pola dan proses komunikasi dalam kelurga

60
Family Health in Nursing K3LN 2010 Pola dan proses komunikasi dalam kelurga A. DEFINISI KOMUNIKASI Definisi Komunikasi Menurut para Ahli Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses yang mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver). Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut : “Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3). Group 1 | Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 1

Upload: muhammad-hafidl-hasbullah

Post on 11-Aug-2015

122 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Pola dan proses komunikasi dalam kelurga

A. DEFINISI KOMUNIKASI

Definisi Komunikasi Menurut para Ahli

Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mendefinisikan komunikasi sebagai

suatu proses yang mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu

saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku,

perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-

kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the

source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver).

Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi

(sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut :

“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti

umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita

sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan

seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti

dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para

pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi

sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi

memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu”

(Suprapto, 2006 : 2-3).

Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm tampak

lebih cenderung mengarah pada sejauh mana keefektifan proses berbagi antar

pelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi yang efektif adalah

komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness), kesepahaman

antara sumber (source) dengan penerima (audience)-nya. Menurutnya, sebuah

komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan,

pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh

penyampai.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 1

Page 2: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi

sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan

suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para

komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.

Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan

elemen lain (Suprapto, 2006 : 5).

Sebagai proses, kata Smith, komunikasi sekaligus bersifat khas dan umum,

sempit dan luas dalam ruang lingkupnya. Dirinya menguraikan :

“Komunikasi antarmanusia merupakan suatu rangkaian proses yang halus dan

sederhana. Selalu dipenuhi dengan berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli

bagaimana sederhananya sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi

antarmanusia juga merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia

dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat

ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui

media massa dengan audience di seluruh dunia…ketika manusia berinteraksi

saat itulah mereka berkomunikasi…saat orang mengawasi orang lain, mereka

melakukan melalui komunikasi” (Blake dan Haroldsen, 2003 : 2-3).

Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi C Janin

dalam bukunya Understanding Intercultural Communication mendefinisikan

komunikasi sebagai berikut :

“Communication is defined as a two way on going, berhaviour affecting

process in which one person (a source) intentionally encodes and transmits

a message throught a channel to an intended audience (receiver) in order to

induce a particular attitude or behaviour” (Purwasito, 2003 : 198).

Dance dan Larson (dalam Vardiansyah, 2004 : 9) setidaknya telah

mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun, Dance dan

Larson mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting yang

mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain:

1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi bersifat umum,

misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses yang

menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. (b)

Definisi bersifat khusus, misalnya definisi yang menyatakan bahwa

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 2

Page 3: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, perintah dan

sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya.

2. Tingkat kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan,

misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-

situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan

kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku

penerima. (b) Definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Gode

(1959) yang menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat

sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang

menjadi dimiliki dua orang atau lebih.

3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang menekankan

keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan

bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan

saling pengertian. (b) Definisi yang tidak menekankan keberhasilan dan

tidak diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi

adalah proses transmisi informasi.

Dari berbagai definisi komunikasi yang ada, Sasa Djuarsa Sendjaja

dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mencoba menjabarkan tujuh

definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian

komunikasi. Definisi-definisi tersebut antara lain :

1. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)

menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan

mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).

Definisi ini seperti yang dikemukakan Hovland, Janis & Kelley (1953).

2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,

keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,

gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Komunikasi ini seperti yang

dikemukakan Berelson dan Stainer (1964).

3. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan

siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan

akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To

whom? With what effect?). Definisi seperti yang dikemukakan Lasswell

(1960).

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 3

Page 4: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

4. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula

dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua

orang atau lebih. Definisi ini seperti yang dikemukakan Gode (1959).

5. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi

rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau

memperkuat ego. Definisi ini seperti dikemukakan Barnlund (1964).

6. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian

dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Definisi ini seperti yang

disampaikan Ruesch (1957).

7. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat

mempengaruhi pikiran orang lainnya. Definisi ini seperti yang dikemukakan

Weaver (1949) (Zubair, 2006).

Sementara Riswandi menyimpulkan beberapa karakteristik komunikasi

berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain :

1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan

serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada

tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun

waktu tertentu.

2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara  sadar,

disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.

3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku

yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-

pihak yang berkomunikasi  (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat

dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan

yang disampaikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan

lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam

komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata,

kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.

5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut

dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut

tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 4

Page 5: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya bahwa para

pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta

tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi

seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak

lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi. (Riswandi, 2006).

Komunikasi Keluarga

Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,harapan dan pesan

yang disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti , dilakukan

oleh penyampai pesan (sumber, komunikator sendiri) ditujukan kepada penerima

pesan (receiver, komunikan, audience). Komunikasi dalam interaksi keluarga

penyampai pesan dapat ayah, ibu, orang tua, anak , suami, isteri , mertua, kakek,

nenek. Begitupun sebagai penerima pesan. Pesan yang disampaikan dapat

berupa informasi, nasihat,petunjuk, pengarahan, meminta bantuan .Komunikasi

yang terjadi dalam keluarga merupakan komunikasi yang unik. Komunikasi yang

terjadi dalam keluarga melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat ,

nilai-nilai, pendapat , sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda.

Komunikasi keluarga tidak sama dengan komunikasi antar anggota

kelompok biasa.Komunikasi yang terrjadi dalam suatu keluarga tidak sama

dengan komunikasi keluarga yang lain. Setiap keluarga mempunyai pola

komunikasi tersendiri. Relasi antara anak dan orang tua menunjukkan adanya

keragaman yang luas. Relasi orang tua dan anak dipengaruhi dan ditentukan oleh

sikap orang tua. Sikap yang berhubungan dengan afeksi dan dominasi; ada orang

tua yang mendominasi, yang memanjakan, acuh tak acuk dan oang tua akrab,

terbuka, bersahabat. Sikap orang tua yang berhubungan dengan ambisi dan minat

yaitu sikap orang tua yang mengutamakan sukses social, milik keduniawian,

suasana keagamaan dan nilai-nilai artistic. Perbedaan struktur social dapat

menyebabkan perbedaan relasi antara orang tua dan anak, antara lain :

1. Masyarakat industri modern

Anak sering kurang melakukan relasi dengan orang tuanya sehingga koordinasi

relasi lemah.

2. Masyarakat pertanian

Terdapat relasi yang dekat dengan tetangga dekat

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 5

Page 6: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

3. Masyarakat yang mengenal pemisahan orang dewasa dan anak

Banyak menimbulkan prasangka

4. Kehidupan di rumah sewaan (di kota besar) dan rumah sederhana (di desa)

Proses hidup dan kehidupan terbuka

Komunikasi dalam keluarga lebih banyak komunikasi antar pribadi.

Relasi antar pribadi dalam setiap keluarga menunjukkan sifat-sifat yang kompleks.

Komunikasi antar pribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di

antara dua orang atau kelompok kecil orang dengan berbagai efek dan umpan

balik.Setiap komponen harus dipandang dan dijelaskan sebagai bagian yang

terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar pribadi.

Tujuan komunikasi yang akan dicapai dapat dilihat dari sudut

kepentingan sumber dan penerima, dari sudut kepentingan social dan pribadi .

Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber, yaitu untuk memberikan

informasi , mendidik, menghibur dan menganjurkan suatu tindakan.

Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima yaitu untuk memahami in

formasi, mempelajari sesuatu, menikmati dan menerima atau menolak suatu

anjuran.

Tujuan komunikasi untuk kepentingan sosial adalah untuk mengendalikan apa

yang terjadi di lingkungan masyarakat dalam mencegah keresahan,

memelihara ketertiban dan keamanan; untuk fungsi sosialisasi dalam upaya

pendidikan dan pewarisan nilai-nilai budaya, norma-norma; memberikan

hiburan pada warga masyarakat.

Tujuan komunikasi untuk kepentingan pribadi yaitu untuk menentukan

keputusan dalam bertindak sesuai aturan social , memperoleh pengetahuan

dan keterampilan untuk hidup bermasyarakat ; menikmati hiburan , rileks dari

kesulitan hidup sehari-hari.

Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan

orang tua adalah untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik dan

menyenangkan anak-anak. Anak berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk

mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam memberikan respon dari

pertanyaan orang tua. Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan untuk

terjadinya keharmonisan dalam keluarga . Hasil komunikasi atau akibat

komunikasi dapat mencapai aspek kognitif menyangkut kesadaran dan

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 6

Page 7: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

pengetahuan,aspek afektif menyangkut sikap dan persaan dan aspek psikomotor

menyangkut perilaku dan tindakan. Hasil komunikasi di antara anggota keluarga

yaitu terjadinya perubahan perilaku anggota keluarga dalam menjaga

keharmonisan hubungan keluarga.

B. ELEMEN KOMUNIKASI KELUARGA

Komponen –komponen atau unsur-unsur komunikasi , yaitu : sumber,

komunikator,pesan, chanel (saluran) dan efek (hasil).

Sumber

Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan

digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa

orang, lembaga, buku pedoman, dokumen. Seorang komunikator sebagai

penyampai pesan perlu memperhatikan penampilan yang sesuai dengan tata

karma, keadaan, waktu dan tempat. Selain penampilan , seorang komunikator

harus menguasai masalah dalam mencapai tujuan komunikasi. Penguasaan

bahasa bagi seorang komunikator penting agar tidak menimbulkan salah tafsir

dan ketidak percayaan .

Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan . Pesan yang

memenuhi syarat berisikan hal-hal yang umum difahami para audien, jelas

dan gamblang, simpati dan menarik, seimbang dan sesuai dengan keinginan

lomunikan.

Channel (Saluran)

Channel adalah saluran penyampaian pesan yang biasa disebut media.

Efek (Hasil)

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku

orang. Prosedur untuk mendapat efek yang baik yaitu attention (perhatian),

Interest(kepentingan), Desire (keinginan), Decision (keputusan) dan Action

(tindakan).

