phep

25

Click here to load reader

Upload: gheadie-mha

Post on 01-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PHEP CUIII

TRANSCRIPT

Page 1: PHEP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman budidaya selalu tidak pernah lepas dari serangan hama dan penyakit. Mulai dari serangan yang ringan hingga serangan berat yang menyebabkan tanaman budidaya mati sehingga petani menjadi gagal panen. Penanganan yang selama ini dilakukan oleh petani yaitu dengan menyemprotkan pestisida. Hal ini sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif, karena dapat mencemari ekosistem dan dapat menyebabkan resurgensi dan resisten.

Penerapan batas ambang ekonomi untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk menangani hama merupakan salah satu cara yang lebih aman dan ramah lingkungan, sebab tidak setiap hari ataupun setiap minggu kita menyemprot tanaman budidaya dengan pestisida. Hal pertama yang dilakukan untuk menentukan apakah telah mencapai batas ambang ekonomi yaitu dengan pengamatan. Hal yang diamati meliputi jumlah populasi, tingkat serangan hama dan penyakit serta intensitas serangannya. Dengan menerapkan sistem batas ambang ekonomi, diharapkan mampu mengurangi penggunaan pestisida.

1.2 Tujuan

- Mengetahui batas ambang ekonomi

- Mengetahui macam-macam pengamatan

- Mengetahui bentuk-bentuk penyebaran hama

- Dapat menggunakan teknik pengambilan contoh untuk mengambil hama

- Mengetahui macam-macam perangkap yang dapat digunakan untuk menangkap hama

- Mengetahui faktor yang mempengaruhi epidemologi tumbuhan

Page 2: PHEP

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengamatan dan Ambang Ekonomi

Pengamatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan data atau keterangan dengan jalan mengamati, melakukan perhitungan atau pengukuran terhadap objek yang diteliti

Ambang ekonomi yaitu tingkat kepadatan populasi hama atau tingkat intensitas kerusakan tanaman yang mulai mengakibatkan terjadinya kerugian ekonomik.

2.2 Peranan Pengamatan dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

Pengamatan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan baik sebelum kegiatan pengendalian dilakukan yaitu untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan kegiatan pengendalian, maupun sesudah pengendalian dilakukan yaitu untuk melakukan evaluasi terhadap hasil pengendalian yang dilakukan tersebut.

Jadi data atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan perlu tidaknya pengendalian dilakukan, metode pengendalian yang dipilih dan bagaimana cara melakukannya, tindakan apa dan bagaimana cara melakukannya yang harus diambil untuk mencegah meluasnya penyakit dan serangan hama.

2.3 Macam-macam Pengamatan

Berdasarkan sifatnya, pengamatan dibedakan menjadi :

a. Pengamatan kualitatif, bila kegiatan pengamatan bermaksud untuk mengetahui macam hama atau penyakit, lokasinya dan bagaimana keadaannya

b. Pengamatan kuantitatif, bila kegiatan pengamatan bermaksud untuk mengetahui lebih rinci tentang hama atau penyakit, yaitu berapa luas serangan dan intensitasnya.

Berdasarkan kekerapan (frekuensi)nya, pengamatan dibedakan menjadi :

Page 3: PHEP

a. Pengamatan tetap / pengamatan kontinyu / pengamatan reguler, yaitu pengamatan yang dilakukan terus menerus secara berkala atau dengan skala (interval) waktu tertentu pada suatu wilayah pengamatan tertentu. Pengamatan tetap menghasilkan data keadaan hama dan penyakit dari waktu ke waktu sehingga dapat memberi gambaran tentang dinamika penyakit dan populasi hama di wilayah pengamatan tersebut

b. Pengamatan keliling/insidental, yaitu pengamatan yang dilakukan sekali-sekali bila keadaan memerlukan. Pengamatan keliling bertujuan untuk menutupi kekurangan yang terdapat pada pengamatan tetap, karena pada pengamatan tetap jumlah petak contoh sangat terbatas. Pada prinsipnya pengamatan keliling adalah pengamatan untuk mengetahui terjadinya serangan hama atau timbulnya penyakit pada tempat-tempat tertentu yang dapat menjadi sumber hama atau penyakit. Dasar dilakukannya pengamatan keliling adalah bila secara visual tanaman atau bagian tanaman menunjukkan gejala yang patut dicurigai, atau adanya informasi dari sumber yang dapat dipercaya.

