pkmp 2008(dahlan). judul: pengaruh arsitektur langit-langit gua terhadap keanekaragaman jenis...
TRANSCRIPT
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
PENGARUH ARSITEKTUR LANGIT-LANGIT GUA
TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR
DI KAWASAN GUA GUDAWANG
BIDANG KEGIATAN
PKMP
Diusulkan oleh:
MARWA PRINANDO E34070087 2007
DAHLAN E34070096 2007
HADI SURONO E34070088 2007
NOVRIYANTI E34070090 2007
INDRA ZULKARNAIN E34062784 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Pengaruh Arsitektur Langit-langit Gua Terhadap Keanekaragaman Jenis Kelelawar di Kawasan Gua Gudawang
2. Bidang Kegiatan : PKM Penelitian
3. Bidang Ilmu : Pertanian 3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Marwa Prinando b. NIM : E34070087
c. Jurusan : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
d. Institut : Institut Pertanian Bogor
e. Alamat Rumah/No. Hp : Wisma Amigo, Badoneng / 0852 6604 9239
f. Alamat email : [email protected] 4. Anggota Pelaksana kegiatan : empat orang
5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap : Dr.Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc.
b. NIP : 131 955 532 c. Alamat Kantor/No Hp : Lab. Ekologi Satwa Liar/ 081513632477
6. Biaya Kegiatan Total : Rp. 5.905.500,00
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : empat bulan Bogor, 8 Oktober 2008
Ketua Pelaksana
Marwa Prinando NIM E34070087
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono,MS NIP 130 473 999
Menyetujui, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP 131 411 832
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Abdul Haris Mustari,MSc NIP 131 955 532
A. JUDUL PROGRAM
Pengaruh Arsitektur Langit-langit Gua Terhadap Keanekaragaman Jenis Kelelawar di
Kawasan Gua Gudawang
B. LATAR BELAKANG
Kelelawar memiliki peranan penting di dalam ekosistem. Dari segi ekologis,
kelelawar memiliki fungsi sebagai pemencar biji, penyerbuk tumbuhan berbunga, dan
pengendali hama serangga. Secara ekonomis, kelelawar menghasilkan guano yang
memiliki nialai ekonomi cukup tinggi. Secara medis kelelawar pun terbukti memiliki
khasiat sebagai obat asma dan berbagai penyakit dalam lainnya.
Di dunia ada 18 suku, sekitar 192 marga dan 977 jenis kelelawar (Nowak,
1999 dalam Suyanto, 2001). Jumlah spesiesnya terbesar kedua setelah bangsa
binatang pengerat (Rodentia) dalam kelas mamalia (Suyanto, 2001). Indonesia
memiliki kurang lebih 205 jenis kelelawar yang terdiri atas 72 jenis kelelawar
pemakan buah (Megachiroptera) dan 133 jenis kelelawar pemakan serangga
(Microchiroptera); atau sekitar 20% dari jumlah jenis di dunia yang telah diketahui.
Namun, keanekaragaman jenis dan peranan yang besar ini belum dapat perhatian dari
pemerintah dan masyarakat dalam hal upaya-upaya konservasi terhadap kelelawar.
Masyarakat awam bahkan cenderung menganggap kelelawar sebagai hama. Asumsi
ini tak lepas dari aktivitas kelelawar yang sering memakan buah-buahan dari tanaman
budidaya, sehingga kelelawar banyak ditangkap dan dibunuh. Hal ini menyebabkan
populai kelelawar di alam semakin berkurang (Apriandi, 2004).
Setiap jenis kelelawar memiliki alternatif untuk memilih tempat bertengger,
beberapa jenis bertengger di pohon yang berdiameter besar, bambu, atap rumah, dan
sebagian besar dari mereka memilih gua sebagi tempat bertengger (Maryanto dan
Maharadatunkamsi, 1991). Menurut Suyanto (2001) lebih dari 50% kelelawar
Microchiroptera dan 20% kelelawar Megachiroptera memilih gua sebagai tempat
bertengger atau beristirahat.
Sebagai anggota komunitas atap gua, kelelawar memiliki peranan yang sangat
penting bagi ekosistem gua. Guano kelelawar merupakan sumber energi bagi rantai
makanan bawah tanah (Maryanto dan Maharadatunkamsi, 1991). Pupuk guano yang
dihasilkan kelelawar penghuni gua sudah banyak dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat.
Kawasan gua Gudawang adalah salah satu contoh kawasan karst yang
memiliki banyak gua dengan karkteristik yang beragam. Hal ini mendukung
terciptanya keanekaragaman jenis kelelawar di kawasan ini. Hingga saat ini beberapa
gua di kawasan ini telah dibuka sebagai gua wisata. Hal ini mengkhawatirkan karena
populasi kelelawar maupun ekosistem gua itu sendiri akan mengalami gangguan.
Sedangkan data tentang keanekaragaman jenis kelelawar yang terdapat di kawasan ini
belum dapat diketahui secara pasti.
Upaya pelestarian populasi kelelawar gua dapat dibantu dengan adanya
pengetahuan mengenai pola penggunaan ruang oleh satwa tersebut, sehingga tidak
terjadi benturan kepentingan antara pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam,
khususnya kelelawar. Sebagai langkah awal untuk pemeliharaan populasi kelelawar,
pengetahuan mengenai jenis-jenis gua dan karakteristik gua yang dihuninya sangat
diperlukan. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh arsitektur langit-langit gua
terhadap keanekaragaman jenis kelelawar perlu dilakukan sebagai wujud dari upaya
konservasi ekosistem gua.
C. PERUMUSAN MASALAH
Keberadaan kelelawar sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Indonesia
karena peranannya sebagai pemencar biji buah-buahan (jambu air, jambu biji, kenari,
keluwih, sawo, namnaman, duwet, cendana dll.); sebagai penyerbuk bunga tanaman
bernilai ekonomi (petai, durian, bakau, kapuk randu dll.); sebagai pengendali
serangga, pupuk guano dan tambang fosfat di gua-gua, dan sebagai obyek wisata
alam (Suyanto, 2001).
