plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/29120/2/079114066_full[1].pdfasuh...
TRANSCRIPT
i
PERBEDAAN TINGKAT REGULASI EMOSI ANAK YANG MEMASUKI
USIA SEKOLAH BERDASARKAN POLA ASUH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Katarina Yulisa Asa’ Novera Sari
NIM: 079114066
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan
yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang,
tetap untuk selamanya (Dan 12:3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Untuk
Orang yang telah menjadi apa saja buatku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERBEDAAN TINGKAT REGULASI EMOSI ANAK YANG MEMASUKI
USIA SEKOLAH BERDASARKAN POLA ASUH
Katarina Yulisa Asa’ Novera Sari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan regulasi emosi anak
yang memasuki usia sekolah berdasarkan pola asuh orang tua. Pola asuh dalam penelitian ini
terdiri dari pola asuh otoritatif, otoriter, permisif, dan uninvolved. Subjek penelitian ini berjumlah
60 orang anak laki-laki atau perempuan yang berusia 6 tahun kelas satu SD. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala dan rating scale. Skala penelitian ini
terdiri dari skala pola asuh yang diisi oleh ayah dan ibu subjek dan skala regulasi emosi yang diisi oleh orang tua atau pengasuh yang lebih sering bersama subjek. Rating scale regulasi emosi diisi
oleh guru subjek. Koefisien reliabilitas dari skala pola asuh orang tua berturut-turut dari yang
tertinggi adalah 0,811 untuk pola asuh otoritatif, 0,726 untuk pola asuh otoriter, 0,719 untuk pola
asuh uninvolved, dan 0,634 untuk pola asuh permisif. Sedangkan untuk skala regulasi emosi
adalah 0,876. Hasil yang diperoleh dari data yang diolah dengan one-way anova adalah nilai
signifikansi sebesar 0,469. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak,
berarti bahwa tidak ada perbedaan regulasi emosi anak yang memasuki usia sekolah berdasarkan
pola asuh orang tua.
Kata kunci: regulasi emosi, anak yang memasuki usia sekolah, pola asuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE DIFFERENCE OF EARLY CHILD EMOTION REGULATION
LEVEL IN PERSPECTIVE OF PARENTING STYLE
Katarina Yulisa Asa’ Novera Sari
ABSTRACT
This research was aimed to know the difference of early child emotion regulation in
perspective of parenting style. Parenting style in this research consists of autoritative, autoritary,
permissive, and uninvolved. The subjects of this research were about 60 boys or girls, who were
about 6 years old in the first grade of elementary school. The methods of data collection were
done by giving scales and rating scale. The scale of this research consisted of parenting style scale
that responsed by subjects’ father and mother, and emotion regulation scale that responsed by subjects’ parent or caregiver, who were often together with the subjects. Emotion regulation
rating scale were responsed by subjects’ teacher. The reliability parenting style scale is 0,811 for
autoritative, 0,726 for autoritary, 0,719 for uninvolved, and 0,634 for permissive. Reliability of
emotion regulation scale was 0,876. The result from the processed data with one-way anova was
significant 0,469. This result showed that the alternative hypothesis in this research was refused. It
means that there were no difference of early child emotion regulation in perspective of parenting
style.
Key words: emotion regulation, early child, parenting style
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas segala berkat dan karunia-Nya yang
sudah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penulisan dan penyelesaian
skripsi ini. Rasa terima kasih yang besar dan mendalam ini penulis ucapkan
kepada :
1. Papa, Mama, dan adik-adik yang telah memberikan dukungan secara moril
dan materil.
2. Ibu Agnes Indar Etikawati, M. Si., Psi., selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan sabar, teliti, dan bijaksana sejak awal hingga
akhir penelitian.
3. Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah
memberikan kepercayaan dan kemudahan dalam perizinan penelitian.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah membekali penulis
dengan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.
5. Karyawan Fakultas Psikologi yang telah membantu kelancaran menyangkut
administrasi kuliah.
6. Yayasan Pendidikan Kalimantan Barat yang telah membantu dengan
memberikan beasiswa selama kuliah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ...............................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.....ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xvii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................... 8
A. Regulasi Emosi ............................................................................................. 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Definisi Regulasi Emosi ........................................................................... 8
2. Aspek Regulasi Emosi dan Indikator Regulasi Emosi yang Tinggi ......... 10
3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Regulasi Emosi ................................. 17
B. Regulasi Emosi Anak yang Memasuki Usia Sekolah................................... 19
1. Batasan Anak yang Memasuki Usia Sekolah .......................................... 19
2. Karakteristik Perkembangan Anak yang Memasuki Usia Sekolah ........... 20
3. Regulasi Emosi Anak yang Memasuki Usia Sekolah .............................. 24
C. Pola Asuh Orang tua ................................................................................... 25
1. Definisi Pola Asuh Orang tua ................................................................. 25
2. Jenis-jenis Pola Asuh Orang tua .............................................................. 27
3. Dampak Pola Asuh Orang tua ................................................................. 31
D. Perbedaan Tingkat Regulasi Emosi Anak yang Memasuki Usia Sekolah
Berdasarkan Pola Asuh ................................................................................ 33
E. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 37
BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 38
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 38
B. Variabel Penelitian..................................................................................... 38
C. Definisi Operasional .................................................................................. 38
D. Sampling, Subjek Penelitian, dan Responden Penelitian ............................ 40
E. Prosedur Penelitian...................................................................................... .. 40
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data .......................................................... 41
G. Hasil Uji Coba ........................................................................................... 49
1. Validitas Isi ........................................................................................... 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Seleksi Item ........................................................................................... 50
3. Estimasi Reliabilitas .............................................................................. 53
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 54
1. Uji Asumsi ............................................................................................ 54
2. Uji Hipotesis.......................................................................................... 55
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ........................................ 56
A. Pelaksanaan Penelitian............................................................................... 56
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 56
1. Deskripsi Data Penelitian ....................................................................... 56
2. Uji Asumsi Penelitian ............................................................................ 59
3. Uji Hipotesis.......................................................................................... 60
C. Pembahasan ............................................................................................... 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 65
A. Kesimpulan ............................................................................................... 65
B. Saran ......................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 67
LAMPIRAN ............................................................................................................ 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ciri-Ciri Pola Asuh Orang Tua (Baumrind dalam Berk, 2006) .................... 29
Tabel 2. Dampak Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak (Baumrind
dalam Berk, 2006) ..................................................................................... 33
Tabel 3. Skor Jawaban untuk Skala Pola Asuh ......................................................... 42
Tabel 4. Blueprint Skala Pola Asuh .......................................................................... 42
Tabel 5. Skor Jawaban untuk Skala Regulasi Emosi ................................................. 46
Tabel 6. Blueprint Skala Perkembangan Regulasi Emosi .......................................... 46
Tabel 7. Skor untuk Skala Rating Regulasi Emosi .................................................... 47
Tabel 8. Blueprint Regulasi Emosi Setelah Tryout ................................................... 51
Tabel 9. Blueprint Pola Asuh Setelah Tryout............................................................ 52
Tabel 10. Deskripsi Jumlah Responden Penelitian Berdasarkan Pola Asuh............... 57
Tabel 11. Data Regulasi Emosi Anak Berdasarkan Pola Asuh .................................. 57
Tabel 12. Norma Kategori Regulasi Emosi .............................................................. 58
Tabel 13. Kategorisasi Skor Regulasi Emosi Berdasarkan Pola Asuh ....................... 58
Tabel 14. Hasil Penghitungan Uji Normalitas ........................................................... 59
Tabel 15. Hasil Penghitungan Uji Homogenitas ....................................................... 60
Tabel 16. Hasil Penghitungan One-Way Anova ........................................................ 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Dinamika Perbedaan Regulasi emosi Anak yang akan Memasuki Usia
Sekolah Berdasarkan Pola Asuh ................................................................ 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A (Tryout)................................................................................................ 70
1. Format Skala Pola Asuh ................................................................................ 71
2. Format Skala Regulasi Emosi ........................................................................ 82
3. Uji Reliabilitas dan Seleksi Item .................................................................... 88
Lampiran B (Penelitian) ........................................................................................... 98
1. Format Skala Pola Asuh ................................................................................ 99
2. Format Skala Regulasi Emosi ...................................................................... 106
3. Format Rating Scale Regulasi Emosi ........................................................... 111
4. Uji Normalitas ............................................................................................. 113
5. Z-score Pola Asuh ....................................................................................... 114
6. Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis ............................................................. 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Regulasi emosi merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk
memahami dan meregulasi ekspresi emosinya. Regulasi emosi bermanfaat
agar anak dapat mengelola emosi dengan baik ketika dihadapkan pada situasi
yang membuatnya merasa tidak nyaman, misalnya jika orang tua mengatakan
bahwa anak tidak akan diberikan es krim sampai setelah makan malam, anak
mungkin menangis, memohon, atau bahkan berteriak dengan harapan bahwa
orang tua akan menyerah. Akan tetapi dengan adanya regulasi emosi, anak
dapat memahami bahwa jika mereka marah maka mereka tidak akan
diberikan es krim dan lebih memilih untuk menunggu dengan sabar sampai
setelah makan malam tiba. Dengan demikian, anak tersebut telah mampu
mengontrol keinginan, rasa marah, dan perilakunya (Tynan, 2008).
Regulasi emosi perlu diperhatikan agar anak dapat mengikuti
pendidikan di sekolah dasar. Menurut Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang
paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 Tahun 2001) Pasal 17 mendefinisikan
pendidikan dasar sebagai jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan formal memiliki berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
peraturan atau tata tertib yang mengatur perilaku siswa, seperti dilarang
bermain di dalam kelas selama istirahat, dilarang keluar masuk kelas saat jam
pelajaran tanpa seijin guru, dan dilarang melakukan tindakan yang dapat
mengganggu kelancaran belajar mengajar. Dra. Shinto B. Adelaar, M.Sc.,
psikolog perkembangan anak (Episentrum, 2010) berpendapat bahwa di
sekolah, anak lebih banyak duduk diam di tempat daripada bergerak atau
jalan-jalan. Anak juga harus tekun mengerjakan tugas dalam waktu yang
lebih panjang serta mau mematuhi instruksi guru yang berarti bahwa dari segi
pemikiran, anak harus lebih matang.
Oleh karena itu, anak yang memasuki usia sekolah diharapkan telah
memiliki regulasi emosi yang tinggi. Jika anak masih memiliki regulasi emosi
yang rendah maka anak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri
dan mentaati peraturan yang ada di sekolah dasar. Anak yang akan memasuki
usia sekolah yang menggunakan strategi regulasi emosi menunjukkan
kemampuannya dalam mengontrol ledakan emosi (Thompson, 1990a). Anak
yang mampu mengontrol diri mereka sendiri ketika frustrasi cenderung
menjadi anak yang dapat diajak bekerja sama dan tidak memiliki masalah
dengan perilaku ketika mereka bersekolah (Gilliam et al., 2002). Secara
emosi, anak harus lebih mampu mengendalikan diri dan tidak lagi bertingkah
laku berdasarkan keinginannya sendiri.
Berdasarkan survei awal tanggal 6 Juni 2011 yang dilakukan oleh
peneliti terhadap beberapa orang tua di lingkungan Sagan kota Yogyakarta,
ada anak yang masih memiliki regulasi emosi yang rendah padahal anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tersebut akan memasuki usia sekolah. Seorang ibu mengeluhkan anaknya
yang berusia 6 tahun masih suka berteriak dalam situasi apa pun, baik itu
ketika diganggu oleh orang lain maupun saat sedang gembira. Walau sudah
diingatkan berkali-kali, anak tersebut tetap saja mengulang perilakunya. Ada
pula seorang bapak berinisial A mengeluhkan anak sulungnya yang berusia
6,5 tahun yang selalu over dalam melampiaskan kesenangannya namun pada
saat anak mendapatkan apa yang tidak disenangi maka anak akan merasa
sangat sedih. Selain itu, anak juga kurang bisa berkonsentrasi, cuek atau pura-
pura tidak mendengar apabila ditegur karena melakukan kesalahan, dan
cenderung memukul apabila marah.
Kemampuan anak dalam mengembangkan regulasi emosi tidak
muncul begitu saja dalam diri anak tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Bukatko (2008) mengemukakan dua faktor yang mempengaruhi
perkembangan regulasi emosi dalam diri anak yaitu faktor pengalaman yang
diberikan oleh orang tua pada anak dan faktor temperamen anak itu sendiri.
Faktor pengalaman yang diberikan oleh orang tua dapat mempengaruhi
regulasi emosi karena anak-anak belajar mengenai konsekuensi yang akan
diberikan oleh orang tua ketika mereka menampilkan emosi negatif seperti
emosi marah (Eisenberg, Fabes, et al, 1999;. Fabes, Leonard, et al, 2001).
Orang tua yang memberikan bimbingan dan dukungan kepada anak-anak di
dalam mengekspresikan emosi membuat anak-anak lebih mampu meredakan
emosi negatif dan mampu menenangkan diri (Gottman, Katz, & Hooven,
1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Perkembangan anak akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi
yang terdapat dalam keluarga khususnya orang tua karena keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak (Mardiya, 2005:
8). Peneliti berasumsi bahwa keluarga merupakan unit sosial terkecil yang
memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak, maka pola asuh orang
tua yang diterapkan akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak,
termasuk perkembangan regulasi emosi. Baumrind (1991) mengembangkan
beberapa gaya pengasuhan dengan menunjukkan dua dimensi pengasuhan
yaitu kehangatan atau dukungan dan kontrol atau struktur. Berdasarkan
penilaian terhadap orang tua menggunakan dua dimensi ini, Baumrind
membedakan empat gaya pengasuhan antara lain otoriter, permisif, otoritatif,
dan uninvolved. Orang tua yang otoriter memiliki struktur yang tinggi namun
kehangatan yang rendah. Orang tua yang permisif memiliki kehangatan yang
tinggi tanpa adanya struktur. Orang tua yang otoritatif memiliki kehangatan
dan struktur yang tinggi. Terakhir, orang tua yang uninvolved memiliki
kehangatan dan struktur yang rendah.
Bila pola asuh yang tepat diterapkan pada anak yang memasuki usia
sekolah, maka akan membentuk kepribadian anak yang baik pula, begitu juga
sebaliknya (Widayanti dan Iryani, 2005: 30). Anak yang mengalami
pengasuhan yang hangat dan lembut akan lebih patuh (Kochanska, Murray, &
Harlan, 2000; Lehamn et al., 2002). Pola asuh yang tepat adalah pola asuh
yang memiliki kehangatan dan kontrol, dapat membuat anak merasa dicintai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dan diterima, serta anak tetap mematuhi peraturan. Pola asuh yang
dimaksudkan adalah pola asuh otoritatif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa anak yang
diasuh dengan pola asuh yang berbeda-beda akan memiliki regulasi emosi
yang berbeda-beda pula. Orang tua yang hangat, sabar, yang menggunakan
komunikasi untuk membantu anak dalam memahami dan mengendalikan
perasaan, membantu meningkatkan kemampuan anak mengatur emosi
(Gottman, Katz, & Hooven, 1997). Di lain sisi, orang tua yang kurang
menunjukkan emosi yang positif, tidak menganggap perasaan yang dirasakan
anak sebagai hal yang penting sehingga anak sulit mengendalikan amarah
(Calkins & Johnson, 1998; Eisenberg et al., 2001; Gilliom et al., 2002; Katz
& Windecker-Nelson, 2004). Dalam hal ini, dapat diasumsikan bahwa anak
yang diasuh dengan pola asuh otoritatif lebih dapat meregulasi emosi
dibandingkan dengan anak yang diasuh dengan pola asuh yang lain.
Akan tetapi, di luar faktor pola pengasuhan masih ada faktor lain yang
turut menentukan kemampuan regulasi emosi anak, terutama faktor
temperamen anak. Beberapa anak cenderung lebih impulsif dan cepat
bereaksi daripada yang lain, kualitas yang lebih besar terkait dengan ekspresi
emosional mereka. Anak-anak lain berhati-hati dan yang disengaja, dan lebih
mungkin untuk menyembunyikan perasaan mereka. Oleh karena itu, peneliti
masih ingin mengetahui apakah faktor pengasuhan orang tua berpengaruh
terhadap tingkat regulasi emosi anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala
meliputi Skala Pola Asuh dan Skala Regulasi Emosi. Skala Pola Asuh diisi
oleh kedua orang tua subjek, sementara Skala Regulasi Emosi diisi oleh orang
tua atau pengasuh yang lebih sering bersama dengan subjek.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah penelitian yang digunakan peneliti, yaitu apakah
ada perbedaan tingkat regulasi emosi antara anak yang mendapatkan pola
asuh otoritatif dengan anak yang mendapatkan pola asuh selain otoritatif.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya perbedaan tingkat regulasi emosi anak yang memasuki
usia sekolah berdasarkan pola asuh.
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan dan penerapan
ilmu Psikologi di bidang Psikologi Anak dan Psikologi Perkembangan.
Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan tambahan
kepustakaan ilmiah bagi para peneliti lain yang berminat pada bidang yang
sama, yaitu Psikologi Perkembangan masa awal anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
b. Manfaat Praktis
Diharapkan melalui penelitian ini, para orang tua dapat mengetahui
pentingnya menerapkan pola asuh yang tepat untuk perkembangan regulasi
emosi anak, khususnya anak yang akan memasuki usia sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. REGULASI EMOSI
1. Definisi Regulasi Emosi
Emosi adalah penilaian yang cepat terhadap situasi yang signifikan,
yang mempersiapkan individu untuk bertindak (Berk, 2006). Emosi tidak
hanya diekspresikan tetapi juga diatur oleh individu. Pengaturan emosi
yang dilakukan oleh seseorang disebut dengan regulasi emosi. Regulasi
emosi merupakan salah satu aspek self-control selain control of bodilly
function. Self-control (Wenar & Kerig, 2002) merupakan kemampuan
anak untuk berperilaku yang dapat diterima secara sosial daripada
berperilaku yang tidak dapat diterima secara sosial ketika terjadi konflik.
Regulasi emosi mengacu pada strategi yang digunakan untuk
menyesuaikan emosi dalam rangka mencapai tujuan. Hal ini juga berkaitan
dengan fungsi kognitif seperti pemfokusan dan pengalihan perhatian,
kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan perilaku, serta kemampuan
untuk mengatasi situasi yang dapat menyebabkan stress (Eisenberg et al,
1995b; Eisenberg & Spinrad, 2004).
Thompson (1994) mendefinisikan regulasi emosi sebagai
kemampuan untuk memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi
emosional untuk memenuhi tujuan seseorang. Regulasi emosi menuntut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, dan merasakan perasaan
seseorang. Hal ini dapat meliputi mengalihkan atau meredakan reaksi
emosi, sebagai contoh, anak akan menarik nafas dalam-dalam atau
menghitung sampai 10 untuk menenangkan diri mereka dalam
menghadapi perasaan yang dapat menyebabkan stres. Regulasi emosi juga
meliputi peningkatan atau pemeliharaan kemunculan emosi untuk
mencapai tujuan. Contoh dari peningkatan kemunculan emosi adalah anak
mungkin meningkatkan kemarahan mereka untuk mengumpulkan
keberanian dalam menghadapi ketakutan; atau anak mungkin
meningkatkan emosi positif dengan mengingat kembali pengalaman yang
menyenangkan. Secara alamiah, regulasi emosi melibatkan manajemen
diri – menjadi ”boss” atas diri sendiri. Seperti yang diungkapkan Cole dkk
(1994), kesalahan regulasi emosi ada dua: kurang regulasi dan kelebihan
regulasi. Dengan kata lain, ketidakmampuan mengekspresikan perasaan
seseorang bisa menjadi masalah dalam ketidakmampuan mengontrol
perasaan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa regulasi emosi merupakan strategi yang digunakan oleh seseorang
untuk menyesuaikan emosi agar mampu mencapai tujuan. Regulasi emosi
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengalihkan perhatian,
berbicara pada diri sendiri, dan mengubah tujuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Aspek Regulasi Emosi dan Indikator Regulasi Emosi yang Tinggi
Adapun aspek-aspek yang ada di dalam regulasi emosi antara lain
(Berk, 2006) :
a. Aspek Emosi
Emosi evaluatif yang disadari adalah emosi yang membutuhkan
kesadaran diri anak bahwa mereka berbeda dengan orang lain (Lewis,
2002). Emosi evaluatif yang disadari antara lain adalah rasa bangga,
malu, dan rasa bersalah yang pertama kali muncul pada usia sekitar
dua setengah tahun. Ekspresi dari emosi-emosi ini menujukkan bahwa
anak sudah mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma
sosial untuk menilai perilaku mereka.
Rasa bangga muncul ketika anak merasakan kesenangan
setelah sukses melakukan perilaku tertentu (Lewis, 2002). Rasa bangga
seringkali diasosiasikan dengan pencapaian suatu tujuan tertentu. Rasa
malu muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi
standar atau target tertentu (Lewis, 2002). Anak yang sedang malu
seringkali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari
situasi tersebut. Rasa malu biasanya berhubungan dengan serangan
terhadap self dan dapat mengakibatkan kebingungan dan membuat
anak tidak mampu berkata-kata. Rasa malu bukan merupakan hasil
dari situasi tertentu tetapi lebih disebabkan oleh interpretasi individu
terhadap kejadian tertentu. Rasa bersalah biasanya muncul ketika anak
menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan (Lewis, 2002). Perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
malu dan bersalah memiliki karakteristik fisik yang berbeda. Ketika
seorang anak menunjukkan rasa malu, mereka seolah-olah
mengecilkan tubuh mereka seperti ingin bersembunyi, sedangkan
ketika mereka mengalami perasaan bersalah, mereka biasanya
melakukan gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki
kegagalan mereka.
Salah satu perubahan penting dalam perkembangan emosi pada
masa kanak-kanak awal adalah meningkatnya kemampuan untuk
membicarakan emosi diri dan orang lain dan peningkatan pemahaman
tentang emosi (Kuebli, 1994). Pada rentang usia 2 – 4 tahun, terjadi
penambahan yang pesat mengenai jumlah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan emosi (Ridgeway, Waters, & Kuczac, 1985). Mereka
juga mulai belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan-
perasaan yang dialami (Denham, 1998).
Ketika menginjak usia 4 – 5 tahun, anak-anak mulai
menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksi emosi.
Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat
menimbulkan perasaan yang berbeda terhadap orang yang berbeda.
Lebih dari itu, mereka juga mulai menunjukkan kesadaran bahwa
mereka harus mengatur emosi mereka untuk memenuhi standar sosial
(Bruce, Olen, & Jensen, 1999).
Aspek emosi dalam regulasi emosi adalah kemampuan anak di
dalam mengekspresikan, mengatur, dan mengendalikan emosi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
muncul di dalam diri mereka. Anak tidak hanya mengenali emosi yang
sedang mereka rasakan, tetapi juga mengenali emosi yang sedang
dirasakan oleh orang lain.
b. Aspek Perhatian
Pertumbuhan lobus frontal korteks serebral memampukan
individu membuat tujuan (anak harus berkonsentrasi untuk mencapai
tujuan yang mereka buat) dan orang tua membantu anak memfokuskan
atensi dengan cara memberikan saran, pertanyaan, dan komentar. Hal
ini dapat membuat anak menjadi lebih dewasa secara kognitif dan
sosial (Bono & Stifter, 2003; Landry et al., 2000). Selain itu dengan
membantu anak belajar memfokuskan atensi, keterampilan anak
menjadi terasah seperti bahasa, eksplorasi, pemecahan masalah,
interaksi sosial, dan kerja sama.
Atensi yang diseleksi ialah fokus individu pada satu aspek
dalam suatu situasi yang berhubungan dengan tujuannya. Atensi yang
diseleksi tergantung pada cognitive inhibition yang merupakan
kemampuan untuk mengontrol gangguan yang berasal dari internal
maupun eksternal. Individu yang memiliki kemampuan ini dapat
mencegah stimulus yang mengganggu konsentrasi atau perhatian
mereka (Dempster & Corkill, 1999). Cognitive inhibition membantu
individu untuk memastikan bahwa individu memproses berbagai
informasi yang relevan di dalam working memory atau ingatan jangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pendek (Bjorklund & Harnishfeger, 1995; Handley et al., 2004;
Klenberg, Korkman, & Lahti-Nuuttila, 2001). Selain menolong
individu untuk mengingat, memahami, dan memecahkan masalah,
kemampuan ini juga menolong individu untuk mengontrol perilaku.
Kemampuan cognitive inhibition meningkat sejak usia antara 3
dan 4 tahun, misalnya ketika anak harus mengikuti sebuah perintah
tetapi tidak mengikuti perintah yang lain. Beberapa anak lebih mudah
mengikuti perintah verbal (Jones, Rothbart, & Posner, 2003).
Singkatnya, kemampuan cognitive inhibition akan meningkat jika anak
mampu memfokuskan atensinya.
Aspek perhatian dalam regulasi emosi adalah kemampuan anak
untuk tetap fokus pada suatu hal ketika anak sedang berada dalam
emosi tertentu. Selain itu, aspek perhatian juga merupakan kemampuan
anak untuk mengalihkan perhatiannya kepada suatu hal yang
berhubungan dengan tujuannya.
c. Aspek Perilaku
Proses reward, punishment, dan imitation digunakan untuk
menjelaskan perilaku anak. Bila anak-anak diberi hadiah atas perilaku
yang sesuai dengan aturan, mereka akan mengulangi perilaku itu. Bila
anak dihukum atas perilakunya, perilaku itu akan berkurang dan
hilang. Anak memiliki kecederungan untuk berperilaku seperti model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang mereka lihat, dalam hal ini pengasuh atau orang tua adalah
model.
Teoritikus belajar sosial yakin bahwa kemampuan untuk
menolak godaan berkaitan erat dengan perkembangan kontrol perilaku.
Anak harus mengatasi dorongan atau godaan atas sesuatu yang mereka
ingin lakukan tetapi dilarang. Untuk itu, mereka harus belajar bersabar.
Teoritikus belajar sosial yakin bahwa faktor-faktor kognitif penting
dalam perkembangan kontrol anak. Misalnya, dalam suatu penelitian,
perubahan kognitif anak-anak akan suatu objek yang diinginkan
menolong mereka menjadi lebih sabar (Mischel & Patterson, 1976).
Anak-anak prasekolah diminta melakukan suatu pekerjaan yang
membosankan. Di dekatnya ada badut mesin yang lucu mencoba
membujuk anak-anak untuk bermain dengannya. Anak-anak yang telah
dilatih mengatakan kepada diri mereka sendiri, ”Aku tidak akan
melihat Pak Badut ketika Pak Badut memintaku melihatnya”
mengendalikan perilaku mereka dan terus mengerjakan pekerjaan yang
membosankan itu lebih lama daripada anak-anak yang tidak dilatih
untuk berkata seperti di atas.
Aspek perilaku dalam regulasi emosi adalah kemampuan anak
untuk mengendalikan perilaku. Anak memiliki kemampuan untuk
menahan dorongan untuk melakukan sesuatu yang tidak boleh mereka
lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
d. Coping Strategy
Coping strategy atau strategi coping merupakan kemampuan
untuk mengatasi situasi yang dapat menyebabkan stres. Belajar
melakukan coping terhadap stres adalah aspek penting dari kehidupan
emosional anak-anak (Bridges, 2003; Folkman & Moskowitz, 2004).
Sangat penting bagi pengasuh untuk membantu anak melakukan
coping secara efektif. Selain itu, juga perlu mendorong anak untuk
aktif dan memilih strategi pemecahan masalah dalam menghadapi
stres. Dengan cara ini pengasuh dapat menghilangkan setidaknya satu
stressor dari anak dan mengajarkan anak berbagai strategi coping yang
baik.
Anak yang menguasai beberapa teknik coping akan lebih
mungkin untuk beradaptasi dan berfungsi dengan kompeten ketika
dihadapkan dengan stres. Dengan mempelajari teknik coping yang
baru, anak dapat mencegah dirinya merasa tidak berkompeten, dan
juga dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Anak-anak cenderung untuk mengaplikasikan strategi coping
mereka ke semua situasi yang menyebabkan stres. Orang dewasa dapat
membantu hal ini dengan memberikan contoh bagaimana
menggunakan strategi coping ini pada situasi yang sesuai sehingga
menguntungkan bagi mereka.
Aspek coping strategy dalam regulasi emosi adalah
kemampuan anak untuk menghadapi situasi yang dapat menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
stres. Anak mampu menemukan cara untuk memecahkan
permasalahan dalam rangka mencapai tujuan.
Berdasarkan penjabaran aspek-aspek regulasi emosi di atas, maka
regulasi emosi meliputi emosi (bagaimana cara mengekspresikan,
mengatur, dan mengendalikan emosi), perhatian (bagaimana cara tetap
fokus ketika sedang berada dalam emosi tertentu dan bagaimana cara
mengalihkan perhatian), perilaku (bagaimana cara agar mampu
mengendalikan perilaku), dan coping strategy (bagaimana cara dalam
menghadapi stress). Dari uraian di atas juga dapat diperoleh kesimpulan
mengenai indikator regulasi emosi yang tinggi yaitu:
1. Secara emosi, anak mampu mengekspresikan emosi dengan tepat,
mampu mengatur ekspresi emosi yang sedang dialami, dan mampu
mengendalikan emosi yang meluap-luap.
2. Secara perhatian, anak tetap mampu berkonsentrasi walaupun sedang
berada dalam emosi tertentu dan mampu mengalihkan perhatiannya
kepada tugas yang sedang dikerjakan.
3. Secara perilaku, anak mampu mengendalikan perilakunya.
4. Secara coping strategy, anak mampu mengatasi stress yang sedang
dialami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Regulasi Emosi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan regulasi
emosi seorang anak (Bukatko, 2008) :
a. Faktor pengalaman yang diberikan oleh orang tua pada anak
Faktor pengalaman yang diberikan oleh orang tua dapat
mempengaruhi regulasi emosi karena anak-anak belajar mengenai
konsekuensi yang akan diberikan oleh orang tua ketika mereka
menampilkan emosi negatif seperti emosi marah (Eisenberg, Fabes, et
al, 1999;. Fabes, Leonard , et al, 2001). Orang tua yang memberikan
bimbingan dan dukungan kepada anak-anak di dalam mengekspresikan
emosi membuat anak-anak lebih mampu meredakan emosi negatif dan
mampu menenangkan diri (Gottman, Katz, & Hooven, 1997).
Ibu yang lebih positif dalam mengekspresikan perasaan
emosional berbeda dalam hal kehangatan dengan ibu yang lebih sering
mengekspresikan emosi negatif. Ibu yang lebih positif
mengekspresikan emosinya memiliki anak yang lebih mampu
mengatur emosi mereka sendiri. Anak-anak dari ibu yang lebih sering
mengekspresikan emosi negatif berperilaku lebih agresif dan dinilai
kurang memiliki kompeten sosial (Eisenberg, Gershoff, et al, 2001;..
Eisenberg, Valiente, et al, 2003).
b. Faktor temperamen anak
Temperamen sangat terkait erat dengan kepribadian, karakter
pribadi yang menetap pada diri seseorang. Bahkan sering kali batasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
antara temperamen dan kepribadian ini sangat kabur. Temperamen
dapat dianggap sebagai dasar biologis dan emosional dari kepribadian.
Temperamen seorang bayi akan mengarahkan bayi terhadap gaya
emosi dan reaksi tertentu, sehingga akan membuat bayi tersebut
memiliki kepribadian tertentu pula.
Beberapa anak cenderung lebih impulsif dan cepat bereaksi
lebih cepat dalam mengekspresikan emosi mereka. Anak-anak lain
yang lebih berhati-hati dalam mengekspresikan emosi mereka
cenderung untuk menyembunyikan perasaan. Perilaku orang tua dapat
membentuk kecenderungan anak dalam bereaksi (Eisenberg, Zhou, et
al, 2003), namun hal ini juga merupakan manifestasi dari faktor lain
dari perkembangan seperti faktor fisiologis dan keturunan. Dalam hal
pembentukan regulasi emosi, anak-anak menjadi lebih sadar gaya
emosional mereka dan mencari pengalaman yang lebih sesuai dengan
kebutuhan mereka. Beberapa anak-anak lebih nyaman bermain sendiri,
sedangkan anak yang lain mungkin memilih permainan dengan tingkat
aktivitas yang tinggi dimana di dalamnya juga melibatkan emosi
(Thompson, 1994).
Dalam sebuah penelitian longitudinal, ketika anak berusia 3
tahun menunjukkan kontrol yang baik terhadap emosi mereka dan juga
resilient dalam menghadapi stress, mereka lebih mungkin untuk
menangani emosi mereka dengan efektif ketika dewasa kelak (Block,
1993). Sebaliknya, ketika anak usia 3 tahun memiliki kontrol emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
yang rendah dan tidak resilient, mereka cenderung akan tetap memiliki
masalah dalam area ini ketika dewasa kelak.
B. REGULASI EMOSI ANAK YANG MEMASUKI USIA SEKOLAH
1. Batasan Anak yang Memasuki Usia Sekolah
Periode perkembangan individu setelah masa bayi akan dilanjutkan
dengan masa awal anak-anak. Santrock (2002) menyatakan bahwa masa
awal anak-anak atau early childhood adalah periode dari akhir masa bayi
hingga usia kira-kira 5 atau 6 tahun. Masa awal anak-anak juga merupakan
masa dimana anak akan memasuki usia sekolah. Pada usia ini anak-anak
akan mulai menjajaki sekolah Taman Kanak-kanak (TK). Dalam UU RI
nomor 26 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (pasal 28 ayat 3)
disebutkan bahwa TK merupakan salah satu bentuk pendidikan pra
sekolah jalur formal. Batasan usia peserta didik atau siswa TK di
Indonesia seperti yang diatur dalam Keputusan Mendiknas TI nomor
051/U/2002 tentang penerimaan siswa pada Taman Kanak-kanak (TK) dan
sekolah (pasal 4 ayat 1) adalah 4-6 tahun.
Anak yang akan memasuki usia sekolah adalah anak yang berusia
2-6 tahun. Periode ini adalah periode yang paling aktif dalam rentang
kehidupan (Pikunas, 1976; McDevit dan Ormrod, 2002). Sawitri (2005)
menyatakan bahwa anak yang akan memasuki usia sekolah memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, khususnya pada usia 3-5 tahun. Anak senang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mempelajari berbagai hal dan lebih mudah untuk menyerap apa saja yang
dipelajarinya.
