portofolio mortum yoga
DESCRIPTION
h;flkaj;klfja;lg;lgja;lgja;lkgjalkgja;lgja;lgjla;gj;lakgjl;gj;lakgja;lkTRANSCRIPT
PORTOFOLIO MATA KULIAH MORFOLOGI TUMBUHAN
Salah satu tugas dari mata kuliah morfologi tumbuhan
Yang dibina oleh Ibu Dra. Sunarmi, M.Pd.
Oleh
Prayoga Rendra Vendiktama (110341421546)
Pendidikan Biologi / offering B / 2011
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Desember 2012
BIODATA DIRI
Nama : Prayoga Rendra Vendiktama
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 7 Juli 1993
Alamat asal : Desa Barengkrajan RT 6 RW 2 Krian, Sidoarjo.
NIM / DNI : 110341421546 / PBIO 130040
Offering : B
Angkatan : 2011
Jurusan : Biologi
Program studi : Pendidikan Biologi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan portofolio mata kuliah morfologi tumbuhan ini dengan baik dan
tepat waktu.
Portofolio mata kuliah morfologi tumbuhan ini disusun dengan tujuan untuk
mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil belajar penulis selama mengikuti perkuliahan
dalam satu semester. Portofolio ini berisi hasil belajar pada mata kuliah morfologi tumbuhan
yang meliputi hasil kuis dalam setiap pertemuan kuliah, tes materi per unit, refleksi diri setiap
selesai perkuliahan, makalah materi per unit, tugas, dan laporan hasil pengamatan atau
praktikum selama satu semester. Dengan demikian, penulis diharapkan dapat memperoleh
gambaran yang utuh dan jelas mengenai mata kuliah morfologi tumbuhan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyiapkan dan menyusun portofolio ini, antara lain :
1. Orang tua yang selalu mendukung penulis baik secara materiil dan moril.
2. Ibu Dra. Sunarmi, M.Pd. selaku dosen yang telah membimbing penulis pada mata kuliah
morfologi tumbuhan selama satu semester.
3. Para asisten dosen yang dengan sabar dan baik telah membantu penulis untuk belajar
ketika diskusi maupun praktikum.
4. Teman-teman yang secara langsung maupun tidak langsung telah mendukung
terselesaikannya portofolio ini.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendokumentasikan hasil belajar dengan baik saat
portofolio ini dibuat. Namun, tentunya masih terdapat kekurangan dan kelemahan dari segi isi
maupun kelengkapan.. Jika terdapat dokumentasi yang kurang tepat dan kurang lengkap dalam
penyajiannya, maka diharapkan merujuk ke sumber atau beberapa literatur morfologi tumbuhan.
Semoga portofolio ini bermanfaat tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bagi mahasiswa lain yang
membutuhkan informasi mengenai perkuliahan morfologi tumbuhan.
Malang , 9 Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Portofolio dipakai pada sejumlah kegiatan yang masing-masing memiliki arti cukup
berbeda. Istilah portofolio diserap dari istilah latin porteufille, dimana protofolio dalam dunia
pendidikan digunakan untuk menyebut sekumpulan informasi pribadi berupa catatan dan
dokumentasi atas pencapaian prestasi seseorang dalam pendidikannya. Telah dikenal manfaat
umum dari protofolio sebagai akreditasi dari pengalaman seseorang selama menempuh
pendidikan. Dokumen yang telah terkumpul sebagai portofolio dapat digunakan sebagai refleksi
pribadi. Penilaian melalui portofolio adalah suatu bentuk alternatif cara penilaian yang dianggap
lebih valid dan bisa diandalkan dibandingkan hanya menggunakan penilaian baku dan
konvensional.
Selain itu, portofolio juga mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung
pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat pada portofolio tersebut tergantung pada subjek
dan tujuan penggunaan portofolio yang bersangkutan. Portofolio akan memberikan dasar bagi
pertimbangan kemajuan belajar mahasiswa yang dapat dikomunikasikan secara langsung antara
pengajar dengan mahasiswa yang bersangkutan.
