potensi lahan dan model usahatani tradisional ubi...

12
Susanto dan Alfons: Usahatani tradisional ubi minor lahan kering iklim kering di Maluku 770 POTENSI LAHAN DAN MODEL USAHATANI TRADISIONAL UBI MINOR PADA LAHAN KERING IKLIM KERING DI MALUKU TENGGARA BARAT DAN MALUKU BARAT DAYA Andriko Noto Susanto dan Janes Berthy Alfons Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku; Jln. Chr. Soplanit Rumah Tiga Ambon 97233. Telp. (0911) 3303865; 322542; e-mail:[email protected], [email protected] ABSTRAK Kabupaten MTB (Maluku Tenggara Barat) dan MBD (Maluku Barat Daya) merupakan sentra produksi ubi minor dan dikonsumsi sebagai pangan lokal non beras. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi basis data biofisik lahan dan model usahatani eksisting ubi minor seba- gai data dasar dalam perencanaan pengembangan. Survei dilaksanakan pada daerah-daerah sentra produksi pertanian di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya. Hasil Kajian menunjukkan bahwa potensi pengembangan usahatani tanaman pangan (termasuk ubi minor) masih terbuka seluas 185.687 ha. Ubi minor (yams dan cocoyams) merupakan ubi lokal di kabupaten MTB dan MBD yang berpotensi untuk dikembangkan karena berkontribusi terhadap penyediaan bahan pangan lokal. Kebanyakan petani menerapkan sistem pertanian campuran (mix cropping) yaitu menanam berbagai jenis tanaman pada satu hamparan lahan secara terus-menerus selama masih tersedia air hujan. Cara ini terbukti mampu mengatasi masalah rawan pangan karena dapat dilakukan panen beberapa kali dalam satu tahun. Kata kunci: ubi minor, potensi lahan, usahatani eksisting, ketahanan pangan, Maluku. ABSTRACT Land Potential and traditional farming model of minor tubers on dry climate-dry land in West Southeast Maluku and South-West Maluku District. District of West Southeast Maluku (WSM) and South-West Maluku (SWM) is a center of minor tubers production and consumption as a local food non-rice. The purpose of research is to identify the biophysical data bases and farming system existing models of minor tubers as a baseline for planning development. The survey was conducted in center production areas in the WSM and SWM. Results of this study indicate that the land potential for food crops development (including minor tubers) is 185,687 ha. Minor tubers (yams and cocoyams) is a local tubers in WSM and SWM district which potential to be developed as contribute to the local food supply. Most farmers apply the mixed farming systems namely plant of crops variety on continuously same area during the rain water is still available. This method is able to overcome the problem of food insecurity because it can be harvested several times a year. Keywords: minor tubers, land potential, existing farming, food security, Maluku. PENDAHULUAN Ubi minor di Indonesia terdapat banyak jenis dan varietas, antara lain talas (Colocasia esculenta), kimpul/keladi (Xanthosoma sp), uwi (Dioscorea alata), gembili (Dioscorea esculenta), dan ganyong (Canna edulis) (Sunarti dan Richana 2004). Di Maluku, ubi minor yang umumnya dibudidayakan dan tercatat dalam data statistik pertanian sebagai ubi- ubian lain adalah yams (ubi/uwi dan kumbili/gembili) dan cocoyams (talas dan keladi). Ubi-ubian minor ini merupakan sumber karbohidrat non-beras potensial yang dapat

Upload: tranphuc

Post on 11-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Susanto dan Alfons: Usahatani tradisional ubi minor lahan kering iklim kering di Maluku 770

POTENSI LAHAN DAN MODEL USAHATANI TRADISIONAL UBI MINOR PADA LAHAN KERING IKLIM KERING DI MALUKU

TENGGARA BARAT DAN MALUKU BARAT DAYA

Andriko Noto Susanto dan Janes Berthy Alfons Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku; Jln. Chr. Soplanit Rumah Tiga

Ambon 97233. Telp. (0911) 3303865; 322542; e-mail:[email protected], [email protected]

ABSTRAK Kabupaten MTB (Maluku Tenggara Barat) dan MBD (Maluku Barat Daya) merupakan

sentra produksi ubi minor dan dikonsumsi sebagai pangan lokal non beras. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi basis data biofisik lahan dan model usahatani eksisting ubi minor seba-gai data dasar dalam perencanaan pengembangan. Survei dilaksanakan pada daerah-daerah sentra produksi pertanian di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya. Hasil Kajian menunjukkan bahwa potensi pengembangan usahatani tanaman pangan (termasuk ubi minor) masih terbuka seluas 185.687 ha. Ubi minor (yams dan cocoyams) merupakan ubi lokal di kabupaten MTB dan MBD yang berpotensi untuk dikembangkan karena berkontribusi terhadap penyediaan bahan pangan lokal. Kebanyakan petani menerapkan sistem pertanian campuran (mix cropping) yaitu menanam berbagai jenis tanaman pada satu hamparan lahan secara terus-menerus selama masih tersedia air hujan. Cara ini terbukti mampu mengatasi masalah rawan pangan karena dapat dilakukan panen beberapa kali dalam satu tahun.