Slavin (2008) memaparkan bahwa anak dapat dikatakan akan
memasuki usia sekolah ketika mereka berumur antara 3 dan 5 tahun. Ini
adalah suatu masa perubahan pesat dalam semua bidang perkembangan.
Anak-anak menguasai kebanyakan kemampuan fisik pada akhir periode
ini dan dapat menggunakan kemampuan tersebut untuk mencapai berbagai
jenis tujuan. Secara kognitif, mereka mulai mengembangkan pemahaman
tentang kelas dan hubungan dan menyerap informasi dalam jumlah yang
sangat besar tentang dunia sosial dan fisik mereka.
Pada penelitian ini, batasan anak yang memasuki usia sekolah
adalah anak yang berusia 6 tahun, baik itu anak laki-laki atau anak
perempuan.
2. Karakteristik Perkembangan Anak yang Memasuki Usia Sekolah
a. Kognitif
Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak yang akan
memasuki usia sekolah berada pada tahapan praoperasional. Tahapan
ini berlangsung kira-kira 2 hingga 7 tahun dimana anak mulai
merepresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan, dan
gambar-gambar. Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui
koneksi-koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik.
Konsep stabil mulai terbentuk, pemikiran-pemikiran mental muncul,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
egosentrisme tumbuh, dan keyakinan-keyakinan magis mulai
terkonstruksi. Pemikiran praoperasinal terbagi menjadi dua sub
tahapan, yaitu sub tahapan fungsi simbolik dan sub tahapan pemikiran
intuitif. Anak yang akan memasuki usia sekolah berada pada sub
tahapan pemikiran intuitif yang terjadi kira-kira antara usia 4 hingga 7
tahun. Dalam sub tahapan ini, anak-anak mulai menggunakan
pemikiran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan.
Piaget menyebut sub tahapan ini intuitif karena anak-anak tampaknya
sangat yakin dengan pengetahuan dan pemahaman mereka, tapi tidak
sadar bagaimana mereka mendapat pengetahuan tersebut. Artinya,
mereka tahu sesuatu tapi memperoleh pengetahuan itu tanpa
menggunakan pemikiran rasional.
Menurut Vygotsky, pengaruh sosial (khususnya pengajaran)
penting bagi perkembangan kognitif anak. Zona Perkembangan
Proksimal (Zone of Proximal Development / ZPD) adalah istilah
Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak
seorang diri tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dan bimbingan
orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. ZPD menangkap keahlian
kognitif anak yang sedang berada dalam proses kedewasaan dan dapat
disempurnakan hanya dengan bantuan dari seorang yang lebih ahli
(Goos, 2004; Gray dan Feldman, 2004; Kinginger, 2002; Kulczewski,
2005). Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja
untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky (1962) yakin bahwa anak
pada usia dini menggunakan bahasa untuk merencanakan,
membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Penggunaan bahasa
untuk kemandirian pribadi disebut private speech dimana anak
berbicara dengan dirinya sendiri. Masa transisi akan terjadi pada usia 3
sampai 7 tahun dimana anak mampu bertindak tanpa melakukan
aktivitas verbal dan telah menginternalisasikan pembicaraan egosentris
mereka dalam bentuk inner speech, yang menjadi pemikiran-pemikiran
mereka.
b. Sosio-emosional
Kebutuhan untuk mengatasi emosi yang bertentangan
mengenai diri sendiri adalah inti tahap ketiga dari perkembangan
kepribadian yang disebutkan oleh Erik Erikson (1950) yaitu inisiatif
versus rasa bersalah (initiative versus guilt). Erikson yakin masa awal
anak-anak adalah periode ketika diri melibatkan pemecahan konflik
antara prakarsa versus rasa bersalah. Pertentangan timbul dari perasaan
mengenai tujuan yang mendorong anak untuk membuat perencanaan
dan melakukannya serta dari timbulnya rasa sedih anak mengenai
berbagai perencanaan ini.
Anak yang akan memasuki usia sekolah dapat dan ingin
melakukan lebih banyak hal. Pada saat bersamaan, mereka belajar
bahwa sebagian dari hal-hal yang mereka inginkan sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
persetujuan sosial dan sebagian lagi tidak. Anak berusaha melakukan
penyesuaian atas keinginan mereka untuk melakukan sesuatu dengan
keinginan mereka untuk mendapat persetujuan dari lingkungan.
Pertentangan ini menandai terpisahnya dua bagian kepribadian,
satu bagian yang tetap sebagai anak-anak, penuh gairah, dan keinginan
untuk mencoba berbagai hal dan mencoba kekuatan baru, bagian yang
lain adalah bagian yang menjadi dewasa dimana anak secara terus-
menerus menguji hal-hak yang berkaitan dengan motif dan tindakan.
Anak yang belajar mengatur kedua dorongan yang bertentangan ini
akan mengembangkan sebuah tujuan, yaitu keberanian untuk
membayangkan dan mengejar sebuah tujuan tanpa dikekang oleh
perasaan bersalah atau ketakutan terhadap hukuman (Erikson, 1982).
Ketika anak-anak prasekolah menghadapi suatu dunia sosial yang lebih
luas, mereka lebih tertantang daripada ketika mereka masih bayi.
Perilaku aktif dan bertujuan dituntut untuk menghadapi tantangan-
tantangan ini. Anak-anak diharapkan menerima tanggung jawab atas
tubuh, perilaku, mainan, hewan peliharaan mereka, dan lain-lain.
Pengembangan rasa tanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun,
perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul, bila anak
tidak diberi kepercayaan dan dibuat sangat cemas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3. Regulasi Emosi Anak yang Memasuki Usia Sekolah
Pada masa anak-anak awal, pengasuh mulai mengharapkan anak-
anak untuk mengontrol emosi. Anak dua tahun menggunakan regulasi
emosi yang mereka miliki untuk mengatasi gangguan, misalnya ketika di
hadapan mereka disajikan makanan ringan atau hadiah tetapi mereka harus
menunggu untuk mendapatkan itu, mereka biasanya mengalihkan
perhatian ke objek lain (Grolnick, Jembatan, & Connell, 1996). Akan
tetapi, jika mereka tidak berusaha mengalihkan perhatian maka kemarahan
mereka cenderung meningkat (Gilliom dkk, 2002).
Pada usia tiga tahun, anak mulai mengurangi perilaku tantrum dan
menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan maksud dan keinginan
mereka (Kopp, 1992). Penelitian membuktikan bahwa perkembangan
fisiologis anak usia dini, yaitu perkembangan otak bagian depan, juga turut
berkontribusi untuk mengontrol dan mengalihkan perilaku dan emosi (Fox,
1994; Schore, 1996). Misalnya, mereka mampu meredakan emosi dengan
membatasi input sensoris (seperti menutup mata atau telinga terhadap
pemandangan atau suara yang tidak menyenangkan), berbicara pada diri
sendiri (seperti “Ibu mengatakan bahwa dia akan segera kembali.”), atau
mengubah tujuan (seperti memutuskan untuk tidak bermain sebelum
selesai mengerjakan suatu tugas). Anak-anak yang menggunakan strategi
ini memiliki emosi yang lebih terkontrol selama tahun-tahun prasekolah
(Thompson, 1990a). Mengalihkan perhatian dari sumber frustrasi menjadi
strategi yang efektif bagi anak prasekolah untuk digunakan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mengelola emosi. Anak usia tiga tahun yang bisa mengalihkan diri ketika
frustrasi cenderung menjadi anak-anak yang kooperatif dan tidak memiliki
masalah perilaku ketika memasuki usia sekolah (Gilliom et al., 2002).
Dengan melihat orang dewasa menangani perasaan mereka sendiri,
anak-anak prasekolah mulai membuat strategi untuk mengatur emosi.
Orang tua berperan membantu anak-anak memahami dan mengendalikan
perasaan untuk memperkuat kemampuan anak dalam menangani stres
(Gottman, Katz, & Hooven, 1997). Orang tua yang jarang
mengekspresikan emosi positif, mengabaikan perasaan anak sebagai hal
yang tidak penting, dan mengalami kesulitan di dalam mengendalikan
kemarahan mereka sendiri, akan berdampak pada anak-anak dimana anak
akan mengalami masalah dalam pengelolaan emosi (Calkins & Johnson,
1998; Eisenberg et al. , 2001; Gilliom et al, 2002; 2004 Katz &
Windecker-Nelson).
C. POLA ASUH ORANG TUA
1. Definisi Pola Asuh Orang Tua
Secara etimologi, “pola” berarti bentuk atau tata cara, sedangkan
“asuh” berarti menjaga, merawat, dan mendidik. Sehingga pola asuh
berarti bentuk atau sistem dalam menjaga, merawat, dan mendidik. Jika
ditinjau dari terminologi, pola asuh anak adalah suatu pola atau sistem
yang diterapkan dalam menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak
yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu (Ghofur, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Pola pengasuhan anak adalah kombinasi dari perilaku orang tua
yang terjadi di seluruh situasi, menciptakan iklim pengasuhan anak yang
tetap (Berk, 2006). Pola asuh orang tua terhadap anak merupakan bentuk
interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan
pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing,
mendisiplinkan, dan melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai
dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan
masyarakat. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam
menjaga, mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada
anak-anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti, dan akhirnya dapat
menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
yang ada dalam masyarakat (Gunarsa, 2002;64).
Menurut Darling (2003;1) pengasuhan orang tua adalah aktivitas
kompleks termasuk banyak perilaku spesifik yang dikerjakan secara
individu dan bersama-sama untuk mempengaruhi pembentukan karakter
anak. Dalam mengasuh anaknya, orang tua cenderung menggunakan pola
asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan
dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk-bentuk perilaku sosial
tertentu pada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara
anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan
ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta
melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma
yang ada dalam masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua
Penelitian Bumrind (1971) sangat berpengaruh terhadap pola
pengasuhan orang tua. Ia percaya bahwa orang tua tidak boleh
menghukum atau menjauh tetapi mereka harus menerapkan aturan bagi
anak dan menyayangi mereka. Ada empat jenis pola pengasuhan menurut
Baumrind:
a. Pengasuhan Otoriter
Pola pengasuhan ini adalah yang membatasi dan menghukum,
dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan
menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang tua otoriter
menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak dan
meminimalisir perdebatan verbal. Orang tua otoriter mungkin juga
sering memukul anak, memaksakan aturan secara kaku tanpa
menjelaskannya, dan menunjukkan amarah pada anak. Mereka lebih
mengambil jarak dan tidak hangat dibanding orang tua dengan pola
pengasuhan lain.
b. Pengasuhan Otoritatif
Pola pengasuhan ini mendorong anak untuk mandiri namun
masih menerapkan batas kendali pada tindakan mereka. Orang tua ini
menghargai individualitas anak tetapi juga menekankan batasan-
batasan sosial. Mereka percaya akan kemampuan mereka dalam
memandu anak, tetapi juga menghargai keputusan, mandiri, minat,
pendapat, dan kepribadian anak. Mereka menyayangi dan menerima,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tetapi juga meminta perlakuan yang baik, tegas dalam menetapkan
standar, dan berkenan untuk menerapkan hukuman yang terbatas dan
adil jika dibutuhkan dalam konteks hubungan yang hangat dan
mendukung. Mereka menjelaskan alasan di balik pendapat mereka dan
mendorong komunikasi verbal timbal balik. Orang tua yang otoritatif
menunjukkan kesenangan dan dukungan sebagai respons terhadap
perilaku konstruktif anak. Mereka juga mengharapkan perilaku anak
yang dewasa, mandiri, dan sesuai dengan usianya.
c. Pengasuhan Permisif
Orang tua yang menggunakan pola pengasuhan ini sangat
terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol
mereka. Orang tua membiarkan anak melakukan apa yang anak
inginkan. Mereka menghargai ekspresi diri dan pengaturan diri.
Mereka hanya membuat sedikit permintaan dan membiarkan anak
memonitor aktivitas mereka sendiri sedapat mungkin. Ketika membuat
peraturan, mereka menjelaskannya kepada anak. Mereka berkonsultasi
dengan anak mengenai keputusan kebijakan dan jarang menghukum.
Mereka hangat, tidak mengontrol, dan tidak menuntut.
d. Pengasuhan Uninvolved
Orang tua yang menggunakan pola pengasuhan ini sangat tidak
terlibat dalam kehidupan anak. Orang tua terkadang hanya berfokus
pada kebutuhannya sendiri dan mengabaikan kebutuhan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Akibatnya, orang tua jenis ini tidak peduli, tidak melibatkan diri, atau
individualis.
Berikut ini adalah tabel yang mengemukakan ciri-ciri dari tiap-
tiap pola asuh.
Tabel 1. Ciri-ciri Pola Asuh Orang Tua (Baumrind dalam Berk,
2006)
Jenis Pola
Asuh
Penerimaan
dan
Keterlibatan
Kontrol Pemberian
Otonomi
Otoriter Dingin, orang
tua bersifat
menolak, dan
terkadang
merendahkan
anak.
Membuat
banyak
permintaan
yang bersifat
memaksa,
menggunakan
kekuatan dan
hukuman,
kadang
melibatkan
kontrol
psikologis,
tidak
Membuat
keputusan untuk
anak, jarang
mendengarkan
pendapat anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
memberikan
kasih sayang.
Otoritatif Hangat, mau
mendengarkan,
perhatian, sabar,
dan peka
terhadap
kebutuhan anak.
Membuat
permintaan
yang beralasan
mengenai
kedewasaan,
menguatkan
dan
menjelaskan
permintaan
mereka secara
konsisten
kepada anak.
Mengijinkan
anak untuk
membuat
keputusan jika
anak merasa
siap,
mendorong nak
untuk
mengutarakan
pikiran,
perasaan, dan
keinginannya,
ketika orang tua
dan anak tidak
sependapat,
keputusan
dibuat bersama-
sama.
Permisif Hangat tetapi
terlalu
memanjakan
Membuat
sedikit atau
bahkan tidak
Mengijinkan
anak membuat
banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dan terkesan
ceroboh.
ada permintaan. keputusan
sebelum anak
siap.
Uninvolved Menjauh dan
menarik diri
secara
emosional.
Membuat
sedikit atau
bahkan tidak
ada permintaan.
Tidak peduli
dengan
keputusan dan
pandangan
anak.
3. Dampak Pola Asuh Orang Tua
a. Pengasuhan Otoriter
Anak dari orang tua yang otoriter sering kali tidak bahagia,
ketakutan, minder ketika membandingkan diri dengan orang lain, tidak
mampu memulai aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang
lemah. Anak laki-laki dari orang tua yang otoriter mungkin berperilaku
agresif (Hart dkk., 2003)
b. Pengasuhan Otoritatif
Anak yang memiliki orang tua otoritatif sering kali ceria, bisa
mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi.
Mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan yang ramah
dengan teman sebaya, bekerja sama dengan orang dewasa, dan bisa
mengatasi stres dengan baik.
c. Pengasuhan Permisif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri
dan selalu berharap mendapatkan keinginannya. Anak yang memiliki
orang tua yang selalu menurutinya jarang belajar menghormati orang
lain dan mengalami kesulitan untuk mengendalikan perilakunya.
Mereka mungkin mendominasi, egosentris, tidak menuruti peraturan,
dan kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya (peer).
d. Pengasuhan Uninvolved
Anak yang memiliki orang tua yang uninvolved merasa bahwa
aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada diri mereka.
Anak-anak ini cenderung tidak memiliki kemampuan sosial. Banyak di
antaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri.
Mereka sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan
mungkin terasing dari keluarga.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan dampak pola asuh
terhadap perkembangan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 2. Dampak Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan
Anak (Baumrind dalam Berk, 2006)
Pola Asuh
Orang Tua
Anak
Otoriter Cemas, menarik diri, tidak bahagia,
memperlihatkan sikap permusuhan ketika frustrasi,
tidak berprestasi di sekolah.
Otoritatif Memiliki mood yang stabil, harga diri yang tinggi,
self-control, tekun dalam melaksanakan tugas, dan
kooperatif.
Permisif Impulsif, kurang ajar, suka menentang, suka
meminta dan tergantung pada orang dewasa,
kurang tekun dalam melaksanakan tugas, dan
kurang berprestasi di sekolah.
Uninvolved Kekurangan dalam attachment, kognisi, bermain,
dan keterampilan emosional dan sosial.
D. PERBEDAAN TINGKAT REGULASI EMOSI ANAK YANG
MEMASUKI USIA SEKOLAH BERDASARKAN POLA ASUH
Penelitian ini mencoba memperlihatkan adanya perbedaan tingkat
regulasi emosi anak yang akan memasuki usia sekolah berdasarkan pola
asuh yang digunakan oleh orang tua. Seorang anak diharapkan mengasah
kemampuan regulasi emosi sejak memasuki masa kanak-kanak awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Dalam hal ini, orang tua memegang peranan penting dalam
mengembangkan kemampuan anak tersebut.
Pola asuh yang digunakan orang tua turut berpengaruh dalam
pembentukan regulasi emosi. Ada empat macam pola asuh orang tua yaitu
otoriter, otoritatif, permisif, dan uninvolved. Di dalam masing-masing pola
asuh ini terdapat dua dimensi yaitu kehangatan dan struktur (Baumrind
dalam Berk, 2006).
Orang tua yang otoriter memiliki struktur yang tinggi namun
kehangatan yang rendah. Anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter
memiliki sikap cemas, menarik diri, tidak bahagia, memperlihatkan sikap
permusuhan ketika frustrasi, tidak berprestasi di sekolah (Baumrind dalam
Berk, 2006). Karakteristik anak dengan pola asuh otoriter menunjukkan
regulasi emosi yang rendah pada anak.
