pondasi jalan hpji
TRANSCRIPT
1
Lapis Pondasi Pondasi
Jalan dgn Agregat
Pembekalan / Pengujian
Ahli Pelaksana dan Ahli Pengawas
Jalan dan Jembatan
DPP HPJIIr. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
2
Base dan Sub Base
Lapisan Base adalah suatu material yang dipasang tepat di bawah lapis permukaan, sedang lapisan Sub Base adalah material yang dipasang dibawah Base di atas Subgrade
Lapisan perkerasan dapat terdiri dari perkerasan lentur atau perkerasan kaku. Sesuai namanya, perkerasan lentur relatif lentur jika
dibandingkan dengan beratnya beban lalu lintas yang diterimanya, beban ditahan oleh sebagian luas tepi bawah perkerasan sesuai dengan distribusi beban ke perkerasan, untuk kemudian diteruskan ke Subgrade.
Sedang perkerasan kaku memang bersifat kaku sehingga beban lalu lintas yang diterima dapat ditahan kurang lebih oleh seluruh luas tepi bawah lapis perkerasan kaku ini, untuk kemudian diteruskan ke subgrade.
Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
3
Lapis permukaan
Lapis Base
Lapis Sub Base
SubgradeGambar 1: Mekanisme penyebaran tekanan akibat beban pada lapisan perkersana lentur
Pada perkerasan Lentur, tujuan base dan subbase adalah untuk:
Dengan kekakuannya (kekuatannya) sendiri mendukung beban
(lalu lintas) yang diterimanya; Seperti asumsi di atas, bahwa
perkerasan lentur dibayangkan seperti lembaran karet,
sebenarnya dia juga punya kekakuan yang mampu mendukung
beban meskipun tidak sekuat lembaran baja.
Dengan ketebalan perkerasannya untuk menyebarkan beban lalu
lintas dipermukaan perkerasan menjadi tekanan yang mampu
diterima oleh Sub Grade
Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
4
Jenis Lapis Pondasi Jalan
1. Lapis Pondasi Atas
Tanpa PengikatLapis Pondasi Agregat Kelas A
Dry Bound Macadam
Dengan PengikatPengikat Air Water Bound
Macadam
Pengikat Semen PCC (Portland
Cement Concrete)
CTB
Soil Cement Base
Pengikat Aspal ATB Konvensional
AC-Base
Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan
2. Lapis Pondasi Bawah
Tanpa PengikatLapis Pondasi Agregat Kelas B
Dengan Pengikat
Pengikat Aspal ATSB
Konvensional
CTSB
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
5
Apakah California Bearing Ratio (CBR) Itu?
PISTON PENEKAN
LUAS ALAS 3 INCH2PENETRASI
BEBAN
Perbandingan beban untuk penetrasi piston seluas 3
inch sedalam 0,1 inch terhadap beban 3000 lbs, atau 0,2
inch terhadap beban 4500 lbs
Catatan :
Biasanya diambil yang penetrasi 0,1 inch
Bilamana yang 0,2 inch >, pengujian harus diulang
Bilamana hasil ulang masih sama, diambil yang 0,2
Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
6
Jenis apa saja base course itu?
Bahan Berbutir (Granular Material) : Lapis Pondasi Agregat (Aggregate Base), Terbuat
Dari Cam-puran Batu Pecah Dan Sirtu
Bahan Distabilisasi Dengan Pengikat : Bahan Pengikat Semen :
PCC (Potland Cement Concrete) , > K275
CTB (Cement Treated Base), Ucs 7 Hari > 45 Kg/Cm2
Soil Cement, Ucs 7 Hari > 20 Kg/Cm2
Bahan Pengikat Aspal :Laston Atas ("Asphalt Treated Base"), Black Base
Kadar Aspal Rendah, Ukuran Butir Maks. 2 Inch
Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
7
Jenis campuran aspal apa saja untuk subbase course?
Jenis sama dengan base course mutu
bahan boleh lebih rendah dari Base
course
CBR base 80 %
CBR subbase 30 %
Laston bawah ("asphalt treated Subbase")
Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
8
Capping Layer
Tanah Asli
Cbr Gabungan = 6 100 Cm
Berapakah CBR Yang Ekonomis Untuk Perkerasan Lentur?
Bagaimana cara mengekonomiskan tanah ber-CBR kecil?CBR yang ekonomis> 6, bilamana < 6 dapat digunakan capping layer yang terbuat dariselected (CBR >10) CBR = 3 - 6, digunakan capping layer 20 cm, gabungan
Capping layer dan tanah asli diperkirakan dapat mencapaicbr = 6
CBR < 3, digunakan capping layer 35 cm, gabungan capping layer dan tanah asli diperkirakan dapat mencapai CBR= 6
Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
9
Apakah boleh mensubstitusi tebalkomponen perkerasan dengan cara
mengekivalenkan?
