populasi dan pembangunan ekonomi
TRANSCRIPT
NAMA KELOMPOK :
1. ANINDITA PUJI ANJANI SUNARKO ( A1C 011 011 )
2. AYU NIRMALA ( A1C 011 015 )
3. BQ. IKA SUFRIAWATI AMRUS ( A1C 011 023 )
4. CITRA NOVALIA WINDINATA ( A1C 011 025 )
5. DIANISA INDIRASANI ( A1C 011 035 )
6. HARDIAN TENAS PRAKASA ( A1C 011 051 )
7. LIANA UTAMI ( A1C 011 081 )
8. LINTANG ANGGRAINI KUSUMA DEWI ( A1C 011 082 )
9. MUHAMMAD ZAINI ( A1C 011 093 )
10. MUHARRAMA AZLA ( A1C 011 095 )
11. PUTU PRIMERA PRITHA SARI ( A1C 011 117 )
12. RAHMATIA AZZINDANI ( A1C 011 123 )
13. SHOFIA FATHY EFENDY ( A1C 011 143 )
14. YUYUN ASRIATI ( A1C 011 161 )
S1 AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM2012
BAB I
MASALAH POKOK:
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KUALITAS HIDUP
Terdapat beberapa permasalahan mendasar terkait pertumbuhan penduduk dan kualitas hidup
di antaranya ialah:
1. Mampukah negara-negara dunia ketiga meningkatkan taraf hidup penduduknya di tengah
sedemikian tingginya laju pertumbuhan penduduk?
2. Apa yang harus dilakukan Negara berkembang untuk mengatasi ledakan pertambahan
angkatan kerja di masa mendatang?
3. Apa implikasi dari tingginya laju pertumbuhan penduduk di Negara-negara miskin untuk
meringankan penderitaan akibat kemiskinan absolut?
4. Apakah Negara berkembang mampu memperluas dan meningkatkan kualitas kesehatan dan
system pendidikan yang ada?
5. Seberapa jauh taraf hidup mempengaruhi kebebasan orang tua untuk menentukan jumlah
anggota keluarganya?
6. Seberapa jauh peningkatan kemakmuran Negara maju menjadi factor penghambat Negara
miskin dalam mengatasi lonjakan jumlah penduduknya?
Pertumbuhan penduduk yang
begitu pesat berdasarkan kurva
di atas disebabkan oleh
cepatnya transisi yang melanda
kecenderungan kependudukan
dunia yang semula dicirikan
oleh angka kelahiran dan
kematian yang tinggi menjadi
ke tingkat yang cukup rendah.
BAB II
KAJIAN ANGKA:
PERTUMBUHAN PENDUDUK DI MASA LAMPAU,
MASA KINI, DAN MASA MENDATANG
A. Struktur Kependudukan Dunia
Distribusi penduduk dunia sangat tidak merata baik menurut wilayah geografi, tingkat
kelahiran dan kematian, maupun menurut struktur usia.
1. Sebaran Per Wilayah Geografis, pada saat ini di berbagai kawasan di dunia (angka
pertumbuhan penduduk yang terdapat di negara-negara berkembang jauh lebih tinggi),
maka diperkirakan bahwa distribusi regional (menurut wilayah geografis) penduduk di
dunia akan mengalami perubahan yang tidak dapat dihidarkan menjelang tahun 2050
mendatang.
2. Tren Tingkat Kelahiran dan Kematian, secara kuantitatif tingkat pertambahn
penduduk (rate of population increase) dihitung atas dasar persentase kenaikan relatif
dari jumlah penduduk neto pertahun yang bersumber dari pertambahan alami (natural
increase) dan migrasi internasional neto (net international migration). Perbedaan laju
pertumbuhan penduduk di negara-negara maju dan di negara-negara berkembang dapat
dijelaskan bahwa tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematia (mortalitas) di negara-
negara berkembang umumnya lebih tinggi daripada negara-negara maju.
3. Struktur Usia dan Beban Ketergantungan, dimana rasio ketergantungan pemuda
yakni, perbandingan antara pemuda berusia dibawah usia 15 tahun yang tentunya belum
memiliki pendapatan sendiri, dengan orang-orang dewasa yang aktif atau produktif
secara ekonomis berusia 15 hingga 64 tahun sangat tinggi. Hal ini berarti angkatan kerja
di negara-negara berkembang harus menanggung beban hidup anak-anak mereka yang
besarnya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan angkatan kerja di negara-negara
kaya. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin cepat laju pertambahan prnduduk,
akan semakin besar pula proporsi penduduk berusia muda yang belum produktif.
Fonomena ketergangtungan penduduk berusia muda akan menimbulkan konsep lain
yakni sebagai momentum pertumbuhan populasi/penduduk yang tersembunyi.