Orang tua yang otoritatif, di samping menerapkan struktur yang
tinggi, juga memiliki kehangatan terhadap anak. Orang tua yang hangat,
sabar, yang menggunakan komunikasi untuk membantu anak dalam
memahami dan mengendalikan perasaan, membantu meningkatkan
kemampuan anak mengatasi emosi (Gottman, Katz, & Hooven, 1997).
Anak yang diasuh dengan pola asuh otoritatif memiliki mood yang stabil,
harga diri yang tinggi, self-control, tekun dalam melaksanakan tugas, dan
kooperatif (Baumrind dalam Berk, 2006). Pola asuh otoritatif ini membuat
anak mengembangkan regulasi emosi yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Orang tua yang permisif memiliki kehangatan yang tinggi tanpa
adanya struktur. Anak yang diasuh dengan pola asuh permisif memiliki
sikap impulsif, kurang ajar, suka menentang, suka meminta dan tergantung
pada orang dewasa, kurang tekun dalam melaksanakan tugas, dan kurang
berprestasi di sekolah (Baumrind dalam Berk, 2006). Oleh karena itu pola
asuh permisif kurang mendukung berkembangnya regulasi emosi yang
tinggi pada anak.
Terakhir, orang tua yang uninvolved memiliki kehangatan dan
struktur yang rendah. Anak yang diasuh dengan pola asuh uninvolved
memiliki kekurangan dalam attachment, kognisi, bermain, dan
keterampilan emosional dan sosial (Baumrind dalam Berk, 2006).
Karakteristik anak dengan pola asuh uninvolved kurang mencerminkan
regulasi emosi yang tinggi.
Dari keempat macam pola asuh yang memiliki tingkat kehangatan
dan struktur yang berbeda-beda, serta memiliki dampak yang berbeda-
beda pula maka dapat diasumsikan bahwa regulasi emosi yang yang
dikembangkan juga berbeda. Calkins & Johnson (1998); Eisenberg, et al.
(2001); Gilliom et al. (2002); dan Katz & Windecker-Nelson (2004)
berpendapat sama bahwa orang tua yang kurang menunjukkan emosi yang
positif, tidak menganggap perasaan yang dirasakan anak sebagai hal yang
penting sehingga anak sulit mengendalikan emosi, terutama emosi amarah.
Berikut ini akan digambarkan skema mengenai perbedaan regulasi emosi
anak yang akan memasuki usia sekolah berdasarkan pola asuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Bagan 1. Dinamika Perbedaan Regulasi emosi Anak yang akan Memasuki
Usia Sekolah Berdasarkan Pola Asuh
Anak
Pola asuh
otoritatif:
- Kehangatan
tinggi
- Struktur tinggi
Pola asuh otoriter:
- Kehangatan
rendah
- Struktur tinggi
Regulasi emosi rendah:
Emosi: kekurangan dalam attachment dan keterampilan emosional Perilaku: kekurangan dalam bermain. Perhatian: kekurangan dalam kognisi. Coping strategy:
kekurangan dalam
keterampilan sosial.
Regulasi emosi rendah: Perhatian: kurang tekun dalam melaksanakan tugas. Perilaku: Impulsif, kurang ajar, suka
menentang, suka meminta dan tergantung pada orang dewasa, kurang berprestasi di sekolah.
Regulasi emosi tinggi: Emosi: memiliki mood yang stabil, harga diri yang tinggi.
Perhatian: tekun dalam melaksanakan tugas. Perilaku: self-control, kooperatif.
Regulasi emosi rendah: Emosi: cemas, tidak bahagia. Perilaku: menarik diri, memperlihatkan sikap permusuhan ketika
frustrasi, tidak berprestasi di sekolah. Coping strategy: memperlihatkan sikap permusuhan ketika frustrasi.
Karakteristik anak: Cemas, tidak bahagia, menarik diri,
memperlihatkan sikap permusuhan ketika frustrasi, tidak berprestasi di sekolah, memperlihatkan sikap permusuhan ketika frustrasi.
Karakteristik anak: Memiliki mood yang stabil, harga diri yang tinggi, tekun dalam melaksanakan tugas, self-control, kooperatif.
Karakteristik anak: Kurang tekun dalam melaksanakan tugas, impulsif, kurang ajar, suka menentang, suka meminta dan tergantung
pada orang dewasa, kurang berprestasi di
sekolah.
Karakteristik anak:
Kekurangan dalam attachment dan keterampilan emosional, kekurangan dalam bermain, kekurangan dalam kognisi, kekurangan dalam keterampilan
sosial.
Karakteristik
perkembangan anak yang memasuki usia sekolah: Melibatkan pemecahan konfilk, berusaha menyesuaikan keinginan diri dengan keinginan
lingkungan.
Pola asuh
permisif:
- Kehangatan
tinggi
- Struktur rendah
Pola asuh
uninvolved:
- Kehangatan
rendah
- Struktur rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah pola asuh otoritatif menghasilkan
tingkat regulasi emosi yang lebih tinggi dibandingkan ketiga pola asuh
yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bersifat
membandingkan (Sugiyono, 2005). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki ada tidaknya perbedaan tingkat regulasi emosi anak yang
memasuki usia sekolah berdasarkan pola asuh.
B. VARIABEL PENELITIAN
Penelitian komparatif ini memiliki variabel bebas dan variabel
tergantung masing-masing sebanyak satu variabel, antara lain :
Variabel bebas : pola asuh
Variabel tergantung : regulasi emosi anak yang memasuki usia sekolah
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pola Asuh
Pola asuh adalah kombinasi dari perilaku orang tua yang terjadi di
seluruh situasi, menciptakan iklim pengasuhan anak yang tetap (Berk,
2006). Pola asuh dalam penelitian ini diukur dengan Skala Pola Asuh yang
terbagi menjadi 4 skala pola asuh yaitu skala pola asuh otoriter, skala pola
asuh otoritatif, skala pola asuh permisif, dan skala pola asuh uninvolved.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Keempat jenis pola asuh tersebut memiliki dua dimensi dasar yaitu
kehangatan dan struktur. Penggolongan pola asuh orang tua adalah
berdasarkan pengolahan skor Z dimana pengkategorian pola asuh
berdasarkan pada nilai Z yang terbesar.
2. Regulasi Emosi
Regulasi emosi mengacu pada strategi yang digunakan untuk
menyesuaikan emosi dalam rangka mencapai tujuan. Perkembangan
regulasi emosi anak yang akan memasuki usia sekolah dalam penelitian ini
diukur dengan Skala Regulasi emosi yang disusun berdasarkan indikator
regulasi emosi yang tinggi (Eisenberg et al, 1995b; Eisenberg & Spinrad,
2004 dalam Berk, 2006) terkait aspek emosi, perhatian, perilaku, dan
coping strategy. Skala ini akan diisikan oleh orang tua dan guru dari anak-
anak yang akan diukur regulasi emosinya. Skor regulasi emosi diperoleh
dari rerata skor regulasi emosi yang diisi oleh orang tua atau pengasuh
yang lebih sering bersama anak dan guru. Semakin tinggi skor pada skala
Regulasi Emosi, maka semakin tinggi regulasi emosi yang dimiliki oleh
seorang anak, sedangkan semakin rendah skor maka semakin rendah juga
regulasi emosi yang dimiliki oleh seorang anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
D. SAMPLING, SUBJEK PENELITIAN, DAN RESPONDEN
PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah anak laki-laki atau perempuan yang
berusia 6 tahun kelas 1 SD. Sementara itu, responden di dalam penelitian ini
adalah orang tua atau pengasuh dan guru dari subjek.
E. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur atau langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:
1. Membuat Skala Pola Asuh dan Skala Regulasi Emosi dengan metode
rating yang dijumlahkan (summated rating) untuk diujicobakan pada
kelompok uji coba yang memiliki karakteristik yang sama dengan
kelompok subjek penelitian yang sesungguhnya.
2. Melakukan uji coba skala penelitian, meliputi uji kesahihan butir dan
reliabilitas skala untuk mendapatkan butir yang sahih dan data yang
reliabel.
3. Melakukan pengumpulan data yang meliputi:
a. Skala Pola Asuh direspon oleh kedua orang tua subjek.
b. Skala Regulasi Emosi direspon oleh orang tua atau pengasuh yang
lebih sering bersama subjek. Selain itu, guru subjek turut mengisi
rating scale regulasi emosi sebagai data tambahan untuk mengukur
regulasi emosi subjek.
4. Menentukan pola asuh dengan menggunakan skor Z.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
5. Melakukan uji hipotesis dengan uji statistik one-way anova untuk melihat
ada tidaknya perbedaan tingkat regulasi emosi berdasarkan pola asuh.
6. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.
F. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
skala. Skala yang digunakan adalah Skala Pola Asuh dan Skala Regulasi
emosi.
1. Skala Pola Asuh
Skala Pola Asuh akan diukur dengan menggunakan metode rating
yang dijumlahkan (method of summated ratings), yakni dengan
menggunakan empat alternative jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai
(S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor pada
item favorable pada jawaban Sangat Sesuai (SS) mendapat skor 4, Sesuai
(S) mendapat skor 3, Tidak Sesuai (TS) mendapat skor 2, Sangat Tidak
Sesuai (STS) mendapat skor 1 dan pada item unfavorable untuk jawaban
Sangat Sesuai (SS) mendapat skor 1, Sesuai (S) mendapat skor 2, Tidak
Sesuai (TS) mendapat skor 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat skor
4. Susunan pernyataan dalam Skala Pola Asuh dijelaskan pada tabel
berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 3. Skor Jawaban untuk Skala Pola Asuh
Jawaban
Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
4
3
2
1
1
2
3
4
Tabel 4. Blueprint Skala Pola Asuh
NO. ASPEK
NO. ITEM
JUMLAH PERSENTASE
FAV. UNFAV.
1.
2.
Otoriter
a. Kehangatan
b. Struktur
Otoritatif
a. Kehangatan
2, 6, 10,
14, 18,
22, 26, 30
1, 5, 9,
13, 17,
21, 25, 29
32, 36,
40, 44,
48, 52,
56, 60
4, 8, 12,
16, 20, 24,
28
3, 7, 11,
15, 19,
23, 27
34, 38,
42, 46,
50, 54, 58
15
15
15
25%
25%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3.
4.
b. Struktur
Permisif
a. Kehangatan
b. Struktur
Uninvolved
a. Kehangatan
b. Struktur
31, 35,
39, 43,
47, 51,
55, 59
62, 66, 70,
74, 78, 82,
86, 90
61, 65,
69, 73,
77, 81,
85, 89
92, 96,
100, 104,
108, 112,
116, 120
91, 95, 99,
103, 107,
111, 115,
119
33, 37,
41, 45,
49, 53, 57
64, 68,
72, 76,
80, 84, 88
63, 67,
71, 75,
79, 83, 87
94, 98,
102, 106,
110, 114,
118
93, 97,
101, 105,
109, 113,
117
15
15
15
15
15
25%
25%
Total 120 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Cara pengkategorian pola asuh menggunakan kategori bukan
jenjang (nominal). Tujuan kategori ini adalah menempatkan individu ke
dalam kelompok-kelompok diagnosis yang tidak memiliki makna “lebih”
dan “kurang” atau “tinggi” dan “rendah” (Azwar, 2002). Pengkategorian
pola asuh dilakukan dengan cara skor subjek ayah dan subjek ibu
dijumlahkan kemudian dibagi dua untuk setiap jenis pola asuh. Setelah itu,
skor tersebut diubah ke dalam skor Z sehingga setiap orang tua memiliki 4
skor Z untuk 4 jenis pola asuh yang diungkap. Rumus umum yang
digunakan untuk menghitung skor Z :
Z = (X - M) / SD
Keterangan:
Z = skor Z
X = skor subjek orang tua
M = mean kelompok subjek
SD = standar deviasi kelompok
Tinggi rendahnya masing-masing pola asuh orang tua ditunjukkan
melalui pengolahan skor Z dimana skor tersebut akan langsung
mengkategorikannya ke dalam pola asuh otoriter, otoritatif, permisif, dan
uninvolved. Pola asuh yang memiliki skor Z tertinggi untuk tiap subjek
menunjukkan kecenderungan pola asuh yang digunakan oleh subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2. Skala Regulasi Emosi
a. Untuk orang tua
Skala Regulasi Emosi juga akan diukur dengan menggunakan
metode rating yang dijumlahkan (method of summated ratings), yakni
dengan menggunakan empat alternatif jawaban yaitu Selalu (SL),
Sering (S), Jarang (J), Tidak Pernah (TP). Pemberian skor pada item
favorable pada jawaban Selalu (SL) mendapat skor 4, Sering (S)
mendapat skor 3, Jarang (J) mendapat skor 2, Tidak Pernah (TP)
mendapat skor 1 dan pada item unfavorable untuk jawaban Selalu (SL)
mendapat skor 1, Sering (S) mendapat skor 2, Jarang (J) mendapat
skor 3, Tidak Pernah (TP) mendapat skor 4. Skala ini akan diberikan
dan diisi oleh orang tua atau pengasuh dan guru anak kelas 1 SD
karena anak belum mampu untuk mengevaluasi regulasi emosinya
sendiri. Menurut Wenar & Kerig (2000), skala yang diberikan kepada
orang tua atau pengasuh disebut skala pelaporan orang tua (parent
report scale) dan yang diberikan kepada guru disebut skala pelaporan
guru (teacher report scale). Hal ini dilakukan karena anak belum
cukup mampu mengevaluasi perilaku atau sikapnya sendiri. Susunan
pernyataan dalam Skala Regulasi Emosi dijelaskan pada tabel berikut
ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 5. Skor Jawaban untuk Skala Regulasi Emosi
Jawaban
Pernyataan
Favorable Unfavorable
Selalu (SL)
Sering (S)
Jarang (J)
Tidak Pernah (TP)
4
3
2
1
1
2
3
4
Tabel 6. Blueprint Skala Perkembangan Regulasi Emosi
NO. ASPEK
NO. ITEM
JUMLAH PERSENTASE
FAV. UNFAV.
1.
2.
3.
4.
Emosi
Perhatian
Perilaku
Coping
strategy
1, 7, 8,
14, 23,
38, 43
15, 19,
20, 24,
29, 44, 49
4, 10, 16,
26, 31,
46, 50
6, 11, 22,
27, 32,
37, 47
2, 13, 18,
28, 33,
48
3, 9, 25,
30, 34,
39
21, 35,
36, 40,
41, 45
5, 12, 17,
42, 51,
52
13
13
13
13
25%
25%
25%
25%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Total 52 100%
Penilaian regulasi emosi yang baik pada anak berdasarkan nilai
yang tertinggi. Semakin tinggi skor pada skala Regulasi Emosi, maka
semakin tinggi regulasi emosi yang dimiliki oleh seorang anak,
sedangkan semakin rendah skor maka semakin rendah juga regulasi
emosi yang dimiliki oleh seorang anak.
b. Untuk guru
Pengukuran regulasi emosi anak yang akan direspon oleh guru berupa
skala rating dengan susunan skor rating sebagai berikut:
Tabel 7. Skor untuk Skala Rating Regulasi Emosi
Jawaban
Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Tinggi (ST)
Tinggi (T)
Sedang (S)
Rendah (R)
Sangat Rendah (SR)
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
Skor regulasi emosi diperoleh dari rerata skor regulasi emosi
yang diisi oleh orang tua atau pengasuh yang lebih sering bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
anak dan guru. Masing-masing skor disetarakan terlebih dahulu karena
memiliki skor maksimal yang berbeda. Jumlah skor skala regulasi
emosi yang diisi oleh orang tua atau pengasuh anak diperoleh dengan
rumusan :
Total = (skor : 16) x 10
Jumlah skor rating scale regulasi emosi yang diisi oleh guru
diperoleh dengan rumusan :
Total = skor x 5
Kedua total skor untuk masing-masing anak yang sudah
disetarakan tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi dua. Hasilnya
merupakan skor regulasi emosi anak.
Skala Regulasi Emosi yang direspon oleh orang tua terdiri dari
40 item. Setiap item SL diberi skor 4, skor 3 untuk jawaban S, skor 2
untuk jawaban J, dan skor 1 untuk jawaban TP. Sehingga diperoleh
skor minimum 1x40= 40 dan skor maksimum 4x40= 160. Kemudian
kedua hasil tersebut disetarakan dengan rumus penyetaraan (40 / 16)x
10= 25 dan (160 : 16)x 10= 100.
Skala Rating yang direspon oleh guru terdiri atas 4 aspek.
Setiap aspek ST diberi skor 5, skor 4 untuk T, skor 3 untuk S, skor 2
untuk R, dan skor 1 untuk SR. Sehingga diperoleh skor minimum 1x4=
4 dan skor maksimum 5x4= 20. Kemudian kedua hasil tersebut
disetarakan dengan rumus penyetaraan 4x5= 20 dan 20x5= 100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Kedua hasil yang sudah disetarakan tersebut dijumlah dan
dibagi dua sehingga skor minimum (20+25) / 2= 22,5 dan skor
maksimum (100+100) / 2= 100. Jarak sebaran (range hipotetik) yaitu
100-22,5=77,5. Dengan demikian setiap satuan deviasi standar bernilai
= 77,5 : 6 = 12 (sudah dibulatkan) dan mean teoritis diperoleh =
(22,5+100) : 2= 61,25.