Perilaku kelelawar ternyata memiliki keunikan tersendiri untuk diamati,
sebagai satwa nokturnal kelelawar lebih banyak beraktivitas di malam hari. Hampir
sebagian besar waktu di siang hari dihabiskan kelelawar untuk beristirahat, yakni
dengan bertengger di pohon, bawah jembatan, batu-batu, dan gua-gua. Namun
kebanyakan kelelawar memilih gua sebagai tempat bertengger. Keanekaragaman
jenis kelelawar pada suatu kompleks gua akan berbeda pada setiap gua yang dihuni.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh arsitektur langit-langit gua dan kondisi lingkungan di
dalam gua. Untuk itu diperlukan upaya identifikasi agar pengaruh kondisi fisik dan
lingkungan gua terhadap keanekaragaman jenis kelelawar dapat diketahui. Salah satu
bentuk upayannya adalah mengidentifikasi dan mengamati pengaruh arsitekstur
langit-langit gua terhadap keanekaragaman jenis kelelawar di kawasan gua
Gudawang.
D. TUJUAN PROGRAM
Tujuan dari penelitian identifakasi keanekaragaman jenis kelelawar
berdasarkan arsitekstur langit-langit gua di kawasan gua Gudawang antara lain:
1. Mengidentifikasi jenis dan populasi kelelawar yang bertengger pada langit-
langit gua di kawasan gua Gudawang.
2. Mengidentifikasi karakteristik habitat kelelawar di kawasan gua Gudawang.
3. Mengetahui pengaruh arsitektur langit-langit gua terhadap keanekaragaman
jenis kelelawar di kawasan gua Gudawang.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Menyediakan data dan informasi mengenai jenis-jenis serta dugaan populasi
kelelawar yang bertengger pada gua-gua di kawasan gua Gudawang.
2. Menyediakan data dan informasi mengenai karkteristik habitat dari jenis
kelelawar yang ditemukan.
3. Menyediakan data dan informasi mengenai pengaruh arsitektur langit-langit
gua terhadap keanekaragaman jenis kelelawar di kawasan gua Gudawang.
4. Terwujudnya konservasi terhadap keanekaragamjenis kelelawar, terutama di
kawasan Gua Gudawang.
F. KEGUNAAN PROGARAM
A. Kegunaan bagi Mahasiswa
1. Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
2. Mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang dimiliki.
3. Mampu mengidentifikasi keanekaragaman jenis kelelawar sebagai inisiasi
upaya konservasi sumberdaya alam, terutama sumberdaya hayati.
4. Melatih diri untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif serta mampu bekerja
sama dalam satu tim kerja.
B. Kegunaan bagi Masyarakat
Penelitian ini akan memeberikan informasi kepada masyarakat luas,
terutama masyarakat di sekitar kawasan gua mengenai keanekaragaman jenis
kelelawar. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memacu tumbuhnya
motivasi masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan sumberdaya alam,
khususnya kelelawar. Adanya motivasi untuk menjaga kelestarian aneka
kelelawar ini akan berimplikasi pada kelestarian sumberdaya hayati lainnya.
Dengan demikian keseimbangan ekosistem makhluk hidup tetap terjaga. Hal
ini juga akan bermanfaat bagi masyarakat yang memiliki pohon buah-buahan
dan pohon komersial lainnya. Sehingga penelitian ini secara tidak langsung
juga dapat bermanfaat bagi keberlangsungan ekonomi masyarakat di sekitar
gua.
G. TINJAUAN PUSTAKA
G.1. Bio-Ekologi Kelelawar
1. Klasifikasi
Kelelawar termasuk dalam anggota kelas mamalia yang tergolong dalam ordo
Chiroptera dengan dua ordo yang dibedakan berdasarkan jenis pakannya. Ordo
Chiroptera memiliki 18 suku, 192 marga dan 977 jenis yang terbagi dalam sub ordo
Megachiroptera dan Microchiroptera . Kelelawar pemakan buah atau Megachiroptera
terdiri atas satu suku, yaitu Pteropodidae yang mencakup 41 marga dan 163 jenis.
Sedangkan Microchiroptera atau kelelwar pemakan serangga lebih beragam, yakni
dengan 17 suku, 147 marga, dan 814 jenis (Corbet dan Hill, 1992).
Koopmen dan Jones (1970) dalam Wiyatna (2002) mengklasifikasikan
kelelawar sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Pylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Chiroptera
Sub ordo : 1. Megachiroptera
2. Microchiroptera
Indonesia memiliki kurang lebih 205 jenis kelelawar yang terbagi dalam
sembilan suku dan 52 marga. Kesembilan suku tersebut diantaranya yaitu;
Pteropodiae, Megadermatidae, Nycteridae, Vespertilionidae, Rhinolophidae,
Hipposideridae, Emballonuridae, Rhinopomatidae, dan Molossidae (Suyanto, 2001).
2. Biologi
Jenis pakan kelelawar dapat dijadikn acuan untuk membedakan ukuran dan
morfologi kelelawar. Megachiroptera (kelelawar pemakan buah) umumnya memiliki
ukuran tubuh dan bola mata yang besar, dan memiliki moncong seperti anjing.
Kalong kapauk (Pteropus vampyrus) merupakan kelelawar pemakan buah terbesar di
dunia. Sayap kalong kapauk ini dapat mencapai 1700 mm dan bobot tubuhnya
mencapai lebih dari 1500 gram, sementara itu ukuran lengan bawahnya berkisar
antara 36-228 mm. kelelawar ini dapat ditemukan di kawasan Asia Tenggara.
Sedangkan kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) umumnya memiliki
ukuran kecil. Microchiroptera terkecil hanya memiliki bobot dua gram dengan ukuran
lengan bawah sayapnya antara 22-115 mm (Suyanto, 2001).
