pola pemanfaatan kerang bulu (anadara antiquata) di ...repository.umrah.ac.id/1818/1/jurnal...
TRANSCRIPT
Pola Pemanfaatan Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Kawal
Kabupaten Bintan
Angga Pratama1, Febrianti Lestari
2, Dedy Kurniawan
Program Studi Managemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Kerang bulu A. antiquata merupakan biota jenis bivalvia yang dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai biota konsumsi, sehingga perlu dikaji pola
pemanfaatannya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
potensi da pola pemanfaatan Kerang Bulu (A. antiquata) di Perairan Kawal
Kabupaten Bintan. Penelitian ini berlangsung selama bulan April-Juni 2018
dengan metode purposive sampling pada area penangkapan kerang bulu. Dari
hasil penelitian diperoleh potensi kerang bulu Anadara antiquata di perairan
Kawal memiliki kelimpahan berkisar antara 0,89-1,06 individu/m2
(8999-10556
ind/ha). Pola pemanfaatan kerang bulu di perairan Kawal bahwa penangkapan
kerang bulu dilakukan dengan jarak > 50 meter dari bibir pantai. Waktu
penangkapan optimum antara bulan Agustus-Desember (musim utara) dengan
kondisi arus dan gelombang laut yang cukup kuat. Hasil tangkapan kerang bulu
yang ditangkap nelayan umumnya sebanyak 5-10 kg/hari. Penjualan kerang bulu
didistribusikan langsung ke pengumpul dengan harga antara Rp. 10.000 – 11.000
per kg.
Kata kunci : Pola Pemanfaatan, Kerang Bulu (Anadara antiquata), Bintan
PENDAHULUAN
Kawasan perairan Kawal terletak di wilayah administratif Perairan Kawal,
Kecamatan Perairan Kawal, Kabupaten Bintan. Kawasan pesisir kawal ditumbuhi
oleh berbagai ekosistem mulai dari mangrove pada pesisir, dan ekosistem lamun
di kawasan perairannya. Dengan keberadaan ekosistem di perairan kawal
memiliki keanekaragaman biota yang berlimpah. Salah satu biota yang dijumpai
di perairan Kawal yakni organisme bivalvia.
Kelompok organisme bivalvia banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
bahan makanan dan dijual untuk meningkatkan pendapatan ekonominya. Menurut
Hulopi (2012) salah satu sumberdaya yang umumnya dimanfaatkan oleh
masyarakat pesisir adalah bivalvia. Meskipun tergolong organisme invertebrata
yang hidup di daerah intertidal, bivalvia memiliki adaptasi untuk bertahan
terhadap arus dan gelombang, namun bivalvia tidak memiliki kemampuan untuk
berpindah tempat secara cepat sehingga menjadi organisme yang mudah untuk
dimanfaatkan. Kondisi ini juga terjadi diperairan Kawal, Kabupaten Bintan.
Jenis bivalvia yang tersebar disepanjang perairan pesisir kawal umumnya
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam
bentuk konsumsi ataupun dijual. Hal ini didukung oleh pernyataan Afif (2017),
bahwa diantara jenis kerang A. antiquata (kerang bulu), Barbatia velata (kijing),
Mactra maculata (remis kecil), Mactra pura (kerang anjing), Gafrarium
pectinatum (gorap) dan Tapes literatus (remis besar). Kesemua jenis bivalvia
yang dijumpai tersebut dapat dikomsumsi, namun jenis yang umumnya
dimanfaatakan untuk dijual yakni kerang bulu.
Kerang bulu merupakan biota jenis bivalvia yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai biota konsumsi. Seperti pernyataan Satrioajie (2012) bahwa
Salah satu dari berbagai jenis kerang di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai
bahan pangan altematif berasal dari genus Anadara. Beberapa genus Anadara
yang cukup populer antara lain A. granosa, A. indica dan A. antiquata. Berbeda
dengan spesies di atas, A. pilula merupakan spesies yang kurang populer,
meskipun sebenarnya spesies ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai sumber makanan.
Keberadaan kerang bulu di sekitar perairan Kawal untuk saat ini belum di
analisa lebih lanjut terkait dengan pola pemanfaatanya. Data pola pemanfaatan
bivalvia (A. antiquata) di Kawal dibutuhkan untuk menggambarkan kondisi biota
A. antiquata pada saat ini. Dengan demikian mendorong penulis terdorong untuk
melakukan penelitian dengan judul Pola Pemanfaatan Bivalvia (A. antiquata) di
Perairan Kawal Kabupaten Bintan.