Kata kunci: ubi minor, potensi lahan, usahatani eksisting, ketahanan pangan, Maluku.

ABSTRACT Land Potential and traditional farming model of minor tubers on dry climate-dry

land in West Southeast Maluku and South-West Maluku District. District of West Southeast Maluku (WSM) and South-West Maluku (SWM) is a center of minor tubers production and consumption as a local food non-rice. The purpose of research is to identify the biophysical data bases and farming system existing models of minor tubers as a baseline for planning development. The survey was conducted in center production areas in the WSM and SWM. Results of this study indicate that the land potential for food crops development (including minor tubers) is 185,687 ha. Minor tubers (yams and cocoyams) is a local tubers in WSM and SWM district which potential to be developed as contribute to the local food supply. Most farmers apply the mixed farming systems namely plant of crops variety on continuously same area during the rain water is still available. This method is able to overcome the problem of food insecurity because it can be harvested several times a year.

Keywords: minor tubers, land potential, existing farming, food security, Maluku.

PENDAHULUAN Ubi minor di Indonesia terdapat banyak jenis dan varietas, antara lain talas (Colocasia

esculenta), kimpul/keladi (Xanthosoma sp), uwi (Dioscorea alata), gembili (Dioscorea esculenta), dan ganyong (Canna edulis) (Sunarti dan Richana 2004). Di Maluku, ubi minor yang umumnya dibudidayakan dan tercatat dalam data statistik pertanian sebagai ubi-ubian lain adalah yams (ubi/uwi dan kumbili/gembili) dan cocoyams (talas dan keladi). Ubi-ubian minor ini merupakan sumber karbohidrat non-beras potensial yang dapat

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 771

dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif mendukung ketahanan pangan nasional, karena kandungan karbohidratnya cukup tinggi berkisar antara 48,0–86,9% (Lalopua et al. 1989).

Ubi minor tergolong ubi-ubian tropis, telah lama dikenal dan digunakan sebagai maka-nan pokok masyarakat Maluku di samping sagu. Hal ini terlihat jelas dalam pola umum konsumsi pangan (sumber karbohidrat) masyarakat Maluku (Lalopua et al. 1989), yaitu (1) sagu – yams/cocoyams – ubi kayu/ubi jalar – padi (Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, dan Buru), (2) yams/cocoyams – ubi kayu/ubi jalar – jagung (Maluku Tengara, Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru). Selain itu, ubi-ubian ini tergolong komoditas pangan unggulan ke-2 dengan nilai LQ (Location Quotient) 7.43 (Bustaman dan Susanto 2003). Dengan demikian, ubi-ubian lain/ubi minor (yams dan cocoyams) memiliki keunggulan komparatif dan cukup strategis dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif mendukung ketahanan pangan di Provinsi Maluku.

Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan secara cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata dan terjangkau (UU No. 7 Thn 1996 dalam Thahir 2004). Ketahanan pangan juga diartikan sebagai acces for all people at all times to enough food for an active and health life (FAO 1996, Barrett 2002, Ruel et al. 1992, dan Siata 2009). Menurut Suryana (2004), elemen ketahanan pangan terdiri dari empat bagian yaitu (1) keterse-diaan pangan, (2) aksesibilitas yang menggambarkan kemampuaan untuk menguasai pangan yang cukup, (3) keamanan pangan yang diartikan sebagai stabilitas dan keandal-an, dan (4) keberlanjutan yang merupakan kontinuitas akses dan ketersediaan pangan.

Berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian Kabupaten Maluku Tenggara Barat, setiap tahun pada musim kemarau terjadi kekurangan bahan pangan akibat gagal panen. Selain disebabkan oleh kekeringan karena tidak tersedia sumber air irigasi alternatif, kekurangan pangan juga disebabkan oleh bergesernya pola pangan masyarakat ke lebih dominan beras sehingga berdampak pada kurang berkembangnya, bahkan menurun, sumber pangan lokal. Sementara itu, upaya pengembangan pangan lokal di Kabupaten MTB dan MBD belum adanya data dasar yang relatif akurat untuk perencanaan pengembangan pangan lokal. Oleh karena itu diperlukan kajian untuk mengetahui potensi pengembangan pangan lokal dan model usahatani eksisting ubi minor oleh petani setempat dalam upaya mendukung ketahanan pangan daerah.