Sayap kelelawar terdiri dari selaput tipis yang membentang antara tulang-
tulang telapak dan jari tangan atau anggota tubuh depan, sampai sepanjang sisi
samping tubuh dan kaki belakang. Tulang telapak dan jari tangan kelelawar
mengalami pemanjangan sehingga dapat berfungsi sebagai kerangka sayap. Semua
bidang biologi dan sejarah alam kelelawar berhubungan dengan keseimbangannya
untuk terbang. Kelelawar terbang relatif lebih lambat jika dibandingkan dengan
burung. namun kelelawar memiliki kecepatan lebih tinggi dalam bermanuver. Seperti
pesawat, pada saat terbang permukaaan dorsal sayap kelelawar berbentuk cembung
sedangkan permukaan ventralnya berbentuk cekung. Hal ini menyebabkan udara
bergerak lebih cepat melewati sayapnya. Kondisi ini akan mengurangi tekanan udara
relatif di atas sayap dan menghasilkan dorongan ke atas sekaligus melawan arah gaya
gravitasi bumi (Feldhamer at.all, 1999).
Cara terbang kelelawar terkadang berbeda setiap jenisnya. Pada sebagian
kelelawar, terutama kelelawar pemakan sari bunga, dapat mengibaskan sayapnya
sebanyak 15 kali dalam satu detik. Kondisi ini memudahkan kelelawar untuk terbang
melayang. Hal ini dubuktikan oleh Anders Hedenstrom dari Universitas Lund di
Swedia, melelui penelitiannya Hedenstrom mengemukakan bahwa terdapat vortex
(pusaran angin) di batas depan sayap saat kelelawar mengibaskan sayapnya ke
bawah. Hal ini menyebabkan adanya pusaran ujung dan timbulnya pusaran angin di
seputar sayap selama melayang ke atas. Pusaran angin yang lengket ini seperti
gelembung/balon udara yang secara efektif mengubah bentuk sayap, mendorong
udara bergerak seputar sayap dengan bentuk yang kompleks. Aliran udara ini
memberikan kelelawar sedikit dorongan ke atas dengan menurunkan tekanan udara di
bawah sayap (Republika, 2008).
Pada umumnya kelelawar berkembang biak sekali setahun dengan masa
bunting 3-6 bulan. Kelelawar hanya melahirkan satu anak dalam satu siklus
reproduksi (kecuali Lasiurus borealis yang dapat melahirkan lima anak) dengan
bobot anak mencapai 25-30% dari bobot induknya (Suyanto, 2001).
3.Tingkah Laku
Kelelawar merupakan satwa nokturnal karena mereka mengabiskan waktu di
siang hari untuk beristirahat dan mencari makan. Sebagian besar koloni kelelawar
memilih gua sebagai tempat beristirahat (bertengger). Hal ini karena gua relatif aman
dari gangguan dan di dalamnya tersedia siklus hidup yang teratur (Abdullah, 2002).
Perilaku kelelawar dalam bertengger sangat unik dan berbeda dengan cara
bertengger burung pada umumnya. Selama bertengger, kelelawar dapat menggunakan
berbagai macam sikap. Pada posisi terbalik, kelelawar beretengger dengan sayap
terlipat yang membungkus tubuhnya. Sebagian kelelawar kecil (Microchiroptera)
melekatkan diri pada ujung daun pisang muda yang tergulung. Kelelawar lainnya
bergantung pada dinding tegak lurus dengan sayap yang ditudungkan pada dua sisi
tubuhya. Ibu jari mendapat pegangan tambahan, sedangkan sayap-sayapnya
digunakan sebagai penopang untuk memisahkan kepala dari dinding (Ensiklopedia
Indonesia, 2003 dalam Rianti, 2006).
Kelelawar gua sebagian besar dihuni oleh kelelawar pemakan serangga.
Ukuran bola matanya yang relatif kecil tidak berfungsi sebagai alat penglihatan
merupkan bentuk dari adaptasi morfologi kelelawar terhadap lingkungan gua yang
gelap. Kemampuan penglihatan kelelawar untuk terbang dalam kegelapan ditunjang
oleh kemampuan penala gema yang atau sering disebut ekholokasi. Ekholokasi
merupakan kemampuan untuk menangkap pantulan gelombang ultrasonik dari suara
kelelawar yang mengenai benda diam maupun bergerak (Suyanto, 2001). Pantulan
gelombang dari suara ultrasonik ini juga dapat digunakan untuk mengenali dan
melacak posisi mangsa. Hal ini dibuktikan Griffin (1960) dalam Vandel (1965)
Kelelawar jenis Myotis lucifigus dapat melacak mangsanya pada jarak 21-135 cm dan
dalam wktu satu menit dapat menangkap sepuluh nyamuk dan 41 lalat.
G.2. Bio-Ekologi Gua
Gua merupakan suatu fenomena alam yang terbentuk karena aliran yang
menimpa batuan di daerah berkapur secara terus menerus dalam jangka waktu lama.
Hal ini menyebabkan terjadinya perombakan struktur batuan dan menghasilkan di
dalam tanah baik vertikal maupun horizontal dengan berbagai dekorasi di dalamnya.
Gua merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar seperti kelelawar, walet,
jangkrik, ikan, dan beberapa jenis serangga. Dipandang dari sudut ekonomi gua
merupakan penghasil sarang burung walet alami yang bernilai tinggi dan dapat
bermanfaat sebagi obat, selain itu gua juga dapat dijadikan sebagai objek wisata alam
yang dapat menghasilkan keuntungan asalkan dengan manajeman pengelolaan yang
baik dan optimal. Gua juga berperan penting dalam proses pemurnian air.
Kondisi di dalam gua menurut Mohr dan Poulsan (1966) dalam (Apriandi,
2004) dapat dibedakan menjadi tiga mintakat yaitu :
1. Mintakat senja, yaitu daerah di sebagian mulut gua yang masih ditumbuhi tanaman
hijau dan disinari sinar matahari.
2. Mintakat gelap, yaitu daerah dengan suhu udara berubah-ubah serta kelembaban
berfluktuasi sesuai dengan perubahan kondisi cuaca di luar gua.
3. Mintkat gelap abadi, yaitu daerah dengan suhu udara konstan, relatif sama dengan
suhu air dan tidak dipengaruhi oleh kondisi cuaca di luar gua.
