planning and optim
TRANSCRIPT
Lingga Wardhana
Educational Background : Electrical Engineering, Gadjah Mada University (2001 – 2006)
MBA Program, Gadjah Mada University (2011 – present )
Professional Experience : PT. Siemens Indonesia, Network Optimization Engineer (2006 –
2008)
PT. Lexcorp Solution, RF Optimization Consultant (2008 – 2009)
PT. Nexwave, RF Optimization Consultant (2009)
PT. Lintas Media Telekomunikasi, 3G RF Senior Optimization
Consultant (2009 – 2010)
PT. Floatway Systems, Founder (2010 – Present)
Achievements : 1st winner of Indosat Telco Project 2005
1st winner of Indosat Wireless Innovation Contest 2007,
Hardware Category
3rd position in European Satellite Navigation Competititon 2009
for Regional Gipuzkoa/Spain (www.galileo-masters.eu)
AgendaChapter 1
Pre Test
Proses Belajar
What is RF Engineer ?RF Planning and Optimization
RF Planning Scope Of Work
RF Optimization Scope Of Work
3G/WCDMA IntroductionWCDMA Radio TechnologyDifferencies between 2G system and 3G systemWCDMA CodeFrequency AllocationWCDMA Channel TypePower AllocationChannel ElementCoverage VS CapacityWCDMA Architecture & HardwareCell ReselectionHandover
Agenda
Chapter 2
3G/WCDMA RF Planning
3G VS 2G RF Planning
Key Factor
Step by step proses planning
Radio Wave Propagation
dB Review
dBm Review
Antenna System
On the job : Site Audit/Antenna Audit
Study Case : Antenna Relocation
Power Control
Scrambling Code Planning
Agenda
Chapter 3
3G/WCDMA RF Optimization
HSDPA Introduction
Why Optimization ?
Key Performance Indicator
worst Cell
Accessibility Performance Optimization
Retainability Performance Optimization
Integrity Performance Optimization
Dual Carrier Strategy
External Interference Problem
VSWR Problem
Drivetest Improvement
Question and Answer
Post Test
Proses Belajar
Belajar merupakan hak setiap orang, akan tetapi kesempatan mengikuti
program pengembangan diri di Floatway
Learning Center adalah suatu privilege.
Perlu dicatat bahwa belajar merupakan kegiatan individual. Yang
diharapkan bahwa peserta juga melakukan kegiatan mandiri seperti membaca, menerapkan teori
pada praktek nyata, menganalisis dan hal-hal lain yang
mengembangkan kemandirian belajar di luar kelas formal.
Privilege bahwa seseorang secara formal telah
menjalani kegiatan belajar dan mendapatkan
pengakuan atas hasil belajarnya.
Sehingga harapannya tidak terjadi kesenjangan antara pemberi materi dan peserta program dan terjadi
pertukaran informasi di antara peserta di dalam kelas dan akhirnya
kegiatan training class menjadi kegiatan yang menyenangkan tanpa
meninggalkan semangat dan kegigihan atau profesional !!
What is RF Engineer?
RF Engineer atau Radio Frequency Engineer adalah seseorang yang
bertanggung jawab segala sesuatu hal
pada jaringan seluler yang berhubungan dengan sisi radio.
di sisi radio kita dapat mengetahui user
perception atau “rasa” yang dialami oleh pengguna jaringan
operator
RF Planning
Site Data (Engineering Parameter)
Map Tools :
MapInfo
Google Earth
Necto
SiteSee
CommonMap Tools
Planning Tools
Planning Tools :
NetAct Planner (NSN)
Unet (Huawei)
TEMS Cell Planner (Ericsson)
Asset3G (Aircom)
Digunakan oleh RF Optimization team dan Drivetest team.
Planning Team
Site Data dari Planning (Engineering Parameter)
Untuk OSS tim
OSS Engineer or Database Engineer
Parameter Database
Alarm Database
Capacity and Utilization Database
OSS Tools
Digunakan oleh Planning Team salah satunya untuk membuat map dengan relasi adjacent
Node B RNC
3G Network
Data-data dari OSS digunakan oleh RF Optimization untuk proses optimisasi
Site Data dari Planning team dan Parameter Database digunakan untuk membuat Drivetest Cell File
OSS Engineer
Performance Database
OSS Tools :
NetAct OSS (NSN)
M2000 (Huawei)
LMT (Huawei)
Citrix (Ericsson)
WINFIOL (Ericsson)
Batrana (Siemens)
Ms Access & Ms Excell
Site Data dari Planning (Engineering Parameter)
Drivetest Engineer
Drive Test Cell File
Drivetest Tools
Drivetest Tools :
TEMS Investigation
Nemo
Probe
Drive Test Logfile
Drivetest team mengambil data “user experience” dengan Drivetest Tool
Drivetester Team
Data Logfile digunakan RF Optimization untuk dianalisis.
RF Optimization Team
Site Data dari Planning team dan Parameter Database digunakan untuk membuat Drivetest Cell File
Logfile dari Drivetester
Untuk RF Optimization
Rigger Team
Site Audit Tools
Site Audit Tools :
Kompas
GPS
Kamera
Meteran
Tilt meter
Site Audit Data/ Physical Data
Rigger Team
Physical data selain digunakan oleh RF Optimization, juga oleh Planning Team untuk mengupdate Site Data.
Data-data physical seperti antenna height, antenna downtilt, azimuth dan panoramic picture diambil oleh tim Rigger.
Proposal and Reporting
Parameter CR Neighbour CR Physical CR
Alarm Clearance
RF Optimization
Drivetest Post Processing Tools
Measurement Analysis Tools
Parameter Change Request akan dieksekusi oleh tim OSS, Physical Change oleh tim Rigger, Hardware clearance akan diekskalasi ke tim BSS.
Physical site data dari rigger atau dari planning team
RF Optimization Team
Logfile dari Drivetester
Performance Statistik dari OSS
RF Planning Scope of Work
RF Planning
Scrambling Code
Planning in 3G
Frequency Planning in
2G
Physical Parameter for New
Site
Database Parameter for New
site
Neighbour Planning
Planning for add new site
Planning for
Capacity Expansion
RF Optimization Scope of Work
RF Optimization
Knowing and Reporting Network
Performance
Knowing and tuning for optimal
Network Parameter
Acessibility Performance Improvement
Retainability Performance Improvement
Integrity Performance Improvement
Drivetest analysis and
recommendation
Support for newsite and
capacity expansion
requirement
Wireless Broadband Technology Evolution .
WCDMA 3G R99
DL up to 384 Kbps
HSDPA Rel 4
DL up to 3.6 Mbps
HSDPA Rel 5
DL up to 7.2 Mbps
HSPA
Rel 6
DL up to 14 Mbps, UL up to 5.8 Mbps
HSPA+
Rel 7DL up to 21 Mbps, UL up to 8.3 Mbps
HSPA+
Rel 8
DL up to 35 Mbps, UL up to 8.3 Mbps
4G (WiMAX and LTE)
DL up to 48 Mbps, UL up to 24 Mbps
WCDMA Radio Technology
UMTS (Universal Mobile Telephone Standard). Sistem standar 3G yang dipakai di Indonesia menggunakan
teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) dimana
dengan teknologi ini memungkinkan kecepatan data mencapai 384 Kbps.
Posibilitas setiap user untuk mendapatkan bandwidth yang
bervariasi sesuai permintaan layanan user adalah salah satu fitur
keunggulan jaringan WCDMA.
Karena hanya satu frekuensi yang digunakan, aktifitas frequency planningyang rumit pada jaringan GSM tidak
perlu dilakukan.
Packet data Scheduling tergantung pada kapasitas jaringan sehingga
lebih efisien dibandingkan jaringan GSM yang bergantung pada kapasitas
timeslot.
WCDMA Carrier
WCDMA menggunakan sistem DS-CDMA atau Direct Sequence CDMA.
Teknologi ini memungkinkan pengaksesan jamak menggunakan spread spectrum. Ini berarti bit-bit
informasi yang digunakan oleh user disebar di bandwidth yang lebar
dengan mengalikan bit-bit informasi tersebut dengan bit quasi random
yang dinamakan chip.
Persentasi seberapa besar jumlah data yang disebar disebut dengan chip rate. Ratio chip rate dengan
simbol dinamakan dengan Spreading Factor (SF).
Setiap pengguna mobile phone 3G atau yang disebut UE (User
Equipment) menggunakan spreading code yang sama dengan spreading
code pada sisi pengirim dan dilakukan korelasi agar bit-bit informasi dapat
diterjemahkan di sisi UE.
Spreading dan De-spreadingKode Walsh
Hadamard
digunakan pada
sistem 3G untuk
spreading bit-bit
informasi.
Kode Walsh
Hadamard
menggunakan jenis
kode orthogonal
variable spreading
factor (OVSF).
Sebuah chip yang
di-decode dengan
kode spreading yang
tidak sesuai tidak
akan menghasilkan
informasi apa-apa.
Spreading Code ~ Channelization Code .
Kode spreading disebut juga sebagai kode untuk kanalisasi ini disebabkan karena kode spreading
digunakan pada sisi uplink untuk membedakan
sinyal kontrol dan sinyal data pada satu user.
Dan pada komunikasi downlink kode spreading
digunakan untuk membedakan common channels dan dedicated
channels antara user yang satu dengan user yang
lain yang berada pada cell NodeB yang sama.
Spreading Code ~ Channelization Code ..
Proses kanalisasi dan Scrambling pada sistem 3G dimana setiap layanan (Voice, Video call,
Packet Data R99, Packet Data HSDPA) akan melalui kanalisasi Spreading Code secara
sendiri-sendiri dan menentukan Spreading Factor yang akan digunakan. Inilah mengapa
Spreading Code mempengaruhi Bandwidth.
Code Three
Pemilihan Spreading
Code berdasarkan
hierarki ini disebut
dengan code tree.
Apabila salah satu
kode spreading dalam
satu branch sedang
digunakan kode yang
terletak dibawahnya
tidak dapat digunakan.
Apabila kita
kehabisan sumber
daya kode maka
dapat menyebabkan
code blocking.
Spreading FactorSpreading Factor
adalah rasio antara
chip rate (W)
dengan simbol (R).
SF = W/R
Semakin kecil bit informasi yang dikirimkan
maka spreading factor yang digunakan dapat
semakin besar, sebaliknya semakin besar bit
informasi yang dikirimkan maka spreading
factor yang digunakan semakin kecil.
Semakin besar Spreading factor yang
dapat digunakan jumlah user yang
mengakses semakin banyak. Dan
sebaliknya apabila spreading factor yang
digunakan kecil maka jumlah user yang
mengakses semakin kecil.
Spreading FactorImportant Physical Channel
Dedicated Physical Control Channel (DPCCH), SF = 256
Dedicated Physical Data Channel (DPDCH), SF = variabel depend on data service
Common Pilot Channel (CPICH), SF = 256
Synchronization Channel (SCH), SF = 256
Primary Common Control Physical Channel (Primary CCPCH), SF = 256
Spreading FactorDPDCH Data Rates
Downlink Uplink
Spreading factor User data rate Spreading factor User data rate
512 1 - 3 kbps 256 7.5 kbps
256 6 - 12 kbps 128 15 kbps
128 20 - 24 kbps 64 30 kbps
64 45 kbps 32 60 kbps
32 105 kbps 16 120 kbps
16 215 kbps 8 240 kbps
8 456 kbps 4 480 kbps
4 936 kbps 4, 3 parallel codes 2.8 Mbps
4, 3 parallel codes 2.8 Mbps
Short Quiz (Spreading Factor)1. Dengan Tabel DPDCH Data Rates sebelumnya tentukan Spreading Factor Downlink
untuk tiap-tiap service berikut :
Service SF Downlink
Speech AMR 12.2 kbps
CS64 kbps
PS64 kbps
PS128 kbps
PS384 kbps
HSDPA
HOMEWORK !
2. Apakah SF Uplink yang digunakan untuk setiap service diatas sama dengan SF Downlinknya ?
Scrambling Code .
Step selanjutnya
setelah spreading
adalah proses
scrambling.
Kode ini berguna
untuk
membedakan MS
yang satu dengan
MS lain di sisi
uplink dan juga
untuk
membedakan
nodeB satu dengan
nodeB lainnya di
sisi downlink.
Proses ini tidak
mengurangi
bandwidth hanya
membedakan sinyal
dari sumber yang
berbeda.
Spreading Code VS Scrambling CodeSpreading Code/
Channelization Code
Scrambling Code/ Pseudo
Noise Code (PN Code)
Penggunaan Uplink : digunakan untuk
memisahkan kanal data
(DPDCH) dan kanal kontrol
(DPCCH) pada terminal yang
sama.
Downlink : digunakan untuk
membedakan data user yang
satu dengan user yang lain
Uplink : Pembeda UE yang
satu dengan yang lain
Downlink : Pembeda sector
NodeB (cell)
Panjang Kode 4-256 chips
Downlink : 512 chips
Uplink : 10ms = 38400 chips
Downlink : 10ms = 38400
chips
Jumlah Kode Spreading Factor
menunjukkan banyaknya
jumlah kode dalam
scrambling code
Uplink : lebih dari 16 juta
Downlink : 512
Jenis Kode Orthogonal Variable
Spreading Factor (OVSF)
10ms code : Gold Code
66.7us code : Extended Code
Spreading Mempengaruhi bandwidth Tidak mempengaruhi
bandwidth
WCDMA Frequency Allocation
Alokasi frekuensi
untuk sistem 3G
dibagi menjadi dua
yaitu sistem TDD
dan sistem FDD.