Selama mengikuti perkuliahan morfologi tumbuhan, telah dikumpulkan hasil tes unit,
laporan praktikum, makalah, maupun refleksi diri sebagai bukti telah dilaksanakan pembelajaran
secara berkesinambungan hingga akhir semester. Portofolio ini dibuat untuk memenuhi tugas
akhir matakuliah morfologi tumbuhan yang merekam seluruh hasil kegiatan pembelajaran
sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan untuk mengetahui dan menilai prestasi
belajar mahasiswa selama menempuh matakuliah satu semester.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penyusunan portofolio sebagai salah satu
tugas matakuliah morfologi tumbuhan ini perlu dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses perkuliahan mata kuliah morfologi tumbuhan?
2. Apa sajakah materi yang dipelajari dalam mata kuliah morfologi tumbuhan?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan proses perkuliahan mata kuliah morfologi tumbuhan.
2. Untuk mendeskripsikan materi yang dipelajari dalam mata kuliah morfologi tumbuhan.
D. Manfaat
1. Sebagai sarana informasi mengenai perkuliahan morfologi tumbuhan.
2. Sebagai sarana bagi penulis dalam mempelajari kembali morfologi tumbuhan di
kemudian hari.
3. Sebagai sarana untuk menggiatkan lingkungan belajar mahasiswa.
4. Sebagai sarana refleksi diri karena memuat hasil belajar yang merekam perkembangan
belajar mahasiswa dari hari ke hari.
BAB II
DASAR TEORI
A. Daun, Batang , dan Akar
1. Daun
Daun lengkap terdiri dari tiga bagian, yaitu pelepah daun (vagina), tangkai daun
(petiolus), dan helaian daun (lamina). Namun, tidak semua daun memiliki bagian seperti itu. Jika
satu atau dua bagian tidak ditemukan, maka disebut daun tidak lengkap (Tjitrosoepomo, 2005).
Tata letak daun pada tumbuhan dikenal dengan sebutan phyllotaxis. Tipe filotaksis dapat
berupa folia sparsa, folia decussata, atau folia verticillata. Dalam pengamatan daun, dapat pula
diamati bentuk (bangun) daun, ujung daun, pangkal daun, pertulangan dan peruratan daun, tepi
daun, daging daun, warna daun, dan permukaan daun (atas dan bawah). Selain itu, dapat pula
kita jumpai bentuk rozet (rosula) di mana daun-daun tampak tumbuh merapat dan berdesakan.
Hal ini dikarenakan ruas batang di antara daun-daun itu amat pendek dan tidak memanjang. Jika
rozet berada di dekat akar disebut rozet akar, sedangkan jika ditemukan di ujung batang disebut
rozet batang (Hidajat, 1994).
2. Daun Majemuk (Folium compositum)
Secara umum dapat dikatakan bahwa daun majemuk adalah daun yang memiliki lebih
dari satu helai daun dan setiap helai daunnya itu disebut anak daun (Hidajat, 1994).
Suatu daun majemuk berasal dari suatu daun tunggal yang torehnya sedemikian
dalamnya sehingga bagian daun diantara toreh-toreh itu terpisah satu sama lain, dan masing
masing merupakan suatu helaian kecil yang tersendiri. Bagian-bagian dari daun majemuk terdiri
atas ibu tangkai daun (petiolus communis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun
(foliolum) (Tjitrosoepomo, 2005).
Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat dibedakan
menjadi 4, yaitu :
a. Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus)
b. Daun Majemuk Menjari (Palmatus atau Digitatus)
c. Daun Majemuk Bangun Kaki (Pedatus)
d. Daun Majemuk Campuran (Digitatopinnatus)
3. Batang
Batang berfungsi untuk mendukung bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, memperluas
bidang asimilasi, jalan pengakutan air & zat-zat makanan, serta sebagai tempat penimbunan
cadangan makanan. Bentuk batang bermacam-macam. Ada yang bulat (teres), segitiga
(triangularis), segiempat (quadrangularis), dan pipih (Tjitrosoepomo, 2005).
