poltekkes kemenkes ri padang asuhan keperawatan …
TRANSCRIPT
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DI IRNA
NON BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
BINTANG SYARIFATUL HIDAYAH
NIM : 163110159
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2019
i
Poltekkes Kemenkes Padang
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DI IRNA
NON BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
BINTANG SYARIFATUL HIDAYAH
NIM : 163110159
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi pada Pasien Sirosis
Hepatis di IRNA Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahaun 2019.”
Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari Bapak Ns. Suhaimi, S.Kep, M. Kes selaku pembimbing I dan
Bapak Drs. H. Maswardi, M.Kes selaku pembimbng ke II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa juga peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Burhan Muslim. SKM.M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Padang.
6. Bapak Dr. dr. Yusirwan, Sp. B, Sp. BA(K), MARS selaku pimpinan beserta
Staf Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah mengizinkan
untuk pengambilan data dan melakukan survey awal serta melakukan
penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreini.M. Kep. Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep. Sp. Jiwa selaku Ketua Prodi Keperwatan Padang
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Bapak Ibu dosen serta staf jurusan keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan
7. Teristimewa Kepada Kedua Orang Tua dan Saudara tercinta yang telah
memberikan dorongan, semangat, doa restu dan kasih sayang yang tiada
terhingga yang tidak dapat ternilai dengan apapun. Tiada kata yang dapat
Ananda utarakan selain ucapan terima kasih dan semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, keselamatan, rahmat dan karunia-Nya.
8. Sahabat-sahabat yang selalu membantu peneliti yaitu Elisa Oktavia, Fani
Rahmayuni, Siti Yunia Wulandari dan Zaharatul Fitria, serta anggota
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
kelompok 1 yang selalu mendapat pembimbing koordinator mata kuliah yang
terus mendorong peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Teman-temanku yang senasip dan seperjuangan Mahasiswa/i Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang Program Studi D-III Keperawatan
Padang angkatan 2016.
Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, peneliti dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Aamiin
Padang, Mei 2019
Peneliti
v
Poltekkes Kemenkes Padang
LEMBAR ORISINALITAS
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
KEMENTERIAN KESEHATAN POLITEKHNIK KESEHATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2019
Bintang Syarifatul Hidayah
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Sirosis
Hepatis di Irna Non-Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2019
Isi : xii + 74 halaman, 2 tabel, 12 lampiran
ABSTRAK
Kebutuhan nutrisi menjadi kebutuhan yang mutlak bagi setiap manusia.
Munculnya gangguan pada pemenuhan nutrisi disebabkan oleh berbagai penyakit
diantaranya sirosis hepatis. Data dari RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan 350
pasien dirawat selama tahun 2017. Tujuan penelitian untuk mengetahui
bagaimana gambaran asuhan keperawatan pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis
hepatis.
Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan di
ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang dari bulan
Desember 2018 sampai Mei 2019. Populasi didapat sebanyak 3 orang dengan
pengambilan sampel 1 orang. Cara pengambilan sample dengan menggunakan
simple random sampling. Teknik pengumpulan data diperoleh dari data primer
dan sekunder dengan observasi, wawancara, pengukuran, pemeriksaan fisik,
analisa data dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian didapatkan pasien mengeluh nafsu makan menurun, badan terasa
lemah dan pegal - pegal, imt 17,41. Didapatkan 3 diagnosa utama yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, konstripasi, dan
keletihan. Rencana keperawatan sesuai dengan NIC. Evaluasi yang didapatkan
selama 7 hari pada pasien dimana ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian, tidak terjadi penurunan berat badan dan adanya
peningkatan berat badan pada hari ke-7. Diagnosa konstipasi teratasi pada hari ke
4, dimana pasien sudah BAB. Diagnosa Keletihan teratasi sebagian.
Disarankan kepada perawat agar dapat memaksimalkan dalam memberikan
asuhan keperawatan secara profesional dan komprehensif khususnya pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien dan mengajarkan kepada keluarga tentang
pentingnya pemberian diit yang tepat serta pemberian makan sedikit tapi sering
untuk memebuhi kebutuhan nutrisi pasien serta monitor berat badan pasien.
Kata Kunci : Sirosis Hepatis, asuhan keperawatan
Daftar Pustaka : 21 (2010-2017)
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... v
LEMBAR ORISINALITAS...................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi ...................................................... 8
1. Pengertian Kebutuhan Nutrisi ....................................................... 8
2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi ........................... 8
3. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi ............................................................................................ 10
4. Komponen Nutrisi ......................................................................... 13
5. Status Nutrisi ................................................................................. 24
6. Masalah yang Berkaitan dengan Ketidakseimbangan Nutrisi ...... 25
B. Konsep Dasar Pasien Sirosis Hepatis................................................. 26
1. Pengertian Sirosis Hepatis ............................................................ 26
2. Etiologi Sirosis Hepatis ................................................................. 27
3. Patofisiologi Sirosis Hepatis ........................................................ 27
4. Tanda dan Gejala Sirosis Hepatis ................................................. 29
5. Akibat Lanjut Sirosis Hepatis ....................................................... 30
6. Penatalaksanaan Sirosis Hepatis ................................................... 31
C. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis .............................................. 32
1. Pengkajian Keperawatan .............................................................. 32
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 37
3. Intervensi Keperawatan ................................................................ 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .............................................................................. 42
B. Tempat Dan Waktu Penelitian .......................................................... 42
C. Populasi Dan Sampel ........................................................................ 42
D. Alat Atau Instrumen Pengumpulan Data .......................................... 44
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
E. Jenis-Jenis Data ................................................................................. 44
F. Tekhnik Pengumpulan data ................................................................ 45
G. Hasil Analisis ..................................................................................... 46
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Lokasi penelitian .............................................................. 47
B. Deskripsi Kasus.................................................................................. 47
C. Pembahasan kasus .............................................................................. 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 72
B. Saran .................................................................................................... 73
Daftar Pustaka ........................................................................................... 74
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 2.1 Klasifikasi Body Mass Index (BMI) .................................... 26
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan NANDA, NIC, NOC ..................................... 38
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulias Ilmiah Pembimbing 2
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulias Ilmiah Pembimbing 2
Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data dari Institusi Poltekkes Kemenkes RI
padang
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Kepala RSUP Dr M. Djamil Padang
Lampiran 8 Surat Pernyataan Persetujuan Respondent (Informconsent)
Lampiran 9 Surat Selesai Penelitian Dari RSUP Dr.M.Djamil Padang
Lampiran 10 Ganchart Penelitian
Lampiran 11 Daftar Hadir Penelitian
Lampiran 12 Pengkajian Keperawatan Dasar
xii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Bintang Syarifatul Hidayah
NIM : 163110159
Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi/ 06 November 1997
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Golongan Darah : B
Alamat : Jln. Tan Malaka. Jorong Kubangtungkek,
Kenagarian Guguak VII Koto, Kecamatan Guguak
Kabupaten Lima Puluh Kota
Nama Orang Tua
Ayah : Endi Iswandi
Ibu : Afridanis H
Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun Lulus
1. TK Yapiguna Guguak 2003
2. SD Negeri 07 Guguak VIII Koto 2010
3. SMP Negeri 1 Kecamatan Guguak 2013
4. SMA Negeri 1 Kecamatan Guguak 2016
5. Poltekkes Kemenkes RI Padang 2019
8
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki kebutuhan yang yang beragam. Namun pada hakikatnya
setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama guna
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Menurut teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh
Maslow bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis (makan, minum, oksigenasi), keamanan, cinta, harga
diri dan aktualisasi diri (Budiono, 2015).
Kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan primer dan mendasar yang harus
terpenuhi guna memelihara keseimbangan biologis dan kelangsungan hidup
manusia. Kebutuhan lain yang lebih tinggi baru dapat dipenuhi setelah
terpenuhinya kebutuhan fisiologis. Kebutuhan tersebut terdiri dari
kebutuhan cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan istirahat dan tidur,
kebutuhan cairan, keseimbangan suhu tubuh, kebutuhan seksual dan
kebutuhan Nutrisi (Sutanto, 2017).
Kebutuhan nutrisi menjadi kebutuhan yang vital bagi manusia. Nutrisi
menjadi sumber energi untuk segala aktivitas. Sumber nutrisi dapat berasal
dari dalam tubuh itu sendiri seperti glikoge yang terdapat dalam otot dan
hati ataupun prtotein dan lemak dalam jaringan, sedangkan sumber lain
yang berasal dari luar tubuh seperti dari makanan yang dikonsumsi sehari-
hari oleh manusia. Nutrisi itu sendiri juga sangat berperan dalam menjaga
kesehatan dan mencegah penyakit (Sutanto, 2017). Nutrisi dalam makanan
adalah pertimbangan penting dalam merencanakan diet, pilihan makanan
dan kebiasaan individu seringkali menjadi faktor utama yang mempengaruhi
asupan makanan aktual. Adapun faktor yang mempengaruhi kebutuhan
2
Poltekkes Kemenkes Padang
nutrisi sesorang yaitu : perkembangan, jenis kelamin, etnis dan budaya,
medikasi dan terapi, serta kesehatan (Kozier, 2011). Dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi ada beberapa sistem dan saluran yang terlibat dan sangat
berperan penting. Adapun Sistem yang berperan dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ
yang terletak di luar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati dan kantong
empedu. Sedangkan saluran pencernaan manusia terdiri dari mulut,
tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus (Nuari, 2015).
Kebiasaan makan dan status nutrisi, sangat dipengaruhi oleh status
kesehatan individu. Proses penyakit dan pembedahan saluran gastroinestinal
dapat mempengaruhi pencernaan, absorpsi dan metabolisme (Kozier, 2011).
Gangguan pada sistem pencernaan dapat berdampak pada pemenuhan
nutrisi seseorang. Adapun penyakit yang diakibatkan diantaranya; diabetes
melitus, penyakit arteri koronen, dan sirosis hepatis (Adriani, 2012).
Penyakit yang beresiko tinggi akan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
salah satunya yaitu sirosis hepatis. Proses metabolik dalam tubuh seseorang
dapat terganggu oleh penyakit hati (Kozier, 2011).
Sirosis hepatis ditandai dengan adanya peradangan difusi dan menahun pada
hati, diikuti dengan poliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-
sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. Ada
beberapa faktor yang menjadi penyabab sirosisi seperti asupan alkohol
berlebihan, defisiendi gizi dengan penurunan asupan protein turut
menimbulkan kerusakan hati pada sirosis. (Nuari, 2015).
Pada penderita sirosis hepatis, perubahan-perubahan patologis berkembang
lambat. Selama masa laten yang panjang, fungsi hati mengalami
kemunduran secara bertahap. Adapun gejala klinis dari penderita sirosis
hepatis yaitu berupa gejala dini yang samar dan non spesfik seperti
kelelalahan, anoreksia, dispepsia, berat badan menurun. Gejala lain yang
3
Poltekkes Kemenkes Padang
juga dirasakan penderita yaitu mual dan muntah pada pagi hari, nyeri
tumpul atau perasaan berat pada epigastrium dan yang paling spesifik yaitu
hati keras dan mudah teraba (Nuari, 2015).
Penelitian dari Bemeur (2013), Malnutrisi protein-kalori lebih umum pada
pasien dengan sirosis dibandingkan dengan populasi umum, dikaitkan
dengan tingkat kematian di rumah sakit yang lebih tinggi. Keparahan
penyakit hati umumnya berkolerasi dengan keparahan kekurangan gizi, dan
kekurangan gizi protein-kalori berkolerasi dengan memburuknya hasil
klinis. Selain itu tingkat malnutrisi berkolerasi dengan perkembangan
komplikasi serius seperti asites dan sindrom hepatorenal.
Masalah nutrisi yang paling signifikan pada pasien sirosisi adalah
pengecilan otot dan sarkopenia. Pasien sirosis hepatis sering masuk ke fase
katabolik semalaman karena terbatasnya cadangan glikogen di hati. Dengan
demikian, sangat penting bagi pasien sirosisi untuk menjaga massa otot
mereka. Diet dapat memainkan peran besar dalam perkembangan dan
perkembangan penyakit hati. Kelebihan gizi dapat menyebabkan pasien
menjadi kelebihan berat badan, yang dapat menyebabkan penyakit hati
berlemak dan steatohepatitis nonalkohol (NASH). Metabolisme alkohol
dapat berinteraksi dengan nutrisi seperti asam lemak omega-6 (mis., Asam
linoleat) dan menyebabkan peroksidasi lipid dengan stres oksidatif dan
produksi metabolit lipid toksik tertentu yang sangat reaktif. Ketika pasien
sirosis mengkonsumsi alkohol, mereka dapat menjadi kurang gizi dan
mengalami kesulitan bergerak dan melakukan rutinitas sehari-hari (aktivitas
fungsional yang berkurang) (Craig J. McClain, 2016)
Data Center for Disease Control and Prevention [CDC], Pada tahun 2016,
jumlah orang dewasa dengan penyakit hati yang di diagnosis 4,9 juta
(2,0%). Sirosis hati menempati urutan ke-12 sebagai penyebab utama
kematian di Amerika Serikat. Prevalensi sirosis di Amerika Serikat adalah
4
Poltekkes Kemenkes Padang
sekitar 0,27%, sesuai dengan 633.000 orang dewasa dan 69% melaporkan
bahwa tidak sadar memiliki penyakit hati (Scaglion, 2014).
Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia tahun 2013,
rata-rata prevalensi sirosis hati adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di
bangsal penyakit dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit
hati yang dirawat. Perbandingan prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah
2,1:1 dan usia rata-rata 44 tahun.( Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia ,
2013).
RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan utama di
Sumatera Barat, data yang ditemukan di rumah sakit yaitu jumlah pasien
yang dirawat dengan sirosis hepatis dalam tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan. Tercatat jumlah pasien dengan sirosis hepatis yang menjalani
rawat inap sebanyak 145 pasien yang dirawat selama tahun 2014, 212
pasien yang dirawat selama tahun 2015, 250 pasien yang dirawat di tahun
2016, dan 350 pasien dirawat selama tahun 2017 (Rekam Medis RSUP Dr.
M. Djamil Padang, 2017).
Berdasarkan survei awal pada tanggal 19 Desember 2018 di ruangan IRNA
Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang didapatkan jumlah
kasus Sirosis Hepatis dari bulan September 2018 sampai tanggal 18
Desember 2018 yaitu sebanyak 84 kasus. Peneliti juga melakukan
wawancara dengan dua orang pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 66
tahun dan 59 tahun yang dirawat di penyakit dalam. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti di ruang rawat penyakit dalam pria, perawat sudah
melakukan pengkajian keperawatan sampai dengan evaluasi keperawatan
sesuai dengan format pengkajian asuhan keperawatan. Diagnosa yang
diangkat ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Dalam hal
ini keluarga kurang mengetahui mengenai nutrisi pada pasien sirosis
hepatis. Perawat ruangan kurang memberikan pendidikan kesehatan
5
Poltekkes Kemenkes Padang
mengenai status nutrsi pada keluarga sehingga keluarga dan pasien kurang
mengetahui nutrisi yang seharusnya dipenuhi oleh pasien.
Peran perawat untuk gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien
Sirosis Hepatis adalah dengan melakukan asuhan keperawatan yaitu
melakukan pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan,
membuat perencanaan keperawatan, melakukan implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan. Selain itu perawat berperan dalam
mempertahankan atau memulihkan status nutrisi yang optimal, menurunkan
atau mendapatkan kembali berat tubuh tertentu, meningkatkan praktik
nutrisis yang sehat, dan mencegah komplikasi akibat malnutrisi (Kozier,
2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertaarik melakukan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien sirosis
hepatis di IRNA non Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di
IRNA Non Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum.
Dideskripsikan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada
pasien sirosis hepatis di IRNA Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2019.
2. Tujuan Khusus.
a. Dideskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah
Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.
6
Poltekkes Kemenkes Padang
b. Dideskripsikan rumusan diagnosa asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah
Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.
c. Dideskripsikan rencana asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah Pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2019.
d. Dideskripsikan tindakan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah Pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2019.
e. Dideskripsikan evaluasi hasil asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah
Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.
f. Dideskripsikan pendokumentasian asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah
Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Peneliti
Diharapkan menambah wawasan dan pengalaman nyata bagi
peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien dengan sirosis hepatis
b. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan acuan
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis
oleh mahasiswa prodi D III Keperawatan Padang untuk penelitian
selanjutnya.
2. Institusi Pelayanan
a. Bagi RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukan
bagi Direktur RSUP. Dr. M. Djamil Padang beserta petugas
7
Poltekkes Kemenkes Padang
pelayanan keperawatan dalam meningkatkan kualitas penerapan
asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien
sirosis hepatis.
8
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gangguan Pemenuhan Nutrisi
1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah suatu interaksi antara makanan yang dikonsumsi dengan
bagaimana tubuh menggunakannya. Zat gizi dapat berupa zat organik
dan anorganik yang dijumpai dalam makanan dan digunakan untuk
pertumbuhan serta memelihara semua jaringan dan fungsi normal
semua proses tubuh (Kozier, 2011). Dalam konsep dasar nutrisi kita
mengenal istilah nutrien. Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau
anorganik yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh
untuk menjalankan fungsinya. (Ambarwati, 2014).
2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Menurut Kozier (2011), kandungan nutrisi dalam makanan adalah
pertimbangan penting dalam merencanakan diet, pilihan makanan dan
kebiasaan individu seringkali menjadi faktor utama yang
mempengaruhi asupan makanan aktual. Adapun faktor yang
mempengruhi kebutuhan nutrisi sesorang yaitu :
c. Perkembangan
Individu yang sedang berada dalam masa pertumbuhan yang cepat
(masa bayi dan remaja) memiliki kebutuhan gizi yang meningkat.
Sedangkan lansia memerlukan lebih sedikit kalori karena resiko
penyakit.
d. Jenis kelamin
Kebutuhan zat gizi pria dan wanita sangat berbeda karena
komposisi tubuh dan fungsi reproduksi. Pada pria, kebutuhan kalori
dan protein lebih besar karena masa otot yang leih besar, karena
masa otot yang leih besar, sedangkan pada wanita yang sedang
Poltekkes Kemenkes Padang
9
Poltekkes Kemenkes Padang
mengalami menstruasi lebih banyak memerlukan zat besi
dibandingkan pria
e. Etnis dan budaya
Pilihan makana sangat berbeda di antara individu dari latar
belakang budaya yang berbeda. Etnis seringkali mennetukan
pilihan makanan.
f. Medikasi dan terapi
Efek obat-obatan pada nutrisi sangat bervariasi. Beberapa obat-
obatan mungkin mengganggu nafsu makan, mengganggu persepsi
rasa atau mengganggu absorpsi atau ekskresi zat gizi. Sebaliknya,
zat gizi dapat memengaruhi manfaat obat. Beberapa zat gizi dapat
menurunkan absorbsi obat.
g. Kesehatan
Kebiasaan makan dan status nutrisi, sangat dipengaruhi oleh status
kesehatan individu. Proses penyakit dan pembedahan saluran
gastroinestinal dapat mempengaruhi pencernaan, absorpsi dan
metabolisme. Proses metabolik dapat terganggu oleh penyakit hati.
Angka kecukupan gizi pada masing-masing orang berbeda berdasarkan
umur, aktivitas, jenis kelamin, kondisi hamil dan menyusui (Khasanah.