Komponen-komponen atau unsure-unsur dalam komunikasi keluarga ,

umumnya merupakan komunikasi antar pribadi anggota keluarga saling

berpengaruh dan terjadi keterpaduan. Komponen mana yang awal dan akhir, tidak

tertentu, sangat tergantung pada kondisi dan kebutuhan anggota keluarga.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 7

Page 8: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Selain yang disebut di atas elemen komunikasi juga dapat dibagi dalam

komponen-komponen yang lebih luas, yaitu

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau

pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari

satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi

atau lmbaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikastor atau dalam bahasa

Inggrisnya disebut source, sender atau encode.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara

tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,

hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan

biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.

3. Media

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan

pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai

saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam

bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera dianggap

sebagai media komunikasi.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.

Penerima bisa saja satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai

atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 8

Page 9: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut audience

atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan

penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak

ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena

dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.

5. Interaksi

Interaksi merupakan bingkai dalam pengiriman dan penerimaan suatu pesan,

termasuk di dalam nya respon dari penerima dan pengirim. Interaksi dapat

menjadi dimanis, dimana merubah proses komunikasi antar individu.

6. Efek

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan,

dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh

ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang, karena

pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatankeyakinan pada

pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

7. Umpan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu

bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya

umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski

pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang

memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk

menyampaikan pesan ittu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-

al seperti ini menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

8. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi

jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni

lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi

waktu.

C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI KELUARGA

1. Semua perilaku adalah komunikasi. Dalam berbagai situasi, baik dua orag

atau lebih, individu bisa atau tidak menggunakan komunikasi verbal, akan

tetapi tidak dapat luput dari komunikasi nonverbal termasuk didalamnya

seperti gaya tubuh dalam mengekpresikan sesuatu.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 9

Page 10: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

2. Bahwa komunikasi mempunyai dua tingkat yaitu informasi (isi) dan perintah

(intruksi). Isi yaitu apa yang sebenarnya sedang dikatakan (bahasa verbal).

Sedangkan intruksi adalah menyampaikan maksud dari pesan (Goldenberg,

2000). Isi suatu pesan dapat saja berupa pernyataan sederhana, tetapi

mempunyai meta – pesan atau intruksi bergantung pada variable seperti

emosi dan alur bicara, gerakan dan posisi tubuh serta nada suara.

3. Berhubungan dengan “pemberian tanda baca (pungtuasi) (Watzlawick et al.,

1967) atau rangkaian komunikasi” (Bateson, 1979). Komunikasi melibatkan

transaksi, dan dalam pertukaran tiap respon berisi komunikasi berikutnya,

selain riwayat hubungan sebelumnya (Hartman & Laird, 1983).

4. Komunikasi diuraikan oleh Watzlick dan rekannya (1979) terdapat dua tipe

komunikasi yaitu, digital dan analogik. Komunikasi digital adlah komunikasi

verbal (bahasa isyarat) yang pada dasarnya menggunakan kata dengan

pemahaman arti yang sama. Sedangkan komunikasi analaogik yaitu idea tau

suatu hal yang dikomunikasikan, dikirim secara nonverbal dan sikap yang

representative (Hartman & Laird, 1983). Komunikasi analogik dikenal

sebagai bahasa tubuh , ekspresi tubuh, ekspresi wajah, irama dan nada kata

yang diucapkan (isyarat) berbagai manifestasi non verbal lainnya (non

bahasa) yang dapat dilakukan oleh seseorang (Watzlick et al, hal 62).

5. Diuraikan oleh kelompok yang sama dari beberapa ahli teori komunikasi

keluarga (Watzlick, Beavin, & Jackson, 1967) yang disebut prinsip redundasi

(kemubadziran). Prinsip ini merupakan dasar pengembangan penelitian

keluarga yang menggunakan keterbatasan pengamatan interaksi keluarga

sehingga dapat memberikan penghayatan yang valid kedalam pola umum

komunikasi

6. Semua interaksi komunikasi yang simetris atau komplementer. Pola

komunikasi simetris adalah perilaku pelaku bercermin pada perilaku pelaku

interkasi yang lainnya. Sedangkan komukasi komplementer adalah perilaku

seorang pelaku interaksi melengkapi perilaku pelaku interkasi lainnya. Jika

satu dari dua tipe komunikasi tersebut digunakan secara konsisten dalam

hubungan keluarga, tipe komunikasi ini mencerminkan nilai dan peran serta

anggota keluarga dan pengaturan kekuasaan keluarga (Batson, dkk., 1963).

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 10

Page 11: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

D. SALURAN KOMUNIKASI KELUARGA

Saluran informasi adalah rute atau cara informasi sampai kepada penerima.

Dalam jaringan komunikasi keluarga juga menggunakan saluran dalam

menyampaikan pesan kepada anggota keluarga. Dalam keluarga, saluran

informasi dapat bervariasi tergantung setting hubungan anggota

keluarga.contohnya keluaga patriarchal akan memberikan komunikasi dengan

jenis perintah yang berasal dari ayah ke ibu lalu ke anak, ini disebut jaringan

komunikasi vertical.

Keluarga biasanya menggunakan saluran komunikasi sesuai dengan struktur

kekuatan keluarga, dekatan dalam keluarga, peran keluarga, dan popularitas

dalam keliarga. Popolaritas berpusat pada individu mengindikasikan bahwa

adanya konvergenitas saluran komunikasi pada satu orang. Orang ini biasanya

orang menengah atau penengah dalam keluarga. Lawannya, anggota keluarga

yang lain akan merasa tidak popular, takut, menolak, dan mengesampingkan

posisinya.

Komunikasi dalam interaksi keluarga dapat terjadi secara kebetulan di antara

anggota keluarga. Selain dari itu komunikasi dalam interaksi keluarga dapat

berlangsung berbalas-balasan. Orang yang terlibat dalam komunikasi dua sampai

empat orang. Apabila perckapan mereka semakin serius, maka dapat terjadi

dialog, di antara mereka.Kondisi demikian siapa yang menjadi komunikator dan

siapa yang menjadi komunikan menjadi tidak jelas. Dalam kehidupan sehari-hari

ada berbagai saluran yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi. Seseorang

menggunakan saluran tertentu, sebagai saluran sementara atau sewaktu-waktu

dalam interaksi dengan orang lain.

Kadang-kadang saluran ini dikembangkan sebagai hal yang menetap dan

berakar bersama perkembangan pribadinya. Saluran mana yang digunakan ,

tergantung pada pengalaman belajar sebelumnya dan tergantung pada intensitas

ancaman yang diperoleh dan dirasakannya serta kecemasan yang menyertai

tanggapan akan ancaman itu . Saluran komunikasi tersebut meliputi :

1. Konsonan

Konsonan adalah komunikasi dimana perasaan dan perilaku dinyatakan

seiring dan searti dengan pesan yang diberikan . Orang yang menggunakan

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 11

Page 12: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

saluran ini adalah orang yang merasa aman untuk mengatakan apa saja

yang ada dalam benaknya.

2. Celaan

Reaksi yang biasa dilakukan oleh orang yang merasa dirinya selalu

terancam, dalam bentuk menggerutu, kritik yang berlebihan atau bersikap

kasar.

Orang pencela ini biasanya menderita harga diri rendah, dan berusaha

meningkatkannya dengan mencela atau mencemoohkan orang lain.

3. Kepatuhan

Orang yang patuh biasanya cenderung untuk menyalahkan dirinya sendiri

apabila terjadi sesuatu yang menimpa diriya atau keluarganya .Biasanya

anggota keluarga lain mempergunakan saluran komunikasi celaan terhadap

anggota keluarga yang seperti ini.

4. Intelektualisasi

Saluran ini memusatkan memusatkan interaksi pada kemampuan rasional,

kemampuan mental dan kemampuan intelektual.

Dalam perilakunya orang semacam ini menampilkan diri sebagai orang

tanpa perasaan. Orang semacam ini melakukan tindakan tidak sesuai

dengan perasaannya, atau ia dalam konflik antara pikiran dan

perasaannya.Penggunaan saluran ini dalam komunikasi antar keluarga,

terdapat jarak emosional yang menghambat hubungan mereka di antara

anggota tersebut.

5. Acuh tak acuh

Saluran ini merupakan saluran tidak sehat, yang bersumber pada ketakutan,

kemarahandan keinginan untuk memanipulasi orang lain.Komunikasi ini

sering muncul dalam bentuk bungkam, sikap tidak peduli ,tanpa

memperhatikan yang diajak berbicara

E. PROSES KOMUNIKASI KELUARGA YANG BAIK

Komunikasi dalam interaksi keluarga yang dianggap penting untuk

mencapai tujuan tertentu, biasanya direncanakan dan diutamakan.Komunikasi

dikatakanberhasil kalau menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Komunikasi

demikian harus dilakukan dengan efektif. Orang tua sebagai pemimpin dalam

keluarga , dapat berperan sebagai komunikator atau dapat menunjuk salah

seorang anggota keluarga menjadi komunikator. Fungsi komunikator adalah

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 12

Page 13: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

menyediakan sumber informasi. Selanjutnya menjaring dan mengevaluasi

informasi yang tersedia dan mengolah informasi ke dalam suatu bentuk yang

cocok dengan bagi beberapa anggota keluarga sebagai penerima informasi.

Peranan utama komunikator adalah menciptakan suasana yang baik dalam

proses komunikasi tersebut. Anggota keluarga lainnya menjadi komunikan yang

aktif berpartisipasi.

1. Dalam kominikasi , harus ada kemauan antara komunikator dan

komunikan, tidak setengah-tengah dalam berlangsungnya komunikasi

2. Komunikasi akan mencapai hasil yang diharapkan apabila komunikator

dapat mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain

3. Pesan-pesan dalam komunikasi harus dapat dimengerti, difahami dan

menjadi jelas

4. Komunikai yang baik terjadi keselarasan dan kesesesuaian antara

pesan dan umpan balik

5. Komunikasi yang berhasil yaitu pesan yang diterima komuikan sesuai

dengan maksud pesan yang dikirim komunikator. Komunikasi yang

berhasil menggunakan komunikasi dua arah.

