polarisasi persepsi para pihak dalam …digilib.unila.ac.id/31984/3/skripsi tanpa bab...

60
POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM PENGEMBANGAN HOSPITALITAS EKOWISATA DI UNIT PENGELOLA WISATA KUBU PERAHU TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) (Skripsi) Oleh MELI AGUSTINA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: doanthien

Post on 30-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM PENGEMBANGANHOSPITALITAS EKOWISATA DI UNIT PENGELOLA WISATA KUBUPERAHU TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

(Skripsi)

Oleh

MELI AGUSTINA

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

ABSTRAK

POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM PENGEMBANGANHOSPITALITAS EKOWISATA DI UNIT PENGELOLA WISATA KUBUPERAHU TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Oleh

Meli Agustina

Persepsi para pihak dalam pengembangan ekowisata di suatu destinasi sangat

penting dipelajari. Keselarasan persepsi dari para pihak sangat dibutuhkan untuk

memudahkan implementasi berbagai kegiatan ekowisata. Perbedaan persepsi

dapat menjadi penghambat pelaksanaan pengembangan ekowisata di destinasi

wisata Kubu Perahu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi tiga

stakeholders (wisatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan

digambarkan dalam bentuk bagan polarisasi. Persepsi stakeholders didapatkan

melalui metode kuesioner (one score one indicator) dan dianalisis menggunakan

analisis deskriptif. Hasil penelitian persepsi stakeholders (wisatawan, masyarakat

dan pengelola) dalam pengembangan hospitalitas ekowisata menunjukkan

persepsi yang selaras. Wisatawan memiliki persepsi yang baik untuk semua aspek

hospitalitas ekowisata yang ada di destinasi wisata Kubu Perahu. Masyarakat dan

pengelola memiliki peresepsi yang kurang baik terhadap salah satu aspek

Page 3: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

Meli Agustinahospitalitas ekowisata di destinasi wisata Kubu Perahu yaitu pada aspek

infrastruktur. Polarisasi persepsi secara umum stakeholders (wisatawan

masyarakat dan pengelola) dalam pengembangan hospitalitas ekowisata

menunjukkan persepsi yang selaras sehingga bentuk polarisasi simetris. Hal ini

mengindikasikan bahwa pengelolaan wisata di Unit Pengelola Wisata Kubu

Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sudah berjalan dengan

baik.

Kata kunci: hospitalitas ekowisata, kubu perahu, persepsi.

Page 4: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

Meli Agustina

ABSTRACT

POLARIZATION OF PERCEPTION FROM THE STAKEHOLDERS INTHE DEVELOPMENT OF ECOTOURISM HOSPITALITY IN KUBU

PERAHU TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN TOURISMUNIT

By

Meli Agustina

The perception stakeholders in the development of ecotourism in a destination is

very important to learn. Alignment of perceptions of the stakeholders is needed to

facilitate the implementation of various ecotourism activities. Differences in

perception can be a barrier to the implementation of ecotourism development in

Kubu Perahu tourist destination. This study aimed to determine the perceptions of

three stakeholders (tourists, communities and managers) who will then be

described in the form of polarization charts. Perceptions of stakeholders were

obtained through questionnaire method (one score one indicator) and analyzed

using descriptive analysis. The results of perceptions of stakeholders (tourists,

communities and managers) in the development of ecotourism hospitality show a

harmonious perception. Tourists have a good perception for all aspects of existing

ecotourism hospitality in Kubu Perahu tourism. Communities and managers have

a poor perception of one of the aspects of ecotourism hospitality in Kubu Perahu

Page 5: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

Meli Agustinatourist destination is on the infrastructure aspect. The polarization of perceptions

in general stakeholders (communities, tourists and managers) in the development

of ecotourism hospitality shows a harmonious perception so that the form of

symmetric polarization. It indicates that the management of tourism in Tourism

Management Unit Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

has been going well.

Keyword: ecotourism hospitality, kubu perahu, perception.

Page 6: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM PENGEMBANGANHOSPITALITAS EKOWISATA DI UNIT PENGELOLA WISATA KUBUPERAHU TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Oleh

MELI AGUSTINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG2018

Page 7: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan
Page 8: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan
Page 9: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

RIWAYAT HIDUP

Dengan Rahmat Allah SWT penulis dilahirkan di

Desa Sukajadi Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan pada tangal 16 Agustus 1996, merupakan

anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Bapak

Sarimun (Alm) dan Ibu Masnah. Penulis mengawali

Pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Aulia Natar

dan selesai pada tahun 2002, selanjutnya penulis

menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Natar 2008, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Cisoka Kabupaten Tangerang deselesaikan

pada tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kebumen Jawa

Tengah pada tahun 2014. Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama kuliah penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di

Desa Purwo Adi Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah pada bulan

Januari hingga Februari 2017. Bulan Juli hingga Agustus 2017 penulis

melaksanakan Praktik Umum (PU) di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)

Pekalongan Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Pada Tahun 2017,

penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Perilaku Satwa Liar.

Page 10: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

Untuk Ayah dan Ibu Serta Ketiga Saudara-Saudariku Tersayang

Page 11: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

ii

SANWACANA

Assalamu ‘alaikum war. wab.

Puji syukur Kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam kepada junjungan Nabi

Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Polarisasi Persepsi Para Pihak Dalam Pengembangan

Hospitalitas Ekowisata Di Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan (TNBBS)” skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan

oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan guna langkah penulis selanjutnya yang lebih baik.

Namun terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan

bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan kemurahan

hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini perkenankanlah

penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada.

Page 12: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

iii

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banua, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P. M. Si. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung terima kasih atas bantuan dan saran yang telah

diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Gunardi Djoko Winarno, M. Si. selaku dosen pembimbing pertama

yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada penulis

mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

4. Bapak Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua yang

telah memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari

awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku pembahas yang telah

memberikan pengerahan bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari awal

penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

6. Teruntuk kedua orang tua penulis (Alm. Sarimun dan Masnah) dan kakak-

kakak tercinta atas tetes keringat dan perjuangan dan doa untuk keberhasilan

penulis. Terima kasih atas bimbingan, nasihat, teguran, dukungan moril dan

materil serta kasih sayang yang selalu membuat penulis bersemangat.

7. Teruntuk sahabat-sahabat (Lailatul Muniroh, Nidya Astrida Ziyus, Yeni

Rismayani, Emi Artika, Anis Ambarwati, Cecilinia Tika Lura, Ida Lestari,

Murtinah, Khairunnisa dan Dani Jengnia Jaya). Terima kasih atas segala

kebersamaan dan bantuan serta semangat yang selama ini telah diberikan

Page 13: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

iv

8. Teruntuk keluarga besar Kehutanan 2014 “ Lugosyl”. Terima kasih atas

segala kebersamaan yang telah dilalui.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah

diberikan kepada penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Wassalamu ‘alaikum war. wab.

Bandar Lampung, Mei 2018

Meli Agustina

Page 14: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

v

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 11.1 Latar Belakang ......................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 31.3 Tujuan ...................................................................................................... 31.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 41.5 Kerangka Penelitian ................................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………... ........................... 72.1Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) .................................... 72.2 Pariwisata ................................................................................................. 92.3 Ekowisata ................................................................................................. 112.4 Dampak Ekowisata................................................................................... 20

2.4.1 Pengaruh Ekowisata Terhadap Ekologi ......................................... 222.4.2 Pengaruh Ekowisata Terhadap Sosial Budaya............................... 222.4.3 Pengaruh Ekowisata Terhadap Ekonomi ....................................... 23

2.5 Masyarakat Hutan .................................................................................... 242.6 Wisatawan................................................................................................ 242.7 Persepsi Masyarakat................................................................................. 252.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat ....................... 272.9 Pariwisata Berbasis Masyarakat............................................................... 27

III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 30

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................... 303.2 Alat dan Objek Penelitian ........................................................................ 313.3 Batasan Penelitian .................................................................................... 313.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data............................................... 31

3.4.1 Data Primer....................................................................................... 313.4.2 Data Sekunder .................................................................................. 33

3.5 Teknik Analisis Data................................................................................ 33

Page 15: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

vi

HalamanIV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 35

4.1 Gambaran Umum Destinasi Wisata di Destinasi Wisata Kubu Perahu... 354.2 Perkembangan di Destinasi Wisata Kubu Perahu.................................... 404.3 Pengelolaan Keamanan dan Keselamatan di Wisata Kubu Perahu ......... 414.4 Hospitalitas Ekowisata di Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu .............. 414.5 Peta Objek Wisata Kubu Perahu Resort Balik Bukit TNBBS ................. 524.6 Penilaian Skala Likert Persepsi Hospitalitas Ekowisata .......................... 534.7 Persepsi Para Pihak Terhadap Hospitalitas Ekowisata ............................ 594.8 Polarisasi Persepsi Para Pihak Terhadap Hospitalitas Ekowisata............ 62

IV. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 695.1 Simpulan ........................................................................................... 695.2 Saran ........................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71

LAMPIRAN ........................................................................................... 77

Gambar 30-33.................................................................................................. 78Lampiran Kuesioner....................................................................................... 80

Page 16: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Bagan kerangka penelitian ..................................................................... 6

2. Peta lokasi penelitian Kubu Perahu Balik Bukit TNBBS…………… .. 32

3. grafik jumlah wisatawan lokal Kubu Perahu tahun 2015, 2016, dan 2017 39

4. Grafik wisatawan mancanegara tahun 2015, 2016, dan 2017................ 40

5. Grafik pendapatan kubu perahu tahun 2015, 2016, dan 2017................ 41

6. Air terjun sepapah kiri............................................................................ 42

7.Kolam alami muara kasih ....................................................................... 43

8. Jembatan gantung .................................................................................. 43

9. Wahana outbond di Kubu Perahu .......................................................... 44

10. Jalan utama menuju Kubu Perahu........................................................ 45

11. Jalan setapak di destinasi wisata Kubu Perahu .................................... 45

12. Lahan parkir di destinasi wisata Kubu Perahu..................................... 46

13. Wisma di destinasi wisata Kubu Perahu .............................................. 47

14. Mess petugas di destinasi wisata Kubu Perahu.................................... 48

15. Bumi perkemahan di Kubu Perahu ...................................................... 49

16. Gazebo di destinasi Kubu Perahu ....................................................... 49

17. Kotak sampah di destinasi wisata Kubu Perahu ................................. 50

Page 17: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

viii

Gambar Halaman18. Kantin di destinasi wisata Kubu Perahu............................................... 51

19. Toilet di destinasi wisata Kubu Perahu................................................ 51

20. Peta objek wisata Kubu Perahu............................................................ 52

21. Nilai skala likert terhadap objek wisata ............................................... 54

22. Nilai skala likert terhadap infrastruktur .............................................. 55

23. Nilai skala likert terhadap akomodasi .................................................. 56

24. Nilai skala likert terhadap pengelolaan ekowisata ............................... 57

25. Nilai skala likert terhadap fasilitas ....................................................... 58

26. Grafik persepsi para pihak (wanita) terhadap hospitalitas ekowisata .. 59

27. Grafik persepsi para pihak (pria) terhadap hospitalitas ekowisata ...... 60

28. Polarisasi persepsi responden wanita ................................................... 62

29. Polarisasi persepsi responden pria ....................................................... 60

30. Polarisasi persepsi secara umum.......................................................... 62

Page 18: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persepsi para pihak dalam pengembangan ekowisata di suatu destinasi sangat

penting dipelajari. Keselarasan persepsi dari para pihak sangat dibutuhkan untuk

memudahkan implementasi berbagai kegiatan ekowisata, apabila terjadi

perbedaan persepsi maka dapat menjadi penghambat pelaksanaan pengembangan

ekowisata di destinasi wisata tersebut. Menurut Murianto (2014), persepsi

wisatawan dan masyarakat lokal berperan dalam pengembangan destinasi wisata

di Desa Aik Berik Lombok Tengah. Masyarakat sangat mendukung

pengembangan ekowisata apabila dengan adanya destinasi wisata tersebut dapat

meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

Menurut Pendit (1981), ekowisata merupakan kegiatan mengunjungi kawasan

alamiah yang relatif tidak terganggu dengan tujuan melihat, mempelajari dan

mengagumi wajah keindahan alam, flora, fauna, dan aspek budaya baik dimasa

lampau maupun sekarang yang terdapat di dalam kawasan tersebut. Kehadiran

ekowisata dalam era pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu misi

pengembangan kepariwisataan alternatif yang tidak menimbulkan dampak negatif,

baik terhadap lingkungan maupun sosial budaya masyarakat.

Page 19: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

2Ekowisata lebih berorientasi pada pemanfaatan sumber daya alami, asli dan belum

tercemar dalam pengelolaan ekowisata persepsi dan partisipasi masyarakat sangat

diperlukan (Boo, 1990).

Persepsi para pihak dalam pengembangan hospitalitas ekowisata sangat penting

untuk diketahui sebagai langkah awal di dalam pengembangan ekowisata.

Menurut Saputra (2015), persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan,

proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Definisi

persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat

sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu

bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Menurut Manalu dkk. (2012), persepsi wisatawan dan masyarakat berperan

penting dalam pengelolaan desa wisata di Desa Huta Ginjang Kecamatan Mula

Mula, Kabupaten Samosir. Masyarakat memiliki persepsi yang mendukung

terhadap pengembangan ekowisata selama kegiatan ekowisata tersebut tidak

merusak dan sesuai dengan keadaan alam yang ada. Persepsi mayarakat tersebut

telah membantu di dalam perencanaan dan pengelolaan Desa Wisata Huta

Ginjang sehingga Desa Huta Ginjang menjadi salah satu desa wisata unggulan

yang ada di Kabupaten Samosir.

Persepsi wisatawan, masyarakat dan pengelola terhadap hospitalitas ekowisata di

destinasi wisata Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sangat

penting untuk diketahui. Selama ini penelitian persepsi para pihak di destinasi

wisata Kubu Perahu terhadap pengembangan hospitalitas ekowisata belum pernah

dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana polarisasi

Page 20: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

3persepsi para pihak terhadap pengembangan hospitalitas ekowisata di Unit

Pengelola Wisata Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian polarisasi persepsi para pihak dalam pengembangan

hospitalitas ekowisata di Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah persepsi wisatawan, masyarakat dan pengelola dalam

pengembangan hospitalitas ekowisata di Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan?

2. Bagaimanakah bentuk polarisasi persepsi wisatawan, masyarakat dan

pengelola dalam pengembangan hospitalitas ekowisata di Unit Pengelola

Wisata Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis persepsi wisatawan, masyarakat dan pengelola dalam

pengembangan hospitalitas ekowisata di Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

2. Menganalisis polarisasi persepsi wisatawan, masyarakat dan pengelola dalam

pengembangan hospitalitas ekowisata di Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Page 21: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

41.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi,

memperluas wawasan dan pengalaman dalam melakukan analisis terkait

persepsi masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata alam.

2. Bagi pemerintah daerah dan pembuat kebijakan serta perencanan program

pengembangan ekowisata di Provinsi Lampung.

3. Dapat membantu untuk menghasilkan kebijakan dan pengembangan pariwisata

daerah yang tepat sesuai dengan kondisi masyarakat, sebagai pengayaan

referensi bagi akademis atau peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian

di Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu.

1.5 Kerangka Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif.

Pengambilan data pada penelitian ini akan dilakukan dengan cara pengamatan

langsung di lapangan, serta wawancara wisatawan, pengelola dan masyarakat

yang berada di Resort Balik Bukit Pekon Kubu Perahu Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan.

Data hasil pengamatan di lapangan dan dokumentasi, selanjutnya dibuat kuesioner

untuk mengetahui persepsi wistawan, pengelola, dan masyarakat dalam

pengembangan hospitalitas ekowisata di Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Penelitian ini akan dilakukan

menggunakan metode sosial yakni dengan cara kuesioner dan wawancara secara

Page 22: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

5mendalam atau deep interview terhadap wisatawan yang sedang berada di Resort

Balik Bukit Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, masyarakat

yang ada di sekitar Resort Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,

dan pengelola. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persepsi wisatawan,

masyarakat dan pengelola dalam pengembangan hospitalitas ekowisata di Resort

Balik Bukit Pekon Kubu Perahu serta proses perencanaan pengelolaan ekowisata

yang berkelanjutan.

Analisis data dengan menggunakan teknik induktif, yaitu menyimpulkan secara

umum fakta-fakta empiris tentang lokasi penelitian. Pembuatan kuesioner

menggunakan skala likert dan one score one indicator yaitu dengan cara

menyusun pertanyaan-pertanyaan secara sistematis pada kuesioner yang akan

dibuat. Tujuannya untuk mengetahui deskripsi dari persepsi wistawan,

masyarakat dan pengelola terhadap pengembangan hospitalitas ekowisata di

Resort Balik Bukit Pekon Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Penjabaran secara lengkap, akan dijelaskan pada Gambar 1.

Page 23: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

6

Gambar 1. Kerangka penelitian polarisasi persepsi wisatawan dan masyarakatdalam pengembangan hospitalitas ekowisata di Unit Pengelola KubuPerahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Objek Wisata1. Air Terjun

SepapahKanan

2. JembatanGantung

3. KolamAlamiMuaraKasih

4. TamanAnggrek

5. Outbond

Akomodasi1. Bumi

Perkemahan

2. Mess3. Wisma

Infrastruktur1. Jalan

Utama2. Jalan

Setapak3. Listrik dan

Jarkom4. Lahan

Parkir

Pengelolaan1. Ketersediaan

alat danperlengkapanpenunjangekowisata

2. Kecukupanjumlahpetugas

3. Latarbelakangpendidikanpetugas

4. Ketersediaanpapanpenunjukarah

Fasilitas danpelayanan1. Tempat

sampah2. Kantin3. Gazebo4. Toilet

TNBBS

Wisatawan KubuPerahu

Pengelola TamanNasional

Masyarakat KubuPerahu

Kuesioner metode one scoreone indicatordan wawancara

1. Objek wisata2. Akomodasi3. Infrastruktur4. Pengelolaan5. Fasilitas dan Pelayanan

Kuesioner metode onescore one indicator dan

wawancara1. Objek wisata2. Akomodasi3. Infrastruktur4. Pengelolaan5. Fasilitas dan Pelayanan

Kuesioner metode onescore one indicatordan

wawancara1. Objek wisata2. Akomodasi3. Infrastruktur4. Pengelolaan5. Fasilitas dan Pelayanan

Persepsi Hospitalitas

Polarisasi Persepsi wisatawan, masyarakat, dan pengelola

Pengembangan ekowisata di Resort Balik Bukit

Wisata Kubu Perahu

Page 24: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan taman nasional yang ditujukan

untuk melindungi hutan hujan tropis pulau Sumatera beserta kekayaan alam hayati

yang dimilikinya. UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and

Cultural Organization) menjadikan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

sebagai warisan dunia. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

merupakan habitat bagi jenis-jenis flora yang menakjubkan, selain terdapat

Raflesia sebagai bunga langka terbesar di dunia, juga terdapat Amorphophallus

sebagai bunga tertinggi di dunia. Jenis-jenis flora lainnya mencapai 514 jenis

pohon dan tumbuhan bawah, 126 jenis anggrek, 26 jenis rotan, dan 25 jenis

bambu.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) memiliki nilai penting bagi

perlindungan beberapa mamalia besar. Terdapat sedikitnya 122 jenis mamalia

termasuk enam spesies terancam punah menurut Red Data Book IUCN

(International Union for The Conservation Nature and Natural Resourches).

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Badak Sumatera (Dicerorhinus

sumatrensis), Tapir (Tapirus indicus), Harimau Sumatera (Panthera tigris

sumatrae), Beruang Madu (Helarcto malayanus), dan Ajag (Cuon alpinus). 123

Page 25: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

8jenis herpetofauna (reptil dan amphibia termasuk penyu), 53 jenis ikan, 221

serangga dan 450 jenis burung termasuk 9 jenis rangkong. TNBBS menjadi

daerah penting bagi burung, dengan kriteria A1 burung terancam punah dan A2

burung sebaran terbatas. TNBBS juga menjadi salah satu landscape prioritas

pelestarian habitat Harimau Sumatera, (Balai Besar Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan, 2007).

TNBBS adalah kawasan pelestarian alam dan benteng terakhir hutan hujan tropis

di Provinsi Lampung. TNBBS memiliki potensi sumberdaya alam hayati dan non

hayati yang cukup tinggi serta ekosistem lengkap mulai dari ekosistem pantai,

hutan hujan dataran rendah sampai hutan hujan pegunungan. Potensi kawasan

TNBBS diharapkan mampu berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga

kehidupan serta mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan. TNBBS

merupakan daerah tangkapan air (cathment area) bagi DAS Semaka, oleh karena

itu kawasan TNBBS perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, terarah, terencana,

sesuai dengan daya dukungnya dan peraturan perundang-undangan.

Kawasan TNBBS meliputi areal seluas ± 355.511 ha yang membentang dari ujung

selatan bagian Barat Provinsi Lampung sampai dengan Selatan Provinsi Bengkulu

yang secara geografis terletak pada 4°29’ – 5°57’LS dan 103°24’ – 104°44’BT.

Menurut administrasi pemerintahan, kawasan TNBBS termasuk dalam wilayah 2

(dua) provinsi yaitu Propinsi Lampung yang meliputi 2 (dua) kabupaten yaitu

Kabupaten Tanggamus seluas ± 10.500 ha, serta Kabupaten Lampung Barat dan

Pesisir Barat seluas ± 280.300 ha dan Provinsi Bengkulu hanya meliputi.

Kabupaten Kaur seluas ± 64.711 ha.

Page 26: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

9Sebelah Utara :Kabupaten Kaur.

Sebelah Timur : Kabupaten Lampung Barat.

Sebelah Selatan : Selat Sunda.

Sebelah Barat : Samudera Hindia.

Kawasan konservasi tersebut memiliki bentang alam lengkap mulai dari

ketinggian 0 mdpl sampai dengan 1.964 mdpl. Ekosistem alami yang

membentang di kawasan TNBBS mewakili tipe vegetasi hutan mangrove, hutan

pantai, hutan tropika sampai hutan pegunungan di Sumatera. Kawasan TNBBS

merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah terluas yang tersisa di Sumatera

dan memiliki beberapa tipe ekosistem yang lengkap. Tidak terputus meliputi

ekosistem kelautan dan ekosistem terestrial, yaitu hutan pantai (1%), hutan hujan

dataran rendah (45%), hutan hujan bukit (34%), hutan hujan pegunungan bawah

(17%), hutan hujan pegunungan tinggi (3%), ekosistem mangrove, ekosistem

rawa dan estuaria. Tutupan hutan yang demikian, menjadikan TNBBS sebagai

habitat dari jenis-jenis flora yang sangat beranekaragam dan menakjubkan

termasuk habitat terbaik bagi beragam jenis fauna (Balai Besar Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan, 2007).

2.2 Pariwisata

Menurut Mathieson dan Wall (1982), pariwisata adalah sebuah perjalanan

sementara yang dilakukan orang pada suatu tujuan tertentu, dalam jangka pendek,

pada tempat yang bukan merupakan tempat yang biasa dikunjunginya.

Melakukan kegiatan-kegiatan pada tempat tersebut dimana terdapat beberapa

fasilitas yang disediakan untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk di dalamnya

Page 27: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

10kunjungan sehari dan darma wisata. Pariwisata sebagai kegiatan yang mencakup

orang-orang yang melakukan perjalanan pergi dari rumahnya, dan perusahaan-

perusahaan yang melayani mereka dengan cara memperlancar atau mempermudah

perjalanan mereka atau membuatnya lebih menyenangkan, dengan maksud

melakukan perjalanan tersebut bukan untuk usaha melainkan bersantai

(Kusmayadi dan Endar, 2000).

Menurut Sudiarta (2006), perkembangan dalam sektor kepariwisataan pada saat

ini melahirkan konsep pengembangan pariwisata alternatif yang tepat dan secara

aktif membantu menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara

berkelanjutan. Memperhatikan segala aspek dari pariwisata berkelanjutan yaitu

ekonomi masyarakat, lingkungan dan sosial budaya. Pengembangan pariwisata

alternatif berkelanjutan khususnya ekowisata merupakan pembangunan yang

mendukung pelestarian ekologi dan pemberian manfaat yang layak secara

ekonomi dan adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.

Wisata merupakan perjalanan dan tinggal di suatu tempat (bukan tempat tinggal

dan bekerja). Wisata memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah wisata alam

Menurut PP No 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona

Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala

keunikan dan keinan salah salah bentuk wisata alam. Wisata alam merupakan

pandangan wisatawan dan kinerja pelayanan pariwisata secara nyata.

Page 28: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

112.3 Ekowisata

Ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh World Tourism Organization (2002),

sebagai bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan

mengkonservasi alam serta menyejahterakan masyarakat setempat. Ekowisata

menurut Weaver (2001), adalah suatu bentuk wisata yang membantu

perkembangan belajar berupa pengalaman dan penghargaan terhadap lingkungan

ataupun sebagian komponennya, di dalam konteks budaya yang berhubungan.

Kegiatan ekowisata bertujuan menjadikan lingkungan dan sosial budaya yang

berkelanjutan. Tiga hal penting dalam ekowisata menurut Weaver (2001) adalah

berdasarkan lingkungan alami, pembelajaran dan keberlanjutan. Ekowisata yaitu

jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan. Maksudnya melalui aktivitas yang

berkaitan dengan alam, wisatawan diajak melihat alam dari dekat. Menikmati

keaslian alam dan lingkungannya, sehingga membuatnya tergugah untuk

mencintai alam. Semua ini sering disebut back to nature (Yoeti, 2000).

Ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang bertanggungjawab di tempat-

tempat atau daerah-daerah alami atau yang dikembangkan berdasarkan kaidah

alam, dimana tujuannya selain menikmati keindahannya. Melibatkan unsur-unsur

pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap upaya-upaya pelestarian

lingkungan atau penyelamatan lingkungan (alam dan kebudayaan) dan

meningkatkan pendapatan masyarakat setempat (Yekti, 2001).

Menurut Rahman (2003), pengertian mengenai ekowisata mengalami

perkembangan dari waktu ke waktu namun pada hakekatnya ekowisata yaitu.

1. Bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami.

Page 29: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

122. Berpetualangan yang dapat menciptakan industri kepariwisataan, bahkan di

beberapa berkembang suatu pemikiran baru berkaitan dengan pengertian

ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata.

Menurut Weaver (2001), ekowisata telah dipadukan dengan beberapa jenis wisata

sejak tahun 1980-an, yaitu sebagai berikut.

a. Nature-based tourism merupakan wisata yang menitikberatkan pada lingkungan

alami. Ekowisata telah menjadi bagian penting dari nature-based tourism,

sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu contoh kegiatan nature-based

tourism adalah ekowisata.

b. Cultural tourism merupakan wisata yang menitikberatkan pada budaya dan

sejarah suatu kawasan, di dalam cultural tourism, ekowisata menjadi alternatif

namun antara kedua jenis wisata ini dapat terjadi kasus overlap sehingga tidak

mudah untuk menentukan wisata mana yang menjadi tujuan utama.

c. Adventure tourism merupakan wisata yang menitikberatkan pada kegiatan yang

berisiko, menantang fisik sehingga wisatawan harus memiliki kemampuan

tertentu. Beberapa ekowisata dapat menjadi bagian dari adventure tourism,

tetapi banyak jenis adventure tourism tidak dapat menjadi bagian dari

ekowisata. Hal ini karena pendekatan adventure tourism tidak selalu kepada

nature-based (dasar dari ekowisata).

d. Alternative and mass tourism merupakan suatu model wisata berskala kecil

yang dimaksudkan untuk dapat menyediakan suatu alternatif yang lebih sesuai

dengan wisata massal. Model ini memberikan peluang terhadap perkembangan

ekowisata di antara wisata massal.

Page 30: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

13Pengembangan adalah suatu usaha perubahan yang dilakukan untuk

meningkatkan keuntungan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Muntasib

(2004), menyebutkan terdapat tujuh prinsip pengembangan ekowisata harus

memperhatikan, yaitu.

1. Berhubungan langsung dengan alam (touch the nature).

2. Pengalaman yang bermanfaat, baik secara pribadi maupun secara sosial.

3. Ekowisata bukan wisata massal.

4. Program-program ekowisata harus membuat tantangan fisik dan mental bagi

wisatawan.

5. Interaksi dengan masyarakat dan belajar budaya setempat.

6. Adaptif (menyesuaikan) terhadap kondisi akomodasi pedesaan.

7. pengalaman lebih utama dari kenyamanan.

Fennel (2002), memaparkan bahwa pengembangan wisata bisa dilakukan dengan

membuat rencana dan menyusun pengembangan yang mempunyai prinsip untuk

mencapai tujuan pengembangan tersebut. Menurut Hakim (2004), strategi dalam

pengembangan ekowisata harus mendorong tindakan konservasi sehingga tujuan

dari wisata berkelanjutan tetap tercapai.

Berdasarkan definisi-definisi dari berbagai tokoh Fennel (2002), kemudian

merangkum pengertian ekowisata sebagai sebuah bentuk berkelanjutan dari wisata

berbasis sumberdaya alam. Fokus utamanya adalah pada pengalaman dan

pembelajaran mengenai alam, yang dikelola dengan meminimalisir dampak, non-

konsumtif dan berorientasi lokal (kontrol, keuntungan dan skala).

Page 31: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

14Ekowisata merupakan bentuk perjalanan menuju kawasan yang masih alami yang

bertujuan untuk memahami budaya dan sejarah alami dari lingkungannya.

Menjaga integritas ekosistem, sambil menciptakan kesempatan ekonomi untuk

membuat sumber daya konservasi dan alam tersebut menguntungkan bagi

masyarakat lokal. Terlihat jelas bahwa perlu adanya keuntungan yang didapatkan

oleh masyarakat lokal, sehingga ekowisata harus dapat menjadi alat yang

potensial untuk memperbaiki perilaku sosial masyarakat untuk tujuan konservasi

lingkungan (Buckley, 2003).

Sebagai konsep ekowisata berbasis masyarakat, pendekatan pengembangannya

pasti melibatkan masyarakat, dengan alasan bahwa sektor pariwisata dapat

menyediakan keuntungan ekonomis bagi masyarakat. Pariwisata dapat

menciptakan berbagai keuntungan sosial maupun budaya, serta pariwisata dapat

membantu mencapai sasaran konservasi lingkungan serta berprinsip derajat

kontrol masyarakat yang tinggi dan masyarakat memegang porsi besar dari

keuntungannya (Jones, 2005).

Pengembangan masyarakat yang diperlukan adalah dengan memberdayakan

masyarakat lokal untuk lebih mengenal dan memahami permasalahan di

wilayahnya dan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan

tersebut (Phillips dan Pittman, 2009). Adanya pemberdayaan masyarakat lokal,

akan terwujud partisipasi yang baik antara masyarakat setempat dengan industri

wisata di kawasan tersebut dan dengan melibatkan masyarakat dalam

pengambilan keputusan diharapkan akan terwujud bentuk kerjasama yang lebih

baik antara masyarakat setempat dengan industri pariwisata. Konsep ekowisata

Page 32: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

15berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan pedesaan dalam

sektor pariwisata. Chuang (2010), menyatakan bahwa pariwisata pedesaan dapat

muncul jika ada perilaku wisata yang muncul di wilayah pedesaan dan

menambahkan bahwa dalam pariwisata pedesaan harus ada karakteristik khusus

yang dapat berupa budaya tradisional, budaya pertanian, pemandangan.

World Tourism Organization (2002), mendefinisikan ekowisata sebagai

Ecotourism is "responsible travel to natural areas that conserves the environment

andsustains the well-being of local people". Dilihat dari definisi ini, disebutkan

bahwa ekowisata merupakan perjalanan wisata yang berbasiskan alam yang mana

dalam kegiatannya sangat tergantung kepada alam. lingkungan, ekosistem dan

kearifan-kearifan lokal yang ada di dalamnya harus dilestarikan keberadaannya.

Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang

alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan

partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya.

Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau

ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam

kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi

akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui dan menikmati pengalaman

alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal (Khan, 2003). Ekowisata

memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk menikmati keindahan alam

dan budaya untuk mempelajari lebih jauh tentang pentingnya berbagai ragam

mahluk hidup yang ada di dalamnya dan budaya lokal yang berkembang di

kawasan tersebut. Kegiatan ekowisata dapat meningkatkan pendapatan untuk

Page 33: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

16pelestarian alam yang dijadikan sebagai objek ekowisata dan menghasilkan

keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat setempat.

Drumm dan Alan (2002), menyatakan bahwa ada enam keuntungan dalam

implementasi kegiatan ekowisata yaitu.

1. Memberikan nilai ekonomi dalam kegiatan ekosistem di dalam lingkungan

yang dijadikan sebagai objek wisata.

2. Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian lingkungan.

3. Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para

stakeholders.

4. Membangun konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional dan

internasional.

5. Mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

6. Mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati yang ada di objek wisata

tersebut.

Atraksi ekowisata dapat berupa satu jenis kegiatan wisata atau merupakan

gabungan atau kombinasi kegiatan wisata seperti flora dan fauna, margasatwa.

Formasi geomorfologi yang spektakuler dan manifestasi budaya yang unik yang

berhubungan dengan konteks alam. Kesuksesan pengembangan ekowisata sangat

ditentukan oleh peran dari masing-masing pelaku ekowisata yaitu; industri

pariwisata, wisatawan, masyarakat lokal, pemerintah dan instansi non pemerintah,

serta akademisi.

Page 34: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

17Para pelaku ekowisata mempunyai peran dan karakter tersendiri yaitu.

1. Industri pariwisata yang mengoperasikan ekowisata merupakan industri

pariwisata yang peduli terhadap pentingnya pelestarian alam dan keberlanjutan

pariwisata dan mempromosikan serta menjual program wisata yang

berhubungan dengan flora, fauna, dan alam.

2. Wisatawannya merupakan wisatawan yang peduli terhadap lingkungan.

3. Masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, penerapan dan pengawasan

pembangunan, dan pengevaluasian pembangunan.

4. Pemerintah berperan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang mengatur

tentang pembangunan fasilitas ekowisata agar tidak terjadi eksploitasi terhadap

lingkungan yang berlebihan.

5. Akademisi bertugas untuk mengkaji tentang pengertian ekowisata dan

mengadakan penelitian untuk menguji apakah prinsip-prinsip yang dituangkan

dalam pengertian ekowisata sudah diterapkan dalam praktiknya. Pembangunan

ekowisata yang berkelanjutan dapat berhasil apabila karakter atau peran yang

dimiliki oleh masing-masing pelaku ekowisata dimainkan sesuai dengan

perannya, bekerjasama secara holistik di antara para stakeholders,

memperdalam pengertian dan kesadaran terhadap pelestarian alam, dan

menjamin keberlanjutan kegiatan ekowisata tersebut (France, 1997).

Drumm dan Alan (2002), menyatakan bahwa dalam pengembangan ekowisata

harus memenuhi syarat sebagai berikut.

1. Memiliki dampak yang rendah terhadap sumber daya alam yang dijadikan

sebagai objek wisata.

Page 35: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

182. Melibatkan stakeholders (perorangan, masyarakat, ecotourists, tour operator

dan institusi pemerintah maupun non pemerintah) dalam tahap perencanaan,

pembangunan, penerapan dan pengawasan.

3. Menghormati budaya-budaya dan tradisi-tradisi lokal.

4. Menghasilkan pendapatan yang pantas dan berkelanjutan bagi para masyarakat

lokal, stakeholders dan tour operator lokal.

5. Menghasilkan pendapatan untuk pelestarian alam yang dijadikan sebagai objek

wisata.

6. Mendidik para stakeholders mengenai peranannya dalam pelestarian alam.

Menurut Wood (2002), prinsip-prinsip dasar pengembangan ekowisata adalah

sebagai berikut.

1. Meminimalisasi dampak-dampak negatif terhadap alam dan budaya yang dapat

merusak destinasi ekowisata.

2. Mendidik wisatawan terhadap pentingnya pelestarian (conservation) alam dan

budaya.

3. Mengutamakan pada kepentingan bisnis yang peduli lingkungan yang

bekerjasama dengan pihak berwenang dan masyarakat setempat untuk

memenuhi kebutuhan lokal dan mendapatkan keuntungan untuk konservasi.

4. Menghasilkan pendapatan yang dipergunakan untuk pelestarian dan

pengelolaan lingkungan dan daerah-daerah yang dilindungi.

5. Mengutamakan kebutuhan zonasi pariwisata daerah dan perencanaan

penanganan wisatawan yang didesain untuk wilayah atau daerah yang masih

alami yang dijadikan sebagai destinasi ekowisata.

Page 36: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

196. Mengutamakan kepentingan untuk studi yang berkaitan dengan sosial-budaya

dan lingkungan, begitu juga pemantauan jangka panjang terhadap objek

ekowisata untuk mengkaji dan mengevaluasi kegiatannya serta meminimalisasi

dampak-dampak negatif.

7. Memaksimalkan keuntungan ekonomi untuk negara yang bersangkutan, bisnis

dan masyarakat lokal, khususnya masyarakat yang tinggal berdekatan dengan

destinasi ekowisata.

8. Menjamin bahwa pembangunan ekowisata tidak mengakibatkan perubahan

lingkungan dan sosial budaya yang berlebihan sebagaimana ditentukan oleh

para ahli dan peneliti.

9. Membangun infrastruktur yang harus ramah lingkungan dan menyatu dengan

budaya masyarakat setempat, tidak menggunakan bahan bakar yang terbuat

dari fosil, dan tidak menggangu ekosistem flora dan fauna.

Menurut Wood (2002), setiap pengelola ekowisata wajib menerapkan dan

mematuhi prinsip-prinsip dasar pengembangan ekowisata. Selain itu, pengelola

ekowisata juga disarankan untuk melakukan hal-hal sebagaimana tersebut di

bawah ini agar pengembangan ekowisata dapat berhasil dengan lebih optimal dan

berkualitas, yaitu.

1. Memberikan informasi tentang lingkungan dan budaya yang akan dikunjungi

sebelum keberangkatan.

2. Memberikan panduan informasi tertulis mengenai pakaian yang harus dipakai

dan hal-hal yang boleh dilakukan dan mengingatkannya kembali secara lisan

pada saat keberangkatan dan berwisata.

Page 37: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

203. Memberikan pra-informasi secara singkat kepada wisatawan sebelum

kedatangannya tentang geografi destinasi, karakteristik sosial dan politik

destinasi, begitu juga tantangan-tantangan yang berhubungan dengan alam,

sosial-budaya dan politik.

4. Memberikan pelayanan dan pemanduan yang menyeluruh dengan

menggunakan pramu wisata yang memiliki pengetahuan dan keahlian khusus.

5. Memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi langsung

dengan masyarakat lokal untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai

kehidupan sosial budayanya.

6. Menumbuhkan pemahaman baik kehidupan sehari-hari masyarakat dan

tradisinya maupun isu-isu terkini yang muncul sehubungan dengan

pengembangan ekowisata yang selanjutnya didiskusikan secara bersama-sama

untuk menghindari konflik kepentingan di antara para stakeholders.

7. Memberikan kesempatan kepada lembaga swadaya masyarakat lokal untuk

berpartisipasi dan memberikan kontribusi pembangunan ekowisata.

8. Menjamin bahwa semua biaya masuk ke objek ekowisata dikelola secara

transparan dan accountable.

9. Menyediakan akomodasi yang ramah lingkungan.

2.4 Dampak Ekowisata

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.

Menurut Soemarwoto (1989), ekowisata merupakan salah satu sektor penting

dalam pembangunan. Pengelolaan ekowisata yang baik akan menghasilkan

beberapa keuntungan dalam berbagai aspek, akan tetapi apabila tidak dikelola

Page 38: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

21dengan benar maka ekowisata dapat berpotensi menimbulkan masalah atau

dampak negatif. Berdasarkan kacamata ekonomi makro, ekowisata memberikan

beberapa dampak positif Yoeti (2008), yaitu.

1. Menciptakan kesempatan berusaha.

2. Menciptakan kesempatan kerja.

3. Meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan

masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran

wisatawan yang relatif cukup besar.

4. Meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah.

5. Meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDB).

6. Mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor

ekonomi lainnya.

7. Memperkuat neraca pembayaran, bila neraca pembayaran mengalami surplus,

dengan sendirinya akan memperkuat neraca pembayaran Indonesia dan

sebaliknya.

Pengembangan ekowisata tidak saja memberikan dampak positif, tetapi juga dapat

memberikan beberapa dampak negatif, menurut Yoeti (2008) yaitu.

1. Sumber-sumber hayati menjadi rusak, yang menyebabkan Indonesia akan

kehilangan daya tariknya untuk jangka panjang.

2. Pembuangan sampah sembarangan yang selain menyebabkan bau tidak sedap,

juga dapat membuat tanaman di sekitarnya mati.

3. Sering terjadi komersialisasi seni budaya.

Page 39: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

222.4.1 Pengaruh Ekowisata Terhadap Ekologi

Pengembangan ekowisata harus benar-benar dilakukan dengan penuh kehati-

hatian dan pengelolaan yang cermat, tidak terjebak atau tergiur pada keuntungan

ekonomi jangka pendek, tetapi harus berpedoman pada pengembangan

berkelanjutan. Artinya, generasi kini dapat memetik manfaatnya, namun tanpa

melupakan bahwa generasi berikutnya pun memiliki hak mendapat manfaat

sumberdaya alam yang sama (Warpani, 2007). Kebijakan dalam kaitan dengan

ekowisata dilandasi oleh dimensi ekologi menurut Damanik dan Webber (2006),

yaitu.

1. Penentuan dan konsistensi pada daya dukung lingkungan.

2. Pengelolaan limbah dan pengurangan penggunaan bahan baku hemat energi

3. Prioritas pengembangan produk dan layanan jasa berbasis lingkungan.

4. Peningkatan kesadaran lingkungan dengan kebutuhan konservasi.

Pengembangan ekowisata dapat mendatangkan dampak positif berupa

meningkatnya upaya reservasi sumberdaya alam, pembangunan taman nasional,

perlindungan pantai, dan taman laut namun di lain pihak, pengelolaan kegiatan

ekowisata yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak negatif berupa polusi,

kerusakan lingkungan fisik dan kerusakan hutan mangrove (Tuwo, 2011).

2.4.2 Pengaruh ekowisata terhadap sosial budaya

Ekowisata sebagai industri pariwisata merupakan bagian dari cultural industry

yang melibatkan seluruh masyarakat, meskipun hanya sebagian masyarakat yang

terlibat, namun pengaruh sosial lebih luas seperti terjadinya ketimpangan atau

Page 40: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

23kesenjangan sosial dalam masyarakat. Pengaruh pariwisata terhadap masyarakat

termasuk terjadinya perubahan proses sosial masyarakat yang di dalamnya

terdapat kerjasama dan persaingan antara pelaku pariwisata. Proses sosial adalah

hubungan timbal balik antar individu, individu dengan kelompok dan antar

kelompok, berdasarkan potensi atau kekuatan masing-masing (Abdulsyani, 1994).

Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat dimana

terdapat proses hubungan antar manusia berupa interaksi sosial yang terjadi dalam

kehidupan manusia secara terus-menerus. Terbentuknya interaksi sosial apabila

terjadi kontak sosial dan komunikasi sosial. Proses sosial dapat terjadi dalam

berbagai bentuk yaitu, kerjasama, persaingan, pertikaian atau pertentangan dan

akomodasi (Tafalas, 2010).

2.4.3 Pengaruh ekowisata terhadap ekonomi

Menurut Sedarmayanti (2005), kegiatan ekowisata yang banyak menarik minat

wisatawan telah memberikan sumbangan devisa untuk negara dan juga telah

membuka kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Masyarakat

tidak saja mendapatkan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, tetapi juga dapat

menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru yang menunjang kegiatan pariwisata.

Menurut Rahman (2009), taraf hidup adalah variabel kemiskinan yaitu luas lantai

bangunan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal, fasilitas tempat

buang air besar, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan

bakar untuk memasak, konsumsi daging/ayam/susu/perminggu. Pembeliaan

pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun, frekuensi makan dalam

Page 41: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

24sehari, kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau dokter, lapangan

pekerjaan kepala rumah tangga, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga dan

kepemilikan aset atau harta bergerak maupun tidak bergerak. Taraf hidup adalah

tingkat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.5 Masyarakat Hutan

Masyarakat perdesaan di sekitar hutan adalah masyarakat yang mempunyai

tingkat pendidikan, kesejahteraan, inisisasi dan daya kreasi yang relatif rendah.

Budaya dan sikap fatalis menjadikan masyarakat yang selalu tersubordinasikan

oleh sistem ini menjadi sulit untuk bisa berdaya. Sumberdaya hutan di indonesia

saat ini kondisi rusak. Penyebabnya karena adanya eksploitasi untuk memenuhi

kebutuhan industri kehutanan, konservasi lahan hutan menjadi lahan non hutan

(misalnya pekebunan, transmigrasi, jalan raya), ilegal logging, kebakaran hutan,

penegakan hukum yang lemah, pemberian fasilitas konsesi hutan yang tidak

terkontrol, korupsi dan inefisiensi pelaksanaan PP (Peraturan Pemerintah) dalam

proses penguasahaan dan pengelolaan hutan (Satria, 2009).

2.6 Wisatawan

Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan dijelaskan

bahwa yang dimaksud dengan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan

wisata. Berdasarkan asalnya, wisatawan dibagi menjadi dua Yoeti (1991), yaitu

wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman). Wisatawan

nusantara adalah orang yang berdiam dan bertempat tinggal pada suatu negara dan

melakukan perjalanan wisata di negara dimana dia tinggal, sedangkan wisatawan

Page 42: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

25mancanegara adalah orang yang melakukan perjalanan wisata yang datang

memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana dia tinggal.

2.7 Persepsi Masyarakat

Persepsi yang benar terhadap suatu objek diperlukan, sebab persepsi merupakan

dasar pembentukan sikap dan perilaku. Persepsi individu terhadap lingkungannya

merupakan faktor penting karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan

individu tersebut. Perilaku adalah hasil persepsi dan persepsi yang salah bisa

menimbulkan perilaku yang salah. Menurut Kiswan (2013), persepsi yaitu.

1. Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan

indera.

2. Kesadaran dari proses-proses organis.

3. Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari

pengalaman di masa lalu.

4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan

organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang.

5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta

merta mengenai sesuatu. Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang

menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk

dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling

kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Ardi dan Aryani 2013).

Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal adalah nilai-nilai dari dalam diri dipadukan dengan hal-hal yang

ditangkap panca indera pada proses melihat, merasakan, mencium aroma,

Page 43: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

26mendengar dan meraba. Faktor internal tersebut antara lain umur, jenis kelamin,

latar belakang, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan, asal dan status penduduk,

tempat tinggal, status ekonomi dan waktu luang. Faktor tersebut kemudian

dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial,

yang kemudian menjadi suatu respon dalam bentuk suatu tindakan (Umar, 2009).

Pengertian persepsi menurut Umar, 2009) memiliki arti sebagai berikut.

a). Kegiatan merasakan atau kemampuan untuk merasakan, memahami jiwa dari

objek-objek, kualitas dan lain-lain melalui pemaknaan rasa, kesadaran,

perbandingan.

b). Pengetahuan yang dalam, intuisi ataupun kemampuan panca indera dalam

memahami sesuatu.

c). Pengertian, pengetahuan dan lain-lain yang diterima dengan cara merasakan,

atau ide khusus, konsep, kesan dan lain-lain yang terbentuk.

Umar (2009), mendefinisikan persepsi sebagai bagian dari proses kehidupan yang

dimiliki oleh setiap orang, dari pandangan orang pada titik tertentu, lalu orang

tersebut mengkreasikan hal yang dipandangnya. Menurut Rahmawaty dan Eva

(2006), persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu

pengamatan, kemampuan tersebut antara lain kemampuan untuk membedakan,

kemampuan untuk mengelompokkan dan kemampuan untuk memfokuskan, oleh

karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun

objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal

sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang bersangkutan. Persepsi memiliki

pengertian dalam arti sempit dan arti luas, dalam arti sempit persepsi yaitu

penglihatan bagaimana seseorang melihat sesuatu, dan dalam arti luas persepsi

Page 44: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

27yaitu pandangan atau pengertian, bagaimana seseorang memandang atau

mengartikan sesuatu dunianya sendiri, kemudian orang tersebut mencoba

mengambil keuntungan untuk kepuasannya.

2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat

Umar (2009), mengemukakan ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi

masyarakat yaitu.

a). Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba

menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu.

b). Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam

keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya

mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita untuk mengelompokkan

benda-benda yang berdekatan atau yang mirip.

2.9 Pariwisata Berbasis Masyarakat

Pariwisata berbasis masyarakat merupakan suatu alat pembangunan masyarakat

yang memperkuat kemampuan masyarakat perdesaan untuk mengelola sumber-

sumber daya pariwisata sambil memastikan keterlibatan mereka secara penuh,

dengan demikian karakter pariwisata berbasis masyarakat adalah sebagai berikut.

1. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal

untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata.

Page 45: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

282. Jika masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata

namun juga mendapat keuntungan.

3. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi serta distribusi

keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan (Beeton,

2006).

Menurut Ekowati (2005), terdapat beberapa faktor pendukung agar praktik

ekowisata berbasis masyarakat ini dapat berjalan sukses, diantaranya yaitu.

1. Adanya dukungan pihak pemerintah daerah secara politik dan melalui aspek

lain sehingga mendorong terjadinya perdagangan yang efektif dan investasi.

2. Tercukupinya hak-hak kepemilikan.

3. Keamanan pengunjung terjamin.

4. Resiko kesehatan rendah.

5. Tersedianya fasilitas fisik dan telekomunikasi.

6. Kondisi lansekap dan flora fauna yang sangat menarik.

7. Kesadaran komunitas lokal akan adanya kesempatan-kesempatan potensial

untuk pengembangan ekowisata di daerah mereka.

8. Intensitas kedatangan pengunjung yang datang cukup sering.

9. Sumberdaya manusia yang potensial.

10. Masyarakat bersedia terlibat secara aktif dan ikut berkorban baik tenaga,

waktu atau materi.

Adapun faktor penghambat pengembangan ekowisata adalah sebagai berikut.

1. Fasilitas fisik yang tersedia kurang mendukung seperti jauhnya jarak yang

harus ditempuh dan kondisi jalan yang tidak terlalu baik sehingga

membutuhkan waktu tempuh yang lama untuk mencapai lokasi.

Page 46: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

292. Belum ada struktur untuk pengambilan keputusan komunitas yang efektif.

3. Kurangnya penguasaan penduduk setempat terhadap seni budaya tradisional.

4. Terpecahnya masyarakat dalam golongan-golongan.

5. Suasana politik yang memanas. Faktor-faktor pendukung dan penghambat

dalam pengembangan ekowisata adalah hal-hal yang saling berhubungan satu

sama lain sehingga perbaikan di salah satu faktor harus dilakukan bersama-

sama dengan perbaikan di faktor yang lain.

Page 47: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

30

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2018. Lokasi penelitian di Resort

Balik Bukit Pekon Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Peta

lokasi penelitian dapat dihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Page 48: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

313.2 Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi kamera, laptop, alat tulis, GPS

dan kuesioner. Objek yang digunakan adalah wisatawan, pengelola, dan

masyarakat di sekitar Resort Balik Bukit Pekon Kubu Perahu Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan.

3.3 Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan.

2. Penelitian hanya terfokus pada penilaian aspek sosial yang dilihat dari persepsi

wisatawan, pengelola dan masyarakat di Resort Balik Bukit Pekon Kubu

Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

3. Wisatawan adalah orang yang berkunjung di Resort Balik Bukit Pekon Kubu

Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

4. Masyarakat adalah masyarakat lokal yang berbatasan langsung dengan Resort

Balik Bukit Pekon Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

5. Pengelola adalah seseorang yang bekerja di Unit Pengelola Wisata Kubu

Perahu.

3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data primer

Data primer merupakan data yang langsung diperoleh di lapangan/ langsung dari

sumbernya. Data ini diperoleh dengan cara.

Page 49: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

321. Observasi (pengamatan)

Pengumpulan data melalui pengamatan langsung ke objek penelitian untuk

memperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang sedang diteliti. Peneliti

dalam melakukan observasi berperan sebagai marjinal partisipan yaitu ikut

hidup dalam kelompok, identitas peneliti diketahui kelompok yang telah diteliti

dan menyusup ke dalam situasi kehidupan masyarakat (Hadi, 1997).

2. Kuesioner

Pada penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah

dirancang secara sistematis menggunakan skala likert dan one score one

indicator. Penggunaan kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui persepsi

wisatawan, masyarakat, dan pengelola di Resort Balik Bukit Pekon Kubu

Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Masing masing responden

yakni wisatawan, masyarakat dan pengelola berjumlah 30 orang. Pertanyaan

disajikan pada lampiran.

3. Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan terhadap wisatawan, masyarakat dan pegelola di Resort Balik Bukit

Pekon Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Ketiga responden

diwawancarai terkait pengembangan hospitalitas ekowisata di destinasi wisata

Kubu Perahu.

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi.

1. Potensi alam, hospitalitas ekowisata (objek wisata, infrastruktur, akomodasi,

pengelolaan dan fasilitas pelayanan ekowisata).

Page 50: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

332. Persepsi wisatawan, masyarakat, dan pengelola terhadap pengembangan

hospitalitas ekowisata di Resort Balik Bukit Pekon Kubu Perahu Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan, yang terdiri dari peranan, partisipasi

wisatawan dan masyarakat serta perencanaan dalam pengelolaan wisata Resort

Balik Bukit Pekon Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

3.4.2 Data sekunder

Pada penelitian ini, data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan berupa

literatur, hasil penelitian terdahulu serta berasal dari sumber tertulis atau dokumen

yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan

dalam penelitian ini meliputi.

1. Laporan kegiatan (Kondisi umum lokasi penelitian dan kondisi sosial budaya).

2. Jurnal atau artikel.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian untuk data tentang persepsi wisatawan,

masyarakat dan pengelola terhadap pengembangan hospitalitas ekowisata di

Resort Balik Bukit Pekon Kubu Perahu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,

diperoleh dari lapangan selanjutnya diolah melalui.

1. Tabulasi, yaitu pengelompokkan data untuk mempermudah proses analisis.

2. Skala Likert. Dikemukakan Sugiyono (2014), bahwa skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Kriteria pemberian skor untuk

alternatif jawaban untuk setiap item sebagai berikut : (1) skor 5 untuk jawaban

sangat baik, (2) skor 4 untuk jawaban baik, (3) skor 3 untuk jawaban agak baik,

Page 51: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

344. Skor 2 untuk jawaban kurang baik, dan (5) skor 1 untuk jawaban sangat

tidak baik.

3. One score one indicator, yakni satu nilai untuk satu pertanyaan.

4. Menghitung nilai kumulatif, yakni penghitungan nilai persepsi secara

keseluruhan.

Pada penelitian ini teknik analisis data meliputi perhitungan nilai one score one

indicator, grafik nilai one score one indicator, grafik nilai skala likert, polarisasi

dan teknik induktif. Teknik induktif, yaitu dari fakta dan peristiwa yang diketahui

secara kongkrit, kemudian digeneralisasikan ke dalam suatu kesimpulan yang

bersifat umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang empiris tentang lokasi

penelitian.

Page 52: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

69

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian Polarisasi Persepsi Para Pihak dalam Pengembangan

Hospitalitas Ekowisata di Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan (TNBBS) diperoleh simpulan.

1. Persepsi stakeholders (wisatawan masyarakat dan pengelola) dalam

pengembangan hospitalitas ekowisata menunjukkan persepsi yang selaras.

Wisatawan memiliki persepsi yang baik untuk semua aspek hospitalitas

ekowisata yang ada di dstinasi wisata Kubu Perahu. Masyarakat dan

pengelola memiliki peresepsi yang kurang baik terhadap salah satu aspek

hospitalitas ekowisata di destinasi wisata Kubu Perahu yaitu pada aspek

infrastruktur.

2. Polarisasi persepsi secara umum stakeholders (wisatawan masyarakat dan

pengelola) dalam pengembangan hospitalitas ekowisata menunjukkan persepsi

yang selaras sehingga bentuk polarisasi simetris. Hal ini mengindikasikan

bahwa pengelolaan wisata di Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sudah berjalan dengan baik.

Page 53: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

705.2 Saran

Saran yang diberikan untuk Unit Pengelola Wisata Kubu Perahu Resort Balik

Bukit yaitu perlu adanya perbaikan yang lebih intensif terhadap infrastruktur dan

pengelolaan Kubu Perahu sebagai destinasi wisata agar Kubu Perahu dapat

menjadi destinasi wisata unggulan di Provinsi Lampung.

Page 54: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

81

DAFTAR PUSTAKA

Page 55: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

71

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 245 hlm.

Ardi M, dan Aryani L. 2013. Hubungan antara persepsi dan organisasi denganminat beroganisasi pada mahasiswa psikologi uin fakultas psikologi uinsultan syarif kasim. Jurnal Psikologi. 3(1):41-47.

Ayunita, D dan Hapsari, D. 2012. Analisis persepsi dan partisipasi masyarakatpesisir pada pengelolaan kawasan konservasi laut daerah ujungnegorokabupaten batang. Jurnal Pariwisata. 9(1):117-124.

Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2007. Masterplan pengembanganobyek wisata alam di Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.Buku. BTNBBS. Kota Agung. 78 hlm.

Beeton, S. 2006. Community Development through Tourism. Buku. Land LinksPress. Australia. 134 hlm.

Boo. 1990. Kajian Pengembangan Ekowisata di Kawasan Taman Wisata AlamSibolangit. Buku. USU-Press. Medan. 230 hlm.

Buckley, R. 2003. Case Studies in Ecotourism. Buku. CABI. Cambrige. 320hlm.

Chuang, S. 2010. Rural tourism: perspective from social exchange theory.Social Behavior and Personality Journal. 38(2):13-31.

Damanik, J dan Weber, H. F. 2006. Perencanaan Ekowisata. Buku. BumiAksara. Yogyakarta. 230 hlm.

Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. TentangStandar Operasional dan Prosedur Penatausahaan Persediaan Karcis MasukKawasan. Departemen Kehutanan. Jakarta. 145 hlm.

Drumm, A dan Alan, M. 2002. Ecotourism Development. An Introduction toEcotourism Planning. Buku. The Nature Conservancy. Arlington. 340hlm.

Page 56: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

72Dwiputra, R. 2013. Preferensi wisatawan terhadap sarana wisata di kawasan

wisata alam erupsi merapi. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.24(1):35-48.

Ekowati, D. 2005. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Ekowisata(Kasus Pekon Pahmungan, Kec. Pesisir Tengah Krui, Kab. LampungBarat, Prov. Lampung). Skripsi. Departemen Komunikasi danPengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. 76 hlm.

Fennel, D. A. 2002. Ecotourism Programme Planning. Buku. CABI Publishing.New York. 356 hlm.

France, L. 1997. The Earthscan Reader in Sustainable Tourism. Buku.Earthscan Publication Ltd. United Kingdom. 225 hlm.

Hadi, P. 1997. Metodelogi Penelitian Sosial: Kuantitatif, Kualitatif dan KajiTindak. Buku. FISIP-UNDIP. Semarang. 119 hlm.

Hakim, L. 2004. Dasar-dasar Ekowisata. Buku. Bayumedia Publishing.Malang. 110 hlm.

Hariyana, K dan Mahagangga, A. 2015. Persepsi masyarakat terhadappengembangan kawasan goa peteng sebagai daya tarik wisata di desajimbaran kuta selatan kabupaten badung. Jurnal Destinasi Pariwisata.3(1):112-123.

Hermansyah, D dan Waluya, B. 2012. Analisis faktor-faktor pendorong motivasiwisatawan nusantara terhadap keputusan berkunjung ke kebun raya bogor.Journal Tourism and Hospitality Essentials (THE). 2(1):240-245.

Hutasoit, R. 2014. Analisis permintaan wisatawan mancanegara berwisata dituktuk siadong, kabupaten samosir. Jurnal Universitas Sumatera Utara.2(3):123-140.

Izwar. 2017. Persepsi pengunjung ekowisata pulau reusam terhadap masyarakatpengelola kawasan ekowisata dalam rangka pengembangan kawasanekowisata secara berkelanjutan. Jurnal Bionatural. 4(1):355-379.

Jones, S. 2005. Community-based ecotourism: the significance of social capital.Journal of Ecotourism. 32(2):303–324.

Kiswan, 2013. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi badanpermusyawaratan desa di desa fatufia kecamatan bahodopi kabupatenmorowali. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. 5(3):20-25.

Khan, M. 2003. Ecoserv. Buku. Howard University. USA. 221 hlm.

Page 57: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

73Kusmayadi dan Endar, S. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang

Kepariwisataan. Buku. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 120 hlm.

Laksono, A dan Mussadun. 2014. Dampak aktivitas ekowisata di pulaukarimunjawa berdasarkan persepsi masyarakat. Jurnal TeknikPerencanaan Wilayah dan Kota. 3(2):262-272.

Lallo, C. 2015. Persepsi wisatawan terhadap fasilitas infrastruktur di pantai pasirputih kabupaten manokwari provinsi papua barat. Jurnal USR Manado.5(2):23-33.

Latupapua, Y. 2011. Persepsi masyarakat terhadap potensi objek daya tarikwisata pantai di kecamatan kei kecil kabupaten maluku tenggara. JurnalAgroforestri. 6(2):92-101.

Manalu, E. B, Latifah, S. dan Patana, P. 2012. Persepsi masyarakat terhadapperkembangan ekowisata di desa huta ginjang, kecamatan sianjur, mula-mula, kabupaten samosir, provinsi sumatera utara. Jurnal Penelitian.03(2):5-11.

Mathieson, A dan Wall, G. 1982. Tourism: Economic, Physical and SocialImpact. Buku. Longman. London. 130 hlm.

Miranti, S. 2012. Pengaruh Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap PerilakuPembelian Produk Ramah Lingkungan Di Jakarta. Tesis. UniversitasIndonesia. Jakarta. 150 hlm.

Muntasib. 2004. Rencana pengembangan ekowisata Kabupaten Bogor. JurnalLaboratorium Rekreasi Alam dan Ekowisata. 09(3):17-23.

Murianto. 2014. Potensi dan persepsi masyarakat serta wisatawan terhadappengembangan ekowisata di desa aik berik, lombok tengah. Jurnal MasterPariwisata. 01(5):43-49.

Pamungkas, G. 2013. Ekowisata belum milik bersama: kapasitas jejaringstakeholder dalam pengelolaan ekowisata (studi kasus: taman nasionalgunung gede pangrango). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.24(1):49-64.

Pendit, N. S. 1981. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Buku. PTPradnya Paramita. Jakarta. 323 hlm.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1994. TentangPengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan TamanNasional,Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. DepartemenKehutanan. Jakarta. 9 hlm.

Phillips, R dan Pittman, R. H. 2009. An Introduction to CommunityDevelopment. Buku. Routledge. New York. 150 hlm.

Page 58: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

74Pulungan, S. 2013. Optimalisasi pengembangan potensi ekowisata sebagai objek

wisata andalan di kabupaten kutai kartanegara provinsi kaltim. Jurnal BinaPraja. 5(3):205 – 214.

Rahman, A. 2003. Pengusahaan Ekowisata. Makalah Pelatihan Ekowisata.Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. 32 hlm.

Rahman A. 2009. Evaluasi Tanggung Jawab Sosial Pt Holcim Indonesia Tbk(Studi Kasus Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, KecamatanKlapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 67 hlm.

Rahmawaty, K dan Eva, S. 2006. Persepsi masyarakat terhadap upaya konservasidi taman hutan raya bukit barisan. Jurnal Departemen Kehutanan FakultasPertanian. 18(2):11-15.

Satria, D. 2009. Strategi pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian hutanmangrove. Jurnal Studi Pembangunan. 4(5):1-5.

Salakory, R. 2016. Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di kepulauanbanda, kabupaten maluku tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 10(1):85-92.

Saputra, M. E. 2015. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat LingkunganObyek Wisata Sungai Korumba Di Kawasan Tahura Nipa-NipaKelurahan Alolama Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Skripsi.Universitas Halu Oleo. Kendari. 70 hlm.

Sedarmayanti. 2005. Membangun Kebudayaan dan Pariwisata (Bunga RampaiTulisan Pariwisata). Buku. Penerbit Mandar Maju. Bandung. 246 hlm.

Setiyono, B., Sarwono dan Hermawan. 2012. Perencanaan pengembangan wisataalam dan pendidikan lingkungan di kawasan hutan dengan tujuan khususcikampek. Jurnal Wacana. 15(3):62-69.

Soemarwoto, O. 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Buku. Gajah MadaUniversity Pr. Yogyakarta. 320 hlm.

Subangkit, L. 2014. Faktor-faktor kepuasan pengunjung di pusat konservasigajah taman nasional way kambas lampung. Jurnal Sylva Lestari.2(3):101-110.

Sudiarta, M. 2006. Ekowisata hutan mangrove : wahana pelestarian alam danpendidikan lingkungan. Jurnal Manajemen Pariwisata. Politeknik NegeriBali. 05(2):23-30.

Sugiyono. 2014. Metode Skala Likert. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 355 hlm.

Page 59: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

75Suryaningsih, H. W., Hartuti, P., dan Munifatul, I. 2012. Persepsi dan perilaku

masyarakat dalam upaya pelestarian hutan rakyat di desa karangrejokecamatan loano kabupaten purworejo. Jurnal EKOSAINS. 4(3):27-38.

Tafalas, M. 2010. Dampak Pengembangan Ekowisata Terhadap KehidupanSosial Dan Ekonomi Masyarakat Lokal Studi Kasus Ekowisata Bahari PulauMansuar Kabupaten Raja Ampat. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.63 hlm.

Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Buku. BrilianInternasional. Surabaya. 345 hlm.

Umar. 2009. Persepsi dan perilaku masyarakat dalam pelestarian fungsi hutansebagai daerah resapan air. Jurnal Ilmu Lingkungan. 04(3):19-24.

UU No. 9 Tahun 1990. Tentang Kepariwisataan. Departemen Kehutanan.Jakarta. 9 hlm.

Warpani, S. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Buku. GrafindoMedia Pratama. Bandung. 213 hlm.

Wasidi., Amran, A., dan Hatta, J. M. 2014. Strategi pengembangan ekowisatakarst pada obyek wisata air terjun sri getuk di kabupaten gunung kidul.Jurnal Pariwisata. 2(3):1-14.

Weaver, D. 2001. Ecotourism. Buku. John Wiley and Sons Australia Ltd.Australia. 386 hlm.

Wood, M. E. 2002. Ecotourism: Principles, Practices and Policies forSustainability. Buku. United Nation Publication. Inggris. 150 hlm.

World Tourism Organization (WTO). 2002. tourism and poverty alleviation.Spain. www.world-oirism.org.omt/ecotorism 2002.html. Diakses padatanggal 11 November 2017 pukul 14.00 WIB.

Yanuar, V. 2017. Ekowisata berbasis masyarakat wisata alam pantai kubu.Jurnal Ziraa’ah. 42(3):183-192.

Yekti, N. W. 2001. Potensi ekoturisme untuk pengembangan ekoturisme yangberwawasan lingkungan di kecamatan tawangmangu. Jurnal Geografi.1(2):30-35.

Yoeti, O. A. 1991. Penuntun Praktis Pramuwisata Profesional. Buku. PenerbitAngkasa. Bandung. 174 hlm.

Yoeti, O. A. 2000. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Buku. PradyaParamita. Jakarta. 211 hlm.

Page 60: POLARISASI PERSEPSI PARA PIHAK DALAM …digilib.unila.ac.id/31984/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfstakeholders (w isatawan, masyarakat dan pengelola) yang kemudian akan digambarkan

76Yoeti, O. A. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan

Implementasi. Buku. Kompas. Jakarta. 432 hlm.