2012)
a. Umur
Pada balita, tubuh mengalami pertumbuhan yang sangat pesat
sehingga kebutuhan zat gizi tiap satuan berat badan relatif lebih
tinggi dari kelompok umur lain. Kebutuhan energi akan semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang.
b. Aktivitas
Kebutuhan energi ditentukan oleh aktivitas sehari-hari, dimana
semakin berat aktivitas yang dilakukan, kebutuhan zat gizi,
terutama energi, juga akan semakin tinggi.
c. Jenis kelamin
10
Poltekkes Kemenkes Padang
Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan,
terutama pada usia dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh
komposisi tubuh dan jenus aktivitasnya.
d. Kondisi khusus (hamil dan menyusui)
Pada masa hamil dan menyusui, kebutuhan zat gizi pada wanita
meningkat. Hal ini dikarenakan metabolisme tubuh meningkat
untuk kebutuhan diri sendiri dan bayi dikandungnya, di dsamping
juga untuk persiapan produksi ASI.
3. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi
Saluran pencernaan manusia terdiri dari mulut, tenggorokan,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus
(Nuari, 2015).
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan. Di dalam
mulut terdapat lidah yang be rfungsi untuk merasakan (asam,asin,
pahit, dan manis) dan mencampurkan makanan. Ketika makana
msuk ke mulut, makanan tersebut akan dipotong-potong oleh gigi,
sehingga menjadi bagian kelcil. Kemudian saliva akan
membungkus bagian makanan tersebut.
Fungsi dari saliva :
1) Memecah polisakarida menjadi disakarida melalui kerja
amilase dari saliva.
2) Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-
partike makanan, serta menghasilkan pelumas, sehingga
makanan lebih mudah dicerna.
3) Enzim lisozim menghancurkan bakteri tertentu dan membilas
makanan yang mungkin digunkan oleh bakteri.
b. Faring dan Esofagus
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Di lengkungan faring terdapat tonsil (amandel)
11
Poltekkes Kemenkes Padang
yang banyak mengandung kelnejar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi. Bagian atas berhubunga dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
c. Esofagus
Di esofagus terjadi proses peristaltik dimana makana dari mulut
akan di dorong menuju lambung. Pada saat menelan makanan, ada
tulang rawan yang menutup lubang ke tenggorokan. Bagian
tersebut dinamakan epiglotis, yang akan mencegah makana masuk
ke parru-paru. Sekresi esofagus berfungsi memberi pelumas untuk
menelan.
d. Lambung
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Makakan masuk ke dalam lambung dari keronglongan melalui otot
berbentuk cincin yang disebut sfingter yang bisa membuka dan
menutup, sehingga menghalangi makanan kembali ke
kerongkongan. Didalam lambung, makanan dicerna secara
kimiawi. Gerakan peristaltik dinding lambung mengakibatkan
makanan di dalam lambung tercampur. Lambung juga mengasilkan
getah lambung yang mengandung asam lambung, serta enzim lain.
Asam lambung berfungsi sebagai pembunuh mikroorganisme dan
menggantikan enzim pepsinogen menjadi pepsin yang dapat
mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil.
e. Usus Halus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, ileum dan
jejenum
1) Usus dua bels jari (duodenum)
Duodenum terletak setelah lambung dan menghubungakannya
ke usus kosong (jejenum). Pada duodenum terdapata dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
12
Poltekkes Kemenkes Padang
2) Jejenum
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus antara 2-8 meter,
1-2 meter aalah bagian jejenum. Permukaan dalam jejenum
berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (villi), yang
memperluas permukaan dari usus.
3) Illeum
Ileum disebut juga usus penyerapan yang memiliki pH antara
7-8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin
B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar
Usus besar terdiri dar : kolon asendens (kanan), kolon transversum,
kolon desendens (kiri) dan kolon sigmoid (berhubungan dengan
rektum). Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap
air dan elektrolit dari tinja. Banyak bakteri yag terdapat di dalam
usus besar berfungsi mencerna bahan, membantu penyerapan zat
gizi, membuat zat-zat penting, serta berperan penting untuk fungsi
normal dari usus.
g. Anus
Rektum terdapat dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan
di kolon descendens. Rektum baru terisi ketika kolom desendens
sudah penuh, sehingga tinja akan masuk ke rektum, makan timbul
keinginan untuk buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Di
anus terdapat suatu cincin berotot(sfingter ani) yang menjaga agar
anus tetap tertutup.
Proses pencernaan makanan tidak terlepas dari peran organ-organ
sistem pencernaan (Tarwoto, dan Wartonah. 2015), diantaranya :
a) Hati
Hati berfungsi sebagai regulasi hematologik, pengaturan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan regulasi metabolik dimana
13
Poltekkes Kemenkes Padang
seluruh sirkulasi darah dari saluran pencernaan yang mengabsorpsi
nutrisi akan masuk ke hati melalui sistem vena porta hepatika.
Kemudian sel hati akan mengekstrak nutrisi dan toksin dari darah
sebelum beredar ke sirkulasi sistemik. Hati akan memindahkan
atau menyimpan kelebihan nutrisi dan akan memecahkan simpanan
makanan jika terjadi kekurangan nutrisi.
b) Kandung empedu
Kandung empedu menghasilkan garam empedu yang berfusngsi
untuk mempercepat kerja enzim seperti amilase dan tripsin.
Kandung empedu juga berfungsi menyimpan cairan/garam empedu
yang dihasilkan oleh hati sekitar 1 liter per hari.
c) Pankreas
Pankreas mempunyai dua fungsi yaitu fungsi endokrin dan
eksokrin. Sel endokrin yang menghasilkan hormon insulin dan
glukgon yang berperan dalam pengaturan kadar gula darah.
Sedangkan sel eksokrin menghasilkan cairan pankeas seperti air,
ion, dan enzim pencernaan.
4. Komponen Nutrisi
Komponen-komponen dari nutrisi terdiri dari ;
a. Karbohidrat
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan salah satu sumber utama
energi. (Jauhari, 2013)
1) Jenis Karbohidrat
Secara umum, karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi tiga
golongan (Putra, 2013), yakni:
a) Monosakarida.
Merupakan karbohidrat paling sederhana. Monosakarida
dibedakan menjadi karbohidrat lain. Monosakarida
dibedakan menjadi aldosa (glukosa dan galaktosa) dan
ketosa (fruktosa).
14
Poltekkes Kemenkes Padang
b) Disakarida dan oligosakarida.
Merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul
monoskarida yang saling terikat. Contoh dari disakarid
adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa.
c) Polisakarida
Merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banayk
sakarida. Contoh polisakarida adalah selulosa, glikogen,
dan amilum.
2) Fungsi karbohidrat
Adapun fungsi karbohidrat bagi tubuh (Khasanah. 2012),
yaitu:
a) Sebagai sumber energi
Sel-sel tubuhn membutuhkan ketersediaan energi siap
pakai yang harus selalu ada, terutama dalam bentuk
karbohidrat sederhana, yaitu glukosa.
b) Penghemat protein
Di dalam tubuh, karbohidrat mencegah timbulnya
pemecahan protein tubuh yang berlebihan, sehingga
protein tubuh tidak dipecah untuk memenuhi kebutuhan
energi, namun dipenuhi oleh karbohidrat.
c) Pemberi rasa manis pada makanan
Monosakarida (gula) dan disakarida akan memberi rasa
manis pada makanan.
d) Pengatur penggunaan lemak untuk energi
Karbohidrat dapat mencegah pemecahan lemak secara
tidak sempurna dimana bahan-bahan sampingan yang
dihasilkan pemecahan lemak dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan cairan tubuh atau dehidrasi karena
lemak dapat mengikat natrium ketika dikeluarkan lewat
urine.
15
Poltekkes Kemenkes Padang
e) Membantu pengeluaran tinja (feses)
Serat mengatur pergerakan usus selama proses pencernaan
makanan dan memberi bentuk pada tinja.
3) Sumber karbohidrat
Sumber utama karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan
dari makanan hewani. Sumber energi terutama terdapat dalam
bentuk zat tepung (amylum) dan zat gula (mono dan
disakarida). Timbunan zat tepung terdapat di dalam biji, akar
dan batang. Gula terdapat di dalam danging buah atau di dalam
cairan tubuh batang (tebu). Bahan makanan pokok di indonesia
dapat berupa beras (serealia, akar dan umbi, serta ekstrak
tepung, seperti sagu, menjadi sumber utama karbohidrat
(Jauhari, 2013)
4) Pencernaan karbohidrat
Polisakarida yang terkandung dalam makanan sebagian besar
berupa amilum yang kemudian akan dikatalis oleh enzim
amilase menjadi polisakarida yang lebih kecil. Kemudian
makanan masuk ke dalam lambung. Dan dilanjutkan di
duodenum, yang mana terjadi pencernaan dekstrim menjadi
disakarida (maltosa), trisakarida (maltotriosa), dan
oligosakarida oleh enzim amilase yang disekresi pankreas
(Khasanah. 2012).
5) Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat merupakan sumber energi utama
tubuh. Hampir 80% energi dihasulkan dari karbohidrat. Setiap
1 gram karbohidrat akan dihasilkan 4 kilokalori (kkal).
Glukosa dapat berasal dari zat tepung dan gula, asam amino,
serta gliserol. Di dalam tubuh, glukosa tersimpan pada plasma
darah dalam bentuk glukosa darah, dan kelebihan glukosa akan
disimpan di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Setelah
kebutuhan energi tubuh terpenuhi, kelebihan glukosa akan
16
Poltekkes Kemenkes Padang
diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa
(Tarwoto dan Wartonah, 2015).
b. Lemak
Tubuh membutuhkan lemak san asam lemak esensial, karena asam
lemak esensial tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia, sehingga
harus didapatkan dari makanan sehari-hari. Tidak ada aturan
mutlak mengenai seberapa banyak jumlah kandungan lemak yang
harus diasup setiap harinya. Namun dianjurkan untuk
mengkonsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total.
Konsumsi kolesterol harus kurang dari atau sama dengan 300 mg.
(Khasanah. 2012).
1) Jenis lemak
Berdasarkan ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi:
a) Lemak murni, yaitu lemak yang terdiri dari asam lemak dan
gliserol. Asam lemak bebas dapat dengan mudah menembus
membran sel melalui proses difusi.
b) Lemak yang berikatan dengan unsur lain seperti fosfolipid
merupakn senyawa ikatan lemak dengan garam fosfot,
glikolipid (senyawa ikatan lemak dengan glikogen), serta
lipoprotein (senyawa antara lipid dan protein).
2) Fungsi lemak
Menurut (Khasanah, 2012) fungsi lemak bagi tubuh yaitu:
a) Sebagai sumber energi, dimana energi dari lemak 2,4 kali
lebih besar dibandingkan energi yang dihasilkan
karbohidrat dan protein dalam umlah yang sama. Lemak
tubuh umumnya disimpan di jaringan bawah kulit sebanyak
50%, di sekeliling organ tubuh dalam rongga perut 45%,
dan dijaringan otot 5%.
b) Sumber asam lemak esensial, berupa omega 3 dan omega 6
yang dapat mencegah timbulnya penyempitan pembuluh
darah oleh kolesterol, sehingga sangat baik untuk menjaga
kesehatan jantung.
17
Poltekkes Kemenkes Padang
c) Pengangkut dan membantu penyerapan vitamin larut lemak,
yaitu A,D,E, dan K.
d) Menghemat protein, sehingga protein tidak digunakan
sebagai sumber energi.
e) Memberi rasa kenyang dan kelezatan.
Lemak memperlambat pengeluaran asam lambung dan
memperlambat pengosongan isi lambung sehingga akan
memberi rasa kenyang lebih lama.
f) Memelihara suhu tubuh dan mencegah kehilangan panas
tubuh secara cepat.
g) Pelindung organ tubuh terhadap benturan dan menahan
organ-organ tersebut tetap di tempatnya.
3) Sumber lemak
Sumber utama lemak adalah mminyak tumbuh-tumbuhan
(minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan
sebagainya), margarin, mentega, dan lemak hewan. Makanan
yang mengandung asam lemak tidaj jenuh ganda dan tidak
jenuh tunggal, umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali
minyak kelapa. Makanan sumber lemak jenuh umumnya
berasal dari hewani. Kolesterol hanya terdapat di dalam
makanan asal hewan seperti hati ginjal dan kuning telur
(Khasanah, 2012).
4) Metabolisme Lemak
a) Pencernaan lemak
Lemak tidak mengalami pencernaan di dalam rongga
mulut, karena tidak ada enzim yang dapat memecahnya.
Lemak dipecah di duodenum oleh enzim lipase yang
berasal dari sekresi pancreas. Trigliserida dipecah
menghasilkan campuran metabolik digliserida dan
monigliserida serta asam lemak bebas (Jauhari, 2013).
18
Poltekkes Kemenkes Padang
b) Penyerapan dan transpor
Sekitar 80 gram per hari diabsorpsi dalam usus kususnya
di duodenum melalui mekanisme difusi pasif.Asam lemak
dengan rantai pendek (terdiri atas 10 – 12 atom karbon)
masuk ke jaringan kapiler dan selanjutnya dibawa ke vena
porta hepatika sebagai asam lemak bebas. Sedangkan
asam lemak dengan rantai panjang (lebih dari 12 atom
karbon) disintesis kembali menjadi trigliserida, kemudian
bergabung bersama lipoprotein, kelosterol dan fosfolipid
membentuk silimikron selanjutnya akan diabsorpsi oleh
lakteal dari vili. Dari lakteal kemudian masuk kesirkulasi
simpatik dan kemudian masuk kesirkulasi darah
(Khasanah. 2012).
c. Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting dalam menunjang
keberadaan setiap sel tubuh dan memperkuat kekebalan tubuh
(Putra, 2013).
1) Jenis protein
Berdasarkan komponen-komponen yang menyusun protein
a) Protein bersahaja (simple protein)
Protein jenis ini merupakan campuran yang hanya
terdiri atas asam-asam amino. Protein ini mampu
mendukung pertumbuhan badan dan pemeliharaan
jaringan yang rusak. Contoh: protein jenis kasein pada
susu dan albumin pada telur.
b) Protein kompleks (complex protein, conjungated
protein)
Protein jenis ini terdiri atas bergabai jenis asam amino,
dan komponen lain, misalnya unsur logam, gugusan
phosphat dan sebagainya. Protein ini dapat mendukung
pemeliharaan kesehatan orang dewasa, dimana tidak
lagi menunjukkan adanya pertumbuhan badan, tapi
19
Poltekkes Kemenkes Padang
masih memerlukan diperlukan untuk pemeliharaan
jaringan yang rusak. Contoh: protein jenis legumin
pada kacang-kacangan dan gliadin pada gandum.
c) Protein derivat (protein derivate)
Merupakan hasil hidrolisa prsial dari protein native,
misalnya albosa, peptone. Protein jenis ini sama sekali
tidak dapat mendukung pertumbuhan badan dan
pemeliharaan jaringan, karena protein ini akan dibakar
seluruhnya untuk menghasilkan energi. Contoh: protein
jenis zein pada jagung.
2) Fungsi protein
Protein berfungsi sebagai zat gizi yang diperlukan tubuh.
Selain itu, protein juga memiliki banyak peran penting lain,
(Khasanah. 2012), diantaranya:
a) Sebagai bahan pertumuhan dan pemeliharaan tubuh,
terutama tulang dan otot serta sel-sel saraf dan otak.
b) Sebagai bahan untuk epmbuatan enzim, hormon dan
hemoglobin.
c) Sebagai cadangan energi. Protein dipecah menjadi
energi ketika tubuh benar-benar kekurangan
karbohidrat.
d) Membantu menjaga keseimbangan asam basa dalam
darah.
e) Mengatur keseimbangan air
f) Pembentukan zat kekebalan tubuh (antibodi)
g) Mengangkut zat-zat gizi
3) Metabolisme protein
a) Pencernaan protein
Protein mengalami proses pencernaan di dalam
lambung, dimana terdapat enzim pepsine dan HCL
yang bekerjasama memecah protein makanan menjadi
metabolisme intermediate tingkat polypeptida, yaitu
20
Poltekkes Kemenkes Padang
peptone, albumoa, dan proteosa. Kemudian di
duodenum, protein dicerna lebih lanjut oleh enzim yang
berasal dari pancreas dan dari dinding usus halus.
Enzim erepsine, oligopeptida dipecah lebih lanut
menjadi asam-asam amino (Jauhari, 2013).
b) Absorpsi protein
Didalam usus halus protein makanan dicerna total
menjadi asam-asam amino, yang kemudian diserap
melalui sel-sel epithelium dinding usus. Semua asam
amino larut air, sehingga dapat berdifusi secara pasif
melalui membrna sel (Jauhari, 2013).
4) Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein
adalah sebagai (Sediaoetama, 2010), berikut :
a) Berat badan seseorang. Semakin besar beratbadannya
kebutuhan akan protein akan lebih besar, hal ini sangat
terkait dengan semakin banyak jumlah sel dan jaringan
yang harus dipertahankan dan memperbaiki jaringan
yang rusak.
b) Aktivitas. Aktivitas membutuhkan tambahan energi
yang diantaranya berasal dari protein
c) Keadaan pertumbuhan. Bayi: 3 gr/kgBB, anak – anak
1,7 – 2,5 gr/kgBB, dan pada remaja sampai usia lanjut
kebutuhan protein 1,25 – 1,75 gr/kgBB.
d) Pada wanita hamil di tambah 10gr/hari.
e) Pada ibu menyusui ditambah 20gr/hari.
f) Keadaan atau kondisi kesehatan, misal sakit atau terjadi
infeksi.
c. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubu dan
tidak dapat diproduksi dalam tubuh.Vitamin sangat berperan dalam
proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator (Tarwoto
dan Wartonah, 2015)
21
Poltekkes Kemenkes Padang
1) Jenis vitamin
Vitamin dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a) Vitamin yang larut dalam air seperti B kompleks, B1
(Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niasin), B5 (Asam
Pantotenat), B6 (Piridoksin), B12 (Kobalamin), asam folat,
dan vitamin C. Jenis vitamin ini dapat larut dalam air
sehingga kelebihannya dapat dibuang melalui urine.
b) Vitamin yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak
seperti vitamin A, D, E, dan K.
2) Sumber dan fungsi vitamin
Sumber dan fungsi vitamin beragam, diantaranya:
a) Vitamin B1, banyak terdapat pada biji-bijian tumbuhan
seperti padi, kacang tanah, kacang hijau, gandum, roti,
sereal, jaringan, tubuh hewan, ginjal, hati, dan ikan.
Fungsinya adalah mencegah terjadinya penyakit beri-beri,
neuropati perifer, gangguan konduksi sistem saraf, dan
ensefalopati wernicke.
b) Vitamin B2, banyak terdapat pada ragi, hati, ginjal, susu,
keju, kacang almond, dan yoghurt. Fungsinya adalah
memperbaiki kulit, mata serta mencegah terjadinya
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang mendapatkan
fototerapi.
c) Vitamin B3, banyak terdapat pada berbagai jenis makanan
dari hewani dan nabati seperti sereal, beras, dan
kacangkacangan. Fungsi vitamin ini adalah menetralisasi
zat racun, berperan dalam sintesis lemak, memperbaiki kulit
dan saraf, serta sebagai koenzim pada banyak enzim
dehidrogenase yang terdapat dalam sitosol dan mitokondria.
d) Vitamin B5, sumber vitamin ini melimpah di berbagai jenis
makanan, baik di tumbuhan dan hewani, sehingga jarang
terjadi kekurangan vitam B5. Ungsinya sebagai katalisator
22
Poltekkes Kemenkes Padang
reaksi kimia dalam pembentukan koenzim A yang berperan
dalam pembentukan energi (ATP).
e) Vitamin B6, vitamin ini banyak terdapat pada hati, ikan,
daging, telur, pisang, sayuran, fungsinya berperan dalam
proses metabolisme asam amino, proses glikogenesis,
pembentukan antibodi, serta regenerasi sel darah merah.
Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan dermatitis,
bibir pecah-pecah, sariawan, anemia, dan kejang.
f) Vitamin B12, vitamin ini banyak terdapat pada daging,
ikan, kepiting, telur, susu, dan tempe. Fungsinya membantu
pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan sel
saraf, dan membantu metabolisme protein.
g) Vitamin C, sumbernya banyak pada sayuran dan buah
saperti jeruk, mangga, tomat, stroberi, asparagus, kol, susu,
mentega, ikan, dan hati. Fungsinya membantu pembentukan
tulang,otot, dan kulit, membantu penyembuhan luka,
meningkatkan daya tahan tubuh, membantu penyerapan zat
besi, serta melindungi tubuh dari radikal bebas.
h) Asam Folat, sumbernya terdapat pada hati, daging, sayuran
hijau, kacang-kacangan, fungsinya dalam membantu
metabolisme, khususnya asam amino, pematangan sel darah
merah, serta mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan,
kekurangan dapat mengakibatkan anemia megaloblastik.
i) Vitamin D, sumber vitamin ini adlah ikan, telur, daging,
susu, keju, tahu, dan tempe. Fungsinya adalah
meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor untuk kekuatan
tulang dan gigi,p engaturan produksi hormon, serta
pengaturan kadar kalsium darah.
j) Vitamin A, banyak terdapat pada ikan, telur, daging, hati,
susu, wortel, labu, dan bayam. Fungsinya membangun
selsel kulit, melindungi sel-sel retina dari kerusakan.
23
Poltekkes Kemenkes Padang
Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan gangguan
penglihatan pada senja hari (rabun senja).
k) Vitamin E, sumbernya banyak terdapat pada minyak sayur,
alpukat, kacang-kacangan, sayuran, daging, telur, susu,
ikan. Manfaat vitamin ini adalah sebagai antioksidan
dengan cara memutuskan berbagai reaksi rantai radikal
bebas.
l) Vitamin K, vitamin ini banyak terdapat pada jaringan
tanaman, sayuran, dan hewan sebagai bahan makanan,
produksi oleh bakteri usus. Fugsinya adalah membantu
dalam proses pembekuan darah dan jika terjadi kekurangan
dapat mengakibatkan penyakit perdarahan.
3) Absorbsi vitamin
Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin C
mudah diabsorbsi dalam epitelium mukosa usus melalui proses
difusi, kecuali vitamin B12 yang hanya dapat diabsorbsi pada
ileum terminal. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak
seperti A, D ,E, dan K akan diabsorbsi dengan bantuan
garamgaram empedu dan lipase. Vitamin A, D, E, K, dan B12
yang diabsorbsi dari darah disimpan dalam hati dan kemudian
dipergunakan kembali jika dibutuhkan tubuh (Tarwoto dan
Wartonah, 2015).
d. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh Mineral digolongkan ke
dalam mineral makro dan mikro. Mineral makro adalah mineral
yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,
yang terdiri dari natrium, kalsium, kalium, klorida, fosfor,
magnesium , dan sulfur. Sedangkan mineral mikro dibutuhkan
kurang dari 100 mg sehari. Mineral mikro terdiri dari yodium, besi,
seng, dan selenium (Khasanah.2012).
24
Poltekkes Kemenkes Padang
Fungsi mineral menurut Tarwoto dan Wartonah, (2015);
1) Penentuan konsentrasi osmotik cairan tubuh, misalnya natrium
dan klorida yang berperan dalam mempertahankan cairan
ekstrasel. Dan kalium yang berperan mempertahankan
konsentrasi osmotik intrasel.
2) Mempertahankan transmembran potensial, pembentukan dan
mempertahankan tulang, kontraksi otot, pembentukan
neurotransmitter, pembentukan hormon, pembentukan darah,
transpor gas, dan sistem penyangga (buffer).
3) Sebagai kofaktor esensial berbagai reaksi enzimatik.
e. Air
Merupakan media transpor nutrisi dan sangat penting dalam
kehidupan sel-sel tubuh.cairan di dalam tubuh manusia banyak
terdapat dalam darah, air mata, cairan dalam sel, cairan di ruang
antarsel, dan bagian-bagian tubuh lain. Banyak air dalam tubuh
manusia rata-rata 65% dari berat tubuhnya. Sedangkan kebutuhan
air sangat bergantung pada proporsi jarigan ototo dan jaringan
lemak. Air yang kelur dari tubuh manusia sebagian besar berupa
urine yang 95%-nya terdiri dari air, dan cairan juga keluar dalam
bentuk keringat serta uap air saat kita bernafas (khasanah. 2012).
5. Status Nutrisi
Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa
tubuh (body mass index-BMI) dan berat tubuh ideal (ideal body weight-
IBW). (Tarwoto dan Wartonah, 2015)
1) Body mass index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan
tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan
sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over
weight) dan obesitas.
25
Poltekkes Kemenkes Padang
Rumus BMI diperhitungkan:
BB (Kg) atau BB(Pon) x 704,5
TB (meter)² TB (inci)²
2) Ideal body weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam ungsi tubuh yang
sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam
sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi atau ditambah 10% dari
jumlah tersebut.
Rumus IBW diperhitungkan: (TB - 100) + 10%
6. Masalah yan Berkaitan dengan Ketidakseimbangan Nutrisi
Masalah umum yang berkaitan dengan ketidakseimbangan nutrisi
adalah kekurangan atau kelebihan nutrisi yang dimanifestasikan adanya
kelebihan berat badan, obesitas, berat badan yang kurang dari normal,
atau kehilangan berat badan (Tarwoto dan Wartonah, 2015)
a. Kelebihan berat badan atau overweight.
Untuk menentukan status overweight dipakai dengan ukuran
Indeks Massa Tubuh (BMI atau IMT), serta dengan
membandingkan perhitungan berat badan ideal. Overweight
diidentifikasikan dengan kriteria untuk orang Asia jika IMT antara
23,0-24,9 (normal: 18,5-22,9) atau kelebihan berat badan 10-20%
dari berat badan ideal. Penyebab terjadinya overweight di
antaranya faktor keturunan, perubahan pola makan, kurang
aktivitas.
b. Obesitas
Menurut WHO tahun 2006 obesitas dikelompokkan menjadi:
preobesitas dengan IMT antara 25-29,9 kg/m²; obesitas I degan
IMT 30,0-34,9; obesitas II dengan BMI 35,0-39,9; dan obesitas III
dengan BMI lebih dari 40,0.
Penyebab obesitas di antaranya faktor keturunan, pola makan
dengan porsi besar atau diet yang tinggi karbohidrat, protein dan
lemak, serta aktivitas yang kurang.
26
Poltekkes Kemenkes Padang
c. Berat badan kurang atau underweight.
Merupakan kondisi dimana berat badan kurang dari normal, yaitu
kurang dari 10% dari berat badan idela atau BMI kurang dari 18,5.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan berat badan kurang,
diantaranya; asupan nutrisi yang kurang, ketidakmampuan
menyediakan makanan, pecandu alkohol dan obat terlarang serta
berbagai penyakit infeksi saluran cerna.
Tabel 2.1
Klasifikasi Body Mass Index (BMI) Menurut WHO (2006)
Klasifikasi BMI (kg/m²)
Normal 18,50-24,99
Berat badan kurang
Ringan 17,00-18,49
Menengah 16,00-16,99
Berat <16,00
Kelebihan berat badan
Preobesitas 25,00-29,99
Obesitas ≥30,00
Obesitas I 30,00-34,99
Obesitas II 35,00-39,99
Obesitas III ≥40,00
B. Konsep Sirosis Hepatis
1. Pengertian Sirosis Hepatis
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan
difusi dan menahun pada hati, diikuti dengan poliferasi jaringan ikat,
degenerasi, dan regenerasi sel-sel hati sehingga timbul kekacauan dalam
27
Poltekkes Kemenkes Padang
susunan parenkim hati (mansjoer, Trijayati, Savitri, dan Wardhani, 1999
dalam Nuari Nian Afrian, 2015)
2. Etiologi Sirosis Hepatis
Meskipun ada beberapa faktor yang menjadi penyabab sirosisi seperti
defisiendi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan
kerusakakn hati pada sirosis, namun asupan alkohol berlebihan merupakan
faktor penyebab utama pada perlemakan hati. Namun, sirosis juga bisa
terjadi pada individu yang tidak memiiki kebiasaan minum-minuman keras
dan pada individu yang diatnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol
yang tinggi.
Menutur Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (2013), di negara
berkembang, penyebab utama sirosisi hati adalah virus heptitis B dan C,
selain itu konsumsi alkohol dan autoimun juga mempengaruhi terjadinya
sirosis hati. Penyakit perlemakan hati nan alkoholik (non alcoholic
steatohepatitis NASH, yang lemaknya dalam hepatosit (sel-sel hati) dapat
menyebabkan komplikasi berupa perdarahan atau inflamasi hati atau
fibrosis juga dapat menyebabkan terjadinya sirosisi kriptogenik (penyebab
tidak diketahui pasti).
3. Patofisiologi
a. Sirosis Laennec
Hubungan yang pasti antara penyalahgunaan alkohol dengan sirosis
laennes tidaklah dikatehui. Perubahan pertma pada hati yang
ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara bertahap di dalam
sel0sel hati (infiltrasi lemak). Akumulasi lemak mencerminkan adanya
sejumlah gangguan metabolik yang mencangkup pembentukan
trigliserida secara berlebihan, menurunnya jumlah keluaran
trigliserida dari hati dan menurunkan aksidasi asam lemak (Nuari,
2015).
28
Poltekkes Kemenkes Padang
Individu yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah berlebhan juga
mungkin tidak makan selayaknya. Penyebab kerusakan hati
tampaknya merupakan efek langsung alkohol pada sel hati, yang
meningkat pada saat malnutrisi. Pasien dapat mengalami beberapa
defisiensi nutrisi, termasuk vitamin A. Pengeroposan tulang sering
terjadi akibat asupan kalsium yang menurun dan gangguan
metabolisme. Asupan vitamin K, besi dan seng juga cenderung
menurun pada pasien dengan sirosisi hepatis. Selain itu, defisiensi
kalori-protein juga sering terjadi (Nuari, 2015).
Pada kasus Sirosis Laennac sangat lanjut, lembaran-lembaran jaringan
ikat yang tebal terbentuk pada tepian lobulus, membagi parenkim
menjadi nodul-nodul halus yang dapat membesar akibat regenerasi
sebagai upaya hati untuk mengganti sel-sel yang rusak. Hati akan
menciut, keras, dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada
stadium akhir sirosis, yang menyebabkan terjadinya hipertensi portal
dan gagal hati (Nuari, 2015).
b. Sirosisi Pascanekrotik
Sirosis Pascanekrotik terjadi setelah nekrosisi berbercak pada jaringan
hati. Hepatosit dikelilingin dan dipisahkan oleh jaringan parut dengan
kehilangan banyak sel hati dan diselingi dengan parenkim hati normal.
Kasusnya sekitar 10% dari seluruh kasus sirosisi. Sekitar 25% sampai
75% kausus memiliki riwayat hepatitis sebelumnya. Sejumlah kecil
kasus akibat intoksikan yang pernah diketahui adalah dengan bahan
kimia industri, racun, ataupun obat-obatan seperti fosfat, dan karbon
tetraklorida (Nuari, 2015).
c. Sirosisi Billiaris
Peyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruktif biliaris
pascahepatik. Statis empedu menyebabkan penumpukan empedu di
dalam masa hati dan kerusakan sel-sel hati. Terbentuknya lembaran-
lembaran fibrosa di tepi lobulus, namun jarang memotong lobulus
29
Poltekkes Kemenkes Padang
seperti sirosisi laennec. Hati membesar, keras, bergranula halus, dan
berwarna kehijauan.
Osteomalasia terjadi pada sekitar 25% penderita sirosisi biliaris primer
(akibat menurunnya absorbsi vitamin D). Jaringan fibrosa dalam
jumlah yang sangat banyak timbul di dalam struktur hati, yang
merusak banyak sel parenkim dan akhirnya berkontraksi di sekitar
pembuluh darah, dengan demikian sangat menghalangi aliran darah
porta melalui hati tersebut sehingga dapat menyebabkan sirosis
hepatis. (Nuari, 2015).
4. Tanda dan Gejala
Perubahan-perubahan patologis pada sirosisi berkembang lambat dan
bersifat laten. Selama masa laten yang panjang, fungsi hati mengalami
kemunduran secara bertahap. Didapatkan tanda dan gejala (Nuari, 2015),
sebagai berikut :
a. Gejala dini yang samar dan non spesifik seperti kelelahan, anoreksia,
dispepsia, flatulen, perubahan kebiasaan defeksi (konstipasi/diare),
berat badan menurun.
b. Mual dan muntah pada pagi hari
c. Nyeri tumpul atau perasaan berat pada epigastrium
d. Hati keras dan teraba
e. Manifestasi gagal hepatoseluler, meliputi :
1) Ikterus
Penderita dapat menjadi ikterus selama fase dekompensase disertai
gangguan reversibel fungsi hati. Pada penderita, terkadang urine
akan berwarna kecoklatan atau lebih tua.
2) Edema
Merupakan gejala lanjut pada sirosis hepatis. Konsentrasi albumin
plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya
edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan
retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.
30
Poltekkes Kemenkes Padang
3) Kecendrungan perdarahan, anemia, leukopenia dan
trombositopenia
Adanya fenomena heorrhage (perdarahan hidung, gusi, menstruasi
yang berat dan mudah memar), yang merupakan tanda-tanda
defisinsi vitamin (terutama vit A,C, dan K).
4) Fektor hepatikum
Merupakan bau apek manis yang dtemukan pada nafas penderita
khususnya pada koma hepatikum dan akibat ketidakmampuan hati
dalam metabolisme metionin.
5. Akibat Lanjut Sirosis Hepatis
Menurut perhimpunan peneliti hati indonesia (2013) akibat lanjut dari
sirosis hepatis adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan saluran cerna
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan paling
berbahaya pasa sirosis adalah perdarahan dari varises esofagus yang
merupakan penyebab dari sepertiga kematian. Penyebab lain
perdarahan adalah tukak lambung dan duodenum ( pada sirosis,
insedensi gangguan ini meningkat), erosi lambung akut, dan
kecenderungan perdarahan (akibat masa protombin yang memanjang
dan trombositopeni). Penderita datang dengan melena atau
hemetemesis.
b. Asites
Asites adalah penimbunan cairan dan infeksi dari cairan di perut
(peritonitis bacterial spontan).
c. Pembesaran pembuluh darah (varises) di perut, kerongkongan, dan
ususu yang mudah berdarah.
d. Kanker hati (hepatocellular carcinoma).
e. Gangguan paru akibat sirosis (sindrom hepatopulmonae).
f. Gagal ginjal akibat sirosisi (sindrom hepatopulmonae).
g. Gangguan mental seperti kebingungan sampai perubahan tingkat
kesadaran, dan koma (hepatic encephalopathy).
31
Poltekkes Kemenkes Padang
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nuari (2025) penatalaksaan medis dari pasien sirosisi hepatis,
yaitu:
1) Terapi mencakup antasid, suplemen vitamin dan nutrisi, diet
eimbang, diuretik, hhindari alkohol,
2) Kolkisin dapat memperlambat keinstasan pada pasien dengan
sirosisi rinangan sampai sedang.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan pada penderita sirosis hepatis adalah istirahat,
perbaikan status nutrisi, perawatan kulit, serta pendidikan pasien dan
pertimbangan perawatan dirumah (Nuari, 2015).
1) Istirahat
Istirahat sangat dianjurkan pada penderita sirosis, sehingga akan
mengurangi kebutugan dala hati dan meningkatkan suplai darah.
Karena pasien rentan terhadap bahaya immobilitas, berbagai upaya
perlu dilakukan untuk mencegah gangguan pernafasan, sirkulasi
dan vaskuler. Posisi pasien di tempat tidur perlu diatur untuk
mencapai status pernafasan yang efisien. Aktivitas dan olahraga
ringan di samping istirahat harus direncanakan.
2) Perbaikan status nutrisi
Penderita sirosis yang tidak mengalami asites atau edema dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda koma harus mendapatkan diet yang
bergizi dan tinggi protein dengan penambahan vitamin B
kompleks. Dala hal ini pasien sebaiknya makan sedikit tapi sering
daripada makan 3 kali sehari dalam porsi besar, karena adanya
tekanan abdominal yang ditimbulkan oleh asites.
Pasien dengan feses berlemak (steatorea) harus mendapatkan
vitamin larut lemak, yaitu vitamin A,D, dan E. Diet rendah protein
dapat diberikan untuk sementara jika tidak terdapat encefalopati
hepatik.asupan kalori yang tinggi harus dipertahankan dan
suplemen vitamin mineral perlu diberikan.
32
Poltekkes Kemenkes Padang
3) Perawatan kulit
Perawatan kulit yang perlu dilakukan sehubungan dengan adanya
edema subkutan, immobilitas pasien, ikterus, dan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi serta luka pada kulit. Penggunaan
sabun yang iritatif dan plester harus dihindari untuk mencegah
trauma kulit.
4) Pendidikan pasien dan pertimbanga perawatan di rumah
Instruksi diet perlu diberitahukan pada pasien dan keluarga.
Intruksi yang paling penting adalah menghilangkan alkohol dari
diet. Pembatasan natrium diperlukan untuk waktu yang cukup
lama.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiri dari nama, tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, alamat, tanggal pengkajian, dan diagnose
medis.
b) Identitas penaggung jawab
Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa di
hubungi selama menjalani masa rawatan di rumah sakit.
c) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien sirosis hepatis diantaranya, tidak
nafsu makan, mual atau muntah, kelemahan fisik, penurunan
berat dana dan kesulitan menelan (Tarwoto dan Wartonah,
2015)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan permulaan klien
merasakan keluhan dari gejala awal sampai sekarang. Perawat
33
Poltekkes Kemenkes Padang
perlu mengkaji secara sitematis agar gejala yang dirasakan
pasien tida ada yang terlewatkan. Tanyakan apakah ada
perubahan intake nutrisi setiap ada keluhan utama atau apakah
berhubungan juga dengan berat badan. Tanyakan kepada pasien
upaya yang sudah dilakukan untuk menangani gejala yang
dirasakan, apakah ada obat-obatan yang sudah diminum dan
perlu dijelaskan juga nama dan dosis obatnya (Nuari, 2015).
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat perlu mengkaji riwayat masuk rumah sakit, riwayat
kesehatan dahulu dan riwayat penggunaan obat. Dalam riwayat
penggunaan obat perlu dikaji apakah pasien menggunakan obat-
obatan hepatotoksin atau bersifat racun terhadap fisiologis kerja
hati. Perawat juga harus mengkaji riwayat alergi, sebagai tindakan
antisipasi apabila klien mendapatkan obat/terapi tertentu.
Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
lanjut dan untuk memberikan tindakan selanjutnya (Nuari, 2015).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita sirosis hepatis atau
riwayat hepatitis dari generasi terdahulu.
d) Pola aktivitas sehari-hari (ADL)
1) Pola Nutrisi
Anamnesis mengenai jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
dan dilakukan dengan cermat. Penghasilan dan pengeluaran per
bulan harus dikaji. Makanan sehari-hari yang dikonsumsi, sumber
bahan makanan (untuk mengetahui kandungan gizi), kebiasaan
hidup (misalnya ngemil sebelum tidur), kondisi finansial
keuangan), sering minum alkohol, makanan yang dipantang, dan
makanan yang menyebabkan alergi.
2) Pola tidur dan istirahat
Waktu istirahat perhari pasien di bandingkan saat keadaan sehat
dengan keadaan saat pasien dirawat dirumah sakit, olahraga (apa
34
Poltekkes Kemenkes Padang
jenisnya dan berapa frekuensinya), biasanya pasien mudah lelah
saat melakukan aktivitas sederhana.