BAHAN DAN METODE
Penetapan stasiun penelitian dilandaskan atas metode purposive sampling
dengan membagi area penelitian menjadi 2 stasiun dengan pertimbangan khusus.
Dalam hal ini peneliti ingin mengangkat bahwa penetapan stasiun berdasarkan
oleh lokasi yang menjadi lokasi penangkapan (fishing ground) yang umumnya
dituju oleh masyarakat sebagai area tangkapan kerang bulu.
Pengambilan sampel kerang bulu (A. antiquata) dilakukan pada setiap frame
kuadrat (1 x 1) m2 di setiap titik sampling yang telah ditentukan. kerang bulu (A.
antiquata) yang berada pada permukaan substrat, diambil dengan cara langsung.
Sedangkan kerang bulu (A. antiquata) yang berada di dalam substrat diambil
dengan cara mengambil semua substrat dengan bantuan sekop dan ember plastik
sampai kedalaman 30 cm. Kedalaman pengambilan sampel tersebut didasarkan
pada pertimbangan bahwa sebagian besar kerang bulu (A. antiquata) mempunyai
kemampuan untuk membenamkan diri kedalam substrat dasar (infauna) sampai
beberapa cm yaitu kedalaman 5-25 cm (Riniatsih dan Widianingsih 2007).
Pengambilan sampel kerang bulu di 2 lokasi penangkapan yang telah
ditentukan, dilakukan dengan menggunakan garis transek sepanjang 50 meter
kearah laut. Titik awal penempatan plot dilakukan pada area yang umumnya
merupakan jarak penangkapan kerang bulu (50 meter dari bibir pantai). Untuk
setiap garis transek diletakkan plot berukuran 1x1 m dengan jarak 10 meter dari
satu plot ke plot lainnya sehingga dalam satu transek terdiri atas 6 plot
pengamatan. Untuk masing-masing stasiun, terdiri atas 3 transek sebagai ulangan
pengambilan data, sehingga untuk 2 stasiun jumlah transeknya sebanyak 6 transek
dan 36 plot.
Bivalvia yang diambil dianalisis dan dihitung kepadatannya dengan rumus
(Dayanti et al. 2017):
K =
Keterangan:
K = Kelimpahan jenis (ind/m2 : ind/ha)
Di = Jumlah individu setiap jenis (individu)
A = Luas plot (m2 : ha (1ha=10.000m
2)
Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang akan ditanyakan kepada
nelayan kerang bulu di perairan Kawal, meliputi :
- Bentuk pemanfaatannya, mencakup: pemanfaatan secara langsung (tanpa
pengolahan) maupun tidak langsung (melewati proses pengolahan), baik untuk
keperluan keluarga, adat dan keperluan lain seperti untuk dipasarkan (dijual).
- Ukuran kerang yang didapat
- Penghasilan yang didapatkan setiap penjualan
- Pendistribusian kerang bulu yang ditangkap
- Jumlah tangkapan
- Periode penangkapan
HASIL
Potensi Kerang Bulu di Perairan Kawal
Hasil observasi atau pengamatan kerang bulu di perairan Perairan Kawal,
diketahui jenis kerang bulu yang menjadi komoditas ekonomis dan dapat dijual
oleh masyarakat adalah spesies A. antiquata.
Gambar . Jenis kerang bulu yang dijumpai di lokasi penelitian perairan Kawal (A.
antiquata)
Klasifikasi ilmiah:
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Family : Tellinidae
Genus : Anadara
Species : A. antiquata
(Lineaus,1758).
Deskripsi jenis :
- Ukuran kerang ini umumnya
berkisar antara 7-10 cm
- Jenis ini dijumpai pada area yang
ditumbuhi oleh padang lamun
dengan tipikal substrat pasir
berlumpur
- Bentuk cangkang simetris radial
(ukuran bagian cangkang kanan dan
kiri sama besar)
- Pada bagian dalam cangkang kerang
bulu ini berwarna kuning. Terdapat
garis yang dikenal sebagai garis
rusuk pada bibir cangkang
- Umumnya dijumpai di pada bagian
permukaan substrat hingga
kedalaman mencapai 20 cm di dalam
substrat.