B. Momentum Pertumbuhan Penduduk yang Tersembunyi
Pertambahan penduduk yang terus melaju, seolah olah laju pertumbuhan penduduk
mengandung suatu daya gerak (momentum) internal yang kuat dan tersembunyi. Ada dua
alasan pokok yang melatar belakangi keberadaan daya gerak (momentum) yang tersembunyi
yaitu:
1. Tingkat kelahiran itu sendiri tidak mungkin diturunkan hanya dalam waktu satu malam
saja. Kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan institusionalyang mempengaruhi tingkat
fasilitas yang telah ada dan bertahan selama berabad-abad tidak mudah hilang begitu saja
hanya karena himbauan-himbauan dari para pemimpin nasional.
2. Adanya momentum yang tersembunyi tersebut erat sekali kaitannya dengan struktur usia
penduduk di negara-negara berkembang. Berikut ini contoh dari jumlah penduduk
berdasarkan usia dan jenis kelamin (piramida penduduk) di negara berkembang dan
negara maju:
Negara Berkembang Negara Maju
Oleh karena itu, hal yang terpenting dalam konsep momentum tersembunyi ini yaitu
bahwa kelengahan penurunan fertilitas yang sekecil apa pun harus dibayar sangat mahal
berupa pelipat gandaan jumlah penduduk tanpa dapat dicegah. Setiap negara berkembang
harus berupaya lebih lebih gigih dan tidak kenal menyerah sampai akhirnya tingkat populasi
yang stabil berhasil dicapai.
BAB III
TRANSISI DEMOGRAFI
Pada dasarnya, konsep ini mencoba menerangkan mengapa hampir semua negara maju telah
melewati sejarah populasi modern yang terdiri dari tiga tahapan besar.
Pada negara maju :
1. Tahapan pertama terjadi sebelum modernisasi ekonomi, negara-negara ini mempunyai
laju pertambahan penduduk yang stabil atau sangat lambat. Penyebabnya adalah angka
kematian yang hampir sama tingginya dengan angka kelahiran.
2. Tahapan kedua berlangsung setelah modernisasi ditandai dengan berbagai bentuk
perbaikan hidup, sehingga secara perlahan-lahan usia harapan hidup (life expectancy)
penduduk di negara–negara maju meningkat dari rata–rata 40 tahun menjadi lebih dari 60
tahun. Dengan demikian angka kematian mengalami penurunan yang cukup berarti.
Tahapan kedua ini menandai awal dari suatu proses transisi demografi, yaitu masa
transisi dari keadaan stabil atau laju pertambahan penduduk yang lambat ke laju
pertambahan penduduk yang terus meningkat dengan cepat.
3. Tahapan ketiga berlangsung dengan munculnya berbagai macam dorongan dan pengaruh
yang bersumber dari upaya-upaya modernisasi dan pembangunan yang menyebabkan
menurunnya tingkat fertilitas sehingga tingkat kelahiran berhasil diturunkan cukup tajam
sampai sama rendahnya dengan tingkat kematian.
Sedangkan pada negara berkembang:
1. Tahapan pertama diawali dengan tingkat kelahiran yang jauh lebih tinggi dari negara-
negara maju. Hal ini disebabkan adanya tradisi kaum wanita negara berkembang untuk
menikah pada usia relatif sangat muda sehingga periode reproduksi subur menjadi
panjang yang berakibat pada tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk tinggi.
2. Tahapan kedua berlangsung ditandai dengan penggunaan teknologi pelayanan kesehatan
serta pengobatan impor modern yang efektif menyebabkan turunnya tingkat kematian
secara drastis di banyak negara berkembang. Dengan tingkat kelahiran yang masih tinggi,
maka tahapan kedua dari transisi demografi negara berkembang dicirikan oleh laju
pertumbuhan penduduk mencapai lebih dari 2% per tahun.
3. Pada tahapan ketiga, pola umum negara dunia ketiga terbagi menjadi dua pola besar yang
masing-masing terjadi pada dua kelompok negara-negara berkembang yaitu:
a) Untuk kelompok pertama aneka metode modern pengendalian dan pengurangan
tingkat kematian yang dikombinasikan dengan meningkatnya taraf hidup secara
merata berhasil menurunkan tingkat kematian dan tingkat kelahiran, sehingga berhasil
menurunkan laju pertumbuhan penduduk secara cepat. Contohnya adalah negara
Korea Selata, Taiwan, Malaysia, Meksiko, Kenya, dan lain-lain.
b) Namun, beberapa negara-negara dunia ketiga masih termasuk dalam kelompok
“gagal”. Pada awalnya tingkat kematian dikelompok negara ini berhasil diturunkan,
akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya penurunan tersebut terhenti sebagai
akibat dari tidak kunjung teratasinya kemiskinan absolut, rendahnya taraf hidup, dan
juga mewabahnya penyakit AIDS. Sementara itu, tingkat kelahiran tetap saja tinggi
sehingga laju pertumbuhan pun tinggi. Meskipun fertilitas menurun, tetapi masih
sangat tinggi diantara negara berkembang lainnya. Contohnya adalah negara yang
kebanyakan berlokasi di kawasan Afrika sub-Sahara dan Timur-Tengah.
