pharmaceutical care diabetes 1

62

Upload: ambarnisa06

Post on 16-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Pharmaceutical Care Diabetes 1

TRANSCRIPT

  • Kelompok 4 BDAthiyah1111102000031Miyadah1111102000034Ati maryanti 1111102000037Ririn Astri S 1111102000040Euis Chodidjah 1111102000046Arini Eka Pratiwi1111102000051Happy Rahma Y 1111102000055Inten Novita Sari 1111102000087Rizka Nurbaiti1111102000091Sri Puji Astuti1111102000097Vina fauziyah 1111102000100Hestiawati 1111102000110Beryl Zahyin A1111102000106Sonia Ulfah1111102000116Ani kurniawati 1111102000127

  • Pendahuluan Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulinyang dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999). Pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 150 juta orang di dunia mengidap diabetes mellitus. Pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta jiwa. Pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita (Promosi Kesehatan Online, Juli 2005). Pengelolaan DM memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi non-obat dan terapi obat. pharmaceutcal care

  • Tujuan

  • ETIOLOGIDiabetes mellitus mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peran penting pada mayoritas diabetes mellitus.

    Faktor lain yang dianggap penyebab diabetes mellitus:Kelainan sel pancreasFaktor lingkungan yang mengubah fungsi sel Gangguan imunitas. Kelainan insulin pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membrane sel yang responsir terhadap insulin.

  • PATOFISIOLOGI

  • FAKTOR RESIKO

  • Gejala umum yang sering munculGEJALA KLINIK

  • Diagnosis Diabetes Melitus

  • Diagnosis DM menurut ADA 2013

    Gula Darah TerkontrolPrediabetesDiabetes MelitusGDP ( gula darah puasa )< 100 mg /dL100 -125 mg/dL 126 mg/ dlGD2PP ( setelah 75 g TTGO )< 140 mg/dL140 199 mg/dL 200 mg / dLGDS ( gula darah sewaktu ) 200 mg / dL + gejalaHemoglobin A1 c< 5,7 %5,7 6,4 % 6,5 %

  • Diagnosis DM tipe I

  • HIPOGLIKEMIAkadar glukosa plasma penderita < 50 mg/dlsering terjadi pada penderita diabetes tipe 1( dialami 1 2 kali perminggu)

    Serangan hipoglikemia terjadi apabila penderitaLupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam) Makan terlalu sedikitBerolah raga terlalu beratMengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besarMinum alcoholStressMengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemiaGejala klinis: pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian.

    Penderita mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya adalah:a) Dosis insulin yang berlebihanb) Saat pemberian yang tidak tepatc) Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobik berlebihand) Faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap insulin(gangguan fungsi adrenal atau hipofisis)

  • HIPERGLIKEMIAkadar gula darah melonjak secara tiba-tibadisebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentuditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur. KGD sewaktu : 11.1 mmol/L (200 mg/dL) ditambah dengan gejala diabetes KGD puasa : 7.0 mmol/L (126 mg/dL).Parah : ketoasidosis diabetik (Diabetic Ketoacidosis = DKA) dan (HHS), yang keduanya dapatmembawa kematian. Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat.

  • KOMPLIKASI MAKROVASKULAR3 jenis komplikasi makrovaskular :penyakit jantung koroner (coronary heart disease = CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease = PVD). sering terjadi: penderita DM tipe 2 yang menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan.

    Yang harus dilakukan:menjaga tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg.pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol dan lipid darahmengatur gaya hidupnya, termasuk berat badan ideal, diet dengan gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress

  • KOMPLIKASI MIKROVASKULARterjadi pada penderita diabetes tipe 1Penyebab: Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil.factor genetik

    Akibat: retinopati, nefropati, dan neuropatiPengendalian: pengendalian kadar gula darah yang ketat. Pengendalian intensif dengan menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa insulin yang disertai dengan monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko timbulnya komplikasi mikrovaskular sampai 60%.