G. HASIL UJI COBA
Uji coba skala regulasi emosi dan skala pola asuh orang tua dilakukan
di SD Kanisius Kotabaru dan SD Kanisius Notoyudan. Penyebaran skala ini
dilakukan pada tanggal 6 September 2011 di SD Kanisius Kotabaru dan pada
tanggal 8 September 2011 di SD Kanisius Notoyudan dengan jumlah skala
yang disebar sebanyak 64 skala untuk tiap skala. Dari 64 skala tersebut, 31
skala dikerjakan oleh orang tua atau pengasuh dari siswa kelas 1 SD Kanisius
Kotabaru, sedangkan 33 skala lainnya dikerjakan oleh orang tua atau pengasuh
dari siswa kelas 1 SD Kanisius Notoyudan. Dari 64 skala yang disebar, skala
yang tidak digugurkan berjumlah 42 skala dengan total 42 subjek. Sebanyak
22 skala terpaksa digugurkan atau tidak digunakan untuk dianalisis karena
terdapat bagian yang tidak diisi oleh subjek.
1. Validitas Isi
Validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
validitas isi, dimana diselidiki melalui rasional terhadap isi tes melalui
professional judgement (dosen pembimbing), yaitu dengan menilai apakah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
item-item yang telah disusun sesuai dengan batasan domain (blueprint)
dan memeriksa apakah item-item tersebut sesuai dengan indikator perilaku
yang mau diungkap.
2. Seleksi Item
Dalam seleksi item skala psikologi, parameter yang paling penting
adalah daya beda atau daya dikriminasi. Daya diskriminasi item adalah
sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok
individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur.
Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi item dalam hal
ini adalah memilih item-item yang fungsi ukurnya kurang selaras atau
sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh peneliti.
Penghitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS
versi 16 for windows.
Kriteria pemilihan item skala regulasi emosi yaitu berdasar korelasi
item-total dengan batasan rix ≥ 0,25. Item yang berada dibawah 0,25 dapat
diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah
sehingga dinyatakan gugur.
Dari hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi item total
berkisar antara 0,256 – 0,666. Hasil pengujian dari 52 item, yang gugur
sebanyak 23 item sehingga tersisa 29 item. Komposisi dari 29 item yang
lolos adalah 6 item aspek emosi, 10 item aspek perhatian, 10 item aspek
perilaku, dan 8 item aspek coping strategy. Beberapa item dengan rix ≤
0,25 tetap dipilih berdasarkan kesesuaian isi dan keseimbangan jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
item tiap aspek. Akhirnya, diperoleh item-item yang cukup memenuhi
kebutuhan pengumpulan data. Berikut adalah komposisi item untuk skala
regulasi emosi:
Tabel 8. Blueprint Regulasi Emosi Setelah Tryout
NO. ASPEK
NO. ITEM
JUMLAH
FAV. UNFAV.
1.
2.
3.
4.
Emosi
Perhatian
Perilaku
Coping strategy
28, 29, 32,
35, 37
3, 30, 33,
39
4, 15, 18,
20, 25, 27,
38
1, 5, 7, 11
12, 16, 22,
31, 34,
9, 19, 21,
24, 26, 36
10, 14, 23
2, 6, 8, 13,
17, 40
10
10
10
10
Total 40
Hasil dari uji coba skala pola asuh menunjukkan bahwa dari 120
item, yang gugur sebanyak 70 item sehingga tersisa 50 item. Pemilihan
item dilakukan dengan menyeleksi seluruh item yang memiliki daya
diskriminasi > 0,25 dan bila kirang dari 0,25 maka item akan dianggap
gugur. Hasil seleksi item skala pola asuh yaitu untuk pola asuh otoritatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
item yang lolos berjumlah 17 butir, untuk pola asuh otoriter item yang
lolos berjumlah 11 butir, untuk pola asuh permisif item yang lolos
berjumlah 7 butir, dan untuk pola asuh uninvolved item yang lolos
berjumlah 15 butir. Beberapa item dengan rix ≤ 0,25 tetap dipilih
berdasarkan kesesuaian isi dan keseimbangan jumlah item tiap aspek.
Akhirnya, diperoleh item-item yang cukup memenuhi kebutuhan
pengumpulan data pola asuh orang tua. Berikut adalah komposisi item
untuk skala pola asuh:
Tabel 9. Blueprint Pola Asuh Setelah Tryout
NO. ASPEK
NO. ITEM
JUMLAH
FAV. UNFAV.
1.
2.
Otoritatif
a. Kehangatan
b. Struktur
Otoriter
a. Kehangatan
b. Struktur
5, 6, 7, 9,
10, 13, 15
3, 4, 14, 16,
17, 18
23, 25, 27,
29, 30, 31,
32
19, 20, 22,
26, 28, 33,
2, 11
1, 8, 12
35
21, 24
9
9
8
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3.
4.
Permisif
a. Kehangatan
b. Struktur
Uninvolved
a. Kehangatan
b. Struktur
34
41, 43, 45,
47, 49
36, 48, 51
61, 64, 66,
68
53, 54, 56,
57, 60
37, 46, 50
38, 39, 40,
42, 44
55, 62, 63,
65, 67, 69
52, 58, 59
8
8
10
8
Total 69
3. Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau
keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan
pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang
tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu
lebih ditentukan oleh faktor error daripada faktor perbedaan yang
sesungguhnya. Reliabilitas diukur dengan koefisien reliabilitas yang
angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi
koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti
semakin rendahnya reliabilitas (Azwar,1999).
Pengujian reliabilitas menggunakan pendekatan koefisien
reliabilitas Alpha Cronbach. Berdasarkan perhitungan dengan
mengguanakan SPSS 16.0 menunjukkan bahwa koefisien Alpha Cronbach
skala regulasi emosi ialah sebesar 0,876 untuk 40 item, dengan rix ≤ 0,25.
Koefisien sebesar 0,876 ini menunjukkan konsistensi yang cukup tinggi
sehingga alat ukur ini dapat dipercaya untuk mengungkap regulasi emosi
anak pada penelitian berikutnya. Data mengenai hasil perhitungan uji
reliabilitas dapat dilihat pada lampiran.
Pengujian reliabilitas untuk skala pola asuh juga menggunakan
pendekatan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Adapun perhitungan
koefisien Alpha Cronbach yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Pola asuh otoritatif : 0,811 untuk 18 item, dengan rix ≤ 0,25
- Pola asuh otoriter : 0,726 untuk 17 item, dengan rix ≤ 0,25
- Pola asuh permisif : 0,634 untuk 16 item, dengan rix ≤ 0,25
- Pola asuh uninvolved : 0,719 untuk 18 item, dengan rix ≤ 0,25
H. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi
Uji asumsi adalah salah satu syarat untuk memperoleh keimpulan
yang benar berdasarkan data yang ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan
adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran
skor mengikuti distribusi normal. Jika p > 0,05 maka sebaran
dinyatakan normal dan jika p < 0,05 maka sebaran skor dinyatakan
tidak normal. Pengujian data ini dibantu dengan SPSS versi 16 for
windows.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan melalui program SPSS versi 16 for
windows. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
varians tersebut sama. Jika p > 0,05 maka varians tersebut homogen
atau sama.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan tingkat
regulasi emosi anak yang akan memasuki usia sekolah antara pola asuh
otoritatif dengan ketiga pola asuh yang lain. Sebelum melakukan uji
hipotesis tersebut, dilakukan uji beda analisis varians (one-way anova)
untuk melihat apakah ada perbedaan tingkat regulasi emosi anak yang
akan memasuki usia sekolah berdasarkan keempat pola asuh. Jika tidak
ada perbedaan yang signifikan dari hasil one-way anova, maka uji
hipotesis yang diajukan tidak dapat dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada dua sekolah yaitu SD Kanisius Condong
Catur dan SD Kanisius Demangan. Kedua sekolah ini berada di dalam
yayasan yang sama. Jumlah siswa per kelasnya sekitar 20-30 siswa dan
sebagian besar siswa berasal dari TK Kanisius.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 - 17 September 2011 dengan
jumlah skala yang disebar sebanyak 77. Dari 77 skala tersebut yang terisi
dengan sempurna dan yang diikutsertakan dalam analisis selanjutnya sebanyak
60. Kuesioner pola asuh orang tua direspon oleh 60 pasang orang tua.
Kuesioner regulasi emosi anak direspon oleh 60 orang tua atau pengasuh yang
lebih sering bersama anak. Di samping itu, terdapat tiga data yang direspon
oleh guru yang mengisi rating scale regulasi emosi.
B. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan penghitungan Z score, maka diperoleh kesimpulan pola
asuh untuk masing-masing subjek. Di bawah ini merupakan tabel deskripsi
jumlah responden masing-masing pola asuh orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 10. Deskripsi Jumlah Responden Penelitian Berdasarkan Pola
Asuh
Pola Asuh Jumlah
Otoritatif 16
Otoriter 18
Permisif 13
Uninvolved 13
Sesuai dengan jenis pola asuh dan rata-rata skor pola asuh maka
dapat disimpulkan tingkat regulasi emosi berdasarkan pola asuh dari yang
tertinggi sampai terendah adalah kelompok pola asuh otoritatif, pola asuh
otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh uninvolved. Di bawah ini
merupakan tabel deskripsi regulasi emosi anak berdasarkan pola asuh.
Tabel 11. Data Regulasi Emosi Anak Berdasarkan Pola Asuh
Otoritatif Otoriter Permisif Uninvolved Total
N 16 18 13 13 60
Mean 7,18 6,89 6,87 6,74 6,93
Std. Deviasi 5,20 5,67 9,45 10,48 7,70
Minimum 59,37 56,25 57,18 49,06 49,06
Maksimum 80,00 84,06 81,56 81,56 84,06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Berdasarkan penghitungan skor regulasi emosi, maka dibuatlah
kategorisasi untuk menentukan tingkat regulasi emosi subjek. Di bawah ini
merupakan tabel norma kategorisasi regulasi emosi:
Tabel 12. Norma Kategori Regulasi Emosi
Norma Rentang Nilai Keterangan
Rendah
Sedang
Tinggi
Berdasarkan kategorisasi di atas, di bawah ini merupakan tabel
kategori regulasi emosi masing-masing pola asuh.
Tabel 13. Kategorisasi Skor Regulasi Emosi Berdasarkan Pola Asuh
Rentang Nilai Kategori
Pola asuh
Total
Otoritatif Otoriter Permisif Uninvolved
Rendah - - - 2 2
Sedang 10 16 9 6 41
Tinggi 6 2 4 5 17
TOTAL 16 18 13 13 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2. Uji Asumsi Penelitian
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran
variabel pada keempat kelompok sampel mengikuti distribusi normal.
Uji normalitas dengan menggunakan one-sample kolmogorov-smirnov
test menunjukkan bahwa distribusi skor untuk variabel regulasi emosi
dinyatakan -. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas pada kasus ini
yaitu 0,722 (p = 0,722) sehingga p > 0,05. Di bawah ini disertakan
tabel ringkasan dari one-sample kolmogorov-smirnov test sebagai tes
normalitas sebaran. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 14. Hasil Penghitungan Uji Normalitas
N Mean Std. Deviasi Sig
60 6,93 7,70 0,722
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan menggunakan Levene’s Test. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui apakah varian dari sampel yang diuji
adalah sama atau homogen (Arikunto, 1989). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai probabilitas keempat kelompok sampel
adalah 0,009 yang berarti kurang dari 0,05 (p < 0,05) sehingga
keempat kelompok sampel dinyatakan memiliki varian yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
sama. Di bawah ini disertakan tabel ringkasan Levene Test. Data
selengkapnya dapat dilihat di lampiran.
Tabel 15. Hasil Penghitungan Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.224 3 56 .009
3. Uji Hipotesis
Hipotesis alternatif (Hi) dalam penelitian ini berbunyi ada
perbedaan regulasi emosi anak yang memasuki usia sekolah berdasarkan
pola asuh. Bila orang tua menerapkan pola asuh otoritatif maka regulasi
emosi anak akan tinggi atau baik sedangkan bila pola asuh yang diterapkan
adalah pola asuh otoriter, permisif, atau uninvolved maka regulasi emosi
anak akan rendah atau buruk. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan analisis one-way anova dengan alat bantu SPSS 16.
Pengujian dilakukan dengan cara melihat signifikansinya. Hipotesis akan
diterima bila taraf signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05) yang berarti ada
perbedaan regulasi emosi anak yang memasuki usia sekolah berdasarkan
pola asuh.
Hasil penghitungan nilai signifikansi dalam penelitian ini adalah
0,469 yang berarti lebih dari 0,05 (p > 0,05). Hal ini berarti Hi ditolak dan
Ho diterima yaitu tidak ada perbedaan regulasi emosi anak yang memasuki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
usia sekolah berdasarkan pola asuh. Di bawah ini disertakan ringkasan
penghitungan one-way anova.
Tabel 16. Hasil Penghitungan One-Way Anova
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups
153.537 3 51.179 .856 .469
Within Groups 3347.301 56 59.773
Total 3500.838 59
C. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan regulasi
emosi anak yang memasuki usia sekolah berdasarkan pola asuh. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai signifikansi 0,469 (p > 0,05) dengan nilai koefisien F
sebesar 0.856. Perbedaan pola asuh tidak mempengaruhi regulasi emosi yang
dimiliki oleh anak.
Data deskriptif menjelaskan bahwa sebagian besar subjek memiliki
regulasi emosi yang tinggi. Subjek dengan pola asuh yang diduga tidak
mendukung regulasi emosi yang tinggi, yaitu seperti pola asuh otoriter,
permisif, dan uninvolved, ternyata memiliki rerata regulasi emosi yang tinggi
pula. Regulasi emosi yang tinggi ini diduga merupakan hasil dari pengaruh
faktor lain selain pola asuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Regulasi emosi seorang anak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Selain lingkungan keluarga, pengaruh lingkungan sekolah serta interaksi
dengan guru dan teman sebaya memainkan peranan penting dalam proses
pembentukan regulasi emosi anak. Sikap guru terhadap anak dapat
mempengaruhi anak untuk menyesuaikan diri dengan pandangan guru agar
anak mampu mencapai tujuan, dalam hal ini adalah bidang akademik.
Perhatian khusus yang diberikan guru kepada siswa dapat disebut pendidikan
self-fulfilling prophecies dimana anak-anak dapat mengadopsi pandangan guru
yang positif atau negatif sebagai pandangan mereka sendiri. Kebanyakan
penelitian tentang self-fulfilling prophecies berfokus pada hubungan guru-
murid, tetapi efeknya dapat terjadi dalam konteks sosial lain, seperti hubungan
orangtua-anak dan dengan teman sebaya. Seperti di awal kelas satu, keyakinan
guru pada kemampuan belajar anak memprediksi kemajuan prestasi siswa
pada akhir tahun dimana guru telah mengendalikan kinerja belajar siswa sejak
awal tahun. Efek ini sangat kuat ketika guru menekankan kompetisi dan secara
umum membandingkan anak-anak, serta secara teratur mendukung siswa
terbaik (Kuklinski & Weinstein, 2001; Weinstein, 2002).
Di sekolah, anak akan menghadapi lebih banyak peraturan daripada di
rumah. Peraturan menyebutkan tindakan yang diharapkan dan dilarang di
kelas. Peraturan adalah dos dan don’ts untuk kehidupan kelas (Woofolk,
2008). Oleh karena itu, peraturan berfungsi untuk mengatur anak agar dapat
menyesuaikan diri saat berada di kelas. Berdasarkan pengamatan saat di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sekolah, anak mengikuti peraturan yang berlaku seperti duduk diam sambil
mendengarkan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas.
Teman sebaya dapat mempengaruhi regulasi emosi anak karena anak
dapat mengungkapkan emosinya dengan teman ketika mereka tidak dapat
mengungkapkannya di hadapan orang tua. Selain itu, teman sebaya juga dapat
menjadi sumber pemecahan masalah ketika anak sedang mengalami kesulitan.
Hubungan berkelompok di antara anak-anak ditandai dengan berbagi pikiran
dan pengalaman, kepercayaan, kedekatan, dan kebahagiaan karena ditemani
oleh anak lain. Mereka dapat mengekspresikan emosi dan kesetiaan terhadap
yang lain, sering bertemu satu sama lain, dan dapat bekerja sama karena
mereka lebih dari sekedar teman biasa (Bigelow, Tesson, & Lewko, 1992;
Hartup & Sancilio, 1986; Newcomb & Bagwell, 1995). Walaupun
persahabatan pada masa anak-anak kurang dapat bertahan, namun pengaruh
yang diberikan pada perkembangan sosial dapat menyaingi pengaruh yang
berasal dari keluarga dan menyediakan pertolongan yang dibutuhkan ketika
mereka mengalami tekanan psikologis. Persahabatan juga merupakan sumber
penting dalam mendukung perkembangan kognitif dan sosial (Hartup, 1996).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, lingkungan
interaksi anak yang memasuki usia sekolah tidak hanya di rumah bersama
orang tua atau pengasuh dan anggota keluarga lainnya tetapi juga di sekolah
bersama guru dan teman-temannya. Jumlah siswa di sekolah tempat
dilakukannya penelitian terdapat sekitar 20-30 orang per kelas. Hal ini
mendukung relasi yang lebih intens antara guru dengan siswa. Selain itu, pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
saat bermain dengan teman-temannya, anak juga membuat peraturan-
peraturan bersama untuk menjaga kelancaran dalam bermain. Ketika peraturan
dilanggar, mereka akan saling mengingatkan sehingga pelanggaran tidak
diulangi lagi. Hal-hal tersebut mendukung terbentuknya regulasi emosi yang
lebih tinggi.