Batang memiliki berbagai jenis permukaaan, antara lain licin (laevis), berusuk (costatus),
beralur (sulcatus), bersayap (alatus), berambut (pilosus), dan berduri (spinosus). Ada beberapa
arah pertumbuhan batang, yaitu tegak lurus (erectus), menggantung (dependens), berbaring
(humifusus), menjalar (repens), serong ke atas (ascendens), mengangguk (nutans), memanjat
(scandens), membelit ke kanan (sinistrorsum volubilis), dan membelit ke kiri (dextrorsum
volubilis). Percabangan pada batang ada tiga macam, yakni monopodial, simpodial, dan dikotom
(Tjitrosoepomo, 2005).
4. Akar
Akar berfungsi untuk memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerap air dan zat-zat
makanan yang terlarut di dalam air dari dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan ke
tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan, serta sebagai tempat penimbunan
makanan. Bagian-bagian akar pada umumnya dapat dibedakan menjadi 7, yaitu leher akar atau
pangkal akar (collum), ujung akar (apex radicis), batang akar (corpus radicis), cabang-cabang
akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis), rambut-rambut akar atau bulu-bulu akar
(pilus radicalis), dan tudung akar (calyptra) (Tjitrosoepomo, 2005).
Pada tumbuhan lazimnya dibedakan dua macam sistem perakaran, yaitu :
a. Sistem akar tunggang (radix primaria), jika akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok
yang bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil.
b. Sistem akar serabut (radix adventicia), jika akar lembaga dalam perkembangannya mati
kemudian muncul sejumlah akar dari pangkal batang yang kurang lebih sama besarnya dan
menggantikan fungsi akar lembaga yang mati. Akar ini disebut akar liar karena tidak berasal
dari akar lembaga dan bentuknya seperti serabut (Tjitrosoepomo, 2005).
Ada beberapa akar yang mempunyai sifat dan fungsi khusus, misalnya akar gantung
(radix aereus), akar penghisap (haustorium), akar pelekat (radix adligans), akar pembelit
(cirrhus radicalis), akar nafas (pneumatophora), akar tunjang, dll (Tjitrosoepomo, 2005)
B. Struktur Bunga
1. Bagian Bunga
Bunga pada umumnya mempunyai bagian-bagian berupa tangkai bunga (pedicellus),
dasar bunga (receptaculum), hiasan bunga (perianthium), alat kelamin jantan (androecium), dan
alat kelamin betina (gynaecium) (Moertolo, 2004).
Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja disebut tumbuhan berbunga tunggal
(planta uniflora) sedangkan yang lain disebut tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora).
Menurut tempatnya pada tumbuhan, kita dapat membedakan bunga yang terletak di ujung batang
(flos terminalis) dan yang terletak di ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaris). Selain itu,
pada tumbuhan kita dapat melihat bahwa bunganya yang besar jumlahnya itu dapat terpencar
(flores sparsi) atau membentuk suatu rangkaian yang disebut bunga majemuk (anthotaxis atau
inflorescentia). Bunga majemuk dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia centripetala). Ada banyak tipe, antara lain
tandan (racemus), bulir (spica), untai (amentum), tongkol (spadix), payung (umbella), cawan
(corymbus), bongkol (capitulum), dan periuk (hypanthodium).
b. Bunga majemuk berbatas (inflorescentia centrifuga). Ada beberapa tipe, antara lain anak
payung menggarpu (dichasium), tangga (cincinnus), sekerup (bostryx), dan cyathium.
c. Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta) (Tjitrosoepomo, 2005)..
Melihat bagian-bagian yang terdapat pada bunga (tangkai dan dasar bunga tidak
termasuk), maka bunga dapat dibedakan menjadi bunga lengkap atau bunga sempurna (flos
completus) dan bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletus). Berdasarkan
kelengkapan alat kelamin yang terdapat pada bunga, dapat dibedakan menjadi bunga banci atau
berkelamin dua (flos hermaproditus), bunga berkelamin tunggal (flos unisexualis), dan bunga
mandul atau tidak berkelamin (flos neuter). Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada
suatu tumbuhan, orang membedakan tumbuhan yang berumah satu (monoecus), berumah dua
(dioecus), dan poligam (polygamus) (Hidajat, 1994).