  • PENATALAKSAAN DIABETESTujuan akhir : Menurunkan morbiditas dan mortalitas diabetes melitus

    Secara spesifik ritujukan untuk mencapai 2 target utama :Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normalMencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes

    Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes :Pendekatan tanpa obatPendekatan dengan obat

  • The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes

  • Terapi tanpa obat

    1. Pengaturan DietDiet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:Karbohidrat : 60-70%Protein : 10-15%Lemak : 20-25%Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

    2. OlahragaTidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

  • 1. Golongan SulfonilureaMekanisme kerjaDengan berikatan dengan reseptor pasa sel pankreas dan memblok kanal K+ sensitive-ATP yang memnyebabkan depolarisasi membrane dan influx Ca2+ sehingga merangsang sekresi insulin di sel kelenjar Langerhans pankreas.

    Eek sampingUmumnya ringan dan frekuensinya rendah, seperti gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat,trombositopenia, agranulosistosis dan anemia aplastik dan hipoglikemia.

    Interaksi Obat Dengan alkohol, insulin, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon, probenezida, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO (Mono Amin Oksigenase), guanetidin, steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat.

  • Peringatan dan kontraindikasiPenggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, wanita hamil, pasien dengan gangguan fungsi hati, dan atau gangguan fungsi ginjal. Klorpropamida dan glibenklamida tidak disarankan untuk pasien usia lanjut dan pasien insufisiensi ginjal. Tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, dan diabetes melitus berat. Cenderung meningkatkan berat badan.

    DosisGlibenklamid nonmikronisasi adalah 2,5-5 mg 1-2 kali seharidosis max = 20 mg per hari. Gliburid, 1-5-3 mg 1-2 kali sehari dosis max = 12 mg per hari. Glipizid adalah 5 mg, 1-2 kali sehari dosis max = 40 mg per hari. Glimepirid adalah 1-2 mg sekali sehari dosismax = 8 mg per hari. Lebih efektif waktu pemberian obat adalah 30 menit sebelum makan.

    Obat golongan sulfonilurea generasi pertama, yang sekarang sudah hampir tidak dipergunakan lagi antara lain asetoheksamida, klorpropamida, tolazamida dan tolbutamida.

  • 3. Golongan Meglitinid dan Turunan Fenilalanin

    Mekanisme kerjaMeningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas, namun memiliki onset yang cepat dan durasi yang pendek.

    Efek sampingHipoglikemia, kenaikan berat badan, infeksi saluran pernafaan atas.

    Interaksi obatEfek hipoglikemik dari repaglinid mungkin antagonis dengan rifampisin dan mungkin diubah oleh trimetoprim dan siklosporin.

    KontraindikasiHipersensitifitas.

    DosisDosis awal untuk repaglinid = 0,5-1 mg, dapat ditingkatkan setiap minggu jika dibutuhkan, maksimal 16 mg. dikonsumsi 15 menit sebelum makan. Nateglinid 120 mg, dosis max = 60 mg, dikonsumsi 1-10 menit sebelum makan.

  • 4. Golongan BiguanidMekanisme kerjaMenurunkan produksi glukosa hati, mengurangi glukoneogenesis hepatik, meningkatkan sensitifitas insulin hepatik terutama di otot dan lemak, juga mengurangi absorpsi di saluran cerna.

    Efek sampingNausea, muntah, kadangkadang diare, dan dapat menyebabkan asidosis laktat.

    Interaksi obatMeningkatkan resiko asidosis laktat jika diberikan bersama dengan metformin. Efek hipoglikemik dari metformin mungkin diubah oleh inhibitor MAO.

    KontraindikasiTidak boleh diberikan pada penderita gangguan fungsi hepar, gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung kongesif dan wanita hamil. Pada keadaan gawat

    DosisDosis awal sebesar 500 mg 1-2 kali sehari dengan dosis maksimal 2550 mg. Dapat ditingkatkan setiap minggu jika diperlukan.

