pivote ivan

13
1 PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA DI MALAYSIA: Perspektif Sistem Pendidikan Teknik dan Kejuruan Oleh: Ivan Hanafi Abstrak Perkembangan arah ekonomi Malaysia bergeser kepada ekonomi berbasis industri dan membawa dampak langsung kepada kebutuhan tenaga kerja, baik jumlah maupun kualitasnya. Malaysia memerlukan penambahan tenaga kerja lebih dari 60% pada tingkat pertengahan dalam struktur tenaga kerja bagi mencapai sasaran Visi 2020. Untuk itu, sektor pendidikan dan latihan mendapat perhatian tinggi, terutama pada Rancangan Malaysia ke-9 dengan mengalokasikan anggaran lebih dari 22% dari anggaran belanja negaranya. Pendidikan teknik dan kejuruan mempunyai peranan penting dan strategis untuk menyiapkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tinggi bagi memenuhi tuntutan permintaan menghadapi tantangan menjadi negara industri maju pada tahun 2020. Penyiapan SDM melalui pendidikan teknik dan kejuruan dimulai pada jenjang sekolah menengah dan jenjang tertiari. Terdapat lebih dari seribu institusi pendidikan teknik dan kejuruan dengan pelbagai program dan bidang keahlian yang dikelola pemerintah bersama dengan pihak swasta. Namun demikian, untuk mengontrol kualitas dan kesesuaiannya dengan perkembangan industri dan sektor ekonomi, pemerintah Malaysia membentuk Majlis Latihan Vokasional Kebangsaan (MLVK), sebagai lembaga yang menformulasikan, mempromosikan, dan mengkoordinasikan strategi dan program-program pendidikan dan latihan tersebut. Untuk menjamin semua program mempunyai standard yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan di industri, telah ditetapkan National Occupational Skills Standard (NOSS) sebagai spesifikasi kompetensi seorang tenaga kerja pada bidang dan tingkat tertentu. Pendahuluan Malaysia, saat ini dikenal sebagai negara terkemuka baru di kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara. Negara dengan luas 329.794 kilometer persegi (131.794 Km2 di wilayah Semenanjung dan 198.000 Km2 lainnya terletak di Sabah dan Serawak) itu, dipimpin oleh Sultan bergelar Yang Dipertuan Agong sebagai Ketua Negara yang dipilih secara bergiliran di kalangan raja- raja melayu setiap lima tahun. Sedangkan pemerintahannya dijalankan oleh Perdana Menteri sebagai Ketua Pemerintahan yang dipilih melalui pemilihan umum lima tahunan. Malaysia mempunyai 14 Negeri (Provinsi) dan dua Wilayah Persekutuan (Kuala Lumpur dan Putrajaya) dengan jumlah penduduk sekitar 24,36 juta (2005) terdiri dari Bumiputra (65,9%), Cina (25,3%), dan India (7,5%). Negara tetangga serumpun itu memiliki indeks pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan (KDI) lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara berkembang lainnya. KDI Malaysia mencapai angka 3.004 (17) di atas Indonesia 1.105 (21) dan India 868 (22), tetapi di bawah Singapura 4.109 (13) dan Korea 4.027 (14). Bahkan Malaysia berhasrat menjadi negara maju di bidang ekonomi, politik, dan sosial menjelang 2020.

Upload: cahyoguntoro

Post on 05-Dec-2014

1.160 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pivote ivan

1

PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA DI MALAYSIA: Perspektif Sistem Pendidikan Teknik dan Kejuruan

Oleh: Ivan Hanafi

Abstrak

Perkembangan arah ekonomi Malaysia bergeser kepada ekonomi berbasis industri dan membawa dampak langsung kepada kebutuhan tenaga kerja, baik jumlah maupun kualitasnya. Malaysia memerlukan penambahan tenaga kerja lebih dari 60% pada tingkat pertengahan dalam struktur tenaga kerja bagi mencapai sasaran Visi 2020. Untuk itu, sektor pendidikan dan latihan mendapat perhatian tinggi, terutama pada Rancangan Malaysia ke-9 dengan mengalokasikan anggaran lebih dari 22% dari anggaran belanja negaranya. Pendidikan teknik dan kejuruan mempunyai peranan penting dan strategis untuk menyiapkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tinggi bagi memenuhi tuntutan permintaan menghadapi tantangan menjadi negara industri maju pada tahun 2020. Penyiapan SDM melalui pendidikan teknik dan kejuruan dimulai pada jenjang sekolah menengah dan jenjang tertiari. Terdapat lebih dari seribu institusi pendidikan teknik dan kejuruan dengan pelbagai program dan bidang keahlian yang dikelola pemerintah bersama dengan pihak swasta. Namun demikian, untuk mengontrol kualitas dan kesesuaiannya dengan perkembangan industri dan sektor ekonomi, pemerintah Malaysia membentuk Majlis Latihan Vokasional Kebangsaan (MLVK), sebagai lembaga yang menformulasikan, mempromosikan, dan mengkoordinasikan strategi dan program-program pendidikan dan latihan tersebut. Untuk menjamin semua program mempunyai standard yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan di industri, telah ditetapkan National Occupational Skills Standard (NOSS) sebagai spesifikasi kompetensi seorang tenaga kerja pada bidang dan tingkat tertentu.