Berdasarkan teori yang dikembangkan Kohlberg (Santrock, 2002),
anak yang memasuki usia sekolah berumur 6 tahun dapat menyesuaikan diri
dengan aturan dan patokan lingkungan berada pada tingkat dua penalaran
konvensional tahap ketiga yang disebut norma-norma interpersonal. Pada
tahap ini anak menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang
lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak-anak sering
mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil
mengharapkan dihargai oleh orangtuanya sebagai anak perempuan atau anak
laki-laki yang baik. Semua perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan
tujuannya, sehingga ada perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan.
Dalam hal ini terdapat pada pendidikan yang didapatkan anak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa selain faktor pola
asuh orang tua terdapat faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi
perkembangan regulasi emosi anak. Faktor-faktor tersebut ialah antar lain
pendidikan di sekolah dan hubungan dengan teman sebaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, tidak ada perbedaan
regulasi emosi anak yang memasuki usia sekolah berdasarkan pola asuh
(F=0,856 dengan p=0,469). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan tingkat regulasi emosi antara anak yang diasuh dengan pola
asuh otoritatif dengan anak yang diasuh dengan pola asuh lain selain otoritatif.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di
atas, saran-saran yang dapat diajukan sebagai berikut :
1. Subjek penelitian ini berasal dari dua sekolah yang berada dalam satu
yayasan. Jumlah siswa per kelas sekitar 20-30 siswa. Hal ini
memungkinkan relasi guru dengan setiap murid lebih intens. Selain itu,
sebagian besar siswa berasal dari TK Kanisius. Oleh karena itu, hal-hal
tersebut mungkin menjadi penyebab tingginya regulasi emosi siswa.
Penelitian selanjutnya diharapkan pemilihan subjek berasal dari sekolah
dan yayasan yang berbeda sehingga tingkat regulasi emosi dapat
bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
2. Selain itu, metode yang digunakan sebaiknya tidak hanya menggunakan
metode skala tetapi dapat ditambah dengan metode wawancara dan
observasi untuk dapat memperdalam dan memperjelas hasil dari
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
DAFTAR PUSTAKA
Archambault, S. (2000). Descriptive Statistics and Z-Scores. diakses pada 7
September 2011 dari
http://www.wellesley.edu/Psychology/Psych205/descriptives.html
Azwar, S. (2009). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Berk, L.E. (2006). Child development seventh edition. USA: Pearson
Block, J.H. (1965). The Child-rearing Practices Report (CRPR): A Set of Q
items for the Description of Parental Socialization Attitudes and
Values. diakses pada 23 Juni 2011 dari
www.tru.ca/faculty/wlroberts/block,1965.pdf
Bond, A. (2010). The Parenting Style Questionnaire. diakses pada 30 Mei 2011
dari http://www.nolaparent.com/the-parenting-style-
questionnaire.html
Bukatko, D. (2008). Child and adolescent development a chronological
approach. Boston: Houghton Mifflin Company
McDevitt, T., & Ormrod. (2004). Child development educating and working
mith children and adolescent second edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Ribeiro, L.L. (2009). Construstion And Validation Of a Four Parenting Styles
Scale. diakses pada 23 Juni 2011 dari http://humboldt-
dspace.calstate.edu/xmlui/handle/2148/522
Robinson, C., Mandleco, B., Olsen, S. F., & Hart, C. H. (1995). Authoritative,
authoritarian, and permissive parenting practices: Development of a
new measure. diakses pada 30 Mei 2011 dari
www.comprehensivepsychology.com.au/parenting_style_questionnair
e.pdf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Santoso, A. (2007). T-test : the beginning. diakses pada 7 September 2011 dari
http://agungsan.multiply.com/journal/item/19/t-test_The_Beginning
Santrock, J.W. (2002). Perkembangan masa hidup (life span development).
Edisi 5 jilid 1. Jakarta: Erlangga
Schunk, D.H, Pintrich, P.R, & Meece, J.L. (2008). Motivational in education
theory, research, and applications third edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Wenar, C. & Kerig, P. (1999). Developmental psychopathology from infancy
through adolescence fourth edition. New York: McGraw-Hill
Episentrum. (2010). Masuk SD usia dini. diakses pada 6 Juni 2011 dari
http://episentrum.com/artikel-psikologi/masuk-sd-usia-dini/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sekolah dasar.
diakses pada 18 Januari 2012 dari
http://www.kemdiknas.go.id/laman/Sekolah_Dasar
Peraturan Akademik USD. (2002). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
SPSS 17 untuk pengolahan data statistik. (2009). Yogyakarta: Penerbit Andi;
Semarang: Wahana Komputer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
LAMPIRAN A
(TRYOUT)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
FORMAT SKALA POLA ASUH
(TRYOUT)
Dengan hormat
Dengan ini saya,
Nama : Katarina Yulisa Asa’Novera Sari
NIM : 079114066
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, maka saya bermaksud
untuk mengadakan penelitian mengenai regulasi emosi anak yang memasuki usia
sekolah berdasarkan pola asuh. Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang
hanya dapat saya peroleh melalui kesediaan Anda untuk berpartisipasi mengisi
kuesioner ini.
Setiap kuesioner terdiri dari beberapa pernyataan. Saya mengharapkan
kesediaan Anda untuk dapat mengisinya sesuai dengan diri Anda dan anak Anda,
sebab dalam kuesioner ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Saya
membutuhkan jawaban yang sejujur-jujurnya tanpa dipengaruhi dan
mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban Anda akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini
saja.
Bantuan Anda dalam menjawab pernyataan-pernyataan pada kuesioner ini
merupakan bantuan yang amat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini.
Untuk itu saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Peneliti
(Katarina Yulisa Asa’ Novera Sari)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
IDENTITAS DIRI
Nama / Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin : L / P
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang tiap pernyataan diikuti oleh 4
(empat) alternative jawaban, yaitu:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
Mohon Anda memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda.
Contoh Pernyataan SS S TS STS
Saya adalah orang tua dari anak-
anak saya.
x
Bila pernyataan tersebut sangat sesuai, maka silanglah (X) kotak SS pada
alternatif jawaban yang ada. Jika terjadi kesalahan maka tandai jawaban yang
sudah dipilih dengan tanda sama dengan (=), lalu silanglah jawaban baru yang
Anda pilih.
Mohon agar setiap pernyataan dibaca dengan hati-hati sampai Anda benar-benar
memahaminya dan pastikan seluruh pernyataan tidak ada yang terlewatkan.
SELAMAT MENGERJAKAN !
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
PERNYATAAN STS TS S SS
Menurut saya, anak yang baik adalah anak yang
menaati peraturan yang ada di rumah.
Saya adalah orang tua yang kuat, tegas, dan
percaya diri.
Peraturan di rumah di rumah dibuat tanpa
bertujuan apa-apa bagi anak-anak.
Saya tidak menghukum anak-anak ketika mereka
melanggar peraturan yang ada di rumah.
Saya berharap anak-anak mematuhi peraturan
yang telah saya buat demi kebaikan mereka.
Konsekuensi fisik (seperti mencubit, dsb) kadang
diperlukan agar anak-anak sadar akan
kekeliruannya.
Saya merasa anak-anak mengerti mengapa ada
peraturan di rumah karena saya jelaskan
alasannya.
Ada baiknya orang tua mengekspresikan
kesabaran di depan anak-anak saat mereka
mengulangi kesalahannya.
Menurut saya, anak-anak yang baik adalah anak-
anak yang langsung melakukan hal yang saya
katakan.
Hukuman yang saya berikan akan membuat anak-
anak berubah menjadi lebih baik.
Anak-anak dapat mengontrol perilaku mereka
sendiri.
Saya sering memberikan hadiah (kata-kata pujian,
kado, dsb) untuk anak-anak saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tugas orang tua adalah mengajarkan anak-anak
kedisiplinan dengan cara mematuhi peraturan
yang telah dibuat di rumah.
Ketika anak-anak melakukan kesalahan, mereka
biasanya tahu bahwa akan ada konsekuensi atas
kesalahan mereka.
Saya mengijinkan anak-anak membuat keputusan
sendiri.
Saya bertanya dengan penuh kesabaran pada
anak-anak ketika mereka berkelahi dengan
saudaranya/ anak lain.
Saya yakin salah satu peraturan yang ada di
rumah menentukan pandangan orang-orang
terhadap saya dan anak-anak.
Mengambil keputusan untuk anak adalah salah
satu cara saya menolong mereka.
Saya membiarkan anak-anak mengerjakan sesuatu
yang saya minta dan saya tahu bahwa mereka
melakukannya dengan benar.
Saya merasa anak-anak sudah tahu apa kebutuhan
utama mereka.
Orang tua adalah penentu kebijakan tertinggi di
dalam keluarga.
Menurut saya, anak yang menghormati orang
tuanya adalah yang mematuhi perkataan orang
tua.
Saya tidak terlalu peduli jika anak-anak tidak
menaati peraturan yang ada di rumah.
Saya bangga atas prestasi anak-anak saya.
Anak harus menganggap orang tua mereka
sebagai tokoh utama dalam hidup mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Terkadang anak-anak masih bertanya mengapa di
rumah harus ada peraturan.
Peraturan yang saya buat di rumah dibuat tanpa
harus selalu ditaati.
Saya memberikan kebebasan bagi anak saya
untuk melakukan apa saja karena mereka tahu apa
yang terbaik.
Saya mengajarkan anak saya untuk tidak
membantah perkataan orang tua.
Saya berusaha mendaftarkan anak-anak kursus
bahasa asing, kursus mata pelajaran, kursus
musik, kursus renang, dan les-les tambahan
lainnya.
Saya mempertimbangkan keinginan anak saya
sebelum saya meminta mereka melakukan
sesuatu.
Saya memiliki waktu yang hangat dan akrab
bersama anak-anak saya.
Saya kecewa jika anak saya tidak setuju dengan
saya.
Saya memendam perasaan saya pada anak saya
mengenai perilakunya yang baik dan yang buruk.
Saya menghormati pendapat anak saya dan
mendorongnya untuk mengungkapkannya.
Saya mengungkapkan kasih sayang kepada anak
saya dengan memeluk dan mencium anak saya.
Saya meminta anak saya melakukan sesuatu tanpa
perlu saya jelaskan alasannya.
Saya membiarkan anak saya menghadapi
perasaan atau masalahnya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Saya menjelaskan kepada anak saya konsekuensi
yang akan diterimanya jika dia berbuat salah.
Saya mengetahui kesulitan yang dirasakan anak
saya saat ini.
Rencana keluarga berjalan sempurna seperti yang
saya inginkan.
Saya merasa kesal ketika anak saya marah.
Saya mendorong anak saya untuk berbicara
tentang dampak dari perilakunya yang buruk.
Saya menunjukkan empati ketika anak saya
merasa sedih.
Anak saya memahami mengapa aturan harus
dipatuhi tanpa perlu saja jelaskan.
Saya bersikap biasa saja ketika anak saya
melakukan suatu hal yang baik.
Saya dan anak saya membicarakan kenakalan
yang telah dilakukannya dan mencari
penyelesaiannya.
Saya minta maaf pada anak saya jika saya
bersalah.
Saya mempunyai cara mendisiplinkan anak
dengan menyertakan hukuman jika mereka tidak
taat.
Saya memperlakukan anak saya berbeda dengan
anggota keluarga yang lain.
Saya memberi contoh perilaku yang saya
inginkan kepada anak-anak.
Saya memberitahu anak saya bahwa saya
menghargai segala usahanya.
Saya sendiri yang membuat peraturan di rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Saya merasa anak saya tidak memiliki masalah
atau kekhawatiran di sekolah.
Saya mengatakan harapan saya sebelum anak
saya melakukan sesuatu.
Saya mengekspresikan kesabaran di hadapan anak
saya.
Peraturan di rumah hanya untuk ditaati oleh anak-
anak saja.
Anak saya bermain sendiri sementara saya sibuk
dengan pekerjaan saya.
Saya mengajarkan anak saya untuk mengakui dan
meminta maaf atas kesalahan yang telah
dilakukannya.
Saya merasa santai dan mudah bergaul dengan
anak saya.
Saya takut peraturan atau tuntutan yang saya buat
akan membuat anak saya membenci saya.
Saya tidak ingin anak saya menangis sehingga
saya selalu memenuhi kemauannya.
Saya mengendalikan anak saya dengan
mengatakan akan menghukumnya.
Saya menyayangi anak saya namun saya tidak
selalu menuruti apapun yg diinginkannya.
Saya menawarkan hadiah agar anak mengikuti
aturan saya.
Saya tidak mempunyai banyak waktu untuk anak
saya sehingga saya selalu berusaha membelikan
apapun yang ia inginkan.
Saya menegur anak saya ketika ia tidak mau
masuk sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Saya tidak gampang menyerah bila berdebat
dengan anak saya.
Saya selalu menyetujui pendapat dan keinginan
anak saya sebagai wujud bahwa saya menghargai
pendapatnya.
Saya menawarkan hadiah agar anak menuruti
aturan saya.
Saya melarang anak saya melakukan apa yang
diinginkannya.
Saya jarang membelikan mainan yang anak saya
inginkan.
Saya segera menyetujui pendapat atau
mengabulkan keinginan anak saya tanpa perlu
saya pertimbangkan lagi.
Saya percaya pada kemampuan saya dalam
mengasuh anak.
Saya menuntut anak untuk mematuhi saya.
Lebih baik anak saya menangis daripada saya
harus mengikuti kemauannya.
Saya selalu mengijinkan anak saya pergi
kemanapun yang diinginkannya.
Saya senang memanjakan anak saya dengan
memenuhi apa yang diinginkannya.
Saya memilihkan acara televisi yang akan
ditonton anak saya.
Saya memarahi anak saya ketika ia rewel di
tempat umum.
Saya tidak begitu mempermasalahkan jika anak
saya mendapat prestasi yang buruk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Saya selalu membantu anak saya dalam
menyelesaikan tugas karena saya tidak mau dia
menghadapi kesulitan sendiri.
Saya mengkritik anak saya ketika tindakannya
bertentangan dengan harapan saya.
Saya membiarkan anak saya melakukan segala
sesuatunya sendiri.
Saya tidak banyak membuat peraturan untuk anak
saya.
Saya segera menolong anak saya sampai selesai
ketika anak saya kesulitan melakukan sesuatu.
Saya mengatur dan memonitor aktivitas yang
dilakukan anak saya.
Anak saya mengurus sendiri semua kebutuhannya
sehari-hari.
Saya tidak mengharuskan anak saya untuk
mematuhi peraturan di rumah.
Saya tidak memarahi anak saya jika perintah saya
tidak dituruti.
Saya memberikan kebebasan kepada anak saya
untuk membuat keputusan sendiri mengenai apa
yang ingin dilakukannya.
Saya tidak tahu harus minta tolong pada siapa saat
menghadapi masalah.
Saya merasa berhak untuk membatasi perilaku
anak saya.
Saya memperhatikan masalah yang sedang
dihadapi anak saya walaupun saya sendiri
memiliki banyak masalah yang harus
diselesaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Saya merasa anak saya mampu membuat
keputusan sendiri tanpa perlu saya arahkan.
Saya merasa cukup berada di samping anak saya
ketika anak saya sedang menghadapi rasa marah,
ketakutan, merasa bersalah, atau perasaan emosi
lainnya.
Saya menuntut anak saya untuk melakukan
sesuatu bagi saya.
Saya tahu apa yang paling dibutuhkan anak saya
saat ini.
Menurut saya, perilaku anak saya adalah
tanggung jawab anak saya sendiri sehingga saya
tidak perlu mengarahkannya.
Saya tidak mempercayakan anak saya pada orang
lain ketika saya tidak ada di rumah.
Anak saya belajar menulis, membaca, atau
berhitung sebelum masuk sekolah.
Saya melakukan segala cara agar anak saya tidak
merengek.
Saya tidak pernah menentukan apa yang harus
dilakukan oleh anak saya.
Anak saya harus menyelesaikan segala
sesuatunya sendiri sesulit apapun tanpa perlu saya
bantu.
Saya membantu anak saya mengerjakan PR-nya.
Saya merasa perlu memberitahu anak saya jika
saya akan pergi.
Apapun pendapat atau keinginan anak saya, saya
setuju saja.
Saya tidak tahu siapa saja teman anak saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Saya menghukum anak saya ketika mereka
bersalah.
Saya bertanya tentang kegiatan anak saya sehari-
hari.
Saya tidak mempermasalahkan tujuan kepergian
anak saya karena itu adalah urusan anak saya.
Saya tidak mengurus kebutuhan sehari-hari anak
saya.
Saya perlu mengawasi dan memonitor kegiatan
anak saat di sekolah meskipun tanggung jawab
anak ada pada guru.
Menurut saya, prestasi yang diraih oleh anak saya
adalah hal yang luar biasa.
Saya tidak mengurusi prestasi anak saya yang
buruk karena itu adalah tanggung jawab anak
saya.
Saya terlalu sibuk dengan pekerjaan saya
sehingga tidak memiliki waktu untuk berkumpul
bersama di rumah.