BAB IV
SEBAB-SEBAB TINGGINYA TINGKAT KELAHIRAN DI NEGARA-
NEGARA BERKEMBANG: MODEL MALTHUS DAN MODEL RUMAH
TANGGA
A. Teori Jebakan Populasi Malthus
Sekitar 200 tahun lalu, Malthus yang merupakan seorang pendeta mengajukan sebuah
teori tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang
masih banyak dipercayai oleh para ahli sampai saat ini. Dalam bukunya “Esay on the
Principle of Population” terbitan tahun 1798 yang merumuskan sebuah konsep tentang
pertambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing retrurn).
Gambaran umumnya bahwa jumlah pertumbuhan populasi mengikuti deret ukur atau
penggandaan: 1,2,4,6,8,,,dst setiap 30 atau 40 tahun, kecuali jika hal tersebut direndam oleh
bencana seperti kelaparan dan bencana lainnya. Pada saat yang bersamaan,karena adanya
proses pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya
tetap, yaitu tanah maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung:
1,2,3,4,5,,,dst.
Bahkan karena lahan yang semakin sempit maka kontribusi marjinalnya semakin
terhadap total produksi pangan semakin menurun.Oleh karena pertumbuhan pengadaan
pangan tidak bisa mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk maka pendapatan perkapita
semakin menurun sampai sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus bertahan
hanya cukup untuk mengganjal perut dan itupun untuk jumlah populasi tertentu. Sehingga
untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pembatasan jumlah kelahiran. Dengan konsep
Malthus ini dia dipandang sebagai “bapak” atau pelopor gerakan modern pengendalian
kelahiran.Dengan gagasan pola hidup pas-pasan, para ahli menyebutnya sebagai “jebakan
populasi Malthus (Malthusian population trap)”.
B. Kelemahan-Kelemahan Model Malthus
Model jebakan populasi Malthus merupakan sebuah teori sederhana dan menarik
mengenai hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Sayangnya,
model tersebut didasarkan pada sejumlah asumsi yang ternyata terlampaui simplistis dan
hipotesis yang diajukannya juga tidak terbukti secara empiris. Kita dapat melontarkan kritik
terhadap model ini atas dasar dua alasan pokok, yaitu:
1. Melupakan atau tidak memperhitungkan begitu besarnya dampak kemajuan teknologi
dalam mengimbangi berbagai kekuatan negatif yang bersumber dari ledakan
pertambahan penduduk. Sejarah pertumbuhan ekonomi modern sangat diwarnai oleh
adanya kemajuan-kemajuan teknologi yang pesat dalam berbagai macam bentuk inovasi
dan penemuan-penemuan penting di bidang sosial, teknologi, dan ilmu pengetahuan.
Aspek utama dari pranata pertumubuhan modern ternyata bukan skala penghasilan yang
terus menyusut (decreasing returns to scale) seperti dikemukakan Malthus, melainkan
skala penghasilan yang terus meningkat (increasing returns to scale).
2. Kritik mendasar kedua terhadap model Malthus bertumpu pada asumsi yang
digunakannya, yaitu bahwa tingkat pertumbuhan penduduk di suatu negara memiliki
hubungan langsung dengan tingkat pendapatan per kapita dari negara yang bersangkutan.
Menurut asumsi ini dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi tinggi-rendahnya
pertumbuhan penduduk bukanlah tingkat pendapatan per kapita atau tingkat pendapatan
agregat, melainkan bagaimana pendapatan tersebut didistribusikan.
C. Teori Mikro Ekonomi Fertilitas Rumah Tangga:
Negara Maju
Mengadopsi teori perilaku konsumen konvensional. Anak dianggap sebagai barang
konsumsi (tidak memberi keuntungan).
Permintaan anak merupakan pilihan ekonomi yang rasional bagi konsumen. Pilihan
tersebut mengorbankan pilihan (barang) lain.
Keinginan punya anak dipengaruhi oleh income, harga anak (biaya hidup) dan
keinginan mengkonsumsi barang lain (efek substitusi dan pendapatan).
1. Permintaan terhadap anak berhubungan positif dengan pendapatan
2. Permintaan terhadap anak berhubungan negative terhadap harga relative (biaya
pemeliharaan) anak serta preferensi untuk barang-barang lain. Secara matematis,
hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
nxtPPYfC xxcd ,...,1),,,,(
Keterangan:
Cd = Permintaan akan anak
Y = Pendapatan RT
Pc = Harga neto anak
Px = Harga barang lain
tx = Preferensi terhadap barang lain
Dalam kondisi-kondisi yang normal (atau situasi neoklasik), dapat mengharapkan bahwa:
artinya, makin tinggi pendapatan, maka permintaan akan anak meningkat.
artinya, makin tinggi biaya pemel;iharaan anak, permintaan akan anak menurun.
artinya, makin tinggi harga barang-barang lain, permintaan akan anak meningkat.
artinya, makin tinggi preferensi untuk barang-barang lain, permintaan akan anak
menurun.