Pada saat ini sistem
3G di Indonesia
menggunakan
sistem FDD.
Dengan bandwidth 5
Mhz sistem FDD
memiliki lebih banyak
frequency carrier.
Sejumlah 12 frequency
carrier sedangkan
sistem TDD yang
hanya 7 frequency
carrier.
2G (GSM) VS 3G (WCDMA) ..WCDMA GSM
Lebar Carrier 5 Mhz CDMA 200 kHz TDMA (Time
Division Multiple Access)
Frequency Reuse 1 4 sampai 18
Teknik Handover Soft Handover (komunikasi
simultan dengan beberapa
node B)
Hard Handover (koneksi
dengan BTS lama diputus
sebelum koneksi dengan
BTS baru dilakukan)
Frequency Diversity Rake Receiver digunakan
untuk demodulasi sinyal
yang mengalami multipath
Frequency Hopping
digunakan untuk
meminimalkan interferensi
Kapasitas Sistem Soft, bergantung dari batas
interferensi yang
ditentukan dalam sistem
Hard, Bergantung dari
jumlah timeslot dan
frekuensi yang dimiliki
Maximum
Throughput
DL Up to 7.2 Mbps (Rel 5) DL Up to 384 kbps (EDGE)
Prosedur search cell Menggunakan kanal
sinkronisasi dan kode
scrambling
Menggunakan kanal
frekuensi
Tipe Kanal pada 3GLayering Concepts
Radio Link Control (RLC). Set up mekanisme delivery yang memastikan data
terkirim sampai pada tujuan.
Medium Access Control (MAC). Memperbolehkan beberapa informasi
ditransmisikan melalui physical channel tunggal.
Physical Layer (Layer 1). Mentransmisikan informasi yang telah dikombinasikan
melalui air interface WCDMA (Uu)
Radio Link Control (RLC) diasosiasikan pada logikal channel, Medium Access
Control (MAC) diasosiasikan pada transport channel dan Physical Layer
(Layer 1) diasosiasikan pada physical channel.
Tipe Kanal pada 3GLayering PS Domain
(a) Control Plane dan
(b) User Plane
Packet Data
Convergence
Protocol (PDCP)
digunakan untuk
header compression,
agar transfer paket
TCP/IP melalui air
interface lebih efsisen.
Packet Data
Protocol (PDP)
membuat dan
memanajemen
variabel yang
dibutuhkan untuk
packet data session.
Contohnya pada saat
IP session dibutuhkan,
alamat IP yang
mengidentifikasi UE
akan di-create pada
layer ini.
Tipe Kanal pada 3GLayering PS Domain, HSDPA Architecture
User Plane only
Semua physical layer
berakhir di Node B.
Diperkenalkan MAC
layer pada Node-B
(MAC-hs)
Tipe Kanal pada 3G
BCCH PCCH CCCH DCCH CTCH DTCH DTCH
BCH
RRC User Applications
PCH FACH RACH DCH HS-DSCH
PCCPCH SCCPCH PRACH DPDCH HS-PDSCH
Logi
cal C
han
nel
Tra
nsp
ort
Chan
nel
Phys
ical
Chan
nel
RLC
MAC
PHY
AICH PICH DPCCH HS-SCCH HS-DPCCH
CPICH SCH
Tipe Kanal pada 3G
Beberapa physical channel seperti SCH (Synchronization Channel) dan CPICH
(Common Pilot Channel) tidak di mapping dengan transport channel.
Dikarenakan channel ini hanya support pada physical layer tidak terdapat aktual
data dari layer diatasnya yang ditransmisikan ke physical channel tersebut.
Physical channel digunakan pada proses pengkodean dan proses closed loop power
control. Sedangkan transport channel digunakan pada beberapa channel measurement
yang kritikal seperti BLER atau SIR target.
Beberapa physical channel seperti AICH (Acquisition Indicator Channel),
PICH (Paging Indicator Channel), DPCCH (Dedicated Physical Control
Channel), HS-SCCH (High Speed Shared Control Channel) dan HS-
DPCCH (High Speed Dedicated Physical Control Channel) tidak secara
langsung di mapping dengan transport channel, tetapi physical channel tersebut
membawa informasi yang berkaitan dengan prosedur physical layer tersebut.
Tipe Kanal pada 3GLogical ChannelBCCH (Broadcast Control Channel), merupakan kanal logika yang digunakan pada saat
downlink untuk mentransmisikan informasi sistem (System Information Block/SIB). Seperti
informasi cell, informasi operator yang digunakan (PLMN) informasi list neighbourhood,
parameter yang terukur dll.
PCCH (Paging Control Channel), merupakan kanal logika yang diberikan ke UE apabila
terdapat panggilan.
CCCH (Common Control Channel), merupakan kanal logika yang digunakan pada saat uplink
oleh terminal yang belum memiliki koneksi sama sekali dengan jaringan. CCCH dapat digunakan
pada saat downlink untuk merespon percobaan panggilan oleh terminal atau pada RRC
Connection Setup.
DCCH (Dedicated Control Channel), merupakan kanal logika kontrol point to point dua
arah antara MS dan jaringan untuk mengirimkan informasi kontrol.
DTCH (Dedicated Traffic Channel), merupakan kanal logika point to point yang
diperuntukkan bagi satu MS untuk mentransfer data pelanggan.
CTCH (Common Traffic Channel), merupakan kanal logika undireksional point to multipoint
yang digunakan pada saat downlink untk mentransfer data pelanggan untuk satu atau beberapa
MS. Contoh : broadcast or multicast service.
Tipe Kanal pada 3GTransport Channel
BCH (Broadcast Channel), kanal transport yang digunakan pada saat downlink untuk
mengirimkan informasi sistem termasuk FCCH ke seluruh cakupan area pada sel. Contoh
broadcast informasi BCCH. Membawa logikal channel BCCH.
PCH (Paging Channel), Kanal transport yang digunakan pada saat downlink untuk memanggil
pelanggan ketika jaringan ingin memulai komunikasi dengan pelanggan. Membawa logikal channel
PCCH.
FACH (Forward Access Channel), kanal transport yang digunakan untuk mengirimkan
informasi kontrol CCCH dan juga trafik channel CTCH dan DTCH pada kondisi Cell_FACH.
RACH (Random Access Channel), kanal transport yang digunakan pada saat uplink ketika
pelanggan ingin mengakses jaringan atau sebagai signalling dari pelanggan.
DCH (Dedicated Channel), merupakan kanal transport point to point baik secara uplink atau
downlink yang diperuntukkan bagi satu MS untuk mentransfer informasi kontrol DCCH dan
juga trafik channel DTCH.
HS-DSCH (High Speed Downlink Shared Channel), merupakan kanal transport yang
digunakan untuk membawa trafik channel DTCH. Tidak seperti kanal transport DCH tidak
terdapat informasi kontrol yang dibawa oleh HS-DSCH.
Tipe Kanal pada 3GPhysical Channel
Primary CCPCH (Primary Common Control Physical Channel), kanal fisik yang digunakan
pada saat downlink untuk membawa kanal transport BCH. Berguna pada saat penyampaian cell
information ke user.
Secondary CCPCH (Secondary Common Control Physical Channel), kanal fisik yang
digunakan pada saat downlink untuk membawa dua kanal transport secara bersamaan, FACH dan
PCH. PCH berguna pada saat paging.
PRACH (Physical Random Access Channel), kanal fisik yang digunakan pada saat uplink untuk
membawa kanal transport RACH
DPDCH (Dedicated Physical Data Channel), kanal fisik yang digunakan pada saat uplink dan
downlink untuk membawa kanal transport DCH.
HS-PDSCH (Physical Downlink Shared Channel), kanal fisik yang digunakan pada saat
downlink untuk membawa kanal transport DSCH.
Tipe Kanal pada 3GPhysical ChannelAICH (Acquisition Indicator Channel), kanal fisik yang digunakan oleh sebuah cell untuk
Aknowledge dari RACH.
PICH (Paging Indicator Channel), kanal fisik yang digunakan oleh sebuah cell untuk
menginformasikan sekelompok UE bahwa pesan dapat disampaikan ke sekelompok UE tersebut.
CPICH (Common Pilot Channel), kanal fisik yang digunakan untuk identifikasi cell dan
channel estimation.
SCH (Synchronization Channel), kanal fisik yang berfungsi untuk sinkronisasi antara UE
dengan BS. Terdiri dari Primary SCH berguna untuk mendeteksi adanya WCDMA carrier dan
Secondary SCH berguna untuk frame synchronization.
DPCCH (Dedicated Physical Control Channel), kanal fisik yang digunakan pada saat uplink
dan downlink untuk membawa informasi kontrol seperti dedicated pilot, power control.
HS-SCCH (High Speed Shared Control Channel), kanal fisik yang digunakan untuk
membawa informasi kontrol spesifik HS Contoh : Modulation, Transport Block Size (TBS),
Informasi yang berkaitan dengan HARQ.
HS-DPCCH (High Speed Dedicated Physical Control Channel), kanal fisik yang digunakan
untuk membawa Channel Quality Indicator (CQI) dan informasi Acknowledgment.
Tipe Kanal pada 3GDL
DCCH
SRB
carrying
RRC
UM
DL
DCCH
SRB
carrying
RRC
AM
DL
DCCH
SRB
carrying
messaging
high
priority
DL
DCCH
SRB
carrying
messaging
low
priority
DL DTCH
RAB
subflow 1
(bit class A)
DL DCCH
RAB
subflow 2
(bit class B)
DL DCCH
RAB
subflow 2 (bit class C)
DCH DCH DCH DCH
DPDCH
Logical channel
dengan informasi-
informasi yang
berbeda. Dan juga
berbeda
termination point.
Untuk signalling hanya
membutuhkan 1
transport channel
karena SRB (Signalling
Radio Bearers)
mempunyai
requirement quality
(BLER) dan coding
yang sama.
Semua transport channel
menggunakan single physical
channel (DPDCH).
Transmission Power
Default transmission power ditentukan secara spesifik per vendor.
Pada fase initial planning transmission power dari traffic channel dan control channel
perlu didefinisikan.
Semakin besar power pada control channel semakin baik Eb/No dan meng-improve
coverage.
Semakin besar power pada traffic channel semakin besar kapasitas sebuah cell.
Rule of thumb : 15 – 20 % DL total power digunakan untuk control channel.
Transmission Power
Primary CPICH (P-CPICH) di transmisikan secara kontinyu tanpa power control.
Jika Power P-CPICH yang diterima tidak termasuk active set dalam UE, maka
power yang diterima akan dianggap sebagai interference. Disebut sebagai pilot
pollution.
Coverage sebuah cell ditentukan oleh transmission power pada P-CPICH.
Perubahan power pada P-CPICH dapat mempengaruhi coverage, capacity dan SHO
behaviour dan juga tingkat interference.
Primary CPICH
Persentase power pada P-CPICH sekitar 5% – 20% dari maksimum transmission
power dari sebuah node-B.
Transmission PowerAlocation for Control Channel
Downlink Power Recommendation
Channel Allocated Power
Node B Max Power 43 dbm
CPICH 10 % watt from Max Power
P-SCH ± 3 dB from CPICH
S-SCH ± 3 dB from CPICH
PICH -6 to -7 dB from CPICH
AICH -5 to -7 dB from CPICH
P-CCPCH -3 dB from CPICH
S-CCPCH -3 dB from CPICH
AICH dan PICH ditransmisikan secara
kontinyu.
P-CCPCH memiliki activity factor 0.9
S-CCPCH memiliki activity factor 0.25
S-SCH memiliki activity factor 0.1
Short Quiz (Transmission Power)1. Hitung transmission power physical channel dan asumsi transmission power untuk
logical channel untuk channel-channel type dibawah ini.
Downlink Power Recommendation
Channel Allocated Power Allocated Power (dBm) Allocated Power (Watt)
Node B Max Power 43 dbm
CPICH10 % watt from Max
Power
P-SCH ± 3 dB from CPICH
S-SCH ± 3 dB from CPICH
PICH -6 to -7 dB from CPICH
AICH -5 to -7 dB from CPICH
P-CCPCH -3 dB from CPICH
S-CCPCH -3 dB from CPICH
Total Control Channel
BCH
FACH
PCH
Baseband Processing/Channel Element Utilization
Channel Element adalah data untuk mengukur resource logical yang dipakai untuk
service baseband processing
System Module
User data CE UL/minSF
CE DL/minSF
AMR (voice) 1/ SF64 1/ SF128
WB-AMR 1 / SF64 1 / SF128
PS 16 kbps 1 / SF64 1 / SF128
PS 32 kbps 2 / SF32 2 / SF64
PS 64 kbps 4 / SF16 4 / SF32
PS 128 kbps 4 / SF8 4 / SF16
PS 256 kbps 8 / SF4 8 / SF8
PS 384 kbps 16 / SF4 16 / SF8
CS 64 kbps 4 / SF16 4 / SF32
CS 57.6 kbps 4 / SF16 4 / SF32
CS 14.4 kbps 1 / SF64 1 / SF128
Besarnya kapasitas maksimal dari
baseband processing di BTS/Node B
tersebut tergantung dari kapasitas
hardware System Module yang terpasang
( UL dan DL )
Tiap service yang digunakan, dihitung
resource yang dipakai baik di sisi DL
maupun UL )
Resource yang dipakai untuk masing-
masing service processing tergantung dari
besarnya Spreading Factor (SF) dari
service tersebut
Semakin kecil SF atau semakin besar
bitrate dari tiap service itu, maka semakin
besar pula resource CE-nya
Overview
Baseband Processing/Channel Element Utilization
Berapa CE yang diperlukan untuk total mix Traffic berikut dan berapa CE
Utilization :
20 AMR users
4 CS Video Call 64 kbps
4 x FTP Download dengan PS 384/64 kbps data user
3 x HTTP Service ( Youtube, Yahoo, Gmail ) dengan PS 128/64 kbps
2 x FTP Upload ( 4shared ) dengan PS 16/384
1 x PS Streaming dengan PS 256/256
Kapasitas total hardware system module yang dipakai 240 CE (Sama antara DL-UL)
Example
WCDMA Cell Breathing
Berubahnya
kebutuhan power dari
setiap perubahan
layanan atau jumlah
user pada sistem
jaringan 3G
menyebabkan adanya
fenomena Cell
Breathing.