Pendahuluan Malaysia, saat ini dikenal sebagai negara terkemuka baru di kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara. Negara dengan luas 329.794 kilometer persegi (131.794 Km2 di wilayah Semenanjung dan 198.000 Km2 lainnya terletak di Sabah dan Serawak) itu, dipimpin oleh Sultan bergelar Yang Dipertuan Agong sebagai Ketua Negara yang dipilih secara bergiliran di kalangan raja-raja melayu setiap lima tahun. Sedangkan pemerintahannya dijalankan oleh Perdana Menteri sebagai Ketua Pemerintahan yang dipilih melalui pemilihan umum lima tahunan. Malaysia mempunyai 14 Negeri (Provinsi) dan dua Wilayah Persekutuan (Kuala Lumpur dan Putrajaya) dengan jumlah penduduk sekitar 24,36 juta (2005) terdiri dari Bumiputra (65,9%), Cina (25,3%), dan India (7,5%). Negara tetangga serumpun itu memiliki indeks pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan (KDI) lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara berkembang lainnya. KDI Malaysia mencapai angka 3.004 (17) di atas Indonesia 1.105 (21) dan India 868 (22), tetapi di bawah Singapura 4.109 (13) dan Korea 4.027 (14). Bahkan Malaysia berhasrat menjadi negara maju di bidang ekonomi, politik, dan sosial menjelang 2020.

Page 2: Pivote ivan

2

Keinginan itu bukan tanpa dukungan. Beberapa indikator pertumbuhan ekonominya saat ini menunjukkan peningkatan yang konsisten. Pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) rerata mencapai 5,3% (2005) berbanding 5,1% (2003) dan 4,1% (2002) serta GNP per kapita mencapai RM17.687 (2005) berbanding RM8.953 (2003). Demikian juga pembangunan industrinya cukup pesat, terutama dalam industri manufaktur. Di sektor industri, Malaysia telah membangun lebih 3000 proyek untuk sektor industri manufaktur listrik dan elektronika bekerjasama dengan lebih 50 perusahaan terkenal kelas dunia dari berbagai negara, seperti Amerika, Asia Pasifik, dan Eropa (EPU, 2006; MIDA, 2006). Pergeseran Ekonomi dan Rancangan Malaysia Ke-9 Perkembangan kebijakan ekonomi Malaysia secara singkat dibagi ke dalam empat fasa: (1) Post-Independent (1957-1970); (2) New Economy Policy (1971-1990); (3) National Development Policy (1991-2000); dan (4) National Vision Policy (2001-2010). Masing-masing fasa, sesuai dengan zamannya, mempunyai penekanan yang berbeda-beda jika dilihat dari Kerangka Rancangan Jangka Panjang (Outline Perspective Plan) sebagai arah pelaksanaan pembangunannya. Mulai tahun 2001, Malaysia memasuki era dimana Kebijakan Wasasan Nasional diperkenalkan dengan tema "Building a Resilient and Competitive Nation" yakni meningkatkan kapabilitas nasional dan kualitas pembangunan serta mendorong pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan bagi menghadapi berbagai tantangan di abad ke-21. Tujuan utama kebijakan fasa ini adalah kestabilan persatuan dan kemajuan bangsa, yang dilaksanakan berdasarkan kepada Rancangan Jangka Panjang ketiga (RJP3). RJP3 mempunyai enam landasan strategis, yaitu: (1) penguatan sektor manufaktur; (2) penstrukturan ulang sektor pertanian agar dapat bersaing dan lebih dinamis; (3) pengembangan sektor layanan dan jasa sebagai mesin utama pertumbuhan; (4) percepatan pengembangan kapasitas dan kapabilitas bidang sains dan teknologi untuk meningkatkan persaingan dan efisiensi; (5) peningkatkan penggunaan teknologi komputer dan komunikasi (ICT) di semua sektor untuk meningkatkan produktivitas; (6) peningkatan akses dan kualitas infrastruktur dasar dan layanan sosial bagi meningkatkan efisiensi dan kualiti kehidupan (EPU, 2006). Sejak saat itu, secara bertahap mulai nampak pergeseran arah ekonomi Malaysia, dari pertanian kepada ekonomi yang berdasarkan industri. Namun demikian, sektor pertanian tetap mendapat perhatian tinggi dengan menstruktur ulang penataan manajemen dan meningkatkan penggunaan teknologi agar sektor pertanian dapat lebih dinamis dan dapat bersaing di tingkat internasional, terutama dalam perluasan produk makanan (halal) dan peningkatan ekspornya. Jika dibandingkan dengan sektor lainnya, industri manufaktur mencapai angka GDP relatif tinggi (31,6%) dengan tingkat pertumbuhan rerata 4,1% per tahun (2005) dan sekitar 70% dari ekspor