Komunitas yang terdapat di dalam gua dapat dikelompokkan ke dalam
komunitas langit-langit gua dan komunitas lantai gua. Komponen penghuni langit-
langit gua terdiri dari kelelawar dan burung walet, sedangkan komponen lantai gua
terdiri dari guano dan berbagai satwa mikrofauna yaitu kecoa, kumbang, lalat, kutu,
laba-laba, semut, katak, cecurut, jangkrik, dan lipan. Serta mikroorganisme seperti
collembella dan berbagai jenis cendawan (Mustari dan priyono, 1993).
Kawasan Gua Gudawang merupakan salah satu objek wisata alam yang ada
di Jawa Barat. Di kawasan seluas kurang lebih 25 hektar ini terdapat belasan gua
alam. Obyek wisata yang terletak di Desa Argapura, Cigudeg, Kabupaten Bogor ini
terdapat tiga gua yang dapat dinikmati wisatawan, yakni Gua Simenteng, Gua
Sipahang dan Gua Simasigit (Dinas Pariwista Jawa Barat, 2006).
H. METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kawasan Gua Gudawang, kampung cipinang,
Desa Argapura, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.
Penelitian akan dilakukan selama empat bulan.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan selama penelitian mencakup spesimen kelelawar,
kloroform, alkohol 95% skala Beufort, dan air. Sedangkan alat yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Alat Pemetaan Gua, Pengukuran Fisik Gua, dan Analisis Vegetasi
Alat yang digunakan untuk pemetaan gua dan analisis vegetasi antara lain;
kompas, klinometer dari busur, Werpak (Coverall), Sepatu Boot, Altimeter, Pita ukur
30 m, Lux meter, Termohygrometer digital, Senter, GPS, Head Lamp, Tally sheet,
Meja jalan, golok, Tali rafia, Alat tulis, dan kalkulator.
2. Alat Penangkapan Kelelawar dan Pembuatan Spesimen
Penangkapan dan pembuatan spesimen kelelawar menggunakan alat-alat
diantaranya ; Mistnet (jaring kabut), Handnet, Tali rafia, Sarung tangan wol, Blacu
(kantung spesimen), galah bambu, timbangan (100 gr), kaliper, alat bedah (cutter,
pinset, dan jarum suntik), toples spesimen, kertas kalkir, benang nillon, millimeter
block, kapas, kantong plastik, sarung tangan karet, dan kamera digital.
3. Alat Pengamatan Perilaku Kelelawar
Pengamatan perilaku kelelawar dilakukan dengan menggunakan alat antara
lain; Alat pengkur waktu (arloji), Tally sheet, senter, meja jalan,dan alat pencatat.
C. Jenis Data dan Informasi yang Diperlukan
1. Data Primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi :
a). Karakteristik fisik gua seperti panjang lorong, tinggi lorong, lebar lorong, ukuran
mulut gua, sudut arah dan sudut kelerengan, ketinggian tempat, dan titik
koordinat gua. Sedangkan karakteristik mikro-klimat gua yang diukur mencakup;
suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan tekanan udara.
(Apriandi, 2004).
b). Karakteristik fisik mikroklimat tempat bergantung kelelawar yang meliputi
panjang gua rata-rata, jarak dan tempat bertengger dari mulut gua, suhu,
kelembaban, dan tinggi tempat bertengger dari dasar gua.
c). Arsitektur langit-langit gua yang dijadikan tempat bertengger kelelawar; meliputi
diameter cekungan langit-langit gua, tinggi cekungan, dan selisih ketinggian
ujung cekungan.
d). Karakteristik morfologi kelelawar yang mencakup : ukuran tubuh dengan panjang
ekor (E), panjang kaki belakang tanpa cakar (KB), panjang kaki belakang dengan
cakar (CU), panjang lengan bawah sayap (LB), panjang betis (B), panjang telinga
(T), dan panjang badan sampai kepala (P), dan bobot badan (BB) (Apriandi,
2004).
e). Variabel sebaran spasial setiap jenis kelelawar pada setiap gua yang mencakup
variabel data jenis kelelawar dan dugaan populasi setiap jenis (Rianti, 2006).
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu peta lokasi kawasan
Gua Gudawang, kondisi fisik lokasi penelitian, kondisi biologi lokasi penelitian, dan
kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar penelitian.. Informasi mengenai kehadiran
fauna gua lain dan informasi mengenai keberadaan serta kondisi masing-masing gua
secara umum dari berbagai sumber.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan membuat titik-
titik pengukuran pada mulut gua dan areal tempat bertengger kelelawar. Pengukuran
panjang dan lebar mulut gua serta posisi koordinat mulut gua berdasarkan GPS
dilakukan di mulut gua. Pengukuran suhu, kelembaban, dan identifikasi di sekitar
mulut gua dilakukan di sekitar mulut gua. Di areal tempat bertengger kelelawar
dilakukan pengukuan suhu, kelembaban, jarak tempat bertengger dari mulut gua,
jarak tempat bertengger dari intensitas cahaya matahari sama dengan nol, dugaan
populasi dan tinggi tempat bertengger. Penelitian yang paling penting adalah
pengamatan arsiterktur langit-langit gua yang dihubungkan dengan keanekaragaman
jenis kelelawar yang bertengger di tempat tersebut. Hal ini dilakukan dengan
pengambilan sampel dari masing-masing tempat bertengger tiap-tiap arsitektur langit-
langit gua. Aspek langit langit gua yang diukur, yaitu diameter cekungan, tinggi
cekungan, dan selisih ketinggian ujung cekungan tempat bertengger kelelawar.
Identifikasi karakteristik morfologi kelelawar diawali dengan penangkapan
kelelawar dengan menggunakan jaring kabut (mistnet). Jaring kabut yang dipakai
untuk menangkap kelelawar adalah jaring yang memiliki mesh (lebar mata jaring) 30-
32 mm dengan ketebalan benang jaring 80 Denier (1 Denier = masa 90 m benang
nilon skala gram), serta benang nilon yang beruntai rangkap. Penangkapan kelelawar
juga dapat menggunakan handnet, terutama untuk kelelawar yang berukuran besar.
Kelelawar yang diidentifikasi ialah kelelawar yang sudah dewasa dan utuh tubuhnya
(Suyanto, 2001).