Berdasarkan jumlah sampel (contoh) yang diamati, pengamatan dibedakan menjadi :

a. Pengamatan global, yaitu pengamatan yang cukup dilakukan pada skala wilayah pengamatan yang cukup luas, tetapi dengan jumlah sampel yang relative sedikit. Data atau informasi yang diperoleh biasanya masih sangat kasar atau masih kurang teliti.

b. Pengamatan halus, merupakan kelanjutan dari kegiatan pengamatan global yaitu apabila pengamatan global diperoleh data atau informasi yang menunjukkan adanya penyakit atau serangan hama yang cukup mengkhawatirkan. Untuk itu perlu dilakukan penambahan jumlah sampel yang diamati untuk meningkatkan ketelitian dari data atau informasi yang diperoleh.

2.4 Pengamatan dan Penilaian Serangan Hama

Seringkali diperlukan penilaian terhadap tingkat serangan hama, baik berdasarkan tingkat kepadatan populasi hama maupun tingkat intensitas kerusakannya. Biasanya pertanaman berdasarkan penilaian tersebut dikategorikan menjadi :

a. Pertanaman sehat, bila pertanaman tidak mengalami serangan hama sama sekali sampai batas ambang ekonomi.

Page 4: PHEP

b. Pertanaman dengan serangan/kerusakan ringan, bila pertanaman mengalami serangan hama mulai batas ambang ekonomi sampai dibawah kerusakan 25%

c. Pertanaman dengan serangan/kerusakan sedang, bila pertanaman mengalami serangan hama mulai batas kerusakan 25% sampai dibawah 50%.

d. Pertanaman dengan serangan/kerusakan berat, bila pertanaman mengalami serangan hama mulai batas 50% sampai dibawah 85%

e. Pertanaman dengan serangan/kerusakan puso, bila pertanaman mengalami kerusakan sama dengan atau lebih besar dari 85%

2.5 Pengamatan dan Penilaian Serangan Penyakit

Tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh penyakit tanaman disebut intensitas penyakit. Pada kasus yang menyebabkan matinya atau tidak berproduksinya tanaman (misal damping off dan penyakit-penyakit viral) atau rusaknya bagian komersial tanaman (misalnya buah, bunga dsb) penentuan intensitas penyakit sangat mudah, karena hanya dinyatakan dalam persen tanaman atau bagian tanaman yang sakit terhadap keseluruhan populasi tanaman atau bagian tanaman yang diamati.

Untuk kasus selain di atas, pada tanaman atau bagian tanaman yang diamati harus dilakukan penilaian tingkat kerusakan masing-masing tanaman atau bagian tanaman dan intensitas penyakit atau fungsi dari tingkat kerusakan tanaman atau bagian tanaman tersebut.

2.6 Bentuk-bentuk Penyebaran dan Ciri-cirinya

a. Penyebaran Acak

Pada bentuk penyebaran ini kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang tidak dipengaruhi ataupun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada pada titik yang lain. Dengan kata lain kedudukan individu serangga hama dalam satu titik di dalam ruang bebas tidak terpengaruh oleh individu serangga hama yang lain.

Penyebaran ini mempunyai ciri-ciri bahwa nilai keragaman (varian) kepadatan populasi hama besarnya sama dengan nilai rata-rata.

Page 5: PHEP

b. Penyebaran Teratur

Pada bentuk penyebaran teratur kepadatan populasi serangga hama hamper merata. Oleh sebab itu hasil pengamatan kepadatan populasi pada setiap unit sampel relative akan sama.

Bentuk penyebaran teratur secara matematik akan dicirikan dengan besarnya nilai keragaman akan lebih kecil daripada rata-ratanya. Hal ini disebabkan kepadatan populasi yang relatif homogen.

c. Penyebaran Mengelompok

Bentuk penyebaran ini seakan-akan merupakan kebalikan dari bentuk penyebaran acak, dimana kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang akan dipengaruhi oleh ataupun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada pada titik yang lain.

Pada umumnya penyebaran mengelompok terjadi pada tingkat lanjut dari penghunian suatu lahan pertanaman oleh hama, jadi akan terjadi pada tingkat imigrasi yang telah berlanjut.