Jumlah jenis kerang bulu yang dijumpai pada titik sampling di dua stasiun
pengamatan di sekitar perairan Kawal dilakukan pada 3 transek. Jumlah jenis
yang dijumpai berbeda-beda pada masing-masing transek di masing-masing
stasiun.
Tabel. Jumlah individu kerang bulu di perairan Kawal
Stasiun Transek Jumlah (ind) Komposisi (%)
I
1 5 31,25
2 7 43,75
3 4 25,0
Jumlah 16 100
II
1 7 36,84
2 6 31,58
3 6 31,58
Jumlah 19 100
Kepadatan Kerang Bulu di Perairan Kawal
Kelimpahan kerang bulu menggambarkan jumlah jenis bivalvia pada ukuran
luasan tertentu yang disajikan dengan jumlah individu/ha.
Gambar . Kelimpahan jenis kerang bulu pada perairan Kawal
8000
8500
9000
9500
10000
10500
11000
St. 1 St. 2
Kel
imp
ahan
(in
d/h
a)
Stasiun
St. 1
St. 2
Profil Responden Kerang Bulu
Berdasarkan hasil wawancara responden kerang bulu di perairan Kawal
sebanyak 11 responden memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari aspek umur
serta gender.
(a) (b)
Gambar. Persentase responden berdasarkan umur (a) dan gender (b)
Gambar. Persentase responden berdasarkan daerah asal dan pendidikan
Gambar. Persentase responden berdasarkan pekerjaan
9%
37%
27%
27% 25-30
>30-35
>35-40
>40
45%
55%
Laki-Laki
Perempuan
64%
36% Kawal
Teluk Bakau
27%
55%
18%
SD
SMP
SMA
27%
55%
18%
Nelayan
IRT
Swasta
Gambar. Latar belakang penangkapan kerang bulu
Jarak, Musim, dan Waktu Penangkapan Kerang Bulu
Hasil wawancara kepada para responden terkait dengan jarak tangkapan,
musim tangkapan, serta waktu tangkapan kerang bulu di Kawal disajikan secara
rinci seperti pada Gambar berikut.
Gambar. Jarak dan waktu penangkapan kerang bulu
- Jumlah Hasil Tangkapan Kerang Bulu
Jumlah hasil tangkapan kerang bulu di perairan Kawal dihitung dalam satuan
kilo gram (kg/hari). Jumlah hasil tangkapan kerang bulu berbeda-beda untuk
masing-masing nelayan. Hasil tangkapan kerang bulu di perairan Kawal disajikan
pada Gambar berikut
36%
64%
Konsumsi pribadi
Dijual
55%
45% 30-50 m
>50 m
36%
64%
2-3 jam
> 3 jam
Gambar. Jumlah hasil penangkapan kerang bulu
- Distribusi dan Hasil Penjualan Kerang Bulu
Distribusi hasil kerang bulu yang ditangkap oleh responden beberapa ada yang
dijual langsung ke konsumen dengan membuat warung-warung kecil di pinggiran
jalan raya Kawal yang banyak dilewati wisatawan lokal.
Gambar . Distribusi penjualan kerang bulu
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis dan identifikasi jenis kerang bulu yang dijumpai di
sekitar perairan Kawal berupakan spesies A. antiquata. Jenis A. antiquata ini
umumnya ditemukan di ekosistem lamun. Berdasarkan informasi dari masyarakat,
jenis ini dijual oleh masyarakat untuk menambah penghasilan sehari-hari. jenis A.
antiquata ini memiliki ukuran panjang cangkang sekitar 7 cm dengan lebar
cangkang sekitar 4 cm. Jumlah rusuk pada cangkang kerang bulu jenis A.
antiquata ini berjumlah 34. Menurut Ambarwati dan Trijoko (2011), jenis A.
antiquata memiliki cangkang tebal, berat, dan berwarna putih. Permukaan
cangkang dihiasi rusuk-rusuk radial yang sangat nyata. Rusuk radial datar, tanpa
tonjolan. Jumlah rusuk radial 33–36.