Negara Berkembang
Anak memberi keuntungan, sebagai barang investasi tenaga kerja (utk menggarap
lahan), atau investasi hari tua (Outflow biaya riil & Opp.Cost membesarkan anak
sampai selesai pendidikan; Inflow anak mulai bekerja sampai tak terhingga).
Masyarakat miskin, masa tuanya sangat tergantung kepada anak, sehingga semakin
banyak anak semakin terjamin masa tuanya.
0
c
d
P
C
0
x
d
P
C
0
x
d
t
C
0
Y
Cd
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan anak di negara berkembang, yaitu:
1. Harga atau biaya opportunitas (OC) dan penghasilan keluarga ybs.
a) OC: waktu yg dihabiskan (ibu) utk mengurus anak sehingga tidak bisa melakukan
kegiatan yang produktif.
b) biaya pendidikan anak.
2. Kultur dan psikologis: keputusan memiliki (2 atau 3) anak dianggap sbg barang
konsumsi. Permintaan anak tidak responsif terhadap perubahan harga relatif.
D. Permintaan akan Anak di Negara-negara Berkembang
Tingkat permintaan terhadap anak dipengaruhi oleh “harga” atau “biaya oportunitas” dari
kepemilikan anak-anak, serta oleh tingkat penghasilan keluarga yang bersangkutan. Anak,
bagi masyarakat miskin dipadang sebagai suatu investasi ekonomi yang nantinya akan
diharapkan suatu “hasil” baik dalam bentuk tambahan tenaga kerja maupun sebagai sumber
finansial orang tua di usia lanjut.
Namun, dibanyak negara berkembang dijumpai pulaadanya faktor penentu yang berdifat
kultural dan psikologis yang sangat mempengaruhi keputusan keluarga dalam menentukan
jumlah anak, sehingga dua atau tiga anak yang pertama harus dianggap sebagai “barang
konsumsi”yang tingkat perminttaanya tidaklah begitu responsif terhadap perubahan harga
relatif.
Jadi, mekanisme penentuan jumlah anak dalam teori ekonomi fertilitas yang berlaku di
negara-negara berkembang khusus untuk anak-anak tambahan (marginal children), secara
umum di anggap sebagai suatu bentuk investasi. Dalam memutuskan perlu-tidaknya
tambahan anak, para orang tua diasumsikan akan selalu memperhitungkan untung ruginya
secara ekonomis.
E. Sejumlah Bukti Empiris
Serangkaian data statistik yang dilaksanakan di beberapa negara-negara berkembang
telah menghasilkan bulti-bukti empiris yang menunjang keberlakuan dan kesahihan teori
fertilitas. Sebagai contoh, diperoleh bukti bahwa luasnya kesempatan bagi kaum wanita
untuk bekerja diluar rumah, dan anak-anak usia sekolah (khususnya wanita) untuk menikmati
bangku sekolah dasar dan menengah ternyata sangat berkaitan erat dengan tingkat
fertilitasnya yang relatif rendah. Dengan semakin baiknya tingkat pendidikan kaum wanita,
maka mereka semakin berpotensi untuk memberikan kontribusi yang lebih besar dalam
penghasilan keuarga sehingga waktu yang khusus mereka sediakan untuk membesarkan anak
semakin terbatas, sehingga dengan sendirinya jumlah anak yang mereka inginkan semakin
sedikit.
Ada juga penelitian yang memberikan bukti-bukti akan adanya hubungan yang kuat
antara penurunan tingkat kematian bayi dengan rendahnya tingkat fertilitas. Dengan asumsi
bahwasanya keluarga-keluarga hanya menginginkan sejumlah anak, maka peningkatan
pendapatan dan meningkatnya tingkat pendidikan wanita akan mengarah kepada perbaikan
kualitas pemeliharaan anak sehingga wajar tingkat kematian bayi atau anak menurun tajam.
F. Berbagai Implikasi Bagi Pembangunan dan Fertilitas
Dampak kemajuan ekonomi sosial dalam menurunkan fertilitas di negara-negara
berkembang akan maksimal jika sebagian besar penduduk, terutama golongan penduduk
paling miskin, turut serta menikmati hasil-hasil kemajuan tersebut. Secara spesifik, tingkat
kelahiran dikalangan penduduk sangat miskin akan menurun apabila:
1. Taraf pendidikan kaum wanita meningkat sehingga peranan dan status mereka pun
menjadi lebih baik .