2.7 Teknik Pengambilan Contoh

a. Teknik Sampling Secara Acak

Cara ini didasarkan pemikiran bahwa untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili keseluruhan objek, pengambilannya dilakukan secara acak. Artinya setiap anggota objek yang diteliti mempunyai peluang atau kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.

b. Teknik Sampling Terpilih

Untuk memenuhi pengamatan yang bersifat ekstensif, maka sampel pengamatan yang jumlahnya hanya sedikit, haruslah betul-betul dipilih yang dapat mewakili keadaan secara umum. Hal itu hanya dapat dilaksanakan apabila telah diketahui sifat-sifat atau kondis objek pengamatan secara umum. Sehingga sifat pengambilan sampel hanya ingin membuktikan apakah sifat-sifat umum dari hasil pendugaan tersebut terwujud pada sampel pengamatan.

2.8 Bentuk Penafsiran Tingkat Populasi Hama

1. Penafsiran Populasi Mutlak

Pada penafsiran populasi mutlak nilai dari populasi hama dinyatakan dalam satuan (unit) luas tanah atau habitat dari hama.

Page 6: PHEP

2. Penafsiran Populasi Relatif

Tujuan dari penafsiran ini yaitu untuk mengetahui perubahan populasi dari waktu ke waktu, atau perbedaan dari satu tempat dengan tempat yang lain.

3. Penafsiran Indeks Populasi

Pengamatan secara tidak langsung terhadap hasil dari kegiatan serangga hama (sarang, hasil kotoran, atau terhadap kerusakan tanaman oleh hama) adalah termasuk penafsiran indeks populasi. Dari penafsiran indeks populasi ini yang sangat umum dikerjakan untuk tujuan pengendalian hama adalah pengamatan terhadap kerusakan tanaman.

2.9 Macam-macam Perangkap

1. Perangkap Lampu

Jenis lampu yang semula biasa digunakan adalah lilin, lampu minyak tanah. Kemudian berkembang ke lampu listrik, dan sekarang banyak digunakan lampu dengan sinar ultraviolet.

Penggunanan lampu dengan intensitas cahaya yang lebih kuat umumnya akan menarik lebih banyak serangga hama. Disamping itu penggunaan lampu dengan jenis cahaya/warna tertentu sering memberikan daya tarik tertentu bagi suatu jenis serangga tertentu.

2. Perangkap Malaise

Perangkap ini berupa tenda yang dibentangkan dengan dipasang tabung atau botol pembunuh pada ujung-ujungnya. Serangga terbang yang membentur tenda itu akan secara otomatis merayap ke arah atas menuju atau masuk kedalam botol pembunuh. Perangkap ini efektif untuk menangkap serangga dewasa jenis Diptera dan Hymenoptera.

3. Perangkap Nampan

Biasa digunakan untuk menangkap serangga yang aktif terbang yang berukuran kecil, misalnya jenis Homoptera. Sering digunakan nampan dengan warna yang berbeda-beda, sebab dengan warna tertentu umumnyaakan memberikan efektivitas tertentu pada jenis serangga tertentu.

4. Perangkap Jatuhan (pit fall)

Page 7: PHEP

Banyak digunakan untuk menangkap serangga yang merayap di permukaan tanah. Pemasangannya dapat menggunakan umpan ataupun tanpa umpan.

5. Perangkap Lekat

Dapat digunakan untuk berbagai jenis serangga yang aktif terbang. Berbagai jenis perekat yang digunakan jangan yang mudah kering bila terkena sinar matahari.

6. Perangkap menggunakan zat penarik (atraktan)

Sering digunakan untuk untuk mengikuti perkembangan populasi hama. Misalnya jenis lalat buah dapat diikuti perkembangannya dengan memasang alat perangkap yang menggunakan zat penarik Methyleugenol atau menggunakan Qulure.

2.10 Hama Penting Tanaman

a. Nama : Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hubner)

b. Gejala Serangan : Terpotongnya tanaman pada pangkal batang sehingga tanaman rebah

2.11 Penyakit Penting Tanaman

a. Nama : CMV

b. Gejala Serangan : Warna belang pada daun, pertumbuhan terhambat, ukuran daun, cabang dan buah lebih kecil dari tanaman normal.

2.12 Faktor Yang Mempengaruhi Penyebaran Hama

Faktor lingkungan atau faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan serangga antara lain :

1. Faktor abiotik (fisik) antara lain : suhu, cahaya, kelembapan, curah

hujan.

Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi

kehidupan serangga, baik terhadap perkembangan maupun

aktivitasnya. Pengaruh suhu terhadap serangga terbagi menjadi

beberapa kisaran. Pertama, suhu maksimum dan minimum yaitu

kisaran suhu terendahatau tertinggi yang dapat menyebabkan

Page 8: PHEP

kematian pada serangga; kedua adalah suhu estivasi atau hibernasi

yaitu kisaran suhu diatas atau dibawah suhu optimum yang dapat

mengakibatkan serangga mengurangi aktivitasnya atau dorman;

dan ketiga adalah kisaran suhu optimum. Pada sebagian besar

serangga kisaran suhu optimumnya adalah15-380 C.

Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan,

perkembangannya dan tahan kehidupannya serangga baik secara

langsung maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas

serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makanan, tempat

yang lebih sesuai. Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas

cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya. Serangga diurnal yaitu

serangga yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi aktif pada

siang hari. Serangga krepskular adalah serangga yang

membutuhkan intensitas cahaya sedang aktif pada senja hari.

Serangga nokturnal adalah serangga yang membutuhkan intensitas

cahaya rendah aktif pada malam hari.

Serangga seperti juga hewan yang lain harus memperhatikan

kandungan air dalam tubuhnya, akan mati bila kandungan airnya

turun melewati batas toleransinya. Berkurangnya kandungan air

tersebut berakibat kerdilnya pertumbuhan dan rendahnya laju

metabolisme. Kandungan air dalam tubuh serangga bervariasi

dengan jenis serangga, pada umumnya berkisar antara 50-90% dari

berat tubuhnya. Pada serangga berkulit tubuh tebal kandungan

airnya lebih rendah. Agar dapat mempertahankan hidupnya

serangga harus selalu berusaha agar terdapat keseimbangan air

yang tepat. Beberapa serangga harus dilingkungan udara yang

jenuh dengan uap air sedang yang lainnya mampu menyesuaikan

diri pada keadaan kering bahkan mampu menahan lapar untuk

beberapa hari. Kelembaban juga mempengaruhi sifat-sifat,

kemampuan bertelur dan pertumbuhan serangga.

Page 9: PHEP

Curah hujan merupakan pemicu perkembangan eksternal dan

berguna untuk merangsang keluarnya kasta reproduksi dari sarang.

Serangga tidak keluar jika curah hujan rendah. Curah hujan yang

terlalu tinggi juga dapat menurunkan aktivitas serangga. Curah

hujan umumnya memberikan pengaruh fisik secara langsung pada

kehidupan koloni serangga. (Anonymousf, 2011)

2. Faktor biotic

Faktor biotik adalah semua faktor yang pada dasarnya bersifat hidup dan berperan dalam keseimbangan populasi OPT. Termasuk dalam faktor biotik adalah parasit, predator, kompetisi dan resistensi tanaman. Faktor makanan adalah unsur utama yang menentukan perkembangan OPT. Tersedianya inang (tanaman dan hewan) yang menjadi sumber makanan merupakan factor pembatas dalam menentukan taraf kejenuhan populasi (carryng Capacity) lingkungan atas OPT..Untuk faktor kompetitor, Apabila terdapat jenis lain atau individu lain yang kebutuhannya sama di suatu tempat yang sama maka terjadi kompetisi, Kompetisi intraspesifik menyebabkan pemencaran dan perkelahian, Kompetisi interspesifik (Jenis hama berbeda tetapi makanan sama). Di dalam hal ini yang paling sering predator kalah saing. Selain itu musuh alami kadang juga merupakan faktor yang bisa mengendalikan populasi hama.

2.13 Faktor Yang Mempengaruhi Epidemologi Tumbuhan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan (penyebaran)

penyakit, antara lain hádala sebagai berikut :

1. Iklim

Unsur-unsur iklim yang berpengaruh besar terhadap

perkembangan dan penyebaran penyakit hádala sebagai berikut :

2. Suhu

Untuk berkembang dengan pesat, setiap patogen

menghendaki suhu tertentu.misalnya : Fusarium oxysporum 21º C-

33º C. Bila suhu lebih tinggi atau lebih rendah daripada kisaran

Page 10: PHEP

suhu tersebut, perkembangan dan penyebaran pathogen akan

terhambat, bahkan petogen bisa mati

3. Kelembapan

Hampir sebagian besar penyebab penyakit tanaman, terutama

golongan cendawan, akan berkembang dengan pesat pada

kelembapan tinggi misalnya Phytopthora palmivora.

4. Cahaya

Factor cahaya yang paling utama adalah sinar matahari. Sinar

matahari memiliki hubungan erat dengan suhu dan kelembapan.