Tujuan penelitian ini adalah (1) menginventarisasi ketersediaan data biofisik lahan, dan (2) mengidentifikasi model usahatani eksisting ubi minor sebagai data dasar dalam peren-canaan pengembangan ubi minor sebagai pangan alternatif mendukung ketahanan pangan.

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan perpaduan antara survei sumberdaya lahan secara terseleksi,

survei model usahatani ubi minor sebagai pangan alternatif dan pengumpulan data sekunder penunjang penelitian. Survei dilakukan pada sentra-sentra produksi pertanian yang mencakup seluruh gugus pulau di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya. Penetapan lokasi sampling didasarkan pada homogenitas kondisi zona agroklimat atau kelompok gugus pulau atau potensi aktual usaha pangan lokal yang sudah dikembangkan penduduk dalam skala relatif besar, meliputi jenis, produksi, luas pengu-sahaan, pola konsumsi pangan, dan karakteristik pembeda lainnya.

Susanto dan Alfons: Usahatani tradisional ubi minor lahan kering iklim kering di Maluku 772

Cakupan penelitan ini meliputi pengumpulan data dan informasi mengenai potensi sumberdaya lahan dan model usahatani eksisting ubi nimor sebagai pangan alternatif. Data yang dikumpulkan terdiri atas (1) data aspek biofisik lahan (tanah, ketinggian tempat, kelerengan, penggunaa lahan), (2) data keragaan model/cara berusahatani masyarakat, dan (3) data sekunder penunjang hasil penelitian (jumlah penduduk, sebaran penduduk, luas usaha pertanian tanaman pangan yang dikembangkan penduduk beserta produk-sinya). Data karakteristik sumberdaya lahan dan pola usahatani tanaman pangan lokal dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Lahan Kering Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya merupakan wilayah

administratif Provinsi Maluku dengan total luas 12.542.240 ha yang terbagi dalam wilayah darat seluas 1.458.400 ha dan wilayah laut 11.083.840 ha. Luas wilayah darat yang hanya 11,6 % dari luas keseluruhan terbagi ke dalam 133 pulau (88 pulau telah didiami dan 54 pulau belum didiami penduduk). Jumlah penduduk MTB dan MBD berdasarkan BPS Provinsi Maluku (2011) berturut-turut adalah 105.341 jiwa dan 70.714 jiwa, dengan laju pertumbuhan 1,47 %. Pertanian, kehutanan, perburuhan dan perikanan merupakan sektor yang menyediakan lapangan kerja tertinggi (61 %) dibanding sektor lainnya (Tabel 1), namun rata-rata masyarakat yang bergerak di bidang ini tergolong miskin (BPS Kabupaten MTB 2011; BPS Kabupaten MBD 2011).

Tabel 1. Penduduk 10 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya, 2011.

Jumlah tenaga kerja (Jiwa) Lapangan pekerjaan utama Maluku Tenggara

Barat Maluku Barat Daya

Pertanian, kehutanan, perburuhan dan perikanan 65.106 12.536

Pertambangan dan penggalian 612 6.216

Industri pengolahan 611 -

Listrik, gas dan air minum 162 209

Bangunan 762 2.142

Perdagangan besar, eceran dan rumah makan 8.265 2.246

Angkutan, pergudangan dan komunikasi 1.462 2.115

Keuangan dan sejenisnya 504 209

Jasa kemasyarakatan 11.523 -

Lainnya 75 -

Total 89.082 25.673 Sumber: BPS Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011; BPS Kabupaten Maluku Barat Daya, 2011.

Berdasarkan Atlas Arahan Pewilayahan Komoditas Pertanian Unggulan Nasional yang diterbitkan oleh Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2001), Kabupaten MTB dan MBD memiliki sembilan kelompok peruntukan lahan yaitu (1) SP 3 yaitu untuk pengembangan usahatani tanaman pangan dari kelompok padi sawah – palawija/hortikultura pada data-ran tinggi iklim basah, (2) SP 4 pengembangan usahatani tanaman pangan dari kelompok padi sawah dan palawija/hortikultura pada dataran rendah iklim kering, (3) SP 17 untuk pengembangan usahatani tanaman pangan dari kelompok padi gogo/jagung/gembili, (4)

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 773

SP 38 untuk pengembangan usahatani gabungan antara tanaman hortikultura dan tana-man pangan (jeruk/mangga/jagung/gembili), (5) SP 86 untuk pengembangan usahatani tanaman perkebunan dan kayu-kayuan (cengkeh/pala/kayu-kayuan/durian), (6) SP 62 untuk pengembangan perkebunan kelapa/kakao, (7) SP 120 untuk peruntukan hutan, (8) SP 121 untuk hutan konservasi, dan (9) SP 119 untuk tambak.

Susanto dan Alfons: Usahatani tradisional ubi minor lahan kering iklim kering di Maluku 774

Tabel 2. Agroekologi untuk pengembangan pertanian dan kehutanan dan luasannya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya.