2. Kesempatan kerja untuk kaum wanita di sektor-sektor non pertanian meningkat, sehingga
biaya oportunitas ats waktu yang biasanya hanya mereka habiskan guna melakukan
berbagai macam fungsi tradisionalnya menjadi lebih tinggi.
3. Penghasilan keluarga meningkat bekat adanya kenaikan upah dan kesempatan kerja bagi
suami dan istri.
4. Tingkat mortalitas bayi menurun berkat peningkatan penyediaan berbagai macam
pelayanan kesehatan masyarakat semakin baiknaya gizi makanan keluarga, baik untuk
ibu maupun anak-anak.
5. Sistem jaminan dan tunjangan hari ua
6. Perluasan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan sehingga orang tua orang tus dapat
mensubtitusi keinginan untuk memiliki banyak anak dengan kualitas anak-anak tersebut.
BAB V
KONSEKUENSI-KONSEKUENSI TINGGINYA TINGKAT FERTILITAS:
SEJUMLAH PENDAPAT YANG SALING BERTENTANGAN
A. Pertumbuhan Penduduk Bukan Masalah yang Sebenarnya
Ada tiga aliran yang berkeyakinan terhadap argumen ini, yaitu:
1. Inti persoalannya bukan pertumbuhan penduduk, melainkan hal-hal atau isu lain.
2. Pertumbuhan penduduk merupakan persoalan palsu yang sengaja diciptakan oleh badan-
badan atau lembaga-lembaga milik negara kaya dan dominan dengan tujuan menjadikan
negara-negara berkembang tetap terbelakang dan bergantung pada negara-negara maju.
3. Bagi kebanyakan negara dan awasan berkembang, pertumbuhan penduduk justru
merupakan suatu hal yang dibutuhkan atau diinginkan.
Ada masalah lain di balik pertumbuhan penduduk, yaitu:
1. Keterbelakangan (underdevelopment), dimana program keluarga berencana atau
pengendalian tingkat kelahiran akan gagal selama keluarga-keluarga miskin tidak
mempunyai motivasi yang cukup untuk membatasi sendiri jumlah anak atau anggota
keluarganya.
2. Penyusutan Sumber Daya Alam dan Kerusakan Lingkungan, yaitu suatu kombinasi
dari meningkatnya kemakmuran, pemborosan serta kebiasaan berkonsumsi secara
berlebihan tanpa memikirkan nasib dan kepentingan orang lain yang dilakukan oleh
negara-negara kaya dan segelintir orang kaya di negara-negara miskin.
3. Penyebaran Penduduk, pemerintah seharusnya tidak menjadikan upaya penurunan laju
pertumbuhan penduduk sebagai prioritas utama, melainkan mengatasi gelombang
urbanisasi antara desa-kota dan melaksanakan transmigrasi atau pemindahan penduduk
dari wilayah yang terlalu padat ke wilayah-wilayah yang masih relative kosong namun
kaya akan sumber-sumber daya alam yang produktif.
4. Rendahnya Posisi dan Status Kaum Wanita, dimana ledakan penduduk merupakan
akibat yang alamiah dari begitu terbatasnya kesempatan ekonomi yang dimiliki kaum
wanita.
B. Pelemparan Persoalan Palsu Secara Sengaja
Yaitu suatu rekayasa negative yang dilontarkan oleh negara-negara kaya yang ingin
menghambat kemajuan pembangunan negara-negara Dunia Ketiga dalam rangka
mempertahankan status quo internasional yang sangat menguntungkan bagi mereka.
C. Pertumbuhan Penduduk Itu Perlu
Aliran argumentasi ketiga yang lebih konvensional megatakan bahwa pertumbuhan
penduduk itu bukanlah merupakan suatu masalah, melainkan justru merupakan unsure
penting yang akan memacu pertumbuhan ekonomi. Populasi yang lebih besar adalah pasar
potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang
kemudian akan menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan
skala ekonomis produksi yang menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya-biaya
produksi, dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam
jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya akan merangsang tingkat output atau
produksi agregat yang lebih tinggi lagi.
Para ekonom populasi “revisionis” dari aliran pemikiran kontraevolusi neoklasik,
misalnya, menyatakan bahwa pasar bebas akan senantiasa mampu mengimbangi kelangkaan
yang diakibatkan oleh tekanan-tekanan populasi. Kelangkaan itu akan memacu harga dan
sekaligus melontarakan sinyal-sinyal akan perlunya pengembangan teknologi-teknologi
produksi baru yang hemat biaya. Pada akhirnya, pasar bebas dan kemurnian ide manusia
akan mampu mengatasi setiap persoalan dan kesulitan yang bersumber dari laju pertumbuhan
penduduk. Pandangan “revisionis” ini jelas berlawanan dengan argument “ortodoks”
tradisional yang menegaskan bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan
ancaman serius yang jika tidak dikoreksi secepatnya akan menghambat upaya-upaya
pembangunan ekonomi.