Page 3: Pivote ivan

3

industri manufaktur adalah listrik dan elektronika. Sementara itu, sektor layanan dan jasa mencapai angka GDP tertinggi (58.20%) dan sektor pertanian dipertahankan stabil dalam pertumbuhannya (3.20%) (EPU, 2006). Pergeseran orientasi ekonomi tersebut membawa dampak terhadap tuntutan penyediaan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tinggi, khususnya untuk kebutuhan penyediaan tenaga kerja di sektor industri manufaktur. Untuk itu, pemerintah Malaysia memberi perhatian tinggi kepada institusi pendidikan dan latihan, terutama berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja terampil bagi memenuhi tuntutan dan permintaan sektor industri, baik jumlah ataupun kualitasnya. Data yang diperoleh dari kajian lapangan juga menunjukkan bahwa Malaysia masih memerlukan tenaga kerja terampil cukup signifikan untuk mendukung perubahan ekonominya (Mustapha et al., 2001; Devadason, 2004; Wan Seman, 2005). Seperti yang dikatakan Wan Seman bahwa Malaysia kini memerlukan perubahan struktur tenaga kerja untuk menghadapi tahun 2020 sebagai negara ekonomi maju. Dengan itu, diperlukan peningkatan jumlah tenaga kerja yang berkemahiran tinggi lebih dari 60% pada tingkat menengah bagi mendukung pertumbuhan industri, seperti ditunjukkan Gambar-1. Untuk itu, perlu upaya serius untuk melaksanakan perubahan struktur tenaga kerja Malaysia, terutama tenaga kerja tingkat menengah dalam struktur pekerjaan dengan ciri-ciri memiliki kompetensi dan berdaya saing tinggi, produktif, dan juga dapat mengimplementasikan pembelajaran sepanjang hayat (Wan Seman, 2005). Hal itu didukung Johanson (2004) yang mengatakan bahwa jika terlalu besar jumlah tenaga kerja berkemahiran rendah dalam struktur tenaga kerja, maka negara membangun tidak akan siap menuju ke arah negara berdasarkan ekonomi industri. Untuk itu, diperlukan perubahan struktur tenaga kerja dengan meningkatkan jumlah tenaga teknisi dan semi-profesional yang berpengetahuan (k-workers) serta mengurangkan tenaga kerja berketerampilan rendah. Dalam Rancangan Malaysia Ke-9 (RM-9, 2006-2010), pemerintah Malaysia memberi tumpuan perhatian yang tinggi pada sektor pendidikan dan latihan. Hal itu, didasari oleh amanat yang disebut dalam the second thrusts sebagai to raise the country’s capacity for knowledge and innovation and nurture first class mentality. Bermakna bahwa pada RM-9 penekanannya lebih kepada pengembangan sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan tinggi dalam bidang sains dan teknologi serta memiliki sikap, nilai, dan etika positif yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan sepanjang hayat (EPU, 2006).

Page 4: Pivote ivan

4

Gambar-1. Perubahan Struktur Tenaga Kerja Malaysia 2020 (Sumber: Wan Seman Wan Ahmad, 2005).

Menurut Zakaria dan Ab. Rahim (2006) Investasi modal yang besar dalam industri berbasis pengetahuan dan perubahan yang cepat dalam bidang teknologi, mengakibatkan peningkatan permintaan yang tinggi terhadap tenaga kerja yang multi-terampil. Investasi modal manusia, terutama di dalam pendidikan, pelatihan dan pelatihan kembali yang saat ini dilakukan pemerintah Malaysia dimaksudkan sebagai upaya untuk menigkatkan daya saing Malaysia di pasaran internasional (Zakaria dan Ab. Rahim, 2006). Dalam mendukung sektor pendidikan dan latihan, pemerintah Malaysia pada tahun pertama RM-9 mengalokasikan anggaran sebesar RM45,15 milyar atau hampir 22% dari anggaran belanja negaranya. Jumlah itu meningkat sebesar RM2,78 milyar (6,6%) dibanding RM-8. Anggaran untuk bidang pendidikan mendapat porsi yang lebih besar (89,4%) dibandingkan untuk pelatihan (10,6%). Hal itu dikarenakan bidang pendidikan mempunyai cakupan yang lebih luas, mulai dari pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga ke pendidikan tertiari (EPU, 2006). Model Penyiapan SDM melalui Pendidikan dan Latihan Secara umum, sistem persekolahan di Malaysia terdiri jenjang dari prasekolah, sekolah rendah 6 tahun dan diakhiri dengan ujian akhir (UPSR),