Agroekologi Pengembangan pertanian dan kehutanan Luas total

Sub zona Fisiografi Lereng (%) Sistem Komoditas ha %

I ax Dataran, dtrn karst, peg. Vulkan, perb. angkatan, peg. Angkatan

>40 Kehutanan Vegetasi alami 188.540 21,29

I bx Dataran, dtrn karst, peg. Vulkan, perb. angkatan, peg. Angkatan

>40 Kehutanan Vegetasi alami 61.313 6,93

I ay Teras > 40 Kehutanan Vegetasi alami 96.087 10,85

I by Teras > 40 Kehutanan Vegetasi alami 996 0,11

II ax Perb. karst, dtrn karst, teras, peg. angkatan, volkan, karst.

16 – 40 Perkebunan Kelapa, klp. sawit, kakao, cengkeh, pala, kenari, durian, pisang, duku, manggis, nangka, salak, nanas, sirsak, rambutan.

8387 0,95

II ay Teras 16 – 40 Perkebunan Kelapa, kopi, jambu mete, mangga, pisang, nenas, jeruk Kisar, kapas

310.522 35,07

II ay.i Teras 16 – 40 Perkebunan Kelapa, kopi, jambu mete, mangga, pisang, nenas, jeruk Kisar, kapas

917 0,10

III ax Dataran karst, teras 9 – 15 Wanatani Kc. gude, kc.hijau, kc. Tanah, kc. Merah, jagung, padi gogo.

1.959 0,22

III ay Dataran karst. 9 – 15 Wanatani Jambu mete, mangga, kc. gude, kc.hijau, kc. Tanah, kc. Merah, jagung, padi gogo.

111.281 12,57

IV ax Dataran karst, teras, kipas dan lahar, meander belts

3 – 8 Pertanian lahan kering Padi gogo, jagung, kc.tanah, kc.hijau, kc.gude, kc.merah, ubi kayu, ubi jalar, uwi, gumbili, keladi, talas, labu.

771 0,09

IV ax.i Dataran karst, teras, kipas dan lahar, meander belts

3 – 8 Pertanian lahan kering Padi gogo, jagung, kc.tanah, kc.hijau, kc.gude, kc.merah, ubi kayu, ubi jalar, uwi, gumbili, keladi, talas, labu.

1.562 0,18

IV ay Dataran karst, teras 3 – 8 Pertanian lahan kering Padi gogo, jagung, kc.tanah, kc.hijau, kc.gude, kc.merah, ubi kayu, ubi jalar, uwi, gumbili, keladi, talas, labu.

50.230 5,67

IV ay.i Dataran karst, teras 3 – 8 Pertanian lahan kering Padi gogo, jagung, kc.tanah, kc.hijau, kc.gude, kc.merah, ubi kayu, ubi jalar, uwi, gumbili, keladi, talas, labu.

19.636 2,22

IV az Dataran karst, teras, kipas dan lahar, meander belts

<3 Pertanian Lahan Basah Sagu 248 0,03

VI az Rawa pasang surut < 2 Perikanan pantai Udang, kepiting, bandeng 32.930 3,72

T O T A L 885.379 100

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 775

Berdasarkan Peta Zona Agroekologi (ZAE), dari total wilayah darat Kabupaten MTB dan MBD, seluas 185.687 ha di antaranya dapat diusahakan tanaman pangan dan hortikultura dengan alternatif komoditas padi sawah, padi gogo, jagung, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, sagu, hortikultura, ubi kayu, ubi jalar, keladi, uwi, gembili, kacang tunggak, kacang merah, kacang gude, dan labu (Susanto dan Bustaman 2003, Susanto dan Sirappa 2007). Keadaan agroekologi untuk pengembangan pertanian dan kehutanan beserta luasannya di MTB dan MBD ditampilkan pada Tabel 2.

Produksi tersebar tanaman pangan di Kabupaten Maluku Barat Daya adalah jagung dan ubi kayu sedangkan di Maluku Tenggara Barat adalah padi gogo dan umbi-umbian lain. Jagung paling banyak dihasilkan dari Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan (MBD) sedangkan umbi-umbian dihasilkan dari Pulau Yamdena (MTB). Kedua komoditas ini telah dibudidayakan masyarakat setempat sejak lama dan merupakan sumber karbohidrat utama di kabupaten ini selain beras dan sagu. Kacang-kacangan banyak diusahakan oleh petani dalam skala rumah tangga, terutama kacang tanah dan kacang hijau (Tabel 3).

Tabel 3. Luas areal, luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pangan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya, 2011.