Cell Breathing
terjadi karena
adanya trade off
antara coverage
dan kapasitas
Ketika jumlah user dalam
sebuah cell rendah (low
load) maka kualitas sinyal
yang bagus bisa diperoleh
meskipun pada jarak yang
jauh dari nodeB. Ketika
jumlah user dalam sebuah
cell tinggi (high load) maka
akan terjadi pengkerutan
coverage.
Orang mengatakan soft capacity untuk hal yang dialami oleh sistem WCDMA ini yang
menyebabkan kapasitas jumlah user sulit diketahui secara pasti.
WCDMA ArchitectureMobile Switching
Center (MSC)
berfungsi sebagai
switch dan
penghubung dengan
jaringan fixed.
Network Switching
Systems
Home Location
Register (HLR)
HLR merupakan
database yang berisi
data-data pelanggan
yang tetap.
Visitor Location
Register (VLR)
VLR merupakan
database yang berisi
informasi sementara
mengenai pelanggan,
terutama saat lokasi
dari pelanggan diluar
cakupan area jaringan
HLR-nya
Node B
Node B adalah unit fisik
untuk
mengirim/menerima
frekuensi pada sel.
Radio Network
System
RNC (Radio Network
Controller)
RNC bertanggungjawab
manajemen sumber radio
yang tersedia pada Node B
yang ditanganinya.
Cell Re-Selection
Cell Reselection adalah proses perpindahan
mobile user dari satu cell ke cellyang lain pada saat idle mode
Cell awal yang ditinggalkan
disebut source cellsedangkan celltujuan disebut
dengan target cell.
Cell Re-Selection3G – 3G Cell Reselection
Pada 3G-3G Cell Reselection UE akan merangking WCDMA cell Berdasarkan
kriteria berikut yang sering disebut sebagai S Criteria.
Squal = CPICH_Ec/No - qQualMin > 0 dan
Srxlev = CPICH_RSCP – qRxLevMin - Pcompensation > 0
Pcompensation = max ( maxTxpowerUI - maximum UE power, 0)
Cell-cell yang memenuhi S Criteria kemudian dirangking menurut R Criteria
Rserving = CPICH_Ec/No + qHyst2
Rneighbour = CPICH_Ec/No - qOffset2sn
Pada UE akan terjadi proses cell reselection jika cell baru memenuhi kriteria
cell reselection selama waktu time interval treSelection
Cell Re-Selection3G – 3G Cell Reselection
Example :
Serving Cell : Cell A;
Neighbour cell : Cell B, Cell C, Cell D, Cell E
qQualMin : -18 dB
qRxLevMin : -118 dBm
qHyst2 : 4 dB
qOffset2sn : 0 dB
Bagaimana rangking cell reselection dari cell-cell tersebut ?
Proses apa yang akan terjadi ?
Cell mana yang tidak lolos kriteria S ?
Cell Re-Selection3G – 3G Cell Reselection
Answer
Rangking Cell :
1st : Cell B
2nd : Cell A
3rd : Cell C
Akan terjadi proses
reselection dari Cell A
ke Cell B setelah
timer treSelection
expired.
Cell D dan Cell E tidak lolos
pada criteria S. Cell D tidak
lolos kriteria Squal dan Cell E
tidak lolos kriteria Srxlev.
Cell Re-Selection3G – 3G Cell Reselection
Perpindahan cell
reselection
ditunjukkan dengan
garis putus-putus
berwarna hitam.
Cell Re-Selection3G – 3G Cell Reselection
Parameter
sintraSearch berfungsi
untuk meminimalkan
ping-pong cell
reselection dengan
memberikan batas
value tertentu dimana
sebuah cell apabila
Ec/No > SintraSearch
maka tidak akan
mengalami proses cell
reselection.
Cell Re-Selection3G – 2G Cell Reselection
WCDMA serving cell akan memulai suatu GSM cell measurement
apabila CPICH Ec/No < QqualMin + Ssearch_RAT.
Start
First ranking of all the cells based on CPICH RSCP (WCDMA) and RxLevel (GSM)
Rank (s) = CPICH RSCP + Qhyst1 (WCDMA)
Rank (n) = CPICH_RSCP(n) – qOffset1sn (WCDMA)
Rank (n) = RxLev(n) - qOffset1sn (GSM)
GSM cell measurement available If :
CPICH Ec/No < QqualMin + Ssearch_RAT
Rs = Serving WCDMA cell calculation, with hysteresis parameter
Rn = Neighbour WCDMA or GSM cell calculation with offset parameter
1
Cell Re-Selection3G – 2G Cell Reselection
Rank (n) higher in GSM Cell
NOYES
Cell re-selection to GSM
Second ranking only for WCDMA cells based on CPICH Ec/No
Rank (s) = CPICH Ec/No + Qhyst2
Rank (n) = CPICH Ec/No - qOffset2sn
Cell re-selection to WCDMA cell of highest R value.
1
Cell Re-Selection3G – 2G Cell Reselection
Aturan Cell
Reselection yang
berhubungan
dengan parameter
Sintrasearch,
Sintersearch dan
Ssearch_Rat
Cell Re-Selection2G – 3G Cell Reselection
Start
UE akan melakukan pengukuran offset antara level sinyal neighbour 3G (RSCP) dengan level sinyal serving cell GSM (RxLevel). Dimana RSCP neighbour cell harus memenuhi kriteria
CPICH RSCP > RLA_C + FddQoffset
Nilai offset ini diatur oleh parameter FddQoffset. Untuk tabel nilai FddQoffset dapat dilihat pada tabel dibawah.
Nilai yang direkomendasikan untuk FddQoffset adalah infinity atau pengaruh parameter ini di-disable untuk cell proses reselection dari 2G ke 3G.
UE memulai untuk proses measurement pada neighbouring 3G cells apabila nilai RxLev ( RLA_C )dibawah atau diatas threshold Qsearch yang ditentukan.
Nilai Qsearch yang direkomendasikan adalah 7 atau always. Sehingga UE selalu melakukan measurement apabila terdapat neighbour 3G. Untuk tabel nilai Qsearch dapat dilihat pada tabel dibawah.
RxLevel memenuhi kondisi parameter
Qsearch?
CPICH RSCP > RLA_C + FddQoffset?
YES
YES
NO
NO
12
Cell Re-Selection2G – 3G Cell Reselection
UE akan melakukan filter quality (Ec/No) pada 3G cell untuk cell reselection. Dimana Ec/No neighbour cell harus memenuhi kriteria
CPICH Ec/No > FddQmin
Tidak terdapat prioritas atau perangkingan diantara neighbour 3G. Untuk tabel nilai FddQmin dapat dilihat pada tabel dibawah.
Cell reselection dari 2G ke 3G
CPICH Ec/No > FddQmin?
YES
NO
12
Cell Re-Selection2G – 3G Cell Reselection >> Qsearch Parameter
Value 0 1 … 6 7 8 9 10 … 14 15
dBm -98 -94 … -74 Always -78 -74 -70 … -54 Never
Pada 2G Database
parameter terdapat tiga
parameter Qsearch yaitu
Qsearch_I untuk idle
mode, Qsearch_P untuk
packet mode, Qsearch_C
untuk dedicated mode.
Untuk kasus cell
reselection ini digunakan
parameter Qsearch_I.
Cell Re-Selection2G – 3G Cell Reselection >> FddQoffset
Berikut adalah tabel nilai aktual dan
value pada parameter FddQoffset
(Nokia). Untuk value 1 sampai
dengan 15 setiap kenaikan value
akan berselisih 4 dBm. Nilai yang
direkomendasikan untuk FddQoffset
adalah infinity atau pengaruh
parameter ini di-disable untuk cell
proses cell-reselection dari 2G ke
3G.
Value 0 1 2 3 … 8 … 14 15
dBm -32 (infinity) -28 -24 -20 … 0 … 24 28
Cell Re-Selection2G – 3G Cell Reselection >> FddQmin
Value 0 1 2 3 4 5 6 7
dB -20 -6 -18 -8 -16 -10 -14 -12
Berikut adalah tabel nilai aktual
dan value pada parameter
FddQmin (Nokia). Nilai FddQmin
akan bervariasi dari -6 dB sampai
-20 dB.
Cell Re-Selection2G – 3G Cell Reselection >> Other Consideration
Tetapi perlu diperhatikan juga poin-pin berikut :
Ketika UE diserving oleh jaringan 3G, akan dilakukan GSM Measurement saat
CPICH Ec/No dibawah Ssearch_Rat + Qqualmin.
Ketika UE diserving oleh GSM kemungkinan akan terjadi cell reselection ke
3G apabila CPICH EcNo diatas FddQmin
Oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya ping-pong antara 3G dan GSM
maka kondisi berikut harus terpenuhi :
FddQMin >= QqualMin + Ssearc_Rat
Short Quiz (Cell Re-Selection)1. Hitunglah rangking cell reselection dari cell dibawah ini
Serving Cell : Cell F;
Neighbour cell : Cell G, Cell H, Cell I, Cell J
qQualMin : -16 dB
qRxLevMin : -110 dBm
qHyst2 : 2 dB
qOffset2sn : 2 dB
SsearchRat : 2 dB
Ec/No (db)
RSCP (dBm)
Cell F (3G) -12 -88
Cell G (3G) -8 -95
Cell H (3G) -15 -93
Cell I (3G) -13 -100
Cell J (3G) -7 -85
2. Pada kondisi dibawah ini cell manakah yang menjadi target source untuk cell reselection
Serving Cell : Cell K (3G)
Neighbour cell : Cell L. M (3G), Cell N, O (2G)
qQualMin : -15 dB
qRxLevMin : -105 dBm
qHyst1 : 2 dB
qHyst2 : 4 dB
qOffset1sn : 2 dB
qOffset1sn (GSM) : 2 dB
qOffset2sn : 4 dB
SsearchRat : 3 dB
Ec/No (db)
RSCP (dBm)
Cell K (3G) -13 -97
Cell L (3G) -15 -95
Cell M (3G) -14 -100
RxQualRxLevel (dBm)
Cell N (2G) 2 -88
Cell O (2G) 3 -90
Handover
Handover adalah proses perpindahan mobile user dari satu cell ke cell yang lain
pada saat dedicated mode.
Handover berfungsi untuk tetap menjaga koneksi sewaktu melakukan panggilan ketika mobile user berada diluar jangkauan source
cell.
Terdapat beberapa kriteria yang menyebabkan terjadinya handover antara lain sinyal yang lemah pada source cell yang telah melewati batas yang telah ditentukan, kualitas yang kurang bagus dll.
Pada saat terjadi handover koneksi dengan source celldiputus dan dipindahkan ke target cell oleh sebab itu handover adalah proses yang sangat komplek dan
kritis pada sistem GSM.
Handover in WCDMASoft Handover (SHO)
Dibandingkan dengan hard handover
yang konvensional, soft handover
memiliki beberapa keunggulan yaitu
mengeliminasi efek ping-pong,
pengalihan trafik yang lebih halus, tanpa
penghentian sementara selama
handover dan dapat mengurangi
probabilitas blocking dan dropping
panggilan.
Akan tetapi juga memiliki kekurangan dalam hal
kerumitan, konsumsi daya ekstra juga peningkatan
interferensi dikarenakan dengan adanya soft handover
sebuah UE pada saat yang sama dapat menggunakan
rources power lebih dari satu node B dan berbagi
resource dengan UE lainnya.
Handover in WCDMA
Handover Type
Soft Handover
Merupakan handover yang terjadi antar cell dengan
frekuensi carrier yang sama.
Softer Handover
Handover yang terjadi antarsektor dalam satu cell
dengan frekuensi pembawa dan Node B yang sama.
Hard Handover
Dalam tipe ini terjadi pemutusan hubungan dengan
kanal trafik lama sebelum terjadi hubungan baru.
Tipe handover ini digunakan dalam sistem seluler
GSM dimana tiap sel menggunakan band frekuensi
yang berbeda. Pada WCDMA hard handover terjadi
pada sistem dual mode di mana sistem WCDMA
dioperasikan bersama-sama dengan sistem radio
akses lainnya seperti GSM atau antara sesama
sistem FDD WCDMA tetapi dengan frequency
carrier yang berbeda.