Menurut sebagian besar terpi keluarga, komunikasi fungsional dipandang

sebagia landasan keberhasilan, keluarga yang sehat (Watzlick & Goldberg, 2000)

dan komunikasi fungsional didefinisikan sebagai pengiriman dan penerima pesan

baik isi maupun tingkat instruksi pesan yang lansung dan jelas (Sells,1973), serta

sebagi sasaran antara isi dan tingkat instruksi. Dengan kata lain komunikasi

fungsional dan sehat dalam suatu keluarga memerlukan pengirim untuk

mengirimkan maksud pesan melalui saluran yang reltif jelas dan penerima pesan

mempunyai pemahaman arti yang sama dengfan apa yang dimaksud oleh

pengirim (Sells). Proses komunikasi fungsional terdiri dari beberapa unsur, antara

lain :

1. Pengiriman Fungsional

Satir (1967) menjelaskan bahwa pengiriman yang berkomunikasi secara

fungsional dapat menyatakan maksudnya dengan tegas dan jelas,

mengklarifikasi dan mengualifikasi apa yang ia katakan, meminta umpan balik

dan terbuka terhadap umpan balik.

a) Menyatakan kasus dengan tegas dan jelas

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 13

Page 14: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Salah satu landasan untuk secara tegas menyatakan maksud seseorang

adalah penggunaan komunikasi yang selaras pada tingkat isi dan

instruksi (satir,1975)

b) Intensitas dn keterbukaan.

Intensitas berkenaan dengan kemampuan pengirim dalam

mengkomunikasikan persepsi internal dari perasaan, keinginan,dan

kebutuhan secara efektif dengan intensitas yang sama dengan persepsi

internal yang dialaminya. Agar terbuka, pengirim fungsional

menginformasikan kepada penerima tentang keseriusan pesan dengan

mengatakan bagaimana penerima seharusnya merespon pesan

tersebut.

c) Mengklarifikasi dan mengualifikasi pesan

Karakteristik penting kedua dari komunikasi yang fungsional menurut

Satir adalah pernyataan klarifikaasi daan kualifikaasi. Pernyataan

tersebut memungkinkan pengirim untuk lebih spesifik dan memastikan

persepsinya terhadap kenyataan dengan persepsi orang lain.

d) Meminta umpan balik

Unsur ketiga dari pengirim fungsional adalah meminta umpan balik, yang

memungkinkan ia untuk memverifikasi apakah pesan diterima secara

akurat, dan memungkinkan pengirim untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan untuk mengklarifikasi maksud.

e) Terbuka terhadap umpan balik

Pengirim yang terbuka terhadap umpan balik akan menunjukkan

kesediaan untuk mendengarkan, bereaksi tanpa defensive, dan

mencoba untuk memahami. Agar mengerti pengirim harus mengetahui

validitas pandangan penerima. Jadi dengan meminta kritik yang lebih

spesifik atau pernyataan “memastikan”, pengirim menunjukkan

penerimaannya dan minatnya terhadap umpan balik.

2. Penerima Fungsional

Penerima fungsional mencoba untuk membuat pengkajian maksud suatu pesa

secara akurat. Dengan melakukan ini, mereka akan lebih baik

mempertimbangkan arti pesan dengan benar dan dapat lebih tepat mengkaji

sikap dan maksud pengirim, serta perasaan yang diekspresikan dalam

metakomunikasi. Menurut Anderson (1972), penerima fungsional mencoba

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 14

Page 15: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

untuk memahami pesan secara penuh sebelum mengevaluasi.ini berarti

bahwa terdapat analisis motivasi dan metakomunikasi, serta isi. Informasi

baru, diperiksa dengan informasi yang sudah ada, dan keputusan untuk

bertindak secara seksama dioertimbangkan. Mendengar secara efektif,

member umpan balik, dan memvalidasi tiga tekhnik komunikasi yang

memungkinkan penerima untuk memahami dan merespons pesan pengirim

sepenuhnya.

a. Mendengarkan

Kemampuan untuk mendengar secara efektif merupakan kualitas

terpenting yang dimiliki oleh penerima fungsional. Mendengarkan secara

efektif berarti memfokuskan perhatian penuh pada seseorang terhadap

apa yang sedang dikomunikasikannya dan menutup semua hal yang

aakan merusak pesan. Penerima secara penuh memperhatikan pesan

lengkap dari pengirim bukan menyalahartikan arti dari suatu pesan.

Pendengar pasif merespons dengan ekspresi datar dan tampak tidak

peduli sedangkan pendengar aktif dengan sikap mengomunikasikan

secara aktif bahwa ia mendengarkan. Mengajukan pertanyaan

merupakan bagian penting dari mendengarkan aktif (Gottman, Notarius,

Gonso dan Markman, 1977). Mendengarkan secara aktif berarti menjadi

empati, berpikir tentang kebutuhan, dan keinginan orang lain, serta

menghindarkan terjadinya gangguan alur komunikasi pengirim.

b. Memberikan umpan balik

Karakteristik utam kedua dari penerima funbgsional adalah memberikan

umpan balik kepada pengirim yang memberitahu pengirim bagaimana

penerima menafsirkan pesan. Pernyataan ini mendorong pengirim untuk

menggali lebih lengkap. Umpan balik juga dapat melalui suatu proses

keterkaitan, yaitu penerima membuat suatu hubungan antara pengalaman

pribadi terdahulu (Gottman et.al, 1877) atau kejadian terkait dengan

komunikasi pengirim.

c. Memberi validasi

Dalam menggunakan validasi penerima menyampaikan pemahamannya

terhadap pemikiran dan perasaan pengirim. Validasi tidak berarti

penerima setuju dengan pesan yang dikomunikasikan pengirim, tetapi

menunjukan penerimaan atas pesan tersebut berharga.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 15

Page 16: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Komunikasi yang efektif menurut Cutlip dan Center, komunikasi yang

efektif harus dilaksanakan dengan melalui empat tahap , yaitu :

1. Fact finding : Untuk berbicara perlu dicari fakta dan ata tentang komunikan

berkenaan dengan keinginan dan komposisinya

2. Planning : rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana

mengemukakannya berdasarkan fakta dan data yang diperoleh

3. Communicating : berkomunikasi berdasarkan planning yang telah disusun

4. Evaluation :Penilaian dan analisis untuk melihat bagaimana hasil

komunikasi tersebut

Proses komunikasi mulai bila seseorang bicara pada orang lain nya,

karena dia memiliki sesuatu kebutuhan.Bicara adalah suatu usaha untuk

berkomunikasi dengan orang lain di luar dirinya. Jenis hubungan antar

pribadi ,yaitu :

1. Tahap perkenalan

Terbatas pada pertukaran informasi Pada tahap perkenalan jenis hubungan

pribadi dikategorikan sebagai kenalan. karena jenis hubungan antar pribadi

seperti ini sangat terbatas pada pertukaran informasi. Pada pertemuan

pertama saling mengenal , yang diutarakan hanya beberapa informasi. Dua

pribadi belum terlibat dalam cerita-cerita yang berifat pribadi.Hubungan pada

tahap perkenalan, dapat dikategorikan tahap pasif, yang mengutamakan

perhatian terhadap komunikan, tanpa menanyakan apa-apa; tahap aktif ,

yaitu mengajukan pertanyaan, memperhatikan dan mendengarkan

komunikan; tahap interaktif yaitu tahap memanipulasi komunikan agar

komunikator bisa memperoleh informasi melalui perilaku komunikan.

2. Tahap persahabatan :

komunikator dan komunikan merasa memiliki kedudukan yang sama yang

saling memberikan perhatian. Persahabatan memiliki beberapa fungsi , yaitu

membagi pengalaman, agar dua pihak sama-sama puas dan sukses,

menunjukkan dukungan emosional, sukarela membantu kalau diperlukan,

berusaha membuat pihak lain senang, membantu sesama, bila dia

berhalangan untuk sesuatu urusan.

3. Tahap keakraban dan keintiman :

interaksi dilakukan berulang-ulang dengan derajat kebebasan dan

keterbukaan yang sangat tinggi.Derajat keterbukaan mempengaruhi untuk

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 16

Page 17: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

terjadinya perubahan pikiran, perasaan dan perilaku.Hubungan pribadi yang

intim dan akrab banyak dipengaruhi emosi.Keakraban dan keintiman

antarpribadi terjadi karena dua pribadi memiliki banyak kesamaan,

sehinggga membuat hubungan mereka menjadi satu.Keadaan tersebut

dapat menimbulkan rasa cinta yang dapat menentukan relasi selanjutnya.

4. Hubungan suami dengan isteri :

keterbukaan tak terbatas, memberi dan menerima seluruh hidupnya dalam

kelebihan kekurangan, bahkan sampai akhir hayat.

5. Hubungan orang tua dengan anak :

menumbuhkan perasaan kita yang mendalam , diantara mereka. Jenis

hubungan ini ditandai dengan prinsip hubungan ketat, berdasarkan pertalian

darah.Perasaan yang tumbuh adalah perasaan yang mendalam pada prinsip

rasa kita dari pada rasa mereka.

6. Hubungan persaudaraan :

perasaan cinta antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama. Cinta yang

menandai hubungan persaudaraan itu berdasarkan emosi.Kedekatan intra

anggota keluarga akan membawa dampak bagi keluarga lain.

Sembilan cara untuk merubah pikiran orang tanpa menimbulkan rasa

kecewa dan mendongkol , yaitu :

1. Mulailah dengan memberikan pujian yang ikhlas

2. Jika menunjukkan kesalahan orang, lakukanlah dengan cara yang tidak

langsung

3. Berbicaralah tentang kesalahan diri sendiri, sebelum mengecam orang

lain

4. Berilah perintah dalam bentuk usul

5. Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan orang

6. Pujilah perbaikan-perbaikan yang bagaimanapun kecilnya dan jika

memberikan pujian lakukan dengan ikhlas

7. Berilah reputasi (nama baik) , supaya ia mempertahankannya

8. Bersikaplah seolah-olah kesalahan mereka mudah diperbaiki dan

pekerjaannnya mudah dilakukan

9. Usahakan supaya orang lain suka melakukan, apa yang kita inginkan.

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, dalam bentuk sikap dan

tingkah laku. Komunikasi yang efektif , yaitu sikap dan tingkah laku itu sesuai

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 17

Page 18: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

dengan yang diharapkan dari komunikasi tersebut.Prosedur yang dapat ditempuh

untuk mendapat efek yang baik dari komunikasi menurut Wilbur Schraam yang

disebut sebagai Procedur A – A, yaitu : proses dari attention ke action.Komunikasi

dalanm interaksi keluarga , pertama harus dibangkitkan dulu Attention (perhatian)

anggota keluarga dengan berbagai cara, kemudian Interest (kepentingan) yang

disampaikan , sesuai dengan kebutuhan keluarga atau anggota keluarga.