Maluku Barat Daya Maluku Tenggara Barat

Komoditas Luas areal (ha)

Luas panen (ha)

Produksi (ton)

Produkti-vitas (t/ha)

Luas areal (ha)

Luas panen (ha)

Produksi (ton)

Produkti-vitas (t/ha)

Padi gogo 671 443 485 1,09 1.209 963 867 0,90

Jagung 10.404 7.062 9.163 1,30 919 793 713 0,90

Ubikayu 675 298 2.054 6,89 413 340 2.040 6,00

Ubijalar 533 303 1.515 5,00 373 320 1.638 5,12

Kacang tanah 603 494 595 1,20 645 580 521 0,90

Kacang hijau 63 53 58 1,09 625 589 529 0,90

Kacang lainnya

157 125 119 0,95 524 518 395 0,76

Umbi lainnya 457 278 1.946 7,00 850 779 4.674 6,00

Sumber: BPS Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011; BPS Kabupaten Maluku Barat Daya, 2011.

Identifikasi sumberdaya lahan sekala detail berdasarkan Peta Rupa Bumi skala 1:25.000 menunjukkan bahwa MTB dan MBD memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan pangan. Telah terinventarisasi areal seluas 48.205,62 ha yang dibuka untuk usaha pertanian tanaman pangan (21.088,40 ha) dan perkebunan (27.177,22 ha) (Bakosurtanal 2001). Luas penggunaan lahan untuk ladang/tegalan dan perkebunan yang dirinci per kecamatan ditampilkan pada Tabel 4.

Susanto dan Alfons: Usahatani tradisional ubi minor lahan kering iklim kering di Maluku 776

Tabel 4. Rincian luas penggunaan lahan pada setiap kecamatan di Kabupaten MTB dan MBD berdasarkan peta rupa bumi skala 1:25.000 (Bakosurtanal 2001).

Luas penggunaan lahan (Ha) (PRB 1:25.000)

Estimasi sebaran penggunaan lahan tegalan untuk usaha tanaman pangan (ha)

Kecamatan Tegalan/ ladang

Perkebunan Total luas

lahan PRB

padi gogo

jagung ubi kayu ubi jalar

kacang tanah

Kacang hijau

kacang-kacangan

lain

Umbi-umbian

lain

Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB)

Tanimbar Selatan

1.387,5 3.029,7 4.417,2 149,6 693,8 67,0 99,7 149,6 34,2 81,2 79,0

Selaru 1.325,0 2.828,1 4.153,1 124,5 295,5 101,5 152,3 303,9 101,5 109,4 136,5

Wer Tamrian 668,8 1.784,4 2.453,1 183,3 196,8 30,6 69,2 39,4 46,1 51,7 51,7

Wer Makatian

1.092,2 1.979,7 3.071,9 209,9 294,8 70,1 104,7 90,0 104,7 72,7 145,4

Tanimbar Utara

2.038,4 1.900,0 3.938,4 225,2 342,5 154,0 230,4 461,9 166,5 259,8 198,0

Yaru 278,1 2.362,5 2.640,6 39,1 47,1 21,8 32,4 39,1 48,5 22,3 27,9

Wuar Labobar

814,1 1.423,4 2.237,5 179,6 191,5 46,8 104,8 69,9 52,4 43,3 125,8

Kormomolin 934,4 4.121,9 5.056,3 162,9 175,7 63,9 95,9 82,5 143,8 101,5 108,2

Nirunmas 312,5 3.015,6 3.328,1 73,8 80,6 16,7 37,4 24,9 18,7 15,5 44,9

Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD)

PP Babar 425,0 985,9 1.410,9 36,8 271,6 24,5 18,4 13,8 12,7 30,2 17,1

Babar Timur 1.951,6 965,6 2.917,2 180,8 1.196,0 121,1 90,4 68,0 63,0 148,5 83,8

Mdona Hiera 378,1 103,1 481,3 34,0 226,0 24,8 18,9 14,0 12,9 30,2 17,3

Pulau Leti 1.210,9 235,9 1.446,9 20,6 697,0 167,4 55,6 125,7 28,9 68,4 47,3

Moa Lakor 5.192,2 273,4 5.465,6 67,9 3,579,9 240,4 180,3 538,3 125,4 295,3 164,6

PP Terselatan 2.615,6 303,1 2.918,8 110,4 1,992,9 93,7 68,8 73,2 60,2 153,8 62,6

Pulau Damar 48,4 753,1 801,6 3,9 15,7 3,0 11,8 2,2 2,0 1,7 8,1

P. Wetar 415,6 1.051,6 1.467,2 38,1 299,2 12,7 11,4 19,1 16,4 10,2 8,6

Total 1 dan 2 21.088,4 27.117,2 48.205,6 1.840,3 10.596,4 1.259,9 1.82,4 2.115,4 1.038,0 1.495,6 1.326,8

Keragaan Usahatani Tanaman Pangan

Identifikasi keragaan usahatani tanaman pangan lokal penting untuk dilakukan agar dapat diketahui gambaran menyeluruh mengenai pengelolaan tanaman, produksi, dan produktivitas dalam kebutuhan pangan masyarakat setempat. Identifikasi keragaan usahatani dilakukan di Kecamatan Wer Tamrian dan Tanimbar Selatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Pulau Babar dan Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya. Masyarakat di lokasi tersebut terbiasa mengonsumsi jagung, umbi-umbian (yams dan cocoyams), atau campuran jagung, umbi-umbian (yams dan cocoyams) dan beras, sehingga beras sebagai bahan makanan utama dapat dihemat.