Pada ujung spectrum lainnya, para penganut aliran neo-Marxis di negara-negara
berkembang menegaskan bahwa masih banyak daerah pedesaan di negara-negara Dunia
Ketiga yang bahkan kekurangan penduduk, sehingga tanah dan segenap sumber daya yang
ada di daerah-daerah itu belum tergarap secara maksimal. Seandainya jumlah penduduknya
memadai, maka produksi dari daerah-daerah tersebut dapat menjadi sangat besar.
D. Pertumbuhan Penduduk Adalah Masalah yang Sebenarnya
Pihak yang mendukung perlunya pembatasan pertumbuhan jumlah penduduk karena
konsekuensi ekonomi, social, dan lingkungan yang negative biasanya didasarkan pada salah
satu dari ketiga rgumen berikut ini:
1. Argumentasi Garis Keras: Populasi aan Krisi Global merupakan versi ekstrem dari
kubu yang meyakini laju pertambahan penduduk sebagai masalah yang nyata. Menurut
argument ini langkah terpenting yang harus segera di lakukan oleh “dunia” (Negara
berkembang) adalah upaya stabilisasi populasi atau penurunan jumlah penduduk. Usaha
drastis disertai paksaan seperti program strelisasi atau peraturan formal yang
mengharuskan setiap keluarga hanya berhak beranak satu khusunya bagi Negara yang
tingkat kepadatan penduduknya sudah sampai taraf “mengerikan”.
2. Argumentasi Teoretis: Siklus Populasi–Kemiskinan dan Pentingnya
Program Keluarga Berencana merupakan argument utama dari orang-orang yang
berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk secara cepat menimbulkan berbagai
konsekuensi ekonomi yang merugikan. Dengan menggunakan produksi dasar
Y=f(K,L,R,T) yakni ouput merupakan fungsi dari (ditentukan oleh) modal, tenaga kerja,
sumber daya (bhan mentah atau bahan baku) dan teknologi serta dengan asumsi bahwa
ketersedian sumber-sumber daya itu konstan atau bakumaka kita pun akan memperoleh
rumus seperti ini:
y - l = α (k - l) + t
keterangan :
y = tingkat pertumbuhan GNP
l = tingkat pertumbuhan angkatan kerja
α = elastisitas output dari modal (biasanya factor ini ditemukan konstan)
t = dampak pertumbuhan teknologi
Argument ini tetap bersikeras bahwa penyediaan pelayanan-pelayanan tersebut
sangan diperlukan guna memungkinkan setiap Negara mengendalikan laju pertumbuhan
pendudknya yang berlebihan secara cepat. Argument ini yakin bahwa tanpa fasilitas-
fasilitas Keluarga Berencana upaya peredaan pertambahna penduduk akan berlangsung
jauh lebih lambat.
E. Argument Empiris: Tujuh Konsekuensi Negatif Dari Pertumbuhan Penduduk yang
Pesat
1. Pertumbuhan ekonomi, dengan adanya kenaikan jumlah penduduk yang cepat,
cenderung akan menurunkan tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita, karena
tingginya tanggungan namun dengan keterbatasan lahan serta sumber daya alam.
2. Kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, dimana pertumbuhan penduduk yang cepat
cenderung berdampak negative terhadap penduduk miskin, mereka tidak mempunyai
lahan atau alat produksi sendiri. Jika ada kebijakan pemerintah dalam hal penghematan
dana untuk program kesehatan dan pendidikan, mereka akan menjadi korban utama. Jika
keluarga-keluarga miskin ini memiliki banyak anggota , maka memburuknya kemiskinan
mereka akan dibarengi dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau
kesejahteraan.
3. Pendidikan, keluarga yang besar dan pendapatan yang rendah mempersempit peluang
orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Distribusi anggaran juga akan
semakin kecil karena jumlah penduduk yang pesat. Sehingga pertumbuhan ekonomi
akan merosot karena kurangnya modal manusia yang berkompeten.
4. Kesehatan, angka kelahiran yang tinggi cenderung merugikan kesehatan ibu dan anak-
anaknya. Jarak kelahiran yang dekat cenderung menurunkan berat badan bayi, dan
meningkatkan tingkat kematian bayi dan anak-anak.
5. Ketersediaan bahan pangan, jika penduduk terus bertambah, maka bertambah pula
jumlah mulut yang harus disuapi. Sehingga jumlah bahan pangan yang dibutuhkan
semakin banyak dan juga menjadi sulit persediaanya untuk memenuhi kebutuhan
penduduk.
6. Lingkungan hidup, pertumbuhan penduduk yang pesat ikut memicu pengrusakan
lingkungan hidup, yang digunakan sebagai tempat tinggal maupun eksploitasi besar-
besaran untuk memeunhi kebutuhan penduduk.