  • PENDAHULUAN

    Pada prinsipnya, sekresi insulin dikendalikan oleh tubuh untuk menstabilkan kadar gula darah. Apabila kadar gula di dalam darah tinggi, sekresi insulin akan meningkat dan juga sebaliknya. Kadar gula darah di bawah 80 mg/dL akan menyebabkan sekresi insulin menjadi sangat rendah.

    Pada DM Tipe I, sel-sel Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapa insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal.

  • FAKTOR PEMICU EKSKRESI INSULIN

    Kadar gula darah Hormon GI Kadar Asam Lemak Senyawa keton & asam amino dlm darah Kadar hormon kelenjar pankreasNeurotransmitter otonom jika dlm darah ekskresi insulin

  • MEKANISME KERJA INSULIN Insulin yang disekresikan oleh sel-sel pankreas akan langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yg kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.

  • PRINSIP TERAPI INSULIN IndikasiSemua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin endogen oleh sel-sel kelenjar pankreas tidak ada atau hampir tidak ada Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin, apabila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Ketoasidosis diabetikInsulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik.Penderita DM yg mendapat nutrisi parenteral / yg memerlukan suplemen tinggi kalori u/ memenuhi kebutuhan energi yg meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen u/ mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

  • LANJUTAN Cara PemberianSecara Parenteral Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen, diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas dan bokongBila disuntikkan secara intramuskular dalam, maka penyerapan akan terjadi lebih cepat, dan masa kerjanya menjadi lebih singkatKegiatan fisik yang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat waktu mula kerja (onset) dan juga mempersingkat masa kerja

    2. Bentuk Pompa (insulin pump) atau jet injector yaitu sebuah alat yang akan menyemprotkan larutan insulin ke dalam kulit.

  • PENGGOLONGAN SEDIAAN INSULIN

    Umumnya, pada tahap awal diberikan sediaan insulin dengan kerja sedang, kemudian ditambahkan insulin dengan kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan Insulin kerja singkat diberikan sebelum makan, sedangkan Insulin kerja sedang umumnya diberikan satu atau dua kali sehari dalam bentuk suntikan subkutan Namun, karena tidak mudah bagi penderita untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia sediaan campuran tetap dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang (NPH).

  • Sediaan Insulin Yang Beredar Di Indonesia

  • PENYIMPANAN INSULIN

    Insulin harus disimpan di lemari es pada temperatur 2-80C. Insulin vial Eli Lily yang sudah dipakai dapat disimpan selama 6 bulan atau sampai 200 suntikan bila dimasukkan dalam lemari es. Vial Novo Nordisk insulin yang sudah dibuka, dapat disimpan selama 90 hari bila dimasukkan ke dalam lemari es.

    Insulin dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk 15-200C bila seluruh isi vial akan digunakan dalam satu bulan. Penelitian menunjukkan bahwa insulin yang disimpan pada suhu kamar lebih dari 30 C akan lebih cepat kehilangan potensinya.

    Penfill dan pen yang disposable berbeda masa simpannya. Penfill regular disimpan pada temperatur kamar selama 30 hari sesudah tutupnya ditusuk. Penfill 30/70 dan NPH disimpan pada temperatur kamar selama 7 hari sesudah tutupnya ditusuk.

    Untuk mengurangi terjadinya iritasi lokal pada daerah penyuntikan yang sering terjadi bila insulin dingin disuntikkan, dianjurkan untuk mengguling-gulingkan alat suntik di antara telapak tangan atau menempatkan botol insulin pada suhu kamar, sebelum disuntikkan.

  • Golongan Tiazolidindion (TZD)

  • Golongan Inhibitor -GlukosidaseEnzim-enzim -glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida, pada dinding usus halus.Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita diabetes.Senyawa inhibitor -glukosidase juga menghambat enzim -amilase pankreas yang bekerja menghidrolisis polisakarida di dalam lumen usus halus.

    Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus dan kadang-kadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan berlangsung lebih lama.Bila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau dengan insulin) dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa murni.