Mengekivalenkan menjadi komponen yang lebih tinggi
mutunya diperkenankan, tidak sebaliknya !
Bilamana diekivalenkan dengan bahan yang rendah
maka akan terjadi fatique cracking terlebih dahulu pada
Lapisan beraspal sebelum terjadinya rutting.
Hal ini paling sering dilakukan tanpa menyadarinya !
Analog dengan under reinforced !
Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
10
Bab II : Aspek Teknis Untuk
Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
11
Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan
Lapis Pondasi Agregat (satuan m3) Mencakup pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan, dan pemadatan agregat di atas permukaan yang telah disiapkan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan ---> Lapis pondasi agregat kelas A , B dan kelas B
Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal (satuan m3)
Mencakup pemasokan, pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan bahan utk pelaksanaan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal, merupakan suatu lapis permukaan sementara pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan ---> Lapis pondasi agregat kelas C
Lapis Pondasi Semen Tanah (satuan : m3 utk lapis pondasi dan ton utk semen)
Terdiri dari tanah yang distabilisasi dengan semen yang dihampar dan dipadatkan di atas tanah dasar yang telah disiapkan
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
12
Gradasi Lapis Pondasi Agregat
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ukuran saringan Persen berat yang lolos, % lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas C
3” 75 100
2” 50 100 75-100
1½” 37,5 100 88 –100 60-90
1“ 25,0 77 –100 70 – 85 45-78
3/8” 9,50 44 – 60 40 – 65 25-55
No.4 4,75 27 – 44 25 – 52 13-45
No.10 2,0 17 – 30 15 – 40 8-36
No.40 0,425 7 – 17 8 – 20 7-23
No.200 0,075 2 – 8 2 - 8 5-15
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
13
Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat
Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas C
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417-
1990)
mak. 40% mak. 40% mak. 40%
Indek Plastis (SNI-03-1966-1990 dan
SNI-03-1967-1990).
mak. 6 mak. 6 4 – 9
Hasil kali Indek Plastisitas dengan % Lolos
Saringan No.200
mak. 25 -- --
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) mak. 25 mak. 25 mak. 35
Gumpalan Lempung dan Butir-Butir
Mudah Pecah dalam Agregat (SNI- 03-
4141-1996)
0% mak. 1% mak. 1%
CBR (SNI 03-1744-1989) min. 90% min. 65 % min. 35%
Perbandingan persen lolos #200 dan #40 mak. 2/3 mak. 2/3 mak. 2/3
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
14
STANDAR RUJUKAN LAPIS PONDASI AGREGAT
SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90):Metode Pengujian Batas cair dengan Alat Cassagrande.
SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90 - 87):Metode Pengujian Batas Plastis.
SNI 03-2417-1991 (AASHTO T 96 - 87):Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
SK SNI M-01-1994-03(AASHTO T112 - 87):Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah dalam Agregat.
SNI 03-1743-1989(AASHTO T180 - 90):Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
SNI 03-2827-1992(AASHTO T191 - 86):Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir
SNI 03-1744-1989(AASHTO T193 - 81):Metode Pengujian CBR Laboratorium.
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
15
STANDAR MUTU PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT
Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat
Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama yang telah diperbaiki terlebih dahulu atau di atas tanah dasar baru yang telah diselesaikan sepenuhnya
Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat.
Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
16
Penghamparan Lapis Pondasi Agregat
Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air yang tersebar merata dan dalam rentang yang disyaratkan.
Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus.
Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
17
Pemadatan Lapis Pondasi Agregat
Setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
18
Pengujian Lapis Pondasi Agregat
Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
Harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan
Seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila menurut pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.
Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
Setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi partikel, dan satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa, mengunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
19
Gradasi Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup Aspal
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ukuran Saringan
ASTM (mm)
Persen berat yang lolos, % lolos
3” 75 100
2” 50 75 – 100
1 ½” 37,5 60 – 90
1” 25 45 – 78
3/8” 9,5 25 – 55
No.4 4,75 13 – 45
No.10 2,0 8 – 35
No.40 0,425 7 – 23
N0.200 0,075 5 – 15
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
20
STANDAR RUJUKAN LAPIS PONDASI
JALAN TANPA PENUTUP ASPAL
British Standards :
British Standard BS812:Method of Sampling and Testing of
Mineral Aggregates, Sands and Fillers.
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90):Metode Pengujian
Batas Cair dengan Alat Cassagrande.
SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90 - 87):Metode Pengujian
Batas Plastis.