7. Migrasi internasional, kelebihan tenaga kerja serta terbatasnya lapangan kerja yang
tersedia pada Negara berkembang memicu adanya migrasi internasional ke Negara-
negara maju. Dampaknya negara maju sebagai pihak yang menerima migrasi
internasional ini harus memikul biaya sosial dan ekonomi yang timbul dari migrasi ini.
BAB VI
SASARAN DAN TUJUAN: MENUJU SUATU KONSENSUS
Berikut ini merupakan proporsi atau pemikiran pokok yang merupakan komponen utama
dalam gagasan yang menjadi konsensus internasional tersebut:
1. Pertumbuhan penduduk bukan merupakan penyebab utama rendahnya taraf hidup
masyarakat, kesenjangan pendapatan, atau terbatasnya kebebasan dalam membuat pilihan
yang merupakan masalah-masalah pokok negara-negara Dunia Ketiga.
2. Persoalaan kependudukan tidak semata-mata menyangkut jumlah, akan tetapi juga meliputi
kualitas hidup dan kesejahteraan materiil.
3. Pertumbuhan penduduk yang cepat mendorong timbulnya masalah keterbelakangan dan
membuat prospek pembangunan menjadi semakin jauh.
Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, sasaran dan tujuan kebijakan yang dapat
dimasukkan ke dalam setiap pendekatan yang realistis bagi pemecahan persoalan pertumbuhan
penduduk di berbagai negara-negara berkembang, antara lain:
A. Di negara-negara atau kawasan yang jumlah penduduk, penyebaran, dan laju
pertumbuhannya dianggap sebagai masalah serius, tujuan utama dari setiap strategi untuk
membatasi pertumbuhan penduduk harus memperhitungkan variabel jumlah penduduk dan
mempertimbangkan segenap kondisi ekonomi da sosial yang melatarbelakangi terjadinya
keterbelakangan. Berbagai masalah seperti kemiskinan absolut, ketimpangan pendapatan,
pengangguran, keterbatasan kesempatan kaum wanita untuk mendapatkan pendidikan,
kekurangan gizi dan minimnya fasilitas kesehatan harus mendapat prioritas utama.
B. Menciptakan keluarga-keluarga berukuran kecil melalui pembangkitan motivasi yang
menunjang pembangunan dengan melaksanakan program-program keluarga berencana
lengkap dengan penyediaan sarana teknologi dan pendidikan-penyuluhan guna
mengendalikan tingkat fertilisasi bagi mereka yang menghendaki.
C. Negara-negara maju harus membantu negara-negara berkembang dalam usahanya
menurunkan tingkat kelahiran dan kematian, tidak hanya dengan sekedar menyediakan alat-
alat kontrasepsi dan dana untuk pembukaan klinik keluarga berencana, akan tetapi dengan
cara membatasi kebiasaan menggunakan sumber daya dunia secara berlebihan; memberikan
komitmen riil untuk turut menanggulangi kemiskinan, buta huruf, wabah penyakit, dan
kekurangan gizi di negara-negara Dunia Ketiga dan yang masi tersisa di negaranya, serta
menyadari bahwa dalam setiap retorika maupun pelaksanaan hubungan-hubungan ekonomi
dan sosial internasional yang menjadi masalah utama adalah pembangunan, bukan sekedar
upaya pengendalian pertumbuhan penduduk.
A. Beberapa Pendekatan Kebijakan
Dalam rangka mengusahakan penurunan tingkat pertumbuhan penduduk dunia secara
keseluruhan dalam jangka panjang, ada tiga bidang kebijakan yang secara langsung dan tidak
langsung mempunyai pengaruh penting terhadap kondisi kependudukan dunia saat ini dan
yang akan datang, kebijakan tersebut antara lain:
1. Kebijakan-kebijakan umum dan khusus yang diajukan oleh pemerintahan negara
berkembang untuk mempengaruhi dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.
Kebijakan-kebijakan yang diajukan pemerintah negara berkembang untuk mempengaruhi
dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk ini dilakukan antara lain untuk:
a) Mengurangi kemiskinan absolut
b) Memperkecil ketidakmerataan pendapatan
c) Memperluas kesempatan mengenyam pendidikan, terutama bagi kaum wanita
d) Meningkatkan penyediaan lapangan kerja
e) Menambah sarana dan prasarana pengobatan preventif yang modern
f) Meningkatkan jasa pelayanan kesehatan masyarakat
g) Meningkatkan kesehatan ibu dan anak demi mengurangi tingkat kematian bayi
h) Menciptakan jasa pelayanan sosial secara lebih merata bagi semua lapisan penduduk
Ada lima cara pokok yang dilakukan pemerintah negara berkembang untuk
mengendalikan tingkat fertilitas antara lain adalah:
a) Mempengaruhi masyarakat agar memilih pola keluarga kecil melalui kegiatan
penerangan melalui media massa dan proses pendidikan.
b) Melancarkan program KB dengan menyediakan dukungan pelayanan kesehatan dan
alat kontrasepsi.
c) Memanipulasi insentif maupun disinsentif ekonomi untuk mengurangi jumlah anak
per keluarga.
d) Memberlakukan peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur jumlah anak
dalam satu keluarga dengan dilengkapi sanksi-sanksi tertentu.
e) Melakukan berbagai upaya nyata untuk menaikkan status sosial dan ekonomi kaum
wanita.