Selanjutnya kembangkan keinginan-keinginan anggota kaluarga sehingga timbul

Decision (keputusan) untuk melakukan pesan yang diharapkan. Proses terakhir

dari keputusan itu muncul Action (tindakan ).

F. PROSES KOMUNIKASI KELUARGA YANG TIDAK BAIK

Proses Komukasi keluarga yang tidak baik atau difungsional, meliputi:

1. Pengirim Disfungsional

Komunikasi pengirim disfungsional sering tidak efektif pada satu atau lebih

karakteristik dasar dari pengirim fungsional. Dalam menyatakan kasus,

mengklarifikasi dan mengkulifikasi, dalam menguraikan dan keterbukaan

terhadap umpan balik. Penerima sering kali ditinggalkan dalam kebingungan

dan harus menebak apa yang menjadi pemikiran atau perasaan pengirim

pesan. Komunikasi pengirim disfungsional dapat bersifat aktif atau defensif

secara pasif serta sering menuntut untuk mendapatkan umpan balik yang

jelas dari penerima. Komunikasi yang tidak sehat terdiri dari :

a. Membuat asumsi

Ketika asumsi dibuat, pengim mengandalkan apa yang penerima rasakan

atau pikiran tentang suatu peristiwa atau seseorang tanpa memvalidasi

persepsinya. Pengirim disfungsional biasanya tidak menyadari asumsi

yang mereka buat, ia jarang mengklarifikasi isi atau maksud pesaan

sehingga dapat terjadi distorsi pesan. Apabila hal ini terjadi, dapat

menimbulkan kemarahan pada penerima yang diberi pesan, yang

pendapat serta perasaan yant tidak dianggap.

b. Mengekspresika perasaan secara tidak jelas

Tipe lain dari komunikasi disfungsional oleh pengirim adalah

pengungkapan perasaan tidak jelas, karena takut ditolak, ekspresi

perasaan pengirim dilakukan dengan sikap terselubung dan sama sekali

tertutup. Komunikasi tidak jelas adalah “sangat beralasan” (Satir, 1991)

apabila kata-kata pengirim tidak ada hubunganya dengan apa yang

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 18

Page 19: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

dirasakan. Pesan dinyatakan dengan cara yang tidak emosional. Berdiam

diri merupakan kasus lain tentang pengungkapan perasaan tidak jelas.

Pengirim merasa mudah tersinggung terhadap penerima yang tetap tidak

mengungkapkan kemarahannya secara terbuka atau mengalihkan

perasaannya ke orang atau benda lain.

c. Membuat respon yang menghakimi

Respon yang menhakimi adalah komunikasi disfungsional yang ditandai

dengan kecenderungan untuk konstan untuk menbgevaluasi pesan yang

menggunakan system nilai pengirim. Pernyataan yang menghakimi selalu

mengandung moral tambahan. Pesan pernyataan tersebut jelas bagi

penerima bahwa pengirim pesan mengevaluasi nilai dari pesan orang lain

sebagai “benar”, atau “salah”, “baik” atau “buruk”, “normal” atau “tidak

normal”.

d. Ketidakmampuan untuk mendefinisikan kebutuhan sendiri

Pengirim disfungsional tidak hanya tidak mampu untuk menekspresikan

kebutuhangnya. Namun juga karena takut ditolak menjadi tidak mampu

mendefenisikan prilaku yang ia harapkan dari penerima untuk memenuhi

kebutahan mereka.sering kali pengirim disfungsiopnal tidak sadar merasa

tidak berharga, tidak berhak untuk mengungkapkan kebutuhan atau

berharap kebutuhan pribadinya akan dipenuhi.

e. Komunikasi yang tidak sesuai

Penampilan komunikasi yang tidak sesuai merupakan jenis komunikasi

yang disfungsional dan terjadi apabila dua pesan yang bertentangan atau

lebih secara serentak dikiri (Goldenberg, 2000). Penerima ditinggalkan

dengan teka-teki tentang bagaimana harus merespon. Dalam kasus

ketidaksesuaian pesan verbal dan nonverbal, dua atau lebih pesan literal

dikirim secara secara serentak bertentangan satu sama lain. Pada

ketidaksesuaian verbal nonverbal pengirim mengkomunikasikan suatu

pesan secara verbal, namun melakukan metakomunikasi nonverbalyang

bertentangan dengan pesan verbal. Ini biasanya diketahuinsebagai

“pesan campuran”, misalnya “ saya tidak marah pada anda” diucapakan

dengan keras, nada suara tinggi dengan tangan menggempal.

2. Penerima Disfungsional

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 19

Page 20: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Jika penerima disfungsional, terjadi komunikasi yang terputus karena pesan

tidak diterima sebagaimana dimaksud, karena kegagalan penerima untuk

mendengarkan, atau menggunakan diskualifikasi. Merespon secara ofensif,

gagal menggali pesan pengirim, gagal memvalidasipesan, merupakan

karakterstik disfungsional lainnya.

a. Gagal untuk mendengarkan

Dalam kasus gagal untuk mendengarkan, suatu pesan dikirim, namun

penerima tidak memperhatikan atau mendengarkan pesan tersebut.

Terdapat beberapa alasan terjadinya kegagalan untuk mendengarkan,

berkisar dari tidak ingin memerhatikan hingga tidak memiliki

kemampuan untuk mendengarkan. Hal ini biasanya terjadi karena

distraksi, seperti bising, waktu yang tidak tepat, kecemasan tinggi, atau

hanya karena gangguan pendengaran.

b. Menggunakan diskualifikasi

Penerima disfungsional dapat menerapkan pengelakkan untuk

mendiskualifikasi suatu pesan dengan menghindari isu penting.

Diskualifikasi adalah respon tidak langsung yang memungkinkan

penerima untuk tidak menyetujui pesan tanpa memungkinkan penerima

untuk tidak menyetujui pesan tanpa benar-benar tidak menyetujuinya.

c. Menghina

Sikap ofensif komunikasi menunjukkan bahwa penerima pesan bereaksi

secara negatif, seperti sedang terancam. Penerima tampak bereaksi

secara defensif terhadap pesan yang mengasumsikan sikap oposisi dan

mengambil posisi menyerang. Pernyataan dan permintaan dibuat

dengan konsisten dengan sikap negatif atau dengan harapan yang

negatif.

d. Gagal menggali pesan pengirim

Untuk mengklarifikasi maksud atau arti dari suatu pesan, penerima

fungsional mencari penjelasan lebih lanjut. Sebaliknya, penerima

disfungsional menggunkan respon tanpa menggali, seperti membuata

asumsi , memberikan saran yang prematur, atau memutuskan

komunikasi.

e. Gagal memvalidasi pesan

Validasi berkenaan dengan penyampaian penerimaan penerima. Oleh

karena itu, kurangnya validasi menyiratkan bahwa penerima dapat

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 20

Page 21: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

merespon secara netral atau mendistorsi dan menyalahtafsirkan pesan.

Mengasumsikan bukan mengklarifikasi pemikiran pengirim adalah suatu

contoh kurangnya validasi.

3. Pengirim dan Penerima Disfungsional

Dua jenis urutan intearksi komunikasi yang tidak sehat, melibatkan

baik pengirim maupun penerima, juga secara luas didiskusikan dalam

literatur komunikasi. Komunikasi yang tidak sehat merupakan kominikasi

yang mencerminkan pembicaraan “parallel” yang menunjukan

ketidakmampuan untuk memfokuskan pada suatu isu.

Dalam pembicraan parallel, setiap individu dalam interaksi secara

konstan menyatakan kembali isunya tanpa betul-beetul mendengarkan

pandangan orang lain atau mengenali kebutuhan orang lain. Orang yang

berinteraksi disfungsional, mungkin tidak mampu untuk memfokuskan pada

satu isu. Tiap individu melantur dari satu isu ke isu lain bukannya

menyelesaikan satu masalah atau meminta suatu pengungkapan.

G. POLA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA YANG BAIK

Pola komunikasi keluarga merupakan bentuk komunikasi keluarga yang

dilakukan secara relai diantara anggota keluarga dalam menyampaikan pesan

kepada anggota yang lain. Selanjutnya oleh Galvin dikatakan bahwa terbentuknya

keluarga memiliki beberapa fungsi. Fungsi tersebut adalah :

1. establishing a pattern of cohesion, or separateness and connectedness

2. establishing a pattern of adaptability.

Oleh karena itu, terbentuknya keluarga, dalam panadangan Galvin, harus

dibangun atas dasar-dasar cohesion (keterpaduan) anggota keluarga dan

adaptability (penyesuaian) antara anggota keluarga dengan faktor-faktor diluar

lingkungan keluarga.

Cohesion (keterpaduan). Keterpaduan merupakan bentuk implikasi dari

hubungan yang menunjukkan kesatuan pendapat, pikiran dan tenaga didalam

keluarga. Tingkat keterpaduan dapat berpengaruh penting dalam menjaga

keutuhan sebuah keluarga. Oleh karena itu ketrpaduan juga mempunyai kaitan

dengan komunikasi yang dilakukan dalam keluarga. Jika keterpaduan sangat

tinggi, maka didalam keluarga itu terjadi keterikatan yang sangat tinggi, saling

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 21

Page 22: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

tergantung antara anggota keluarga, dan tidak dapat dipisahkan, tetapi kalau

keterpaduan rendah, maka masing-masing anggota keluarga tidak akan saling

mempedulikan, terpisah, dan tidak ada keterikatan. Cohesion atau keterpaduan

menurut Olson (Galvin,1982;12) adalah “the emotional bonding members have

with one another and the degree of individual autonomy a person experiences in

the family system”. Keterpaduan dalam keluarga ini tidak semata bersifat fisik

tetapi juga psikis. Sehingga bisa saja secara fisik berjauhan, tetapi secara psikis

justru berdekatan, demikian pula sebaliknya. Keterpaduan sebagaimana

dikemukakan oleh Olson (Galvin.1982;13) dapat diketahui dari “emotional bonding,

independence, boundaries, time, space, friends, decision making, and interests

and recreation”.