SNI 03-2417-1991 (AASHTO T 96 - 87):Metode Pengujian
Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
21
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP ASPAL
Penyiapan Formasi
Penyiapan drainase, tanah dasar dan lapis pondasi bawah harus selesai dan diterima paling sedikit 100 m ke depan dari rencana lokasi akhir penghamparan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal pada setiap saat.
Pengiriman Bahan
Agregat kasar dan halus untuk Waterbound Macadam harus dikirim ke badan jalan sebagai campuran yang merata, Kadar air hanya sebatas cukup untuk mengikat bahan halus dan terdistribusi secara merata, dan air bebas tidak diperbolehkan.
Jika Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal kelas C dipasok sebagai bahan yang dicampur lebih dahulu, bahan itu harus dikirim ke badan jalan sesuai dengan ketentuan Spesifikasi. Bilamana agregat dikirim dalam bentuk dua atau tiga komponen, setiap komponen harus dikirim sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi yang mengatur hal ini.
Tebal padat minimum tidak boleh kurang dari dua kali ukuran agregat maksimum. Tebal padat maksimum tidak boleh lebih dari 20 cm kecuali ditentukan lain atau disetujui Direksi Pekerjaan .
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
22
Agregat Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Yang Dicampur Di Tempat Pencampuran di tempat hanya diijinkan bila kondisi panas dan cuaca
panas diharapkan berlangsung sampai pekerjaan selesai.
Pelaksanaan Waterbound Macadam disyaratkan dalam Spesifikasi.
Pemadatan Lapis Pondasi Kelas C Setiap lapis bahan harus dipadatkan seluruhnya dengan alat pemadat
yang cocok dan memadai, yang telah disetujui Direksi Pekerjaan .
Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah harus dilaksanakan paling sedikit setelah dua lintasan pemadatan melintasi seluruh lokasi tersebut.
Selama pemasangan, pembentukan dan pemadatan Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Agregat harus dipertahankan dalam keadaan lembab dengan penyemprotan air yang diatur dengan ketat sehingga bahan halus yang berada di permukaan tidak terganggu.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan berangsur-angsur menuju ke tengah-tengah, dalam arah memanjang. Pada tempat ber”superelevasi” penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang tinggi.
Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tak terjangkau oleh mesin gilas harus dipadatkan dengan menggunakan timbris atau pemadat mekanis.
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
23
Gradasi Waterbound Macadam
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ukuran Saringan Tebal lapisan padat
Jenis Agregat ASTM (mm) (15 cm)
% berat yang lolos
Agregat Pokok 3” 75 100
2 ½” 63 95 – 100
2” 50 35 – 70
1 ½” 37,5 0 – 15
1” 25 0 – 5
¾” 19 --
Agregat Halus 3/8” 9,5 100
No.4 4,75 70 – 95
No.8 2,0 45 – 65
No.20 1,0 33 – 60
No.40 0,425 22 – 45
N0.200 0,075 10 – 28
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
24
Sifat Agregat Water Macadam
Keausan Agregat Agregat Pokok (SNI 03-2417-
1991) : mak 40
Harus 100 % berbidang belah > 2
Agregat Halus memenuhi ketentuan :
Indek Plastisitas (SNI 03-1966-1990) : min 4
dan maksimum 12.
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) : mak 35.
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
25
Pelaksanaan Waterbound Macadam
Kedalaman Lapisan
Harus dilaksanakan lapis demi lapis dan memenuhi ketentuan kedalaman lapisan seperti yang tercantum dalam Spesifikasi.
Penebaran Agregat Kasar
Penebaran dapat dilaksanakan dengan peralatan mekanis atau cara manual dengan menggunakan keranjang untuk menebar agregat. Penebaran harus dilakukan dengan ketebalan merata.
Pemadatan dan Pembentukan Agregat Kasar
Pemadatan awal harus dilakukan dengan mesin gilas roda besi berat 6 -8 ton. Pemadatan harus dilanjutkan sampai diperoleh suatu lapis agregat yang stabil dan rata. Penggilasan harus dilaksanakan minimum 6 lintasan di seluruh lokasi jalan tersebut.
Selama pelaksanaan pemadatan kerataan permukaan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 m. Lokasi dimana permukaan agregat kasar menyim-pang dari garis mistar lurus lebih dari 1 cm harus segera diperbaiki dan dipadatkan sampai standar yang disyaratkan.
Penebaran dan Pemadatan Agregat Halus
Agregat halus harus ditebar sedemikian hingga seluruh rongga permukaan agregat kasar terisi. Agregat halus harus dibasahi dan digilas agar dapat masuk ke dalam rongga dalam lapis pondasi.