Bagian-bagian bunga dapat kita jumpai dalam susunan yang berbeda-beda, yaitu :
a. Terpencar, tersebar, atau menurut suatu spiral (acyclis).
b. Berkarang, melingkar (cyclis),
c. Campuran (hemicyclis), jika bagian bunga tadi ada yang duduk berkarang, sedang sebagian
lain duduk terpencar (Tjitrosoepomo, 2005).
Menurut jumlah bidang bagi yang dapat membagi bunga secara simetris, bunga
dibedakan menjadi bunga bersimetri radial atau bersimetri banyak (flos actinomorphus), bunga
setangkup tunggal (flos zygomorphus), dan bunga asimetris atau tidak simetris (Hidajat, 1994).
Berdasarkan letak daun-daun kelopak dan mahkota dalam kuncup terhadap daun-daun
lainnya (aestivatio), ada bermacam-macam susunan antara lain terbuka (aperta), berkatup
(valvata), berkatup dengan tepi melipat ke dalam (induplicativa) berkatup dengan tepi melipat ke
luar (reduplicative) dan menyirap (imbricata). Susunan imbricata sendiri dibedakan lagi menjadi
yang terpuntir ke satu arah (convoluta atau contorta), mengikti rumus 2/5 (quincuncialis), dan
kohlearis (cohlearis) (Tjitrosoepomo, 2005).
2. Diagram Bunga
Kita dapat membedakan dua macam diagram bunga, yakni :
a. Diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga
yang benar-benar ada. Jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya.
b. Diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga
yang sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi.
3. Rumus Bunga
Rumus bunga menunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga, yaitu :
a. Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx).
b. Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla.
c. Benang-benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan dari androecium.
d. Putik, yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium.
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf
lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P singkatan kata perigonium.
Contoh penulisan rumus bunga : ♀ ↑ K5, C5, A5+5, G1 (Kembang merak)
Tanda * untuk bunga yang bersimetri banyak dan tanda ↑ untuk bunga yang bersimetri satu.
Untuk bunga banci dipakai lambang ♀, untuk bunga jantan dipakai lambang ♂, dan untuk bunga
betina dipakai lambang ♀.
4. Perkembangan Bunga
a. Buah (Fructus)
Buah pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu buah semu atau buah
tertutup yang terbentuk dari bakal buah beserta bagian-bagian lainya pada bunga itu; dan buah
sungguh atau buah telanjang yang hanya terbentuk dari bakal buah. Buah semu dapat dibedakan
menjadi buah semu tunggal, buah semu ganda, dan buah semu majemuk. Sementara itu, buah
sejati juga dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu buah sejati tunggal, buah sejati ganda, dan
buah sejati majemuk (Tjitrosoepomo, 2005).
Adapun buah sejati tunggal dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1) Buah sejati tunggal yang kering (siccus). Diklasifikasikan menjadi 2, yaitu buah tidak pecah
yang meliputi buah padi (caryopsis), buah kurung (achenium), buah keras (nux), dan buah
keras bersayap (samara) ; serta buah pecah yang meliputi buah berbelah (schizocarpium),
buah kendaga (rhegma), buah bumbung (folliculus), buah polong (legumen), buah polong
semu (siliqua), dan buah kotak sejati (capsula).
2) Buah sejati tunggal yang berdaging (carnosus), meliputi buah buni (bacca), buah mentimun
(pepo), buah jeruk (hesperidium), buah batu (drupa), buah delima, dan buah apel (pomum).
Buah sejati ganda dapat dibedakan menjadi buah kurung ganda, buah batu ganda, buah
bumbung ganda, dan buah buni ganda. Sementara itu, buah sejati majemuk dikelompokkan
menjadi buah buni majemuk, buah batu majemuk, dan buah kurung majemuk (Tjitrosoepomo,
2005).
b. Biji (Semen)
Biji umumnya memiliki 3 bagian, yaitu kulit biji (spermodermis), tali pusar (funiculus),
dan inti biji atau isi biji (nucleus seminis). Kulit biji dari tumbuhan biji tertutup (Angiospermae)
terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan kulit luar (testa) dan lapisan kulit dalam (tegmen). Tali
pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni, jadi merupakan tangkainya
biji. Inti biji terdiri atas lembaga (embryo) yang merupakan calon individu baru; dan putih
lembaga (albumen) yang merupakan jaringan beirisi cadangan makanan untuk masa permulaan
kehidupan tumbuhan baru (kecambah) sebelum mencari makanan sendiri. Lembaga
memperlihatkan ketiga bagian utama tubuh tumbuhan, yaitu akar lembaga (radicula), daun
lembaga (cotyledon), dan batang lembaga (cauliculus) (Tjitrosoepomo, 2005).
c. Kecambah (Plantula)
Tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji, dan masih hidup dari
persediaan makanan yang terdapat di dalam biji dinamakan kecambah (plantula).