Saya peduli dengan perilaku buruk anak saya.
Saya khawatir jika anak saya pergi keluar rumah
karena anak saya belum bisa menjaga dirinya
sendiri.
Saya tidak membuat peraturan yang harus
dipatuhi anak saya.
Saya tidak perlu menasehati anak saya karena
anak saya bisa melakukan segala sesuatunya
tanpa perlu saya atur.
Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
FORMAT SKALA REGULASI EMOSI
(TRYOUT)
Dengan hormat
Dengan ini saya,
Nama : Katarina Yulisa Asa’Novera Sari
NIM : 079114066
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, maka saya bermaksud
untuk mengadakan penelitian mengenai regulasi emosi anak yang memasuki usia
sekolah berdasarkan pola asuh. Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang
hanya dapat saya peroleh melalui kesediaan Anda untuk berpartisipasi mengisi
kuesioner ini.
Setiap kuesioner terdiri dari beberapa pernyataan. Saya mengharapkan
kesediaan Anda untuk dapat mengisinya sesuai dengan diri Anda dan anak Anda,
sebab dalam kuesioner ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Saya
membutuhkan jawaban yang sejujur-jujurnya tanpa dipengaruhi dan
mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban Anda akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini
saja.
Bantuan Anda dalam menjawab pernyataan-pernyataan pada kuesioner ini
merupakan bantuan yang amat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini.
Untuk itu saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Peneliti
(Katarina Yulisa Asa’ Novera Sari)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
IDENTITAS DIRI
Nama / Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin : L / P
Ayah / Ibu / Pengasuh (* coret yang tidak perlu)
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang tiap pernyataan diikuti oleh 4
(empat) alternative jawaban, yaitu:
SL : Selalu
S : Sering
J : Jarang
TP : Tidak Pernah
Mohon Anda memilih jawaban yang paling sesuai dengan anak Anda.
Contoh Pernyataan SL S J TP
Anak saya bermain bersama
temannya. x
Bila anak Anda selalu bermain bersama temannya, maka silanglah (X) kotak SL
pada alternatif jawaban yang ada. Jika terjadi kesalahan maka tandai jawaban
yang sudah dipilih dengan tanda sama dengan (=), lalu silanglah jawaban baru
yang Anda pilih.
Mohon agar setiap pernyataan dibaca dengan hati-hati sampai Anda benar-benar
memahaminya dan pastikan seluruh pernyataan tidak ada yang terlewatkan.
SELAMAT MENGERJAKAN !
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PERNYATAAN SL S J TP
Anak saya menunjukkan kegembiraannya ketika ia
dapat menyelesaikan sesuatu yang saya minta.
Anak saya bingung perasaan apa yang sedang
dialaminya.
Anak saya butuh bantuan agar cepat selesai
mengerjakan sesuatu.
Anak saya mematuhi apa yang saya katakan.
Anak saya bingung mengatasi masalahnya sendiri.
Anak saya menceritakan mengenai permasalahan yang
dihadapinya.
Anak saya menunjukkan ekspresi tertentu ketika tidak
bisa melakukan sesuatu yang saya minta.
Anak saya memahami perasaan yang dirasakan oleh
orang lain.
Anak saya kurang konsentrasi saat sedang cemas.
Anak saya tetap menyelesaikan tugasnya sampai selesai.
Anak saya memiliki cara tersendiri untuk mengurangi
kemarahannya.
Anak saya bermain sebelum selesai mengerjakan tugas
sekolahnya.
Anak saya marah dengan sebab yang tidak jelas.
Anak saya berbicara mengenai emosi yang dirasakan
oleh orang lain.
Anak saya tetap dapat mengerjakan tugas sekolah atau
belajar meskipun dalam keadaan apapun (cemas, gusar,
marah, dll).
Anak saya meninggalkan kegiatan bermainnya untuk
melakukan apa yang saya minta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Anak saya bingung bagaimana cara menghibur diri
sendiri agar tidak sedih terlalu lama.
Anak saya enggan berbicara kepada saya mengenai
perasaannya (senang, sedih, marah, dll).
Anak saya tidak mau diusik ketika sedang asyik
melakukan sesuatu.
Anak saya memperhatikan apa yang saya katakan.
Anak saya masih menangis di depan orang banyak.
Anak saya menyendiri terlebih dahulu ketika sesuatu
terjadi di luar keinginannya.
Anak saya menunjukkan penyesalan setelah
mengekspresikan kemarahannya yang berlebihan.
Anak saya meminta saran saya ketika menemui
kesulitan dalam mengerjakan sesuatu.
Anak saya melihat ke arah lain ketika kami sedang
bercakap-cakap.
Anak saya menaati peraturan yang ada di rumah.
Anak saya menutup matanya ketika ia tidak ingin
melihat sesuatu.
Anak saya sangat murung/ menangis sesenggukan ketika
bersedih.
Anak saya mengajukan pertanyaan kepada saya ketika
menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugasnya.
Anak saya terbata-bata saat saya memintanya
mengulang apa yang baru saja saya katakan dengan
kata-katanya sendiri.
Anak saya melakukan sesuatu seperti yang saya ajarkan.
Anak saya menutup telinganya ketika ia tidak ingin
mendengar sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Anak saya enggan meminta maaf ketika ia merasa
bersalah.
Anak saya lupa dengan apa yang saya suruh.
Anak saya mengulang kesalahan yang sama meskipun
dia sudah tahu konsekuensi yang akan dia terima.
Anak saya bermain di waktu mengerjakan tugas
sekolahnya.
Anak saya berbicara pada dirinya sendiri untuk
menenangkan diri.
Anak saya melakukan suatu kegiatan sampai tuntas.
Anak saya menunjukkan ekspresi tertentu ketika ia
merasa malu/ takut.
Anak saya belajar sambil menonton televisi atau
bermain.
Anak saya menjadi panik ketika sedang cemas.
Anak saya melakukan apa yang dia inginkan tanpa seijin
saja.
Anak saya bingung bagaimana cara meredakan rasa
marahnya.
Anak saya tidak jadi mengungkapkan emosinya ketika
melihat ekspresi wajah saya.
Anak saya membuat rencana mengenai apa yang akan
dilakukannya.
Anak saya terus membujuk saya agar segera
mengabulkan permintaannya.
Anak saya melakukan suatu kegiatan sampai tuntas.
Anak saya berusaha memperbaiki kesalahannya dengan
tidak mengulangi perilaku yang membuatnya dihukum
atau merasa bersalah.
Anak saya mengekspresikan segala perasaannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
cara yang sama.
Anak saya bisa belajar bersama teman-temannya.
Anak saya mengendalikan kemarahannya pada orang
lain.
Anak saya bingung mengerjakan tugas sekolahnya
sendiri.
Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
UJI RELIABILITAS DAN SELEKSI ITEM
(TRYOUT)
Pola Asuh Otoriter
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.644 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 80.10 33.942 .312 .625
item2 80.29 32.355 .593 .602
item3 80.02 37.926 -.171 .669
item4 80.40 35.613 .113 .643
item5 79.71 33.770 .574 .615
item6 80.67 35.252 .098 .647
item7 81.83 36.874 -.030 .651
item8 81.71 36.551 -.026 .659
item9 80.64 34.918 .216 .635
item10 80.36 32.772 .391 .615
item11 80.98 35.097 .160 .639
item12 81.55 37.327 -.102 .661
item13 79.79 34.416 .410 .623
item14 80.43 36.105 .091 .644
item15 81.12 34.156 .235 .632
item16 81.79 36.026 .086 .645
item17 80.33 34.862 .246 .632
item18 80.26 36.783 -.032 .655
item19 81.38 34.778 .182 .638
item20 81.07 35.141 .146 .641
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
item21 80.17 32.386 .426 .611
item22 80.33 32.472 .526 .606
item23 79.86 34.711 .338 .628
item24 82.07 38.361 -.257 .668
item25 80.38 32.534 .407 .613
item26 80.33 33.740 .413 .619
item27 80.38 34.583 .205 .635
item28 81.21 36.075 .025 .654
item29 80.36 33.406 .259 .629
item30 80.60 35.222 .154 .640
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Pola Asuh Otoritatif
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.751 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item31 89.57 39.958 .559 .729
item32 89.24 41.015 .433 .736
item33 90.48 42.499 .117 .754
item34 89.98 40.365 .325 .740
item35 89.40 40.832 .490 .734
item36 89.38 40.681 .464 .734
item37 89.69 42.121 .326 .742
item38 89.48 41.621 .333 .741
item39 89.38 40.485 .545 .732
item40 89.57 41.812 .367 .740
item41 90.88 47.815 -.355 .790
item42 90.40 41.515 .246 .745
item43 89.79 43.490 .025 .759
item44 89.55 41.425 .267 .744
item45 90.10 41.308 .247 .745
item46 90.05 42.290 .164 .750
item47 89.48 41.426 .404 .738
item48 89.33 39.496 .644 .725
item49 90.74 43.515 .030 .758
item50 89.98 42.414 .109 .756
item51 89.71 42.453 .159 .750
item52 89.45 39.961 .638 .727
item53 90.38 42.339 .112 .756
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
item54 90.21 41.880 .214 .747
item55 89.95 43.022 .126 .751
item56 89.71 40.794 .462 .735
item57 89.38 40.485 .493 .733
item58 89.69 42.365 .165 .750
item59 89.19 41.134 .483 .735
item60 89.40 40.735 .417 .736
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Pola Asuh Permisif
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.437 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item61 67.05 21.120 .163 .418
item62 67.33 19.740 .397 .374
item63 66.14 21.394 .136 .423
item64 67.17 22.533 -.072 .469
item65 66.86 20.808 .251 .404
item66 67.60 21.418 .220 .414
item67 67.55 22.693 -.051 .449
item68 66.64 21.016 .155 .419
item69 66.60 22.198 .001 .448
item70 66.95 20.242 .334 .388
item71 65.88 21.376 .229 .413
item72 66.36 19.455 .471 .362
item73 67.48 22.499 -.009 .444
item74 66.02 23.975 -.283 .484
item75 66.71 21.868 .036 .442
item76 66.50 21.768 .048 .440
item77 67.21 21.929 .124 .427
item78 67.43 21.422 .157 .420
item79 67.02 23.048 -.124 .469
item80 66.45 19.766 .326 .382
item81 67.19 21.426 .076 .436
item82 66.26 21.076 .122 .426
item83 67.00 21.951 .084 .432
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
item84 66.24 23.210 -.151 .466
item85 66.33 22.520 -.014 .444
item86 66.12 24.254 -.290 .499
item87 66.93 20.556 .295 .396
item88 66.14 21.735 .126 .426
item89 67.07 20.946 .239 .407
item90 66.83 20.825 .328 .398
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Pola Asuh Uninvolved
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.700 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item91 56.93 34.702 -.010 .713
item92 57.76 33.015 .292 .689
item93 57.48 33.134 .230 .693
item94 58.02 32.560 .421 .682
item95 57.62 32.925 .298 .688
item96 56.88 32.937 .204 .695
item97 56.52 37.182 -.370 .726
item98 57.71 32.111 .433 .679
item99 58.07 31.580 .533 .673
item100 57.12 34.937 -.051 .721
item101 57.74 33.564 .140 .700
item102 57.19 35.719 -.126 .719
item103 57.12 35.034 -.037 .712
item104 57.86 31.589 .513 .674
item105 57.64 34.186 .127 .699
item106 58.17 32.923 .342 .686
item107 57.60 35.076 -.045 .713
item108 57.67 33.106 .269 .690
item109 57.17 37.215 -.306 .732
item110 57.95 32.193 .518 .677
item111 58.19 31.768 .553 .674
item112 58.14 31.833 .380 .681
item113 57.74 32.735 .213 .695
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
item114 57.83 32.191 .388 .682
item115 58.12 31.473 .605 .670
item116 58.07 31.678 .517 .674
item117 57.83 33.411 .119 .704
item118 57.74 31.905 .356 .683
item119 57.69 32.170 .493 .678
item120 58.07 31.044 .626 .667
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Regulasi Emosi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.795 52
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 147.57 142.202 .206 .793
item2 148.38 140.095 .256 .792
item3 148.88 139.571 .256 .792
item4 147.90 140.674 .269 .792
item5 148.43 139.909 .332 .790
item6 147.88 135.522 .474 .785
item7 148.14 148.028 -.171 .806
item8 148.29 133.916 .555 .782
item9 149.05 137.168 .340 .789
item10 147.64 139.016 .359 .789
item11 148.60 137.174 .375 .788
item12 148.33 136.959 .394 .787
item13 147.95 137.461 .444 .787
item14 148.69 142.707 .082 .797
item15 148.19 139.670 .245 .792
item16 148.31 137.438 .359 .788
item17 148.26 136.686 .380 .788
item18 147.95 138.388 .345 .789
item19 148.60 153.905 -.397 .815
item20 147.74 138.783 .430 .788
item21 148.29 134.209 .466 .784
item22 149.05 148.827 -.219 .806
item23 148.10 138.918 .352 .789
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
item24 147.55 140.400 .297 .791
item25 148.10 138.625 .302 .790
item26 147.86 134.077 .666 .781
item27 148.48 145.182 -.040 .802
item28 148.55 144.205 .010 .799
item29 147.50 143.378 .087 .796
item30 148.26 136.881 .402 .787
item31 147.76 139.015 .415 .788
item32 148.83 147.654 -.148 .806
item33 147.98 137.048 .360 .788
item34 148.14 138.077 .534 .786
item35 148.29 138.648 .392 .788
item36 147.98 140.804 .256 .792
item37 149.50 150.939 -.334 .809
item38 148.24 146.039 -.082 .801
item39 148.00 135.610 .474 .785
item40 148.52 139.329 .226 .793
item41 148.17 135.167 .474 .785
item42 148.29 139.672 .217 .793
item43 148.95 148.388 -.221 .804
item44 148.45 133.571 .547 .782
item45 149.17 142.776 .077 .797
item46 147.95 134.046 .598 .782
item47 147.86 138.906 .356 .789
item48 148.57 147.958 -.163 .806
item49 148.12 137.278 .380 .788
item50 148.69 139.731 .263 .791
item51 148.38 138.973 .340 .790
item52 148.38 138.973 .340 .790
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
LAMPIRAN B
(PENELITIAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
FORMAT SKALA POLA ASUH
(PENELITIAN)
Dengan hormat
Dengan ini saya,
Nama : Katarina Yulisa Asa’ Novera Sari
NIM : 079114066
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, maka saya bermaksud
untuk mengadakan penelitian mengenai regulasi emosi anak yang memasuki usia
sekolah berdasarkan pola asuh. Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang
hanya dapat saya peroleh melalui kesediaan Anda untuk berpartisipasi mengisi
kuesioner ini.
Setiap kuesioner terdiri dari beberapa pernyataan. Saya mengharapkan
kesediaan Anda untuk dapat mengisinya sesuai dengan diri Anda dan anak Anda,
sebab dalam kuesioner ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Saya
membutuhkan jawaban yang sejujur-jujurnya tanpa dipengaruhi dan
mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban Anda akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini
saja.
Bantuan Anda dalam menjawab pernyataan-pernyataan pada kuesioner ini
merupakan bantuan yang amat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini.
Untuk itu saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Peneliti
(Katarina Yulisa Asa’ Novera Sari)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
IDENTITAS DIRI
Nama / Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin : L / P
Nama Anak :
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang tiap pernyataan diikuti oleh 4
(empat) alternative jawaban, yaitu:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
Mohon Anda memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda.
Contoh Pernyataan SS S TS STS
Saya adalah orang tua dari anak-
anak saya.
x
Bila pernyataan tersebut sangat sesuai, maka silanglah (X) kotak SS pada
alternatif jawaban yang ada. Jika terjadi kesalahan maka tandai jawaban yang
sudah dipilih dengan tanda sama dengan (=), lalu silanglah jawaban baru yang
Anda pilih.
Mohon agar setiap pernyataan dibaca dengan hati-hati sampai Anda benar-benar
memahaminya dan pastikan seluruh pernyataan tidak ada yang terlewatkan.
SELAMAT MENGERJAKAN !
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PERNYATAAN SS S TS STS
Saya meminta anak saya melakukan sesuatu tanpa
perlu saya jelaskan alasannya.
Saya memendam perasaan saya pada anak saya
mengenai perilakunya yang baik dan yang buruk.
Saya mengajarkan anak saya untuk mengakui dan
meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukannya.
Saya mempertimbangkan keinginan anak saya
sebelum saya meminta mereka melakukan sesuatu.
Saya merasa santai dan mudah bergaul dengan anak
saya.
Saya memiliki waktu yang hangat dan akrab bersama
anak-anak saya.
Saya mengetahui kesulitan yang dirasakan anak saya
saat ini.
Peraturan di rumah hanya untuk ditaati oleh anak-anak
saja.
Saya memberitahu anak saya bahwa saya menghargai
segala usahanya.
Saya mengekspresikan kesabaran di hadapan anak
saya.
Saya membiarkan anak saya menghadapi perasaan
atau masalahnya sendiri.
Menurut saya, seorang anak semestinya mematuhi
peraturan yang sudah dibuat oleh orang tuanya.
Saya mengungkapkan kasih sayang kepada anak saya
dengan memeluk dan mencium anak saya.
Menurut saya, anak boleh mempertanyakan larangan
orang tuanya.
Saya minta maaf pada anak saya jika saya bersalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Saya menghormati pendapat anak saya dan
mendorongnya untuk mengungkapkannya.