Pembasahan dan penggilasan dengan penambahan agregat halus jika diperlukan, harus berlanjut sedemikian hingga seluruh kedalaman lapis pondasi terisi dengan agregat halus sampai padat dan permukaan yang halus dan rapat dapat diperoleh.
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
26
Pengujian Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal
Jumlah data pendukung pengujian harus mencakup semua
pengujian yang disyaratkan, paling sedikit tiga contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan.
Setelah persetujuan atas mutu bahan untuk Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup Aspal yang diusulkan, seluruh pengujian mutu
bahan harus diulangi lagi bilamana menurut pendapat Direksi
Pekerjaan terdapat perubahan pada mutu bahan atau pada
sumber bahan atau pada metode produksinya.
Pengujian harus sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan dan untuk
setiap 1000 meter kubik bahan yang dihasilkan, pengujian harus
meliputi paling sedikit lima (5) pengujian Indeks Plastisitas dan
lima (5) pengujian gradasi.
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
27
Lapis Pondasi Semen TanahMencakup :
Penyediaan lapis pondasi dari tanah yangdiambil dari daerah sekitar proyek
distabilisasi dengan semen
diatas tanah dasar yang telah disiapkan
termasuk :penghamparan, pembentukan, pemadatan, perawatan, dan penyelesaian akhir.
Bahan : Semen Portland, Air dan TanahBahan harus memenuhi persyaratan teknis (Spec)
Untuk tanah, ukuran partikel (batu) < 75 mm dan yang melewati saringan # 200 < 50% (ayakan basah)
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
28
STANDAR RUJUKAN LAPIS PONDASI SEMEN TANAH
Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SII-13-1977:Semen Portland
SNI 03-3422-1994 (AASHTO T 88 - 90):Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer.
SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90):Metode Pengujian Batas Cair Dengan Alat Casagrande.
SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90 - 87):Metode Pengujian Batas Plastis.
SNI 03-1742-1989 (AASHTO T 99 - 90):Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah.
SNI 03-2827-1992 (AASHTO T191 - 86):Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir.
SNI 03-1744-1989 (AASHTO T193 - 81):Metode Pengujian CBR Laboratorium.
AASHTO :
AASHTO T26 - 79:Quality of Water Used in Concrete
AASHTO T134 - 76:Moisture-Density Relations of Soil-Cement Mixtures
AASHTO T135 - 76:Wetting and Drying Test of Compacted Soil-Cement Mixtures
AASHTO T144 - 86:Cement Content of Soil-Cement Mixtures
ASTM :
ASTM D1632 - 63:Making and Curing Soil-Cement Compression & Flexure Test Specimens in The Laboratory
ASTM D1633 - 63:Compressive Strength of Moulded Soil-Cement Cylinders
British Standards 1924 : 1975
BS 1924 Test 18:Detection of the presence in soils of organic matter able to interfere with the hydration of Portland Cement (measurement of the pH of a Soil-Cement paste)
Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
29
SOIL CEMENT BASE
Merupakan lapisan base yg terdiri dari campuran tanah setempat dgn semen portland.
Bahan : Portland cemen biasa type I
Air
Tanah (dalam arti luas)
Tanah yg cocok untuk soil cemen base :# Ukuran maksimum butiran batuan 75 mm
# Maksimum lolos saringan No.200 = 50 %
# Tanah dgn plastisitas rendah sangat cocok.
# Tanah harus bebas dari bahan organisIr. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
30
PERKIRAAN KADAR SEMEN
KLASIFIKASI TANAH (%) BERAT SEMEN
GW,GP,SW,SP,GM atau SM 3 - 5
SP,GM,SM atau GP 5 - 8
SM,SC, beberapa GM atau GC 5 – 9
SP 7 – 11
CL atau ML 7 – 12
ML, MH, atau OH 8 – 13
CL atau CH 9 – 15
OH , MH, atau beberapa CH 10 - 16
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
31
Campuran biasanya mengandung kadar semen
3 – 12 %.
Mix disain dilakukan dengan dua cara yaitu :
# UCS (Unconfined Compression Test)
# CBR (California Bearing Ratio)
Persyaratan dan spesifikasi :
> Tebal rata-rata +/- 10 % dari tebal rencana
> Kekuatan campuran di lapangan dgn DCP
> Toleransi kerataan 2 cm dgn mistar penyipat
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
32
PELAPORAN MELIPUTI HAL-HAL SBB:
Contoh material yg akan digunakan disimpan
sebagai rujukan.
Catatan jumlah semen yg dikirim ke lapangan.
Catatan harian jumlah semen yg dipakai.
Data semua elevasi tinggi permukaan yg akan
digelar.
Catatan pengujian DCP lapangan.
Penyimpanan benda uji dan pelabelannya.