Komposisi individu kerang bulu yang dijumpai pada stasiun I berkisar antara
25-43,75%. Sedangkan komposisi kerang bulu pada stasiun II berkisar antara
9%
73%
18%
< 5 kg/hari
5-10 kg/hari
>10 kg/hari
57%
43% Pengumpul
Dijual Sendiri
31,58-36,84%. Jumlah tertinggi dijumpai pada transek kedua di stasiun I. Dengan
demikian, kerang bulu pada stasiun II lebih banyak dari pada stasiun I. Hal ini
diduga bahwa kondisi lamun pada stasiun II lebih rapat dibandingkan dengan
stasiun I.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riniatsih dan Widianingsih
(2007) kerang bulu A. antiquata yang dijumpai cukup rendah pada masing-masing
stasiun hanya berkisar 1-3 individu. Kerang bulu yang dijumpai pada penelitian
ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di perairan Kawal.
Di perairan Kawal, jenis kerang bulu yang dijumpai pada setiap stasiun dapat
mencapai 7 individu. Artinya jumlahnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan
literature diatas.
Kelimpahan jenis A. antiquata (kerang bulu) pada stasiun I sebesar 8889
individu/ha, sedangkan kelimpahan A. antiquata (kerang bulu) pada stasiun II
sebesar 10556 individu/ha. Jika melihat hasil penelitian Dayanti et al. (2017),
bahwa kelimpahan bivalvia A. antiquata di perairan Wakatobi berkisar antara
4000-9400 individu/ha. Membandingkan dengan referensi tersebut, maka hasil
kelimpahan bivalvia di perairan Kawal lebih tinggi. Namun jika dilihat dari hasil
penelitian Akhrianti et al. (2014), kelimpahan kerang A. antiquata di Belitung
Timur cukup tinggi yakni mencapai 29000 individu/ha. Sehingga hasil
kelimpahan kerang bulu di Kawal lebih rendah dari penelitian tersebut. Untuk itu
dapat dikatakan bahwa kelimpahan kerang bulu di perairan Kawal termasuk
rendah.
Kelimpahan kerang bulu di Kawal dipengaruhi oleh adanya eksploitasi yang
dilakukan oleh masyarakat sehingga mempengaruhi kelimpahannya dari waktu ke
waktu. Kondisi ini dibuktikan dengan data hasil wawancara terkait dengan hasil
penangkapan kerang bulu di Kawal untuk setiap nelayan dalam satu kali
penangkapan dapat mencapai hasil hingga 5-10 kg. Sehingga diperkirakan jumlah
kerang bulu yang ditangkap sebanyak 55-110 kg perhari untuk seluruh nelayan
(11 responden) yang melakukan penangkapan kerang bulu. Data ini dapat
mempengaruhi kondisi kelimpahan kerang bulu di perairan Kawal. Seperti
penelitian Wiyono (2009) bahwa target tangkapan nelayan untuk biota bivalvia
diantaranya: kerang hijau (Perna viridis), kerang mencos (Anadara indica), dan
kerang bulu (A. antiquata.).
Kelompok umur responden yang melakukan penangkapan kerang bulu cukup
beragam. Responden dengan umur antara 25-30 tahun sebanyak 9%, sedangkan
responden dengan umur antara >30-35 tahun sebanyak 37%, responden dengan
umur antara >35-40 tahun sebanyak 27%, dan responden dengan umur >40 tahun
sebanyak 27%. Dilihat dari data tersebut, responden dengan umur antara >30-35
tahun merupakan kelompok umur terbanyak yang melakukan penangkapan kerang
bulu di Kawal. Diketahui bahwa pada umur >30-35 tahun merupakan umur
produktif yang masih dapat bekerja dengan baik untuk mencukupi kehidupan
sehari-hari termasuk melakukan penangkapan kerang bulu.
Dilihat dari persentase perbedaan gender (jenis kelamin) untuk para responden,
diketahui bahwa responden perempuan lebih dominan dengan persentase sekitar
55%, sedangkan responden laki-laki memiliki persentase sekitar 45%. Diketahui
bahwa, nelayan yang melakukan penangkapan kerang bulu didominasi oleh
kelompok perempuan. Jika dilihat dari persentase responden dominan, yakni
perempuan menjelaskan bahwa komposisi nelayan yang melakukan penangkapan
kerang bulu lebih banyak dilakukan oleh perempuan. Berdasarkan hasil
wawancara diketahui bahwa mereka beralasan melakukan penangkapan kerang
bulu sebagai pengisi waktu luang di sela-sela kesibukan mengurusi rumah.