2. Kebijakan umum dan khusus yang diajukan pemerintahan negara maju untuk mengurangi
konsumsi yang berlebihan atas sumber daya dunia yang terbatas serta mendorong
distribusi atas keuntungan yang lebih adil dan merata. Pemerintah negara maju dapat
membuat aturan mengenai penyederhanaan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat
negara maju atau mengendurkan peraturan keimigrasian agar warga negara miskin dan
berkembang dapat mencari kehidupan yang lebih baik di negara maju sekaligus
meringankan beban negara asalnya.
3. Kebijakan umum dan khusus dari negara maju dan badan bantuan internasional untuk
membantu negara berkembang mencapai target kebijakan kependudukan yang tengah
mereka upayakan
Kebijakan ini antara lain berupa:
a) penyediaan bantuan riset untuk mengembangkan metode dan teknologi pengendalian
kelahiran seperti pil kontrasepsi, intraurine devices (IUD) modern, dan sebagainya
b) penyediaan bantuan keuangan untuk melancarkan program KB, pengembangan
sarana pendidikan umum, dan kegiatan penelitian guna merumuskan kebijakan
kependudukan nasional yang seefektif mungkin.
B. Apa yang Bisa Dilakukan Negara-negara Maju: Sumber Daya, Populasi, dan
Lingkungan Global
Jika kita melihat masalah kependudukan dari sudut pandang lingkungan dan sumber daya
secara global, dan memang seharusnya demikian, maka kita akan semakin merasakan
pentingya pertanyaan mengenai hubungan antara jumlah, distribusi penduduk engan
pemanfaatan sumber-sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable) di negara-
negara maju dan berkembang. Masalah yang kita hadapi bukan semata-mata jumlah
penduduk saja, kita juga perlu memperhitungkan dampak-dampak yang akan muncul dari
peningkatan kemakmuran serta ketimpangan distribusi pendapatan terhadap penipisan
sumber-sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, logam-logam
dasar, dan berbagai macam bahan baku berharga lainnya yang sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi.
Di bidang energi, yang mungkin merupakan sumber daya kedua terpenting dalam suatu
masyarakat modern setelah bahan pangan. Pemakaian energi bahan bakar fosil tersebut untuk
keperluan pemakaian mobil-mobil pribadi, aneka peralatan rumah tangga, pendingin
ruangan-ruangan kantor dan rumah maupun sikat gigi listrik di negara-negara maju
merupakan sumber utama penyebaran karbondioksida ke atmosfer yang selanjutnya
mengakibatkan kebocoran lapisan ozon dan terciptanyaefek rumah kaca (greenhouse effect)
atau pemanasan global. Hal ini berarti bahwa, suplay energi yang tersedia untuk
menyuburkan ladang-ladang sempit di negara-negara berkembang menjadi semakin sedikit.
Banyak kasus pemborosan sumber daya alam berharga yang langka dan tidak dapat
diperbaharui justru di negara-negara maju yang makmur. Itu berarti setiap program yang
dirancang untuk menciptakan suatu keseimbangan yang lebih baik atas pemanfaatan sumber
daya alam dan jumlah penduduk dengan cara membatasi pertumbuhan penduduk di negara-
negara Dunia Ketiga melalui intervensi sosial dan upaya-upaya keluarga berencana, harus
melibatkan ketersediaan sumber daya alam yang selanjutnya dapat digunakan oleh negara-
negara miskin untuk menjalankan segenap upaya pembangunan ekonomi dan sosial yang
sangat mendesak, termasuk upaya-upaya untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduknya.
Di samping menyederhanakan gaya hidup dan pola konsumsi, ada satu kebijakan internal
yang positif namun tidak begitu disukai, yaitu langkah penting yang dapat ditempuh oleh
negara-negara maju dalam upayanya membantu mengurangi masalah kependudukan duni.
Kebijakan itu adalah pengenduran atau liberalisasi peraturan-peraturan keimigrasian
sehungga penduduk miskin dan kurang terdidik dari Afrika, Asia, dan Amerika Latin bisa
pindah ke Amerika Utara, Eropa, Jepang, dan Australia untuk mencari kehidupan yang lebih
baik, sekaligus meringankan beban negara asalnya. Jika migrasi internasional itu
dimungkinkan,maka banyak sekali manfaat yang bisa dipetik oleh semua pihak.