Pada sistem
WCDMA
menyediakan
kemampuan untuk
handover baik untuk
CS (Circuit/voice)
service maupun PS
(Packet/data) service,
dan juga service yang
di-handle oleh sistem
GSM ke sistem
WCDMA dan
sebaliknya dari
WCDMA ke sistem
GSM.
Handover in WCDMASoft Handover (SHO) >> event 1A (addition)
Event 1A terjadi jika CPICH Ec/No > best pilot CPICH Ec/No –
reportingRange1a + hysteresis 1a/2 dan berlangsung selama
periode timeToTrigger1a dan active set tidak penuh, maka cell
tersebut ditambahkan ke active set
Event 1A
disebut juga
radio link
addition.
Handover in WCDMASoft Handover (SHO) >> event 1C (addition)
Event 1C terjadi jika CPICH Ec/No > worst pilot CPICH Ec/No
+ hysteresis 1c/2 dan berlangsung selama periode
timeToTrigger1c baik itu active set member sudah penuh 3 cells
ataupun belum penuh, maka cell tersebut ditambahkan ke active set.
Event 1C atau
combined radio
link addition
and removal.
Saat Active set
belum penuh
maka cell C
ditambahkan
ke active set
Handover in WCDMASoft Handover (SHO) >> event 1C (addition and removal)
Saat Active set
penuh maka
cell D
menggantikan
cell C.
Handover in WCDMASoft Handover (SHO) >> event 1B (remove)
Event 1B terjadi jika CPICH Ec/No < best pilot CPICH Ec/No –
reportingRange1b - hysteresis 1b/2 dan berlangsung selama
periode timeToTrigger1b, maka cell dikeluarkan dari active set.
Event 1B
disebut juga
radio link
removal.
Handover in WCDMASoft Handover (SHO) >> event 1D (replace)
Event 1D terjadi jika CPICH Ec/No > best pilot CPICH Ec/No +
hysteresis 1d/2 dan berlangsung selama periode timeToTrigger1d
dan kedua cell masih terlist sebagai active set member maka cell
tersebut akan menggantikan best active set.
Handover in WCDMAIRAT Handover / ISHO / 3G – 2G Handover
Pada WCDMA hard handover terjadi
pada sistem dual mode di mana sistem
WCDMA dioperasikan bersama-sama
dengan sistem radio akses lainnya
seperti GSM atau antara sesama sistem
FDD WCDMA tetapi dengan
frequency carrier yang berbeda.
Pada IRAT Handover atau handover dari sistem 3G ke
sistem 2G beberapa kriteria yang dapat menjadi trigger
yaitu RSCP, EcNo, UE TX Power dan GSM Coverage yang
bagus.
Handover in WCDMAIRAT Handover / ISHO / 3G – 2G Handover
Start
UE akan start compressed mode jika kondisi best active set (3G network) memenuhi salah kriteria berikut
CPICH Ec/No < event 2d Ec/No threshold atau
CPICH RSCP < event 2d RSCP threshold atau
UeTxPower > event 6a threshold
Kondisional untuk compress mode
terpenuhi ?
Kondisional untuk stop compress mode
terpenuhi?
YES
YES
NO
Start Compressed Mode (Event 2d)
Stop Compressed Mode (Event 2f)
UE akan stop compressed mode jika kondisi best active set (3G network) memenuhi semua kriteria berikut
CPICH Ec/No > event 2f Ec/No threshold dan
CPICH RSCP > event 2f RSCP threshold dan
UeTxPower < event 6b threshold
NO
1
Handover in WCDMAIRAT Handover / ISHO / 3G – 2G Handover
1
IRAT Handover dari 3G ke 2G
Start Handover Trigger attempt (Event 3a)
UE akan start handover attempt (event 3a) apabila memenuhi salah satu kriteria berikut :
Jika event compressed mode CPICH Ec/No (2d Ec/No) telah tertrigger dan Rx Level GSM yang BSIC nya telah ter-verified > gsmThresh3a danCPICH EcNo < threshold Ec/No event 3a.
Jika event compressed mode CPICH RSCP No (2d RSCP) telah tertrigger dan Rx Level GSM yang BSIC nya telah ter-verified > gsmThresh3a dan CPICH RSCP < threshold RSCP event 3a.
Jika event compressed mode UE TX Power (event 6a) telah tertrigger dan Rx Level GSM yang BSIC nya telah ter-verified > gsmThresh3a dan CPICH RSCP < threshold RSCP event 3a dengan modifikasi.
Handover in WCDMAIRAT Handover / ISHO / 3G – 2G Handover >> Compressed Mode
Compressed mode Start
UE memulai RSSI measurement dari semua frekuensi GSM dan mengidentifikasi 8 cell terkuat
Setelah memasuki fase compressed mode maka measurement control pada UE terdapat list GSM cell yang akan dimonitor. List GSM tersebut di-
identifikasikan dengan ARFCN BCCH dan BSIC.
BSIC decoding untuk ke 8 cell terkuat dimulai dari cell dengan RRS terkuat.
BSIC confirm dari tiap cel
Setelah list GSM cell didapatkan, BSIC telah di-decoding dan telah ter-confirm, memiliki RSSI diatas gsmThreshthreshold dan UMTS level dibawah threshold
Ec/No atau RSCP 3a. Maka akan ter-trigger event 3a.
IRAT HO execution
Short Quiz (Handover)1. Event SHO apakah yang akan terjadi jika diketahui data sbb.
ReportingRange1a 2 hysterisis1a 0 timeToTriger 1a 2 s
ReportingRange1b 3 hysterisis1b 0 timeToTriger 1b 2 shysterisis1c 4 timeToTriger 1c 2 shysterisis1d 0 timeToTriger 1d 2 s
Ec/No (db) RSCP (dBm)
Cell A (AS) -9 -88
Cell B (AS) (3 second) -13 -87
Cell C (3 second) -10 -85
Cell D (1 second) -10 -75
Cell E (1second) -14 -86
Homework !
Bagaimanakah proses SHO event 1A, 1B, 1C, 1D untuk proses handover yang berdasarkan pada kriteria RSCP?
3G/WCDMA RF Planning
Cell Planning atau RF Planning dapat diartikan aktifitas yang
berhubungan dengan perencanaan perangkat radio, pemilihan jenis perangkat yang akan digunakan,
dan juga penentuan konfigurasinya.
Sebuah cell 3G dibedakan dengan cell yang lain melalui scrambling codenya dimana sebuah cell yang
memiliki scrambling codeberdekatan dapat menyebabkan terjadinya drop call atau handover
failure.
Proses planning adalah proses yang paling
penting untuk mendapatkan kualitas
jaringan yang baik.
3G VS 2G RF Planning .Jaringan 2G Jaringan 3G
Coverage tetap
Output power tetap
Kapasitas user diketahui secara
pasti
Sedikit Initial parameter
Layanan utama adalah voice +
layanan data dengan GPRS/EDGE
Sedikit ketergantungan antar cell
perpindahan antar cell dengan hard
handover
One Link Budget
Membutuhkan frekuensi planning
Coverage berubah karena adanya
Cell Breathing
Kapasitas Downlink terbatas pada
power. Power sebagai resources
yang harus dibagi antar sesama
user
Kapasitas Uplink terbatas pada
noise figure
Lebih banyak parameter yang
harus di-tuning karena berkaitan
dengan jumlah layanan yang
lebih banyak daripada sistem 2G
Perbedaan RAB (voice/video/PS
R99/HSDPA) berbeda juga
kebutuhan kualitasnya
Dengan adanya Soft Handover
ketergantungan antar cell sangat
mempengaruhi performance
Link Budget didefinisikan per RAB
Tidak perlu frekuensi planning
tetapi perlu scrambling code
planning
3G VS 2G RF Planning ..
Pada sistem 3G semua site menggunakan frekuensi yang sama (kecuali telah diimplementasikan second carrier, third carrier dst)
sehingga tidak diperlukan lagi proses frequency planning seperti
pada jaringan 2G.
Kapasitas suatu cell 2G dihitung berdasarkan jumlah
TRX, kapasitas pada 3G terbatas pada penggunaan power oleh user pada arah
downlink dan noise figure user pada arah uplink.
3G menggunakan frekuensi yang lebih tinggi daripada frekuensi GSM yang dapat diartikan tingkat penetrasi
indoor sinyal 3G lebih rendah daripada sinyal 2G.
Implementasi site 3G belum sebanyak implementasi site 2G menyebabkan dominasi
coverage yang dirasakan user untuk 3G masih dibawah coverage 2G.
Key Factor
Tipe Subscriber : Tipe layanan apa yang diinginkan pengguna (Voice/Video/PS/HSDPA atau gabungan semuanya), Tingkat
mobilitas pengguna, banyaknya melakukan panggilan dll
Quality Of Service, peningkatan kualitas layanan adalah hal yang
diharapkan setelah proses planning selesai diimplementasikan.
Biaya, perhitungan biaya juga perlu diperhatikan, jangan
sampai ada site yang diimplementasikan sia-sia
dikarenakan perencanaan yang kurang matang atau informasi
yang kurang lengkap.
Step by step proses RF Planning
Analisis trafik dan coverage
Trafik dan Coverage
Perencanaan Rollout
Link Budget
Model Trafik
Kebutuhan coverage
Konfigurasi Node B
Perencanaan pasar
operator
Step by step proses RF Planning
Pada saat penentuan Nominal Cell Plan data-data mengenai perangkat yang akan
digunakan seperti tipe Node B, tipe antena, tipe feeder sudah harus didefinisikan, juga data-data mengenai lokasi site dan juga
coverage predictions dengan model propagasi yang telah di-tuning sesuai dengan
keadaan sebenarnya.
Plan juga harus memperhitungkan site yang sudah ada atau existing site agar tidak terjadi pemborosan biaya dengan penambahan site baru padahal site yang sudah ada dapat lebih
dimaksimalkan kapasitasnya.
Nominal cell plan
Step by step proses RF Planning
Radio Site Survey adalah survey awal untuk
menentukan bahwa titik pada nominal plan benar-
benar cocok untuk diimplementasikan site.
Pada saat penentuan posisi site biasanya terdapat tiga titik yang akan di survey. Dari ketiga titik tersebut
terdapat batas toleransi biasanya 20% dari jarak antar site. Misalnya pada jaringan 3G dengan jarak rata-rata
800 meter di area urban maka lokasi yang di-survey dari titik awal
maksimum dengan radius 160 meter.
Radio Site SurveyHal-hal yang perlu
di survey :
1. Koordinat GPS
2. Informasi Ketinggian
3. Informasi antena,
posisi, tinggi, azimuth
4. Informasi adanya
halangan
5. Sketsa dan gambar
sekeliling site
Step by step proses RF Planning
Radio Site Survey
Equipment yang diperlukan : GPS, Kompas, Teropong, Kamera Digital, Papper Maps yang akurat, Meteran, Inklinometer, Coverage Plot
dan Form isian site survey.
Step by step proses RF Planning
Radio Site Survey
Equipment yang diperlukan : GPS, Kompas, Teropong, Kamera Digital, Papper Maps yang akurat, Meteran, Inklinometer, Coverage Plot dan
Form isian site survey.
Step by step proses RF Planning
Radio Site Survey
Equipment yang diperlukan : GPS, Kompas, Teropong, Kamera Digital, Papper Maps yang akurat, Meteran, Inklinometer, Coverage Plot dan
Form isian site survey.
Step by step proses RF Planning
Radio Site Survey
Equipment yang diperlukan : GPS, Kompas, Teropong, Kamera Digital, Papper Maps yang akurat, Meteran, Inklinometer, Coverage Plot dan
Form isian site survey.
Step by step proses RF Planning
Kegiatan Sipil dan keperluan instalasi perlu
melakukan survei tersendiri yang dinamakan Site Investigation antara
lain menginvestigasi kekuatan tanah, instalasi
antena yang cocok, Informasi luas area dan informasi sumber daya yang akan digunakan apakah menggunakan
jaringan PLN atau harus menggunakan genset.
Site Investigation
Step by step proses RF Planning
Setelah survey selesai dilakukan maka penentuan frekuensi BCCH
dan frekuensi TCH dilakukan.
Sistem Desain
Implementasi
Pada tahap ini dilakukan
pekerjaan instalasi, commisioning dan
testing.
Step by step proses RF Planning
Setelah site on-air maka dilakukan proses optimisasi
pada site tersebut.
Sering juga disebut new site optimization atau PLO
Karena trafik terus meningkat maka kegiatan optimasi harus terus berjalan. Pada suatu saat perlu penambahan kapasitas untuk mengakomodir trafik yang terus naik.
Pada poin ini analisis trafik dan coverage perlu dilakukan dan proses planning berjalan berulang lagi.
Proses OptimasiHal-hal dilakukan
saat PLO antara lain :
1. Konfigurasi dilapangan sudah
terimplementasi sesuai dengan
Final Cell Plan
2. Performance sudah mencapai
KPI yang diinginkan
3. Melakukan initial tuning
parameter
4. Mengambil Drive test
Measurement
Radio Wave Propagation
Radio Frekuensi dengan rentang frekuensi
antara 3Hz sampai 3000 GHz dibagi
klasifikasinya menjadi 12 bagian. Komunikasi
seluler GSM 900 MHz dan 1800 MHz
termasuk dalam kategori UHF.