Akibat cahaya matahari terik, suhu lingkungan tempat tanaman

tumbuh akan naik. Bila pada lingkungan tersebut terdapat banyak

air, maka akan terjadi penguapan sehingga lingkungan menjadi

lembap. Kondisi seperti ini Amat di senangi oleh patogen untuk

melakukan aktivitas hidupnya, termasuk berkembangbiak.

5. Angin

Tubuh patogen Amat ringan sehingga bila ada angin sedikit

saja akan mudah lepas dan terbawa terbang. Semakin angin bertiup

kencang, maka penyebaran patogen semakin jauh dan dalam waktu

relatif singkat penyakit cepat meluas.

6. Curah Hujan

Tumbukan air hujan ke permukaan tanah akan menimbulkan

cipratan-cipratan. Patogen yang ada pada tanah ikut terlempar, lalu

menempel pada bagian yang lunak, terutama pada tanaman muda

atau tanaman semusim kemudian memparasiti tanaman tersebut.

Banyak patogen yang menghendaki curah hujan tinggi, seperti

Phytophthora palmivora.

Page 11: PHEP

7. Tanah

Sifat-sifat tanah dapat mempengaruhi perkembangan

(penyebaran) penyakit tanaman misalnya :

PH Tanah: Tanah yang mempunyai PH rendah di sukai oleh

sebagian besar cendawan. Pada tanah masa, cendawan berkembang

pesat sehingga banyak menimbulkan kerugian.

Struktur Tanah : Pada tanah berstruktur pejal akar tanaman

menjadi lemah karena aerasi dan drainase jelek serta tanah

memadat. Pada kondisi tanah seperti ini cendawan mudah

menginfeksi dan memparasiti tanaman.

Kelembapan tanah: Tanah yang lembap mempermudah patogen

menginfeksi bagian tanaman di dalam tanah.

8. Tanaman Inang

Berbagai jenis tumbuhan ada yang merupakan tanaman inang bagi patogen-patogen tertentu. Ada patogen yang hanya punya beberapa tanaman inang, ada juga yang punya banyak jenis tanaman inang. Semakin banyak tanaman yang dapat dijadikan tanaman inang, semakin leluasa patogen bertahan, menyebar, dan berkembang biak.

Page 12: PHEP

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Pengamatan

a. Tempat : kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya desa Ngijo Karangploso

b. Waktu : pukul 06.00 WIB sampai selesai

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat

- Turus/ajir : untuk meletakkan kaca preparat (spore trap)

- Cawan petri : untuk meletakkan spora

- Wraping : untuk melekatkan kaca preparat dengan turus/ajir

- Kaca preparat: tempat untuk melekatnya spora

- Pit fall trap : untuk menangkap serangga yang ada di tanah

- Yellow trap : untuk menangkap serangga yang berterbangan

- Gelas aqua : untuk perangkap pit fall

b. Bahan

- Minyak twin : agar spora dapat menempel pada kaca preparat

- Detergen : untuk perangkap hama agar hama tersebut pusing

- Air : bahan campuran untuk detergen

3.3 Cara Kerja

a. Spore Trap

Siapkan alat dan bahan

Page 13: PHEP

Lekatkan kaca preparat pada turus/ajir menggunakan wraping

Olesi kaca preparat dengan minyak twin

Letakkkan turus/ajir pada tengah lahan/bedeng

Tunggu selama 30 menit

Ambil kaca preparat dan letakkan dalam cawan petri

Amati menggunakan mikroskop

b. Pit Fall

Buat lubang pada bagian pinggir lahan/bedeng

Masukkan gelas aqua yang berisi larutan detergen ke dalam lubang (permukaan/mulut aqua gelas rata dengan permukaan tanah)

Tunggu selama kurang lebih 1 hari

Ambil gelas aqua tersebut

Amati

c. Yellow Trap

Page 14: PHEP

Tempelkan yellow trap pada turus/ajir

Letakkan turus/ajir pada bagian pinggir bedeng/petak

Tunggu selama kurang lebih 1 hari

Ambil yellow trap dari turus/ajir

Amati hama yang menempel pada yellow trap

3.4 Fungsi Perlakuan

Pada pemasangan spore trap, kaca preparat diolesi dengan minyak twin . Hal ini bertujuan agar spora dapat menempel pada kaca preparat. Peletakkan kaca preparat pada bagian atas, tengah, dan bawah turus bertujuan agar dapat menangkap spora pada bagian atas, tengah, dan bawah yang berada di sekitar tanaman budidaya.