3) Pola coping
Respon terhadap stress (makan atau tidak makan), persepsi
terhadap masalah, persepsi terhadap faktor penyebab/pendukung,
tanggapan terhadap keadaan sekarang atau konsep diri, sistem
pendukung yang ada (kekuatan/kelemahan), dirumah hidup dan
makan sendiri.
4) Pengetahuan tentang nutrisi
Dapat mengetahui kelompok makanan dasar, makanan yang tinggi
dan rendah kalori, hubungan antara aktivitas dan metabolisme.
e. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda–tanda vital.
2) Ukuran antropometri :
a) Berat badan ideal : (TB-100) ± 10%
b) Lingkar pergelangan tangan
c) Lingkar lengan atas (MAC)
(nilai normal)
Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
d) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) :
(nilai normal)
Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,6 cm
(Tarwoto dan Wartonah, 2015)
3) B1: Breathing (Sistem pernafasan)
Biasanya terlihat sesai dan terdapat retraksi intercostae sekunder
dari acites. Taktil fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi.
Lapangan paru resonance, bila terdapat efusi maka bunyinya redup.
35
Poltekkes Kemenkes Padang
Secara umum normal, akan ada ronchi bila ada akumulasi secret
(Nuari, 2015)
4) B2 : Sistem kardiovaskuler
Biasanya terdapat tanda gehala perdarahan dan anemia, adanya
peningkatan denyut nadi, dan biasanya auskutasi normal, kecuali
sirosisi hepatis dengan gagal jantung kongestif (Nuari, 2015)
5) B3 : Brain (Sistem syaraf neurosensory endokrin)
Sistem syaraf : agitasi, disorientasi. Pada waita mengalami
ginecomastia, menstruasi tidak teratur, perubahan suara menjadi
lebih berat. Ketidak di palpasi, terdapat pembesaran kelenjar tiroid
(Nuari, 2015).
6) B4 : Bladder Genitourinaria
Urin gelap, warna kecoklatan. Jika di palpasi, biasanya normal
tidak ada tendeness (Nuari, 2015).
7) B5 : Bowel
Pada inspeksi biasanya pasien tampak mual, dyspepsia, perubahan
dalam buang air besar, anoreksia, peurunan berat badan. Jika
dipalpasi teraba hepatoslenomegali ringan dan nyeri tekan
(tenderness) kuadran kanan, adanya shifting dullness. Saat
dipalpasi pasien akan merasa nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.
Dan bisanya bising usus normal (Nuari, 2015).
8) B6 : Bone, Muskuloskeletal
Biasanya pasien terlihat kelelahan, tremor dan atrofi otot pada
sirosis hepatis kronis. Memar dan perdarahan meliputi perdarahan
gusi, ekimosis, spider navi. Ketika dipalpasi akan didapatkan
penurunan kekuatan otot, penurunan kemampuan dalam
beraktivitas (Nuari, 2015).
f. Data psikologis
Adanya perubahan sikap dan psikologis pasien selama sakit yang
dapat mempengaruhi pola makanan pasien selama di rumah sakit.
36
Poltekkes Kemenkes Padang
g. Data sosial
Status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam memilih dan
membeli makanan serta kemampuan keluarga pasien dalam
pemenuhan kesehatan.
h. Data spritual
Kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh pasien dan keluarga.
i. Data penunjang, pemeriksaan laboratorium :
Menurut Diyono dan mulyanti (2013) pada pemeriksaan laboratorium
akan ditemukan sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah
Bisa dijumpai Hb rendah, anemia normokrom, normositer,
hipokrom monositer, atau hipokrom makrositer. Anemia bisa
akibat hipersplenisme dengan leukopenia dan trombositopenia.
Kolestrol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang
kurang baik. Kenaikan kadar enzim transaminase atau SGOT,
SGPT, bukan merupakan petunjuk tentang berat dan luasnya
kerusakan parenkim hati. Kenaikan nya dalam serum timbul
akibat kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan.
Uji faal hepar
a. Bilirubin menningkat (Normal: 0,2-1,4 gr%).
b. SGOT meningkat (Normal: 10-40 u/c).
c. SGPT meningkat (Normal: 5-35 u/c).
d. Protein total menurun (Normal: 6,6-8 gr/dl).
b) Albumin
Kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang berkurang. Penuruanan kadar
albumin dan peningkatan kadar globulin merupaka tanda
kurangnya daya tahan hati dalam menghadapi stress.
c) Pemeriksaan CHE (Kolinesterase)
Penting dalam menilai sel hati. Bila terjadi kerusakan hatikadar
CHE akan menurun, pada perbaikan terjadi kenaikan CHE
37
Poltekkes Kemenkes Padang
menuju normal , nilai CHE yang bertahan dibawah normal,
mmpunyai prognosis yang jelek.
d) Pemeriksaan kadar Elektrolit penting dalam penggunaan
diuretik dan pembatasan garam dalam diet. Dalam hal
enselopati, kadar Na 500-1000, mempunyai nilai diagnostik
suatu kanker hati primer.
2) USG
Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit.
Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar,
permulaan irregular, tepi hati tumpul. Pada fase lanjut terlihat
perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati
yang irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi
dalam batas nomal.
3) CT (chomputed tomography)
Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan aliran darah
hepatic serta obstruksi aliran tersebut.
4) MRI
Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan aliran darah
hepatic serta obstruksi aliran tersebut.
5) Analisa gas darah
Analisa gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan
a) Albumin (nilai normal: 4 – 5,5 mg/100ml)
b) Transferi (nilai normal: 170 -25 mg/100ml)
c) Hemoglobin (nilai normal: 12 mg%)
d) BUN (nilai normal: 10 – 20 mg/100ml)
e) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (nilai normal: laki-laki: 0,6-
1,3 mg/100 ml, wanita: 0,5-1,0 mg/100ml).
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan diagnosa keperawatan yang
muncul menurut Nanda (2015), adalah:
38
Poltekkes Kemenkes Padang
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis atau ketidakmampuan mengabsorpsi makanan
b. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
c. Keletihan berhungan dengan peningkatan kelemahan fisik
3. Rencana Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan Nort American Nursing Diagnosis
Association (NANDA), Nursing intervention Classification (NIC) – Nursing outcomes Classification (NOC), 2015)
No Diagnosa Noc Nic
1 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan
nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
Batasan
Karakteristik :
1) Berat badan 20%
atau lebih
dibawah rentang
berat badan ideal
2) Bising usus
hiperaktif
3) Kelemahan otot
untuk mengunyah
4) Kelemahan otot
untuk menelan
5) Kehilangan
rambut berlebihan
6) Membrane
mukosa pucat
7) Ketidakmampuan
memakan
makanan
8) Nyeri abdomen
Status Gizi
Indikator:
1) Asupan
nutrisi
2) Asupan
makanan
3) Asupan
cairan
4) Energi
5) Rasio tinggi
berat badan
6) Hidrasi
Status gizi:
asupan
makanan dan
airan
Indikator:
1) Asupan
makanan
secara oral
2) Asupan
cairan
secara oral
3) Asupan
nutris
parenteral
Manajemen Nutrisi
a) Menentukan status gizi
pasien dan kemampuan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
b) Identifikasi adanya
alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki
pasien
c) Monitor kalori dan
asupan makanan
d) Monitor kecendrungan
terjadinya penurunan
atau kenaikan berat
badan
e) Membantu pasien
dalam menentukan
pedoman diet sirosis
f) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
diet pasien
g) Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat diet
sirosis
h) Ciptakan lingkungan
yang optimal pada saat
39
Poltekkes Kemenkes Padang
Faktor yang
berhubungan:
1) Faktor biologis
2) Ketidakmampuan
mengabsorpsi
nutrien
3) Kurang asupan
makanan
mengkonsumsi makan.
i) Mengatur pada makan,
yang diperlukan (yaitu,
menyediakan makanan
protein tinggi, gula
pengganti, kenaikan
atau penurunan kalori,
menambah atau
mengurangi vitamin,
mineral, atau suplemen.
Monitor Nutrisi
a) Monitoring adanya
penurunan berat badan
b) Monitor adanya mual
dan muntah
c) Monitor diet dan
asupan kalori
d) Monitor pucat pada
jaringan konjungtiva
e) Monitor diet pasien
f) Melakukan pemantauan
hasil laboratorium
2 Keletihan
Defenisi : keletihan
terus-menerus dan
penurunan kapasitas
untuk kerja fisik dan
mental pada tingkat
yang lazim.
Batasan
karakteristik:
a) Kelelahan
b) Gangguan
konsentrasi
c) Kurang minat
terhadap sekitar
d) Peningkatan
keluhan fisik
e) Tidak mampu
Kelelahan :
efek yang
mengganggu
a) Penurunan
energi
b) Nafsu
makan
menurun
c) Perubahan
status
nutrisi
d) Gangguan
terhadap
e) aturan
pengobatan
f) Gangguan
dengan
aktivitas
Manajemen Energi
1) Observasi adanya
perubahan pasien
dalam melakukan
aktivitas
2) Dorong untuk
mengungkapkan
perasan terhadap
keterbatasan
3) Kaji adanya factor yang
menyebabkan
kelelahan
4) Monitor nutrisi dan
sumber energy yang
adekuat
5) Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
6) Monitor respon
kardiovaskular
40
Poltekkes Kemenkes Padang
mempertahankan
aktivitas fisik pada
tingkat yang
biasanya
f) Peningkatan
kebutuhan istirahat
g) Tidak mampu
mempertahankan
rutinitas yang
biasanya.
Faktor yang
berhubungan:
a) Kelesuan fisik
b) Malnutrisi
c) Peningkatan
kelelahan fisik
d) Kelesuan fisiologis
sehari-hari.
Tingkat
Kelelahan :
a) Kelelahan
b) Kelesuan
c) Kehilangan
selera makan
d) Kualitas
istirahat
e) Kualitas
tidur
f) Metabolisme
Terhadap aktivitas
7) Monitor pola tidur dan
lamanya
8) Dukung pasien dan
kelurga untuk
mengungkapkan
perasaan, berhubungan
dengan perubahan
hidup yang disebabkan
keletihan
9) Bantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
kebutuhan
10) Konsultasikan dengan
ahli gizi untuk
meningkatkan asupan
makanan yang
berenergi tinggi
3 Konstipasi
Defenisi: Penurunan
frekuensi normal
defekasi yang disertai
kesulitan atau
pengeluaran feses
tidak tuntas dan/atau
feses yang keras,
kering dan banyak.
Batasan
Karakteristik:
a) Nyeri abdomen
b) Byeri tekan
abdomen dengan
teraba distensi otot
c) Anoreksi
d) Perubahan pada
pola defekasi
e) Distensi abdomen
f) Tidak dapat
makan, mual
g) Tidak dapat
Eliminas usus:
Hidrasi
a) Turgor kulit
b) Membran
mukosa
lembab
c) Intake
cairan
d) Output urin
e) Haus
f) Warna urin
keruh
g) Bola mata
cekung dan
lunak
h) Nadi cepat
dan lemah
i) Kehilangan
berat badan
Manajemen
Konstipasi/impaksi:
a) Monitor tanda dan
gejala konstipasi
b) Monitor bising usus
c) Monitor frekuensi
feses, konsistensi dan
volume
d) Konsultasi dengan
dokter tentang bising
usus
e) Identifikasi factor dan
kontribusi konstipasi
f) Dukung intake cairan
g) Pantau tanda-tanda
gejala konstipasi
h) Memantau gerakan
usus
i) Mendorong
meningkatkan asupan
cairan kecuali
dikontraindikasikan
j) Anjurkan
41
Poltekkes Kemenkes Padang
mengeluarkan
feses
h) Nyeri saat defekasi
Faktor yang
berhubungan:
a) Kebiasaan defekasi
yang tidak teratur
b) Kebiasaan
menekan
dorongan defekasi
c) Kelemahan otot
abdomen
d) Perubahan
lingkungan saat ini
e) Asupan cairan
tidak cukup
f) Asupan serat tidak
cukup
g) Dehidrasi
pasien/keluarga
mencatat warna,
volume, frekuensi dan
konsistensi pada
hubungan asupan diet,
olahraga, cairan
sembelit/impaksi
k) Timbang pasien secara
teratur
l) Ajarkan pasien/
keluarga tentang proses
pencernaan yang
normal
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif, yaitu suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau (Hamdi, 2014).
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang
didapatkan peneliti adalah melihat asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di ruang IRNA Non Bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruangan IRNA Non Bedah RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dimulai dari pembuatan proposal pada bulan
November 2018 sampai Juni 2019. Waktu studi kasus dilakukan selama
1 minggu yaitu pada tanggal 16 - 22 Mei 2019.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek berupa orang, benda, gejala, atau
wilayah yang akan diteliti (Kartika, 2017). Populasi dari penelitian ini
adalah semua pasien sirosis hepatis yang dirawat di IRNA Non-Bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Populasi pasien sirosis hepatis di RSUP
Dr. M. Djamil pada tanggal 16 Mei 2019 ada sebanyak 3 orang
pasien.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi, atau sample adalah elemen
populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Kartika,
Poltekkes Kemenkes Padang
43
Poltekkes Kemenkes Padang
2017). Sample dari penelitian ini diambil sebanyak 1 orang pasien
sirosis hepatis yang mengalami gangguan pemenuhan nutrisi di ruang
IRNA Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019. dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu
cara pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh
peneliti untuk dapat dianggap mewakili karakteristik populasinya
(Swarjana, 2012).
Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu
1. Kriteria inklusi
a) Pasien bersedia menjadi responden
b) Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan tidak
menghabiskan diit nya
c) Pasien kooperatif dan dapat berkomunikasi verbal dengan baik
2. Kriteria Eksklusi
a) Pasien dengan hari rawatan kurang dari 5 hari
b) Pasien rencana pulang.
Sample dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling,
yaitu pengambilan sampel secara acak oleh peneliti, karena setiap
kasus atau elemen memiliki kesempatan yang sama besar untuk
dipilih sebagai sampel penelitian. Adapun cara pengambilan sample
yaitu : populasi yang ditemukan saat melakukan penelitian pada
tanggal 16 Maret 2019 sebanyak 3 orang pasien sirosis hepatis dengan
gangguan nutrisi. Keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dijadikan sample penelitian. Makan digunakan metode
pengundian, ketiga orang pasien tersebut diberi kode berdasarkan
inisial nama pasien diatas kertas, kemudian kertas tersebut digulung
lalu diaduk secara bersamaan. Setelah diaduk, peneliti mengambil satu
buah kertas secara acak, kertas yang berinisial pasien tersebut yang
dijadikan sebagai sample penelitian.
44
Poltekkes Kemenkes Padang
D. Alat atau instrumen pengumpulan data
Alat atau instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dalam hal ini
terlampir. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencananaan
keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat
pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensimeter, stetoskop, termometer,
penlight, mictroise (alat ukur tinggi) dan timbangan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,
observasi langsung, dan studi dokumentasi.
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, identifikasi
penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan
fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan
tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium, dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalah, dan etiologi
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya
masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan NOC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan,
dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.
E. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien dan
keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan, meliputi:
45
Poltekkes Kemenkes Padang
Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari
dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien. Data ini didapatkan
dari hasil wawancara observasi dan pemeriksaan fisik langsung pada
partisipan.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari perawat, rekam medis, data penunjang
(hasil labor dan diagnostik) yang ada diruang rawat IRNA Non Bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara atau Anamnesa
Peneliti melakukan wawancara kepada kedua partisipan melalui
pertanyaan yang diajukan secara langsung dan tatap muka. Wawancara
yang dilakukan meliputi perkenalan diri, menjelaskan tujuan,
informconsent, pengkajian yaitu menanyakan keluhan yang dirasakan
pasien sehingga dibawa kerumah sakit, keluhan yang dirasakan pada
saat sekarang ini, riwayat kesehatan dahulu pasien, riwayat kesehatan
keluarga pasien, dan ADL pasien.
2. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung kepada kedua
partisipan untuk mencari perubahan atau perkembangan yang dialami
kedua partisipan.
3. Pengukuran
Peneliti melakukan cek tekanan darah, pemeriksaan fisik secara head
too toe, menggunakan penlight, mengukur LILA, menimbang berat
badan dengan menggunakan timbangan dan mengukur tinggi.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dalam hal ini peneliti menggunakan dokumentasi dari
46
Poltekkes Kemenkes Padang
rumah sakit berupa data laboratorium, pemeriksaan diagnostik, dan
terapi pengobatan untuk menunjang penelitian yang dilakukan.
G. Hasil Analisis
Hasil analisis pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada
tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada gangguan pemenuhan nutrisi. Data yang telah didapat
dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian asuhan
keperawatan, menegakkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan
asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan,
mengevaluasi hasil tindakan asuhan keperawatan dan dinarasikan. Analisis
selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien kelolaan dengan teori asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada kasus Sirosis Hepatis dan penelitian terdahulu.
47
Poltekkes Kemenkes
Padang
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP DR.M. Djamil Padang di IRNA Non Bedah.
tepatnya di Ruang Penyakit Dalam. Ruang Penyakit Dalam terbagi atas 2 wing,
yaitu wing A dan wing B dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
yang dibagi menjadi 3 shift. Perawat dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu
oleh 2 orang kepala tim pada masing-masing tim yang terdiri dari perawat
pelaksana dan perawat profesi.
B. Deskripsi Kasus
Penelitian Asuhan keperawatan dengan kebutuhan nutrisi pada pasien Sirosis
Heaptia di IRNA Non Bedah RSUP. DR. M. Djamil Padang, pada tanggl 16
Maret – 22 Maret 2019, dengan satu orang partisipan. Asuhan keperawatan
dimulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi serta evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan
metode wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan di ruang penyakit dalam RSUP DR. M.
Djamil Padang pada hari Kamis, Tanggal 16 Maret 2019 jam 13.00 WIB.
Pengkajian dilakukan dengan metoda anamnesa, pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi yang meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pengakjian
pola kesehatan, dan pengakajian biopsikososial spiritual. Pengkajian yang
dilakukan ditunjang dengan pemeriksan diagnostik dan pemeriksaan
laboratorium serta terapi pengobatan yang diberikan oleh dokter.
48
Poltekkes Kemenkes Padang
Hasil pengkajiaan pada pasien didapatkan data sebagai berikut
a. Identitas Pasien dan penanggung jawab; Tn. D Umur 32 tahun, jenis
kelamin laki – laki, statusnya belum kawin, beragama Islam, Pendidikan
terakhir SMA. Bekekerjaan sebagai petani sawit, dan tempat tinggal di
Sarasah Air Mancur Cubadak Duo Koto Pasaman Barat. Selama dirawat
dirumah sakit yang bertanggung jawab kepada Tn. D adalah Ny. E yang
merupakan ibu kandung. Ny.E bekerja sebagai petani sawit di Pasaman
Barat.
b. Keluhan Utama : Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil
Padang tanggal 15 maret 2019 pada jam 18.17 dengan keluhan sesak
nafas dan penurusan nafsu makan sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah
Sakit, seluruh badan terasa lemah.
c. Riwayat kesehatan saat ini; Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16
Mei 2019, pasien mengatakan perasaan penuh di perut, tidak BAB selama
3 hari, seluruh badan terasa lemas, nafsu makan berkurang, makanan
dihabiskans 2-3 sendok dari porsi yang diberikan, mual pada pagi hari
dan terkadang muntah. Klien mengatakan ada penurunan berat badan ±10
kg sejak 2 bulan yang lalu., imt 17,41.
d. Riwayat kesehatan dahulu : Pasien mengatakan belum pernah dirawat di
rumah sakit. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat seperti
penyakit jantung, TB, DM, dan yang lain. Pasien mengatakan sering
meminum alkohol, merokok dan suka membeli obat tanpa resep dokter
seperti obat demam dan obat batuk.
e. Riwayat kesehatan keluarga : Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan keluarga pasien, tidak ada keluarga yang pernah
menderita penyakit yang sama, tidak ada anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit hepatitis dan penyakit keturunan ataupun menular
lainnya.