Radio Wave PropagationMeskipun gelombang
radio merambat di udara
tanpa impedansi sama
sekali. Tetapi bukan berarti
pentransmissian
gelombang radio tanpa
loss sama sekali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Radio Wave
Propagation antara lain :
1. Fakta bahwa gelombang radio dipantulkan oleh permukaan bumi (karena permukaan
bumi bersifat konduktif)
2. Loss pada saat pentransmissian karena terdapat halangan gedung atau pepohonan
3. Variasi topografi seperti hutan, pedesaan atau perkotaan
Radio Wave Propagation
Short Term (fast) dan Long Term (slow) fading
ReceivingLevel
distanceVariations duetoshadowing
Globalmean
Variations duetoRayleigh fading
Longandshort term fading
Fast fading muncul karena
halangan-halangan yang
bersifat sebagai pemantul.
Dan akhirnya diterima pada
antena penerima berbagai
macam sinyal dengan berbagai
macam fase, amplitudo dan
kadang-kadang saling
menghilangkan satu dengan
lainnya. Hal ini dapat
mengakibatkan lemahnya
sinyal.
Beberapa solusi dapat
digunakan untuk mengurangi
efek Fast/Short/Rayleight
fading antara lain dengan
menambah power output dan
juga penggunaan space
diversity pada antena.
dB Review
Decibel (dB) adalah satuan (unit)
yang menyatakan perbandingan
(ratio) dalam bentuk logaritma basis
10. Unit ini sering digunakan untuk
menyatakan penguatan (gain) atau
redaman (losses) level sinyal, daya
dan tegangan.
Decibel (dB) digunakan agar
representasi gain lebih sederhana.
Misal penguatan 10*log
(1,000,000,000/1) dapat dituliskan
90 dB. Contoh lain penguatan
dari 1ke 0,000000001 dapat
dituliskan menjadi -90 dB. Ini
memudahkan dalam penulisan
penguatan sinyal pada
telekomunikasi
dBm Review
Unit dBm mengekspresikan
absolute value dari power. Untuk
mengubah dari power (watts) ke
dBm
Satuan ini sering digunakan dalam
telekomunikasi untuk
merepresentasikan nilai yang sangat
besar atau sangat kecil dalam
bentuk yang lebih sederhana.
Kesimpulannya gunakan db untuk
mengekspresikan ratio antara dua
nilai power. Dan gunakan dBm
untuk mengekspresikan absolute
value dari power.
Antenna System
Gelombang radio GSM dapat dihasilkan dengan memberikan aliran listrik bolak-balik pada antena.
Pada antena BTS pada dasarnya adalah kabel panjang yang dialiri
tegangan/arus bolak-balik. Dan antena akan
menghasilkan gelombang elektromagnetik yang
memiliki frekuensi sama dengan frekuensi sumber
tegangan/arus.
Antenna SystemIsotropic Antenna
Antena isotropic adalah
antena non-directional
yang meradiasikan
gelombang
elektromagnetik ke semua
arah. Perbandingan gain
antena pada arah tertentu
dibandingkan dengan
antena isotropic
dinyatakan dalam dBi.
Half Wave Dipole
Antenna
Half Wave Dipole
diperoleh dengan
memotong konduktor
sebesar satu setengah
panjang gelombang
frekuensi radio.
Perbandingn gain dengan
Half Wave Dipole
dinyatakan dalam unit dBd.
Isotropic & Halfwave Dipole Antenna
Antenna SystemAntenna Beamwidth
Antenna Beamwidth
Beamwidth, didefinisikan sebagai sudut
penyimpangan dimana power yang
diradiasikan lebih rendah 3dB daripada
main direction. Baik secara horisontal
maupun vertikal menggunakan
persyaratan yang sama.
Antenna SystemVertical Beamwidth
Vertical Beamwidth
Untuk mengkonsentrasikan radiasi power
di coverage area, maka susunan array half
wave dipole disusun secara
vertikal/horisontal atau +45/-45. Dengan
setiap kelipatan dua jumlah dipole maka
beam width power akan berkurang
setengahnya tetapi gain pada main direction
akan bertambah 3 dB.
Antenna SystemSpace Diversity
Pada sistem GSM
diperlukan penerima
diversity untuk
meningkatkan
performasi di sisi
uplink. Metode
konvensional adalah
penggunaan space
diversity dimana 2
receiver antena
dipisahkan pada jarak
tertentu.
Pada space diversity,
dua buah sinyal
penerima RX di-
demodulasi,
didekodekan dan
sinyal dengan BER
(Bit Error Rate)
terbaik digunakan.
Hasilnya adalah
peningkatan kekuatan
sinyal dari 3 dB
sampai 6 dB.
Antenna SystemPolarization Diversity
Antena dual polarize adalah
antena dengan dua array dalam
satu unit antena, dua array dapat
didesain dengan orientasi yang
berbeda, selama kedua orientasi
mempunyai performansi yang
sama dan pattern radiasi yang
sama. Dua tipe yang sering
digunakan adalah
vertikal/horisontal array dan
array dengan +/- 45 derajat
orientasi.
Polarization diversity membutuhkan
ruang yang lebih kecil daripada
space diversity.
Antenna SystemAntenna Downtilt
Standar vertikal beam width adalah pointing ke arah
horizon. Mengaplikasikan downtilt pada antena
dapat memberikan beberapa keuntungan antara lain
power yang diradiasikan akan lebih terfokus ke
objective coverage area pada setiap sektor, dengan
mengurangi power pada arah horison maka
problem interferensi juga dapat dikurangi.
Kasus overshoot coverage
dimana coverage sebuah site
melebihi area objective
coverage-nya dan
menyebabkan meningkatnya
interferensi pada jaringan juga
dapat diminimalisasi dengan
melakukan downtilt.
Tetapi disisi lain downtilt juga dapat mengurangi besarnya coverage. Oleh sebab itu
setiap aktivitas downtilt atau uptilt perlu terlebih dahulu disimulasikan dengan
planning tools terlebih dahulu.
Antenna SystemMechanical Downtilt
Semakin besar
derajat mechanical
downtilt maka
coverage pada
main lobe
berkurang
sedangkan pada
sisi side lobe akan
melebar.
Antenna SystemElectrical Downtilt
Tidak seperti pada
mechanical
downtilt. Electrical
donwtilt tidak
tampak derajat
kemiringannya dan
tidak mengubah
bentuk pada
horizontal pattern.
Antenna SystemAntenna Dual dan Triple Band
Sebuah tower dapat
saja terdiri dari BTS
GSM (GSM 900), BTS
DCS (GSM 1800)
dan NodeB 3G
sehingga antena yang
dibutuhkan pada
setiap sektor
berjumlah 3 buah.
Apabila terdapat 3
sektor antena yang
terpasang berjumlah
9 buah.
Dengan pemasangan
antena dual band atau
triple band dapat
menghemat ruang
untuk pemasangan
antena.
Antenna SystemAntenna Planning
Untuk daerah padat (area
urban atau kota) beam
width yang terlalu besar
tidak terlalu baik karena
dapat menimbulkan
terjadinya interferensi di
sisi lain daerah yang kurang
padat (area rural atau
pedesaan) apabila
digunakan beam width kecil
maka coverage-nya akan
kurang maksimal.
Datasheet untuk antena GSM
KATHREIN dengan tipe 739 640.
Informasi mengenai beam width,
gain dan pattern secara horisontal
maupun vertikal diinformasikan
lengkap.
Antenna SystemAntenna Planning
Penempatan antena di roof top
semaksimal mungkin tidak adanya
obstacle atau halangan berupa
tembok
Antenna SystemAntenna Planning
Penempatan antena di wall mounted
(pada dinding gedung) minimal
dibutuhkan safety margin sebesar
15 ° antara permukaan dinding dan
antena beamwidth.
Antenna SystemShadow Effect
Penempatan lokasi antena diatas
gedung (roof top) juga harus
clearance pada roof edge untuk
menghindari adanya ”Shadow
effect.”
Untuk menghindari "Shadow
effect" di daerah dekat gedung
batasan clearance minimum antara
antena bagian bawah dan tepian
gedung minimum 20 derajat.
Site Audit
Pada proses optimasi pada kasus tertentu seorang optimization
engineer harus mengetahui kondisi physical sebuah site/cell.
Kegiatan pengambilan data lapangan tentang kondisi sebuah site
dinamakan dengan site audit.
Site Audit juga wajib dilakukan pada proses awal on-air untuk
memastikan bahwa semua konfigurasi antena telah sesuai dengan
data planning.
Site audit dilakukan oleh seorang rigger dan tool yang diperlukan
pada saat site audit kurang lebih sama seperti tool untuk melakukan
site survey.
Site AuditMechanical dan Electrical Tilt
Kondisi mechanical
tilt dapat diketahui
dengan alat
inklinometer
sedangkan electrical
tilt dapat dilihat dari
knob yang dapat
diputar dibawah
antena.
Site AuditAzimuth and Panoramic Picture
Gambar Panoramic picture dapat
memperlihatkan ojective coverage
masing-masing sektor
Antenna Relocation
Beberapa problem coverage biasanya disebabkan
adanya obstacle atau halangan.
Di kota-kota besar contohnya seperti Jakarta
dimana pembangunan gedung-gedung sangat cepat
dapat mempengaruhi objective coverage awal.
Objective coverage sebuah cell yang sebelumnya
loss dengan adanya bangunan baru yang
menghalangi dapat saja sebuah obejctive coverage
tidak lagi loss dan perlu dilakukan site survey ulang
dan perlu dilakukan antenna relocation.Bad exmaple : satu tahun
setelah instalasi ternyata
dibangun gedung yang cukup
tinggi. Pada saat inisial
survey tim planning
seharusnya sudah
mengatisipasi hal ini !!
Antenna RelocationCoverage Problem (example case)
Low coverage
Because
obstacle with
Pondok Indah
Mall 2 Building
Low coverage in
residential area
Because obstacle
with Pondok
Indah Mall 2
Building
Not Yet On-air
Google Earth
View
Antenna RelocationDrivetest Before (example case)
RSCPRSCP adalah pengukuran
sinyal pada jaringan 3G
memiliki analogi yang
sama dengan Rx Level
pada sistem 2G.
Pada kasus disamping
meskipun jarak antara
objective coverage
dengan site dekat tetapi
karena adanya obstacle
sinyal yang diterima tidak
seperti yang diharapkan.
Antenna RelocationDrivetest Before (example case)
Ec/No adalah pengukuran
kualitas pada jaringan 3G
memiliki analogi yang
sama dengan Rx Qual
pada sistem 2G.
Pada kasus disamping
meskipun jarak antara
objective coverage
dengan site dekat tetapi
karena adanya obstacle
kualitas sinyal yang
diterima tidak seperti
yang diharapkan.
EcNo
Antenna RelocationPanoramic Picture (existing per sector)
Panoramic Sec 1
Direction : 40°
Antenna Height : 24 m
Antenna Type : K 742
215
Panoramic Sec 2
Direction : 180°
Antenna Height : 24 m
Antenna Type : K 742 215.
New building will be build. And will be
obstcale in the future.
Panoramic Sec 3
Direction : 300°
Antenna Height : 21 m
Antenna Type : K 742 215
Antenna Height in sector 3 is lower
than other sector.
Antenna RelocationPanoramic Picture (per 30 )
Area yang di belakang
gedung mengalami
penurunan sinyal dan
kualitas karena blocking
gedung
Antenna RelocationPanoramic Picture (Proposed for relocation)
Sector 1 (40°) Sector 2 (160°) Sector 3 (280°)
Antenna Relocation Proposal
Sec 1 40°
Sec 2 180°
Sec 3 300°
Proposed
Sec 1 40°
Proposed
Sec 2 160°
Proposed
Sec 3 280°
Antenna Relocation Proposal
Current After Reloc
Hasil simulasi coverage plot dengan
Unet, Planet atau Netact
Coverage Plot before and After
Antena Relocation
Step by step proses
Problem issued
by customer or
finding by
drivetest
Drivetest
Before
Site survey
untuk posisi
relokasi
Coverage plot
before and
lokasi
proposed
Antenna
Relocation
Proposal
Implementasi
Antenna
Relocation
Drivetest After
Performance
monitoring
Power Control
Power Control
berguna untuk
mengatur transmit
power pada
terminal UE dan
nodeB, yang
berguna untuk
memaksimalkan
kapasitas dan
meminimumkan
power dan juga
level interferensi.
Scrambling Code Planning
Pada sisi downlink total terdapat 218-1 atau sejumlah 262.143 scrambling code.
Tidak semua scrambling code digunakan. Pada sisi downlink
hanya terdapat 512 set primary scrambling code dan di setiap primary scrambling code tersebut terdapat 15
secondary scrambling code.
Primary scrambling Code yang berjumlah 512 akan dibagi menjadi 64 SC Group (SC
Group 0 sampai 63) dan setiap cell hanya dialokasikan sebuah
primary scrambling code.
Scrambling Code PlanningAvoid Code Collision
Pada saat proses
plan Scrambling
Code pada jaringan
UMTS/3G. Perlu
diperhatikan re-use
scrambling code
jangan sampai
scrambling code
yang sama dipakai
dalam jarak yang
berdekatan.
Dimana dapat
menyebabkan kegagalan
dalam handovers relation
creation.
Scrambling Code PlanningStep by step proses : Color Grouping
Color grouping berguna untuk
meminimalisir terjadinya Co-
SC. Pada umumnya terdapat 8
grup yang digunakan
Dari Color Grouping tersebut
akan dibagi untuk Macro cell, Cell
indoor (Micro atau Pico cell) dan
tambahan warna hijau untuk
kasus-kasus tertentu apabila
terdapat kasus overshoot coverage
karena antena yang terlalu tinggi.