Page 5: Pivote ivan

5

sekolah menengah rendah 3 tahun dengan ujian akhir (PMR), dan sekolah menengah atas 2 tahun dengan ujian akhir (SPM). Selanjutnya, terdapat dua jalan bagi siswa yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan pasca sekolah menengah (tertiari). Pertama, untuk memasuki pendidikan tinggi (Bacelor), dapat ditempuh melalui tingkatan enam selama dua tahun dengan ujian akhir (STPM) atau melalui program matrikulasi selama satu tahun. Kedua, siswa yang telah mempunyai SPM dapat mengikuti pendidikan tertiari pada Kolej Komuniti, Politeknik, Institut Pendidikan dan Latihan atau Universitas untuk mengambil program diploma selama tiga tahun. Jalur sistem pendidikan di Malaysia hampir sama dengan banyak negara lain, terdiri dari jalur pendidikan umum (akademik) dari mulai jenjang sekolah dasar hingga jenjang universitas dan jalur pendidikan teknik dan kejuruan yang dimulai dari sekolah menengah atas hingga jenjang diploma pendidikan teknik dan kejuruan lanjutan, seperti ditunjukkan pada Gambar-2.

PRIMARY

EDUCATION (6 yrs)

LOWER SEC.

EDUCATION (3 yrs)

Age

SECONDARY

EDUCATION (2 yrs)

UPPER SEC.

EDUCATION (2 yrs)Pre-U (1 yr)

UNIVERSITY

(Degree + Post Degree)

(3-8 yrs)

7

12

15

17

19

23-28

TECHNICAL SECONDARY

EDUC (2 yrs)

SKILL TRAINING

INSTITUTIONS (1-2 yrs)

PROFESSIONAL

EMPLOYMENT

SEMI - PROFESSIONAL

EMPLOYMENT

SKILL WORKER

EMPLOYMENT

VOCATIONAL SEC.

EDUC (2 yrs)

ADVANCE TECHNICAL

& SKILL TRAINING

INSTITUTIONS (2-3 yrs)

POLYTECHNICS /

COLLEGE

EDUCATION (2-3 yrs)

Degree + Diploma Skills

Certificate

Academic Vocational

UNIVERSITY

DIPLOMA (3 yrs)

Gambar-2. Sistem Pendidikan Malaysia (disederhanakan) Pendidikan Teknik dan Kejuruan Jenjang Menengah Pendidikan teknik dan kejuruan mempunyai peran penting dan strategis untuk menyiapkan tenaga kerja terampil bagi mendukung pertumbuhan dan pembangunan di Malaysia, khususnya di sektor industri. Pendidikan teknik dan kejuruan di Malaysia bermula dari jenjang sekolah menengah atas (tingkatan 4-5) dan seterusnya hingga jenjang pendidikan tinggi. Akta Pendidikan 1996 (Education Act 1996) telah menggariskan sistem

Page 6: Pivote ivan

6

pendidikan di Malaysia untuk memberikan program alternatif kepada siswa sekolah menengah dalam bentuk jurusan teknik dan vokasional di jenjang sekolah menengah atas (Marzuki, 1998). Pendidikan teknik dan kejuruan ditetapkan sebagai tempat pelayanan bagi siswa dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan keterampilan, pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu, pelatihan kembali untuk meningkatkan keterampilan yang ada, ataupun pelatihan bidang teknik dan kejuruan lainnya dengan kurun waktu yang bervariasi. Sama halnya dengan pelaksanaan pada sekolah akademik (umum), bagi siswa yang berminat pada bidang teknik atau kejuruan dapat mengikutinya di sekolah menengah teknik atau sekolah menengah vokasional dalam waktu dua tahun. Hingga tahun 2005, terdapat 89 sekolah teknik dan kejuruan, satu sekolah sedang dibangun dan enam lainnya telah disetujui untuk dibangun dalam Rancangan Malaysia Ke-8 (2001-2005). Dari jumlah itu, 20 sekolah menawarkan bidang pendidikan teknik, 65 menawarkan bidang pendidikan teknik dan kejuruan, dan empat sekolah lagi menawarkan bidang pendidikan ekonomi rumah tangga. Bidang pendidikan teknik membekalkan subjek teknikal kepada siswa yang memilih dan berminat pada bidang teknik. Tujuan utama bidang pendidikan teknik ialah memberi dasar keteknikan yang kuat kepada siswa sebagai bekal meneruskan ke jenjang pendidikan lebih tinggi dalam bidang yang sama. Selain itu, bidang teknik juga dapat memberi peluang kepada siswa untuk memperoleh pekerjaan di sektor perindustrian atau perdagangan. Pendidikan kejuruan (vokasional) mempunyai tujuan untuk melahirkan siswa yang kompeten di bidang kejuruan, seperti bisnis, manajemen, ekonomi rumah tangga pada jenjang pendidikan menengah atas. Selain itu juga memberi peluang kepada siswa untuk mendapat pekerjaan sebagai tenaga terampil dalam sektor perindustrian, perdagangan dan pertanian. Sementara itu, jurusan latihan kemahiran lebih menekankan kepada pekerjaan bersifat praktikal untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan keperluan di industri dan tempat kerja lainnya. Siswa mengikuti pelatihan selama satu atau dua tahun dan diarahkan untuk mendapatkan Sijil Kemahiran Malaysia (SKM). Saat ini, program pelatihan kemahiran ditawarkan oleh sekolah-sekolah umum yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan program kejuruan tersebut. Pendidikan Teknik dan Kejuruan pada Jenjang Tertiari Di Malaysia terdapat berbagai institusi yang menyediakan pendidikan dan pelatihan pada jenjang tertiari, khususnya untuk mereka yang telah memiliki Sijil Pelajaran Malaysia (SPM). Seperti halnya pendidikan di sekolah formal, institusi tersebut menyediakan pendidikan dan latihan untuk memberikan pengetahuan dan kemahiran yang sesuai dengan perkembangan pekerjaan serta minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa.

Page 7: Pivote ivan

7

Secara umum, penyelenggaraan pendidikan dan latihan diselenggarakan melalui dua cara, yaitu: (1) pendidikan dan latihan pra-pekerjaan yang dilaksanakan oleh institusi pendidikan teknik dan kejuruan; (2) pendidikan dan latihan (kembali) sebagai bentuk peningkatan kompetensi pekerja yang dilaksanakan oleh industri atau tempat kerja. Pendidikan dan latihan pra-pekerjaan dikelola oleh instansi pemerintah di bawah beberapa kementerian dan swasta. Program-program yang ditawarkan kebanyakannya adalah bidang teknik dan kejuruan. Saat ini, terdapat 1.123 institusi dengan 6.047 program yang telah mendapat akreditasi oleh Majlis Latihan Vokasional Kebangsaan (MLVK), seperti ditunjukkan pada Tabel-1. Tabel-1. Sebaran Institusi Pendidikan dan Latihan Akreditasi MLVK (2006)

No. Penyelenggara

Kementerian/Swasta Institusi Terakreditasi

Σ Institusi Σ Program

K01 Kementerian Sumber Manusia 26 450 K02 Kementerian Pemb. Keusahawanan 165 712 K03 Kementerian Belia dan Sukan 15 286 K04 Yayasan Pendidikan Johor 10 103 K05 Kementerian Pendidikan Malaysia 66 354 K06 Kementerian Pertanian 10 30 K07 Kementerian Dalam Negeri 16 47 K08 Kementerian Pertahanan 15 149 K09 Kementerian Pembangunan Luar Bandar 2 25 K10 Kementerian Wanita 4 8 K11 Kementerian Sarawak 1 16 K14 Institusi Latihan Otoritas Negeri 31 300 K15 Kementerian Industri dan Komoditi 1 2 I01 Institusi Pelatihan Perusahaan Swasta 15 91 P01 Institusi Pelatihan Perkumpulan Swasta 2 2 L00 Institusi Pelatihan Swasta 741 3.447 NDT Institusi Pelatihan Tes Non-Destructive 3 25

Total 1.123 6.047

(Sumber: MLVK, 2006) Selain institusi pendidikan dan pelatihan yang mendapat akreditasi MLVK tersebut, terdapat 54 institusi lain, terdiri dari 20 Politeknik dan 34 Kolej Komuniti yang berada di bawah tanggungjawab Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia (KPTM dipisah dari Kementerian Pendidikan Malaysia sejak tahun 2004). Dengan demikian, secara keseluruhan institusi pendidikan teknik dan kejuruan pada jenjang tertiari di Malaysia berjumlah sekitar 1.157 institusi dengan lebih dari enam ribu program di bidang pendidikan teknik dan kejuruan.