49
Poltekkes Kemenkes Padang
f. Pola makan pasien. Pasien mengatakan saat sehat : pasien makan 3-4 kali
sehari dengan satu piring nasi, lauk, dan sayur, kadang disertai buah,
makanan lainnya adalah roti dan gorengan sebagai cemilan disela-sela
jam makan.ketika sakit : Pasien diberikan diet hati II dengan nasi 100gr,
lauk 20 gr, sayur 50 gr dan buah apel/pisang 1 buah. Pasien hanya
menghabiskan makanan yang diberikan 2-3 sendok makan. ketika sehat :
pasien minum kurang lebih 7-8 gelas air putih perhari dan 1 gelas kopi
perhari. Saat sakit : pasien minum air putih 1 gelas perhari, infus
Aminofusin: Triofusin (1:2) .
g. Pola istirahat dan tidur. Pada saat sehat : pasien tidur 4-6 jam pada malam
hari, kualitas tidur baik. Ketika sakit : pasien sering merasa kelelahan tapi
sangat sulit untuk tertidur dan sering terbangun pada malam hari karena
perubahan lingkungan baru di Rumah Sakit.
h. Pola BAB dan BAK; BAB. Ketika sehat : pasien BAB 1 kali dalam 2
hari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas.saat sakit : pasien belum
BAB sejak 3 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Ketika sehat : pasien
BAK 8 kali dalam 24 jam, warna kuning jernih, bau khas. Sast sakit :
Pasien menggunakan kateter, ± 700cc perhari
i. Pola aktifitas; Sehat : pasien tidur 4-6 jam pada malam hari, kualitas tidur
baik. Saat sakit : pasien sering merasa kelelahan tapi sangat sulit untuk
tertidur dan sering terbangun pada malam hari karena perubahan
lingkungan baru di Rumah Sakit.
j. Pemeriksaan fisik; Pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada pasien,
pasien kooperatif dengan tingkat kesadaran composmentis. Hasil
pengukuran didapatkan tinggi badan 166 Cm, berat badan 51 Kg, tekanan
darah 130/90 mmHg, suhu 37,5 0C, nadi 74X / Menit dan
pernafasan 24 X / Menit. Kulit pasien tampak menguning dan kering,
tidak ada edema, dan fungsi perabaan baik.
50
Poltekkes Kemenkes Padang
1) Kepala tidak ada kelainan, rambut bewarna hitam, berminyak, rambut
tidak rapi, rontok. Telinga tampak bersih, simetris kiri dan kanan,
tidak ada lesi ataupun luka dan pendengaran baik. Pada mata pasien,
mata simetris kiri dan kanan konjungtiva anemis (+) , dan sklera
ikterik (+) dan penglihatan masih baik tidak ada keluhan. Hidung
tampak simetris, tidak ada lesi, hidung bersih dan penciuman baik.
2) Pada mulut, mukosa mulut kering, bibir pucat. Leher tidak ada lesi,
tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan kelenjer getah bening, serta
fungsi menelan tidak tergangggu.
3) Pemeriksaan dada, dada tampak simetris kiri dan kanan, cukup bersih ,
warna kulit merata , tidak ada lesi ataupun luka dan retraksi dinding
dada (-). Saat dipalpasi Fermitus kiri dan kanan, ictus cordis teraba .
diperkusi terdengar sonor dan dilakukan auskultasi tidak terdapat
bunyi nafas tambahan (-).
4) Pada bagian abdomen, terlihat membuncit, tidak ada lesi, dan warna
kulit merata, bising usus (-), saat dipalpasi nyeri tekan epigastrium,
ada pembengkakan hati 2 jari, perkusi berbunyi tympani.
5) Pemeriksaan ekstermitas, ekstermitas atas akral teraba hangat dan
lembab, CRT < 2 detik, kuku tangan tampak panjang dan kotor,
turgor kulit kembali cepat dan fungsi otot baik. Pada tangan kanan
terpasang infuse.
6) Ekstermitas bawah, Pada ekstermitas bawah pasien mengatakan kaki
pegal pegal dan lemah untuk digerakan, turgor kulit baik, kuku kaki
tidak rapi dan tidak bersih.
k. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium
dan USG abdomen.
l. Terapi pengobatan yang didapatkan pasien adalah Namipril 2,5 g,
Bisoprolol 2,5 g, IVFD aminofusin hepar : triofusin (1:2), Lactulac 3x1
sdt, Proparolol 2x 10 g, Tranfusi albumin
51
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Diagnosa Keperawataan
Setelah dilakukan pengkajian dengan mengelompokan data, memvalidasi data
dan menganalisa data berdasarkan data subjektif daan objektif. Pada diagnosa
keperawatan, peneliti akan menganalisis perumusan diagnosa keperawatan
pada pasien berdasarkan teori dan kasus. Ditemukan beberapa diagnosa
keperawatan yang yang teridentifikasi dengan tiga diagnosa utama yang
berkaitan dengan kebutuhan pemenuhan oksigen, yaitu :
1) Diagnosa pertama, Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan
kurang asupan makanan. Diagnosa ini diangkat dan diperkuat dengan data
subjektif bahwa Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya
menghabiskan 2-3 sendok dari porsi yang disediakan, sedangkan untuk
data objektif yang didapat dari pengukuran dan observasi yang hasilnya
IMT pasien kurang dari rentang normal.
2) Diagnosa kedua, Konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak
cukup. Diagnosa ini didukung oleh data, yang pertama adalah data
subjekctif bahwa pasien mengatakan BAB keras, dan Pasien mengatakan
tidak BAB selama 3 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Yang kedua
didukung oleh data objektif dimana saat dilakukan observasi dan
pemeriksaan didapatkan perut pasien membuncit, kembung dan bising usus
tidak normal 2x/menit.
3) Diagnosa ketiga adalah keletihan berhubungan dengan malnutrisi. Data
subjektif yang ditemukan pasien mengatakan sering merasa lelah dan letih
dengan atau tanpa aktivitas. Data objektif yang didapatkan adalah pasien
tampak lemah dan letih serta tampak mata pasien memerah.
52
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Intervensi Keperawataan
Intervensi keperawatan tujuannya untuk mempertahankan tingkat kesehatan
optimal pasien dalam upaya menurunkan jumlah dan atau keparahan gejala
ganguan nutrisi, hal ini meliputi tindakan keperawatan mandiri, seperti prilaku
peningkatan kesehatan dan upaya pencegahan.
a. Diagnosa pertama, yaitu Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrient dan kurang asupan makanan dengan kriteria hasil asupan nutrisi
adekuat, asupan cairan adekuat, Energi cukup, Rasio tinggi berat badan
dalam rentanng normal. Sedangkan rencana intervensi yang akan dilakukan
sesuai dengan NIC yaitu Menentukan status gizi pasien dan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan gizi, Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien, monitor kalori dan asupan makanan,
monitor kecendrungan terjadinya penurunan atau kenaikan berat badan,
membantu pasien dalam menentukan pedoman diet sirosis, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien, nformasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat diet sirosis, ciptakan lingkungan yang optimal
pada saat mengkonsumsi makan, monitoring adanya penurunan berat
badan, monitor adanya mual dan muntah, monitor diet dan asupan kalori,
monitor diet pasien.
b. Diagnosa kedua, Konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup
dan perubahan lingkungan saat ini dengan kriteria hasil turgor kulit normal,
membran mukosa lembab, intake cairan normal, output urin, tidak haus,
warna urin tidak keruh, bola mata tidak cekung dan lunak, tidak ada
kehilangan berat badan. Sedangkan untuk rencana intervensi yang akan
dilakukan sesuai dengan NIC monitor tanda dan gejala konstipasi, monitor
bising usus, monitor frekuensi, konsistensi dan volume feses, monitor
53
Poltekkes Kemenkes Padang
tanda dan rasionalisasi tindakan terhadap paien, identifikasi factor
penyebab dan kontribusi konstipasi, dukung intake cairan, pantau tanda-
tanda dan gejala konsipasi, pantau tanda-tanda gejala impaksi, Tinja yang
kering, keras dan berbentuk , teraba massa pada rectum, perasaan rektal
penuh atau bertekanan, nyeri abdomen, anoreksia, ajurkan pasien/keluarga
untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja, anjurkan
pasien/keluarga untuk diet tinggi serat, anjurkan pasien/keluarga pada
penggunaan yang tepat dari obat pencahar, anjurkan passion/keluarga pada
pada hubungan asupan diet, olahraga, cairan sembelit/impaks.
c. Diagnosa ketiga, yaitu keletihan berhubungan dengan malnutrisi penurunan
energy metabolism dengan kriteria hasil tidak terjadi perubahan status
nutrisi yang buruk, tidak ada gangguan terhadap aturan pengobatan, tidak
kelelahan, tidak mengalami kehilangan selera makan, kualitas istirahat
adekuat. Sedangkan untuk intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan
NIC adalah Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan selelahan
sesuai dengan konteks usia dan perkembangan, monitor asupan nutrisi
untuk mengetahui sumber energi yang adekuat, konsulkan dengan ahli gizi
mengenai cara meningkatkan asupan nutrisi dan makan, bantu pasien untuk
memantau secara mandiri dengan mencatat asupan kalori dan energi yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan, anjurkan pasien mengungkapkan
perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami, tentukan
persepsi pasien atau keluarga dengan pasien mengenai penyebab kelelahan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien
sesuai dengan rencana tindakan yang telah dirumuskan. Implementasi yang
dilakukan pada tanggl 16 Maret 2019 sampai 22 Maret 2019. Dari pertemuan
54
Poltekkes Kemenkes Padang
pertama sampai dengan pertemuan ke tujuh pada diagnosis keperawatan
utama
a. Diagnosa Pertama, Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan
kurang asupan makanan adalah menentukan status gizi pasien dan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi, mengidentifikasi alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki pasien, memonitor kalori dan asupan
makanan, memonitor kecendrungan terjadinya penurunan atau kenaikan
berat badan, membantu pasien dalam menentukan pedoman diet sirosis
yaitu diet hati, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien
diet hati, menginformasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat diet
sirosis, menciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
makan, memonitoring adanya penurunan berat badan, memonitor adanya
mual dan muntah yang dialami pasien, monitor diet dan asupan kalori
Pasien, monitor diet pasien.
b. Diagnosis kedua, Konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak
cukup dan perubahan lingkungan saat ini yang dilakukan tanggal 16 Maret
2019 sampai 22 Maret 2019 adalah memonitor tanda dan gejala konstipasi,
memonitor bising usus, memonitor frekuensi, konsistensi dan volume
feses, memonitor tanda dan rasionalisasi tindakan terhadap paien,
identifikasi factor penyebab dan kontribusi konstipasi, dukung intake
cairan, pantau tanda-tanda dan gejala konsipasi, pantau tanda-tanda gejala
impaksi, tinja yang kering, keras dan berbentuk, teraba massa pada rectum,
perasaan rektal penuh atau bertekanan, nyeri abdomen, anoreksia,
mengajurkan pasien/keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja, menganjurkan pasien/keluarga untuk diet tinggi serat,
menganjurkan pasien/keluarga pada penggunaan yang tepat dari obat
55
Poltekkes Kemenkes Padang
pencahar, menganjurkan passion/keluarga pada pada hubungan asupan diet,
olahraga, cairan sembelit/impaks.
c. Diagnose ketiga, keletihan berhubungan dengan malnutrisi penurunan
energy metabolisme yang dilakukan pada yanggal 16 Maret 2019 sampai
22 maret 2019 adalah mengkaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
selelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan, memonitor
asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat,
mengkonsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan
nutrisi dan makan, membantu pasien untuk memantau secara mandiri
dengan mencatat asupan kalori dan energi yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan dengan mencatat kedalam buku, menganjurkan pasien
mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang
dialami, tentukan persepsi pasien atau keluarga dengan pasien mengenai
penyebab kelelahan.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selanjutknnyaa akan dilakukan
evaluasi selamaa tujuh hari (16 Maret 2019 sampai 22 Maret 2019 ). Dengan
menggunakan SOAP hasil yang diperoleh pada hari ke-7, tepatnya hari Rabu
tanggaal 22 Maret 2019 adalah sebagai berikut
a. Diagnosa pertama, Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan
kurang asupan makanan. Masalah teratasi pada hari ke 7 yaitu evaluasi
subjektifnya didapatkan Tn. D mengatakan nafsu makan sudah mulai
meningkat, sudah ada keinginan untuk makan. Sedangkan untuk evaluasi
objektifnya yang diperoleh melalui observasi dan pengukuran didapatkan,
Tn. D tampak sudah bisa menghabiskan makanan yang diberikan, tidak
56
Poltekkes Kemenkes Padang
terjadi penurunan berat badan yang signifikan, dan tidak ada mual
muntah.
b. Diagnosa kedua, Konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak
cukup dan perubahan lingkungan saat ini. Masalah konstipasi teratasi
pada hari ke 4 dimana didapatkan evaluasi subjektifnya bahwa Tn. D
mengatakan sudah BAB dengan normal. Sedangkan evaluasi objektif
yang di dapatkan dari diagnose ini adalah perut sudah tidak kembung,
BAB tidak berlemak, bising usus normal 6x/menit.
c. Diagnose ketiga, keletihan berhubungan dengan malnutrisi penurunan
energy metabolisme. Masalah keletihan tertatasi sebagian pada hari ke 7,
evaluasi subjektifnya didapatkan Tn. D mengatakan sudah dapat
beraktifitas ke kamar mandi tanpa kelelahan yang berarti. Pada saat
dilakukan evaluasi subjektif, pasien dapat berjalan ke kamar mandi tanpa
kelelahan yang berarti, pasien juga tampak, konjungtiva tidak anemis.
C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dan laporan
kasus peneliti. Pembahasan kasus meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan
diagnosa keperawatan, membuat perencanaan keperawatan, melakukan implement
asi keperawatan, dan evaluasi pada asuhan keperawatan yang diberikan.
Pembahasan dilakukan dengan membandingan hasil proses keperawatan dengan
teori.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Maret 2019 di RSUP DR. M. Djamil
Padang tepatnya diruang penyakit dalam. Hasil pengkajian riwayat kesehatan
57
Poltekkes Kemenkes Padang
sekarang pada Tn.D di temukan bahwa pasien merasa lelah, perut terasa penuh,
dan tidak menghabiskan makanan, serta ada mual.
Hal ini sesuai dengan teori Wartonah dan Tarwoto (2015) seseorang yang
mengalami gangguan kebutuhan nutrisi akan merasakan, tidak nafsu makan,
mual atau muntah, kelemahan fisik, penurunan berat dana dan kesulitan
menelan.
Menurut Nuari (2015) Hal ini disebabkan oleh defisiendi gizi dengan
penurunan asupan protein yang turut menimbulkan kerusakakan hati pada
sirosis. Tanda dan gejala penderita sirosis yaitu, gejala dini yang samar dan non
spesifik seperti kelelahan, anoreksia, dispepsia, flatulen, perubahan kebiasaan
defeksi (konstipasi/diare), berat badan menurun, mual dan muntah pada pagi
hari, nyeri tumpul atau perasaan berat pada epigastrium, hati keras dan teraba.
Hasil pengakjian riwayat kesehatan dahulu Tn. D belum pernah masuk rumah
sakit. Tn. D adalah seorang pecandu alkohol dan suka mengkonsumsi kopi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia
(2013), menyebutkan penyebab utama sirosisi hati adalah virus heptitis B dan
C, selain itu konsumsi alkohol dan autoimun juga mempengaruhi terjadinya
sirosis hati.
Pengkajian yang dilakukan tentang riwayat kesehatan keluarga Tn.D,
didapatkan bahwa tidak ada keluarga yang menderita penyakit hati yang sama
dengan Tn.D.
Menurut Smeltzer (2016) Salah satu catra penularan penyakit sirosis hepatis
ditularkan ketika seorang penderita penyakit sirosis hepatis dengan hepatitis B
bersentuhan dengan individu lain, ibu dengan penyakit hepatitis juga akan
sangat berisiko menularkan kepada anaknya.
58
Poltekkes Kemenkes Padang
Pada pengkajian status nutirisi, Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan
hanya menghabiskan ¼ dari porsi yang disediakan, sedangkan untuk data
objektif yang didapat dari pengukuran dan observasi yang hasilnya IMT pasien
kurang dari rentang normal.
Menurut Kozier (2011), kandungan nutrisi dalam makanan adalah
pertimbangan penting dalam merencanakan diet, pilihan makanan dan
kebiasaan individu seringkali menjadi faktor utama yang mempengaruhi asupan
makanan aktual. Adapun faktor yang mempengruhi kebutuhan nutrisi sesorang
salah satunya adalah kesehatan, dimana proses penyakit dan pembedahan
saluran gastroinestinal dapat mempengaruhi pencernaan, absorpsi dan
metabolisme. Proses metabolik dapat terganggu oleh penyakit hati.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) Berat badan kurang atau underweight,
merupakan kondisi dimana berat badan kurang dari normal, yaitu kurang dari
10% dari berat badan idela atau BMI kurang dari 18,5. Ada beberapa kondisi
yang menyebabkan berat badan kurang, diantaranya; asupan nutrisi yang
kurang, ketidakmampuan menyediakan makanan, pecandu alkohol dan obat
terlarang serta berbagai penyakit infeksi saluran cerna. Hal ini sesuai dengan
kondisi pasien saat ini.
Pola istirahat dan tidur. Pada saat sehat : pasien tidur 4-6 jam pada malam hari,
kualitas tidur baik. Ketika sakit : pasien sering merasa kelelahan tapi sangat
sulit untuk tertidur dan sering terbangun pada malam hari karena perubahan
lingkungan baru di Rumah Sakit.
Menurut Nuari, (2015) Istirahat sangat dianjurkan pada penderita sirosis,
sehingga akan mengurangi kebutuhan dalam hati dan meningkatkan suplai
darah. Karena pasien rentan terhadap bahaya immobilitas, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk mencegah gangguan pernafasan, sirkulasi dan vaskuler.
59
Poltekkes Kemenkes Padang
Pola BAB dan BAK; BAB. Ketika sehat : pasien BAB 1 kali dalam 2 hari,
konsistensi lunak, warna kuning, bau khas.saat sakit : pasien belum BAB sejak
3 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Ketika sehat : pasien BAK 8 kali dalam
24 jam, warna kuning jernih, bau khas. Sast sakit : Pasien menggunakan
kateter, ± 700cc perhari
Pola BAB dan BAK pasien tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wahyudo (2014), dimana Wahyudo mendapatkan BAK pasien berwarna
pekat seperti teh, BAB lunak dan berwarna hitam, tanpa lendir sebanyak 2 kali
dalam sehari.
Berdasarkan penelitian mahasiwa gizi FKM UI menunjukkan bahwa sebesar
58,2% seorang yang mengkonsumsi rendah serat mengalami konstipasi. Hal ini
sesuai dengan kasus, dimana konstipasi terjadi karena kurangnya asupan serat
pasien.
Pemeriksaan fisik; Pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, pasien
kooperatif dengan tingkat kesadaran composmentis. Hasil pengukuran
didapatkan tinggi badan 166 Cm, berat badan 51 Kg, tekanan darah 130/90
mmHg, suhu 37,5 0C, nadi 74X / Menit dan pernafasan 24 X / Menit. Kulit
pasien tampak menguning dan kering, tidak ada edema, dan fungsi perabaan
baik. Kepala berminyak, rambut rontok. Pada mata pasien, mata simetris kiri
dan kanan konjungtiva anemis (+) , dan sklera ikterik (+). Pada mulut, mukosa
mulut kering, bibir pucat. Pada bagian abdomen, terlihat membuncit, tidak ada
lesi, dan warna kulit merata, bising usus (-), saat dipalpasi nyeri tekan
epigastrium, ada pembengkakan hati 2 jari, perkusi berbunyi tympani.