Identifikasi kondisi fisik kelelawar diawali dengan mematikan kelelawar
tersebut dengan cara dibius. Pembiusan ini dilakukan dengan kapas yang telah diberi
kloroform. Kelelawar akan mati dalam kurun waktu empat sampai lima menit
(Suyanto, 2001).Sampel kelelawar yang telah mati diambil, dicatat jumlahnya, ukuran
tubuh, jenis kelamin, dan bobot untuk diidentifikasi dengan menggunakan
karakteristik morfologinya. Parameter-parameter yang dijadikan acuan dalam
melakukan identifikasi antara lain : cakar, rambut, selaput kulit, ekor, telinga, lipatan
kulit hidung, bentuk hidung, panjang ruas jari akhir dan ukuran tubuh luar (Apriandi,
2004).
Setelah pengkuran tubuh luar selesai, sampel yang diambil kemudian
diawetkan untuk dibuat spesimen. Metode pembuatan spesimen dibuat secara
lansung, yakni dengan merendam sampel ke dalam alkohol 95% skala Beufort.
Setelah semua data terkumpul, data dan informasi yang didapat dicatat dalam Tally
sheet. Pendugaan populasi kelelawar pada koloni dilakukan berdasarkan luas tempat
bertengger (Rianti, 2006). Selanjutnya berdasarkan data yang didapat di lapangan
dapat diambil sebuah kesimpulan mengenai pengaruh arsitektur langit-langit gua
terhadap keanekaragaman jenis kelelawar.
I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM
Penelitian ini direncanakan berlangsung selama empat bulan. Rencana
pelaksanaan ini tertera pada tebel di bawah ini.
Tabel 1. Rencana Jadwal Pelaksanaan Program
Kegiatan/Waktu Bulan ke- 1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Konsultasi dan Pembimbingan Pengukuran Karakteristik Mulut Gua Pengukuran Karakteristik Tempat Bertengger Pengukuran Arsitektur Tempat Bertengger Pengukuaran Karakteristik Morfologi Kelelawar Pembuatan Spesimen Kelelawar Analisis Data Penyusunan Laporan
J. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA
A. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Marwa Prinando
b. NIM : E34070087
c.Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
d. Institut : Institut Pertanian Bogor
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu
B. Anggota Pelaksana kegiatan :
1. a. Nama Lengkap : Dahlan
b. NIM : E34070096
c. Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
d. Institut : Institut Pertanian Bogor
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu
2. a. Nama Lengkap : Hadi Surono
b. NIM : E3470088
c. Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
d. Institut : Institut Pertanian Bogor
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu
3. a. Nama Lengkap : Novriyanti
b. NIM : E34070090
c. Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
d. Institut : Institut Pertanian Bogor
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu
4. a. Nama Lengkap : Indra Zulkarnain
b. NIM : E34062784
c. Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
d. Institut : Institut Pertanian Bogor
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu
K. NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING
1. Nama Lengkap : Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, MSc. 2. NIP : 131 955 532
3. Golongan Pangkat : III d 4. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
5. Fakultas/Program Studi : Kehutanan/ Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
6. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
7. Bidang Keahlian : Ekologi Satwa Liar 8. Waktu untuk kegiatan PKM : enam jam/minggu
L. BIAYA
No. Kebutuhan Jumlah Harga Satuan Harga
1 Kloroform 5 L Rp. 20.000,00/L Rp. 100.000,00
2 alkohol 95% 10 L Rp. 20.000,00/L Rp. 200.000,00
3 Kompas 5 Rp. 20.000,00/buah Rp. 100.000,00
4 Klinometer busur 1 Rp. 25.000/sewa Rp. 25.000,00
5 Werpak 5 Rp. 60.000,00/buah Rp. 300.000,00
6 Sepatu Bot 5 Rp. 40.000,00/buah Rp. 200.000,00
7 Altimeter 1 Rp. 50.000/sewa Rp. 50.000,00
8 Pita Ukur 30 m 5 Rp. 40.000,00/buah Rp. 200.000,00
9 Lux Meter 1 Rp. 100.000/ sewa X 2 Rp. 200.000,00
10 Termohygrometer 1 Rp. 100.000,00/sewa X 2 Rp. 200.000,00
11 Senter 5 Rp. 20.000,00/buah Rp. 100.000,00
12 GPS 1 Rp. 50.000,00/sewa Rp. 50.000,00
13 Head Lamp 5 Rp. 75.000,00/buah Rp. 375.000,00
14 Tally Sheet 20 Rp. 200,00/buah Rp. 4000,00
15 Meja Jalan 1 Rp. 25.000/sewa Rp. 25.000,00
16 Golok 5 Rp. 35.000,00/buah Rp.175.000.00
17 Tali Rafia 10 gulung Rp. 1000,00/buah Rp. 10.000,00
18 Alat Tulis 5 Rp. 3500,00/set Rp. 17.500,00
19 Kalkulator 5 Rp. 70.000/buah Rp. 35.000,00
20 Mistnet 25 meter Rp. 30.000,00/meter Rp.750.000,00
21 Handnet 5 Rp. 25.000/buah Rp. 125.000,00
22 Sarung Tangan Wol 5 pasang Rp. 5000,00/pasang Rp. 25.000,00
23 Kantung Spesimen 1 pack Rp. 20.000 Rp. 20.000,00
24 Galah Bambu 5X5
meter Rp. 4000,00/meter Rp. 100.000,00
25 Timbangan (100g) 2 Rp. 25.000/sewa Rp. 50.000,00
26 Kaliper 1 Rp. 50.000,00/sewa Rp. 50.000,00
27 Alat Bedah 5 Rp. 4500,00/buah Rp. 22.500,00
28 Toples Spesimen 8 Rp. 12.500,00/buah Rp.100.000,00
29 Kertas Kalkir 1 Rp. 10.000,00/buah Rp.10.000,00
30 Benang Nillon 1 Rp. 11.000,00 Rp.11.000,00
31 Milimeter Block 1 Rp. 3000,00 Rp. 3000,00
32 Kapas 2 Rp. 20.000,00 Rp. 40.000,00
33 Kantung Palstik 2 bks Rp. 15.000,00/bks Rp. 30.000,00
34 Sarung Tangan karet 5 Rp. 3500,00/set Rp. 17.500,00
35 Transportasi 5 orang X 12 PP Rp. 25.000,00/orang/PP Rp.1.500.000,00
36 Komunikasi Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00
37 Literatur Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00
38 Administrasi 5 orang X 12 Rp. 6000,00/0rang Rp. 360.000,00
39 Pembuatan Proposal 5 bundel Rp. 5000,00/bundel Rp. 25.000,00
40 Dokumentasi Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00
41 Pembuatan Laporan Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00
Total Biaya Rp.5.905.500,00
M. LAMPIRAN
1. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rara.2002. Tingkah Polah Kelelawar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Apriandi, Johan.2004.Keanekaragaman dan Kekerabatan Jenis Kelelawar Berdasrkan Kondisi Fisik Mikro-Klimat Tempat Bertengger
pada Beberapa Gua di Kawasan Gua Gudawang.[skripsi]. Bogor.