Dengan melakukan penangkapan kerang bulu, para responden tersebut dapat
memperoleh penghasilan lebih untuk menunjang kebutuhan sehari-hari dalam
menjalankan kehidupan.
Persentase responden berdasarkan asal daerah (tempat tingal) terdiri atas 2
lokasi yakni Kawal dan Teluk Bakau, sebagaimana diketahui bahwa kedua desa
ini berdekatan lokasinya. Namun berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa
dominan responden berdomisili di Kawal dibandingkan responden yang
berdomisili di Teluk Bakau. Sedangkan dilihat dari persentase tingkat pendidikan,
responden yang berpendidikan SMP lebih dominan dengan persentase 55%,
sedangkan responden berpendidikan SD sebesar 27%, serta responden dengan
tingkat pendidikan SMA sebesar 18%. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa responden memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Tingkat
pendidikan cukup mempengaruhi jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para
responden. Responden melakukan penangkapan kerang bulu umumnya
berpendidikan rendah. Dengan pendidikan yang rendah, tidak dapat dipergunakan
untuk bekerja di perusahaan swasta dan resort yang umumnya menerima
karyawan dengan pendidikan minimal SMA (sekolah menengah atas). Untuk itu,
dalam menunjang kebutuhan sehari-hari mereka melakukan pemanfaatan
sumberdaya perairan salah satunya penangkapan kerang bulu.
Responden memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda mulai dari nelayan, ibu
rumah tangga, hingga bekerja pada swasta (resort). Namun berdasarkan hasil
analisis diketahui bahwa penangkap kerang bulu lebih banyak di dominasi oleh
IRT (ibu rumah tangga). Alasan para ibu rumah tangga melakukan penangkapan
kerang bulu ialah mengisi waktu luang di sela kesibukan rumah tangganya.
Alasan lain yakni untuk menambah penghasilan sehari-hari untuk membantu
keuangan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan, responden
yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan juga beralasan untuk mengisi waktu
luang dengan melakukan penangkapan kerang bulu pada saat siang hari,
sedangkan di malam hari melakukan penangkapan ikan, kepiting, serta bagan
bilis. Sedangkan responden yang bekerja pada perusahaan swasta (resort)
melakukan penangkapan kerang bulu untuk memenuhi asupan makanan
(dikonsumsi secara pribadi). Dari hasil, keseluruhan responden melakukan
penangkapan kerang bulu hanya sebagai pekerjaan sampingan saja.
Sebanyak 36% responden menyatakan bahwa hasil penangkapan bivalvia
digunakan untuk konsumsi pribadi. Sedangkan sebesar 64% responden
menyatakan bahwa penangkapan kerang bulu dilatarbelakangi oleh harga kerang
bulu yang tinggi. Dari hasil ini, diketahui bahwa masyarakat responden pada
umumnya menangkap kerang bulu untuk menambah penghasilan sehari-hari.
Untuk itu, kerang bulu menghasilkan nilai ekkonomi bagi masyarakat Kawal,
namun efek negatifnya ialah terjadinya eksploitasi secara terus menerus yang
dilakukan masyarakat terhadap kerang bulu di Kawal. Efek yang terjadi pada
masa yang akan datang yakni terjadinya penurunan populasi kerang bulu. Untuk
itu, perlu dirumuskan pengelolaan kerang bulu sebagai langkah perlindungannya.
Kebanyakan dari responden terdorong melakukan penangkapan kerang bulu,
karena sumberdaya kerang bulu tersebut dapat menghasilkan nilai ekonomi
berupa rupiah. Secara umum, masyarakat melakukan penjualan bivalvia tanpa
pengolahan.
Responden yang melakukan penagkapan kerang bulu pada umumnya
melakukan penangkapan dengan jarak > 50 meter dari bibir pantai. Kawasan ini
masih termasuk kedalam kawasan intertidal (pasang surut) yang merupakan
habitat/sebaran kerang bulu. Penangkapan kerang bulu di Kawal dapat mencapai
300-400 meter dari bibir pantai kearah tubir tergantung dari kondisi pasang surut
air laut. Dalam sekali penangkapan, nelayan membutuhkan waktu >3jam untuk
sekali turun. Waktu ini juga dipengaruhi oleh kondisi pasang surut yang terjadi,
semakin jauh dan semakin lama waktu surut air laut, maka waktu penangkapan
kerang bulu juga semakin lama.
Waktu penangkapan kerang bulu dengan hasil tangkapan optimum antara bulan
Agustus-Desember (musim utara) dengan kondisi arus dan gelombang laut yang
cukup kuat. Dengan kondisi arus yang kuat, kerang bulu lebih mudah dijumpai
karena substrat akan teraduk oleh arus air sehingga kerang bulu banyak yang
dijumpai di permukaan substrat. Sedangkan di musim yang lain, penangkapan
kerang bulu akan lebih sulit, karena kerang bulu membenamkan dirinya di dalam
tanah. Pada saat penangkapan kerang bulu secara optimal (musim utara) terjadi
peningkatan hasil tangkapan kerang bulu yang kemudian akan berimbas pada
melemahnya/turunnya harga jual kerang bulu. Diketahui bahwa musim angin
utara terjadi antara bulan Oktober- Desember, musim selatan antara Januari-
Maret, musim Barat antara April-Juni, serta musim peralihan antara bulan Juli-
September.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa hasil tangkapan kerang bulu
yang ditangkap nelayan umumnya sebanyak 5-10 kg/hari. Sedangkan hasil
tangkapan terkecil yang diperoleh nelayan yakni <5 kg/hari. Hasil tangkapan
kerang bulu berkisar antara 5-10 kg/hari per responden sehingga diperkirakan
hasil tangkapan rata-rata harian untuk seluruh responden di perairan Kawal
berkisar antara 55-110 kg/hari setiap satu kali penangkapan. Hasil ini jika terus
menerus dieksploitasi akan mengakibatkan penurunan populasi kerang bulu di
Kawal. Tingginya eksploitasi kerang bulu mengakibatkan penurunan populasinya
di alam. Sesuai dari hasil perhitungan kelimpahan jenis A. antiquata (kerang bulu)
hanya berkisar antara 0,89-1,06 individu/m2
tergolong rendah. Kondisi ini jika
dibiarkan secara terus menerus akan mengakibatkan penurunan populasi kerang
bulu serta kelangkaan sumberdaya kerang bulu. Sehingga langkah yang musti
diambil pada masa yang akan datang yaitu mengembangkan keilmuan terkait
dengan pembudidayaan kerang bulu sehingga populasinya dapat terus di jaga.
Distribusi hasil kerang bulu yang ditangkap oleh responden beberapa ada yang
dijual langsung ke konsumen dengan membuat warung-warung kecil di pinggiran
jalan raya Kawal yang banyak dilewati wisatawan lokal. Namun sebagian besar
dari mereka menjualnya ke pengumpul, beberapa dari pengumpul mendatangi
secara langsung para responden untuk mengambil kerang bulu yang telah
ditangkap.
Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 57% responden melakukan penjualan
kerang bulu ke pengumpul, sedangkan sisanya sebesar 43% dijual secara lengsung
ke konsumen. Banyaknya responden yang melakukan penjualan kerang bulu ke
pengumpul disebabkan oleh kemudahan proses penjualan. Kemudahan ini
didukung oleh para pengumpul yang mengambil langsung ke masyarakat yang
menangkap kerang bulu. Resiko kerusakan sampel kerang bulu hasil tangkapan
juga dapat dihindari jika penjualan langsung di serahkan ke pengumpul.
Sedangkan masyarakat yang menjual hasil tangkapannya secara langsung ke
konsumen, umumnya telah memiliki langganan ataupun sudah di pesan
sebelumnya oleh konsumen tersebut. Penjualan kerang bulu masih dilakukan
secara alami yakni menjual secara langsung kerang bulu tanpa adanya
pengolahan.
Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara kerang bulu yang dijual ke
konsumen secara langsung dan pengumpul terdapat perbedaan harga. Harga
penjualan kerang bulu yang diambil langsung oleh pengumpul umumnya berkisar
antara Rp. 10.000-11.000 per kg. Sedangkan jika melakukan penjualan kerang
bulu secara langsung ke konsumen dapat berkisar antara Rp. 11.000-13.000 per
kg. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap harga jual kerang
bulu oleh pengumpul di pasar ataupun di pinggiran jalan raya berkisar antara
Rp.13.000-15.000 per kg. Namun para responden yang melakukan penangkapan
kerang bulu tidak ingin mengambil risiko jika kerang bulu yang ditangkap
membusuk, sehingga lebih banyak dari mereka yang melakukan penjualan secara
langsung ke pengumpul.