  • Table 13. antidiabetik oral golongan inhibitor -glukosidase

    Obat Hipoglikemik OralKeteranganAcarboseContoh sediaan: Glucobay (bayer) precoseDapat diberikan dalam terapi kombinasi dengan sulfonylurea, metformin, atau insulinMiglitolContoh sediaan glycetMiglitol biasanya diberikan dalam terapi kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea

  • TERAPI KOMBINASI

    Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan biguanidaSulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif.Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang.

  • Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral

    Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan secara bertahap.Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat-obat tersebut.Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat.Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi, baru pertimbangkan untuk beralih pada insulin.Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia, oleh sebab itu sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak diberikan pada penderita lanjut usia.Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita.

  • MASALAH TERAPI OBATMasalah terkait obat tersebut secara lebih rinci menurut Cipolle, Strand dan Morley (1998) dapat dijabarkan sebagai berikut:Adanya indikasi penyakit yang tidak tertanganiPemberian obat tanpa indikasiPemilihan obat tidak tepat/salah obatDosis obat sub terapeutikDosis obat berlebih (over dosis)Efek obat yang tidak dikehendaki (adverse drug reactions)Interaksi obatPenderita gagal menerima obat

  • 1. Adanya indikasi penyakit yang tidak tertanganiPenderita berpotensi untuk mengalami risiko gangguan penyakit baru yang dapat dicegah dengan penggunaan terapi obat profilaktik atau premedikasiAdanya indikasi penyakit yang tidak tertangani ini dapat disebabkan oleh:Penderita mengalami gangguan medis baru yang memerlukan terapi obatPenderita memiliki penyakit kronis lain yang memerlukan keberlanjutan terapi obatPenderita mengalami gangguan medis yang memerlukan kombinasi farmakoterapi untuk menjaga efek sinergi/potensiasi obat

  • Pemberian obat tanpa indikasi ini dapat disebabkan oleh:

    2. Pemberian obat tanpa indikasi

  • 3. Pemilihan obat tidak tepat/salah obatPemilihan obat yang tidak tepat dapat disebabkan oleh:Penderita memiliki masalah kesehatan, tetapi obat yang digunakan tidak efektifPenderita alergi dengan obat yang diberikanPenderita menerima obat tetapi bukan yang paling efektif untuk indikasi yang diobatiObat yang digunakan berkontraindikasi, misalnya penggunaan obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonylurea harus hati-hati atau dihindari pada penderita lanjut usia, wanita hamil, penderita dengan gangguan fungsi hati, atau gangguan fungsi ginjal yang parah.Obat yang digunakan efektif tetapi bukan yang paling murahObat yang digunakan efektif tetapi bukan yang paling amanPenderita resisten dengan obat yang digunakanPenderita menolak terapi obat yang diberikan, misalnya pemilihan bentuk sediaan yang kurang tepatPenderita menerima kombinasi produk obat yang tidak perlu, misalnya polifarmasi sesama obat hipoglikemik oral yang bekerja pada titik tangkap kerja yang sama dan diberikan pada saat yang bersamaan.

  • Pemberian obat dengan dosis sub terapeutik mengakibatkan ketidakefektifan terapi obat. Hal ini dapat disebabkan oleh:4. Dosis obat sub terapeutik

  • 5. Dosis obat berlebih (over dosis)Pemberian obat dengan dosis berlebih mengakibatkan efek hipoglikemia dan kemungkinan munculnya toksisitas. Hal ini dapat disebabkan oleh:

  • 6. Dosis obat berlebih (over dosis)Munculnya efek obat yang tidak dikehendaki dapat disebabkan oleh:

  • Untuk terapi insulin, efek obat yang tidak dikehendaki yang paling sering terjadi adalah hipoglikemia. Keadaan ini dapat terjadi akibat:Dosis insulin yang berlebihanSaat pemberian yang tidak tepatPemakaian glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobic berlebihanFaktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis

  • 7. Interaksi obat

  • 7. Interaksi obat

  • 8. Penderita gagal menerima obatPenderita gagal menerima obat dapat disebabkan oleh:

  • Yang juga perlu mendapat perhatian ekstra terhadap munculnya masalah terkait obat apabila penderita berada dalam kondisi khusus, seperti:Penderita hamil / menyusuiPenderita gangguan ginjalPenderita gangguan hatiPenderita gangguan jantung (stage 3-4)Penderita lanjut usiaPenderita anak-anakPenderita sedang berpuasa

  • Untuk meminimalkan masalah terkait obat, apoteker perlu melakukan identifikasi dengan mengajukan empat pertanyaan sebagai berikut:

    Apakah terapi obat sesuai dengan indikasinya?Apakah terapi obat tersebut efektif?Apakah terapi obat tersebut aman?Apakah penderita mengikuti aturan yang telah disarankan?

  • Pelayanan kefarmasian Menurut The National Community Pharmacists Associations National Institute for Pharmaceutical Care Outcome di USA, kontribusi farmasis berfokus kepada pencegahan dan perbaikan penyakit, memonitor, mengevaluasi, memberikan pendidikan dan konseling, melakukan intervensi, terapi yang berhubungan dengan obat yang meningkatkan pelayanan kepasien dan kesehatan secara keseluruhan.

    Mengidentifikasi dan penilaianIdentifikasi mentargetkan pasien-pasien dengan resiko tinggi, termasuk pasien obesitas, pasien >40tahun, pasien bertekanan darah tinggi/dyslipidemia, pasien dengan riwayat keluarga diabetes, atau melahirkan anak dengan berat badan >4,5 kg. Seorang farmasis disarankan untuk menilai keperluan pasien dan meyakinkan agar perawatan standar terpenuhi.

  • Merujuk pasienSalah satu peranan farmasis yang tidak kalah pentingnya adalah merujuk pasien kepada tim perawatan diabetes lainnya seperti bagian gizi, poliknik mata, pediatric, gigi, dan lainnya bila diperlukan. Memantau penatalaksanaan diabetesPemantauan terhadap kondisi penderita dapat dilakukan farmasis pada saat pertemuan konsultasi rutin atau pada saat penderita menebus obat, atau dengan melakukan hubungan telepon. Pemantauan kondisi penderita sangat diperlukan untuk menyesuaikan jenis dan dosis terapi. Area lain dari diabetes yang harus diperhatikan antara lain: Tekanan darah (target
  • Menjaga dan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap jadwal terapiFaktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan ketidakpatuhan pasien terhadap terapi, antara lain:Regimen yang kompleks; kepatuhan paling tnggi terjadi bila obat oral diminum 1X sehari dan kepatuhan akan semakin menurun bila pasien mengkonsumsi beberapa obat sekaligus.Kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyakitnyaUpaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi adalah konseling dan pemberian informasi yang lengkap dan akuran tentang terapi tersebut. Membantu penderita mencegah dan mengatasi komplikasi ringanInformasi mengenai komplikasi yang mungkin muncul meyertai diabetes sangat penting disampaikan kepada penderita dan keluarganya agar dapat dapat melakukan antisipasi seperlunya.

  • Menjawab pertanyaan penderita dan keluarga mengenai DMSeorang farmasis dapat menjawab pertanyaan penderita dan keluarganya tentang segala hal yang menyangkut diabetes dan pengelolaannya sesuai dengan kompetensi. Memberikan pendidikan dan konselingTujuan pendidikan kepada pasien adalah untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan agar pasien dapat berpartisipasi dalam pengobatannya. Informasi yang dianggap perlu untuk meningkatkan kepatuhan pasien dapat disampaikan dalam konseling.

  • Daftar Pustaka American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 2004;27(Suppl 1):S5-S10.Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat KesehatanFitria, Azri., dan Awalia Silma. 2013. Farmakoterapi Diabetes. Jakarta: Program Studi Farmasi.Soegondo S. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam Soegondo S, Soewondo P dan Subekti I (eds). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta, 2004.Sukandar, Elin Yulinah dkk. 2012. ISO FARMAKOTERAPI 1. Jakarta : PT ISFI Penerbitan

  • *