Scrambling Code PlanningStep by step proses : Clustering
Untuk color group yang sama
akan dikelompokkan per tiga
sektor. Sehingga antar sektor
akan bersilisih 8 SC.
Pada setiap color group maksimum dapat
digunakan oleh 21 site dengan tiga sektor.
Untuk initial deployment dapat digunakan 17
cell , sisanya dapat digunakan untuk cadangan
apabila terdapat tambahan site baru pada
color group tersebut.
Short Quiz (Scrambling Code Planning)1. Sebuah operator memiliki site 3G dengan sector heterogen seperti tampak pada
gambar dibawah. Dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya lakukan assignment dan implementasi Scrambling Code,
= indoor site
HSDPA
HSDPA (High Speed Downlink Packet
Access). Pengembangan dari teknologi
3G yang memungkinkan kecepatan data
sampai 8 – 10 Mbps
Implementasi HSDPA ini tidak mengubah hierarki kerja
dari sisi UTRAN, akan tetapi perubahan yang paling besar
terjadi pada bagian MAC (Medium Access Control). Hal
ini dikarenakan terjadi penambahan entitas MAC-HS
(Medium Access Control high speed) pada sub layer
MAC dari Node B.
Beberapa teknik diperkenalkan di
HSDPA diantaranya : AMC (Adaptif
Modulation and Coding), HARQ
(Hybrid Automatic Repeat
Request) dan packet scheduling.
HSDPAChannel Type
HS-DSCH (High Speed Downlink Shared Channel), merupakan kanal transport yang
digunakan untuk membawa trafik channel DTCH. Tidak seperti kanal transport DCH tidak
terdapat informasi kontrol yang dibawa oleh HS-DSCH.
HS-PDSCH (Physical Downlink Shared Channel), kanal fisik yang digunakan pada saat
downlink untuk membawa kanal transport DSCH.
HS-SCCH (High Speed Shared Control Channel), kanal fisik yang digunakan untuk
membawa informasi kontrol spesifik HS Contoh : Modulation, Transport Block Size (TBS),
Informasi yang berkaitan dengan HARQ.
HS-DPCCH (High Speed Dedicated Physical Control Channel), kanal fisik yang digunakan
untuk membawa Channel Quality Indicator (CQI) dan informasi Acknowledgment.
HSDPAPhysical Channel Type >> HS-PDSCH
HS-PDSCH (Physical Downlink Shared Channel), kanal fisik yang digunakan pada saat
downlink untuk membawa kanal transport DSCH.
Tidak seperti pada WCDMA yang semua transport channelnya berakhir di RNC, HS-PDSCH
berakhir di Node B dan dikontrol oleh MAC-HS.
HS-PDSCH memiliki Spreading Factor (SF) tetap sebesar 16, berbeda dengan DSCH pada
WCDMA yang memiliki SF variable.
Transmission Time Interval (TTI) pada HS-DSCH sebesar 2 ms adalah lebih pendek jika
dibandingkan dengan TTI sebesar 10, 20, 40, atau 80 ms yang digunakan pada channel-channel
sejenis sebelumnya.
HSDPAPhysical Channel Type >> HS-SCCH
HS-SCCH (High Speed Shared Control Channel), kanal fisik yang digunakan untuk membawa
informasi kontrol spesifik HS Contoh : Modulation, Transport Block Size (TBS), Informasi yang berkaitan
dengan HARQ.
Channelization code set dan skema modulasi merupakan parameter kritis karena menunjukkan kode-kode
paralel HS-PDSCH yang diminta UE dan jenis modulasi yang dipakai (QPSK atau 16 QAM).
Dengan informasi yang dibawa HS-SCCH ini, UE dapat menggunakan waktu yang tepat untuk menerima
HS-PDSCH dan dapat menggunakan kode kode yang benar agar data dapat diterima dengan sukses.
HSDPANew Concept
AMC (Adaptive Modulation and Coding) adalah suatu bentuk link adaption dimana feedback dari
UE digunakan untuk menentukan skema coding dan modulasi yang akan digunakan berdasarkan CQI
(Channel Quality Indicator).
User dengan kondisi kanal yang baik (umumnya terjadi pada user yang berada dekat dengan node
B), dapat menggunakan modulasi 16 QAM yang akan menghasilkan throughput yang lebih tinggi.
Sedangkan user dengan kondisi kanal yang kurang baik akan menggunakan jenis modulasi QPSK.
CQI (Channel Quality Indicator) yaitu suatu pelaporan kualitas kanal radio yang dialami user ke
node B
CQI terdiri dari format modulasi yang akan digunakan, besar Transport Block Sizes (TBS) yang
dapat dikirimkan dalam sebuah 1 TTI dan jumlah kode HS-DSCH yang bisa digunakan paralel.
HARQ (Hybrid Automatic Repeat and Request) digunakan untuk meningkatkan performansi dan
menambah ketahanan terhadap error pada link adaptation.
Jika suatu blok data benar maka penerima akan memberi balasan acknowledgement (ACK) dan
menandakan bahwa blok data berikutnya dapat dikirimkan. Tetapi jika paket data error maka akan
dikirimkan NACK dan meminta paket data dikirim ulang.
HSDPACode Allocation
HSDPA Physical Channel :
HS-PDSCH (High Speed Packet Downlink Shared Channel) >> 15 kode SF = 16
HS-SCCH (High Speed Shared Control Channel) >> SF = 128 / user 1 TT1 (2ms)
HS-DPCCH (High Speed Dedicated Physical Control Channel) >> SF = 256 / user
Common Physical Channel :
CPICH >> SF = 256
P-CCPCH >> SF = 256
S-CCPCH >> SF = 64
AICH >> SF = 256
PICH >> SF = 256
S-CCPCH for PCCH >> SF = 128
HSDPACode Allocation >> Common Physical Channel
16
32 32
64 64 64 64
128 128 128 128 128128128128
256
256
256
256 256
256
256
256
256
256
256
256
256
256
256
Agenda:
16 16
256
- allocated, used SF
- SF unavailable, because of other used SF
- available
+ 15xHS-PDSCH …
SF of common channels:
CPICH 256, P-CCPCH 256, S-CCPCH 64, AICH 256, PICH 256, Sec. S-CCPCH for PCCH
128
HSDPACode Allocation >> 1 HSDPA user
16
32 32
64 64 64 64
128 128 128 128 128128128128
256
256
256
256 256
256
256
256
256
256
256
256
256
256
256
Agenda:
16 16
256
- allocated, used SF
- SF unavailable, because of other used SF
- available
+ 15xHS-PDSCH …
SF of common channels:
CPICH 256, P-CCPCH 256, S-CCPCH 64, AICH 256, PICH 256, Sec. S-CCPCH for PCCH
128
1*HS-SCCH (SF =
128)
1*Associated HS-
DPCCH (SF = 256)
3 kode masih available
untuk HS-DPCCH
15 kode masih
available untuk HS-
PDSCH
HSDPACode Allocation >> 2 HSDPA user
16
32 32
64 64 64 64
128 128 128 128 128128128128
256
256
256
256 256
256
256
256
256
256
256
256
256
256
256
Agenda:
16 16
256
- allocated, used SF
- SF unavailable, because of other used SF
- available
+ 15xHS-PDSCH …
SF of common channels:
CPICH 256, P-CCPCH 256, S-CCPCH 64, AICH 256, PICH 256, Sec. S-CCPCH for PCCH
128
2*HS-SCCH (SF = 128)
2*Associated HS-
DPCCH (SF = 256)
15 kode available untuk
HS-PDSCH
Short Quiz (HSDPA Code Allocation)
1. Gambarkan code Allocation untuk 4 active user HSDPA?
2. Berapa alokasi maksimum HSDPA user, apabila telah dialokasikan 5 kode untuk HS-PDSCH?
3. Berapa alokasi maksimum HSDPA user, apabila telah dialokasikan 10 kode untuk HS-PDSCH?
HSDPAUE Category
Protocol3GPP
ReleaseCategory
Max. number of
ModulationMIMO,
Dual-Cell
Code rate atMax. data
rateHS-DSCH
codesmax. data
rate[3][Mbit/s]
HSDPA Release 5 1 516-QAM 0.76 1.2HSDPA Release 5 2 516-QAM 0.76 1.2
HSDPA Release 5 3 516-QAM 0.76 1.8
HSDPA Release 5 4 516-QAM 0.76 1.8
HSDPA Release 5 5 516-QAM 0.76 3.6
HSDPA Release 5 6 516-QAM 0.76 3.6
HSDPA Release 5 7 1016-QAM 0.75 7.2
HSDPA Release 5 8 1016-QAM 0.76 7.2
HSDPA Release 5 9 1216-QAM 0.7 10.1
HSDPA Release 5 10 1516-QAM 0.97 14.4
HSDPA Release 5 11 5QPSK 0.76 0.9
HSDPA Release 5 12 5QPSK 0.76 1.8
Secara umum UE yang digunakan adalah kategori
6 (3,6 Mbps) dan kategori 8 (7,2 Mbps).
HSDPAUE Category
Protocol3GPP
ReleaseCategory
Max. number of
ModulationMIMO,
Dual-Cell
Code rate atMax. data
rateHS-DSCH
codesmax. data
rate[3][Mbit/s]
HSPA+ Release 7 13 1564-QAM 0.82 17.6HSPA+ Release 7 14 1564-QAM 0.98 21.1HSPA+ Release 7 15 1516-QAM MIMO 0.81 23.4HSPA+ Release 7 16 1516-QAM MIMO 0.97 28HSPA+ Release 7 19 1564-QAM MIMO 0.82 35.3HSPA+ Release 7 20 1564-QAM MIMO 0.98 42.2Dual-Cell HSDPA Release 8 21 1516-QAM Dual-Cell 0.81 23.4Dual-Cell HSDPA Release 8 22 1516-QAM Dual-Cell 0.97 28Dual-Cell HSDPA Release 8 23 1564-QAM Dual-Cell 0.82 35.3Dual-Cell HSDPA Release 8 24 1564-QAM Dual-Cell 0.98 42.2DC-HSDPA w/MIMO Release 9 25 1516-QAM
Dual-Cell + MIMO 0.81 46.7
DC-HSDPA w/MIMO Release 9 26 1516-QAM
Dual-Cell + MIMO 0.97 55.9
DC-HSDPA w/MIMO Release 9 27 1564-QAM
Dual-Cell + MIMO 0.82 70.6
DC-HSDPA w/MIMO Release 9 28 1564-QAM
Dual-Cell + MIMO 0.98 84.4
Sumber : wikipedia
Why Optimization ?
Dari sisi operator, Optimization dapat memaksimalkan efisiensi jaringan,
meminimalisir churn rate (pergantian kartu oleh user), menarik customer baru,
meningkatkan kepuasan pelanggan dan menaikkan revenue.
Key Performance Indicator
Menurut rekomendasi dari ITU (International Telecommunication Union) terdapat 3
kategori pengklasifikasian Key Performance Indicator (KPI) untuk evaluasi sebuah jaringan
yaitu Accessibility, Retainability dan Integrity.
Key Performance Indicator
Accessibility adalah kemampuan user untuk memperoleh servis sesuai dengan layanan
yang disediakan oleh pihak penyedia jaringan. Contoh pada jaringan 3G yang termasuk
dalam kategori Accessibility adalah CSSR (Call Setup Success Rate) CS Voice, CSSR CS
Video, CSSR PS, CSSR HSDPA.
Retainability adalah kemampuan user dan sistem jaringan untuk mempertahankan
layanan setelah layanan tersebut berhasil diperoleh sampai batas waktu layanan tersebut
dihentikan oleh user. Contoh pada jaringan 3G yang termasuk dalam kategori
Retainability adalah CCSR (Call Completion Success Rate) CS Voice, CCSR CS Video,
CCSR PS, CCSR HSDPA.
Integrity adalah derajat pengukuran disaat layanan berhasil diperoleh oleh user. Contoh
pada jaringan 3G yang termasuk dalam kategori Integrity adalah Soft Handover Success
Rate (SHO), ISHO (Inter System Handover) Success Rate /IRAT (Inter Radio Access
Technology) Handover Success Rate. *
*Mobility adalah derajat pengukuran yang berkaitan pada mobilitas. Beberapa operator
memasukkan beberapa KPI yang beruhubungan dengan mobilitas dalam group KPI
mobility.
Key Performance IndicatorNormal call flow untuk MOC
UE RNC Core
Random access
RRC connection setup
RRC connection setup complete
Initial direct transfer [MM : CM service request]
DL direct transfer [MM : authentication request]
UL direct transfer [ MM : authentication request ]
Security mode command
Security mode complete
UL direct transfer [ CC : setup ]
DL direct transfer [ CC : call proceeding]
Request to establish RAB
Radio Bearer setup
Radio Bearer setup complete
DL direct transfer [ CC : alerting ]
DL direct transfer [ CC : connect ]
UL direct transfer [ CC : connect ACK ]
RRC connection requestSystem access
RRC connection setup
CN negotiation
Radio Bearer Setup
End-to-end Connection
Key Performance IndicatorNormal call flow untuk MTC
UE RNC Core
Random access
RRC connection setup
RRC connection setup complete
Initial direct transfer [ RRM : paging response ]
DL direct transfer [MM : authentication request]
UL direct transfer [ MM : authentication request ]
Security mode command
Security mode complete
UL direct transfer [ CC : setup ]
DL direct transfer [ CC : call confirmed]
Request to establish RAB
Radio Bearer setup
Radio Bearer setup complete
DL direct transfer [ CC : alerting ]
DL direct transfer [ CC : connect ]
UL direct transfer [ CC : connect ACK ]
RRC connection requestSystem access
RRC connection setup
CN negotiation
Radio Bearer Setup
End-to-end Connection
Paging type 1
Worst Cell
Definisi worst cell adalah sebuah site/cell yang memiliki performance
jelek dan secara wajar mempengaruhi performance pada
jaringan.
worst cell didefinisikan setelah KPI ditentukan. Apabila Key Performance Indicator telah
didefinisikan maka proses selanjutnya adalah perumusan formula untuk KPI tersebut. Dan
penentuan worst cell dapat dibuat setelahdiketahuinya formula dari setiap KPI.
Untuk menghasilkan sebuah worst cell yang tepat maka diharuskan
menggunakan dua kriteria yaitu kriteria value dan kontribusinya. Kontribusi
dapat menggunakan kontribusi fail atau kontribusi trafik.
Worst Cell
Start
Penentuan KPI (Key Performance Indicator) dan cell list
Perumusan formula untuk KPI yang telah ditentukan
Pengambilan data Baseline dari formula yang telah ditentukan (Misal : rata-rata seminggu)
Pendefinisian worst cell
Penentuan achievement target dari formula KPI yang telah ditentukan
Proses Optimisasi
Worst Cell
Category KPI 1 NameCriteria 1
(example)KPI 2 Name Criteria 2 (example)
Accessibility RRC SR Value < 98% RRC Failure Contribution > 0,6%
Accessibility CSSR CS Value < 95% CS RAB Failure Contribution > 0,2%
Accessibility CSSR PS Value < 95% PS RAB Failure Contribution > 0,8%
Accessibility CSSR HS Value < 95% HS RAB Failure Contribution > 0.6%
Retainability CCSR CS Value < 95% CS Drop Contribution > 0,1%
Retainability CCSR PS Value < 95% PS Drop Contribution > 0,04%
Retainability CCSR HS Value < 95% HS Drop Contribution > 0,08%
Integrity SHO Value < 95% SHO Failure Contribution > 0,02%
Integrity ISHO Value < 90% ISHO Failure Contribution > 0,12%
Integrity DRD SR Value < 95% DRD Failure Contribution > 1%
IntegrityHSDPA cell average
throughput (Mbps)Value < 0,1
Worst Cell ImprovementStep by step process
Start
Collect Data untuk mengetahui performasi Accessibility, Retainability
dan Integrity (daily task)
Do other improvement
Activities
NOAny
Degradation Performance?
YES
Collect Hourly data
1
Worst Cell ImprovementStep by step process
1
Hourly Degradation
(flicker) or Remain one day?
RemainFlicker/Hourly Degradation
Check if any Hardware troubleshooting activities,
Upgrade activities, Feature activitaion or
Database Problem.
Impact in number of
cells or specific cell
Spesific CellNumber of cells
worst Cell Analysis
Check if any actvities in RNC or Core side (MSS, SGSN, GGSN)
Check if any activities in transmission
Check if any uplink interference increasing in number of cells Do External Interfrence Finding
Accessibility Retainability Integrity
Accessibility Performance Optimization
Accessibility adalah
kemampuan user untuk
memperoleh servis sesuai
dengan layanan yang
disediakan oleh pihak
penyedia jaringan. Contoh
pada jaringan 3G yang
termasuk dalam kategori
Accessibility adalah RRC
Establishment Fail Rate, CSSR
(Call Setup Success Rate) CS
Voice, CSSR CS Video, CSSR
PS dan HSDPA Accessibility
Success Rate.
Kebanyakan degradasi pada Accessibility
dapat dikarenakan kurangnya kapasitas
pada jaringan, hardware issue dan
coverage issue. Tetapi kapasitas adalah isu
dengan prosentase terbesar. Untuk analisis
degradasi performance pada Accessibility
sangatlah penting untuk mengetahui
counter-counter yang berhubungan dengan
masalah kapasitas atau congestion.
Accessibility Performance Optimization
Start
Escalate to BSS Team
YES Hardware Problem/Low availability?
Transmission Problem/Low availability ?
NO
NOYES
Escalate to Transmission Team
Eksternal Interference ?
YES
Do Eksternal interference
troubleshooting
NO
2
2
2
3
1
Accessibility Performance Optimization
Capacity Problem ? YES NO
Break Down Capacity Problem
(Power/CE/IUB/Code). Check utlization
Power/CE/IUB/Code.
2
1
Setting for Admission Control parameter
Setting for Load Sharing
Request for expansion capacity :
Upgrade E1, add Metro-E or implement hybrid system (ATM+IP) if related to IUB congestion.
Upgrade CE if related to CE congestion.
Upgrade Power Antenna from 20W to 40W or add second carrier if related to Power congestion.
Physical Tuning (Downtilt/Uptilt/Re-azimuth
antenna) or Database Parameter Change
YESCoverage Problem ?
NO
2
4
Accessibility Performance Optimization
Database Parameter Problem (ex. Unapropriate
PCPICH Power) ?
YES NO
Sent Change Request Performance
Monitoring to see impact after troubleshooting
activities2
2
Improve ?
YES
NO
3Accessibility worst Cell
Closed
Do next step and discuss problem with any other team member and also with customer. To get
appropriate information and also best solution.
4
Retainability Performance Optimization
Retainability adalah
kemampuan user dan sistem
jaringan untuk
mempertahankan layanan
setelah layanan tersebut
berhasil diperoleh sampai
batas waktu layanan tersebut
dihentikan oleh user.
Contoh pada jaringan 3G yang termasuk
dalam kategori Retainability adalah CCSR
(Call Completion Success Rate) CS Voice,
CCSR CS Video, CCSR PS dan HSDPA
Retainability Success Rate.
Retainability Performance Optimization
Start
Escalate to BSS Team
YESHardware Problem ?
Transmission Problem?
NO
NOYES
Escalate to Transmission Team
Eksternal Interference ?
YES
Do Eksternal interference
troubleshooting
NO
2
2
2
3
Any Crossfeeder ?
Fix crossfeeder. Verify with drivetest.
YES
2
NO
1
Retainability Performance Optimization
Any Co-scrambling code ?
Fix Co-scrambling code. Check surroundings.
Verify with Map.
YES
2
1
Physical Tuning (Downtilt/Uptilt/Re-azimuth antenna) or Database Parameter
Change
YES Coverage Problem (overshoot/poor
coverage) ?
Neighbouring Problem ?
NO
NOYES
Create Neighbour
Problem in 2G Network ? (Impact
in IRAT-HO)
YES
Escalate to 2G Optimization
Team or 2G BSS
NO
2
2
2
NO
4
Retainability Performance Optimization
Database Parameter Problem
YES NO
Sent Change Request Performance
Monitoring to see impact after troubleshooting
activities2
2
Improve ?
YES
NO3
worst Cell Closed
Do next step and discuss problem with any other
team member and also with
customer. To get appropriate
information and also best solution.
4
Integrity Performance Optimization
Integrity adalah derajat
pengukuran disaat layanan
berhasil diperoleh oleh user.
Kecepatan akses data sebuah
jaringan menunjukkan kualitas
layanan saat layanan tersebut
berhasil diakses. Sehingga
kecepatan data seperti
HSDPA throughput dan PS
throughput juga masuk ke
dalam kategori Integrity.
Integrity Performance Optimization
Start
Lakukan pengechekan yang berkaitan dengan low traffic. Check CS traffic. Amati objective coverage melalui
Google Map. Apabila perlu lakukan site audit dan drive test untuk mengetahui
objective coverage.
YESApakah ada masalah instability pada hardware
atau transmsisi ?
Solve instability problem. Eskalasi hardware problem ke tim BSS dan transmission
problem ke tim transmisi.
NO
Payload HSDPA
Rendah ?
YES
NO
Lakukan investigasi untuk coverage problem. Lakukan investigasi dari data Propagation Delay/ Time Propagation, data Drive Test dan Site Audit untuk
mengetahui adanya overshoot coverage, poor coverage, bad indoor penetration, kesesuaian target coverage dengan planning dll
2
2
1
Integrity Performance Optimization
Coverage ProblemYES
Solve coverage problem dengan melakukan physical tuning
(antenna downtilt/uptilt, antenna re-azimuth) dan juga dengan tuning CPICH Power dan PA
Upgrade.NO
2
Low Throughput karena eksternal interference
problem ?
Solve eksternal interference
problem
2YES
1
Lakukan audit dan tuning parameter yang berkaitan dengan Cell
Admission Control
Low Troughput
karena RAB Blocking ?
YES
NO
2
NO
Lakukan Pengechekan utilisasi yang berkaitan dengan kapasitas. Check utilisasi IUB (standard < 75 %), Check utilisasi UL/DL CE (standard < 75 %), Check utilisasi Code (standard < 75 %), Check utilisasi Power (standard < 75 %),
4
Integrity Performance Optimization
Capacity ProblemYES Tuning parameter yang
berkaitan dengan Cell Admission Control dan
request untuk hardware expansion.NO
2
Improve ?NO
Lakukan step selanjutnya. Dalam proses troubleshooting biasakan
diskusikan permasalahan dengan tim dan juga dengan customer. Untuk mendapatkan informasi mengenai
solusi-solusi yang tepat. YES
Case Closed
2
4
Lakukan Cell Tracing untuk analisa lebih dalam. Check retransmission,
scheduled throughput, served throughput.
Short Quiz (Performance Optimization)1. Perhatikan setiap grafik-grafik dibawah ini. Tuliskan analisis Anda mengenai problem
cause yang dapat menyebabkan degradasi performance dan problem solvingnya.
Case 1 Grafik 1
Dual Carrier Strategy
Pada tahun 2009 lalu
beberapa Operator di
Indonesia mulai melakukan
penambahan frekuensi baru
sebesar 5 MHz pada jaringan
3G-nya. Tambahan frekuensi ini
dimaksudkan untuk
mengantisipasi lonjakan trafik
dan memberikan kualitas yang
lebih baik kepada pengguna
layanan 3G (end user).
Beberapa strategi dapat
digunakan untuk implementasi
second carrier pada jaringan.
Strategi ini berkaitan dengan
pembagian layanan antara
kedua carrier tersebut, strategi
pada idle mode dan juga
strategi relasi adjacent pada
kedua carrier tersebut.
Strategy :
F1 (first carrier) digunakan untuk layanan voice, video dan data R99 sedangkan F2 (second
carrier ) digunakan untuk layanan data R99 dan HSDPA. Apabila sebuah UE me-request
layanan HSDPA/HSPA maka akan langsung di-Directed Retry ke cell F2 secara langsung
tanpa measurement quality apapun pada cell F2.
Dual Carrier Strategy
Keuntungan :
Kapasitas Radio pada UU interface akan meningkat dua
kali lipat (CE, Power, Code ) yang akan membantu
mengimprove pada performansi accessibility.
Keuntungan dan hal penting
Hal yang perlu diperhatikan :
Dengan menggunakan Directed Retry tanpa melakukan quality measurement akan
meningkatkan posibility HSDPA RAB Setup failure.
Accessibility PS dan HSDPA juga Retainability PS dan HSDPA akan terpengaruh dengan
penggunaan strategi Dual Carrier.
Dengan meningkatnya jumlah user khususnya HSDPA user maka monitoring
penggunaan bandwidth IUB menjadi penting. Karena apabila terjadi congestion pada IUB
akan sangat berpengaruh pada performansi Accessibility.
External Interference Finding
External interference dapat terjadi karena adanya kesalahan
instalasi, planning yang kurang baik, kebocoran filter atau murni
karena adanya suatu sistem yang me-generate frekuensi yang
bersinggungan atau tepat pada alokasi frekuensi tertentu tetapi
tidak sesuai dengan ketetapan alokasi frekuensi yang telah
ditentukan oleh pemerintah.
Besarnya eksternal interference tergantung dari power yang di
generate oleh eksternal sistem. Eksternal interference dapat
menyebabkan degradasi performance accessibility dan retainability.
External Interference FindingFlow Chart (1)
Start
Collect Data untuk eksternal interfrence. (ex Huawei
:RTWP value, Nokia : timeoutB1, Ericcson : pmaverageRSSI)
Finish
NO External Interference
>-96 dBm
One Day Degradation (flicker)
or Remain?
YES
RemainFlicker
Check if any Hardware troubleshooting activities, Upgrade activities, Feature activitaion or Special event
in cell’s coverage
1
External Interference FindingFlow Chart (2)
Indoor or Macro Site?
Indoor
Check Alarm
Do Indoor drivetest.
Check hardware installation such as feeder, jumper, connector, combiner etc.
Macro Site
Impact in number of cells or specific
cell
Spesific Cell
Number of cells
Check Alarm
Site Audit
Block the High uplink interference Cell and start frequency scanning (Rx Frequency Scanning)
Mapping High uplink interference cells to estimate external interference source
Start frequency scanning in high uplink interference Area
1
External Interference FindingSpectrum Analyzer Check
Pengecekan exsternal interference biasanya membutuhkan
spectrum analyzer untuk mengetahui sumber external interference.
External Interference FindingAverage Uplink Interfrence (example case)
Untuk mendeteksi adanya external interference dapat dilakukan
dengan meng-collect data dari measurement BSC/RNC.
Cell C
memiliki nilai
Uplink
Interference
yang cukup
tinggi dengan
rata-rata - 90
dBm.
External Interference FindingImpact in Accessibility Success Rate (example case)
Statistik Accesibility CELL C lebih rendah dibandingkan kedua cell
lainnya. Bukti bahwa external interference mempengaruhi KPI
Accessibility.
External Interference FindingImpact in Retainability Success Rate (example case)
Statistik Retainability CS Voice CELL C lebih rendah dibandingkan
kedua cell lainnya. Bukti bahwa external interference mempengaruhi
KPI Retainability.
External Interference FindingSite Audit
Dari panoramic view tampak coverage area Pada Sector A dan Sector B
”LOS coverage” dan tidak terdapat obstacle apapun sedangkan pada
Sector C terdapat obstacle berupa antena operator lain yang dapat
menaikan nilai eksternal interference.
External Interference FindingTrouble Shooting (1)
Untuk memastikan bahwa sinyal
interference berasal dari antena
operator lain maka dapat dilakukan
trial on-site. Trial yang dilakukan adalah
me-reazimuth arah antena yang tadinya
arahnya langsung berhadapan dengan
antena peng-interference dialihkan
arahnya menjauhi antena peng-
interference.
External Interference FindingTrouble Shooting (2)
Seperti yang dilakukan pada kasus berikut current azimuth adalah
pada 280 dengan nilai uplink interference -80 dBm, apabila kita
rubah menjadi 300 nilai uplink interference turun menjadi -87
dBm, dan apabila kita ubah lebih menjauhi yaitu pada azimuth 330
maka nilai uplink interference turun menjadi -93 dBm.
External Interference FindingTrouble Shooting and Recomendation
Meskipun nilai uplink
interference turun re-
azimuth bukan solusi yang
baik karena objective
coverage antena jadi
berubah oleh sebab itu trial
azimuth hanya untuk
memastikan bahwa uplink
interference benar berasal
dari antena operator lain.
Untuk solusinya kita dapat
merelokasi antena seperti
pada disamping. Setelah
dilakukan relokasi maka
nilai uplink interference dapat
dimonitor kembali.
Discussion Group (1/4)Buatlah kelompok terdiri dari 2-3 orang. Kemudian analisa kasus
dibawah ini berdasarkan data-data yang diperoleh (Data 1-4).
Buatlah kesimpulan dari diskusi Anda sekelompok.
Retainability Success Rate
Data 1
3G
Discussion Group (3/4)
Cell dengan uplink
interference tinggiOther
operator
Other
operator
330
020
40
Data 3 :
Reazimuth Trial
Discussion Group (4/4)330
Trial azimuth
0
Trial azimuth20
Trial azimuth
Average
Uplink
Interference
-95 dBm
Average
Uplink
Interference
-86 dBm
Average
Uplink
Interference
-87 dBm
Average
Uplink
Interference
-84 dBm
40
Current azimuth
Data 4 : Hasil pengukuran
dari reazimuth Trial
VSWR
Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) didefinisikan sebagai perbandingan atau ratio
antara tegangan rms maksimum dan minimum yang terjadi pada saluran yang tidak
match.
Bila saluran transmisi dengan beban tidak sesuai (mismatch), dimana impedansi saluran
tidak sama dengan Impedansi beban dan gelombang dibangkitkan dari sumber secara
kontinyu, maka dalam saluran transmisi selain ada tegangan datang V+ juga terjadi
tegangan pantul V-.
Akibatnya, dalam saluran akan terjadi interferensi antara V+ dan V- yang membentuk
gelombang berdiri (standing wave).
VSWR
VSWR merupakan sebuah rasio yang ditunjukkan dengan hubungan 2 angka. Angka
yang kedua selalu 1, mewakili persamaan yang sempurna. Angka pertama terendah
(mendekati 1), adalah impedance matching terbaik yang anda miliki. Sebagai contoh,
VSWR 1.1:1 adalah lebih baik daripada 1.4:1. Pengukuran VSWR 1:1 akan menunjukkan
impedance match yang terbaik dan tidak ada voltase gelombang yang dipantulkan.
Bila terbaca nilai VSWR adalah 2 :1, ini menunjukkan nilai daya pantulan energi RF yang
besar ke arah sumber atau peralatan, misalnya radio. Ini berarti energi RF yang
dibangkitkan, tidak seluruhnya menuju antena, tapi berbalik ke perangkat sumber. Nilai
yang besar seperti contoh ini dapat menyebabkan peralatan akan rusak. Nilai batas
ambang yang diperbolehkan pada VSWR adalah ≤ 1.5.
Rasio VSWR
VSWR
Perbedaan Impedansi saluran transmisi dengan beban.
Diskontinuitas saluran transmisi, yang disebabkan oleh pemasangan konektor yg
kurang bagus, bending feeder terlalu berlebihan atau kerusakan pada feeder itu sendiri.
Hal-hal yang mengakibatkan VSWR tinggi
Info Element PreparationWCDMA Serving/Active Set +
Neighbors menunjukkan informasi
Cell name, Scrambling Code, Cell ID,
UARFCN DL, CPICH Ec/No dan
CPICH RSCP untuk Active Set/Serving
Cell (AS), Monitored Neighbors (MN),
dan juga Detected Neighbors (DN).
WCDMA Radio Parameters
menunjukkan informasi kondisi radio
saat ini seperti TxPower, UTRA
Carrier RSSI, Target SIR, SIR, SQI MOS
dan RRC State.
Events menunjukkan Event-event
yang terjadi saat dilakukannya
drivetest. Kita bisa mentrace adanya
kejadian seperti Drop Call atau
Missing Intra-frequency Neighbors
dengan melihat pada jendela Events ini.
3G
What to measure?
RSCP atau Received Signal Code Power dipergunakan untuk mengukur kuat sinyal yang diterima oleh UE (dalam satuan dBm). Analogi dengan Rx Lev
pada GSM.
Ec/No menunjukkan kualitas sinyal yang diterima oleh UE. Ec/No adalah
perbandingan antara energi setiap chipsinyal informasi terhadap sinyal
interferensi atau sinyal derau (noise) yang menyertainya. Pada intinya adalah perbandingan antara kuat sinyal yang dikehendaki terhadap kuat sinyal yang
tidak dikehendaki. Skala yang digunakan pada Ec/No adalah 0 sampai -25.
RSCP and Ec/No AnalysisSetiap analisis drivetest weak spot harus diketahui
kategori problemnya. Apakah termasuk dalam Poor
Coverage atau Pilot Pollution. Setiap sampel hasil drivetest
dapat diplot ke dalam sebuah Scatter Grafik dan dilihat
untuk persentase terbesar sampel dalam kuadrant.
Gambar berikut membedakan problem menjadi empat
kuadrant yaitu
3G Weak Spot Improvement FlowRSCP Weak Spot Ec/No Weak Spot
Start
Mengambil Data (Drivetest before)
Pengidentifikasian weak spot
Analisis weak spot
1 2
5
3G Weak Spot Improvement Flow2
Coverage Gap/No 3G coverage
Bad RSCP (<-94 dBm) and Good
Ec/No (>= -14 dB)
Blocking
Good RSCP (>=-94 dBm) and Bad
Ec/No (< -14 dB)Pilot Pollution
yang disebabkan oleh….
Blocking
Too Many Serving cells
Overshooting Cell
Bad RSCP (<-94 dBm) and Bad
Ec/No (< -14 dB)Poor 3G Coverage
Tidak ada Best Serving cell/ Site
Site Down
Coverage Gap/Small Coverage
Others (Parameter)
Cell Dragging/ Missing Neighbor
YES
YES
YES
NO
NO
NO
1
3G Weak Spot Improvement Flow
Site Audit
Recommendation/ Proposal
Parameter Tuning, Missing Neighbor
Check, PCPICH Adjustment
3 4
1
3G Weak Spot Improvement Flow
4
Power Antenna Upgrade
Forward Request to Planning team
Site/Antenna Site/Antenna Relocation
Antenna Height
increase/decrease
Penggantian tipe antenna
Physical Tuning Mechanical/ Electrical Tilt adjustment
Re-azimuth
New Site Forward Request to Planning team
3G Weak Spot Improvement Flow
Change Request
CR Request Approved
NOChange Request Implementation
YES
5
Mengambil Data (Drivetest after)
Weak Spot Improved?
NO
5
YES
Reporting dengan disertai analisis, perbandingan drivetest before-after
dan action yang dilakukan
Finish
3
Overshooting Coverage
Beberapa miss
configuration dapat
diketahui dengan
analisa drivetest seperti
overshoot coverage, swap
feeder/swap antenna.
Untuk mengetahui hal
ini perlu adanya plot
Scrambling code dari
setiap hasil drivetest.
Swap Feeder
Analisa drivetest dapat
juga digunakan untuk
mengetahui swap
feeder/swap antena. Yang
dimaksud dengan swap
feeder disini adalah kondisi
(karena kesalahan pada
saat instalasi) kabel antara
Node B ke antena terbalik
atau salah pemasangannya
maka area yang seharusnya
diserving oleh sektor 2
akhirnya lebih dominan
diserving oleh sektor 3.
Begitu juga sebaliknya.
Pada saat on-air pertama
kali kasus swap
feeder/swap antena harus
segera di tangani karena
dapat berpengaruh pada
degradasi performansi site
tersebut.
Missing Neighbour
Missing neighbour yaitu kondisi
dimana UE mendapat sinyal
cell target lebih baik daripada
cell lama tetapi relation tidak
terdifinisikan pada database
relation cell lama. Sehingga UE
tetap menggunakan radio
resources cell lama.
Dengan drive test menggunakan TEMS
Investigation missing neighbour dapat dideteksi
dengan mudah. Yaitu dengan mengaktifkan event
layer ”Missing Intra-Frequency Neighbour” dan
memonitor pada ”Detected Neighbour” pada
info elemen WCDMA Serving/Active Set +
Neighbour.
Site Down Detection
Dengan menggunakan
analisis drivetest
informasi site down atau
belum on-air juga dapat
diperoleh dengan
memperhatikan RSCP,
EcNo dan Scrambling
Code pada daerah yang
berdekatan dengan
sebuah site. Apabila suatu
logfile menunjukkan RSCP
yang rendah padahal jarak
dengan sebuah site tidak
terlalu jauh perlu dicurigai
bahwa site tersebut
kemungkinan bisa saja
down.
Area Improvement Analysis & Reporting
Step by step proses
Tentukan rute
Tentukan
metode dan
measurement
yang diambil
Drivetest
sesuai rute
Plot Rx Level Rx
Qual, SQI pada 2G
dan RSCP, Ec/No,
SC pada 3G atau
measurement lain
yang perlu
ditampilkan
Beri tanda
pada spot-
spot yang
hasilnya
kurang baik
Lakukan analisis
dan rekomendasi
pada spot-spot
tersebut
Area Improvement Analysis and
Reporting
Area Improvement Analysis & Reporting Key Point
Berikut poin-poin yang harus ditampilkan saat
mengajukan report untuk area improvement
Tampilkan hasil secara global pada halaman-halaman awal report. Pada
capture map tampilkan informasi yang jelas mengenai level range, tampilkan
scale bar dan tampilkan pula informasi site (on air, not on air dll)
Beri tanda pada spot-spot yang kurang bagus (Coverage Spot).
Berikan analisis pada weak spot, tampilkan informasi-informasi tambahan
seperti tampilan google earth, hasil site audit, foto-foto obstacle,
performance measurement, alarm dll
Gunakan tampilan power point yang baku agar pembaca report tidak
kebingungan dengan tampilan yang berbeda-beda setiap slidenya
Tampilkan hasil capture before dan after pada halaman-halaman akhir
Tampilkan hasil kalkulasi improvement pada executive summary
Area Improvement Analysis & Reporting
Example (Spot Analysis)Spot Area 1 : Around SITE A► Problem Analysis- Plot RSCP shows that all pilot
signal has low coverage for this
area.
- No dominant pilot coming as
active set, all with weak RSCP
and EcNo
- SC16-SITE A sector 2 should
be cover as dominant server but
it can’t not due to blocked by
Sultan Hotel. SITE B can not help
cover due to blocked by Indosat
building
► Recommendation-Propose new site to improve
coverage
-Adjust PCPICH power to give
more penetration
PNG Image
3GSITE A
SITE B
SITE A
SITE B
Area Improvement Analysis & Reporting
Example (Before – After comparation)
Before After
Gunakan warna
yang sama untuk
perbandingan
Before – After !
Area Improvement Analysis & Reporting
Example (Before – After comparation)
Before After
Menggunakan warna
yang sama untuk
perbandingan
Before - After
See you in other training class…
TELECOMMUNICATION TRAINING
GSM Planning
3G/WCDMA Planning
GSM Optimization
3G/WCDMA Optimization
Wireless Broadband Seminar
ELECTRONICS TRAINING
PCB Design with Eagle/Protel/OrCAD
Microcontroller System For Beginners
Microcontroller System For Advanced
Contact Person :
Lingga Wardhana
Phone : 08562893622
Email : [email protected]
Floatway Learning Centre Address :
Jl Pengadegan Barat 1 No.14
Pancoran Jakarta Selatan
Phone : (+62 21) 7981282
Fax : (+62 21) 7981282
www.floatway.com