PEMBATASAN CUACA: Tanah untuk soil
cemen tidak boleh dihampar, dihaluskan selama
turun hujan, penghalusan tidak diizinkan setelah
hujan atau kadar air masih tinggi.Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
33
PERBAIKAN PEK YG TIDAK MEMUASKAN
Yang tidak memenuhi toleransi kualitas harus diperbaiki :
perubahan perbandingan campuran.
penghalusan ulang lapisan yg telah di hampar/diaduk ulang bila memungkinkan.
pembuangan dan penggantian bagian yg tidak memuaskan.
penambalan lapisan soil cemen yg tidak memenuhi syarat.
Jika terjadi retak yg lebar karena penyusutan selama curing time maka dapat dilakukan penggilasan tambahan untuk mempersempit retak.
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
34
JADWAL KERJA & PENGATURAN LALU
LINTAS
Maksimum 14 hari setelah soil semen lapisan
atas selesai, maka harus dilapis hot mix.
Soil semen yg baru dibuat tidak boleh dilalui oleh
kendaraan.
Perlu pengendalian lalu lintas yg baik.
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
35
MIX DISAIN SOIL SEMEN
1. buat proctor disain, untuk hubungan kadar semen tertentu dengan OMC dan MDD yang diperoleh.
2. variasikan kadar semen dan plot pada grafik I.
3. Plot MDD dan OMC pada grafik II sebagai fungsi dari kadar semen.
4. Uji masing masing kadar semen untuk mendapatkan nilai UCS atau CBR, dan plot pada grafik III sebagai fungsi dari kadar semen.
5. masukan target kekuatan yg diminta pada gafik III, untuk mendapatkan kadar semen.
6. Masukan nilai kadar semen dari grafik III pada grafik II, untuk mendapatkan OMC dan MDD.
7. buat grafik IV yang menyatakan hubungan kadar air dgn kepadatan kering.
8. Masukkan nilai OMC dan MDD yg didapat dari grafik II, pada grafik IV, maka akan didapat nilai untuk pengendalian lapangan dimana OMC sebagai batas bawah dan OMC +2 % sebagai batas atasnya.
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
36Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
37
SIFAT CAMPURAN YG DISYARATKAN
PENGUJIAN BATAS-BATAS SIFAT
(SETELAH PERAWATAN 7 HARI)
METODA
PENGUJIAN
MINIMUM TARGET MAKSUMU
M
UCS KG/CM2 20 24 35 ASTM
D1633-63
CBR % 100* 120 * 200* SNI
03-1744-1989
SKALA PENETROMETER
(PULUKAN/CM)
1,0*
(1,0)
1,3*
(0,8)
2,5*
(0,4)
LAMPIRAN
SPEK
SPR BATAS MINIMUM 0,8*
(1,3)
- - LAMPIRAN
SPEK
PENGUJIAN WET & DRYING
(I) % KEHILANGAN
BERAT
(II) % PERUBAHAN
VOLUME
- -
7
2
AASHTO
T135-76
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
38
PERCOBAAN LAPANGAN
Percobaan sepanjang 200 m, dgn tebal, peralatan dan prosedur yg ditentukan.
Hal-hal yang dievaluasi adalah : kecocokan, efisiensi efektifitas alat yg dipakai.
Derajat kahalusan tanah dan jumlah lintasan penghalusan
Kadar air optimum pada saat penghalusan
Keseragaman campuran secara visual
Pemeriksaan kepadatan dgn variasi penggilasan
Bulking ratio, antara tanah gembur dan tanah setelah dipadatkan
Pengujian campuran dgn CBR atau UCSIr. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
39
PERCOBAAN LAPANGAN Penentuan syarat kepadatan dan kadar air
optimum lapangan
Pengujian CBR atau UCS dari job mix untuk
waktu curing 1, 7 dan 28 hari
Pengujian DCP lapangan umur 7 dan 28 hari
Pengendalian retak dgn pengilasan yg sesuai
Penggunaan curing membrane yg paling tepat
dan cara curing dgn visual dan pengujian kadar
air
Perhitungan tebal efektif dgn uji DCP
Jumlah tebal lapisan yg diperlukan sesuai hasil
percobaan lapangan dan rencana tebal
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
40
PENGADUKAN DAN PENGHAMPARAN
Persiapan tanah dasar meliputi :
Persiapan tanah dasar seperti ketentuan 3.3
penyiapan badan jalan
Permukaan tanah dasar dibersihkan dan dilakukan
“proof rolling”
Tanah 20 cm dibawah subgrade kepadatan harus
minimum 95 %
Minimum CBR subgrade 6 % pada kepadatan 100%
Toleransi permukaan subgrade sesuai pasal 3.31.