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Corbet, G.B dan Hill J. E. 1992. The Mammals of The Indomomalayan Region: A
Systematic Review. New York : Oxford Univercity
Dinas Pariwisata Jawa Barat. 2006. Tempat Wisata Jawa Barat. Dalam website www.sg.my-indonesia.info/filedata [29 September 2008]
Feldhamer, at.all.1999. Mammalogy: Adaptation, Diversity, and ecology. New York :
McGraw-Hill Companies.
Mustari, A.H. dan Priyono, Agus.1993. Laporan Akhir Identifikasi Beberapa jenis
Kelelawar dalam ekosisitem Gua Cepeureu di Hutan Pendidikan
Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Bogor. Proyek dan
Perawatan Fasilitas IPB.
Maryanto, I. dan Maharadatunkamsi.1991. Kecebderungan Jenis-jenis Kelelawar
dalam Memilih Tempat bertengger pada Beberapa Gua di
Kabupaten Sumbawa. Pulau Sumbawa, Media Konservasi
Volume 3.
Republika. 2008. Kelelawar Melayang Karena Gelembung Udara. Dalam website
www.republika.co.id [ 29 September 2008]
Rianti, Indri Puji. 2006. Keanekaragaman Jenis dan Pola Penggunaan Ruang
Bertengger Kelelawar di Beberapa Gua di Taman Nasional Alas
Purwo, Jawa Timur.[Skripsi]. Bogor. Departemen Konservasi
sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Suyanto, A. 2001. Panduan Lapangan Kelelawar di Indonesia. Bogor. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI Bogor.
Vandel, A,1965. Biospeology. The Biology of Covernicoloums Animals. New York :
Pargemon.
Wiyatna, M.F. 2002. Potensi Indonesia sebagai Penghasil Guano Kelelawar, Program
Pasca sarjana.http//www.makalah falsafah sains. [29 September
2008]
2. RIWAYAT HIDUP KETUA DAN ANGGOTA PELAKSANA
A. Ketua Pelaksana Kegiatan Nama Lengkap : Marwa Prinando
NIM : E34070087
Tempat, Tanggal Lahir : Sungai Galuh,25 Maret 1989
Agama : Islam
Fakultas/Program studi : Kehutanan/ Konservasi Sumberdaya Hutan
Dan Ekowisata
Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
Alamat Rumah : Jl. Turi, RT 02 RW 04, Desa Sarimulya
Kec. Rimbo Ilir, Kab. Tebo, Jambi
Alamat di Bogor : Wisma Amigo, Babakan Doneng, Darmaga
Riwayat Pendidikan :
a. SD Negeri 035 Pantai Cermin, Riau (1995-1996)
b. SD Negeri 212 Sarimulya, Jambi (1996-2000)
c. SD Negeri 017 Bangun Jaya, Riau (2000-2001)
d. SMP Negeri 2 Tambusai, Riau (2001-2003)
e. SMP Negeri 22 Tebo, Jambi (2003-2004)
f. SMA Negeri 2 Tebo, Jambi (2004-2007)
g. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(2007-sekarang)
Pengalaman Organisasi :
a. Ketua OSIS SMP Negeri 2 Tambusai, Riau (2002-2003)
b. Marching Band Wahana Kreasi SMA Negeri 2 Tebo (2005-2006)
c. Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 2 Tebo (2006-2007)
d. Humas Himpunan Mahasiswa Jambi IPB (2007-sekarang)
e. Divisi Advokasi LS Bina Desa BEM KM IPB (2007-sekarang)
f. FORCES IPB (2008-sekarang)
Karya Ilmiah :
a. Dampak Kenaikan Harga Bensin Terhadap Kenyamanan Pengendara
Sepeda Motor.
b. Kolaborasi Minyak Tanah, Merica, dan Kapur Barus sebagai Obat
Perontok Rambut pada Kaki.
c. Pemanfaatan Limbah Teh Serbuk sebagai Bahan Pupuk Alami
Alternatif untuk Meningkatkan Pertumbuhan Pada Tanaman Kacang
Hijau.
d. Koperasi Part-Member sebagai Upaya Alternatif Pemberdayaan
Ekonomi bagi Suku Anak Dalam di Kabupaten Tebo, Propinsi Jambi.
e. Asuransi Kerugian Berbasis Modal Sosial Kolektif sebagai Upaya
Pemberdayaan Ekonomi bagi Masyarakat Peisan.
f. Prestasi dan Potensi Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi
Nasional yang Berkelanjutan.