Page 8: Pivote ivan

8

Peran dan Fungsi Majlis Latihan Vokasional Kebangsaan Majlis Latihan Vokasional Kebangsaan (MLVK) atau National Vocational Training Council (NVTC) didirikan pada 2 Mei 1989 di bawah koordinasi Kementerian Sumber Manusia. Tujuannya adalah untuk memformulasikan, mempromosikan, dan mengkoordinasikan strategi dan program pendidikan dan latihan dan industri bagi mendukung perkembangan ekonomi dan teknologi yang semakin cepat di Malaysia. Dengan itu, MLVK mempunyai fungsi untuk: (1) menilai kebutuhan keterampilan yang diperlukan tempat kerja di Malaysia; (2) mengembangkan standard keterampilan (the National Occupational Skills Standar – NOSS); (3) melaksanakan program sertifikasi keterampilan; dan (4) mempromosikan pelatihan keterampilan dan karier berbasis keterampilan (MLVK, 2006). Untuk memastikan peran MLVK sesuai dengan kebutuhan dan permintaan lapangan kerja, maka keanggotaan dalam organisasinya merupakan gabungan antara unsur-unsur pemerintah dan swasta. Dalam struktur organisasi, MLVK diketuai oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Sumber Manusia dan anggotanya terdiri dari wakil pemerintah dan wakil dari swasta. Selain itu, terdapat anggota tambahan yang ditunjuk dan berperan sebagai penyeimbang dan memastikan agar MLVK sejalan dengan rekomendasi yang diberikan oleh pemerintah Malaysia. Dalam kiprahnya, MLVK telah mengenalkan dua perubahan penting pada sistem pelatihan, yaitu (1) mengadopsi 5 tingkat Kerangka Kelayakan Kemahiran yang menjadi Sijil Kemahiran Malaysia (SKM); (2) mengenalkan pendekatan akreditasi untuk menggantikan sistem tes ketrampilan nasional sebelumnya. Perubahan itu dimaksukan untuk menyesuaikan dengan permintaan kebutuhan dan tuntutan produktivitas dan kualitas tenaga kerja terampil di Malaysia. Selain itu, perubahan itu juga untuk mencapai penyelarasan dan pengkoordinasian yang lebih efektif dari berbagai instansi penyelenggara pendidikan dan pelatihan dengan jumlah program yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun sektor swasta. Untuk mendukung penyiapan tenaga kerja terampil, juga dikembangkan pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan pendekatan ini, siswa dibekali kompetensi yang sesuai dengan kualifikasi pekerjaan di tempat kerja atau industri, sehingga siswa dapat memahami dan menguasai pekerjaan secara tuntas. Dengan konsep ini, penekanan pembelajaran bergeser dari instruktur kepada siswa (student-centred learning) dan program sertifikasi keterampilan dapat dikembangkan dengan lebih fleksibel. Selain itu, pemerintah Malaysia memberi tugas kepada MLVK untuk membina pendidikan dan pelatihan dual system sejak tahun 2005 dan pelaksanaannya bekerjasama dengan berbagai industri di Malaysia. Dalam menjamin mutu lulusan untuk setiap program yang ditawarkan, MLVK melakukan kontrol terhadap kualitas pelaksanaan ujian, yakni mengawasi prosedur pelaksanaan ujian pada tiap jenjang dan program. Prosedur

Page 9: Pivote ivan

9

pelaksanaan ujian untuk pengambilan sertifikat keterampilan pada semua tingkat, MLVK mensyaratkan adanya tim penguji gabungan, terdiri dari (1) Penilai; (2) Penguji internal; dan (3) Penguji eksternal. Dalam sistem ini, Penilai dan Penguji internal ditunjuk dari institusi berkenaan, sedangkan Penguji eksternal ditunjuk oleh MLVK. Sistem Sertifikasi Keterampilan di Malaysia Untuk menjamin semua program yang ditawarkan oleh institusi pendidikan dan latihan mempunyai standard yang sesuai dengan keterampilan yang diperlukan oleh tempat kerja atau industri, MLVK telah mengembangkan standar keterampilan yang dikenal dengan Nasional Occupational Skills Standards (NOSS). NOSS digambarkan sebagai spesifikasi kemampuan seorang tenaga kerja terampil yang bekerja untuk bidang dan tingkat jabatan tertentu di Malaysia. Dalam menyusun NOSS, MLVK mengikutsertakan para praktisi dan kalangan tenaga ahli dari industri agar standar yang ditetapkan benar-benar mewakili setiap pekerjaan yang diperlukan di industri. Dengan memanfaatkan NOSS sebagai rujukan bagi setiap kurikulum dan pelaksanaan program pelatihan, maka institusi pendidikan dan pelatihan dapat memastikan bahwa lulusannya dapat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan di tempat kerja atau industri. Dalam aplikasinya, NOSS disusun dalam bentuk tahapan keterampilan yang dikenal dengan Sijil Kemahiran Malaysia (SKM) Level-1 hingga Level-5. SKM-1 hingga SKM-3 adalah tahap keterampilan dasar, sedangkan SKM-4 hingga SKM-5 disebut sebagai tahap keterampilan lanjutan atau setara dengan diploma. Konsep dasar yang digunakan untuk membangun struktur SKM adalah berdasarkan kategori dalam struktur pekerjaan yang dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaan tertentu, termasuk keterampilan manajemen yang harus dimiliki oleh individu untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Secara visual, kerangka sistem sertifikasi kualifikasi keterampilan di Malaysia, dapat dilihat pada Gambar-3. Pada Gambar-3, struktur pekerjaan dibagi dalam tiga kategori, yakni (1) operasi, (2) supervisi, dan (3) manajerial. Untuk tiap kategori dalam struktur pekerjaan, mempunyai tahapan kualifikasi yang dibagi menjadi kualifikasi pengetahuan dan keterampilan. Masing-masing kualifikasi, mempunyai persyaratan pengetahuan (teori) dan keterampilan (praktek) dengan porsi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatan dan bidang pekerjaannya. Pada kategori operasi dengan kualifikasi SKM-1, SKM-2, atau SKM-3 syarat keterampilan praktikal lebih banyak dibanding dengan kategori supervisi dan manajerial. Sebaliknya pada kategori manajerial dan supervisi dengan kualifikasi SKM-4 atau SKM-5, selain memiliki pengetahuan, juga disyaratkan memiliki kemampuan manajemen dan supervisi yang memadai.