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
41
PEMILIHAN ALAT PENCAMPUR
PETUNJUK
JENIS PERALATAN
INDEK PLASTISITAS
TANAH X PERSEN
LOLOS
# NO.40
TEBAL PERKIRAAN
MAKSIMUM YG MAMPU
DILAKUKAN DLM SATU
LAPIS (CM)
MESIN PENCAMPUR
TERPUSAT
< 500 TAK TERBATAS
PENGGARU PIRINGAN,
LUKU & MOTOR GREDER
< 1000 12 S/D 15
ROTAVATOR RINGAN <
100 PK
<2000 15
ROTAVATOR BERAT > 100
PK
<3500 20 S/D 30
TERGANTUNG PK
MESIN STABILISASI
TANAH
2000 S/D 3000 20
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
42
PENGHAMPARAN & PENGADUKAN
MIX IN PLACE
Tanah dari borrow pit disebar pada subgrade dan
dihaluskan dgn pulvimixer
Kadar air pada kondisi optimum
Setelah dihaluskan tanah diperiksa
kehalusannya, lolos saringan 25 mm = 100 % dan
lolos saringan # 4 = 75 %
Penyebaran tanah yg telah dihaluskan sesuai
ketebalan hasil trial
Penyebaran semen secara merata diatas tanah
sesuai kadar yg disyaratkan
Campurkan tanah dan semen secara merata,
kadar air 2 % diatas kadar air optimumIr. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
43
PENCAMPURAN & PENGHAMPARAN
SECARA CENTRAL PLANT
Mesin pengaduk dgn cara batching atau
continous
Alat pencampur dapat berupa paddle mixer atau
pan mixer
Campuran dihampar dengan alat Paving Machine
atau Spreader Box
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
44
PEMADATAN
Pemadatan dilaksanakan secepat mungkin
setelah pengadukan dan seluruh operasi
termasuk pembentukan finishing harus selesai
dalam waktu 60 menit, sejak semen kontak dgn
tanah.
Panjang maksimum penghamparan sesuai hasil
trial, dan tidak lebih dari 200 m
Pemadatan awal dgn sheepfoot, pneumatic tyred
atau smooth-wheeled roller
Pembentukan dan perataan permukaan dgn
grader sebelum pemadatan akhir dilaksanakan,
kepadatan min 97%.
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
45
Sambungan memanjang dan melintang lapisan
soil semen ini dikerjakan seperti pada
penghamparan hot mix (harus ada keyed).
Setelah pemadatan awal dan
pembentukan lapis terakhir soil semen,
disebar batuan chip ukuran 13 mm (single
size) dengan takaran 1,2 kg/m2
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
46
PEMELIHARAAN (CURING)
Setelah selesai pemadatan, dan penyebaran batuan chip, lapisan soil semen harus ditutup dgn curing membrane selama 24 jam.
Curing membrane dapat berupa, lembaran plastik untuk menjaga kehilangan air, karung goni basah atau material lain yg dapat berfungsi baik
Curing membrane dipasang 7 hari, dan dipindahkan bila akan dipasang lapisan aspal
Bila diinginkan maka setelah 24 jam lapisan soil semen dapat di prime coat.
Kendaraan tidak diizinkan lewat diatas soil semen sebelum umur 7 hari
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
47
PENGENDALIAN MUTU
Pengujian kepadatan subgrade dilaksanakan setiap jarak
200 m dgn sand cone, pengujian kepadatan lab maksimum
setiap 10 pengujian kepadatan lapangan.
Paling tidak satu pengujian CBR untuk setiap jenis tanah
subgrade yang dipakai.
Pengambilan contoh tanah yg telah dihaluskan, paling
sedikit lima contoh pada daerah dari 200 m, kalau ada satu
contoh yg tidak memenuhi, penghaluan harus diteruskan
utk seluruh bagian pekerjaan.
Pengendalian contoh untuk pengujian kadar air sewaktu
penghamparan dan pengadukan pada panjang maksimum
100 m.
Contoh diambil pada saat disebarkan, setelah
pencampuran dgn semen utk penentuan jumlah air yg
ditambahkan dan setelah pengadukan penambahan air tsb.
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
48
PENGENDALIAN PEMADATAN
Segera setelah tanah, air dan semen diaduk
masih dalam keadaan gembur, diambil contoh
dgn rentang jarak maksimum 200 m.
Contoh diambil dalam kantong plastik dua
sampel utk pengujian kepadatan dan empat
sampel utk pengujian kekuatan (CBR atau UCS).
Satu pengujian kepadatan dilapangan dgn sand
cone, dilakukan pada lokasi dimana dua samel
kepadaan lab diambil utk membandingkan hasil
pemadatan lapangan.
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
49
PENGENDALIAN KEKUATAN &
HOMOGENITAS (1)
Empat sampel tanah yg diambil dipadatkan di
lab, dan di cure didalam kantong plastik. Dua
sampel diambil setelah umur 3 hari lalu direndam
didalam air selama 4 hari.
Semua benda uji di test pada umur 7 hari, angka
rata-rata hasil benda uji yg direndam dinyatakan
sebagai kekuatan soil semen di lab, dan
dibandingkan dgn tabel spesifikasi.
Dari kekuatan lab ini, kekuatan soil semen
dilapangan dapat dipekirakan dari kepadatan yg
dicapai.Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
50
PENGENDALIAN KEKUATAN &
HOMOGENITAS (2)
Angka rata-rata kekuatan sampel yg tidak
direndam, dipakai untuk kalibrasi dgn hasil DCP
yg dilakukan pada lokasi pengambilan sampel
tsb (bila diperlukan).
Apabila terjadi perselisihan mengenai kekuatan
yg sebenarnya dilapangan, maka dapat diambil
sampel dgn core dilapangan dan dilakukan
pengujian UCS hasil core tsb.
Monitoring Ketebalan, diambil selang jarak tiap
50 m, dgn cara pengukuran level dan pengujian
DCP.
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
51
PENGENDALIAN KEKUATAN &
HOMOGENITAS (3)
Monitoring Kadar Semen, bila diperkirakan
terdapat kekurangan kadar semen, maka dapat
dilakukan pengujian kadar semen campuran dgn
AASHTO T 144 dari lokasi yg tidak memuaskan
tsb.
Pengukuran dan Pembayaran, pembayaran
diukur dalam meter kubik terpasang, yaitu
perkalian panjang x lebar x tebal rata-rata yg
diterima.
Semen dibayar dalam berat (ton), yaitu : berat
total semen yg dipakai X kualitas yg diterima
kualitas yg dipasang
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
MIX IN PLACE
52Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
CENTRAL PLANT
53Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
54Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
PENGHALUSAN TANAH
55Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
TANAH HASIL PENGHALUSAN
56Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
PEMBENTUKAN
57Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
PENYEBARAN SEMEN
58Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
PENAMBAHAN AIR
59Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
PEMADATAN
60Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
PENGUJIAN KEPADATAN & KADAR AIR
61Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
CURING
62Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
TACK COAT
63Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
PENGASPALAN
64Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
65
Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium
Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
66
Garis Besar Pengujian
Cakupan standar-standar pengujian
Maksud (Scope)
Peralatan (Apparatus)
Benda Uji (Test Specimens)
Cara Melakukan (Procedure)
Perhitungan (Calculation) jika ada
Pelaporan (Report)
Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
67
Kesalahan Pada Saat Pengujian Lab:
Kesalahan Peralatan Laboratorium karena
tidak dikalibrasi.
Kesalahan Faktor Manusia, misalnya
salah baca, dsb.
Kesalahan Prosedur Pengujian karena
“Cara Melakukan” yang benar belum
dipahami.
Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
68
Penyimpangan Prosedur Pengujian :
Pemadatan Campuran Aspal dengan temperatur yang tidak sesuai
Penyiapan benda uji dengan gradasi yang bervariasi
Penggunaan Piknometer yang salah
Kering Permukaan Jenuh yang salah
Abrasi semu
Indeks Plastisitas yang salah
Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
69
Jika Hasil Pengujian Gagal atau
Meragukan?
Seluruh proses pengujian harus diulangi
Secara teoritis pekerjaan harus ditolak
Diperlukan evaluasi terhadap hasil pengujian
lainnya yang dilakukan pada waktu yang tidak
berbeda jauh
Lakukan pengujian ulang di laboratorium lain
terhadap hasil pengujian yang meragukan atau
gagal
Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
70
No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan
Jumlah
Keterangancontoh /
test
1. Keausan dengan Los Angeles 40 % 3 test Per sumber.
2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m3
3. Indeks plastisitas 10 5 test Setiap 1.000 m3
4. Batas cair 35 5 test Setiap 1.000 m3
5. Bagian yang lunak 5 % 3 test Per sumber.
6. CBR 60 (min) 1 test Setiap 1.000 m3
7. Rongga dlm agregat mineral
pd kepadatan max
10 (min)
8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m3
9. Kepadatan proctor modified. 1 test Setiap 1.000 m3
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap pjg < 200 m.
11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt – 1 % atau setiap 150 m3
Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
71
No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan
Jumlah
Keterangancontoh /
test
1. Keausan dengan Los
Angeles
40 % 3 test Per sumber.
2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m3
3. Indeks plastisitas 6 5 test Setiap 1.000 m3
4. Batas cair 25 5 test Setiap 1.000 m3
5. Bagian yang lunak 5 % 3 test Per sumber.
6. CBR 80 (min) 1 test Setiap 1.000 m3
7. Rongga dlm agregat mineral
pd kepadatan max
14 (min)
8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m3
9. Kepadatan proctor modified. 1 test Setiap 1.000 m3
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap pjg < 200 m.
11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt – 1 % atau setiap 150 m3
Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
72
Bab V : Mix Desain Lapis Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
73
Mix Design Untuk LPA Kelas A dan B
LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBUATAN MIX DESIGN
1. Memeriksa semua sifat-sifat material apakah sudah memenuhi syarat
2. Mengatur proporsi masing-masing agregat agar memenuhi amplop gradasi yang disyaratkan.
3. Mencari proporsi yang paling ekonomis meskipun gradasi yang diperoleh tidak tepat di tengah-tengah amplop.
4. Kepadatan Berat (Modified Proctor) yang digunakan dalam pembuatan benda uji : Perlu diperhatikan bahwa ukuran butir maksimum adalah ¾” atau 19 mm maka semua
material lolos ayakan 2” dan tertahan ayakan ¾” diganti dengan material lolos ayakan ¾” dan tertahan No.4 dengan jumlah yang sama.
5. Dari hasil pengujian kepadatan berat akan diperoleh Kepadatan Kering Maksi-mum (Maximum Dry Dendity) dan Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content).
6. Buat benda uji dengan MDD dan OMC yang diperoleh diatas untuk pengujian CBR, Umumnya diambil harga CBR diambil pada penetrasi 0,1”.
Bilamana harga CBR pada penetrasi 0,2” lebih besar dari harga CBR pada penetrasi 0,1” maka percobaan harus diulangi.
Bilamana percobaan ulang menghasilkan harga CBR pada penetrasi 0,2” yang tetap lebih tinggi dari harga CBR pada penetrasi 0,1” maka harga CBR pada penetrasi 0,2” yang diambil.
Bab V : Mix Design Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
74
Mix Design Untuk Soil Cement Base
LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBUATAN MIX DESIGN
1. Memeriksa semua sifat-sifat material apakah sudah memenuhi syarat
2. Membuat benda uji dengan Kepadatan Ringan (Standard Proctor), minimum dengan 4 kadar semen portland yang berbeda. Plot hasil pengujian dalam Grafik I dengan sumbu x : Kadar Air Optimum dan
sumbu y : Kepadatan Kering Maksimum.
Dari hasil grafik I dapat diperoleh MDD dan OMC untuk masing-masing kadar semen portland yang berbeda.
3. Buatlah hubungan MDD & OMC dengan kadar semen dalam Grafik II dengan sumbu x : Kadar Semen dan sumb y kiri : Kepadatan Kering Maksimum dan sumbu y kanan : Kadar Air Optimum.
4. Buatlah benda uji (berdiameter 76,1 mm dan tinggi 14,2 mm) untuk pengujian Unconfined Compressive Strength (UCS) berumur 7 hari (dengan perawatan) untuk minimum 4 variasi kadar semen portland yang berbeda : Dengan menggunakan MDD dan OMC yang diperoleh dari Grafik II.
Plot hasil pengujian kedalam Grafik III dengan sumbu x : Kadar Semen dan sumbu y : UCS.
Bab V : Mix Design Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
75
Mix Design Untuk Soil Cement Base
LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBUATAN MIX DESIGN
5. Dari Grafik III akan diperoleh kadar semen portland minimum untuk mencapai : UBS minimum; UCS target dan UCS maksimum.
Pilih kadar semen portland minimum yang memenuhi UCS target.
Plot kadar semen portland minimum yang diperoleh dalam Grafik IV yang sama dengan Grafik II untuk menentukan MDD dan OMC dalam pelaksanaan.
6. Jika tidak tersedia alat untuk pengujian UCS, dapat digunakan cara CBR dengan perawatan (curing) selama 3 hari dan perendaman selama 4 hari Umumnya diambil harga CBR pada penetrasi 0,1”.
Bilamana harga CBR pada penetrasi 0,2” lebih besar dari harga CBR pada penetrasi 0,1” maka percobaan harus diulangi.
Bilamana percobaan ulang menghasilkan harga CBR pada penetrasi 0,2” yang tetap lebih tinggi dari harga CBR pada penetrasi 0,1” maka harga CBR pada penetrasi 0,2” yang diambil.
Bab V : Mix Design Pondasi Jalan
Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer
76Ir. Radi Wijaya - Bridge & Highway
Engineer