Pada pemasangan pit fall, gelas aqua diletakkan dalam lubang yang berada pada pinggir bedeng/petak. Peletakkan mulut gelas aqua harus rata dengan tanah. Hal ini bertujuan agar hama yang berada di tanah akan dengan mudah masuk kedalam gelas aqua yang telah diberi larutan detergen.

Pemasangan yellow trap bertujuan untuk menangkap hama yang aktif terbang. Dengan adanya lem/perekat pada yellow trap membuat hama yang telah menempel tidak bisa lepas. Warna kuning pada yellow trap juga dapat menarik beberapa hama yang menyenangi warna kuning.

Page 15: PHEP

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penangkapan Spora

a. Jumlah Spora

Bagian atas tanaman 6

Bagian tengah tanaman 4

Bagian bawah tanaman tidak ada spora

b. Analisa Hasil Pengamatan

Pada penangkapan spora, bagian atas terdapat 6 spora dan merupakan jumlah spora terbanyak. Hal ini dikarenakan bagian atas pada tanaman budidaya disekitar spore trap memiliki daun dan ranting yang banyak sehingga jumlah spora yang menempel juga banyak. Sedangkan pada bagian tengah, hanya terdapat sedikit daun maupun ranting, sehingga spora yang menempel hanya sedikit. Pada bagian bawah, tidak ditemukan spora. Hal ini dikarenakan di bagian bawah merupakan batang.

4.2 Pit Fall

a. Hama

Tidak ditemukan hama

b. Musuh Alami

Semut besar berjumlah 1 dan semut kecil berjumlah 5 (ordo Himenoptera)

c. Analisa Hasil Pengamatan

Pada perangkap pit fall tidak ditemukannya hama. Hal ini mungkin di sekitar tanaman budidaya kurang ada hama yang merayap/berjalan di tanah. Sebaliknya malah ditemukan musuh alami yang berupa semut dari ordo Himenoptera.

4.3 Yellow Trap

a. Hama

Page 16: PHEP

Ordo Coleopteran (kumbang kubah spot m dan kumbang bulan sabit), ordo Hemiptera dan ordo Diptera.

b. Musuh Alami

Tidak ditemukan musuh alami

c. Analisa Hasil Pengamatan

Pada yellow trap ditemukan hama dari ordo Coleoptera, Hemiptera, dan Diptera. Hama-hama tersebut merupakan hama yang aktif terbang, sehingga bagian tanaman yang diserang merupakan bagian tanaman yang berada di atas, misalnya daun. Sedangkan untuk musuh alami tidak ditemukan. Hal ini dikarenakan musuh alami yang ada pada bedeng/petak lahan tersebut berupa semut yang merupakan binatang merayap, bukan binatang yang aktif terbang.

Page 17: PHEP

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengamatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan data atau keterangan dengan jalan mengamati, melakukan perhitungan atau pengukuran terhadap objek yang diteliti.

Pada hasil penangkapan spora menggunakan spore trap didapatkan spora yang berjumlah 10. Pada pitfall trap ditemukan musuh alami berupa semut dari ordo Himenoptera. Sedangkan hamanya tidak ditemukan. Pada yellow trap ditemukan hama dari ordo Coleoptera, Hemiptera, dan Diptera. Sedangkan musuh alaminya tidak ditemukan.

5.2 Saran

Semoga praktikum selanjutnya lebih baik lagi.

Page 18: PHEP

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.1982.Petunjuk Umum Pelaksanaan Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan.Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan.Jakarta

Anonymous.1984.Pedoman Pengujian Efikasi untuk Pendaftaran Pestisida.Komisi Pestisida Departemen Pertanian

Anonymous.1986.Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan.Jakarta

Anonymous. 2011. http://tanindo.wordpress.com/hama-pada-tomat//. Diakses tanggal 13 Desember 2011

Chester, K.S.1959.How Sick is the Plant? Dalam Horsfall, J.G. & Dimond, A.E.Plant Pathology Press.New York.London

Elliot, J.M.1977.Statistical Analysis of Samples of Benthic Invertebrete.Freshwater Biological Association.156 p

Morris, R.F.1960.Sampling Insect Populations.Forest Biology Lab.Frederiction.Canada

Nishida, T. & Torri, T.1970.A Handbook of Field Methods for Research on Rice Stem-Borers and Their Natural Enemies.International Biological Programme.London

Southwood, T.P.E.1966.Ecological Methods.Chapman and Hall.London

Zadoks, J.C. & Schein, R.C.1979.Epidemology and Plant Disease Management.Oxford University Press.New York.Oxford