Cara budi daya masih tradisional, produktivitas lebih rendah bila dibanding jika menerapkan anjuran teknologi Badan Litbang Pertanian. Pengolahan tanah dilakukan secara tebang-bakar-tanam (TBT), yaitu lahan dibabat/dibersihkan, dibiarkan sampai rerumputan kering, kemudian dibakar, dibersihkan dan ditanam. Sebelum ubi-ubian (termuk ubi minor) ditanam, tanah diolah setempat membentuk guludan/tumpukan. Guludan/tumpukan atau ”kuming” dalam bahasa Maluku dan tergolong pengolahan tanah

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 777

minimum. Padi, jagung, dan kacang-kacangan) langsung ditanam (tanpa olah tanah) setelah lahan dibakar. Penanaman dilakukan secara manual dengan jarak tanam bervariasi menurut komoditas yang ditanam. Pemupukan dan pengendalian hama-penyakit tidak dilakukan dan penyiangan bergantung pada pertumbuhan gulma. Panen padi menggunakan parang pendek/pisau secara gotong royong. Perontokan gabah dengan cara memukul pada sebatang kayu dan pengolahan gabah menjadi beras melalui proses tumbuk menggunakan lesung kayu. Jagung dipanen dengan cara potong tongkol dan pohon digunakan sebagai lanjaran ubi/gembili, sedangkan ubi-ubian dipanen dengan cara mencabut atau membongkar tanah di sekitar umbi.

Luas usaha setiap petani berkisar antara 15 m x 25 m sampai 25 m x 50 m. Waktu panen tiap jenis komoditi berbeda menurut masa panen. Pada bulan April panen padi dan jagung, bulan Juni panen ubi jalar dan gembili. Pada bulan Agustus sampai Oktober panen uwi, talas, keladi, ubi kayu, dan pisang. Petani menerapkan model usahatani mix cropping yaitu dalam satu musim tanam petani menanam berbagai jenis komoditas pangan lokal seperti padi merah, padi hitam, jagung, ubi dan kumbili (yams), talas dan keladi (cocoyams) ukuran besar maupun kecil, ubi kayu, pisang, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kuning, dan kacang merah pada luasan tertentu secara monokultur maupun campuran.

Tabel 5. Estimasi hasil perhitungan produktivitas lahan selama satu tahun pada areal usahatani pangan lokal seluas 1.250 m2 (25 x 50 m) di Kab. MTB dan MBD.

Produksi bahan pangan (kg)

Bulan panen Pisang Jagung Ubi/

uwi Kumbili

Talas dan

keladi

Ubi kayu

Ubi jalar

Padi gogo

Kc. tanah

Kc. hijau

Kc. Merah

Total (kg)

Januari - - - - - - - - - - - - Februari - - - - - - - - - - - - Maret - - - - - - - - - - April - 112,75 - - - - - 250,00 - - - 362,75 Mei - - - - - - - - - - - - Juni - - - 568,80 - - - - - - - 568,80 Juli - - - - - - - - 50,09 23,08 9,00 82,17 Agustus - - - - - 54,46 140,00 - - - - 194,46 September - - 567,80 - - - - - - - - 567,80 Oktober - - - - 577,45 - - - - - - 577,45 November - - - - - - - - - - - - Desember 509,60 - - - - - - - - - - 509,60 Musim Tanam MT1 = Desember, Tanam padi + jagung + umbi-umbian; MT2 = April, Tanam kacang-kacangan + ubi jalar.

Secara teknis model pengaturan tanaman dalam areal kebun adalah sebagai berikut (a) pisang ditanam dengan jarak tanam 3 m x 2 m sebagai tanaman pagar mengelilingi kebun dan merupakan barisan tanaman pertama, (b) barisan tanaman kedua, ditanami ubikayu dengan jarak tanam 1 m x 1 m, (c) jarak antara barisan pisang dan ubikayu 1 m, (d) Areal ditengah, ditanami dengan jagung selubang dengan uwi/kumbili, dengan jarak tanam 1 m x 1 m, (e) diantara barisan jagung ditanami talas merah, talas putih dan keladi dengan jarak 1m x 1m; (f) pada bulan April setelah panen padi petani biasanya menanam kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan ubi jalar (MT2) pada lahan bekas padi gogo atau lahan bukaan baru; (g) panen pertama pada bulan April adalah padi dan jagung, selanjutnya pada bulan Juni panen kumbili, bulan Juli panen kacang tanah, kacang hijau dan kacang merah, bulan Agustus - Oktober panen uwi, talas, keladi, ubikayu, ubi jalar

