
dxxeTTD/
0 2
43
13)/( )/(3 TDNkc DBv
Fungsi Debye tidak dapat diintegrasi secara analitis, namun dapat dicari nilai-nilai limitnya
1)/( TD D32
54)/(
DD
TTD
jika T
jika DT
Pada temperatur tinggi cv mendekati nilai yang diperoleh Einstein
RNkc Bv 33
Pada temperatur rendah 3325,464
543
DDBv
TTNkc
Kontribusi Elektron Hanya elektron di sekitar energi Fermi yang terpengaruh
oleh kenaikan temperatur dan elektron-elektron inilah yang bisa berkontribusi pada panas spesifik
Pada temperatur tinggi, elektron menerima energi thermal sekitar kBT dan berpindah pada tingkat energi yang lebih
tinggi jika tingkat energi yang lebih tinggi kosong
T > 0
T = 0
F(E)
0 E
1
kBT
0EF
pada kebanyakan metal sekitar 5 eV
pada temperatur kamar kBT sekitar 0,025 eV
kurang dari 1% elektron valensi yang dapat berkontribusi pada
panas spesifik
kontribusi elektron dalam panas spesifik adalah TENk
cF
Bv
3elektron
Panas Spesifik Total
elektron ion total vvv ccc
Untuk temperatur rendah, dapat dituliskan
TATcv 3 2ATTcv atau
T 2
′
slope = A
cv/T
Panas Spesifik Pada Tekanan Konstan, cp
Hubungan antara cp dan cv diberikan dalam thermodinamika
2v
vp TVcc
volume molar
koefisien muai volumekompresibilitas
pv dT
dvv
1
Tdpdv
v
1
Faktor-Faktor Lain Yang Turut Berperan Pemasukan panas pada padatan tertentu dikuti proses-proses lain, misalnya:
perubahan susunan molekul dalam alloy, pengacakan spin elektron dalam material magnetik,
perubahan distribusi elektron dalam material superkonduktor,
Proses-proses ini akan meningkatkan panas spesifik material yang bersangkutan
Pemuaian
Pada tekanan konstan p
L dTdl
l
1
LV 3
Dengan menggunakan model Debye
Vcv
Lv
3
: konstanta Gruneisen : kompresibilitas
cp, αL, γ, untuk beberapa material.[6].
Material cp (300 K)cal/g K
αL (300 K)1/K106
γ (konst. Gruneisen)
Al 0,22 24,1 2,17
Cu 0,092 17,6 1,96
Au 0,031 13,8 3,03
Fe 0.11 10,8 1,60
Pb 0,32 28,0 2,73
Ni 0,13 13,3 1.88
Pt 0,031 8,8 2,54
Ag 0,056 19,5 2,40
W 0,034 3,95 1,62
Sn 0,54 23,5 2,14
Tl 0,036 6,7 1,75
Konduktivitas Panas
Konduktivitas Panas Jika q adalah jumlah kalori yang melewati satu satuan luas (A) per
satuan waktu ke arah x maka
dxdTQ
q TA
Konduktivitas Panas
aliran panas berjalan dari temperatur tinggi ke temperatur rendah
Pada temperatur kamar, metal memiliki konduktivitas thermal yang baik dan konduktivitas listrik yang baik pula karena elektron-bebas berperan dalam berlangsungnya transfer panas
Pada material dengan ikatan ion ataupun ikatan kovalen, di mana elektron kurang dapat bergerak bebas, transfer panas berlangsung melalui phonon
Dalam polimer perpindahan panas terjadi melalui rotasi, vibrasi, dan translasi molekul
σT untuk beberapa material pada 300 K .[6].
Material σT
cal/(cm sec K)L=σT/σeT
(volt/K)2108
Al 0,53 2,2
Cu 0,94 2,23
Fe 0,19 2,47
Ag 1,00 2,31
C (Intan) 1,5 -
Ge 0,14 -
Lorentz number
Konduktivitas Panas Oleh Elektron
pengertian klasik gas ideal TkE B23
Jika L adalah jalan bebas rata-rata elektron, maka transmisi energi per elektron adalah
xTk
xE
B
23
LxTkL
xE
B
23
Jumlah energi yang ter-transfer ke arah x LxTknQ B
23
3kerapatan elektron
kecepatan rata-rata
Energi thermal yang ditransfer melalui dua bidang paralel tegak-lurus arah x dengan jarak x pada perbedaan temperatur T adalah
xTE T
xTQ
xTQ T
/
atau T
LknBT 2
Rasio Wiedemann-Franz
Rasio ini adalah rasio antara konduktivitas thermal dan konduktivitas listrik listrik
2
2
2
2
2e
km
mLne
LknB
B
e
T
Te
ToL
Lorentz number hampir sama untuk kebanyakan metal
Isolator thermal yang baik adalah material yang porous. Rendahnya konduktivitas thermal disebabkan oleh rendahnya konduktivitas udara
yang terjebak dalam pori-pori
Isolator Panas
Namun penggunaan pada temperatur tinggi yang berkelanjutan cenderung terjadi pemadatan yang mengurangi kualitasnya
sebagai isolator thermal
Material polimer yang porous bisa mendekati kualitas ruang hampa pada temperatur sangat rendah; gas dalam pori yang membeku menyisakan ruang-ruang hampa yang bertindak sebagai isolator
Bahan Kuliah Terbuka
Mengenal Sifat Material #2
Sudaryatno Sudirham