Perkecambahan biji dapat dibedakan dalam dua macam :
1) Perkecambahan di atas tanah (epigaeis), yaitu jika pada perkecambahan daun lembaganya
lalu terangkat ke atas dan muncul di atas tanah karena pembentangan ruas batang di bawah
daun lembaga. Misalnya pada kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)
2) Perkecambahan di bawah tanah (hypogaeis), bila daun lembaga tetap tinggal di dalam kulit
biji, dan tetap di dalam tanah seperti terdapat pada biji kacang kapri (Pisum sativum L.)
(Tjitrosoepomo, 2005).
d. Penyerbukan
Penyerbukan merupakan peristiwa jatuh dan menempelnya serbuk sari (pollen) pada
kepala putik (stigma). Berdasarkan asal serbuk sari yang jatuh di kepala putik, penyerbukan
dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
1) Penyerbukan sendiri (autogamy) : putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama
2) Penyerbukan tetangga (geitonogamy) : putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang
berbeda dalam tumbuhan yangg sama
3) Penyerbukan silang (allogamy): putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman lain yang
sejenis
4) Penyerbukan bastar (hybridogamy) : putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman lain yang
berbeda jenisnya (Tjitrosoepomo, 2005).
Menurut vektor atau perantara yang menyebabkan terjadinya penyerbukan, ada beberapa
jenis penyerbukan, antara lain penyerbukan oleh angin (anemophyly), penyerbukan oleh air
(hydrophyly), penyerbukan oleh serangga (entomophyly), penyerbukan oleh burung
(ornithophyly), penyerbukan oleh kelelawar (chiropterophyly), dan penyerbukan oleh siput
(malacophyly) (Hidajat, 1994).
e. Mikrosporogenesis dan Mikrogametogenesis
Mikrosporogenesis adalah proses pembentukan serbuk sari (mikrospora) di dalam kepala
sari (anthera). Di dalam kepala sari terdapat sel induk serbuk sari yang diploid (2n). Sel induk
serbuk sari ini disebut mikrosporosit. Mikrosporosit mengalami pembelahan meiosis
menghasilkan empat mikrospora yang bersifat haploid (n) dan masih menyatu. Kemudian, setiap
inti mikrospora membelah menjadi dua yang masing-masing haploid. Satu inti dinamakan inti
buluh serbuk sari yang merupakan inti vegetatif. Satu inti lagi dinamakan inti generatif. Setelah
terbentuk serbuk sari, inti generatif membelah lagi menjadi dua inti sperma yang masing-masing
haploid. Dengan demikian, serbuk sari yang telah masak mengandung tiga inti yang masing-
masing haploid. yaitu satu inti vegetatif dan dua inti generatif. Inti vegetatif dalam
perkembangannya akan mati.
f. Megasporogenesis dan Megagametogenesis
Di dalam bakal buah terdapat bakal biji. Bakal biji terdiri dari integumen (kulit bakal biji)
dan nuselus (badan bakal biji). Di dalam nuselus terdapat sel induk megaspora (megasporosit).
Megasporosit akan membelah secara meiosis menghasilkan tetrad megaspora. Tiga sel
megaspora kemudian berdegenerasi sedangkan satu sel megaspora terdalam yang hidup
(fungsional) berkembang menjadi kandung lembaga.