Saya dan anak saya membicarakan kenakalan yang
telah dilakukannya dan mencari penyelesaiannya.
Saya menjelaskan kepada anak saya konsekuensi yang
akan diterimanya jika dia berbuat salah.
Saya mengajarkan anak saya untuk tidak membantah
perkataan orang tua.
Menurut saya, anak yang baik adalah anak yang
menaati peraturan yang ada di rumah.
Saya tidak terlalu peduli jika anak-anak tidak menaati
peraturan yang ada di rumah.
Saya yakin kepatuhan anak terhadap peraturan akan
menentukan pandangan orang lain terhadap keluarga
saya.
Saya tidak mengetahui kesulitan yang dirasakan anak
saya saat ini.
Saya membuat peraturan di rumah untuk dipatuhi oleh
seluruh anggota keluarga.
Saya ikut menentukan les apa yang tepat untuk anak
saya.
Anak harus menganggap orang tua mereka sebagai
tokoh utama dalam hidup mereka.
Hukuman yang saya berikan akan membuat anak-anak
berubah menjadi lebih baik.
Orang tua adalah penentu kebijakan tertinggi di dalam
keluarga.
Saya tidak ingin anak saya merengek untuk
mendapatkan kemauannya.
Terkadang anak-anak masih bertanya mengapa di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
rumah harus ada peraturan.
Menurut saya, anak yang menghormati orang tuanya
adalah yang mematuhi perkataan orang tua.
Saya adalah orang tua yang kuat, tegas, dan percaya
diri.
Saya berharap anak-anak mematuhi peraturan yang
telah saya buat demi kebaikan mereka.
Tugas orang tua adalah mengajarkan anak-anak
kedisiplinan dengan cara mematuhi peraturan yang
telah dibuat di rumah.
Saya mengutarakan perasaan saya pada anak saya
mengenai perilakunya yang baik dan buruk.
Saya tahu bahwa anak-anak melakukan sesuatu
dengan benar tanpa harus saya awasi.
Anak saya harus mencoba menuntaskan pekerjaannya
sendiri.
Saya memperingatkan anak saya ketika tindakannya
bertentangan dengan harapan saya.
Saya berusaha menanamkan disiplin pada anak saya.
Saya melarang anak saya melakukan sesuatu yang
menurut saya keliru.
Saya menawarkan hadiah agar anak mengikuti aturan
saya.
Anak saya mengetahui bahwa ada peraturan yang
harus dipatuhi.
Saya tidak ingin anak saya menangis sehingga saya
selalu memenuhi kemauannya.
Saya mengatur dan memonitor aktivitas yang
dilakukan anak saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Saya berusaha untuk memenuhi apa yang diinginkan
anak saya.
Saya memarahi anak saya ketika ia rewel di tempat
umum.
Saya tidak memarahi anak saya jika perintah saya
tidak dituruti.
Saya menawarkan hadiah agar anak menuruti aturan
saya.
Anak saya bermain sendiri sementara saya
mengerjakan pekerjaan saya.
Saya jarang membelikan mainan yang anak saya
inginkan.
Saya takut peraturan yang saya buat akan membuat
anak saya sedih.
Saya berkewajiban untuk mengarahkan perilaku anak.
Saya tidak mempermasalahkan tujuan kepergian anak
saya karena itu adalah urusan anak saya.
Saya tidak membuat peraturan yang harus dipatuhi
anak saya.
Saya merasa perlu memberitahu anak saya jika saya
akan pergi.
Saya merasa anak saya mampu membuat keputusan
sendiri tanpa perlu saya arahkan.
Saya tidak mengurusi prestasi anak saya yang buruk
karena itu adalah tanggung jawab anak saya.
Anak saya mengerjakan PR-nya sendiri tanpa bantuan
saya.
Saya berpartisipasi dalam memantau kegiatan yang
dilakukan anak saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Menurut saya, perilaku anak saya adalah tanggung
jawab anak saya sendiri dan saya tidak perlu
mengarahkannya.
Anak saya harus menyelesaikan segala sesuatunya
sendiri sesulit apapun tanpa perlu saya bantu.
Saya bertanya tentang kegiatan anak saya sehari-hari.
Saya khawatir jika anak saya pergi keluar rumah
karena anak saya belum bisa menjaga dirinya sendiri.
Saya terlalu sibuk dengan pekerjaan saya sehingga
tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama di
rumah.
Saya tahu apa yang paling dibutuhkan anak saya saat
ini.
Saya tidak perlu menasehati anak saya karena anak
saya bisa melakukan segala sesuatunya tanpa perlu
saya aturan.
Menurut saya, prestasi yang diraih oleh anak saya
adalah hal yang luar biasa.
Saya tidak mengurus kebutuhan sehari-hari anak saya.
Saya memperhatikan masalah yang sedang dihadapi
anak saya walaupun saya sendiri memiliki banyak
masalah yang harus diselesaikan.
Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
FORMAT SKALA REGULASI EMOSI
(PENELITIAN)
Dengan hormat
Dengan ini saya,
Nama : Katarina Yulisa Asa’ Novera Sari
NIM : 079114066
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, maka saya bermaksud
untuk mengadakan penelitian mengenai regulasi emosi anak yang memasuki usia
sekolah berdasarkan pola asuh. Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang
hanya dapat saya peroleh melalui kesediaan Anda untuk berpartisipasi mengisi
kuesioner ini.
Setiap kuesioner terdiri dari beberapa pernyataan. Saya mengharapkan
kesediaan Anda untuk dapat mengisinya sesuai dengan diri Anda dan anak Anda,
sebab dalam kuesioner ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Saya
membutuhkan jawaban yang sejujur-jujurnya tanpa dipengaruhi dan
mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban Anda akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini
saja.
Bantuan Anda dalam menjawab pernyataan-pernyataan pada kuesioner ini
merupakan bantuan yang amat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini.
Untuk itu saya mengucapkan terima kasih
Hormat Saya,
Peneliti
(Katarina Yulisa Asa’ Novera Sari)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
IDENTITAS DIRI
Nama / Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin : L / P
Nama Anak :
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang tiap pernyataan diikuti oleh 4
(empat) alternative jawaban, yaitu:
SL : Selalu
S : Sering
J : Jarang
TP : Tidak Pernah
Mohon Anda memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda.
Contoh Pernyataan SL S J TP
Anak saya bermain bersama
temannya. x
Bila anak Anda selalu bermain bersama temannya, maka silanglah (X) kotak SL
pada alternatif jawaban yang ada. Jika terjadi kesalahan maka tandai jawaban
yang sudah dipilih dengan tanda sama dengan (=), lalu silanglah jawaban baru
yang Anda pilih.
Mohon agar setiap pernyataan dibaca dengan hati-hati sampai Anda benar-benar
memahaminya dan pastikan seluruh pernyataan tidak ada yang terlewatkan.
SELAMAT MENGERJAKAN !
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PERNYATAAN SL S J TP
Anak saya tahu kapan harus meminta bantuan pada
orang lain.
Anak saya bingung mengatasi masalahnya sendiri.
Anak saya membuat rencana mengenai apa yang akan
dilakukannya.
Anak saya meninggalkan kegiatan bermainnya untuk
melakukan apa yang saya minta.
Anak saya berusaha memperbaiki kesalahannya
dengan tidak mengulangi perilaku yang membuatnya
dihukum atau merasa bersalah.
Anak saya bingung bagaimana cara menghibur diri
sendiri agar tidak sedih terlalu lama.
Anak saya menceritakan mengenai permasalahan yang
dihadapinya.
Anak saya meminta bantuan saya untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Anak saya melihat ke arah lain ketika kami sedang
bercakap-cakap.
Anak saya melakukan apa yang dia inginkan tanpa
seijin saja.
Anak saya memiliki cara tersendiri untuk mengurangi
kemarahannya.
Anak saya bingung perasaan apa yang sedang
dialaminya.
Anak saya bermain sebelum selesai mengerjakan tugas
sekolahnya.
Anak saya masih menangis di depan orang banyak.
Anak saya tetap menyelesaikan tugasnya sampai
selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Anak saya murung/ menangis ketika merasa sedih.
Anak saya tahu kapan dia harus meminta bantuan
orang lain.
Anak saya melakukan suatu kegiatan sampai tuntas.
Anak saya belajar sambil menonton televisi atau
bermain.
Anak saya mengendalikan kemarahannya pada orang
lain.
Anak saya kurang konsentrasi saat sedang cemas.
Anak saya marah dengan sebab yang tidak jelas.
Anak saya mengulang kesalahan yang sama meskipun
dia sudah tahu konsekuensi yang akan dia terima.
Anak saya lupa dengan apa yang saya suruh.
Anak saya mematuhi apa yang saya katakan.
Anak saya butuh bantuan agar cepat selesai
mengerjakan sesuatu.
Anak saya menaati peraturan yang ada di rumah.
Anak saya sedih melihat yang lain bersedih.
Saya dapat melihat anak saya sedang gembira.
Anak saya memperhatikan apa yang saya katakan.
Anak saya enggan berbicara kepada saya mengenai
perasaannya (senang, sedih, marah, dll).
Anak saya menunjukkan penyesalan setelah
mengekspresikan kemarahannya yang berlebihan.
Anak saya bisa belajar bersama teman-temannya.
Anak saya enggan meminta maaf ketika ia merasa
bersalah.
Anak saya dapat menceritakan apa yang sedang
dirasakan.
Anak saya terbata-bata saat saya memintanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
mengulang apa yang baru saja saya katakan dengan
kata-katanya sendiri.
Anak saya memahami perasaan yang dirasakan oleh
orang lain.
Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
FORMAT RATING SCALE REGULASI EMOSI
(PENELITIAN)
Keterangan
Aspek emosi, meliputi:
Kemampuan mengekspresikan emosi.
Kemampuan mengatur emosi.
Kemampuan mengendalikan emosi.
Aspek perhatian, meliputi:
Kemampuan untuk tetap fokus pada suatu hal apapun emosi yang sedang
dialami.
Kemampuan untuk mengalihkan perhatian ke hal yang seharusnya
diperhatikan.
Aspek perilaku, meliputi:
Kemampuan mengendalikan perilaku.
Kemampuan mematuhi peraturan.
Aspek coping strategy, meliputi:
Kemampuan menghadapi masalah.
Kemampuan untuk meminta bantuan saat menghadapi kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Nama guru :
Nama sekolah :
Jumlah murid :
ST : Sangat Tinggi
T : Tinggi
S : Sedang
R : Rendah
SR : Sangat Rendah
No. Nama Murid
Aspek Emosi Aspek Perhatian Aspek Perilaku Aspek Coping Strategy
ST T S R SR ST T S R SR ST T S R SR ST T S R SR
1.
2.
3.
4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
regemosi
N 60
Normal Parametersa Mean 6.934896E1
Std. Deviation 7.7030021E
0
Most Extreme Differences Absolute .090
Positive .058
Negative -.090
Kolmogorov-Smirnov Z .693
Asymp. Sig. (2-tailed) .722
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Z-SCORE POLA ASUH
Subj. Otoritatif Otoriter Permisif Uninvolved Z-Score
Otoritatif Otoriter Permisif Uninvolved
1. 63.0 53.0 33.5 26.5 0.27 1.04 -0.30 -0.79
2. 63.0 50.0 34.0 30.0 0.27 0.41 -0.13 0.03
3. 63.0 39.0 34.0 29.0 0.27 -1.91 -0.13 -0.19
4. 61.0 38.0 37.0 29.0 -0.16 -2.12 0.91 -0.19
5. 60.0 55.0 28.0 31.5 -0.38 1.46 -2.23 0.39
6. 59.0 48.0 35.5 29.5 -0.61 -0.01 0.39 -0.07
7. 65.0 46.0 35.0 29.0 0.72 -0.43 0.21 -0.19
8. 62.0 43.0 32.5 28.5 0.05 -1.06 -0.65 -0.31
9. 53.0 48.0 34.0 37.5 -1.94 -0.01 -0.13 1.82
10. 68.0 47.0 34.5 24.0 1.38 -0.22 0.04 -1.39
11. 65.0 41.0 37.0 21.0 0.72 -1.48 0.91 -2.10
12. 60.0 40.0 34.5 31.0 -0.38 -1.70 0.04 0.27
13. 64.0 47.0 37.0 30.0 0.49 -0.22 0.91 0.03
14. 55.0 46.0 37.0 31.5 -1.49 -0.43 0.91 0.39
15. 58.0 45.0 37.0 30.0 -0.83 -0.64 0.91 0.03
16. 63.0 51.0 39.5 30.5 0.27 0.62 1.79 0.15
17. 63.0 53.0 37.0 32.5 0.27 1.04 0.91 0.63
18. 69.0 52.0 30.5 22.0 1.60 0.83 -1.35 -1.86
19. 58.0 48.0 31.5 31.0 -0.83 -0.01 -1.00 0.27
20. 65.0 46.0 31.5 26.5 0.72 -0.43 -1.00 -0.79
21. 67.0 49.0 36.0 29.5 1.16 0.20 0.56 -0.07
22. 56.0 46.0 35.5 30.0 -1.27 -0.43 0.39 0.03
23. 61.0 46.0 33.0 28.0 -0.16 -0.43 -0.48 -0.43
24. 62.0 51.0 32.0 29.0 0.05 0.62 -0.83 -0.19
25. 65.0 52.0 31.5 25.5 0.72 0.83 -1.00 -1.03
26. 62.0 49.0 35.0 28.0 0.05 0.20 0.21 -0.43
27. 45.0 42.0 35.5 45.0 -3.71 -1.27 0.39 3.61
28. 65.0 52.0 37.5 31.0 0.72 0.83 1.09 0.27
29. 59.0 39.0 35.5 30.5 -0.61 -1.91 0.39 0.15
30. 60.0 48.0 32.0 28.0 -0.38 -0.01 -0.83 -0.43
31. 60.0 50.0 35.0 31.5 -0.38 0.41 0.21 0.39
32. 61.0 59.0 29.0 25.0 -0.16 2.31 -1.88 -1.15
33. 60.0 47.0 31.0 30.5 -0.38 -0.22 -1.18 0.15
34. 53.0 47.0 35.5 35.5 -1.94 -0.22 0.39 1.35
35. 64.0 49.0 37.0 26.5 0.49 0.20 0.91 -0.79
36. 66.0 49.0 37.0 34.0 0.94 0.20 0.91 0.99
37. 60.0 46.0 36.5 35.0 -0.38 -0.43 0.74 1.23
38. 58.0 50.0 34.0 34.0 -0.83 0.41 -0.13 0.99
39. 69.0 53.0 34.5 25.5 1.60 1.04 0.04 -1.03
40. 59.0 46.0 29.0 27.0 -0.61 -0.43 -1.88 -0.67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
41. 71.0 52.0 35.0 25.0 2.05 0.83 0.21 -1.15
42. 62.0 42.0 36.5 33.0 0.05 -1.27 0.74 0.75
43. 66.0 56.0 28.0 30.0 0.94 1.67 -2.23 0.03
44. 65.0 44.0 33.0 32.5 0.72 -0.85 -0.48 0.63
45. 63.0 51.0 33.0 26.0 0.27 0.62 -0.48 -0.91
46. 54.0 45.0 37.5 36.0 -1.72 -0.64 1.09 1.47
47. 64.0 41.0 39.0 36.5 0.49 -1.48 1.61 1.58
48. 59.0 54.0 30.0 26.0 -0.61 1.25 -1.53 -0.91
49. 60.0 46.0 36.0 36.0 -0.38 -0.43 0.56 1.47
50. 61.0 47.0 36.0 29.0 -0.16 -0.22 0.56 -0.19
51. 64.0 55.0 26.5 27.0 0.49 1.46 -2.75 -0.67
52. 68.0 56.0 33.0 23.0 1.38 1.67 -0.48 -1.62
53. 61.0 58.0 32.0 24.0 -0.16 2.10 -0.83 -1.39
54. 65.0 46.0 35.0 29.0 0.72 -0.43 0.21 -0.19
55. 55.0 46.0 37.0 31.5 -1.49 -0.43 0.91 0.39
56. 67.0 49.0 36.0 29.5 1.16 0.20 0.56 -0.07
57. 65.0 52.0 37.5 31.0 0.72 0.83 1.09 0.27
58. 64.0 49.0 37.0 26.5 0.49 0.20 0.91 -0.79
59. 62.0 42.0 36.5 33.0 0.05 -1.27 0.74 0.75
60. 60.0 46.0 36.0 36.0 -0.38 -0.43 0.56 1.47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
UJI HOMOGENITAS DAN UJI HIPOTESIS
Descriptives
regemosi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
1 16 7.183594E1 5.2027574 1.3006894E0 69.063584 74.608291 59.3750 80.0000
2 18 6.895833E1 5.6788679 1.3385220E0 66.134299 71.782368 56.2500 84.0625
3 13 6.872596E1 9.4540603 2.6220846E0 63.012930 74.438993 57.1875 81.5625
4 13 6.745192E1 10.4899864 2.9093987E0 61.112888 73.790958 49.0625 81.5625
Total 60 6.934896E1 7.7030021 .9944533 67.359062 71.338855 49.0625 84.0625
Test of Homogeneity of Variances
regemosi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.224 3 56 .009
ANOVA
regemosi
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 153.537 3 51.179 .856 .469
Within Groups 3347.301 56 59.773
Total 3500.838 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI