“pola pengasuhan anak pada keluarga nelayan
DESCRIPTION
contoh skripsiTRANSCRIPT
-
i
POLA PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA NELAYAN
DI KABUPATEN PEKALONGAN
(Studi Kasus pada 9 Keluarga Nelayan Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan)
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : A. Utomo Budi S. NIM : 1201401006 Jurusan : Pendidikan Luar Sekolah
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
-
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 29 Oktober 2005
Panitia Ujian Ketua, Sekretaris,
Drs. Siswanto, M.M. Drs. Ach. Rifa'i RC, M.Pd NIP. 130515769 NIP. 131413232
Dosen Pembimbing I,
Drs. Fachrudin, M.Pd. NIP. 131607091
Dosen Pembimbing II,
Drs. Sawa Suryana NIP. 131413203
Penguji Utama,
Dra. Mintarsih A., M.Pd. NIP. 132050302
Anggota,
Drs. Fachrudin, M.Pd. NIP. 131607091
Anggota,
Drs. Sawa Suryana NIP. 131413203
-
iii
ABSTRAK
A. Utomo Budi S., 2005. Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Nelayan di Kabupaten Pekalongan (Studi Kasus pada 9 Keluarga Nelayan Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan). Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing I Drs. Fakhruddin, M.Pd. dan pembimbing II Drs. Sawa Suryana. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah begitu berat tanggung jawab seorang ibu dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan, selain iti perilaku anak nelayan yang cenderung kasar atau kurang sopan membuat peneliti tertarik untuk menelitinya. Dalam mendidik dan merawat anaknya, Ibu-ibu bisa dikatakan bekerja sendirian karena suaminya tidak mepunyai cukup waktu untuk ikut mengasuh anak. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana pola pengasuhan anak dan bagaiman peranan Ibu dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan di Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola pengasuhan anak dan untuk mengetahui peranan ibu dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan di Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi kasus sebagai upaya penelitiannya. Lokasi penelitian di Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan dengan subyek penelitian 9 ibu keluarga nelayan (baik dari keluarga nelayan juragan, nelayan pekerja dan nelayan pemilik atau miskin) serta 3 informan (tokoh masyarakat). Sumber penelitian yang digunakan adalah dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, dan observasi partisipan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis taksonomik yang berusaha merinci lebih lanjut, mengorganisasikan atau menghimpun elemen-elemen yang sama.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengasuhan anak pada keluarga nelayan Desa Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan tidak mempunyai kecenderungan untuk menggunakan salah satu jenis pola asuh saja, orang tua di keluarga nelayan juragan lebih mengarah menggunakan pola asuh demokratis, sedangkan untuk keluarga nelayan pekerja dan nelayan pemilik/ miskin menggunakan kombinasi bentuk pola asuh demokratis dan laissez faire. Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya dorongan orang tua untuk anak, perhatian, jika ada perbedaan pendapat dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mencari jalan tengah, serta adanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak, sedangkan pola asuh laissez faire mempunyai ciri orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bergaul atau bermain dan mereka kurang begitu tahu tentang apa yang dilakukan anak. Para ibu di kalangan keluarga nelayan sudah cukup mengerti tentang peranannya sebagai orang tua dalam mengasuh anak, hanya yang perlu diperhatikan adalah masalah penanaman perilaku kepada anak agar lebih diperhatikan.
-
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Lakukan sesuatu yang terbaik untuk dirimu, orang yang kamu sayangi dan
orang lain di sekitar kamu (Penulis, 2003).
Anggaplah suatu kehormatan untuk bekerja dengan tanganmu sendiri,
sehingga kamu hidup sebagai orang yang tidak tergantung pada orang lain
(Penulis, 2005).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk;
1. Masyarakat Desa Wonokerto Wetan, Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan.
2. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah UNNES.
3. Semua orang yang saya sayangi, semua yang telah memberikan sesuatu dan
pengalaman-pengalaman yang sangat berarti bagi saya, yaitu;
a. kedua orang tuaku
b. 3 in 1 ku (adek sahabat dan kekasihku),
c. kakak-kakak ku,
d. teman-teman semua, serta
e. Bapak/ Ibu dosen PLS
-
v
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji syukur kepada
Tuhan yang Maha Bijaksana, karena dengan kasih dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan Judul Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga
Nelayan di Kabupaten Pekalongan dengan Studi Kasus pada 9 Keluarga Nelayan
Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan dengan
baik dan lancar.
Penelitian ini dilaksanakan guna melengkapi syarat-syarat akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah pada
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terwujud
karena adanya bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Drs. Siswanto, M.M., Dekan FIP atas bantuannya dalam memberikan ijin
untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. Achmad Rifai RC., M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Luar
Sekolah.
3. Drs. Fachrudin, M.Pd., dan Drs. Sawa Suryana, selaku Dosen pembimbing I
dan II yang tiada henti memberikan bimbingan, arahan, masukan serta
motivasinya demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Ali Bidin, Kepala Desa Wonokerto Wetan Kecamatan Wonokerto,
Pekalongan atas sambutan hangat, informasi dan bantuannya kepada penulis.
-
vi
5. Para responden, yang telah memberikan keterangan serta informasi yang
dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
6. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan bantuan dan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini..
Atas segala bantuannya penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Dengan segala keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan, penulis yakin bahwa
skripsi ini jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, Oktober 2005
Penulis,
A. Utomo Budi S. NIM.1201401006
-
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
E. Penegasan Istilah ................................................................. 7
F. Sistematika Skripsi .............................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengasuhan Anak ................................................................ 10
B. Peranan Ibu dalam Keluarga ................................................ 21
C. Tugas-tugas Ibu ................................................................... 24
-
viii
D. Keluarga Nelayan ................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .......................................................... 35
B. Lokasi Penelitian ................................................................. 36
C. Fokus Penelitian .................................................................. 36
D. Subyek Penelitian ................................................................ 37
E. Metode Pengumpulan Data .................................................. 37
F. Keabsahan Data .................................................................. 40
G. Analisis Data ....................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Desa Wonokerto Wetan....................... 44
a. Tinjauan Geografis ................................................. 45
b. Penduduk ............................................................... 46
c. Mata Pencaharian ................................................... 47
d. Pendidikan ............................................................. 48
e. Agama .................................................................... 49
2. Gambaran Umum Subyek Penelitian ............................... 50
3. Kasus 9 Keluarga Nelayan Desa Wonokerto Wetan
a. Keluarga Nelayan Juragan ...................................... 51
b. Keluarga Nelayan Pekerja ....................................... 60
c. Keluarga Nelayan Pemilik/ Miskin ......................... 68
-
ix
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengasuhan Anak............................................................. 77
2. Peranan Ibu dalam Mengasuh Anak ................................. 83
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................. 92
B. Saran-saran ........................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 94
LAMPIRAN
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jarak Pemerintahan Desa dengan Pemerintahan di atasnya ..................... 45
2. Jumlah Penduduk Desa Wonokerto Wetan .............................................. 46
3. Penggolongan Penduduk Desa Wonokerto Wetan menurut Usia dan Jenis
Kelamin .................................................................................................. 47
4. Jumlah Penduduk Desa Wonokerto Wetan menurut Mata Pencaharian... 48
5. Penggolongan Pendidikan Penduduk Desa Wonokerto Wetan ................ 49
6. Agama Penduduk Desa Wonokerto Wetan .............................................. 49
7. Identitas Subjek Penelitian ..................................................................... 50
8. Identitas Informan ................................................................................... 51
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
1. Kondisi Desa Wonokerto Wetan ............................................................ 152
2. Wawancara peneliti dengan salah satu responden .................................... 153
3. Salah satu responden sedang mengendong anaknya ............................... 153
4. Kegiatan Posyandu di Desa Wonokerto Wetan ....................................... 154
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi kisi instrumen ........................................................................... 95
2. Pedoman wawancara .............................................................................. 97
3. Catatan lapangan..................................................................................... 101
4. Dokumentasi penelitian ......................................................................... 152
5. Peta Desa Wonokerto Wetan .................................................................. 155
6. Surat ijin penelitian ................................................................................ 156
7. Surat keterangan penelitian ................................................................... 157
-
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang merupakan inti
dari sendi-sendi masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan
pertama dan utama bagi perkembangan pribadi anak, dikatakan pertama
karena sejak anak masih ada dalam kandungan dan lahir berada didalam
keluarga, dikatakan utama karena keluarga merupakan lingkungan yang
sangat penting dalam proses pendidikan untuk membentuk pribadi yang utuh.
Jadi semua aspek kepribadian dapat dibentuk di lingkungan ini.
Perilaku ataupun perlakuan orang tua terhadap anak merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, terkait dengan cara
bagaimana orang tua mendidik dan membesarkan anak. Gunarsa (2000:4)
menunjukkan bahwa dalam berinteraksi dengan anak, orang tua dengan tidak
sengaja atau tanpa disadari mengambil sikap tertentu. Anak melihat dan
menerima sikap orang tuanya dan memperhatikan suatu reaksi dalam tingkah
lakunya yang dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi suatu pola kepribadian.
Begitu pula cara-cara bertingkah laku orang tua yang cenderung demokratis,
masa bodoh (laissez faire), ataupun otoriter yang masing-masing sangat
mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat merangsang
perkembangan ciri-ciri tertentu pribadi anak. Dalam keluarga ada orang tua
yang cenderung menerapkan pola perlakuan demokratis, ada yang masa
-
xiv
bodoh (laissez faire), dan ada pula sejumlah orang tua yang bersikap otoriter.
Masing-masing pola perlakuan tersebut membawa dampak sendiri-sendiri
bagi anak (Gunarsa, 2000:82). Dalam keluarga terjadi proses pembudayaan dari orang tua kepada anak tentang pengenalan secara dini, untuk mengenal sesama anggota dalam lingkungan yang diikuti tentang pemahaman nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku. Dalam kehidupan berkeluarga pula anak-anak akan merasakan bagaimana pandangan dan perlakuan orang tua dalam mengasuh anak-anaknya, apakah merasa diperhatikan atau diabaikan. Disinilah anak-anak akan merasakan situasi-situasi yang menentukan harga dirinya dimasa depan kelak.
Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai
tanggung jawab yang sangat besar terhadap semua anggota keluarga yang
menjadi tanggung jawabnya. Khususnya seorang ibu yang bisa dikatakan
sebagai arsitektur dalam rumah tangga, ia dituntut bisa mengatur suasana
dalam rumah dan menjadi kunci utama dalam membentuk pribadi anak-
anaknya. Seorang ibu diharapkan bisa mengatur suasana artinya ia dapat
menciptakan suasana atau kondisi keluarga yang harmonis, tenang dan bisa
membawa kedamaian diantara seluruh anggota keluarga. Ia juga menjadi
salah satu pembentuk pribadi anak, yang mengandung maksud bahwa ia
mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan pola tingkah
laku dan penanaman moral pada anak. Sudah menjadi tradisi bahwa tiap kali
seorang anak bertindak salah, maka masyarakat pertama kali akan
menimpakan kesalahan tersebut pada ibunya, bagaimana cara ibunya
mendidik anak. Memang dari gambaran diatas terlihat jelas bahwa tugas
seorang ibu cukup berat, dan lebih berat lagi apabila anak-anaknya telah
menginjak dewasa.
Dalam kehidupan rumah tangga ibu mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mengasuh anak. Menurut pendapat Hendrawan Nadesul
-
xv
(1996:16) bahwa dihari depan setiap anak tergantung pada ibunya, sebagian
nasib anak ditentukan oleh keputusan ibu selama membesarkannya. Dengan
kata lain seorang ibu mempunyai peranan yang dominan dalam membentuk
anaknya. Oleh karena itu, seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang bagaimana cara mengasuh anak dengan mempertimbangkan
dan memperhatikan perkembangan jiwa anak secara baik.
Begitu berat dan tanggung jawab yang dibebankan kepada ibu,
tentunya harus menjadi perhatian yang besar tentang bagaimana cara pandang
ibu tentang mengasuh anak. Sebagaimana terjadi di keluarga nelayan desa
Wonokerto Wetan, seorang ibu disana rata-rata berpendidikan rendah dan
didalam mengasuh anak-anaknya hanya dengan kemampuan seadanya
sehingga hasilnyapun terkesan biasa-biasa saja bahkan ada yang kurang baik.
Sebenarnya mereka telah memiliki kesadaran yang cukup baik seiring dengan
perkembangan jaman dalam mengasuh anak. Namun karena kesibukannya
mereka mengabaikan cara mengasuh anak yang baik.
Seorang anak di kalangan keluarga nelayan Desa Wonokerto Wetan
kalau kita lihat dalam kesehariannya kurang sopan dan bisa dikatakan
cenderung kasar. Itu tercermin dari cara berbicara mereka dengan orang lain,
baik itu dengan orang tua, tetangga dan orang yang baru mereka kenal.
Sebagian anak-anak nelayan masih berpendidikan relatif rendah yaitu hanya
sampai tingkat Sekolah Dasar dan sedikit Sekolah Menengah Pertama,
bahkan ada juga yang tidak lulus SD. Anak-anak tersebut memilih mengikuti
jejak orang tua mereka sebagai nelayan daripada melanjutkan pendidikan ke
-
xvi
jenjang yang lebih tinggi. Sebenarnya ada keinginan dari mereka ingin
melanjutkan sekolah tapi karena kemampuan orang tuanya yang terbatas
maka mereka hanya bisa menerima keadaan yang ada. Dari dasar ini
kemudian mempengaruhi tingkah laku dan tingkat intelektual anak.
Nelayan di Desa Wonokerto Wetan dalam mencari ikan (melaut) tidak
hanya di daerahnya sendiri tetapi mereka melaut sampai memasuki wilayah
daerah lain. Dalam melaut waktu yang dibutuhkan nelayan Desa Wonokerto
Wetan untuk mencari ikan bervariasi, ada yang sehari, tiga hari, seminggu,
sebulan dan bahkan lebih. Tetapi sebagian masyarakat nelayan di desa
Wonokerto Wetan melaut satu hari pulang, mereka berangkat dari pukul
03.00 WIB dan pulang kurang lebih pukul 15.00 WIB. Pada kondisi demikian
mengharuskan ibu (istri) mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mengelola, membina rumah tangga dan sekaligus mengasuh anak, karena
suaminya tidak mempunyai banyak waktu luang untuk berkumpul dengan
keluarga.
Kepemimpinan keluarga yang seharusnya dijalankan oleh seorang
suami dalam prakteknya ibu yang memegang peranan lebih besar jika
dibandingkan dengan suaminya. Begitu juga dalam pola pengasuhan anak,
kewibawaan ayah sangat kurang karena anak jarang sekali bertemu dengan
ayahnya. Mereka baru bisa berkumpul sebagai keluarga inti hanya beberapa
jam saja setiap harinya. Faktor sosial ini menyebabkan pendidikan anak pada
keluarga nelayan Wonokerto kurang. Hal ini terjadi karena kurangnya
pengawasan dan pengarahan dari orang tua tentang pendidikan bagi anak.
-
xvii
Ayah sibuk dengan aktivitasnya sebagai nelayan di laut, sedangkan ibu sibuk
dengan aktivitas rumah tangganya sehingga akan diberikan kebebasan
bergaul sesuai dengan kemampuan dan kemauannya sendiri. Anggapan orang
tua yang penting materi tercukupi berarti orang tua sudah melaksanakan
kewajibannya. Masalah pendidikan dan kebutuhan psikis lainnya kurang
diperhatikan, hal ini menyebabkan rata-rata pendidikan anak nelayan masih
relatif rendah dan mereka lebih suka mengikuti jejak ayahnya sebagai
nelayan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti memberi judul
skripsi Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Nelayan di Kabupaten
Pekalongan (Studi Kasus pada 9 Keluarga Nelayan Desa WonokertoWetan
Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan).
Permasalahan
Permasalahan yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pola pengasuhan anak pada keluarga nelayan Desa Wonokerto
Wetan Kabupaten Pekalongan?
2. Bagaimana peranan ibu dalam megasuh anak pada keluarga nelayan?
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan pola pengasuhan anak pada keluarga nelayan Desa
Wonokerto Wetan Kabupaten Pekalongan.
-
xviii
2. Untuk mengetahui peranan ibu dalam mengasuh anak pada keluarga
nelayan di Desa Wonokerto Wetan Kabupaten Pekalongan.
Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan tentang
pola pengasuhan dan peranan ibu dalam mengasuh anak.
2. Manfaat secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tentang
pengasuhan anak di keluarga nelayan, memberi masukan bagi Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah dan instansi terkait untuk bisa memperhatikan
masalah pendidikan anak di keluarga nelayan.
Penegasan Istilah
Penegasan istilah ini dimaksudkan untuk menghindari timbulnya salah
pengertian terhadap penelitian ini, sehingga di peroleh persepsi dan
pemahaman yang jelas.
1. Pengasuhan
-
xix
Pengasuhan adalah orang yang menjaga, merawat dan mendidik anak kecil
(KBBI,2003: 73).
2. Anak
Batasan anak dalam Undang-Undang RI No.25 tahun 1997 tentang
ketenagakerjaan pasal 20 menyebutkan bahwa anak adalah seorang laki-
laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun.
3. Keluarga Nelayan
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal
bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin
sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyerahkan diri (Soelaiman dalam Shochib, 1998: 17).
Sedangkan nelayan adalah seorang yang mata pencaharian utamanya
adalah dari usaha menangkap ikan di laut (KBBI, 2003: 686).
Yang dimaksud keluarga nelayan dalam penelitian ini adalah suatu
keluarga yang dalam menggantungkan hidupnya melakukan usaha
menangkap ikan di laut.
Sistematika Skripsi
Skripsi ini dibagi dalam lima bab yang didahului dengan halaman
judul, halaman pengesahan, abstrak, halaman motto dan persembahan, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
Sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
BAB I
-
xx
Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, pengesahan istilah, dan sistematika
skripsi.
BAB II
Tinjauan Pustaka, bab ini menguraikan tentang berbagai teori, konsep dan
pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan masalah penelitian.
BAB III
Metode penelitian, bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi
penelitian, fokus penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data.
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi uraian hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB V
Penutup, bab ini menguraikan tentang simpulan dari hasil penelitiam yang
telah dilakukan dan sekaligus memnberikan saran terhadap objek yang telah
diteliti serta pihak terkait.
Bagian akhir dari skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran
untuk menyusun skripsi.
-
xxi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengasuhan Anak
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak
dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan
kepribadian anak sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang
mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian, salah satunya
adalah praktik pengasihan anak. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Sayekti
Pujosuwarno (1994: 20) yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan
yang pertama kali menerima kehadiran anak.
Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu
diantaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang
tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu orang
tua juga diwarnai sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan
mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan
tertentu. Pola asuhan itu menurut Zahara Idris dan Lizma Jamal (1992:87)
terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu (1) pola asuh
demokratis (2) pola asuh otoriter (3) pola asuh laissez faire.
Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat
berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap,
perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh
anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar diresapinya
-
xxii
dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian
disebabkan karena anak mengidentifikasi diri pada orang tuanya sebelum
mengadakan identifikasi dengan orang lain.
Untuk lebih jelas tentang pengertian pola asuh, berikut dijelaskan
pengertiannya menurut beberapa tokoh.
1. Pengertian Pola Asuh
Menurut Gunarsa (1986:4) pola asuh orang tua tidak lain merupakan
metode atau cara yang dipilih orang dalam mendidik anak-anaknya,
merupakan cara bagaimana orang tua memperlakukan anak-anak mereka.
Tarsis Tarmuji (2001:37) mengemukakan bahwa pola asuh orang tua
merupakan interaksi anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Pengasuhan ini berarti mendidik, membimbing, dan
mendisiplinkan anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-
norma yang ada didalam masyarakat.
Berdasarkan pendapat kedua tokoh diatas tentang pengertian pola
asuh, maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan metode atau
cara yang dipilih orang tua yang berinteraksi dengan anaknya, cara
tersebut dapat diartikan cara orang tua dalam memperlakukan anak-anak
mereka, cara menerapkan peraturan, pemberian hadiah serta hubungan
orang tua dengan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Gunarsa (2000: 4) menunjukkan bahwa dalam berinteraksi dengan
anak acapkali orang tua dengan tidak sengaja, tanpa disadari mengambil
sikap tertentu. Anak melihat dan menerima sikap orang tuanya dan
-
xxiii
memperlihatkan suatu reaksi dalam tingkah lakunya yang dibiasakan,
sehingga akhirnya menjadi pola kepribadian.
2. Jenis-jenis Pola Asuh
a. Pola Asuh Demokratis
Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis
memperlihatkan karakteristik adanya pengertian bahwa anak
mempunyai hak untuk mengetahui mengapa suatu aturan dikenakan
padanya, anak diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa ia
melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan kepadanya.
Pola asuh demokratis ini orang tua mendukung sekaligus
memberikan penjelasan atas perintah atau keputusan yang diberikan.
Orang tua mendorong anak untuk dapat berdiri sendiri semua keinginan
dibuat berdasarkan persetujuan dengan anaknya.
Dalam menerapkan pola asuh demokratis orang tua
memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan
tersebut kebebasan yang tidak mutlak dengan bimbingan yang penuh
pengertian antara orang tua dan anak. Keinginan dan pendapat anak
diperhatikan dan apabila sesuai dengan norma-norma pada orang tua
maka disetujui untuk dilakukan, sebaliknya kalau keinginan dan
pendapat anak tidak sesuai kepada anak maka diberikan pengertian,
diterangkan secara rasional dan obyektif sambil meyakinkan bahwa
perbuatannya tersebut hendaknya tidak diperlihatkan lagi. Dengan cara
demoktratis ini pada anak akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk
-
xxiv
memperlihatkan tingkah laku dan selanjutnya memupuk kepercayaan
dirinya.
Zahara Idris dan Lizma Jamal (1992:87) selanjutnya
mengemukakan bentuk perilaku orang tua yang Demokratis, antara lain:
1) Melakukan sesuatu dalam keluarga dengan cara musyawarah.
2) Menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan, perasaan dan
pendapat anak serta memberikan alasan-alasan yang dapat diterima,
dipahami dan dimengerti anak.
3) Kala terjadi sesuatu pada anggota keluarga selalu dicari jalan
keluarnya (secara musyawarah), juga dihadapi dengan tenang,
wajar dan terbuka.
4) Hubungan antar anggota keluarga saling menghormati.
5) Terdapat hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, seperti
antara ibu dan ayah, antara anak yang tua dan adik-adiknya, dan
sebaliknya.
6) Adanya komunikasi dua arah, yaitu anak juga dapat mengusulkan,
menyarankan sesuatu pada orang tuanya, dan orang tua
mempertimbangkanya.
7) Semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak selalu
menggunakan kata-kata yang mendidik, bukan menggunakan kata-
kata yang kasar.
-
xxv
8) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu
dipertahankan, dan yang tidak baik supaya ditinggalkan.
9) Keinginan dan pendapat anak diperhatikan, apabila sesuai dengan
norma-norma dan kemampuan orang tua.
10) Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian.
11) Bukan mendektekan bahan yang harus dikerjakan anak namun
selalu disertai dengan penjelasan-penjelasan yang bijaksana.
Perilaku oarang tua yang demokratis menyebabkan anak memiliki ciri-
ciri antara lain sebagai berikut:
1) Anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2) Daya kreatif dan daya ciptanya kuat.
3) Memiliki sikap patuh, hormat, dan penurut dengan sewajarnya.
4) Sikap kerjasama, hubungan yang akrab, dan terbuka.
5) Memiliki sikap yang dewasa.
6) Mudah menyesuaikan diri, oleh karena itu ia disenangi teman-
temannya baik dirumah maupun diluar rumah.
7) Berani berpendapat dalam diskusi dan pertemuan.
8) Memiliki perasaan aman karena diliputi oleh rasa cinta kasih dan
merasa diterima oleh orang tuanya.
9) Memiliki rasa percaya diri yang wajar dan disiplin yang sportif.
10) Bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya.
11) Memliki rasa empati serta mampu menghadapi orang lain sehingga
dapat melakukan hubungan sosial dengan baik.
-
xxvi
12) Anak hidup dengan gairah dan optimis karena hidup dengan ras
kasih sayang, merasa dihargai sebagai anak yang tumbuh dan
berkembang, serta orang tauanya memperhatikan kebutuhan,
minat, cita-citanya sesuai dengan kemampuannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh
demokratis itu ditandai oleh adanya dorongan dari orang tua untuk
anaknya, memberi pengertian serta perhatian dan berdiskusi. Biasanya
orang tua menempatkan anak pada posisi yang sama dengan mereka.
Anak diberikan kesempatan untuk memberikan saran-daran atau usul
yang berhubungan dengan masalah anak. Dengan demikian akan
tumbuh rasa tanggung jawab ada anak dan akan memupuk kepercayan
diri anak. Dalam menerapkan peraturan orang tua akan senantiasa
memberikan pengertian dan penjelasan kepada anaknya tentang hal
yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan. Apabila anaknya
melanggar peraturan, orang tua memberikan kesempatan kepada anak
untuk menjjelaskan mengapa ia melanggar peraturan sebelum anak
diberikan hukuman. Pola asuh demokratis juga menghargai setiap usaha
dan karya yang dilakukan anak, sehingga anak akan termotivasi untuk
maju.
b. Pola Asuh Pola Asuh Otoriter
Elizabeth B. Hurlock (1997:54-55) mengemukakan bahwa
orang tua yang dalam mendidik anaknya mempergunakan pola asuh
otoriter memperlihatkan karakteristik dengan memberi sedikit
-
xxvii
keterangan atau bahkan tidak memberikan keterangan kepada anak
tentang alasan-alasan mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak
boleh dilakukan, mengabaikan alasan-alasan yang masuk akal dan anak
tidak diberi kesempatan untuk menjelaskannya, hukuman (punishment)
selalu diberikan orang tua kepada anak yang melakukan perbuatan
salah, hadiah atau penghargaan (reward) jarang diberikan kepada anak
yang telah melakukan perbuatan baik atau telah menunjukkan
prestasinya.
Perilaku orang tua yang otoriter, menurut Zahara Idris dan
Lizma Jamal (1992:88) antara lain:
1) Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua yang tidak
boleh membatah.
2) Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan pada pihak anak
dan kemudian menghukumnya.
3) Kalau terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan anaknya
maka anak dianggap sebagai orang yang suka melawan atau
membangkang.
4) Orang tua cenderung memberikan perintah dan Larangan terhadap
anak.
5) Orang tua cenderung memaksakan disiplin.
6) Orang tua melakukan segala sesuatu untuk anak dan anak hanya
sebagai pelaksana.
-
xxviii
Perilaku orang tua yang otoriter, menurut Zahara Idris dan
Lizma Jamal (1992:89) selanjutnya menyebabkan anak memiliki ciri-
ciri antara lain:
1) Dirumah tangga anak memperlihatkan perasaan dengan penuh rasa
ketakutan, merasa tertekan, kurang pendirian, mudah dipengaruhi,
dan sering berbohong, khususnya pada orang tuanya sendiri.
2) Terlalu sopan dan tunduk pada penguasa, patuh yang tidak pada
tempatnya, dan tidak berani mengeluarkan pendapat.
3) Kurang berterus terang, disamping sangat tergantung pada orang
lain.
4) Pasif dan kurang sekali berinisiatif dan spontanitas, baik dirumah
maupun di sekolah sebab anak biasa menerima apa saja dari orang
tuanya.
5) Tidak percaya diri sendiri, karena anak biasa bertindak harus
mendapat persetujuan dari orang tuanya.
6) Anak sulit berhubungan dengan orang lain, disebabkan karena
perilaku orang tuanya terlalu kasar dan ada rasa bersalah dalam diri
anak dan takut mendapat hukuman dari orang tuanya.
7) Diluar rumah anak cenderung menjadi agresif, yaitu suka berkelahi
dan mengganggu teman karena dirumah dikekang dan ditekan.
8) Anak ragu dalam mengambil keputusan sebab ia tak terbiasa
mengambil keputusan sendiri.
-
xxix
9) Anak merasa rendah diri dan tidalk berani memikul suat tanggung
jawab.
10) Anak bersifat pesimis, cemas dan putus asa.
11) Anak tidak mempunyai pendirian yang tetap karena mudah
terpengaruh oleh orang lain.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter
ditandai dengan perlakuan orang tua yang membatasi anak, berorientasi
pada hukuman (fisik maupun verbal) mendesak anak untuk mengikuti
aturan-aturan tertentu tanpa memberikan kesempatan untuk bertanya,
mengapa ia harus melakukan hal tersebut, meskipun anak
sesungguhnya tidak ingin melakukan sesuatu kegiatan yang diperintah
oleh orang tuanya, ia harus tetap melakukan kegiatan tersebut. Dalam
kondisi demikian hubungan orang tua dengan anak akan terasa kaku,
sehingga anak akan merasa takut terhadap orang tuanya.
c. Pola Asuh Laissez Faire
Gunarsa (1989:8) mengemukakan bahwa orang tua yang
menerapkan pola asuh laissez faire membiarkan anak mencari dan
menemukan sendiri tata cara yang menjadi batasan dari tingkah
lakunya. Hanya pada hal-hal yang dianggapnya sudah keterlaluan
orang tua baru bertindak. Pada cara laissez faire ini pengawasan
menjadi longgar, anak terbiasa mengatur sendiri apa yang dianggapnya
baik.
-
xxx
Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat pada keluarga-
keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, terlalu sibuk dengan
berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak dalam
arti yang sebaik-baiknya. Orang tua sudah mempercayakan masalah
pendidikan anak kepada orang lain yang bisa mengasuh khusus atau
bisa pula anggota keluarga yang tinggal dirumah. Orang tua hanya
bertindak sebagai polisi yang mengawasi, menegur, dan mungkin
memarahi kalau tindakan anak sudah dianggap keterlaluan. Orang tua
tidak bisa bergaul dengan anak, hubungan tidak akrab, dan merasa anak
harus tahu sendiri. Karena harus menentukan sendiri maka
perkembangan kepribadiannya menjadi tidak terarah. Pada anak tumbuh
kekakuan yang terlalu kuat serta mudah menimbulkan kesulitan-
kesulitan kalau harus menghadapi tuntutan-tuntutan yang ada dalam
lingkungan sosialnya.
Untuk jenis pola asuh laissez faire ini, Zahara Idris dan Lizma
Jamal (1992:90) menuturkan bentuk perilaku orang tua sebagai berikut:
1) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan
membimbingnya.
2) Mendidik anak acuh tak acuh, bersifat pasif atau masa bodoh.
3) Terutama memberikan material saja.
4) Membiarkan apa saja yang dilakukan oleh anak (terlalu memberikan
kebebasan untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan
dan norma yang digariskan dari orang tua).
-
xxxi
5) Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga.
Kondisi pola asuh yang demikian, menyebabkan anak memliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Bertingkah laku sering menentang, berontak dan keras kepala.
2) Tidak disenangi temannya sebab dia kaku dalam bergaul,
mempunyai sifat acuh tak acuh dalam bergaul dan tidak punya rasa
disiplin.
3) Kurang bertanggung jawab, apabila ia ditegaskan suatu pekerjaan
tanpa bantuan orang lain.
4) Anak kurang mengetahui yang benar dan salah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh laissez
faire memperlihatkan karakteristik sebagai berikut: anak diberi
kebebasan penuh untuk menentukan kebebasanya sendiri, didalam
keluarga tidak ada aturan yang ketat yang diberlakukan oleh orang tua
kepada anaknya, hadiah dan hukumanpun tidak diterapkan oleh orang
tua sehingga anak kurang diberikan penghargaan dan pembelajaran
tentang apa saja yang telah ia lakukan. Dalam kondisi demikian
hubungan antara orang tua dan anak kurang hangat dan keakraban
antara orang tua dengan anak tidak tampak.
-
xxxii
B. Peranan Ibu dalam Keluarga
Menurut ibu S. Soedarsono, peranan wanita dalam membina keluarga sejahtera adalah sebagai pendidik utama bagi
putra putrinya. Secara langsung wanita membina kewajiban generasi-generasi penerus dalam keluarga masing-
masing yang merupakan kelompok-kelompok yang akan terjun dalam masyarakat (Notopuro, 1984: 52).
Jika ditinjau dari peran wanita sebagai ibu rumah tangga telah memberikan kontribusinya yang sangat penting dalam
menciptakan keluarga yang sehat dan sejahtera. Keluarga yang sejahtera merupakan salah satu tujuan pokok yang
ingin dicapai atau diidamkan oleh setiap rumah tangga seperti yang di ungkapkan oleh Ratu Hemas (1992: 88) dalam
menciptakan keluarga sehat dan bahagia harus membiasakan hidup yang saling menunjang, misalnya:
1. Ibu harus menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis dalam arti
hidup sehat dan ketaqwaan yang kuat.
2. Komunikasi antar anggota keluarga diupayakan sebaik mungkin.
3. menciptakan kerjasama atau gotong royong antar anggota keluarga dengan
pembagian tugas untuk saling membantu.
4. Meletakkan dasar pendidikan yang tuntas bagi putra-putrinya.
5. Dengan pengetahuan yang cukup sebagai wanita dapat lebih mandiri
dalam mengatur rumah tangga,
Kehidupan yang sehat sejahtera harus dapat dimanifestasikan dalam bentuk kehidupan sehari-hari untuk dapar
mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera ada dua unsur yang harus diperhatikan yaitu terciptanya suatau
keadaan yang sehat jasmani dan rohani serta terciptanya kondisi ekonomi keluarga yang stabil.
Dalam memanifestasikan keluarga sehat sejahtera perlu didukung beberapa hal sebagai berikut:
1. Kesehatan jasmani harus diperhatikan, antara lain:
a. Mulai anak masih dalam kandungan,
b. Usia balita,
c. Usia anak-anak dan remaja,
d. Gizi keluarga,
e. Hidup bersih dan teratur.
-
xxxiii
2. Kesehatan rohani dapat diperhatikan, melalui:
a. Perilaku orang tua sejak bayi dalam kandungan
b. Perilaku kanak-kanak
c. Memonitor pendidikan agama,
d. Perilaku orang tua sebagi teladan.
3. Ekonomi keluarga yang dapat menunjang kehidupan rumah tangga, yaitu:
a. Adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran kebutuahan
rumah tangga.
b. Dapat menentukan skala prioritas,
c. Menambah income keluarga dengan kesempatan istri bekerja atau
berwiraswasta baik suami atau istri.
Untuk dapat mewujudkan ketiga hal tersebut diatas maka seorang wanita (ibu) harus dapat mengembangkan arti
nilai-nilai istri yang ideal untuk masa mendatang terutama untuk mengendalikan perubahan disetiap keluarga. Nilai-
nilai yang harus dikembangkan menurut Hemas (1992: 89-90) adalah :
1. Pinter Mardi siwi (pandai memelihara dan mengasuh anak)
Para ibu pada masa ini harus mampu mendidik anak dibanding para ibu
waktu dahulu. Masalah sekarang yang dihadapi adalah pornografi,
narkotika, minuman keras, pergaulan bebas yang sewaktu-waktu
mengancam anak-anak.
2. Pinter gawe mareming ati (pandai memuaskan hati)
Seorang istri dituntut pandai memuaskan anggota keluarga. Masalah yang
dihadapi adalah stress mental baik untuk suami maupun anak. Hal ini
berarti seorang istri dituntut untuk mengerti stress, cara pemecahannya
tanda-tanda sejak awal, dan meningkatkan ketahanan mental.
-
xxxiv
3. Pinter makarti (pandai bekerja)
Pada masa sekarang para istri dituntut untuk dapat memberikan
sumbangan penghasilan keluarga. Masalah yang dihadapi yaitu dibidang
ekonomi keluarga menunjukkan kenaikan kebutuhan jauh lebih cepat dari
pada kenaikan penghasilan suami.
4. Pinter mandiri (pandai berdiri sendiri)
Seorang istri diharapkan mampu mandiri. Kenyataan menunjukan bahwa
untuk masa sekarang hubungan ketergantungan pada suami mulai
berkurang, sehingga dibutuhkan pengetahuan yang luas untuk para istri
dalam berbagai hal, dan pembagian tugas yang lebih rasional.
Adapun segi pokok yang lain dari kehidupan keluarga yang bertujuan mensejahterakan keluarga menurut Hardjito
Notopuro (1984: 51) adalah: membimbing (mengasuh) anak, tata laksana rumah tangga, keuangan atau ekonomi
rumah tangga, perumahan sehat, kesehatan jasmani dan rohani, makanan (termasuk pengadaan), pakaian, keamanan
lahir batin, dan perencanaan sehat.
C. Tugas-tugas Ibu
Sesuai dengan konsep diri wanita Indonesia maka wanita mempunyai tugas-tugas yang dapat dikembangkan dan
dijabarkan selaras dengan fungsi dan perilaku ibu atau wanita dalam kerangka Panca Dharma Wanita yaitu: sebagai
istri pendamping suami, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai penerus keturunan dan pendidik, sebagai pencari
nafkah tambahan, dan sebagai warga masyarakat, (Mutawali, 1987: 128-130).
1. Sebagai istri pendamping suami
a. Menjadikan diri sebagai kekasih sejati dalam suka dan duka.
b. Menyadari atau memahami keadaan suami, lebih mengenai
kedudukan, tugas dan tanggung jawabnya.
-
xxxv
c. Penuh toleransi, menghargai dan menghormati suami sebagai
kepala keluarga, serta mampu memberikan doraongan moral
yang baik.
d. Selalu menjaga kebersihan dalam rumah tangga, menciptakan
keharmonisan hidup dan menumbuhkan suasana damai.
e. Menjadikan diri sebagai wanita yang didambakan suami yaitu
penuh kasih sayang, setia, saling menghormati dan pengertian.
2. Sebagai pengelola rumah tangga
a. Mampu menciptakan rumah tangga yang tenang, sejuk, dan
tentram.
b. Selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
c. Pandai mengatur dan memanfaatkan waktu secara efisien.
d. Mengatur kerapian letak perabotan rumah.
e. Menyiapkan makanan sesuai dengan selera dan bergizi.
f. Pandai berhemat, hidup sederhana dan dapat menabung.
3. Sebagai penerus keturunan dan pendidik
a. Sesuai kodratnya menjadi ibu dengan melahirkan anak yang
sehat, normal, dan cerdas.
b. Memiliki pengetahuan tentang pengasuhan anak dan kesehatan
ibu dalam masa kehamilan dan kelahiran.
c. Ibu sebagai pendidik pertama dan utama dapat memberikan rasa
aman dan kasih sayang kepada anak.
-
xxxvi
d. Ibu dan ayah perlu memiliki kesatuan sikap dan pandangan
dalam mendidik anak-anaknya, agar tumbuh menjadi manusia
yang berkepribadian luhur, memiliki watak sikap dan tingkah
laku sesuai norma pergaulan hidup yang baik.
4. Sebagai pencari nafkah tambahan
a. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan agar dapat
memberi penghasilan tambahan untuk keluarga sesuai dengan
kemampuannya.
b. Mengembangkan potensi berwiraswasta dengan usaha-usaha
ekonomi produktif.
c. Menggali, mengelola dan mendayagunakan sumber yang ada.
5. Sebagai warga masyarakat.
a. Sadar akan hak dan kewajibannya, ikut berperan aktif dalam
pembangunan.
b. Memelihara pergaulan hidup dan menjaga kerukunan
bertetangga.
c. Melestarikan asas-asas yang baik dan tumbuh dalam masyarakat.
D. Keluarga Nelayan
1. Pengertian Keluarga
Dalam pengertian psikologis keluarga adalah sekumpulan
orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan
-
xxxvii
masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga
adalah satu persekutuan hidup yang terjalin oleh kasih sayang
antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan
pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri.
Dalam usaha untuk saling melengkapi dan saling menyempurnakan
diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua
(Soelaiman dalam Shochib, 1998: 17).
Sebagaimana kita ketahui bahwa keluarga adalah sekumpulan
masyarakat terkecil yang merupakan inti dan sendi-sendi
masyarakat, maka masyarakat yang terbentuk oleh beberapa
keluarga dimana masing-masing keluarga memiliki ciri khusus yang
berlainan antara keluarga yang satu dengan yang lain. Disamping
ciri-ciri yang berlainan bentuk keluarga pun tentunya tidak sama.
Ada beberapa pendapat mengenai bentuk keluarga. Bentuk keluarga
menurut pendapat Mutawali (1987: 15) adalah:
a. Keluarga kecil, keluarga ini dibentuk berdasarkan pernikahan,
biasanya terdiri dari seorang ibu, ayah dan anak-anak atau tanpa
anak. Keluarga ini bertempat tinggal bersama dalam satu rumah.
b. Keluarga besar, anggota-anggotanya diikat berdasarkan
hubungan darah, keluarga ini anggotanya tidak hanya terdiri
dari ibu, ayah, dan anak tetapi juga kakek, nenek, keponakan
-
xxxviii
saudara sepupu, dan anggota lainnya. Keluarga besar tidak selalu
bertempat tinggal dalam satu rumah.
2. Fungsi Keluarga
Dalam keluarga secara kodrat terdapat pembagian tugas,
tanggung jawab, dan fungsi-fungsi. Bapak merupakan pemimpin
keluarga, ia bertanggung jawab sepenuhnya dalam lingkungan
keluarga, oleh karena kedudukannya sangat menentukan. Akan
tetapi seorang ibu juga mempunyai tugas, tanggung jawab serta
fungsi-fungsi tertentu.
Sehubungan hal itu dalam menyelenggarakan kehidupan
keluarga harus diciptakan keharmonisan dan keserasian antara
anggota keluarga sehingga akan tercipta keluarga yang sejahtera
lahir dan batin. Dalam hubungannya itu Mutawali (1987: 17)
keluarga mempunyai tanggung jawab dan fungus fungsi tertentu,
yaitu: fungsi pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi keamanan, fungsi
sosial dan fungsi agama.
1). Fungsi Pendidikan
Kita menyadari betapa pentingnya peranan sekolah
sebagai tempat pendidikan, akan tetapi kita tidak bisa
mengabaikan betapa pentingnya pendidikan yang
diselenggarakan dalam keluarga. Dalam pendidikan keluarga,
peranan ibu sangatlah penting. Ibu disebut pertama dan utama,
ia tidak hanya mempunyai kewajiban menyusui dan memberi
-
xxxix
makan putra-putrinya atau mengurus pakaiannya saja tapi yang
paling penting adalah mendidik putra-putrinya dengan modal
utama kasih sayang.
Pendidikan oleh ibu yang diberikan sejak bayi dalam
kandungan sampai datang masanya, anak diajari makan sendiri,
mandi sendiri, dan diajari pula melakukan pekerjaan-pekerjaan
ringan, selanjutnya apabila sudah waktunya, anak diberi
pelajaran pendidikan agama, akhlak dan sopan santun.
Pendidikan keluarga tidak hanya meliputi pendidikan
rohani saja seperti agama, akhlak dan sopan santun tapi juga
harus memperhatikan pertumbuhan jasmani, seperti mencukupi
kebutuhan gizi anak, olah raga, dan aktivitas lainnya agar
pertumbuhan jasmani dan rohani seimbang.
2). Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi dalam keluarga erat hubungannya dengan
tingkat pendidikan dan keterampilan keluarga itu. Pada
umumnya semakin tinggi pendidikan dan keterampilan anggota
keluarga, semakin banyak kesempatan untuk berfungsi dalam
ekonomi dan mempunyai kebutuhan ekonomi serta mempunyai
kedudukan ekonomi yang baik.
3). Fungsi Keamanan
Fungsi keamanan disini mempunyai luas, bukan hanya
dalam fisik saja melainkan keamanan kehidupan seseorang baik
-
xl
rohani maupun jasmani. Keluarga harus tetap menjaga anak dari
kecelakaan yang bisa terjadi setiap saat, misalnya jatuh dari
pohon, tertabrak kendaraan, dan lainnya. Keluarga harus dapat
menjaga anak dari penyakit dan mengusahakannya agar selalu
sehat.
4). Fungsi Sosial
Hampir tidak mungkin seseorang atau keluarga dapat
hidup dan berdiri sendiri memenuhi kebutuhannya tanpa
bantuan orang atau keluarga lain. Ini disebabkan karena
keterbatasan manusia dalam segala hal dan sudah merupakan
kodrat. Keterbatasan ini membawa manusia menjadi saling
membutuhkan dan saling ketergantungan, sehingga
mengharuskan manusia berhubungan dengan orang lain, saling
tolong menolong dan saling bantu membantu.
Fungsi sosial merupakan pengabdian anggota keluarga
menolong dan membantu keluarga lain atau berbakti untuk
kepentingan umum serta anggota keluarga membangun
masyarakat tanpa merusak lingkungan alam.
5). Fungsi Agama
Agama adalah segala peraturan dan ketentuan yang
berasal dari Tuhan yang diturunkan melalui Nabi dengan Kitab
Suci, yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umat
manusia baik dunia maupun akherat. Agama juga merupakan
-
xli
sumber pendidikan paling luhur karena memuat ketentuan-
ketentuan yang mengatur segi-segi yang mendasar baik
kehidupan manusia, seperti akhlak, karakter, dan mental
manusia.
Dalam membentuk sikap taqwa bagi anak-anak sangat
penting, contoh keselarasan dari keteladanan orang tua. Dalam
keluarga harus dapat diciptakan kehidupan keagamaan mulai
dari pikiran, perkataan, perbuatan dan tindakan berdasarkan
ajaran agama. Proses ini harus dimulai dari orang tua sebagai
panutan dan teladan keluarga.
3. Nelayan
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan kegiatan
menangkap ikan, baik secara langsung (seperti menebar dan menarik
jaring), maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu
layar, nahkoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak
kapal penangkap ikan) sebagai mata pencaharian (Ichtiar, 1992:
2353).
Nelayan secara umum dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
1). Nelayan Juragan
Nelayan juragan adalah nelayan pemilik perahu dan
penangkap ikan yang mampu mengupah para nelayan pekerja
-
xlii
sebagai pembantu dalam usahanya menangkap ikan di laut.
Mereka memiliki sawah tadah hujan saja. Nelayan juragan
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a). Nelayan juragan laut, bila masih aktif di laut.
b). Nelayan juragan darat, bila sudah tua dan hanya
mengendalikan usahannya dari darat.
Sedangkan pihak lain yang memiliki perahu dan alat penangkap
ikan tetapi bukan merupakan kaum nelayan asli yang biasanya
disebut cukong atau tanke.
2). Nelayan Pekerja
Merupakan nelayan yang tidak mempunyai alat
produksi tetapi hanya mempunyai tenaga yang dijual kepada
nelayan juragan tersebut untuk membantu menjalankan usaha
penangkapan ikan di laut. Mereka disebut juga nelayan
penggarap bidak atau sawi.
Dalam hubungan kerja antar mereka, berlaku perjanjian
tidak tertulis yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu.
Dalam hal ini juragan berkewajiban mengutamakan bahan
makan dan kayu bakar untuk keperluan operasi menangkap ikan.
Kalau nelayan pekerja memerlukan lagi bahan makanan untuk
dapur keluarga yang ditinggalkannya selama berlayar, maka
nelayan itu harus berhutang lagi pada juragan. Hasil
penangkapan ikan di laut dibagi menurut peraturan tertentu yang
-
xliii
berbeda dengan juragan yang bersangkutan. Umumnya bagian
nelayan pekerja selalu habis untuk membayar utang.
3). Nelayan Pemilik
Merupakan nelayan yang kurang mampu yang hanya
mempunyai perahu kecil untuk dirinya sendiri dan alat
penangkap yang sederhana, karena itu mereka disebut juga
nelayan perorangan atau nelayan miskin. Mereka tidak memiliki
tanah, sawah untuk diusahakan di musim hujan. Sebagian besar
dari mereka tidak mempunyai modal kerja sendiri tetapi
meminjam dari pelepas uang dengan perjanjian tertentu.
Umumnya mereka nelayan baru yang memulai usahanya dari
bawah, (Ichtiar, 1992:2353).
Menurut Mubyarto (1994: 116-118) masyarakat nelayan
paling sedikit memiliki lima karakteristik yang membedakan dengan
petani pada umumnya. Kelima karakteristik itu adalah:
1). Pendapatan nelayan bersifat harian dan jumlahnya sulit
ditentukan. Selain itu pendapatannya juga sangat tergantung
pada musim dan status nelayan itu sendiri, dalam arti ia sebagai
juragan atau pandega.
2). Dilihat dari pendidikannya, tingkat pendidikan nelayan maupun
anak-anak nelayan pada umumnya rendah.
3). Dihubungkan dengan sifat produk yang dihasilkan nelayan
maka nelayan lebuh banyak berhubungan dengan ekonomi
-
xliv
tukar-menukar, karena produk tersebut bukan merupakan
makanan pokok.
4). Bahwa dibidang perikanan membuktikan investasi yang cukup
besar dan cenderung mengandung resiko yang lebih besar jika
dibandingkan dengan sektor lainnya.
5). Kehidupan nelayan yang miskin juga diliputi oleh kerentanan,
misalnya ditunjukkan oleh terbatasnya anggota keluarga yang
secara langsug dapat ikut dalam kegiatan produksi dan
ketergantungan nelayan yang sangat besar pada satu mata
pencaharian yaitu menangkap ikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nelayan adalah
orang yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya laut yaitu
melalui kegiatan menangkap ikan. Rumah tangga nelayan pada
umumnya memiliki persoalan yang kompleks dibandingkan dengan
rumah tangga petani. Rumah tangga nelayan memiliki ciri-ciri
khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan lautan sebagai faktor
produksi, pendapatan sulit ditentukan karena tergantung pada
musim dan status nelayan, pendidikan nelayan relatif rendah, dan
nelayan membutuhkan investasi yang besar tanpa mengetahui hasil
yang akan dicapai.
-
xlv
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
yaitu pendekatan yang memandang obyek kajian terdiri dari unsur yang saling
terkait dan mendeskripsikan fenomena yang andal (Arikunto, 1993:203).
Sesuai dengan judul yaitu tentang model pengasuhan anak pada
keluarga nelayan maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
karena permasalahan yang akan di bahas tidak berkenaan dengan angka-
angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang
model pengasuhan dan peranan ibu dalam mengasuh anak pada keluarga
nelayan. Selain itu peneliti juga menguraikan gambaran umum dari desa
Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan.
Agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas dan rinci serta dapat
memperoleh data yang mendalam dari fokus penelitian ini, maka peneliti
menggunakan metode kualitatif, menurut Bodgan dan Biklen dalam Moleong
(2002: 4-8) bahwa penelitian kualitatif memiliki lima ciri yaitu:
1. Dilaksanakan dengan latar alami, karena merupakan alat penting adalah
adanya sumber data yang langsung dari peristiwa
2. Bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau
gambar daripada angka
3. Lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk semata
-
xlvi
4. Dalam menganalisis data cenderung cara induktif
5. Lebih mementingkan tentang makna (esensial).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah obyek penelitian dimana kegiatan penelitian
dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah
dan memperjelas obyek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga
permasalahan tidak terlalu luas. Yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini
adalah keluarga nelayan di desa Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto
Kabupaten Pekalongan.
Alasan dipilihnya daerah ini adalah karena di Kab. Pekalongan hanya
Kec. Wonokerto yang memiliki masyarakat nelayan yang luas, sedangkan
peneliti mengambil desa Wonokerto Wetan didasarkan karena dari 11 desa
yang ada di Kec Wonokerto hanya desa Wonokerto Wetan yang mayoritas
penduduknya bekerja sebagai nelayan selain itu di desa ini juga mempunyai
kepadatan penduduk tinggi namun tingkat pendidikannya masih tergolong
rendah. Lokasi penelitian yang diambil peneliti di Desa Wonokerto Wetan
mencakup Dusun Mbendo, Protelon dan Buntelan.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian berisi pokok kajian yang menjadi pusat perhatian.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitiannya, adalah: deskripsi
-
xlvii
model pengasuhan anak pada keluarga nelayan dan peran ibu dalam
mengasuh anak pada keluarga nelayan di Desa Wonokerto Wetan.
D. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek penelitian didasarkan pada tujuan penelitian, dengan
harapan untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya, dengan
demikian peneliti mengobservasi terlebih dahulu situasi sosial lokasi
penelitian.
Subjek penelitian dalam penelitian ini meliputi 9 keluarga nelayan, yang
terdiri dari; tiga keluarga nelayan juragan, tiga keluarga nelayan pekerja, dan
tiga nelayan pemilik (miskin).
Selain sembilan subjek penelitian diatas, penulis juga membutuhkan
informan pendukung untuk melengkapi informasi para subjek diatas,
informan pendukung dalam penelitian ini antara lain adalah; kepala desa
Wonokerto Wetan dan pengurus posyandu di desa Wonokerto Wetan.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
analisis data dilakukan bersama dengan pengumpulan data, adapun metode
yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian terlebih
menggunakan pendekatan kualitatif. Pengamatan atau observasi
-
xlviii
dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan
Lincoln (1981: 191-193) bahwa:
a. Teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung.
b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri
c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi
proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data
d. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami
situasi-situasi yang rumit
Untuk mengetahui gambaran awal tentang subyek penelitian, maka
peneliti harus lebih dahulu mengadakan survey terhadap situasi dan
kondisi sasaran penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mengamati
langsung tentang hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian, misalnya
melakukan pengamatan terhadap pola kehidupan nelayan, rutinitas ibu-ibu
nelayan, dan kegiatan serta perilaku anak-anak dari keluarga nelayan.
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakuakan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,1998:135). Wawancara
dilakukan melalui tanya jawab langsung kepada nara sumber yang dapat
dipercaya kebenarannya.
-
xlix
Pengambilan data dalam metode wawancara dilakukan secara langsung
saat pengamatan, dengan menggunaklan pedoman wawancara yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu. Keuntungan menggunakan metode
wawancara adalah :
a. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa
membaca dan menulis.
b. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera
menjelaskan.
c. Wawancara dapat mengecek kebenaran dari jawaban responden
dengan mengajukan pertanyaan pembanding atau dengan melihat
wajah maupun gerak-gerik responden.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengungkap bagaimana
sebenarnya model pengasuhan anak dan peran ibu dalam mengasuh anak
pada keluarga nelayan Desa Wonokerto Wetan. Untuk itu peneliti
melakukan wawancara kepada 9 keluarga nelayan (dalam hal ini ibu-ibu)
yang terdiri dari; tiga keluarga nelayan juragan, tiga keluarga nelayan
pekerja, dan tiga nelayan pemilik (miskin).
Adapun aspek yang ditanyakan dalam wawancara dalam penelitian ini
meliputi; identitas responden, dan hal yang berkaitan dengan fokus
penelitian (tentang bagaimana model pengasuhan anak dan peranan ibu
dalam mengasuh anak dalam keluarga nelayan)
-
l
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan atau pengutipan data dari
dokumen yang ada dalam lokasi penelitian. Dokumen ini dimaksudkan
untuk melengkapi data dari wawancara dan observasi. Dokumentasi dapat
berupa surat-surat, gambar atau foto dan catatan lain yang berhubungan
dengan penelitian.
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data tertulis
dan nyata yang meliputi; gambaran umum desa Wonokerto Wetan yang
dapat dilihat dari data Monografi desa, surat ijin penelitian, dan foto-foto
yang berkaitan dengan penelitian.
F. Keabsahan Data
Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2000:173) ada empat
kriteria yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk keabsahan data,
yaitu:
1. Derajat kepercayaan (Kredibility)
2. Keteralihan (Transferability)
3. Kebergantungan (Dependability)
4. Kepastian (Confirmability)
-
li
Kriteria keabsahan data diterapkan dalam rangka membuktikan
temuan hasil penelitian dengan kenyataan yang diteliti di lapangan. Teknik-
teknik yang digunakan untuk melacak atau membuktikan kebenaran atau
taraf kepercayaan data melalui ketekunan pengamatan (persisten
observation), triangulasi (triangulation), pengecekan dengan teman sejawat.
Untuk membuktikan keabsahan data dalam penelitian ini, teknik yang
digunakan hanya terbatas pada teknik pengamatan lapangan dan triangulasi.
Dezim dalam Moleong (2000:278) membedakan 4 macam triangulasi,
yaitu:
1. Triangualasi sumber maksudnya membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam metode kualitatif
2. Triangulasi metode maksudnya menurut Patton dalam Moleong
(2000:178) terdapat dua strategi, yaitu:
a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data
b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama
3. Triangulasi peneliti maksudnya memanfaatkan peneliti untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data
4. Triangulasi teori maksudnya membandingkan teori yang ditemukan
berdasarkan kajian lapangan dengan teori yang telah ditemukan para
pakar.
-
lii
Teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,
dengan pertimbangan bahwa untuk memperoleh informasi dari para
informan perlu diadakan cross cek antara satu informan dengan informan
yang lain sehingga dapat memperoleh informasi yang benar-benar valid.
Informasi yang diperoleh diusahakan dari narasumber yang mengetahui
akan permasalahan dalam penelitian ini. Informasi yang diberikan salah satu
informan dalam menjawab pertanyaan peneliti, peneliti mengecek ulang
dengan menanyakan ulang pertanyaan yang disampaikan oleh informan
pertama keinforman lain. Apabila kedua jawaban yang diberikan itu sama
maka jawaban itu dianggap sah, apabila jawaban itu saling berlawanan atau
berbeda, maka langkah alternatif sebagai solusi yang tepat adalah dengan
mencari jawaban atas pertanyaan itu kepada informan ketiga yang berfungsi
sebagai pembanding diantara keduanya. Hal ini dilakukan untuk membahas
setiap fokus penelitian yang ada sehingga keabsahan data tetap terjaga dan
bisa dipertangungjawabkan.
G. Analisis Data
Bersamaan dengan proses pengumpulan data dilakukan juga analisis
data. Alur analisis mengikuti pendapat Spradley dalam Sanapiah (1990:91-
108) dengan mereduksi banyaknya data yang diperoleh, diklasifikasikan
dalam domain untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum dan relatif
menyeluruh dari suatu fokus permasalahan yang diteliti.
-
liii
Analisis data dilakukan bersamaan dalam proses pengamatan dan
wawancara deskriptif, selanjutnya dilakukan analisis taksonomik yang
berusaha merinci lebih lanjut, mengorganisasikan atau menghimpun
elemen-elemen yang sama. Analisis taksonomik dilakukan bersamaan
dengan pengamatan terfokus dan wawancara struktural. Dalam tahap ini
terkait dengan fokus penelitian yaitu model pengasuhan anak pada
keluarga nelayan dan peran ibu dalam mengasuh anak pada keluarga
nelayan.
Selanjutnya dilakukan analisis komponensial dengan
mengorganisasikan kontras antar elemen dalam domain yang diperoleh dari
pengamatan dan wawancara terseleksi dan kemudian lanjutkan dengan
analisis tema untuk mendiskripsikan secara menyeluruh dan menampilkan
makna dari yang menjadi fokus penelitian.
Dari hasil studi tersebut dilakukan pembahasan dari analisis serta
evaluasi sesuai dengan kriteria yang ada. Kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan dan analisis rekomendasi. Berangkat dari analisis rekomendasi
ini kemudian diajukan beberapa rekomendasi yang dipandang penting dan
bermanfaat bagi para ibu atau keluarga nelayan tentang model pengasuhan
anak dan peranan ibu dalam mengasuh anak dalam keluarga nelayan.
-
liv
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Desa Wonokerto Wetan
Desa Wonokerto Wetan adalah salah satu desa yang berada
didalam wilayah Kec. Wonokerto, Kabupaten Pekalongan yang memiliki
luas wilayah 142,72 Ha. Daerah ini mempunyai luas wilayah yang paling
sempit dibandingkan dengan desa-desa yang lain di Kec. Wonokerto,
tetapi meskipun sempit tingkat kepadatan penduduk di Desa Wonokerto
Wetan tergolong tinggi. Berdasarkan data monografi tahun 2005 penduduk
Desa Wonokerto Wetan berjumlah 2993 jiwa. Mayoritas penduduknya
bermata pencaharian sebagai nelayan, yaitu sekitar 87% sisanya memiliki
pekerjaan yang beragam.
Dalam mencari ikan, nelayan di Desa Wonokerto Wetan
menggunakan tiga jenis kapal; yaitu kapal Gemplo, Santrang dan Arag.
Kapal gemplo biasanya dimiliki oleh nelayan juragan yang berkapasitas 15
orang dan melaut dalam waktu setengah hari, yaitu dari pukul 03.00 WIB
sampai dengan pukul 15.00 WIB. Yang kedua adalah kapal santrang, kapal
ini juga dimiliki oleh nelayan juragan yang berkapasitas untuk lima orang
nelayan, dalam melaut membutuhkan waktu empat sampai dengan lima
hari. Kapal yang ketiga adalah arag, biasanya dimiliki oleh perorangan dan
-
lv
hanya berkapasitas untuk dua sampai tiga orang, dalam melaut biasanya
membutuhkan waktu satu samapi dengan dua hari.
Penghasilan nelayan Desa Wonokerto Wetan Kab.Pekalongan
tidak menentu tergantung dari hasil tangkapan mereka. Nelayan yang ikut
kapal juragan mengenal istilah bagi hasil dalam pengupahannya, mereka
mengenal pola 4-6 dalam bagi hasil, yaitu 40% hasil penangkapan untuk
juragan dan 60% untuk anak buah atau pekerja. Pola 4-6 ini tentunya
berlaku setelah dipotong untuk perbekalan selama melaut.
a. Tinjauan Geografis
Desa Wonokerto Wetan merupakan salah satu dari 11 desa yang
berada di wilayah Kec.Wonokerto, Kab. Pekalongan. Desa Wonokerto
Wetan memiliki luas wilayah 142,72 Ha, dan termasuk desa yang
beriklim panas karena terletak diwilayah pesisir pantai utara.
Orbitasi wilayah Desa Wonokerto Wetan dengan daerah struktural
diatasnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Jarak Pemerintahan Desa dengan Pemerintahan diatasnya
No Orbitasi Keterangan
1.
2
3.
Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan
Jarak dari Ibu kota Kabupaten
Jarak dari Ibu kota Propinsi
1,5 Km
21 Km
126 Km
Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005
-
lvi
Desa Wonokerto Wetan memiliki tiga dusun, yaitu:
1). Dusun Bendo
2). Dusun Protelon
3). Dusun Buntelan
Desa Wonokerto Wetan dibatasi oleh beberapa wilayah, adapun batas-
batas Desa Wonokerto Wetan adalah sebagai berikut:
1). Sebelah utara berbatasan dengan Desa Api-api
2). Sebelah selatan berbetasan dengan Desa Bebel
3). Sebelah barat berbatasan dengan Desa Wonokerto Kulon
4). Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sijambe
b. Penduduk
Jumlah penduduk Desa Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto Kab.
Pekalongan pada tahun 2005 adalah 2993 jiwa, dengan jumlah 768
kepala keluarga (KK). Dari jumlah tersebut terbagi dalam 1490 jiwa
berjenis kelamin laki-laki, dan 1503 jiwa berjenis kelamin perempuan.
Tabel. 2 Jumlah Penduduk Desa Wonokerto Wetan
No Jenis Kelamin Jumlah
1.
2
Laki-laki
Perempuan
1490 jiwa 1503 jiwa
Jumlah 2993 Jiwa
Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005
Untuk mengetahui gambaran penduduk lebih jelas, berikut tabel jumlah
penduduk berdasarkan golongan usia dan jenis kelamin.
-
lvii
Tabel. 3 Penggolongan Penduduk desa Wonokerto Wetan menurut Usia dan
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin No
Golongan Umur dalam tahun Laki-laki Perempuan
Jumlah
1.
2.
3. 4.
5. 6. 7.
8.
9. 10.
11.
12.
13.
0 4 5 9
10 14 15 19 20 24 25 29 30 -34 35 39 40 44 45 49 50 54 55 - 59
60 +
132 123
163 172
116 113 118 193 144
84
80 27
23
136 131
136 133
134 104 110 194 150 81
80 26 30
268 254 301 305 217
228 387 294 194 165 150 53 53
Jumlah 1490 1503 2993
Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005
c. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Wonokerto wetan secara
keseluruhan beragam, tetapi mayoritas penduduk di desa ini bekerja di
sektor kelautan, yaitu nelayan. Untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas, berikut tabel mengenai keadaan penduduk di Desa
Wonokerto Wetan menurut mata pencahariannya.
-
lviii
Tabel. 4 Jumlah Penduduk Desa Wonokerto Wetan menurut Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1.
2.
3. 4.
5. 6. 7.
8.
9. 10. 11.
Petani Sendiri Buruh Tani
Nelayan
Pengusaha
Buruh Industri Buruh Bangunan`
Pedagang Pengangkutan
PNS Pensiunan
Lain-lain
17
3
1024 15 4
8 70 12
15 4
7
Jumlah 1179
Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005
d. Pendidikan
Berdasarkan data yang diperoleh dari monografi desa, penduduk
desa wonokerto Wetan sebagian masih berpendidikan rendah, yaitu
sampai jenjang sekolah dasar, sebagian lagi sudah ke jenjang SMP dan
hanya sedikit saja yanng melanjutkan ke SMU serta Akademi maupun
perguruan Tinggi.
Untuk lebih jelasnya berikut adalah tabel penggolongan pendidikan
penduduk Desa Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto, Kab. Pekalongan.
-
lix
Tabel. 5 Penggolongan Pendidikan Penduduk Desa Wonokerto Wetan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1
2
3 4
5
Tidak Tamat SD Tamat SD
Tamat SMP Tamat SMU
Tamat Akademi/ PT
772
375 335 159 46
Jumlah 1687
Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005
e. Agama
Agama yang dianut oleh penduduk Desa Wonokerto Wetan Kec.
Wonokerto Kab.Pekalongan hampir semuannya beragama Islam, hanya
beberapa saja yang beragama non Islam. Adapun tempat peribadatan
yang ada yaitu; dua buah Masjid, dan 6 buah Mushola. Berikut adalah
tabel agama yang dianut penduduk Desa Wonokerto Wetan.
Tabel. 6 Agama Penduduk Desa Wonokerto Wetan
No Agama Jumlah Persen (%) 1.
2.
3.
4.
5.
Islam
Katolik
Kristen
Hindu Budha
2990 3 -
-
-
99.9% 0.1% 0 %
0 % 0 %
Jumlah 2993 100%
Sumber: Monografi Desa Wonokerto Wetan 2005
-
lx
2. Gambaran Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu,
kelompok responden dan informan. Kelompok responden berasal dari 9
keluarga nelayan, yang meliputi tiga keluarga nelayan juragan, tiga keluarga
nelayan pekerja, dan tiga keluarga nelayan pemilik/ miskin. Informasi
responden untuk memperoleh data yang berkaitan dengan model pengasuhan
anak yang mereka terapkan serta untuk mengetahui bagaimana peranan ibu
dalam mengasuh anak. Untuk lebih jelasnya, data responden seperti pada tabel
dibawah ini.
Tabel. 7
Identitas Subjek Penelitian
No Nama Umur Pend. terakhir Pekerjaan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Titik
Tarodiah
Sumarni
Karmini
Tumpi
Endang
Watriah
Rondiyah
Tarmuni
37
43
41
34
36
39
29
33
42
SMP
SD
TT. SD
SMU
TT. SD
SD
SD
SMP
SD
Pedagang
Nelayan
Buruh tani
Pedagang
Ibu RT
Ibu RT
Pedagang
Nelayan
Ibu RT
-
lxi
Selain responden diatas, subyek penelitian dalam penelitian ini adalah
informan, dimana informan ini sangat berguna untuk kepentingan triangulasi
data, karena data yang diperoleh dari para responden perlu diadakan cross cek
antara responden dan informan sehigga akan memperoleh data-data atau
informasi yang benar-benar valid. Informasi digunakan untuk memperoleh
data yang berkaitan dengan responden, dan bagaimana pandangan informan
tentang model pengasuhan serta peranan ibu dalam mengasuh anak di
keliuarga nelayan di Desa Wonokerto Wetan. Untuk lebih jelasnya data
informan disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel. 8
Identitas Informan
No Nama Umur Pend. terakhir Pekerjaan 1
2
3
Ali Bidin
Komariyah
Sugeng, S.Pd
44
43
48
STM
SMU
S 1
Kepala Desa
Pedagang
Kepala Sekolah
-
lxii
3. Kasus 9 keluarga nelayan di Desa Wonokerto Wetan
a. Keluarga Nelayan Juragan
Hasil Penelitian Variabel
Sub Variabel dan Indikator Responden 1 (Bu Titik) Responden 4 (Bu Karmini) Responden 7 (Bu
Watriah) Pola Asuh
Demokratis Adanya dorongan orang tua untuk anak.
Memberi pengertian dan perhataian kepada anak.
Diskusi
Sering memberikan dorongan kepada anak, misalnya berangkat sekolah dan belajar.
Berusaha memberikan yang terbaik untuk anak, misal berkeinginan menyekolahkan anak setinggi mungkin.
Bila ada keinginan atau pendapat dari anak yang diutarakan jika dirasa baik dan perlu akan memperhatikan,
tetapi sebelumnya saya akan membicarakannya dengan suami saya.
Komunikasi dalam keluarga cukup baik, contohnya mereka biasa berkumpul dan bercerita ketika melihat TV pada malam
hari.
Memberikan dorongan setiap saat demi kemajuan dan kebahagiaan anak, contoh mengantarkanan anak berangkat ke sekolah sampai kedepan rumah dan menyemangati untuk rajin belajar dan sungguh-sungguh di sekolah.
Berusaha memberikan dan mencukupi permintaan dan kebutuhan anak, bila anak meraih prestasi tak jarang diberikan hadiah atau pujian. Bila ada keinginan atau pendapat orang tua akan membicarakan dulu untuk mendapatkan jalan keluar yang baik bagi semua.
Hubungan komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan anak baik, terbukti setiap sore mereka meluangkan waktu untuk
bersama sekedar untuk berbagi
Sering memberikan dorongan pada anak, bentuknya bisa dukungan untuk melakukan
sesuatu atau
menyemangati agar
anak tidak putus asa, contoh
mendukung keinginan anak
untuk mengikuti
kursus dan mendorong anak untuk belajar. Memberikan perhatian kepada anak, peka terhadap anak dan memberikan apa yang disukai anak.
Jika anak
berpendapat saya akan
mempertimbangka
-
lxiii
Otoriter Perlakuan orang tua
yang membetasi anak
Mendesak anak untuk mengikuti aturan
tertentu.
Berorientasi pada hukuman.
Laissez Faire Orang tua memberikan kebebasan kepada
anak.
Saya sering membatasi anak, untuk sikecil saya berpesan
agar tidak bermain terlalu jauh dan pulang jangan tertalu sore, untuk yang besar saya melarang dia pergi keluar pada malam hari.
Tidak ada aturan-aturan khusus yang saya berlakuakan untuk anak, kalaupun ada itu sesuai dengan kebisaan.
Jika anak melakukan
kesalahan, tidak patuh, atau melanggar kebiasaan saya tidak menghukum anak paling hanya memarahi dan
memberikan pengertian saja. Saya tidak pernah memberi hukuman fisik bahkan juga jarang mengeluarkan kata-kata kotor ketika memarahi anak.
Ketika anak bermain atau keluar rumah saya kurang
bergitu tahu tentang apa yang
dikerjakannya karena saya
cerita atau bertukar pikiran dengan anak.
Terkadang saya membatasi anak dalam melakukan sesuatu,
contohnya saya tidak mengizinkan anak untuk pergi
bermain ke rumah temannya yang jauh.
Di keluarga saya terdapat aturan-aturan tertentu yang saya
berlakukan untuk anak, hanya saja tidak terlalu ketat, misalnya, tidak boleh melihat televisi atau bermain sebelum PR yang diberikan guru di sekolah selesai dikerjakan dan lain-lain. Bila anak melanggar aturan atau
perintah sekiranya alasan anak
masuk akal dan bisa ditoleransi maka saya idak akan menghukum tapi akan
menasihati dan memberikan pengerian kepada anak serta diharapkan untuk tidak mengulanginya lagi.
Saya memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain dengan siapa saja asalkan anak tetap mengingga dan menjaga
nnya bersama suami saya, kalau
sekiranya baik keinginan anak
tersebut akan
dipenuhi.
Komunikasi
diantara anggota keluarga terjalin dengan baik, misalnya mereka
sering berkumpul bersama untuk bercerita sambil nonton TV atau
makan.
Untuk melakukan
sesuatu anak sering
saya batasi,
misalnya dalam pergaulan saya
sedikit mengekang anak jika bermain keluar rumah.
Saya menerapkan aturan-aturan
tertentu berupa
-
lxiv
Peranan Ibu dalam Mengasuh
Anak
Kesehatan Jasmani Kesehatan sewaktu
anak masih dalam kandungan
Kesehatan Usia Balita.
Memperhatikan
kesehatan usia anak
dan remaja.
sendiri sibuk sehingga saya tidak bisa memantau dan membimbing anak. Dalam bermain saya juga memberikan kebebasan kepada anak untuk
bergaul dengan teman-temannya.
Ketika saya hamil saya
memperhatikan kondisi kesehatan janin, misalnya selama hamil saya makan,
minum dan istirahat secara cukup, serta tidak melakukan aktivitas terlalu berat saya tidak lupa memeriksakan perkembangan bayi ke bidan desa dengan rutin sampai pada waktu melahirkan.
Ketika anak saya balita saya selalu mambawa anak saya ke
posyandu untuk ditimbang, diperiksa serta mendapatkan imunisasi.
Saya mengajari anak untuk gosok gigi, mandi dan tdak jajan sembarangan.
semua amanat yang saya berikan, sedikit banyak saya mengetahui kegiatan anak yang dilakukan diluar rumah.karena ia selalu bercerita.
Waktu saya hamil betul-betul saya memperhatikan dan menjaga kesehatan janin yang saya kandung, jika saya merasa kurang sehat buru-buru saya memeriksakannya ke Puskesmas
atau ke Dokter.
Untuk mnjaga kesehatan balita saya denganrutin saya
membewanya ke Posyandu untuk ditimbang, diperiksa diimunisasi dan mendapatkan informasi dari petugas posyandi mengenai kesehatan bayi dan balita. Pertama kali saya mengajarkan cuci tangan sebelum makan menggunakan sendok pada waktu makan, mengajarkan mandi dua kali sehari, selalu
perintah atau
larangan kepada anak, misalnya
menerapkan jam belajar kepada anak dan menuntut anaknya sholat 5 waktu.
Bila anak tidak patuh terhadap aturan atau
perintah, yang saya
lakukan biasanya menegur dan memberi pengertian kepada anak untuk tidak mengiulangi
perbuatannya, tetapi saya tetap
akan
mendengarkan
pendapat anak.
Saya selalu menenyakan
kepada anak kemana ia akan
pergi bermain, dan
dengan siapa
-
lxv
Pemenuhan Gizi keluarga.
Hidup bersih dan teratur.
Kesehatan Rohani Perilaku Orang tua sejak bayi masih dalam kandungan.
Saya selalu memperhatikan menu masakan walaupun
sederhana menurut saya selama iani asya sudah memberikan gizi yang cukup untuk anak.
Saya mengajarkan anak untuk mandi minimal 2 kali sehari, gosok gigi dan menjaga kebersihan serta mengajari menyapu lantai bila lantainya kotor, bila sudah waktunya makan atau mandi saya akan mengingatkan.
Selama saya mengandung saya menjaga perilaku dalam kesehariannya, misalnya
menghindari bertengkar dengan suami, menjaga perkataan dan melakukan sesuatu dengan baik. Saya juga berpesan kepada suami agar
gosok gigi, keramas, memotong
kuku dan mengajarkan cara membersihkan kamar setelah bangun pagi, menyapu lantai serta membuang sampah pada
tempatnya.
Saya menyiapkan hidangan untuk makan sebanyak 3 kali sehari, dan menunya pun saya perhatikan agar anak dan suami tidak bosan dan saya juga turut memperhatikan mulai dari bahanmakanan, resep untuk mengolah sampai gizi yang
terkandng didalamnya. Saya membengunkan anak setiap subuh untuk sholat kemudian memintanya untuk menyapu
lantai rumah beserta halaman, lalu mandi, sarapan dan bersiap-siap pergi ke sekolah. Pulang
sekolah ganti pakaian , makan
siang, sholat, kemudian tidur
atau mengerjakan PR sebelu bermain. Selama saya mengandung saya dan suami berusaha menjaga perilaku atau ucapan. Misalnya
saya dan suami saling menjaga emosi agar tidak terjadi pertengkaran. Saya melarang suami untuk bepergian jauh ketikan usia kandungan sudah 7
karena anak akan
bercerita ata berpamitan kepada saya.
Ketika saya hamil
dulu saya memperhatikan
kondisi kandungan saya dengan cara memeriksakan
kandungannya dari usia 2 bulan sampai ketika nanti mau
melahirkan ke
bidan desa dan pernah juga ke rumah sakit. Saya
juga memperhatikan
makanan
danminuman yang sya konsumsi, tidak melakukan
pekerjaan berat dan minum susu.
Ketika anak saya
masih balita saya
-
lxvi
Perilaku Kanak-kanak
Memonitor
Pendidikan Agama
Ekonomi Keluarga Keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.
Menentukan skala
tidak ceroboh dalam melaut, tidak mmbu