Pemeriksaan ekstermitas, ekstermitas atas akral teraba hangat dan lembab,
kuku tangan tampak panjang dan kotor, turgor kulit kembali cepat dan fungsi
otot baik. Pada tangan kanan terpasang infuse. Ekstermitas bawah, Pada
ekstermitas bawah pasien mengatakan kaki pegal pegal dan lemah untuk
digerakan, turgor kulit baik, kuku kaki tidak rapi dan tidak bersih.
60
Poltekkes Kemenkes Padang
Menurut Nuari (2015) Sistem pernafasan biasanya terlihat sesuai dan terdapat
retraksi intercostae sekunder dari acites. Taktil fremitus seimbang bila tidak ada
komplikasi. Lapangan paru resonance, bila terdapat efusi maka bunyinya redup.
Secara umum normal, akan ada ronchi bila ada akumulasi secret. Sistem
kardiovaskuler biasanya terdapat tanda gehala perdarahan dan anemia, adanya
peningkatan denyut nadi, dan biasanya auskutasi normal, kecuali sirosisi
hepatis dengan gagal jantung kongestif
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium dan
USG abdomen.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan kasus, didapatkan tiga diagnosa
utama Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien ditemukan masalah yang
prioritas yaitu
a. Diagnosa Pertama, ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh. Pasien mengeluh pasien merasa lelah, perut terasa penuh, dan tidak
menghabiskan makanan, serta ada mual, IMT kurang dari rentang normal.
Menurut diagnosis keperawatan NANDA (2015-2017) Diagnosa pertama,
ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik batasan
karakteristik diantaranya yaitu adanya kelemahan otot mengunyah,
gangguan sensai rasa, kesalahan presepsi, kram abdomen, nyeri abdomen,
membran mukosa pucat. Prioritas masalah pada pasien yang mengalami
gangguan nutrisi pada pasien sirosisi hepatis yaitu Ketidakseimbangan
nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient karena adanya gangguan pada
roses metabolik dalam tubuh seseorang karena penyakit hati (Kozier,
2011), serta kurang asupan makanan karena adanya pada abdomen dan
abdomen terasa cepat penuh. Oleh sebab itu peneliti mengangkat diagnosa
61
Poltekkes Kemenkes Padang
keperawatan pada masalah ini yaitu Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien dan kurang asupan makanan.
a. Diagnosa kedua, Konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak
cukup. Pasien mengeluh BAB keras, dan Pasien mengatakan tidak BAB
selama 3 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Saat dilakukan observasi
dan pemeriksaan didapatkan perut pasien membuncit, kembung dan bising
usus tidak normal 2x/menit.
Menurut diagnosis keperawatan NANDA (2015-2017), Konstipasi
definisikan sebagai Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai
kesulitan atau pengeluaran feses tidak tuntas dan/atau feses yang keras,
kering, dan banyak. Batasan karakteristinya antara lain, `Anoreksia, Bising
usus hiperaktif, Distensi abdomen, feses keras dan berbentuk, keletihan
umum, mual, tidak dapat mengeluarkan feses.
Menurut Jauhari (2013), Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan salah satu
sumber utama energy. Salah satu fungsi karbohidrat yaitu membantu
pengeluaran tinja (feses). Serat mengatur pergerakan usus selama proses
pencernaan makanan dan memberi bentuk pada tinja. Gangguan pada
sistem pencernaan dapat berdampak pada pemenuhan nutrisi seseorang dan
bentuk tinja.
Menurut Toner dan Claros (2012), Jika konstipasi tidak diatasi dapat
menimbulkan situasi yang lebih serius. Komplikasi yang ditimbulkan dari
konstipasi jika tidak ditangani diantaranya hemoroid, prolaps rektum,
impaksi fekal (feses menjadi keras dan kering), obstruksi usus dan kanker
kolon.
62
Poltekkes Kemenkes Padang
Oleh karena itu, peneliti mengangangkat diagnosa keperawatan untuk
masalah ini yaitu konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak
cukup.
c. Diagnosa ketiga, keletihan berhubungan dengan malnutrisi. Pasien
mengatakan sering merasa lelah dan letih dengan atau tanpa aktivitas.
Ditemukan Pasien tampak lemah dan letih serta tampak mata pasien sedikit
anesmis.
Menurut NANDA (2015-2017), keletihan didefenisikan keletihan terus
menerus dan penurunan kapasitas untuk kerja fisik dan mental pada tingkat
yang lazim yang mempunyai beberapa batasan krakteristik antara lain,
kelelahan, kurang energi, mengantuk, peningkatan keluhan fisk, tidak
mampu mempertahankan aktifitas fisik pada tingkat biasanya, tidak mampu
mempertahankan rutinitas yang biasanya.
Menurut Nuari (2015) Istirahat sangat dianjurkan pada penderita sirosis,
sehingga akan mengurangi kebutuhan dalam hati dan meningkatkan suplai
darah. Karena pasien rentan terhadap bahaya immobilitas, berbagai upaya
perlu dilakukan untuk mencegah gangguan pernafasan, sirkulasi dan
vaskuler. Posisi pasien di tempat tidur perlu diatur untuk mencapai status
pernafasan yang efisien. Aktivitas dan olahraga ringan di samping istirahat
harus direncanakan.
Oleh karena itu, peneliti mengangangkat diagnosa keperawatan untuk
masalah ini, keletihan didefenisikan keletihan.
63
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Intervensi Keperawata
Intervensi keperawatan merupakan perencanaan yang akan dilakukan dalam
mengatasi masalah keperawatan. Intervensi keperawatan berpedoman kepada
Nursing Interventions Clasification (NIC) dan Nursing Outcomes Clasification
(NOC). Perencanaan tindakan berdasarkan tujuan intervensi masalah
keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan kurang
asupan makanan, konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup dan
perubahan lingkungan saat ini, keletihan berhubungan dengan malnutrisi dan
penurunan energi metabolisme.
b. Diagnosa petama, ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan kurang
asupan makanan dengan tujuan tercapainya tidak adanya penurunan berat
badan, asupan makanan yang adekuat. Sedangkan rencana intervensi yang
aakan dilakukan sesuai dengan NIC adalah Menentukan status gizi pasien
dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi, Identifikasi adanya
alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien, monitor kalori dan
asupan makanan, monitor kecendrungan terjadinya penurunan atau
kenaikan berat badan, membantu pasien dalam menentukan pedoman diet
sirosis, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien,
nformasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat diet sirosis, ciptakan
lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan, monitoring
adanya penurunan berat badan, monitor adanya mual dan muntah, monitor
diet dan asupan kalori, monitor diet pasien.
Menurut Nuari (2015), Penderita sirosis yang tidak mengalami asites atau
edema dan tidak memperlihatkan tanda-tanda koma harus mendapatkan
diet yang bergizi dan tinggi protein dengan penambahan vitamin B
64
Poltekkes Kemenkes Padang
kompleks. Dalam hal ini pasien sebaiknya makan sedikit tapi sering
daripada makan 3 kali sehari dalam porsi besar, karena adanya tekanan
abdominal yang ditimbulkan oleh asites.
b. Diagnosa kedua, konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak cukup
dan perubahan lingkungan saat ini dengan tujuan turgor kulit normal,
membran mukosa lembab, intake cairan normal, output urin, tidak haus,
warna urin tidak keruh, bola mata tidak cekung dan lunak, tidak ada
kehilangan berat badan. Sedangkan untuk rencana intervensi yang akan
dilakukan sesuai dengan NIC monitor tanda dan gejala konstipasi, monitor
bising usus, monitor frekuensi, konsistensi dan volume feses, monitor
tanda dan rasionalisasi tindakan terhadap paien, identifikasi factor
penyebab dan kontribusi konstipasi, dukung intake cairan, pantau tanda-
tanda dan gejala konsipasi, pantau tanda-tanda gejala impaksi, Tinja yang
kering, keras dan berbentuk , teraba massa pada rectum, perasaan rektal
penuh atau bertekanan, nyeri abdomen, anoreksia, ajurkan pasien/keluarga
untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja, anjurkan
pasien/keluarga untuk diet tinggi serat, anjurkan pasien/keluarga pada
penggunaan yang tepat dari obat pencahar, anjurkan passion/keluarga pada
pada hubungan asupan diet, olahraga, cairan sembelit/impaks.
intervensi yang dilakukan sama dengan intervensi yang diakukan Herlina
(2017) yaitu memonitor tanda dan gejala konstipasi, memonitor bising
usus, berkonsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan
bising usus, menjelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap
pasien, mengindentifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi,,
mendukung intake cairan, berkolaborasi dalam pemberian laktasif,
memantau tanda-tanda gejala konstipasi, memantau tanda-tanda gejala
impaksi, memantau gerakan usus, termasuk konsistensi frekuensi, bentuk,
65
Poltekkes Kemenkes Padang
volume dan warna, memantau bising usus, mendorong meningkatkan
asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan, menganjurkan pasien/keluarga
untuk diet tinggi serat, menganjurkan pasien/keluarga pada penggunaan
yang tepat dari obat pencahar, mengajarkan pasien/keluarga tentang proses
pencernaan yang normal.
c. Diagnosa ketiga. pada pasien yaitu keletihan berhubungan dengan
malnutrisi dan penurunan energi metabolisme mempunyai tujuan tidak
terjadi perubahan status nutrisi yang buruk, tidak ada gangguan terhadap
aturan pengobatan, tidak kelelahan, tidak mengalami kehilangan selera
makan, kualitas istirahat adekuat. Sedangkan untuk intervensi yang akan
dilakukan sesuai dengan NIC adalah mengkaji status fisiologis pasien yang
menyebabkan selelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan,
monitor asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat,
konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan nutrisi dan
makan, bantu pasien untuk memantau secara mandiri dengan mencatat
asupan kalori dan energi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan,
anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami, tentukan persepsi pasien atau keluarga dengan
pasien mengenai penyebab kelelahan.
intervensi yang dilakukan hampir sama dengan intervensi yang dilakan
Aulia (2017) menentukan keterbatasan klien terhadap aktivita, menentukan
penyebab lain dari kelemahan, mengobservasi nutrisi sebagai sumber
energi yang adekuat, manginstruksikan klien atau keluarga untuk mengenal
tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas
66
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan
perencanaan yang telah disiapkan. Hasil implementasi yang dilakukan pada
pasien dengan gangguan kebutuhan nutrisi dilakukan dengan menyesuaikan
dengan kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep
keperawatan.implementasi dilakukan pada kasus dimulai tanggal 16-22 Maret
2019.
a. Diagnosa petama, ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan kurang
asupan makanan yaitu menentukan status gizi pasien dan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan gizi, Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien, monitor kalori dan asupan makanan,
memonitor kecendrungan terjadinya penurunan atau kenaikan berat badan,
membantu pasien dalam menentukan pedoman diet sirosis, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien, informasikan pada klien
dan keluarga tentang manfaat diet sirosis, menciptakan lingkungan yang
optimal pada saat mengkonsumsi makan. Impelemntasi yang tidak dapat
dilakukan yaitu mengatur pada makan, yang diperlukan (yaitu,
menyediakan makanan protein tinggi, gula pengganti, kenaikan atau
penurunan kalori, menambah atau mengurangi vitamin, mineral, atau
suplemen karena sudah ditetapkannya diet tertentu pada pasien.
Menurut Kozier (2011). Proses metabolik dalam tubuh seseorang dapat
terganggu oleh penyakit hati, Ada beberapa faktor yang menjadi penyabab
sirosisi seperti asupan alkohol berlebihan, defisiendi gizi dengan penurunan
asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis. Menurut
Nuari (2015) Penderita sirosis yang tidak mengalami asites atau edema dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda koma harus mendapatkan diet yang
67
Poltekkes Kemenkes Padang
bergizi dan tinggi protein dengan penambahan vitamin B kompleks. Dalam
hal ini pasien sebaiknya makan sedikit tapi sering daripada makan 3 kali
sehari dalam porsi besar, karena adanya tekanan abdominal yang
ditimbulkan oleh asites. Pasien dengan feses berlemak (steatorea) harus
mendapatkan vitamin larut lemak, yaitu vitamin A,D, dan E. Diet rendah
protein dapat diberikan untuk sementara jika tidak terdapat encefalopati
hepatik.asupan kalori yang tinggi harus dipertahankan dan suplemen
vitamin mineral perlu diberikan.
Implementasi yang dilakukan hampir sama dengan implementasi yang
dilakukan Aulia (2017) yaitu mengkaji adanya alergi makanan,
berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet DH MC, melengkapi
pengkajian nutrisi sesuai anjuran, memonitor adanya penurunan berat
badan, memonitor turgor kulit, memonitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi, memonitor mual dan muntah.
Terdapat perbedaan pada pemberian diet, dimana Aulia (2017)
berkolaborasi dalam pemberian DH berupa MC karena pasien mengalami
masalah menelan, sedangkan peneliti berkolaborasi dalam pemberian DH
biasa/lunak, karena pada kasus didapatkan pasien tidak mengalami masalah
dengan saluran pencernaan dan pasien dapat mengunyah manakan.
b. Diagnosa kedua, konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak cukup
dan perubahan lingkungan saat ini implementasi yang diberikan yaitu
memonitor tanda dan gejala konstipasi, memonitor bising usus, memonitor
frekuensi, konsistensi dan volume feses, memonitor tanda dan rasionalisasi
tindakan terhadap paien, identifikasi factor penyebab dan kontribusi
konstipasi, dukung intake cairan, pantau tanda-tanda dan gejala konsipasi,
68
Poltekkes Kemenkes Padang
pantau tanda-tanda gejala impaksi, tinja yang kering, keras dan berbentuk,
teraba massa pada rectum, perasaan rektal penuh atau bertekanan, nyeri
abdomen, anoreksia, mengajurkan pasien/keluarga untuk mencatat warna,
volume, frekuensi dan konsistensi tinja, menganjurkan pasien/keluarga
untuk diet tinggi serat, menganjurkan pasien/keluarga pada penggunaan
yang tepat dari obat pencahar, menganjurkan passion/keluarga pada pada
hubungan asupan diet, olahraga, cairan sembelit/impaks. Pada diagnosa
konstipasi penulis memiliki hambatan yaitu pada monitor respon
kardiovaskular terhadap aktivitas karena keterbatas waktu peneliti di rumah
sakit sehingga sulit untuk memonitor respon kardiovaskuler pasien
Implementasi yang dilakukan sama dengan implenetasi yang diakukan
Herlina (2017) memonitor tanda dan gejala konstipasi, memonitor bising
usus, berkonsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan
bising usus, menjelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap
pasien, mengindentifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi,,
mendukung intake cairan, berkolaborasi dalam pemberian laktasif,
memantau tanda-tanda gejala konstipasi, memantau tanda-tanda gejala
impaksi, memantau gerakan usus, termasuk konsistensi frekuensi, bentuk,
volume dan warna, memantau bising usus, mendorong meningkatkan
asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan, menganjurkan pasien/keluarga
untuk diet tinggi serat, menganjurkan pasien/keluarga pada penggunaan
yang tepat dari obat pencahar, mengajarkan pasien/keluarga tentang proses
pencernaan yang normal.
c. Diagnosa ketiga keletihan berhubungan dengan malnutrisi penurunan
energy metabolisme impelementasi yang dilakukan adalah mengkaji status
fisiologis pasien yang menyebabkan selelahan sesuai dengan konteks usia
dan perkembangan, memonitor asupan nutrisi untuk mengetahui sumber
69
Poltekkes Kemenkes Padang
energi yang adekuat, mengkonsulkan dengan ahli gizi mengenai cara
meningkatkan asupan nutrisi dan makan, membantu pasien untuk
memantau secara mandiri dengan mencatat asupan kalori dan energi yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan dengan mencatat kedalam buku,
menganjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami, tentukan persepsi pasien atau keluarga dengan
pasien mengenai penyebab kelelahan. Diagnosa ketiga yaitu keletihan
penulis tidak memiliki hambatan.
Menurut Nuari (2015) Istirahat sangat dianjurkan pada penderita sirosis,
sehingga akan mengurangi kebutugan dala hati dan meningkatkan suplai
darah. Karena pasien rentan terhadap bahaya immobilitas, berbagai upaya
perlu dilakukan untuk mencegah gangguan pernafasan, sirkulasi dan
vaskuler. Posisi pasien di tempat tidur perlu diatur untuk mencapai status
pernafasan yang efisien. Aktivitas dan olahraga ringan di samping istirahat
harus direncanakan.
Implenetasi yang dilakukan terdapat beberapa perbedaan dengan
implenetasi yang dilaukan Aulia (2017) menentukan keterbatasan klien
terhadap aktivita, menentukan penyebab lain dari kelemahan,
mengobservasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat,
manginstruksikan klien atau keluarga untuk mengenal tanda dan gejala
kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang membandingkan
hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan
serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratai seluruhnya, hanya
70
Poltekkes Kemenkes Padang
sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi keperawatan
dilakukan untuk melihat keefektifan intervensi yang sudah dilakukan dengan
metode SOAP.
a. Diagnosa diagnosa pertama, Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrient dan kurang asupan makanan. Diagnosa ini tertatasi pada hari ke 7
yaitu evaluasi subjektifnya didapatkan pasien mengatakan nafsu makan
sudah mulai meningkat, sudah ada keinginan untuk makan. Sedangkan
untuk evaluasi objektifnya yang diperoleh melalui observasi dan
pengukuran didapatkan, tidak terjadi penurunan berat badan, dan tidak ada
mual muntah.
Evaluasi tersebut berbeda dengan Hasil penelitian dari Reskita (2017)
dimana didapatkan evaluasi untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh pada hari ke 5 didapatkan evaluasi subjektif:
klien mengatakan tidak nafsu, makan, klien mengatakan merasa, mual saat
mkan. Sedangakn evaluasi objektifnya didapatkan makanan klien hanya
habis 1 sendok, terjadi penurunan BB, rambut klien rontok.
b. Diagnosa kedua, Konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak cukup
dan perubahan lingkungan saat ini, tertatasi pada hari ke 4 dimana
didapatkan evaluasi subjektifnya bahwa pasien mengatakan sudah BAB
dengan normal. Sedangkan evaluasi objektif yang di dapatkan dari
diagnose ini adalah perut sudah tidak kembung, BAB tidak berlemak,
bising usus normal 5x/menit.
Evaluasi tersebut berbeda dengan hasil penelitian dari Herlina (2018)
dimana didapatkan evaluasi subjektif pasien mengatakan BAB nya sudah
71
Poltekkes Kemenkes Padang
lancar, BAB nya tidak keras lagi, pasien juga mengatakan perutnya tidak
tegang dan sakit lagi,. Sedangkan untuk evaluasi objektif didapatkan pasien
tampak tenang, perut pasien tampak tidak tegang.
c. Diagnosa ketiga, keletihan berhubungan dengan malnutrisi penurunan
energy metabolisme, teratasi sebagian pada hari ke 7 dimana evaluasi
subjektifnya didapatkan pasien mengatakan sudah dapat beraktifitas ke
kamar mandi tanpa kelelahan yang berarti. Pada saat dilakukan evaluasi
subjektif, pasien dapat berjalan ke kamar mandi tanpa kelelahan yang
berarti, pasien juga tampak, konjungtiva tidak anemis.
Evaluasi tersebut berbeda dengan hasil penelitian dari Reskita (2017)
dimana didapatkan evaluasi subjektifnya klien mengatakan merasa lemah,
klien mengatakan kesulitan melakukan aktivitas. Sedangkan evaluasi
objektifnya didapatkan klien terlihat hanya terbaring di, tempat tidur,
aktivitas klien dibantu oleh kelurga dan perawat.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadadp asuhan keperawatan pada kasus
penderita sirosis hepatis dengan gangguan pemenuhan nutrisi di ruang IRNA
Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2019, peneliti
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pada pasien didapatkan dari pasien, keluarga, catatan
medik, dan perawat ruangan. Data yang didapatkan berkesinambugan
dengan teori dan jurnal yaitu didapatkan pasien mual, penurunan berat
badan, badan terasa lemas, penurunan nafsu makan, wajah pucat,
konjungtiva anemis, skelera ikterik, mukosa bibir kering, serta rambut
berminyak dan rontok. Nilai IMT berada di kekurangan berat badan
tingkat ringan yakni < 17,41 kg/m².
2. Diagnosa yang muncul pada kedua kasus yaitu pada kasus Tn. D (32
tahun) sesuai dengan keluhan pasien yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien dan kurangnya asupan makanan, konstipasi
berhubungan dengan asupan serat tidak cukup dan perubahan lingkungan
saat ini, keletihan berhubungan dengan malnutrisi.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan teori NOC dan
NIC. Intervensi yang direncanakan pada diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu manajemen nutrisi dan monitor
nutrisi. Diagnosa konstipasi intervensi yang dilakukan yaitu manajemen
konstipasi/impaksi. Diagnosa keletihan intervensi yang dilakukan yaitu
manajemen nutrisi.
4. Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan keadaan pasien.
Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
tindakan yang tidak dapat dilakukan yaitu mengatur pada makan, yang
diperlukan (yaitu, menyediakan makanan protein tinggi, gula pengganti,
kenaikan atau penurunan kalori, menambah atau mengurangi vitamin,
73
mineral, atau suplemen. Pada diagnosa konstipasi penulis memiliki
hambatan yaitu pada monitor respon kardiovaskular terhadap aktivitas
karena keterbatas waktu penelitian. Diagnosa ketiga yaitu keletihan
penulis tidak memiliki hambatan.
5. Hasil evaluasi selama 7 hari menunjukkan bahwa masalah pemenuhan
nutrisi teratasi, dilihat dari status gizinya yang mengalami kenaikan berat
badan dan keadaan umumya yang membaik sehingga bisa direncanakan
untuk pulang.
B. Saran
1. Bagi perawat di ruangan
Diharapkan perawat ruangan dapat memberikan asuhan keperawatan
secara optimal kepada pasien yakni dilihat dari segi implementasi mulai
dari pemantauan status gizi berkala, pemantauan pola diit sesuai dengan
prinsip 3J, pemberian menu diit yang perlu divariasikan dengan makanan
kesukaan tanpa merubah nilai kebutuhan kalori serta promosi kesehatan
yang efektif dan inovatif agar permasalahan terkait pemenuhan nutrisi
pada pasien sirosis hepatis tidak terus berulang dan jatuh lebih parah.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Diharapkan peneliti selanjutnya dalam memberikan asuhan
keperawatan terutama pada tahap pengkajian dengan menambahkan
pengukuran lingkar pinggang, lingkar lengan (LILA).
b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan menggunakan trend atau terobosan terbaru yang
lebih inovatif sehingga dapat meningkatkan minat pasien maupun
peran serta keluarga dalam pengelolaan sirosis hepatis terkait
permasalahan nutrisi.
Daftar Pustaka
Adrian, Merryana, dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat.
Jakarta: Kencana.
Ahmad, D Sediaoetama. 2010. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.
Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
Dua Satria Offset.
Angela, Lovena, dkk. 2017. Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Fakultas Kedoktera Universitas Andalas Padang; 6(1)
Budiono, Suminah Budi Pertami. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta;
Bumi Medika.
Craig J. McClain, MD. 2016. Gastroenterol Hepatol (NY) ; 12 (8): 507–510.
Hamdi, Asep Saipul dan E. Baharuddin. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta : Deepublish.
Jauhari, Ahmad. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Gizi.Yogyakarta: Jaya Ilmu.
Jiaquan Xu, M.D, dkk. 2016. National Vital Statistics Reports. 67(5)
Kartika, Iin Ira. 2017. Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan Dan
Pengolahan Data Statistik. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Khasanah, Nur. 2012. Waspadai Beragam Akibat Penyakt Degeneratif akibat
Pola Makan. Jogjakarta: Laksana.
Kozier, Dkk. 2011. Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG
Nuari, Nian Afrian. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta; CV. Trans Info Media.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam. Yogyakarta; Nuha Medika.
Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. 2013. Artikel umum : Sirosis Hati. Jakarta :.
Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta; D-
Medika.
Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2017. Data Sirosis Hepatis.
Scaglion S, Kliethermes S, Cao G, et al. 2014. The Epidemiology of cirrhosis in
the United States : A population-based study. J Clin Gastroenterol.
Sutanto, Andina vita dan Yuni Fitriana. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia.
Yogyakarta ; Pustaka Baru Press.
Swarjana, Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : ANDI.
Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
eperawatan. Jakarta Selatan; Salemba Medi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PADANG
JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751)
7051300 PADANG 25146
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR
NAMA MAHASISWA : Bintang Syarifatul Hidayah
NIM : 163110159
RUANGAN PRAKTIK : IRNA Non Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGUMPULAN DATA
1) Identifikasi Klien
a. Nama : Tn. D
b. Umur : 32 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Status kawin : belum kawin
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMU
g. Pekerjaan : Petani
h. Alamat : Sarasah Air Mancur, Cubadak Duo Koto, Pasaman
Barat
2) Identifikasi Penanggung jawab
a. Nama : Ny. E
b. Pekerjaan : Petani
c. Alamat : Sarasah Air Mancur, Cubadak Duo Koto, Pasaman
Barat
d. Hubungan : Ibu Kandung
3) Diagnosa dan informasi medik yang penting waktu masuk
a. Tanggal masuk : 18 Maret 2019
b. No. Registrasi : 010438xx
c. Ruang rawat : Interne Pria
d. Diagnosa mesik : Sirosis Hepatis
e. Rujukan : -
4) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama masuk
Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal 15
maret 2019 pada jam 18.17 dengan keluhan sesak nafas dan
penurusan nafsu makan sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah
Sakit, seluruh badan terasa lemah.
2) Keluhan Saat ini
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 Mei 2019, pasien
mengatakan perasaan penuh di perut, tidak BAB selama 3 hari,
seluruh badan terasa lemas, nafsu makan berkurang, makanan
dihabiskans2-3 sendok dari porsi yang diberikan, mual pada pagi
hari dan terkadang muntah. Klien mengatakan ada penurunan berat
badan ±10 kg sejak 2 bulan yang lalu.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit. Pasien
mengatakan tidak mempunyai riwayat seperti penyakit jantung, TB,
DM, dan yang lain. Pasien mengatakan sering meminum alkohol,
merokok dan suka membeli obat tanpa resep dokter seperti obat
demam dan obat batuk.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan keluarga pasien,
tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama, tidak
ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit hepatitis dan
penyakit keturunan ataupun menular lainnya.
5) Pola Aktifitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan
Sehat : pasien makan 3-4 kali sehari dengan satu piring nasi, lauk,
dan sayur, kadang disertai buah, makanan lainnya adalah roti dan
gorengan sebagai cemilan disela-sela jam makan.
Sakit : Pasien diberikan diet hati II dengan nasi 100gr, lauk 20 gr,
sayur 50 gr dan buah apel/pisang 1 buah. Pasien hanya
menghabiskan makanan yang diberikan 2-3 sendok makan.
2) Cairan
Sehat : pasien minum kurang lebih 7-8 gelas air putih perhari dan
1 gelas kopi perhari.
Sakit : pasien minum air putih 1 gelas perhari, Aminofusin:
Triofusin (1:2)
b. Pola eliminasi
1) ̀ BAB
Sehat : pasien BAB 1 kali dalam 2 hari, konsistensi lunak, warna
kuning, bau khas.
Sakit : pasien belum BAB sejak 3 hari sebelum dibawa ke Rumah
Sakit.
2) BAK
Sehat : pasien BAK 8 kali dalam 24 jam, warna kuning jernih,
bau khas
Sakit : Pasien menggunakan kateter, ± 700cc perhari
c. Pola istirahat dan tidur
Sehat : pasien tidur 4-6 jam pada malam hari, kualitas tidur baik
Sakit : pasien sering merasa kelelahan tapi sangat sulit untuk tertidur
dan sering terbangun pada malam hari karena perubahan lingkungan
baru di Rumah Sakit.
d. Pola aktifitas dan latihan
Sehat : pasien lebih banyak menggunakan waktu untuk bekerja
dibandingkan dengan latihan fisik atau olahraga lainnya.
Sakit : semua aktifitas pasien dibantu keluarga.
e. Pola bekerja
Sehat : pasien bekerja sebagai petani sawit.
Sakit ; pekerjaan pasien terganggu karena dirawat di rumah sakit.
6) Pemeriksaan fisik (secara Head to toe)
a. Keadaan umum : lemah
GCS : 14
TB : 166 cm
BB : 51 kg
BB kering : 48 kg
IMT : 17,41 kg/m²
TTV : TD : 130/90 mmhg, HR : 74 x/menit, RR : 24
x/menit, suhu : 37,5 oC.
b. Kepala:
Kepala tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, rambut berminyak,
kasar, rontok dan berwarna hitam.
c. Mata:
Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera ikterik dan
fungsi penglihatan baik.
d. Hidung:
Hidung simetris, bersih, tidak ada sianosis dan tidak ada pernafasan
cuping hidung.
e. Telinga:
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat pembengkakan pada
telinga dan fungsi pendengaran baik.
f. Mulut:
Bibir kering, berwarna hitam, pecah-pecah dan pucat.
g. Leher:
Tidak teraba pembesaran kelenjer getah bening pada leher, tidak ada
pelebaran vena jagularis.
h. Pernafasan:
I : Simetris kiri dan kanan
Pa : Fremitus kiri dan kanan
Pe: Sonor
A:Vesikuler
i. Kardiovaskuler
I : Ictus cordis tidak terlihat
Pa : Ictus cordis teraba
Pe : Bunyi pekak jantung dalam batas normal
A : irama jantung normal
j. Abdomen:
I: Simetris, tampak membuncit, acites
A: Bising usus terdengar 2x/menit
Pa: Hepar teraba 2 jari, nyeri tekan di kuadran I
Pe: Bunyi timpani
k. Ekstremitas
Atas: kulit kering, terpasang infus ditangan sebelah kiri, telapak
tangan kuning, CRT <2 detik, tidak ada edema.
Bawah :tidak ada edema dan akral hangat.
7) Data Psikologis
a. Status emosional
Pasien mampu mengontrol emosinya, pasien lebih sering tampak
murung dan lesu. Pasien mengatakan badan terasa lemah dan letih.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan cemas terhadap kondisi perutnya yang semakin
membesar.
c. Pola koping
Pola koping aktif, dimana pasien mampu menerima kenyataan dan
berusaha untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya.
d. Gaya komunikasi
Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan perawat dengan baik,
pasien juga selalu tersenyum saat berbicara.
e. Konsep diri
Pasien laki-laki berusia 32 tahun, belum menikah dan hanya bekerja
sebagai petani sawit, pasien mengatakan sedikit malu dengan
keadaannya yang sekarang, namun pasien mengatakan bahwa dia
akan berusaha menerima keadaan penyakit yang diderita, dan ingin
segera sembuh.
8) Data Sosial
Pasien merupakan orang yang suka bersosialisasi, aktif dalam kegiatan
masyarakat di daerahnya seperti karang taruna, namun ketika masuk
rumah sakit, pasien mengatakan tidak bersosialisasi dengan pasien lain
karena merasa lemas.
9) Data Spiritual
Pasien menganut agama islam, Keluarga mengatakan terkadang lupa
sholat 5 waktu dan sholat jumat.
10) Data Penunjang
a. Hematologi
Tanggal pengambilan sample 17 Maret 2019
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuan
1 Hemoglobin 13,4 14-18 g/dl
2 Leukosit 11.800 5.000-10.000 /mm³
3 Trombosit 165.000 150.000-400.000 /mm³
4 Hematokrit 38 40-48
5 PT C = 11,8 24,2 9,1-12,3 detik
6 APTT C = 33,6 69,9 26,8-36,2 detik
Kesimpulan ; Anemia, Albumin menurun, SGOT dan SGPT
meningkat
b. Kimia Klinik
Tanggal pengambilan sample 17 Maret 2019
no Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
1 Total protein 5,9 6,6-8,7 g/dl
2 Albumin 2,9 3,8-5,0 g/dl
3 SGOT 534 <38 u/l
4 SGPT 962 <41 u/l
5 HbSAG (rapid test) Non reaktif negatif
c. Kimia Klinik
Tanggal pengambilan sample 19 Maret 2019
No Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
1 Bilirubin total 6,8 0,3-0,1 mg/dl
2 Bilirubin direk 3,7 < 0,20 mg/dl
3 Bilirubin indirek 3,2 <0,60 mg/dl
4 Alkali fosfatase 49 40-130
Kesimpulan ; hiperbilirubin
d. Usg abdomen
USG Abdomen :
Hasil : Sirosis + acites
11) Program dan rencana pengobatan
Namipril
Bisoprolol
IVFD aminofusin hepar : triofusin
Lactulac
Proparolol
Tranfusi albumin
1 x 2,5 gr
1x 2,5 gr
1;2
3x1 sdt
2x 10 g
Analisa Data
Nama Pasien : Tn. D
No Mr : 010438xx
No Data dasar Etiologi Masalah
1. DS:
- Pasien mengatakan tidak
nafsu makan, tidak pernah
mengabiskan makanan yang
diberikan, sering merasa
mual jika makanan, sejak
sakit malas makan, makanan
yang diberikan hanya habis
2-3 sendok. - Keluarga mengatakan terjadi
penurunan berat badan sejak
2 bulan terakhir.
DO:
- Hb = 13,4 g/dl
- Total protein = 5,9 g/dl
- Albumin = 2,1 g/dl
- Protein urin = positif
- KU : Lemah
- IMT = 15,96 (Kurus)
- Konjungtiva anemis
- Rambut berminyak dan
- mudah rontok
- Diit yang disediakan rumah
Sakit hanya mampu
dihabiskan 2-3 sendok
makan
ketidakmampuan
mengabsorpsi
nutrient dan
kurang asupan
makanan
Ketidakseimbangan
nutrisi ; kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
2. DS :
- Pasien mengatakan BAB
keras, tidak BAB selama 3
hari sebelum dibawa ke
Rumah Sakit.
- Pasien mengatakan perut
kembung
DO :
- Perut pasien membuncit,
- Hasil USG didapatkan
pasien acites
- Bising usus tidak normal
2x/menit
Asupan serat tidak
cukup
Konstipasi
3 DS :
- Pasien mengatakan badan
Malnutrisi keletihan
terasa letih, tidak nafsu makan,
kurang tidur pada malam hari,
merasa lelah, walaupun sudah
istrahat tidur, tidak mampu
beraktivitas seperti biasanya
dan selalu dibantu oleh perawat
ataupun keluarga.
DO :
- Pasien tampak lesu, pucat,
mukosa bibir kering, tidak
nafsu makan
- Pasien tampak kelelahan, lesu,
kurang berkonsentrasi, kurang
minat terhadap sekitar, dan
sering mengantuk
Rencana Intervensi
Nama Pasien : Tn. D
No Mr : 010438xx
No Diagnosa Noc Nic
1 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan
nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
Batasan
Karakteristik :
9) Berat badan 20%
atau lebih
dibawah rentang
berat badan ideal
10) Bising usus
hiperaktif
11) Kelemahan otot
untuk mengunyah
12) Kelemahan otot
untuk menelan
13) Kehilangan
rambut berlebihan
14) Membrane
mukosa pucat 15) Ketidakmampuan
memakan
makanan
16) Nyeri abdomen
Faktor yang
berhubungan:
4) Faktor biologis
5) Ketidakmampuan
mengabsorpsi
nutrien
6) Kurang asupan
makanan
Status Gizi
Indikator:
7) Asupan
nutrisi
8) Asupan
makanan
9) Asupan
cairan
10) Energi
11) Rasio tinggi
berat badan
12) Hidrasi
Status gizi:
asupan
makanan dan
airan
Indikator:
4) Asupan
makanan
secara oral
5) Asupan
cairan secara oral
6) Asupan
nutris
parenteral
Manajemen Nutrisi
j) Menentukan status gizi
pasien dan kemampuan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
k) Identifikasi adanya
alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki
pasien
l) Monitor kalori dan
asupan makanan
m) Monitor kecendrungan
terjadinya penurunan
atau kenaikan berat
badan
n) Membantu pasien
dalam menentukan
pedoman diet sirosis
o) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
diet pasien
p) Informasikan pada
klien dan keluarga tentang manfaat diet
sirosis
q) Ciptakan lingkungan
yang optimal pada saat
mengkonsumsi makan.
Monitor Nutrisi
g) Monitoring adanya
penurunan berat badan
h) Monitor adanya mual
dan muntah
i) Monitor diet dan
asupan kalori
j) Monitor pucat pada
jaringan konjungtiva
k) Monitor diet pasien
l) Melakukan pemantauan
hasil laboratorium
2 Konstipasi
Defenisi: Penurunan
frekuensi normal
defekasi yang disertai
kesulitan atau
pengeluaran feses
tidak tuntas dan/atau
feses yang keras,
kering dan banyak.
Faktor yang
berhubungan:
h) Kebiasaan defekasi
yang tidak teratur
i) Kebiasaan
menekan
dorongan defekasi
j) Kelemahan otot
abdomen
k) Perubahan
lingkungan saat ini
l) Asupan cairan
tidak cukup
m) Asupan serat tidak
cukup
n) Dehidrasi
Eliminas usus:
Hidrasi
j) Turgor kulit
k) Membran
mukosa
lembab
l) Intake
cairan
m) Output urin
n) Haus
o) Warna urin
keruh
p) Bola mata
cekung dan
lunak
q) Nadi cepat
dan lemah
r) Kehilangan
berat badan
Manajemen
Konstipasi/impaksi:
m) Monitor tanda dan
gejala konstipasi
n) Monitor bising usus
o) Monitor frekuensi
feses, konsistensi dan
volume
p) Konsultasi dengan
dokter tentang bising
usus
q) Identifikasi factor dan
kontribusi konstipasi
r) Dukung intake cairan
s) Pantau tanda-tanda
gejala konstipasi
t) Memantau gerakan
usus
u) Mendorong
meningkatkan asupan
cairan kecuali
dikontraindikasikan
v) Anjurkan
pasien/keluarga
mencatat warna,
volume, frekuensi dan
konsistensi pada
hubungan asupan diet,
olahraga, cairan
sembelit/impaksi
w) Timbang pasien secara
teratur
x) Ajarkan pasien/
keluarga tentang proses
pencernaan yang
normal
3 Keletihan
Defenisi : keletihan
terus-menerus dan
penurunan kapasitas
untuk kerja fisik dan
mental pada tingkat
Kelelahan :
efek yang
mengganggu
g) Penurunan
energi
h) Nafsu
Manajemen Energi
6) Observasi adanya
perubahan pasien
dalam melakukan
aktivitas
7) Dorong untuk
mengungkapkan
yang lazim.
Batasan
karakteristik:
h) Kelelahan
i) Gangguan
konsentrasi
j) Kurang minat
terhadap sekitar
k) Peningkatan
keluhan fisik
l) Tidak mampu
mempertahankan
aktivitas fisik pada
tingkat yang
biasanya
m) Peningkatan
kebutuhan istirahat
n) Tidak mampu
mempertahankan
rutinitas yang
biasanya.
Faktor yang
berhubungan:
e) Kelesuan fisik
f) Malnutrisi
g) Peningkatan
kelelahan fisik
h) Kelesuan fisiologis
makan
menurun
i) Perubahan
status
nutrisi
j) Gangguan
terhadap
k) aturan
pengobatan
l) Gangguan
dengan
aktivitas
sehari-hari.
Tingkat
Kelelahan :
g) Kelelahan
h) Kelesuan
i) Kehilangan
selera makan
j) Kualitas
istirahat
k) Kualitas
tidur
l) Metabolisme
perasan terhadap
keterbatasan
8) Kaji adanya factor yang
menyebabkan
kelelahan
9) Monitor nutrisi dan
sumber energy yang
adekuat
10) Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
8) Monitor respon
kardiovaskular
Terhadap aktivitas
9) Monitor pola tidur dan
lamanya
11) Dukung pasien dan
kelurga untuk
mengungkapkan
perasaan, berhubungan
dengan perubahan
hidup yang disebabkan
keletihan
12) Bantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
kebutuhan
13) Konsultasikan dengan
ahli gizi untuk
meningkatkan asupan
makanan yang
berenergi tinggi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn. D
NO. MR : 010438xx
Hari /Tgl Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
( SOAP )
Par
af
Sabtu/16
Maret
2019
Ketidakseimba
ngan nutrisi ;
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampu
an
mengabsorpsi
nutrient dan
kurang asupan
makanan
1. Menentukan status
gizi pasien dan
kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan
gizi
IMT : 17,41
2. mengidentifikasi
adanya alergi atau
intoleransi makanan
yang dimiliki pasien
3. Membantu pasien
dalam menentukan
pedoman diet sirosis
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan diet
pasien
Diet : HT II
5. Monitor kalori dan
asupan makanan
6. Membantu pasien
dalam menentukan
pedoman diet sirosis
S:
- Pasien mengatakan
tidak nafsu makan,
tidak pernah
mengabiskan
makanan yang
diberikan, sering
merasa mual jika
makanan, sejak sakit
malas makan,
makanan yang
diberikan hanya
dimakan 2-3 sendok
makan
- Pasien mengatakan
tidak memiliki alergi
makanan.
- Keluarga
mengatakan
mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan tentang
manfaat diet hati
7. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat diet
sirosis
8. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengkonsumsi
makan.
9. Monitor adanya mual
dan muntah
10. Monitor pucat
pada jaringan
konjungtiva
untuk pasien
O :
- Pasien tampak lesu,
pucat, Konjungtiva
anemis
- Pasien mendapatkan
diet HT II
- LILA 26 cm
A:
- Masalah belum
teratasi
- Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P :
- intervensi
dilanjutkan
Konstipasi
berhubungan
dengan
Asupan serat
tidak cukup
1. Monitor tanda dan
gejala konstipasi
2. Monitor bising usus
3. Monitor frekuensi
feses, konsistensi dan
volume
4. Konsultasi dengan
dokter tentang bising
usus
5. Dukung intake cairan
6. Pantau tanda-tanda
gejala konstipasi
7. Memantau gerakan
usus
8. Mendorong
S :
- pasien mengatakan
merasa penuh pada
perut
- pasien mengatakan
sudah tidak BAB
selama 3 hari yang
lalu.
O :
- Pasien tampak
meringis
- Bising usus
2x/menit, perut
mebuncit dan acites
A : Masalah belum
meningkatkan asupan
cairan.
9. Anjurkan
pasien/keluarga
mencatat warna,
volume, frekuensi dan
konsistensi pada
hubungan asupan diet,
olahraga, cairan
sembelit/impaks
10. Ajarkan pasien/
keluarga tentang
proses pencernaan
yang normal
teratasi
P :Intervensi di
lanjutkan
keletihan
berhubungan
dengan
malnutrisi
1. Observasi adanya
perubahan pasien
dalam melakukan
aktivitas
2. Memotivasi pasien
untuk
mengungkapkan
perasan terhadap
keterbatasan
3. Monitor nutrisi dan
sumber energy yang
adekuat
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
5. Monitor pola tidur
dan lamanya
S: :
- Pasien mengatakan
badan terasa letih,
tidak nafsu makan,
kurang tidur pada
malam hari, merasa
lelah, walaupun
sudah istrahat tidur,
tidak mampu
beraktivitas seperti
biasanya dan selalu
dibantu oleh perawat
ataupun keluarga.
O :
- Pasien tampak lesu,
pucat, mukosa bibir
kering, tidak nafsu
makan
6. Dukung pasien dan
kelurga untuk
mengungkapkan
perasaan,
berhubungan dengan
perubahan hidup yang
disebabkan keletihan
7. Bantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
kebutuhan
- Pasien tampak
kelelahan, lesu,
kurang
berkonsentrasi,
kurang minat
terhadap sekitar, dan
sering mengantuk
A :
Masalah belum
teratasi
- Keletihan
P :
- Intervensi
dilanjutkan
Minggu/
17 Maret
2019
Ketidakseimba
ngan nutrisi ;
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampu
an
mengabsorpsi
nutrient dan
kurang asupan
makanan
1. Monitor kalori dan
asupan makanan
2. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat diet
sirosis
3. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengkonsumsi
makan.
4. Monitor adanya mual
dan muntah
5. Monitor pucat pada
jaringan konjungtiva
S:
- Pasien mengatakan
masih tidak nafsu
makan, pasien masih
tidak mengabiskan
makanannya, masih
mual jika makanan
- Pasien mengatakan
menghabiskan
makanan lebih
banyak dari
seblumnya 4-6
sendok makan tiap
makan
O :
- Pasien masih
tampak lesu, pucat,
konjungtiva anemis
- Pasien masih
mendapatkan diet
HT II
A:
- Masalah belum
teratasi
- Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P :
- intervensi
dilanjutkan
Konstipasi
berhubungan
dengan
Asupan serat
tidak cukup
1. Monitor tanda dan
gejala konstipasi
2. Monitor bising usus
3. Konsultasi dengan
dokter tentang
bising usus
4. Dukung intake
cairan
5. Pantau tanda-tanda
gejala konstipasi
6. Memantau gerakan
usus
7. Mendorong
meningkatkan
asupan cairan.
8. Ajarkan pasien/
keluarga tentang
proses pencernaan
yang normal
S :
- pasien mengatakan
merasa penuh pada
perut
- pasien mengatakan
sudah tidak BAB
selama 4 hari.
O :
- Pasien tampak
meringis
- Bising usus
1x/menit, perut
mebuncit dan acites
A : Masalah belum
teratasi
P :Intervensi di
lanjutkan
keletihan 1. Observasi adanya S: :
berhubungan
dengan
malnutrisi
perubahan pasien
dalam melakukan
aktivitas
2. Memotivasi pasien
untuk
mengungkapkan
perasan terhadap
keterbatasan
3. Monitor nutrisi dan
sumber energy yang
adekuat
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan
fisik dan emosi
secara berlebihan
5. Monitor pola tidur
dan lamanya
6. Dukung pasien dan
kelurga untuk
mengungkapkan
perasaan,
berhubungan dengan
perubahan hidup
yang disebabkan
keletihan
7. Bantu aktivitas
sehari-hari sesuai
dengan kebutuhan
- Pasien mengatakan
badan masih terasa
letih, tidak nafsu
makan, kurang tidur
pada malam hari,
merasa lelah,
walaupun sudah
istrahat tidur, masih
tidak mampu
beraktivitas seperti
biasanya dan masih
dibantu oleh perawat
ataupun keluarga.
O :
- Pasien tampak lesu,
pucat, mukosa bibir
kering, tidak nafsu
makan
- Pasien tampak
kelelahan, lesu,
kurang
berkonsentrasi,
kurang minat
terhadap sekitar, dan
sering mengantuk
A :
Masalah belum
teratasi
- Keletihan
P :
- Intervensi
dilanjutkan
Senin/18
Maret
2019
Ketidakseimba
ngan nutrisi ;
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampu
an
mengabsorpsi
nutrient dan
kurang asupan
makanan
1. Monitor kalori dan
asupan makanan
2. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat diet
sirosis
3. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengkonsumsi
makan.
4. Monitor adanya mual
dan muntah
5. Monitor pucat pada
jaringan konjungtiva
S:
- Pasien mengatakan
masih tidak nafsu
makan, pasien masih
tidak mengabiskan
makanannya, mual
berkurang
- Pasien mengatakan
menghabiskan
makanan lebih
banyak dari
sebelumnya 5-6
sendok makan tiap
makan
O :
- Pasien masih
tampak lesu, pucat,
konjungtiva anemis
- Pasien tampak sudah
menunjukkan minat
terhadap makanan.
- Pasien masih
mendapatkan diet
HT II
A:
- Masalah belum
teratasi
- Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P :
- intervensi
dilanjutkan
Konstipasi
berhubungan
dengan
Asupan serat
tidak cukup
1. Monitor tanda dan
gejala konstipasi
2. Monitor bising usus
3. Konsultasi dengan
dokter tentang
bising usus
4. Dukung intake
cairan
5. Pantau tanda-tanda
gejala konstipasi
6. Memantau gerakan
usus
7. Mendorong
meningkatkan
asupan cairan.
8. Ajarkan pasien/
keluarga tentang
proses pencernaan
yang normal
S :
- pasien mengatakan
masih merasa penuh
pada perut
- pasien mengatakan
sudah tidak BAB
selama 5 hari.
O :
- Pasien tampak
meringis
- Bising usus
2x/menit, perut
mebuncit dan acites
A : Masalah belum
teratasi
P :Intervensi di
lanjutkan
keletihan
berhubungan
dengan
malnutrisi
1. Observasi adanya
perubahan pasien
dalam melakukan
aktivitas
2. Memotivasi pasien
untuk
mengungkapkan
perasan terhadap
keterbatasan
3. Monitor nutrisi dan
sumber energy yang
adekuat
S: :
- Pasien mengatakan
badan masih terasa
letih, tidur sudah
mulai pulas, tapi
masih terbangun,
masih merasa lelah,
walaupun sudah
istrahat tidur, masih
tidak mampu
beraktivitas seperti
biasanya dan masih
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan
fisik dan emosi
secara berlebihan
5. Monitor pola tidur
dan lamanya
6. Dukung pasien dan
kelurga untuk
mengungkapkan
perasaan,
berhubungan dengan
perubahan hidup
yang disebabkan
keletihan
7. Bantu aktivitas
sehari-hari sesuai
dengan kebutuhan
dibantu oleh perawat
ataupun keluarga.
- Keluarga
mengatakan pasien
sudah menunjukkan
minat terhadap
sekitar, dimana
pasien sudah mulai
berinteraksi dengan
orang lain disekitar.
O :
- Pasien tampak lesu,
pucat, mukosa bibir
kering
- Pasien tampak
kurang
berkonsentrasi,
A :
Masalah belum
teratasi
- Keletihan
P :
- Intervensi
dilanjutkan
Selasa/19
Maret
2019
Ketidakseimba
ngan nutrisi ;
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampu
1. Monitor kalori dan
asupan makanan
2. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengkonsumsi
makan.
3. Monitor adanya
mual dan muntah
S:
- Pasien mengatakan
masih tidak nafsu
makan, pasien masih
tidak mengabiskan
makanannya, mual
berkurang
- Pasien mengatakan
an
mengabsorpsi
nutrient dan
kurang asupan
makanan
4. Monitor pucat pada
jaringan konjungtiva
menghabiskan
makanan lebih
banyak dari
sebelumnya 5-6
sendok makan tiap
makan
O :
- Pasien masih
tampak lesu, pucat,
konjungtiva anemis
- Pasien tampak sudah
menunjukkan minat
terhadap makanan.
- Pasien masih
mendapatkan diet
HT II
A:
- Masalah belum
teratasi
- Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P :
- intervensi
dilanjutkan
Konstipasi
berhubungan
dengan
Asupan serat
tidak cukup
1. Monitor tanda dan
gejala konstipasi
2. Monitor bising usus
3. Konsultasi dengan
dokter tentang bising
usus
4. Dukung intake cairan
S :
- pasien mengatakan
masih merasa penuh
pada perut
- pasien mengatakan
sudah tidak BAB
selama 6 hari.
5. Pantau tanda-tanda
gejala konstipasi
6. Memantau gerakan
usus
7. Mendorong
meningkatkan asupan
cairan.
8. Ajarkan pasien/
keluarga tentang
proses pencernaan
yang normal
O :
- Pasien tampak
meringis
- Pasien diberi obat
pencahar
- Bising usus
2x/menit, perut
mebuncit dan acites
A : Masalah belum
teratasi
P :Intervensi di
lanjutkan
keletihan
berhubungan
dengan
malnutrisi
1. Observasi adanya
perubahan pasien
dalam melakukan
aktivitas
2. Memotivasi pasien
untuk
mengungkapkan
perasan terhadap
keterbatasan
3. Monitor nutrisi dan
sumber energy yang
adekuat
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
5. Monitor pola tidur
dan lamanya
6. Dukung pasien dan
kelurga untuk
S: :
- Pasien mengatakan
badan masih terasa
letih, tidur sudah
mulai pulas, tapi
masih terbangun,
masih merasa lelah,
walaupun sudah
istrahat tidur, masih
tidak mampu
beraktivitas seperti
biasanya dan masih
dibantu oleh perawat
ataupun keluarga.
O :
- Pasien tampak lesu,
pucat, mukosa bibir
kering
- Pasien tampak
kurang
mengungkapkan
perasaan,
berhubungan dengan
perubahan hidup yang
disebabkan keletihan
7. Bantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
kebutuhan
berkonsentrasi,
kurang minat
terhadap sekitar, dan
sering mengantuk
A :
Masalah belum
teratasi
- Keletihan
P :
- Intervensi
dilanjutkan
Rabu/20
Maret
2019
Ketidakseimba
ngan nutrisi ;
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampu
an
mengabsorpsi
nutrient dan
kurang asupan
makanan
5. Monitor kalori dan
asupan makanan
1. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengkonsumsi
makan.
2. Monitor adanya
mual dan muntah
3. Monitor pucat pada
jaringan konjungtiva
S:
- Pasien mengatakan
sudah nafsu makan,
pasien masih tidak
mengabiskan
makanannya, mual
berkurang
- Pasien mengatakan
menghabiskan
makanan lebih
banyak dari
sebelumnya ½ dari
porsi yang diberikan
O :
- Pasien masih
tampak lesu, pucat,
konjungtiva anemis
- Pasien tampak sudah
menunjukkan minat
terhadap makanan.
- Pasien masih
mendapatkan diet
HT II
A:
- Masalah belum
teratasi
- Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P :
- intervensi
dilanjutkan
keletihan
berhubungan
dengan
malnutrisi
1. Observasi adanya
perubahan pasien
dalam melakukan
aktivitas
2. Memotivasi pasien
untuk
mengungkapkan
perasan terhadap
keterbatasan
3. Monitor nutrisi dan
sumber energy yang
adekuat
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
5. Monitor pola tidur
dan lamanya
6. Dukung pasien dan
kelurga untuk
mengungkapkan
S: :
- Pasien mengatakan
badan masih terasa
letih, tidur sudah
mulai pulas, tapi
masih terbangun,
masih merasa lelah,
walaupun sudah
istrahat tidur,
- Pasien sudah
mampu mengakses
kamar mandi dengan
bantuan keluarga.
- Pasien mengatakan
masih sering
mengantuk
O :
- Pasien tampak lesu.
A :
Masalah teratasi
sebagian
perasaan,
berhubungan dengan
perubahan hidup yang
disebabkan keletihan
7. Bantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
kebutuhan.
P :
- Intervensi
dilanjutkan
Kamis/21
Maret
2019
Ketidakseimba
ngan nutrisi ;
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampu
an
mengabsorpsi
nutrient dan
kurang asupan
makanan
1. Monitor kalori dan
asupan makanan
2. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengkonsumsi
makan.
3. Monitor adanya mual
dan muntah
4. Monitor pucat pada
jaringan konjungtiva
S:
- Pasien mengatakan
sudah nafsu makan,
pasien masih tidak
mengabiskan
makanannya, mual
tidak ada
- Pasien mengatakan
menghabiskan
makanan lebih
banyak dari
sebelumnya, yaitu
lebih dari ½ dari
porsi yang diberikan
O :
- Pasien masih
tampak pucat,
konjungtiva tidak
nemis
- Pasien tampak sudah
menunjukkan minat
terhadap makanan.
- Pasien masih
mendapatkan diet
HT II
A:
- Masalah teratasi
sebagian
- Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P :
- intervensi
dilanjutkan
keletihan
berhubungan
dengan
malnutrisi
1. Observasi adanya
perubahan pasien
dalam melakukan
aktivitas
2. Memotivasi pasien
untuk
mengungkapkan
perasan terhadap
keterbatasan
3. Monitor nutrisi dan
sumber energy yang
adekuat
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan
fisik dan emosi
secara berlebihan
5. Monitor pola tidur
dan lamanya
6. Dukung pasien dan
kelurga untuk
mengungkapkan
perasaan,
berhubungan dengan
S :
- Pasien mengatakan
badan masih terasa
letih, tidur sudah
mulai pulas, tapi
masih terbangun,
masih merasa lelah,
walaupun sudah
istrahat tidur,
- Pasien sudah
mampu mengakses
kamar mandi dengan
bantuan keluarga.
- Pasien mengatakan
masih sering
mengantuk
O :
- Pasien masih
tampak lesu.
A :
Masalah teratasi
sebagian
perubahan hidup
yang disebabkan
keletihan
7. Bantu aktivitas
sehari-hari sesuai
dengan kebutuhan.
P :
- Intervensi
dilanjutkan
jumat/22
Maret
2019
Ketidakseimba
ngan nutrisi ;
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampu
an
mengabsorpsi
nutrient dan
kurang asupan
makanan
1. Monitor kalori dan
asupan makanan
2. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengkonsumsi
makan.
3. Monitor adanya
mual dan muntah
4. Monitor pucat pada
jaringan konjungtiva
S:
- Pasien mengatakan
sudah nafsu makan,
pasien masih tidak
mengabiskan
makanannya, mual
tidak ada
- Pasien mengatakan
menghabiskan
makanan lebih
banyak dari
sebelumnya, yaitu
lebih dari ½ dari
porsi yang diberikan
O :
- Pasien masih
tampak pucat,
konjungtiva tidak
nemis
- Pasien tampak sudah
menunjukkan minat
terhadap makanan.
- Tidak ada
penurunan berat
badan
A:
- Masalah teratasi
sebagian
- Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P :
- intervensi
dilanjutkan
keletihan
berhubungan
dengan
malnutrisi
1. Observasi adanya
perubahan pasien
dalam melakukan
aktivitas
2. Memotivasi pasien
untuk
mengungkapkan
perasan terhadap
keterbatasan
3. Monitor nutrisi dan
sumber energy yang
adekuat
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
5. Monitor pola tidur
dan lamanya
6. Dukung pasien dan
kelurga untuk
mengungkapkan
perasaan,
berhubungan dengan
S: :
- Pasien mengatakan
badan masih terasa
letih, tidur sudah
mulai pulas, tapi
masih terbangun,
masih merasa lelah,
walaupun sudah
istrahat tidur,
- Pasien sudah
mampu mengakses
kamar mandi dengan
bantuan keluarga.
- Pasien mengatakan
masih sering
mengantuk
O :
- Pasien masih
tampak lesu.
A :
Masalah teratasi
sebagian
P :
perubahan hidup yang
disebabkan keletihan
7. Bantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
kebutuhan.
- Intervensi
dilanjutkan