Page 10: Pivote ivan

10

Gambar-3. Kerangka Kualifikasi Sertifikasi Keterampilan di Malaysia Pendidikan dan Latihan Teknikal Bi-National Dari berbagai institusi yang ada di Malaysia, beberapa diantaranya adalah bentuk bi-national, yaitu institusi yang dibina oleh dua negara melalui Memorandum of Understanding (MoU). Di antara institusi tersebut adalah German Malaysian Institute (GMI), Malaysian French Institute (MFI), British Malaysian Institute (BMI), dan Malaysian Spanish Institute (MSI) yang semuanya berada di bawah pengelolaan Majlis Amanah Rakyat (MARA). Institusi tersebut diwujudkan secara kerjasama persefahaman Goverment-to-Goverment yaitu antara Malaysia dengan Jerman, Perancis, Inggeris, dan Sepanyol. Selain itu, terdapat bentuk kerjasama antara Malaysia dengan negara Jepang di bawah pengelolaan Kementerian Sumber Manusia. Salah satu institusi bi-national yang mempunyai prestasi cukup baik dan lulusannya diminati oleh banyak industri adalah institusi GMI. Pada awal pelaksanaanya, GMI didukung penuh oleh pemerintah Malaysia dan Jerman dengan misi untuk mengalihkan teknologi dari negara Jerman ke Malaysia melalui pendidikan dan latihan dalam bidang teknologi produksi dan

Skills

Management &

Supervisory

Knowledge

Page 11: Pivote ivan

11

elektronik perindustrian. Saat ini, setelah berjalan lebih dari 10 tahun, semua lapisan pengurusan dipegang oleh orang Malaysia dan menjadi institusi swakelola. GMI merupakan salah satu pendidikan teknik dan kejuruan yang dinilai berhasil meluluskan siswa pada jenjang diploma atau setara dengan SKM-4. Indikasi keberhasilan GMI, terlihat dari tingginya lulusan yang segera memperoleh pekerjaan (81.90%) dan melanjutkan pendidikan (10,3%). Selain itu, lulusan GMI diminati oleh banyak industri di Malaysia, terbukti dengan banyaknya industri yang datang untuk mencari dan ‘melamar’ lulusan sebelum mereka lulus. Dari data yang diperoleh, dapat memberi gambaran bahwa GMI merupakan sebuah pusat pendidikan dan latihan teknik dan kejuruan yang terpadu. Selain sebagai pusat pendidikan dan latihan teknik berteknologi tinggi dalam bidang teknologi produksi dan elektronik perindustrian, GMI juga sebagai tempat pendidikan dan latihan instruktur, pusat pelayanan dan jasa untuk industri lokal, dan juga sebagai pusat persiapan siswa yang akan mengikuti pendidikan tinggi teknik di Jerman. Untuk menyiapkan lulusannya, GMI didukung oleh instruktur dengan jumlah dan latar belakang pendidikan yang memadai. Ratio instruktur dan siswa sekitar 1:10,5 dan semua instruktur mempunyai ijazah sarjana, bahkan diantara mereka (17,2%) telah pula memperoleh gelar Master di bidangnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Sementara instruktur lainnya diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang Master. Manajemen GMI merencanakan pada tahun 2010, jumlah instruktur yang bergelar Master di bidang berkaitan mencapai jumlah 50%. Dalam pelaksanaan dan proses pembelajarannya, GMI menerapkan enam pendekatan dan strategi, diantaranya penyesuaian kurikulum yang dinamis, pembelajaran broad-based, pendekatan latihan hands-on, pembelajaran berpusat pelajar, pembelajaran berbasis projek, dan latihan industri yang terkawal. Keenam pendekatan dan strategi tersebut dijadikan sandaran untuk membekalkan siswanya, selain memiliki keterampilan di bidang teknik, juga kemampuan sosial, dan keterampilan employability yang memadai. Hal itu sejalan dengan banyak hasil studi yang mengatakan bahwa pada masa kini pekerjaan memerlukan keluwesan, inisiatif dan kemampuan untuk menangani pelbagai tugas yang beragam. Untuk itu, sistem pendidikan dan pelatihan seharusnya tidak hanya menyiapkan siswa dengan keterampilan bidang tertentu saja, tetapi juga harus memberi bekal kemampuan sosial, komunikasi, penyesuaian diri, belajar, dan juga memiliki nilai kualitas peribadi yang luhur (Gibb dan Curtin, 2004). Kesimpulan Pertumbuhan dan perkembangan sektor ekonomi di Malaysia, memberikan dampak yang luas dan signifikan kepada sektor-sektor lain, termasuk sektor industri manufaktur yang menjadi tumpuan kedua setelah sektor layanan