Prestasi :
a. Juara II Olimpiade Fisika SMP Kabupaten Tebo (2003)
b. Juara I Olimpiade Fisika SMA Kabupaten Tebo (2006)
c. Juara III Honda Best Sudent Kabupaten Bungo dan Tebo (2006)
d. Juara IV Honda Best Student Propinsi Jambi (2006)
e. Finalis Olimpiade Sains Propinsi Jambi (2007)
f. Finalis Olimpiade IPA Propinsi Jambi (2007)
g. Juara III LKT Komunitas Adat Terpencil Nasional (2007)
B. Anggota Pelaksana
1.Nama Lengkap : Dahlan
NIM : E34070096
Tempat, tanggal lahir : Siak, 18 Juli 1988
Agama : Islam
Fakultas/Program studi : Kehutanan/Konservasi Sumberdaya Hutan
Dan Ekowisata
Perguruan tinggi : Institut Pertanian Bogor
Alamat Rumah : Jalan Sultan Syarif Kasim, Siak, Riau
Alamat Bogor : Villa Perwira, Darmaga
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
a. SD Negeri 4 Air Senda, Sumatera Selatan (1995-2001)
b. SLTP Negeri 1 Bunga Raya, Riau (2001-2004)
c. SMA Negeri 1 Bunga Raya, Riau (2004-2007)
d. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(2007-sekarang)
Pengalaman Organisasi :
a. Divisi Pendidikan OSIS SMA Negeri 1 Bunga Raya (2006-2007)
b. DKR Pramuka SMA Negeri 1 Bunga Raya (2006-2007)
c. FORCES IPB (2008-sekarang)
Prestasi :
a. Finalis Lomba Cerdas Cermat Kabupaten Siak (2003)
b. Finalis Olimpiade Kimia Kabupaten Siak (2005)
2.Nama Lengkap : Hadi Surono
NIM : E34070088
Tempat, tanggal lahir : Rimbo Bujang, 3 Juni 1989
Agama : Islam
Fakultas/Program studi : Kehutanan/Konservasi Sumberdaya Hutan
Dan Ekowisata
Perguruan tinggi : Institut Pertanian Bogor
Alamat Rumah : Rimbo Ulu, Kabupaten Tebo, Jambi
Alamat Bogor : Wisma Amigo, Babakan Doneng, Darmaga
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
a. SD Negeri 120/VIII Suka Maju (1995-2001)
c. SLTP Negeri 3 Tebo, Jambi (2001-2004)
d. SMA Negeri 2 Tebo, Jambi (2004-2007)
e. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(2007-sekarang)
Pengalaman Organisasi :
a. Ketua OSIS SMA N 2 Tebo (2006-2007)
b. Marching Band Wahana Kreasi SMAN 2 Tebo (2006-2007)
c. LDK DKM Alhurriyyah (2007-sekarang)
Prestasi
a. Juara I Olimpiade Matematika SMP Kabupaten Tebo (2003)
b. Juara II Olimpiade Matematika SMP & SMA Kabupaten Tebo (2004)
c. Juara I Olimpiade Matematika SMA Kabupaten Tebo (2005)
d. Juara I Olimpiade Matematika SMA Kabupaten Tebo (2006)
e. Juara II Workshop LPIR Propinsi Jambi (2005)
Karya Ilmiah :
a. Taman Rimba Aneka Ria Objek Wisata Propinsi Jambi
b. Tipe Penyebaran Virus Flu Burung
3.Nama Lengkap : Novriyanti
NIM : E34070090
Tempat, tanggal lahir : Rantau Panjang, 14 November 1989
Agama : Islam
Fakultas/Program studi : Kehutanan/Konservasi Sumberdaya Hutan
Dan Ekowisata
Perguruan tinggi : Institut Pertanian Bogor
Alamat Rumah : Jln. Poros, Desa Sumber Agung, Margo-Tabir
Kabupaten Merangin, Jambi
Alamat Bogor : Jl. Babakan Tengah No. 64 Rt 02/09
Dramaga, Bogor
Riwayat Pendidikan:
a. SDN 91/VI Rantau Panjang (1995 – 2001)
b. SMPN 10 Merangin (2001- 2004)
c.SMAN 2 Merangin (2004 – 2007)
d.Institut Pertanian Bogor (2007- sekarang)
Pengalaman Organisasi :
a.Anggota Bidang Politik dan Kepemimpinan OSIS SMP (2001-2002)
b. Sekretaris Osis SMP (2002-2003)
c. Ka. Bidang Politik dan Kepemimpinan OSIS SMA (2004-2005)
d. Sekretaris OSIS SMA (2005-2006)
e. Anggota Purna Paskibraka SMA 2006
f. Ka. Bidang Pemberdayaan Perempuan HMI Komisariat Fakultas
Kehutanan IPB (2007-sekarang)
Prestasi
a. Juara II Workshop LPIR PRopinsi Jambi (2005)
b. Juara I Olimpiade Matematika SMA Kabupaten Tebo (2005)
c. Nominasi 10 Besar Honda Best Student Kab. Merangin (2006)
Karya Ilmiah :
a.Taman Rimba Aneka Ria Objek Wisata Propinsi Jambi
4.Nama Lengkap : Indra Zulkarnain
NIM : E34062784
Tempat, tanggal lahir : Montpellier, 5 juli 1988
Agama : Islam
Fakultas/Program studi : Kehutanan/Konservasi Sumberdaya Hutan
Dan Ekowisata
Perguruan tinggi : Institut Pertanian Bogor
Alamat Rumah : Jl. Kecubung No. 10 Baranangsiang II Bogor
Alamat Bogor : Jl. Kecubung No. 10 Baranangsiang II Bogor
Riwayat Pendidikan:
a. SDN Bangka 3 Bogor (1994 – 2000)
b. SMP Negeri 2 Bogor (2000 – 2003)
c. SMA Negeri 3 Bogor (2003 – 2006)
d.Institut Pertanian Bogor (2006- sekarang)
Pengalaman Organisasi :
a. HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata) 2007 - sekarang
Pengalaman Kegiatan Lapang/Penelitian :
a. Eksplorasi Flora-Fauna dan Ekowisata Indonesia (Rafflesia 2008) di
Cagar Alam Gunung Simpang, Bandung, Jawa Barat.
b. Studi Konservasi Lingkungan (SURILI 2008) di Taman Nasional Bukit
Baka-Raya, Kalimantan Barat.
c. Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) Sancang - Kamojang
Jawa Barat 2008.
3. DAFTAR RIWAYAT HIDUP DOSEN PEMBIMBING
Nama Lengkap : Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, MSc.
NIP : 131 955 532
Tempat, tanggal lahir : Bone(Sulawesi) / 15 Oktober 1965
Kantor / Unit Kerja : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata IPB
Alamat kantor : Laboratorium Ekologi Satwa Liar
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutana, Institut Pertanian Bogor
PO. Box 168, Bogor 16001
1. Kota : Bogor
2. Telepon : (0251) 621 947
3. Faksimile : (0251) 621 947
4. e-mail : [email protected]
Alamat Rumah : Jl. Randusari RT 06/03 No. 12 Kecamatan Darmaga
1. Kota : Bogor
2. Telepon : -
3. Faksimile : -
4. e-mail : [email protected]
5. No HP : 081513632477
Pendidikan :
1. Doktor of Philosophy (PhD)dalam bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam,
University of New England, Armidale, Australia, lulus bulan Oktober 2003.
PhD Thesis: Mustari AH. 2003. Ecology and conservation of lowland anoa, Bubalus
depressicornis in Southeast Sulawesi, Indonesia. University of New England,
Australia.
2. Master of Science, George-August University, Gottingen, Germany, lulus tahun
1995.
MSc Thesis, Mustari AH. 1995. Population and behaviour of lowland anoa
Bubalus depressicornis in Tanjung Amolengo Wildlife Reserve, SE Sulawesi,
Indonesia. George-August University Gottingen,Germany
3. Sarjana Kehutanan (Ir), Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, lulus tahun 1990.
Skripsi: Mustari AH. 1990. Studi hutan mangrove sebagai habitat burung air di
delta Sungai Cimanuk, Indramayu-Jawa Barat. Fakultas Kehutanan IPB.
Pengalaman Riset :
Tahun Judul penelitian/kegiatan
1989 Study on mangrove forest as habitat of water
birds in Cimanuk River Delta-West Java
1990-1993 Habitat, Population, behaviour and conservation
of proboscis monkey Nasalis larvatus in East
Kalimantan, Indonesia
1991 Environmental Impact Analyses National
Petroleum Company PERTAMINA, South
Sumatra
1992 Environmental Impact Analyses of PT Caltex
Pacific Indonesia, Riau province-Sumatra
1993 Study on habitat and population of babirusa
(Babyrousa babyrussa) in the upper Paguyaman
River, North Sulawesi.
1993 Feasibility Study of proposed Nantu Wildlife
Reserve, North Sulawesi
1994-1995 Study on population and behaviour of lowland
anoa Bubalus depressicornis in Amolengu
Wildlife Reserve,SE Sulawesi
Sept 1996 Study on population and spatial distribution of
lowland anoa Bubalus depressicornis in
Amolengu Wildlife Reserve,SE Sulawesi
1996 Assessment of Sustainable Forest Management at
Forest Concessionaire in Jambi province-Sumatra
1996 Assessment of Sustainable Forest Management at
Forest Concessionaire of Barito Timber Pacific,
Maluku province
1996 Environmental Impact Analyses of the Peat
Swamp Forest in Central Kalimantan
November 1996-February
1997
Study on nutritional requirement of anoa (Bubalus
spp.) in Ragunan Zoo, Jakarta.
1997 Assessment of Sustainable Forest Management at
Forest Concessionaire of Aceh province-Sumatra
1998 Ecological Baseline Study in Bintuni Bay, West
Papua province
25 Year Management Plan of Bukit Tiga Puluh
National Park, Sumatra
2000 25 Year Management Plan of Mangolo
Recreational Forest, SE Sulawesi
2000-2003 Ecology and conservation of lowland anoa
Bubalus depressicornis in SE Sulawesi,
Indonesia.
2006-2007 Kerjasama dengan PT INCO SOROWAKO
dalam penangkaran anoa di Sulawesi Selatan
Karya ilmiah :
Jurnal:
Alikodra, H.S., A.H.Mustari.1994. Study on ecology and conservation of
proboscis monkey (Nasalis larvatus) in Mahakam River Delta, East
Kalimantan; Behaviour and habitat function. Annual Report of
PUSREHUTVol.5:28-38.
Mustari, A.H. 1996. Population of lowland anoa in Tanjung Amolengo
Wildlife Reserve, Southeast Sulawesi, Indonesia. Media Konservasi5(1):1-3
Clayton, L., E.J. Milner Gulland, D.W. Sinaga, A.H. Mustari. 2000. Effect
of proposed ex-situ conservation program on in situ conservation of the
babirusa, an endangered Suid. Conservation Biology14(2):382-385.
Burton, J., J. Riley, A.H. Mustari. 2005. The Anoas (Bubalus depressicornis
& B. quarlesi):Taxonomic status, distribution and conservation
needs.Mammal Rev. 34
Mustari, A.H. 2006. Conservation and management recommendation for
lowland anoa in Sulawesi. Media Konservasi.
Prosiding:
Mustari, A.H. 1997. Illegal hunting of anoa (Bubalusspp.) in Southeast
Sulawesi. Proceeding, Eastern Indo-Australian Vertebrate Fauna.
Mustari, A.H. 2002. Ekologi makan anoa dataran rendah (Bubalus
depressicornis) di Suaka Margasatwa Tanjung Peropa, Sulawesi Tenggara. In:
Sugir N, Suwelo IS, Wiryawan KG, Prawiradilaga DM, Syam, A, Farida WR,
Eds. Prosiding Seminar Nasional Biologi dan Konservasi Ungulata; Bogor, 5
Februari 2002. Bogor: PSIH IPB, Puslit Biologi LIPI, Puslitbang Hutan dan
Konservasi Alam, Dephut.
Rahman, A.M, A.H. Mustari. 2002. Studi karakteristik habitat anoa dataran
rendah (Bubalus depressicornis) di Pinogu, TN Bogani Nani Wartabone. In:
Sugiri N, Suwelo IS, Wiryawan KG, Prawiradilaga DM, Syam, A, Farida
WR, Eds. Prosiding Seminar Nasional Biologi dan Konservasi Ungulata;
Bogor, 5 Februari 2002. Bogor: PSIH IPB, Puslit Biologi LIPI, Puslitbang
Hutan dan Konservasi Alam, Dephut.