Adaptabillity (penyesuaian). Penyesuaian merupakan konsep yang

mengacu pada peran dan fungsi sebbuah keluarga didalam merespon atau

melakukan penyesuaian tehadap hal-hal diluar lingkungannnya. Sebagaimana

diketahui bahwa keluarga sebagai sistem sosial terkecil, kehadirannya tidak dapat

dilepaskan dari sistem sosial kemasyarakatan yang ada. Oleh karena itu, agar

keutuhan keluarga terjaga, maka perlu upaya untuk menyesuaikan perubahan

yang ada atau menolak perubahan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai

keluarga. Penyesuaian yang tinggi oleh keluarga terhadap lingkungannya, dapat

menyebabkan kekacauan keluarga (chaotic), sedangkan penyesuaian yang terlalu

rendah akan mengakibatkan keluarga yang kaku (rigid). Olson (Galvin,1982;14)

berpendapat bahwa adaptability atau penyesuaian didefinisikan sebagai “ the

ability of a marital/family system to change its power Structure, role relationships,

and relationships rules in response to situational and developmental stress”.

Dengan komunikasi keluarga yang baik, maka pengaruh lingkungan dapat

dikendalikan, untuk disesuaikan dengan norma-norma atau nilai-nilai yang ada

dalam keluarga. Untuk mengukur penyesuaian ini dapat dilakukan melalui; “family

power structure (assertiveness and control, negotiation styles, role relationships,

amd relationships rules and feedback(positive and negative)’.

Kajian komunikasi keluarga, apabila kita mengacu pada hakekat dasar

komunikasi yaitu kegiatan yang melibatkan komponen komunikator, pesan,

saluran dan komunikan, maka komunikasi keluarga adalah komunikasi dengan

komponen-komponennya yang terjadi didalam keluarga. Komunikasi keluarga

adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengn anak-anaknya dan suami

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 22

Page 23: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar pikiran,

mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada anaknya, dan

penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak kepada kedua orang

tuanya. Jadi hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk

menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama

anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam

keluarga tersebut. Untuk mencapai sasaran komunikasi seperti itu, kondisi

keluarga yang harmonis sangat berpengaruh dalam komunikasi keluarga.

Sebagaimana dikatakan Berger bahwa keluarga normal atau keluara

harmonis dapat berpengaruh terhadap proses komunikasi keluarga. Artinya, dalam

keluarga jarang terjadi sikap pertentangan antar anggota, tidak saling

menyudutkan atau mencari kambing hitam dalam memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi.

Pola interaksi dalan keluarga menurut Don Jackson ada empat kategori,

yaitu Relasi seimbang dan memuaskan, Tidak seimbang dan memuaskan,

Tidak seimbang dan tidak memuaskan, Seimbang dan tidak memuaskan.

Sebuah keluarga yang ideal adalah sebuah keluarga yang lengkap posisi

dan peranannya. Ada suami dan istri yang juga berperan sebagai bapak dan ibu

bagi anak-anak mereka. Hubungan antar anggota keluarga ini terbentuk karena

sebuah komunikasi yang tepat dan sesuai untuk digunakan dalam keluarga itu,

dan bisa jadi masing-masing keluarga menerapkan pola komunikasi yang

berbeda-beda karena sangat tergantung kebutuhan dan situasi yang melatarinya.

Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya berbentuk

komunikasi antarpersona (face to face communication) yang pada intinya

merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi

dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator dan komunikan. Selain itu, yang

lebih penting lagi adalah bahwa reaksi yang diberikan masing-masing peserta

komunikasi dapat diperoleh langsung. Karena itulah, keluarga dapat dikategorikan

sebagai satuan sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.

Bagi anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman pertama

yang merupakan bekal untuk menempatkan diri dalam masyarakat. Komunikasi ini

akan memberikan pengaruh bagi kehidupannya.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 23

Page 24: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan

antar peran. Hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga

dilaksanakan melalui komunikasi. Dalam kaitannya dengan peran, aspek yang

paling penting menurut Blood dan Walfe adalah posisi anggota keluarga karena

distribusi/alokasi kekuasaan, kemudian aspek berikutnya yang penting adalah

pembagian kerja di dalam keluarga. Jadi, kombinasi antara kekuasaan dan

pembagian kerja menurut Blood dan Walfe (dalam Marhaeni, 1996) adalah hal

yang mendasar dalam keluarga. Hal ini, dipengaruhi pula oleh posisi ke hubungan

suami istri dalam keluarga yang dapat dikembangkan dalam dua pola hubungan,

yaitu pertama hubungan antara pria dan wanita ditelaah dalam arti distribusi dan

alokasi kekuasaan, dan yang kedua adalah hubungan antara pria dan wanita yang

ditelaah dengan menganalisa ada atau tidaknya differensiasi dalam perilaku

antara pria dan wanita, yang pada kenyataan umumnya menunjukkan pada

peranan yang berbeda oleh masing-masing jenis kelamin. Dalam masyarakat,

kedua pola hubungan itu bisa tampil bersama-sama maupun tidak.

Dalam kasus komunikasi orang tua dan anak dimana dominasi keluarga itu

dipegang suami, maka segala keputusan (terutama dalam bidang publik) ada pada

figur suami. Kondisi ini akan mempengaruhi orang tua (terutama ibu) dalam

komunikasinya dengan anak. Karena ibu sebagai orang yang paling dekat dengan

anak kurang berani mengambil keputusan dalam bidang publik yang disebabkan

ketergantungannya pada suami. Hal ini, seperti dikatakan DeVito (1986), bahwa

pola komunikasi seperti di atas dapat dikategorikan dalam pola pembagian yang

tidak seimbang. Dimana dalam komunikasi ini satu orang mendominasi yang lain

karena satu orang nampak lebih ahli daripada lainnya, dan juga biasanya orang

seperti ini adalah orang yang lebih dalam mendapatkan pendapatan untuk

keluarga tersebut. Lebih lanjut, karena alasan ini pula seorang suami cenderung

untuk membuat keputusan sendiri dan jarang meminta pendapat anggota keluarga

yang lain.

Keadaan di atas dapat menyebabkan komunikasi yang berjalan searah dan

arus balik sangat kurang didapatkan. Anggota keluarga lain tidak bebas

mengeluarkan pendapat sehingga komunikasi yang terjadi pada keluarga ini dapat

dikatakan tidak harmonis, dalam arti istri dan anak tidak dianggap sebagai

partisipan yang sejajar.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 24

Page 25: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Sementara itu, jika dalam suatu keluarga menganut pandangan bahwa

kekuasaan tidak hanya dikuasai oleh suami saja tetapi istri juga mempunyai hak,

maka akan dapat dilihat bahwa komunikasi yang terjadi akan seimbang baik

antara orang tua (suami-istri) maupun orang tua-anak. Dalam kondisi seperti ini,

hubungan antar anggota keluarga lainnya akan sangat akrab, karena masing-

masing tidak merasa dikuasai oleh yang lain sehingga bebas dalam mengeluarkan

pendapat.

Menurut DeVito (1986), bahwa dalam keluarga seperti di atas dapat

dikategorikan dalam pola kesamaan dimana masing-masing pihak berkedudukan

sama, saling percaya dan masing masing pihak terbuka terhadap ide-ide,

pendapat serta kepercayaan pada orang lain. Dengan kondisi semacam ini, maka

komunikasi yang terjadi dalam keluarga dapat seimbang yaitu masing-masing

pihak saling menempatkan diri sesuai peranannya. Orang tua dalam keluarga ini,

menganggap anak bukan saja sebagi objek yang harus selalu patuh tetapi sudah

dianggap sebagai partner dalam berkomunikasi sehingga antara mereka dapat

terjalin komunikasi yang harmonis.

Komunikasi Orang Tua Dan Anak Melalui Komunikasi Antarpersona

Komunikasi diakui oleh para ahli sebagai komponen yang sangat penting

dari tingkah laku antar manusia (interpersonal communication). Termasuk dalam

permasalahan komunikasi orang tua dan anak yang dilakukan melalui komunikasi

antarpersona. Gerbner menjelaskan pengertian komunikasi orang tua dan anak

melalui komunikasi antar persona ini sebagai ‘proses pengiriman dan penerimaan

pesan antara dua orang atau dari sejumlah orang-orang dalam suatu kelompok

dengan sejumlah efek yang dapat diketahui dengan segera.

Komunikasi antar persona merupakan salinan dari bentuk-bentuk lain dari

pemikiran komunikasi yang mempunyai bagian atau elemen-elemen interpersonal.

Di sini, dia menggambarkan perbandingan komunikasi interpersonal sebagai

interaksi atau hubungan langsung antara individu-individu. Komunikasi membagi

aturan-aturan dari sumber ke penerima dan didalam interaksinya mereka

menciptakan arti-arti dan pemahaman-pemahaman (Trenholm dan Jenseris dalam

John, 1989; 152).

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 25

Page 26: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Dalam perkembangan selanjutnya komunikasi interpersonal

digambarkan sebagai komunikasi yang memerlukan tempat antara keduanya,

dan orang menyebutnya sebagai “koneksi”, yang dicontohkan dengan

hubungan antara ayah dan anak, dua saudara, guru dan murid, insan bercinta,

dua teman dan sebagainya (DeVito, 1986; 13).

Dalam kaitannya dengan komunikasi orang tua dan anak, maka faktor-

faktor yang berperan dalam hubungan interpersonal adalah bagaimana anak

mempunyai persepsi terhadap orangtua dan kemampuan menampilkan diri

sebagai orang tua yang baik. Kalau seorang anak beranggapan bahwa orang

tua adalah sosok yang memiliki sifat-sifat yang baik, ramah, menyayangi dan

sebagainya, biasanya anak akan lebih santai dan lebih antusias didalam

berkomunikasi dengan orang tua. Tetapi sebaliknya, bila anggapan anak

terhadap orang tua tidak ramah, tidak baik, galak, tidak menyayangi dan

sebagainya, akan membuat anak kurang tertarik untuk berkomunikasi dengan

orang tua.

Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1986)

mengungkapkan empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu :

1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi

secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam

keluarga adalah sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara

kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan.

Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan

bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi pada hubungan inerpersona

lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan pengikut, pemberi

pendapat dan pencari pendapat, tiap orang memainkan peran yang sama.

Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui

intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta

tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang

jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan

keputusan, baik yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun

yang penting seperti sekolah mana yang akan dimasuki anak-anak,

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 26

Page 27: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

membeli rumah, dan sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap

sebagai ancaman.

Masalah diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat

sebagai salah satu kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak

terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang

merupakan bagian dari hubungan jangka panjang. Bila model komunikasi

dari pola ini digambarkan, anak panah yang menandakan pesan individual

akan sama jumlahnya, yang berarti komunikasi berjalan secara timbal balik

dan seimbang.

2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam

pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya

masing-masing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang

berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk

bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan

memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki

pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu

pihak tidak dianggap lebih dari yang lain.

Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman karena tiap

orang memiliki wilayah sendiri-sendiri. Sehingga sebelum konflik terjadi,

sudah ditentukan siapa yang menang atau kalah. Sebagai contoh, bila

konflik terjadi dalam hal bisnis, suami lah yang menang, dan bila konflik

terjadi dalam hal urusan anak, istri lah yang menang. Namun tidak ada

pihak yang dirugikan oleh konflik tersebut karena masing-masing memiliki

wilayahnya sendiri-sendiri.

3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)

Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap

sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu

orang yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Dalam beberapa

kasus, orang yang mendominasi ini lebih cerdas atau berpengetahuan

lebih, namun dalam kasus lain orang itu secara fisik lebih menarik atau

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 27

Page 28: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang menarik atau

berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara membiarkan

pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil

keputusan sendiri.

Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas,

memberi tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan

bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta

pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya

sendiri atau sekedar meyakinkan pihak lain akan kehebatan argumennya.

Sebaliknya, pihak yang lain bertanya, meminta pendapat dan berpegang

pada pihak yang mendominasi dalam mengambil keputusan.

4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat

memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada

mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah

meminta pendapat, dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi

perdebatan karena semua sudah mengetahui siapa yang akan menang.

Dengan jarang terjadi perdebatan itulah maka bila ada konflik

masing-masing tidak tahu bagaimana mencari solusi bersama secara baik-

baik. Mereka tidak tahu bagaimana mengeluarkan pendapat atau

mengugkapkan ketidaksetujuan secara benar, maka perdebatan akan

menyakiti pihak yang dimonopoli. Pihak yang dimonopoli meminta ijin dan

pendapat dari pemegang kuasa untuk mengambil keputusan, seperti

halnya hubungan orang tua ke anak. Pemegang kekuasaan mendapat

kepuasan dengan perannya tersebut dengan cara menyuruh, membimbing,

dan menjaga pihak lain, sedangkan pihak lain itu mendapatkan kepuasan

lewat pemenuhan kebutuhannya dan dengan tidak membuat keputusan

sendiri sehingga ia tidak akan menanggung konsekuensi dari keputusan itu

sama sekali.

Pola Komunikasi Fungsional Dalam Keluarga

1. Berkomunikasi Secara Jelas dan Selaras

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 28

Page 29: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Pola sebagian nkeluarga yang sehat, terdapat keselarasan komunikasi

diantara anggota keluarga. Keselarasan merupakan bangunan kunci

dalam model komunikasi dan pertumbuhan menurut satir. Keselarasan

adalah suatun keadaan dan cara berkomunikasi dengan diri sendiri dan

orang lain. Ketika keluarga berkomunikasi dengan selarad terdapat

konsistensi dengan selaras terdapat konsistensi anatara tingkat isi dan

instruksi kominikasi. Apa yang sedang diucapkan, sama dengan isi

pesan. Kat-kata yang diucapkan, perasaan yang kita ekspresikan, dan

prilaku yang kita tampilkan semuanya konsisten. Komunikasi pada

kelurga yang sehat merupakan suatu proses yang sangat dinamis dan

saling timbal balik. Pesan tidak hanya dikirim dan diterima.

2. Komunikasi Emosional

Komunikasi emosional berkaitan dengan ekspresi emosi dan persaan dari

persaan marah, terluka, sedih, cemburu hingga bahagia, kasih sayingdan

kemesraan (Wright & Leahey, 2000). Pada keluarga fungsional perasaan

anggota keluarga ddiekspresikan. Komunikasi afektif pesan verbal dan

nonverbal dari caring, sikapfisik sentuhan, belaian, menggandeng dan

memandang sangat penting, ekspresi fisik dari kaisih saying pada

kehidupan awal bayi dan anak-anak penting untuk perkembangan respon

afektif yang normal. Pola komunikasi afeksi verbal menjadi lebih nyata

dalam menyampaikan pesan afeksional, walaupun pola mungkin beragam

dengan warisan kebudayaan individu.

3. Area Komunikasi Yang Terbuka dan Keterbukaan diri

Keluarga dengan pola komunikasi fungsional menghargai keterbukaan,

saling menghargai perasaan, pikiran, kepedulian, spontanitas, autentik

dan keterbukaan diri. Selanjutnya keluarga ini mampu mendiskusikan

bidang kehidupan isu personal, social, dan kepedulian serta tidak takut

pada konflik. Area ini disebut komunikasi terbuka. Dengan rasa hormat

terhadap keterbukaan diri. Satir (1972) menegaskan bahwa anggota

keluarga yant terus terang dan jujur antar satu dengan yang lainnya

adalah orang-orang yang merasa yakin untuk mempertaruhkan interaksi

yang berarti dan cenderung untuk menghargai keterbukaan diri

(mengungkapkan keterbukaan pemikiran dan persaan akrab).

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 29

Page 30: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

4. Hirarki Kekuasaan dan Peraturan Keluarga

System keluarga yang berlandaskan pada hirarki kekuasaan dan

komunikai mengandung komando atau perintah secara umum mengalir

kebawah dalam jaringan komunikasi keluarga. Interaksi fungsional dalam

hirarki kekuasaan terjadi apabila kekuasaan terdistribusi menurut

kebutuhan perkembangan anggota keluarga (Minuchin, 1974). Apabila

kekuasaan diterpkan menurut kemampuan dan sumber anggota keluarga

serta sesuai dengan ketentuan kebudayaan dari suatu hubungan

kekuasaan keluarga.

5. Konflik dan Resolusi Konflik Keluarga

Konflik verbal merupakan bagian rutin dalam interaksi keluarga normal.

Literature konflik keluarga menunjukkan bahwa keluraga yang sehat

tanpak mampu mengatasi konflik dan memetik mamfaat yang positif,

tetapi tidak terlalu banyak konflik yang dapat mengganggu hubungan

keluarga. Resolusi konflik merupakan tugas interaksi yang vital dalam

suatu keluarga (Vuchinich,1987). Orang dewasa dalam kelurga perlu

belajar untuk mengalami konflik konstruktif. Walaupun orang dewasa

menyelesaikan konflik dengan berbagai cara , resolusi konflik yang

fungsional terjadi apabila konflik tersebut dibahas secara terbuka dan

strategi diterpkan untuk menyelesaikan konflik dan ketika orang tua

secara tepat menggunakan kewenangan mereka untuk mengakhiri

konflik.

Hal lain, di luar pembentukan persepsi atau kesan posistif yang

menentukan keberhasilan komunikasi antar persona anak kepada orang tua

adalah keberhasilan melakukan proses komunikasi antar persona orang tua itu

sendiri dengan benar kepada anaknya. Ini ditandai beberapa ciri yaitu :

a. Kebutuhan untuk dicinta, mencerminkan adanya keinginan yang kuat untuk

mendapatkan cinta dimana semua anak akan mempunyai perilaku yang

sama dalam menarik perhatian orang tua untuk dicinta. Begitu pula orang

tua akan berperilaku sama dalam memberikan cinta (perhatian) kepada

anaknya.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 30

Page 31: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

b. Kebutuhan berinteraksi, mencerminkan keinginan untuk berteman/bergaul

dengan orang lain. Setiap orang membutuhkan orang lain dalam

kehidupannya, demikian juga anak membutuhkan teman.

c. Kebutuhan untuk dikontrol, mencerminkan keinginan untuk dapat meraih

keberhasilan. Misalnya, dengan memberikan tanggung jawab kepada anak

sehingga bisa dikontrol keberhasilannya sampai ke masa depan (Marhaeni,

1996).

Dalam kaitannya dengan komunikasi orang tua dan anak, penekanan di

sini bukan kepada keadilan (hasil yang diperoleh seimbang), tetapi didasarkan

pada sikap orang tua yang memperlakukan anak tidak saja sebagai objek yang

harus selalu patuh, tetapi sudah dianggap sebagai partner dalam berkomunikasi

sehingga antara mereka dapat terjalin komunikai yang baik dan akrab. Intensitas

pemenuhan kebutuhan anak yang diberikan orang tua akan menyebabkan anak

merasa diperhatikan. Perhatian yang diperoleh ini akan merangsang anak untuk

membalasnya dengan mewujudkan pada sikap dan perilaku yang baik sesuai

dengan harapan orang tua.

Dalam teori Pembentukan Sosial (Social Mold Theory) dikatakan bahwa

dalam pembentukan sifat dan sikap anak, komunikasi dengan orang tua

merupakan variabel yang penting. Dalam hubungan ini, cara orang tua

berkomunikasi dengan anak dibedakan menjadi dua yaitu : mendukung dan

mengontrol. Pesan-pesan orang tua yang bersifat mendukung misalnya,

ditemukan berhubungan dengan munculnya rasa percaya diri yang lebih besar

pada anak. Sedangkan penolakan yang merupakan kebalikan dari dukungan

sering menimbulkan ketergantungan dari anak yang sangat besar kepada orang

lain nantinya, khususnya kepada orang tua.

H. POLA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA YANG TIDAK BAIK

Komunikasi disfungsional didefinisikan sebagai transmisi tidak jelas atau

tidak langsung serta permintaan dari salah satu keluarga. Isi dan instruksi deari

pesan dan ketidaksesuaian antara tingkat isi dan instruksi dari pesan. Transmisi

tidak lansung dari suatu pesan berkenaan dari pesan yang dibelokkan dari saran

yang seharusnya kepada orang lain dalam keluarga.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 31

Page 32: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Transmisi langsung dari suatu pesan berarti pesan mengenai sasaran yang

sesuai. Tiga pola komunikasi yang terkait terus menerus menyebabkan harga diri

rendah adalah egosentris, kebutuhan akan persetujuan secara total dan

kurangnya empati.

1. Egosentris

Individu memfokuskan pada kebutuhan diri sendiri dan mengabaikan

kebutuhan orang lain, perasaan atau perspektif yang mencirikan komunikasi

egosentris. Dengan kata lain, anggota keluarga yang egosentris mencari

sesuatu dari orang lain untuk memenuhu kebutuhan mereka. Apabila individu

tersebut harus memberikan sesuatu, maka mereka akan melakukan dengan

keengganan, dan rasa permusuhan,defensive atau sikap pengorbanan diri,

jadi tawar-menawar atau negosiasi secara efektif sulit dilakukan, karena

seseorang yang egosentris meyakini bahwa mereka tidak boleh kalah untuk

sekecil apapun yang mereka berikan.

2. Kebutuhan Mendapatkan Persetujuan Total

Nilai keluarga tentang mempertahankan persetujuan total dan menghindari

konflik berawal ketika seseorang dewasa atau menikah menetukan bahwa

mereka berada satu sama lain, walaupun perbedaan yang pasti mungkin sulit

untuk dijelaskan seperti yang diekspresikan dalam pendapat, kebiasaan,

kesukaan atauhrapan mungkin terlihat sebagai ancaman kerena ia dapat

mengarah pada ketidaksetujuan dan kesadaran bahwa mereka merupakan

dua individu yang terpisah

3. Kurang Empati

Keluarga yang egosentris tidak dapat menteloransi perbedaan dan tidak akan

mengenal akibat dari pemikiran, persaan dan perilaku mereka sendiri

terhadap anggota keluarga yang lain. Mereka sangat terbenam dalam

pemenuhan kebutuhan mereka sendiri saja bahwa mereka tidak mampu untuk

berempati. Dibalik ketidakpedulian ini, individu dapat menderia akibat

perasaan tidak berdaya. Tidak saja mereka tidak menghargai diri mereka

sendiri tapi mereka juga tidak menghargai oaring lain. Hal ini menimbulakan

suasana tegang, ketakutan atau menyalahkan. Kondisi ini terlihat pada

komunikasi yang lebih membingungkan, samar, tidak langsung, terselubung

dan defensif bukan memperlihatkan keterbukaan, kejelasan dan kejujuran.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 32

Page 33: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

4. Area Komunikasi Yang Tertutup

Keluarga yang fungsional memiliki area komunikasi yang terbuka, keluarga

yang sedikit fungsional sering kali menunjukkan area komunikasi yang

semakin tertutup. Keluarga tidak mempunyai peraturan tidak tertulis tentang

subjek apa yang disetujui atau tidak disetujui untuk dibahas. Peraturan tidak

tertulis ini secara nyata terlihat ketika anggota keluarga melanggar peraturan

dengan membahas subjek yang tidak disetujui atau mengungkapkan

perasaan yang terlarang.

I. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KOMUNKASI DALAM

KELUARGA

Faktor yang mempengaruhi pola komunikasi keluarga antara lain:

1. Konteks atau situasi

2. Latar belakang etnis keluarga

Etnis keluarga dengan orientasi tradisional biasanya menggunakan budaya

aslinya dalam kehidupan sehari-hari termasuk bagaimana berkomunikasi dan

dapat tergambarkan dalam jalan hidup masing-masing keluarga. Nilai dan

orientasinya berasal dari turunan budaya. 3 area yang biasanya dipengaruhi

etnis dalam pola kamunikasi keluarga adalah pembicaraan, ekspresi

emosional, dan toleransi dalam konflik.

3. Life-cycle keluarga

Pola Komunikasi keluarga berubah dan bervariasi tergantung tahap

perkembangan keluarga termasuk didalamnya umur dan isu yang

berkembang dalam keluarga. Pola komunikasinya biasanya “from a maximal

reliance on explicit talk in courtship and early marriage to increase reliance

unspoken understanding later on”.

4. Perbedaan jenis kelamin

5. Bentuk keluarga

Keluarga saat ini telah didefinisikan lebih luas daripada beberapa decade

yang lalu termasuk didalamnya keikutsertaan keluarga dalam masyarakat.

Bentuk keluarga bervariasi tergantung dari bentuk structural keluarga dari

tradisional/keluarga inti sampai keluarga homoseksual. bentuk/tipe keluarga

berimbas pada Komunikasi keluarga.

6. Faktor idiosinkratic : mini budaya keluarga

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 33

Page 34: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Fitzpatrick dan ricthie (1993) menyatakan bahwa keluarga adalah mini budaya

privat. Biasanya pola komunikasi yang digunakan adalah konfigurasi pertalian

keluarga.

Menurut Lunandi (1994. hal. 35), faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Manusia

a. Citra diri

Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungan dengan orang

lain di lingkungan. Melalui komunikasi dengan orang lain seseorang akan

mengetahui apakah dirinya dibenci, dicinta, dihormati, diremehkan,

dihargai atau direndahkan.

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengirimkan

pesan, misalnya untuk memilih kata-kata (diksi), menentukan saat pesan

harus disampaikan, serta mengembangkan berbagai teknik komunikasi

verbal dan non verbal.

Bagi seorang penerima informasi (komunikan), pengetahuan penting

untuk menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh komunikator,

sekaligus untuk memberi umpan bailk kepada pemberi pesan.

c. Perkembangan

Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua

aspek, yaitu tingkat perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan

untuk menggunakan tehnik komunikasi tertentu dan untuk

mempersepsikan pesan yang disampaikan.

Keterampilan penguasaan bahasa bergantung pada perkembangan

neurology dan kognitif. Bayi berkomunikasi melalui tangisan. Kita tidak

mungkin menerangkan tentang penyakit secara kompleks dan detil

kepada anak, karena ia memang masih sulit menangkap pesan dari

situasi non verbal.

d. Sosiokultural

Posisi individu secaara sosiokultural mempengaruhi perilaku komunikasi

antar individu karena status sosiokultural membentuk tatacara

komunikasi.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 34

Page 35: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

Pada budaya Jawa, dalam berkomunikasi dengan orang yang dihormati

atau yang lebih tua, digunakan bahasa yang halus.

Komunikasi dengan seorang raja di keraton, dilakukan dengan tata cara

yang berbeda dengan cara yang digunakan dalam komunikasi dengan

teman sejawat dan sebagainya.

e. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan menunjukkan gaya komunikasi yang berbeda

dan memiliki interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan.

Tannen (1990) menyatakan bahwa kaum perempuan menggunakan

teknik komunikasi untuk mencari konfirmasi, meminimalkan perbedaan,

dan meningkatkan keintiman, sementara kaum laki-laki lebih

menunjukkan independensi dan status dalam kelompoknya.

f. Peran dan Tanggungjawab

Peran dan tanggung jawab memengaruhi komunikasi yang dilakukan

individu, baik teknik maupun isi komunikasi.

Petugas kesehatan lebih sering menggunakan formal dan membicarakan

kondisi klien karena tanggungjawabnya serta membuat banyak tulisan

dalam berkomunikasi sebagai bentuk tanggunggugatnya.

Sementara dalam pergaulan individu membicarakan tentang

rumahtangganya, anak-anaknya, atau cita-citanya.

Komunikasi seperti ini tidak memerlukan media tulisan. Perbedaan peran

dan tanggung jawab menimbulkan perbedaan teknik dan isi komunikasi.

g. Atensi

Atensi memengaruhi kemampuan individu untuk berintaraksi.

Atensi terhadap suatu hal dapat menyebabkan kemampuan fungsi indra

menurun dan bahkan berkurang sehingga kadang kala seseorang yang

sedang asyik bekerja tidak mennyahut panggilan rekan kerjanya.

Sedangkan perbedaan atensi dapat menimbulkan perbedaan perbedaan

persepsi dan distorsi pesan.

h. Sikap

Sikap individu dalam komunikasi dapat menghambat proses komunikasi

itu sendiri. Sikap yang hangat, bersahabat, ramah, dan terbuka akan

memungkinkan proses komunikasi yang terbuka dipertahankan.

Sebaliknya, sikap kurang menghargai orang lain, tertutup, dingin, dan

curiga dapat membuatproses komunikasi terhambat.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 35

Page 36: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

i. Persepsi

Persepsi individu ketika berada dalam suatu proses komunikasi dapat

memengaruhi, menghambat, atau bahkan memutus komunikasi yang

sedang dilakukan.

j. Hubungan

Hubungan yang erat antar individu pada suaut proses komunikasi dapat

mempengaruhi teknik dan materi komunikasi.

Pada komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang belum saling

kenal, umumnya setting komunikasi terjadi pada situasi formal.

2. Pesan

a. Isi pesan

Isi pesan yang ingin disampaikan dapat mempengaruhi tehnik komunikasi

yang digunakan individu. Isi pesan yang menggembirakan biasanya

disampaikan dengan wajah berseri dan suara lantang.

Isi pesan yang yang bersifat informasi disampaikan dengan suara yang

relatif datar dan pelan, sedangkan isi pesan yang bersifat rahasia

disampaikan dengan berbisik atau menggunakan secarik kertas kecil atau

dgn bahasa isyarat tertentu.

b. Penyampaian pesan

Proses penyampaian pesan mempengaruhi komunikasi karena beberapa

penggunaan pola penyampaian pesan yang kurang tepat mengakibatkan

distorsi pesan dan bahkan tidak terjadi kontinuitas.

Penyampaian pesan secara berapi-api pada saat kampanye dan

demonstrasi, penyampaian pesan dengan suara keras dan relatif

bersemangat selama proses belajar-mengajar, merupakan hal-hal yang

dapat memperkuat makna pesan dan memungkinkan pesan lebih

dimengerti oleh komunikan.

Penyampaian pesan dengan berbagai metode, misalnya secara lisan,

dengan menggunakan gambar, demonstrasi dan gerakan tertentu

membuat pesan diterima secara bermakna oleh orang lain.