Page 12: Pivote ivan

12

dan jasa dalam perkembangan ekonominya. Tuntutan permintaan tenaga kerja terampil sangat tinggi pada tingkat pertengahan dalam struktur pekerjaan, seperti pada tingkat operator terampil, supervisor, dan manajer operasi. Pendidikan teknik dan kejuruan merupakan bentuk pendidikan dan latihan yang menjadi harapan untuk menyediakan tenaga kerja terampil. Malaysia memerlukan sistem dan strategi yang tepat dalam mengelola pendidikan teknik dan kejuruan agar benar-benar dapat memberikan peran dan konstribusi yang signifikan terhadap peningkatan produktivitas, sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonominya. Sumber daya manusia terampil di Malaysia, disiapkan mulai dari jenjang sekolah menengah atas hingga jenjang tertiari dan dilaksanakan oleh berbagai institusi pendidikan teknik dan kejuruan, baik pemerintah maupun swasta. Institusi swasta mempunyai jumlah lebih besar (67,5%), jika dibandingkan dengan institusi pemerintah. Sejalan dengan perkembangan itu, pemerintah Malaysia mendirikan MLVK, sebagai badan yang mempunyai peran regulator dalam sistem pendidikan dan latihannya, termasuk melakukan akreditasi terhadap institusi dan program-program yang ditawarkan kepada masyarakat. Disamping itu, MLVK juga mengendalikan kualifikasi keterampilan melalui sistem sertifikasi terpadu (SKM) untuk semua jenis pendidikan dan latihan pada tingkat tertiari. Salah satu institusi pendidikan teknik dan kejuruan yang telah banyak menyumbang tenaga kerja terampil bagi mendukung perkembangan industri manufaktur di Malaysia adalah GMI. Dengan fasilitas yang memadai, dukungan sistem manajemen yang kuat, pendekatan dan strategi pembelajaran yang terpadu, dan hubungan yang erat dengan industri, dapat mendorong GMI menjadi institusi yang berhasil memberi bekal pengetahuan dan keterampilan teknik serta keterampilan employability yang memadai bagi siswanya untuk terjun ke dunia kerja.

Page 13: Pivote ivan

13

Bibliografi EPU, 2006. The Ninth Malaysian Plan. Putrajaya: EPU. Devadason, E., 2004. Labour Market Changes and transformation in The

Malaysian Manufacturing, 1981-2000 (FEA Working Paper No. 2004-2). Kuala Lumpur: University of Malaya.

Fugate, M., Kinicki, A. J. & Ashforth, B. E., 2004. Employability: A psycho-social construct, its dimension, and applications. Journal of Vocational Behavior, 65(2), 14-38.

Gibb, J. dan Curtin, P., 2004. Overview. Dalam J. Gibb (Ed.), Generic Skills in vocational education and training (pp. 7-18). Adelaide: NCVER Ltd.

Jailani Md. Yunos, Wan Mohd Rashid Wan Ahmad, Noraini Kaprawi, dan Wahid Razally, 2007. System of Technical & Vocational Education and Training in Malaysia (TVET). Makalah pada 2nd International TT-TVET EU-Asia-Link Project Meeting. VEDC Malang, Indonesia.

Johanson, R. (2004). Technical Education and Vocational Training Strategies in Asia Region. http://www.adb.org/documents/ events/2004/education-trainingprospects/johanson.html. Diakses pada 10 Mac 2005.

Kanaphathy, V., 2004. International Migration and Labour Market Developments in Asia: Economic Recovery, the Labour Market and Migrant Workers in Malaysia. Makalah pada the 2004 Workshop on International Migration and labour Markets in Asia. Japan.

Marzuki, S. C., Ishak, Z., Wing, L. P. & Siraj, S., 1998. Pendidikan di Malaysia. Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors Sdn Bhd.

McLeish, A., 2002. Employability Skills for Australian Small and Medium Sized Enterprises: Report of the interviews and focus groups with small and medium enterprises. Canberra: Department of Education, Science, and Training, Australia.

MLVK, 2006. Standard Kemahiran Pekerjaan Kebangsaan. http://www.nvtc.gov.my/bm/ Diakses pada 16 Agustus 2007.

Mustapha, R. & Ibrahim, M. S. & Abdullah, A.., 2001. Tech-Prep and School-to-Work Reforms in Malaysia: Meeting the Global Challenges. Makalah The IVETA Annual Conference, Montego Bay, Jamaica.

Tzannatos, Z. & Johnes, G., 1997. Training and Skills Development in the East Asian Newly Industrialised Countries: a comparison and lessons for developing countries. Journal of Vocational Education and Training, 49 (3), 431-453.

Wan Seman Wan Ahmad, 2005. The New Sectors of Economic Growth: The Contributing Role of Technical and Vocational Education. Makalah pada The National Technical and Vocational Education Conference, Kuala Lumpur, Malaysia.

Zakaria Kasa dan Ab. Rahim Bakar, 2006. Vocational and Technical Education and Career Development: Malaysian Perspectives. Makalah Disajikan pada Educational Conference, Sarawak.