Berdasarkan pengamatan terkait kondisi pemenfaatan kerang bulu di perairan
Kawal, maka perlu dirumuskan rencana pengelolaan kerang bulu sebagai berikut;
1. Mendorong dilakukannya riset terkait dengan pemeliharaan kerang bulu
dalam wadah budidaya terkontrol untuk menjamin ketersediaan stoknya di
alam.
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan pemanfaatan
kerang bulu agar masyarakat memahami peranan dari sumber daya yang
ada.
3. Melakukan kajian terkait dengan ketersediaan stok kerang bulu A.
antiquata di perairan Kawal untuk menggambarkan kondisi populasi
terkini.
4. Memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sekitar
perairan Kawal agar lebih diperhatikan mengenai aspek lingkungan agar
tidak merusak ekosistem.
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Potensi kerang bulu A. antiquata di perairan Kawal memiliki kelimpahan
berkisar antara 0,89-1,06 individu/m2 (8999-10556 ind/ha).
2. Pola pemanfaatan kerang bulu di perairan Kawal bahwa penangkapan
kerang bulu dilakukan dengan jarak > 50 meter dari bibir pantai. Waktu
penangkapan optimum antara bulan Agustus-Desember (musim utara)
dengan kondisi arus dan gelombang laut yang cukup kuat. Hasil tangkapan
kerang bulu yang ditangkap nelayan umumnya sebanyak 5-10 kg/hari.
Penjualan kerang bulu didistribusikan langsung ke pengumpul dengan
harga antara Rp. 10.000 – 11.000 per kg.
Saran
Saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya:
1. Melakukan riset mahasiswa terkait dengan kajian populasi kerang bulu di
perairan Kawal sehingga diketahui nilai mortalitas dan eksploitasinya.
2. Mendorong dilakukannya riset terkait dengan pemeliharaan kerang bulu
dalam wadah budidaya terkontrol untuk menjamin ketersediaan stoknya di
alam.
DAFTAR PUSTAKA
Afif. M. F. 2017. Pengelolaan Ekosistem Lamun Berbasis Pemanfaatan Bivalvia
di Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan. [skripsi]. Universitas Maritim Raja
Ali Haji.
Akhirianti, I., Bengen, D. G, Setyobudiandi, I. 2014. Distribusi Spasial dan
Preferensi Habitat Bivalvia di Pesisir Perairan Kecamatan Simpang Pesak
Kabupaten Belitung Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 6 (1)
: 171-185.
Dayanti, F. Bahtiar., Ishak, E. 2017. Kepadatan dan distribusi Kerang Bulu (A.
antiquata L, 1758) di Perairan Wangi-wangi Selatan Desa Numana
Kabupaten Wakatobi. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan. 2 (2) : 113-
122.
Hulopi, M. 2012. Strategi Pengelolaan Bivalvia di Perairan Pantai Waitatiri
Berdasarkan Tingkat Pemanfaatan. Jurnal Triton. 8 (1) : 20-29.
Rinaiatsih, I., Widianingsih.. 2007. Kelimpahan dan Pola Sebaran Kerang -
Kerangan (Bivalve) di Ekosistem Padang Lamun, Perairan Jepara. Jurnal
Ilmu Kelautan. 12 (1) : 53 – 58.
Riniatsih, I., Kushartono, E. W. 2009. Substrat Dasar dan Parameter Oseanografi
sebagai Penentu Keberadaan Gastropoda dan Bivalvia di Pantai Sluke
Kabupaten Rembang. Junal Ilmu Kelautan. 14 (1) : 50-59.
Satrioajie, W. N. 2012. Potensi dan Aspek Biologi Kerang Bulu Anadara pilula
(Reeve, 1843) di Sekitar Perairan Pantai Kota Tegal. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia. 38 (2) : 189-202.
Wiyono, E. S. 2009. Species Selectivity of Garuk in Cirebon, West Java. Jurnal
Bumi Lestari. 9 (1) : 61-65.