Susanto dan Alfons: Usahatani tradisional ubi minor lahan kering iklim kering di Maluku 778

dan bulan Desember mulai panen pisang (Tabel 5). Sistem pemanenan berlaku secara periodik dalam setahun. Melalui cara ini masyarakat telah menjadikan kebun sebagai ’lumbung pangan’ yang berfungsi memproduksi dan menyimpan bahan pangan yang dapat diambil sewaktu-waktu sepanjang tahun.

Pola Tanam Berdasarkan Data Iklim Pola curah hujan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat secara umum adalah pola

curah hujan tunggal atau sederhana (simple wave) karena terdapat perbedaan yang jelas antara jumlah curah hujan pada musim hujan (Desember-Mei) dengan musim kemarau (Juni – November). Curah hujan tinggi mulai pada bulan Desember sampai Mei dan puncak tertinggi jatuh pada bulan Mei (333 mm/bulan), kemudian turun secara drastis mulai bulan Juli sampai November (Gambar 2).

Gambar 2. Hubungan pola curah hujan dengan pola tanam petani di Kabupaten MTB.

Iklim di kabupaten MBD bagian barat (Kisar dan Wetar) relatif lebih kering dibanding wilayah bagian timur (Leti, Moa, Lakor, dan Kepulauan Babar) dan kabupaten MTB. Pola tanam pada wilayah tersebut perlu diatur dengan cermat, mengingat periode bulan basah sangat pendek. Pada bulan September sudah harus dilakukan pembersihan lahan secara serentak, dan begitu musim hujan tiba petani secara serentak menanami areal mereka dengan jagung dan kacang hijau/merah secara monokultur maupun jagung dan kacang hijau/merah secara mix cropping. Pada pola kedua dapat diterapkan penanaman umbi-umbian sepanjang tahun yang mulai ditanam pada awal musim hujan, yaitu akhir September (Gambar 3).

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 779

Gambar 3. Hubungan Pola Curah Hujan dengan pola tanam petani di Kabupaten MBD

Keuntungan Bercocok Tanam Ganda (Multiple Cropping) Pengaturan pola tanam pada hakekatnya bertujuan memanfaatkan sumberdaya alam

(iklim/curah hujan dan lahan) serta sumberdaya manusia seoptimal mungkin untuk peningkatan produksi tanaman dan produktivitas (lahan dan tanaman) guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Bercocok tanam ganda (multiple cropping) merupakan pola taman dengan mengusahakan lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang lahan yang sama dalam waktu satu tahun.

Menurut Beets (1982), keuntungan yang diperoleh dalam penerapan sistem bercocok tanam ganda seperti halnya diterapkan petani tradisional di MTB dan MBD adalah: (1) Pemanfaatan faktor lingkungan yang lebih baik dan efisien terutama air, hara dan cahaya matahari. Bila tanaman campuran mempunyai kanopi yang berbeda, yaitu tanaman yang kanopi tinggi dan tegak ditanam bersamaan tanaman yang kanopi rendah dan lebih horizontal, maka kompetisi cahaya dapat diperkecil atau penggunaan cahaya lebih efisien, (2) Menghindari risiko kegagalan panen karena serangan hama dan penyakit sehingga stabilitas hasil lebih besar, (3) Melindungi tanah karena adanya kanopi yang rapat dan saling menutup, maka tekanan air hujan dapat dikurangi sehingga erosi tanah dapat diperkecil, (4) Memperoleh total produksi dan keuntungan lebih tinggi karena panen lebih dari satu jenis tanaman, (5) Penyediaan bahan pangan lebih teratur dengan adanya jenis tanaman yang lebih dari satu jenis, (6) Menyerap tenaga kerja dengan tersedianya kegiatan sepanjang tahun, (7) Mencegah sistem pertanian berpindah-pindah.

Di samping keuntungan, terdapat kelemahan penerapan sistem tanam ganda, yaitu : (1) panen sulit dilakukan dengan mekanisasi, juga pengolahan tanah untuk penanaman berikut, (2) memerlukan perhatian yang lebih serius, dan (3) produksi tanaman utama kemungkinan bias menurun (relatif).

KESIMPULAN 1. Potensi lahan untuk pengembangan pertanian di Kabupaten MTB (Maluku Tenggara

Barat) dan MBD (Maluku Barat Daya) mencapai 651.679 ha, khusus untuk tanaman pangan (termasuk ubi minor) masih tersedia lahan seluas 185.687 ha.

2. Pola usahatani tanaman pangan lokal di MTB dan MBD adalah pola pertanian

Susanto dan Alfons: Usahatani tradisional ubi minor lahan kering iklim kering di Maluku 780

campuran (mix croping), yaitu menanam berbagai jenis tanaman pada satu hamparan lahan secara sambung menyambung selama masih tersedia air hujan. Pola ini mampu menyediakan bahan pangan secara beragam sepanjang tahun, namun dengan produktivitas rendah.

3. Skenario perencanaan pencapaian ketahanan pangan lokal di MTB dan MBD dapat dilakukan dengan (1) peningkatan produktivitas masing-masing jenis tanaman pangan lokal (terutama ubi minor), (2) pengembangan lahan kering untuk mempercepat ekstensifikasi lahan, (3) pencetakan lahan sawah secara terbatas, dan (4) diversifikasi produk olahan bahan pangan lokal untuk meningkatkan preferensi masyarakat dan merangsang pemasaran hasil.

UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pertanian Kabupaten Maluku Tenggara

Barat atas dukungan dana dalam penelitian ini dan kepada Marthen P. Sirappa, Alexander J. Rieuwpassa dan Edwen D. Waas atas partisipasinya dalam pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA Bakosurtanal. 2001. Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000 Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara

Barat dan Maluku Barat Daya - 152 Lembar. Bakosurtanal. Cibinong. Barrett, C.B. 2002. Food Security And Food Assistance Programs. Handbook Of Agricultural

Economics, Volume 2, Edited By B. Gardner And G. Rausser © 2002 Elsevier Science. http://Dyson.Cornell.Edu/Special_Programs/Afsnrm/Parima/Papers%20from%20cbb2/Papers/Barrettfoodsecurityandfood%20assistanceprograms.Pdf. Akses 14 Februari 2013.

Beets, W.C. 1982. Multiple Cropping and Tropical Farming System. Colorado: Westview. BPS Kabupaten Maluku Barat Daya. 2011. Kabupaten Maluku Barat Daya Dalam Angka

Tahun 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Barat Daya. Kisar. BPS Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 2011. Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam

Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Saumlaki. BPS Provinsi Maluku. 2011. Provinsi Maluku Dalam Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik

Provinsi Maluku. Ambon. Bustaman S. dan Susanto AN. 2003. Sintesis komoditas unggulan Provinsi Maluku. Makalah

disampaikan pada Rapat Konsultasi Perencanaan Pembangunan Pertanian di Maluku. Ambon, 24 Mei 2003. Pp 25.

FAO,1996, Food Security Assesment (Document WFS 96/Tech/7). Rome. Lalopua J.R., Wattimena R.E., Waksen A, dan Raharjo S.H.T. 1989. Penelitian tanaman

umbian pada Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Hal. 95–122. Di dalam: Risalah Seminar Pengembangan Potensi Tanaman Umbian. Ambon, 31 Oktober 1989. Ambon: Fakultas Pertanian Unpatti bekerjasama dengan USAID.

Puslitbang Tanah dan Agroklimat. 2001. Atlas Arahan Pewilayahan Komoditas Pertanian Unggulan Nasional. Bogor.

Ruel M.T., James L. Garrett, Saul S. Morris, Daniel Maxwell, Arne Oshaug, Patrice Engle, Purnima Menon, Alison Slack, And Lawrence Haddad Braun, J. Von, H. Bouis, S. Kumar, And R. Pandya-Lorch. 1992. Improving Food Security Of The Poor: Concept, Policy, And Programs. In Urban Challenges To Food And Nutrition Security: A Review Of Food Security, Health, And Caregiving In The Cities Washington, D.C.: International Food Policy Research Institute.

Siata R. 2009. Identifikasi Sumber Pangan Lokal Dalam Rangka Penganekaragaman Pangan Di Provinsi Jambi. Balai Penelitian Dan Pengembangan Daerah Provinsi Jambi.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 781

Suryana A, 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Dalam Prosiding Ketahanan Pangan di Indonesia. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, Tanggal 17–19 Mei 2004.

Susanto A.N dan S. Bustaman. 2003. Potensi Lahan Beserta Alternatif Komoditas Pertanian Terpilih Berdasarkan Peta Zona Agroekologi Pada Setiap Kecamatan Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Ambon.

Susanto, A.N. dan M.P. Sirappa. 2007. Karakteristik dan Ketersediaan Data Sumber Daya Lahan Pulau-Pulau Kecil Untuk Perencanaan Pembangunan Pertanian di Maluku. Jurnal Litbang Pertanian, 26(2), 2007. p. 41–53.

Thahir, R. 2004. Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan Tradisional Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional; Penyunting : J. Munarso, Risfaheri, Abubakar, Setyadjit dan S. Prabawati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.