3. Lingkungan

a. Lingkungan fisik

Perbedaan tempat akan mempengaruhi pola komunikasi yang dilakukan

cara untuk menyampaikan pesan, isi, informasi disesuaikan dengan

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 36

Page 37: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

tempat dimana komunikasi itu dilakukan karena setiap tempat mempunyai

aturan, norma atau nilai-nilai sendiri.

b. Lingkungan sosial

Penting untuk dipahami, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam

komunikasi dalam keluarga memiliki kepekaan terhadap lingkungan

sosial. Lingkungan sosial dapat berupa lingkungan masyarakat,

lingkungan kerja, dan lingkungan keluarga.

c. Stimulus eksternal

Stimulus eksternal, misalnya suara bising, gaduh, atau perhatian yang

tiba-tiba teralih, dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk

menangkap pesan atau konsentrasi untuk mencerna pesan yang

disampaikan.

d. Nilai dan budaya/adat

Berbagai nilai dan budaya dalam masyarakat menjadi rambu-rambu bagi

penyelenggaraan komunikasi.

Budaya mengatur bahasa yang digunakan sebagai salah satu alat

komunikasi sekaligus mengatur penggunaan tehnik nonformal dalam

komunikasi.

Adat dan nilai mengatur hubungan individu ketika melakukan komunikasi.

Berkomunikasi dalam jarak yang terlalu dekat dengan lawan jenis yang

bukan suami/istri dipandang kurang baik oelh sebagian besar bangsa

Indonesia.

e. Jarak dan teritori

Jarak antara komunikator dan komunikan mempengaruhi komunikais

yang dilakukan. Komunikasi antar individu dalam jarak dekat dapat

dilakukan secara lisan, tulisan ataupun non verbal.

Sedangkan jarak yang cukup jauh, komunikasi dapat dilakukan dengan

menggunakan media tulisan. Jarak yang jauh ini juga menyebabkan

penggunaan media cetak dan media elektronik untuk menyampaikan

pesan, misalnya, menggunakan telepon, televisi, radio dan sebagainya.

J. PROSES KEPERAWATAN

Pola Temuan penelitian tentang adaptasi keluarga terhadap penyakit kronik

dan mengancam kehidupan secara konsisten menunjukkan bahwea factor sentral

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 37

Page 38: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

dalam fungsi keluarga yang sehat adalah terdapatnya keterbukaan, kejujuran, dan

komunukiasi yang jelas dalam mengatasi pengalaman kesehatan yang

menimbulkan stres serta isu terkait lainnya (Khan,1990;Spinetta & Deasy-Spineta,

1981). Jika keluarga tidak membahas isu penting yang dihadapi mereka, akan

menyababkan jarak emosi dalam hubungan keluarga, dan meningkatnya stress

keluarga (Friedman, 1985; Walsh,1998).

Stress yang meningkat mempengaruhi hubungan keluarga dan kesehatan

keluarga serta anggotanya (Hoffer, 1989).

1. Area Pengkajian

Pernyataan berikut ini harus dipertimbangkan ketika menganalisis pola

komunikasi keluarga.

a. Dalam mengobservasi keluarga secara utuh atau serangkaian

hubungan keluarga, sejauh mana pola komunikasi fungsional dan

disfungsional yang digunakan?. diagram pola komunikasi sirkular yang

terjadi berulang. Selain membuat diagram pola komunikasi sirkular,

perilaku spesifik berikut ini harus dikaji:

i. Seberapa tegas dan jelas anggota menyatakan kebutuhan dan

perasaan interaksi?

ii. Sejauh mana anggota menggunakan klerifikasi dan kualifikasi

dalam interaksi?

iii. Apakah anggoata keluarga mendapatkan dan merespon umpan

balik secara baik, atau mereka secara umumtidak mendorong

adanya umpan balik dan penggalian tentang suatu isu?

iv. Sebera baik anggota keluarga mendengarkan dan memperhatikan

ketika berkomunikasi?

v. Apakah anggota mencari validasi satu sama lain?

vi. Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan yang

bersifat menghakimi dalam interksi?

vii. Apakah anggota berinterksi dengan sikap menhina terhadap

pesan?

viii. Seberapa sering diskualifikasi digunakan?

b. Bagimana pesan emosional disampaikan dalam keluarga dan subsistem

keluarga?

i. Seberapa sering pesan emosional disampaikan?

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 38

Page 39: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

ii. Jenis emosi apa yang dikirimkan ke subsistem keluarga? Apakah

emosi negatif, positif, atau kedua emosi yang dikirimkan?

c. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi didalam jaringan

komunikasi dan rangkaian hubungan kekeluargaan?

i. Bagaimana cara/sikap anggota kelurga (suami-istri, ayah-

anak,anak-anak) saling berkomunikasi?

ii. Bagaimana pola pesan penting yang biasanya? Apakah terdapat

perantar?

iii. Apakah pesan sesuai dengan perkembangan usia anggota?

d. Apakah pesan penting keluarga sesuai dengan isi instruksi ? apabila

tidak, siapa yang menunjukkan ketidaksesuaian tersebut?

e. Jenis proses disfungsional apa yang terdapat dalam pola komunikasi

keluarga?

f. Apa isu penting dari personal/keluarga yang terbuka dan tertutup untuk

dibahas?

g. Bagimana factor-faktor berikut mempengaruhi komunikasi keluarga?

i. Konteks/situasi

ii. Tahap siklus kehidupan kelurga

iii. Latar belakakang etnik kelurga

iv. Bagaimana gender dalam keluarga

v. Bentuk keluarga

vi. Status sosioekonomi keluarga

vii. Minibudaya unik keluarga

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Masalah komunikasi keluarga merupakan diagnosis keperawatn

keluarga yang sangat bermakna, Nort American Diagnosis Assosiation

(NANDA) belum mengidentifikasi diagnosis komunikasi yang berorientasi

keluarga.

NANDA menggunakan perilaku komunikasi sebagai bagian dari

pendefisian karakteristik pada beberapa diagnosis mereka;seperti proses

berduka disfungsional salah satu diagnosis keperawatan yang terdapat

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 39

Page 40: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

dalam daftar NANDA adalah “hanbatan komunikasi verbal”, yang berfokus

pada klien individu yang tidak mampu untuk berkomunikasi secara verbal.

Giger & Davidhizar (1995) menegaskan bahwa ”hambatan komunikasi

verbal” tidak mempertimbangkan kjebudayaan klien sehingga secara

kebuyaan tidak relevan dengan diagnosis keperawatan.

3. Intervensi Keperawatan Keperawatan

Intervensi keperawatan keluarga dalam keluarga dalam area

komunikasi terutama melibatkan pendidikan kesehatan dan konseling, serta

kolaborasi sekunder, membuat kontrak, dan merujuk ke kelompok swa-

bantu, organisasi komunitas, dan klinik atau kantor terapi keluarga.

Model peran juga berperan tipe pemberian pendidikan kesehatan yang

penting. Model peran melalui observasi anggota keluarga mengenai tenaga

kesehatan keluarga dan bagaimana mereka berkomunikasi selam situasi

interaksi yang berbeda bahwa mereka belajar meniru perilaku komunikasi

yang sehat.

Konsling dibidang komunikasi keluarga melibatkan dorongan dan

dukungan keluarga dalam upaya mereka untuk meningkatkan komunikasi

diantara mereka sendiri. Perawat keluarga adalah sebagai fasilitator proses

kelompok dan sebagi narasumber.

Wright dan Leahey (2000) menklasifikan tentang tiga intervensi

keluarga secara lansung (berfokus pada tingkat kognitif, afektif, dan perilaku

dari fungsi) membantu dalam pengorganisasian srategi komunikasispesifik

yang dapat diterapkan, strategi intervensi dalam masing-masing ketiga

domain meliputi pendidikan kesehatan dan konsling.

a. Intervensi keperawatn keluarga dengan focus kognitif

Memberikan atau ide baru tentang komunikasi. Informasi adalah

opendidikan yang dirancang untuk mendorong penyelesaian masalah

keluarga. Apakah anggota mengubah perilaku komunikasi mereka

pertama sangat bergantung pada bagiamana mereka mempersepsikan

masalah. Wright & Laehey (2000) menegaskan peran penting dari

persepsi dan keyakinan.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 40

Page 41: Pola Dan Proses Komunikasi Dalam Kelurga

Family Health in Nursing K3LN 2010

b. Intervensi dalam area afektif

Diarahkan pada perubahan ekspresi emosi anggota keluarga baik

dengan meningkatkan maupun menurunkan tingkat komunikasi

emosional dan modifikasi mutu komunikasi emosional. Tujuan

keperawatan spesifik didalam konteks kebudayaan keluarga, membantu

anggota keluarga mengekspresikan dan membagi perasaan mereka

satu sama lain sehingga:

i. Kebutuhan emosi mereka dapat disampaikan dan ditanggapi

dengan lebih baik.

ii. Terjadi komunikasi yang lebih selaras dan jelas

iii. Upaya penyelesaian masalah keluarga difasilitasi.

c. Intervensi keperawatan keluarga berfokus pada perilaku

Perubahan perilaku menstimulasi perubahan dalam persepsi “realitas”

anggota keluarga dan persepsi menstimulasi perubahan perilaku

(proses sirkular, rekursif). Oleh karena itu, ketika perawat keluarga

menolong anggota keluarga belajar cara komunikasi yang lebih sehat. Ia

juga akan membantu anggota keluarga untuk mengubah persepsi

mereka atau membangun realitas tentang suatu situasi.

Intervensi pendidikan kesehatan dan konsling dirancang untuk

mengubah komunikasi keluarga meliputi;

i. Mengidentifikasi keinginan perubahan perilaku spesifik anggota

keluarga dan menyusun rencana kolaboratif untuk suatu

perubahan

ii. Mengakui, mendukung, dan membimbing anggota keluarga ketika

mereka mulai mencoba untuk berkomunikasi secar jelas dan

selaras.

iii. Memantau perubhan perilaku yang telah menjadi sasran sejak

pertemuan terdahulu. Tanyakan bagimana perilaku komunikassi

yang baru, apakah ada masalah yang terjadi, serta jika mereka

mempunyai pertanyaan atau hal penting tentang perubahan

tersebut.

| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 41