Perkembangan kandung lembaga (kantong embrio) diawali dengan memanjangnya dan
membesarnya sel megaspora. Awalnya, inti megaspora mengalami pembelahan inti bebas
sebanyak satu kali menjadi 2 inti. Satu inti bergerak ke arah kutub kalaza dan inti yang lain
bergerak ke arah kutub mikropil. Selanjutnya, tiap inti mengalami pembelahan inti bebas
sebanyak dua kali sehingga diperoleh 8 inti, masing - masing kutub dengan 4 inti. Satu inti dari 4
inti pada tiap kutub kandung lembaga bergerak ke arah tengah, sehingga ada 2 inti berada di
tengah kandung lembaga. Selanjutnya, inti pada tiap kutub dikelilingi oleh sitoplasma
membentuk sel. Pada saat inilah kandung lembaga itu terdiri dari 7 sel dengan 8 inti. Tiga sel
yang berada pada kutub kalaza disebut antipoda. Tiga sel yang lain berada pada kutub mikropil
dengan rincian satu sel yang ada di tengah merupakan sel telur, sedangkan 2 sel pendampinya
disebut sinergid. Dua inti yang berada di tengah kandung lembaga kemudian bergabung
membentuk satu sel tapi tetap dengan dua inti yang akhirnya disebut inti kandung lembaga
sekunder. Sel telur, sel sinergid, dan sel antipoda bersifat haploid, sedangkan sel kandung
lembaga bersifat diploid.
BAB III
METODE
A. Tempat dan waktu perkuliahan
Perkuliahan morfologi tumbuhan dilaksanakan mulai tanggal 27 Agustus 2012 sampai
dengan tanggal 14 Desember 2012. Perkuliahan ini dilaksanakan dua kali seminggu setiap
hari Kamis pada jam ke 4 hingga jam ke 6 di gedung SPA ruang 301 dan pada hari Jumat
jam ke 2 hingga jam ke 3 di Gedung Biologi ruang 209.
B. Materi yang dipelajari
Materi yang dipelajari adalah materi morfologi tumbuhan yang dibagi menjadi 3 unit
pembahasan, yaitu unit 1 (daun, batang, dan akar), unit 2 (struktur bunga), dan unit 3
(perkembangan bunga).
C. Proses perkuliahan
Setiap unit materi perkuliahan berkisar 1-8. Sekitar 1-5 pertemuan digunakan untuk
pengamatan terhadap bahan-bahan yang sudah dipersiapakan dan dilakukan sesuai dengan
petunjuk praktikum yang sudah ada. Dilanjutkan 1-2 pertemuan dengan presentasi dari tiap
kelompok kecil dengan bahan presentasi sesuai dengan unit materi yang dibahas dengan
bahan yang representatif membahas seluruh isi materi. Terakhir dalam perkuliahan per unit
materi adalah review materi dari dosen sebagai konfirmasi mengenai materi yang mungkin
belum jelas sehingga konsep yang dipegang peserta kuliah lebih mantap dan benar, review
dilakukan 1-2 pertemuan. Pada setiap pertemuan dilaksanakan kuis untuk mengetahui
perkembangan pengetahuan peserta kuliah. Sementara itu, tes unit dilaksanakan di luar jam
perkuliahan, yaitu hari Senin jam ke 1-2 di gedung Biologi ruang 209.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Estiti B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Proyek Pendidikan Tenaga Guru. Bandung.
Moertolo. 2004. Daun dan Alat Tambahan. Malang: UM Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
BAB IV
PAPARAN DATA
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Materi yang dipelajari dalam mata kuliah morfologi tumbuhan adalah daun, batang, akar,
struktur bunga, dan perkembangan bunga.
2. Proses perkuliahan morfologi tumbuhan adalah setiap unit materi perkuliahan berkisar 1-
8 pertemuan (sekitar 1-5 pertemuan digunakan untuk pengamatan, kemudian dilanjutkan
1-2 pertemuan dengan presentasi dari tiap kelompok kecil, dan terakhir 1-2 pertemuan
untuk review).
B. Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, hendaknya mahasiswa membaca dasar teori dan apa yang akan diamati pada buku petunjuk praktikum sehingga dapat membantu kelancaran proses praktikum.
2. Dalam melakukan pengamatan atau praktikum, hendaknya mahasiswa dapat menyiapkan sebanyak mungkin bahan amatan.
3. Dalam melakukan pengamatan, apabila ada yang tidak dimengerti hendaknya mahasiswa menyampaikan kesulitannya pada dosen atau asisten dosen.